FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN METODE SAMPLING …
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN METODE SAMPLING …
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN METODE
SAMPLING AUDIT OLEH AKUNTAN PUBLIK
(Studi pada KAP di Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ZAKIATUL ISNAENI
NIM: 1112082000049
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN METODE
SAMPLING AUDIT OLEH AKUNTAN PUBLIK
(Studi pada KAP di Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Zakiatul Isnaeni
NIM: 1112082000049
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP
NIP: 19730615 200501 1 009
Pembimbing II
Wilda Farah, M.Si., Ak., CA., CPA
NIP: 19830326 200912 2 005
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 05 April 2016 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Zakiatul Isnaeni
2. NIM : 1112082000049
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode
Sampling Audit oleh Akuntan Publik (Studi pada KAP
di Jakarta)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Zakiatul Isnaeni
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 11 April 1994
3. Alamat : Jl. Pangandaran RT. 03/17, Kel. Hegarsari,
Kec. Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat.
4. Telepon : 081909672982
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 8 Hegarsari Tahun 2001-2006
2. SMP Negeri 3 Banjar Tahun 2006-2009
3. SMA Negeri 1 Banjar Tahun 2009-2012
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2012-2016
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Sekretaris 2 IRM SMA N 1 Banjar Periode 2011-2012
2. Anggota Divisi Penelitian dan Pengembangan
DEMA FEB UIN Jakarta
Periode 2015-2016
IV. PENGALAMAN MAGANG
1. KAP Tasnim Ali Widjanarko & Rekan
vii
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar Pengenalan BPK
2. Bedah Buku dan Seminar Islami
3. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi HMJ Akuntansi 2012
4. Sekolah Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia
VI. KEPANITIAAN
1. Galaksi (Gebyar Lomba Akuntansi) 2014
2. Diskusi Umum Divisi Litbang FEB UIN Jakarta 2015
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Muhajirin
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 15 Februari 1962
3. Ibu : Mas’udah
4. Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 16 April 1965
5. Alamat : Jl. Pangandaran RT. 03/17, Kel. Hegarsari,
Kec. Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat.
6. Anak Ke-, dari : 1 dari 2 bersaudara
viii
Factors Affecting the Utilize of Audit Sampling Methods
by Public Accountants
(Study at Accountant Firms in Jakarta)
By: Zakiatul Isnaeni
ABSTRACT
This study aimed to get empirical evidence about the factors that influence the
utilize of audit sampling methods by public accountants, with the variables tested
were the perceptions of statistical sampling, the perception of audit risk, time
pressure, experience and complexity of audit documents.
This study using purposive sampling to determine the selection of the sample.
A total of 30 accountant firms to be sampled in this study with the respondent data
that can be processed as many as 85. Self-efficacy is the basic theory used to describe
the relationship between variables. The statistical method used to test the hypothesis
is Logistic Regression analysis.
The results of this study found that the perception of the statistical sampling
and complexity of audit document affect the utilize of audit sampling methods, while
the perception of the audit risk, time pressure and the experience did not affect the
utilize of audit sampling methods by public accountants.
Keywords: audit sampling methods, perception of statistical sampling, perception of
audit risk, time pressure, experience, complexity of audit document.
ix
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit
oleh Akuntan Publik
(Studi pada KAP di Jakarta)
Oleh: Zakiatul Isnaeni
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi penggunaan metode sampling audit oleh akuntan publik,
dengan variabel-variabel yang diuji adalah persepsi mengenai sampling statistik,
persepsi mengenai risiko audit, tekanan waktu, pengalaman dan kompleksitas
dokumen audit.
Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam menentukan
pemilihan sampel. Sebanyak 30 Kantor Akuntan Publik menjadi sampel dalam
penelitian ini dengan data responden yang dapat diolah sebanyak 85. Self efficacy
merupakan teori dasar yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel.
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis Regresi
Logistik.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa persepsi mengenai sampling statistik
dan kompleksitas dokumen audit berpengaruh terhadap penggunaan metode
sampling audit, sedangakan persepsi mengenai risiko audit, tekanan waktu dan
pengalaman tidak berpengaruh terhadap penggunaan metode sampling audit oleh
akuntan publik.
Kata kunci : metode sampling audit, persepsi mengenai sampling statistik, persepsi
mengenai risiko audit, tekanan waktu, pengalaman, kompleksitas
dokumen audit.
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur yang tak terhingga
penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga kemudahan dan kelancaran selalu penulis rasakan, serta sholawat yang
senantiasa penulis junjung kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga skripsi yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit
oleh Akuntan Publik (Studi pada KAP di Jakarta)” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, banyak hambatan
yang dialami penulis sehingga penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, bantuan,
serta do’a tulus yang tiada henti-hentinya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Mama tercinta, single parent terhebat diseluruh dunia, terima kasih untuk kasih
sayang, do’a, dorongan semangat yang tiada terputus, dan semua hal yang sudah
Mama beriakan, sehingga penulis selalu termotivasi untuk terus menyelesaikan
skripsi ini.
2. Almarhum Bapak tercinta, terima kasih untuk do’a yang tidak pernah penulis
dengar, namun selalu dapat penulis rasakan sehingga selalu menjadi motivasi
kedua bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Adikku tersayang yang selalu ikut mendo’akan dan menanyakan “Mba, ia pengen
main ke kosan lagi, Mba kapan wisuda?” yang selalu berhasil membangkitkan
semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
xi
4. Keluarga besar di Cirebon dan Cilacap, yang tidak pernah bosan memberikan
dukungan dan do’a kepada penulis.
5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC.,MA selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si selaku ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Bapak Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP selaku Dosen Pembimbing I yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi, memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah
Bapak berikan selama ini
9. Ibu Wilda Farah, S.E., M.Si., Ak., CA., CPA selaku Dosen Pembimbing II yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak Ibu
atas segala bantuan, dukungan, perhatian, bimbingan, saran, dan waktu yang
selalu Ibu luangkan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang
skripsi.
10. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmunya dan
karyawan dan staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan bantuan
kepada penulis.
11. Keluarga AKUNTANSI B 2012 Galih, Fai, Ajay, Dara, Dina, Dita, Dwi, Fadil,
Farid, Fitri, Hery, Ilman, Ida, Jian, Latul, Mayeda, Nisa, Randi, Revan, Rita,
Seren, Vivi, Yudhi, terima kasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis,
terutama untuk yang masuk grup “KITA” terima kasih untuk dukungan semangat
yang tidak pernah berhenti dari kalian.
12. Teman-teman AKUNTANSI 2012 yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
xii
13. Teman-teman kostan Akkajaman lantai 2, Arum, Dewi, Enti, dll terima kasih
banyak untuk kebersamaan dan kesediaan untuk mendengarkan keluhan-keluhan
yang penulis alami selama proses penyusunan skripsi ini.
14. Teman-teman KKN BEBAS 2015, Faizal, Arief, Alim, Berry, Ibam, Meidi,
Ridwan, Ojan, Suci, Sella, Rifka, Thia, Fauziyah, Kiki, dan Ka Denting,
terimakasih untuk cerita yang luar biasa bersama kalian.
15. Keluarga besar KAP Tasnim Ali Widjanarko, terima kasih atas limpahan ilmu
dan pengalaman berharga yang telah diberikan kepada penulis.
16. Seluruh Kantor Akuntan Publik yang bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini, terimakasih untuk waktu yang telah disediakan untuk mengisi
kuesioner penelitian penulis.
17. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa
hormat, dan terima kasih penulis atas masukan dan bantuannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengatahuan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk perbaikan penelitian selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juni 2016
Zakiatul Isnaeni
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 16
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 17
1. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 17
2. Manfaat Penelitian .................................................................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 19
A. Tinjauan Literatur......................................................................................... 19
1. Grand Theory ........................................................................................... 19
xiv
2. Definisi Auditing....................................................................................... 20
3. Sampling Audit ......................................................................................... 22
4. Sampling Statistik ..................................................................................... 26
5. Sampling Non-Statistik ............................................................................. 31
6. Risiko Audit ............................................................................................. 36
7. Tekanan Waktu ......................................................................................... 44
8. Pengalaman .............................................................................................. 46
9. Kompleksitas Dokumen Audit .................................................................. 48
B. Dasar Perumusan Hipotesis .......................................................................... 52
1. Persepsi Mengenai Sampling Statistik dan Metode Sampling Audit........... 52
2. Persepsi Mengenai Risiko Audit dan Metode Sampling Statistik. .............. 53
3. Tekanan Waktu dan Metode Sampling Audit. ........................................... 54
4. Pengalaman Audit dan Metode Sampling Audit. ....................................... 55
5. Kompleksitas Dokumen Audit dan Metode Sampling Audit ...................... 56
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .................................................................. 57
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 63
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 65
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 65
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................................... 65
C. Metode Pengumpulan Data........................................................................... 66
D. Metode Analisis Data ................................................................................... 67
1. Statistik Deskriptif .................................................................................... 68
2. Uji Kualitas Data ...................................................................................... 68
xv
3. Uji Regrasi Logistik .................................................................................. 70
E. Definisi dan Cara Mengukur Variabel Penelitian .......................................... 73
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 80
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 80
1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 80
2. Karakteristik Profil Responden ................................................................. 83
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...................................................................... 88
1. Hasil Pengujian Statistik Deskriptif........................................................... 88
2. Hasil Uji Kualitas Data ............................................................................. 89
3. Hasil Pengujian Regresi Logistik .............................................................. 93
C. Pembahasan ................................................................................................. 97
1. Persepsi Mengenai Sampling Statistik dan Metode Sampling Audit........... 97
2. Persepsi Mengenai Risiko Audit dan Metode Sampling Audit. .................. 99
3. Tekanan Waktu dan Metode Sampling Audit. ......................................... 100
4. Pengalaman dan Metode Sampling Audit. ............................................... 101
5. Kompleksitas Dokumen Audit dan Metode Sampling Audit .................... 103
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 105
A. Kesimpulan ................................................................................................ 105
B. Keterbatasan dan Saran .............................................................................. 107
C. Implikasi .................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 110
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 58
Tabel 3. 1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................................... 77
Tabel 4. 1 Data Sampel Penelitian ........................................................................... 81
Tabel 4. 2 Data Distribusi Sampel Penelitian........................................................... 81
Tabel 4. 3 Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 83
Tabel 4. 4 Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Usia ........................................... 84
Tabel 4. 5 Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ................... 85
Tabel 4. 6 Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ...................... 86
Tabel 4. 7 Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jabatan di KAP .......................... 87
Tabel 4. 8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................... 88
Tabel 4. 9 Hasil Uji Reliabilitas .............................................................................. 90
Tabel 4. 10 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Mengenai Sampling Statistik ....... 91
Tabel 4. 11 Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Mengenai Risiko Audit ............... 91
Tabel 4. 12 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Waktu ........................................ 92
Tabel 4. 13 Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas Dokumen Audit .................. 92
Tabel 4. 14 Hasil Uji -2 Log Likelihood .................................................................. 93
Tabel 4. 15 Hasil Uji Hosmer dan Lemeshow ......................................................... 94
Tabel 4. 16 Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................................... 95
Tabel 4. 17 Hasil Uji Tabel Klasifikasi.................................................................... 96
Tabel 4. 18 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 97
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................................ 64
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 114
LAMPIRAN 1 Surat Penelitian Skripsi .............................................................. 115
LAMPIRAN 2 Surat Pengantar dari Dosen ........................................................ 123
LAMPIRAN 3 Surat Keterangan dari KAP ........................................................ 126
LAMPIRAN 4 Kuesioner Penelitian dan Jawaban Responden ........................... 135
A. Kuesioner Penelitian .................................................................................. 136
B. Identitas Responden ................................................................................... 140
C. Jawaban Responden ................................................................................... 142
1. Variabel Metode Sampling Audit (Y) ...................................................... 142
2. Variabel Persepsi Mengenai Sampling Statistik (X1) .............................. 143
3. Variabel Persepsi Mengenai Risiko Audit (X2) ....................................... 145
4. Variabel Tekanan Waktu (X3) ................................................................ 147
5. Variabel Pengalaman (X4) ...................................................................... 149
6. Variabel Kompleksitas Dokumen Audit (X5) .......................................... 150
LAMPIRAN 5 Output Hasil Pengujian Data ...................................................... 152
A. Uji Validitas ............................................................................................... 153
1. Variabel Persepsi mengenai Sampling Statistik (X1) ............................... 153
2. Variabel Persepsi Mengenai Risiko Audit (X2) ....................................... 154
3. Variabel Tekanan Waktu (X3) ................................................................ 155
4. Variabel Kompleksitas Dokumen Audit (X5) .......................................... 156
B. Uji Reliabilitas ........................................................................................... 157
xix
1. Variabel Persepsi Mengenai Sampling Statistik (X1) .............................. 157
2. Variabel Persepsi Mengenai Risiko Audit (X2) ....................................... 158
3. Variabel Tekanan Waktu (X3) ................................................................ 159
4. Variabel Kompleksitas Dokumen Audit (X5) .......................................... 160
C. Uji Regresi Logistik ................................................................................... 161
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional,
auditor selalu dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus
diaudit dengan waktu audit yang sangat terbatas. Bukti-bukti tersebut penting
untuk diperiksa karena merupakan sumber informasi yang digunakan oleh auditor
dalam menarik kesimpulan sebagai basis opini auditor (IAPI, 2015). Sesuai
dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor berkepentingan dengan
keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi laporan dan/atau
kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor hanya
akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa
seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan.
Pertama, dari segi waktu dan biaya hal ini akan memerlukan sumber daya yang
sangat besar. Kedua, dari segi konsep, audit memang tidak dirancang untuk
memberikan jaminan mutlak bahwa hasil audit 100% sesuai dengan kondisinya.
Oleh karena itu, auditor harus merancang cara untuk mengatasi hal tersebut. Cara
yang dapat dilakukan auditor adalah hanya memeriksa sebagian bukti yang
ditentukan dengan cara seksama, sehingga bisa untuk mengambil kesimpulan
2
secara menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan dengan metode sampling audit (Setya
et al., 2008).
Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor. IAPI
(2015) melalui Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 530 mendefinisikan
sampling audit sebagai: Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100%
unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua
unit sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis
memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara
keseluruhan. Saat ini, pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada
konsep pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran dari laporan
keuangan bukan absolut yang mengidentifikasi pemeriksaan secara keseluruhan.
Dimana pemerolehan keyakinan mengenai kewajaran atas laporan keuangan
dihasilkan dari pengumpulan dan evaluasi bukti audit secara sampling.
Menurut Danescu et al., (2012) sebuah situasi yang ideal memang akan
melibatkan pengujian atas semua komponen populasi dari omzet rekening, saldo
rekening atau dokumen. Pada tahap perencanaan audit, tim audit mengumpulkan
informasi tentang lingkungan entitas ekonomi, kompleksitas transaksi dan operasi
entitas. Dalam periode keuangan satu tahun suatu entitas yang harus diaudit,
dalam banyak kasus memiliki populasi data yang besar. Jika dalam audit
dilakukan pengujian atas semua elemen dari populasi, hal ini berarti tim audit
harus membuat usaha, waktu dan biaya yang lebih besar untuk melakukan tes
pada keseluruhan populasi. Di Rumania, sebagian besar audit entitas berlangsung
3
dalam waktu beberapa minggu, minggu di mana tim audit bekerja 10-12 jam
setiap hari. Tanpa teknik sampling, entitas yang diaudit harus membayar dengan
jumlah yang lebih kepada auditor. Berdasarkan hal tersebut, metode sampling
audit perlu untuk diterapkan karena tidak semua bukti yang ada akan diperiksa
dan keyakinan yang memadai dapat diberikan atas dasar pengujian yang tidak
mencakup keseluruhan dari bahan bukti. Selain itu, sampling juga menjadi hal
yang diperlukan karena tepat dan sesuai untuk diterapkan dalam populasi data
yang besar. Dengan cara demikian, maka audit dapat dilakukan dengan biaya dan
waktu yang rasional. Keterbatasan biaya, waktu dan sumber daya juga menjadi
kendala bagi auditor untuk memeriksa keseluruhan populasi (Dede, 2011).
Mranani (2009) menyebutkan bahwa penelitian mengenai penggunaan
metode sampling dalam auditing relatif jarang, terutama yang meneliti praktik
sampling dalam dunia nyata. Ada beberapa penelitian yang bersifat eksperimental
diantaranya Hall et al., (2000), Nelson (1995) serta Ponemon dan Wendell
(1995). Di Indonesia sendiri, penelitian tentang penggunaan sampling sangat
jarang. Padahal penerapan metode sampling dalam audit penting dilakukan oleh
auditor, yang tentunya akan memerlukan penelitian lebih lanjut guna memberikan
informasi terkini terkait perkembangan dalam dunia audit, termasuk dalam
perkembangan prosedur sampling dalam audit. Meskipun proses audit
menggunakan metode sampling, auditor harus tetap mempertimbangkan tingkat
keandalan dan relevansinya. Apabila tingkat keandalan dan relevansinya tidak
dipertimbangkan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya hasil yang kurang
4
representastif menjadi lebih besar dan tingkat kewajaran dari laporan keuangan
menjadi diragukan. Lebih jauh lagi, hal tersebut dapat membuat para pengguna
laporan keuangan yang telah diaudit menjadi salah dalam mengambil keputusan,
bahkan dapat menyebabkan skandal dimasa depan.
Salah satu contoh kasus skandal laporan keuangan yang terjadi di luar
negeri melibatkan perusahaan yang besar dan Kantor Akuntan Publik yang besar
pula. Skandal yang terjadi di luar negeri, salah satunya adalah kasus Phar Mor
Inc., dimana perusahaan tersebut termasuk perusahaan retail terbesar di Amerika
Serikat yang dinyatakan bangkrupt pada bulan Agustus 1992 berdasarkan
Undang-Undang U.S. Bangkruptcy Code. Pada masa puncak kejayaannya, Phar
Mor Inc. mempunyai 300 outlet besar di hampir seluruh negara bagian dan
memperkerjakan 23.000 orang karyawan. Produk yang dijual sangat bervariasi,
dari obat-obatan, furniture, elektronik, pakaian olah raga hingga videotape. Dalam
melakukan fraud, top manajemen Phar Mor Inc. membuat dua laporan ganda.
Satu laporan persediaan, sedangkan laporan lain adalah laporan bulanan
keuangan. Satu set laporan persediaan berisi laporan persediaan yang benar (true
report), sedangkan satu set laporan lainnya berisi informasi tentang persediaan
yang di adjust dan ditujukan untuk auditor (use only). Demikian juga dengan
laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisi tentang kerugian
yang diderita oleh perusahaan, ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan
lainnya adalah laporan yang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan
mendapat keuntungan yang berlimpah. Dalam mempersiapkan laporan-laporan
5
tersebut, manajemen Phar Mor Inc. sengaja merekrut staf dari Kantor Akuntan
Publik (KAP) Cooper & Lybrand. Staf-staf tersebut yang kemudian dipromosikan
menjadi Vice President bidang financial dan controler. Akibatnya, auditor saat
melakukan proses audit hanya mengunjungi dan mengamati jumlah persediaan
hanya pada 4 toko dari 300 toko Phar Mor Inc. Bahkan lebih buruk, mereka
memberitahu beberapa bulan sebelumnya saat akan mengunjungi toko Phar Mor
Inc. tersebut. Perusahaan memastikan bahwa toko-toko yang akan dikunjungi
diisi penuh, dan persediaan fiktif itu "dialokasikan" ke 296 toko yang tersisa.
Kegagalan auditor untuk menentukan sejumlah sampel yang representatif dari
toko akhirnya menyebabkan penghakiman lebih dari $ 300 juta terhadap Phar
Mor Inc, CFO dijatuhi hukuman 33 bulan penjara dan auditor dari KAP Cooper &
Lybrand dijatuhi hukuman 5 tahun penjara (Wells, 2001).
Kasus serupa juga terjadi di Indonesia, salah satunya pada kasus PT Kimia
Farma. Dalam rangka restrukturisasi PT Kimia Farma Tbk. (PT KAEF), partner
dari KAP HTM yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT
KAEF untuk masa 5 bulan yang berakhir pada 31 Mei 2002, menemukan dan
melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan
kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2001.
Berdasarkan hasil pemeriksaan BAPEPAM, diperoleh bukti yaitu terdapat
kesalahan penyajian dalam laporan keuangan PT KAEF yang dilakukan oleh
direksi periode 1998–Juni 2002 dengan cara membuat dua daftar harga persedian
(master prices) yang berbeda masing-masing diterbitkan pada tanggal 1 Februari
6
2002 dan 3 Februari 2002. Selain itu, pihak direksi melakukan pencatatan ganda
atas penjualan pada unit PBF dan unit Bahan Baku. Pencatatan ganda tersebut
dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh auditor. Berdasarkan
pemeriksaan yang telah dilakukan, terbukti bahwa auditor yang melakukan audit
laporan keuangan per 31 Desember 2001 PT KAEF telah melakukan prosedur
audit termasuk prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik, dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan
membantu manajemen PT KAEF dalam penggelembungan keuntungan tersebut.
Namun demikian proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT KAEF. Sehubungan dengan
temuan tersebut, maka sesuai dengan pasal 102 Undang-undang Nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal, Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995,
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal, maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
dikenakan sanksi administratif berupa denda yaitu sebesar Rp.500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah), dan direksi lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode
1998–Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) untuk disetor ke kas negara, karena melakukan kegiatan praktek
penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001. Selain itu, rekan
KAP HTM yang menjadi auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan
membayar sejumlah Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk disetor ke kas
negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya
7
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
(Edward, 2015).
Kasus skandal laporan keuangan tersebut membuktikan bagaimana
pentingnya penerpan prosedur sampling audit dilakukan untuk dijadikan bukti
bila nantinya terdapat masalah dikemudian hari serta hal ini menjadi tantangan
bagi profesi akuntan publik untuk meningkatkan kualitas dari pengambilan
sampel. Mranani (2009) menyatakan bahwa bukti harus bisa
dipertanggungjawabkan secara formal. Auditor harus menghimpun evidential
matter (hal-hal yang bersifat membuktikan). Tidak sekedar menghimpun evident
(bukti konkrit) saja, terutama dalam kaitan pemberian pendapat atas laporan
keuangan.
Pada dasarnya, dalam melakukan pengujian audit, auditor dapat
menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan sampling secara statistik atau
non-statistik. Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik atau non-
statistik dalam sampling membutuhkan pertimbangan auditor (IAPI, 2015).
Pilihan antara kedua jenis sampling tersebut terutama didasarkan pada
pertimbangan biaya/manfaat. Richardson et al., (2010) dalam Danescu et al.,
(2012) menyatakan bahwa penggunaan metode sampling non-statistik
membutuhkan penilaian ketingkat yang lebih besar dibandingkan dengan
penggunaan metode sampling statistik. Para penulis mengatakan bahwa banyak
masyarakat AS dalam kantor akuntan publik enggan untuk menggunakan metode
sampling statistik, keengganan tersebut disebabkan karena biaya dari pemilihan
8
unsur, biaya elemen menilai dan biaya pelatihan. Padahal, biaya pemilihan/seleksi
sampel dan biaya evaluasi/menilai sampel telah hampir sepenuhnya dieliminasi
karena sudah adanya ketersediaan perangkat lunak dalam komputer (Hitzig,
2004). Komputer membantu auditor menampilkan statistik tugas yang sesuai
untuk mengkalkulasi ukuran sampel, dan evaluasi hasil agar terbebas dari error
(Elliot et al., 1972) dalam (Ayam, 2011). Namun, dalam sampling statistik
memang diperlukan biaya yang tidak sedikit untuk melatih auditor dalam
menggunakan statistik dan merancang serta mengimplementasikan sampel yang
telah direncanakan. Namun demikian, sampel statistik dapat menguntungkan
auditor dalam perencanaan sampel yang efisien, mengukur kecukupan bukti yang
diperoleh, mengevaluasi hasil sampel dan memungkinkan auditor dalam
mengkuantifikasi dan mengendalikan risiko sampling. Dalam sampling non-
statistik, auditor menentukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel yang
diinginkan berdasarkan kriteria subjektif dan pengalaman yang dimiliki. Dengan
demikian, auditor mungkin tidak mengetahui kalau dia menggunakan sampel
yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk suatu bidang. Untuk memperluas
kecukupan bukti audit yang didasarkan pada sampel, auditor mungkin, pada saat
tertentu, memperoleh lebih banyak atau lebih sedikit bukti dari pada kebutuhan
sebenarnya untuk mempunyai dasar alasan pendapat yang dikemukakan. Namun,
sampling non-statistik yang dirancang dengan baik bisa sama efektifnya dengan
sampling statistik (Boynton, 2006).
