Faradillah Desniawati - fkik.pdf
-
Upload
nurul-huda-abdullah -
Category
Documents
-
view
64 -
download
4
Transcript of Faradillah Desniawati - fkik.pdf
GAMBARAN PENILAIAN SEMENTARA PROSES PENGELOLAAN LIMBAH
DI PT IMECO INTER SARANA TAHUN 2014
Laporan Magang
Diajukan untuk memenuhi persyaratan kuliah semester 8
dan menunjang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
Faradillah Desniawati
NIM: 1110101000095
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1435H/2014 M
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Magang ini yang berjudul “Gambaran Penilaian
Sementara Proses Pengelolaan Limbah di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014”.
Laporan ini disusun dalam rangka menunjang sistem pembelajaran pada mata kuliah
magang Program Studi Kesehatan Masyarakat semester VIII Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan laporan ini kepada:
1. Kedua orang tua penulis, yang senantiasa mendoakan setiap langkah yang
penulis kerjakan serta memberikan kasih sayang dan nasihat agar tetap
semangat dalam menjalani kehidupan.
2. Ibu Ir. Febrianti, M. Si, selaku ketua program studi kesehatan masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ir. Untung Suryanto, MSc, selaku dosen peminatan kesehatan
lingkungan yang telah memberikan bantuan dan masukan bagi penulis
sehingga dapat magang di PT Imeco Inter Sarana.
4. Bapak Arif Sumantri, SKM, M. Kes, selaku dosen peminatan kesehatan
lingkungan yang telah memberikan nasihat dan masukan bagi penulis.
5. Ibu Dr. Ela Laelasari, SKM, M. Kes, selaku Dosen Pembimbing Fakultas,
terima kasih telah senantiasa sabar dan meluangkan waktunya untuk
vii
memberikan masukkan dan bimbingannya selama magang dan penyusunan
laporan ini.
6. Bapak Yan Wagiran, MA, MM, selaku Pembimbing Lapangan yang selalu
memberikan bimbingan, masukan, inspirasi, arahan, dan dorongan semangat
kepada penulis.
7. Bapak Danuri, selaku staff di PT Imeco Inter Sarana, terima kasih untuk
bantuan, bimbingannya, dan masukkannya selama kegiatan magang.
8. Staff QHSE dan Staff HRD PT Imeco Inter Sarana, Pak Ukhi Pratama, Pak
Douglas Gregor, dan Ibu Cita Callista, terima kasih atas bantuan dan
informasinya selama penulis magang.
9. Teman-teman seperjuangan selama magang di PT Imeco Inter Sarana, Annis
Syarifah Nasution, Kotrun Nida, dan Yunidayani Putriananda, terima kasih
atas semangat, kerja samanya, bantuan, dan masukan dalam proses
penyusunan laporan penulis.
10. Teman-teman yang lain dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu dalam laporan ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
kurang dari sempurna, sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat penulis
harapkan demi terciptanya perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan
magang ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.
Ciputat, April 2014
Penulis
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESEHATAN LINGKUNGAN
MAGANG, MARET 2014
Faradillah Desniawati, NIM: 1110101000095
Gambaran Penilaian Sementara Proses Pengelolaan Limbah di PT Imeco Inter
Sarana Tahun 2014
xiv+97 halaman, 4 tabel, 6 bagan, 7 gambar, 4 lampiran
ABSTRAK
PT Imeco Inter Sarana merupakan perusahaan swasta terkemuka di Indonesia
yang bergerak dalam bidang pengadaan barang dan jasa untuk menunjang kegiatan
operasi dan produksi minyak bumi, gas, dan panas bumi. Perusahaan juga
mengembangkan bisnis proyek–proyek prasarana energi, utamanya pembangkit
listrik dan layanan purna jual mesin–mesin industri termasuk prasarana
pendukungnya dan mesin penggerak sarana transportasi. Sehingga pada saat proses
operasi dan produksi terdapat sisa hasil kegiatan berupa limbah. Dimana limbah yang
dihasilkan berupa limbah padat (organik dan anorganik), cair, dan B3.
Jenis limbah yang terdapat di PT Imeco Inter Sarana terdiri dari limbah cair
yang berasal dari air buangan wastafel, kegiatan toilet, tempat wudhu, dan kegiatan
kebersihan ruangan yang menghasilkan limbah cair, sedangkan limbah padat terdiri
dari organik dan non organik, limbah organik berupa kertas, bagian administrasi
perkantoran, serta sampah sisa-sisa makanan dari karyawan perkantoran, dan sisa
kayu-kayu hasil dari bagian kerja packing di Workshop Imeco Bantarjati, serta
limbah padat non organik berupa plastik, gelas atau kaca, dan sebagainya, sedangkan
yang termasuk ke dalam limbah B3 berupa oli, minyak pelumas, solar, minyak tanah,
pelumas, cat, besi, kawat, kaleng cat, lampu-lampu bekas, dan solar yang merupakan
hasil dari kegiatan genset. Karakteristik untuk limbah B3 bersifat mudah terbakar,
bersifat reaktif, beracun, mudah meledak, dan bersifat korosif.
Proses pengelolaan yang dilakukan dalam hal limbah cair, padat, dan B3
sebagian besar sudah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan dan mematuhi
peraturan yang ada, meskipun masih juga terdapat beberapa hal yang kurang sesuai
dengan prosedur dan peraturan yang ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan oleh
perusahaan dalam mengimplementasikan cara pengendalian limbah yang benar
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, dan mengkomunikasikan kepada
seluruh jajaran karyawan yang berada di perusahaan agar dapat membantu dalam hal
mengurangi limbah dan mengelolanya, pengelolaan limbah padat terus menerus
dilakukan perbaikan dalam hal tempat penampungan sementara limbah tersebut,
perlu ada pencatatan yang jelas pada pihak penanganan limbah padat mengenai
kapasitas limbah padat yang diangkut oleh pihak ketiga yaitu PT. Sangkala Obor
Raya, memastikan semua petugas kebersihan menggunakan APD yang sesuai dan
lengkap saat menangani limbah padat, cair, dan B3 demi keselamatan dan kesehatan
kerja, meningkatkan pemantauan Sewage Water Treatment (STP) secara berkala
sesuai dengan prosedur yang sudah ada, melakukan pemantauan berkala uji kualitas
ii
limbah cair yang dilakukan minimal 2 kali dalam setahun oleh pihak internal dari PT
Imeco Inter Sarana dengan jika memungkinkan dapat dilakukan pengadaan alat ukur
serta pelatihan terhadap kemampuan dan keterampilan karyawan untuk melakukan
pengukuran tersebut, penempatan tempat penampungan sementara limbah B3 dalam
Workshop Imeco Bantarjati dan Workshop Imeco Sentul diperbaiki lagi
penempatannya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan atau mencemari
lingkungan, dan pihak HSE perlu memperhatikan mengenai pemasangan label
berdasarkan karakteristik dan pemasangan simbol yang sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing seperti label berbahaya, dan beracun.
Kata kunci: Pengelolaan limbah, PT Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco
Bantarjati, Workshop Imeco Sentul, limbah cair, limbah padat, dan limbah B3.
Daftar Bacaan: 21 (1991-2011)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Faradillah Desniawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Desember 1992
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemandoran IV No. 26 RT 08/09 Kedaung, Pamulang,
Tangerang Selatan
Telepon : (021) 7494056 / 085781777220
e-mail : [email protected]
Pendidikan Formal:
1997 - 1998 : TK Perwanida
1998 – 2004 : SDN 1 Ciputat
2004 – 2007 : MTsN Tangerang 2 Pamulang
2007 – 2010 : MAN 4 Model Jakarta
2010 – Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Peminatan Kesehatan Lingkungan
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................... iii
PERNYATAAN PENGUJI...................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................................. v
KATA PENGANTAR.............................................................................................. vi
DAFTAR ISI........................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................. 4
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................. 5
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa.......................................................................................... 5
1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat................................................ 6
1.3.3 Bagi Institusi Magang................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah................................................................................................................... 7
2.1.1 Definisi Limbah........................................................................................... 7
2.1.2 Jenis dan Karakteristik Limbah................................................................... 7
2.2 Limbah Cair........................................................................................................... 8
2.2.1 Definisi Limbah Cair................................................................................... 8
2.2.2 Sumber Limbah Cair................................................................................... 9
2.2.3 Parameter Limbah Cair............................................................................... 9
2.2.4 Tujuan Pengolahan Limbah Cair Industri................................................. 11
2.2.5 Dampak Limbah Cair................................................................................ 12
2.2.6 Sistem Pengolahan Limbah Cair............................................................... 13
ix
2.3 Limbah Padat....................................................................................................... 17
2.3.1 Definisi Limbah Padat............................................................................... 17
2.3.2 Sumber Limbah Padat............................................................................... 17
2.3.3 Cara Pengolahan Limbah Padat................................................................ 18
2.3.4 Dampak Limbah Padat.............................................................................. 21
2.4 Limbah B3........................................................................................................... 22
2.4.1 Definisi Limbah B3................................................................................... 22
2.4.2 Identifikasi Limbah................................................................................... 22
2.4.3 Pengelolaan Limbah B3............................................................................ 25
2.4.4 Prosedur Pengelolaan Limbah................................................................... 26
2.5 Gambaran Umum Perusahaan.............................................................................. 31
2.5.1 Profil PT Imeco Inter Sarana..................................................................... 31
2.5.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai.......................................................................... 32
2.5.3 Struktur Organisasi PT Imeco Inter Sarana............................................... 33
2.6 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)............................... 34
2.6.1Pengertian P2K3......................................................................................... 34
2.6.2 Tugas dan Fungsi P2K3............................................................................. 34
2.6.3 Peran, Tanggungjawab, dan Wewenang P2K3.......................................... 36
2.7 Gambaran Umum Health Safety Environment (HSE)......................................... 37
2.7.1 Tugas dan Tanggung Jawab K3L.............................................................. 39
2.7.2 Fungsi Komite K3L................................................................................... 43
2.7.3 Kebijakan K3L........................................................................................... 43
2.7.4 Program K3L............................................................................................. 45
2.7.5 Struktur Organisasi.................................................................................... 46
2.8 Audit Lingkungan................................................................................................ 48
2.8.1 Fungsi Audit Lingkungan.......................................................................... 48
2.8.2 Manfaat Audit Lingkungan........................................................................ 49
2.9 UKL dan UPL...................................................................................................... 50
BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Alur Kegiatan Magang......................................................................................... 51
3.2 Jadwal Kegiatan Magang..................................................................................... 52
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Jenis dan Karakteristik Limbah di PT Imeco Inter Sarana............... 56
4.2 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah Cair di PT Imeco Inter
Sarana.................................................................................................................. 61
4.2.1 Sewage Treatment Plant (STP) PT Imeco Inter Sarana............................. 67
4.2.2 Pemantauan Limbah Cair........................................................................... 69
4.3 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah Padat di PT Imeco Inter
Sarana.................................................................................................................. 70
4.3.1 Pemantauan Limbah Padat......................................................................... 77
4.4 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah B3 di PT Imeco Inter
Sarana.................................................................................................................. 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 88
5.2 Saran.................................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 92
LAMPIRAN.............................................................................................................. 94
xi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
3.1 Jadwal Kegiatan Magang.................................................................................. 52
4.1 Prosedur Pengelolaan Limbah Cair dan Penilaiannya.................................. 62
4.2 Prosedur Pengelolaan Limbah Padat dan Penilaiannya................................ 71
4.3 Prosedur Pengelolaan Limbah B3 dan Penilaiannya..................................... 79
xii
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
2.1 ORGANISASI MANAJEMEN IMECO.......................................................... 33
2.2 Sistem Manajemen K3L.................................................................................... 39
2.3 ORGANISASI K3L PT IMECO INTER SARANA....................................... 47
3.1 Alur Kegiatan Magang...................................................................................... 51
4.1 Penanganan Limbah di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014........................ 60
4.2 Cara Kerja Sewage Treatment Plant (STP) PT Imeco Inter Sarana Tahun
2014.................................................................................................................... 68
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
4.1 Bak dan Pompa dalam Proses STP PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014.... 68
4.2 Tempat Penampungan Sementara Limbah Padat Organik PT Imeco Inter
Sarana Tahun 2014........................................................................................ 75
4.3 Tempat Penampungan Sementara Limbah Padat Non Organik PT Imeco
Inter Sarana Tahun 2014................................................................................. 75
4.4 Tempat Penampungan Sampah Sementara PT Imeco Inter Sarana Tahun
2014.................................................................................................................... 77
4.5 Scrab container di Workshop Imeco Bantarjati Tahun
2014.................................................................................................................... 85
4.6 Tempat Pengumpulan Limbah B3 di Workshop Imeco Bantarjati Tahun
2014.................................................................................................................... 85
4.7 Tempat Penampungan Sementara Limbah B3 di Workshop Imeco Sentul
Tahun 2014........................................................................................................ 85
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Surat Permohonan Magang................................................................................ 94
2. Laporan Pembuangan Sampah 2013................................................................. 95
3. Kebijakan SMK3L PT Imeco Inter Sarana...................................................... 96
4. QHSE Program 2014........................................................................................... 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia selama kurun waktu beberapa tahun terakhir telah
menempatkan sektor ekonomi sebagai tumpuan kelangsungan gerak dinamika
roda perekonommian bangsa. Sektor ekonomi tersebut, salah satunya
mengandalkan sektor industri sebagai pilar penyangga. Sehingga proses
modernisasi mengarah pada percepatan industrilisasi, agar terciptanya
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan industri mulai menjadi
perhatian masyarakat secara serius karena dampak yang ditimbulkannya terhadap
lingkungan karena menggunakan bahan baku yang tidak dapat dipulihkan,
menggunakan bahan baku yang dapat merusak ekosistem dan membuang limbah
yang dapat mencemari lingkungan hidup.
Kegiatan industri dapat memberikan dampak langsung, disamping juga
memberikan dampak tak langsung. Dikatakan dampak langsung apabila akibat
kegiatan industri tersebut dapat langsung dirasakan oleh manusia. Dampak
langsung yang bersifat positif memang diharapkan. Akan tetapi, dampak tak
langsung yang bersifat negatif yang mengurangi kualitas hidup manusia harus
dihindari atau dikurangi. Adapun dampak langsung yang bersifat negatif akibat
kegiatan industri, dapat dilihat dari terjadinya masalah-masalah pencemaran
udara, pencemaran air dan pencemaran daratan. Kegiatan pencemaran tersebut
diatas mengurangi daya dukung alam (Wardhana, 2004).
2
Definisi lingkungan hidup menurut UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Lingkungan Hidup Pasal 1 (ayat 1) adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain. Sedangkan definisi pencemaran lingkungan sebagaimana
yang terdapat dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup Pasal 1
(ayat 12) adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Bahan buangan yang
tidak diinginkan itu dilabeli dengan sebutan limbah. Limbah bisa berupa zat cair,
padat dan gas. Di masa sekarang buangan yang memasuki lingkungan akan
banyak berupa zat beracun dan berbahaya (B3), yang jumlahnya akan semakin
bertambah dan semakin beragam.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi
limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah
adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, perkantoran,
dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa padat, cair, gas, dan B3. Di
antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan
dikenal sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Pembuangan limbah tanpa melakukan proses pengolahan terlebih dahulu
karena adanya unsur kelalaian dan kesengajaan merupakan awal petaka bagi
3
pencemaran lingkungan. Wardhana (2001) menyatakan bahwa limbah yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan industri selain dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan, limbah tersebut juga berpotensi menimbulkan gangguan bagi
kesehatan manusia dan gangguan estetika. Secara umum dampak limbah industri
dapat terjadi secara langsung dirasakan oleh manusia maupun secara tidak
langsung yaitu terjadinya kerusakan lingkungan yang akhirnya berdampak
terhadap manusia.
Menurut Mukhrizal (2006) mengingat besarnya dampak negatif yang dampak
ditimbulkan limbah terhadap penurunan kualitas lingkungan, pengolahan limbah
sangat diperlukan dan diharuskan bagi setiap industri. Dampak negatif pada
manusia dapat dinilai dengan adanya keluhan masyarakat terhadap keberadaan
limbah disekitar mereka. Keluhan tersebut dapat berupa gangguan pencernaan,
penyakit kulit dan sistem tubuh lainnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah
nyata dalam upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya.
