Kost Wanita Karyawati Exclusive dekat Klampis Galaxy Mall Surabaya, 081.515.928.956
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH
KABUPATEN WONOSOBO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Gizi
Oleh:
AJI NUR SALIM
NIM : G2B212022
PROGRAM STUDI S-1 ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT
DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
Disusun Oleh :
AJI NUR SALIM
G2B212022
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si tanggal 23 April 2014
Pembimbing II
Muh Hidayat, S.Ked. M.Kes tanggal 23 April 2014
Mengetahui
Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
( Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes )
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT
DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
Disusun Oleh :
AJI NUR SALIM
G2B212022
Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan
Dihadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
pada hari Sabtu tanggal 29 April 2014
Dewan Penguji :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Penguji I DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si ................................NIK. 28.6.1026.021
Penguji II M. Hidayat S, S.Ked. MKes ...............................NIK. 28.6.1026.146
Penguji III Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes ................................NIK. 28.6.1026.015
Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
(Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes)
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : AJI NUR SALIM
NIM : G2B212022
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul :
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH
KABUPATEN WONOSOBO
Adalah benar-benar karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya,
tertulis dalam skripsi tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam
daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar
yang saya peroleh dari gelar tersebut.
Semarang, Februari 2014
Yang membuat pernyataan
Aji Nur Salim
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
atas terselesaikannya skripsi ini yang berjudul ” Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Pada Karyawati Sekretariat Daerah
Kabupaten Wonosobo”.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari peran banyak pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak antara lain:
1. Prof. Dr. Jamaludin Darwis, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Semarang.
2. Ibu Ir. Agustin Syamsianah, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Fakultas
Ilmu Gizi dan Penguji III.
3. Bapak DR. Ali Rosidi, SKM, M.Si, selaku pembimbing I.
4. Bapak M. Hidayat S, S.Ked, M.Kes selaku pembimbing II
5. Bapak Bupati Wonosobo beserta Kepala Bagian dan Karyawan Karyawati
Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
6. Seluruh pengajar dan staf Program Studi Ilmu gizi yang telah memberikan
ilmu, bantuan, dan masukan kepada peneliti.
7. Keluarga dan rekan satu angkatan S1 Ilmu Gizi Lintas Jalur tahun 2012
8. Rekan-rekan yang membantu pengumpulan dan pengolahan data
9. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini yang tidak bisa
peneliti sebutkan satu persatu.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini
masih ada kekurangannya. Harapan penulis semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, Februari 2014
Penulis
ABSTRAK
AJI NUR SALIM, NIM : G2B212022. FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI
SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO. Pembimbing I : Ali
Rosidi, Pembimbing II : M. Hidayat S, Program Studi Ilmu Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Pendahuluan : Obesitas dianggap sebagai awal munculnya penyakit-penyakit
degeneratif. Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan bulan Maret 2014 pada
karyawati di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo, sebesar 50% orang
karyawati mengalami obesitas.
Metode Penelitian : Desain penelitian adalah Cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah 55 karyawati. Sampel diambil dengan metode purposive sampling
didapatkan sejumlah 42 sampel.
Hasil Penelitian : Prevalensi obesitas (IMT ≥ 25) pada karyawati Sekretariat Daerah
Kabupaten Wonosobo sebesar 50 %. Hasil uji chi square didapatkan hasil ada hubungan
antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas, tidak ada hubungan antara tingkat
kecukupan protein dengan obesitas, ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak
dengan obesitas, ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas,
ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas, ada hubungan antara keturunan
obesitas dengan obesitas, tidak ada hubungan antara lama tidur dengan status obesitas.
Ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan obesitas. Hasil analisis dengan uji regresi
logistik ganda menunjukkan tingkat kecukupan lemak paling berhubungan dengan
kejadian obesitas diikuti dengan aktivitas fisik.
Kata Kunci : Obesitas, Faktor Risiko
ABSTRACT
AJI NUR SALIM, NIM: G2B212022. FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE
OF OBESITY IN FEMALE EMPLOYEES OF THE SECRETARIAT THE
WONOSOBO REGENCY. Supervisor I : Ali Rosidi Supervisor II : M. Hidayat S
Nutritional Science Programe University Of Muhammadiyah Semarang.
Introduction : Obesity is considered the beginning of the emergence of degenerative
diseases. Based on the results of the preliminary examination in March 2014 on female
employees at the environmental secretariat of The Wonosobo Regency, 50% of obese
female employees.
Methods : The design of research is cross sectional study. The population in this research
is 55 female employees. The samples were taken with purposive sampling method was
obtained by a number of 42 samples.
Research results: the prevalence of obesity (IMT ≥ 25) on female employees at the
Regional Secretariat of The Wonosobo Regency by 50%. The chi square test obtained
results there is a relationship between the level of adequacy of energy with obesity, there
is no relationship between the level of adequacy of proteins with obesity, there is a
relationship between the level of adequacy of fats with obesity, there is a relationship
between the level of adequacy in carbohydrates with obesity, there is a relationship
between physical activity and obesity, there is a relationship between the descendants of
obese with obesity, there is no relationship between sleep duracy with obesity status.
There is a relationship between contraception and obesity. Results of the analysis with
multiple logistic regression test shows the level of adequacy of fat is most associated with
the occurrence of obesity followed by physical activity.
