FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON ...Skripsi yang saya tulis ini berjudul “Faktor-Faktor Yang...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON ...Skripsi yang saya tulis ini berjudul “Faktor-Faktor Yang...
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON-
PERFORMING LOAN PADA BANK BUMN
DI INDONESIA TAHUN 2010-2019
SKRIPSI
Oleh
SAINAL
NIM 105731134116
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NON-
PERFORMING LOAN PADA BANK BUMN
DI INDONESIA TAHUN 2010-2019
SKRIPSI
Oleh
SAINAL
NIM 105731134116
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Akuntansi pada Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Jadikanlah sabar dan shalat mu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar”
(Q.S Al-Baqarah: 153)
“Bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan. Dan bahwa
usahanya akan kelihatan nantinya”
(Q.S An-Najm: 39-40)
Persembahan:
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Saib,
Ibunda Suharni dan Adinda Agus Tina beserta keluarga besar yang telah
membantu dan memberikan dukungan hingga skripsi ini terselesaikan.
vii
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat beserta
salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi yang
diciptakan Allah SWT untuk menyempurnakan ahlak seluruh umat manusia dan
mengantarkan umat manusia keluar dari zaman kegelapan kepada zaman yang
terang seperti saat ini.
Skripsi yang saya tulis ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non
Performing Loan Pada Bank BUMN di Indonesia Tahun 2010-2019” disusun untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan jenjang strata satu (S-1) pada
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Penulisan karya ilmiah ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA., CSP, selaku ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
4. Ibu Dr. Hj. Ruliaty, MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan
membimbing dan mengarahkan hingga skripsi ini bisa selesai.
5. Ibu Wahyuni, SE., M.Ak selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga
selesai.
6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang memberikan
bekal pengetahuan dan kemudahan serta bantuannya kepada penulis.
7. Ayah dan Ibuku, rengkuhan jiwa dan hatimu adalah semangat dalam perjalananku
yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, nasehat dan doa restu
kepadaku.
8. Saudariku Agus Tina, terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan.
Semangat untuk mengejar mimpi ke depannya sehingga kita mampu
membanggakan membanggakan kedua orang tua dan semoga Allah SWT
mengabulkan keinginan dan doa yang dipanjatkan kepada-Nya.
9. Teman-teman seperjuanganku yang selalu memberi support.
10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, hingga penulis menyelesaikan
skripsi ini.
Akhirnya, sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca agar
senantiasa memberikan masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi
ini.
ix
Harapan penulis semoga dengan tersusunnya skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas
Muhammadiyah Makassar dan para penggiat ilmu dimanapun berada.
Billahi Fii Sabilil Haq
Fastabiqul Khairat
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 18 Oktober 2020
Penulis
x
ABSTRAK
Sainal, 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non Performing Loan (NPL) Pada Bank BUMN Di Indonesia Tahun 2010-2019. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Ruliaty dan Pembimbing II Wahyuni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Suku Bunga Kredit (SBK) Terhadap Non Performing Loan (NPL) Pada Bank BUMN Di Indonesia Tahun 2010-2019. Jenis penelitian ini adalah eksplanatori, jenis data yang digunakan yaitu kuantitatif dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dari keempat Bank BUMN. Penelitian ini menggunakan analisis data regresi linear berganda dan uji parsial serta uji simultan dengan menggunakan SPSS 2.2.
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Loan to Asset Ratio (LAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Suku Bunga Kredit (SBK) berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Loan (NPL). Secara parsial Loan to Asset Ratio (LAR), Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Non Performing Loan (NPL), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Non Performing Loan (NPL). Sedangkan Suku Bunga Kredit (SBK) tidak berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL). Kata Kunci : NPL, LAR, DPK, KAP dan SBK
xi
ABSTRACT
Sainal, 2021. Factors Affecting Non-Performing Loans (NPL) at State-Owned Banks in Indonesia in 2010-2019. Thesis Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Supervisor I Ruliaty and Supervisor II Wahyuni.
This study aims to determine the effect of Loan to Asset Ratio (LAR), Third Party Funds (DPK), Earning Asset Quality (KAP) and Credit Interest Rates (SBK) on Non-Performing Loans (NPLs) at BUMN Banks in Indonesia 2010-2019. This type of research is explanatory, the type of data used is quantitative by using secondary data in the form of financial reports from the four state-owned banks. This study used multiple linear regression data analysis and partial test and simultaneous test using SPSS 2.2.
The results of the analysis show that simultaneously the Loan to Asset Ratio (LAR), Third Party Funds (DPK), Earning Asset Quality (KAP) and Credit Interest Rates (SBK) have a significant effect on Non Performing Loans (NPL). Partially Loan to Asset Ratio (LAR), Third Party Funds (DPK) have a negative and significant effect on Non-Performing Loans (NPL), Earning Asset Quality (KAP) has a positive and significant effect on Non-Performing Loans (NPL). Meanwhile, the Lending Rate (SBK)
has no effect on Non-Performing Loans (NPL).
Keywords: NPL, LAR, DPK, KAP and SBK
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
ABSTAK BAHASA INDONESIA ............................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................................ xi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR/GRAFIK .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xci
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 13
A. Agency Theory ............................................................................................. 13
B. Perbankan ..................................................................................................... 14
1. Pengertian Bank ...................................................................................... 14
2. Tujuan Bank ............................................................................................ 15
3. Peranan Perbankan dan Lembaga Keuangan ....................................... 15
4. Jenis-Jenis Bank ..................................................................................... 17
C. Kredit ............................................................................................................. 18
1. Pengertian Kredit .................................................................................... 18
2. Unsur-Unsur Kredit ................................................................................. 20
3. Tujuan Kredit ........................................................................................... 21
xiii
4. Fungsi Kredit ........................................................................................... 22
D. Rasio Keuangan ............................................................................................ 22
1. Pengertian Rasio Keuangan ................................................................... 22
2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan .................................................................. 23
E. Non Performing Loan (NPL) ......................................................................... 24
F. Loan to Asset Ratio (LAR) ............................................................................ 26
G. Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................. 26
H. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) ................................................................... 27
I. Suku Bunga Kredit ........................................................................................ 28
J. Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 28
K. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 32
L. Hipotesis ........................................................................................................ 36
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 37
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 37
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ............................................ 37
D. Populasi dan Sampel .................................................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 40
F. Teknik Analisis Data ..................................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 46
A. Gambaran Umum Bank BUMN Di Indonesia ............................................... 46
1. Gambaran Umum PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk .............. 46
2. Gambaran Umum PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk ............. 50
3. Gambaran Umum PT. Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk ............ 56
4. Gambaran Umum PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk .............................. 60
B. Penyajian Data .............................................................................................. 65
C. Analisis Dan Pembahasan ............................................................................ 68
1. Analisis Deskriptif .................................................................................... 68
2. Pengujian Asumsi Klasik ......................................................................... 70
3. Analisis Regresi ...................................................................................... 74
4. Koefisien Determinasi (R2) ...................................................................... 76
xiv
5. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 76
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 80
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 86
A. Kesimpulan .................................................................................................... 86
B. Saran ............................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 89
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... 91
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai NPL, LAR, DPK, KAP dan SBK Pada Bank BUMN ........................... 6
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 29
Tabel 4.1 Nilai NPL, LAR, DPK, KAP dan SBK Pada Bank BUMN ......................... 65
Tabel 4.2 Deskriptif Statistik ..................................................................................... 68
Tabel 4.3 Uji Normalitas Statistik .............................................................................. 70
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ................................................................................... 72
Tabel 4.5 Uji Autokolerasi ......................................................................................... 74
Tabel 4.6 Analisis Regresi ........................................................................................ 74
Tabel 4.7 Hasil Uji R2 Koefisien Determinan ............................................................ 76
Tabel 4.8 Hasil Uji t (Parsial) .................................................................................... 77
Tabel 4.9 Hasil Uji F (Parsial) ................................................................................... 80
Tabel 4.10 Hasil Pengujian ....................................................................................... 80
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 36
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Bank BNI ........................................................ 48
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT. Bank BRI ........................................................ 52
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT. Bank BTN ...................................................... 58
Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Bank Mandiri .................................................. 61
Gambar 4.5 Uji Multikolinearitas ............................................................................... 71
Gambar 4.6 Uji Heteroskedostisitas ......................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam
pembangunan yang diharapkan dapat mengembangkan dan memajukan
perekonomian di Indonesia. Bank berfungsi sebagai pengendalian dan
pengelolaan keuangan yang bersumber dari masyarakat. Pengendalian dan
pengelolaan dilakukan dengan cara menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan
dana (Tiara dan Ani, 2013). Pengelolaan dana kemudian akan mengoptimalkan
dana dan teknologi yang dimiliki untuk mewujudkan efisiensi, efektivitas,
konsumsi serta pendistribusian bank. Bank melaksanakan fungsi sebagai
penyalur dana kepada masyarakat dengan produknya yaitu kredit.
Bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu
bank yang sangat berpengaruh dalam industri perbankan Indonesia. Empat bank
milik BUMN yakni PT. Bank BRI (Persero) Tbk., PT. Bank BNI (Persero) Tbk., PT.
Bank BTN (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Bank BUMN
adalah lembaga keuangan yang mengandalkan pendapatan bunga kreditnya
sebagai pemasukan utama dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Namun,
tidak semua kredit yang tersalurkan bebas dari risiko bahkan dapat mengancam
kesehatan bank. Salah satu kredit yang dihadapi lembaga keuangan perbankan
adalah tidak terbayarnya kredit yang telah disalurkan kepada nasabah melalui
2
kredit atau pinjaman, atau disebut dengan risiko kredit (Margaretha dan Kalista,
2018).
Kredit merupakan fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau
badan usaha meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali
dalam jangka waktu yang ditentukan. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga
(www.bi.go.id). Kredit memberikan keuntungan bagi bank dari bunga kredit yang
diterima dari debitur, sedangkan kreditur dapat memanfaatkan dananya sebagai
modal untuk mengembangkan usaha. Kredit berguna untuk mendapatkan nilai
tambah baik bagi nasabah sebagai debitur maupun bagi bank sebagai kreditur.
Dengan demikian, keseimbangan peredaran uang di masyarakat akan terjaga
(Tresnawati dan Nurisa, 2016). Kualitas suatu kredit dapat diketahui dengan
melakukan pengukuran menggunakan rasio-rasio keuangan yang kemudian akan
dianalisis demi memaksimalkan penyaluran dan resiko kredit.
Analisis rasio keuangan (financing ratio analysis) merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya, maka perbandingannya dapat
dilakukan antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam suatu laporan
keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan tersebut
dalam bentuk angka-angka pada suatu periode tertentu. Hasil dari rasio
3
keuangan ini dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk menilai
kinerjanya dalam suatu periode, apakah pihak manajemen perusahaan telah
mencapai target yang telah ditetapkan atau sebaliknya dan selain itu juga hasil
dari rasio keuangan ini dapat dijadikan sebagai suatu penilaian terhadap
perusahaan yang dimiliki secara lebih efektif (Erica, 2018). Non Performing Loan
(NPL) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
bank dalam mengawasi resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur.
Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) merupakan
presentasi jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan
macet terhadap total kredit yang dikeluarkan bank (Indonesian Bank Statistic,
2008). Rasio NPL merupakan salah satu faktor untuk menilai sehat tidaknya suatu
bank. Semakin tinggi NPL maka semakin buruk kualitas kredit bank tersebut. Hal
ini dikarenakan banyak debitur yang tidak mampu melunasi hutangnya.
Meningkatnya kredit bermasalah secara langsung akan menghambat
terbentuknya pendapatan bunga yang akan diterima dan akan mengganggu
kegiatan operasional perbankan (Tresnawati dan Nurisa, 2016).
Tingginya tingkat NPL juga akan memberikan tekanan kepada bank untuk
mempertahankan permodalannya. Risikonya adalah pada saat bank memperkuat
permodalannya, secara otomatis hal ini akan mengurangi kemampuan perbankan
melakukan ekspansi kredit ke sektor riil yang akan berimbas pada perekonomian
negara. Faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah NPL adalah tidak adanya
itikad baik dari para debitur untuk segera melunasi hutangnya pada waktu yang
telah ditentukan. Kemudian kebijakan perbankan mempertahankan suku bunga
4
kredit tinggi ditengah-tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil juga
berkontribusi terhadap naiknya NPL. Ketidak hati-hatian perbankan dalam
menyalurkan juga salah satu faktor mendorong naiknya NPL. Non Performing
Loan (NPL) harus menjadi perhatian khusus bagi perbankan, jika kredit
bermasalah tidak ditangani dengan baik maka akan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan dan kegiatan operasional perbankan. Oleh karena itu
diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan, salah satunya dengan
mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya NPL
(www.lipi.go.id).
Berdasarkan laporan tahunan Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2019
bahwa peningkatan nilai NPL pada Bank milik BUMN yang cukup tinggi terjadi
pada Bank BTN hingga mencapai 4,78%, kemudian Bank BRI dengan nilai
sebesar 2,62%, Bank Mandiri dengan nilai sebesar 2,39% dan Bank BNI dengan
nilai sebesar 2,27% (www.idx.co.id).
Karena adanya risiko kredit macet pada kredit yang diberikan, maka
perusahaan harus memiliki aset total yang jauh lebih besar dibandingkan kredit
yang diberikan supaya Loan to Asset Ratio (LAR) menjadi semakin kecil,
begitupun sebaliknya besarnya permintaan kredit yang terpenuhi akan
menurunkan nilai aset sehingga rasio Loan to Asset Ratio (LAR) menjadi semakin
besar. Loan to Asset Ratio (LAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit menggunakan aset total
yang dimiliki oleh bank (www.sahamgain.com).
5
Dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat atau
nasabah yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka sertifikat
deposito dan kewajiban segera lainnya (Fitri Maltuf, 2016). Dana Pihak Ketiga
(DPK) menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap penyaluran kredit
karena DPK menjadi ukuran besar kecilnya kredit yang akan disalurkan.
Penghimpunan dana oleh pihak bank merupakan kegiatan operasional dalam
memperoleh dana dari masyarakat yang nantinya digunakan sebagai penyediaan
dana untuk keperluan penyaluran kredit.