Dalam membuat dokumen Sistem Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Lingkungan (SMK3L) PT Imeco Inter Sarana mengacu pada standar ISO
9001:2008 (Sistem Manajemen Mutu), dan OHSAS 18001:2007 (Kesehatan dan
Keselamatan Kerja) serta ISO 14001:2004 (Lingkungan).
Sejak berdirinya pada tahun 1972, PT Imeco Inter Sarana telah muncul
sebagai perusahaan swasta terkemuka di Indonesia yang bergerak dalam bidang
pengadaan barang dan jasa untuk menunjang kegiatan operasi dan produksi
minyak bumi, gas, dan panas bumi. Perusahaan juga mengembangkan bisnis
proyek–proyek prasarana energi, utamanya pembangkit listrik dan layanan purna
jual mesin–mesin industri termasuk prasarana pendukungnya dan mesin
4
penggerak sarana transportasi. Dalam perkantoran PT Imeco Inter Sarana
menghasilkan limbah padat (organik dan anorganik), cair, dan B3. Sedangkan,
dalam Workshop Perusahaan Imeco di Bantarjati dan Sentul terkait kegiatan
operasi dan produksi juga menghasilkan limbah–limbah yang berpotensi dapat
mencemari lingkungan yang apabila tidak dapat dikelola dengan baik.
Adapun dampak pencemaran dari limbah–limbah tersebut terhadap kesehatan
manusia adalah seperti dapat menyebabkan seseorang sakit kepala dan pusing,
menimbulkan keracunan, jika orang tersebut terlambat ditolong dapat
mengakibatkan kematian, kanker kulit, katarak, infeksi saluran pernafasan,
penyakit kulit, kolera, disentri, hati, ginjal, cacat pada saraf mata, kerusakan hati,
dan hipertensi.
Berdasarkan paparan tersebut, limbah dari kegiatan industri di Perusahaan
perlu dilakukan penanganan yang benar dan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Hal ini sangat penting untuk menghindari pencemaran baik air, udara
maupun darat yang tentunya juga berdampak kepada pekerja yang menanganinya
secara langsung. Oleh karena itu, melalui kesempatan Praktik Kerja Lapangan ini
dapat menjadi sarana menambah wawasan bagi mahasiswa bagaimana prosedur
pengelolaan limbah di PT Imeco Inter Sarana.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penilaian sementara proses pengelolaan limbah
berdasarkan peraturan-peraturan yang dilakukan di PT Imeco Inter Sarana
tahun 2014.
5
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui jenis dan karakteristik limbah di PT Imeco Inter Sarana
tahun 2014.
b. Mengetahui gambaran penilaian proses pengelolaan limbah cair
berdasarkan PP No.82 tahun 2001, PP No.20 Tahun 1990, KepMenLH
No.112 tahun 2003, dan KepMenkes No.61/MENKES/SK/II/1998 di
PT Imeco Inter Sarana tahun 2014.
c. Mengetahui gambaran penilaian proses pengelolaan limbah padat
berdasarkan KepMenkes No.61/MENKES/SK/II/1998 di PT Imeco
Inter Sarana tahun 2014.
d. Mengetahui gambaran penilaian proses pengelolaan limbah B3
berdasarkan PP No.85 tahun 1999, dan Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan No.01/BAPEDAL/09/1995 di PT
Imeco Inter Sarana tahun 2014.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Dapat menerapkan keilmuan kesehatan lingkungan yang diperoleh di
bangku kuliah dalam praktik pada kondisi yang sebenarnya.
2. Mendapatkan gambaran yang nyata mengenai aplikasi ilmu kesehatan
lingkungan di lingkungan kerja PT Imeco Inter Sarana.
3. Mendapatkan pengalaman bekerja sesuai dengan topik yang akan
diteliti di PT Imeco Inter Sarana.
6
1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
1. Terciptanya kerja sama antara institusi pendidikan dengan instansi
perusahaan tempat magang.
2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan
tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan magang.
3. Memperoleh masukan yang positif untuk dapat ditetapkan dalam
program magang selanjutnya.
4. Laporan magang dapat dijadikan sebagai bahan tambahan bacaan
mengenai gambaran proses pengelolaan limbah di PT Imeco Inter
Sarana.
1.3.3 Bagi Institusi Magang
1. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa magang dalam pelaksanaan
program Kesehatan Lingkungan.
2. Perusahaan dapat melakukan koreksi terhadap lingkungan perusahaan
yang telah dimiliki berdasarkan gambaran dan data yang diolah oleh
mahasiswa.
3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan manfaat
antara PT Imeco Inter Sarana dengan Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Jakarta, khususnya peminatan Kesehatan
Lingkungan.
4. Hasil dari kerja praktek yang dilakukan penulis dapat dijadikan
referensi masukan yang bermanfaat tentang kajian dalam aspek
Kesehatan Lingkungan.
7
5. Hasil dari kegiatan magang dapat dijadikan suatu sumber ilmu baru
yang lebih akurat dan dapat dijadikan masukan yang bermanfaat
tentang gambaran pengelolaan limbah.
6. Hasil dari kegiatan magang yang dilakukan penulis dapat dijadikan
referensi yang bermanfaat tentang kajian dalam program manajemen
lingkungan di perusahaan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah
2.1.1 Definisi Limbah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah adalah
sisa suatu usahadan/ atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah
bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses
produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan
sebagainya.
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah yang mengandung bahan
polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah
B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi
berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumberdaya (Ginting,
2007).
2.1.2 Jenis dan Karakteristik Limbah
Berdasarkan nilai ekonominya, limbah dibedakan menjadi limbah
yang mempunyai nilai ekonomis, dan limbah yang tidak memiliki nilai
ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana
dengan melalui suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah.
Limbah non ekonomis adalah suatu limbah adalah suatu limbah yang
walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan
8
memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk mempermudah sistem
pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan masalah pencemaran
dan kerusakan lingkungan (Kristanto, 2002). Berdasarkan karakteristik
limbah digolongkan menjadi tiga bagian yaitu limbah cair, limbah padat,
dan limbah gas (Darmono, 2001).
2.2 Limbah Cair
2.2.1 Definisi Limbah Cair
Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, limbah cair
adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air beserta buangan
yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.
Adapun menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 122
Tahun 2005, limbah cair adalah limbah yang berasal dari air sisa kegiatan
proses produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali.
Sedangkan, limbah cair domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan
rumah tangga, perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran, rumah,
dan kantor rumah dan toko, rumah sakit, mall, pasar swalayan, balai
pertemuan, hotel, industri, sekolah, baik berupa grey water (air bekas)
ataupun black water (air kotor/tinja).
Secara umum dapat dikemukakan bahwa limbah cair adalah cairan
buangan yang berasal dari rumah tangga dan industri serta tempat-tempat
umum lainnya dan mengandung bahan atau zat yang dapat membahayakan
9
kesehatan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup
(Kusnoputranto, 2002).
2.2.2 Sumber Limbah Cair
Beberapa sumber dari air limbah antara lain adalah sebagai berikut
(Kusnoputranto, 2002):
1. Air limbah rumah tangga (domestic waste water)
2. Air limbah kota praja (municipal waste water)
3. Air limbah industri (industrial waste water)
2.2.3 Parameter Limbah Cair
Beberapa parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air
limbah antara lain: (Kusnoputranto, 2002):
1. Kandungan Zat Padat
Yang diukur dari kandungan zat padat ini adalah dalam bentuk
Total Solid Suspended (TSS) dan Total Dissolved Solid (TDS). TSS
adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air yang tidak larut dan
tidak dapat mengendap langsung. TDS adalah padatan yang
menyebabkan kekeruhan pada air yang sifatnya terlarut dalam air.
2. Kandungan Zat Organik
Zat organik di dalam penguraiannya memerlukan oksigen dan
bantuan mikroorganisme. Salah satu penentuan zat organik adalah
dengan mengukur BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari buangan
tersebut. BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk melakukan dekomposisi aerobik bahan-bahan organik dalam
10
larutan di bawah kondisi waktu dan suhu tertentu (biasanya lima hari
pada 200 C).
3. Kandungan Zat Anorganik
Beberapa komponen zat anorganik yang penting untuk
mengawasi kualitas air limbah antara lain : Nitrogen dalam senyawaan
Nitrat, Phospor, H2O dalam zat beracun dan logam berat seperti Hg,
Cd, Pb dan lain-lain.
4. Gas
Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada air buangan berasal dari
udara yang larut ke dalam air, sedangkan gas H2S, NH3, dan CH4
berasal dari proses dekomposisi air buangan. Oksigen di dalam air
buangan dapat diketahui dengan mengukur DO (Dissolved Oxygen).
Jumlah oksigen yang ada di dalam sering digunakan untuk
menentukan banyaknya/besarnya pencemaran organik dalam larutan,
makin rendah DO suatu larutan makin tinggi kandungan zat
organiknya.
5. Kandungan Bakteriologis
Bakteri golongan Coli terdapat normal di dalam usus dan tinja
manusia. Sumber bakteri patogen dalam air berasal dari tinja manusia
yang sakit. Untuk menganalisa bakteri patogen yang terdapat dalam
air buangan cukup sulit sehingga parameter mikrobiologis digunakan
perkiraan terdekat jumlah golongan coliform (MPN/ Most Probably
11
Number) dalam sepuluh mili buangan serta perkiraan terdekat jumlah
golongan coliform tinja dalam seratus mili air buangan.
6. pH (Derajat Keasaman)
Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan biologis
karena pH yang kecil akan menyulitkan, disamping akan mengganggu
kehidupan dalam air bila dibuang ke perairan terbuka.
7. Suhu
Suhu air buangan umumnya tidak banyak berbeda dengan
suhu udara tapi lebih tinggi daripada suhu air minum. Suhu dapat
mempengaruhi kehidupan dalam air. Kecepatan reaksi atau
pengurangan, proses pengendapan zat padat serta kenyamanan dalam
badan-badan air.
2.2.4 Tujuan Pengolahan Limbah Cair Industri
Pengolahan limbah cair industri mempunyai tujuan (Pandia, 1995):
1. Penghilangan bahan tersuspensi dan terapung.
2. Penghilangan organisme patogen.
3. Pengolahan bahan organik yang terbiodegradasi.
4. Peningkatan pengertian tentang dampak pembuangan limbah yang
tidak diolah atau sebagian diolah terhadap lingkungan.
5. Peningkatan pengetahuan dan pemikiran tentang efek jangka panjang
yang mungkin akan ditimbulkan oleh komponen tertentu dalam
limbah yang dibuang ke badan air.
6. Peningkatan kepedulian nasional untuk perlindungan lingkungan.
12
7. Pengembangan berbagai metode yang sesuai untuk pengolahan
limbah.
2.2.5 Dampak Limbah Cair
A. Terhadap Badan Air
1. Limbah cair organik
Kandungan senyawa organik dalam badan air penerima akan
meningkat, akan terjadi kadar parameter menyimpang dari standard
maka akan terjadi penguraian yang tidak seimbang dan akan
menimbulkan kondisi septik (suatu keadaan dimana kadar oksigen
terlarut nol) dan timbul bau busuk (H2S).
2. Limbah cair anorganik
Pada badan air penerima, kandungan unsur kimia beracun,
logam berat, dan lain-lain meningkat. Kadang-kadang diikuti
dengan kenaikan temperatur, kenaikan/penurunan pH. Keadaan ini
akan mengganggu kehidupan air misalnya tumbuhan dan hewan
akan punah ataupun ada senyawa beracun/logam berat dalam
kehidupan air. Bila air tersebut mempunyai kesadahan tinggi atau
partikel yang dapat mengendap cukup banyak, hal ini akan
mengakibatkan pendangkalan, sehingga dapat menimbulkan banjir
di musim hujan. Selain itu senyawa beracun/ logam berat sangat
membahayakan bagi masyarakat yang menggunakan air sungai
sebagai badan air penerima yang dipergunakan sebagai sumber
penyediaan air bersih.
B. Terhadap Kesehatan Manusia
13
Badan air yang menerima limbah cair, mempunyai potensi
untuk menyebabkan gangguan bagi kesehatan manuasis pada sistem
saluran pencernaan makanan, kulit, dan sistem tubuh lain. Menurut
Soedjono (1991), ada beberapa penyakit yang ditularkan melalui
limbah cair antara lain: penyakit Amoebiasis, Ascariasis, Cholera,
penyakit cacing tambang, Leptospirosis, Shigellosis,
Strongyloidiasis, Tetanus, Trichuruasis, dan Thypus.
2.2.6 Sistem Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah dengan memafaatkan teknologi pengolahan dapat
dilakukan dengan cara fisika, kimia, dan biologis atau gabungan dari
ketiga sistem pengolahan tersebut. Berdasarkan sistem unit operasinya
teknologi pengolahan limbah diklasifikasikan menjadi unit operasi fisik,
unit operasi kimia, dan unit operasi biologi. Sedangkan bila dilihat dari
tingkatan perlakuan pengolahan maka sistem pengolahan limbah
diklasifikasikan menjadi: Pre treatment, Primary treatment, Secondary
treatment, dan Tertiary treatment system. Setiap tingkatan treatment
terdiri pula atas sub-sub treatment yang satu dengan yang lain berbeda.
1. Pre treatment
Pengolahan pendahuluan digunakan untuk memisahkan
padatan kasar, mengurangi ukuran padatan, memisahkan minyak atau
lemak, dan proses menyetarakan fluktuasi aliran limbah pada bak
penampung. Unit yang terdapat dalam pengolahan pendahuluan
adalah:
a. Saringan (bar screen)
14
b. Pencacah (communitor)
c. Bak penangkap pasir (grit chmaber)
d. Penangkap lemak dan minyak (skimmer and grease trap)
e. Bak penyetaraan (equalization basin)
2. Primary treatment
Pengolahan tahap pertama bertujuan untuk mengurangi
kandungan padatan tersuspensi melalui proses pengendapan
(sedimentation). Pada proses pengendapan partikel padat dibiarkan
mengendap ke dasar tangki. Bahan kimia biasanya ditambahkan
untuk menetralisasi dan meningkatkan kemampuan pengurangan
padatan tersuspensi. Dalam unit pengurangan BOD dapat mencapai
35%, sedangkan suspended solid berkurang sampai 60%.
Pengurangan BOD dan padatan pada tahap awal ini selanjutnya akan
membantu mengurangi beban pengolahan tahap kedua.
3. Secondary treatment
Pengolahan kedua ini mencakup proses biologis untuk
mengurangi bahan-bahan organik melalui mikroorganisme yang ada
di dalamnya. Pada proses ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain jumlah air limbah, tingkat kekotoran, jenis kotoran yang
ada, dan sebagainya reaktor pengolahan lumpur aktif (activated
sludge) dan saringan penjernihan biasanya dipergunakan dalam tahap
ini. Pada proses penggunaan lumpur aktif, maka air limbah yang telah
lama ditambahkan pada tangki aerasi dengan tujuan untuk
memperbanyak jumlah bakteri secara cepat agar proses biologis
15
dalam menguraikan bahan organik berjalan lebih cepat. Lumpur aktif
tersebut dikenal sebagai MLSS (Mizeed Liquiour Suspended Solid),
dalam proses biologis ada dua hal yang penting yaitu:
a. Proses Penambahan Oksigen
Pengambilan zat pencemar yang terkandung di dalam air
limbah merupakan tujuan pengolahan air limbah. Penambahan
oksigen adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar
tersebut sehingga konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau
bahkan dihilangkan sama sekali. Zat yang diambil dapat berupa
gas, cairan ion, koloid, atau bahan tercampur.
b. Pertumbuhan bakteri dalam bak reaktor
Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan organik yang ada
di dalam air limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri
yang cukup untuk menguraikan bahan-bahan organik tersebut.
Bakteri yang digunakan ini memerlukan bahan makanan, yaitu
lumpur. Untuk penambahan bahan makanan agar persediaan
makan lebih banyak maka digunakan lumpur. Lumpur yang
digunakan untuk penambahan makanan ini disebut lumpur aktif
(activated sludge). Pemberian lumpur aktif ini dilakukan sebelum
memasuki bak aerasi dengan mengambil lumpur dari bak
pengendapan kedua atau dari bak pengendapan akhir (final
sedimentation tank).