Keywords: Obesity, Risk Factors
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iiHALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iiiHALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. ivKATA PENGANTAR.......................................................................................... vABSTRAK .......................................................................................................... viABSTRACT........................................................................................................ viiDAFTAR ISI ....................................................................................................... viiiDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xDAFTAR TABEL................................................................................................ xiDAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1A. Latar Belakang ......................................................................................... 1B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6A. Telaah Pustaka.......................................................................................... 6
1. Obesitas ............................................................................................... 6a. Pengertian Obesitas ....................................................................... 6b. Faktor Penyebab Obesitas ............................................................. 6
1) Faktor Psikologis ...................................................................... 62) Lingkungan............................................................................... 73) Faktor Nutrisi............................................................................ 84) Faktor-faktor Lain..................................................................... 8
2. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas ............................ 8a. Asupan Makan............................................................................... 8
1) Asupan Energi........................................................................... 82) Asupan Protein.......................................................................... 93) Asupan Lemak .......................................................................... 94) Asupan Karbohidrat.................................................................. 11
b. Aktivitas Fisik ............................................................................... 141) Pengertian Aktivitas Fisik........................................................ 142) Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas............................. 14
c. Keturunan ...................................................................................... 16d. Lama Tidur .................................................................................... 16
1) Pengertian Tidur ....................................................................... 162) Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas .................................. 17
e. Kontrasepsi .................................................................................... 18
1) Pengertian Kontrasepsi ............................................................. 182) Macam Alat Kontrasepsi yang Mempengaruhi Hormonal ....... 183) Hubungan antara Kontrasepsi dengan Obesitas........................ 20
3. Metode Pengukuran Konsumsi Makan ............................................... 204. Pengukuran Obesitas........................................................................... 23
B. Kerangka Teori ......................................................................................... 25C. Kerangka Konsep ..................................................................................... 26D. Hipotesis................................................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 27A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................... 27B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 27C. Populasi dan Sampel ................................................................................ 27D. Varibel dan Definisi Operasional ............................................................. 28E. Bahan dan Alat.......................................................................................... 30F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 30G. Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 39A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 39B. Gambaran Umum Sampel ........................................................................ 40C. Analisis Univariat ..................................................................................... 41
1. Status Obesitas .................................................................................... 412. Tingkat Kecukupan Energi.................................................................. 413. Tingkat Kecukupan Protein................................................................. 424. Tingkat Kecukupan Lemak ................................................................. 435. Tingkat Kecukupan Karbohidrat ......................................................... 446. Aktivitas Fisik ..................................................................................... 457. Keturunan Obesitas ............................................................................. 458. Lama Tidur .......................................................................................... 469. Penggunaan Alat Kontrasepsi ............................................................. 46
D. Analisis Bivariat ....................................................................................... 471. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas..................... 472. Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas.................... 483. Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas .................... 494. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Obesitas ............ 515. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas ........................................ 536. Hubungan Keturunan Obesitas dengan Obesitas ................................ 557. Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas ............................................. 568. Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Obesitas ................ 57
E. Analisis Multivariat .................................................................................. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 60A. Kesimpulan .............................................................................................. 60B. Saran ......................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori..........................................................................................25Gambar 2. Kerangka Konsep ......................................................................................26
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat untukkaryawati ......................................................................................................12
Tabel 2. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia ...............................................................22Tabel 3. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT ....................................................24Tabel 4. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT untuk Orang Asia.......................24Tabel 5. Penggolongan nilai IMT ................................................................................32Tabel 6. Kategori tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat .............33Tabel 7. Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL..............................................34Tabel 8. Data Kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo Tahun 2013..40Tabel 9. Karakteristik sampel menurut umur, berat badan dan tinggi badan ..............40Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Status Obesitas Pada Karyawati
Setda Kabupaten Wonosobo..........................................................................41Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Energi Pada
Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................42Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Protein Pada
Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................42Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Lemak Pada
Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................43Tabel 14. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Tingkat Kecukupan Karbohidrat
Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................44Tabel 15. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Aktivitas Fisik ...................................45Tabel 16. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Keturunan Obesitas Pada
Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................46Tabel 17. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Lama Tidur Pada Karyawati Setda
Kabupaten Wonosobo ...................................................................................46Tabel 18. Distribusi Frekuensi Sampel menurut Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada
Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................47Tabel 19. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas
Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................47Tabel 20. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas
Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................48Tabel 21. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas
Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................50Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan
Obesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ................................51Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Aktivitas Fisik dengan Obesitas Pada
Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................53Tabel 23. Distribusi Sampel Antara Keturunan Obesitas dengan Obesitas Pada
Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................55
Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Lama Tidur Karbohidrat dengan Obesitas PadaKaryawati Setda Kabupaten Wonosobo........................................................56
Tabel 25. Distribusi Sampel Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan ObesitasPada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo ...............................................57
Tabel 25. Hasil uji regresi logistik ganda ......................................................................58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Pernyataan Kesediaan Sebagai Sampel penelitianLampiran 2. Formulir Pengambilan DataLampiran 3. Formulir Food RecallLampiran 4. Formulir Recall Aktivitas FisikLampiran 5. Formulir Rata-Rata Aktivitas FisikLampiran 6. Formulir Status Gizi SampelLampiran 7. Tabel Physical Activity Ratio (PAR) berbagai Aktivitas Fisik.Lampiran 8. Master tabelLampiran 9. Hasil Uji StatistikLampiran 10. Surat Rekomendasi untuk Melaksanakan PenelitianLampiran 11. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak
dijumpai pada golongan masyarakat dengan sosial ekonomi menengah ke
atas. Makhluk hidup akan mencapai keseimbangan jika energi yang masuk
sama dengan energi yang dikeluarkan (Waspadji dkk, 2010). Menurut
WHO (2000), seseorang dikatakan obesitas jika nilai Indeks Massa Tubuh
(IMT) diatas 30,0 kg/m2. Sedangkan IMT antara 25 – 29,9 kg/m2 disebut
pre obesitas. Untuk orang Asia, IMT diatas 25 kg/m2 termasuk obesitas.
Indonesia saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, ketika
permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul permasalahan gizi
lebih. Gizi lebih atau obesitas dianggap sebagai sinyal awal, munculnya
penyakit-penyakit degeneratif yang saat ini merambah seluruh pelosok
Indonesia. Tingginya prevalensi obesitas, hipertensi, dislipidemi dan
penyakit degeneratif lainnya, menyebabkan tingginya angka kejadian
penyakit dan angka kematian di Indonesia. (Waspadji dkk, 2010)
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2010
menunjukkan bahwa prevalensi nasional obesitas umum pada laki-laki
umur ≥ 18 tahun adalah 6,2%, sedangkan pada perempuan umur ≥ 18 tahun
adalah 12,7% (Depkes RI, 2010).
Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita kelebihan
berat badan atau bahkan kegemukan yaitu faktor genetik, faktor psikologis,
pola hidup yang kurang tepat, kebiasaan makan yang salah, kurang
melakukan aktivitas fisik, dan faktor pemicu lainnya. Kebiasaan makan
yang salah diantaranya makan berlebihan, makan terburu-buru, menghindari
makan pagi, waktu makan tidak teratur serta kebiasaan mengemil makanan
ringan. Sedangkan faktor pemicu yang lain misalnya kecepatan
metabolisme basal, enzim, hormon, serta penggunaan obat-obatan (Purwati,
2005)
Faktor keturunan merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan.
Penelitian gizi di Amerika Serikat melaporkan bahwa anak-anak dari orang
tua dengan berat badan normal mempunyai peluang 10% menjadi gemuk.
Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan, maka peluang itu akan
meningkat menjadi 40-50%. Bila kedua orang tuanya menderita
kegemukan, peluang faktor keturunan meningkat menjadi 70-80% (Purwati,
2005).
Kebiasaan makan telah bergeser dari pola tradisional yang banyak
mengandung karbohidrat kompleks dan serat menjadi pola makan dengan
kandungan protein, lemak, karbohidrat sederhana, dan garam yang tinggi
namun rendah serat (Muchtadi, 2001). Perubahan pola makan ini
meninggalkan konsep makanan seimbang sehingga berdampak negatif
terhadap kesehatan. Kebiasaan makan yang tinggi lemak jenuh dan gula,
rendah serat menyebabkan masalah kegemukan, gizi lebih, serta
meningkatkan radikal bebas yang memicu munculnya berbagai penyakit
degeneratif (Khomsan, dkk, 2004).
Penyebab utama terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara
konsumsi berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi
(Almastier, 2001). Lemak menghasilkan lebih banyak energi dibandingkan
karbohidrat atau protein. Karena diet tinggi lemak biasanya padat energi
dan memberikan rasa yang lezat, maka diet dengan mengonsumsi makanan
yang relatif banyak mengandung lemak biasanya akan menimbulkan
peningkatan asupan energi (Hartono, 2009).
Bila energi yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi dengan
aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang menjadi gemuk.
Aktivitas fisik diperlukan untuk proses pembakaran energi tubuh. Gaya
hidup dengan aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap kondisi
tubuh seseorang. Salah satu yang mempengaruhi gaya hidup seseorang
adalah pekerjaan sehari-sehari. (Purwati, 2005).