Kegagalan dalam penyaluran kredit dapat diminimalisir dengan cara
mengubah aset yang dimiliki ke dalam bentuk yang dapat memberikan
keuntungan lebih yang disebut sebagai aktiva produktif. Penilaian aset dihasilkan
dari perhitungan menggunakan rasio keuangan Kualitas Aktiva Produktif (KAP),
sebuah rasio tentang pengukuran tingkat pengukuran tingkat kemampuan bank
dalam kualitas aktiva produktif untuk menutup aktiva produktif yang muncul
karena terkait. Dalam hal ini bank harus mampu meningkatkan laba, suatu bank
dapat dikategorikan sebagai bank sehat apabila laba yang diperolehnya dapat
meningkat secara periodik dan tentu saja disertai dengan penggunaan biaya
operasi seefisien mungkin (Sri Wahyuni, 2019).
Suku bunga kredit merupakan balas jasa atau imbalan yang diperoleh
atas dana yang dipinjamkannya (Kasmir, 2014). Suku bunga kredit menjadi salah
satu sumber pendapatan bagi bank, bunga tersebut digunakan untuk
menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari. Oleh karena itu besar kecilnya
6
suku bunga kredit berpengaruh pada penyaluran kredit yang secara otomatis juga
berpengaruh pada resiko kredit macet.
Tabel 1.1 Nilai NPL, LAR, DPK, KAP dan Suku Bunga Kredit Pada
Bank BUMN
No Bank Tahun LAR (%) DPK (dalam
miliar) KAP
(dalam %) SBK (%)
NPL (dalam
%)
1
BRI
2010 62.45
333,652
2.24
11.75 2.78
2011 62.68
384,264
1.85
11.75 2.30
2012 65.66
450,166
1.46
11.75 1.78
2013 71.61
504,281
1.28
11.75 1.55
2014 63.68
622,322
1.26
11.75 1.69
2015 62.31
668,995
1.57 11.50 2.02
2016 61.83
754,526
1.61 9.75 2.03
2017 60.67
842,656
1.59 9.75 2.10
2018 60.11
923,300
1.62 11.50 2.16
2019 59.22
996,400
1.98 11.25 2.62
2010 54.85
194,375
3.00
12.35 4.30
2011 54.68
231,296
2.70
12.35 3.60
2012 60.23
257,661 2.10
12.35 2.80
2013 64.82
291,890 1.50
12.35 2.20
2014 66.64
300,625 1.40
12.35 2.00
7
2
BNI
2015 61.75
353,937 1.90 12.00 2.70
2016 62.45
415,453 2.00
9.95 3.00
2017 60.17
492,748 1.50 9.95 2.30
2018 61.58
552,172 1.30 9.95 1.90
2019 63.84
582,541 1.60 9.95 2.30
3
BTN
2010 71.22
47,540 2.8
10.75 3.26
2011 66.58
61,970 2.34
10.75 2.75
2012 67.48
80,668 3.68
10.75 4.09
2013 70.43
96,208 3.60
10.75 4.05
2014 73.5
106,470 3.57
12.25 4.01
2015 79.69
127,708 3.2
12.25 3.42
2016 75.8
159,990 2.64
11.75 2.84
2017 75.23
192,473 2.48 13.50 2.66
2018 76.69
230,133 2.65 11.50 2.81
2019 80.08
225,400 4.42 11.25 4.78
4
MANDIRI
2010 54.74
362,212 1.37
12.25 2.40
2011 56.96
422,250 1.59
12.25 2.18
2012 61.17
559,863 1.45
12.25 1.74
2013 64.44
644,309 1.43
12.25 1.60
2014 61.98
750,195 1.42
12.50 1.66
2015 65.43
790,571 1.96 12.25 2.29
8
2016 59.37
762,501 3.07 9.95 3.96
2017 60.31
815,807 2.73
11.73 3.45
2018 63.86
840,918 2.42 9.95 2.79
2019 64.92
891,240 2.15 9.90 2.39
Sumber data : Annual Report masing-masing Bank (data diolah)
Berdasarkan uraian tabel 1.1 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tingginya nilai LAR diikuti dengan oleh rendahnya nilai NPL, seperti terlihat pada
Bank BRI nilai terbesar LAR pada tahun 2013 yaitu 71,61% diikuti nilai terendah
NPL yaitu 1,55%. Bank BNI nilai LAR pada tahun 2014 sebesar 66,64%
sementara NPL sebesar 2,00%. Bank BTN nilai LAR pada tahun 2017 sebesar
75,23% sementara NPL sebesar 2.66% dan Bank Mandiri nilai LAR pada tahun
2013 sebesar 64,44% sementara NPL sebesar 1,60%. Sementara itu DPK selalu
mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan 2019, peningkatan ini
diikuti dengan meningkatnya nilai NPL terlihat pada tahun 2019 yang mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya.
Berbeda dengan KAP, rendahnya nilai KAP diikuti dengan rendahnya nilai
NPL. Terlihat pada Bank BRI dengan nilai KAP terendah pada tahun 2013 yaitu
1,28% diikuti nilai NPL terendah yaitu 1,55%. Bank BNI dengan nilai KAP pada
tahun 2018 yaitu 1,30% sementara nilai NPL yaitu 1,90%. Bank BTN dengan
nilai KAP pada tahun 2017 yaitu 2,48% sementara nilai NPL yaitu 2,66% dan
Bank Mandiri dengan nilai KAP pada tahun 2013 yaitu 1,43% sementara nilai
NPL yaitu 1,60%. Sementara itu besarnya nilai SBK diikuti dengan besarnya nilai
9
KAP terlihat pada Bank BRI pada tahun 2010 nilai SBK yaitu 11,75% diikuti
tingginya nilai KAP yaitu 2,24%. Bank BNI pada tahun 2010 dengan nilai SBK
yaitu 12,35% sementara nilai KAP yaitu 3,00%. Bank BTN pada tahun 2014
dengan nilai SBK yaitu 12,25% sementara nilai KAP yaitu 3,57% dan Bank
Mandiri pada tahun 2011 dengan nilai SBK yaitu 12,35% sementara nilai KAP
yaitu 1,59%.
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Non Performing Loan pernah
dilakukan oleh Emy Martina dan Dewi Prastiwi (2014) beserta Amanatul Firdausa
(2018) yang menunjukkan bahwa LAR berpengaruh negatif signifikan terhadap
NPL, sedangkan hasil penelitian Efraim Lazuardi (2018) menyatakan bahwa LAR
tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL . Hal ini disebabkan pada sisi aset
terjadi penurunan sementara kredit yang diberikan jumlahnya mengalami
kenaikan. Sementara semakin besar permintaan kredit yang dipenuhi bank,
maka semakin besar pula aset yang diperlukan untuk membiayai kredit. LAR
akan semakin tinggi jika jumlah jumlah kredit ditingkatkan dan tidak diimbangi
dengan aset yang dimiliki.
Ahmad Rizal dan Taswan (2020) beserta Mayura Firlandari (2013)
menujukkan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap NPL dikarenakan semakin tinggi dana yang dihimpun semakin besar
bank dalam menyalurkan kredit beresiko sedangkan size berpengaruh negative
tidak signifikan terhadap NPL karena kebanyakan bank sudah melakukan
diversifikasi pada investasi dananya.
10
Penelitian Kurnia Dwijayanti (2013) beserta Emy Martina dan Dewi
Prastiwi (2014) yang menyatakan bahwa KAP berpengaruh positif signifikan
terhadap NPL. Hal ini dikarenakan pihak bank mampu mengelolah asetnya
sehingga terpenuhinya permintaan kredit dan menekan turunnya rasio NPL.
Penelitian Kade Purnama Dewi dan I Wayan Ramantha (2015)
menunjukkan bahwa adanya pengaruh negative terhadap LDR dan Bank Size
serta pengaruh positif suku bunga SBI terhadap Bank BUMN di Indonesia. Made
Diah Krisna Dewi dan I Ketut Suryanawa (2016) juga menunjukkan bahwa tingkat
suku bunga, profesi nasabah kredit dan efektivitas badan pengawas secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap NPL.
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas tersebut, maka penulis tertarik
untuk mengambil penelitian dengan menggunakan beberapa variabel berbeda
yaitu Loan to Asset Ratio (LAR), Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Suku Bunga
dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non Performing Loan
Pada Bank BUMN Di Indonesia Tahun 2010-2019”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Loan to Asset Ratio (LAR) berpengaruh terhadap NPL pada bank
BUMN di Indonesia Tahun 2010-2019?
2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap NPL pada bank
BUMN di Indonesia 2010-2019?
11
3. Apakah Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh terhadap NPL pada bank
BUMN di Indonesia 2010-2019?
4. Apakah Suku Bunga berpengaruh terhadap NPL pada bank BUMN di
Indonesia 2010-2019?
C. Tujan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR) terhadap NPL pada
bank BUMN di Indonesia Tahun 2010-2019.
2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap NPL pada
bank BUMN di Indonesia Tahun 2010-2019.
3. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhadap NPL
pada bank BUMN di Indonesia Tahun 2010-2019.
4. Untuk mengetahui pengaruh Suku Bunga terhadap NPL pada bank BUMN di
Indonesia Tahun 2010-2019.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan
perbankan.
12
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu
pengetahuuan dan perkembangan ekonomi sealigus menjadi bahan
acuan bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi bank dalam menjaga Non
Performing Loan dan dapat menjadi rujukan yang mengarah pada
proses dalam dunia keuangan perbankan.
b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sarana untuk berlatih dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan serta menambah wawasan peneliti
agar berfikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi
permasalahan yang berkaitan dengan dunia perbankan.
c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing
Loan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Agency Theory
Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa teori keagenan adalah
teori yang menjelaskan agency relationship dan masalah-masalah yang
ditimbulkannya. Agency relationship merupakan hubungan dalam perusahaan
antara pemegang saham yang bertindak sebagai pemberi amanat (principal) dan
pengelolah atau manager (agent) sebagai perantara yang mewakili principal
dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan dan melakukan transaksi
atau nama principal dengan pihak ketiga (Ardianingsih dan Ardiyani, 2010).
Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agen dengan principal.
Agen adalah manajemen perusahaan dan principal adalah pemilik perusahaan,
keduanya terkait dalam sebuah kontrak. Agen yang bertindak sebagai pengambil
keputusan dikontrak untuk melakukan tugas-tugas tertentu bagi prisipal, dan
prisipal bertindak sebagai evaluator informasimenutup kontrak untuk memberi
imbalan pada agen (Taufiq Akbar, 2019).
Berdasarkan definisi di atas maka penulis menyimpulkan teori agensi
merupakan hubungan antara prinsipal dan agensi, dalam hal ini adanya
hubungan kerja sama antara pemilik modal dengan pengelolah keuangan. Pihak
bank sebagai pemilik modal berperan sebagai prinsipal sementara kreditur
sebagai pengelolah modal menjadi agensi. Tujuan bank memberikan modal
kepada kreditur yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari bunga dan biaya
14
administrasi dari kreditur. Dengan demikian, kreditur terbantu menjalankan usaha
dari modal yang diberikan pihak bank.
B. Perbankan
1. Pengertian Bank
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan
jasa bank lainnya. Jika ditinjau dari asal mula terjadinya bank, maka bank
adalah meja atau tempat uuntuk menukarkan uang. Secara lebih luas lagi
bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu
menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa lainnya (Muchtar
et al, 2016).
Bank menurut Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998 Pasal
1 Ayat 2 mengatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Rianawati dan Taufik, 2018).
Berdasarkan defenisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi perantara antara pihak
yang memiliki dana yang lebih dengan pihak yang kekurangan dana. Pihak
yang kelebihan dana akan menginvestasikan dananya kepada bank,
kemudian bank mengelolah dana dengan menyalurkannya kembali kepada
15
masyarakat yang membutuhkan. Dengan demikian, bank juga akan
memperoleh keuntungan dari suku bunga kredit.
2. Tujuan Bank
Tugas bank ada tiga yaitu (Eswanto et al, 2016) :
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter guna mencapai
dan memelihara kestabilan nilai uang.
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bank
merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang serta mencabut, menarik dan
juga memusnahkan uang dari peredaran.
c. Mengatur dan mengawasi. Merupakan salah satu tugas yang penting
untuk menciptakan sistem perbankan yang pada akhirnya dapat
mendorong efektivitas dari kebijakan moneter.
3. Peranan Perbankan dan Lembaga Keuangan
Menurut Santoso Triandaru bahwa bank dan lembaga keuangan
bukan bank mempunyai peranan yang penting dalam sistem keuangan
yaitu (Astarina dan Hapsila, 2015) :
a. Pengalihan Aset (Asset Transmulation). Bank dan lembaga keuangan
bukan bank akan memberikan pinjaman kepada pihak yang
membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik
dana yaitu unit surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai
keinginan pemilik dana. Dalam hal ini bank dan lembaga keuangan
16
bukan bank telah berperan sebagai pengalih aset yang liquid dari unit
surplus ke unit defisit.
b. Transaksi (Transaction). Bank dan lembaga keuangan bukan bank
memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk
melakukan transaksi barang dan jasa. Dalam ekonomi modern,
transaksi barang dan jasa tidak pernah terlapeas dari transaksi
keuangan. transaksi keuangan selalu diperlukan baik secara
langsung dalam jual beli barang jadi, maupun dalam transaksi jual beli
bahan mentah dan setengan jadi dalam proses produksi.
c. Likuiditas (Liquidity). Unit surplus dapat menempatkan dana yang
dimilikinya dalam bentuk produk-produk berupa giro, tabungan,
deposito dan sebagainya. Produk-produk tersebut masing-masing
mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda. Untuk kepentingan
likuiditas pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingannya. Dengan demikian, lembaga
keuangan memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak
yang mengalami surplus likuiditas. Disisi lain, lembaga keuangan juga
dapat memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak-pihak
yang mengalami kekurangan likuiditas.
d. Efiensi (Effeciency). Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat
menurunkan biaya transaksi dengan jangkaun pelayanan. Peranan
bank dan lembaga keuangan bukan bank sebagai broker adalah
17
menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah
produknya.
4. Jenis-Jenis Bank
Bank di Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis bank dapat
dibedakan sesuai dengan fungsi, kepemilikan, status, penetapan harga
dan tingkatnya. (Ismail, 2018) :
a. Jenis Bank Ditinjau Dari Segi Fungsinya
1.) Bank sentral merupakan bank yang berfungsi sebagai pengatur
bank-bank yang ada dalam suatau negara.
2.) Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan suatu usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
3.) Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.
b. Jenis Bank Ditinjau Dari Segi Kepemilikannya
1.) Bank milik pemerintah
2.) Bank milik swasta nasional
3.) Bank milik koperasi
4.) Bank milik asing
5.) Bank campuran
18
c. Jenis Bank Ditinjau Dari Segi Statusnya
1.) Bank devisa
2.) Bank nondevisa
d. Jenis Bank Ditinjau Dari Cara Penentuan Harga
1.) Bank konvensional
2.) Bank syariah
e. Jenis Bank Dutinjau Dari Segi Tingkatannya
1.) Kantor pusat
2.) Kantor wilayah
3.) Kantor cabang penuh
4.) Kantor cabang pembantu
5.) Kantor kas.