9
Berdasarkan penelitian sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang
diindikasi dapat mempengaruhi penggunaan dari metode sampling audit,
diantaranya yaitu persepsi mengenai sampling statistik, persepsi mengenai risiko
audit, tekanan waktu, pengalaman, dan kompleksitas dokumen audit.
Persepsi mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi perilaku serta
tindakan seseorang (Dede, 2011). Menurut Almeida (2015) persepsi yang didapat
dari pengalaman dan kompetensi secara bersama-sama menentukan status
independensi dari auditor. Penelitian yang dilakukan Zarkasyi (1992) dan Silaban
(1993) dalam Raharja (2008), Zarkasyi (1992) menyatakan bahwa persepsi audior
mempengaruhi rendahnya hubungan dependensi dengan rendahnya frekuensi
penerapan metode sampling statistik. Sedangkan Silaban (1993) menyatakan
bahwa mayoritas akuntan publik belum memahami penggunaan sampling statistik
untuk pemeriksaan. Tingkat pemahaman tersebut berhubungan posistif dengan
penggunaan dan frekuensi penggunaan sampling statistik oleh audior. Jika
persepsi auditor buruk terhadap metode sampling statistik, maka auditor
cenderung menghindari penggunaannya. Namun jika persepsi auditor baik,
kemungkinan mereka menggunakan sampling statistik semakin besar. Dede
(2011) telah melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode sampling audit dengan sampel penelitiannya yaitu akuntan
publik di Surabaya; Raharja (2008) juga melakukan penelitian serupa dengan
sampel penelitiannya yaitu auditor BPK yang tersebar di 7 (tujuh) kantor
perwakilan BPK di seluruh Indonesia. Hasil kedua penelitian ini menunjukkan
10
adanya pengaruh dari persepsi mengenai sampling stastistik terhadap pemilihan
penggunaan metode sampling audit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Mranani (2009) dengan sampel penelitiannya yaitu auditor BI di Yogyakarta tidak
menunjukkan adanya pengaruh dari persepsi mengenai sampling stastistik
terhadap pemilihan penggunaan metode sampling audit.
Penggunaan sampel menyebabkan adanya risiko ketika melakukan
penarikan kesimpulan oleh auditor (Meleshenko et al., 2014). Auditor harus
menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai risiko audit dan
menentukan prosedur yang tepat untuk setiap transaksi dan pengujian saldo.
Auditor harus mempertimbangkan risiko tersebut dan memastikan bahwa mereka
memperoleh bukti yang cukup tepat. Jika tidak, mereka berisiko untuk
memberikan pendapat yang tidak pantas, kegagalan untuk mengidentifikasi
kesalahan yang signifikan atau penipuan, atau bahkan dapat menyebabkan
hilangnya reputasi mereka (Danescu et al., 2012). Tingkat risiko sampling yang
auditor bersedia untuk menerimanya berdampak terhadap ukuran sampel yang
diperlukan. Semakin kecil risiko yang auditor bersedia untuk menerimanya,
makin besar ukuran sampel yang diperlukan (IAPI, 2015). Menurut Zarkasyi
(1992) dalam Raharja (2008) menyebutkan bahwa penggunaan metode statistik
mempunyai hubungan dependensi dengan persepsi auditor terhadap risiko audit.
Semakin tinggi risiko audit, auditor cenderung menggunakan metode yang
menurutnya lebih objektif dan lebih bertahan. Jika auditor menganggap risiko
audit tinggi kemungkinan ia menggunakan sampling statistik semakin besar
11
(Raharja, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dede (2011)
menunjukkan adanya pengaruh dari persepsi mengenai risiko audit terhadap
pemilihan penggunaan metode sampling audit. Sedangkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mranani (2009) dan Raharja (2008) tidak menunjukkan adanya
pengaruh dari persepsi mengenai risiko audit terhadap penggunaan metode
sampling audit.
Seorang auditor bekerja dalam batas-batas pertimbangan ekonomi, agar
secara ekonomis bermanfaat, pendapatnya harus dapat dirumuskan dalam jangka
waktu yang pantas dengan biaya yang masuk akal (IAPI, 2015). Adanya tekanan
waktu menyebabkan kemungkinan timbulnya masalah seperti kegagalan dalam
memperoleh bukti yang cukup, tidak dilakukannya prosedur dalam audit, dll
(Agoglia, 2015). Auditor harus memutuskan dengan menggunakan pertimbangan
profesionalnya, apakah bukti yang tersedia dengan batas waktu dan biaya, cukup
mamadai untuk memberikan pernyataan pendapat. Dalam pertimbangan waktu
dan biaya membuat auditor sulit untuk menggunakan semua informasi yang
diperolehnya sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat. Batasan
waktu dan biaya berpotensi menimbulkan masalah yang serius bagi auditor dalam
penggunaan bukti, selain itu semua bukti audit bercampur baik yang relevan
maupun tidak relevan sehingga auditor akan kesulitan dalam memberikan
pertimbangan. Arel (2012) menyatakan bahwa auditor yang overworking
mengalami tekanan waktu yang dapat meningkatkan stress sehingga dapat
menurunkan efektivitas dan kualitas audit. Kegagalan dalam audit juga dapat
12
disebabkan karena adanya tekanan waktu yang dikenakan kepada KAP oleh
manajemen perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Nadirsyah et al., (2011) dengan sampel penelitian yang diambil dari Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK) Republik Indonesia perwakilan provinsi Aceh
menunjukkan adanya pengaruh dari tekanan waktu terhadap penggunaan
penggunaan metode sampling audit. Namun hal tersebut bertentangan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dede (2011), Mranani (2009) dan Raharja (2008)
yang hasilnya tidak menunjukkan adanya pengaruh dari tekanan waktu terhadap
penggunaan metode sampling audit.
Keputusan untuk menggunakan pendekatan dalam sampling audit
membutuhkan pertimbangan auditor. Karakteristik unik pertimbangan profesional
yang diharapkan dari seorang auditor adalah pertimbangan yang dibuat oleh
seorang auditor yang pelatihan, pengetahuan, dan pengalamannya telah
membantu pengembangan kompetensi yang diperlukan untuk mencapai
pertimbangan wajar yang dibuatnya (IAPI, 2015). Pengalaman audit adalah
pengalaman auditor dalam melakukan penugasan audit baik dari segi lamanya
waktu maupun kompleksitas tugas yang pernah ditangani. Kedua hal tersebut
dapat meningkatkan kemampuan auditor untuk melakukan proses audit (Furiady
et al., 2015). Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan
pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan
pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman
13
selanjutnya dalam praktik audit (IAPI, 2015). Menurut Ashton (1991) dalam
Raharja (2008) menyatakan bahwa pengalaman auditor diukur berdasarkan
lamanya bekerja atau posisi/jabatan. Menurut Ponemon dan Wendell (1995)
dalam Raharja (2008) auditor yang berpengalaman menunjukkan proyeksi error
yang lebih baik daripada auditor pada level junior. Akan lebih cepat dan mudah
penerapannya bagi auditor, dalam menentukan dan mengevaluasi sampel
menggunakan judgement daripada harus menghitung secara matematis. Apabila
auditor berdasarkan pengalamannya bisa menghasilkan bukti sampling yang lebih
baik tanpa harus menggunakan perhitungan statistik, maka auditor cenderung
memilih metode sampling non-statistik. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dede (2011) menunjukkan adanya pengaruh dari pengalaman
terhadap pemilihan penggunaan metode sampling oleh auditor. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah et al., (2011) dan Raharja (2008) tidak
menunjukkan adanya pengaruh dari pengalaman terhadap penggunaan metode
sampling audit.
Auditor dalam melaksanakan auditnya selalu dihadapkan dengan tugas-
tugas yang kompleks, banyak, berbeda-beda dan saling terkait satu dengan
lainnya (Nadirsyah et al., 2011). Salah satu faktor yang mempengaruhi
kompleksitas tugas adalah jumlah atau banyaknya dokumen kunci yang dapat
digunakan untuk pembuatan suatu pertimbangan (Bonner, 1994). Kompleksitas
dokumen audit dapat terjadi dalam berbagai akun, jumlah atau besarnya saldo
akun (Nadirsyah et al., 2011). Bukti audit yang tersedia untuk diuji dalam proses
14
audit dapat berupa dokumen, catatan dan bahan bukti yang berasal dari sumber-
sumber diluar auditan (Murwanto et al., 2006). Bukti audit dalam bentuk
dokumen, kertas, data elektronik maupun media lainnya, lebih dapat diandalkan
dibandingkan dengan bukti yang diperoleh secara lisan. Selain itu, bukti audit
yang diperoleh dari dokumen asli lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan
bukti audit yang diperoleh melalui fotokopi atau faksimili, atau dokumen yang
telah difilmkan, diubah kedalam bentuk digital, atau diubah kedalam bentuk
elektronik, yang keandalannya dapat bergantung pada pengendalian atas
penyusunan dan pemeliharaannya. Bukti audit ini memiliki sifat kumulatif dan
terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan selama proses audit
(IAPI, 2015), yang artinya semua bukti akan terkumpul dan terhimpun dari awal
hingga akhir periode pembukuan, maka bukti audit terutama yang berupa
dokumen akan memiliki tingkat kerumitan tersendiri, karena terdiri dari jumlah
transaksi yang banyak, dan adanya keterkaitan antara satu dokumen dengan
dokumen lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati et al., (2013)
menunjukkan adanya pengaruh dari kompleksitas dokumen audit terhadap
pertimbangan auditor, sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah
et al., (2011) tidak menunjukkan adanya pengaruh dari kompleksitas dokumen
audit terhadap penggunaan metode sampling audit.
Selain faktor-faktor diatas, dalam penelitian yang dilakukan Dede (2011)
turut melakukan pengujian terhadap variabel pelatihan. Namun dalam penelitian
ini, variabel tersebut tidak diuji karena selain hasil dari penelitian sebelumnya
15
yang tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap pemilihan penggunaan
metode sampling audit, Boner et al., (1994) menyatakan bahwa peningkatan
pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya
dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Karena dalam penelitian ini akan
menguji variabel pengalaman, maka variabel pelatihan tidak diuji karena
berdasarkan pernyataan diatas, peningkatan pengetahuan dari pelatihan sama
baiknya dengan yang didapat dari pengalaman.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini, karena mengingat pentingnya penerapan audit sampling pada
proses pengauditan karena tidak memungkinkan bagi auditor untuk memeriksa
secara keseluruhan dari bukti transaksi yang ada. Namun pada kenyataannya,
penelitian mengenai audit sampling masih tergolong minim. Selain itu, hasil dari
penelitian sebelumnya masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten pada
variabelnya. Hal tersebut mungkin dapat disebabkan oleh perbedaan dari objek
penelitian yang dilakukan oleh masing-masing peneliti terdahulu. Berdasarkan hal
tersebut, peneliti tertarik untuk merubah objek penelitiannya, yaitu pada Kantor
Akuntan Publik di wilayah Jakarta yang terdaftar di Direktori Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) tahun 2016. Penelitian ini merupakan pengembangan atas
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan mengadopsi variabel dari
penelitian-penelitian terdahulu yang bermula dari penelitian yang dilakukan oleh
Raharja (2008), Mranani (2009), Dede (2011), Nadirsyah et al., (2011) dan
Rachmawati et al., (2013). Berdasarkan referensi variabel yang digunakan dalam
16
penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menggunakan variabel persepsi
mengenai sampling statistik, persepsi mengenai risiko audit, tekanan waktu,
pengalaman, dan kompleksitas dokumen audit. Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit oleh Akuntan Publik”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah persepsi mengenai sampling statistik berpengaruh positif terhadap
penggunaan metode sampling statistik oleh akuntan publik ?
2. Apakah persepsi mengenai risiko audit berpengaruh positif terhadap
penggunaan metode sampling statistik oleh akuntan publik ?
3. Apakah tekanan waktu berpengaruh negatif terhadap penggunaan metode
sampling statistik oleh akuntan publik ?
4. Apakah pengalaman berpengaruh negatif terhadap penggunaan metode
sampling statistik oleh akuntan publik ?
5. Apakah kompleksitas dokumen audit berpengaruh positif terhadap
penggunaan metode sampling statistik oleh akuntan publik ?
17
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
a. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh persepsi mengenai sampling
statistik terhadap pemilihan metode sampling audit oleh akuntan publik.
b. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh persepsi mengenai risiko
audit terhadap pemilihan metode sampling audit oleh akuntan publik.
c. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh tekanan waktu terhadap
pemilihan metode sampling audit oleh akuntan publik.
d. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh pengalaman terhadap
pemilihan metode sampling audit oleh akuntan publik.
e. Menemukan bukti empiris tentang pengaruh kompleksitas dokumen audit
terhadap pemilihan metode sampling audit oleh akuntan publik.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi auditor dan Kantor Akuntan Publik, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode sampling dalam audit.
18
b. Bagi perkembangan literatur akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat
memperkaya literatur bidang audit khususnya studi tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi penggunaan metode sampling audit oleh auditor.
c. Bagi mahasiswa jurusan akuntansi, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pembelajaran dan diskusi terkait dengan sampling audit.
d. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai rujukan (refrensi) bagi para peneliti yang berminat dalam bidang
sejenis atau dalam bidang lain yang terkait.
e. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang sampling audit dan dapat mengantarkan penulis untuk
menyelesaikan program pendidikan S-1.
19
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Grand Theory
Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori tentang keyakinan
akan kemampuan diri (self efficacy). Self efficacy menurut Bandura (1995)
didefinisikan sebagai suatu keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya
untuk mengatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tipe-tipe kerja yang dimaksud, yaitu dapat menampilkan perilaku
yang dibutuhkan dalam mencapai tampilan atau hasil yang diinginkan dari
tuntutan tugas yang diberikan. Self efficacy mengacu pada keyakinan (belief)
tentang kemampuan seseorang untuk mengorganisasikan dan melaksanakan
tindakan untuk pencapaian hasil. Dengan kata lain, self efficacy adalah
keyakinan penilaian berkenaan dengan kompetensi seseorang untuk sukses
dalam tugas-tugasnya.
Sampling audit dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan
statistik dan non-statistik. Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik
maupun non-statistik dalam sampling menggunakan pertimbangan auditor
(IAPI, 2015). Berdasarkan teori efficacy, yang menjelaskan sejauh mana
20
kekuatan atau keyakinan seseorang dalam menyelesaikan tugas dan mencapai
tujuan, auditor membuat suatu pertimbangan tentang metode sampling mana
yang akan digunakan berdasarkan pertimbangan biaya dan manfaat. Dalam
pemilihan metode sampling ini, auditor telah memiliki keyakinan bahwa
metode sampling yang digunakannya adalah tepat dan dapat digunakan untuk
menyelesaikan proses auditnya.
2. Definisi Auditing
Auditing menurut Arens et al,. (2012), didefinisikan sebagai berikut :
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence between
the information and established kriteria. Auditing should be done by a
competent, independent person”.
Artinya auditing adalah pengumpulan dan penilaian bukti mengenai
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi tersebut dan kriteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen.
Sedangkan menurut Boynton et al., (2006), definisi audit yang berasal
dari The Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the
American Accounting Association (Accounting Review, Vol 47) adalah
sebagai berikut:
“A Systematic process of objectively obtaining and evaluating
regarding assertions about economic actions and events to ascertain the
degree of correspondence between those assertions and established kriteria
and communicating the results to interested users”.
21
Artinya Auditing adalah suatu proses sistematis untuk menghimpun
dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang
berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan
dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakaian yang berkepentingan.
Auditing menurut Soekrisno Agoes (2012), diartikan sebagai :
“Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, besertacatatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
auditing adalah suatu pemeriksaan secara kritis dan sistematis yang dilakukan
oleh pihak independen dan kompeten terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara
objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam bentuk pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan dan menyampaikan hasilnya kepada para
pemakaian yang berkepentingan.
22
3. Sampling Audit
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari
100% unsur dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa
sehingga semua unit sampling memiliki peluang yang sama untuk dipilih
untuk memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik kesimpulan
tentang populasi secara keseluruhan (IAPI, 2015).
Danescu et al., (2012) menyatakan bahwa penggunaan sampling dapat
menghemat waktu dan usaha untuk tim auditor. Selain itu, proses audit dapat
menggunakan biaya yang rendah, baik untuk auditor maupun perusahaan yang
diaudit karena prosedur yang diterapkan hanya untuk unit yang dipilih. Arens
et al., (2012) menyatakan bahwa ketika melakukan pemilihan sampel atas
populasi, auditor berusaha untuk memperoleh sampel yang representatif,
dimana sampel yang representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik
hampir sama dengan populasinya. Hal ini berarti sampel yang dipilih auditor
dapat mewakili item sampel yang tidak terpilih. Namun perihal sampel yang
representatif sulit untuk diketahui kondisinya apakah ia tergolong mewakili
karakteristik populasi atau tidak. Terkecuali auditor melakukan pemeriksaan
atas keseluruhan populasi (Dede, 2011).
Setya et al., (2008) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan sampling
seorang auditor harus melakukan pertimbangan yang seksama agar hasil
23
sampling mendekati kondisi populasinya. Untuk itu, setiap auditor dalam
melaksanakan sampling audit harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Jika sampling audit digunakan, auditor harus mempertimbangkan
hubungan antara tujuan pengendalian manajemen/intern dan juga
mempertimbangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ukuran
sampel (besarnya sampel).
b. Pemilihan (Selection)
Pemilihan sampel harus dilakukan terhadap item-item yang bisa mewakili
(representatif) terhadap item-item yang ada dalam populasi.
c. Evaluasi (Evaluation)
Auditor harus menilai hasil sampel dari item-item sampel yang telah
dipilih dan harus mempertimbangkan risiko sampling. Selain itu auditor
juga mempertimbangkan aspek kualitatif dari hasil sampling.
Ketika merancang suatu sampel audit, auditor harus
mempertimbangkan tujuan prosedur audit dan karakteristik populasi yang
menjadi sumber suatu sampel yang akan diambil. Auditor harus menentukan
suatu ukuran sampel yang cukup untuk mengurangi risiko sampling sampai ke
tingkat rendah yang dapat diterima. Auditor harus memilih unsur-unsur yang
akan menjadi sampel sedemikian rupa sehingga setiap unit sampling dalam
populasi memiliki suatu peluang yang sama untuk dipilih (IAPI, 2015).
24
Sampling audit diterapkan baik untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substantif. Namun demikian, hal tersebut bukan berarti dapat
diterapkan untuk seluruh prosedur audit yang dapat digunakan dalam
pengujian-pengujian tersebut. Contoh, sampling audit secara luas digunakan
dalam pemeriksaan (vouching), konfirmasi (confirming), dan penelusuran
(tracing), tetapi hal tersebut tidak biasa digunakan dalam pengajuan
pertanyaan, observasi, dan prosedur analitis (Boynton et al., 2006).
Sampling audit memungkinkan auditor untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit tentang beberapa karakteristik unsur-unsur yang
dipilih untuk membentuk atau membantu dalam menarik kesimpulan tentang
populasi yang menjadi asal sampel tersebut. Sampling audit dapat diterapkan
dengan menggunakan pendekatan sampling secara statistik atau non-statistik.
Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistik atau non-statistik dalam
sampling membutuhkan pertimbangan auditor (IAPI, 2015). Menurut Setya et
al., (2008), kedua pendekatan ini dapat digunakan dalam audit, karena tidak
ada satu pihakpun yang dapat menjamin bahwa salah satu di antara keduanya
lebih baik dari yang lain. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sibelman (2014) yang menyatakan bahwa baik metode
sampling statistik maupun non-statistik, tidak ada yang lebih baik satu sama
lain. Masing-masing metode memiliki kriteria yang berbeda dan
penggunaannya disesuaikan dengan situasi yang ada. Pada kenyataannya,
auditor di Swedia menggunakan metode sampling statistik dan non-statistik
25
untuk meminimalkan risiko dan menjamin kualitas audit, terutama saat
mengaudit perusahaan-perusahaan besar (Ayam et al., 2011). Namun,
dibandingkan dengan sampling non-statistik, sampling statistik lebih mudah
dipertanggungjawabkan, karena formulanya sudah baku dan diterima oleh
kalangan akademisi secara umum. Menurut Hitzig (2004), sudah saatnya
profesi untuk mengakui bahwa pengambilan sampel audit adalah alat
keputusan yang menyerukan penerapan tujuan, teknik dipertahankan, dan
tidak menebak. Sehingga diharapkan bahwa metode sampling statistik menjadi
prosedur pengujian audit utama.
Sesuai dengan sifat datanya, sampling terdiri atas dua jenis: sampling
atribut dan sampling variabel. Sampling atribut adalah metode sampling yang
meneliti sifat non angka (kualitatif) dari data, sedangkan sampling variabel
adalah metode sampling yang meneliti sifat angka (kuantitatif) dari data.
Dalam audit, sampling atribut biasanya digunakan pada pengujian
pengendalian, sedangkan sampling variabel biasanya digunakan pada
pengujian substantif. Metode yang digunakan pada sampling atribut biasanya
mencakup metode sampling atribut (attribute sampling), metode sampling
penemuan (discovery/explanatory sampling), dan metode sampling
penerimaan (acceptance sampling). Sedangkan metode yang biasanya
digunakan pada sampling variabel mencakup metode sampling variabel
sederhana (classical variable sampling atau mean per unit estimation) dan
26
metode sampling satuan mata uang (monetary unit sampling atauprobability
proportional to size sampling).
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa sampling audit dapat diartikan sebagai penerapan prosedur audit
terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu populasi audit yang relevan
sedemikian rupa sehingga semua unit sampling memiliki peluang yang sama
untuk dipilih untuk memberikan basis memadai bagi auditor untuk menarik
kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan. Auditor dalam
melaksanakan sampling audit harus melakukan beberapa hal, yaitu:
perencanaan (planning), pemilihan (selection), dan evaluasi (evaluation).
Terdapat dua pendekatan umum dalam sampling audit, yaitu non-statistik dan
statistik. Sedangkan berdasarkan sifat datanya, sampling terdiri atas sampling
atribut dan sampling variabel.
4. Sampling Statistik
Sampling statistik diartikan sebagai suatu pendekatan sampling yang
memiliki karakteristik pemilihan unsur-unsur sampel dilaksanakan secara
acak dan penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil sampel, termasuk
untuk mengukur risiko sampling (IAPI, 2015). Sedangkan menurut Setya et
al., (2008), sampling statistik adalah metode sampling yang analisisnya
menggunakan rumus/formula statistik, sehingga judgment yang akan
digunakan harus dikuantifikasi lebih dahulu sesuai kebutuhan formula.
27
Menurut Arens et al., (2012), sampling statistik berbeda dengan sampling
non-statistik dalam hal pemakaian aturan matematika, auditor dapat mengukur
risiko sampling dalam perencanaan sampel (tahap 1) dan mengevaluasi
hasilnya (tahap 3).
Fitur yang menonjol dari sampling statistik adalah kemampuannya
untuk mengukur risiko. Instrument pengukuran adalah interval kepercayaan,
yang memberikan perhitungan nilai untuk perkiraan jumlah salah saji dalam
suatu populasi. Kemampuannya untuk mengukur, muncul dari metode seleksi
yang digunakan yaitu probability sampling. Pengacara, hakim dan ahli
statistik secara eksplisit juga telah mengakui fitur dari sampling statistik
(Hitzig, 2004).