Gaya hidup seseorang berpngaruh terhadap pola tidurnya. Tidur
adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan serta
kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat
atau dikurangi. Penelitian oleh ahli-ahli faal di Amerika mengemukakan
bahwa siswa umur 16 tahun perlu tidur 10 sampai 11 jam, mahasiswa perlu
8 jam sedangkan yang lebih tua dapat melakukan adaptasi dan kekurangan
tidurnya dapat dialihkan atau dilakukan pada keesokan harinya. Kebutuhan
tidur orang tua makin berkurang, pada umur 45-60 tahun, kira-kira 7 jam
(Atmadja, 2002).
Selain itu pemakaian kontrasepsi juga dapat meningkatkan berat
badan disebabkan oleh hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan
progesteron. Esterogen menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang
sehingga terjadi penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan
progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi
lemak, merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik sehingga
terjadi peningkatan berat badan (Depkes RI, 1994).
Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan bulan Maret 2014 pada
karyawati di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo, sebesar
50% orang karyawati yang diukur berat badan dan tinggi badannya
mengalami obesitas. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
prevalensi obesitas di Jawa Tengah berdasarkan data Riskesdas 2013 yaitu
30 %. Tingginya angka prevalensi di Institusi tersebut kemungkinan
berhubungan dengan faktor penyebab obesitas diantaranya oleh pola hidup
yang kurang tepat yaitu makan berlebihan dan kurang melakukan aktivitas
fisik. Karena itu perlu dilakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten
Wonosobo.
B. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan makan,
aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi
dengan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten
Wonosobo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan
energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat
kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan
penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas pada karyawati
Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kejadian obesitas pada karyawati Sekretariat
Daerah Kabupaten Wonosobo.
b. Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan energi.
c. Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan protein.
d. Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan lemak.
e. Mendeskripsikan faktor tingkat kecukupan karbohidrat.
f. Mendeskripsikan faktor aktivitas fisik.
g. Mendeskripsikan faktor lama tidur.
h. Mendeskripsikan faktor keturunan.
i. Mendeskripsikan faktor penggunaan alat kontrasepsi.
j. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan energi
dengan kejadian obesitas.
k. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan protein
dengan kejadian obesitas.
l. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan lemak
dengan kejadian obesitas.
m. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan
karbohidrat dengan kejadian obesitas.
n. Menganalisis hubungan antara faktor aktivitas fisik dengan
kejadian obestitas.
o. Menganalisis hubungan antara faktor lama tidur dengan kejadian
obesitas.
p. Menganalisis hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian
obesitas.
q. Menganalisis hubungan antara faktor penggunaan alat kontrasepsi
dengan kejadian obesitas.
r. Menganalisis hubungan antara faktor tingkat kecukupan energi,
tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat
kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan
penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian obesitas.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi penyebab kejadian obesitas pada karyawati
Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
2. Sebagai bahan kajian dalam upaya peningkatan kualitas pegawai
Pemerintah Daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Obesitas
a. Pengertian obesitas
Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya
penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi
tubuh. Dari sudut ilmu gizi, defenisi obesitas yang baik adalah bila
tercakup pengertian terjadinya penimbunan trigliserida yang
berlebihan dan terdapat di seluruh tubuh (Moehji S, 2003).
Obesitas dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis
kelamin. Juvenil obesity, misalnya adalah obesitas yang terjadi pada
usia muda (anak-anak). Orang yang menderita kegemukan pada usia
muda memiliki resiko lebih tinggi menderita obesitas pada saat
dewasa dibandingkan orang yang memiliki berat tubuh normal.
Sementara itu, wanita pada pasca menopause memiliki risiko
mengalami obesitas tiga kali lebih besar daripada pria (Faiz, 2004)
b. Faktor penyebab obesitas
Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara energi
yang masuk dengan energi yang keluar dan merupakan akumulasi
simpanan energy yang berubah menjadi lemak (Pritasari, 2006).
Dengan meningkatnya usia kecepatan metabolism juga mulai menurun
mulai usia 30 tahun, bila aktivitas fisik juga berkurang maka timbunan
lemak menjadi kegemukan. Penyebab lain obesitas menurut Syarif
(2002) adalah multifaktorial, genetik dan lingkungan yang berinteraksi
terus menerus.
1) Faktor Psikologis
Kondisi psikologis dan keyakinan seseorang berpengaruh
terhadap asupan makanan. Faktor stabilitas emosi berkaitan
dengan obesitas. Keadaan obesitas merupakan dampak dari
pemecahan masalah emosi yang dalam, dan ini merupakan suatu
pelindung bagi yang bersangkutan. Dalam kedaan semacam ini
menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan masalah
yang tepat, justru akan memperberat masalah (Misnadiarly, 2007).
Seseorang yang sedang mengalami keadaan yang tidak
menyenangkan akan nampak lebih emosional baik sikap maupun
perilakunya. Jika keadaan tersebut berlangsung dalam waktu lama
maka dapat menyebabkan suatu keadaan yang disebut stres,
bahkan depresi. Faktor tersebut berhubungan erat dengan rasa
lapar dan nafsu makan. Hal ini disebabkan karena sejumlah
hormon akan disekresi sebagai tanggapan dari keadaan psikologis
sehingga terjadi peningkatan metabolisme energi yang dipecah dan
digunakan untuk melakukan aktivitas, namun jika seseorang yang
mengalami stres tidak melakukan aktivitas fisik yang mampu
membakar energi maka kelebihan energi tersebut akan disimpan
sebagai lemak. Proses ini akan menyebabkan glukosa darah
menurun sehingga menyebabkan rasa lapar pada orang yang
sedang mengalami tekanan psikologis (Purwati, 2005)
2) Lingkungan
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang untuk
menjadi gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang
menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka
orang tersebut akan cenderung untuk menjadi gemuk. Gen merupakan
faktor yang penting dalam obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga
memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk
perilaku atau pola gaya hidup misalnya apa yang dimakan dan berapa
kali seseorang makan serta kelebihan energi akibat ketidak seimbangan
antara asupan energi dengan keluaran energi. Seseorang tentu saja tidak
dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan
dan aktivitasnya (Almatsier, 2003).
3) Faktor Nutrisi
Peranan nutrisi dimulai sejak dalam kandungan yaitu
jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi oleh berat
badan ibu. Obesitas terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara energi yang masuk dengan energy yang keluar dan
merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi
lemak (Pritasari, 2006). Dengan meningkatnya usia kecepatan
metabolism juga mulai menurun mulai usia 30 tahun, bila aktivitas
fisik juga berkurang maka timbunan lemak menjadi kegemukan.
4) Faktor-faktor lain
a) Enzim tubuh
Menurut Purwati (2005), faktor-faktor penyebab obesitas
lainnya antara lain enzim, hormon, metabolisme basal dan
pengaruh obat-obatan.
2. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Obesitas
a) Asupan makan
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang. Status gizi yang optimal apabila tubuh memperoleh cukup
zat-zat gizi yang dapat digunakan secara efisien (Almatsier, 2003).
Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan
pertambahan berat badan. Obesitas muncul pada usia remaja
cenderung berlanjut ke dewasa, dan lansia (Arisman, 2004).