C. Kredit
1. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari kata credere yang berarti Kredit berasal dari
bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin
creditum berarti kepercayaan akan kebenaran (Kasmir, 2012). Maksud dari
kata tersebut bahwa kredit mengandung unsur kepercayaan dari bank
kepada nasabah untuk dapat menggunakan kredit sebaik mungkin.
Berdasarkan UU No.10 Tahuun 1998 tentang perubahan atas
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
19
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Kredit dapat diartikan sebagai pemberian fasilitas pinjaman oleh bank
(disebut kreditur) kepada peminjam (disebut debitur), baik tunai maupun non
tunai secara committed atau uncommitted, dengan jangka waktu tertentu dan
atas pemberian fasilitas pinjaman tersebut bank memperoleh provisi komisi
kredit, pendapatan administrasi kredit dan pendapatan bunga kredit.
committed adalah bank berkewajiban menyediakan dana atas pinjaman
tersebut. Sedangkan uncommitted adalah sebaliknya, bank tidak berkewajiban
menyediakan sejumlah dana atas pinjaman tersebut, dimana bank dapat
merubah, membatalkan atau menarik kembali fasilitas kredit setiap saat
(Julianto, 2019).
Kredit adalah kondisi penyerahan baik berupa uang, barang maupun
jasa dari pihak satu (pihak pemberi kredit) kepada pihak lainnya (pihak
penerima kredit) dengan kesepakatan bersama untuk dapat diselesaikan
dengan jangka waktu tertentu disertai adanya imbalan atas tambahan pokok
tersebut (Adrianto, 2020).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa kredit adalah suatu kegiatan pemberian pinjaman yang
dilakukan oleh pihak pemberi kredit (kreditur) kepada pihak penerima kredit
(debitur). Pihak debitur berkewajiban melakukan pelunasan berdasarkan
jangka waktu yang telah disepakati disertai dengan pemberian bunga.
20
2. Unsur-Unsur Kredit
Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu
fasilitas kredit yaitu (Putra dan Saraswati, 2020) :
a. Kepercayaan
Merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima
kembali dimasa tertentu di masa datang.
b. Kesepakatan
Kesepakatan dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya. Kesepakatan
penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditangani oleh
kedua belah pihak bank dan nasabah.
c. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu itu mencakup masa pegembalian kredit yang telah
disepakati.
d. Resiko
Faktor resiko dapat diakibatkan oleh dua hal yaitu resiko kerugian
yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya
padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah
yang tidak disengaja yaitu akibat musibah seperti bencana alam.
21
e. Balas Jasa
Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tertentu
mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan
atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan
nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk
bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini
merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang
berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
3. Tujuan Kredit
Kredit memiliki yang berguna baik bagi kreditur (bank) dan debitur
(nasabah), tujuan-tujuan kredit antara lain (Andrianto, 2020:4) :
a. Mendapatkan Keuntungan
Bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan
biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah menjadi
sektor keuntungan yang menjadi prioritas bagi bank untuk mendapatkan
laba yang sebesar-besarnya.
b. Membantu Usaha Nasabah
Kredit yang diberikan oleh kreditur kepada debitur, baik dalam
bentuk dana investasi maupun modal kerja, sesungguhnya dapat
membantu usaha nasabah (debitur) sehingga debitur dapat
mengembangkan usahanya serta memperluas usahanya.
22
c. Membantu Pemerintah
Dengan adanya kredit dari kreditur (bank) dapat membantu
pemerintah dalam melaksanakan program pembangunan. Karena
dengan adanya kredit dari bank, perkembangan baik Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) mapun sektor Usaha Kredit Menengah (UKM)
dapat mengembangkan serta memperluas usahanya sehingga dari
langka ini akan tercipta perputaran arus barang dan jasa yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat luas.
4. Fungsi Kredit
Kredit juga mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut (Andrianto,
2020) :
a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.
c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
d. Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi.
e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha bagi masyarakat.
f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasinal.
D. Rasio Keuangan
1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada di dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka
dengan angka lainnya. Perbandingan tersebut dapat dilakukan antara satu
23
komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di laporan keuangan (Kasmir, 2014).
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu post laporan keuangan dengan post lainnya yang
mempunyai hubungan relevan dan signifikan (Harahap, 2015).
2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Rasio keuangan terbagai menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu
(Sapitri, 2016) :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas yaitu suatu rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka
pendeknya.
b. Rasio Solvabilitas/Leverage
Yaitu rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang
atau dengan kata lain mengukur perbandingan antara dana yang
disiapkan oleh pemilik dengan dana yang berasal dari pihak luar/pihak
kreditur.
c. Rasio Aktivitas
Yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan aktiva
dengan melihat tingkat aktivitas aset.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa rasio keuangan merupakan suatu kegiatan untuk
menganalisis laporan keuangan dengan membandingkan dan membagi angka-
24
angka yang satu dengan angka lainnya seihingga menunjukkan hubungan yang
relevan dari angka-angka tersebut untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan tersebut demi meningkatkan kenerjanya.
E. Non Performing Loan (NPL)
Non performing loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang berkaitan
dengan risiko kredit. Risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya
kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan
bank kepada debitur (Kusaly et al, 2017).
Non Performing Loan (NPL) adalah rasio yang membandingkan antara
total kredit bermasalah terhadap total kredit yang disalurkan dalam bentuk
persentase. NPL dapat digunakan sebagai indikator risiko kredit, dimana semakin
rendah tingkat rasio NPL maka akan semakin rendah tingkat kredit bermasalah
yang terjadi yang berarti juga semakin baik kondisi bank tersebut dan sebaliknya
apabila semakin tinggi rasio NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang
ditanggung oleh pihak bank (Erick dan Barus, 2016).
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang
menunjukkan resiko kredit yang dihadapi akibat pemberian kredit dan investasi
dana pada portofolio yang berbeda. NPL dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian yaitu sebagai berikut (Rusnaini S et al, 2019):
1. Kredit Kurang Lancar
Kredit kurang lancar merupakan kredit yang telah mengalami
tunggakan dengan tunggakan dengan kriteria sebagai berikut :
25
a. Pengembalian pokok pinjam dan bunganya telah mengalami penundaan
pembayarannya melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari.
b. Pada kondisi ini hubungan debitur memburuk.
c. Informasi keuangan debitur tidak dapat diyakini oleh kreditur.
2. Kredit Diragukan
Kredit diragukan merupakan kredit yang mengalami penundaan
pembayaran pokok dan bunga dengan kriteria berikut :
a. Penundaan pembayaran pokok dan bunga antara 180 hingga 270 hari.
b. Pada kondisi ini hubungan debitur dengan kreditur semakin memburuk.
c. Kondisi keuangan sudah tidak dapat dipercaya.
3. Kredit Macet
Kredit macet merupakan kredit yang menunggak melampaui 270 hari
atau lebih.
Menurut Diyanti dan Widyarti non performing loan (NPL) adalah salah satu
indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank, kareena NPL yang tinggi adalah
indikator gagalnya bank dalam mengelolah bisnis antara lain timbul masalah
likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (hutang tidak
dapat ditagih) dan solvabilitas (modal berkurang). Laba yang merosot adalah
salah satu imbasnya karena praktis bank kehilangan sumber pendapatan
disampingharus menyisihkan pencadangan sesuai kolektibilitas kredit. NPL
mencerminkan juga risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar
pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. (Dwihandayani, 2017).
26
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia 12/11/DPNP Tabggal 31 Maret
2010 non performing loans atau kredit bermasalah yang ada disetiap bank tidak
boleh lebih dari 5%, karena apabila lebih dari 5% maka bank tersebut dianggap
tidak sehat (Qoroni et al, 2015).
F. Loan to Asset Ratio (LAR)
Menurut Wijaya LAR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi
permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank.
Pengukuran tingkat likuiditas ini berhubungan dengan commercial loan theory
(Martina dan Prastiwi, 2015).
Rasio Loan to Asset Ratio (LAR) merupakan perbandingan antara
besarnya kredit yang diberikan bank dengan besarnya total aset yang dimiliki
bank. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin kecil tingkat likuiditasnya
karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya meenjadi
semakin besar (Dwihandayani, 2017). Berikut rumus untuk menghitung nilai LAR
:
𝐿AR =Jumlah kredit yang diberikan
Aset Total
G. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Menurut Ismail Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan dana yang dihimpun
oleh bank yang berasal dari masyarakat. Pentingnya sumber dana dari
27
masyarakat luas disebabkan karena sumber dana tersebut merupakan sumber
dana yang paling utama bagi bank (Rai dan Purnawati, 2017).
Menurut Serli bahwa dana pihak ketiga adalah dana-dana yang dihimpun
dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito. Dana pihak ketiga
merupakan sumber dana yang sangat penting dan diandalkan oleh bank guna
menjalankan operasionalnya. Pihak bank dapat memanfaatkan dana ini dalam
kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan atau keunntungan, salah satunya
adalah penyaluran kredit (Astutik dan Susilowati, 2017). Berikut rumus untuk
menghitung DPK :
DPK = (Dana pihak ketiga
Total kewajiban) × 100%
H. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Ativa produktif adalah penanaman dana bank dalam valuta rupiah
maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana
antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontingensi pada transaksi
rekening administrasi. Aktiva produktif berfungsi untuk memperoleh pendapatan
atas dana yang disalurkan oleh bank. Bank perlu membentuk cadangan kerugian
aktiva produktif yaitu penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Dalam
membentuk PPAP, dasar perhitungannya adalah persentase tertentu dikalikan
dengan jumlah outstanding masing-masing kualitas aktiva produktif. Kualitas
aktiva produktif (KAP) digolongkan menjadi lancar, dalam perhatian khusus,
kurang lancar, diragukan dan macet (Ismail, 2015). Berikut rumus menghitung
Kualita Aktiva Produktif (KAP) :
28
KAP = (Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan
Total Aktiva Produktif) × 100%
I. Suku Bunga Kredit
Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau bias juga
dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu atau
harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya
dinyatakan dalam persen (%) (Andrianto et al, 2019).
Menurut Kasmir (2003) bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa
yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada
nasabah yang membeli atau menjual produknya atau bunga juga dapat diartikan
sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah dengan yang harus dibayar
nasabah kepada bank (Ramelda, 2017).
Kebijakan moneter Indonesia dapat diukur dengan melihat suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai salah satu instrument kebijakan operasi
pasar yang dapat mengatur peredaran uang sehingga laju inflasi dapat diawasi.
Dalam menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI), prosedurnya yaitu Bank Indonesia
menentukan berapa besar valume dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
diterbitkan, sementara suku bunganya ditentukan dengan cara lelang.
J. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkenaan dengan
penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut :
29
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
Penulis/Tahun
Judul Penelitian Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Efraim
Lazuardi
(2018)
Analisis Pengaruh
BOPO, LDR, LAR
dan Size Terhadap
Non Performing
Loan Pada Bank
Umum
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
BOPO, LDR, dan Size
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
NPL, sedangkan LAR
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
NPL.
2. Kade
Purnama Dewi
dan I Wayan
Ramantha
(2015)
Pengaruh Loan
Deposit Ratio,
Suku Bunga dan
Bank Size
Terhadap Non
Performing Loan.
Kuantitatif Hasil penelitian
menunjukkan adanya
pengaruh negative LDR
dan Bank Size serta
pengeruh positif suku
bunga SBI terhadap
NPL Bank BUMN di
Indonesia.
3. Fauzan
(2019)
Pengaruh LDR,
CAR, LAR, Loan
Growth dan Asset
Growth Terhadap
NPL (Studi Kasus
Pada Perbankan
Umum
Konvensional Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Indonesia Periode
2013-20170
Kuantitatif Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Loan Growth berpengaruh signifikan negative terhadap NPL, Asset Growth berpengaruh positif terhadap NPL sedangkan LDR, CAR dan LAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap NPL. .
4. Mayura
Firlandari
(2013)
Pengaruh Dana
Pihak Ketiga (DPK)
dan Pertumbuhan
Penyaluran Kredit
Terhadap Non
Performing Loan
(NPL) Pada Bank
Kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pertumbuhan penyaluran kredit terhadap NPL pada bank pemerintah yang listing di BEI periode
30
Pemerintah Yang
Listing di BEI
Periode 2007-2011
2007-2011 secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL.
5. Amanatul
Firdausa
(2018)
Pengaruh LAR,
LDR, dana Jumlah
Kredit Terhadap
Non Performing
Loan di Bank
Perkreditan Rakyat
Kuantitatif Penelitian ini diperoleh hasil bahwa bahwa LAR dan LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL, sedangkan jumlah kredit berpengaruh positif signifikan sehingga semakin tinggi penyaluran kredit makan NPL semakin meningkat.
6. Ahmad Rizal
dan Taswan
(2020)
Analisis Pengaruh
Capital, Inefisiensi,
Dana Pihak Ketiga
dan Size Terhadap
Non Performing
Loan Pada Bank
Umum
Konvensional.
Kuantitatif Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
capital berpegaruh
negatif dan signifikan
terhadap NPL,
inifisiensi bepengaruh
positif dan signifikan
terhadap NPL, DPK
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap NPL dan size
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap NPL.
7. Emy Martina
dan Dewi
Prastiwi
(2014)
Pengaruh Inflasi,
Gross Domestic
Product, Suku
Bunga Kredit, Loan
to Asset Ratio dan
Kualitas Aktiva
Produktif Terhadap
Non Performing
Loan
Kuantitatif Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa
inflasi, GDP, dan Suku
Bunga Kredit tidak
berpengaruh terhadap
NPL. Sedangkan LAR
berpengaruh negative
signifikan terhadap
NPL dan KAP
31
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
NPL
8. Made Diah
Dewi dan I
Ketut
Suryanawa
(2015)
Pengaruh Tingkat
Suku Bunga,
Profesi Nasabah
Kredit, Efektivitas
Badan Pengawas
Pada Non
Performing Loan.
Kuantitatif Berdasarkan hasil
analisis regresi
berganda, diketahui
hasil uji t menunjukkan
tingkat suku bunga,
profesi nasabah kredit,
dan efektivitas badan
pengawas secara
parsial berpengaruh
signifikan terhadap
NPL.