Dalam kebanyakan kasus, auditor telah enggan untuk menggunakan
sampling statistik dan keengganan ini telah dikaitkan dengan tiga alasan
utama yang merupakan biaya seleksi sampel, biaya evaluasi sampel, dan biaya
pelatihan (Ayam, 2011). Padahal, biaya pemilihan/seleksi sampel dan biaya
evaluasi sampel telah hampir sepenuhnya dieliminasi karena sudah adanya
ketersediaan perangkat lunak dalam komputer (Hitzig, 2004). Komputer
membantu auditor menampilkan statistik tugas yang sesuai untuk
mengkalkulasi ukuran sampel, dan evaluasi hasil agar terbebas dari error
(Elliot et al., 1972) dalam (Ayam, 2011). Namun dalam sampel statistik,
memang diperlukan adanya tambahan biaya untuk pelatihan sehingga auditor
memilih antara kedua metode metode sampling berdasarkan biaya (Dede,
28
2011). Pelatihan terhadap penggunaan sampling statistik perlu dilakukan
karena auditor merasa bahwa sampling statistik sebagai suatu proses audit
yang kompleks dan memerlukan tingkat matematis dan keterampilan
perhitungan yang tinggi (Ayam, 2011). Secara umum hanya entitas besar yang
memiliki populasi yang cukup besar secara merata yang sesuai untuk
mengaplikasikan secara penuh dari metode sampling statistik. Karena adanya
kekurangan tersebut, auditor sering menerapkan metode sampling statistik
yang dimodifikasi (Murwanto et al., 2006).
Saat metode sampling statistik digunakan, maka sampel tersebut harus
memiliki probabilistik (semua elemen populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk terambil) dan metode penilaian yang layak harus digunakan
dengan hasil sampel untuk membuat perhitungan risiko sampel. Berikut ini
merupakan beberapa metode yang termasuk dalam pemilihan sampel
probabilistik, yaitu :
a. Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampel Selection)
Pemilihan sampel acak sederhana adalah pemilihan sampel dari
suatu populasi yang memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih dan
dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan sampel acak sederhana
untuk populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan
satu atau lebih item populasi (Arens et al., 2012). Setya et al., (2008)
menjelaskan bahwa pemilihan sampel secara acak adalah metode
29
pemilihan sampel tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan subjektif
auditornya. Pemilihan acak tersebut dilakukan untuk menjamin
objektifitas hasil sampling. Pemilihan sampel secara acak diyakini lebih
objektif dibandingkan dengan pemilihan sampel non acak. Pada metode
ini, sampel dipilih langsung dari populasi tanpa memanipulasinya lebih
dahulu. Untuk mendapatkan sampel, biasanya digunakan alat bantu berupa
table angka acak. Tabel ini memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan
baris dan kolom yang telah diberi nomor. Dalam metode ini dapat pula
menggunakan angka acak yang dihasilkan oleh komputer semisal
menggunakan program Microsoft Excel.
b. Pemilihan Sampel Sistematis (Systematic Sampel Selection)
Arens et al., (2012) mendefinisikan pemilihan sampel sistematis
sebagai metode probabilitas dimana auditor menghitung suatu interval
(ukuran populasi dibagi dengan jumlah sampel yang diinginkan) dan
kemudian memilih sampel berdasarkan ukuran interval dan secara acak
memilih titik awal antara nol dan jarak interval.
Raharja (2008) menggambarkan pemilihan sampel sistematis
menggunakan random strart point kemudian memilih tiap populasi ke n.
Kelebihan utama dari metode ini adalah lebih mudah digunakan. Dalam
sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambil dengan cepat dan
pendekatannya secara otomatis akan menempatkan nomor dalam urutan
yang membuatnya lebih mudah untuk mengembangkan dokumentasi yang
30
sesuai. Namun masalah utama dari pemilihan sampel ini adalah
kemungkinan masih timbulnya sampel yang bias.
c. Pemilihan Sampel Probabilitas yang Proporsional dengan Ukuran
(Probability Proportional to Size Sampel Selection)
Arens et al., (2012) mendefinisikan pemilihan sampel probabilitas
yang proporsional dengan ukuran adalah pemilihan sampel dari setiap
dolar populasi dengan menggunakan pemilihan sampel secara acak atau
sistematis. Raharja (2008) menyatakan bahwa metode ini memilih sampel
secara random sehingga probabilitas pilihan langsung terkait dengan nilai
(size). Dengan metode ini unit yang nilai tercatatnya besar secara
proporsional akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk terpilih
daripada unit yang nilai tercatatnya kecil.
d. Pemilihan Sampel Bertahap (Stratified Random Sampling)
Arens et al., (2012) mendefinisikan pemilihan sampel bertahap
sebagai suatu metode sampling dimana semua unsur dalam total populasi
dibagi menjadi dua atau lebih subpopulasi yang diuji secara independen
dan diukur secara statistik. Raharja (2008) menyatakan pemilihan sampel
bertahap dilakukan dengan membagi populasi dalam kelompok-kelompok
(grup/stratum) dan kemudian melakukan pemilihan menggunakan secara
random untuk tiap kelompok. Kelebihan metode ini, pertama, pemilihan
sampel bisa dihubungkan dengan item kunci serta bisa menggunakan
teknik audit berbeda untuk tiap stratum. Kedua, stratifikasi meningkatkan
31
reliabilitas sampel dan mengurangi besarnya sampel (sampel size) yang
dibutuhkan. Jika sampel yang homogen dikelompokkan maka keefektifan
dan keefisienan sampel bisa ditingkatkan.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa metode sampling statistik adalah suatu pendekatan
sampling yang memiliki karakteristik pemilihan unsur-unsur sampel
dilaksanakan secara acak dan menggunakan rumus/formula statistik sehingga
auditor dapat mengukur risiko sampling dalam perencanaan sampel (tahap 1)
dan mengevaluasi hasilnya (tahap 3). Dalam sampel statistik, diperlukan biaya
yang tidak sedikit untuk melatih auditor dalam menggunakan statistik dan
merancang serta mengimplementasikan sampel yang telah direncanakan.
Namun sampling statistik memberikan keuntungan bagi auditor dalam
perencanaan sampel yang efisien, mengukur kecukupan bukti yang diperoleh
dan mengevaluasi bukti sampel. Terdapat beberapa metode dalam sampling
statistik, yaitu: pemilihan sampel acak sederhana, pemilihan sampel
sistematis, pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran,
dan pemilihan sampel bertahap.
5. Sampling Non-Statistik
Sampling non-statistik diartikan sebagai suatu pendekatan sampling
yang memiliki karakteristik pemilihan unsur-unsur sampel tidak dilaksanakan
32
secara acak dan tidak penggunaan teori probabilitas untuk menilai hasil
sampel, termasuk untuk mengukur risiko sampling (IAPI, 2015). Arens et al.,
(2012) menyatakan bahwa dalam sampling non-statistik auditor tidak
mengkuantifikasi risiko sampling namun auditor memilih item sampel yang
diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi
dan keadaan tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar
pertimbangan (judgmental). Menurut Setya et al., (2008) sampling non-
statistik tidak menggunakan rumus atau formula statistik, sehingga judgment
yang akan digunakan tidak perlu dikuantifikasi.
Metode sampling ini memiliki keuntungan yang lebih dibandingkan
metode sampling statistik yaitu lebih cepat dan lebih murah dalam
aplikasinya. Dan juga metode ini memungkinkan auditor untuk memasukkan
kedalam prosedur sampling penyisihan/cadangan untuk faktor-faktor dari
hasil tahapan audit sebelumnya, contohnya hasil dari pemahaman atas
pengendalian intern auditan (Murwanto et al., 2006). Dalam sampling non-
statistik, pertimbangan auditor digunakan untuk memilih unsur yang dijadikan
sampel (IAPI, 2015). Namun, kenyataan bahwa auditor mempercayakan
pertimbangan profesionalnya saat menggunakan sampling non-statistik
dianggap oleh sebagai suatu kekurangan karena berbeda secara signifikan dari
teori tentang sampling sehingga berakibat pada tidak efektif dan efisiennya
pengujian dalam audit (Ayam, 2011). Metode ini tidak menyediakan
perhitungan risiko sampling, penilaian auditor harus dapat
33
dipertanggungjawabkan, dan kesimpulan yang diambil berkaitan dengan
sampel dapat sulit dipertahankan. Selanjutnya ketika menggunakan
judgmental sampling adalah hal yang sulit untuk tidak menghasilkan bias
berkaitan dengan ukuran sampel, item yang dipilih dan kesimpulan yang
diambil atas populasi (Murwanto et al., 2006). Salah satu contoh penggunaan
sampling non-statistik adalah pemilihan nomor secara sewenang-wenang
terhadap unit pengujian (Sibelman, 2014). Namun melalui survey Hitzig
(1995), Hall et al., (2002), Raharja (2005), Mangiot dan Quon (2009)
diketahui sebagian besar auditor baik dari kalangan auditor internal, eksternal
dan auditor pemerintah menggunakan metode sampling non-statistik sebagai
alat bantu dalam menentukan sampel (Dede, 2011).
Terdapat beberapa metode pemilihan sampel dalam sampling non-
statistik, yaitu :
a. Pemilihan Sampel Terarah (Directed Sampel Selection)
Arens et al., (2012) menyatakan dalam pemilihan sampel terarah,
auditor dengan sengaja memilih sampel berdasarkan kriteria
pertimbangannya (judgmental) diterapkan dengan menggunakan
pendekatan atau kriteria, pertama auditor menyakini memilih sampel pada
sebuah item atau pos yang tampaknya paling mungkin mengandung
kesalahan, penyimpangan atau salah saji. Kedua, pemilihan sampel
diyakini mengandung karakteristik populasi. Ketiga, pemilihan sampel
34
memiliki cakupan nominal dolar/size yang besar. Raharja (2008)
menjelaskan bahwa pemilihan sampel terarah menggunakan seleksi
berdasarkan judgement elemen bernilai (high value) atau elemen yang
diyakini mengandung error. Auditor tidak mendasarkan pada pemilihan
yang mempunyai kesempatan sama.
b. Pemilihan Sampel Blok (Block Sampel Selection)
Arens et al., (2012) menjelaskan pada pemilihan sampel blok
auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara
berurutan. Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika
jumlah blok yang digunakan masuk akal. Sampling blok juga dapat
digunakan untuk melengkapi sampel lainnya apabila ada kemungkinan
salah saji yang tinggi selama periode tertentu.
Guy dan Carmichael (2001) dalam Raharja (2008) menyatakan
bahwa block sampling merupakan pemilihan sampel menggunakan seleksi
satu atau lebih kelompok elemen populasi secara berurut. Satu item dalam
blok terpilih maka secara berurut item-item berikutnya dalam blok terpilih
dengan otomatis. Metode ini secara teoritis merupakan metode pemilihan
sampel yang representatif namun jarang digunakan karena tidak efisien.
Waktu dan biaya untuk memilih sampel yang memadai agar representatif
terhadap populasi sangat mahal.
35
c. Pemilihan Sampel Sembarang (Haphazard Sampel Selection)
Arens et al., (2012) menyatakan bahwa pemilihan sampel
sembarang adalah penelitian item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh
auditor. Dalam kasus semacam itu, auditor memilih populasi tanpa
memandang ukurannya, suber atau karakteristik lainnya yang
membedakan. Raharja (2008) menjelaskan bahwa haphazard sampling
adalah metode dimana auditor memilih sampel yang diharapkan
representatif terhadap populasi lebih berdasar judgement individu tanpa
menggunakan perandom probabilistik (misalnya semacam tabel bilangan
random). Namun, kelamahan utama metode ini adalah kesulitan untuk
benar-benar menghilangkan bias pemilihan.
d. Pemilihan Sampel Secara Sistematis (Systematic Sampel Selection)
Berbeda dengan systematic sampel selection pada metode statistik
yang menggunakan random start point, menurut Raharja (2008) pada
metode non-statistik penggunaan start point yang ditentukan secara
judgement kemudian memilih tiap elemen populasi ke n. Sampel dipilih
berdasarkan interval yang ditentukan dari pembagian jumlah unit dalam
populasi dengan jumlah sampel.
Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa sampling non-statistik merupakan metode sampling yang tidak
menggunakan teori probabilitas, sehingga risiko samlingnya tidak dapat
36
dikuantifikasi. Metode pemilihan sampel yang dapat digunakan dalam
sampling non-statistik, yaitu: pemilihan sampel terarah, pemilihan sampel
blok, pemilihan sampel sembarang, dan pemilihan sampel secara sistematis.
6. Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko bahwa auditor menyatakan suatu opini audit
yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian
material (IAPI, 2015). Sedangkan Rahayu et al., (2010) mendefiniskan risiko
dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian
tertentu dalam pelaksanaan audit, seperti adanya ketidakpastian mengenai
kompensasi bahan bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien, dan
ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar
setelah audit selesai.
Auditor dalam menangani risiko di tahap perencanaan penggunakan
model risiko audit. Penelaahan seksama untuk model ini diperlukan untuk
mengerjakan audit secara efektif dan untuk pembahasan selanjutnya. Model
risiko audit digunakan dalam tahap perencanaan untuk menetapkan besarnya
bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam setiap siklus. Model tersebut
dinyatakan dalam:
AAR = IR x CR x PDR PDR = AAR/ (IR x CR)
37
Di mana:
PDR = risiko deteksi yang direncanakan
AAR = risiko audit yang diterima
IR = risiko bawaan
CR = risiko pengendalian
a. Risiko Deteksi yang Direncanakan
Risiko deteksi adalah risiko bahwa prosedur yang dilakukan oleh
auditor untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat
diterima tidak akan mendeteksi suatu kesalahan penyajian yang ada dan
yang mungkin material, baik secara individual maupun secara kolektif
ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian lainnya (IAPI, 2015).
Menurut Arens et al., (2012) menyatakan bahwa risiko deteksi yang
direncanakan adalah risiko dimana bukti audit dari suatu segmen tidak
dapat mendeteksi salah saji yang ada dimana salah saji tersebut melebihi
batas salah saji yang dapat ditoleransi. Sedangkan menurut Setya et al.,
(2008) risiko deteksi diartikan sebagai kegagalan auditor menemukan
salah saji material pada waktu melakukan pengujian.
Auditor berkepentingan terhadap risiko deteksi dalam rangka
mencapai audit yang efektif, yaitu yang berhasil mengungkapkan
kesalahan yang terkandung dalam laporan auditee. Hal itu dapat dicapai
apabila risiko deteksi dapat diperkecil sampai pada tingkat yang dapat
38
diterima. Risiko deteksi yang dapat diterima itu disebut rencana risiko
deteksi (Planned Detection Risk). Jika nilai risiko deteksi yang
direncanakan diperkecil maka auditor harus mengumpulkan bahan bukti
yang lebih banyak dalam audit (Rahayu et al., 2010).
b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian merupakan risiko bahwa suatu kesalahan
penyajian yang mungkin terjadi tentang suatu golongan transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan yang mungkin material, baik secara individual
maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian
lainnya, tidak akan dapat dicegah, atau dideteksi dan dikoreksi, secara
tepat waktu oleh pengendalian internal entitas (IAPI, 2015). Menurut
Arens et al., (2012) menyatakan bahwa risiko pengendalian adalah
lengkah penilaian auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi batas
toleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal yang dibuat oleh klien. Sedangkan
menurut Setya et al., (2008), risiko pengendalian diartikan sebagai
kelemahan (ketidakmampuan) pengendalian intern yang diciptakan
manajemen dalam menjaring keberadaan kesalahan dalam data yang
menjadi dasar penyusunan laporan keuangan. Karena tidak terjaring, data
tersebut masuk dalam sistem akuntansi dan menjadi bagian dari laporan
keuangan. Akibatnya, informasi yang dimuat dalam laporan keuangan
terkait mengandung salah saji material.
39
Menurut Rahayu et al., (2010), risiko pengendalian mengandung
beberapa unsur, yaitu :
1) Penetapan apakah struktur pengendalian intern klien cukup efektif
untuk mendeteksi atau mencegah kekeliruan.
2) Keinginan auditor untuk membuat penetapan tersebuut di bawah nilai
maksimum dalam rencana audit.
Semakin efektif struktur pengendalian intern perusahaan semakin
rendah risiko yang dapat diterapkan untuk risiko pengendalian. Risiko
pengendalian akan selalu ada karena faktor keterbatasan pengendalian
intern, misalkan kelalaian atau kejenuhan manusia.
c. Risiko Bawaan
Risiko bawaan merupakan suatu kerentanan tentang suatu
golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan terhadap suatu
kesalahan penyajian yang mungkin material, baik secara individual
maupun secara kolektif ketika digabungkan dengan kesalahan penyajian
yang lainnya, sebelum mempertimbangkan pengendalian internal yang
terkait (IAPI, 2015). Menurut Arens et al., (2012) risiko bawaan adalah
langkah penilaian dari auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang
material baik berupa kekeliruan maupun kecurangan dalam suatu segmen
sebelum melihat efektivitas dari pengendalian internal itu sendiri.
Sedangkan menurut Setya et al., (2008) risiko bawaan diartikan sebagai
40
suatu kerentanan dari pos/akun yang disajikan dalam laporan keuangan
terhadap suatu kesalahan dalam penyajian. Kerentanan tersebut terkait
dengan sifat bawaan dari pos/akun yang bersangkutan, terlepas dari ada
atau tidaknya pengendalian intern.
Rahayu et al., (2010) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi risiko bawaan, antara lain:
1) Perkembangan teknologi mungkin menyebabkan produk tertentu
menjadi usang, mengakibatkan persediaan cenderung dilaporkan lebih
besar.
2) Sifat bisnis dan jenis produk klien.
3) Integritas dan reputasi manajemen.
4) Turnover manajemen.
5) Sensitivitas hasil operasi terhadap faktor-faktor ekonomi.
6) Penugasan pertama atau ulangan.
7) Pengaruh perkembangan teknologi dan kompetisi.
8) Profitabilitas perusahaan dibandingkan dengan industri.
9) Masalah going concern seperti kesulitan modal kerja.
d. Risiko Audit yang Dapat Diterima
Arens et al., (2012) menyatakan bahwa risiko audit yang dapat
diterima sebagai langkah dari kesediaan auditor untuk menerima bahwa
laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah
audit selesai dan opini wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Risiko
41
audit yang ditentukan dalam perencanaan mencerminkan risiko salah saji
material dalam laporan keuangan yang dapat diterima oleh auditor
(Rahayu et al., 2010). Risiko ini ditetapkan secara subjektif bahwa auditor
bersedia menerima laporan keuangan tidak disajikan secara wajar setelah
audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan.
Bagi auditor, risiko pengendalian (CR) dan risiko melekat (IR)
merupakan suatu yang harus diterima (given). Laporan keuangan atau
kegiatan yang merupakan objek audit adalah merupakan hasil dari
kerentanan sifat pos/akun/kegiatan itu sendiri dikombinasikan dengan
pengendalian intern yang diterapkan oleh manajemen. Auditor tidak dapat
memengaruhi kedua risiko tersebut. Auditor hanya dapat memengaruhi
dan mengendalikan risiko deteksi (DR). Oleh karena itu, untuk
menghindari terjadinya risiko audit, audit harus mengendalikan auditnya
sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya risiko deteksi (Setya et al.,
2008).
Setya et al., (2008) menyatakan bahwa adanya salah saji material
dalam laporan keuangan yang telah diaudit (audited) terutama disebabkan
oleh tidak ditemukannya salah saji material itu oleh auditor pada saat dia
melakukan pengujian-pengujian, atau dengan kata lain auditor mengalami
risiko deteksi. Risiko deteksi dapat disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu:
1. Penerapan Metode Sampling, disebut Risiko Sampling (sampling risk =
SR)
42
Risiko sampling berkaitan dengan pengambilan simpulan atas populasi
(keseluruhan data) yang hanya didasarkan atas pengujian terhadap sampel.
Risiko sampling terjadi jika sampel tidak representatif terhadap
populasinya. Untuk mengatasi hal ini, auditor harus merencanakan
sampling auditnya sedemikian rupa agar sampel menjadi representatif.
Metode sampling statistik merupakan upaya yang dapat dilakukan auditor
mengatasi risiko sampling tersebut.
2. Bukan karena Penerapan Metode Sampling, disebut Risiko Non Sampling
(non sampling risk = NSR).
Risiko non sampling/non-sampling risk (NSR) pada dasarnya disebabkan
oleh 2 (dua) hal sebagai berikut:
a. Kompetensi Auditor
Jika auditor yang ditugaskan tidak kompeten, maka audit akan gagal
menemukan penyimpangan karena auditornya tidak mengetahui apa
yang harus ditemukannya. Hal tersebut tidak berhubungan dengan
pelaksanaan sampling dalam pengambilan simpulan. Sebagai contoh,
misalkan prosedur organisasi menetapkan bahwa setiap pengeluaran
kas harus disetujui oleh Kepala Bagian Kas, karena auditornya tidak
kompeten, pada waktu melakukan pengujian atas pengeluaran kas,
auditor hanya memperhatikan apakah bukti pengeluaran kas
bertanggal atau tidak. Dalam contoh ini, maka walaupun sampel
termasuk bukti pengeluaran kas yang tidak ada persetujuan Kepala
43
Bagian Kas, namun jika seluruh bukti telah bertanggal, auditor akan
menyatakan tidak ada penyimpangan atas sampel yang diujinya.
b. Prosedur audit
Prosedur audit yang salah dapat menyebabkan salah pengambilan
simpulan. Sebagai contoh, prosedur organisasi menetapkan bahwa
setiap pengeluaran barang harus didasarkan pada permintaan barang
dari calon pengguna. Jika prosedur audit memerintahkan auditor untuk
memeriksa apakah setiap permintaan barang dibuatkan bon
pengeluaran barang, maka auditor akan mengalami risiko deteksi,
dalam arti auditor gagal menemukan kesalahan, karena sangat tidak
mungkin bagian gudang menolak pengeluaran barang atas permintaan
bagian yang akan menggunakan. Namun, jika prosedur audit
dinyatakan sebagai berikut: periksa apakah setiap bon pengeluaran
barang terdapat bon permintaannya, maka auditor mungkin akan
menemukan penyimpangan atas pengeluaran barang yang tidak
didasarkan atas permintaan bagian yang akan menggunakan.
Berdasarkan atas paparan hal-hal diatas, dapat disimpulkan bahwa
Risiko audit adalah risiko bahwa auditor menerima suatu tingkat
ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit atau menyatakan suatu opini
audit yang tidak tepat ketika laporan keuangan mengandung kesalahan
penyajian material. Risiko audit terdiri dari risiko deteksi yang direncanakan,
44
risiko audit yang diterima, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Seorang
auditor hanya dapat mengendalikan risiko deteksi, sedangkan risiko
pengendalian dan risiko bawaan merupakan sesuatu yang harus diterima dan
tidak dapat dipengaruhi. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya risiko
audit, auditor harus mengendalikan auditnya sedemikian rupa untuk
menghindari terjadinya risiko deteksi. Risiko deteksi ini dapat timbul dan
disebabkan diantaranya oleh dua faktor yaitu dari penerapan metode sampling
sehingga menimbulkan adanya risiko sampling, dan bukan dari penerapan
metode sampling sehingga timbul adanya risiko non sampling.
7. Tekanan Waktu
Dalam melaksanakan proses audit, terdapat keterbatasan bawaan suatu
audit yang salah satunya dapat timbul dari kebutuhan agar audit dilaksanakan
dalam jangka waktu dan biaya yang wajar (IAPI, 2015). Pertimbangan atas
kebutuhan tersebut menimbulkan time pressure/tekanan waktu (Indarto,
2011). Tekanan waktu atau time pressure yaitu kondisi dimana auditor
mendapatkan tekanan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) tempatnya bekerja
untuk menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah
ditentukan sebelumnya (Wahyudi et al., 2011). Time pressure pada dasarnya
bertujuan untuk mengurangi biaya audit. Ketika waktu audit yang lebih
singkat, maka biaya pelaksanaan audit menjadi lebih kecil. Keberadaan time
45
pressure memaksa auditor menyelesaikan tugasnya secepat mungkin sesuai
dengan anggaran waktu yang diberikan KAP (Akhsan et al., 2014).
Tekanan anggaran waktu audit merupakan situasi normal yang ada
dalam lingkungan pekerjaan audit (Pangestika et al., 2014). Hal ini sangat
diperlukan auditor untuk dapat memenuhi permintaan klien secara tepat waktu
dan menjadi salah satu kunci keberhasilan karir auditor di masa depan
(Kumalasari et al., 2013). Tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh
profesional dalam bidang pengauditan dapat menimbulkan tingkat stres yang
tinggi dan mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor (Nadirsyah et al.,
2011). Di bawah tekanan waktu, perhatian akan lebih terfokus pada tugas
yang dominan, seperti tugas pengumpulan bukti berkaitan dengan frekuensi
dan jumlah salah saji serta mengorbankan perhatian yang diberikan pada tugas
tambahan seperti tugas yang memperhatikan aspek kualitatif atas terjadinya
salah saji yang menunjukkan potensi kecurangan dalam laporan keuangan
(Wahyudi et al., 2011).