1) Asupan Energi
Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat,
Lemak, dan Protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam
tubuh akan tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan
tercukupi pula (Almatsier, 2002).
Dalam kehidupan sehari- hari tubuh memerlukan makanan
yang memberikan cukup energi yang sesuai kebutuhan untuk
menjaga kesehatan sehingga diperlukan adanya keseimbangan
antara makanan sumber energi yang dimakan dengan energi yang
dikeluarkan terutama bergerak dan beraktifitas, maka makin
banyak pula energi yang diperlukan.
Kebutuhan energi ditentukan oleh metabolisme basal,
umur, aktifitas fisik, specific dynamic action ( SDA ). Kebutuhan
energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal
( Almatsier, 2002 ).
2) Asupan Protein
Protein selain untuk membangun struktur tubuh (
pembentukan berbagai jaringan ) juga akan disimpan untuk
digunakan dalam keadaan darurat sehingga pertumbuhan atau
kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar (Kartasapoetra &
Marsetyo,2003).
Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Protein memang sangat
diperlukan oleh tubuh, tetapi terlalu banyak mengonsumsi protein
juga akan menimbulkan masalah. Kelebihan protein akan
disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak sehingga akan menjadi
semakin gemuk. Selain itu kelebihan asupan protein akan
memperberat kerja hati dan ginjal untuk membuang nitrogen pada
metabolisme asam amino (deaminasi), produksi urin berlebihan
dapat mengganggu penampilan, mineral-mineral penting seperti
potasium, kalium, magnesium akan terbuang melalui urin sehingga
dapat menimbulkan dehidrasi, protein bukan energi yang siap
pakai, proses metabolisme memerlukan waktu yang lama, protein
merupakan sumber energi yang kurang efesien karena SDA
(Spesific Dynamic Action) atau energi yang dibutuhkan untuk
proses metabolisme cukup besar yaitu 30-40% padahal SDA
karbohidrat hanya 6-7% dan SDA lemak 4-14% ( Almatsier,
2002).
3) Asupan Lemak
Trigliserida merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi
utamanya adalah sebagai zat energi. Simpanan lemak dalam tubuh
terutama dilakukan di dalam sel lemak dalam jaringan adiposa.
Sel-sel adipose mempunyai enzim khusus pada permukaannya,
yaitu lipoprotein lipase (LPL) yang dapat melepas trigliserida dan
lipoprotein, menghidrolisnya dan meneruskan hasil hidrolisis ke
dalam sel. Di dalam sel terdapat enzim lain yang merakit kembali
bahan-bahan hasil hidrolisis ke dalam sel. Di dalam sel terdapat
enzim lain yang merakit kembali bahan-bahan hasil hidrolisis
menjadi trigliserida untuk disimpan sebagai cadangan energi. Sel-
sel adipose menyimpan lemak setelah makan bilamana kilomikron
dan VLDL yang mengandung lemak melewati sel-sel tersebut
(Almatsier, 2002).
Bila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel
adipose menghidrolisis simpanan trigliserida menjadi gliserol dan
asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Di sel-sel
yang membutuhkan, komponen-komponen ini kemudian dibakar
dan menghasilkan energi, CO2 dan H2O. Pada tahap akhir
hidrolisis, setiap pecahan berasal dari lemak mengikat pecahan
berasal dari glukosa sebelum akhirnya dioksidasi secara lengkap
menjadi CO2 dan H2O. Lemak tubuh tidak dapat dihidrolisis secara
sempurna tanpa kehadiran karbohidrat. Tanpa karbohidrat akan
diperoleh hasil antara pembakaran lemak berupa bahan-bahan
keton yang dapat menimbulkan ketosis (Almatsier, 2002).
Tubuh mempunyai kapasitas tak terhingga untuk
menyimpan lemak. Namun, lemak tidak sepenuhnya dapat
menggantikan karbohidrat sebagai sumber energi. Otak, sistem
saraf dan sel darah merah membutuhkan glukosa sebagai sumber
energi.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak
memicu terjadinya obesitas. Lemak merupakan sumber yang padat
kalori, membuat rasa masakan menjadi lezat dan sering tidak
diperhatikan atau tersembunyi dalam makanan.
Kelebihan konsumsi lemak akan tersimpan dalam jaringan
adiposa sebagai energi potensial. Apabila simpanan lemak terjadi
sampai melebihi 20% dari berat badan normal maka ada
kecenderungan kegemukan atau obesitas (Darmoutomo, 2007).
Kontribusi energi dari lemak untuk orang dewasa sebaiknya
sekitar 30% pada usia 19-29 tahun dan 25% pada usia 30-64 tahun
(Hardinsyah dkk, 2012).
4) Asupan Karbohidrat
Fungsi karbohidrat memang penting untuk tubuh kita
karena karbohidrat berguna untuk member makan pada otak kita
dan sebagai sumber energi utama. Asupan karbohidrat yang
berlebih, tidak akan langsung digunakan oleh tubuh sehingga
disimpan dalam bentuk glikogen (satu rangkaian panjang molekul-
molekul glukosa yang dihubungkan menjadi satu). Hati dan otot
merupakan tempat penyimpanan glikogen. Glikogen yang dapat
diakses otak yaitu glikogen yang disimpan dalam hati. Tetapi,
kapasitas hati untuk menyimpan karbohidrat mudah habis dalam
waktu sepuluh hingga 12 jam. Sehingga untuk mempertahankan
cadangan glikogen dalam hati, kita membutuhkan asupan sumber
karbohidrat (Almatsier, 2002).
Bila asupan karbohidrat berlebih sedangkan kapasitas hati
dan otot dalam menyimpan glikogen terbatas, maka karbohidrat
akan disimpan dalam bentuk lemak dan akan disimpan dalam
jaringan lemak. Sehingga kelebihan karbohidrat berarti kelebihan
lemak.
Asupan karbohidrat yang tinggi akan memicu peningkatan
glukosa darah. Untuk menyesuaikan kondisi ini, pancreas
mengeluarkan hormone insulin ke dalam aliran darah untuk
menurunkan kadar glukosa darah. Yang menjadi masalah adalah
insulin merupakan hormone penyimpan yang memiliki fungsi
menyimpan kelebihan karbohidrat dalam bentuk lemak untuk
membuat cadangan energi. Oleh karena itu, insulin yang
dirangsang oleh karbohidrat akan mendorong akumulasi lemak
tubuh. Selain mendorong akumulasi lemak tubuh, insulin juga
berfungsi untuk tidak mengeluarkan lemak yang tersimpan.
Kondisi seperti ini tentu akan membuat seseorang dengan asupan
tinggi karbohidrat akan mengalami peningkatan berat badan dan
sulit untuk menurunkan berat badan (Darmoutomo, 2007).
Kontribusi energi dari karbohidrat untuk orang dewasa
sebaiknya sekitar 55% pada usia 19-29 tahun dan 60% pada usia
30-64 tahun (Hardinsyah dkk, 2012).
5) Kecukupan Gizi
Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%)
orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis
tertentu. Nilai asupan harian zat gizi yang diperkirakan dapat
memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam
kelompok umur, jenis kelamin dan fisiologis tertentu disebut
dengan kebutuhan gizi (Hardinsyah dan Tampubolon 2004).
Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek
termik, iklim dan adaptasi. Angka kecukupan energi, protein,
lemak dan karbohidrat untuk usia karyawati yang digunakan dalam
penelitian ini seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan
Karbohidrat untuk karyawati.
Usia(tahun)
Energi(kkal/hari)
Protein(gram/hari)
Lemak(gram/hari)
Karbohidrat(gram/hari)
19-29 2250 56 75 309
30-4950-64
21501900
5757
6053
323285
Sumber : Depkes RI, 2013
Untuk menilai kecukupan konsumsi pangan maka didekati
dengan menghitung tingkat kecukupan gizinya atau besarnya
persentase angka kecukupan gizi. Pada penelitian ini tingkat
kecukupan konsumsi zat gizi dinyatakan sebagai tingkat
kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Angka
kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi
yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir
semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan
kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui.
Angka kecukupan gizi berguna sebagai nilai rujukan yang
digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan
dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi
ataupun kelebihan asupan zat gizi (IOM 2002 dalam Muhilal &
Hardinsyah 2004). Tingkat kecukupan energi dinyatakan sebagai
hasil perbandingan antara konsumsi energi aktual (Susenas)
dengan kecukupan energi yang direkomendasikan oleh WNPG
tahun 2004, dan dinyatakan dalam persen. Demikian pula untuk
menghitung tingkat kecukupan protein, dinyatakan sebagai
perbandingan antara konsumsi protein aktual dengan kecukupan
protein yang direkomendasikan WNPG. Perhitungan tingkat
kecukupan gizi dirumuskan sebagai berikut :
TKE = [(Konsumsi aktual)/(Angka kecukupan)] x 100%
Selanjutnya dari perhitungan tersebut tingkat kecukupan
energi, protein, lemak dan karbohidrat diklasifikasikan menurut
Departemen Kesehatan sebagaimana dikutip oleh Badan
Ketahanan Pangan (2006) yaitu: (1) TKE: < 70% adalah defisit
berat, (2) TKE: 70 - 79% adalah defisit sedang, (3) TKE: 80 – 89%
adalah defisit ringan, (4) TKE: 90 -119% adalah normal, dan (5)
TKE > 120% adalah kelebihan.
a) Aktivitas fisik
1) Pengertian aktivitas fisik
Aktivitas adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh
dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak,
sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi
untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh
dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi
yang dibutuhkan bergantung pada beberapa banyak otot yang
bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan
(Almatsier, 2003)
Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis
aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan
aktivitas dalam sehari. WHO/FAO (2003) menyatakan bahwa
aktivitas fisik adalah variable utama setelah angka metabolisme
basal dalam perhitungan pengeluaran energi. Berdasarkan
WHO/FAO (2003), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan
seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity
Level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan
besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan
dalam 24 jam. Nilai Physical Avtivity Rate (PAR) untuk berbagai
jenis aktivitas dan tingkat aktivitas fisik menurut WHO/FAO
(2004). PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PARi : Physical avtivity rate dari masing-masing aktivitas yang
dilakukan untuk tiap jenis aktivitas per jam)
Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas
Perhitungan di atas dapat dijelaskan dengan contoh kasus
sebagai berikut:
Seorang wanita memiliki 8 jam waktu tidur (8 x 1,0=8), 4
jam waktu melakukan pekerjaan rumah tangga (4 x 1,7=6,8), 4
jam waktu menonton televisi (4 x 1,4=5.6), dan waktu bekerja (8
x 1,5=12). Total PAL selama 24 jam diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh hasil perkalian waktu (jam) dan PAR
sehingga diperoleh nilai PAL selama 24 jam adalah 32,4 kkal.
Rata-rata nilai PAL selama 24 jam adalah 1,40 kkal/jam. Hal ini
berarti wanita tersebut memiliki tingkat aktivitas fisik ringan.
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL:
a) Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69
b) Sedang (active or moderately active lifestyle) 1.70-1.99
c) Berat (vigorous or vigorously active lifestyle) 2.00-2.40
2) Hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas
Sekarang ini kemajuan teknologi yang banyak menciptakan
alat-alat yang mampu menghemat pengeluaran energi dari dalam
tubuh misalnya blender, mesin cuci, mesin penyedot debu, dan
sebagainya. Di berbagai gedung, terdapat sarana yang mampu
mengurangi aktifitas fisik seseorang seperti eskalator, lift, dan
sebagainya. Sarana transportasi, seperti bus, mobil, dan motor akan
memudahkan orang agar tidak berjalan kaki atau bersepeda ke
suatu tempat. Selain itu, kesibukan rutinitas kerja yang semakin
meningkat juga menyebabkan seseorang tidak mampu mempunyai
waktu untuk berolah raga (Purwati, 2005)
Jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat
mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bentuk tubuh orang yang
jenis pekerjaannya tidak banyak mengeluarkan energi akan
berbeda dengan orang yang pekerjaan selalu menggunakan otot
atau banyak melakukan aktivitas fisik. Seperti diketahui, aktivitas
fisik akan membakar energi dari dalam tubuh. Dengan demikian,
jika asupan energi ke dalam tubuh berlebihan dan tidak diimbangi
dengan aktivitas fisik yang seimbang tentu akan menyebabkan
tubuh mengalami kegemukan (Purwati, 2005).
b) Keturunan
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan lemak
tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan yang cenderung
membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang lain.
Bawaan sifat metabolisme ini menunjukan adanya gen bawaan pada
kode untuk enzim lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim
ini memiliki suatu peranan penting dalam proses mempercepat
penambahan berat badan karena enzim ini bertugas mengontrol
kecepatan trigliserida dalam darah yang dipecah-pecah menjadi asam
lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh untuk disimpan sehingga lama
kelamaan menyebabkan penambahan berat badan (Purwati, 2005)
Ada penelitian yang mengungkapkan adanya gen obesitas, yang
diekspresikan pada sel-sel lemak dan kode-kode untuk protein leptin.
Leptin bekerja sebagai hormon, terutama ditingkat hipotalamus.
Leptin berfungsi menekan nafsu makan dan meningkatkan
penggunaan energi. Perubahan penggunaan energi berpengaruh
terhadap perubahan basal metabolisme, selain itu juga berpengaruh
terhadap perubahan pola aktivitas fisik. Sangat sedikit orang obesitas
yang mempunyai kadar leptin rendah. Pada kenyataannya, kadar leptin
pada darah biasanya berhubungan dengan lemak tubuh, semakin
banyak lemak tubuh maka kadar leptin semakin tinggi. Orang yang
obesitas pada umumnya mempunyai kadar leptin yang tinggi
(Whitney, 2002).
c) Lama tidur
1) Pengertian Tidur
Tidur merupakan kebutuhan dasar mutlak yang harus
dipenuhi oleh semua orang. Dengan tidur yang cukup, tubuh baru
dapat berfungsi secara optimal. Tidur sendiri memiliki makna yang
berbeda pada setiap individu (Mubarak, 2007).
Tidur adalah keadaan dimana tidak sadarkan diri yang relatif
bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan tetapi lebih
merupakan suatu urutan siklus yang berulang dengan ciri adanya
aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi,
terdapat perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon
terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2008).
Kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat
perkembangan. Tabel berikut ini merangkum kebutuhan tidur
manusia berdasarkan usia.
Tabel 2. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia
Umur Tingkat perkembangan Jumlah kebutuhantidur
0 – 1 bulan1 – 18 bulan18 bulan – 3tahun3 – 6 tahun6 – 12 tahun12 – 18 tahun18 – 40 tahun40 – 60 tahun60 tahun keatas
Bayi baru lahirMasa bayiMasa anakMasa prasekolahMasa sekolahMasa remajaMasa dewasaMasa muda paruh bayaMasa dewasa tua
14 -18 jam/hari12 -14 jam/hari11 -12 jam/hari11 jam/hari10 jam/hari8,5 jam/hari7 – 8 jam/hari7 jam/hari6 jam/hari
(Hidayat, 2008)
2) Hubungan lama tidur dengan obesitas
Obesitas sangat erat kaitannya dengan sekresi hormon
ghrelin dan leptin yang ada dalam sirkulasi darah. Hormon ghrelin
dan leptin merupakan dua hormon pencernaan yang memberikan signal
ke hipotalamus untuk mengatur nafsu makan yang bekerja sebagai sistem
penyeimbang yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Ghrelin dihasilkan
oleh saluran pencernaan yang mempunyai peran dalam meningkatkan
nafsu makan, sedangkan leptin diproduksi dalam sel-sel lemak dan
bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otak ketika kenyang.
Ketika orang tidak mendapat tidur yang cukup, kadar leptin akan turun
yang artinya kita tidak merasa kenyang setelah makan. Kurang tidur juga
mendorong kadar ghrelin naik, yang artinya rasa lapar akan terus
terangsang dan meningkatkan nafsu makan. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari 7 jam sehari memiliki
risiko mendapatkan IMT lebih besar daripada orang yang tidur dengan
jam lebih banyak (Hamidin, 2010).
d) Kontrasepsi
1) Pengertian Konrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau
melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah untuk menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang telah matang
dengan sel sperma (Depkes RI, 1994)
2) Macam-macam alat kontrasepsi yang mempengaruhi obesitas
a) Pil KB
Pil KB terdiri dari tiga macam yaitu minipil, pil kombinasi,
dan pil pascasenggama. Dari ketiga macam pil KB tersebut yang
umum digunakan adalah pil kombinasi antara estrogen dan
progesteron. Pengaruh progesteron dalam pil kombinasi memperkuat
khasiat estrogen untuk mencegah ovulasi, sehingga dalam 95 – 98%
tidak terjadi ovulasi. Selanjutnya, estrogen dalam dosis tinggi dapat
pula mempercepat perjalanan ovum dan menyulitkan terjadinya
implementasi dalam endometrium dari ovum yang sudah dibuahi.
Estrogen bisa menyebabkan retensi cairan dan garam yang bisa
memicu pertambahan berat badan sedangkan progesteron bisa
meningkatkan nafsu makan. Tetapi dengan dosis rendah pil KB
modern efek ini jarang terjadi. Kenaikan berat badan terjadi
karena pasien merasa aman yaitu terlindungi dari kehamilan
sehingga pola makan berubah (nafsu makan meningkat) ataupun
oleh karena faktor keturunan. (Wiknjosastro dkk, 2005)
b) Suntikan KB
Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi berupa cairan yang
berisi hanya hormon progesterone disuntikan ke dalam tubuh wanita
secara periodik. Kontrasepsi suntikan KB ada dua macam yaitu
golongan progestin seperti Depo Provera (Depo Medroksi
Progesteron Asetat), Depo Noristerat (Depo Noretisteron Enantat)
dan golongan progestin dengan campuran estrogen propionate seperti
Cyclo Provera. Keuntungan dari KB suntik DMPA adalah
penggunaanya sangat efektif, dapat mencegah kehamilan dalam
jangka yang panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, sedangkan kerugian dari KB suntik DMPA yaitu
perdarahan tidak teratur atau amenore, keterlambatan subur sampai 1
tahun, berat badan meningkat, dapat berkaitan dengan osteoporosis
pada pemakaian jangka panjang (Saifuddin dkk, 2003)
c) Susuk KB
Alat kontrasepsi bawah kulit atau implant adalah
kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit. Preparat yang
terdapat saat ini adalah implant dengan nama dagang norplant
maupun implanon. Susuk KB ini berisi levonorgestrel, Dengan
disusupkannya 6 kapsul atau 1 kapsul silastik implant di bawah
kulit, maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah
leveonorgestrel ke dalam darah melalui proses difusi dari
kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik. Besar kecilnya
levonogestrel yang dilepas tergantung besar kecilnya
permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul
tersebut.
Satu set Implant yang terdiri dari 6 kapsul dapat bekerja
secara efektif selama 5 tahun. Sedang Implanon yang terdiri dari
1 kapsul dapat bekerja secara efektif selama 3 tahun. Dan salah
satu efek samping dari susuk KB adalah perubahan berat badan
(Depkes RI, 1994)
3) Hubungan antara kontrasepsi dengan obesitas
Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi
disebabkan hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron.
Esterogen menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang sehingga
terjadi penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan
progesteron akan mempermudah perubahan karbohidrat dan gula
menjadi lemak, merangsang nafsu makan serta menurunkan aktivitas
fisik sehingga terjadi peningkatan berat badan (Depkes RI, 1994)
3. Metode pengukuran asupan makan
Menurut Supariasa dkk (2001), untuk mengukur asupan makanan
individu digunakan metode :
a. Metode Food Recall 24 jam
Dilakukan dengan cara petugas menanyakan kembali dan mencatat
semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam
ukuran rumah tangga (URT) selama 24 jam yang lalu. Selain
makanan utama, makanan kecil atau jajan juga dicatat, termasuk
makanan yang dimakan diluar rumah.
Kelebihan :
1) mudah dilaksanakan, tidak terlalu membebani responden.
2) Biaya relatif murah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
tempat yang luas untuk wawancara.
3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.
4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.
5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
individu sehingga dapat dihitung asupan zat gizi sehari.
Kekurangan :
1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari , bila
hanya dilakukan recall 1 hari.
2) Ketepatannya tergantung pada daya ingat responden.
3) Butuh tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat-alat bantu URT.
b. Metode Estimated Food Records
Dilakukan dengan cara responden mencatat makanan yang
dikonsumsi dalam URT. Responden juga diminta untuk mencatat
semua yang dimakan atau diminum setiap kali sebelum makan.
Kelebihan :
1) Metode ini relatif murah dan cepat
2) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar
3) Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari
4) Hasilnya relatif lebih akurat
Kekurangan :
1) metode ini terlalu membebani responden, sehingga sering
menyebabkan responden merubah kebisaan makannnya
2) tidak cocok untuk responden yang buta huruf
3) sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden
dalam mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi.
c. Metode Penimbangan Makanan (Food Weighing)
Petugas atau responden menimbang dan mencatat bahan makanan
yang dikonsumsi dalam gram, termasuk sisa makanan juga ditimbang
untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan yang dikonsumsi.
Kelebihan :
Data yang diperoleh lebih akurat atau teliti.
Kekurangan :
1) Memerlukan waktu dan cukup mahal.
2) Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup lama,
maka responden dapat merubah kebiasaan makan mereka.
3) Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil.
4) Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.
d. Metode Dietary History
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola
konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu cukup lama (bisa 1
minggu, 1 bulan, 1 tahun). Hal yang perlu mendapat perhatian dalam
mengumpulkan data adalah keadaan musim-musim tertentu dan hari-
hari istimewa seperti hari pasar, awal bulan, hari raya dan sebagainya.
Gambaran konsumsi pada hari-hari tersebut harus dikumpulkan.
Kelebihan :
1) Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang
secara kualitatif dan kuantitatif.
2) Biaya relatif murah.
3) Dapat digunakan di gizi klinik untuk membantu mengatasi masalah
kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.
Kekurangan :
1) Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden.
2) Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpul data yang sangat
terlatih, tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar.
3) Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif.
4) Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan
variasi makanan sehari-hari tidak diketahui.
e. Metode Frekuensi Makanan (Food Frekuency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi
selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
Dengan metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran pola
konsumsi bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode
pengamatannya lebih lama dan dapat membedakan individu
berdasarkan rangking tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling
sering digunakan dalam penelitian epidemologi gizi.
Kelebihan :
1) Relatif murah dan sederhana.
2) Dapat dilakukan sendiri oleh responden.
3) Tidak membutuhkan latihan khusus.
4) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan
kebiasaan makan.
Kekurangan :
1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari.
2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data.
3) Cukup menjemukan bagi pewawancara.
4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis
bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.
5) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi.
4. Pengukuran obesitas
Tingkat kegemukan atau obesitas dapat diketahui dengan
menghitung indeks massa tubuh (body mass index). Indeks massa tubuh
(IMT) dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan kuadrat
tinggi tubuh (m).
Keterangan :
IMT : Indeks Massa Tubuh
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (m)
(Supariasa dkk, 2002)
Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT menurut WHO (World
Health Organization) 2000 adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT
Kategori IMT (kg/m2)Kurus (Underweight)Normal (ideal)Berat Badan Lebih Pre Obesitas Obesitas Tingkat I Obesitas Tingkat II Obesitas Tingkat III
< 18,518,5 – 24,9
25,0 – 29,930,0 – 34,935,0 – 39,9
≥ 40,0(WHO, 2000)
Sedangkan klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang Asia
menurut WHO sebagai berikut :
Tabel 4. Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan IMT Untuk Orang Asia
Kategori IMT (kg/m2)Kurus (Underweight)Normal (ideal)Berat Badan Lebih Resiko Obesitas Obesitas Tingkat I Obesitas Tingkat II
< 18,518,5 – 22,9
23,0 – 24,925,0 – 29,9≥ 30,0
(WHO, 2000)
B. Kerangka Teori
(Purwati, 2005)
Gambar 1. Kerangka Teori
Lama tidur
Asupan Makan
Keturunan
Aktivitas fisik
Kontrasepsi
Lingkungan
Hormon
Obesitas
Gaya
Hidup
Obat-obatan
Metabolisme basal
C. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan kejadian obesitas
2. Ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan kejadian obesitas
3. Ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan kejadian obesitas
4. Ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan kejadian
obesitas
5. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
6. Ada hubungan antara lama tidur dengan kejadian obesitas
7. Ada hubungan antara keturunan dengan kejadian obesitas
8. Ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi dengan kejadian
obesitas
9. Ada hubungan antara faktor-faktor tingkat kecukupan energi, tingkat
kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan
karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan penggunaan alat
kontrasepsi dengan kejadian obesitas
Tingkat kecukupan
gizi
Aktivitas fisik
Obesitasketurunan
Lama tidur
Penggunaan alat
kontrasepsi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat cross sectional, yaitu menggambarkan dan
menganalisis hubungan antara beberapa faktor dengan kejadian obesitas pada
karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekretariat Daerah Kabupaten
Wonosobo dengan pertimbangan bahwa kejadian obesitas di instansi
tersebut sebesar 50%.
2. Waktu penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan proposal penelitian pada
bulan Februari 2014. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2014
dilanjutkan dengan pengolahan dan penyusunan skripsi bulan April 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawati Sekretariat
Daerah Kabupaten Wonosobo sebanyak 55 orang yang terdaftar sebagai
pegawai tetap di Pemerintah Daerah kabupaten Wonosobo
2. Sampel
Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2010). Sampel diambil dengan kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria Eksklusi
1) Karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Wonosobo
2) Bersedia menjadi sampel
3) Dapat ditemui dalam jangka waktu pengambilan data
b. Kriteria Inklusi
1) Tidak sedang hamil
Berdasarkan kriteria di atas, didapatkan sampel sebanyak 44 orang
berdasarkan kriteria ekslusi. Setelah dikonfirmasi terdapat 2 orang yang
sedang hamil sehingga jumlah sampel menjadi 42 orang.
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status obesitas
b. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecukupan energi,
tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat
kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur, keturunan dan
penggunaan alat kontrasepsi
2. Definisi Operasional
N
o
Nama
Variabel
Definisi Operasional Instrume
n
Hasil
Ukur
Skal
a
1
.
Status
Obesitas
Keadaan tubuh akibat
ketidakseimbangan
antara pemasukan dan
pengeluaran energi yang
ditentukan berdasarkan
pengukuran BB dan TB
yang ditunjukan dengan
nilai IMT
Timbang
an injak,
microtois
e,
formulir
Berat
Badan
Tinggi
Badan
a. Obesitas
b. Tidak
Obesitas
No
min
al
2
.
Tingkat
Kecuku
Rata-rata asupan energi yang
diperoleh dari recall 2x24
Formulir
food
a. Lebih
b. Normal
Ordinal
pan
Energi
jam yang dinyatakan dalam
kkal perhari dan
dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG)
2013
recall
2x24 jam
c. Defisit
3
.
Tingkat
Kecuku
pan
Protein
Rata-rata asupan protein
yang diperoleh dari recall
2x24 jam yang dinyatakan
dalam gram perhari dan
dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG)
2013
Formulir
food
recall
2x24 jam
d. Lebih
e. Normal
f. Defisit
Ordinal
4
.
Tingkat
Kecuku
pan
Lemak
Rata-rata asupan lemak yang
diperoleh dari recall 2x24
jam yang dinyatakan dalam
gram perhari dan
dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG)
2013
Formulir
food
recall
2x24 jam
g. Lebih
h. Normal
i. Defisit
Ordinal
5
.
Tingkat
Kecuku
pan
Karbohi
drat
Rata-rata asupan karbohidrat
yang diperoleh dari recall
2x24 jam yang dinyatakan
dalam gram perhari dan
dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG)
2013
Formulir
food
recall
2x24 jam
j. Lebih
k. Normal
l. Defisit
Ordinal
6
.
Aktivita
s fisik
Rata-rata besarnya
aktivitas fisik yang
dilakukan selama 24 jam
Formulir
aktivitas
fisik,
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat
Ordi
nal
dinyatakan dalam tingkat
aktivitas fisik (Phisycal
Activity Level) dalam
satuan kkal/jam
tabel
aktivitas
fisik,
7
.
