FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN...
-
Upload
nguyenquynh -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN...
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG
PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2014-2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Cindy Cinthia Devi
NIM: 1113081000061
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN HUTANG
PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2014-2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Cindy Cinthia Devi
NIM: 1113081000061
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA
NIDN. 2004 1070 02
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Selasa 11 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiwa:
Nama : Cindy Cinthia Devi
NIM : 1113081000061
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Selasa 11 April 2017
1. Amalia, SE., MSM. ( )
NIP.19740821 200901 2 005 Penguji I
2. Lili Supriyadi, MM . ( )
NIP. 19600505 198903 1 005 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Rabu, 23 Agustus 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa
Nama : Cindy Cinthia Devi
NIM : 1113081000061
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Agustus 2017
1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 1119731221 200501 2 002
2. Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA
NIDN. 2004 1070 02
3. Dr. Indoyama Nasaruddin, SE., MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
4. Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA
NIDN. 2004 1070 02
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Cindy Cinthia Devi
NIM : 1113081000061
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2016
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi
yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2017
Yang Menyatakan
(Cindy Cinthia Devi) NIM. 1113081000061
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Cindy Cinthia Devi
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Desember 1995
3. Jenis Kelamin : Perrempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04
Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514
6. No. Telepon : 0896 5384 5366
7. Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN
1. SD (2001-2007) : SD Negeri 03 Cinere
2. SMP (2007-2010) : SMP Negeri 37 Jakarta
3. SMA (2010-2013) : SMK Negeri 20 Jakarta
4. S1 (2013-2017) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C. DATA KELUARGA
1. Nama Ayah Kandung : Hartono Sukardi
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Juli 1970
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04
Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514
2. Nama Ibu Kandung : Sriyanti
Tempat & Tanggal Lahir : Medan, 25 Agustus 1975
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan H. Jaeran RT 03/RW01 NO. 04
Cinere, Cinere, Depok, Jawa Barat 16514
vi
D. ORGANISASI
1. Dewan Eksekutif Mahasiswa Tahun 2015-2016
(Departemen Kesekretariatan)
2. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Tahun 2014-2015
(Departemen Penelitian dan Pengembangan)
3. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Tahun 2013-2014
(Departemen Penelitian dan Pengembangan)
vii
ABSTRACT
The study aims to analyze the influence of Institutional Ownership,
Profitability, Liquidity, Firm Age, Firm Growth and Free Cash Flow to Debt Policy
in LQ45 companies period 2014 until 2016. Data’s study is annual financial report
of 15 LQ45 companies in Bursa Efek Indonesia (BEI) period 2014 until 2016. The
study is using the method of analysis of the regression panel data with a random
effect model by using program Eviews 9.0 and Microsoft Excel 2013.
The result show that according parcial Institutional Ownership negative
significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0079<0,05. Profitability
negative significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0002<0,05. Liquidity
negative significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0064<0,05. Firm
Growth positive significant influence to Debt Policy with the sig. 0,0001<0,05.
Firm Age not influence to Debt Policy with the sig. 0.1035>0.05. Free Cash Flow
not influence to Debt Policy with the sig. 0.3196>0.05. The result show that
according simultan Institutional Ownership, Profitability, Liquidity, Firm Age,
Firm Growth and Free Cash Flow significant influence to Debt Policy with the sig.
0.000000<0.05.
Keyword: Debt Policy, Institutional Ownership, Profitability, Liquidity, Firm Age,
Firm Growth and Free Cash Flow
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kepemilikan
Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang pada perusahaan
LQ45 tahun 2014-2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
laporan keuangan tahunan 15 Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2014-2016. Penelitian ini menggunakan metode regresi panel
data dengan pendekatan model random effect menggunakan program Eviews 9 dan
Microsoft Excel 2013.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel Kepemilikan
Institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan
nilai sig. 0,0079 <0.05. Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap
Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0,0002<0,05. Likuiditas berpengaruh negatif
signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0,0064<0,05. Pertumbuhan
Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai
sig. 0,0001<0,05. Umur Perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap Kebijakan
Hutang dengan nilai sig. 0.1035>0.05. Free Cash Flow tidak memiliki pengaruh
terhadap Kebijakan Hutang dengan nilai sig. 0.3196>0.05. Hasil penelitian
menunjukan bahwa secara simultan atau bersama-sama variabel Kepemilikan
Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, dan Free Cash Flow berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang dengan
nilai sig. 0.000000<0.05.
Kata kunci : Kebijakan Hutang, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas,
Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Free Cash Flow
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna
mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hifayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis
dan telah memberikan kemudahan dalam kesulitan.
2. Kedua orangtua terutama ibu serta kak Meily, Jimmy dan Davi selaku
keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan dorongan
kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu, membimbing dan terus memberikan arahan
dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada penulis.
6. Ibu Titi Dewi Warnida, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengalaman belajar dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis
selama perkuliahan di kampus.
x
8. Seluruh jajaran Staff Tata Usaha, Karyawan, Office Boy, Cleaning Service,
Anak Magang dan tenaga kerja lainnya yang berada di kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menolong dan membantu segala kebutuhan
penulis selama kuliah di kampus.
9. Faiz Khaldun dan keluarga yang telah banyak membantu dan memberi
dukungan kepada penulis dalam proses penulisan skripsi ini dan senantiasa
ada disaat susah dan senang.
10. Allian.She (Riska, Shaumi, Adel) dan Without Him (Kumi, Gita, Irma) yang
mau menjadi teman curhat keluh kesah penulis selama kuliah serta indi,
makay dan acong dan juga teman – teman manajemen keuangan 2013 yang
tidak dapat disebut satu persatu dan telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Segenap keluarga Manajemen yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu
yang telah banyak memberikan pengalaman bagi penulis selama berada di
bangku perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis
harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai tambahan
informasi serta pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Agustus 2017
Penulis
Cindy Cinthia Devi
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACK ........................................................................................................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 15
A. Landasan Teori ........................................................................................ 15
1. Kebijakan Hutang ................................................................................ 15
2. Kepemilikan Institusional .................................................................... 20
3. Profitabilitas .......................................................................................... 22
4. Likuiditas .............................................................................................. 23
5. Umur Perusahaan ................................................................................. 25
6. Pertumbuhan Perusahaan ................................................................... 26
7. Free Cash Flow ..................................................................................... 27
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen .......... 28
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 33
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 45
E. Hipotesis .................................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 47
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 47
xii
B. Metode Penentuan Sampel ...................................................................... 47
1. Populasi ................................................................................................. 47
2. Sampel ................................................................................................... 48
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 50
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 50
1. Analisis Deskriptif ................................................................................ 51
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 51
3. Model Estimasi Regresi Data Panel .................................................... 55
4. Uji Hipotesis .......................................................................................... 59
5. Koefisien Determinasi (R²) .................................................................. 63
6. Koefisien Persamaan Regresi Data Panel .......................................... 64
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................ 65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 70
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 70
1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal ......................................... 70
2. Gambaran Umum Perusahaan LQ45 ................................................. 73
B. Pengujian dan Pembahasan .................................................................... 83
1. Deskriptif Variabel Penelitian ............................................................. 83
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 98
3. Estimasi Model Data Panel ................................................................ 100
4. Uji Hipotesis ........................................................................................ 106
5. Koefisien Determinasi (R2) ................................................................ 111
6. Analisis Regresi Data Panel ............................................................... 112
7. Interpretasi .......................................................................................... 115
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 123
A. Kesimpulan ............................................................................................. 123
B. Saran ....................................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 126
LAMPIRAN ....................................................................................................... 132
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rata-rata Kebijakan Hutang (DER), Kepemilikan Institusional
(INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Umur Perusahaan (AGE),
Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free Cash Flow (FCF) pada
Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 – 2016 ............................5
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu .........................................................38
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel ....................................................................49
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ..................................................................49
Tabel 4.1 Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan .............85
Tabel 4.2 Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan .................................87
Tabel 4.3 Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan ......................................89
Tabel 4.4 Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan ..........................91
Tabel 4.5 Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan..............93
Tabel 4.6 Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan ............................95
Tabel 4.7 Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan .............97
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................................99
Tabel 4.9 Hasil Uji White ....................................................................................99
Tabel 4.10 Hasil Uji LM Test .............................................................................100
Tabel 4.11 Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM) ...........................101
Tabel 4.12 Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM) ................................102
Tabel 4.13 Regresi Data Panel Random Effect Model (REM) ............................103
Tabel 4.14 Hasil Uji Chow ..................................................................................105
Tabel 4.15 Hasil Uji Hausman ............................................................................106
Tabel 4.16 Uji T ..................................................................................................107
Tabel 4.17 Uji F ..................................................................................................110
Tabel 4.18 Koefisien Determinasi R2 .................................................................111
Tabel 4.19 Uji Terpilih (Random Effect Model) .................................................112
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Kinerja Perusahaan LQ45 tahun 2014-2016 ........................5
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ........................................................................45
Gambar 4.1 Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan .........84
Gambar 4.2 Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan ..............................86
Gambar 4.3 Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan ..................................88
Gambar 4.4 Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan ......................90
Gambar 4.5 Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan ..........92
Gambar 4.6 Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan ........................94
Gambar 4.7 Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan .........96
Gambar 4.8 Hasil Uji Normalitas........................................................................98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendanaan dalam sebuah perusahaan adalah salah satu komponen
penting dalam keberlangsungan hidup suatu perusahaan. Dalam mendanai
kegiatan operasional perusahaan, manajer keuangan mempunyai peran penting
dalam pengambilan keputusan pendanaan. Kebijakan pendanaan perusahaan
haruslah bertujuan untuk memaksimalkan kemakmuran perusahaan. Dalam hal
ini kebijakan tersebut harus mempertimbangkan dan menganalisis sumber-
sumber dana yang ekonomis guna membiayai kebutuhan dan investasi bagi
perusahaan. Terdapat dua macam sumber pendanaan, yaitu modal sendiri dan
hutang. Selain mendapatkan dana dari modal sendiri yaitu dengan
menggunakan laba ditahan, perusahaan juga dapat mendapatkan sumber dana
dari kreditur dengan menggunakan kebijakan hutang.
Keputusan pendanaan harus mampu meminimalkan risiko dan biaya
agar tujuan utama perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut,
maka perusahaan harus memiliki struktur modal yang optimal. Struktur modal
merupakan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri (I Made Sudana,
2011). Teori-teori struktur modal yang sering dikenal ada beberapa diantaranya
adalah pecking order theory, trade off theory, signaling theory, agency theory,
dan teori lainnya.
2
Berdasarkan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan
cenderung memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar dari teori
ini sangat sederhana, yaitu perusahaan memerlukan dana external jika dana
internal yang dimiliki tidak cukup dan sumber dana yang diutamakan adalah
hutang bukan saham (Steven dan Lina, 2011). Hirarki dari sumber pendanaan
menurut pecking order theory adalah laba di tahan, kemudian hutang dan yang
terakhir penerbitan saham. Sedangkan trade off theory lebih cenderung kepada
penggunaan modal eksternal atau dengan penambahan hutang.
Hutang merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sebuah
perusahaan. Hutang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kapasitas
pendanaan sebuah perusahaan sehingga mampu untuk mendanai kelanjutan
suatu perusahaan tersebut. Tetapi pada umumnya hutang digunakan untuk
ekspansi perusahaan, mempunyai jumlah yang besar dan waktu yang lama.
(Rifai, 2015). Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan juga memiliki
kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dan dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan maupun merugikan perusahaan. Penggunaan
hutang oleh perusahaan juga dipengaruhi oleh kepercayaan dari pihak kreditur
sebagai pemberi pinjaman dana. (Andina, 2013)
Keputusan tentang kebijakan hutang digunakan untuk memaksimalkan
kemakmuran perusahaan dan juga untuk memaksimalkan keuntungan
perusahaan. Tetapi apabila perusahaan menetapkan kebijakan untuk
menggunakan sumber dana dari hutang, berarti leverage keuangan perusahaan
akan meningkat dan perusahaan akan menanggung biaya tetap berupa bunga
3
yang harus dibayarkan. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dengan
menggunakan hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran periodik
atas bunga. Membuat kebijakan hutang perusahaan sangat tidak mudah karena
dalam perusahaan terdapat banyak pihak yang memiliki kepentingan yang
berbeda-beda sehingga pembuatan keputusan tidak akan terlepas dari konflik
keagenan yang terjadi dalam perusahaan. Konflik keagenan ini biasanya
konflik kepentingan antara pemegang saham (stockholder), manajer
(manager), dan kreditor (creditor). (Meylani,2016)
Masalah kebijakan hutang merupakan masalah penting bagi setiap
perusahaan, karena baik buruknya kebijakan hutang perusahaan akan
mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansialnya. Hal ini sangat
mempengaruhi dimana hutang sangat dibutuhkan dalam membangun dan
menjamin kelangsungan perusahaan, di samping sumber daya, mesin dan
material sebagai faktor pendukung. Suatu perusahaan pasti membutuhkan
modal untuk melakukan ekspansi.
Kebijakan hutang dapat diukur dari rasio perbandingan antara total
hutang terhadap ekuitas yang biasa diukur melalui rasio debt to equity ratio
(DER). Dalam perhitungannya DER dihitung dengan cara total hutang dibagi
dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi daripada
modal sendirinya besarnya rasio DER berada diatas satu, sehingga dana yang
digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak dari unsur
hutang daripada modal sendiri (equity). Oleh karena itu, investor cenderung
lebih tertarik pada tingkat DER yang besarnya kurang dari satu, karena jika
4
DER lebih dari satu menunjukkan jumlah hutang yang lebih besar dan resiko
perusahaan semakin meningkat. Kenaikan DER pada tingkat tertentu akan
meminimalkan biaya modal, tetapi bila penambahan terlalu berlebihan justru
berakibat meningkatnya biaya modal.
Perusahaan yang termasuk dalam LQ45 merupakan perusahaan yang
terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari
perusahaan-perusahaan yang tingkat likuiditasnya tinggi. Perusahaan yang
termasuk dalam perusahaan LQ45 terus dipantau dan setiap enam bulan akan
diadakan review (awal bulan Februari dan Agustus). Apabila ada perusahaan
yang sudah tidak memenuhi kriteria akan diganti dengan perusahaan lain yang
memenuhi syarat. Saham-saham perusahaan LQ45 merupakan saham –saham
yang paling banyak diminati investor di pasar modal Indonesia, memiliki
tingkat likuiditas tinggi serta dijadikan patokan naik turunnya harga saham di
Bursa Efek Indonesia. Sehingga perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia bersaing untuk masuk dalam perusahaan LQ45. Selain itu
perusahaan yang masuk ke dalam LQ45 memiliki sinyal yang positif bagi
investor maupun kreditur untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut. Fenomena pada tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa kinerja LQ45
cenderung meningkat.
5
Gambar 1.1
Grafik Kinerja Perusahaan LQ45 tahun 2014-2016
Sumber : Bisnis.com
Terlihat dari gambar 1.1 diatas bahwa peningkatan kinerja yang terjadi
yaitu pada tahun 2014 sebesar 117,443 triliun, pada tahun 2015 meningkat
menjadi 188,929 triliun dan pada tahun 2016 juga mengalami peningkatan
sebesar 205,031 triliun (Bisnis.com). Dengan meningkatnya kinerja
perusahaan LQ45 maka minat investor terhadap perusahaan akan semakin
meningkat. Sehingga perusahaan harus mengambil keputusan yang tepat dalam
hal pendanaan khususnya menggunakan hutang agar perusahaan terus
berkembang dan bersaing dengan perusahaan lainnya dan semakin diminati
oleh para investor baik investor dalam negeri maupun investor asing.
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan menjadi hal yang penting sebagai dasar pertimbangan dalam
menentukan komposisi hutang perusahaan. Ada banyak faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi komposisi hutang perusahaan, tetapi dalam penelitian ini,
peneliti hanya membatasi beberapa faktor yang akan diteliti yang diduga
berpengaruh terhadap kebijakan hutang diantaranya kepemilikan institusional,
profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free
cash flow.
160
180
200
220
2014 2015 2016
Kinerja
6
Besarnya rata-rata keenam variabel independen (kepemilikan
institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan free cash flow), serta variabel dependen (DER) pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2014-2016 dapat
dilihat pada Tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Rata-rata Kebijakan Hutang (DER), Kepemilikan Institusional (INST),
Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Umur Perusahaan (AGE),
Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free Cash Flow (FCF) pada
Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 – 2016
No Variabel Tahun
2014 2015 2016
1 Kebijakan Hutang (DER) (x) 0,883 0,900 0,815
2 Kepemilikan Institusional (INST) (%) 59,781 60,248 60,597
3 Profitabilitas (ROA) (%) 10,232 8,394 8,984
4 Likuiditas (CR) (x) 2,714 2,664 2,198
5 Umur Perusahaan (AGE) (Ln) 3,704 3,732 3,759
6 Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) (%) 0,159 0,086 0,074
7 Free Cash Flow (FCF) (Miliar Rp) -6404 -5777 -5057
Sumber: Data Idx yang Diolah
DER merupakan rasio perbandingan antar total hutang dengan modal
sendiri. Dapat dilihat dari tabel 1.1 DER mengalami fluktuasi dari tahun 2014
yaitu sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada
tahun 2015. Tetapi pada tahun 2016 terjadi penurunan sebesar 0,085 kali
sehingga DER menjadi 0,815 kali.
Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan membandingkan
jumlah kepemilikan saham institusi dengan total saham yang beredar.
Kepemilikan institusional yang tinggi mengakibatkan penggunan hutang lebih
rendah, karena investor takut akan risiko gagal bayar dan risiko kebankrutan.
7
Sehingga dapat disimpulkan bahwa INST berpengaruh negatif terhadap DER.
Apabila INST mengalami kenaikan, maka DER mengalami penurunan begitu
pula sebaliknya. Pada tabel 1.1 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang
terjadi antara INST terhadap DER. Terlihat adanya peningkatan INST secara
konsisten dari tahun 2014-2016. Pada tahun 2014 INST sebesar 59,781% dan
mengalami peningkatan sebesar 0,467% pada tahun 2015 menjadi 60,248%.
Lalu pada tahun 2016 meningkat sebesar 0,349% menjadi sebesar 60,597%.
Peningkatan INST diikuti pula oleh peningkatan DER pada tahun 2014 yaitu
sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada tahun
2015. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila INST meningkat maka
DER menurun.
ROA merupakan rasio profitabilitas yang dapat dihitung dengan
membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Perusahaan
lebih mengutamakan pendanaan secara internal daripada eksternal apabila laba
laba yang dihasilkan oleh perusahaan tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap DER. Apabila ROA mengalami
kenaikan, maka DER mengalami penurunan begitu pula sebaliknya. Pada tabel
1.1 menunjukkan ROA yang berfluktuasi. Pada tahun 2014 sebesar 10,232%
dan mengalami penurunan sebesar 1,838% menjadi 8,394%. Dan mengalami
peningkatan pada tahun 2016 sebesar 0,590% menjadi 8,984%.