Menurut Suprianto (2009) dalam Yosua (2012) menyatakan bahwa
time pressure memiliki dua dimensi yaitu:
a. Time Budget Pressure, yaitu keadaan dimana auditor dituntut untuk
melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun, atau
terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat.
b. Time Deadline Pressure, disebabkan oleh adanya kebutuhan untuk
melengkapi tugas audit berdasarkan pedoman waktu tertentu
46
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tekanan waktu atau time pressure yaitu kondisi dimana auditor mendapatkan
tekanan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) tempatnya bekerja untuk
menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah ditentukan
sebelumnya. Tekanan anggaran waktu yang dihadapi oleh profesional dalam
bidang pengauditan dapat menimbulkan tingkat stress yang tinggi dan
mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor. Time pressure memiliki dua
dimensi yaitu: Time Budget Pressure dan Time Deadline Pressure.
8. Pengalaman
Dalam melaksanakan proses auditnya, auditor harus menggunakan
pertimbangan profesional dalam merencanakan dan melaksanakan audit atas
laporan keuangan. Pertimbangan profesional yang diharapkan adalah
pertimbangan yang dibuat oleh seorang auditor yang pelatihan, pengetahuan
dan pengalamannya telah membantu pengembangan kompetensi yang
diperlukan untuk mencapai pertimbangan-pertimbangan wajar yang dibuatnya
(IAPI, 2015). Nadirsyah et al., (2011) menyatakan pengalaman audit adalah
pengalaman yang dimiliki seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan dari
banyaknya penugasan berbeda yang pernah dilakukan dan juga lamanya
auditor menjalankan profesinya serta dapat menambah pengetahuannya
mengenai pendeteksian kekeliruan. Penggunaan pengalaman didasarkan pada
asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan
47
peluang untuk belajar melakukannya dengan yang terbaik. Dede (2012)
mengungkapkan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat
menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit.
Dengan pengalaman yang ada, auditor dapat mengevaluasi berbagai bukti
audit yang akan digunakan dalam pembentukan opini. Pemeriksa
menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang dituntut oleh
profesinya untuk melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi objektif
mengenai kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti. Pencapaian keahlian
tersebut dimulai dengan pendidikan formal dan pengalaman dalam melakukan
praktek audit (Nadirsyah et al., 2011).
Menurut Ponemon dan Wendell (1995) dalam Raharja (2008) auditor
yang berpengalaman menunjukkan proyeksi error yang lebih baik daripada
auditor pada level junior. Akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu
mengidentifikasi secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam
telaah analitik. Akuntan yang berpengalaman juga memperlihatkan tingkat
perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang relevan serta
dengan mengandalkan pengalaman yang ada auditor mampu menilai bukti
yang diperoleh (Dede, 2011).
Secara psikis, pengalaman akan membentuk pribadi seseorang, yaitu
akan membuat seseorang lebih bijaksana baik dalam berpikir maupun
bertindak, karena pengalaman seseorang akan merasakan posisinya saat dia
dalam keadaan baik dan saat dia dalam keadaan buruk. Seseorang akan
48
semakin berhati-hati dalam bertindak ketika ia merasakan fatalnya melakukan
kesalahan. Dia akan merasa senang ketika berhasil menemukan pemecahan
masalah dan akan melakukan hal serupa ketika terjadi permasalahan yang
sama. Dia akan puas ketika memenangkan argumentasi dan akan merasa
bangga ketika memperoleh imbalan hasil pekerjaannya. Jadi pengalaman
merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah profesi yang membutuhkan
profesionalisme yang sangat tinggi seperti akuntan publik, karena pengalaman
akan mempengaruhi kualitas pekerjaan seorang auditor (Singgih et al., 2010).
Dengan demikian, pengalaman auditor adalah pengalaman dalam
melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, banyaknya
penugasan maupun jenis-jenis perusahaan yang pernah ditangani. Auditor
yang berpengalaman menunjukkan proyeksi error yang lebih baik daripada
auditor pada level junior. Secara psikis, pengalaman akan membentuk pribadi
seseorang, sehingga pengalaman akan mempengaruhi kualitas pekerjaan
seorang auditor.
9. Kompleksitas Dokumen Audit
Nadirsyah et al., (2011) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
pemeriksaan auditor hampir tidak mungkin melakukan audit terhadap seluruh
bukti transaksi karena terbatasnya waktu dan biaya audit serta
kompleksitasnya dokumen audit. Sebagian besar pekerjaan auditor dalam
merumuskan opini audit terdiri dari pemerolehan dan pengevaluasian bukti
49
audit. Baik kuantitas maupun kualitas dari bukti audit yang harus dievaluasi
berdampak pada proses pengambilan keputusan oleh auditor (Zuca, 2015).
Banyaknya jumlah bukti audit yang dijadikan sampel pemeriksaan akan
mempengaruhi pertimbangan yang akan dibuat oleh auditor, oleh karena itu
auditor harus berhati-hati dalam menentukan jumlah sampel dan memberikan
perhatian lebih pada bukti audit yang relevan (Rachmawati et al., 2013).
Bukti audit ini memiliki sifat kumulatif dan terutama diperoleh dari
prosedur audit yang dilaksanakan selama proses audit. Namun, bukti audit
dapat juga mencakup informasi yang diperoleh melalui sumber lain, seperti
dari audit periode lalu (dengan syarat auditor telah menentukan apakah telah
terjadi perubahan sejak periode audit lalu yang mungkin relevan terhadap
periode audit kini) atau prosedur pengendalian mutu KAP untuk penerimaan
dan keberlanjutan klien. Selain itu, catatan akuntansi entitas merupakan suatu
sumber bukti audit yang penting. Catatan akuntansi merupakan catatan entri
akuntansi awal dan catatan pendukungnya, seperti cek dan catatan transfer
data elektronik; faktur; kontrak; buku besar dan buku pembantu, entri jurnal
dan penyesuaian lainnya atas laporan keuangan yang tidak tercermin dalam
entri jurnal; dan catatan seperti lembar kerja (worksheet) dan spreadsheet
yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, rekonsiliasi, dan pengungkapan.
Bukti audit dalam bentuk dokumen, kertas, data elektronik maupun media
lainnya, lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang diperoleh
50
secara lisan. Selain itu, bukti audit yang diperoleh dari dokumen asli lebih
dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti audit yang diperoleh melalui
fotokopi atau faksimili, atau dokumen yang telah difilmkan, diubah kedalam
bentuk digital, atau diubah kedalam bentuk elektronik, yang keandalannya
dapat bergantung pada pengendalian atas penyusunan dan pemeliharaannya
(IAPI, 2015). Oleh karena bukti audit bersifat kumulatif, yang artinya semua
bukti akan terkumpul dan terhimpun dari awal hingga akhir periode
pembukuan, maka bukti audit terutama yang berupa dokumen akan memiliki
tingkat kerumitan tersendiri, karena terdiri dari jumlah transaksi yang banyak,
dan adanya keterkaitan antara satu dokumen dengan dokumen lainnya.
Nadirsyah et al., (2011) menyatakan bahwa kompleksitas dokumen
audit dapat terjadi dalam berbagai akun, jumlah atau besarnya saldo akun.
Wood (1988) dalam Nadirsyah et al., (2011) menyatakan bahwa kompleksitas
audit dapat dilihat dalam dua aspek, yaitu:
a. Mengacu kepada jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan
pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Sebuah pekerjaan dianggap semakin rumit jika informasi yang harus
diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan semakin banyak.
b. Mengacu kepada jumlah koordinasi (hubungan antara satu bagian dengan
bagian lain) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Sebuah pekerjaan dianggap semakin rumit ketika pekerjaan tersebut
51
memiliki keterkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang lainnya atau
pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut terkait dengan pekerjaan
sebelum dan sesudahnya.
Bonner (1994) menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kompleksitas tugas adalah jumlah atau banyaknya dokumen
kunci yang dapat digunakan untuk pembuatan suatu pertimbangan. Keputusan
yang bersumber dari berbagai informasi dan dapat digunakan oleh auditor
untuk membuat judgment dalam suatu penugasan pemeriksaan. Auditor dapat
mengidentifikasi salah saji dalam laporan keuangan, dengan mempelajari dan
menganalisis informasi kunci tentang resiko yang ada (inherent risk), resiko
pengendalian (control risk) hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian,
dan hasil pengujian substantif (uji petik). Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa ketika sebuah tugas itu sederhana, maka kompleksitas tugas
berinteraksi dengan faktor motivasional dan kemudian mengembangkan
kinerja. Dengan kata lain, auditor yang memiliki motivasi yang tinggi hanya
menunjukan kinerja audit judgment yang baik ketika tugas audit adalah
sederhana.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kompleksitas dokumen
audit dapat terjadi dalam berbagai akun, jumlah atau besarnya saldo akun.
Kompleksitas audit dapat dilihat dari jumlah informasi yang harus diproses
dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan, serta jumlah koordinasi yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Salah satu faktor yang
52
mempengaruhi kompleksitas tugas adalah jumlah atau banyaknya dokumen
kunci yang dapat digunakan untuk pembuatan suatu pertimbangan.
B. Dasar Perumusan Hipotesis
1. Persepsi Mengenai Sampling Statistik dan Metode Sampling Audit.
Persepsi adalah proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan
menginterpretasi rangsangan (simulti) kedalam suatu gambaran yang berarti
dan koheren dengan dunia (Raharja, 2008). Persepsi mempunyai peranan
penting dalam mempengaruhi perilaku serta tindakan seseorang (Dede, 2011).
Menurut Almeida (2015) persepsi yang didapat dari pengalaman dan
kompetensi secara bersama-sama menentukan status independensi dari
auditor. Jika persepsi auditor buruk terhadap metode sampling statistik, maka
auditor cenderung menghindari penggunaannya. Namun jika persepsi auditor
baik, kemungkinan mereka menggunakan sampling statistik semakin besar
(Raharja, 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dede (2011) dan Surya
Raharja (2008) menunjukkan adanya pengaruh dari persepsi mengenai
sampling stastistik terhadap penggunaan metode sampling statistik oleh
auditor. Artinya semakin baik persepsi auditor mengenai metode sampling
statistik, maka auditor akan cenderung menggunakan metode tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
53
H1: Persepsi auditor mengenai sampling stastistik berpengaruh positif
terhadap penggunaan metode sampling statistik.
2. Persepsi Mengenai Risiko Audit dan Metode Sampling Audit.
Penggunaan sampel menyebabkan adanya risiko ketika melakukan
penarikan kesimpulan oleh auditor (Meleshenko et al, 2014). Auditor harus
menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menilai risiko audit dan
menentukan prosedur yang tepat untuk setiap transaksi dan pengujian saldo.
Auditor harus mempertimbangkan risiko tersebut dan memastikan bahwa
mereka memperoleh bukti yang cukup tepat. Jika tidak, mereka berisiko untuk
memberikan pendapat yang tidak pantas, kegagalan untuk mengidentifikasi
kesalahan yang signifikan atau penipuan, atau bahkan dapat menyebabkan
hilangnya reputasi mereka (Danescu et al., 2012). Menurut Zarkasyi (1992)
dalam Raharja (2008) menyebutkan bahwa penggunaan metode statistik
mempunyai hubungan dependensi dengan persepsi auditor terhadap risiko
audit. Semakin tinggi risiko audit, auditor cenderung menggunakan metode
yang menurutnya lebih objektif dan lebih bertahan. Jika auditor menganggap
risiko audit tinggi kemungkinan ia menggunakan sampling statistik semakin
besar (Raharja 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dede (2011)
menunjukkan adanya pengaruh positif dari persepsi mengenai risiko audit
terhadap penggunaan metode sampling statistik. Artinya saat auditor
54
beranggapan bahwa risiko auditnya tinggi, maka kemungkinan auditor
memilih metode sampling statistik semakin besar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
H2: Persepsi auditor mengenai risiko audit berpengaruh positif terhadap
penggunaan metode sampling statistik.
3. Tekanan Waktu dan Metode Sampling Audit.
Tekanan waktu atau time pressure yaitu kondisi dimana auditor
mendapatkan tekanan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) tempatnya bekerja
untuk menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang telah
ditentukan sebelumnya (Wahyudi et al., 2011). Arel (2012) menyatakan
bahwa auditor yang overworking mengalami tekanan waktu yang dapat
meningkatkan stress sehingga dapat menurunkan efektivitas dan kualitas
audit. Time pressure pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi biaya audit.
Ketika waktu audit yang lebih singkat, maka biaya pelaksanaan audit menjadi
lebih kecil. Keberadaan time pressure memaksa auditor menyelesaikan
tugasnya secepat mungkin sesuai dengan anggaran waktu yang diberikan
KAP (Akhsan et al., 2014).
Apabila audior didesak waktu untuk segera menyelesaikan penugasan,
auditor cenderung memilih metode sampling yang relatif cepat dan mudah.
Secara umum metode non-statisitik dianggap lebih cepat dan lebih mudah
55
dilakukan daripada metode sampling statistik (Raharja, 2008). Sehingga
tekanan waktu memperbesar kemungkinan auditor tidak menggunakan
metode sampling statistik. Artinya tekanan waktu dalam pelaksanaan audit
mendorong auditor untuk cendrung menggunakan sampling non-statistik
dalam menguji akun atau transaksi untuk efisiensi waktu. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Nadirsyah et al., (2011) menunjukkan adanya pengaruh
dari tekanan waktu terhadap pertimbangan audit sampling.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
H3: Tekanan waktu berpengaruh negatif terhadap penggunaan metode
sampling statistik.
4. Pengalaman dan Metode Sampling Audit.
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan
penugasan audit baik dari segi lamanya waktu maupun kompleksitas tugas
yang pernah ditangani. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan
auditor untuk melakukan proses audit (Furiady et al., 2015). Menurut
Ponemon dan Wendell (1995) dalam Raharja (2008) auditor yang
berpengalaman menunjukkan proyeksi error yang lebih baik daripada auditor
pada level junior. Akan lebih cepat dan mudah penerapannya bagi auditor,
dalam menentukan dan mengevaluasi sampel menggunakan judgement
daripada harus menghitung secara matematis. Apabila auditor berdasarkan
56
pengalamannya bisa menghasilkan bukti sampling yang lebih baik tanpa harus
menggunakan perhitungan statistik, maka auditor cenderung memilih metode
sampling non-statistik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dede (2011)
menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh negatif terhadap pemilihan
metode sampling statistik oleh auditor. Artinya semakin baik pengalaman
auditor, maka auditor cenderung menggunakan metode sampling non-statistik.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
H4: Pengalaman berpengaruh negatif terhadap penggunaan metode sampling
statistik.
5. Kompleksitas Dokumen Audit dan Metode Sampling Audit.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kompleksitas tugas adalah
jumlah atau banyaknya dokumen kunci yang dapat digunakan untuk
pembuatan suatu pertimbangan (Bonner, 1994). Oleh karena sebagian besar
pekerjaan auditor dalam merumuskan opini audit terdiri dari pemerolehan dan
pengevaluasian bukti audit, dimana bukti audit ini memiliki sifat kumulatif
dan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan selama proses
audit (IAPI, 2015). Bukti audit umumnya berbentuk dokumen, kertas, data
elektronik, maupun bentuk lainnya. Oleh karena bukti audit bersifat
kumulatif, yang artinya semua bukti akan terkumpul dan terhimpun dari awal
hingga akhir periode pembukuan, maka bukti audit terutama yang berupa
57
dokumen akan memiliki tingkat kerumitan tersendiri, karena terdiri dari
jumlah transaksi yang banyak, dan adanya keterkaitan antara satu dokumen
dengan dokumen lainnya. Bonner (1994) menyatakan bahwa auditor yang
memiliki motivasi yang tinggi hanya menunjukan kinerja audit judgment yang
baik ketika tugas audit adalah sederhana, artinya semakin kompleks suatu
tugas yang dihadapi auditor akan menyebabkan semakin rendahnya
penggunaan audit judgment (sampling non-statistik). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rachmawati et al., (2013) menunjukkan adanya pengaruh dari
kompleksitas dokumen terhadap pertimbangan auditor.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah :
H5: Kompleksitas dokumen audit berpengaruh positif terhadap penggunaan
metode sampling statistik.
C. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.1.
58
Tabel 2. 1
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Meleshenko
S.S and
Usanova D.S.
(2014)
Methodological
Approaches to the
Assessing of the
Quality of Audit
Sampling
Meneliti hubungan
dari risiko audit
terhadap
penggunaan metode
sampel audit.
Meneliti kualitas
dari sampling audit
Membahas tentang
metode unit
sampling
Meneliti tentang
evaluasi dan pengujian
pengendalian internal.
Karena penggunaan sampel
dapat menimbulkan risiko,
maka untuk mengatasinya telah
diciptakan model teoritis
seperti: hubungan antara risiko
audit dan metode seleksi unit;
hubungan antara efisiensi audit,
evaluasi pengendalian internal
dan lingkup audit; penggunaan
sampling dalam audit untuk
pengujian pengendalian internal
dan prosedur substantif.
2. Sibelman
Howard (2014)
Myths and
Inconvenient Truths
about Audit Sampling
Meneliti tentang
perangkat sampling
mana yang dapat
digunakan dalam
berbagai situasi, dan
mengapa auditor
berpikir masing-
masing dari
perangkat itu sesuai
untuk situasi yang
disebutkan.
Menerapkan metode
penelitian kualitatif.
Baik metode sampling statistik
maupun non statistik, tidak ada
yang lebih baik satu sama lain.
Setiap metode memiliki kriteria
yang berbeda-beda dan
penggunaannya disesuaikan
dengan situasi yang ada.
3. Yuni
Rachmawati,
Darwanis, dan
Usman Bakar
Pengaruh Risiko
Audit, Pengalaman
Audit dan
Kompleksitas
Menguji variabel
risiko audit,
pengalaman dan
kompleksitas
Pengujian dilakukan
dengan analisis
regresi linier
Variabel dependen:
Hasil penelitian menunjukkan
baik secara bersama maupun
terpisah bahwa risiko audit,
pengalaman audit dan
Bersambung pada halaman berikutnya
59
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
(2013) Dokumen Audit
terhadap
Pertimbangan Auditor
(Studi Pada Auditor
Kantor BPK-RI
Perwakilan Aceh)
dokumen audit.
metode sampling
audit
Variabel independen:
persepsi mengenai
sampling statistik
dan tekanan waktu.
Objek penelitian:
auditor pada KAP di
Jakarta
kompleksitas dokumen audit
berpengaruh terhadap
pertimbangan auditor pada
kantor BPK-RI Perwakilan
Aceh.
4. Tatiana
Danescu and
Chis Aca-Oana
(2012)
Opportunity and
Necessity in Audit
Sampling Non-
statistikal Sampling
Method
Meneliti tentang
penggunaan metode
sampling non-
statistik dan risiko
audit.
Menerapkan metode
penelitian studi kasus.
Teknik sampling dalam audit
harus diterapkan berdasarkan
pertimbangan professional.
Auditor harus
mempertimbangkan risiko
terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa mereka
mendapatkan bukti yang cukup
dan tepat.
5. Pascavera
Christiana
Dede (2011)
Pengujian Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Pemilihan Metode
Sampling Audit Oleh
Akuntan Publik
Variabel
independen:
persepsi mengenai
sampling statistik,
persepsi mengenai
risiko audit, tekanan
waktu, dan
pengalaman.
Alat uji yang
Variabel
independen:
kompleksitas
dokumen audit
Objek penelitian:
auditor pada KAP di
wilayah Jakarta
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor persepsi
mengenai sampling statistik,
persepsi mengenai risiko audit
dan pengalaman memiliki
pengaruh terhadap pemilihan
metode sampling audit oleh
akuntan publik. Untuk faktor
tekanan waktu, dan pelatihan
Bersambung pada halaman berikutnya
60
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
digunakan: regresi
logistik
Pengukuran
variabel: skala
interval dan skala
ordinal
belum dapat dibuktikan
memiliki pengaruh pemilihan
metode sampling audit oleh
akuntan publik.
6. Rufus Tekoh
Ayam (2011)
Audit sampling: a
qualitative study on
the role of statistikal
and nonstatistikal
sampling approaches
on audit practices in
Sweden.
Meneliti tentang
penggunaan metode
sampling audit oleh
auditor
Menerapkan metode
penelitian kualitatif
Objek penelitiannya
adalah auditor di
Swedia
Auditor di Swedia
menggunakan metode sampling
statistik dan nonstatistik untuk
meminimalkan risiko dan
menjamin kualitas audit.
Mereka cenderung
menggunakan metode
pemilihan acak untuk
pengambilan sampel statistik
dan pertimbangan professional
untuk pengambilan sampel non
statistik.
7. Nadirsya,
Mirna Indriani,
dan Iskandar
Usman (2011)
Pengaruh Anggaran
Waktu Audit,
Kompleksitas
Dokumen Audit dan
Pengalaman Auditor
Terhadap
Pertimbangan Audit
Sampling pada Badan
Pemeriksaan
Variabel
independen:
anggaran waktu,
kompleksitas
dukumen audit, dan
pengalaman.
Pengukuran
variabel: skala
interval dan skala
Variabel independen:
persepsi mengenai
sampling statistik
dan persepsi
mengenai risiko
audit.
Objek penelitian:
auditor pada KAP di
wilayah Jakarta
Anggaran waktu audit,
kompleksitas dokumen audit
dan pengalaman auditor secara
bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap
pertimbangan audit sampling
oleh auditor. Namun secara
parsial, hanya anggaran waktu
audit yang bepengaruh
Bersambung pada halaman berikutnya
61
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Keuangan (BPK)
Republik Indonesia
Perwakilan provinsi
Aceh.
ordinal signifikan terhadap
pertimbangan audit sampling
8. Muji Mranani
(2009)
Penerapan Metode
Sampling Audit dan
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi
Penggunaan Metode
Sampling Audit oleh
Auditor BI di
Yogyakarta
Variabel
independen: persepsi
mengenai sampling
statistik, persepsi
mengenai risiko
audit, dan tekanan
waktu
Alat uji yang
digunakan: regresi
logistik
Pengukuran
variabel: skala
interval dan skala
ordinal
Variabel independen:
pengalaman, dan
kompleksitas
dokumen audit.
Objek penelitian:
auditor pada KAP di
wilayah Jakarta
Hasil dari pengujian regresi
logit mengindikasikan bahwa
keempat variabel yang
dihipotesiskan, yaitu persepsi
terhadap metode sampling
statistik, persepsi terhadap
risiko audit, time pressure, dan
sistem pengendalian internal
tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap penggunaan
metode sampel audit.
9. Surya Raharja
(2008)
Studi Empiris
mengenai penerapan
Metode Sampling
Audit dan Faktor-
Faktor yang
mempengaruhi
Penggunaan Metode
Sampling Audit
oleh Auditor BPK
Variabel
independen:
persepsi mengenai
sampling statistik,
persepsi mengenai
risiko audit, tekanan
waktu, dan
pengalaman.
Alat uji yang
Variabel independen:
kompleksitas
dokumen audit.
Jenis penelitian:
eksploratif
Objek penelitian:
auditor pada KAP di
wilayah Jakarta.
Hasil dari pengujian regresi
logit mengindikasikan bahwa
diantara empat faktor yang
dihipotesiskan, hanya faktor
persepsi auditor mengenai
metode sampling statistik yang
secara signifikan berpengaruh
terhadap penggunaan terhadap
metode sampling audit.
Bersambung pada halaman berikutnya
62
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
digunakan: regresi
logistik.
10. Neal B. Hitzig
(2004)
Statistikal Sampling
Revisited
Meneliti tentang
penggunaan metode
sampling statistik
oleh auditor
Menerapkan metode
penelitian kualitatif
Sudah saatnya profesi untuk
mengakui bahwa pengambilan
sampel audit adalah alat
keputusan yang menyerukan
penerapan tujuan, teknik
dipertahankan, dan tidak
menebak. Sehingga diharapkan
bahwa metode sampling statistik
menjadi prosedur pengujian
audit utama.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi.
63
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1.