4. Tertiary treatment
16
Pengolahan tahap ketiga disamping masih dibutuhkan untuk
menurunkan kandungan BOD juga dimaksudkan untuk
menghilangkan senyawa fosfor dengan bahan kimia sebagai
koagulan, menghilangkan senyawa nitrogen melalui proses amonia
stripping menggunkan udara ataupun nitrifikasi-denitrifikasi dengan
memanfaatkan reaktor biologis, menghilangkan sisa bahan organik
dan senyawa penyebab warna melalui proses absorbsi menggunakan
karbon aktif, menghilangkan padatan terlarut melalui pertukaran ion,
osmosis balik maupun elektrodialisis. Beberapa tahap pengolahan
lanjutan antara lain (Soeparman, 2002):
1. Proses pemekatan yang bertujuan mengurangi kadar air yaitu
dengan cara pengapungan.
2. Proses stabilisasi yang menggunakan proses biologis, baik secara
aerob maupun anaerob.
3. Proses pengaturan/conditioning yang bertujuan untuk mengurangi
kadar air dengan cara penggumpalan yang menggunakan polimer
sehingga dapat mempermudah proses pengangkutan.
4. Proses pengurangan air yang bertujuan mengurangi kadar dari
lumpur. Cara yang dapat dilakukan untuk mengambil air yang
terdapat di dalam lumpur dengan cara alamiah maupun cara
mekanis misalnya penyaringan dengan penekanan, gerakan
kapiler, saringan hampa udara, pemutaran, dan pemadatan.
5. Proses penyaringan yang menggunakan bak pengering.
6. Proses pembuangan yang dapat dilakukan di laut dan di tanah.
17
7. Pembunuhan bakteri yang bertujuan untuk mengurangi atau
membunuh mikroorganisme patogen yang ada di air limbah.
Bahan yang umum dipakau adalah desinfektan antara lain klorin
yang tujuannya untuk merusak enzim dan dinding
mikroorganisme.
2.3 Limbah Padat
2.3.1 Definisi Limbah Padat
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah, limbah padat yang lebih dikenal sebagai sampah merupakan sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Contoh: sisa-sisa organisme, barang dari plastik, kaleng, botol, dan lain-
lain.
2.3.2 Sumber Limbah Padat
Beberapa sumber dari limbah padat antara lain ( Kusnoputranto, 2002):
1. Sampah buangan rumah tangga termasuk sisa bahan makanan, sisa
pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga
sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya.
2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan
sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan
dan sampah pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan
sebagainya.
3. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu
jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan
18
makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa
kotoran serta bangkai hewan.
4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu
industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.
5. Pertanian
2.3.3 Cara Pengolahan Limbah Padat
Berdasarkan sifatnya pengolahan limbah padat dapat dilakukan
melalui 2 cara (Kristanto, 2002):
1. Limbah padat tanpa pengolahan.
2. Limbah padat dengan pengolahan.
Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat tertentu
yang difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena limbah
tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya.
Tempat pembuangan limbah semacam ini dapat di daratan ataupun di laut.
Berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya
atau yang setidak-tidaknya menimbulkan reaksi kimia baru. Limbah
semacam ini harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat
pembuangan akhir.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbnagkan sebelum limbah diolah:
a. Jumlah limbah, jika jumlah limbahnya sedikit maka tidak
membutuhkan penanganganan khusus seperti tenpat dan sarana
pembuangannya, tetapi jika limbah yang dibuang misalnya 4 meter
kubik per hari sudah tentu membutuhkan tempat pembuangan akhir dan
sarana pengangkutan tersendiri.
19
b. Sifat fisik dan kimia limbah, dapat merusak dan mencemari lingkungan,
secara kimia dapat menimbulkan reaksi saat membentuk senyawa baru.
Limbah padat yang berupa lumpur akan mencemari air tanah melalui
penyerapan ke dalam tanah.
c. Kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan, perlu diketahui
komponen lingkungan yang rusak akibat pencemaran pada tempat
pembuangan akhir. Unsur mana yang terkena dampak dan bagaimana
tingkat pencemaran yang ditimbulkan.
d. Tujuan akhir yang hendak dicapai, tujuan yang hendak dicapai
tergantung dari kondisi limbah, bersifat ekonomis atau non ekonomis.
Untuk limbah yang memiliki nilai ekonomis mempunyai tujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan untuk memanfaatkan kembali bahan yang
masih berguna. Sedangkan limbah non ekonomis pengolahan ditujukan
untuk pencegahan perusakan lingkungan.
Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas pengoahan limbah
padat dapat dilakukan proses-proses sebagai berikut:
1. Pemisahan
Pemisahan perlu dilakukan karena dalam limbah terdapat berbagai
ukuran dan kandungan bahan tertentu. Proses pemisahan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Sistem Balistik
Pemisahan cara ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang
lebih seragam, misalnya berat dan volumenya.
b. Sistem Gravitasi
20
Pemisahan dilakukan berdasarkan gaya beratnya, misalnya
terhadap bahan yang terapung dan bahan yang tenggelam
dalam air yang karena gravitasi akan mengendap.
c. Sistem Magnetis
Bahan yang bersifat magnetis akan menempel pada magnet
yang terdapat pada peralatan sedangkan yang tidak
mempunyai akan langsung terpisah.
2. Penyusutan Ukuran
Ukuran bahan diperkecil untuk mendapatkan ukuran yang lebih
homogen sehingga mempermudah pemberian perlakuan pada
pengolahan berikutnya dnegan maksud antara lain:
a. Ukuran volume menjadi lebih kecil
b. Volume bahan lebih kecil
c. Berat dan volume bahan lebih kecil. Cara ini umumnya
dilakukan dengan pembakaran (insenerasi) pada alat
insenerator.
3. Pengomposan
Bahan kimia yang terdapat di dalam limbah diuraikan secara
biokimia, sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih
bermanfaat. Pengomposan banyak dilakukan terhadap limbah
yang sudah membusuk, buangan industri, lumpur pabrik, dan
sebagainya. Untuk beberapa jenis buangan tertentu barang kali
tidak membutuhkan pengomposan, tetapi pembakaran (insenerasi)
dengan tahap sebagai berikut:
21
a. Pemekatan
b. Penghancuran
c. Pengurangan air
d. Pembakaran
e. Pembuangan
2.3.4 Dampak Limbah Padat
1. Terhadap lingkungan
a. Dampak menguntungkan
Menurut Slamet (2000), limbah padat dapat menguntungkan bagi
lingkungan karena dapat dipakai sebagai penyubur tanah,
penimbun tanah dan dapat memperbanyak sumber daya alam
melalui proses daur ulang.
b. Dampak merugikan
Menurut Wardhana (2004), limbah padat akan menyebabkan bau
yang tidak sedap akibat penguraian limbah tersebut. Timbunan
limbah padat dalam jumlah besar akan menimbulkan pemandangan
yang tidak sedap, kotor, dan kumuh. Dan juga dapat menimbulkan
pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air.
2. Terhadap manusia
a. Dampak menguntungkan
Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan
sebagai sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil
kembali untuk dimanfaatkan (Slamet, 2000).
b. Dampak merugikan
22
Limbah padat menjadi media bagi perkembangan vektor seperti
tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular
bagi manusia diantaranya Demam Berdarah Dengeu (DBD),
Malaria, Filariasis, Pes, dan sebagainya (Wardhana, 2004).
2.4 Limbah B3
2.4.1 Definisi Limbah B3
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 tahun
2008 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun, limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang
mengnadung bahan berbahaya dan /atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan
hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan atau beracun karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (PP
No.85 tahun 1999).
2.4.2 Identifikasi Limbah
Menurut PP No.85 tahun 1999 limbah dapat diidentifikasi menurut
sumber dan atau uji karakteristik.
1. Sumber limbah B3 dibedakan menjadi sebagai berikut:
23
a) Limbah B3 sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses
suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.
b) Limbah B3 sumber tidak spesifik
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang
pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi berasal
dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi
(inhibitor korosi), pelarutan kerak, pengemasan, dan lain-lain.
c) Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas
kemasan, an buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa
kemasan, atau buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi,
karena tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak dapat
dimanfaatkan kembali maka suatu produk menjadi limbah B3 yang
memerlukan pengelolaan. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa
kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.
2. Karakteristik limbah
a) Mudah meledak
Jika limbah yang pada suhu dan tekanan standar (250C, 760
mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang
dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
b) Mudah terbakar
24
Terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu
sifat-sifat: limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang
dari 24% volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60oC
(1400F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan
api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 769 mmHg. Limbah
yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan
standar (250C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran
melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran terus
menerus. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah
terbakar, merupakan limbah pengoksidasi.
c) Bersifat reaktif
Jika limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat:
limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah yang dapat
bereaksi hebat dengan air. Limbah yang apabila bercampur dengan
air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap atau
asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan lingkungan.
d) Beracun
Jika limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun
bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian
atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernafasan, kulit, atau mulut.
25
e) Menyebabkan infeksi
Merupakan limbah yang menyebabkan adanya infeksi, berasal
dari bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh
manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau
limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular. Limbah ini berbahaya dan mengandung kuman penyakit
seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja,
pembersih jalan, dan masyarakat sekitar lokasi pembuangan
limbah.
f) Bersifat korosif
Merupakan limbah yang mempunyai salah satu sifat:
menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi
lebih besar dari 6.35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C,
mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa (PP
No.85 tahun 199).
2.4.3 Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan
pengelolaan, dan penimbunan limbah B3.Reduksi limbah B3 adalah suatu
kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan mengurangi sifat
bahaya dan racun limbah B3 sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan (PP
No.85 tahun 1999).
26
Pengolahan limbah B3 adalah kegiatan yang menghasilkan,
mengangkut, mengedarkan, menyimpan, dan atau membuang B3 (PP
No.74 tahun 2001). Adapun tujuan dari pengelolaan limbah B3 adalah
untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan limbah B3 serta melakukan pemulihan
kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan
fungsinya kembali (PP No.85 tahun 1999).
2.4.4 Prosedur Pengelolaan Limbah
Setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan yang
menggunakan B3 dan atau menghasilkan limbah B3 wajib melaksanakan
reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan atau menimbun limbah B3.
Pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkan itu kepada
pengolah dan atau penimbun limbah B3 (PP No.85 tahun 1999). Penghasil
limbah B3 adalah orang yang usaha dan/atau kegiatannya menghasilkan
limbah B3.
a. Reduksi limbah
Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan beracun limbah B3, sebelum dihasilkan
dari suatu kegiatan (PP No. 85 tahun 1999).
b. Pengemasan
Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau
memasukkan B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup
dan atau menyegelnya (PP No. 74 tahun 2001). Persyaratan umum
pengemasan sebagai berikut:
27
1) Kemasan limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan
bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
2) Bentuk ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengan
karakteristik limbah B3 yang akan dikemas dengan
mempertimbnagkan segi keamanan dan kemudahan dalam
penanganannya.
3) Kemasan dapat terbuat dari bak kontainer atau tangki berbentuk
slinder vertikal maupun horizontal atau drum yang terbuat dari
bahan logam, drum yang terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP,
atau PVC) atau bahan logam dengan syarat bahan kemasan yang
dipergunaka tidak berekasi dengan limbah B3 yang disimpan.
4) Limbah B3 yang tidak sesuai karakteristiknya tidak boleh disimpan
secara bersama-sama dalam satu kemasan.
5) Untuk mencegah risiko timbulnya bahaya selama penyimpanan,
jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah,
pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
6) Jika kemasan limbah B3 sudah dalam kondisi yang tidak layak
(misalnya terjadi oengkaratan atau terjadi kerusakan permanen)
atau jika mulai bocor, limbah B3 tersebut harus dipindahkan ke
dalam kemasan lain yang memenuhi syarat sebagai kemasan bagi
limbah B3.
7) Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan
28
memenuhi ketentuan tentang tata cara dan persyaratan bagi
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3, diantaranya sebagai
berikut:
(a) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai
dengan karakteristik limbah yang dikemas.
(b) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus
mempunyai ukuran minimum adalahh 10 cm x 10 cm atau lebih
besar.
(c) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus terbuat
dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang
mungkin mengenainya dan harus melekat kuat pada permukaan
kemasan.
(d) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus dipasang
pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain
dan mudah terlihat.
(e) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak boleh
terlepas, atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum
kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3.
(f) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 yang
kemasannya telah dibersihkan dan akan dipergunakan kembali
untuk pengemasan limbah B3 harus diberi label “KOSONG”.
(g) Label harus dipasang pada kemasan limbah B3 yang berfungsi
untuk memberikan informasi dasar mengenai kualitatif dan
kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas.
29
c. Penyimpanan limbah
Limbah B3 harus disimpan secara tepat, bilamana ingin
dicegah kemungkinan bahaya-bahayanya. Fasilitas dan prosedur
penyimpanan harus menampung keselamatan dari seluruh
kemungkinan bahayanya. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan
jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah dengan segera. Kegiatan
penyimpanan limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya
terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindarkan. Untuk
meningkatkan pengamanannya, maka sebelum dilakukan penyimpanan
limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman
karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur
tata cara yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman.
Penyimpanan limbah B3 adalah kegiatan menyimpan limbah
B3 yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah
dan/atau penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara.
d. Pengumpulan limbah
Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3
sebelum dikirim ke tempat pengelolaan dan/atau pemanfaatan dan/atau
penimbunan limbah B3 (PP No.85 tahun 1999). Pengumpulan limbah
B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil limbah
dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada
pemanfaat, pengolah, dan/atau penimbunan limbah B3.
e. Pengangkutan
30
Penyerahan limbah B3 oleh penghasil/pengumpul, pemanfaat,
pengolah kepada pengangkut wajib disertai dokumen limbah.
Pengangkutan dilakukan dengan alat khusus.
Pengangkut limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pengangkutan limbah B3 (PP No. 85 tahun 1999).
f. Rekapitulasi limbah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang
pengelolaan B3 pasal 11 bahwa penghasil limbah B3 wajib membuat
dan menyimpan catatan, tentang:
a) Jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu dihasilkan limbah B3.
b) Jenis, karaktersitik, jumlah , dan waktu penyerahan limbah B3.
c) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman
kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun
limbah B3.
g. Reporting limbah
Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3
sekurang-kurangnya sekali dalam 6 bulan kepada instansi yang terkait
dan Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang
bersangkutan. Catatan limbah B3 dipergunakan untuk inventarisasi
jumlah limbah yang dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam
rangka penetapan kebijakan dalam pengelolaan limbah B3 (PP No. 85
tahun 1999 pasal 11).
Penyerahan limbah B3 oleh penghasil dan atau pengumpul dan
atau pemanfaat dan atau pengolah kepada pengangkut wajib disertai
31
dengan dokumen limbah B3. Setiap pengangkutan limbah B3 oleh
pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3.
Pengangkut limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 kepada
pengumpul dan atau pemanfaat dan atau penimbun limbah B3 yang
ditunjuk oleh penghasil limbah B3 (PP No. 85 tahun 1999).
2. 5 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.5.1 PROFIL PT IMECO INTER SARANA
Sejak berdirinya pada tahun 1972, PT Imeco Inter Sarana telah
muncul sebagai perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang
pengadaan barang dan jasa untuk menunjang kegiatan operasi dan
produksi minyak bumi, gas, dan panas bumi di Indonesia. Perusahaan
juga mengembangkan bisnis proyek – proyek prasarana energi, utamanya
pembangkit listrik dan layanan purna jual mesin – mesin industri
termasuk prasarana pendukungnya dan mesin penggerak sarana
transportasi. PT Imeco Inter Sarana berada di lokasi Gedung Perkantoran
Beltway Office Park Jalan Ampera Raya No. 9 – 10 kelurahan Ragunan,
Kecamatan Pasar Minggu Wilayah Kota Jakarta Selatan, dengan batas
sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Gedung Perkantoran
2. Sebelah Selatan : Jl. Let. Jend. TB Simatupang
3. Sebelah Timur : Kantor Polisi
4. Sebelah Barat : Jl. Ampera Raya
Gedung Perkantoran Beltway Office Park (PT Imeco Inter Sarana)
terdiri dari 2 gedung dengan luas tanah masing-masing 4.575 m2 untuk
32
gedung C dan 4.931 m2 untuk gedung A, masing-masing bangunan
terdiri dari 8 lantai dan 1 basement, kedua bangunan berfungsi sebagai
gedung perkantoran dengan fasilitas penunjang seperti mushola, ruang
security, dan lain-lain. PT Imeco Inter Sarana juga memiliki workshop
yang bekerja sama dengan mitra kerjanya sehingga dapat menunjang
dalam kegiatan operasi dan produksi diantaranya Workshop Bantarjati
terdapat kegiatan pembuatan pompa angguk untuk pengeboran minyak
bumi dan gas yang terletak di daerah Gunung Putri, Bogor, dan
Workshop Sentul terdapat kegiatan inspeksi pipa dari pengeboran
minyak bumi dan gas yang terletak di daerah Sentul.