CR merupakan rasio likuiditas yang dihitung dengan membandingkan
total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Perusahaan yang memiliki rasio
lancar yang besar, maka menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
8
memenuhi kewajiban jangka pendek juga besar. Semakin likuid suatu
perusahaan maka perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam membayar
hutang jangka pendek, sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa CR memiliki pengaruh negatif terhadap
DER. Apabila CR mengalami kenaikan, maka DER mengalami penurunan
begitu pula sebaliknya. Pada tabel 1.1 menunjukkan adanya
ketidakkonsistenan yang terjadi antara CR terhadap DER. Terlihat penurunan
CR yang konsisten yaitu sebesar 2,714 kali pada tahun 2014 dan menurun
sebesar 0,050 kali menjadi 2,664 kali pada tahun 2015. Pada tahun 2016 juga
mengalami penurunan sebesar 0,466 kali menjadi sebesar 2,198 kali.
Penurunan CR diikuti pula oleh penurunan DER pada tahun 2015 yaitu sebesar
0,900 kali dan pada 2016 terjadi penurunan sebesar 0,085 kali sehingga DER
menjadi 0,815 kali. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya apabila CR menurun
maka DER meningkat.
Umur perusahaan dapat dihitung dengan logaritma natural dari tahun
observasi dikurangi dengan tahun berdiri perusahaan. Perusahaan yang sudah
lama berdiri akan mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi
perusahaan yang stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang
berasal dari dalam perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa AGE
berpengaruh negatif terhadap DER. Apabila AGE mengalami kenaikan, maka
DER mengalami penurunan begitu pula sebaliknya. Pada tabel 1.1
menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara AGE terhadap
DER. Terlihat adanya peningkatan yang konsisten untuk variabel AGE dari
9
2014-2016 yaitu sebesar 3,704 meningkat menjadi 3,732 dan masih mengalami
peningkatan menjadi 3,759. Peningkatan AGE diikuti pula oleh peningkatan
DER pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,883 kali meningkat sebesar 0,017 kali
menjadi 0,900 kali pada tahun 2015. Hal ini tidak sesuai karena seharusnya
apabila AGE meningkat maka DER menurun.
Pertumbuhan perusahaan dihitung dengan mengurangkan total aktiva
tahun berjalan dengan total aktiva tahun sebelumnya lalu dibagi dengan total
aktiva tahun sebelumnya. Ketika suatu perusahaan memiliki tingkat
pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka
mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Pendanaan
ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa GROWTH memiliki pengaruh positif terhadap DER.
Semakin tinggi GROWTH, maka semakin tinggi pula nilai DER. Pada tabel
1.1 menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara GROWTH
terhadap DER. Terlihat adanya penurunan yang konsisten untuk variabel
GROWTH yaitu pada tahun 2014 sebesar 0,159% menurun sebesar 0,073%
menjadi 0,086% pada tahun 2015. Lalu pada tahun 2016 masih mengalami
penurunan sebesar 0,012% menjadi sebesar 0,074%. Penurunan GROWTH
diikuti dengan peningkatan DER pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,883 kali
meningkat sebesar 0,017 kali menjadi 0,900 kali pada tahun 2015. Hal ini tidak
sesuai karena seharusnya apabila GROWTH menurun maka DER menurun
juga.
10
Variabel terakhir yaitu free cash flow dapat dihitung dengan
mengurangkan aliran kas operasi perusahaan pada tahun ini dengan
pengeluaran modal perusahaan pada tahun berjalan dan dengan modal kerja
bersih perusahaan pada tahun berjalan. Semakin besar free cash flow yang
dimiliki perusahaan, maka akan didistribusikan untuk para pemegang saham
sehingga kebijakan hutang yang diambil akan semakin besar pula. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa FCF memiliki pengaruh positif terhadap DER.
Semakin tinggi FCF, maka semakin tinggi pula nilai DER. Pada tabel 1.1
menunjukkan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi antara FCF terhadap
DER. Terlihat adanya peningkatan yang konsisten pada tahun 2014-2016. pada
tahun 2014 sebesar -Rp 6.404.000.000.000 meningkat sebesar Rp
627.000.000.000 pada tahun 2015 menjadi –Rp 5.777.000.000. pada tahun
2016 masih mengalami peningkatan sebesar Rp 720.000.000.000 menjadi -Rp
5.057.000.000.000. Peningkatan FCF diikuti dengan penurunan DER pada
tahun 2015 yaitu sebesar 0,900 kali dan pada 2016 terjadi penurunan sebesar
0,085 kali sehingga DER menjadi 0,815 kali. Hal ini tidak sesuai karena
seharusnya apabila FCF meningkat maka DER meningkat juga.
Berdasarkan fenomena dari rasio-rasio keuangan yang masih fluktuatif
maka perlu diuji pengaruh dari ketujuh variabel independen (kepemilikan
institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan free cash flow) dalam mempengaruhi kebijakan hutang pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode tahun 2014-2016. Selain
fenomena gap yang terjadi, ditemukan pula ketidakkonsistenan hasil dari
11
beberapa penelitian terdahulu mengenai kepemilikan institusional,
profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan free
cash flow yang mempengaruhi kebijakan hutang. Penelitian mengenai
kepemilikan institusional (INST) menurut Trisnawati (2016), Purnianti dan
Putra (2016), dan juga Riki Sanjaya (2014) yang menemukan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
hutang. Sedangkan menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan juga Surya
dan Rahayuningsih (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian mengenai profitabilitas (ROA) menurut Trisnawati (2016),
Sheisarvian dkk. (2015), Natasia dan Wahidahwati (2015), Margaretha (2014),
Vatavu (2013), dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012) yang menyatakan
bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.
Sedangkan menurut Riki Sanjaya (2015) dan juga Ashraf dan Rasool (2013)
menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
kebijakan hutang. Dan hasil yang berbeda ditemukan oleh Akoto dan Vitor
(2014) dan juga Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian mengenai likuiditas (CR) menurut Natasia dan Wahidahwati
(2015) dan Vatavu (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh
negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan hal yang bertolak
belakang diungkapkan oleh Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa
likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
12
Serta Akoto dan Vitor (2014) yang mengungkapkan bahwa likuiditas
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian mengenai
umur perusahaan (AGE) menurut Purnianti dan Putra (2016) yang menyatakan
bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
hutang. Sedangkan hal yang bertolak belakang diungkapkan oleh Riki Sanjaya
(2014) dan Romagos (2012) yang mengungkapkan bahwa umur perusahaan
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian mengenai pertumbuhan perusahaan (GROWTH) menurut
Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Alkhatib (2012) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penemuan yang bertolak belakang
ditemukan oleh Margaretha (2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) yang
menemukan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Serta menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan
Riki Sanjaya menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian mengenai free cash flow (FCF) menurut Natasia dan
Wahidahwati (2015), Akoto dan Vitor (2014), dan juga Riki Sanjaya (2014)
menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap
kebijakan hutang. Sedangkan menurut Trisnawati (2016) menemukan bahwa
free cash flow berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Dari beberapa penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil
penelitian (research gap) dan terjadi ketidaksesuaian keadaan yang sebenarnya
13
dengan teori yang sudah dijelaskan (research problem) mengenai faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kebijakan hutang, maka penulis tertarik untuk
melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Berdasarkan fenomena gap dan research gap yang diuraikan di atas,
maka penulis mengambil judul penelitian “Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan
institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan free cash flow secara individual (parsial) terhadap
kebijakan hutang perusahaan?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan
institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan free cash flow secara bersama-sama (simultan) terhadap
kebijakan hutang perusahaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel
kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,
14
pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow secara individual
(parsial) terhadap kebijakan hutang perusahaan.
b. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel
kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow secara bersama-sama
(simultan) terhadap kebijakan hutang perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan hutang yang akan
diambil.
b. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pertimbangan dalam menilai kinerja perusahaan, sehingga dapat
membantu pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya
pada perusahaan.
c. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dan informasi dalam pengembangan penelitian yang lebih baik
lagi terutama yang berhubungan dengan manajemen keuangan,
khususnya mengenai keputusan pendanaan.
d. Bagi penulis, dengan adanya penelitian ini dapat menambah
pengetahuan serta wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan hutang perusahaan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan sebuah keputusan yang sangat
penting bagi suatu perusahaan. Karena kebijakan hutang merupakan salah
satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan. Dimana kebijakan
hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam
rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat
digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Sumber
pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal eksternal. Modal
internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal berasal dari
pemilik dan para kreditur, peserta atau pengambil bagian di dalam
perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur merupakan hutang
perusahaan dan termasuk ke dalam modal eksternal. Hutang mempunyai
dua keuntungan. Pertama, bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk
tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang. Kedua,
pemegang hutang mendapat pengembalian yang tetap, sehingga pemegang
saham tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam
kondisi yang prima. Namun hutang juga mempunyai beberapa kelemahan.
Pertama, semakin tinggi rasio hutang semakin tinggi pula risiko
perusahaan, sehingga suku bunganya mungkin akan lebih tinggi. Kedua,
apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba
16
operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang
sahamnya harus menutupi kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut
jika mereka tidak sanggup. Terlalu banyak hutang akan menghambat
perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membuat
pemegang saham berpikir dua kali untuk tetap menanamkan modalnya
(Moeljadi, 2006).
Menurut Jensen dan Meckeling (1976) menyatakan bahwa dengan
hutang maka perusahaan akan melakukan pembayaran periodik atas bunga
dan pokok pinjaman. Kebijakan hutang akan memberikan dampak pada
pendisiplinan bagi manajer untuk mengoptimalkan penggunaan dana yang
ada, karena dengan hutang yang cukup besar dapat menimbulkan kesulitan
keuangan dan atau risiko kebangkrutan.
Hutang merupakan salah satu cara yang digunakan oleh
perusahaan dalam memperoleh dana dari pihak eksternal. Beberapa teori
yang berkaitan dengan kebijakan hutang yaitu :
a. Trade off theory
Trade off theory (teori pertukaran) adalah teori yang
menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari
penggunaan hutang dengan masalah yang ditimbulkan dari potensi
kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2011). Teori ini juga
menjelaskan semakin tinggi hutang maka akan semakin tinggi nilai
perusahaan. Namun, setelah mencapai titik maksimum, penggunaan
hutang oleh perusahaan menjadi tidak menarik, karena perusahaan
17
akan menanggung biaya keagenan, kebangkrutan serta biaya bunga
yang menyebabkan nilai saham turun. Dengan kata lain trade off
theory menyatakan bahwa peningkatan penggunaan hutang akan
mengakibatkan penurunan nilai perusahaan namun dengan asumsi
penggunaan hutang telah mencapai struktur modal optimal.
b. Pecking Order Theory
Pecking order theory adalah teori yang menerangkan bahwa
perusahaan mempunyai urutan preferensi dalam penggunaan dana
dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan
laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir.
Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan
untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan penerbitan saham.
Pecking order theory menilai bahwa perusahaan cenderung
memilih pendanaan sesuai dengan urutan risiko. Ide dasar dari teori
ini sangat sederhana, yaitu perusahaan memrlukan dana external jika
dana internal yang dimiliki tidak cukup dan sumber dana yang
diutamakan adalah hutang bukan saham (Steven dan Lina ,2011).
Brealey, Myer dan Marcus (2008) menjelaskan teori ini
menjadi dua hal yaitu:
1) Perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini
terkumpul tanpa mengirim sinyal sebaliknya yang dapat
menurunkan harga saham.
18
2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menggunakan hutang
terlebih dahulu dan menerbitkan ekuitas adalah pilihan terakhir.
Pecking order ini muncul karena penerbit hutang tidak terlalu
diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila
dibandingkan dengan penerbitan ekuitas.
c. Signaling theory
Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa sinyal adalah
suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan
menggunakan hutang yang melebihi target struktur modal yang
normal. Penggunaan hutang yang tinggi oleh manajer dapat digunakan
sebagai sinyal yang baik bahwa perusahaan yakin dengan prospek di
masa mendatang. Perusahaan dengan prospek yang kurang
menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya.
Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya
merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang
prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka
harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru
19
berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan
harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
d. Agency theory
Agency theory membahas mengenai hubungan keagenan
sebagai suatu kontrak antara pemilik perusahaan yang menggunakan
jasa orang lain atau agen dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
Agency theory menimbulkan masalah antara kedua belah pihak yang
mempunyai tujuan berbeda. Pemegang saham menghendaki
bertambahnya kekayaan para pemilik modal, sedangkan para manajer
menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Hal
inilah yang menyebabkan konflik diantara pemilik perusahaan dengan
para manajer (Surya dan Rahayuningsih, 2012).
Konflik yang terjadi akan memperbesar biaya keagenen, untuk
itu konflik dapat diminimalisir dengan cara para pemilik perusahaan
mengadakan pengawasan terhadap kinerja para manajer. Atau dapat
pula menyejajarkan kepentingan-kepentingan antara kedua belah
pihak dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Hal ini
dilakukan agar para manajer berhati-hati dalam membuat keputusan,
terutama keputusan pendanaan (Murtiningtyas, 2012).
Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori tentang
biaya agensi yaitu biaya yang berhubungan dengan manajemen
pengawasan untuk memastikan bahwa pihak manajemen berprilaku
dalam cara yang konsisten kesepakatan kontraktual perusahaan
20
dengan para kreditor serta pemegang saham. Contohnya pemilik
hutang, karena mengantisipasi biaya pengawasan dan membebankan
bunga yang lebih tinggi. Semakin besar kemungkinan biaya
prngawasan, semakin tinggi biaya bunga dan semakin rendah nilai
perusahaan bagi para pemegang sahamnya. (Van Horne &
Wachowicz, 2007)
2. Kepemilikan Institusional
Menurut Anggraini (2011), kepemilikan institusional merupakan
kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau
lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset
management dan kepemilikan institusi lain). Surya dan Rahayuningsih
(2012) menyatakan institusi dapat memiliki saham mayoritas, disebabkan
institusi mempunyai sumber daya yang lebih besar jika dibandingkan
dengan pemegang saham lainnya yang umumnya perorangan.
Kepemilikan institusional yang tinggi akan mengakibatkan pihak
manajemen berhati-hati dalam menggunakan hutang karena apabila
hutang tersebut digunakan untuk membiayai proyek berisiko tinggi,
mungkin akan mengakibatkan pemegang saham menjual saham yang
dimilikinya. Crutchley, et. al. (1999) dalam Purnianti dan Putra (2016)
menyatakan bahwa kepemilikan institusional juga dapat menurunkan
biaya agensi, karena dengan adanya monitoring yang efektif oleh pihak
institusional menyebabkan penggunaan utang menurun.
21
Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa dalam
hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini
memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik
dibandingkan investor individual. Ada dua perbedaan pendapat mengenai
investor institusional. Pendapat pertama didasarkan pada pandangan
bahwa investor institusional adalah pemilik sementara (transfer owner)
sehingga hanya terfokus pada laba sekarang (current earnings). Perubahan
pada laba sekarang dapat mempengaruhi keputusan investor institusional.
Jika perubahan ini tidak dirasakan menguntungkan oleh investor, maka
investor dapat melikuidasi sahamnya. Investor institusional biasanya
memiliki saham dengan jumlah besar, sehingga jika mereka melikuidasi
sahamnya akan mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Untuk
menghindari tindakan likuidasi dari investor, manajer akan melakukan
earnings management. Pendapat kedua memandang investor institusional
sebagai investor yang berpengalaman (sophisticated). Menurut pendapat
ini, investor lebih terfokus pada laba masa datang (future earnings) yang
lebih besar relatif dari laba sekarang. Investor institusional menghabiskan
lebih banyak waktu untuk melakukan analisis investasi dan mereka
memiliki akses atas informasi yang terlalu mahal perolehannya bagi
investor lain. Investor institusional akan melakukan monitoring secara
efektif dan tidak akan mudah diperdaya dengan tindakan manipulasi yang
dilakukan manajer.
22
3. Profitabilitas
Menurut Brigham dan Houston (2009), profitabilitas merupakan
hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang diambil oleh
perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki
perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan (I Made
Sudana, 2011). Analisis profitabilitas menggambarkan kinerja
fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas
operasi perusahaan dalam memperoleh laba. (Harmono, 2014).
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan struktur modal. Profitabilitas menggambarkan pendapatan
yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi perusahaan yang
memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang
relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dalam kegiatan
operasional perusahaan termasuk investasi.
Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, dapat dilakukan
dengan menggunakan rasio profitabilitas. Profitabilitas merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Rasio ini juga memberikan memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi. (Kasmir, 2010)
23
Menurut Kasmir (2010), rasio profitabilitas memiliki beberapa
manfaat bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, antara lain:
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan
dalam satu periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan
tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang
digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Rasio profitabilitas juga dapat digunakan sebagai bahan analisis
bagi penentuan kebijakan periode selanjutnya, karena setiap perubahan
yang terjadi akan berpengaruh terhadap pertimbangan pihak yang
berkepentingan dalam mengambil keputusan.
4. Likuiditas
Konsep likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
melunasi sejumlah hutang jangka pendek yang umumnya kurang dari satu
tahun (Harmono, 2014). Sedangkan Kasmir (2009), mendefinisikan
likuiditas sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-
hutangnya yang telah jatuh tempo.
Menurut Moeljadi (2006), rasio likuiditas merupakan komponen
penting bagi setiap perusahaan karena di dalam perusahaan haruslah
24
mempunyai cadangan kas yang cukup untuk menunjang operasional
perusahaan. Likuiditas sendiri merupakan suatu indikator mengenai
kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek
atau jangka panjang yang sudah jatuh tempo. Rasio likuiditas merupakan
rasio yang menghubungkan kas dan aktiva lancar lainnya dengan
kewajiban lancar. Menurut Harmono (2014), pada prinsipnya tingginya
tingkat likuiditas suatu perusahaan maka menunjukkan semakin baik
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya.
Perhitungan likuiditas perusahaan memberikan manfaat pada
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti pemilik
dan manajemen perusahaan untuk menilai kemampuan mereka sendiri.
sedangkan dari pihak luar yang juga memiliki kepentingan yaitu kreditur
(penyedia dana), pengukuran likuiditas merupakan jaminan untuk
memberikan pinjaman selanjutnya (Kasmir, 2009). Perusahaan yang
mampu memenuhi kewajiban jangka pendek tepat waktu berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, namun jika sebaliknya maka
perusahaan tergolong unlikuid.
Menurut Brealey, Myer dan Marcus (2008), likuiditas merupakan
kemampuan perusahaan untuk menjual suatu aset guna mendapatkan kas
pada waktu singkat. Ukuran yang paling sering digunakan untuk
mengukur likuiditas perusahaan adalah current ratio atau rasio lancar.
Menurut Brigham dan Houston (2011), rasio lancar dihitung dengan
membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan
25
sampai sejauh mana kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan
akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat.
5. Umur Perusahaan
Menurut Purnianti dan Putra (2016), umur perusahaan adalah umur
sejak berdirinya hingga perusahaan telah mampu menjalankan operasinya.
Hal ini menjelaskan bahwa semakin lama perusahaan beroperasi maka
perusahaan akan terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga
kepercayaan kreditur pada perusahaan bertambah. Perusahaan akan
memanfaatkan pendanaan melalui hutang saat kepercayaan yang tinggi
dimiliki perusahaan untuk memperoleh dana dari pihak eksternal. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin lama perusahaan beroperasi maka perusahaan
akan terus meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga kepercayaan
kreditur pada perusahaan bertambah.
