farfis makalah koloid
-
Upload
lukluil-maknun -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
description
Transcript of farfis makalah koloid
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih partikel-
partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan
heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase)
peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki
sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan
campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian
campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa
diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh dari sistem koloid adalah
tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih
terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain
Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu
bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan
penting yang tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar .
C. Komponen Penyusun Koloid
1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.
D. Bentuk Partikel Koloid
1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.
B.Tipe Sistem Koloid
1. Koloid Liofilik
Liofilik koloid : zat dapat menyatu dengan medium atau disebut tipe koloid yang suka
kepada medium pendispersi.. liofilik dispersi dapat dibuat dengan mudah dengan jalan seolah
olah melarutkan zat ke dalam pelarut (medium pendispersi). Bila pelarut digunakan air disebut
hidrasi. Contoh : gelatin, PGA,insulin albumin, karet polisterin.
2. Koloid Liofobik
Liofobik kolid : sistem dimana medium pendispersi tidak banyak berinteraksi dengan
medium pendispersi. Jadi seolah-olah didalam medium pendispersi tidak ada fase terdispersi atau
seolah-olah terjadi pemisahan. Contoh koloid besi pada air, perak,sulfur.
3. Koloid Gabungan
Asosiasi koloid : micele&CMC. Koloid ini mempunyai sifat menyukai air dan menyukai
minyak ini disebut surfaktan.
C.Pembentukan Misel
Misel merupakan sebuah kumpulan molekul surfaktan yang terdispersi dalam koloid cair.
Sifat khas misel dalam larutan encer membentuk suatu kumpulan dengan kepala gugus hidrofilik
bersinggungan dengan solven yang mengelilinginya, mengasingkan ekor gugus hidrofobik
didalam pusat misel. Misel biasanya berbentuk globular dan secara garis besar berbentuk speris,
akan tetapi dapat pula berbentuk elipsoida, silinder, dan bilayer. Bentuk dan ukuran misel
merupakan fungsi dari geometri molekular dari molekul surfaktan tersebut dan kondisi larutan
seperti konsentrasi surfaktan, temperatur, pH, dan kekuatan ionik. Proses pembentukan misel
disebut sebagai miselisasi.
Molekul surfaktan individual yang terdapat didalam koloid, namun bukan bagian dari
misel disebut monomer. Didalam air, kepala hidrofilik molekul surfaktan selalu bersinggungan
dengan sebagian besar dari solven, tanpa memperdulikan apakah keberadaan surfaktan sebagai
monomer atau bagian dari misel.
Namun demikian, ekor hidrofobik molekul surfaktan memiliki sedikit kontak dengan air
bila merupakan bagian dari misel. Didalam suatu misel, ekor hidrofobik dari beberapa molekul
surfaktan berkumpul menjadi seperti inti minyak yang memiliki sedikit kontak dengan air.
Sebaliknya monomer surfaktan dikelilingi oleh molekul air yang membuat suatu kurungan
molekul yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Kurungan air ini memiliki struktur kristal
seperti es.Misel hanya terbentuk bila konsentrasi surfaktan lebih besar daripada konsentrasi kritis
misel (kkm) dan temperatur sistem lebih besar daripada temperatur kritis misel atau temperatur
Kraff. Konsentrasi kritis misel (kkm) merupakan titik penjenuhan surfaktan dalam sistem air.
Kkm dapat diamati dengan kurva yang diskontinu dari sifat fisik sistem sebagai suatu fungsi dari
jumlah surfaktan yang ditambahkan. Pembentukan misel dapat dipahami dengan menggunakan
termodinamika: misel dapat terbentuk secara spontan karena keseimbangan antara entropi dan
entalpi. Didalam air efek hidrofobik merupakan gaya pendorong pembentukan misel, meskipun
faktanya pengumpulan molekul surfaktan menurunkan entropinya. Pada umumnya, diatas kkm,
entropi dari pengumpulan molekul surfaktan lebih sedikit daripada entropi dari molekul
kurungan air. Hal yang juga penting adalah pertimbangan entalpi seperti interaksi elektrostatis
yang terjadi antara muatan (atau ionik) surfaktan.
Ketika surfaktan berada diatas kkm (konsentrasi kritis misel), surfaktan dapat berfungsi
sebagai pengemulsi yang akan melarutkan senyawa yang secara normal tidak larut dalam solven
yang digunakan. Hal ini terjadi karena spesies tidak mudah larut dapat dimasukkan kedalam inti
misel, dimana spesies tersebut terlarut didalam sebagian besar solven oleh kebalikan kepala
gugus yang berinteraksi dengan baik dengan spesies solven. Contoh yang paling umum adalah
fenomena detergen, yang membersihkan bahan hidrofobik terlarut (seperti minyak, lemak, atau
kotoran) yang tidak bisa dibersihkan dengan air. Detergen juga membantu membersihkan dengan
menurunkan tegangan permukaan air, membuat lebih mudah untuk membersihkan kotoran dari
permukaan. Kemampuan mengemulsikan surfaktan juga merupakan dasar untuk emulsi
polimerisasi.