2.5.2 VISI, MISI, DAN TATA NILAI
a. Visi
Diakui sebagai mitra yang bernilai guna (berbobot, terpercaya)
dan mampu menyumbangkan nilai tambah yang berharga di bidang
pembangunan sarana pengembangan energi dan industri di Indonesia.
b. Misi
1. Fokuskan perhatian pada kebutuhan pelanggan akan solusi.
2. Kembangkan sinergi dan ciptakan nilai tambah.
3. Junjung kepercayaan pelanggan melalui prestasi yang berkualitas.
4. Raih hasil usaha yang sehat.
c. Tata Nilai
1. Sumber daya manusia merupakan aset yang utama.
2. Komitmen dan team work kunci sukses usaha.
3. Kita tumbuh dan sejahtera bersama.
33
2.5.3 STRUKTUR ORGANISASI PT IMECO INTER SARANA
Bagan 2.1 ORGANISASI MANAJEMEN IMECO
BOARD OF COMMISSIONERS
CORPORATE BOARD
BOARD OF DIRECTORS
GENERAL & PUBLIC AFFAIRS QUALITY & HSE HUMAN RECOURCES
DEVELOPMENT
CORPORATE PLANNING
PT IMECO INTER
SARANA
OIL, GAS &
GEOTHERMAL
CORE BUSINESS
PT IMECO INTER
SARANA
POWER SYSTEM &
PROJECT DEVELOPMENT
PT IMECO INTER
SARANA
PROPERTY &
INFRASTRUCTURE
PT IMECO INTER
SARANA
OPERATIONS &
MAINTENANCE
PT IMECO INTER
SARANA
POWER SUPPORT &
TRANSPORTATION
GROUP SUPPORT
OPERATION SUPPORT
CENTRAL SUMATRA
EAST KALIMANTAN
BATAM
SINGAPORE
FINANCE & ACCOUNTING/
SUPPORT SERVICES MANUFACTURING & SHOP
FACILITIES
34
2.6 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Dasar hukum pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3) terdapat dalam Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987 tentang
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja yang disebutkan pada pasal 2 (dua) bahwa tempat kerja dimana
pengusaha/pengurus memperkerjakan 100 (seratus) orang atau lebih, atau tempat
kerja dimana pengusaha/pengurus memperkerjakan kurang dari 100 (seratus) tenaga
kerja namun menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar
akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran radioaktif
pengusaha/pengurus wajib membentuk P2K3. Sedangkan pada pasal 3 (tiga)
disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan pekerja yang
susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3 ialah ahli
keselamatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
2.6.1 Pengertian P2K3
Menurut Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987, P2K3 ialah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha
dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi
efektif dalam penerapan K3.
2.6.2 Tugas dan Fungsi P2K3
A. Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
Tugas P2K3 ialah memberikan saran dan pertimbangan baik diminta
maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3 (berdasarkan pasal 4
(empat) Permenaker RI Nomor PER.04/MEN/1987).
B. Fungsi P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) antara lain:
35
1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja
mengenai:
a. Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara
menanggulanginya.
b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja.
c. Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
d. Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam:
a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.
b. Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.
c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
d. Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
(PAK) serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
e. Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan
kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
f. Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan.
g. Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
h. Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
36
i. Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi
hasil pemeriksaan.
j. Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan
dan kesehatan kerja.
k. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan
manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan
keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan
gizi kerja.
2.6.3 Peran, Tanggungjawab dan Wewenang P2K3:
1. Ketua
a. Menentukan kebijakan K3.
b. Menentukan personel yang diperlukan untuk penerapan K3 di tempat
secara efisien, efektif dan penuh tanggung jawab
c. Melakukan evaluasi kinerja K3 Perusahaan dan menentukan langkah-
langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja K3 perusahaan
untuk mencapai tujuan K3.
d. Menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan untuk seluruh personil yang
di bawah kendali perusahaan untuk menjamin terlaksananya penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.
2. Sekretaris
a. Representasi manajemen dalam menerapkan sistem manajemen K3
perusahaan.
b. Melaksanakan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3
perusahaan.
37
c. Melakukan pemantauan, pengukuran dan laporan tujuan dan program-
program K3 yang telah ditetapkan.
d. Memfasilitasi komunikasi, partisipasi dan konsultasi penerapan Sistem
Manajemen K3 perusahaan.
e. Melakukan pemeriksaan, pengukuran dan laporan tingkat pelaksaanaan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di lingkungan
perusahaan.
f. Pengendalian dokumentasi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
3. Anggota
a. Menjamin sistem manajemen K3 dapat diterapkan berdasarkan identifikasi
bahaya, penilaian dan pengendalian resiko, tujuan dan program-program
K3, prosedur, aturan dan persyaratan lainnya di bagian yang dipimpin
masing-masing.
b. Melaksanakan konsultasi dan partisipasi dalam penerapan K3 apabila ada
hal-hal penting dan mendesak berkaitan dengan K3.
c. Melakukan pengembangan-pengembangan penerapan K3 di bagian yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan K3 selaras dengan kebijakan K3
perusahaan.
2.7 GAMBARAN UMUM HEALTH SAFETY ENVIRONMENT (HSE)
PT Imeco Inter Sarana dalam bidang pengadaan barang dan jasa yang
menunjang kegiatan operasi dan produksi minyak bumi, gas, dan panas bumi di
Indonesia telah menetapkan standar ISO 9001:2008 (Sistem Manajemen Mutu) sejak
tahun 2005, dan OHSAS 18001:2007 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) serta ISO
14001:2004 (Lingkungan) sejak bulan Januari 2009.
38
Selaras dengan persyaratan sistem manajemen secara keseluruhan dan
perbaikan yang berkesinambungan, Direksi PT Imeco Inter Sarana mempunyai
komitmen untuk mengikuti sistem, standar, dan mematuhi prinsip – prinsip unggulan
K3L untuk mendukung Direksi menangani risiko – risiko yang berkaitan dengan
operasi perusahaan. Komitmen dan usaha ini termasuk pembentukan organisasi K3L,
rencana kegiatan, tanggung jawab, praktek – praktek unggulan, prosedur, proses kerja,
sumber daya untuk pengembangan, implementasi, pencapaian target, kaji ulang, dan
perbaikan berkesinambungan dari K3L Perusahaan. Sistem Manajemen K3L PT
Imeco Inter Sarana terdiri dari tujuh elemen, yaitu:
1. Kepemimpinan dan Komitmen
2. Kebijakan K3 oleh Manajemen
3. Perencanaan
4. Implementasi dan Pengontrolan Operasi
5. Pemeriksaan
6. Audit
7. Tinjauan Ulang Manajemen
39
INDUSTRIAL MACHINERY & EQUIPMENT COMPANY
Bagan 2.2 Sistem Manajemen K3L
2.7.1 TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB K3L
2.7.1.1 Tugas dan Tanggung Jawab Project Manager
1. Setiap Manajer bertanggung jawab untuk menjadikan perusahaan
sebagai tempat tempat kerja yang aman, selamat, serta dilengkapi
dengan sarana yang menunjang pemeliharaan keselamatan dan
kesehatan kerja.
HSE MANAGEMENT SYSTEM
Continual Improvement
Leadership & Commitment
HSE Policy Statement
Management Review Planning
Program & Activity
Objective
Performance Measure
Implementation &
Operation
40
2. Setiap Manajer memperhatikan undang – undang dan peraturan –
peraturan pemerintah yang terkait dengan K3L dalam setiap
kegiatan perusahaan.
3. Setiap Manajer menggalakkan penerangan tentang K3L kepada
semua karyawan.
4. Setiap Manajer mengontrol semua karyawan dalam perusahaan
termasuk karyawan sub-contract yang bekerja dalam lingkungan
perusahaan untuk mematuhi peraturan – peraturan K3L yang
berlaku di perusahaan.
5. Setiap Manajer harus memotivasi bawahannya untuk memiliki rasa
tanggung jawab terhadap pelaksanaan program K3L.
6. Setiap Manajer terlibat langsung dalam Safety Committee atau
Panitia Pembina Kesehatan, Keselamtan dan Lingkungan (P2K3L).
7. Setiap Manajer sewaktu – waktu harus mengadakan inspeksi
penerapan keselamatan kerja di area wewenangnya.
8. Setiap Manajer membuat perencanaan kegiatan K3L di area
wewenangnya.
9. Manajer terkait melakukan penyelidikan kecelakaan kerja di area
wewenangnya.
10. Setiap Manajer memperhatikan kondisi lingkungan kerja di
area wewenangnya dan melakukan tindakan perbaikan.
2.7.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab HSE Coordinator/Field Engineer
1. Membantu pimpinan dan pengelolaan keselamatan kerja di Perusahaan.
41
2. Memberikan bimbingan kepada semua departemen mengenai
peraturan K3L. Membantu melaksanakan Peraturan Perusahaan dan
pelaksanaan ketentuan – ketentuan Pemerintah dalam hal K3L.
3. Memeriksa penerapan ketentuan penggunaan alat pelindung diri pada
karyawan.
4. Melaporkan kepada Manajemen jika menemukan sumber bahaya
terhadap aktifitas Perusahaan.
5. Menggalakkan pemberian informasi kepada karyawan sehubungan
dengan penerapan K3L di Perusahaan.
6. Mengadakan inspeksi rutin dalam upaya memelihara K3L.
7. Menghadiri rapat – rapat yang diadakan oleh Perusahaan atau
Pemerintah/Non Pemerintah dalam usaha meningkatkan penerapan
K3L.
8. Melaksanakan penyelidikan lanjutan atas kecelakaan kerja, kerusakan
peralatan, kebakaran dan menyelesaikan administrasinya.
9. Mengadakan orientasi K3L kepada karyawan.
10. Memberikan pengarahan kepada karyawan di lingkungan Perusahaan
untuk memahami dan mengikuti peraturan K3L yang berlaku.
11. Memberikan saran – saran atau usulan pekerjaan alternatif bagi
karyawan yang cacat akibat kecelakaan kerja.
12. Menggalakkan kampanye keselamatan kerja.
13. Mengadakan catatan – catatan administrasi keselamatan kerja serta
statistik kecelakaan yang ada.
14. Menangani semua bahaya yang ada di tempat kerja serta
penaggulangannya bersama – sama para Manajer terkait.
42
15. Menyelidiki semua faktor penyakit akibat kerja yang ada di
Perusahaan.
2.7.1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas
1. Mengawasi dan mengembangkan cara kerja yang aman.
2. Menyelidiki kecelakaan termasuk kebakaran, kerusakan alat, dan
sumber kecelakaan.
3. Mengamati pekerjaan bawahan secara langsung di lapangan untuk
menentukan apakah cara – cara kerja yang aman telah diterapkan dan
melakukan pembetulan segera jika ada penyimpangan atau cara kerja
yang membahayakan yang dilakukan oleh bawahannya.
4. Mengadakan diskusi – diskusi K3L yang teratur dengan bawahan dan
mendorongnya untuk mengemukakan saran – saran serta memberikan
perhatian pada saran – saran serta memberikan perhatian pada saran –
saran tersebut.
5. Memelihara dan mengecek semua peralatan di bawah loksai
pengawasannya.
6. Mendorong tercapainya program K3L di lokasi pengawasannya.
7. Mewujudkan tempat kerja yang aman dan melaksanakan ketentuan
pemakaian peralatan pelindung diri pada bawahannya.
8. Melaporkan dan memperbaiki adanya keadaan yang tidak aman serta
menghilangkan penyebabnya.
2.1.7.4 Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan
1. Mentaati peraturan K3L agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang dapat menimpanya.
43
2. Memakai pakaian dan peralatan pelindung diri sesuai dengan kondisi
bahaya di tempat kerja dan jenis pekerjaannya.
3. Memeriksa dan memastikan kondisi yang aman di lingkungan kerja
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
4. Melaporkan dengan segera kepada atasan jika terjadi kecelakaan
menimpa diri sendiri atau teman sekerja. Melaporkan kondisi
lingkungan atau peralatan yang tidak aman segera kepada atasan.
Meminta petunjuk dan penjelasan pada atasan mengenai tata tertib K3L
yang kurang jelas.
5. Memelihara alat – alat pelindung diri yang diberikan kepadanya.
2.7.2 FUNGSI KOMITE K3L
Dalam Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Lingkungan (SMK3L) di PT Imeco Inter Sarana fungsi komite K3L adalah
sebagai berikut:
1. Menindak lanjuti hasil pertemuan/laporan – laporan dari kordinator K3L
tentang pelaksanaan program K3L. Membicarakan laporan kecelakaan
kerja dan hal – hal lain yang berhubungan dengan peraturan keselamatan
dan kesehatan kerja.
2. Memberikan usul kepada Perusahaan tentang upaya pencegahan
kecelakaan kerja.
3. Menyusun program mengenai kesehatan, keselamatan, dan lingkungan.
4. Melaporkan setiap kecelakaan kerja dan mencatat statistik kecelakaan.
2.7.3 KEBIJAKAN K3L
Berdasarkan Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan yang telah
ditetapkan, maka Manajemen PT Imeco Inter Sarana dengan ini menegaskan
44
bahwa Kebijakan Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Lingkungan (SMK3L) dari Perusahaan dengan menerapkan ISO 9001:2008,
OHSAS 18001:2007, dan ISO 14001:2004 diseluruh jajaran organisasi.
Pernyataan kebijakan Perusahaan adalah:
“ MENJADI MITRA YANG BERNILAI GUNA”
Pimpinan Perusahaan mempunyai komitmen menjamin semua karyawan,
pelanggan, dan mitra kerja Imeco agar dapat bekerja secara aman,
mendapatkan lingkungan lingkungan kerja yang sehat dan terpelihara sejalan
dengan rencana strategis (Renstra) Perusahaan. Pimpinan Unit Usaha dan
seluruh karyawan bertanggung jawab untuk berperan secara aktif dan
memberikan kontribusi sesuai dengan arah dan visi kebijakan ini dengan
mematuhi peraturan perundangan Pemerintah Republik Indonesia dan
ketentuan lainnya yang terkait jaminan Mutu, Keselamatan, Kesehatan Kerja,
dan Lingkungan, serta persyaratan – persyaratan standar ISO 9001:2008,
OHSAS 18001:2007, dan ISO 14001:2004. Masing–masing Strategic Business
Unit, Divisi, dan Departemen diharuskan untuk menggalakkan perbaikan
proses kerja secara berkesinambungan.
Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan selalu menjadi perhatian dan
pemikiran Perusahaan. Perusahaan telah mengembnagkan suatu kebijakan
dasar untuk meniadakan cedera dan kesehatan yang buruk yang disebabkan
karena pekerjaan. Kebijakan ini berkembang dari waktu ke waktu melalui
pengalaman dan penyelidikan. Penerapan yang menjadu tanggung jawab
bersama meliputi:
1. Meniadakan cedera dan kondisi berbahaya dan penyelidikan yang
diakibatkan oleh aktifitas pekerjaan.
45
2. Mengembangkan tanggung jawab bagi setiap karyawan akan pekerjaannya
yang mencakup keselamatan diri sendiri dan orangg lain.
3. Mengembangkan cara komunikasi yang efektif antara karyawan dan
Perusahaan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Memberikan tata cara kerja yang mengikuti norma – norma kesehatan dan
keselamatan kerja.
5. Pelatih perorangan mencakup pengetahuan dan keterampilan bekerja
sehingga semua karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan aman.