Bersambung pada halaman berikutnya
Metode analisis : Regresi Logistik
Variabel Independen Variabel Dependen
Tujuan dilakukannya audit adalah untuk memberikan keyakinan
yang memadai bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar
Adanya risiko audit yang diakibatkan oleh kesalahan dalam penggunaan
metode sampling audit
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode sampling audit
oleh akuntan publik
Persepsi mengenai Sampling Statistik (X1)
Persepsi mengenai Risiko Audit (X2)
Tekanan Waktu (X3)
Pengalaman (X4)
Kompleksitas Dokumen Audit (X5)
Metode
Sampling
Audit (Y)
64
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2. 1
Skema Kerangka Pemikiran
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Keterbatasan dan
Saran, Implikasi
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen,
yaitu persepsi mengenai sampling statistik, persepsi mengenai risiko audit,
tekanan waktu, pengalaman, dan kompleksitas dokumen audit terhadap variabel
dependen, yaitu metode sampling audit.
Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis,
akan tetapi dapat dibedakan karena karakteristiknya (Supranto, 2010). Populasi
dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di wilayah Jakarta yang tercantum dalam Direktori IAPI 2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi (Supranto, 2010). Metode yang
digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel
bertujuan (purposive sampling), yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan, Adapun kriteria yang ditentukan dalam pengambilan sampel
adalah sebagai berikut :
66
1. Sampel merupakan auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Jakarta
yang terdaftar dalam Direktori IAPI 2016.
2. Auditor yang bekerja di KAP di Jakarta, yang menempati posisi minimal
sebagai senior auditor. Dipilih auditor yang menempati posisi minimal
sebagai senior karena auditor pada level tersebut sudah memiliki pemahaman
yang lebih memadai terkait praktik sampling dalam audit dan risiko audit
yang dihadapi.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer dan
sekunder dalam suatu penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang
amat penting, karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk pemecahan
masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan
(Siregar, 2013). Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti
melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan
dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan. Data tersebut
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat
67
objek penelitian dilakukan. Pada penelitian ini, yang menjadi subjek
penelitian adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik. Peneliti
memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner kepada Kantor Akuntan
Publik secara langsung. Kuesioner menurut Siregar (2013) adalah suatu teknik
pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap,
keyakinan, perilaku dan karakteristik beberapa orang utama di dalam
organisasi, yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau sistem yang
sudah ada. Jenis kuesioner yang digunakan dalam proses pengumpulan data
pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang berupa pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada responden dalam bentuk pilihan ganda
dengan menerapkan skala likert, sehingga responden tidak diberi kesempatan
untuk mengeluarkan pendapat. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor
masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner
yang telah dibagikan kepada auditor yang berkerja di KAP sebagai responden.
D. Metode Analisis Data
Analisis data dapat diartikan sebagai proses menguraikan atau
memecahkan suatu keseluruhan menjadi bagian-bagian atau komponen-
komponen yang lebih kecil, agar dapat mengetahui komponen yang menonjol,
membandingkan antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya,
atau membandingkan salah satu atau beberapa komponen dengan keseluruhan
68
(Misbahuddin et al., 2013). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana
cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data
agar mudah dipahami (Siregar, 2013).
Statistik deskriptif juga memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2013).
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Reliabilitas bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2013).
Ghozali (2013) menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
69
1) Pengukuran ulang adalah cara pengukuran dimana seseorang akan
disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan
kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
2) Pengukuran sekali saja adalah cara pengukuran dimana
pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan
dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban
pertanyaan. Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan
pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnaly, 1960 dalam
Ghozali, 2009).
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson
Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang
diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang
didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah
valid (Ghozali, 2013).
70
3. Uji Regrasi Logistik
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
logistik. Regresi logistik pada dasarnya sama dengan regresi linier berganda,
yaitu jumlah variabel independen yang digunakan lebih dari satu untuk
memengaruhi satu variabel dependen (Siregar, 2013). Namun pada regresi
logistik variabel dependennya berupa variabel dummy. Dimana variabel
dummy biasanya hanya terdiri dari dua nilai dan diberi kode nol (0) atau satu
(1). Model regresi logistik mempunyai beberapa kelebihan antara lain regresi
logistik tidak memiliki asumsi normalitas atas variabel bebas yang digunakan
dalam model dan juga variabel bebas dalam regresi logistik bisa campuran
dari variabel kontinyu, diskrit, dan dikotomi (Raharja, 2008). Regresi logistik
bermanfaat digunakan bila distribusi respon atas variabel terikat diharapkan
non linear dengan satu atau lebih variabel bebas.
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Menurut Ghozali (2013) langkah pertama dalam melakukan analisis
Regresi Logistik adalah menilai Overall Model Fit terhadap data.
Hipotesis yang diberikan untuk menilai model fit adalah:
H0 : Model yang dihipotesakan fit dengan data
H1 : Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data.
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa nol
agar model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada
71
fungsi likelihood. Likelihood dari model adalah probabilitas bahwa model
yang dihipotesakan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis
nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan
Likelihood (-2LL) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau
dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,
2013).
b. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Godness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit
Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan
model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model
dapat dikatakan fit). Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit
Test sama dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang
berarti adanya perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya sehingga Godness Fit Model tidak baik karena model tidak
dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai statistik Hosmer and
Lemeshow’s Godness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol
tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok
dengan data observasinya (Ghozali, 2013).
72
c. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square)
Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru
ukuran R2
pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi
likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit
diinterpretasikan. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari
koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari
0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox
and Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nagelkerke’s R Square dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen (Ghozali, 2013).
d. Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis Regresi Logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh persepsi mengenai sampling statistik, persepsi
mengenai risiko audit, tekanan waktu, pengalaman dan kompleksitas
dokumen audit terhadap penggunaan metode sampling oleh akuntan
publik. Persamaan model regresi logistik yang digunakan dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Logit (Ƥ) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ β5X5
Keterangan:
73
Ƥ = Kemungkinan bahwa Y (variabel dependen) adalah yang
diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu:
0 untuk probabilita responden yang menggunakan sampling
non-statistik.
1 untuk probabilita responden yang menggunakan sampling
statistik.
β0 – β5 = Koefisien regresi
X1 = Persepsi mengenai sampling statistik
X2 = Persepsi mengenai risiko audit
X3 = Tekanan waktu
X4 = Pengalaman
X5 = Kompleksitas dokumen audit
E. Definisi dan Cara Mengukur Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Variabel Independen
74
Variabel independen/bebas adalah variabel yang memengaruhi atau menjadi
penyebab bagi variabel lain (Misbahuddin et al., 2013). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah:
a. Persepsi mengenai sampling statistik
Persepsi adalah proses individu menyeleksi, mengorganisir, dan
menginterpretasi rangsangan (stimuli) ke dalam suatu gambaran yang
berarti dan koheren dengan dunia (Raharja, 2008). Variabel persepsi
mengenai metode sampling statistik menunjukkan kemampuan akuntan
publik untuk memahami metode sampling statistik (Dede, 2011).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengaruh dari variabel
persepsi mengenai sampling statistik terhadap penerapan metode sampling
audit merujuk pada instrumen yang digunakan dalam penelitian Dede
(2011). Secara keseluruhan variabel ini diukur dengan menggunakan tujuh
item pertanyaan, dimana masing-masing item pertanyaan dinilai dengan
menggunakan skala likert 5 (lima) point dengan masing-masing skor
yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju (STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3) Cukup
Setuju (CS), (4) Setuju (S), (5) Sangat Setuju (SS).
b. Persepsi mengenai risiko audit
Variabel persepsi auditor mengenai risiko audit merujuk pada kemampuan
auditor untuk memahami kemungkinan risiko yang akan dihadapi atas
suatu penugasan audit (Dede, 2011).
75
Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengaruh dari variabel
persepsi mengenai risiko audit terhadap penerapan metode sampling audit
merujuk pada instrumen yang digunakan dalam penelitian Rachmawati et
al., (2013), Dede (2011), dan Herningsih (2002). Variabel ini secara
keseluruhan diukur dengan mengajukan delapan item pertanyaan, dimana
masing-masing item pertanyaan dinilai dengan menggunakan skala likert 5
(lima) point dengan masing-masing skor yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju
(STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3) Cukup Setuju (CS), (4) Setuju (S), (5)
Sangat Setuju (SS).
c. Tekanan waktu
Tekanan waktu atau time pressure yaitu kondisi dimana auditor
mendapatkan tekanan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) tempatnya
bekerja untuk menyelesaikan audit pada waktu dan anggaran biaya yang
telah ditentukan sebelumnya (Wahyudi et al., 2011).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengaruh dari variabel
tekanan waktu terhadap penerapan metode sampling audit merujuk pada
instrumen yang digunakan dalam penelitian Dede (2011). Variabel ini
secara keseluruhan diukur dengan mengajukan lima item pertanyaan,
dimana masing-masing item pertanyaan dinilai dengan menggunakan
skala likert 5 (lima) point dengan masing-masing skor yaitu: (1) Sangat
Tidak Setuju (STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3) Cukup Setuju (CS), (4)
Setuju (S), (5) Sangat Setuju (SS).
76
d. Pengalaman
Nadirsyah (2011) menyatakan pengalaman audit adalah pengalaman yang
dimiliki seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan dari banyaknya
penugasan berbeda yang pernah dilakukan dan juga lamanya auditor
menjalankan profesinya serta dapat menambah pengetahuannya mengenai
pendeteksian kekeliruan. Menurut Ashton (1991) dalam Raharja (2008)
menyatakan bahwa pengalaman auditor diukur berdasarkan lamanya
bekerja atau posisi/jabatan. Variabel ini diukur dengan tingkatan posisi
auditor di kantor akuntan publik dengan skala 1 sampai 5, yaitu Auditor
Junior (1), Auditor Senior (2), Supervisor (3), Manajer (4), dan Partner (5)
e. Kompleksitas dokumen audit
Nadirsyah (2011) menyatakan bahwa kompleksitas dokumen audit dapat
terjadi dalam berbagai akun, jumlah atau besarnya saldo akun.
Kompleksitas audit dapat dilihat dalam dua aspek, yaitu: jumlah informasi
yang harus diproses dan tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan, dan jumlah koordinasi yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengaruh dari variabel
kompleksitas dokumen audit terhadap penerapan metode sampling audit
merujuk pada instrumen yang digunakan dalam penelitian Rachmawati et
al., (2013). Variabel ini secara keseluruhan diukur dengan mengajukan
tujuh item pertanyaan, dimana masing-masing item pertanyaan dinilai
77
dengan menggunakan skala likert 5 (lima) point dengan masing-masing
skor yaitu: (1) Sangat Tidak Setuju (STS), (2) Tidak Setuju (TS), (3)
Cukup Setuju (CS), (4) Setuju (S), (5) Sangat Setuju (SS).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen/terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan
oleh variabel lain (Misbahuddin et al., 2013). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah metode sampling audit yang dibagi menjadi dua, yaitu
metode sampling statistik dan metode sampling non-statistik. Variabel
pemilihan metode sampling merupakan variabel dummy, sehingga variabel ini
diukur dengan menggunakan pengkategorian 0 dan 1. Kategori 0 akan
diberikan untuk akuntan publik yang menggunakan metode sampling non-
statistik dan kategori 1 untuk akuntan publik yang menggunakan metode
sampling statistik.
Tabel 3. 1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Persepsi
mengenai
sampling
statistik
(X1)
(Dede, 2011)
1. Metode sampling statistik dapat
mengkuantifikasi risiko.
1
Interval 2. Metode sampling statistik tidak
menentukan risiko berdasarkan intuisi..
2
3. Kesukaran praktik metode sampling
statistic
3
Bersambung pada halaman berikutnya
78
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Persepsi
mengenai
sampling
statistik
(X1)
(Dede, 2011)
4. Ketidakpraktisan penggunaan metode
sampling statistik.
4
Interval
5. Metode sampling statistik bersifat teoritis. 5
6. Penggunaan metode sampling statistik
memakan banyak waktu.
6
7. Penggunaan metode sampling statistik
berbiaya tinggi.
7
Persepsi
mengenai
risiko audit
(X2)
Rachmawati
et al., (2013),
(Dede, 2011),
dan
Herningsih
(2002).
1. Kepatuhan terhadap prinsip akuntansi 1
Interval
2. Akuntabilitas 2
3. Perhitungan fisik 3
4. Pengurangan jumlah sampel 4
5. Konfirmasi denga pihak ketiga 5
6. Pertimbangan auditor 6
7. Teliti dan hati-hati 7
8. Fokus pada akun/transaksi tertentu 8
Tekanan
waktu
(X3)
(Dede, 2011)
1. Lelah secara fisik 1
Interval
2. Rileks saat telah mencapai target 2
3. Tidak memiliki waktu untuk beristirahat 3
4. Merasa terbebani dengan batas waktu 4
5. Penyelesaian tugas yang banyak dengan
lebih cepat.
5
Pengalaman
(X4)
(Dede, 2011)
Diukur berdasarkan posisi/jabatan auditor di
KAP
Interval
Kompleksitas
dokumen
audit
(X5)
Rachmawati
et al., (2013)
1. Mengabaikan beberapa dokumen penting 1
Interval
2. Menggunakan pertimbangan auditor 2
3. Jumlah dan ukuran sampel yang diuji 3
4. Fokus pada akun/transaksi tertentu 4
5. Penambahan langkah/prosedur audit 5
6. Fokus pada bukti audit yang relevan 6
7. Korelasi antara bukti audit 7
Bersambung pada halaman berikutnya
79
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Kategori
Metode
Sampling
Audit
(Y)
Dede (2011)
1. Metode sampling non-statistik 0
2. Metode sampling statistik 1
80
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap akuntan publik (auditor) yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta yang
terdaftar dalam Direktori Kantor Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2016. Auditor yang berpartisipasi
dalam penelitian ini meliputi partner, manajer, supervisor, dan auditor senior
yang melaksanakan pekerjaan di bidang audit. Responden dalam penelitian ini
mengambi auditor yang menempati posisi minimal sebagai auditor senior di
KAP karena auditor pada level tersebut sudah memiliki pemahaman yang
lebih memadai terkait praktik sampling dalam audit dan risiko audit yang
dihadapi.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
penelitian secara langsung dengan cara mendatangi responden. Penyebaran
serta pengembalian kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 22 Maret-20 Mei
2016.
81
Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 KAP dari keseluruhan KAP
yang berada di wilayah Jakarta. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 152
buah dan jumlah kuesioner yang kembali adalah sebanyak 125 kuesioner atau
82%. Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 27 buah atau 18%. Kuesioner
yang dapat diolah berjumlah 85 buah atau 68 %, sedangkan kuesioner yang
tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai sampel dan tidak
diisi secara lengkap oleh responden sebanyak 40 buah atau 32 %. Gambaran
mengenai data sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4. 1
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 152 100%
2. Jumlah kuesioner yang kembali 125 82%
3. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 27 18%
4. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 40 32%
5. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 85 68%
Sumber: Data primer
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 4.2.
Tabel 4. 2
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama KAP Kuesioner yang Diolah
1. KAP Djoko, Sidik & Indra 5
2. KAP Drs. Chaeroni & Rekan 1
Bersambung pada halaman berikutnya
82
Tabel 4. 2
Data Distribusi Sampel Penelitian (Lanjutan)
No. Nama KAP Kuesioner yang Diolah
3. KAP Drs. Abror 5
4. KAP Santo & Yonathan 2
5. KAP Joachim Poltak Lian & Rekan 10
6. KAP Darmawan & Hendang 5
7. KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang
&Ali (Cabang) 5
8. KAP Muljawati, Rini & Rekan 1
9. KAP Dani Sudarsono & Rekan 1
10. KAP Riza, Adi, Syahril & Rekan 4
11. KAP Idris & Sudiharto 1
12. KAP Krisnawan, Busroni, Achsin,
Alamsyah 1
13. KAP Safril & Pangki 1
14. KAP Angelina Yansen 1
15. KAP Abubakar Usman & Rekan 5
16. KAP Aria Kanaka & Rekan 2
17. KAP Nugroho & Rekan 5
18. KAP Gideon Adi & Rekan 3
19. KAP Jansen & Ramdan 5
20. KAP Gatot Permadi, Azwir, Abimail
(Cabang) 5
21. KAP Drs. Tasnim Ali Widjanarko & Rekan 2
22. KAP Yuni Nur Ikasari 0
23. KAP Rama Wendra 5
24. KAP Abdulrahman Hasan Salipu 5
25. KAP Armen, Budiman & Rekan 1
26. KAP Liasta, Nirwan, Syarifuddin & Rekan 1
27. KAP Ghazali, Sahat & Rekan 3
28. KAP Eddy Kaslim 0
29. KAP Heliantono & Rekan 0
30. KAP Sriyadi Elly Sugeng & Rekan 0
Jumlah 85
Sumber : Data primer
83
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP
di Jakarta yang terdaftar di Direktori Kantor Akuntan Publik yang diterbitkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang memiliki jabatan di KAP
minimal sebagai senior auditor. Berikut ini adalah deskripsi mengenai
identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis kelamin, posisi terakhir,
pendidikan terakhir, usia, dan pengalaman kerja responden.
a. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4. 3
Uji Deskriptif Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 55 64,7 64,7 64,7
Perempuan 30 35,3 35,3 100,0
Total 85 100,0 100,0
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa 55 orang atau 64,7% responden
berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 30 orang atau 35,3%
responden berjenis kelamin perempuan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-
laki, yaitu sebesar 64,7%.
84
b. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan usia.
Tabel 4. 4
Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 25 Tahun 37 43,5 43,5 43,5
26-30 Tahun 17 20,0 20,0 63,5
31-35 Tahun 9 10,6 10,6 74,1
36-40 Tahun 5 5,9 5,9 80,0
41-45 Tahun 2 2,4 2,4 82,4
46-50 Tahun 12 14,1 14,1 96,5
> 50 Tahun 3 3,5 3,5 100,0
Total 85 100,0 100,0
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 berikut, diperoleh informasi bahwa sebanyak 37
responden atau sebesar 43,5% berusia dibawah 25 tahun. Untuk responden
yang berusia 26-30 tahun berjumlah 17 orang atau sebesar 20,0%.
Responden yang berusia 31-35 tahun berjumlah 9 orang atau sebesar
10,6%. Responden yang berusia 36-40 tahun berjumlah 5 orang atau
5,9%. Responden yang berusia 41-45 tahun berjumlah 2 orang atau
sebesar 2,4%. Responden yang berusia 46-50 tahun berjumlah 12 orang
atau sebesar 14,1%. Sedangkan untuk responden yang berusia diatas 50
85
tahun berjumlah 3 orang atau 3,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden dalam penelitian ini berusia < 25 tahun, yaitu sebesar
43,5%.
c. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pendidikan terakhir.
Tabel 4. 5
Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid D3 1 1,2 1,2 1,2
S1 78 91,8 91,8 92,9
S2 6 7,1 7,1 100,0
Total 85 100,0 100,0
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 berikut, diperoleh informasi bahwa sebanyak 1
orang responden atau sebesar 1,2% memiliki latar belakang pendidikan
terakhir D3. Sebanyak 78 responden atau sebesar 91,8% memiliki
pendidikan terakhir Strata 1. Sedangkan sisanya sebanyak 6 responden
atau sebesar 7,1% memiliki pendidikan terakhir Strata 2. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki
latar belakang pendidikan S1, yaitu sebesar 91,8%.
86
d. Deskripsi responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan pengalaman kerja.
Tabel 4. 6
Uji Deskripsi responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-3 Tahun 55 64,7 64,7 64,7
4-6 Tahun 23 27,1 27,1 91,8
7-9 Tahun 5 5,9 5,9 97,6
> 9 Tahun 2 2,4 2,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh informasi bahwa sebanyak 55
responden atau sebesar 64,7% memiliki pengalaman kerja antara 1-3 tahun.
Sebanyak 23 responden atau sebesar 27,1% memiliki pengalaman kerja
antara 4-6 tahun. Sebanyak 5 responden atau sebesar 5,9% memiliki
pengalaman kerja antara 7-9 tahun. Sedangkan sisanya yaitu 2 responden
atau sebesar 2,4% memiliki pengalaman kerja lebih dari 9 tahun. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini
memiliki pengalaman kerja antara 1-3 tahun atau sebesar 64,7%.
87
e. Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan di KAP
Tabel 4.6 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan jabatan di KAP.
Tabel 4. 7
Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan di KAP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Auditor Senior 72 84,7 84,7 84,7
Supervisor 10 11,8 11,8 96,5
Manajer 1 1,2 1,2 97,6
Partner 2 2,4 2,4 100,0
Total 85 100,0 100,0
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh informasi bahwa sebanyak 72
responden atau sebesar 84,7% responden menempati jabatan sebagai
auditor senior di KAP. Sebanyak 10 responden atau sebesar 11,8%
menempati jabatan sebagai supervisor. Sebanyak 1 responden atau sebesar
1,2% menempati jabatan sebagai manajer. Dan sisanya sebanyak 2
responden atau sekitar 2,4% menempati jabatan sebagai partner. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini
menempati jabatan sebagai senior auditor yaitu sebesar 84,7%.
88
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Pengujian Statistik Deskriptif
Variabel independen yang diuji dalam penelitian ini adalah persepsi
mengenai sampling statistik, persepsi mengenai risiko audit, tekanan waktu,
pengalaman dan kompleksitas dokumen audit. Sedangkan untuk variabel
dependennya adalah metode sampling audit yang merupakan variabel dummy,
sehingga hal ini dipisahkan karena tidak bisa diukur rata-ratanya. Berikut hasil
dari pengujian statistik deskriptif yang dilakukan pada variabel independen:
Tabel 4. 8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Total PMSS 85 7,00 35,00 23,5059 5,76654
TotalPMRA 85 23,00 40,00 30,5882 4,17274
Total TW 85 12,00 25,00 18,2000 3,13506
Total PNG 85 2,00 5,00 2,2118 ,57929
Total KDA 85 16,00 35,00 24,6471 3,61447
Valid N (listwise) 85
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh informasi bahwa untuk variabel
persepsi mengenai sampling statistik, jawaban responden memiliki nilai
minimum 7, nilai maksimum 35, nilai rata-rata 23,5059 dan std. deviation
sebesar 5,76654. Untuk variabel persepsi mengenai risiko audit, jawaban
responden memiliki nilai minimum 23, nilai maksimum 40, nilai rata-rata
89
30,5882 dan std. deviation sebesar 4,17274. Untuk variabel tekanan waktu,
jawaban responden memiliki nilai minimum 12, nilai maksimum 25, nilai
rata-rata 18,2000 dan std. deviation sebesar 3,13506. Untuk variabel
pengalaman, pengalaman responden memiliki nilai minimum 2, nilai
maksimum 5, nilai rata-rata 2,2118 dan std. deviation sebesar 0,57929. Untuk
variabel kompleksitas dokumen audit, jawaban responden memiliki nilai
minimum 16, nilai maksimum 35, nilai rata-rata 24,6471 dan std. deviation
sebesar 3,61447.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula
(Siregar, 2013). Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan
pengujian Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Nunnaly, 1960 dalam Ghozali,
2009). Tabel 4.9 berikut ini menyajikan hasil uji reliabilitas untuk variabel
yang diukur menggunakan kuesioner.
90
Tabel 4. 9
Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
1. Persepsi Mengenai Sampling Statistik 0,884 Reliabel
2. Persepsi Mengenai Risiko Audit 0,765 Reliabel
3. Tekanan Waktu 0,704 Reliabel
4. Kompleksitas Dokuman Audit 0,646 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh informasi bahwa nilai cronbach’s
alpha untuk variabel persepsi mengenai sampling statistik sebesar 0,884,
variabel persepsi mengenai risiko audit sebesar 0,765, variabel tekanan
waktu sebesar 0,704 dan variabel kompleksitas dokumen audit sebesar
0,646. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam
kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih
besar dari 0,6. Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila
pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif sama
dengan jawaban sebelumnya.
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson
Correlation. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di
bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2013).
91
Tabel-tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel
yang diukur menggunakan kuesioner.