9. Kurnia
Dwijayanti
(2013)
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Non Performing
Loan Pada Bank
Umum
Konvensional Yang
Go Public di
Indonesia Tahun
2008-2012
Kuantatif Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
CAR berpengaruh
negative tidak
signifikan terhadap
NPL dan LDR
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap NPL,
sedangkan size, KAP
dan BOPO
berpengaruh positif
signifikan terhadap
NPL.
10. Romo Putra
Mada (2015)
Analisis Faktor-
Faktor Yang
mepengaruhi Non
Performing Loan
(NPL) di Indonesia
Kualitatif Berdasarkan hasil
pengujian parsial yang
dilakukan, BOPO dan
Tingkat Bunga memiliki
pengaruh positif
terhadap non
performing loan.
Sedangkan LDR, size
dan CAR memiliki
pengaruh negatif
terhadap non
performing loan
32
K. Kerangka Pemikiran
Atas dasar tinjauan pustaka sebagaimana yang telah dijelaskan di atas,
maka faktor-faktor yang mempengaruhi non performing loan (NPL) dapat
digambarkan dengan model sebagai berikut :
1. Pengaruh Loan to Asset Ratio (LAR) terhadap Non Performing Loann (NPL)
Hasil penelitian Fauzan (2019) yang menuji pengaruh LAR terhadap
NPL menyatakan bahwa LAR berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
NPL. Hasil penelitian Amanatul Firdausa (2018) yang menguji pengaruh LAR
terhadap NPL menunjukkan bahwa berpengaruh negatif signifikan terhadap
NPL. Hasil penelitian Emy Martina dan Dewi Prastiwi (2014) yang menguji
pengaruh LAR terhadap NPL ditemukan hasil bahwa LAR berpengaruh
negatif signifikan terhadap NPL. Dari hasil beberapa penelitian tersebut
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara variabel LAR
terhadap NPL. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Loan to Asset
Ratio (LAR) mengindikasikan bahwa bank mampu memenuhi permintaan
kredit dan menandakan bahwa tingkat likuiditas bank rendan sehingga bank
akan mengalami keuntungan.
Loan to Asset Ratio (LAR) merupakan kemempuan bank untuk
memenuhi permintaan kreditnya dengan menggunakan total aset yang
dimiliki oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditasnya rendah
karena jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin
besar. Dengan demikian, permintaan kredit terpenuhi sehingga dapat
menurunkan rasio Non Performing Loan (NPL), oleh sebeb itu pada
33
perbankan Loan to Asset Ratio (LAR) memiliki pengaruh yang negatif
terhadap Non Performing Loan (NPL).
2. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Non Performing Loan (NPL)
Hasil penelitian Ahmad Rizal dan Taswan (2020) yang menguji
pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Non Performing Loan (NPL)
yang menunjukkan bahwa DPK berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
NPL. Hasil penelitian Jerimieus Sinaga (2019) yang telah menguji pengaruh
DPK terhadap NPL ditemukan bahwa DPK berpengaruh positif terhadap
NPL. Mayura Firlandari (2013) juga melakukan pengujian mengenai
pengaruh DPK terhadap NPL yang menemukan bahwa DPK tidak
berpengaruh signifikan terhadap NPL. Berdasarkan hasil dari beberapa
peneltian terdahulu dapat dinyatakan bahwa hubungan DPK terhadap NPL
memiliki pengaruh yang positif dikarenakan semakin besar dana yang
dikumpulkan dari masyarakat maka semakin besar penyaluran dana
pinjaman bank kepada masyarakat dan semakin meningkatnya keuntungan
yang diperoleh.
Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber dana dana dari
masyarakata dalam bentuk simpanan giro, deposito dan tabungan. Semakin
tinggi DPK mengindikasikan bahwa bank memiliki aset yang cukup besar
dalam hal ini tingkat likuiditas pada bank rendah untuk melakukan kegiatan
operasionalnya. Salah satunya adalah permintaan kredit yang bisa terpenuhi
dan secara otomatis akan meningkatakan pendapatan bank. Sehingga Dana
Pihak Ketiga berpengaruh positif terhadap Non Performing Loan (NPL).
34
3. Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif (KAP) terhada Non Performing Loan
(NPL)
Hasil Penelitian Slamet Riyadi, Muhammad Iqbal dan Novia Lauren
(2015) yang menguji pengaruh KAP terhadap NPL ditemukan bahwa KAP
berpengaruh positif signifikan terhadap NPL. Hasil penelitian Emy Martina
dan Dewi Prastiwi (2014) yang menguji pengaruh KAP terhadap NPL secara
parsial menunjukkan bahwa KAP berpengaruh positif signifikan terhadap
NPL. Kurnia Dwijayanti (2013) juga melakukan pengujian pengaruh KAP
terhadap NPL dengan hasil yang menunjukkan bahwa KAP berpengaruh
positif dan signifikan terhadap NPL. Dari hasil penelitian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa KAP memiliki pengaruh positif signifikan terhadap NPL.
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berfungsi untuk memperoleh
pendapatan utama bank salah satunya dalam bentuk kredit dengan kritreria
lancar, dalam perhatian khusus, diragukan dan macet. Semakin kecil rasio
ini mengindikasikan bahwa aktiva produktif suatu bank lebih besar daripada
aktiva produktif yang diklasifikasikan. Sehingga Kualitas Aktiva Produktif
(KAP) berpengaruh positif signifikan terhadap Non Performing Loan (NPL).
4. Pengaruh Suku Bunga Kredit (SBK) terhadap Non Performing Loan (NPL)
Hasil penelitian Kade Purnama Dewi dan I Wayan Ramantha (2015)
yang menguji pengaruh SBK terhadap NPL menujukkan hasil bahwa SBK
berpengaruh positif terhadap NPL. Hasil penelitian Romo Putra Mada (2015)
yang menguji pengaruh SBK terhadap NPL ditemukan hasil bahwa SBK
berpengaruh positif terhadap NPL. Emy Martina dan Dewi Prastiwi (2014)
35
juga melalukan pengujian pengarh SBK terhadap NPL dan ditemukan hasil
bahwa SBK tidak berpengaruh terhadap NPL. Berdasarkan beberapa hasil
peneltian tersebut maka dapat dinyakatak bahwa Suku Bunga Kredit (SBK)
memiliki pengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL).
Suku Bunga Kredit (SBK) merupakan salah satu faktor dalam
penyaluran kredit bank, tingkat suku bunga bank berfungsi menarik minat
masyarakat untuk melakukan kredit pada bank, juga sebagai patokan
masyarakat dalam memperoleh bunga deposito. Bila tingkat suku bunga
kredit bank meningkat, maka permintaan kredit akan menurun dan jika tingkat
suku bunga kredit bank menurun, maka permintaan kredit akan meningkat.
Sehingga Suku Bunga Kredit (SBK) perpengaruh pada Non Performing Loan
(NPL).
Rasio NPL merupakan salah satu faktor untuk menilai apakah suatu bank
dapat dikatakan sehat atau tidak. Semakin tinggi tingkat NPL maka semakin
buruk kualitas kredit bank tersebut, dikarenakan banyak debitur yang tidak
mampu melunasi hutangnya. Meningkatnya kredit bermasalah bagi perbankan
secara tidak langsung akan menghambat terbentuknya pendapatan bunga dan
mengganggu kegiatan operasional bank.
36
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
L. Hipotesis
Adapun hipotesis menurut penulis pada penelitian ini yaitu :
H1 : Diduga Loan to Asset Ratio (LAR) berpengaruh terhadap Non Performing Loan
(NPL).
H2 : Diduga Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh terhadap Non Performing Loan
(NPL).
H3 : Diduga Kualitas Aktiva Produktif (KAP) berpengaruh terhadap Non Performing
Loan (NPL).
H4 : Diduga Suku Bunga Kredit (SBK) berpengaruh terhadap Non Performing Loan
(NPL).
Loan to Asset Ratio
(LAR)
(X1)
Dana Pihak Ketiga
(DPK)
(X2)
Non Performing
Loan (NPL)
(Y)
Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
(X3)
Suku Bunga Kredit (SBK) (X4)
37
BAB III
METODE PENLITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
explanatory research. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017). Explanatory research
dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap
populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh suatu
variabel dengan variabel lain (Bungin, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Galeri Bursa Efek Indonesia Universitas
Muammadiyah Makassar dengan memanfaatkan website resmi www.idx.co.id
dan website resmi masing-masing bank. Waktu penelitian diperkirakan memakan
waktu selama 3 (tiga) bulan yakni Agustus – Oktober 2020.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
1. Variabel Independen
a. Loan to Asset Ratio (LAR)
38
LAR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi permintaan kredit menggunakan total aset yang dimiliki oleh
bank. Berikut rumus untuk menghitung LAR :
𝐿AR =Jumlah kredit yang diberikan
Aset Total
b. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana pihak ketiga merupakan dana yang dihimpun dari
masyarakat. Pengukuran dana pihak ketiga dalam penelitian ini dapat
dilihat dari jumlah yang dihimpun bank dari masyarakat dengan rumus
sebagai berikut :
DPK = (Dana pihak ketiga
Total kewajiban) × 100%
c. Kualitas Aktiva Kredit (KAP)
Penilaian kualitas aktiva produktif dimaksudkan untuk menilai
kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari
pembiayaan kredit yang muncul dengan rumus sebagai berikut :
KAP = (Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan
Total Aktiva Produktif) × 100%
d. Suku Bunga Kredit
Pengukuran suku bunga kredit dalam penelitian ini yaitu dilihat dari
tingkat suku bunga yang telah ditentukan oleh bank.
39
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah non performing loan
(NPL) sebagai rasio yang digunakan untuk menilai kinerja perkreditan pada
bank dengan rumus sebagai beriku :
NPL = Kredit Macet
Total Kredit
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah bank-bank milik BUMN yaitu PT.
Bank BRI (Persero) Tbk., PT. Bank BNI (Persero) Tbk., PT. Bank BTN
(Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
2. Sampel
Jumlah sampel yang digunakan yaitu empat perusahaan. Penentuan
sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Purposive sampling merupakan suatu cara penentuan sampel dengan
mempertimbangkan atau berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2017).
Kriteria-kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Bank milik BUMN di Indonesia yaitu PT. Bank BRI (Persero) Tbk., PT.
Bank BNI (Persero) Tbk., PT. Bank BTN (Persero) Tbk dan PT. Bank
Mandiri (Persero) Tbk.
b. Bank milik BUMN yang mempublikasikan laporan rasio keuangan secara
lengkap yang disajikan secara berkelanjutan berturut-turut yakni tahun
2010 sampai dengan tahun 2019.
40
c. Bank milik BUMN yang memilki data lengkat berkaitan dengan variabel-
variabel yang diteliti dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi. Teknik ini digunakan dengan jalan mengumpulkan data
penelitian melalui dokumen berupa laporan tahunan perusahaan.
F. Teknik Analisis
1. Uji Asumsi Klasik
Ada empat penguji dalam uji asumsi klasik yaitu sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,
variabel terkait dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi data
atau norma mendekati normal. Metode yang dapat dipakai antara lain
analisis grafik dan analisis statistik.
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis
garfik normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya :
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan meningkatkan garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal
regresi memenuhi asumsi normalitas.
41
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atas tidak mengikuti
arah garis diagonal atau garfik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
b. Uji Multikolineartis
Masalah-masalah yang mungkin akan timbul pada penggunaan
persamaan regresi berganda adalah multikolineartis, yaitu korelasi yang
terjadi antara lebih dari dua variabel bebas atau satu variabel berkorelasi
dengan variabel bebas lainnya. Adanya multikolineartis dapat diliat dari
tolerance value atau nilai variance inflation factor (VIF), jika nilai VIF tidak
lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolineartis.
c. Uji Heterokskedostisitas
Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dan residual suatu pengamatan yang lain. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokskedostisitas. Metode
yang dapat digunakan utuk mendeteksi gejala heterokskedostisitas
antara lain metode grafik, glesjer, park, white dan rank sperman.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mendeteksi
gejala heterokskedostisitas dengan melihat grafik plot antara nilai variabel
terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heterokskedostisitasdapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID dimana
42
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi-Y sesungguhnya) yang terletak di studentized.
1) Jika ada titik-titik yang membentuk pola tertentu maka
mengidentifikasikan telah terjadi heterokskedostisitas
2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokskedostisitas.
d. Uji Autokolerasi
Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah
autokolerasi, jika terjadi autokolerasi maka persamaan tersebut menjadi
tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokolerasi baru
timbul jika ada kolerasi secara linear antara kesalahan pengganggu
periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1
(sebelumnya). Dengan demikian data dikatakan bahwa uji asumsi klasik
autokolerasi dilakukan untuk data time series atau data yang mempunyai
waktu (Sunyoto, 2013)
Adapun uji yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyimpangan asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat)
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jika nilai DW dibawah -2 (DW<-2) maka terjadi autokolerasi positif
2) Jika nilai DW berada diantara -2 dan 2 (-2<DW<2) maka tidak terjadi
autokolerasi.
3) Jika nilai DW diatas 2 (DW>2) maka terjadi autokolerasi negative.
43
2. Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh hubungan antara variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan
analisis regresi linier berganda dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + bX1 + bX2 + bX3 +Bx4+ e
Keterangan : Y = Rasio NPL
a = Konstanta persamaan regresi
b = Koefisien regresi
X1 = Loan to Asset Ratio (LDR)
X2 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X3 = Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
X4 = Suku Bunga Kredit (SBK)
e = Standar error
3. Koefisien Determinan (Uji R2)
Koefisien determinan ini menunjukkan seberapa besar pengaruh
variable independent terhadap variable dependen dengan nilai koefisien
determinan berkisar antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Semakin besar nilai R2 mendekati 1,
maka semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Semakin mendekati 0,
maka variable dependen (LAR, DPK, KAP dan Suku Bunga) secara
keseluruhan tidak dapat menjelaskan variable dependen (NPL).
44
4. Pengujian Hipotesis
a. Pengujian Parsial (Uji t)
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak
signifikan masing-masing nilai koefisien regresi (b1 dan b2) secara sendiri-
sendiri terhadap variabel terikat (Y) (Sunyoto, 2013). Adapun kriteria uji
parsial (uji t) yaitu sebagai berikut :
1) Jika thitung > ttabel atau nilai sig. < 0,05 maka dapat diartikan bahwa
variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel
dependen secara signifikan, maka hipotesis diterima.