6. Memberikan bantuan yang cepat dan tepat bila terjadi cedera akibat
kecelakaan untuk mengurangi penderitaan sekaligus mempercepat proses
penyembuhan.
7. Menyelidiki sebab musabab suatu kecelakaan baik yang berakibat cedera
atau tidak dan melakukan langkah perbaikan guna mencegah terulangnya
kecelakaan yang sama.
8. Menerapkan progran bebas kecelakaan kerja.
9. Meniadakan bahaya kebakaran.
10. Mengurangi kerusakan peralatan Perusahaan.
2.7.4 PROGRAM K3L
Implementasi program K3L adalah salah satu usaha untuk mencapai
suksesnya visi dan misi perusahaan. Direksi PT Imeco Inter Sarana bertekad
menjamin kesehatan kerja, keselamatan kerja, dan lingkungan yang aman dan
selamat untuk karyawan, pelanggan, mitra kerja/sub kontraktor, dan masyarakat
di sekitar daerah operasi perusahaan.
Program K3L Perusahaan mencakup antara lain:
46
a. Membentuk organisasi K3L, menetapkan personalia dan menjabarkan
masing-masing peranan, tanggung jawab, dan wewenang.
b. Melaksankan secara berkala rapat K3L, rapat toolbox, rapat mingguan,
rapat bulanan, dan rapat dengan mitra kerja.
c. Mengadakan kampanye K3L untuk meningkatkan kesadaran K3L kepada
seluruh karyawan, mitra kerja, perusahaan principal, dan masyarakat
sekitar.
d. Periksa sertifikasi kompetensi karyawan dan sertifikasi peralatan sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan pemerintah.
e. Mengadakan pelatihan K3L kepada seluruh karyawan dan supervisor untuk
memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan oleh masing-masing posisi.
f. Melaksanakan inspeksi/internal audit, kunjungan pucuk pimpinan ke daerah
operasi perusahaan, pengkajian oleh direksi, dan eksternal/surveilans audit
dari professional auditor.
g. Melaksanakan K3L program yang komprehensif.
h. Membuat, mengadakan, dan mengimplementasi prosedur operasi yang
standar (Standard Operating Procedure/ SOP) untuk semua macam
pekerjaan yang ada unsur K3L.
i. Membuat dan mengatur manajemen sistem dan prosedur gawat darurat
untuk mengantisipasi situasi gawat darurat yang mungkin terjadi.
2.7.5 STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan PT
Imeco Inter Sarana adalah sebagai berikut:
47
Bagan 2.3 ORGANISASI K3L PT IMECO INTER SARANA
PRESIDENT DIRECTOR
TANU WIJAYA
QUALITY HEALTH SAFETY & ENVIRONTMENTAL (QHSE)
DIRECTOR
M. TAFIF DJONAEDI
CORPORATE QHSE MANAGER
YAN WAGIRAN
QHSE COMMITEE
JAKARTA
QHSE COMMITEE
EAST KALIMANTAN
OPERATION (EKO)
QHSE COMMITEE
BATAM
QHSE COMMITEE
CENTRAL SUMATRA
OPERATION (CSO)
Coordinator/Field engineer
Iwan
Secretary
Mart Deny
Members
Atang Sudarto- Penajam
Pramono- Handil
Coordinator/Field engineer
Hendrik Nasrul
Secretary
Onny Hendra
Members
Suprapto
Nasir Sidik
Coordinator/Field engineer
Junizar (North)
Lamhot Siahaan (South)
Secretary
Simanjuntak
Members
Sandy B (Pekanbaru)
Edward (Duri)
Raymond
Coordinator
Monthly Rotation Basis
Secretary
Linda Saraswati
Members
Iwan Abadi
Saeful Gani
Harsono
Danuri
Jamaludin/Holidin
Andhika/Rummi
Resti/Riza Zulkarnain
QHSE COMMITEE
EAST JAVA OPERATION
QHSE COMMITEE
PAPUA OPERATION
Coordinator/Field Engineer
Muhammad Amin (CS)
Coordinator/Field
Engineer
Salman Fernando
Secretary
Pinkan Jessicca
Nanang Setyoadi
Bekti Purnomohari
Lilik Indarto
48
2.8 Audit Lingkungan
Menurut KepMenLH No.42 tahun 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit
Lingkungan, audit lingkungan adalah suatu atau manajemen yang meliputi evaluasi
secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja
organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan memfasilitasi kontrol
manajemen terhadap pelaksanaan upaya nengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian pentaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-
undangan tentang pengelolaan lingkungan.
2.8.1 Fungsi Audit Lingkungan
Fungsi audit lingkungan adalah sebagai berikut :
a. Upaya peningkatan pentaatan suatu usaha atau kegiatan terhadap peraturan
perundang-undangan lingkungan, misalnya: standar emisi udara, limbah cair,
penanganan limbah dan standar operasi lainnya;
b. Dokumen suatu usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan standar operasi,
prosedur pengelolaan dan pemantauan lingkungan termasuk rencana
tangggap darurat, pemantauan dan pelaporan serta rencana perubahan pada
proses dan peraturan;
c. Jaminan untuk rnenghindari perusakan atau kecenderungan kerusakan
lingkungan;
d. Bukti keabsahan prakiraan dampak dan penerapan rekomendasi yang
tercantum dalam dokurnen AMDAL;
e. Upaya perbaikan penggunaan sumberdaya melalui penghematan penggunaan
bagan, minimisasi limbah dan identifikasi kemungkinan proses daur ulang;
f. Upaya untuk meningkatkan tindakan yang telah dilaksanakan atau yang perlu
dilaksanakan oleh suatu usaha atau kegiatan untuk memenuhi kepentingan
49
lingkungan, misalnya pembangunan yang berkelanjutan, proses daur ulang
dan efisiensi penggunaan sumberdaya (KepMenLH No.42 tahun 1994).
2.8.2 Manfaat Audit Lingkungan
Audit Lingkungan bermanfaat untuk:
a. Mengindentifikasi risiko lingkungan;
b. Menjadi dasar bagi pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan
atau upaya penyempurnaan rencana yang ada;
c. Menghindari kerugian finansial seperti penutupan /pemberhentian suatu
usaha atau kegiatan atau pembatasan oleh pemerintah, atau publikasi
yang merugikan akibat pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang
tidak baik;
d. Mencegah tekanan sanksi hukum terhadap suatu usaha atau kegiatan
atau terhadap pimpinannya berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
e. Membuktikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan apabila dibutuhkan
dalam proses pengadilan;
f. Meningkatkan kepedulian pimpinan/penanggung jawab dan staf suatu
badan usaha atau kegiatan tentang pelaksanaan kegiatannya terhadap
kebijakan dan tanggung jawab lingkungan;
g. Mengidentifikasi kemungkinan penghematan biaya melalui upaya
konservasi energi, dan pengurangan, pemakaian ulang dan daur ulang
limbah;
h. Menyediakan laporan audit lingkungan bagi keperluan usaha atau
kegiatan yang bersangkutan, atau bagi keperluan kelompok pemerhati
lingkungan, pemerintah, dan media massa;
50
i. Menyediakan informasi yang memadai bagi kepentingan usaha-usaha
atau kegiatan asuransi, lembaga keuangan, dan pemegang saham
(KepMenLH No.42 tahun 1994).
2.9 UKL dan UPL
Dalam melaksanakan kegiatan atau aktifitas, PT Imeco Inter Sarana juga melakukan
kajian dokumen UKL dan UPL. Dimana dokumen UKL dan UPL ini merupakan acuan
bagi perusahaan untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantuan lingkungan, sehingga
dampak negatif yang timbul dari kegiatan usaha ini dapat diminimalkan sekecil mungkin
dan dampak positif yang akan terjadi dapat dikembangkan. Adapun dampak lingkungan
yang sudah diperhatikan dari PT Imeco Inter Sarana diantaranya adalah terhadap:
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Intensitas kebisingan
Laporan hasil pemantauan lingkungan Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana
merupakan tindak lanjut dari dokumen UKL dan UPL yang telah mendapat persetujuan
dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tanggal
14 Agustus 2003.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 189 tahun 2002 tentang
jenis usaha dan kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), maka kegiatan Gedung Perkantoran
PT Imeco Inter Sarana ini wajib dilengkapi dengan studi UKL dan UPL. Tujuan
dilakukannya pemantuan lingkungan, terutama untuk mengendalikan dan mengawasi
efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan kegiatan Gedung Perkantoran PT Imeco
Inter Sarana.
51
BAB III
ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Alur Kegiatan Magang
Bagan 3.1
Alur Kegiatan Magang
Pengajuan proposal,
dan surat izin magang
ke PT Imeco Inter
Sarana
Disposisi surat magang ke
bagian HRD PT Imeco Inter
Sarana
Persetujuan
Magang
1. Telaah data, observasi dan wawancara terkait
topik yang diangkat
2. Bimbingan dengan pembimbing lapangan dan
pembimbing fakultas
3. Pembuatan laporan
Presentasi Laporan Magang
Revisi Laporan Magang
Persetujuan Laporan Magang
Ujian Kompetensi Magang
52
3.2 Jadwal Kegiatan Magang
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang
No. Waktu Kegiatan Pembina Tempat
1 Senin, 10-02-2014 - Silahturahmi dengan pihak
QHSE PT Imeco Inter
Sarana
- Membuat rencana kegiatan
magang
- Observasi lapangan
- Mempelajari dokumen
SMK3L
- Bapak Yan
Wagiran
- Bapak
Danuri
- Bapak Ukhi
Pratama
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
- BOP
(Beltway
Office Park)
PT Imeco
Inter Sarana
2 Selasa, 11-02-2014 - Pencarian data tentang
profil Perusahaan PT Imeco
Inter Sarana
- Mempelajari dokumen
SMK3L
- Konsultasi dengan
pembimbing lapangan
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
3 Rabu, 12-02-2014 - Mempelajari dokumen
SMK3L
- Mempelajari dokumen
QMS (Quality Management
Systems)
- Studi literatur terkait judul
magang
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
4 Kamis, 13-02-2014 - Mempelajari dokumen
perundang-undangan di
bidang pengelolaan
lingkungan hidup
- Mempelajari prosedur dan
program terkait kesehatan
lingkungan yang diterapkan
oleh QHSE PT Imeco Inter
Sarana
- Konsultasi dengan
pembimbing lapangan
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
5 Jum’at, 14-02-2014 - Telaah dokumen terkait
penanganan limbah
- Studi literatur terkait judul
magang
- Konsultasi dengan
pembimbing lapangan
- Bapak Yan
Wagiran
- Bapak
Danuri
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
6 Sabtu, 15-02-2014 Studi literatur terkait judul
magang
Homebase
53
7 Senin, 17-02-2014 - Observasi lapangan ke
Workshop Sentul
- Wawancara terkait
penanganan limbah
- Mengobservasi kegiatan
limbah yang ada atau
dilakukan di Workshop
tersebut
- Konsultasi dengan
pembimbing
- Bapak Yan
Wagiran
- Bapak Arif
Rahman
- Workshop
Imeco Sentul,
Bogor
8 Selasa, 18-02-2014 - Mengumpulkan data terkait
pengelolaan limbah di PT
Imeco Inter Sarana
- Konsultasi dengan pihak
yang menangani limbah
- Telaah dokumen terkait
pengelolaan limbah
- Bapak
Danuri
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
9 Rabu, 19-02-2014 - Ikut serta dalam kegiatan
rutin pemeriksaan limbah
cair serta monitoring
pengelolaan limbah cair
- Wawancara terkait
pengelolaan limbah cair
pada pihak yang menangani
- Bapak
Danuri
- Bapak
Rakhmad
Jumhari
- Bapak
Sulkan Budi
Prasetya
- Area luar
Gedung
Perkantoran
PT Imeco
Inter Sarana
10 Kamis, 20-02-2014 - Observasi lapangan ke
Workshop Bantarjati
- Wawancara terkait keadaan
lingkungan di Workshop
Bantarjati
- Bapak Yan
Wagiran
- Bapak Surya
Aditya
Widya Putra
- Workshop
Imeco
Bantarjati,
Gunung Putri
11 Jum’at, 21-02-2014 - Mengisi lembar kuesioner
terkait karakter manusia (e-
color) yang diberikan oleh
Manajer QHSE
- Membahas hasil dari e-
color bersama Manager
QHSE dan HSE Officer
Balikpapan
- Telaah program
penanganan limbah dalam
dokumen SMK3L PT
Imeco Inter Sarana
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
- Ruang
Meeting Lt.7
Gedung C PT
Imeco Inter
Sarana
12 Sabtu, 22-02-2014 - Studi literatur terkait
pengelolaan/penanganan
limbah
- Homebase
13 Senin, 24-02-2014 - Mempelajari dokumen
UKL dan UPL PT Imeco
Inter Sarana
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
54
- Penyusunan laporan
magang
Gedung
Annex
14 Selasa, 25-02-2014 - Ikut serta dalam inspeksi
pumping yang akan dikirim
ke Chevron Duri
- Wawancara mengenai
proses pembuatan pumping
sampai menjadi barang jadi
yang siap dikirim
- Mengamati keadaan
lingkungan terutama
tentang limbah
- Bapak Dodi
Darmawan
- Bapak
Douglas
Gregor
- Workshop
Imeco
Bantarjati,
Gunung Putri
15 Rabu, 26-02-2014 - Melengkapi data mengenai
limbah
- Konsultasi dengan
pembimbing
- Penyusunan laporan
magang
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
16 Kamis, 27-02-2014 - Diskusi terkait pengelolaan
limbah, UKL dan UPL, dan
pengendalian vektor
- Studi literatur terkait
pengelolaan limbah
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
17 Jum’at, 28-02-2014 - Ikut serta dalam HSE
Monthly Meeting bersama
semua divisi PT Imeco Inter
Sarana
- Penyusunan laporan
magang
- Bapak Yan
Wagiran
- Bapak Ukhi
Pratama
- Bapak
Douglas
Gregor
- Ruang
Meeting
Gedung C
Lantai 8 PT
Imeco Inter
Sarana
- Kantor QHSE
PT Imeco
Inter Sarana
Gedung
Annex
18 Sabtu, 01-03-2014 - Ikut serta dalam pelatihan
DAMKAR bersama
karyawan PT Imeco Inter
Sarana
- Ikut serta dalam program
pengendalian vektor, yaitu
fogging
- Bapak
Danuri
- Bapak Abdul
Halim
- Bapak Ukhi
Pratama
- Area parkir
Gedung B
PT Imeco
Inter Sarana
- Area luar
Gedung
Perkantoran
PT Imeco
Inter Sarana
19 Senin, 03-03-2014 - Observasi lapangan di BOP
PT Imeco Inter Sarana
untuk melengkapi data yang
diperlukan
- Penyusunan laporan
- Bapak Yan
Wagiran
- Area luar
Gedung
Perkantoran
PT Imeco
Inter Sarana
55
magang - Kantor
QHSE PT
Imeco Inter
Sarana
Gedung
Annex
20 Selasa, 04-03-2014 - Penyusunan laporan
magang
- Studi literatur terkait bahan
yang dianggap masih
kurang
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor
QHSE PT
Imeco Inter
Sarana
Gedung
Annex
21 Rabu, 05-03-2014 - Wawancara dengan teknisi
pengelola limbah cair
- Penyusunan laporan
magang
- Bapak
Jamhari
- Lantai
Basement
Gedung C
PT Imeco
Inter Sarana
- Kantor
QHSE PT
Imeco Inter
Sarana
Gedung
Annex
22 Kamis, 06-03-2014 - Persiapan dokumen-
dokumen penyusunan
laporan magang kepada
pembimbing lapangan
- Bimbingan dengan
pembimbing lapangan
terkait dengan laporan
magang
- Bapak Yan
Wagiran
- Kantor
QHSE PT
Imeco Inter
Sarana
Gedung
Annex
23 Jum’at, 07-03-2014 - Perpisahan kegiatan
magang dengan Manager
QHSE, Staff QHSE, dan
Staff HRD
- Penyerahan laporan
sementara magang kepada
pembimbing lapangan
- Bapak Yan
Wagiran
- Bapak Ukhi
Pratama
- Bapak
Douglas
Gregor
- Steak Abuba
Cipete Raya
- Kantor
QHSE PT
Imeco Inter
Sarana
Gedung
Annex
56
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Jenis dan Karakteristik Limbah di PT Imeco Inter Sarana
Semua kegiatan operasional yang ada di Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco
Sentul dapat membantu dalam pengembangan bisnis di bidang pengadaan
barang dan jasa penunjang kegiatan eksplorasi dan produksi minyak, gas,
dan panas bumi di Indonesia. Dengan adanya pengembangan tersebut,
tentunya akan menghasilkan hasil samping berupa limbah sehingga perlu
diberi perhatian khusus terhadap pengelolaannya yang merupakan bagian
dari upaya pencegahan terhadap pencemaran yang kemungkinan dapat
terjadi.