Tabel 4. 10
Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Mengenai Sampling Statistik
Nomor Butir
Pertanyaan Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (PMSS_1) 0,000 Valid
2 (PMSS_2) 0,000 Valid
3 (PMSS_3) 0,000 Valid
4 (PMSS_4) 0,000 Valid
5 (PMSS_5) 0,000 Valid
6 (PMSS_6) 0,000 Valid
7 (PMSS_7) 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh informasi bahwa variabel persepsi
mengenai sampling statistik mempunyai kriteria valid untuk semua item
pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4. 11
Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Mengenai Risiko Audit
Nomor Butir
Pertanyaan Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (PMRA_1) 0,000 Valid
2 (PMRA_2) 0,000 Valid
3 (PMRA_3) 0,000 Valid
4 (PMRA_4) 0,000 Valid
5 (PMRA_5) 0,000 Valid
6 (PMRA_6) 0,000 Valid
7 (PMRA_7) 0,000 Valid
8 (PMRA_8) 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
92
Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh informasi bahwa variabel persepsi
mengenai risiko audit mempunyai kriteria valid untuk semua item
pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4. 12
Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Waktu
Nomor Butir
Pertanyaan Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (TW_1) 0,000 Valid
2 (TW_2) 0,000 Valid
3 (TW_3) 0,000 Valid
4 (TW_4) 0,000 Valid
5 (TW_5) 0,000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh informasi bahwa variabel tekanan
waktu mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Tabel 4. 13
Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas Dokumen Audit
Nomor Butir
Pertanyaan Sig (2-Tailed) Keterangan
1 (KDA_1) 0,000 Valid
2 (KDA_2) 0,001 Valid
3 (KDA_3) 0,000 Valid
4 (KDA_4) 0,000 Valid
5 (KDA_5) 0,000 Valid
6 (KDA_6) 0,000 Valid
7 (KDA_7) 0,000 Valid
Sumber: data primer yang diolah
93
Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh informasi bahwa variabel
kompleksitas dokumen audit mempunyai kriteria valid untuk semua item
pertanyaan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
3. Hasil Pengujian Regresi Logistik
a. Hasil Uji Kesesuaian Keseluruhan Model (Overall Model Fit).
Menurut Ghozali (2013) Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
dapat dinilai dengan melihat nilai -2LogL pada beginning block (block = 0
dan Block 1: Method = Enter. Jika terjadi penurunan, maka hipotesis nol
tidak ditolak. Hasil uji keseluruhan model ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4. 14
Hasil Uji -2 Log Likelihood
Block 0: Beginning Block
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficient
s
Constant
Step 0 1 95,213 -1,012
2 95,044 -1,112
3 95,044 -1,114
4 95,044 -1,114
94
Block 1: Method = Enter
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant TOTPMSS TOTPMRA TOTTW TOT_PNG TOTKDA
Step 1 1 50,349 ,780 -,267 ,022 ,009 -,078 ,155
2 39,452 2,243 -,404 ,009 -,064 -,040 ,269
3 36,048 4,068 -,502 -,027 -,190 ,055 ,393
4 35,398 5,241 -,563 -,057 -,272 ,163 ,477
5 35,366 5,552 -,582 -,066 -,291 ,204 ,499
6 35,366 5,570 -,583 -,067 -,292 ,207 ,501
7 35,366 5,570 -,583 -,067 -,292 ,207 ,501
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14 block 0: beginning block, terlihat bahwa
nilai -2LogL adalah sebesar 95,044, sedangkan pada block 1: method =
enter nilai -2LogL sebesar 35,366 yang mana terjadi penurunan sebesar
59,678. Penurunan ini, dimana Likelihood pada regresi binary mirip
dengan pengertian sum of squared error pada model regresi, menunjukkan
model regresi yang lebih baik (Santoso, 2015).
b. Hasil Pengujian Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi menggunakan Hosmer and Lemeshow’s
Godness of Fit Test. Hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 15
Hasil Uji Hosmer and Lemeshow
Step Chi-square df Sig.
1 13,661 7 ,058
Sumber: Data primer yang diolah
95
Berdasarkan tabel 4.15, menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 13,661
dengan nilai signifikannya 0,058 atau > 0,05. Hal tersebut berarti hipotesis
nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok
dengan data observasinya. Maka model regresi ini bisa digunakan untuk
analisis selanjutnya atau dengan kata lain mampu memprediksi nilai
observasinya.
c. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square)
Pengujian Koefisien Determinasi menggunakan Cox and Snell dan
Nagelkerke’s R Square. Hasil pengujian ini ditunjukkan dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4. 16
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 35,366a ,504 ,749
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.16, menunjukkan nilai Nagelkerke’s R2 sebesar
0,749 yang berarti bahwa variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen sebesar 0,749 atau 74,9%, sedangkan sisanya yaitu
96
sebesar 0,251 atau 25,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diuji
dalam penelitian ini.
d. Uji Tabel Klasifikasi
Tabel klasifikasi menunjukkan keakuratan prediksidari model regresi
atas variabel dependen.
Tabel 4. 17
Hasil Uji Tabel Klasifikasi
Observed
Predicted
Metode Sampling Percentage
Correct ,00 1,00
Step 1 Metode
Sampling
,00 60 4 93,8
1,00 5 16 76,2
Overall Percentage 89,4
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.17, menunjukkan bahwa dalam model regresi
logistik yang digunakan telah cukup baik, karena mampu menebak dengan
benar atau menunjukkan ketepatan prediksi model secara keseluruhan
sebesar 89,4% dari kondisi yang terjadi.
e. Hasil Uji Hipotesis
Berikut hasil analisis data dari variabel-variabel yang di uji dalam
penelitian ini:
97
Tabel 4. 18
Hasil Uji Hipotesis
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a PMSS -,583 ,141 17,063 1 ,000 ,558
PMRA -,067 ,139 ,232 1 ,630 ,935
TW -,292 ,213 1,875 1 ,171 ,747
PNG ,207 ,969 ,046 1 ,831 1,230
KDA ,501 ,225 4,954 1 ,026 1,650
Constant 5,570 5,148 1,171 1 ,279 262,509
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi logistik menghasilkan
model berikut ini:
Y = 5,570 – 0,583 PMSS – 0,067 PMRA – 0,292 TW + 0,207 PNG +
0,501 KDA
C. Pembahasan
1. Persepsi Mengenai Sampling Statistik dan Metode Sampling Audit.
Variabel persepsi mengenai sampling statistik memiliki koefisien
regresi negatif yaitu sebesar -,583 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (<
0,05). Karena tingkat signifikansi < 0,05, maka variabel persepsi mengenai
sampling statistik berpengaruh terhadap penggunaan metode sampling audit.
Namun, karena terdapat tanda negatif pada koefisien regresinya, sehingga H1
ditolak.
98
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Raharja (2008) dan Dede (2011) yang menyatakan bahwa
persepsi auditor mengenai sampling statistik berpengaruh terhadap
penggunaan metode sampling audit. Namun, hasil dari penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Mranani (2009).
Disisi lain, terdapat tanda negatif pada koefisien regresi untuk variabel
persepsi mengenai sampling statistik, yang memberikan bukti yang sama
dengan penelitian yang dilakukan Dede (2011) dimana semakin baik
pemahaman seorang auditor terhadap metode sampling statistik, maka
kecenderungan akuntan publik untuk menggunakan metode sampling statistik
semakin menurun. Pemahaman mengenai sampling statistik yang baik belum
tentu menjadikannya sebagai metode pemilihan sampel yang digunakan.
Auditor telah enggan untuk menggunakan sampling statistik dan
keengganan ini telah dikaitkan dengan tiga alasan utama yang merupakan
biaya seleksi sampel, biaya evaluasi sampel, dan biaya pelatihan (Ayam,
2011). Padahal, biaya pemilihan/seleksi sampel dan biaya evaluasi sampel
telah hampir sepenuhnya dieliminasi karena sudah adanya ketersediaan
perangkat lunak dalam komputer (Hitzig, 2004). Komputer membantu auditor
menampilkan statistik tugas yang sesuai untuk mengkalkulasi ukuran sampel,
dan evaluasi hasil agar terbebas dari error (Elliot et al., 1972) dalam (Ayam,
2011). Namun dalam sampling statistik, memang diperlukan adanya tambahan
biaya untuk pelatihan sehingga auditor memilih antara kedua metode metode
99
sampling berdasarkan biaya (Dede, 2011). Pelatihan terhadap penggunaan
sampling statistik perlu dilakukan karena auditor merasa bahwa sampling
statistik sebagai suatu proses audit yang kompleks dan memerlukan tingkat
matematis dan keterampilan perhitungan yang tinggi (Ayam, 2011). Di sisi
lain, metode sampling non-statistik memiliki keuntungan yang lebih
dibandingkan metode sampling statistik yaitu lebih cepat dan lebih murah
dalam aplikasinya (Murwanto et al., 2006). Sehingga, saat auditor cenderung
beranggapan bahwa metode sampling statistik bersifat kompleks, maka
kecenderungan untuk menggunakan metode tersebut semakin menurun.
2. Persepsi Mengenai Risiko Audit dan Metode Sampling Audit.
Variabel persepsi mengenai risiko audit memiliki koefisien regresi
negatif yaitu sebesar -,067 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,630 (> 0,05).
Karena tingkat signifikansi > 0,05, maka variabel persepsi mengenai risiko
audit tidak berpengaruh terhadap penggunaan metode sampling audit, yang
berarti bahwa H2 ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Raharja (2008) dan Mranani (2009) yang menyatakan bahwa
persepsi auditor mengenai risiko audit tidak berpengaruh terhadap
penggunaan metode sampling audit. Namun, hasil dari penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Dede (2011).
100
Menurut (Raharja, 2008) hasil yang tidak signifikan tersebut
menunjukkan bahwa auditor tidak terpengaruh dengan risiko audit dalam
menentukan pilihan metode sampling. Hall et al., (2002) dalam Raharja
(2008) menyatakan bahwa hal tersebut bisa dikarenakan auditor belum
menyadari kelebihan metode sampling statistik untuk memenuhi kebutuhan
penggunaan bukti. Padahal, sampling statistik dapat menguntungkan auditor
dalam perencanaan sampel yang efisien, mengukur kecukupan bukti yang
diperoleh, mengevaluasi hasil sampel dan memungkinkan auditor dalam
mengkuantifikasi dan mengendalikan risiko sampling (Boynton et al., 2006).
Selain itu, tuntutan akuntabilitas baik dari legislatif maupun masyarakat
belum membuat auditor memilih metode sampling yang lebih bertahan. Hall
et al., (2002) dalam Raharja (2008).
3. Tekanan Waktu dan Metode Sampling Audit.
Variabel tekanan waktu memiliki koefisien regresi negatif yaitu
sebesar -,292 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,171 (> 0,05). Karena
tingkat signifikansi > 0,05, maka variabel tekanan waktu tidak berpengaruh
terhadap penggunaan metode sampling audit, yang berarti bahwa H3 ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Raharja (2008) dan Mranani (2009) dan Dede (2011) yang
menyatakan bahwa tekanan waktu tidak berpengaruh terhadap penggunaan
101
metode sampling audit. Namun, hasil dari penelitian ini tidak mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah (2011).
Time pressure pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi biaya audit.
Ketika waktu audit lebih singkat, maka biaya pelaksanaan audit menjadi lebih
kecil. Keberadaan time pressure memaksa auditor menyelesaikan tugasnya
secepat mungkin sesuai dengan anggaran waktu yang diberikan KAP (Akhsan
et al., 2014). Batasan waktu dan biaya berpotensi menimbulkan masalah yang
serius bagi auditor dalam penggunaan bukti, selain itu semua bukti audit
bercampur baik yang relevan maupun tidak relevan sehingga auditor akan
kesulitan dalam memberikan pertimbangan. Disisi lain, salah satu keuntungan
metode sampling non-statistik adalah lebih cepat dan lebih murah dalam
aplikasinya (Murwanto et al., 2006). Selain itu, berdasarkan dugaan dari
penelitian yang dilakukan oleh Raharja (2008), time pressure lebih
mempengaruhi premature sign off. Oleh karena tekanan waktu auditor
memilih mengurangi sampelnya atau tidak menyelesaikan prosedur audit
lainnya. Kemungkinan sebagian besar auditor sudah memilih metode
sampling non statistik yang relatif cepat dan mudah meskipun tanpa ada
tekanan waktu.
4. Pengalaman dan Metode Sampling Audit.
Variabel pengalaman memiliki koefisien regresi positif yaitu sebesar
0,207 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,831 (> 0,05). Karena tingkat
102
signifikansi > 0,05, maka variabel pengalaman tidak berpengaruh terhadap
penggunaan metode sampling audit, yang berarti bahwa H4 ditolak.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Raharja (2008) dan Nadirsyah (2011) yang menyatakan
bahwa pengalaman tidak berpengaruh terhadap penggunaan metode sampling
audit. Namun, hasil dari penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dede (2011).
Menurut Ponemon dan Wendell (1995) dalam Raharja (2008), auditor
berpengalaman akan lebih baik dalam memproyeksi error dibandingkan
auditor yang belum berpengalaman tetapi tidak berarti pengalaman
mempengaruhi pemilihan metode sampling. Auditor baru atau lama
cenderung memilih metode non-statistik. Dede (2012) mengungkapkan bahwa
semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai
macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Apabila auditor berdasarkan
pengalamannya bisa menghasilkan bukti sampling yang lebih baik tanpa harus
menggunakan perhitungan statistik, maka auditor cenderung memilih metode
sampling non-statistik. Selain itu, berdasarkan survey yang dilakukan Hitzig
(1995), Hall et al., (2002), Raharja (2005), Mangiot dan Quon (2009)
diketahui sebagian besar auditor baik dari kalangan auditor internal, eksternal
dan auditor pemerintah menggunakan metode sampling non-statistik sebagai
alat bantu dalam menentukan sampel (Dede, 2011).
103
5. Kompleksitas Dokumen Audit dan Metode Sampling Audit
Variabel kompleksitas dokumen audit memiliki koefisien regresi
positif yaitu sebesar 0,501 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,026 (< 0,05).
Karena tingkat signifikansi < 0,05, maka variabel kompleksitas dokumen
audit berpengaruh positif terhadap penggunaan metode sampling audit, yang
berarti bahwa H5 dierima.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Rachmawati et al., (2013). Namun, hasil dari penelitian ini
tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah (2011).
Disisi lain, terdapat tanda positif pada koefisien regresi untuk variabel
kompleksitas dokumen audit, yang berarti semakin kompleks dokumen audit,
maka kecenderungan akuntan publik untuk menggunakan metode sampling
statistik semakin meningkat. Banyaknya jumlah bukti audit yang dijadikan
sampel pemeriksaan akan mempengaruhi pertimbangan yang akan dibuat oleh
auditor, oleh karena itu auditor harus berhati-hati dalam menentukan jumlah
sampel dan memberikan perhatian lebih pada bukti audit yang relevan
(Rachmawati et al., 2013). Bukti audit memiliki sifat kumulatif dan terutama
diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan selama proses audit (IAPI,
2015), yang artinya semua bukti akan terkumpul dan terhimpun dari awal
hingga akhir periode pembukuan, maka bukti audit terutama yang berupa
dokumen akan memiliki tingkat kerumitan tersendiri, karena terdiri dari
104
jumlah transaksi yang banyak dan adanya keterkaitan antara satu dokumen
dengan dokumen lainnya. Menurut Danescu et al., (2012) dalam periode
keuangan atau satu tahun suatu entitas yang harus diaudit, dalam banyak
kasus memiliki populasi data yang besar. Secara umum hanya entitas besar
yang memiliki populasi yang cukup besar secara merata yang sesuai untuk
mengaplikasikan secara penuh dari metode sampling statistik (Murwanto et
al., 2006). Sehingga semakin kompleks suatu dokumen audit, maka auditor
cenderung menggunakan metode sampling statistik.
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode sampling audit oleh akuntan publik, dimana variabel
independen yang digunakan adalah persepsi mengenai sampling statistik, persepsi
mengenai risiko audit, tekanan waktu, pengalaman dan kompleksitas dokumen
audit. Sedangkan variabel dependennya adalah metode sampling audit.
Responden penelitian ini berjumlah 85 auditor yang bekerja di 30 Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berada di Jakarta berdasarkan Direktori KAP yang
diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2016.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi logistik,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Persepsi mengenai sampling statistik berpengaruh negatif terhadap
penggunaan metode sampling audit, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (<
0,05) dan nilai koefisien regresi sebesar -0,583. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Raharja
106
(2008) dan Dede (2011). Namun, tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mranani (2009).
2. Persepsi mengenai risiko audit tidak berpengaruh terhadap penggunaan
metode sampling audit, dengan nilai signifikansi sebesar 0,630 (> 0,05). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
oleh Raharja (2008) dan Mranani (2009). Namun, tidak mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dede (2011).
3. Tekanan waktu tidak berpengaruh terhadap penggunaan metode sampling
audit, dengan nilai signifikansi sebesar sebesar 0,171 (> 0,05). Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
oleh Raharja (2008), Mranani (2009) dan Dede (2011). Namun, tidak
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah (2011).
4. Pengalaman tidak berpengaruh terhadap penggunaan metode sampling audit,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,831 (> 0,05). Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Raharja
(2008) dan Nadirsyah (2011). Namun, tidak mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Dede (2011).
5. Kompleksitas dokumen audit berpengaruh positif terhadap penggunaan
metode sampling audit, dengan nilai signifikansi sebesar 0,026 (< 0,05) dan
nilai koefisien regresi sebesar 0,501. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Rachmawati et al., (2013).
107
Namun, tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadirsyah
(2011).
B. Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, sehingga diharapkan
penelitian selanjutnya dapat dilakukan perbaikan agar dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih baik dengan adanya masukan mengenai beberapa hal
diantaranya:
1. Variabel independen dalam penelitian ini mampu menjelaskan variabel
dependen sebesar 74,9%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak diuji dalam penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian selanjutnya
disarankan untuk menambah variabel independen yang dapat berpengaruh
terhadap penggunaan metode sampling audit, seperti ukuran KAP,
pengendalian internal atau pelatihan.
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya data yang diperoleh dari
jawaban kuesioner responden, sehingga cakupannya cenderung terfokus pada
butir pertanyaan dan dikhawatirkan tidak dapat menjelaskan secara
menyeluruh sesuai dengan keadaan di lapangan. Oleh karena itu, peneliti
selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data berupa wawancara dari
beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar bisa mendapatkan
data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan-pertanyaan kuesioner
108
yang mungkin terlalu sempit atau kurang menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya.
3. Wilayah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah Jakarta,
sedangkan KAP juga terdapat di wilayah-wilayah lainnya. Oleh karena itu,
penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas daerah survey, sehingga
hasil penelitian lebih mungkinuntuk disimpulkan secara umum.
C. Implikasi
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari kelima variabel yang
diuji, hanya variabel persepsi mengenai sampling statistik dan kompleksitas
dokumen audit yang berpengaruh terhadap penggunaan metode sampling audit.
Dalam penelitian ini, pemahaman mengenai sampling statistik oleh auditor
ternyata belum cukup untuk membuat metode sampling statistik sebagai metode
yang digunakan. Hasil uji statistik menunjukkan koefisien variabel persepsi
mengenai sampling statistik berarah negatif, yang mengindikasikan semakin baik
persepsi audtor terhadap sampling statistik, mengakibatkan adanya penurunan
terhadap penggunaan metode sampling statistik dan bahkan cenderung
menggunakan metode non-statistik atau judgmental.
Di sisi lain, dokumen audit yang terdiri dari jumlah yang bayak dan saling
terkait membuat auditor harus berhati-hati dalam menentukan jumlah sampel.
Hasil uji statistik menunjukkan koefisien variabel kompleksitas dokumen audit
berarah positif, yang mengindikasikan adanya kenaikan terhadap penggunaan
109
metode sampling statistik saat dokumen tersebut semakin kompleks. Hal tersebut
terjadi karena metode sampling statistik dianggap lebih menguntungkan dalam
perencanaan sampel yang efisien, mengukur kecukupan bukti yang diperoleh,
mengevaluasi hasil sampel dan memungkinkan auditor dalam mengkuantifikasi
dan mengendalikan risiko sampling.
Dari hasil jawaban responden menunjukkan sebesar 75,3% diantaranya
memilih sampling non-statistik sebagai metode yang paling sering digunakan
untuk menentukan sampel. Penggunaan metode sampling non-statistik memang
sah dilakukan, hal ini tertera dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP),
dan tidak ada satu pihak pun yang dapat menjamin salah satu diantara kedua
metode tersebut lebih baik dari pada yang lain. Namun, format statistik yang
sudah baku membuat metode ini lebih dapat dipertanggungjawabkan apabila
terdapat masalah dikemudian hari. Tindakan preventif yang dapat dilakukan
terhadap penggunaan metode non-statistik yaitu pemerolehan keyakinan yang
memadai bahwa sampel yang diambil dapat mewakili karakteristik populasi serta
meminimalisir adanya risiko dari berbagai hal atas ketidakpastian dalam sampling
audit.
110
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik” buku 1, edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012.
Agoglia, P. Christopher., Richard C. Hatfield, Tamara A. Lambert. “Audit Team Time
Reporting: An Agency Theory Perspective”, Accounting, Organizations and
Society 44, pg 1–14, US, 2015.
Akhsan, Mohammad Faid., Nanik Sri Utaminingsih. “Pengaruh Mediasi Komitmen
Organisasi Dan Turnover Intentions Terhadap Determinan Perilaku
Premature Sign Off”, Accounting Analysis Journal, 2014.
Almeida, B.J. Machado. “Empirical Observation of the Criteria for Independence in
Auditing: Perception of Auditors and Teacher”, Tekhne-Review of Applied
Management Studies 13, pg 12-24, Portugal, 2015.
Arel, Barbara. “The Influence of Judges' Attitudes on Liability Assessments Related to
Failed Audits Exhibiting Significant Audit Team Over-Time or Significant Use
of Off-Shore Auditors”, Advances in Accounting, Incorporating Advances in
International Accounting 28, pg 201–208, USA, 2012.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. “Auditing and Assurance
Services An Integrated Approach”,14th
edition, Pearson Education Inc, Upper
Saddle River, New Jersey, 2012.
Ayam, Rufus Tekoh. “Audit Sampling: A Qualitative Study on the Role of Statistikal
and Nonstatistikal Sampling Approaches on Audit Practices in Sweden”,
Thesis, Umeå University-Sweden, Swedia, 2011.
Bandura, A. ”Self Efficacy in Changing Societies”, Cambridge University Press, New
York, 1995.
Bonner, S.E.. “A Model of the Effects of Audit Task Complexity”, Accounting
Organizations and Society, Vol. 19 No. 3, pg 213-234, University of Southern
California, Los Angeles, 1994
Boynton, William C. and Raymond N. Johnson. “Modern Auditing: Assurance
Services and The Integrity of Financial Reporting”, 8th edition, John
Wiley&Sons Inc., United States of America, 2006.
111
Danescu, Tatiana., Chis Anca-Oana. “Opportunity and Necessity in Audit Sampling
Non-statistikal Sampling Method”, Procedia Economics and Finance 3, pg
1128-1133, Romania, 2012.
Dede, Pascavera Christiana. “Pengujian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemilihan Metode Sampling Audit oleh Akuntan Publik”, Tesis, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, 2011.
Edward. “Kesalahan Dalam Penyajian Laporan Keuangan Pada Kasus PT Kimia
Farma”, diakses melalui http://kimiramaki.blogspot.com/2012/04/kesalahan-
dalam-penyajian-laporan.html, pada tanggal 23 Mei 2015.
Furiady, Olivia., Ratnawati Kurnia. “The Effect of Work Experiences, Competency,
Motivation, Accountability and Objectivity towards Audit Quality”. Procedia-
Social and Behavioral Sciences 211, pg 328-335, Indonesia, 2015.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21”,
Edisi 7, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2013.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS ”, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Herningsih, Sucahyo. “Penghentian prematur atas prosedur audit : Studi empiris
pada Kantor Akuntan Publik”, Jurnal Wahana Vol. 5, No. 2. 2002.
Hitzig, Neal B. “Statistikal Sampling Revisited”, The CPA Journal, 2004.
IAPI. “Standar Audit”, diakses melalui www.iapi.or.id/peraturan-standar/94-standar-
audit/ pada tanggal 22 Desember 2015.
Indarto, Stefani Lili. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghentian
Prematur Atas Prosedur Audit”. Jurnal Dinamika Sosial Ekonomi, Vol. 7 No.
2: hal 197-210, November 2011.