2) Jika thitung < ttabel atau nilai sig. > 0,05 maka dapat diartikan bahwa
variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen secara signifikan, maka hipotesis ditolak.
b. Pengujian Simultan (Uji F)
Pengujian ini melibatkan variabel independen (LAR, DPK, KAP dan
Suku Bunga) terhadap variabel dependen (NPL) dalam menguji ada
tidaknya pengarh yang signifikan secara simultan atau bersama-sama.
Pengujian secara simultan menggunakan distribusi F yaitu membandingkan
antara Fhitung (F rasio) dengan F table. Taraf keyakinan α = 5% nilai. F tabel
dicari dengan menggunakan besar degree of freedom (df) pembilang
(numerator) dan df penyebut (denominator). Langkah pengujian secara
simultan yaitu (Sunyoto, 2013) :
45
1) Jika Fhitung > Ftabel atau nilai sig. < 0,05 maka dapat diartikan bahwa
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen secara signifikan, maka hipotesis diterima.
2) Jika Fhitung < Ftabel atau nilai sig. > 0,05 maka dapat diartikan bahwa
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen secara signifikan, maka hipotesis ditolak.
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bank BUMN
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan yang dibentuk oleh
pemerintah atas dasar hukum yang sangat berperan terhadap perekonomian
Indonesia. Salah satu bentuk-bentuk usaha milik BUMN di bidang perbankan, ada
empat bank milik BUMN diantaranya yaitu sebagai berikut :
1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (selanjutnya disebut BNI
atau Bank) pada awalnya didirikan di Indonesia berdasarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 1946 tanggal 05 Juli
1946. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 1968, BNI
ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946 dan statusnya menjadi Bank
Umum Milik Negara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1992 Tanggal 29
April 1992, telah dilakukan penyesuaian bentuk hukum BNI menjadi
Perusahaan Perseroan Terbatas (Persero). untuk memperkuat struktur
keuangan dan daya saingnya di tengah industry perbankan nasional, BNI
melakukan sejumlah aksi korporasi antara lain proses rekapitulasi oleh
Pemerintah di tahun 2007 dan penawaran umu saham terbatas di tahun 2010.
Perubahan terakhir Anggaran Dasar BNI dilakukan antara lain tentang
penyusunan kembali seluruh Anggaran Dasar sesuai dengan Akta No. 35
47
tanggal 17 Maret 2015 Notaris Fathiah Helmi, SH telah mendapat persetujuan
darin Menteri Hukun dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat
keputusan No. AHU-AH.01.03-0776526 tanggal 14 April 2015.
a. Visi dan Misi
1) Visi
Menjadi Lembaga Keuangan yang unggul dalam layanan dan kinerja
secara berkelanjutan
2) Misi
a) Memberikan layanan prima dan solusi digital kepada seluruh
nasabah selaku mitra bisnis pilihan utama.
b) Memperkuat layanan internasional untuk mendukung kebutuhan
mitra bisnis global .
c) Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
d) Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai tempat
kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.
e) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kepada lingkungan
dan masyarakat.
f) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelolah
perusahaan yang baik bagi industry.
48
b. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.
Sumber :www.bni.co.id (diakses pada tanggal 25 September 2020)
c. Uraian Tugas (Job Description)
1) Dewan Komisaris
a) Melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan perseroan oleh Direksi dan memberikan nasehat
kepada Direksi untuk kepentingan perseroan dan sesuai denga
maksud dan tujuan perseroan.
b) Melakukan tugas yang secara khusus diberikan kepadanya
menurut Anggaran Dasar, Peraturan Perundang-Undangan dan
atau berdasarkan keputusan RUPS.
c) Melakukan tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan
ketentuan Anggaran Dasar Perseroan dan keputusan RUPS.
49
d) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris bertindak untuk
kepentingan Perseroan dan bertanggung jawab kepada RUPS
tersebut.
e) Meneliti dan menalaah laporan tahunan yang dipersiapkan oleh
Direksi serta menandatangani laporan tahunan tersebut.
2) Direktur Bisnis Koperasi
Tugas dan bertanggung jawab kepada :
a) Bisnis Koperasi.
b) Cabang Korporasi.
c) Tresuri.
d) Perbankan Internasional.
e) Bisnis Komersial.
3) Direktur Hubungan Kelembagaan
Bertugas memimpin dan memastikan tercapainya sasaran
perusahaan berdasarkan maksud dan tujuan, visi dan misi serta
rencana jangka panjang perusahaan dan bertanggung jawab atas
jalannya perusahaan dalam menjalin kelembagaan dan BUMN bisnis
di pasaran dunia.
4) Direktur Bisnis UMKM dan Jaringan
a) Memutus permohonan kredit dan bank garansi sesuai dengan
batas kewenangannya.
b) Menyetujui suku bunga tabungan diluar limit sesuai dengan
kewenangannya.
50
c) Menyetujui rencana pemasaran dana atau jasa dan kredit
menengah dan korporasi.
5) Komite Direksi
a) Tercapainya sasaran perusahaan berdasarkan maksud dan tujuan,
visi dan misi serta rencana jangka panjang perusahaan dan
bertanggung jawab atas jalannya perusahaan.
b) Terlaksananya pengelolaan dan pengendalian fungsi sekretaris
perusahaan, fungsi pengawasan intern dan fungsi manajemen
resiko.
2. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah
yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI)
didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja pada
tanggal 16 Desember 1895. Pada periode setelah kemerdekaan RI,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 1946 Pasa 1 disebutkan
bahwa BRI adalah sebagai bank pemerintah pertama di Republik Indonesia
dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948,
kegiatan BRI sempat berhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif
kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama
menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat.
Sejak 01 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No.
7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di
51
tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah
Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham ini sehingga menjadi
perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk yang masih digunakan sampai saat ini.
a. Visi dan Misi
1) Visi
Menjadi The Most Valuable Bank di Asia Tenggara dan Home to The
Best Talent.
2) Misi
a) Memberikan yang terbaik. Melakukan kegiatan perbankan yang
terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada segmen mikro,
kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi
masyarakat.
b) Menyediakan pelayanan prima dengan focus kepada nasabah
melalui sumber daya manusia yang professional dan memiliki
budaya berbasis kinerja (performance-driven culture), teknologi
informasi yang handal dan future ready dan jaringan kerja
konvensional maupun digital yang produktif dengan menerapkan
prinsip operational dan risk management excellence.
c) Bekerja dengan optimal dan baik. Memberikan keuntungan dan
manfaat yang optimal kepada pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) dengan memperhatikan prinsip keuangan
52
berkelanjutan dan praktik good corporate governance yang sangat
baik.
b. Struktur Organisasi
Gambar 4.2 Gambar Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Sumber : www.bri.co.id (diakses pada tanggal 30 September 2020)
c. Uraian Tugas (Job Description)
1) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS merupakan organ kewenangan tertinggi dalam
perseroan. RUPS juga merupakan wadah bagi pemegang saham
untuk memutuskan hal-hal strategis antara lain : mengangkat dan
53
menghentikan anggota dewan komisaris, direksi dan DPS, menyetujui
perubahan anggaran dasar serta menyetujui perubahan anggaran
dasar serta menyetujui laporan tahunan perseroan.
2) Direksi Utama
a) Melaksanakan pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.
b) Melakukan segala tindakan dan perbuatan mengenal pengurusan
maupun pemilikan kekayaan perseroan.
c) Beritikad baik dan penuh tanggungjawab dalam menjalankan tugas
untuk kepentingan usaha perseroan dengan mengindahkan
ketentuan anggaran dasar, keputusan rapat umum pemegang
saham dan peraturan perundangan yang berlaku.
d) Bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan
apabila bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya untuk
kepentingan dan usaha perseroan kecuali dapat membuktikan
antara lain telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan
kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan.
e) Mewakili perseroan di dalam dan di luar pengadilan serta
melakukan segala tindakan dan perbuatan baik mengenai
pengurusan maupun mengenai pemilikan serta mengikat
perseroan dengan pihak lain dan atau pihak lain dengan perseroan.
54
f) Mengkoordinasikan kebijakan dengan strategi unit kerja di bawah
supervise Direksi Utama sebagaimana tertuang dalam keputusan
direksi terkait pembandingan tugas dan wewenang anggota direksi.
g) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan direktur
pembinaan wilayah.
3) Wakil Direktur Utama
a) Kebijakan dan Strategi
(1) Mengarahkan, mengevaluasi serta mensosialisasikan
kebijakan dan strategi seluruh bidang yang menjadi
supervisinya.
(2) Mengarahkan dan mengevaluasi penyusunan business plan
dan action plan jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang agar sejalan dengan kebijakan perseroan.
b) Kegiatan Operasionalnya
(1) Mengarahkan, mengevaluasi dan mengkoordinasikan
pelaksanaan pengurusan perseroan sebagaimana diatur dalam
anggaran dasar, keputusan RUPS perseroan dan peraturan
perundangan.
(2) Mengarahkan, mengevaluasi dan mengkoordinasikan unit kerja
yang berada di bawah koordinasi Wakil Direktur Utama,
berkoordinasi dengan Direktur Utama serta Direktur lainnya.
(3) Bersama Direktur Utama mengarahkan proses-proses
perubahan yang diperlukan untuk memenuhi tantangan
55
persaingan pasar produk dan jasa perseroan dengan
memperhatikan aspek risiko.
(4) Bersama Direktur Utama mengkoordinasikan pelaksanaan
kegiatan Direktur Pembina Wilayah dalam mengarahkan dan
membina Regional CEO untuk mencapai target pangsa pasar
(market share) dan meningkatkan volume bisnis (dan kredit)
perseroan di seluruh region/regional.
(5) Menjaga citra perseroan dan turut membina hubungan baik
dengan regulator dan stakeholder.
c) Sumber Daya Manusia
(1) Membantu Direktur Utama mengarahkan kebijakan Sumber
Daya Manusia (SDM) Bank Rakyat Indonesia.
(2) Bersama Direktur Utama menetapkan pembidangan tugas
antara Direksi dan menetapkan struktur organisasi dengan
tetap mempertimbangkan Anggaran Dasar Perseroan.
4) Direksi
a) Mempertanggung jawabkan secara penuh pelaksanaan
pengelolaan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian.
b) Mengelola bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab
sebagaiman diatur dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c) Melaksanakan GCG dalam setiap usaha bank dalam seluruh
tingkatan dan jenjangan organisasi.
56
d) Menindaklanjuti temuan audit dan rekomendasi dari hasil
pengawasan Bank Indonesia, audit internal, DPS dan audit internal.
e) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada
pemegang saham melalui RUPS dan lain-lain. Untuk membahas
permasalahan operasional, kegiatan bisnis dan kegiatan usaha
perseroan, direksi melakukan rapat mingguan dan rapat komite.
Setiap bulan, direksi juga melaporkan kinerja perusahaan kepada
dewan komisaris.
3. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Ban BTN adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang berbentuk
perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuangan perbankan. Cikal
bakal Bank BTN dimulai dengan didirikannya Postparbank di Batavia pada
tahun 1897, pada masa pemerintah Belanda. Pada tanggal 01 April 1942
Postparbank diambil alih pemerintah Jepang dan diganti Namanya menjadi
Tyokin Kyoku. Setelah kemerdekaan diproklamasikan, maka Tyokin Kyoku
diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan Namanya diubah menjadi Kantor
Tabungan Pos RI.
Tanggal 09 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal Bank
BTN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4
tahun 1963 Lembaran Negara Repubik Indonesia No. 62 tahun 1963 tanggal
22 Juni 1963, maka resmi sudah nama Bank Tabungan Pos diganti Namanya
menjadi Bank Tabungan Negara. Dalam periode ini posisi Bank BTN telah
berkembang dari sebuah unit menjadi induk yang berdiri sendiri.
57
a. Visi dan Misi
1) Visi
Terdepan dan terpercaya dalam memfasilitasi sektor perumahan dan
jasa layanan keuangan keluarga.
2) Misi
a) Berperan aktif dalam mendukung sektor perumahan, baik dari sisi
sektor perumahan, baik dari sisi penawaran maupun dari sisi
permintaan yang terintegrasi dalam sektor perumahan di Indonesia
b) Memberikan layanan unggul dalam pembiayaan kepada sektor
perumahaan dan kebutuhan keungan keluarga.
c) Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi
pengembangan produk, jasa dan jaringan strategis berbasis digital.
d) Menyiapkan dan mengembangkan human capital yang berkualitas,
profesional dan memiliki integritas tinggi.
e) Meningktakan shareholder value dengan focus kepada
peningkatan pertumbuhan profitabilitas sesuai dengan prinsip
kehati-hatian dan good corporate governance
f) Memedulikan kepentingan masyarakat social dan lingkungan
secara berkelanjutan.
58
b. Struktur Organisasi
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk
Sumber : www.btn.co.id (diakses pada tanggal 01 Oktober 2020)
c. Uraian Tugas (Job Description)
1) Direksi Utama
Melaksanakan supervise terhadap Internal Audit (IAD), Corporate
Secretary (CSD) dan Marketing Communication (MCD).
2) Direktur Operation, IT and Digital Banking
Melaksanakan supervisi terhadap Digital Channel (DCD), Credit
Opreration (COD), Operation and Business Support (OBSD), IT
Strategic Planning and Development (ITPD) dan IT Opetion (ITOD).
3) Direktur Finance, Planning and Treasury
59
Melakukan supervisi terhadap Treasury Division (TRSD), Institutional
Banking (IBD), Corporate Strategy and Planning (CSPD), Finance and
Accounting (FAD), Procurement and Fixed Asset Management (PFAD)
dan Investor Relations and Research (IRRD).
4) Direktur Human Capital, Legal and Complience
Melaksanakan supervise terhadap Human Capital Strategy (TRSD),
Human Capital Management (HCMD), Learning Center (LCD), Legal
(LGD) dan Compliance and Governance (CMGD).
5) Direktur Remedial and Wholesale Risk
Melaksanakan supervise terhadap Commercial Credit Risk (CRD),
Riteil Risk (RRD), Commercail Asset Management 1 (CAMD1),
Commercail Asset Management 2 (CAMD2), dan Consumer
Collection, Recovery and Asset Sales (CRSD).
6) Direktur Consumer and Commercial Landing
Melaksanakan supervise terhadap Corporete Syndication and
Transaction Banking (CSTD), Commercial Banking (CMBD), SME
Banking (SMBD), Non Subsidized Mortgage and Personal Landing
(NSLD), Subsidized Mortgage Landing (SMD) dan Sharia Business
(SHAD).