Berdasarkan hasil identifikasi dan evaluasi aspek lingkungan yang
berasal dari Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul,
limbah yang dihasilkan berupa limbah padat organik dan non organik.
Limbah padat organik yang berupa sampah dari kertas, bagian administrasi
perkantoran, sisa kayu - kayu hasil dari bagian kerja packing di Workshop
Imeco Bantarjati, serta sampah sisa – sisa makanan dari karyawan, dan
limbah non organik berupa plastik, gelas atau kaca, dan sebagainya.
Sedangkan limbah cair yang berupa air buangan dari kegiatan di toilet, dan
tempat wudhu, sementara yang termasuk ke dalam limbah B3 berupa oli,
minyak pelumas, solar, minyak tanah, pelumas, cat, besi, kawat, dan kaleng
cat. Di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana terdiri dari limbah cair
57
yang berasal dari air buangan wastafel, kegiatan toilet, dan kegiatan
kebersihan ruangan yang menghasilkan limbah cair, sedangkan limbah padat
terdiri dari organik dan non organik, limbah organik berupa kertas, bagian
administrasi perkantoran, serta sampah sisa-sisa makanan dari karyawan
perkantoran, serta limbah padat non organik berupa plastik, gelas atau kaca,
dan sebagainya, serta yang termasuk ke dalam limbah B3 berupa lampu-
lampu bekas, solar yang merupakan hasil dari kegiatan genset.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak penanganan
limbah diketahui bahwa sebagian limbah yang dihasilkan baik dari
Workshop Imeco Bantarjati, Workshop Imeco Sentul, dan Gedung
Perkantoran Beltway Office Park mempunyai karakteristik yang sama untuk
limbah padat maupun cair, sedangkan untuk karakteristik limbah B3 bersifat
mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, mudah meledak, dan bersifat
korosif.
Dalam hal pengelolaan limbah yang ada terdapat perbedaan antara
tempat yang berada di Workshop Imeco Bantarjati, Workshop Imeco Sentul,
dan Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana. Hal ini dikarenakan dalam
tempat - tempat tersebut terdapat proses kegiatan atau aktifitas dan
penggunaan bahan yang digunakan berbeda – beda. Dimana di Workshop
Imeco Bantarjati merupakan tempat proses produksi pompa untuk
pengeboran minyak , dan Workshop Imeco Sentul proses kegiatannya adalah
pipe inspection.
Proses pengelolaan limbah yang dihasilkan dalam setiap Workshop
Imeco dan Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana sudah terdapat
58
prosedur penanganan limbah dalam Dokumen Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (SMK3L) PT Imeco Inter
Sarana. Adapun tujuan dibuatnya prosedur ini adalah untuk mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan dengan mematuhi peraturan dan
perundang–undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan
mengendalikan dampak lingkungan yang mungkin terjadi. Tindakan–
tindakan yang harus dilaksanakan adalah mengidentifikasi, mengurangi,
meniadakan, dan mengelola limbah yang ada.
Adapun limbah yang dihasilkan oleh kegiatan operasional di
Workshop ataupun Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana
dikategorikan sebagai berikut:
A. Limbah tidak berbahaya
Limbah tidak berbahaya dan tidak beracun, dikelompokan
menjadi 3 (tiga) kategori yaitu limbah organik, limbah non organik, dan
limbah cair.
1. Limbah Organik
Limbah organik adalah semua limbah yang dapat terurai
secara alamiah, yang dapat dibuang kedalam tanah atau dibuat
kompos, contohnya: sisa makanan, kertas, dan lain-lain. Tempat
penampungan limbah organik harus diberi label dan kode berwarna
hijau.
2. Limbah Non Organik
Limbah non organik adalah semua limbah yang tidak dapat
terurai secara alamiah dan harus dibuang ke lahan penimbunan tanah
59
yang telah diizinkan oleh pihak berwenang atau di daur ulang,
contohnya: plastik, gelas/kaca, kaleng, dan lain-lain. Tempat
penampungan limbah non organik harus diberi label dan kode
berwarna kuning.
3. Limbah Cair
Limbah cair harus diidentifikasi, apakah termasuk limbah
golongan limbah berbahaya, organik, non organik. Selanjutnya limbah
tersebut harus ditangani sesuai dengan kategorinya.
B. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, biasanya disingkat
dengan limbah B3. Limbah B3 ini secara khusus diidentifikasi dan
didefinisikan berdasarkan peraturan yang berlaku. Semua limbah B3
harus disimpan, dikumpulkan, dibawa, diproses, dan dikelola sesuai
dengan peraturan. Semua limbah harus diidentifikasi dan diklasifikasikan
sebelum dilakukan pembuangan, dan bilamana mungkin, identifikasi
tersebut dilakukan sebelum limbah B3 tersebut terbentuk.
Pada umumnya, limbah yang terdapat pada daftar tertentu atau
yang mempunyai sifat-sifat berbahaya berdasarkan hasil pengujian
analitik, ditetapkan sebagai limbah B3. MSDS dapat membatu
mengidentifikasi bahan-bahan kimia yang bila menjadi limbah, akan
digolongkan sebagai B3.
60
Bagan 4.1
Penanganan Limbah di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
Sumber: Dokumen SMK3L PT Imeco Inter Sarana
Berikut akan dijelaskan mengenai prosedur pengelolaan
limbah cair, padat, dan B3 yang ada di PT Imeco Inter Sarana. Prosedur
pengelolaan yang akan dijelaskan mencakup pada penanganan,
penampungan, dan penyimpanan limbah yang dilakukan, kemudian hal
yang dilakukan oleh para pekerja akan dibandingkan dengan prosedur
dan peraturan yang ada terhadap kesesuaian dengan prosedur dan
peraturan yang ada tersebut dengan cara pemberian nilai atau skoring.
ORGANIC NON ORGANIC
PAPER PLASTIC
Temporary
Waste Disposal
Temporary
Waste Disposal
Final Waste Disposal
Location
NON TOXIC - WASTE
61
4.2 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah Cair di PT Imeco
Inter Sarana
Limbah cair adalah limbah yang berasal dari air sisa kegiatan proses
produksi dan usaha lainnya yang tidak dimanfaatkan kembali. Sedangkan,
limbah cair domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan rumah
tangga, perumahan, rumah susun, apartemen, perkantoran, dan lain-lain.
Limbah cair yang dihasilkan oleh Gedung Perkantoran PT Imeco Inter
Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul berasal
dari kamar mandi atau toilet, wastafel, dan tempat wudhu, sehingga limbah
cair tersebut merupakan limbah domestik. Berikut adalah prosedur
pengelolaan limbah cair yang dihasilkan, saat dilakukannya pengamatan
lapangan pada Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco
Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul. Adapun proses pengelolaan limbah
cair yang dilakukan adalah sebagai berikut:
62
Tabel 4.1 Prosedur Pengelolaan Limbah Cair dan Penilaiannya di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
No. Pengelolaan Limbah di
Lapangan
Dokumen SMK3L
Klausul 4.7.4
- PP No. 82 tahun 2001
tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan
Pengendalian
Pencemaran Air
- PP No.20 Tahun 1990
tentang Pengendalian
Pencemaran air
- KepMenLH No. 112
tahun 2003 tentang
Baku Mutu Limbah
Domestik
- KepMenKes
No.61/MENKES/SK/II/1
998 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan
Kerja
Gedung
Perkantoran
PT Imeco
Inter Sarana
Workshop
Imeco
Bantarjati
Workshop
Imeco
Sentul
Nilai Nilai Nilai
1 Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana sudah
memiliki izin pembuangan
limbah cair dari BPLHD
dengan nilai standar baku
mutu pH 6-9. Hasil
pengukuran yang telah
dilakukan yaitu 7,7 (Gedung
A), dan 7,3 (Gedung C),
sedangkan Workshop
Bantarjati dan Workshop
Sentul tidak ada pengelolaan
limbah cair dikarenakan
Pengelolaan limbah cair
domestik dengan
dilakukan pengolahan
menggunkan Sewage
Treatment Plant (STP)
kemudian disalurkan ke
saluran umum perkotaan.
- Setiap penanggung jawab
usaha dan atau kegiatan
yang membuang air
limbah ke air atau sumber
air wajib mentaati
persyaratan yang
ditetapkan dalam izin (PP
No.82 tahun 2001 pasal 38
ayat 1).
- Limbah cair harus diolah
dalam instansi pengolahan
limbah cair secara sendiri-
sendiri atau dialirkan
100 50 50
63
limbah tersebut langsung
dibuang ke SPAL (Saluran
Pembuangan Air Limbah)
untuk diolah secara
terpusat (KepMenKes
No.61/MENKES/SK/II/19
98 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan
Kerja).
2 Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana sudah
melaksanakan pemantauan
dan pengukuran kualitas
limbah cair dengan standar
baku mutu Ph 6-9 yang
dilakukan secara berkala
setiap 3 bulan sekali oleh
pihak eksternal, dan tidak
dilakukan pengukuran oleh
pihak internal dikarenakan
tidak ada alat yang
mendukung untuk
mengukurnya. Sementara
untuk Workshop Imeco
Bantarjati dan Sentul tidak
melakukan pemantauan
ataupun pengukuran.
Keluaran atau effluent
dari pengolahan limbah
cair Waste Management
Plant (WTP) di
monitoring untuk
memastikan
kesesuaiannya dengan
nilai ambang batas.
Pengukuran limbah cair
dilakukan secara
periodik, sesuai dengan
peraturan perundangan.
- Pasal 2: Baku mutu air
limbah domestik berlaku
bagi usaha dan
perkantoran.
Pasal 8: Setiap
penanggung jawab usaha
dan atau kegiatan-kegiatan
permukiman, rumah
makan, perkantoran,
perniagaan, apartement
wajib membuat saluran
pembuangan limbah
domestik tertutup dan
kedap air sehingga tidak
terjadi perembesan air
limbah ke lingkungan
(KepMenLH No. 112
tahun 2003 tentang Baku
Mutu Limbah Domestik).
- Kualitas efluen harus
memenuhi syarat sesuai
ketentuan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku. Laporan tentang
pembuangan limbah cair
dan hasil analisisnya
75 50 50
64
sekurang- kurangnya
sekali dalam 6 (enam)
bulan (PP No.20 tahun
1990).
Total 175 100 100
*Keterangan nilai:
50-59 = Kurang sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
60-69 = Cukup sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
70-79 = Prosedur yang dilaksanakan sudah baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
80-100 = Prosedur yang dilaksanakan sudah sangat baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
65
Berdasarkan hasil scoring yang dilakukan terhadap pemenuhan prosedur
pengelolaan limbah cair pada tiap tempat di PT Imeco Inter Sarana, yaitu Gedung
Perkantoran PT Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop
Imeco Sentul, didapatkan bahwa nilai skor pemenuhan di Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana adalah 175, sedangkan untuk Workshop Imeco Bantarjati dan
Sentul mendapatkan nilai 100. Hal ini berarti bahwa pengelolaan limbah cair di
Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan
Workshop Imeco Sentul sudah baik dan sesuai dengan prosedur yang ada, sehingga
dampak lingkungan yang mungkin dapat terjadi dapat dikendalikan agar tidak
menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.
Pengelolaan limbah cair yang sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam
dokumen Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L) K3L PT Imeco Inter Sarana adalah sebagai berikut:
a. Air buangan dari wastafel, toilet, kebersihan ruangan yang menghasilkan limbah
cair di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana dikelola dalam proses Sewage
Treament Plant (STP) yang kemudian akan disalurkan ke saluran umum
perkotaan. Akan tetapi, hal tersebut dapat dilakukan jika baku mutu dari limbah
cair itu masih dibawah standar. Dikarenakan apabila baku mutu air limbah tinggi
maka dapat mencemari lingkungan sekitar. Sementara pada Workshop Imeco
Bantarjati dan Sentul pengelolaan limbah cair yang dilakukan yaitu dengan
membuang langsung limbah cair domestik tersebut ke SPAL (Saluran
Pembuangan Air Limbah) karena tidak ada STP ataupun IPAL yang ada di
Workshop tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap prosedur-prosedur
pengelolaan limbah cair secara keseluruhan ternyata sangat penting untuk
66
dilakukan agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan terhadap masyarakat
sekitar yang berada di perusahaan. Seperti diketahui bahwa dampak-dampak
negatif dari limbah cair tersebut begitu banyak, namun banyak yang beranggapan
jika limbah cair merupakan air yang tidak berguna lagi atau tidak bisa
dimanfaatkan kembali, sehingga hanya membuangnya begitu saja tanpa
mempertimbangkan sisi negatif yang mungkin dapat terjadi baik terhadap sumber
daya alam hayati ataupun non hayati yang bermanfaat dalam kehidupan. Dampak
negatif tersebut juga berpengaruh bagi kesehatan manusia dan lingkungannya
baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila badan air yang menerima
limbah cair industri dapat berpotensi bagi manusia menyebabkan gangguan
saluran pencernaan makanan, kulit, dan sistem tubuh lain. Beberapa penyakit
yang ditularkan melalui limbah cair antara lain Penyakit Ascariasis, Amoebiasis,
Cholera, penyakit cacing, Leptospirosis, Shigellosis, Strongyloidiasis, Tetanus,
Trichuriasis, dan Thypus (Soedjono, 1991).
b. K3L PT Imeco Inter Sarana memantau dan mengukur kualitas limbah cair yang
dilakukan di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana dalam proses Sewage
Treatment Plant (STP) setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui baku mutu dari
limbah cair tersebut. Dalam pengukuran baku mutu limbah cair tersebut
dilakukan oleh BPLHD setiap 3 bulan sekali, tetapi dalam pengukuran tidak
dilakukan oleh pihak internal melainkan melaui pihak eksternal atau sub
kontraktor. Sehingga karena itulah pada Gedung Perkantoran PT Imeco Inter
Sarana diberikan nilai 75. Sedangkan pada Workshop Imeco Bantarjati dan
Workshop Imeco Sentul tidak ada pemantauan ataupun pengukuran kualitas
limbah cair tersebut karena limbah tersebut tidak diolah sendiri akan tetapi
langsung dibuang saja ke saluran domestik. Padahal kemungkinan saja dapat
67
terjadi limbah tersebut dapat mencemari lingkungan sekitar, akan tetapi walaupun
tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu seharusnya limbah cair tersebut juga
dilakukan pengukuran baku mutu limbahnya. Oleh karena itu, Workshop Imeco
Bantarjati dan Sentul mendapatkan nilai 50. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa prosedur pengelolaan limbah cair yang dilakukan oleh PT Imeco Inter
Sarana telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 yang
menyatakan bahwa hasil analisis limbah dilaporkan sekurang-kurangnya 6 bulan
sekali. Maka sebaiknya diusahakan agar dalam proses pengukuran selanjutnya
dapat dilakukan oleh pihak PT Imeco Inter Sarana sendiri yang disertai dengan
pengadaan alat-alat yang mendukung untuk melakukan pengukuran serta
kemampuan maupun keterampilan dari pegawai. Hal ini perlu dilakukan juga,
karena walaupun hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak eksternal selalu
menunjukkan hasil yang dibawah baku mutu, adakalanya pengukuran internal
juga dapat dilakukan seperti ditulis dalam prosedur kesadaran lingkungan dan
penanganan limbah SMK3L PT Imeco Inter Sarana. Sehingga hasil yang
didapatkan mengenai limbah cair dapat lebih valid. Karena jika terjadi
pencemaran air harus diidentifikasi dan dikelola dengan benar agar tidak
menyebabkan warga sekitar yang berada di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter
Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul tidak terkena
dampak dari pencemaran air tersebut.