Romagos dkk. (2012) mengungkapkan bahwa umur perusahaan
didefinisikan jumlah tahun sejak perusahaan didirikan, ini akan dihitung
untuk reputasi dari perusahaan publik yang mana berkaitan dengan tingkat
dari asimetri informasi yang diasosiasikan perusahaan. Semakin lama
berdirinya suatu perusahaan, semakin mampu untuk mengakumulasi dana
dan semakin sedikit melakukan pinjaman baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Selain itu perusahaan yang sudah lama berdiri akan
mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang
stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari
dalam perusahaan. Di sisi lain perusahaan yang sudah lama berdiripun
26
masih membutuhkan hutang jangka panjang untuk pengeluaran yang
cukup besar (Riki Sanjaya, 2014).
6. Pertumbuhan Perusahaan
Brigham dan Gapenski (1996) dalam Natasia dan Wahidahwati
(2015) menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi
cenderung membutuhkan dana dari luar perusahaan yang lebih besar.
Pendanaan ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang
karena lebih murah dibandingkan harus dengan mengeluarkan saham baru
dengan biaya emisi saham baru yang lebih besar daripada biaya hutang.
Menurut Rodoni dan Ali (2014) menyatakan pertumbuhan secara
tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan
walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah.
Hardiningsih dan Oktaviani (2012) Pertumbuhan perusahaan
merupakan gambaran bagaimana perkembangan usaha yang dilakukan
periode sekarang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Suatu
perusahaan yang mengalami pertumbuhan yang tinggi berarti perusahaan
tersebut berhasil meningkatkan nilai perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan/ laba. Perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi
menunjukan bahwa dengan sumber daya yang dimiliki bisa menghasilkan
pertumbuhan yang baik. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang
tinggi akan lebih memaksimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Dengan demikian, ketika suatu perusahaan memiliki tingkat
pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka
27
mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Kenyataan
tersebut mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan
hutang untuk memenuhi pendanaan tersebut.
7. Free Cash Flow
Free cash flow adalah kelebihan kas yang diperlukan untuk
mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif setelah
membagi dividen (Jensen, 1976). Menurut Brigham dan Houston (2011),
free cash flow menggambarkan seberapa besar kas tersedia untuk
dibagikan kepada investor. Perusahaan dengan tingkat free cash flow
besar yang memiliki level hutang yang tinggi akan menurunkan agency
cost free cash flow. Penurunan tersebut menurunkan sumber-sumber
discreationary, khususnya aliran kas dibawah kendali manajemen. Di sisi
lain, perusahaan dengan tingkat free cash flow rendah akan mempunyai
level hutang yang rendah, sebab perusahaan tidak harus mengandalkan
hutang sebagai mekanisme untuk menurunkan agency cost free cash flow.
Menurut Ross dkk. (2000) free cash flow merupakan kas
perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang
saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset
tetap. Free cash flow menggambarkan kepada investor bahwa dividen
yang dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar
dengan maksud meningkatkan nilai perusahaan. Sementara bagi
perusahaan yang melakukan pengeluaran modal, free cash flow akan
mencerminkan dengan jelas mengenai perusahaan manakah masih
28
mempunyai kemampuan dimasa depan dan yang tidak. Pasar akan
bereaksi jika terlihat ada free cash flow yang dapat meningkatkan harapan
mereka untuk mendapatkan dividen dimasa depan.
Jensen mengemukakan bahwa arus kas bebas yang besar dan
mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk,
yang bukan demi kepentingan pemegang saham biasa perusahaan. Dengan
kata lain, manajer memiliki insentif untuk memegang arus kas bebas. Pada
suatu perusahaan konflik kepentingan ini terjadi manajemen dan
pemegang saham atau stockholder. Konflik kepentingan tersebut dapat
timbul dari adanya kelebihan aliran kas. Kelebihan arus kas cenderung
diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering digunakan untuk
konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan
utama perusahaan. Konflik tersebut dapat disebabkan perbedaan antara
pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi
dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara manajemen
lebih memeilih investasi dengan risiko lebih rendah untuk melindungi
posisinya (Arthur J Keown dkk, 2000).
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
1. Pengaruh kepemilikan institusi terhadap kebijakan hutang
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga
(perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan
kepemilikan institusi lain). Institusi dapat mempunyai saham mayoritas
29
karena institusi memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan
dengan pemegang saham perorangan. Kepemilikan institusional yang
tinggi mengakibatkan penggunaan hutang dalam perusahaan rendah. Para
pemegang saham institusi takut akan risiko gagal bayar hingga risiko
kebankrutan, apabila perusahaan menggunakan hutang dalam jumlah yang
besar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Trisnawati (2016),
Purnianti dan Putra (2016), dan juga Riki Sanjaya (2014) yang menyatakan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang.
2. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan hutang
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki
perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan.
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam
menentukan struktur modal. Profitabilitas menggambarkan pendapatan
yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi perusahaan yang
memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung menggunakan hutang yang
relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dalam kegiatan
operasional perusahaan termasuk investasi.
Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menetapkan suatu
urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan
memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham
30
sebagai pilihan terakhir. Semakin tinggi profit yang diperoleh, maka
semakin kecil penggunaan hutang oleh perusahaan. Apabila kebutuhan
dana perusahaan belum terpenuhi, perusahaan dapat menggunakan hutang.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Trisnawati (2016), Sheisarvian
dkk. (2015), Natasia dan Wahidahwati (2015), Margaretha (2014), Vatavu
(2013), dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012) yang menyatakan
bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
hutang.
3. Pengaruh likuiditas terhadap kebijakan hutang
Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangannya dalam jangka pendek. Jadi suatu
perusahaan dikatakan likuid jika dapat melunasi seluruh kewajiban
keuangannya pada saat jatuh tempo. Likuiditas diproksikan ke dalam rasio
lancar (current ratio) yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang lancar dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki. Perusahaan yang menjalankan operasinya
membutuhkan dana yang sangat besar. Kebutuhan dana tersebut tidak
dapat sepenuhnya didapat dari modal sendiri. Oleh karena itu, perusahaan
melakukan pinjaman dana ke pihak lain.
Perusahaan yang memiliki rasio lancar yang besar, maka
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek juga besar. Semakin likuid suatu perusahaan maka perusahaan
tersebut memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendek,
31
sehingga cenderung akan menurunkan total hutangnya. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian oleh Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Vatavu
(2013) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang.
4. Pengaruh umur perusahaan terhadap kebijakan hutang
Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan
telah mampu menjalankan operasinya. Hal ini menjelaskan bahwa
semakin lama perusahaan beroperasi maka perusahaan akan terus
meningkatkan pertumbuhan perusahaan, sehingga kepercayaan kreditur
pada perusahaan bertambah. Perusahaan akan memanfaatkan pendanaan
melalui hutang saat kepercayaan yang tinggi dimiliki perusahaan untuk
memperoleh dana dari pihak eksternal. Perusahaan yang sudah lama
berdiripun masih membutuhkan hutang jangka panjang untuk pengeluaran
yang cukup besar. Tetapi perusahaan yang sudah lama berdiri juga akan
mengurangi jumlah pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang
stabil dan cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari
dalam perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Purnianti
dan Putra (2016) yang menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh
negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.
5. Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang
Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana
perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Ketika suatu perusahaan memiliki tingkat
32
pertumbuhan perusahaan yang tinggi dan semakin meningkat maka
mengisyaratkan adanya kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Pendanaan
ekstern yang lebih disukai adalah dengan menggunakan hutang karena
lebih murah dibandingkan harus dengan mengeluarkan saham baru dengan
biaya emisi saham baru yang lebih besar daripada biaya hutang. Kenyataan
tersebut mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan
hutang untuk memenuhi pendanaan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian oleh Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga
Alkhatib (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan
Margaretha (2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) menyatakan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang.
6. Pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang
Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak
diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Semakin besar
free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka akan didistribusikan untuk
para pemegang saham sehingga kebijakan hutang yang diambil akan
semakin besar pula. Perusahaan dengan free cash flow yang semakin besar
yang memiliki tingkat hutang yang tinggi dapat menurunkan agency cost
of free cash flow dan penurunan tersebut akan menurunkan sumber-sumber
discretionary khususnya aliran kas dibawah kendali manajemen. Hal ini
33
sesuai dengan hasil penelitian oleh Natasia dan Wahidahwati (2015),
Akoto dan Vitor (2014), dan juga Riki Sanjaya (2014) menyatakan bahwa
free cash flow berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ita Trisnawati (2016) dengan judul
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang pada Perusahaan Non
Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan pada
tahun 2009-2011 dengan sampel 53 perusahaan non keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah
kepemilikan institusional dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan dan struktur aktiva
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Sedangkan kebijakan dividen, free cash flow, dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Purnianti dan I Wayan
Putra (2016) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Utang Perusahaan Non Keuangan. Penelitian dilakukan pada tahun
2011-2013 dengan sampel 126 perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan
institusional dan umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
34
kebijakan hutang. Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh positif
signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan manajerial berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Revi Maretta Sheisarvian, Nengah
Sudjana, dan Muhammad Saifi (2015) dengan judul Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan Dividen dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di BEI Periode 2010-2012).
Penelitian dilakukan pada tahun 2010-2012 dengan sampel sebanyak 13
perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kebijakan
dividen dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Weka Natasia dan Wahidahwati (2015)
dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada tahun 2009-2013
dengan sampel sebanyak 83 perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini adalah free cash flow
dan struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.
Kepemilikan manajerial, profitabilitas, laba ditahan dan likuiditas berpengaruh
negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pertumbuhan perusahaan
35
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan
institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Richard Kofi Akoto dan Dadson
Awunyo-Vitor (2014) dengan judul What Determines the Debt Policy of Listed
Manufacturing Firms in Ghana? Penelitian dilakukan pada tahun 2000-2009
dengan sampel seluruh perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Ghana
Stock Exchange. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
likuiditas, struktur aktiva dan kesempatan bertumbuh berpengaruh positif
signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan profitabilitas dan struktur
aset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Farah Margaretha (2014) dengan judul
Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company. Penelitian
dilakukan pada tahun 2007-2011 dengan sampel seluruh perusahaan sektor non
keuangan yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange. Metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil
dari penelitian ini adalah profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan struktur
aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Ukuran
perusahaan dan pajak berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan
hutang. Non Debt Tax Shield berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
kebijakan hutang.
36
Penelitian yang dilakukan oleh Mudrika Alamsyah Hasan (2014)
dengan judul Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow dan Ukuran
perusahaan terhadap Kebijakan Utang (Studi pada Perusahaan-Perusahaan
Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di BEI). Penelitian dilakukan pada
tahun 2009-2011 dengan sampel sebanyak 37 perusahaan sektor industri dasar
dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metodologi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian
ini adalah kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang. Sedangkan free cash flow dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) dengan judul
Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang. Penelitian
dilakukan pada tahun 2012 ddengan sampel penelitian sebanyak 55 perusahaan
sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil dari penelitian ini adalah kepemilikan institusional dan aset
tetap berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Free cash flow
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan ukuran
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, umur perusahaan dan kredit karbon
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Profitabilitas
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Tanveer Ashraf dan Safdar Rasool
(2013) dengan judul Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms
37
Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory. Penelitian
dilakukan pada tahun 2005-2010 dengan sampel penelitian sebanyak 22
perusahaan sektor otomotif yang terdaftar di Karachi Stock Exchange Pakistan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan pertumbuhan
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage, struktur aktiva
berpengaruh positif signifikan terhadap leverage. Sedangkan profitabilitas,
pajak dan non-debt tax shield berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
leverage. Dan risiko bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
leverage.
Penelitian yang dilakukan oleh Sorana Vatavu (2013) dengan judul
Determinants of Corporate Debt Ratios: Evidence from Manufacturing
Companies Listed on the Bucharest Stock Exchange. Penelitian dilakukan pada
tahun 2003-2012 dengan sampel penelitian sebanyak 196 perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bucharest Stock Exchange. Metodologi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Hasil dari
penelitian ini adalah struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan
likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap debt ratio. Pajak dan suku
bunga berpengaruh positif signifikan terhadap debt ratio. Sedangkan risiko
bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap debt ratio.
38
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Perbedaan Hasil
1. Ita
Trisnawa
ti (2016)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaru
hi Kebijakan
Hutang pada
Perusahaan
Non
Keuangan
yang
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tidak
menggunakan
perusahaan non
keuangan yang
terdaftar di BEI
periode 2009-
2011, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen
kepemilikan
manajerial,
kebijakan dividen,
ukuran perusahaan
dan struktur aset,
menjadi variabel
likuiditas dan umur
perusahaan.
Tidak
menggunakan
analisis regresi
linier berganda,
tetapi
menggunakan
analisis regresi
data panel.
Kepemilikan
institusional dan
profitabilitas
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap kebijakan
hutang.
Pertumbuhan
perusahaan dan
struktur aktiva
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif tidak
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Sedangkan
kebijakan dividen,
free cash flow, dan
ukuran perusahaan
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kebijakan
hutang.
2. Ni
Komang
Ayu
Purnianti
dan I
Wayan
Putra
(2016)
Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaru
hi Kebijakan
Utang
Perusahaan
Non
Keuangan
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tidak
menggunakan
perusahaan non
keuangan yang
terdaftar di BEI
periode 2011-
2013, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
Kepemilikan
institusional dan
umur perusahaan
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap kebijakan
hutang. Sedangkan
ukuran perusahaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
39
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Perbedaan Hasil
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen
kepemilikan
manajerial dan
ukuran perusahaan
menjadi variabel
profitabilitas,
likuiditas,
pertumbuhan
perusahaan, dan
free cash flow.
Tidak
menggunakan
analisis regresi
linier berganda,
tetapi
menggunakan
analisis regresi
data panel.
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif tidak
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
3. Revi
Maretta
Sheisarvi
an,
Nengah
Sudjana,
dan
Muham
mad
Saifi
(2015)
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Kebijakan
Dividen dan
Profitabilitas
terhadap
Kebijakan
Hutang
(Studi pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Tercatat
di BEI
Periode
2010-2012)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tidak
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode 2010-
2012, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen
kepemilikan
manajerial dan
kebijakan dividen
menjadi variabel
kepemilikan
institusional,
likuiditas, umur
perusahaan,
pertumbuhan
Kepemilikan
manajerial,
kebijakan dividen
dan profitabilitas
berpengarruh
negatif signifikan
terhadap kebijakan
hutang.
40
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Perbedaan Hasil
perusahaan, dan
free cash flow.
Tidak
menggunakan
analisis regresi
linier berganda,
tetapi
menggunakan
analisis regresi
data panel.
4. Weka
Natasia
dan
Wahidah
wati
(2015)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaru
hi Kebijakan
Hutang
Perusahaan
yang
Terdaftar di
BEI
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tidak
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BEI
periode 2010-
2013, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen
kepemilikan
manajerial,
struktur aktiva dan
laba ditahan
menjadi variabel
free cash flow.
Tidak
menggunakan
analisis regresi
linier berganda,
tetapi
menggunakan
analisis regresi
data panel.
Free cash flow dan
struktur aktiva
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Kepemilikan
manajerial,
profitabilitas, laba
ditahan dan
likuiditas
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap kebijakan
hutang.
Pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kebijakan
hutang.
Kepemilikan
institusional
berpengaruh
negatif tidak
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
5. Richard
Kofi
Akoto
dan
Dadson
Awunyo-
What
Determines
the Debt
Policy of
Listed
Manufacturin
Analisis
Regresi
Data Panel
Tidak
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Ghana
periode 2000-
Ukuran
perusahaan,
likuiditas, struktur
aktiva dan
kesempatan
bertumbuh
41
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Perbedaan Hasil
Vitor
(2014)
g Firms in
Ghana?
2009, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen
struktur aktiva dan
ukuran perusahaan
menjadi variabel
kepemilikan
institusional, umur
perusahaan, dan
free cash flow.
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Sedangkan
profitabilitas dan
struktur aktiva
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kebijakan
hutang.
6. Farah
Margaret
ha
(2014)
Determinants
of Debt
Policy in
Indonesia’s
Public
Company
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tidak
menggunakan
perusahaan non
keuangan yang
terdaftar di BEI
periode 2007-
2011, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen
struktur aktiva,
ukuran perusahaan,
pajak dan Non
Debt Tax Shield
menjadi variabel
kepemilikan
institusional,
likuiditas, umur
perusahaan, dan
free cash flow.
Tidak
menggunakan
analisis regresi
linier berganda,
tetapi
Profitabilitas dan
pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap kebijakan
hutang. Sedangkan
struktur aktiva
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
Ukuran perusahaan
dan pajak
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kebijakan
hutang. Non Debt
Tax Shield
berpengaruh
negatif tidak
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
42
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Perbedaan Hasil
menggunakan
analisis regresi
data panel.
7. Mudrika
Alamsya
h Hasan
(2014)
Pengaruh
Kepemilikan
Manajerial,
Free Cash
Flow dan
Ukuran
perusahaan
terhadap
Kebijakan
Utang (Studi
pada
Perusahaan-
Perusahaan
Industri
Dasar dan
Kimia yang
Terdaftar di
BEI)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tidak
menggunakan
perusahaan kimia
yang terdaftar di
BEI periode 2009-
2011, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen
kepemilikan
manajerial dan
ukuran perusahaan
menjadi variabel
profitabilitas,
likuiditas,
pertumbuhan
perusahaan, dan
free cash flow
Tidak
menggunakan
analisis regresi
linier berganda,
tetapi
menggunakan
analisis regresi
data panel.
Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif terhadap
kebijakan hutang.
Sedangkan free
cash flow dan
ukuran perusahaan
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
8. Riki
Sanjaya
(2014)
Variabel-
Variabel
yang
Mempengaru
hi Kebijakan
Hutang
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tidak
menggunakan
perusahaan industri
dasar dan kimia
yang terdaftar di
BEI periode 2012,
tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
Kepemilikan
institusional dan
aset tetap
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap kebijakan
hutang. Free cash
flow berpengaruh
positif signifikan
terhadap kebijakan
43
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Perbedaan Hasil
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen aset
tetap, kredit karbon
dan ukuran
perusahaan
menjadi variabel
likuiditas.
Tidak
menggunakan
analisis regresi
linier berganda,
tetapi
menggunakan
analisis regresi
data panel.
hutang. Sedangkan
ukuran perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, umur
perusahaan dan
kredit karbon
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kebijakan
hutang. Profitbilitas
berpengarruh
negatif tidak
signifikan terhadap
kebijakan hutang.
9. Tanveer
Ashraf
dan
Safdar
Rasool
(2013)
Determinants
of Leverage
of
Automobile
Sector Firms
Listed in
Karachi
Stock
Exchange by
Testing
Packing
Order Theory
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Tidak
menggunakan
perusahaan sektor
otomotif yang
terdaftar di KSE
periode 2005-
2010, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen ukuran
perusahaan,
struktur aktiva,
pajak, Non Debt
Tax Shield, dan
risiko bisnis
menjadi variabel
kepemilikan
institusional,
likuiditas, umur
perusahaan, dan
free cash flow.