D.Surfaktan
surfaktan (dari kata surface-active agents), yaitu senyawa yang dapat menurunkan
tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu
rantai karbon atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik (umumnya, namun tidak harus, ionik). Porsi
hidrokarbon dari suatu molekul surfaktan harus mengandung 12 atom karbon atau lebih agar
efektif.
Surfaktan dapat dikelompokkan sebagai anionik, kationik, atau netral, bergantung pada
sifat dasar gugus hidrofiliknya. Sabun dengan gugus karboksilatnya, adalah surfaktan anionik,
“benzalkonium” klorida (n-benzil amonium kuarterner klorida) yang bersifat anti bakteria adalah
salah satu contoh surfaktan kationik. Surfaktan netral mengandung suatu gugus non-ion seperti
suatu karbohidrat yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan
hidrogen pada permukaan. Surfakatan meletakkan kepala-kepala hidrofiliknya pada permukaan
air sementara ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air.
E. Sifat-sifat Koloid
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid
timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Sifat Fisika
Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat
seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya.
Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-sifat fisikanya sangat berbeda dengan
mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2. Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid
umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Sifat koligatif
berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel koloid. Kecuali pengukuran tekanan
osmosa, dipakai untuk menetapkan berat molekul rata-rata koloid makromolekul.
3. Sifat Optis
Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilalukan pada
larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama
dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek
Tyndall.
4. Sifat Kinetik Koloid
a. Gerakan Brown
Partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik
bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel
koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.
b. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga dapat
dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan Brown.
c. Pengendapan
Partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh gravitasi
bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika rapat massa
partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan mengendap.
Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
d. Tekanan Osmotik
Tekanan osmotic (π ¿ larutan koloid encer dijelaskan oleh persamaan van’t Hoff:
5. Sifat elektris koloid
Meliputi sifat-sifat koloid yang bergantung atau dipengaruhi oleh adanya muatan
pada permukaan partikel.
a. Fenomena Elekrokinetik
Pergerakan suatu permukaan bermuatan sehubungan dengan fase cair yang
berdekatan merupakan prinsip utama yang mendasari empat fenomena
elektrokinetik : elektoforesis,elektroosmosis,potensial sedimentasi dan potensial
beraliran.
Elektroforesis meliputi pergerakan partikel bermuatan dalam suatu cairan yang
dipengaruhi oleh beda potensial yang digunaka. Suatu sel elektroforesis yang
memiliki dua elektroda berisi dispersi, jika suatu potensial diaplikasikan pada
elektroda partikel-partikel berpindah ke elektroda yang memiliki muatan yang
berlawanan.
π=cRT
b. Kesetimbangan Membran Donnan
c. Sensifitasi dan Kerja Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di lain
pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat distabilkan dengan
menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung adalah koloid yang
berfungsi melindungi koloid lain supaya tidak terjadi koagulasi. Koloid pelindung ini akan
membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak dapat lagi mengelompok.
a. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es
atau gula.
b. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
c. Kasein dalam susu melindungi minyak atau lemak dalam medium cair.
d. Lesitin merupakan pelindung yang menstabilkan butiran-butiran halus air dalam margarin.
e. Larutan gom digunakan untuk melindungi partikel-partikel karbon dalam tinta gambar.
Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya, koloid
dengan medium pendispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil
(bahasa Yunani, lio= cairan, philia = suka) adalah koloid yang fase terdispersinya dapat
menarik medium pendispersi karena gaya tarik antara partikel-partikel terdispersi dengan
medium pendispersinya kuat. Koloid liofob (bahasa Yunani, lio= cairan, phobia = takut) adalah
sistem koloid yang fase terdispersinya tidak dapat menarik/mengikat medium pendispersinya.
Jika medium pendispersinya air, maka disebut koloid hidrofil (contoh: sabun, detergen,
agar-agar, kanji, gelatin) dan koloid hidrofob (umumnya berupa zat anorganik, contoh sol
belerang, sol Fe(OH)3, sol sulfida).
Koloid hidrofil dan koloid hidrofob umumnya terjadi pada koloid yang fase terdispersinya
padat dengan medium pendispersi cair atau berupa sol, sehingga lebih dikenal sebagai sol liofil
dan sol liofob. Sol liofil adalah sol yang yang fase terdispersinya dapat menarik/mengikat
medium pendispersinya (afinitas atau gaya tarik terhadap medium sangat kuat), sedangkan sol
liofob adalah sol yang fase terdispersinya tidak dapat menarik/mengikat medium pendispersinya
(afinitas atau gaya tarik terhadap medium lemah).
F. Kestabilan Koloid
G.Aplikasi Koloid
H.Mekanisme Dialisis
Dialisis adalah suatu proses penghilangan ion-ion pengganggu kestabilan koloid.
Proses dialisis:
1) Sistem koloid dimasukkan ke dalam kantong koloid yang bersifat semipermeabel.
2) Kantong koloid lalu diberi atau dimasukkan ke tempat yang terdapat air yang mengalir.
3) Air yang mengalir membawa ion-ion pengganggu dan molekul sederhana namun tidak
membawa partikel-partikel koloid.
Contoh dialisis:
1. Proses filtrasi darah oleh ginjal yang menyaring darah dengan tidak meloloskan sel-sel
darah dan protein darah.
2. Proses dialisis darah (cuci darah) bagi penderita gagal ginjal.