Kumalasari, Nova., Dwi Handayani, Haris Wibisono. “Pemengaruh Penghentian
Prematur Atas Prosedur Audit Pada Auditor Di KAP Surabaya” JRMA:
Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi Vol. 1 No. 1,Februari 2013
Meleshenko., Usanova. “Methodological Approaches to the Assessing of the Quality
of Audit Sampling”, Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol 5 No 24,
Russia, November 2014.
Misbahuddin., Iqbal Hasan. “Analisis Data Penelitian Dengan Statistik”, Edisi ke-2,
Bumi Aksara, 2013, Jakarta.
112
Mranani, Muji. “Penerapan Metode Sampling Audit Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit Oleh Auditor Bi Di
Yogyakarta”, Universitas Muhammadiyah Malang, 2009.
Murwanto, Rahmadi., Adi Budiarso, Fajar Hasri Ramdhana. “Audit Sektor Publik –
Suatu Pendekatan Bagi Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah”,
Departemen Keuangan RI, 2006.
Nadirsyah, Mirna Indriani, Iskandar Usman. “Pengaruh Anggaran Waktu Audit,
Kompleksitas Dokumen Audit Dan Pengalaman Auditor Terhadap
Pertimbangan Audit Sampling Pada Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Aceh”, Jurnal Telaah & Riset
Akuntansi Vol. 4. No. 2. Juli 2011 hal. 176 – 186.
Pangestika, Widya., Taufeni Taufik, Alfiati Silfi. “Pengaruh Keahlian Profesional,
Independensi, dan Tekanan Anggaran Waktu terhadap Pendeteksian
Kecurangan”, JOM FEKON Vol. 1 No. 2 Oktober 2014
Rachmawati, Yuni., Darwanis, Usman Bakar. “Pengaruh Risiko Audit, Pengalaman
Audit dan Kompleksitas Dokumen Audit terhadap Pertimbangan Auditor
(Studi pada Auditor Kantor BPK-RI perwakilan Aceh)”, Jurnal Akuntansi
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Vol 2, No. 2, pg 91-102, Mei 2013.
Raharja, Surya. “Studi Empiris mengenai penerapan Metode Sampling Audit dan
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit oleh
Auditor BPK”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2008, Hal. 54 - 66
Vol. 15, No.1 ISSN: 1412-3126.
Rahayu, Siti Kurnia., Ely Suhayati. “Auditing: Konsep Dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntan Publik”, 2010, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Multivariat: Konsep Dasar dan Aplikasi
dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Setya, P.Tedi dan M.Hadlari. “Sampling Audit”, Edisi Keempat, pusat pendidikan dan
pelatihan pengawasan BPKP, 2008.
Sibelman, Howard. “Myths and Inconvenient Truths about Audit Sampling”, The
CPA Journal 84.4, United States, April, 2014
Singgih, Elisha Muliani,. Icuk Rangga Bawono. “Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit”, SNA XIII, Purwokerto, 2010.
113
Siregar, Syofian. “Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif”, Bumi Aksara,
2013, Jakarta.
Supranto, J., “Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi”, Rineka Cipta, 2010,
Jakarta.
Wahyudi, Imam., Jurica Lucyanda, Loekman H. Suhud.”Praktik Penghentian
Prematur Atas Prosedur Audit”, Media Riset Akuntansi,Vol. 1 No. 2 Agustus
2011.
Wells, Joseph T. “Ghost Goods: How to Spot Phantom Inventory”, Journal of
Accountancy, June 1, 2001
Yosua, Rikarbo Rekkat. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penghentian Prematur
Prosedur Audit”, Universitas Riau. 2012.
Zuca, Stefan. “Audit Evidence – Necessity to Qualify A Pertinent Opinion”, Procedia
Economics and Finance 20, Romania, 2015.
114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
115
LAMPIRAN 1
Surat Penelitian Skripsi
116
117
118
119
120
121
122
123
LAMPIRAN 2
Surat Pengantar dari Dosen
124
Hal: Permohonan Pengisian Kuesioner Jakarta, / 2016
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir sebagai mahasiswi Program
Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Saya:
Nama : Zakiatul Isnaeni
NIM : 1112082000049
Fak/Jur/Smtr : Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi/VIII
bermaksud melakukan penelitian ilmiah untuk penyusunan skripsi dengan judul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Sampling Audit oleh
Akuntan Publik” (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta).
Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk
menjadi responden dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap dan
sebelumnya saya mohon maaf telah menggangu waktu bekerja Bapak/Ibu/Sdr/i. Data
yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak
digunakan sebagai penilaian kinerja di tempat Bapak/Ibu/Sdr/I bekerja, sehingga
kerahasiaannya akan saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
Informasi yang diperoleh atas partisipasi Bapak/Ibu/Sdr/i merupakan faktor
kunci untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi penggunaan
metode sampling audit oleh auditor.
Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab
dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor
yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
125
Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting
memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
Apabila diantara Bapak/Ibu/Sdr/i ada yang membutuhkan hasil penelitian ini, maka
Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi saya melalui nomor telepon (081909672982)
atau melalui email ([email protected]). Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i
meluangkan waktu untuk mengisi dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian
ini, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya
Dosen Pembimbing
(Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP)
Peneliti
(Zakiatul Isnaeni)
126
LAMPIRAN 3
Surat Keterangan dari
KAP
127
128
129
130
131
132
133
134
135
LAMPIRAN 4
Kuesioner Penelitian dan
Jawaban Responden
136
A. Kuesioner Penelitian
Nomor : ………. (diisi oleh peneliti)
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : ………………………… (boleh tidak diisi)
Nama KAP : …………………………
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Umur :………..tahun
Posisi terakhir : Partner Supervisor Auditor Junior
Manajer Auditor Senior
Pendidikan Terakhir : D3 S1 S2 S3
Lama Bekerja Di KAP: ………tahun………bulan
1. Variable Metode Sampling Audit
Pilihlah dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu metode sampling audit
yang paling sering anda gunakan untuk menentukan sampel dalam satu tahun terakhir.
Sampling Statistik
Sampling statistik merupakan perencanaan sampling berdasarkan pada
hukum probabilitas yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan
mengenai suatu populasi.
Sampling Non Statistik
Sampling non statistik merupakan metode sampling yang tidak menggunakan
dasar hukum probabilitas dalam menentukan sampel. Dalam sampling non
statistik, auditor menentukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel
sepenuhnya berdasarkan kriteria subjektifitas serta pengalaman.
137
2. Variabel Persepsi Auditor Mengenai Metode Sampling Statistik
Mohon Bapak/Ibu/Saudara menjawab pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda
(X) atau (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak/Ibu/Saudara,
dimana :
1 = Sangat Tidak Setuju (STS) 3 = Cukup Setuju (CS) 5 = Sangat Setuju (SS)
2 = Tidak Setuju (TS) 4 = Setuju (S)
No Pernyataan STS TS CS S SS
1. Saya lebih menyukai sampling non statistik
(judgment) daripada sampling statistik, sebab
sampling non statistik merupakan metode yang
tidak mensyaratkan kuantifikasi risiko yang
kompleks.
2. Saya lebih menyukai sampling non statistik
daripada sampling statistik karena secara intuitif
dapat menentukan risiko samplingnya.
3. Menurut saya metode sampling statistik lebih
sukar daripada metode sampling non statistik.
4. Menurut saya metode sampling statistik tidak
praktis.
5. Menurut saya metode sampling statistik bersifat
teoritis.
6. Dibandingkan sampling non statistik, menurut
saya sampling statistik menggunakan waktu yang
kurang efisien.
7. Dibandingkan sampling non statistik, menurut
saya sampling statistik memerlukan lebih banyak
biaya.
3. Variabel Persepsi Auditor Mengenai Risiko Audit
No Pernyataan STS TS CS S SS
1. Klien yang saya audit cenderung mematuhi
prinsip akuntansi secara konsisten.
2. Menurut saya, risiko audit tidak terpengaruh
dengan semakin menguatnya akuntabilitas.
3. Tidak melakukan perhitungan fisik terhadap kas,
investasi, persediaan/aktiva tetap dalam audit
laporan keuangan merupakan tindakan berisiko
tinggi
4. Melakukan pengurangan jumlah sampel dalam
melakukan audit merupakan tindakan berisiko
tinggi.
5. Tidak melakukan konfirmasi dengan pihak ketiga
138
merupakan tindakan berisiko tinggi
6. Untuk mengurangi risiko audit, saya cenderung
menggunakan pertimbangan auditor dalam
pengujian atas akun dan transaksi.
7. Untuk mengurangi risiko audit, saya harus lebih
teliti dan hati-hati dalam memeriksa dokumen
audit.
8. Risiko audit mendorong saya untuk lebih fokus
pada akun atau transaksi yang besar dan berisiko
tinggi serta mengabaikan beberapa akun atau
transaksi yang lainnya.
3. Variabel Tekanan Waktu
No Pernyataan STS TS CS S SS
1. Saat bertugas untuk mencapai anggaran waktu
dan batas waktu yang ada, saya merasa sangat
lelah secara fisik.
2. Saya merasa sangat rileks ketika telah memenuhi
target dan waktu yang telah ditentukan.
3. Saat bertugas untuk mencapai anggaran waktu
dan batas waktu yang ada, saya hampir tidak
memiliki waktu untuk beristirahat.
4. Saya merasa menanggung beban saat bertugas
mencapai anggaran waktu yang ada.
5. Saat bertugas dengan klien yang banyak, saya
merasa perlu untuk mengerjakan tugas lebih
cepat.
4. Variabel Kompleksitas Dokumen Audit
No Pernyataan STS TS CS S SS
1. Banyaknya dokumen audit mendorong saya untuk
mengabaikan beberapa dokumen penting yang
harus diuji.
2. Banyaknya dokumen audit mendorong saya untuk
menggunakan pertimbangan auditor dalam
menguji akun atau transaksi untuk memperoleh
keyakinan tentang kualitas informasi yang
disajikan.
3. Banyaknya dokumen audit menyebabkan
bertambahnya jumlah dan ukuran sampel yang
harus diuji untuk memperoleh pertimbangan
auditor yang cukup dan memadai.
4. Banyaknya dokumen audit mendorong saya untuk
fokus pada akun atau transaksi yang besar dan
berisiko tinggi serta mengabaikan beberapa akun
atau transaksi lainnya yang berisiko rendah.
139
5. Bukti audit yang tidak terstruktur dan
membingungkan serta lemahnya pengendalian
intern mendorong saya untuk menambah langkah
atau prosedur audit untuk memperoleh bukti yang
cukup dan memadai.
6. Kompleksitas dokumen audit mendorong saya
untuk memberikan perhatian lebih pada bukti
audit yang relevan dengan temuan audit serta
mengabaikan bukti audit yang tidak relevan.
7. Bukti audit yang berbeda-beda dan saling terkait
satu dengan yang lainnya membuat saya sulit
mengkorelasikan antara bukti relevan dengan
bukti tidak relevan dengan tujuan audit.
Mohon periksa kembali semua jawaban Anda. Jangan sampai ada pertanyaan yang
terlewatkan. Terima kasih atas bantuan anda yang telah meluangkan waktu untuk mengisi
kuesioner ini.
140
B. Identitas Responden
No Jenis Kelamin Usia (Tahun) Pendidikan Pengalaman (Tahun) Jabatan
1 Laki-laki 24 S1 2 Auditor Senior
2 Laki-laki 23 S1 2 Auditor Senior
3 Laki-laki 22 S1 2 Auditor Senior
4 Laki-laki 25 S1 2 Auditor Senior
5 Laki-laki 24 S1 2 Auditor Senior
6 Laki-laki 29 S1 4 Supervisor
7 Laki-laki 50 S1 5 Auditor Senior
8 Laki-laki 40 S1 9 Supervisor
9 Laki-laki 25 S1 2 Supervisor
10 Perempuan 26 S1 2 Auditor Senior
11 Laki-laki 32 S1 4 Auditor Senior
12 Laki-laki 34 S1 8 Supervisor
13 Perempuan 41 S2 2 Partner
14 Laki-laki 52 S1 5 Auditor Senior
15 Perempuan 23 S1 2 Auditor Senior
16 Laki-laki 50 S1 5 Auditor Senior
17 Perempuan 27 S1 5 Supervisor
18 Laki-laki 50 S1 5 Auditor Senior
19 Perempuan 25 S1 3 Supervisor
20 Laki-laki 51 S1 5 Auditor Senior
21 Perempuan 21 S1 2 Supervisor
22 Laki-laki 50 S1 5 Auditor Senior
23 Laki-laki 23 S1 2 Auditor Senior
24 Laki-laki 28 S2 6 Supervisor
25 Laki-laki 23 S1 2 Auditor Senior
26 Laki-laki 50 S1 5 Auditor Senior
27 Laki-laki 24 S1 2 Auditor Senior
28 Laki-laki 28 S1 3 Auditor Senior
29 Laki-laki 25 S1 2 Auditor Senior
30 Laki-laki 29 S2 3 Auditor Senior
31 Perempuan 27 S2 3 Auditor Senior
32 Laki-laki 29 S1 3 Auditor Senior
33 Laki-laki 32 S1 7 Supervisor
34 Perempuan 22 S1 2 Auditor Senior
35 Perempuan 21 S1 2 Auditor Senior
36 Perempuan 22 S1 2 Auditor Senior
37 Laki-laki 25 S1 2 Auditor Senior
38 Perempuan 23 S1 2 Auditor Senior
39 Perempuan 26 S1 3 Auditor Senior
40 Perempuan 25 S1 2 Auditor Senior
41 Perempuan 25 S1 2 Auditor Senior
Bersambung pada halaman berikutnya
141
No Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pengalaman (Tahun) Jabatan
42 Perempuan 25 S1 3 Auditor Senior
43 Perempuan 28 S1 2 Auditor Senior
44 Perempuan 27 S1 2 Auditor Senior
45 Laki-laki 25 S1 2 Auditor Senior
46 Laki-laki 22 S2 2 Auditor Senior
47 Laki-laki 22 S1 2 Auditor Senior
48 Perempuan 21 S1 2 Auditor Senior
49 Laki-laki 50 S1 5 Auditor Senior
50 Perempuan 33 S1 2 Auditor Senior
51 Perempuan 21 S1 2 Auditor Senior
52 Laki-laki 23 S1 2 Auditor Senior
53 Laki-laki 21 S1 2 Auditor Senior
54 Perempuan 23 D3 2 Auditor Senior
55 Laki-laki 25 S1 2 Auditor Senior
56 Laki-laki 26 S1 2 Auditor Senior
57 Laki-laki 49 S1 10 Auditor Senior
58 Laki-laki 48 S1 6 Auditor Senior
59 Laki-laki 48 S1 5 Auditor Senior
60 Laki-laki 49 S1 5 Auditor Senior
61 Laki-laki 47 S1 10 Auditor Senior
62 Laki-laki 50 S1 5 Auditor Senior
63 Perempuan 23 S1 2 Supervisor
64 Laki-laki 23 S1 2 Auditor Senior
65 Laki-laki 24 S1 2 Auditor Senior
66 Perempuan 27 S1 3 Auditor Senior
67 Laki-laki 50 S1 5 Auditor Senior
68 Perempuan 23 S1 3 Auditor Senior
69 Laki-laki 40 S1 5 Auditor Senior
70 Laki-laki 40 S1 7 Auditor Senior
71 Laki-laki 28 S1 3 Auditor Senior
72 Perempuan 36 S2 6 Manajer
73 Laki-laki 43 S1 7 Auditor Senior
74 Laki-laki 34 S1 5 Auditor Senior
75 Laki-laki 25 S1 2 Auditor Senior
76 Perempuan 25 S1 3 Auditor Senior
77 Laki-laki 24 S1 2 Auditor Senior
78 Laki-laki 26 S1 4 Auditor Senior
79 Perempuan 28 S1 2 Auditor Senior
80 Perempuan 37 S1 5 Auditor Senior
81 Laki-laki 33 S1 5 Auditor Senior
82 Laki-laki 26 S1 2 Partner
83 Laki-laki 33 S1 3 Auditor Senior
84 Perempuan 33 S1 2 Auditor Senior
85 Perempuan 32 S1 3 Auditor Senior
142
C. Jawaban Responden
1. Variabel Metode Sampling Audit (Y)
Keterangan : 0 = Metode sampling non-statistik
1 = Metode sampling statistik
No Metode Sampling
No Metode Sampling
No Metode Sampling
1 0 31 0 61 0
2 0 32 0 62 1
3 0 33 0 63 1
4 0 34 0 64 1
5 1 35 0 65 1
6 0 36 0 66 0
7 1 37 1 67 1
8 0 38 0 68 0
9 0 39 0 69 0
10 0 40 1 70 0
11 0 41 1 71 0
12 0 42 0 72 0
13 0 43 0 73 0
14 1 44 0 74 0
15 0 45 0 75 0
16 1 46 0 76 0
17 0 47 0 77 1
18 1 48 0 78 0
19 0 49 1 79 1
20 1 50 0 80 0
21 0 51 0 81 1
22 1 52 0 82 0
23 0 53 0 83 0
24 0 54 0 84 0
25 0 55 0 85 0
26 1 56 0
27 0 57 0
28 1 58 0
29 0 59 0
30 0 60 0
143
2. Variabel Persepsi Mengenai Sampling Statistik (X1)
No PMSS 1 PMSS 2 PMSS 3 PMSS 4 PMSS 5 PMSS 6 PMSS 7 TOT PMSS
1 4 4 4 4 4 4 5 29
2 4 4 4 4 4 4 5 29
3 4 3 2 5 1 2 1 18
4 4 4 5 4 4 4 4 29
5 2 1 4 4 1 3 1 16
6 5 4 3 2 4 4 3 25
7 2 2 3 2 2 2 2 15
8 4 4 3 2 4 4 2 23
9 5 5 5 5 5 5 5 35
10 4 4 2 2 4 4 3 23
11 5 4 3 2 5 4 3 26
12 5 4 3 2 4 4 3 25
13 5 5 5 5 5 5 5 35
14 2 2 3 2 2 2 2 15
15 3 3 4 4 5 4 4 27
16 2 2 3 2 2 2 2 15
17 5 5 5 5 5 5 5 35
18 2 2 3 2 2 2 2 15
19 4 3 4 4 4 4 4 27
20 2 2 3 2 2 2 2 15
21 4 4 3 2 4 3 2 22
22 2 2 3 2 2 2 2 15
23 4 4 3 3 3 5 2 24
24 5 5 5 5 5 5 5 35
25 4 4 3 3 3 5 2 24
26 2 2 3 2 2 2 2 15
27 4 3 3 3 4 4 3 24
28 2 2 2 2 2 2 4 16
29 4 3 2 2 3 2 4 20
30 4 2 2 2 2 2 4 18
31 4 4 2 5 5 5 5 30
32 4 4 2 4 4 4 4 26
33 5 4 5 1 3 4 4 26
34 4 5 5 4 5 4 4 31
35 4 3 4 4 3 3 3 24
36 4 4 4 4 5 4 4 29
37 5 5 3 3 4 4 4 28
38 4 4 5 4 5 5 4 31
39 4 4 4 4 4 4 4 28
40 1 1 1 1 1 1 1 7
41 1 1 1 1 1 1 1 7
Bersambung pada halaman berikutnya
144
No PMSS 1 PMSS 2 PMSS 3 PMSS 4 PMSS 5 PMSS 6 PMSS 7 TOT PMSS
42 5 4 2 4 4 4 3 26
43 5 4 2 4 4 5 3 27
44 5 4 2 4 4 5 3 27
45 5 5 2 4 4 5 5 30
46 5 5 2 4 4 4 5 29
47 4 4 3 3 3 4 4 25
48 3 2 3 3 1 2 5 19
49 2 2 3 2 2 2 2 15
50 5 4 2 4 3 3 3 24
51 4 4 4 4 4 3 4 27
52 5 4 2 4 3 3 3 24
53 5 4 2 4 3 3 3 24
54 4 4 4 4 4 3 4 27
55 3 3 3 4 4 4 3 24
56 4 4 4 4 4 4 4 28
57 3 3 3 3 3 3 3 21
58 4 4 3 3 4 4 3 25
59 4 3 4 4 3 4 3 25
60 4 4 4 4 4 4 3 27
61 4 4 3 4 3 3 4 25
62 2 2 3 2 2 2 2 15
63 2 2 3 2 4 3 2 18
64 1 2 3 5 5 5 4 25
65 4 2 4 3 3 3 4 23
66 3 3 3 3 2 3 3 20
67 2 2 3 2 2 2 2 15
68 3 4 3 3 4 4 4 25
69 4 5 3 3 4 2 4 25
70 5 5 3 3 4 2 4 26
71 5 4 3 3 4 2 4 25
72 4 4 3 3 4 2 4 24
73 5 4 3 2 4 2 4 24
74 4 3 4 4 4 3 4 26
75 3 2 3 3 4 3 3 21
76 3 4 3 3 3 4 3 23
77 2 3 3 3 3 4 3 21
78 4 4 4 4 3 4 4 27
79 2 2 3 2 3 2 3 17
80 3 3 2 3 3 3 3 20
81 3 2 2 2 3 2 2 16
82 4 4 4 4 4 2 2 24
83 4 3 4 5 4 4 4 28
84 4 5 3 5 3 3 3 26
85 4 4 4 4 4 4 4 28
145
3. Variabel Persepsi Mengenai Risiko Audit (X2)
No PMRA 1 PMRA 2 PMRA 3 PMRA 4 PMRA 5 PMRA 6 PMRA 7 PMRA 8 TOT PMRA
1 2 2 4 4 4 4 4 5 29
2 2 2 4 4 4 4 4 4 28
3 3 4 5 3 5 3 5 4 32
4 2 2 5 4 4 4 4 4 29
5 1 1 4 4 4 1 4 4 23
6 5 5 5 5 5 5 4 4 38
7 3 2 4 4 4 4 3 3 27
8 4 4 5 4 5 4 5 4 35
9 5 5 5 5 5 5 5 5 40
10 5 4 4 4 4 4 4 4 33
11 5 4 5 4 5 5 4 5 37
12 5 5 5 5 5 5 4 4 38
13 5 5 5 5 5 5 5 5 40
14 3 2 4 4 4 4 3 3 27
15 5 4 4 4 4 4 4 4 33
16 3 2 4 4 4 4 3 3 27
17 5 5 5 5 5 5 5 5 40
18 3 2 4 4 4 4 3 3 27
19 4 2 3 4 4 4 4 4 29
20 3 2 4 4 4 4 3 3 27
21 4 4 5 3 3 2 5 4 30
22 3 2 4 4 4 4 3 3 27
23 4 3 5 3 5 5 5 5 35
24 5 5 5 5 5 5 5 5 40
25 4 3 5 3 5 5 5 5 35
26 3 2 4 4 4 4 3 3 27
27 4 2 4 2 2 4 4 2 24
28 4 4 4 3 3 4 4 4 30
29 3 2 4 3 4 4 4 5 29
30 3 2 5 3 5 4 4 4 30
31 4 2 5 5 5 5 5 5 36
32 4 2 4 3 4 4 4 5 30
33 3 2 4 2 5 4 4 4 28
34 2 3 5 3 5 4 5 5 32
35 5 2 5 3 5 4 5 4 33
36 3 3 5 4 4 4 5 5 33