Tidak
menggunakan
Ukuran perusahaan
dan pertumbuhan
perusahaan
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap leverage,
struktur aktiva
berpengaruh positif
signifikan terhadap
leverage.
Sedangkan
profitabilitas, pajak
dan non-debt tax
shield berpengaruh
negatif tidak
signifikan terhadap
leverage. Dan
risiko bisnis
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap leverage.
44
No Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian Metode Perbedaan Hasil
analisis regresi
linier berganda,
tetapi
menggunakan
analisis regresi
data panel.
10. Sorana
Vatavu
(2013)
Determinants
of Corporate
Debt Ratios:
Evidence
from
Manufacturin
g Companies
Listed on the
Bucharest
Stock
Exchange
Analisis
Regresi
Data Panel
Tidak
menggunakan
perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di BSE
periode 2003-
2012, tetapi
menggunakan
perusahaan LQ45
yang terdaftar di
BEI periode 2014-
2016.
Mengganti variabel
independen
struktur aktiva,
ukuran perusahaan,
pajak, suku bunga,
dan risiko bisnis
menjadi variabel
kepemilikan
institusional, umur
perusahaan,
pertumbuhan
perusahaan, dan
free cash flow.
Struktur aktiva,
ukuran perusahaan,
profitabilitas dan
likuiditas
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap debt ratio.
Pajak dan suku
bunga berpengaruh
positif signifikan
terhadap debt ratio.
Sedangkan risiko
bisnis berpengaruh
positif tidak
signifikan terhadap
debt ratio.
45
D. Kerangka Pemikiran
Dari pemaparan tinjauan pustaka di atas, maka susunan kerangka berpikir
teoritis yang dibangun adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Uji f Uji t Adjusted R2
Interprestasi
Uji Hausman Uji Chow
Uji Statistik
Pemilihan Model Regresi Panel Data
Laporan Keuangan BEI
Variabel Dependen (Y) Variabel Independen (X)
Metode Estimasi Panel Data
Common Effect Fixed Effect Random Effect
Uji Asumsi Klasik
46
E. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Parsial
H0 : bi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang
perusahaan.
Ha : bi ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kepemilikan
institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang perusahaan.
2. Simultan
H0 : b1–b6 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang
perusahaan.
Ha : b1–b6 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, dan free cash flow terhadap kebijakan hutang
perusahaan.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Data yang digunakan selama penelitian yaitu laporan keuangan
perusahaan LQ45 periode 2014-2016. Data-data yang digunakan untuk
keperluan analisis adalah data sekunder dalam laporan keuangan tahunan yang
dipublikasikan oleh BEI (Bursa Efek Indonesia).
Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
kepemilikan institusional, data profitabilitas, data likuiditas, data umur
perusahaan, data pertumbuhan perusahaan, data free cash flow, serta data
kebijakan hutang perusahaan.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan dari objek
penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh
perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-
2016.
48
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh
peneliti. Dalam penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan
beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan yang masuk daftar LQ45 selama tahun 2014-2016
berturut-turut di Bursa Efek Indonesia.
b. Perusahaan LQ45 yang menerbitkan laporan keuangan selama periode
tahun 2014-2016.
c. Perusahaan LQ45 yang menyajikan laporan keuangan dalam satuan
rupiah (Rp) tidak dalam bentuk satuan mata uang asing.
d. Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun 2014-2016.
e. Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang lengkap terkait dengan
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan pemilihan kriteria sampel tersebut, maka pada
penelitian ini sampel perusahaan LQ45 yang memenuhi kriteria berjumlah
15 perusahaan. Untuk proses pemilihan sampel secaa lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :
49
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia 45
1
Perusahaan yang tidak masuk daftar LQ45 selama
tahun 2014-2016 berturut-turut di Bursa Efek
Indonesia
(16)
2 Perusahaan LQ45 yang tidak menerbitkan laporan
keuangan selama periode tahun 2014-2016 (3)
3
Perusahaan LQ45 yang tidak menyajikan laporan
keuangan dalam satuan rupiah (Rp) tidak dalam
bentuk satuan mata uang asing
(2)
4 Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun
2014-2016 (1)
5
Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang
lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.
(8)
Jumlah Sampel 15
Tahun Penelitian 3
Jumlah Observasi Penelitian 45
Sumber: Data Idx yang Diolah
Dalam penelitian ini jumlah perusahaan LQ45 yang memenuhi kriteria
berjumlah 15 perusahaan. Perusahaan – perusahaan yang menjadi sampel
dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1. AKRA AKR Corporindo Tbk.
2. ASII Astra International Tbk.
3. ASRI Alam Sutera Realty Tbk.
4. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
5. GGRM Gudang Garam Tbk.
6. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
7. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
8. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
9. JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.
10. KLBF Kalbe Farma Tbk.
11. LPKR Lippo Karawaci Tbk.
12. MNCN Media Nusantara Citra Tbk.
50
13. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk.
14. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
15. UNTR United Tractors Tbk.
Sumber: Data Idx yang Diolah
C. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain adalah :
1. Studi Kepustakaan, yaitu memperoleh berbagai data dari buku-buku,
jurnal-jurnal yang dipublikasikan, maupun literatur yang berhubungan erat
dengan pokok permasalahan yang akan diteliti.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau data yang
telah tersedia. Data sekunder dikumpulkan, dicatat dan dioleh sendiri data
yang sudah tersedia. Data tersebut diperoleh dari website Bursa Efek
Indonesia (idx.co.id).
D. Metode Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data
panel. Menurut Suliyanto (2011), yang dimaksud dengan analisis regresi data
panel adalah regresi yang menggunakan data panel atau pool data yang
merupakan kombinasi dari data time series dan data cross section. Penulis
menggunakan software Eviews 9.0 dan Microsoft Excel 2013 sebagai bantuan
dalam melakukan analisis data.
51
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis data yang
dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskn variabel yang diteliti berupa
angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan,
dimana dalam penelitian ini terdiri dari mean, standar deviasi, minimum
dan maksimum.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
dependen variabel, independen variabel ataupun keduanya
mempunyai distribusi yang normal atau tidak (Ghozali, 2009).
Sementara itu Suliyanto (2011) mengatakan bahwa uji normalitas
dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah
distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak.
Dalam melakukan uji normalitas, terdapat beberapa metode yaitu uji
normalitas dengan analisis grafik, uji normalitas dengan metode
signifikansi Skewness dan Kurtois, uji normalitas dengan Jarque-
Bera (JB Test) dan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.
Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas metode signifikansi
Skewness dan Kurtois. Adapun persamaan uji normalitas dapat ditulis
sebagai berikut:
52
keterangan:
N : Banyaknya data
Sk : Skewness (kemencengan)
K :Kurtosis (peruncingan)
dengan:
b. Uji Multikolinieritas
Menurut Suliyanto (2011), multikolinearitas merupakan
peristiwa dimana terjadi linier yang mendekat sempurna antar dua
variable bebas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atauu sempurna
diantara variable bebas atau tidak. menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Adanya
multikolinieritas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen
dapat dideteksi dengan beberapa cara, salah satunya yaitu Tolerance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Dalam penelitian ini
53
menggunakan uji multikolinieritas metode Tolerance dan Variance
Inflation Factor (VIF) dimana nilai batas korelasi antar variabel
independen tidak lebih dari 0.90. (Ghozali, 2013) Adapun persamaan
uji multikolinearitas sebagai berikut:
𝑉𝐼𝐹 = 1
(1−𝑅12)
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Suliyanto (2011), heteroskedastisitas berarti ada
varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Uji
heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Data yang baik yaitu
homoskedastisitas yaitu kesamaan varians dan residual (Ghozali,
2009). Ada dua cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas yaitu metode grafik dan metode statistik. Metode
grafik relatif lebih mudah dilakukan namun memiliki kelemahan yang
cukup signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi
tampilannya. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit
menginterprestasikan hasil grafik plots. Sementara itu, metode
statistik memiliki beberapa cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas
diantaranya yaitu Glesjer, White, Breusch-Pagan-Godfrey, Harvey,
Park. Dalam penelitian ini, cara yang digunakan dalam mendeteksi
54
heteroskedastisitas adalah metode statistik cara Uji White. Adapun
persamaan deteksi heteroskedastisitas dengan Uji White dapat ditulis
sebagai berikut:
𝑌𝑖 = 𝐵1 + 𝐵2𝑋2𝑖 + 𝐵3𝑋3 + µ𝑖
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data rentet waktu (time series)
karena “gangguan” pada seorang individu kelompok cenderung
mempengaruhi “gangguan” pada individu kelompok yang sama pada
periode berikutnya. Pada data crossection (silang waktu), masalah
autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi
yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi
(Ghozali, 2013). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi diantaranya yaitu metode
Durbin-Watson (DW test), metode Lagrange Multiplier (LM test),
metode Breusch-Godfrey (B-G test) dan metode Run Test. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM test)
55
untuk mendeteksi autokorelasi. Adapun rumus uji autokorelasi secara
umum dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑦 = 𝛽0 + 𝛽1𝑥 + 𝑢
Sementara itu, untuk deteksi autokorelasi dengan uji Lagrange
Multiplier (LM test) dapat ditulis persamaan sebagai berikut:
𝐿𝑀 = (𝑛 – 𝑞)𝑅2𝑢
3. Model Estimasi Regresi Data Panel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis regresi
panel data. Regresi panel data merupakan penelitian yang menggabungkan
antara cross section (data silang) dengan time series (runtut waktu). Dalam
menganalisis data menggunakan metode analisis regresi data panel,
diawali dengan melakukan pooling data dalam bentuk workfile. Berikut
ini langkah-langkah dalam estaimasi model regresi panel data, diataranya
yaitu: (Ghozali, 2013)
a. Model dengan Semua Koefisien Konstan terhadap Waktu dan
Individu (Common Effect)
Model seperti ini dikatakan sebagai model paling sederhana,
dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan ruang yang
dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk mengestimasi
dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS (Ordinary Least
Square). sehingga sering disebut pooled OLS atau common OLS
model.
56
Bila kita punya asumsi bahwa α dan ß akan sama (konstan)
untuk setiap data time series dan cross section, maka α dan ß dapat
diestimasi dengan model berikut: (Suliyanto, 2011)
𝑌𝑖𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1𝑋1𝑖𝑡 + 𝛽2𝑋2𝑖𝑡 + 𝜀𝑖
Keterangan :
i : unit cross section
t : periode waktu
b. Koefisien Slope Konstan tetapi Intersep Bervariasi Antar Individu
(Fixed Effect Model)
Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas”
setiap perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan
membuat intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap
berasumsi bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan.
Model regresinya sebagai berikut: (Suliyanto, 2011)
Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4D1i + β5D2i +...+ Ɛit
Keterangan :
i : unit cross section
t : periode waktu
Istilah Fixed Effect menunjukkan walaupun intersep mungkin
berbeda untuk setiap individu tetapi intersep setiap individu tersebut
tidak bervariasi terhadap waktu (time invariant). Dalam model ini
juga disumsikan bahwa koefisien slope tidak bervariasi baik terhadap
57
individu maupun waktu (konstan). Pemikiran inilah yang menjadi
dasar pemikiran pembentukan model tersebut.
c. Model Efek Random (Random Effect)
Bila pada Model Efek Tetap, perbedaan antar-individu dan
atau waktu dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek
Random, perbedaam tersebut diakomodasi lewat error. Teknik ini
juga memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang
time series dan cross section. Model persamaan regresinya sebagai
berikut: (Suliyanto, 2011)
Yit = α + α1DX1 it + α2DX2 it + α3DX3 it + α4DX4 it +
α5DX5 it + ß1X1 it ß2X2 it + γ1 (X1) + γ2 (X2) + γ3 (X3)
+ γ4 (X4) + γ5 + µit
Keterangan :
i : unit cross section
t : periode waktu
d. Uji Chow
Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara model
Common Effect dengan Fixed Effect Model. Nilai yang harus
diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-Statistik.
Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
58
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat
signifikasi (5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka
menerima H0. Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan
menggunakan F-statistik seperti yang dirumuskan sebagai berikut:
𝐶ℎ𝑜𝑤 == (𝑅𝑅𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆) / (𝑁−1)
(𝑈𝑅𝑆𝑆)/ (𝑁𝑇−𝑁−𝐾)
keterangan:
RRSS : Restricted Residual Sum Square ( diperoleh dari estimasi data
panel dengan metode pooled least square ).
URSS : Unrestricted Residual Sum Square ( diperoleh dari estimasi
data panel dengan metode fixed effect ).
N : Jumlah data cross section
T : Jumlah data time series
K : Jumlah Variabel bebas
e. Uji Hausman
Uji Hausman bertujuan untuk memilih antara Fixed Effect
Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Nilai yang harus
diperhatikan pada uji hausman adalah nilai probabilitas dari Cross-
section random. Hipotesis yang digunakan dalam uji hausman adalah
sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model (REM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
59
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat
signifikasi (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka
menerima H0. Adapun persamaan uji hausman dapat ditulis sebagai
berikut:
H=(βRE - βFE)1 (ΣFE – ΣRE)-1 (βRE – βFE)
keterangan:
βRE : Random Effect Estimator
βFE : Fixed Effect Estimator
ΣFE : Matriks Kovarians Fixed Effect
ΣRE : Matriks Kovarians Random Effect
4. Uji Hipotesis
a. Uji T (Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam
menerangkan variabel dependen. (Ghozali, 2009) Apabila thitung >
ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang berarti variabel
independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5%, jika
nilai thitung > ttabel maka secara satu persatu variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan
melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada
0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel independen secara
60
satu persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen
secara satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Dalam penelitian ini menggunakan uji signifikan dua arah atau
two tailed test, yaitu suatu uji yang mempunyai dua daerah penolakan
H yaitu terletak di ujung sebelah kanan dan kiri. Dalam pengujian dua
arah, biasa digunakan untuk tanda sama dengan (=) pada hipotesis nol
dan tanda tidak sama dengan (≠) pada hipotesis alternatif. Tanda (=)
dan (≠) ini tidak menunjukan satu arah, sehingga pengujian dilakukan
untuk dua arah. Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat dilihat
berdasarkan uji hipotesis dengan membandingkan t hitung dengan
ttabel. Apabila - t hitung < - ttabel atau t hitung > ttabel maka H0
ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen,
variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh siginifikan.
Apabila thitung ≤ ttabel atau thitung ≥ ttabel maka H0 diterima dan
Ha ditolak artinya variabel independen secara parsial tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Selain
61
itu, dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas
lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka
variabel independen secara satu persatu berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari
pada 0,05 maka variabel independen secara satu persatu tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. (Purwanto, 2009:88-89)
Adapun persamaan uji t dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑡𝑖 =𝑏𝑗
𝑆𝑏𝑗
keterangan:
ti : Nilai t hitung
bj : Koefisien regresi
Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi
Dimana:
Sbj = 𝑆𝑒2
𝐷𝑒𝑡 {𝐴} (𝐾𝑖𝑖)
keterangan:
Sbj : Kesalahan baku koefisien regresi
Se : Kesalahan baku estimasi
Det [A] : Determinasi Maktriks A
Kii : Kofaktor Matriks A
dimana:
SeΣ(Y− Ỹ)²
n−k
62
keterangan:
Se : Kesalahan baku estimasi
(Y - Ỹ)2 : Kuadrat selisih nilai Y riil dnegan nilai Y prediksi
n : ukuran sampel
k : Jumlah variabel yang diamati
b. Uji F (Simultan)
Uji f digunakan bertujuan untuk membuktikan apakah
variabel-variabel independen (X) secara simultan bersama-sama
pempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Apabila
Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen dengan munggunakan tingkat signifikansi sebesar
5%. Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka secara bersama-sama seluruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu,
dapat juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas
lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar
daripada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1) H0 : ß = 0, Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan
antara variabel independen terhadap variabel dependen.
63
2) Ha : ß ≠ 0, Terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
varibel independen terhadap variabel dependen.
Adapun persamaan uji signifikansi simultan dapat ditulis sebagai
berikut:
.
Keterangan:
F : Nilai F hitung
R2 : koefisien determinasi
n : jumlah cross section
T : jumlah time series
K : jumlah variabel independen
5. Koefisien Determinasi (R²)
Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
Adapun persamaan koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑅2 = 𝐸𝑆𝑆
𝑇𝑆𝑆
64
keterangan:
R2 : koefisien determinasi
ESS : Explained Sum of Square
TSS : Total Sum of Square
6. Koefisien Persamaan Regresi Data Panel
Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besarnya
keterikatan dengan menggunakan data variabel bebas yang sudah
diketahui besarnya. (Santoso, 2010) Variabel-variabel yang terdiri dari
variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X). Variabel terikat terdiri dari satu
variabel, yaitu Kebijakan Hutang (DER), dan variabel bebas yang terdiri
dari Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas
(CR), Umur Perusahaan (AGE), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH),
dan Free Cash Flow (FCF). Dari variabel-variabel tersebut akan diteliti
suatu analisa apakah adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y
dalam analisis regresi panel data.
𝒀𝒊𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏𝑿𝟏𝒊𝒕 + 𝜷𝟐𝑿𝟐𝒊𝒕 + 𝜷𝟑𝑿𝟑𝒊𝒕 + 𝜷𝟒𝑿𝟒𝒊𝒕 + 𝜷𝟓𝑿𝟓𝒊𝒕 + 𝜷𝟔𝑿𝟔𝒊𝒕 + 𝒆
keterangan:
α : Konstanta
Yit : Kebijakan Hutang (DER)
β0-β6: Koefisien Regresi
𝑿𝟏𝒊𝒕 : Kepemilikan Institusional (INST)
𝑿𝟐𝒊𝒕 : Profitabilitas (ROA)
65
𝑿𝟑𝒊𝒕 : Likuiditas (CR)
𝑿𝟒𝒊𝒕 : Umur Perusahaan (AGE)
𝑿𝟓𝒊𝒕 : Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH)
𝑿𝟔𝒊𝒕 : Free Cash Flow (FCF)
𝒆 : Error Term
E. Operasional Variabel Penelitian
Berikut peneliti sajikan rumus-rumus mengenai perhitungan dari
variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini, baik variabel independen
dan variabel dependen. Dimana variabel independen terdiri dari kepemilikan
institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan
perusahaan, dan free cash flow. Sedangkan variabel dependennya adalah
kebijakan hutang.
1. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh pembiayaan bagi perusahaan,
sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional
perusahaan (Moeljadi, 2006). Kebijakan hutang diberi simbol DER. Pada
penelitian ini kebijakan hutang diprokasikan dengan Debt to Equity Ratio
(DER). Debt to Equity Ratio ini menunjukkan perbandingan antara total
hutang dengan total ekuitas/total modal sendiri. Rumus DER
menggunakan skala rasio. Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut:
𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
66
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga
(perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan
kepemilikan institusi lain) (Anggraini, 2011). Kepemilikan institusional
diberi simbol INST. Untuk menghitung kepemilikan institusional
memakai rumus perbandingan antara jumlah saham institusional dengan
total saham yang beredar. Skala yang digunakan dalam rumus ini adalah
skala rasio. Kepemilikan institusional dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐼𝑁𝑆𝑇 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki
perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan.