4.2.1 Sewage Treatment Plant (STP) PT Imeco Inter Sarana
Sewage Treatment Plant (STP) di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana
setiap harinya menampung kapasitas air sebanyak 60m3/hari. Tujuan dari proses
STP adalah untuk limbah cair yang dihasilkan aman sebelum dibuang ke saluran
68
umum perkotaan DKI Jakarta dan sudah memenuhi standar baku mutu air buangan
yang ditetapkan oleh Pemerintah (PERGUB DKI Jakarta No. 122 Tahun 2005).
Sehingga pencemaran terhadap lingkungan dapat dikendalikan.
Bagan 4.2
Cara Kerja Sewage Treatment Plant (STP) PT Imeco Inter Sarana
Limbah cair yang berada STP di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana
diperiksa tiap 3 bulan sekali, dimana limbah cair tersebut akan dibawa ke laboratorium
BPLHD untuk mengetahui baku mutu dari limbah cair tersebut. Jika hasilnya dibawah
baku mutu maka dapat dibuang ke saluran umum perkotaan dan digunakan untuk
menyiram tanaman yang berada di sekitar gedung.
Gambar 4.1
Bak dan Pompa dalam Proses STP
PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
Limbah cair
domestik
Bak Screen Grease Trap Bak
pengendapan I
(Clarifier I)
Bak Aerasi
(Aeration
Basin)
Bak
pengendapan II
(Clarifier II)
Bak penampungan
lumpur (Sludge
holding tank))
Saluran umum
perkotaan
Bak screen Aerator Pompa Aerator
Bak efluen
(Effluent
basin)
69
Sumber: Observasi Lapangan oleh Faradillah D, Februari 2014
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada pihak penanganan limbah diketahui
bahwa setiap minggunya proses STP ini diperiksa oleh bagian teknisi yang bertanggung
jawab atas pengoperasian STP. Hal yang biasanya dilakukan adalah pemberian cairan anti
mikroba sebanyak ± 1 liter untuk mematikan bakteri-bakteri yang terdapat di dalam
limbah cair tersebut, pemberian klorin yang dimaksudkan untuk menjernihkan air limbah,
pembersihan pompa aerator, dan pemeriksaan ketinggian air limbah.
4.2.2 Pemantauan Limbah Cair
Sumber yang menjadi dampak limbah cair adalah aktifitas kegiatan kantor
yang membuat limbah cair, jenis dampak yang timbul perlu dipantau terutama
adalah penurunan kualitas badan air penerima limbah, penurunan kualitas air
permukaan, dan turunnya nilai estetika lingkungan.
Dalam hal ini Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana melaksanakan
pemantauan limbah cair secara harian yaitu pengukuran/pencatatan debet air
limbah yang terbuang ke saluran umum dan pengukuran pH air (standard baku
mutu pH antara 6-9), disamping itu juga melakukan swapantau sampel air limbah 3
bulan sekali ke Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI
Jakarta.
Bak pengendapan dan
penampungan lumpur Bak effluen Sumur resapan
70
4.3 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah Padat di PT Imeco Inter
Sarana
Pengertian limbah padat adalah semua jenis sampah/sisa dari suatu
kegiatan/aktivitas berupa padatan dan sudah tidak bisa dimanfaatkan kembali.
Limbah padat yang dihasilkan disini terbagi menjadi dua yaitu limbah organik seperti
sisa makanan, kertas, daun, dan kayu. Sedangkan limbah non organik seperti plastik,
gelas/kaca, dan lain-lain. Limbah padat yang dihasilkan di Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul terbagi
menjadi dua yaitu limbah padat organik seperti sampah dari kertas, bagian
administrasi perkantoran, sisa kayu - kayu hasil dari bagian kerja packing di
Workshop Imeco Bantarjati, serta sampah sisa – sisa makanan dari karyawan, limbah
padat non organik berupa plastik, gelas atau kaca, dan lain-lain. Berikut adalah
prosedur pengelolaan limbah padat di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana,
Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul sesuai dengan jenisnya,
saat dilakukannya observasi lapangan. Proses pengelolaan limbah padat yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
71
Tabel 4.2 Prosedur Pengelolaan Limbah Padat dan Penilaiannya di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
No Pengelolaan Limbah di
Lapangan
Dokumen
SMK3L – Klausul 4.7.4.1
KepMenKes
No.61/MENKES/SK/
II/1998 Tentang
Persyaratan
Kesehatan
Lingkungan Kerja
Gedung
Perkantoran
PT Imeco Inter
Sarana
Workshop
Imeco
Bantarjati
Workshop
Imeco Sentul
Nilai Nilai Nilai
1 Limbah padat organik seperti
sisa makanan, kertas, dan lain-
lain dibuang ke tempat
penampungan sementara yang
sudah diberi label dan kode
berwarna hijau.
Limbah padat
organik berupa
sisa makanan,
kertas, dan lain-
lain dibuang ke
tempat
penampungan
sementara harus
diberi label dan
kode berwarna
hijau.
(Klausul
4.7.4.1.1).
- 100 80 80
2 Limbah padat non organik
seperti plastik, gelas/kaca, dan
lain-lain dibuang ke tempat
penampungan sementara yang
sudah diberi label dan kode
berwarna kuning. Pada
Workshop Imeco Sentul tidak
terdapat tempat sampah non
organik karena terjadi
penggabungan antara limbah
organik dan non organik.
Limbah padat
non organik
berupa plastik,
gelas/kaca, dan
lain-lain dibuang
ke tempat
penampungan
sementara harus
diberi label dan
kode berwarna
kuning
- 100 80 50
72
(Klausul
4.7.4.1.1).
3 PT Imeco Inter Sarana sudah
dilengkapi dengan tempat
sampah yang terbuat dari
bahan yang kuat, berbahan
plastik, kedap air, cukup
ringan, cukup ringan, dan
mempunyai permukaan yang
halus pada bagian dalamnya
serta dilengkapi dengan
penutup.
- Setiap perkantoran
harus dilengkapi
dengan tempat
sampah. Tempat
sampah terbuat dari
bahan yang kuat,
cukup ringan, tahan
karat, kedap air dan
mempunyai
permukaan yang
halus pada bagian
dalamnya serta
dilengkapi dengan
penutup.
90 75 75
4 Tidak ada pemisahan terhadap
sampah kering dan sampah
basah, tetapi terdapat
pemisahan antara limbah padat
organik dan non organik, ada
tempat sampah yang sudah
dilapisi kantong plastik hitam
dan ada juga yang belum
dilapisi. Namun dalam
Workshop Imeco Sentul tidak
ada pemisahan antara limbah
padat organik dan non organik.
- Sampah kering dan
sampah basah
ditampung dalam
tempat sampah yang
terpisah dan dilapisi
kantong plastik hitam.
80 75 50
5 Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi, sampah organik
dan organik di Gedung
Perkantoran PT Imeco Inter
- Sampah dibuang
setiap hari atau 2/3
bagian tempat sampah
telah terisi.
90 75 75
73
Sarana dibuang setiap pagi hari
dan sore hari, Sedangkan
Workshop Imeco Bantarjati
dan Workshop Imeco Sentul
dibuang setiap hari sekali.
6 Gedung Perkantoran PT Imeco
Inter Sarana sudah tersedia
tempat pengumpulan
sementara untuk limbah
organik dan non organik yang
diangkut oleh pihak ketiga
yaitu PT Sangkala Obor Raya
(SOR) setiap 2 kali dalam
seminggu yang dilakukan pada
malam hari dengan kapasitas
sekali angkut 7 m3. Sementara
Workshop Imeco Bantarjati
dan Workshop Imeco Sentul
juga diangkut oleh pihak
ketiga setiap seminggu sekali.
- Tersedia tempat
pengumpulan sampah
sementara. Sampah
dari tempat
penamapungan
sementara harus
diangkut setiap hari.
75 70 70
Total 535 455 400
A. Keterangan Nilai:
50-59 = Kurang sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
60-69 = Cukup sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
70-79 = Prosedur yang dilaksanakan sudah baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
80-100 = Prosedur yang dilaksanakan sudah sangat baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada.
B. Keterangan nilai total keseluruhan:
100-199 = Kurang
200-399 = Sedang
400-600 = Baik
74
Berdasarkan hasil scoring yang dilakukan terhadap pemenuhan prosedur
pengelolaan limbah padat pada tiap tempat di PT Imeco Inter Sarana, yaitu Gedung
Perkantoran PT Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop
Imeco Sentul, didapatkan bahwa nilai skor pemenuhan di Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana adalah 535, sedangkan untuk Workshop Imeco Bantarjati
mendapatkan nilai 455, dan Workshop Imeco Sentul mendapatkan nilai 400 dari nilai
total 600. Hal ini berarti bahwa pengelolaan limbah padat di Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul sudah
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur yang ada, sehingga dampak
lingkungan yang mungkin dapat terjadi dapat dikendalikan agar tidak menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan.
Pengelolaan limbah padat yang sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam
dokumen Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L) K3L PT Imeco Inter Sarana adalah sebagai berikut:
1. Limbah padat organik (sisa makanan, kertas, kayu, dan lain-lain) dibuang ke
tempat penampungan sementara organik. Pada Gedung Perkantoran PT Imeco
Inter Sarana limbah padat organik dikumpulkan terlebih dahulu dalam setiap
lantai di tempat penampungan sementara yang sudah diberi label dan berwarna
hijau. Begitu pun untuk di Workshop Imeco Bantarjati dan Sentul limbah padat
organik dikumpulkan di tempat penampungan sementara yang telah disediakan,
akan tetapi dalam hal pelabelan tempat limbah tersebut kurang begitu jelas dan
atau tidak ada keterangan apa saja yang termasuk ke dalam limbah padat organik.
75
Gambar 4.2 Tempat Penampungan Sementara Limbah Padat Organik
PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
Sumber: Observasi Lapangan oleh Faradillah D, Februari 2014
2. Limbah padat non organik (plastik, gelas/kaca, dan lain-lain) dibuang ke tempat
penampungan sementara non organik. Pada prosedur ini Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana telah sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada, sehingga
diberikan nilai 100. Sedangkan Workshop Imeco Bantarjati dan Sentul masih
belum sesuai dengan prosedur pengelolaan limbah dan peraturan yang ada.
Gambar 4.3 Tempat Penampungan Sementara Limbah Padat Non Organik
PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
Sumber: Observasi Lapangan oleh Faradillah D, Februari 2014
3. Dalam KepMenkes No. 61/MENKES/SK/II/1998 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja disebutkan bahwa setiap perkantoran harus dilengkapi dengan
tempat sampah, tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan
karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya
Gedung Perkantoran
PT Imeco Inter Sarana
Workshop Imeco
Bantarjati
Workshop
Imeco Sentul
Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana
Workshop
Imeco Bantarjati
Workshop
Imeco Sentul
76
serta dilengkapi dengan penutup. Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana,
Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul sudah dilengkapi
dengan tempat sampah. Tempat sampah tersebut bahan yang kuat, cukup ringan,
tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian
dalamnya serta dilengkapi dengan penutup. Tetapi masih ada yang ditemukan
tempat sampah tersebut tidak lengkapi dengan penutup, karena hanya berupa
keranjang sampah biasa.
4. Sampah kering dan sampah basah ditampung dalam tempat sampah yang terpisah
dan dilapisi kantong plastik berwarna hitam. Pada prosedur ini bila dibandingkan
dengan KepMenKes yang ada, Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana,
Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul tidak ada pemisahan
terhadap sampah kering dan sampah basah, yang ada pemisahan terhadap sampah
organik berwarna hijau dan sampah non organic berwarna kuning serta masih ada
tempat sampah yang sudah dilapisi kantong plastik hitam dan juga ada yang
belum dilapisi.
5. Sampah dibuang setiap hari atau apabila 2/3 bagian tempat sampah telah terisi
oleh sampah. Pada prosedur ini jika dibandingkan dengan KepMenKes,
pengelolaan yang dilakukan di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana,
Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul sudah sesuai dengan
prosedur akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak tepat waktu.
6. Tersedia tempat pengumpulan sampah. Sampah dari tempat penampungan
sementara harus diangkut setiap hari. Pada prosedur ini jika dibandingkan dengan
KepMenkes yang ada di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana, Workshop
Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul sudah tersedia tempat
pengumpulan sampah sementara. Sampah organik yang ada dikumpulkan pada
77
tempat penampungan sementara kemudian diangkut oleh pihak ketiga yang
ditunjuk oleh Perusahaan, akan tetapi tidak diangkut setiap hari. Karena jika
terlalu lama sampah tidak diangkut dikhawatirkan akan menimbulkan gas H2S
yang dapat timbul dari timbunan sampah yang ada.
4.3.1 Pemantauan Limbah Padat
Dampak yang harus dipantau dalam pengelolaan limbah padat adalah
penurunan nilai estetika lingkungan, timbulnya bau yang tak sedap,
meningkatnya vektor penyakit di sekitar lokasi perkantoran.
Gedung Perkantoran Beltway Office Park (PT Imeco Inter Sarana)
dalam menangani limbah padat adalah dengan mengumpulkan sampah di
setiap lantai dan dibawa ke penampungan sementara sebelum diangkut ke
pembuangan akhir dan bekerja sama dengan PT. Sangkala Obor Raya (SOR)
untuk pembuangan sampah akhir. Dalam pembuangan sampah tersebut
dilakukan seminggu 2 kali pengangkutan.
Gambar 4.4 Tempat Penampungan Sampah Sementara
PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
Sumber: Observasi Lapangan oleh Faradillah D, Februari 2014
Untuk pemisahan sampah basah dan kering Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana pada saat ini sudah melaksanakan pemisahan sampah
organik dan anorganik dari dalam gedung sampai tempat pembuangan
sementara.
78
4.4 Gambaran Penilaian Proses Pengelolaan Limbah B3 di PT Imeco Inter Sarana
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya (PP No.85 tahun 1999). Limbah B3 yang dihasilkan di Gedung Perkantoran
PT Imeco Inter Sarana, Workshoop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul
berasal berupa oli, minyak pelumas, solar, minyak tanah, pelumas, cat, lampu, besi,
kawat, dan kaleng cat. Berikut adalah prosedur pengelolaan limbah B3 di Gedung
Perkantoran PT Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop
Imeco Sentul sesuai dengan jenisnya, saat dilakukannya observasi lapangan. Proses
pengelolaan limbah B3 yang dilakukan adalah sebagai berikut:
79
Tabel 4.3 Prosedur Pengelolaan Limbah B3 dan Penilaiannya di PT Imeco Inter Sarana Tahun 2014
No Pengelolaan Limbah di
Lapangan Berdasarkan
Aktifitas
Dokumen
SMK3L – Klausul 4.7.4.1
- PP No.85 tahun 1999
Tentang Pengelolaan
Limbah Bahan
Berbahaya dan
Beracun
- Keputusan Kepala
Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan
No.
01/BAPEDAL/09/199
5 Tentang tata cara
dan persyaratan
teknis penyimpanan
dan pengumpulan
limbah B3
Gedung
Perkantoran
PT Imeco Inter
Sarana
Workshop
Imeco
Bantarjati
Workshop
Imeco Sentul
Nilai Nilai Nilai
1 Tempat Penampungan:
Limbah B3 yang dihasilkan
dikumpulkan pada tempat
penampungan sementara akan
tetapi, masih ada limbah yang
tidak diletakkan sesuai
dengan tempatnya, dan
tempat penampungan limbah
yang ada masih belum sesuai
dalam pemberian simbol dan
label sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Tempat
penampungan
limbah B3 harus
diberi label
sesuai peraturan
yang berlaku
serta pisahkan
limbah dan beri
label semua
bahan kimia
dengan benar
(Klausul
4.7.4.1.2).
Setiap kemasan limbah
B3 wajib diberi simbol
dan label yang
menunjukkan
karakteristik dan jenis
limbah B3
1. Kemasan untuk
limbah B3 harus
dalam kondisi baik,
tidak rusak, dan bebas
dari pengkaratan serta
kebocoran.
2. Bentuk, ukuran dan
bahan kemasan limbah
B3 disesuaikan dengan
50 65 65
80
karakteristik Limbah
B3 yang akan
dikemasnya dengan
mempertimbangkan
segi keamanan dan
kemudahan dalam
penanganannya.