7) Direktur Distribution and Retail Funding
Melaksanakan supervisi terhadap Corporate and Commercial Funding
(CMFD), Wealth Management (WMD), Retail Funding and Service
60
(RFSD), Service Quality and Distribution (SQND) dan Regional Officer
(RO).
8) Direktur Enterprise Risk Management, Big Date and Analytics
Melaksanakan supervisi terhadap Enterprise Risk Management
(ERMD), Transformation and Partnership Management (TPMD),
Policy, Procedure and Business Process Reengineering (PPDB) dan
Data Management and Analytics (DMD).
4. PT. Bank Mandiri (Pesero) Tbk
Bank Mandiri didirikan pada 02 Oktober 1998 sebagai bagian dari
pogram restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Daya,
Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan
Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut
memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian
Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama
lebih dari 140 tahun memberikan kontibusi dalam dunia perbankan dan
perekonomian Indonesia.
Setelah melalui proses konsolidasi dan integrasi menyeluruh disegala
bidang, Bank Mandiri berhail membangun organisasi bank yang solid dan
mengimplementasikan core banking system baru yang terintegrasi
menggantikan core banking system dari keempat bank legacy sebelumya
yang saling terpisah. Sejak didirikan, kinerja Bank Mandiri senantiasa
mengalami perbaikan terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp 1,18
61
triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp 5,3 triliun di tahun 2004. Bank
Mandiri melakukan penawaran saham perdana pada 14 Juli 2003 sebesar
20% atau ekuivalen dengan 4 miliyar lembar saham.
a. Visi dan Misi
1) Visi
Menjadi partner finansial pilihan utama anda
2) Misi
Menyediakan solusi perbankan digital yang handal dan simple yang
menjadi bagian hidup nasabah
b. Struktur Organisasi
Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
Sumber : www.bankmandiri.co.id (diakses pada tanggal 01 Oktober 2020
62
c. Uraian Tugas (Job Description)
1) Direksi
a) Menjalankan dan bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan
untuk kepentingan serta sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan bertindak
selaku pimpinan dalam pengurusan tersebut
b) Memelihara dan mengurus kekayaan Perseroan, yag seluruhnya
telah dilaksanakan dengan baik selama tahun berjalan.
2) Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama
a) Melaksanakan pengurusan perseroan sesuai bidang tugas yang
ditetapkan dalam RUPS atau Rapat Direksi.
b) Mengarahkan dan menetapkan strategi dan kebijakan bidang tugas
yang menjadi tanggung jawabnya dengan memperhatikan visi,
strategi dan kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.
c) Menyusun dan menetapkan rencana kerja, rencana
pengembangan bisnis dan sumber daya manusia di bidang tugas
yang menjadi tanggung jawabnya untuk kepentingan Perseroan
dalam mencapai maksud dan tujuan perseroan.
d) Mengawasi kelancaran kegiatan perseroan sesuai dengan strategi
dan kebijakan yang telah ditetapkan.
3) Direktur Operations
a) Melaksanakan pengurusan perseroan sesuai bidang tugas yang
ditetapkan dalam RUPS atau Rapat Direksi.
63
b) Mengarahkan dan menetapkan strategi dan kebijakan bidang tugas
yang menjadi tanggung jawabnya dengan memperhatikan visi,
strategi dan kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.
c) Menyusun dan menetapkan rencana kerja, rencana
pengembangan bisnis dan sumber daya manusia di bidang tugas
yang menjadi tanggung jawabnya untuk kepentingan Perseroan
dalam mencapai maksud dan tujuan perseroan.
d) Mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan strategi
operations Perseroan, konsolidasi komunikasi dan program-
program untuk peningkatan kualitas layanan kepada nasabah.
4) Direktur Finance and Treasury
a) Mengarahkan, mengevaluasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan
pengurusan Perseroan di bidang Finance and Treasury
sebagaimana diatur dalam anggaran dasar, keputusan RUPS
Perseroan dan Peraturan Perundangan.
b) Mengarahkan, mengevaluasi dan mengkoordinasikan unit kerja
dan perusahaan anak yang berada di bidang finance and treasury,
serta berkoordinasi denga Direktur lainnya.
c) Memimpin, mengarahkan dan berkoordinasi pengembbangan
serta penawaran produk-produk finance and treasury yang terbaik
dan bias memastikan bahwa pengembangan serta penawaran
tersebut merupakan produk yang berkualitas dan berdaya saing
tinggi.
64
5) Direktur Wholesale Banking
a) Melaksanakan pengurusan perseroan sesuai bidang tugas yang
ditetapkan dalam RUPS atau Rapat Direksi.
b) Mengarahkan dan menetapkan strategi dan kebijakan bidang tugas
yang menjadi tanggung jwabanya dengan memperhatikan visi,
strategi dan kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.
c) Menyusun dan menetapkan rencana kerja, rencana
pengembangan bisnis dan sumber daya manusia di bidang tugas
yang menjadi tanggung jawabnya untuk kepentingan Perseroan
dalam mencapai maksud dan tujuan perseroan.
d) Melakukan pembinaan hubungan nasabah melalui kunjungan (on
the spot) dan pemantauan proyek nasabah secara berkala.
6) Direktur Distributions
a) Melaksanakan pengurusan perseroan sesuai bidang tugas yang
ditetapkan dalam RUPS atau Rapat Direksi.
b) Mengarahkan dan menetapkan strategi dan kebijakan bidang tugas
yang menjadi tanggung jwabanya dengan memperhatikan visi,
strategi dan kebijakan Perseroan yang telah ditetapkan.
c) Menyusun dan menetapkan rencana kerja, rencana
pengembangan bisnis dan sumber daya manusia di bidang tugas
yang menjadi tanggung jawabnya untuk kepentingan Perseroan
dalam mencapai maksud dan tujuan perseroan.
65
d) Mengarahkan dan membina regional untuk mencapai target
pangsa pasar (market share) dan meningkatkan target volume
bisnis di regional.
B. Penyajian Data
Objek dalam penelitian ini adalah bank BUMN yaitu PT. Bank BRI
(Persero) Tbk., PT. Bank BNI (Persero) Tbk., PT. Bank BTN (Persero) Tbk dan
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Berdasarkan laporan tahunan masing-masing
bank 10 tahun terakhir dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019 dapat
dilihat dari tabbel berikut :
Tabel 4.1 Nilai NPL, LAR, DPK, KAP dan Suku Bunga Kredit Pada
Bank BUMN
No Bank Tahun LAR (%) DPK (dalam
miliar)
KAP (dalam
%) SBK (%)
NPL (dalam
%)
1
BRI
2010 62.45
333,652
2.24
11.75 2.78
2011 62.68
384,264
1.85
11.75 2.30
2012 65.66
450,166
1.46
11.75 1.78
2013 71.61
504,281
1.28
11.75 1.55
2014 63.68
622,322
1.26
11.75 1.69
2015 62.31
668,995
1.57 11.50 2.02
2016 61.83
754,526
1.61 9.75 2.03
2017 60.67
842,656
1.59 9.75 2.10
2018 60.11
923,300
1.62 11.50 2.16
66
2019 59.22
996,400
1.98 11.25 2.62
2
BNI
2010 54.85
194,375
3.00
12.35 4.30
2011 54.68
231,296
2.70
12.35 3.60
2012 60.23
257,661 2.10
12.35 2.80
2013 64.82
291,890 1.50
12.35 2.20
2014 66.64
300,625 1.40
12.35 2.00
2015 61.75
353,937 1.90 12.00 2.70
2016 62.45
415,453 2.00
9.95 3.00
2017 60.17
492,748 1.50 9.95 2.30
2018 61.58
552,172 1.30 9.95 1.90
2019 63.84
582,541 1.60 9.95 2.30
3
BTN
2010 71.22
47,540 2.8
10.75 3.26
2011 66.58
61,970 2.34
10.75 2.75
2012 67.48
80,668 3.68
10.75 4.09
2013 70.43
96,208 3.60
10.75 4.05
2014 73.5
106,470 3.57
12.25 4.01
2015 79.69
127,708 3.2
12.25 3.42
2016 75.8
159,990 2.64
11.75 2.84
2017 75.23
192,473 2.48 13.50 2.66
2018 76.69
230,133 2.65 11.50 2.81
2019 80.08
225,400 4.42 11.25 4.78
67
4
MANDIRI
2010 54.74
362,212 1.37
12.25 2.40
2011 56.96
422,250 1.59
12.25 2.18
2012 61.17
559,863 1.45
12.25 1.74
2013 64.44
644,309 1.43
12.25 1.60
2014 61.98
750,195 1.42
12.50 1.66
2015 65.43
790,571 1.96 12.25 2.29
2016 59.37
762,501 3.07 9.95 3.96
2017 60.31
815,807 2.73
11.73 3.45
2018 63.86
840,918 2.42 9.95 2.79
2019 64.92
891,240 2.15 9.90 2.39
Sumber data : Annual Report masing-masing Bank (data diolah)
Berdasarkan uraian tabel 4.1 di atas, maka dapat dilihat bahwa semakin
tinggi nilai LAR maka semakin rendah pula niali NPL. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa tingginya rasio LAR diikuti rendahnya rasio NPL
dikarenakan suatu perusahaan atau bank harus memiliki aset yang besar untuk
membiayai penyaluran kredit. Penyaluran kredit yang besar dapat mengurangi
resiko kredit macet, namun aset yang dimiliki bank akan menurun sehingga bank
harus memperbanyak modal dan cadangan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
Sedangkan nilai KAP semakin rendah diikuti nilai NPL yang juga menurun.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin rendah nilai KAP
maka semakin rendah pula nilai NPL. Semakin besar nilai KAP maka kualitas
68
aktiva rendah atau sebaliknya semakin rendah nilai KAP maka kualitas aktiva
produktif tinggi. Hal ini dikarenakan aktiva produktif lebih besar dibandingkan
aktiva produktif yang diklasifikasikan.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
Tabel 4.2 Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LAR 40 54.68 80.08 64.7778 6.47874
DPK 40 47540.00 996400.00 458042.1500 276965.79442
KAP 40 1.26 4.42 2.1608 .79167
SBK 40 9.75 13.50 11.4208 .99295
NPL 40 1.55 4.78 2.6815 .82806
Valid N
(listwise) 40
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan uraian tabel 4.2 di atas, jumlah data yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak 40 sampel. Data diambil dari laporan keuangan
empat bank milik BUMN yaitu yaitu PT. Bank BRI (Persero) Tbk., PT. Bank
BNI (Persero) Tbk., PT. Bank BTN (Persero) Tbk dan PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk. Oleh karena itu dapat dijelaskan bahwa :
a. Nilai minimum LAR sebesar 54,68% pada Bank BNI tahun 2011
sedangkan nilai maksimum sebesar 80,08% pada Bank BTN tahun 2019.
Nilai rata-rata dari LAR sebesar 64,7778% sedangkan nilai standar
deviasinya sebesar 6,47874%. Maka dapat dikatakan bahwa data LAR
baik karena nilai deviasinya lebih kecil daripada nialai rata-ratanya.
69
b. Nilai minimum DPK sebesar 475,40 M pada Bank BTN tahun 2010
sedangkan nilai maksimum sebesar 996,400 M pada Bank BRI tahun
2019. Nilai rata-rata dari DPK sebesar 458,042 M sedangkan nilai standar
deviasinya sebesar 276,965 M. Maka dapat dikatakan bahwa data DPK
baik karena nilai deviasinya lebih kecil daripada nialai rata-ratanya.
c. Nilai minimum KAP sebesar 1,26% pada Bank BRI tahun 2014 sedangkan
nilai maksimum sebesar 4,42% pada Bank BTN tahun 2019. Nilai rata-
rata dari KAP sebesar 2,16% sedangkan nilai standar deviasinya sebesar
0,79167% . Maka dapat dikatakan bahwa data KAP baik karena nilai
deviasinya lebih kecil daripada nialai rata-ratanya.
d. Nilai minimum SBK sebesar 9,75% pada Bank BRI tahun 2016 sedangkan
nilai maksimum sebesar 13,50% pada Bank BTN tahun 2017. Nilai rata-
rata dari SBK sebesar 11,42% sedangkan nilai standar deviasinya
sebesar 0,99295% . Maka dapat dikatakan bahwa data SBK baik karena
nilai deviasinya lebih kecil daripada nialai rata-ratanya.
e. Nilai minimum NPL sebesar 1,55% pada Bank BRI tahun 2013 sedangkan
nilai maksimum sebesar 4,78% pada Bank BTN tahun 2019. Nilai rata-
rata dari NPL sebesar 2,6815% sedangkan nilai standar deviasinya
sebesar 0,82806% . Maka dapat dikatakan bahwa data NPL baik karena
nilai deviasinya lebih kecil daripada nialai rata-ratanya.
70
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengujian
normalitas yaitu sebagai berikut :
1) Jika nilai Asymp. Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal
2) Jika nilai Asymp. Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal
Tabel 4.3 Uji Normalitas Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .15198122
Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .100
Negative -.103
Test Statistic .103
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan tabel 4.3 uji normalitas statistik di atas maka dapat
dilihat bahwa nilai Asymp. Sig > 0,05 yaitu sebesar 0,200 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
71
Gambar 4.5 Uji Normalitas Plot
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan gambar 4.5 uji normalitas plot di atas, maka dapat
dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis dan mengikuti garis
diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi
normal.
72
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.452 .474 7.287 .000
LAR -.040 .005 -.309 -8.293 .000 .691 1.446
DPK -3.744E-7 .000 -.125 -3.125 .004 .599 1.669
KAP
1.086 .041 1.038 26.595 .000 .632 1.583
SBK -.034 .028 -.040 -1.193 .241 .847 1.181
a. Dependent Variable: NPL
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan tabel 4.4 uji multikolineritas di atas maka dapat dilihat
bahwa nilai VIF LAR, DPK, KAP dan SBK lebih kecil daripada 10 dan nilai
tolerance LAR, DPK, KAP dam SBK lebih besar daripada 0,1. Maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut dinyatakan tidak terjadi
multikolinearitas.
73
c. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.6 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan gambar 4.6 uji heteroskedastisitas di atas dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol. Maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut dinyatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
74
d. Uji Autokolerasi
Tabel 4.5 Uji Aotukolerasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .983a .966 .962 .16043 .968
a. Predictors: (Constant), SBK, KAP, LAR, DPK
b. Dependent Variable: NPL
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan tabel 4.5 di atas maka dapat dilihat bahwa nilai
DW berada diantara -2 sampai dengan 2 yaitu sebesar 0,968. Oleh
karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi autokolerasi sehingga
kolerasi antar variabel dalam suatu model tidak dipengaruhi oleh data
periode sebelumnya.