Profitabilitas diberi simbol ROA. Profitabilitas pada penelitian ini akan
diukur melalui Return on Asset (ROA) yang dihitung dengan
membandingkan antara laba operasional setelah pajak dengan total aktiva
perusahaan. Rumus ini menggunakan skala rasio. Return on Asset dapat
dirumuskan sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
67
4. Likuiditas
Likuiditas secara umum dapat diartikan sebagai tingkat
kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar hutang-hutangnya
yang telah jatuh tempo (Kasmir, 2010). Likuiditas diberi simbol CR.
Likuiditas pada penelitian ini akan diukur melalui Current Ratio (CR)
yang dihitung dengan membandingkan antara total aktiva lancar dengan
total hutang lancar. Rumus ini menggunakan skala rasio. Current Ratio
dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐶𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
5. Umur Perusahaan
Umur perusahaan adalah umur sejak berdirinya hingga perusahaan
telah mampu menjalankan operasinya (Purnianti dan Putra, 2016). Umur
perusahaan diberi simbol AGE. Umur perusahaan pada penelitian ini
dihitung dengan pengurangan logaritma natural antara tahun observasi
dengan tahun berdiri perusahaan. Rumus ini menggunakan skala rasio.
Umur perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐴𝐺𝐸 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑂𝑏𝑠𝑒𝑟𝑣𝑎𝑠𝑖 − 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑑𝑖𝑟𝑖)
6. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana
perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan
68
dengan periode sebelumnya (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012).
Pertumbuhan perusahaan diberi simbol GROWTH. Pertumbuhan
perusahaan dihitung dengan mengurangkan total aktiva tahun berjalan
dengan total aktiva tahun sebelumnya lalu dibagi dengan total aktiva tahun
sebelumnya. Rumus ini menggunakan skala rasio. Pertumbuhan
perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐺𝑅𝑂𝑊𝑇𝐻 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡 − 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡−1
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡−1
7. Free Cash Flow
Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak
diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap (Ross dkk,
2000). Free cash flow diberi simbol FCF. Rumus FCF menggunakan skala
rasio. Free cash flow dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐹𝐶𝐹𝒊𝒕 = 𝐴𝐾𝑂𝒊𝒕 − 𝑃𝑀𝒊𝒕 − 𝑁𝑊𝐶𝒊𝒕
Keterangan:
𝐹𝐶𝐹𝒊𝒕 = Free Cash Flow
𝐴𝐾𝑂𝒊𝒕 = Aliran Kas Operasi Perusahaan i pada tahun t
𝑃𝑀𝒊𝒕 = Pengeluaran Modal Perusahaan i pada tahun t
𝑁𝑊𝐶𝒊𝒕 = Modal Kerja Bersih Perusahaan i pada tahun t
69
a. Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari aktivitas penghasil
utama pendapatan perusahaan (principal revenue producing
aktivities) dan bukan aktivitas lain yang bukan aktivitas pendanaan.
b. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada aset tetap yaitu
aset tetap bersih akhir periode dikurang dengan aset tetap bersih awal
periode.
c. Modal Kerja (Net Working Capital), adalah selisih antara aset lancar
dengan hutang lancar di tahun yang sama.
70
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal
Pasar Modal Indonesia mengalami pasang surut sejak didirikannya
oleh pemerintah Belanda pada tahun 1912 di Jakarta untuk menarik dana
dari masyarakat dalam bentuk saham dan obligasi guna membiayai
perusahaan perkebunan milik Belanda. Kemudian pada tahun 1925,
didirikan Bursa Efek di Surabaya dan Semarang. Pertumbuhan Bursa Efek
pada waktu itu cukup baik namun dengan meletusnya perang dunia kegiatan
kedua pasar modal tersebut akhirnya berhenti.
Setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan, kegiatan pasar modal
dihidupkan kembali dengan dipasarkannya obligasi pemerintah Republik
Indonesia pada tahun 1950. Keberadaan pasar modal pada era kemerdekaan
diatur dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1952 yang sebelumnya
merupakan Undang-undang Darurat tentang Bursa Nomor 13 Tahun 1951.
Namun perkembangan pasar modal sejak tahun 1950-an sampai dengan
tahun 1970-an kurang menggembirakan yang diakibatkan oleh inflasi yang
sangat tinggi.
Oleh karena itu, pemerintah pada tahun 1977 membentuk Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) yang sekarang menjadi Badan Pengawas
Pasar Modal untuk dapat mendorong peran pasar modal dalam memobilisasi
71
dana dari masyarakat guna membiayai pembangunan. Sejak tahun 1977
sampai 1983, perkembangan pasar modal cukup mengembirakan yaitu dari
1 emiten di tahun 1977 menjadi 23 emiten di tahun 1983. Namun sejak tahun
1984 sampai dengan 2007, pertumbuhan jumlah emiten mencapai 30%
setiap tahunnya.
Adanya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
lebih menjamin kepastian hukum kepada semua pelaku pasar modal untuk
melakukan kegiatan di pasar modal. Disamping itu, dengan diintroduksinya
sistem baru dalam melakukan transaksi jual beli sekuritas yang semula
dengan sistem manual diganti dengan sistem perdagangan otomatis (JATS :
The Jakarta Automated Trading System) telah terjadi peningkatan yang
sangat besar baik dari sisi volume perdagangan, rata-rata nilai perdagangan
dan jumlah transaksi. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal
di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :
Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda.
1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II.
72
1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin
tidak aktif.
1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go
public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar
modal.
73
16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya.
13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
02 Maret 2009 : Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT
Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.
2. Gambaran Umum Perusahaan LQ45
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
74
karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penentuan
sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan yang masuk daftar LQ45 selama tahun 2014-2016
berturut-turut di Bursa Efek Indonesia.
b. Perusahaan LQ45 yang menerbitkan laporan keuangan selama periode
tahun 2014-2016.
c. Perusahaan LQ45 yang menyajikan laporan keuangan dalam satuan
rupiah (Rp) tidak dalam bentuk satuan mata uang asing.
d. Perusahaan LQ45 yang tidak merugi selama tahun 2014-2016.
e. Perusahaan LQ45 yang memiliki data yang lengkap terkait dengan
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini jumlah perusahaan LQ45 yang terdaftar di
BEI periode 2014-2016 yang memenuhi kriteria berjumlah 15 perusahaan.
Berikut ini adalah penjelasan dari 15 perusahaan yang termasuk dalam
sampel penelitian :
1) PT. AKR Corporindo Tbk.
PT AKR Corporindo Tbk., selanjutnya disebut AKR, lahir
sebagai usaha pedagangan bahan kimia dasar lebih dari 55 tahun yang
lalu di Surabaya dan pada hari ini telah berkembang menjadi salah
satu distributor swasta terbesar untuk bahan kimia dasar, Bahan Bakar
Minyak (BBM), logistik dan solusi rantai pasokan di Indonesia. Bpk
Soegiarto Adikoesoemo, wiraswasta dan pengusaha dari Surabaya
merintis bisnis ini pada tahun 1960an dan membentuk PT Aneka
75
Kimia Raya pada 28 November 1977. Perseroan memindahkan kantor
pusatnya ke Jakarta pada tahun 1985.
AKR sekarang dikenal sebagai penyedia jasa logistik
terkemuka pihak ketiga, infrastruktur rantai pasokan di Indonesia.
AKR memperluas usahanya pada operasi pelabuhan di Cina dengan
mengakuisisi lima pelabuhan sungai di Guigang, Provinsi Guangxi
China dan sejak dimodernisasi dan diperluas ke pelabuhan kontainer
modern dan pelabuhan komoditas massal menawarkan operasional
pelabuhan yang efisien di sungai Pearl.
2) PT. Astra International Tbk.
Astra mengawali bisnis di Jakarta pada tahun 1957 sebagai
sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama PT Astra
International Inc. yang kemudian telah mengalami perubahan nama
menjadi PT Astra International Tbk pada tahun 1990, seiring dengan
pelepasan saham ke publik beserta pencatatan saham Perseroan di
Bursa Efek Indonesia yang terdaftar dengan ticker ASII. Dari waktu
ke waktu, Astra terus mengembangkan usahanya untuk dapat
mencapai tujuan “Sejahtera Bersama Bangsa”. Berdasarkan anggaran
dasar yang terakhir, kegiatan usaha Astra saat ini meliputi bidang
perdagangan umum, perindustrian, pertambangan, pengangkutan,
pertanian, pembangunan, jasa dan konsultan.
76
3) PT. Alam Sutera Realty Tbk.
PT Alam Sutera Realty Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada
tanggal 3 Nopember 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal
oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga yang memfokuskan
kegiatan usahanya di bidang properti. Perusahaan mengganti nama
menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk dengan akta tertanggal 19
September 2007 No. 71 dibuat oleh Misahardi Wilamarta, S.H.,
notaris di Jakarta. Pada 18 Desember 2007, Perusahaan menjadi
perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di Bursa Efek
Indonesia.
Setelah lebih dari 19 tahun sejak didirikan, Perusahaan telah
menjadi pengembang properti terintegrasi yang memfokuskan
kegiatan usahanya dalam pembangunan dan pengelolaan perumahan,
kawasan komersial, kawasan industri, dan juga pengelolaan pusat
perbelanjaan, pusat rekreasi dan perhotelan (pengembangan kawasan
terpadu).
4) PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (”Perseroan”) didirikan
di Indonesia dengan nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal
Feedmill Co. Limited. Kegiatan usaha utama adalah industri makanan
ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta pengolahannya,
industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan sapi,
termasuk unit-unit cold storage. Selain itu, menjual makanan ternak,
77
makanan, daging ayam dan sapi, bahan-bahan asal hewan di wilayah
Republik Indonesia, maupun ke luar negeri dengan sejauh diizinkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) PT. Gudang Garam Tbk.
Perusahaan rokok Gudang Garam adalah salah satu industri
rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak tahun 1958 di
kota Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal
luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil
rokok kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa
ditemukan dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL),
sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-
mesin (SKM). Bagi Anda para penikmat kretek sejati, komitmen kami
adalah memberikan pengalaman tak tergantikan dalam menikmati
kretek yang terbuat dari bahan pilihan berkualitas tinggi.
6) PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02
September 2009 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1
Oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan kegiatan usaha
Divisi Mi Instan dan Divisi Penyedap Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF), pemegang saham pengendali. Kantor pusat Indofood CBP
berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jl. Jend.
Sudirman, Kav. 76-78, Jakarta 12910, Indonesia, sedangkan pabrik
78
perusahaan dan anak usaha berlokasi di pulau Jawa, Sumatera,
Kalimatan, Sulawesi dan Malaysia.
7) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14
Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF
berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 21, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta 12910 – Indonesia. Sedangkan pabrik
dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di
pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.
8) PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement” atau
“Perseroan”) mengoperasikan pabrik pertamanya secara resmi pada
Agustus 1975. Dalam kurun waktu 39 tahun, Indocement telah
menjadi salah satu produsen semen terbesar di Indonesia.
Perseroan didirikan pada 16 Januari 1985 melalui
penggabungan enam perusahaan semen, yang pada saat itu memiliki
delapan pabrik. Indocement didirikan berdasarkan akta pendirian No.
227 tanggal 16 Januari 1985 yang dibuat di hadapan Notaris Ridwan
Suselo, SH. Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha utama
Perseroan meliputi manufaktur semen dan bahan bangunan,
penambangan, konstruksi dan perdagangan. Saat ini, Perseroan dan
Entitas Anak bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi
79
manufaktur dan penjualan semen (sebagai bisnis inti), memroduksi
beton siap-pakai, agregat dan trass.
9) PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.
Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) didirikan tanggal 01 Maret
1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978.
Kantor pusat JSMR beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia
Indah, Jakarta 13550 – Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JSMR adalah turut serta
melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah
di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya,
khususnya pembangunan dibidang pengusahaan jalan tol dengan
sarana penunjangnya dengan menerapkan prinsip-prinsip perusahaan
terbatas. Saat ini, Jasa Marga mengoperasikan 11 ruas jalan tol yang
dikelola oleh 9 Kantor Cabang dan 14 anak usaha.
10) PT. Kalbe Farma Tbk.
Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September
1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966.
Kantor pusat Kalbe berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend.
Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510, sedangkan fasilitas
pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H.
Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan
80
dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang
pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi, produk
obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan minuman kesehatan
hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan primer.
11) PT. Lippo Karawaci Tbk.
Lippo Karawaci Tbk (LPKR) didirikan tanggal 15 Oktober
1990 dengan nama PT Tunggal Reksakencana. Kantor pusat LPKR
terletak di Jl. Boulevard Palem Raya No. 7, Menara Matahari Lantai
22-23, Lippo Karawaci Central, Tangerang 15811, Banten –
Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan LPKR adalah dalam bidang real estat, pengembangan
perkotaan (urban development), pembebasan/pembelian, pengolahan,
pematangan, pengurugan dan penggalian tanah; membangun sarana
dan prasarana/infrastruktur; merencanakan, membangun,
menyewakan, menjual, dan mengusahakan gedung-gedung,
perumahan, perkantoran, perindustrian, perhotelan, rumah sakit, pusat
perbelanjaan, pusat sarana olah raga dan sarana penunjang, termasuk
tetapi tidak terbatas pada lapangan golf, klub-klub, restoran, tempat-
tempat hiburan lain, laboratorium medik, apotik beserta fasilitasnya
baik secara langsung maupun melalui penyertaan (investasi) ataupun
pelepasan (divestasi) modal; menyediakan pengelolaan kawasan siap
bangun, membangun jaringan prasarana lingkungan dan
81
pengelolaannya, membangun dan mengelola fasilitas umum, serta jasa
akomodasi.
12) PT. Media Nusantara Citra Tbk.
PT Media Nusantara Citra Tbk, atau MNC, telah
mengoperasikan 4 dari 11 stasiun free-to-air (FTA) TV dan memiliki
bisnis inti dalam memproduksi dan mendistribusikan konten - konten
televisi. Perseroan yang didirikan pada tanggal 17 Juni 1997
merupakan perusahaan publik yang sahamnya telah tercatat dalam
Bursa Efek Jakarta (BEI) sejak tanggal 22 Juni 2007, dengan kode
saham ‘MNCN’. Selain 4 stasiun TV FTA Perseroan – RCTI,
MNCTV, GlobalTV dan iNewsTV – serta 22 channel yang disiarkan
di TV-berlangganan MNC Channel. MNC juga memiliki radio, media
cetak, talent management dan perusahaan produksi TV, dimana
kegiatan usaha tersebut mendukung penuh fokus inti bisnis dari MNC.
Maksud dan tujuan Perseroan sebagaimana disebutkan dalam
Anggaran Dasar, adalah untuk terlibat dalam usaha perdagangan
umum, perindustrian, agrikultur, pengangkutan, percetakan,
multimedia melalui perangkat satelit dan perangkat lainya, jasa serta
investasi.
13) PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
Pertambangan di Tanjung Enim dimulai pada masa
pemerintahan Kolonial Belanda di tahun 1919 dengan
mengoperasikan tambang bersistem pertambang terbuka di Air Laya.
82
Dengan menggunakan metode pertambangan dalam tanah, kegiatan
pertama dimulai pada tahun 1923 dan bertahan sampai tahun 1940,
sementara produksi komersil dimulai pada tahun 1938.
Pada tahun 1981, PN TABA mengubah status perusahaan
menjadi perseroan tertutup dibawah nama PT Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero) Tbk, yang seterusnya menjadi nama perusahaan
ini. Untuk mengembangkan perusahaan pertambangan batubara di
Indonesia, pada tahun 1990 pemerintah meleburkan Perum Tambang
Batubara dengan PTBA. Pada 23 Desember 2002 PTBA terdaftar
sebagai perseroan terbuka di Indonesian Stock Exchange dibawah
bendera "PTBA".
14) PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk biasa dikenal dengan
nama Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) pada mulanya
merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”, yang didirikan pada
tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
25 tahun 1991, status Telkom diubah menjadi perseroan terbatas milik
negara (“Persero”). Kantor pusat Telkom berlokasi di Jalan Japati No.
1, Bandung, Jawa Barat. Kegiatan usaha utama Telkom Indonesia
adalah menyediakan layanan telekomunikasi yang mencakup
sambungan telepon kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak
bergerak, komunikasi selular, layanan jaringan dan interkoneksi serta
layanan internet dan komunikasi data. Selain itu, Telkom Indonesia
83
juga menyediakan berbagai layanan di bidang informasi, media dan
edutainment, termasuk cloud-based dan server-based managed
services, layanan e-Payment dan IT enabler, e-Commerce dan layanan
portal lainnya.
15) PT. United Tractors Tbk.
PT. United Tractors Tbk. didirikan pada 13 Oktober 1972, UT
melaksanakan penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya pada 19 September 1989 menggunakan
nama PT United Tractors Tbk (UNTR), dengan PT Astra International
Tbk sebagai pemegang saham mayoritas. Penawaran umum saham
perdana ini menandai komitmen United Tractors untuk menjadi
perusahaan kelas dunia berbasis solusi di bidang alat berat,
pertambangan dan energi guna memberi manfaat bagi para pemangku
kepentingan. Tidak puas hanya menjadi distributor peralatan berat
terbesar di Indonesia, Perusahaan juga memainkan peran aktif di
bidang kontraktor penambangan dan baru-baru ini telah memulai
usaha pertambangan batu bara. UT menjalankan berbagai bisnisnya
melalui tiga unit usaha yaitu Mesin Konstruksi, Kontraktor
Penambangan dan Pertambangan.
B. Pengujian dan Pembahasan
1. Deskriptif Variabel Penelitian
Untuk mengetahui gambaran kondisi dari variabel dalam penelitian
ini maka dilakukan analisis deskriptif. Variabel yang digunakan dalam
84
penelitian ini meliputi variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu Kepemilikan Institusional,
Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan
Free Cash Flow, sedangkan variabel dependennya dalah Kebijakan Hutang.
a. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham
perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga
(perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management
dan kepemilikan institusi lain) (Anggraini, 2011).
Gambar 4.1
Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
Sumber : Data yang Diolah
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
1,000
1,200
85
Tabel 4.1
Nilai Kepemilikan Institusional Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
No Kode 2014 2015 2016 Rata-Rata
1 AKRA 0,588 0,592 0,586 0,588
2 ASII 0,970 0,962 0,965 0,966
3 ASRI 0,517 0,517 0,519 0,518
4 CPIN 0,555 0,555 0,555 0,555
5 GGRM 0,755 0,755 0,755 0,755
6 ICBP 0,805 0,805 0,805 0,805
7 INDF 0,501 0,501 0,501 0,501
8 INTP 0,640 0,640 0,514 0,598
9 JSMR 0,028 0,028 0,028 0,028
10 KLBF 0,992 0,989 0,978 0,987
11 LPKR 0,179 0,231 0,413 0,274
12 MNCN 0,759 0,759 0,759 0,759
13 PTBA 0,650 0,650 0,650 0,650
14 TLKM 0,433 0,458 0,464 0,452
15 UNTR 0,595 0,595 0,595 0,595
Rata-rata 0,598 0,602 0,606 0,602
Sumber : Data yang Diolah
Pada gambar 4.1 diatas terlihat bahwa rata-rata kepemilikan
institusional tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki
oleh perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) sebesar 0,987 atau
98,7% dan kepemilikan institusional terendah dimiliki oleh perusahaan
PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,028 atau 2,8%.