3. Kemasan dapat terbuat
dari bahan plastik
(HDPE, PP atau PVC)
atau bahan logam
(teflon, baja karbon,
SS304, SS316 atau
SS440) dengan syarat
bahan kemasan yang
dipergunakan tersebut
tidak bereaksi dengan
limbah B3 yang
disimpannya. (Kepdal
No.
01/BAPEDAL/09/199
5).
2 Penyimpanan:
Limbah B3 yang ada paling
lama disimpan di tempat
penampungan sementara
selama kurang lebih 3 bulan.
Limbah B3 tidak
boleh disimpan
lebih dari 90
hari sejak
limbah tersebut
mulai terbentuk
dan hanya boleh
disimpan di
kawasan yang
memenuhi
Pasal 10: penyimpanan
limbah B3 paling lama
90 hari; kurang dari
50kg/hari boleh
menyimpan tingkat
racun B3,
dikelompokkan: urutan
(LD 50mg/kg) kel. lebih
dari 90 hari.
79 79 79
81
standar-standar
tertentu (Klausul
4.7.4.1.2).
3 Pelaporan:
Aktifitas penanganan limbah
B3 dilaporkan kepada bagian
HSE, rekaman kemasan berisi
limbah B3 dibuat rekamannya
dari mulai diangkut limbah
tersebut sampai menuju
gudang penyimpanan
sementara.
Dari catatan
mengenai
terbentuknya,
penyimpanan,
pengangkutan
dan pembuangan
limbah B3 harus
disimpan
dikarenakan
setiap 3 bulan
sekali diadakan
inspeksi limbah
B3 yang telah
ada serta
Aktifitas
penanganan
limbah B3 harus
dilaporkan
kepada bagian
HSE. (Klausul
4.7.4.1.2).
Pasal 11: Membuat
catatan tentang jenis,
karakteristik, jumlah dan
waktu. Melaporkan
setiap 6 bulan
1. Amat sangat beracun
<1
2. Sangat beracun 1-5
3. Beracun 51-500
4. Agak beracun 501-
5000
5. Praktis tdk beracun
501-15000
6. Relatif tdk berbahaya
>15000
60 69 69
82
4 Penyerahan Limbah:
Limbah B3 dikumpulkan
kemudian diserahkan kepada
pihak yang mendapat ijin dari
Pemerintah atau pihak ketiga.
Pengiriman
limbah B3 harus
dilakukan di
fasilitas
pengolahan yang
disetujui
(Klausul
4.7.4.1.2).
Pengumpul limbah B3
dilakukan oleh badan
usaha yang melakukan
kegiatan pengumpulan
limbah B3.
70 70 70
Total 269 283 283
A. Keterangan nilai:
50-59 = kurang sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
60-69 = Cukup sesuai dilaksanakan, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
70-79 = Prosedur yang dilaksanakan sudah baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
80-100 = Prosedur yang dilaksanakan sudah sangat baik dan sesuai, dibandingkan dengan prosedur dan ketentuan pemerintah yang ada
B. Keterangan nilai total keseluruhan:
0-132 = Kurang
133-266 = Sedang
267-400 = Baik
83
Berdasarkan hasil scoring yang dilakukan terhadap pemenuhan prosedur
pengelolaan limbah B3 pada tiap tempat di PT Imeco Inter Sarana, yaitu Gedung
Perkantoran PT Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop
Imeco Sentul, didapatkan bahwa nilai skor pemenuhan di Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana adalah 269, sementara pada Workshop Imeco Bantarjati dan
Workshop Imeco Sentul mendapatkan nilai skor masing-masing 283 dari nilai total
400. Sehingga, dapat diketahui bahwa dari Gedung Perkantoran PT Imeco Inter
Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul telah menerapkan
prosedur baik dan mendekati sesuai standar yang ada dalam hal pengelolaan limbah
B3.
Pengelolaan limbah B3 yang sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam
dokumen Sistem Manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
(SMK3L) K3L PT Imeco Inter Sarana adalah sebagai berikut:
1. Limbah B3 yang dihasilkan dari semua ke tempat yang ada di PT Imeco Inter
Sarana dikumpulkan pada tempat penampungan sementara yang telah disediakan.
Namun, dalam observasi lapangan yang dilakukan ternyata masih terdapat limbah
yang tidak diletakkan sesuai dengan tempatnya, dan tempat penampungan limbah
yang ada masih belum sesuai dalam pemberian simbol dan label sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Padahal pada Workshop Imeco Bantarjati telah tersedia
tempat penampungan limbah B3 yang ukurannya besar yaitu scrab container.
Hanya saja masih terdapat limbah B3 yang berceceran tidak pada tempatnya,
apabila dibiarkan dapat menyebabkan bahaya bagi para pekerja yang berada di
tempat sekitar limbah tersebut.
Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3
dari penghasil limbah dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan
84
kepada pemanfaat, pengolah, dan/atau penimbunan limbah B3. Terhadap
kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata
cara dan persyaratan bagi penyimpanan dan pengumpulan limbah B3, diantaranya
sebagai berikut:
(a) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus sesuai dengan
karakteristik limbah yang dikemas.
(b) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus mempunyai
ukuran minimum adalahh 10 cm x 10 cm atau lebih besar.
(c) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus terbuat dari
bahan yang tahan terhadap goresan atau bahan kimia yang mungkin
mengenainya dan harus melekat kuat pada permukaan kemasan.
(d) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus dipasang pada
sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang oleh kemasan lain dan mudah
terlihat.
(e) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak boleh terlepas,
atau dilepas dan diganti dengan simbol lain sebelum kemasan
dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3.
(f) Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 yang kemasannya telah
dibersihkan dan akan dipergunakan kembali untuk pengemasan limbah
B3 harus diberi label “KOSONG”.
(g) Label harus dipasang pada kemasan limbah B3 yang berfungsi untuk
memberikan informasi dasar mengenai kualitatif dan kuantitatif dari
suatu limbah B3 yang dikemas.
85
Gambar 4.5
Scrab container di Workshop Imeco Bantarjati Tahun 2014
Gambar 4.6
Tempat Pengumpulan Limbah B3 di Workshop Imeco Bantarjati
Tahun 2014
Gambar 4.7
Tempat Penampungan Sementara Limbah B3 di Workshop Imeco Sentul
Tahun 2014
Sumber: Observasi Lapangan oleh Faradillah D, Februari 2014
2. Setiap kurang lebih 3 bulan sekali limbah B3 diangkut oleh pengumpul limbah
yang telah disetujui oleh perusahaan. Oleh sebab itulah diberikan nilai 79 bagi
Gedung Perkantoran PT Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan
Workshop Imeco Sentul, dikarenakan telah melaksanakan pengelolaan limbah B3
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, baik dari dokumen SMK3L PT
86
Imeco Inter Sarana maupun prosedur yang ada pada PP No. 85 tahun 1995
tentang pengelolaan limbah B3. Penyerahan limbah B3 oleh
penghasil/pengumpul, pemanfaat, pengolah kepada pengangkut wajib disertai
dokumen limbah. Pengangkutan dilakukan dengan alat khusus. Pengangkut
limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pengangkutan limbah
B3 (PP No. 85 tahun 1999).
3. Setiap 3 bulan sekali diadakan inspeksi terhadap limbah yang telah ada. Pada
prosedur ini, telah cukup sesuai dilaksanakan dengan prosedur yang ada. Adapun
inspeksi ini dilakukan adalah untuk melihat dan melakukan pengecekan limbah
yang ada apakah sudah penuh atau belum serta dilakukan inspeksi terhadap
tempat penampungannya. Apakah tempat penampungannya bocor atau sudah
tidak layak untuk dipakai. Apabila tempat penampungan limbah tersebut
mengalami kebocoran, maka akan berdampak yang membahayakan bagi pekerja
yang ada.
4. Pengumpul limbah B3 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pengumpulan dengan tujuan untuk mengumpulkan limbah B3 sebelum dikirim ke
tempat pengelolaan dan/atau pemanfaatan dan/atau penimbunan limbah B3 (PP
No.85 tahun 1999). Limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Imeco Inter Sarana
dikumpulkan dan atau disimpan pada tempat penampungan atau gudang
penyimpanan sementara untuk kemudian diangkut oleh pihak yang telah
mendapatkan izin dari pemerintah untuk pengolahan limbah B3. Hal ini berarti
bahwa prosedur pengelolaan limbah B3 sudah baik dan sesuai dengan peraturan
yang ada. Menurut Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan
B3 pasal 11 bahwa penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan,
tentang:
87
a) Jenis, karakteristik, jumlah, dan waktu dihasilkan limbah B3.
b) Jenis, karaktersitik, jumlah, dan waktu penyerahan limbah B3.
c) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada
pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3.
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil proses kegiatan magang di PT Imeco Inter Sarana,
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Limbah yang dihasilkan dari proses kegiatan di Gedung Perkantoran PT
Imeco Inter Sarana, Workshop Imeco Bantarjati, dan Workshop Imeco
Sentul, limbah padat organik berupa sampah dari kertas, bagian
adminitrasi perkantoran, sisa kayu - kayu hasil dari bagian kerja packing
di Workshop Imeco Bantarjati, serta sampah sisa – sisa makanan dari
karyawan, dan limbah non organik berupa plastik, gelas atau kaca,
Sedangkan limbah cair yang berupa air buangan dari kegiatan di toilet,
tempat wudhu, air buangan wastafel, kegiatan kebersihan ruangan, dan
sebagainya, sementara yang termasuk ke dalam limbah B3 berupa oli,
minyak pelumas, solar, minyak tanah, pelumas, cat, besi, kawat, lampu-
lampu bekas, solar yang merupakan hasil dari kegiatan genset, dan kaleng
cat.
2. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak penanganan limbah
diketahui bahwa sebagian limbah yang dihasilkan baik dari Workshop
Imeco Bantarjati, Workshop Imeco Sentul, dan Gedung Perkantoran
Beltway Office Park mempunyai karakteristik yang sama untuk limbah
padat maupun cair, sedangkan untuk karakteristik limbah B3 bersifat
89
mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, mudah meledak, dan bersifat
korosif.
3. Penilaian pengelolaan limbah cair di Gedung Perkantoran PT Imeco Inter
Sarana sudah sesuai dengan prosedur yang ada dan mematuhi peraturan
karena terdapat pengolahan limbah cair di area gedung perkantoran
sebelum limbah cair tersebut dialirkan ke saluran umum perkotaan jika
baku mutu limbah cair dibawah standar baku mutu. Sementara pada
Workshop Imeco Bantarjati dan Workshop Imeco Sentul pengelolaan
limbah cairnya belum sesuai dengan prosedur dan peraturan yang ada.
4. Penilaian pengelolaan limbah padat di Gedung Perkantoran PT Imeco
Inter Sarana sudah ada pemisahan antara limbah padat organik, dan non
organik serta penanganan limbahnya dikumpulkan pada tempat
penampungan sementara yang sudah diberi label dan warna. Kemudian
limbah-limbah tersebut diangkut oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh
perusahaan yaitu PT. Sangkala Obor Raya (SOR) setiap dua kali dalam
seminggu dengan kapasitas 7 m3. Begitu juga dengan Workshop Imeco
Bantarjati, dan Workshop Imeco Sentul akan tetapi bedanya limbah
tersebut diangkut setiap 1 kali dalam seminggu oleh pihak ketiga.
5. Penilaian pengelolaan limbah B3 di PT Imeco Inter Sarana masih belum
sesuai dengan prosedur yang terdapat dalam PP No.85 tahun 1999
dikarenakan adanya ketidaksesuaian mengenai pemberian simbol dan
label yang jelas dalam kemasan limbah B3 serta masih terdapat tempat
penampungan limbah yang belum ada simbol dan label limbah B3.
90
6. PT Imeco Inter Sarana masih mengurus izin dalam hal pengolahan limbah
B3, sehingga limbah B3 yang ada hanya dikumpulkan saja pada tempat
penampungan sementara.
5.2 Saran
Dengan melihat kegiatan pengelolaan limbah yang telah dijalankan di
PT Imeco Inter Sarana, adapun saran yang dapat diberikan antara lain:
1. Sebaiknya perusahaan mengimplementasikan cara pengendalian limbah
yang benar sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, dan
mengkomunikasikan kepada seluruh jajaran karyawan yang berada di
perusahaan agar dapat membantu dalam hal mengurangi limbah dan
mengelolanya.
2. Sebaiknya meningkatkan pemantauan Sewage Water Treatment (STP)
secara berkala sesuai dengan prosedur yang sudah ada.
3. Sebaiknya dilakukan pemantauan berkala uji kualitas limbah cair yang
dilakukan minimal dua kali dalam setahun oleh pihak internal dari PT
Imeco Inter Sarana dengan jika memungkinkan dapat dilakukan
pengadaan alat ukur serta pelatihan terhadap kemampuan dan
keterampilan karyawan untuk melakukan pengukuran tersebut.
4. Sebaiknya pengelolaan limbah padat terus menerus dilakukan perbaikan
dalam hal tempat penampungan sementara limbah tersebut, perlu ada
pencatatan yang jelas pada pihak penanganan limbah padat mengenai
kapasitas limbah padat yang diangkut oleh pihak ketiga yaitu PT.
Sangkala Obor Raya.
91
5. Sebaiknya memastikan semua petugas kebersihan menggunakan APD
yang sesuai dan lengkap saat menangani limbah padat, cair, dan B3
demi keselamatan dan kesehatan kerja.
6. Sebaiknya perusahaan dapat melakukan daur ulang sampah dari limbah
padat yang dihasilkan menjadi sesuatu produk atauu barang yang
bermanfaat dan bernilai melalui kerja sama dengan pihak yang telah
mendirikan bank sampah, sehingga hal ini dapat membantu dalam hal
menjaga kelestarian lingkungan.
7. Sebaiknya penempatan tempat penampungan sementara limbah B3
dalam Workshop Imeco Bantarjati dan Workshop Imeco Sentul
diperbaiki lagi penempatannya agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan dan atau mencemari lingkungan.
8. Sebaiknya untuk limbah B3 oleh pihak perusahaan dikumpulkan pada
TPS, kemudian langsung dibawa ke TPA di Cileungsi (PPLI), yang
merupakan salah satu tempat yang telah memiliki izin dari pemerintah.
9. Sebaiknya pihak HSE memperhatikan mengenai pemasangan label
berdasarkan karakteristik dan pemasangan simbol yang sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing seperti label berbahaya, dan beracun.
92
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. KepMenKes
No.61/MENKES/SK/II/1998 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. UI Press. Jakarta.
Farid, R. 2011. Sistem Pengolahan Limbah Lumpur Pengeboran Minyak Bumi di PT
Chevron Pasific Indonesia Duri Tahun 2011. FKM USU. Medan.
Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri.
Yrama Widya, Bandung.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 1994. KepMenLH No.42 tahun 1994
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2003. KepMenLH No. 112 tahun 2003
tentang Baku Mutu Limbah Domestik.
Komite K3L PT Imeco Inter Sarana. 2010. Dokumen Sistem Manajemen
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L).
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
01/BAPEDAL/09/1995 Tentang tata cara dan persyaratan teknis
penyimpanan dan pengumpulan limbah B3
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Andi. Yogyakarta.
Kusnoputranto, H. 2002. Kesehatan Lingkungan. FKM UI. Jakarta.
Mukhrizal, 2006. Sistem Pengolahan Limbah Padat dan Limbah Cair Pabrik Karet
Pada PT Batang Hari Barisan Padang Tahun 2006. Skripsi FKM USU.
Medan.
Pandia, Setyati et all.2000. Kimia Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Depdikbud. Jakarta.
Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005
Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 3 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
93
Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3.
Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Slamet, Juli Soemirat, 2000. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University,
Yogyakarta.
Soedjono, 1991. Pedoman Bidang Studi Pengawasan Pencemaran Lingkungan Fisik.
Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Jakarta.
Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Wardhana, W. A, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta.
Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi, Yogyakarta.
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN PENILAIAN SEMENTARA PROSES PENGELOLAAN LIMBAH
DI PT IMECO INTER SARANA TAHUN 2014
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, April 2014
Mengetahui,
Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes H. Yan Wagiran, MA. MM
Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan
iv
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, April 2014
Penguji I,
H. Yan Wagiran, MA. MM
Penguji II,
Dr. Ela Laelasari, SKM, M.Kes