3. Analisis Regresi
Tabel 4.6 Analisis Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.452 .474 7.287 .000
LAR -.040 .005 -.309 -8.293 .000
DPK -3.744E-7 .000 -.125 -3.125 .004
KAP 1.086 .041 1.038 26.595 .000
SBK -.034 .028 -.040 -1.193 .241
a. Dependent Variable: NPL
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
75
Berdasarkan tabel 4.6 di atas maka model regresi yang digunakan
adalah sebagai berikut :
NPL = 3,425 – 0,040LAR – 3,744DPK + 1,086KAP – 0,034SBK + e
Berdasarkan persamaan di atas maka, nilai konstanta sebesar 3,425
sehingga berarti bahwa NPL nilai sebesar 3,425 jika variabel LAR, DPK, KAP
dan SBK dianggap tidak ada atau konstan. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa hasil regresi linier berganda yaitu sebagai berikut :
a. Koefisien variabel LAR (X1) sebesar -0,040 yang berarti bahwa jika LAR
(X1) mengalami kenaikan sebesar 1%, maka NPL (Y) akan menurun
sebesar -0,040%
b. Koefisien variabel DPK (X2) sebesar -3,744 yang berarti bahwa jika DPK
(X2) mengalami kenaikan sebesar 1%, maka NPL (Y) akan menurun
sebesar -3,744%
c. Koefisien variabel KAP (X3) sebesar 1,086 yang berarti bahwa jika KAP
(X3) mengalami kenaikan sebesar 1%, maka NPL (Y) akan mengalami
kenaikan sebesar 1,086%
d. Koefisien variabel SBK (X4) sebesar -0,034 yang berarti bahwa jika SBK
(X4) mengalami kenaikan sebesar 1%, maka NPL (Y) akan menurun
sebesar -0,034%
76
4. Koefisien Determinan (Uji R2)
Tabel 4.7 Hasil Uji R2 Koefisien Determinan
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .983a .966 .962 .16043 .968
a. Predictors: (Constant), SBK, KAP, LAR, DPK
b. Dependent Variable: NPL
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat pada koefisien korelasi (R),
koefisien determinan (R Square) dan Adjusted R Square. Nilai koefisien (R)
korelasi sebesar 0,983 atau sama dengan 98,3% yang berarti bahwa
hubungan antara variabel X (LAR, DPK, KAP dan SBK) terhadap variabel Y
(NPL) dinyatakan dalam kategori kuat. Nilai koefisien determinan (R Squre)
sebesar 0,966 atau sama dengan 96,6% yang berarti bahwa NPL
dipengaruhi oleh keempat variabel yaitu LAR, DPK, KAP dan SBK
sedangkan sisanya 3,4% dipengaruhi oleh faktor-faklor lain diluar model.
Nilai adjusted R square merupakan nilai R yang telah disesuaikan sehingga
menggambarkan mutu dari model dengan nilai sebesar 0,962 atau sama
dengan 96,2%. Maka dapat dinyatakan bahwa pengaruh variabel LAR, DPK,
KAP dan SBK sangat besar terhadap NPL.
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji T (Parsial)
Adapun kriteria-kriteria untuk uji parsial (uji t) yaitu sebagai
berikut :
77
1) Jika nilai signifikasi <0,05 maka hipotesisi diterima dan berarti bahwa
variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
2) Jika nilai signifikasi >0,05 maka hipotesis ditolak dan berarti bahwa
bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Tabel 4.8 Hasil Uji T (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.452 .474 7.287 .000
LAR -.040 .005 -.309 -8.293 .000
DPK -3.744E-7 .000 -.125 -3.125 .004
KAP 1.086 .041 1.038 26.595 .000
SBK -.034 .028 -.040 -1.193 .241
a. Dependent Variable: NPL
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, pengaruh variabel LAR, DPK, KAP dan
SBK terhadap NPL dapat dilihat dari nilai signifikasi. Variabel LAR, DPK dan
SBK mempunyai arah negatif sedangkan variabel KAP menunjukkan arah
positif. Oleh karena itu, hasil uji parsial dapat dianalisis sebagai berikut :
1) Hasil uji hipotesis LAR (X1) terhadap NPL (Y)
Hipotesis 1 yang diajukan menyatakan bahwa LAR
berpengaruh negatif terhadap NPL. Koefisien hasil uji t LAR
menunjukkan tingkat signifikasi 0,00 lebih kecil daripada 0,05 (0,00 <
0,05) yang berarti bahwa LAR berpengaruh secara signifikan terhadap
NPL. Untuk t hitung yang dihasilkan adalah negative sebesar 8,293,
78
sedangkan untuk t tabelnya df = α, (n-k) = 0,05, (40-5) = 2,0385. Terlihat
bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (8,293 > 2,0385), maka dapat
disimpulkan bahwa H1 diterima yaitu LAR berpengaruh negatif
signifikan terhadap NPL.
2) Hasil uji hipotesis DPK (X2) terhadap NPL (Y)
Hipotesis 2 yang diajukan menyatakan bahwa DPK
berpengaruh positif terhadap NPL. Koefisien hasil uji t DPK
menunjukkan tingkat signifikasi 0,04 lebih kecil daripada 0,05 (0,04 <
0,05) yang berarti bahwa DPK berpengaruh secara signifikan terhadap
NPL. Untuk t hitung yang dihasilkan adalah negative sebesar 3,125
sedangkan untuk t tabelnya df = α, (n-k) = 0,05, (40-5) = 2,0385. Terlihat
bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (3,125 > 2,0385), maka dapat
disimpulkan bahwa H2 ditolak yaitu DPK berpengaruh negatif signifikan
terhadap NPL.
3) Hasil uji hipotesis KAP (X3) terhadap NPL (Y)
Hipotesis 3 yang diajukan menyatakan bahwa KAP
berpengaruh positif terhadap NPL. Koefisien hasil uji t LAR
menunjukkan tingkat signifikasi 0,00 lebih kecil daripada 0,05 (0,00 <
0,05) yang berarti bahwa KAP berpengaruh secara signifikan terhadap
NPL. Untuk t hitung yang dihasilkan adalah positif sebesar 26,595
sedangkan untuk t tabelnya df = α, (n-k) = 0,05, (40-5) = 2,0385. Terlihat
bahwa t hitung lebih besar dari t tabel (26,595 > 2,0385), maka dapat
79
disimpulkan bahwa H3 diterima yaitu KAP berpengaruh positif dan
signifikan terhadap NPL.
4) Hasil uji hipotesis SBK (X4) terhadap NPL (Y)
Hipotesis 4 yang diajukan menyatakan bahwa SBK
berpengaruh positif terhadap NPL. Koefisien hasil uji t SBK
menunjukkan tingkat signifikasi 0,241 lebih besa daripada 0,05 (0,242
> 0,05) yang berarti bahwa SBK tidak berpengaruh terhadap NPL.
Untuk t hitung yang dihasilkan adalah negative sebesar 1,193
sedangkan untuk t tabelnya df = α, (n-k) = 0,05, (40-5) = 2,0385. Terlihat
bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel (1,193 < 2,0385), maka dapat
disimpulkan bahwa H4 ditolak yaitu SBK tidak berpengaruh terhadap
NPL.
b. Uji F (Simultan)
Langkah pengujian secara simultan yaitu :
1) Jika Fhitung > Ftabel atau nilai sig. < 0,05 maka dapat diartikan bahwa
variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen secara signifikan, maka hipotesis diterima.
2) Jika Fhitung < Ftabel atau nilai sig. > 0,05 maka dapat diartikan bahwa
variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen secara signifikan, maka hipotesis ditolak.
80
Tabel 4.9 Hasil Uji F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25.841 4 6.460 251.000 .000b
Residual .901 35 .026
Total 26.742 39
a. Dependent Variable: NPL
b. Predictors: (Constant), SBK, KAP, LAR, DPK
Sumber : Output SPSS 2.2 (data diolah), 2020
Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan hasil uji F hitung
sebesar 251,000. Sementara nilai tabel distribusi nilai F pada taraf sig.
0,05 adalah df = α, (k-1), (n-k) = 0,05, (5-1), (40-5) = 2,64. Terlihat bahwa
F hitung lebih besar dari F tabel (251,000 > 2,64) dengan tingkat
signifikan sebesar 0,00 sehingga dapat disimpulkan bahwa LAR, DPK,
KAP dan SBK berpengaruh secara simultan tehadap NPL.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 4.10 Hasil Pengujian
Variabel Arah dan Signifikansi Signifikansi
Koefisien p Value
X1 Negatif -0,040 Signifikan
X2 Negatif -3,744 Sigfinikan
X3 Positif 1,086 Signifikan
X4 Negatif -0,034 Tidak Signifikan
81
Fhitung = 251,000 0,000 Signifikan
Sumber : data diolah (SPSS 2.2)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa ada hipotesis yang diterima dan ada pula yang
ditolak. Oleh karena itu, uraian dari uji hipotesis di atas adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh LAR (X1) Terhadap NPL (Y)
Loan to Asset Ratio (LAR) adalah suatu rasio yang digunakan sebagai
perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total aset yang dimiliki
oleh bank. Hasil dari uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikasi 0,00
lebih kecil daripada 0,05 (0,00 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel
(8,293 > 2,0385) ke arah negatif yang berarti LAR berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap NPL, sehingga H1 yang menyatakan bahwa LAR
berpengaruh negatif terhadap NPL diterima. Hasil ini sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Fauzan (2019), Amanatul Firdausa (2018) dan Emy
Martina serta Dewi Prastiwi (2014) dengan hasil yang menunjukkan bahwa
LAR berpengaruh negative signifikan terhadap NPL.
Semakin tinggi nilai LAR maka nilai NPL akan semakin menurun. Hal
ini dikarenakan besarnya aset yang dimiliki oleh bank tergantung dari
besarnya kredit yang dipenuhi bank, maka diperlukan aset yang besar untuk
memenuhi kebutuhan kredit tersebut. Terlihat bahwa LAR tinggi dapat
menurunkan NPL karena semakin banyak permintaan kredit yang terpenuhi
yang akan menurunkan tingkat kredit macet. Besarnya biaya untuk
menyalurkan kredit tersebut dapat dialokasikan sesuai dengan tujuan
82
nasabah. Mengetahui tujuan nasabah tersebut sehingga mempermudah pihak
bank memberikan kredit sesuai dengan kriteria dan kondisi keuangan atau
penghasilan nasabah.
Hasil tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan (Dwihandayani,
2017) yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio LAR menunjukkan
semakin kecil tingkat likuiditasnya karena jumlah asetnya digunakan untuk
membiayai besarnya permintaan kredit. Semakin kecil tingkat likuiditas bank
menandakan bahwa bank tidak membutuhkan aset yang besar untuk
membiayai kredit yang diberikan sehingga Loan to Asset Ratio (LAR) memiliki
pengaruh yang negatif signifikan terhadap Non Performing Loan (NPL) pada
Bank BUMN di Indonesia.
2. Pengaruh DPK (X2) Terhadap NPL (Y)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan ataupun
penurunan nilai dari DPK mempengaruhi NPL secara signifikan. Tingkat
signifikasi 0,04 lebih kecil daripada 0,05 (0,04 < 0,05) dan t hitung lebih besar
dari t tabel (3,125 > 2,0385) kearah negatif maka dapat diartikan DPK
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap NPL, sehingga H2 yang
menyatakan bahwa DPK berpengaruh signifikan dan positif terhadap NPL
ditolak. Semakin tinggi DPK yang terhimpun oleh bank akan mendorong
peningkatan penyaluran kredit yang menimbulkan resiko kredit. Penelitian ini
bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan Ahmad Rizal dan
Taswan (2020) bahwa DPK berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
NPL.
83
Hasil ini sesuai dengan teori keagenan (agency theory) yang
menyatakan bahwa adanya hubungan antara pihak principal dan agen. Pihak
investor sebagai principal yaitu pemberi modal kepada pihak bank sebagai
agen sehingga DPK dapat dimanfaatkan dalam kegiatan yang dapat
menghasilkan pendapatan salah satunya adalah penyaluran kredit, namun
dengan tingginya permintaan kredit akan menimbulkan resiko kredit macet
sehingga rasio NPL meningkat. Oleh sebab itu, pada perbankan Dana Pihak
Ketiga (DPK) memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap Non
Performing Loan (NPL) pada bank BUMN di Indonesia.
3. Pengaruh KAP (X3) Terhadap NPL (Y)
Kualitas Aktiva Produktif (KAP) disebut juga sebagai kualitas kredit
dengan kriteria lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan
macet. Hasil perhitungan uji hipotesis menunjukkan tingkat signifikasi 0,00
lebih kecil daripada 0,05 (0,00 < 0,05) dan t hitung lebih besar dari t tabel
(26,595 > 2,0385) maka dapat diartikan bahwa KAP berpengaruh signifikan
dan positif terhadap NPL, sehingga H3 yang menyatakan bahwa KAP
berpengaruh positif terhadap NPL diterima. Penelitian ini sejalan dengan
penelitan sebelumnya yang telah dilakukan oleh Emy Martina dan Dewi
Prastiwi (2014) serta Kurnia Dwijayanti (2013) yang menyatakan bahwa KAP
berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL.
Nilai NPL yang menurun diikuti oleh turunnya nilai KAP. Hal ini berarti
bahwa semakin menurun nilai KAP bermasalah yang dimiliki suatu bank, maka
rasio NPL juga akan menurun. KAP bermasalah menggambarkan seberapa
84
besar aset yang bermasalah sehingga berpengaruh pada pendapatan bank.
KAP yang bermasalah dapat dilihat dari banyaknya jumlah kredit yang macet
sehingga berpotensi meningkatkan rasio NPL. Oleh karena itu, pihak bank
harus memperhatikan komposisi pinjaman yang sesuai dengan persyaratan
yang telah diberlakukan untuk nasabah. Pemberian kredit kepada nasabah
dilakukan setelah pihak bank dapat mengetahui besarnya kemampuan
nasabah dalam membayar kewajibannya. Hal tersebut dapat menekankan
resiko kredit yang ditimbulkan sehingga jumlah aset bermasalah menjadi turun
dan akan membuat rasio NPL berkurang atau menurun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dari Ismail (2018) yang
menyatakan bahwa semakin kecil rasio KAP maka akan diikuti pula oleh
rendahnya rasio NPL dikarenakan rasio KAP yang kecil mengindikasikan
bahwa aktiva produktifnya lebih besar daripada aktiva produktif yang
diklasifikasikan dalam hal ini kredit dalam perhatian khusus, kurang lancer,
diragukan dan macet. Oleh sebab itu, pada perbankan Kualiatas Aktiva
Produktif (KAP) berpengaruh positif signifikan terhadap NPL.