Sedangkan jika dilihat dari rata-rata kepemilikan institusional setiap
tahunnya periode 2014-2016, kepemilikan institusional terbaik terjadi
pada tahun 2016 sebesar 0,606 dan kepemilikan institusional terburuk
terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,598.
86
Banyaknya jumlah saham yang dimiliki oleh institusi membuat
manajer lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan pendanaan
yang berasal dari hutang. semakin tinggi kepemilikan institusional
maka investor akan semakin efektif dalam memonitor perilaku
manajemen (Trisnawati, 2016).
b. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba menggunakan sumber-sumber yang dimiliki
perusahaan. Analisis profitabilitas menggambarkan kinerja
fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan
efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. (Harmono,
2014).
Gambar 4.2
Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
Sumber : Data yang Diolah
0,000
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
87
Tabel 4.2
Nilai Profitabilitas Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
No Kode 2014 2015 2016 Rata-Rata
1 AKRA 5,345 6,964 6,613 6,307
2 ASII 9,376 6,361 6,989 7,576
3 ASRI 6,954 3,657 2,528 4,380
4 CPIN 8,372 7,424 9,194 8,330
5 GGRM 9,267 10,161 10,600 10,009
6 ICBP 10,163 11,006 12,564 11,244
7 INDF 5,988 4,039 6,409 5,479
8 INTP 18,326 15,763 12,837 15,642
9 JSMR 3,815 3,592 3,370 3,592
10 KLBF 17,071 15,024 15,440 15,845
11 LPKR 8,303 2,478 2,691 4,491
12 MNCN 13,840 8,822 10,414 11,025
13 PTBA 13,632 12,058 10,898 12,196
14 TLKM 15,000 14,032 16,242 15,091
15 UNTR 8,028 4,525 7,977 6,843
Rata-rata 10,232 8,394 8,984 9,203
Sumber : Data yang Diolah
Pada gambar 4.2 diatas terlihat bahwa rata-rata profitabilitas
tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh
perusahaan PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) sebesar 15,845% dan
profitabilitas terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga
(Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 3,592%. Sedangkan jika dilihat dari
rata-rata profitabilitas setiap tahunnya periode 2014-2016, profitabilitas
terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 10,232 dan profitabilitas
terburuk terjadi pada tahun 2015 sebesar 8,394.
Semakin tinggi laba atau profitabilitas yang dihasilkan oleh
perusahaan maka kebutuhan pinjaman akan semakin menurun hal ini
88
dikarenakan perusahaan telah mampu mendanai investasinya dari
pendanaan internal (Sheisarvian dkk, 2015).
c. Likuiditas
Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
melunasi sejumlah hutang jangka pendek yang umumnya kurang dari
satu tahun (Harmono, 2014).
Gambar 4.3
Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
Sumber : Data yang Diolah
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
89
Tabel 4.3
Nilai Likuiditas Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
No Kode 2014 2015 2016 Rata -Rata
1 AKRA 1,087 1,496 1,271 1,284
2 ASII 1,310 1,379 1,239 1,309
3 ASRI 1,137 0,719 0,898 0,918
4 CPIN 2,241 2,106 2,173 2,173
5 GGRM 1,620 1,770 1,938 1,776
6 ICBP 2,183 2,326 2,407 2,305
7 INDF 1,807 1,705 1,508 1,674
8 INTP 4,934 4,887 4,525 4,782
9 JSMR 0,844 0,482 0,696 0,674
10 KLBF 3,404 3,698 4,131 3,744
11 LPKR 5,233 6,913 5,455 5,867
12 MNCN 9,717 7,431 1,581 6,243
13 PTBA 2,075 1,544 1,656 1,758
14 TLKM 1,061 1,353 1,200 1,205
15 UNTR 2,060 2,148 2,299 2,169
Rata-rata 2,714 2,664 2,198 2,525
Sumber : Data yang Diolah
Pada gambar 4.3 diatas terlihat bahwa rata-rata likuiditas tahun
2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh perusahaan
PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) sebesar 6,243 atau 624,3%
dan likuiditas terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga
(Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,674 atau 67,4%. Sedangkan jika
dilihat dari rata-rata likuiditas setiap tahunnya periode 2014-2016,
likuiditas terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 2,714 dan likuiditas
terburuk terjadi pada tahun 2016 sebesar 2,198.
Semakin tinggi likuiditas perusahaan maka akan menurunkan
penggunaan hutang perusahaan karena semakin besar likuiditas suatu
90
perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya (Kasmir, 2009).
d. Umur Perusahaan
Umur perusahaan didefinisikan jumlah tahun sejak perusahaan
didirikan, ini akan dihitung untuk reputasi dari perusahaan publik yang
mana berkaitan dengan tingkat dari asimetri informasi yang
diasosiasikan perusahaan (Romagos dkk, 2012).
Gambar 4.4
Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
Sumber : Data yang Diolah
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
91
Tabel 4.4
Nilai Umur Perusahaan Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
No Kode 2014 2015 2016 Rata -Rata
1 AKRA 3,611 3,638 3,664 3,637
2 ASII 4,043 4,060 4,078 4,060
3 ASRI 3,045 3,091 3,135 3,090
4 CPIN 3,714 3,738 3,761 3,737
5 GGRM 4,025 4,043 4,060 4,043
6 ICBP 3,466 3,497 3,526 3,496
7 INDF 3,178 3,219 3,258 3,218
8 INTP 3,664 3,689 3,714 3,689
9 JSMR 3,584 3,611 3,638 3,611
10 KLBF 3,871 3,892 3,912 3,892
11 LPKR 3,178 3,219 3,258 3,218
12 MNCN 2,833 2,890 2,944 2,889
13 PTBA 4,554 4,564 4,575 4,564
14 TLKM 5,063 5,069 5,075 5,069
15 UNTR 3,738 3,761 3,784 3,761
Rata-rata 3,704 3,732 3,759 3,732
Sumber : Data yang Diolah
Pada gambar 4.4 diatas terlihat bahwa rata-rata umur
perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki
oleh perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
sebesar 5,069 dan umur perusahaan terendah dimiliki oleh perusahaan
PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) sebesar 2,889. Sedangkan
jika dilihat dari rata-rata umur perusahaan setiap tahunnya periode
2014-2016, umur perusahaan terbaik terjadi pada tahun 2016 sebesar
3,732 dan umur perusahaan terburuk terjadi pada tahun 2014 sebesar
3,704.
92
Perusahaan yang sudah lama berdiri akan mengurangi jumlah
pemakaian hutang karena kondisi perusahaan yang stabil dan
cenderung memilih dana atau pembiayaan yang berasal dari dalam
perusahaan seperti laba ditahan.
e. Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan merupakan gambaran bagaimana
perkembangan usaha yang dilakukan periode sekarang dibandingkan
dengan periode sebelumnya (Hardiningsih dan Oktaviani, 2012).
Gambar 4.5
Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
Sumber : Data yang Diolah
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
0,300
93
Tabel 4.5
Nilai Pertumbuhan Perusahaan Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
No Kode 2014 2015 2016 Rata -Rata
1 AKRA 0,011 0,028 0,041 0,027
2 ASII 0,103 0,040 0,067 0,070
3 ASRI 0,173 0,105 0,079 0,119
4 CPIN 0,327 0,183 -0,019 0,164
5 GGRM 0,147 0,091 -0,009 0,076
6 ICBP 0,171 0,066 0,088 0,109
7 INDF 0,100 0,069 -0,105 0,021
8 INTP 0,086 -0,043 0,091 0,044
9 JSMR 0,123 0,153 0,457 0,244
10 KLBF 0,098 0,102 0,112 0,104
11 LPKR 0,206 0,094 0,103 0,135
12 MNCN 0,415 0,064 -0,016 0,154
13 PTBA 0,268 0,141 0,100 0,170
14 TLKM 0,108 0,172 0,081 0,120
15 UNTR 0,051 0,024 0,037 0,037
Rata-rata 0,159 0,086 0,074 0,106
Sumber : Data yang Diolah
Pada gambar 4.5 diatas terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan
perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki
oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR) sebesar 0,244
atau 24,4% dan pertumbuhan perusahaan terendah dimiliki oleh
perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) sebesar 0,021
atau 2,1%. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata pertumbuhan
perusahaan setiap tahunnya periode 2014-2016, pertumbuhan
perusahaan terbaik terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,159 dan
pertumbuhan perusahaan terburuk terjadi pada tahun 2016 sebesar
0,074.
94
Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan perusahaan
yang tinggi dan semakin meningkat maka mengisyaratkan adanya
kebutuhan pendanaan lebih besar pula. Kenyataan tersebut mendorong
perusahaan untuk lebih meningkatkan penggunaan hutang untuk
memenuhi pendanaan tersebut. Perusahaan yang sedang tumbuh akan
membutuhkan banyak dana yang akan berakibat pada peningkatan
hutang (Trisnawati, 2016).
f. Free Cash Flow
Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat
didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak
diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap (Ross dkk,
2000).
Gambar 4.6
Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
(Dalam Miliar Rupiah)
Sumber : Data yang Diolah
-40000
-30000
-20000
-10000
0
10000
20000
30000
95
Tabel 4.6
Nilai Free Cash Flow Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
(Dalam Miliar Rupiah)
No Kode 2014 2015 2016 Rata -Rata
1 AKRA 431 -1278 -1446 -764
2 ASII -21181 -4117 -13095 -12798
3 ASRI -1840 -669 741 -589
4 CPIN -9259 -6421 -1826 -5835
5 GGRM -16614 -16572 -13438 -15541
6 ICBP -4873 -5766 -5248 -5296
7 INDF -8360 -17567 -6765 -10897
8 INTP -10516 -7104 -8912 -8844
9 JSMR -1073 2957 2648 1511
10 KLBF -3905 -4569 -5801 -4758
11 LPKR -24017 -31382 -31547 -28982
12 MNCN -8815 -7247 -1328 -5797
13 PTBA -4064 -2678 -2310 -3017
14 TLKM 23108 20437 25643 23063
15 UNTR -5082 -4684 -13174 -7647
Rata-rata -6404 -5777 -5057 -5746
Sumber : Data yang Diolah
Pada gambar 4.6 diatas terlihat bahwa rata-rata free cash flow
tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan LQ45 dimiliki oleh
perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)
sebesar RP 23.063.000.000.000dan free cash flow terendah dimiliki
oleh perusahaan PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) sebesar –Rp
28.982.000.000.000. Sedangkan jika dilihat dari rata-rata free cash flow
setiap tahunnya periode 2014-2016, free cash flow terbaik terjadi pada
tahun 2016 sebesar –Rp 5.057.000.000.000 dan free cash flow terburuk
terjadi pada tahun 2014 sebesar 6.404.000.000.000.
96
Semakin besar free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka
akan didistribusikan untuk para pemegang saham sehingga kebijakan
hutang yang diambil akan semakin besar pula. Menurut Jensen (1986),
menyatakan bahwa ketika free cash flow tinggi maka perusahaan akan
cenderung menggunakan hutang untuk pendanaan perusahaannya.
g. Kebijakan Hutang (DER)
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi
perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas
operasional perusahaan.
Gambar 4.7
Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
Sumber : Data yang Diolah
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2,500
97
Tabel 4.7
Nilai Kebijakan Hutang (DER) Masing-Masing Perusahaan
Tahun 2014-2016
No Kode 2014 2015 2016 Rata-Rata
1 AKRA 1,481 1,087 0,961 1,176
2 ASII 0,964 0,940 0,872 0,925
3 ASRI 1,656 1,834 1,808 1,766
4 CPIN 0,906 0,965 0,710 0,860
5 GGRM 0,752 0,671 0,591 0,671
6 ICBP 0,656 0,621 0,562 0,613
7 INDF 1,084 1,130 0,870 1,028
8 INTP 0,175 0,158 0,153 0,162
9 JSMR 1,788 1,969 2,274 2,011
10 KLBF 0,266 0,252 0,222 0,246
11 LPKR 1,140 1,185 1,066 1,130
12 MNCN 0,449 0,513 0,501 0,488
13 PTBA 0,708 0,819 0,432 0,653
14 TLKM 0,649 0,779 0,702 0,710
15 UNTR 0,563 0,572 0,501 0,546
Rata-rata 0,883 0,900 0,815 0,866
Sumber : Data yang Diolah
Pada gambar 4.7 diatas terlihat bahwa rata-rata kebijakan
hutang (DER) perusahaan tahun 2014-2016 tertinggi pada perusahaan
LQ45 dimiliki oleh perusahaan PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR)
sebesar 2,011 atau 201,1% dan kebijakan hutang (DER) perusahaan
terendah dimiliki oleh perusahaan PT. Indocement Tunggal Prakasa
Tbk. (INTP) sebesar 0,162 atau 16,2%. Sedangkan jika dilihat dari rata-
rata kebijakan hutang setiap tahunnya periode 2014-2016, kebijakan
hutang terbaik terjadi pada tahun 2016 sebesar 0,815 dan kebijakan
hutang terburuk terjadi pada tahun 2015 sebesar 0,900.
98
Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang
besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan
mengunakan utang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan
dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat
meningkatkan operasional perusahaan. Ketika perusahaan
menggunakan utang yang terus meningkat maka akan semakin besar
kewajibannya (Hidayat, 2013).
2. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik dilakukan agar mendapatkan estimator yang
linear, tidak bias dan mempunyai varian yang minimum atau BLUE (Best
Linear Unbiased Estimator). Persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi
yaitu sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Gambar 4.8
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
Series: Residuals
Sample 1 45
Observations 45
Mean 3.01e-16
Median 0.034245
Maximum 0.351364
Minimum -0.499080
Std. Dev. 0.194711
Skewness -0.516164
Kurtosis 2.784275
Jarque-Bera 2.085449
Probability 0.352493
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
99
Pada hasil grafik histogram Kebijakan Hutang (DER) diatas
dapat diketahui bahwa nilai probability JB lebih besar > 0.05
(0.352493>0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dipakai
dalam penelitian ini berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinieritas
INST ROA CR AGE GROWTH FCF
INST 1.000000 0.492743 0.117466 0.119591 -0.258130 -0.115621
ROA 0.492743 1.000000 0.266621 0.482422 0.019483 0.313392
CR 0.117466 0.266621 1.000000 -0.381743 0.183778 -0.450491
AGE 0.119591 0.482422 -0.381743 1.000000 0.006740 0.510333
GROWTH -0.258130 0.019483 0.183778 0.006740 1.000000 0.033313
FCF -0.115621 0.313392 -0.450491 0.510333 0.033313 1.000000
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
Dari tabel diatas terlihat bahwa hubungan antara variabel
independen tidak ada yang menunjukkan nilai korelasi > 0,90 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
terbebas dari masalah multikolinieritas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.9
Hasil Uji White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 2.260583 Prob. F(27,17) 0.0416
Obs*R-squared 35.19680 Prob. Chi-Square(27) 0.1340
Scaled explained SS 22.39118 Prob. Chi-Square(27) 0.7172 Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel uji heteroskedatisitas dengan mengunakan uji
uji white diatas dapat diketahui bahwa probability chi-square sebesar
0.1340>0.05, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data
100
dalam penelitian ini menunjukkan tidak adanya masalah
heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.10
Hasil Uji LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.775148 Prob. F(2,36) 0.1840
Obs*R-squared 4.039497 Prob. Chi-Square(2) 0.1327 Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel hasil uji autokorelasi dengan menggunakan
uji LM Test di atas dapat diketahui bahwa nilai probability Chi-Square
> 0.05 (0.1327>0.05) maka dapat disimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini menunjukkan tidak terjadi gejala autokorelasi.
3. Estimasi Model Data Panel
Regresi data panel merupakan penelitian yang menggabungkan
antara cross section (data silang) dengan time series (runtut waktu). Dalam
menganalisis data menggunakan metode analisis regresi data panel, dikenal
tiga macam pendekatan estimasi yaitu pendekatan kuadrat terkecil atau
Common Effect Model (CEM), pendekatan efek tetap atau Fixed Effect
Model (FEM) dan pendekatan efek acak atau Random Effect Model (REM).
a. Common Effect Model (CEM)
Common Effect Model (CEM) dikatakan sebagai model paling
sederhana, dimana pendekatannya mengabaikan dimensi waktu dan
ruang yang dimiliki oleh data panel. Metode yang digunakan untuk
101
mengestimasi dengan pendekatan ini seperti metode regresi OLS
(Ordinary Least Square). sehingga sering disebut pooled OLS atau
common OLS model (Suliyanto, 2011).
Berikut ini adalah tampilan Common Effect Model (CEM) yang
didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0.
Tabel 4.11
Regresi Data Panel Common Effect Model (CEM)
Dependent Variable: DER?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/22/17 Time: 13:05
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 15
Total pool (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INST? -0.080843 0.263988 -0.306240 0.7611
ROA? -0.109061 0.018853 -5.784669 0.0000
CR? 0.012775 0.035229 0.362629 0.7188
AGE? 0.458989 0.045710 10.04139 0.0000
GROWTH? 1.614788 0.519093 3.110787 0.0035
FCF? 4.08E-15 6.54E-15 0.624933 0.5357 R-squared 0.607345 Mean dependent var 0.865735
Adjusted R-squared 0.557005 S.D. dependent var 0.507296
S.E. of regression 0.337645 Akaike info criterion 0.789925
Sum squared resid 4.446173 Schwarz criterion 1.030813
Log likelihood -11.77331 Hannan-Quinn criter. 0.879726
Durbin-Watson stat 0.555400
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
b. Fixed Effect Model (FEM)
Pendekatan ini merupakan cara memasukkan “individualitas”
setiap perusahaan atau setiap unit cross-sectional adalah dengan
membuat intersep bervarisi untuk setiap perusahaan tetapi masih tetap
berasumsi bahwa koefisien slope konstan untuk setiap perusahaan
(Suliyanto, 2011).
102
Berikut ini adalah tampilan Fixed Effect Model (FEM) yang
didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0.
Tabel 4.12
Regresi Data Panel Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: DER?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/22/17 Time: 13:06
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 15
Total pool (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.619879 3.409997 1.354805 0.1881
INST? 0.119539 0.584169 0.204630 0.8396
ROA? -0.029198 0.013209 -2.210474 0.0369
CR? -0.036374 0.022098 -1.646057 0.1128
AGE? -0.944126 0.903513 -1.044950 0.3065
GROWTH? 0.698851 0.250939 2.784947 0.0103
FCF? 2.89E-15 6.37E-15 0.453095 0.6546
Fixed Effects (Cross)
AKRA--C 0.134550
ASII--C 0.280130
ASRI--C 0.081835
CPIN--C -0.072390
GGRM--C 0.126645
ICBP--C -0.450610
INDF--C -0.375730
INTP--C -0.421451
JSMR--C 0.750772
KLBF--C -0.277262
LPKR--C -0.150044
MNCN--C -1.037132
PTBA--C 0.575025
TLKM--C 1.155463
UNTR--C -0.319801 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.972843 Mean dependent var 0.865735
Adjusted R-squared 0.950212 S.D. dependent var 0.507296
S.E. of regression 0.113194 Akaike info criterion -1.214706
Sum squared resid 0.307508 Schwarz criterion -0.371596
Log likelihood 48.33088 Hannan-Quinn criter. -0.900403
F-statistic 42.98754 Durbin-Watson stat 2.308651
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
103
c. Random Effect Model (REM)
Pada Random Effect Model (REM), perbedaan antar-individu
dan atau waktu diakomodasi lewat error. Teknik ini juga
memperhitungkan bahwa error mungkin berkorelasi sepanjang time
series dan cross section (Suliyanto, 2011).