37 5 4 5 2 5 5 5 4 35
38 3 3 5 2 5 4 5 5 32
39 4 4 4 4 4 4 4 4 32
40 5 5 5 5 5 4 5 5 39
41 5 5 5 5 5 4 5 2 36
Bersambung pada halaman berikutnya
146
No PMRA 1 PMRA 2 PMRA 3 PMRA 4 PMRA 5 PMRA 6 PMRA 7 PMRA 8 TOT PMRA
42 5 2 5 2 4 5 5 2 30
43 5 2 5 2 4 5 5 2 30
44 4 2 5 2 4 4 5 2 28
45 4 2 5 4 5 4 5 5 34
46 4 2 5 4 5 4 5 5 34
47 3 2 4 4 4 4 5 2 28
48 5 1 5 3 5 3 4 5 31
49 3 2 4 4 4 4 3 3 27
50 4 2 3 1 4 4 3 2 23
51 4 3 4 2 4 4 4 4 29
52 4 3 2 1 4 3 4 3 24
53 4 2 3 1 4 4 3 2 23
54 4 3 4 2 4 4 4 4 29
55 4 4 5 3 4 4 5 3 32
56 4 4 4 4 4 4 4 4 32
57 3 3 3 3 3 3 3 3 24
58 3 4 4 4 3 3 3 3 27
59 3 4 3 3 4 3 4 3 27
60 3 4 3 4 4 4 3 4 29
61 4 3 4 3 3 3 4 3 27
62 3 2 4 4 4 4 3 3 27
63 2 3 3 3 2 4 4 4 25
64 5 3 5 3 4 5 4 4 33
65 4 4 4 4 4 3 3 4 30
66 4 2 4 4 4 3 3 2 26
67 3 2 4 4 4 4 3 3 27
68 4 4 4 4 4 4 4 4 32
69 5 2 5 4 5 4 5 5 35
70 4 1 4 4 4 4 5 5 31
71 5 1 5 4 4 4 5 5 33
72 4 2 5 3 4 3 5 5 31
73 5 1 5 3 4 4 5 4 31
74 4 3 4 3 4 4 3 4 29
75 3 4 4 3 3 3 4 3 27
76 3 3 3 4 3 4 3 3 26
77 4 4 3 3 3 4 5 3 29
78 4 3 4 4 3 4 3 4 29
79 2 2 5 5 5 4 5 5 33
80 4 4 4 4 4 4 5 4 33
81 3 3 4 3 3 3 4 3 26
82 4 2 5 5 5 4 5 4 34
83 4 3 4 4 4 3 4 5 31
84 3 4 5 3 4 4 5 2 30
85 4 4 4 4 4 4 4 4 32
147
4. Variabel Tekanan Waktu (X3)
No TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 5 TOTAL TW
1 5 5 5 5 5 25
2 5 5 5 5 5 25
3 2 5 4 3 4 18
4 4 4 4 4 4 20
5 4 1 1 2 4 12
6 5 4 3 2 4 18
7 3 4 3 4 4 18
8 4 4 2 2 4 16
9 5 5 5 5 5 25
10 4 4 1 1 4 14
11 5 4 2 1 4 16
12 5 4 3 2 4 18
13 5 5 5 5 5 25
14 3 4 3 4 4 18
15 4 5 4 3 3 19
16 3 4 3 4 4 18
17 5 5 5 5 5 25
18 3 4 3 4 4 18
19 4 4 2 2 4 16
20 3 4 3 4 4 18
21 4 4 3 2 3 16
22 3 4 3 4 4 18
23 3 5 3 4 5 20
24 5 5 5 5 5 25
25 3 5 3 4 5 20
26 3 4 3 4 4 18
27 3 4 3 4 4 18
28 4 4 3 2 4 17
29 3 4 2 3 3 15
30 1 4 2 3 3 13
31 4 4 3 3 4 18
32 3 4 3 3 4 17
33 4 3 3 4 4 18
34 5 5 5 3 4 22
35 3 5 3 3 4 18
36 4 5 5 2 4 20
37 4 4 4 4 2 18
38 5 5 5 2 4 21
39 4 4 4 4 4 20
40 2 4 2 2 3 13
41 2 5 2 3 5 17
Bersambung pada halaman berikutnya
148
No TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 5 TOTAL TW
42 4 4 4 4 4 20
43 5 5 5 5 5 25
44 5 5 5 5 5 25
45 4 4 4 4 4 20
46 5 5 5 5 5 25
47 3 4 2 3 4 16
48 3 5 4 5 4 21
49 3 4 3 4 4 18
50 3 5 4 4 3 19
51 3 5 3 2 4 17
52 3 4 2 5 4 18
53 3 5 4 4 3 19
54 3 5 3 2 4 17
55 2 5 3 4 5 19
56 4 4 4 4 4 20
57 3 3 3 3 3 15
58 3 3 3 3 3 15
59 3 4 3 4 4 18
60 3 3 3 3 3 15
61 4 3 2 3 4 16
62 3 4 3 4 4 18
63 3 4 5 4 3 19
64 1 5 1 1 5 13
65 3 3 3 4 4 17
66 2 3 2 2 4 13
67 3 4 3 4 4 18
68 4 4 3 4 4 19
69 3 4 3 2 4 16
70 2 4 3 2 4 15
71 4 4 2 2 4 16
72 3 4 2 2 4 15
73 4 4 2 2 4 16
74 4 3 4 4 4 19
75 4 3 3 4 3 17
76 3 4 3 4 4 18
77 3 3 4 3 3 16
78 4 4 4 4 4 20
79 2 4 2 2 5 15
80 2 4 2 2 4 14
81 3 4 2 3 3 15
82 2 4 5 2 5 18
83 3 4 4 5 4 20
84 5 5 4 4 4 22
85 4 4 2 2 4 16
149
5. Variabel Pengalaman (X4)
Keterangan : 1 = Auditor Junior 3 = Supervisor 5 = Partner
2 = Auditor Senior 4 = Manajer
No Pengalaman
No Pengalaman
No Pengalaman
1 2 31 2 61 2
2 2 32 2 62 2
3 2 33 3 63 3
4 2 34 2 64 2
5 2 35 2 65 2
6 3 36 2 66 2
7 2 37 2 67 2
8 3 38 2 68 2
9 3 39 2 69 2
10 2 40 2 70 2
11 2 41 2 71 2
12 3 42 2 72 4
13 5 43 2 73 2
14 2 44 2 74 2
15 2 45 2 75 2
16 2 46 2 76 2
17 3 47 2 77 2
18 2 48 2 78 2
19 3 49 2 79 2
20 2 50 2 80 2
21 3 51 2 81 2
22 2 52 2 82 5
23 2 53 2 83 2
24 3 54 2 84 2
25 2 55 2 85 2
26 2 56 2
27 2 57 2
28 2 58 2
29 2 59 2
30 2 60 2
150
6. Variabel Kompleksitas Dokumen Audit (X5)
No KDA 1 KDA 2 KDA 3 KDA 4 KDA 5 KDA 6 KDA 7 TOT KDA
1 4 4 4 4 4 4 4 28
2 4 4 4 2 4 4 4 26
3 4 3 4 3 4 5 3 26
4 2 4 4 2 4 2 4 22
5 4 4 1 1 4 4 1 19
6 1 5 4 1 4 1 2 18
7 3 4 4 3 4 4 4 26
8 2 4 4 1 4 2 2 19
9 5 5 5 5 5 5 5 35
10 2 4 4 2 5 2 2 21
11 3 4 5 1 3 2 2 20
12 1 5 4 1 4 1 2 18
13 5 5 5 5 5 5 5 35
14 3 4 4 3 4 4 4 26
15 4 3 3 3 4 4 4 25
16 3 4 4 3 4 4 4 26
17 5 5 5 5 5 5 5 35
18 3 4 4 3 4 4 4 26
19 4 3 4 3 4 4 4 26
20 3 4 4 3 4 4 4 26
21 2 3 4 4 4 3 3 23
22 3 4 4 3 4 4 4 26
23 3 5 4 4 5 4 3 28
24 5 5 5 5 5 5 5 35
25 3 5 4 4 5 4 3 28
26 3 4 4 3 4 4 4 26
27 2 4 4 3 4 4 2 23
28 2 4 4 2 4 4 4 24
29 1 2 4 4 4 3 4 22
30 1 3 4 4 4 4 3 23
31 2 3 4 3 5 5 2 24
32 2 4 4 3 5 5 3 26
33 4 3 5 4 4 4 2 26
34 2 3 4 4 5 3 4 25
35 2 4 4 3 4 4 4 25
36 2 4 3 4 5 2 4 24
37 2 5 3 4 5 4 4 27
38 2 4 3 4 5 2 4 24
39 4 4 4 4 4 4 4 28
40 1 2 3 1 3 4 2 16
41 1 5 5 2 1 2 1 17
Bersambung pada halaman berikutnya
151
No KDA 1 KDA 2 KDA 3 KDA 4 KDA 5 KDA 6 KDA 7 TOTAL KDA
42 2 5 3 2 4 4 2 22
43 2 5 4 2 4 4 2 23
44 2 4 5 2 5 4 2 24
45 1 4 5 5 4 4 2 25
46 1 4 5 5 5 4 2 26
47 3 4 4 2 4 2 3 22
48 3 4 5 4 5 2 4 27
49 3 4 4 3 4 4 4 26
50 4 3 5 2 4 3 3 24
51 2 3 4 4 4 4 4 25
52 4 3 5 2 4 3 3 24
53 4 3 5 2 4 3 3 24
54 2 3 4 4 4 4 4 25
55 2 4 4 3 4 4 2 23
56 4 4 4 4 4 4 4 28
57 3 3 3 4 3 3 4 23
58 3 3 3 3 3 3 3 21
59 4 4 3 3 4 3 3 24
60 3 4 3 3 4 3 4 24
61 3 3 3 3 4 3 3 22
62 3 4 4 3 4 4 4 26
63 2 3 3 4 3 4 3 22
64 5 4 4 4 5 4 4 30
65 4 4 4 4 4 4 3 27
66 2 3 3 2 5 3 2 20
67 3 4 4 3 4 4 4 26
68 2 3 3 2 4 4 4 22
69 1 4 4 4 4 4 2 23
70 1 3 4 5 4 4 2 23
71 1 4 4 4 5 5 2 25
72 2 3 4 4 4 4 3 24
73 1 4 5 4 4 5 2 25
74 4 4 4 4 4 4 4 28
75 4 3 3 4 3 4 3 24
76 3 3 4 3 4 3 4 24
77 3 4 3 3 4 3 4 24
78 4 4 4 4 4 4 4 28
79 2 4 2 3 5 3 2 21
80 2 4 4 4 4 4 2 24
81 2 3 3 3 3 3 3 20
82 2 4 4 2 4 4 4 24
83 4 4 5 4 4 4 5 30
84 3 4 5 2 5 4 5 28
85 2 4 4 4 4 2 2 22
152
LAMPIRAN 5
Output Hasil Pengujian
Data
153
A. Uji Validitas
1. Variabel Persepsi mengenai Sampling Statistik (X1)
Correlations
PMSS 1 PMSS 2 PMSS 3 PMSS 4 PMSS 5 PMSS 6 PMSS 7
Total
PMSS
PMSS 1 Pearson Correlation 1 ,836** ,223
* ,449
** ,593
** ,515
** ,549
** ,784
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,041 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
PMSS 2 Pearson Correlation ,836** 1 ,308
** ,518
** ,706
** ,607
** ,594
** ,856
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
PMSS 3 Pearson Correlation ,223* ,308
** 1 ,398
** ,437
** ,387
** ,404
** ,568
**
Sig. (2-tailed) ,041 ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
PMSS 4 Pearson Correlation ,449** ,518
** ,398
** 1 ,508
** ,590
** ,520
** ,740
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
PMSS 5 Pearson Correlation ,593** ,706
** ,437
** ,508
** 1 ,697
** ,625
** ,850
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
PMSS 6 Pearson Correlation ,515** ,607
** ,387
** ,590
** ,697
** 1 ,487
** ,799
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
PMSS 7 Pearson Correlation ,549** ,594
** ,404
** ,520
** ,625
** ,487
** 1 ,776
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
Total
PMSS
Pearson Correlation ,784** ,856
** ,568
** ,740
** ,850
** ,799
** ,776
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
154
2. Variabel Persepsi Mengenai Risiko Audit (X2)
Correlations
PMRA 1 PMRA 2 PMRA 3 PMRA 4 PMRA 5 PMRA 6 PMRA 7 PMRA 8
Total
PMRA
PMRA 1 Pearson Correlation 1 ,344** ,344
** ,034 ,302
** ,445
** ,346
** ,133 ,604
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,001 ,758 ,005 ,000 ,001 ,225 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
PMRA 2 Pearson Correlation ,344** 1 ,092 ,269
* ,104 ,210 ,177 ,104 ,535
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,403 ,013 ,343 ,054 ,104 ,342 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
PMRA 3 Pearson Correlation ,344** ,092 1 ,281
** ,601
** ,348
** ,637
** ,392
** ,709
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,403 ,009 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
PMRA 4 Pearson Correlation ,034 ,269* ,281
** 1 ,288
** ,162 ,040 ,356
** ,528
**
Sig. (2-tailed) ,758 ,013 ,009 ,008 ,138 ,713 ,001 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
PMRA 5 Pearson Correlation ,302** ,104 ,601
** ,288
** 1 ,404
** ,428
** ,466
** ,691
**
Sig. (2-tailed) ,005 ,343 ,000 ,008 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
PMRA 6 Pearson Correlation ,445** ,210 ,348
** ,162 ,404
** 1 ,235
* ,163 ,569
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,054 ,001 ,138 ,000 ,030 ,136 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
PMRA 7 Pearson Correlation ,346** ,177 ,637
** ,040 ,428
** ,235
* 1 ,396
** ,636
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,104 ,000 ,713 ,000 ,030 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
PMRA 8 Pearson Correlation ,133 ,104 ,392** ,356
** ,466
** ,163 ,396
** 1 ,623
**
Sig. (2-tailed) ,225 ,342 ,000 ,001 ,000 ,136 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
Total
PMRA
Pearson Correlation ,604** ,535
** ,709
** ,528
** ,691
** ,569
** ,636
** ,623
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
155
3. Variabel Tekanan Waktu (X3)
Correlations
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 5 Total TW
TW 1 Pearson Correlation 1 ,148 ,488** ,255
* ,190 ,644
**
Sig. (2-tailed) ,177 ,000 ,019 ,081 ,000
N 85 85 85 85 85 85
TW 2 Pearson Correlation ,148 1 ,463** ,234
* ,418
** ,602
**
Sig. (2-tailed) ,177 ,000 ,031 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
TW 3 Pearson Correlation ,488** ,463
** 1 ,598
** ,209 ,857
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,055 ,000
N 85 85 85 85 85 85
TW 4 Pearson Correlation ,255* ,234
* ,598
** 1 ,218
* ,739
**
Sig. (2-tailed) ,019 ,031 ,000 ,045 ,000
N 85 85 85 85 85 85
TW 5 Pearson Correlation ,190 ,418** ,209 ,218
* 1 ,507
**
Sig. (2-tailed) ,081 ,000 ,055 ,045 ,000
N 85 85 85 85 85 85
Total TW Pearson Correlation ,644** ,602
** ,857
** ,739
** ,507
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
156
4. Variabel Kompleksitas Dokumen Audit (X5)
Correlations
KDA 1 KDA 2 KDA 3 KDA 4 KDA 5 KDA 6 KDA 7 Total KDA
KDA 1 Pearson Correlation 1 ,128 ,121 ,174 ,131 ,285** ,541
** ,660
**
Sig. (2-tailed) ,243 ,269 ,112 ,231 ,008 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
KDA 2 Pearson Correlation ,128 1 ,207 ,032 ,264* ,015 ,050 ,351
**
Sig. (2-tailed) ,243 ,057 ,770 ,015 ,894 ,651 ,001
N 85 85 85 85 85 85 85 85
KDA 3 Pearson Correlation ,121 ,207 1 ,209 ,114 ,141 ,146 ,443**
Sig. (2-tailed) ,269 ,057 ,055 ,299 ,199 ,183 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
KDA 4 Pearson Correlation ,174 ,032 ,209 1 ,291** ,443
** ,344
** ,659
**
Sig. (2-tailed) ,112 ,770 ,055 ,007 ,000 ,001 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
KDA 5 Pearson Correlation ,131 ,264* ,114 ,291
** 1 ,226
* ,240
* ,506
**
Sig. (2-tailed) ,231 ,015 ,299 ,007 ,038 ,027 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
KDA 6 Pearson Correlation ,285** ,015 ,141 ,443
** ,226
* 1 ,247
* ,614
**
Sig. (2-tailed) ,008 ,894 ,199 ,000 ,038 ,023 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
KDA 7 Pearson Correlation ,541** ,050 ,146 ,344
** ,240
* ,247
* 1 ,695
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,651 ,183 ,001 ,027 ,023 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
Total
KDA
Pearson Correlation ,660** ,351
** ,443
** ,659
** ,506
** ,614
** ,695
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 85 85 85 85 85 85 85 85
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
157
B. Uji Reliabilitas
1. Variabel Persepsi Mengenai Sampling Statistik (X1)
Reliability Statistiks
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
,886 ,884 7
Item Statistiks
Mean Std. Deviation N
PMSS 1 3,6588 1,12919 85
PMSS 2 3,4118 1,08336 85
PMSS 3 3,1647 ,93665 85
PMSS 4 3,2353 1,07623 85
PMSS 5 3,4118 1,08336 85
PMSS 6 3,3294 1,09532 85
PMSS 7 3,2941 1,06708 85
Item-Total Statistiks
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PMSS 1 19,8471 24,322 ,687 ,707 ,868
PMSS 2 20,0941 23,729 ,791 ,777 ,855
PMSS 3 20,3412 27,989 ,443 ,263 ,895
PMSS 4 20,2706 25,224 ,636 ,444 ,875
PMSS 5 20,0941 23,801 ,783 ,661 ,856
PMSS 6 20,1765 24,361 ,711 ,573 ,865
PMSS 7 20,2118 24,836 ,684 ,494 ,869
Scale Statistiks
Mean Variance Std. Deviation N of Items
23,5059 33,253 5,76654 7
158
2. Variabel Persepsi Mengenai Risiko Audit (X2)
Reliability Statistiks
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based
on Standardized Items N of Items
,740 ,765 8
Item Statistiks
Mean Std. Deviation N
PMRA 1 3,7647 ,93410 85
PMRA 2 2,9176 1,12559 85
PMRA 3 4,3059 ,70750 85
PMRA 4 3,5294 ,97086 85
PMRA 5 4,1412 ,70968 85
PMRA 6 3,9529 ,68844 85
PMRA 7 4,1647 ,78448 85
PMRA 8 3,8118 ,98191 85
Item-Total Statistiks
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
PMRA 1 26,8235 13,576 ,431 ,337 ,714
PMRA 2 27,6706 13,652 ,300 ,224 ,750
PMRA 3 26,2824 13,729 ,607 ,582 ,687
PMRA 4 27,0588 14,080 ,328 ,297 ,736
PMRA 5 26,4471 13,822 ,585 ,468 ,691
PMRA 6 26,6353 14,615 ,441 ,292 ,714
PMRA 7 26,4235 13,866 ,502 ,502 ,702
PMRA 8 26,7765 13,271 ,444 ,335 ,712
Scale Statistiks
Mean Variance Std. Deviation N of Items
30,5882 17,412 4,17274 8
159
3. Variabel Tekanan Waktu (X3)
Reliability Statistiks
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
,704 ,704 5
Item Statistiks
Mean Std. Deviation N
TW 1 3,4824 ,98333 85
TW 2 4,1529 ,71557 85
TW 3 3,2353 1,07623 85
TW 4 3,3294 1,11684 85
TW 5 4,0000 ,63621 85
Item-Total Statistiks
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
TW 1 14,7176 6,824 ,397 ,268 ,684
TW 2 14,0471 7,641 ,424 ,348 ,674
TW 3 14,9647 5,201 ,707 ,577 ,531
TW 4 14,8706 5,900 ,494 ,380 ,646
TW 5 14,2000 8,210 ,333 ,216 ,702
Scale Statistiks
Mean Variance Std. Deviation N of Items
18,2000 9,829 3,13506 5
160
4. Variabel Kompleksitas Dokumen Audit (X5)
Reliability Statistiks
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
,655 ,646 7
Item Statistiks
Mean Std. Deviation N
KDA 1 2,7176 1,12981 85
KDA 2 3,8118 ,69854 85
KDA 3 3,9412 ,74567 85
KDA 4 3,1882 1,06340 85
KDA 5 4,1294 ,65079 85
KDA 6 3,6118 ,91410 85
KDA 7 3,2471 1,01073 85
Item-Total Statistiks
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KDA 1 21,9294 8,947 ,420 ,336 ,602
KDA 2 20,8353 11,782 ,166 ,124 ,666
KDA 3 20,7059 11,234 ,255 ,092 ,647
KDA 4 21,4588 9,132 ,436 ,299 ,595
KDA 5 20,5176 11,110 ,353 ,180 ,627
KDA 6 21,0353 9,844 ,416 ,252 ,603
KDA 7 21,4000 9,005 ,501 ,373 ,572
Scale Statistiks
Mean Variance Std. Deviation N of Items
24,6471 13,064 3,61447 7
161
C. Uji Regresi Logistik
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 85 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 85 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 85 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
,00 0
1,00 1
Block 0: Beginning Block
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 95,213 -1,012
2 95,044 -1,112
3 95,044 -1,114
4 95,044 -1,114
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 95,044
c. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than ,001.
162
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Metode Sampling Percentage
Correct ,00 1,00
Step 0 Metode Sampling ,00 64 0 100,0
1,00 21 0 ,0
Overall Percentage 75,3
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -1,114 ,251 19,635 1 ,000 ,328
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables TOTPMSS 43,085 1 ,000
TOTPMRA 4,089 1 ,043
TOTTW 5,939 1 ,015
TOT_PNG 2,266 1 ,132
TOTKDA ,549 1 ,459
Overall Statistiks 50,435 5 ,000
Block 1: Method = Enter
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant TOTPMSS TOTPMRA TOTTW TOT_PNG TOTKDA
Step 1 1 50,349 ,780 -,267 ,022 ,009 -,078 ,155
2 39,452 2,243 -,404 ,009 -,064 -,040 ,269
3 36,048 4,068 -,502 -,027 -,190 ,055 ,393
4 35,398 5,241 -,563 -,057 -,272 ,163 ,477
5 35,366 5,552 -,582 -,066 -,291 ,204 ,499
6 35,366 5,570 -,583 -,067 -,292 ,207 ,501
7 35,366 5,570 -,583 -,067 -,292 ,207 ,501
a. Method: Enter
163
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 95,044
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 59,677 5 ,000
Block 59,677 5 ,000
Model 59,677 5 ,000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 35,366a ,504 ,749
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 13,661 7 ,058
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Metode Sampling = ,00 Metode Sampling = 1,00
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 9 8,995 0 ,005 9
2 9 8,988 0 ,012 9
3 8 8,923 1 ,077 9
4 9 8,848 0 ,152 9
5 10 9,624 0 ,376 10
6 9 8,353 0 ,647 9
7 6 6,700 3 2,300 9
8 4 3,097 5 5,903 9
9 0 ,473 12 11,527 12
164
Classification Tablea
Observed
Predicted
Metode Sampling Percentage
Correct ,00 1,00
Step 1 Metode Sampling ,00 60 4 93,8
1,00 5 16 76,2
Overall Percentage 89,4
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a TOTPMSS -,583 ,141 17,063 1 ,000 ,558
TOTPMRA -,067 ,139 ,232 1 ,630 ,935
TOTTW -,292 ,213 1,875 1 ,171 ,747
TOT_PNG ,207 ,969 ,046 1 ,831 1,230
TOTKDA ,501 ,225 4,954 1 ,026 1,650
Constant 5,570 5,148 1,171 1 ,279 262,509
a. Variable(s) entered on step 1: TOTPMSS, TOTPMRA, TOTTW, TOT_PNG, TOTKDA.
Correlation Matrix
Constant TOTPMSS TOTPMRA TOTTW TOT_PNG TOTKDA
Step 1 Constant 1,000 -,048 -,511 -,284 -,324 -,226
TOTPMSS -,048 1,000 ,074 ,183 -,267 -,556
TOTPMRA -,511 ,074 1,000 ,140 -,092 -,359
TOTTW -,284 ,183 ,140 1,000 -,203 -,500
TOT_PNG -,324 -,267 -,092 -,203 1,000 ,265
TOTKDA -,226 -,556 -,359 -,500 ,265 1,000
165
Step number: 1
Observed Groups and Predicted Probabilities
32 + +
I I
I I
F I I
R 24 +0 +
E I0 I
Q I0 I
U I0 I
E 16 +0 +
N I0 I
C I00 I
Y I00 1 I
8 +00 0 1 +
I00 0 1 I
I00000 1 I
I0000000 0000 0 0 00 1 0 1 10 0 1 1 010 1 111 I
Predicted ---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+---------+----------
Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5 ,6 ,7 ,8 ,9 1
Group: 0000000000000000000000000000000000000000000000000011111111111111111111111111111111111111111111111111
Predicted Probability is of Membership for 1,00
The Cut Value is ,50
Symbols: 0 - ,00
1 - 1,00
Each Symbol Represents 2 Cases.