4. Pengaruh SBK (X4) Terhadap NPL (Y)
Hasil perhitungan pengaruh Suku Bunga Kredit (SBK) terhadap NPL
adalah tingkat signifikasi 0,241 lebih besa daripada 0,05 (0,242 > 0,05) dan t
hitung lebih kecil dari t tabel (1,193 < 2,0385) yang berarti bahwa SBK tidak
berpengaruh terhadap NPL sehingga H4 yang menyetakan bahwa SBK
berpengaruh positif terhadap NPL tertolak. Penelitian ini sejalan dengan
85
penelitan yang telah dilakukkan oleh Emy Martina dan Dewi Prastiwi (2014)
yang menyatakan bahwa SBK tidak berpengaruh terhadap NPL.
Bank yang menaikkan ataupun menurunkan suku bunga kreditnya
tidak berpengaruh terhadap NPL dikarenakan menerapkan kebijakan tertentu
yaitu menaikkan suku bunga kredit tersebut pada nasabah baru. Selain itu,
Bank Indonesia (BI) menetapkan kebijakan untuk mencegah risiko NPL ktika
SBK naik yaitu bank menghitung ulang resiko setiap nasabah dan menghitung
dampak kenaikan NPL terhadap biaya pencadangan atau provisi. Setelah itu,
bank kemudian akan menyisihkan sebagian dari modalnya sebagai biaya
pencadangan untu meminimalkan resiko kredit macet. Oleh karena itu Suku
Bunga Kredit (SBK) tidak berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL)
pada Bank BUMN di Indonesia.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan pengaruh variabel
indpenden yaitu Loan to Asset Ratio (LAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Kualitas
Aktiva Produktif (KAP) dan Suku Bunga Kredit (SBK) terhadap Non Performing
Loan (NPL) pada Bank BUMN di Indonesia Tahun 2010-2019, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa variabel LAR, DPK, KAP dan SBK
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap NPL. Hal ini berarti
bahwa setiap perubahan yang terjadi pada variabel independent yaitu LAR,
DPK, KAP dan SBK secara simultan bersama-sama akan berpengaruh
terhadap NPL pada Bank BUMN di Indonesia tahun 2010-2019.
2. Variabel LAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL pada Bank
BUMN di Indonesia tahun 2010-2019.
3. Variabel DPK berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPL pada Bank
BUMN di Indonesia tahun 2010-2019.
4. Variabel KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL pada Bank
BUMN di Indonesia tahun 2010-2019.
5. Variabel SBK tidak berpengaruh terhadap NPL pada Bank BUMN di Indonesia
tahun 2010-2019.
87
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka saran-saran yang
dapat disajikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak bank milik BUMN yaitu BRI, BNI, BTN dan Mandiri agar mampu
meminimalisir Non Performing Loan (NPL) dan mampu menjaga agar tetap
berada dibawah standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Pihak analisis
kredit pada bank harus lebih memperhatikan kemampuan keuangan nasabah
sebelum memberikan kredit dan memaksimalkan kunjungan (on the spot)
kepada nasabah setelah memberikan kredit.
2. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya variabel independent yang digunakan
dalam penelitian selanjutnya tidak hanya pada variabel Loan to Asset Ratio
(LAR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Suku
Bunga Kredit (SBK), tetapi juga menggunakan variabel lain yang berpengaruh
terhadap Non Performing Loan (NPL), sehingga penelitian ini bisa
dikembangkan lagi.
88
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto, Fatihuddin. D dan Firmansyah M. A. 2019. Manajemen Bank. CV. Penerbit Qiara Media. Surabaya.
Adrianto. 2020. Manajemen Kredit Teori Dan Konsep Bagi Bank Umum. CV. Penerbit
Qiara Media. Pasuruan. Akbar, Taufiq. 2019. Kajian Kinerja Profitabilitas Bank pada Perspektif Bank Umum
Berdasarkan Kegiatan Usaha. Uwais Inspirasi Indonesia. Ponorogo. Ardianingsih, A dan Ardiyani, K. 2010. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Pena. Vol. 19. No. 2. Astarina, I dan Hapsila, A. 2015. Manajemen Perbankan. CV. Budi Utama. Yogyakarta Astutik, F.P. Susilowati, Dwi. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Permintaan Kredit Pada Bank-Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. Jurnal Ilmu Ekonomi. Vol. 1. No. 3 : 311.
Bungin, B. 2008. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Prenada Media Group. Dwihandayani, D. 2017. Analisis Kinerja Non Performing Loan (NPL) Perbankan Di
Indonesia Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi NPL. Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 22. No. 3 : 266.
Erica, Denny. 2018. Analisa Rasio Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan PT. Kino Indonesia Tbk. Jurnal Ecodemica. Vol.2. Erick dan Barus, A. C. 2016. Analisis Fakror-Faktor Yang Mempengaruhi Non
Performing Loan Pada Bank Umum Di Indonesia. Jurnal Wira EKonomi Mikroskil. Vol. 6. No. 2 : 114.
Eswanto., Andini, R. dan Oemar, A. 2016. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Pinjaman,
Non Performing Loan, Dana Pihak Ketiga, Inflasi dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Permintaan Kredit Bank Umum Di Jawa Tengah Periode 2009-2013. Journal Of Accounting. Vol. 2. No. 2.
Fitri, M. 2016. Peran Dana Pihak Ketiga Dalam Kinerja Lembaga Pembiayaan Syariah
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Economica. Vol.7. No. 1.
89
Harahap, Sofyan. 2015. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan Edisi 11. Rajawali Pers : Jakarta.
Ismail. 2015. Akuntansi Bank : Teori dan Aplikasi Dalam Rupiah. Prenemedia Group.
Jakarta. Ismail. 2018. Manajemen Perbankan. Prenadamedia Group. Jakarta. Julianto. 2019. Audit Perkreditan di Bank Umum : Manajemen Perkreditan dan Teknik
Audit Kredit. Julianto. Pontianak. Kasmir, Jakfar. 2012. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Rajawali Pers :
Jakarata. Kusaly, D. A. V, Tommy, P dan Maramis, J. 2017. Pengaruh Kebijakan Pemberian
Kredit Terhadap Non Performing Loan Dan Harga Saham Bank Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal EMBA. Vol. 5. No. 2 :690.
Margaretha, F dan Kalista, V (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Non performing
Loan pada Bank di Indonesia. Jurnal Kesejahteraan Sosial. Vol. 3. No. 01 : 65. Martina, E dan Prastiwi, D. 2015. Pengaruh Inflasi, Gross Domestic Bruto, Suku
Bunga Kredit, Loan to Asset Ratio dan Kualitas Aktiva Produkti Terhadap Non Performing Loan. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 2. No.2 : 516.
Muchtar, B. Rahmidani, R dan Siwi, M. K. 2016. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain.
Kencana. Jakarta. Putra, A dan Saraswati, D. 2020. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. CV. Jakad
Media Publishing. Surabaya. Qoroni, U. A, Zahroh, Z. A dan Endang, M. G. W. 2015. Analisis Pengelolaan Kredit
Yang Efektif Guna Meningkatkan Profitabilitas. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 26. No. 1 :3.
Rai Aishwarya, I.A. dan Purnawati, N.K. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit
Pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa. E-Jurnal Manajemen Unud. Vol. 6. No. 22 : 5948.
Ramelda, Susi. 2017. Pengaruh Suku Bunga Kredit Dan Produk Domestik Bruto
Terhadap Penyaluran Kredit Perbankan Bank Umum Pemerintah Di Indonesia. JOM Fekon. Vol.4.
Rianawati, D dan Taufik, N.I. 2018. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Kredit Yang
Disalurkan dan Kredit Non Lancar Terhadap Laba (The Impact Of Third Parties
90
Funds, Distributed Loans On Profitabilietes) (studi Kasus Pada Bank Nusantara Parahyangan Cabang Sudirman). Jurnal Akuntansi Maranatha. Vol.10.
Rusnaini, S., Hamirul., dan Aryanto. M. 2019. Non Performing Loan (NPL) dan Return
On Asset (ROA) di Koperasi Nusantara Muara Bungo. JUMEA (Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi dan Akuntansi). Vol.3.
Sapitri, N.M. 2016. Analisis Rasio Keuangan Untuk Mengetahui Tingkat Kesehatan
Financial Dan Perkembangan Usahanya Pada PT. Hendrausaha Tirta Sarana Periode 2013-2015.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta :
Bandung. Sunyoto, Danang. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung : PT. Refika
Aditama. Tresna, R dan Nurisa. 2016. Tinjauan Atas Pengelolaan Pemberian Kredit Pada PT.
Bank Perkreditan Rakyat Duta Artha Sejahtera. Prosiding : Forum Keuangan Bisnis V.
Wahyuni, S. 2019. Perbankan Syariah : Pendekatan Penilaian Kinerja. CV. Penerbit
Qiara Media. Pasuruan, Jawa Timur. www.bankmandiri.co.id (diakses pada tanggal 18 Agustus 2020) www.bni.co.id (diakses pada tanggal 19 Agustus 2020) www.bri.co.id (diakses pada tanggal 19 Agustus 2020) www.btn.co.id (diakses pada tanggal 18 Agustus 2020) www.idx.co.id (diakses pada tanggal 30 Agustus 2020) www.lipi.go.id (diakses pada tanggal 13 Agustus 2020) www.bi.go.id (diakses pada tanggal 13 Agustus 2020) www.sahamgain.com (diakses pada tanggal 30 Agustus 2020)
91
L
A
M
P
I
R
A
N
92
A. Laporan Tahunan PT. Bank BRI (Persero), Tbk
92
93
94
95
96
B. Laporan Tahunan PT. Bank BNI (Persero), Tbk
97
98
99
100
101
C. Laporan Tahunan PT. BTN (Persero), Tbk
102
103
104
105
106
D. Laporan Tahunan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk,
107
108
109
110
111
112
E. Outpot SPSS 2.2
1. Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LAR 40 54.68 80.08 64.7778 6.47874
DPK 40 47540.00 996400.00 458042.1500 276965.79442
KAP 40 1.26 4.42 2.1608 .79167
SBK 40 9.75 13.50 11.4208 .99295
NPL 40 1.55 4.78 2.6815 .82806
Valid N
(listwise) 40
2. Asumsi Klasik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .15198122
Most Extreme Differences Absolute .103
Positive .100
Negative -.103
Test Statistic .103
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
113
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.452 .474 7.287 .000
LAR -.040 .005 -.309 -8.293 .000 .691 1.446
DPK -3.744E-7 .000 -.125 -3.125 .004 .599 1.669
KAP
1.086 .041 1.038 26.595 .000 .632 1.583
SBK -.034 .028 -.040 -1.193 .241 .847 1.181
a. Dependent Variable: NPL
114
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .983a .966 .962 .16043 .968
a. Predictors: (Constant), SBK, KAP, LAR, DPK
b. Dependent Variable: NPL
115
3. Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.452 .474 7.287 .000
LAR -.040 .005 -.309 -8.293 .000
DPK -3.744E-7 .000 -.125 -3.125 .004
KAP 1.086 .041 1.038 26.595 .000
SBK -.034 .028 -.040 -1.193 .241
a. Dependent Variable: NPL
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .983a .966 .962 .16043 .968
a. Predictors: (Constant), SBK, KAP, LAR, DPK
b. Dependent Variable: NPL
5. Uji Parsial (Uji T)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.452 .474 7.287 .000
LAR -.040 .005 -.309 -8.293 .000
DPK -3.744E-7 .000 -.125 -3.125 .004
KAP 1.086 .041 1.038 26.595 .000
SBK -.034 .028 -.040 -1.193 .241
a. Dependent Variable: NPL
116
6. Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 25.841 4 6.460 251.000 .000b
Residual .901 35 .026
Total 26.742 39
a. Dependent Variable: NPL
b. Predictors: (Constant), SBK, KAP, LAR, DPK
SAINAL 105731134116
by Tahap Ujian Tutup . Submission date: 28-Jan-2021 10:48AM (UTC+0700) Submission ID: 1495993985 File name: S_A_I_N_A_L.docx (1.34M) Word count: 14538 Character count: 89234
SAINAL 105731134116 ORIGINALITY REPORT
25% 30% 12% 16% SIMILARITY INDEX INTERNET SOURCES PUBLICATIONS STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
1 repository.unhas.ac.id
Internet Source
2 media.corporate-ir.net
Internet Source
3 eprints.undip.ac.id
Internet Source
4 www.bankmandiri.co.id
Internet Source
5 repositori.uin-alauddin.ac.id
Internet Source
6 eprints.walisongo.ac.id
Internet Source
7 es.scribd.com
Internet Source
8 www.scribd.com
Internet Source
9 dspace.uii.ac.id
Internet Source
5%
2%
2%
2%
1%
1%
1%
1%
1%
islamicmarkets.com 10 Internet Source
lokerjos.club 11 Internet Source
blog.iain-tulungagung.ac.id 12 Internet Source
www.tribunnewswiki.com 13 Internet Source
Submitted to Universitas Negeri Jakarta 14 Student Paper
www.coursehero.com 15 Internet Source
media.neliti.com 16 Internet Source
kc.umn.ac.id 17 Internet Source
ejournal.bsi.ac.id 18 Internet Source
indicators.iseisemarang.or.id 19 Internet Source
elib.unikom.ac.id
20 Internet Source
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
1%
Exclude quotes ExcludebibliographyOn
On Exclude matches < 1
BIOGRAFI PENULIS
Sainal lahir di Dusun Palembongan, Desa Bungin, Kecamatan
Bungin, Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan pada
tanggal 11 Juni 1998 dari Pasangan Ayahanda Saib dan Ibunda
Suharni. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.
Pendidikan Formal penulis dimulai pada jenjang Sekolah Dasar di
SDN 189 Palembongan dan lulus pada tahun 2010, kemudian melanjuktakn
pendidikan ke jenjang SMP Negeri 1 Alla dan lulus pada tahun 2013, kemudian
pendidikan dilanjutkan kembali ke tingkat Sekolah Menengah di SMA Negeri 1 Bungin
dan lulus pada tahun 2016, setelah lulus dari SMA Negeri 1 Bungin melanjutkan studi
S1 pada tahun 2016 di Perguruan Tinggi Swasta ternama di Sulawesi Selatan yaitu
Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) dan mengambil konsentrasi
program studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.