Berikut ini adalah tampilan Random Effect Model (REM) yang
didapatkan dengan menggunakan software Eviews 9.0.
Tabel 4.13
Regresi Data Panel Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: DER?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/22/17 Time: 13:07
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 15
Total pool (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.413969 0.427482 5.646955 0.0000
INST? -0.647746 0.230906 -2.805231 0.0079
ROA? -0.042494 0.010403 -4.084939 0.0002
CR? -0.055258 0.019129 -2.888693 0.0064
AGE? -0.189132 0.113363 -1.668376 0.1035
GROWTH? 0.983610 0.218633 4.498913 0.0001
FCF? 4.58E-15 4.55E-15 1.008424 0.3196
Random Effects (Cross)
AKRA--C 0.132835
ASII--C 0.259864
ASRI--C 0.354853
CPIN--C -0.132329
GGRM--C 0.027991
ICBP--C -0.085749
INDF--C -0.088743
INTP--C -0.216656
JSMR--C 0.216424
KLBF--C 0.006539
LPKR--C 0.016167
MNCN--C -0.180055
PTBA--C -0.012614
TLKM--C 0.027806
UNTR--C -0.326333 Effects Specification
S.D. Rho
104
Cross-section random 0.196061 0.7500
Idiosyncratic random 0.113194 0.2500 Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765
Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809
S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282
F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.809294 Mean dependent var 0.865735
Sum squared resid 2.159430 Durbin-Watson stat 0.405571
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
d. Uji Chow
Uji chow bertujuan untuk memilih model terbaik antara
Common Effect Model (CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM). Nilai
yang harus diperhatikan pada uji chow adalah nilai probabilitas dari F-
Statistik. Hipotesis yang digunakan dalam uji chow adalah sebagai
berikut:
H0 : Common Effect Model (CEM)
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat
signifikasi (5%), maka tolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka
menerima H0.
105
Tabel 4.14
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 7.585230 (14,24) 0.0000
Cross-section Chi-square 76.093462 14 0.0000 Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
Hasil uji Chow menunjukan nilai probabilitas F-statistik model
sebesar 0.0000 < 0,05 maka menolak H0. Dengan demikian metode data
panel yang tepat antara Common Effect Model (CEM) dengan Fixed
Effect Model (FEM) adalah Fixed Effect Model (FEM). Sehingga
kesimpulan yang diambil adalah menolak H0 dan model yang dipilih
adalah Fixed Effect Model (FEM).
e. Uji Hausman
Setelah tahapan ujian signifikansi antara Common Effect Model
(CEM) dengan Fixed Effect Model (FEM) yang diperoleh adalah Fixed
Effect Model (FEM) lebih baik daripada model Common Effect Model
(CEM). Kemudian dilakukan pengujian kembali dengan menggunakan
Uji Hausman yang digunakan untuk memilih model yang tepat antara
Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM).
Nilai yang harus diperhatikan pada uji hausman adalah nilai
probabilitas dari Cross-section random. Hipotesis yang digunakan
dalam uji hausman adalah sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model (REM)
106
Ha : Fixed Effect Model (FEM)
Jika nilai probabilitas F-statistik lebih kecil dari tingkat
signifikasi (5%), maka menolak H0. Begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas F-statistik lebih besar dari tingkat signifikasi (5%), maka
menerima H0.
Tabel 4.15
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.040373 6 0.0611 Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
Hasil uji hausman menunjukan nilai probabilitas F-statistik
model sebesar 0.0611 > 0,05 maka menerima H0. Dengan demikian
metode data panel yang tepat antara Fixed Effect Model (FEM) dengan
Random Effect Model (REM) adalah Random Effect Model (REM).
Sehingga kesimpulan yang diambil adalah menerima H0 dan model
yang dipilih adalah Random Effect Model (REM).
4. Uji Hipotesis
a. Uji T (Secara Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel individu independen secara individu dalam
menerangkan variabel dependen (Ghozali, 2009). Jika nilai probabilitas
lebih kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel
107
independen secara satu persatu berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05
maka variabel independen secara satu persatu tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat
dari tabel berikut :
Tabel 4.16
Uji T
Dependent Variable: DER?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/22/17 Time: 13:07
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 15
Total pool (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.413969 0.427482 5.646955 0.0000
INST? -0.647746 0.230906 -2.805231 0.0079
ROA? -0.042494 0.010403 -4.084939 0.0002
CR? -0.055258 0.019129 -2.888693 0.0064
AGE? -0.189132 0.113363 -1.668376 0.1035
GROWTH? 0.983610 0.218633 4.498913 0.0001
FCF? 4.58E-15 4.55E-15 1.008424 0.3196
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
1) Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient kepemilikan institusional sebesar
-0.647746 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan
probabilitas kepemilikan institusional sebesar 0.0079<0.05
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap kebijakan hutang.
108
2) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient profitabilitas sebesar -0.042494
menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas
profitabilitas sebesar 0.0002<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.
3) Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient likuiditas sebesar -0.055258
menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas
likuiditas sebesar 0.0064<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas memiliki
pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang.
4) Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient umur perusahaan sebesar -0.189132
menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, sedangkan probabilitas
umur perusahaan sebesar 0.1035>0.05 sehingga H0 diterima dan
Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.
109
5) Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient pertumbuhan perusahaan sebesar
0.983610 menunjukkan bahwa arah koefisien positif, sedangkan
probabilitas pertumbuhan perusahaan sebesar 0.0001<0.05
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap kebijakan hutang.
6) Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang
Hasil pengujian dengan analisis regresi data panel di atas
menunjukkan nilai coefficient free cash flow sebesar
0.00000000000000458 menunjukkan bahwa arah koefisien positif,
sedangkan probabilitas free cash flow sebesar 0.3196>0.05
sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan
bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kebijakan hutang.
b. Uji F (Secara Simultan)
Uji f digunakan bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen (X) secara simultan bersama-sama pempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Jika nilai probabilitas lebih
kecil daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi 5%), maka variabel
independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar daripada 0,05
110
maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel
berikut :
Tabel 4.17
Uji F
Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.196061 0.7500
Idiosyncratic random 0.113194 0.2500 Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765
Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809
S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282
F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel di atas, nilai probabilitas F-statistik sebesar
11.27152, dengan menggunakan tingkat keyakinan = 5%, dimana
tingkat signifikansi prob(F-statistik) sebesar 0.000000 berarti
ditemukan siginifikasi antara variabel independen kepemilikan
institusional, profitabilitas, likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan
perusahaan dan free cash flow secara simultan terhadap variabel
dependen kebijakan hutang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
independen kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, umur
perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow secara
111
simultan atau secara bersama-sama terhadap variabel dependen
kebijakan hutang.
5. Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Koefisien
determinasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18
Koefisien Determinasi R2
Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765
Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809
S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282
F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
Berdasarkan tabel diatas besarnya nilai koefisien determinasi R-
squared sebesar 0.640251 atau 64,02%. Hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh variabel independen (kepemilikan institusional, profitabilitas,
likuiditas, umur perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan free cash flow)
adalah sebesar 64,02% terhadap variabel dependen (kebijakan hutang).
112
Sisanya sebesar 35,98% variabel kebijakan hutang dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak terdapat pada model penelitian.
6. Analisis Regresi Data Panel
Dalam penelitian ini menguji pengaruh variabel independen yaitu
Kepemilikan Institusional (INST), Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR),
Umur Perusahaan (AGE), Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH), dan Free
Cash Flow (FCF) terhadap variabel dependen yaitu Kebijakan Hutang
(DER) pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2014-2016. Setelah dilakukan uji Chow dan uji Hausman, maka
pemilihan model estimasi yang paling tepat untuk digunakan adalah dengan
menggunakan Random Effect Model.
Tabel 4.19
Uji Terpilih (Random Effect Model)
Dependent Variable: DER?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/22/17 Time: 13:07
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 15
Total pool (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.413969 0.427482 5.646955 0.0000
INST? -0.647746 0.230906 -2.805231 0.0079
ROA? -0.042494 0.010403 -4.084939 0.0002
CR? -0.055258 0.019129 -2.888693 0.0064
AGE? -0.189132 0.113363 -1.668376 0.1035
GROWTH? 0.983610 0.218633 4.498913 0.0001
FCF? 4.58E-15 4.55E-15 1.008424 0.3196
Random Effects (Cross)
AKRA--C 0.132835
ASII—C 0.259864
ASRI--C 0.354853
CPIN--C -0.132329
GGRM--C 0.027991
ICBP--C -0.085749
INDF--C -0.088743
113
INTP--C -0.216656
JSMR--C 0.216424
KLBF--C 0.006539
LPKR--C 0.016167
MNCN--C -0.180055
PTBA--C -0.012614
TLKM--C 0.027806
UNTR--C -0.326333 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.196061 0.7500
Idiosyncratic random 0.113194 0.2500 Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765
Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809
S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282
F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.809294 Mean dependent var 0.865735
Sum squared resid 2.159430 Durbin-Watson stat 0.405571
Sumber : Data yang Diolah menggunakan Eviews 9.0
Dari hasil analisis regresi data panel dengan menggunakan Random
Effect Model maka diperoleh persamaan model regresi antara variabel
dependen (Kebijakan Hutang) dan variabel independen (Kepemilikan
Institusional, Profitabilitas, Likuiditas, Umur Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, dan Free Cash Flow) sebagai berikut :
DERit = 2.413969 - 0.647746INSTit - 0.042494ROAit - 0.055258CRit +
0.983610GROWTHit + e
Berdasarkan persamaan regresi diatas, maka dapat diinterpretasikan
sebagai berikut :
a. Berdasarkan persamaan diatas besarnya konstanta Kebijakan Hutang
sebesar 2.413969. Hal ini mengindikasikan bahwa jika variabel
114
independen yang terdiri dari Kepemilikan Institusional (INST),
Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Pertumbuhan Perusahaan
(GROWTH) bernilai 0 maka akan meningkatkan nilai variabel
dependen Kebijakan Hutang (DER) sebesar 2.413969 atau 241,3969%.
b. Besarnya koefisien regresi X1 atau Kepemilikan Institusional (INST)
sebesar -0.647746 mengartikan bahwa jika variabel X1 atau
Kepemilikan Institusional (INST) mengalami kenaikan sebesar 1%
sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap, maka
akan menurunkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang (DER)
sebesar -0.647746.
c. Besarnya koefisien regresi X2 atau Profitabilitas (ROA) sebesar -
0.042494 mengartikan bahwa jika variabel X2 atau Profitabilitas (ROA)
mengalami kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan
bernilai konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau
Kebijakan Hutang (DER) sebesar -0.042494.
d. Besarnya koefisien regresi X3 atau Likuiditas (CR) sebesar -0.055258
mengartikan bahwa jika variabel X3 atau Likuiditas (CR) mengalami
kenaikan sebesar 1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai
konstan atau tetap, maka akan menurunkan nilai variabel Y atau
Kebijakan Hutang (DER) sebesar -0.055258.
e. Besarnya koefisien regresi X5 atau Pertumbuhan Perusahaan
(GROWTH) sebesar 0.983610 mengartikan bahwa jika variabel X5 atau
Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) mengalami kenaikan sebesar
115
1% sedangkan variabel lain diasumsikan bernilai konstan atau tetap,
maka akan meningkatkan nilai variabel Y atau Kebijakan Hutang
(DER) sebesar 0.983610.
7. Interpretasi
Hasil interpretasi terhadap penelitian ini adalah sebagi berikut :
a. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang
Koefisien regresi Kepemilikan Institusional menunjukkan
hubungan yang negatif yaitu -0.647746 dan probabilitas Kepemilikan
Institusional sebesar 0.0079<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Kepemilikan Institusional
memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Kebijakan Hutang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Trisnawati (2016), Purnianti dan Putra (2016) dan Riki
Sanjaya (2014) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional
berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang. Namun
tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natasia
dan Wahidahwati (2015) dan juga Surya dan Rahayuningsih (2012)
yang menyatakan bahwa Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap Kebijakan Hutang.
Nilai koefisien Kepemilikan institusional yang negatif
menunjukkan semakin tinggi Kepemilikan Institusional maka akan
menurunkan penggunaan hutang perusahaan. Hal ini berarti semakin
tinggi Kepemilikan Institusional maka investor semakin efektif dalam
116
memonitor perilaku manajemen. Adanya monitoring yang efektif oleh
investor institusional menyebabkan penggunaan hutang menurun,
karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring agency cost
sudah diambil ahli oleh investor institusional.
b. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Koefisien regresi Profitabilitas menunjukkan hubungan yang
negatif yaitu -0.042494 dan probabilitas Profitabilitas sebesar
0.0002<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas memiliki pengaruh signifikan
negatif terhadap Kebijakan Hutang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Trisnawati (2016), Sheisarvian, dkk (2015), Natasia dan
Wahidahwati (2015), Margaretha (2014), Vatavu (2013) dan Surya dan
Rahayuningsih (2012) yang menyatakan bahwa Profitabilitas
berpengaruh negatif signifikan terhadap Kebijakan Hutang. Namun
tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Riki
Sanjaya (2015) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan
hutang. Dan hasil yang berbeda dan tidak sejalan ditemukan oleh Akoto
dan Vitor (2014) dan juga Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan
hutang.
117
Nilai koefisien Profitabilitas yang negatif menunjukkan
semakin tinggi Profitabilitas maka akan menurunkan penggunaan
hutang perusahaan. Hasil penelitian ini sudah sesuai dengan pecking
order theory yang menyatakan bahwa bila perusahaan membutuhkan
dana maka prioritas utama adalah dengan cara menggunakan dana
internal yaitu dari laba ditahan namun jika harus mencari pendanaan dari
luar (eksternal) maka hutang akan menjadi prioritas utama. Berdasarkan
teori ini dengan memprioritaskan pendanaan internal maka akan
mengurangi pendanaan dari luar yaitu hutang. Kesimpulan dari teori ini
yaitu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan
dapat menghasilkan dana pada perusahaan yang lebih banyak sehingga
dapat digunakan sebagai penutup kewajiban sehingga dapat berdampak
pada berkurangnya tingkat penggunaan hutang oleh perusahaan.
c. Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Hutang
Koefisien regresi Likuiditas menunjukkan hubungan yang
negatif yaitu -0.055258 dan probabilitas Likuiditas sebesar 0.0064<0.05
sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa
variabel Likuiditas memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap
Kebijakan Hutang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Natasia dan Wahidahwati (2015) dan Vatavu (2013)
yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang. Namun tidak sejalan dengan penelitian
118
terdahulu yang dilakukan oleh Alkhatib (2012) yang menemukan bahwa
likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan
hutang. Dan hasil yang berbeda dan tidak sejalan ditemukan oleh Akoto
dan Vitor (2014) yang mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh
positif signifikan terhadap kebijakan hutang.
Nilai koefisien Likuiditas yang negatif menunjukkan semakin
tinggi Likuiditas maka akan menurunkan penggunaan hutang
perusahaan. Hasil temuan ini konsisten dengan teori yang menyatakan
bahwa semakin besar likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (Kasmir, 2010). Hasil
penlitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki current
ratio yang tinggi berarti memiliki aktiva lancar yang cukup untuk
melunasi hutang lancranya. Dengan demikian demakin likuid suatu
perusahaan, maka perusahaan tersebut memiliki kemampuan dalam
melunasi hutang jangka pendeknya, sehingga akan cenderung
mengurangi total hutangnya. Hasil tersebut juga didukung oleh pecking
order theory, dimana struktur pendanaan perusahaan mengikuti suatu
urutan sumber pendanaan yang akan dipilih perusahaan, dan perusahaan
akan memprioritaskan sumber pendanaan internal daripada sumber
pendanaan eksternal.
d. Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Koefisien regresi Umur Perusahaan menunjukkan hubungan
yang negatif yaitu -0.189132 dan probabilitas Umur Perusahaan sebesar
119
0.1035<0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel Umur Perusahaan tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Riki Sanjaya (2014) dan Romagos (2012) yang
mengungkapkan bahwa umur perusahaan berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap kebijakan. Namun tidak sejalan dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Purnianti dan Putra (2016) yang
menyatakan bahwa umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan
terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang
diajukan. Hal ini dapat timbul diduga karena umur perusahaan yang
diprediksi berhubungan dengan kemampuan perusahaan dalam
mengumpulkan dana ternyata tidak tepat karena umur perusahaan tidak
menentukan perusahaan dapat mengakumulasi dana atau tidak.
Pendanaan yang diakumulasi perusahaan bukan tergantung pada
umurnya tetapi pada hasil usaha perusahaan tersebut apakah
menghasilkan laba atau tidak. Bagaimana perusahaan tersebut
mengelola keuangan sehingga umur perusahaan tidak berpengaruh
terhadap kebijakan hutang perusahaan.
e. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang
Koefisien regresi Pertumbuhan Perusahaan menunjukkan
hubungan yang positif yaitu 0.983610 dan probabilitas Pertumbuhan
120
Perusahaan sebesar 0.0001<0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Pertumbuhan Perusahaan
memiliki pengaruh signifikan positif terhadap Kebijakan Hutang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Trisnawati (2016), Akoto dan Vitor (2014), dan juga
Alkhatib (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun tidak
sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Margaretha
(2014) dan juga Ashraf dan Rasool (2013) yang menemukan bahwa
pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang. Serta menurut Natasia dan Wahidahwati (2015) dan
Riki Sanjaya menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh
positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang.
Nilai koefisien Pertumbuhan Perusahaan yang positif
menunjukkan semakin tinggi Pertumbuhan Perusahaan maka akan
meningkatkan penggunaan hutang perusahaan. Perusahaan yang sedang
tumbuh akan membutuhkan banyak dana yang akan berakibat pada
peningkatan hutang. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan maka
penggunaan hutang untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan akan
semakin besar. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan besarnya dana
yang dialokasikan oleh perusahaan ke dalam aktivanya. Dalam pecking
order theory, dinyatakan bahwa perusahaan akan cenderung
121
mengutamakan penggunaan dana internal, tapi jika tidak mencukupi,
dana eksternal yang menjadi alternatif pertama adalah hutang.
f. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang
Koefisien regresi Free Cash Flow menunjukkan hubungan yang
positif yaitu 0.00000000000000458 dan probabilitas Free Cash Flow
sebesar 0.3196<0.05 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel Free Cash Flow tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap kebijakan hutang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Natasia dan Wahidahwati (2015), Akoto dan Vitor
(2014), dan juga Riki Sanjaya (2014) menyatakan bahwa free cash flow
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun tidak
sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Trisnawati
(2016) menemukan bahwa free cash flow berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap kebijakan hutang.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hipotesis yang
diajukan. Free cash flow merupakan dana lebih yang dimiliki
perusahaan setelah perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan dana
untuk investasi dan kegiatan operasionalnya. Hasil penelitian tidak
sejalan diduga karena pada penelitian ini rata-rata free cash flow yang
dimiliki oleh perusahaan rendah sehingga dapat dikatakan perusahaan
aktif dalam memanfaatkan free cash flow dengan maksimal. Dengan
rendahnya free cash flow juga karena perusahaan mengelola free cash
122
flow tersebut untuk investasi, artinya bahwa perusahaan aktif dalam
memanfaatkan free cash flow dengan maksimal, atau karena perusahaan
agresif dalam mencari proyek yang menguntungkan sehingga
perusahaan tidak memerlukan hutang.
123
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa dan pembahasan data yang telah dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian secara parsial melalui uji t dengan tingkat signifikansi α
5% atau 0,05 menyatakan bahwa variabel independen kepemilikan
institusional (INST) dengan tingkat coefficient sebesar -0.647746
menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat signifikan
sebesar 0.0079<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
hutang. Profitabilitas (ROA) dengan tingkat coefficient sebesar -
0.042494 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat
signifikan sebesar 0.0002<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang. Likuiditas (CR) dengan tingkat coefficient sebesar -
0.055258 menunjukkan bahwa arah koefisien negatif, dan tingkat
signifikan sebesar 0.0064<0.05 berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan hutang. Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) dengan tingkat
coefficient sebesar 0.983610 menunjukkan bahwa arah koefisien positif,
dan tingkat signifikan sebesar 0.0001<0.05 berpengaruh positif
signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan variabel umur
perusahaan (AGE) dan free cash flow (FCF) tidak berpengaruh terhadap
kebijakan hutang.
124
2. Hasil pengujian secara parsial melalui uji t dengan tingkat signifikansi α
5% atau 0,05 menyatakan bahwa secara keseluruhan atau simultan
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
kepemilikan institusional (INST), profitabilitas (ROA), likuiditas (CR),
umur perusahaan (AGE), pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan free
cash flow (FCF) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
yaitu kebijakan hutang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis
mengemukakan beberapa implikasi yang mungkinbermanfaat bagi pihak –
pihak yang berkepentingan dibawah ini sebagai berikut :
1. Bagi Investor
Para investor diharapkan dapat lebih mempertimbangkan faktor-
faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang seperti kepemilikan
institusional (INST), profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), umur
perusahaan (AGE), pertumbuhan perusahaan (GROWTH) dan free cash
flow (FCF). Sehingga dengan menganalisis faktor-faktor tersebut
investor diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
berinvestasi, karena tentunya setiap investor menginginkan prospek yang
kebih baik bagi perusahaan yang diinvestasikannya di masa yang akan
datang serta mendapatkan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
125
2. Bagi Perusahaan
Perusahaan diharapkan bisa melakukan pertimbangan terhadap
keputusan pendanaan yang akan diambil guna mengurangi masalah
keagenan, apakah akan menggunakan dana internal atau menggunakan
dana eksternal karena keputusan pendanaan yang akan diambil akan
berpengaruh terhadap kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan
dimasa yang akan datang.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan
referensi untuk penelitian yang sejenis. Untuk peneliti selanjutnya
sebaiknya objek penelitian di perbanyak serta periode penelitian
diperbaharui. Selain itu bisa menggunakan metode penelitian yang
berbeda.
126
DAFTAR PUSTAKA
Akoto, Richard Kofi dan Dadson Awunyo-Vitor. “What Determines the Debt
Policy of Listed Manufacturing Firms in Ghana?”. International Business
Research, Vol 7(1). 2014
Alkhatib, Khalid. “The Determinants of Leverage of Listed Companies”.
Economics and Business Review,Vol.3(1). 2012
Andina, Zulfia. “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan
Penjualan, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di BEI Periode 2008-2010)” Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 2013
Anggraini, Ririn Dwi. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan
Asing Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan
dalam Annual Report (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang
Tercatat di BEI Tahun 2008-2009)”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 3(2).
2011.
Ashraf, Tanveer dan Safdar Rasool. “Determinants of Leverage of Automobile
Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order
Theory”. Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 4(3). 2013
Brealey. Richard A. Myers, Stewart C. and Marcus, Alan J. “Fundamentals of
Corporate Fiannce, Third Edition (International Edition)”.New York: The
McGraw-Hill Cimpanies, Inc. 2008
127
Brigham, Eugene dan Houston, Joel. “Fundamentals of Financial Management ”.
Jakarta: Salemba Empat. 2009
Brigham, Eugene dan Houston, Joel. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Buku
2. Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat. 2011
Ghazali, I. “Analisis Multivariat dan Ekonometrika”. Semarang: UNDIP. 2013
Ghozali, I. “Aplikasi Analisis Multivariate”. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. 2009
Hardiningsih, Pancawati dan Rachmawati Meita Oktaviani. “Determinan
Kebijakan Hutang (dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory)”.
Jurnal Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, 1(1): 11-24. 2012.
Harmono. “Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan
Teori, Konsep dan Riset Bisnis”. Edisi 1, Cetakan 3. Jakarta:Bumi Aksara.
2014
Hasan, Mudrika Alamsyah. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow
Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang (Studi Pada
Perusahaan-Perusahaan Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di
BEI)”. JurnalAkuntansi, Vol. 3(1): 90-100. 2014
Hidayat, M. Syafiudin. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen,
Struktur Aktiva, Pertumbuhan Penjualan, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Hutang”. Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1(1): 12-25.
2013
128
Jensen, Michael C. “Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance and
Takeovers”. American Economic Review. Vol. 76: 232-239. 1976.
Kasmir. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta:Rajawali Pers. 2009.
Kasmir. “Pengantar Manajemen Keuangan”. Jakarta:Prenada Media Grup. 2010
Keown, Arthur J, dkk. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Edisi 7.
Jakarta:Salemba Empat. 2000
Margaretha, Farah. “Determinants of Debt Policy in Indonesia’s Public Company”.
Integrative Business and Economics Review, Vol. 3(2). 2014
Meylani, Ratna. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). (
Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) Periode Tahun 2011-2014)”. Jurnal Akuntansi, Vol. 5(2). 2016
Moeljadi. “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”. Jilid 1.
Malang:Bayu Media Publishing. 2006
Murtiningtyas, Andhika Ivona. “Pengaruh Kebijakan Deviden, Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Profitabilitas, dan Resiko Bisnis
Terhadap Kebijakan Hutang”. Accounting Analysis Journal. AAJ Vol. 1(2).
2012.
Natasia, Weka dan Wahidahwati.“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Hutang Perusahaan yang Terdaftar di BEI”. Jurnal Imu dan Riset
Akuntansi Vol. 4(12). 2015
129
Purnianti, Ni Komang Ayu dan I Wayan Putra. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Non Keuangan”. Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol. 12(1): 91-117. 2016.
Putri, Meidera Elsa Dwi. “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Industri Makanan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.
Jurnal manajemen, 1(1). 2012.
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi.
2007
Rifai, Mohammad Hidayat. “Pengaruh Risiko Bisnis, Pertumbuhan Perusahaan,
Ukuran Perusahaan Dan Struktur Aktiva Terhadap Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Sektor Property And Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal Manajemen, Vol. 12(4). 2015
Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni. “Manajemen Keuangan Modern”.Jakarta: Mitra
Wacana Media. 2014.
Romagos, C.P., Almenar, K.Q, Singson, A.F. dan Sio, M.J.”Corporate Debt
Financing In the Philiphines:Examining the Role of Firm-Level Factors
Through Binary Choice Model.” Journal of International Business
Research. Hal 105-120.2012
Ross, Stephen A., Westerfield, and Jaffe. “Corporate Finance”. Edisi 5.
USA:McGraw-Hill. 2000
130
Sanjaya, Riki.”Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang”. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol. 16: 46-60. 2014
Santoso. “Statistik Parametrik”. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. 2010
Sheisarvian, Revi Maretta, Nengah Sudjana dan Muhammad Saifi. “Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen Dan Profitabilitas Terhadap
Kebijakan Hutang (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di
BEI Periode 2010-2012)”. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 22(1). 2015
Steven dan Lina. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13 (3): 163-
181. 2011
Sudana, I Made. ”Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Perusahaan”. Jurnal Ekonomi, Vol. 2(3). 2011
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”. Bandung: Alfabeta.
2010
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS”.
Yogyakarta: ANDI. 2011
Surya, Dennys dan Deasy Ariyanti Rahayuningsih. “Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan non keuangan yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 14(3): 213-
225. 2012
131
Trisnawati, Ita. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Non-Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 18(1): 33-42. 2016
Van Horne, James C. Dan Jhon M. Machowicz, JR. “Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan Buku 2”. Jakarta:Salemba Empat. 2007
Vatavu, Sorana. “Determinants Of Corporate Debt Ratios: Evidence From
Manufacturing Companies Listed On The Bucharest Stock Exchange”.
Timisoara Journal of Economics and Business, Vol. 6(20): 99-126. 2013
www.idx.co.id
132
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Sampel Perusahaan
No Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1. AKRA AKR Corporindo Tbk.
2. ASII Astra International Tbk.
3. ASRI Alam Sutera Realty Tbk.
4. CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
5. GGRM Gudang Garam Tbk.
6. ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
7. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.
8. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk.
9. JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.
10. KLBF Kalbe Farma Tbk.
11. LPKR Lippo Karawaci Tbk.
12. MNCN Media Nusantara Citra Tbk.
13. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk.
14. TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
15. UNTR United Tractors Tbk.
133
Lampiran 2 : Data Rasio Keuangan Perusahaan
Perusahaan Tahun DER ROA INST CR AGE GROWTH FCF
AKRA 2014 1,481 5,345 0,588 1,087 3,611 0,011 431046390000
AKRA 2015 1,087 6,964 0,592 1,496 3,638 0,028 -1278128271000
AKRA 2016 0,961 6,613 0,586 1,271 3,664 0,041 -1445879197000
ASII 2014 0,964 9,376 0,970 1,310 4,043 0,103 -21181000000000
ASII 2015 0,940 6,361 0,962 1,379 4,060 0,040 -4117000000000
ASII 2016 0,872 6,989 0,965 1,239 4,078 0,067 -13095000000000
ASRI 2014 1,656 6,954 0,517 1,137 3,045 0,173 -1840258937000
ASRI 2015 1,834 3,657 0,517 0,719 3,091 0,105 -669109934000
ASRI 2016 1,808 2,528 0,519 0,898 3,135 0,079 741068028000
CPIN 2014 0,906 8,372 0,555 2,241 3,714 0,327 -9258681000000
CPIN 2015 0,965 7,424 0,555 2,106 3,738 0,183 -6420866000000
CPIN 2016 0,710 9,194 0,555 2,173 3,761 -0,019 -1825979000000
GGRM 2014 0,752 9,267 0,755 1,620 4,025 0,147 -16613900000000
GGRM 2015 0,671 10,161 0,755 1,770 4,043 0,091 -16571507000000
GGRM 2016 0,591 10,600 0,755 1,938 4,060 -0,009 -13438437000000
ICBP 2014 0,656 10,163 0,805 2,183 3,466 0,171 -4872616000000
ICBP 2015 0,621 11,006 0,805 2,326 3,497 0,066 -5766063000000
ICBP 2016 0,562 12,564 0,805 2,407 3,526 0,088 -5248075000000
INDF 2014 1,084 5,988 0,501 1,807 3,178 0,100 -8359589000000
INDF 2015 1,130 4,039 0,501 1,705 3,219 0,069 -17567226000000
INDF 2016 0,870 6,409 0,501 1,508 3,258 -0,105 -6764690000000
INTP 2014 0,175 18,326 0,640 4,934 3,664 0,086 -10516242000000
INTP 2015 0,158 15,763 0,640 4,887 3,689 -0,043 -7104235000000
INTP 2016 0,153 12,837 0,514 4,525 3,714 0,091 -8912219000000
JSMR 2014 1,788 3,815 0,028 0,844 3,584 0,123 -1072862083000
JSMR 2015 1,969 3,592 0,028 0,482 3,611 0,153 2957237472000
JSMR 2016 2,274 3,370 0,028 0,696 3,638 0,457 2647511391000
KLBF 2014 0,266 17,071 0,992 3,404 3,871 0,098 -3905244550712
KLBF 2015 0,252 15,024 0,989 3,698 3,892 0,102 -4569314464933
KLBF 2016 0,222 15,440 0,978 4,131 3,912 0,112 -5801088369644
LPKR 2014 1,140 8,303 0,179 5,233 3,178 0,206 -24017123407674
LPKR 2015 1,185 2,478 0,231 6,913 3,219 0,094 -31381846329457
LPKR 2016 1,066 2,691 0,413 5,455 3,258 0,103 -31546714845221
MNCN 2014 0,449 13,840 0,759 9,717 2,833 0,415 -8815138000000
MNCN 2015 0,513 8,822 0,759 7,431 2,890 0,064 -7246727000000
MNCN 2016 0,501 10,414 0,759 1,581 2,944 -0,016 -1327869000000
PTBA 2014 0,708 13,632 0,650 2,075 4,554 0,268 -4064405000000
PTBA 2015 0,819 12,058 0,650 1,544 4,564 0,141 -2678321000000
PTBA 2016 0,432 10,898 0,650 1,656 4,575 0,100 -2310114000000
134
TLKM 2014 0,649 15,000 0,433 1,061 5,063 0,108 23108000000000
TLKM 2015 0,779 14,032 0,458 1,353 5,069 0,172 20437000000000
TLKM 2016 0,702 16,242 0,464 1,200 5,075 0,081 25643000000000
UNTR 2014 0,563 8,028 0,595 2,060 3,738 0,051 -5081977000000
UNTR 2015 0,572 4,525 0,595 2,148 3,761 0,024 -4683721000000
UNTR 2016 0,501 7,977 0,595 2,299 3,784 0,037 -13174193000000
135
Lampiran 3 : Hasil Output Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
Series: Residuals
Sample 1 45
Observations 45
Mean 3.01e-16
Median 0.034245
Maximum 0.351364
Minimum -0.499080
Std. Dev. 0.194711
Skewness -0.516164
Kurtosis 2.784275
Jarque-Bera 2.085449
Probability 0.352493
Hasil Uji Multikolinieritas
INST ROA CR AGE GROWTH FCF
INST 1.000000 0.492743 0.117466 0.119591 -0.258130 -0.115621
ROA 0.492743 1.000000 0.266621 0.482422 0.019483 0.313392
CR 0.117466 0.266621 1.000000 -0.381743 0.183778 -0.450491
AGE 0.119591 0.482422 -0.381743 1.000000 0.006740 0.510333
GROWTH -0.258130 0.019483 0.183778 0.006740 1.000000 0.033313
FCF -0.115621 0.313392 -0.450491 0.510333 0.033313 1.000000
136
Hasil Uji Heterokedastisitas (White)
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 2.260583 Prob. F(27,17) 0.0416
Obs*R-squared 35.19680 Prob. Chi-Square(27) 0.1340
Scaled explained SS 22.39118 Prob. Chi-Square(27) 0.7172
Hasil Uji Autokorelasi (LM Test)
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.775148 Prob. F(2,36) 0.1840
Obs*R-squared 4.039497 Prob. Chi-Square(2) 0.1327
137
Lampiran 4 : Hasil Output Uji Regresi Data Panel
Common Effect Model (CEM)
Dependent Variable: DER?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/22/17 Time: 13:05
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 15
Total pool (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INST? -0.080843 0.263988 -0.306240 0.7611
ROA? -0.109061 0.018853 -5.784669 0.0000
CR? 0.012775 0.035229 0.362629 0.7188
AGE? 0.458989 0.045710 10.04139 0.0000
GROWTH? 1.614788 0.519093 3.110787 0.0035
FCF? 4.08E-15 6.54E-15 0.624933 0.5357 R-squared 0.607345 Mean dependent var 0.865735
Adjusted R-squared 0.557005 S.D. dependent var 0.507296
S.E. of regression 0.337645 Akaike info criterion 0.789925
Sum squared resid 4.446173 Schwarz criterion 1.030813
Log likelihood -11.77331 Hannan-Quinn criter. 0.879726
Durbin-Watson stat 0.555400
138
Fixed Effect Model (FEM)
Dependent Variable: DER?
Method: Pooled Least Squares
Date: 06/22/17 Time: 13:06
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 15
Total pool (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.619879 3.409997 1.354805 0.1881
INST? 0.119539 0.584169 0.204630 0.8396
ROA? -0.029198 0.013209 -2.210474 0.0369
CR? -0.036374 0.022098 -1.646057 0.1128
AGE? -0.944126 0.903513 -1.044950 0.3065
GROWTH? 0.698851 0.250939 2.784947 0.0103
FCF? 2.89E-15 6.37E-15 0.453095 0.6546
Fixed Effects (Cross)
AKRA—C 0.134550
ASII—C 0.280130
ASRI—C 0.081835
CPIN—C -0.072390
GGRM—C 0.126645
ICBP—C -0.450610
INDF—C -0.375730
INTP—C -0.421451
JSMR—C 0.750772
KLBF—C -0.277262
LPKR—C -0.150044
MNCN—C -1.037132
PTBA—C 0.575025
TLKM—C 1.155463
UNTR—C -0.319801 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.972843 Mean dependent var 0.865735
Adjusted R-squared 0.950212 S.D. dependent var 0.507296
S.E. of regression 0.113194 Akaike info criterion -1.214706
Sum squared resid 0.307508 Schwarz criterion -0.371596
Log likelihood 48.33088 Hannan-Quinn criter. -0.900403
F-statistic 42.98754 Durbin-Watson stat 2.308651
Prob(F-statistic) 0.000000
139
Random Effect Model (REM)
Dependent Variable: DER?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 06/22/17 Time: 13:07
Sample: 1 3
Included observations: 3
Cross-sections included: 15
Total pool (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.413969 0.427482 5.646955 0.0000
INST? -0.647746 0.230906 -2.805231 0.0079
ROA? -0.042494 0.010403 -4.084939 0.0002
CR? -0.055258 0.019129 -2.888693 0.0064
AGE? -0.189132 0.113363 -1.668376 0.1035
GROWTH? 0.983610 0.218633 4.498913 0.0001
FCF? 4.58E-15 4.55E-15 1.008424 0.3196
Random Effects (Cross)
AKRA--C 0.132835
ASII--C 0.259864
ASRI--C 0.354853
CPIN--C -0.132329
GGRM--C 0.027991
ICBP--C -0.085749
INDF--C -0.088743
INTP--C -0.216656
JSMR--C 0.216424
KLBF--C 0.006539
LPKR--C 0.016167
MNCN--C -0.180055
PTBA--C -0.012614
TLKM--C 0.027806
UNTR--C -0.326333 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.196061 0.7500
Idiosyncratic random 0.113194 0.2500 Weighted Statistics R-squared 0.640251 Mean dependent var 0.273765
Adjusted R-squared 0.583448 S.D. dependent var 0.188809
S.E. of regression 0.121859 Sum squared resid 0.564282
F-statistic 11.27152 Durbin-Watson stat 1.552064
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.809294 Mean dependent var 0.865735
Sum squared resid 2.159430 Durbin-Watson stat 0.405571
140
Lampiran 5 : Hasil Uji Pemilihan Model Terbaik Regresi Data Panel
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 7.585230 (14,24) 0.0000
Cross-section Chi-square 76.093462 14 0.0000
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: PERUSAHAAN
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 12.040373 6 0.0611