Lama
tidur
Waktu yang dihabiskan
seseorang untuk
beristirahat dalam 24 jam
yang dinyatakan berisiko
dan tidak berisiko
Formulir
aktivitas
fisik
a. Berisikob. Tidak
berisiko
Ordi
nal
8
.
Keturun
an
obesitas
Ada tidaknya kejadian
obesitas yang berasal
dari orang tua atau kakek
dan nenek kandung
Kuesione
r
a.Adab.Tidak ada
No
min
al
9
.
Penggun
aan alat
kontrase
psi
Pernyataan seseorang
menggunakan atau tidak
menggunakan alat
kontrasepsi yang
mempengaruhi hormonal
(suntik KB, pil KB dan
susuk KB)
Kuesione
r
a.Pengguna
b.Tidak
pengguna
No
min
al
E. Bahan dan Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Formulir kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data identitas
sampel, karakteristik sampel, antropometri, asupan makan, aktivitas fisik,
lama tidur, keturunan dan penggunaan alat kontrasepsi
2. Timbangan injak, dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,1 kg
3. Microtoice, dengan kapasitas 200 cm dan ketelitian 0,1 cm
4. Daftar Bahan Makanan Penukar II
5. Tabel kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas di luar metabolisme basal
6. Software Nutrisurvey 2007
7. Soft ware SPSS versi 21,0
8. Microsoft Excel 2010
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Identitas sampel
Data identitas sampel diperoleh dengan metode wawancara
langsung kepada sampel menggunakan kuesioner yang meliputi data
nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan alamat.
b. Antropometri
Data antropometri yang dikumpulkan adalah data berat badan
dan tinggi badan. Berat badan diukur menggunakan timbangan injak
digital dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,1 kg. Sedangkan
tinggi badan diukur menggunakan microtoice dengan kapasitas 200
cm dan ketelitian 0,1 cm.
c. Data asupan makan
Data asupan makan meliputi asupan energi, asupan protein,
asupan lemak dan asupan karbohidrat diperoleh dengan menggunakan
metode food recall.
d. Data aktivitas fisik diperoleh dengan cara sampel mengisi kuesioner
aktivitas fisik yang dilakukan selama 2 x 24 jam.
e. Data lama tidur diperoleh dengan metode angket menggunakan
lembar kuesioner pengambilan data selama 2 hari.
f. Data tentang keturunan obesitas dilihat berdasarkan riwayat obesitas
pada keluarganya;
g. Data penggunaan alat kontrasepsi diperoleh melalui wawancara
langsung dengan sampel menggunakan lembar kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian yaitu
tentang alamat dan data kepegawaian yang meliputi jumlah keseluruhan
pegawai dan jumlah pegawai menurut masing-masing bagian. Data ini
diperoleh dengan cara observasi ke lokasi penelitian dan wawancara
dengan bagian kepegawaian.
G. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
Pengolahan data dengan cara editing bertujuan untuk
mengoreksi dan meneliti kembali data yang telah diperoleh dari hasil
pengukuran sesuai variabel yang diteliti meliputi kelengkapan dan
kesesuaian pengisian jawaban dengan pertanyaan.
b. Data antropometri
Untuk mendapatkan nilai IMT diperoleh dengan cara :
1) Menimbang berat badan dalam ukuran kilogram (Kg)
2) Mengukur tinggi badan dalam satuan meter (cm)
3) Menghitung IMT menggunakan rumus
(Supariasa, 2002)
c. Data status obesitas
Setelah hasil IMT diketahui kemudian digolongkan menjadi
dua kategori yaitu :
Tabel 5. Penggolongan nilai IMT
No. Nilai IMT Kategori1. < 25 kg/m2 Tidak obesitas2. ≥ 25 kg/m2 Obesitas
Sumber : WHO, 2002
d. Data tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
Data tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
diperoleh dengan metode recall 2x24 jam dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner
satu kali 24 jam recall .
2) Setelah data konsumsi diperoleh, maka tahap pertama pengolahan
data adalah konversi dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam Ukuran
Berat (gram) atau dari satuan harga ke satuan berat. Hardinsyah
dan Briawan (2001) menyebutkan bahwa dalam melakukan
konversi tersebut diperlukan berbagai daftar antara lain Daftar
Konversi Berat Mentah Masak (DKBMM), Daftar Konversi
Penyerapan Minyak (DKPM), Daftar Kandungan Zat Gizi
Makanan Jajanan (DKGJ) dan Daftar Ukuran Rumah Tangga
(URT)
3) Menghitung jumlah kalori untuk asupan energi dan gram untuk
asupan protein, lemak dan karbohidrat menggunakan aplikasi
Nutrisurvey 2007.
4) Membandingkan jumlah asupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat dengan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
(AKG) sesuai dengan kelompok umur masing-masing.
5) Setelah prosentase tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat diketahui kemudian dikelompokkan menjadi tiga
kategori yaitu :
Tabel 6. Kategori tingkat kecukupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat.
No. % Kecukupan Kategori1. ≥ 120 Lebih2. 90 – 119 Normal3. ≤ 89,9 Defisit
e. Data aktivitas fisik
Aktivitas fisik diperoleh dari recall aktivitas 2x24 jam kemudian
diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melakukan wawancara kepada responden menggunakan kuesioner
satu kali 24 jam recall aktivitas fisik.
2) Menghitung total kalori yang dikeluarkan responden dalam
melakukan aktivitas fisik berdasarkan tabel nilai Physical Activity
Ratio (PAR) kemudian dimasukkan dalam rumus Physical Activity
Level (PAL) sebagai berikut :
Keterangan :
PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)
PARi : Physical avtivity rate dari masing-masing aktivitas
yang dilakukan untuk tiap jenis aktivitas per jam)
Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas
(WHO/FAO, 2003).
3) Setelah nilai PAL diketahui kemudian digolongkan menjadi 3
kategori yaitu :
Tabel 7. Kategori aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL
No. Nilai PAL Kategori1. 1,40 – 1,69 Ringan2. 1,70 – 1,99 Sedang3. 2,00 – 2,40 Berat
Sumber : WHO/FAO, 2003
f. Data Lama Tidur
Lama tidur masing-masing sampel diperoleh menggunakan
kuesioner. Data yang diperoleh dalam satuan waktu yaitu menit
dikategorikan menjadi :
1) Tidak beresiko obesitas : 7- 8 jam per hari
2) Beresiko obesitas : < 7 jam per hari atau > 8 jam per hari
(Hidayat, 2008)
g. Data Keturunan
Data keturunan atau riwayat obesitas masing-masing sampel
yang dikategorikan menjadi:
1) Tidak ada riwayat obesitas
2) Ada riwayat obesitas
h. Data alat Kontrasepsi
Dari hasil kuisioner diperoleh data alat kontrasepsi masing-
masing sampel yang kemudian dikategorikan menjadi :
1) Tidak Berisiko obesitas : Bukan pengguna alat kontrasepsi yang
tidak mempengaruhi hormonal yaitu selain suntik KB, pil KB dan
susuk KB
2) Berisiko obesitas : Pengguna alat kontrasepsi yang mempengaruhi
hormonal seperti suntik KB, pil KB dan susuk KB
i. Koding
Memberikan kode pada variabel status obesitas, tingkat
kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat kecukupan
lemak, tingkat kecukupan karbohidrat, aktivitas fisik, lama tidur,
keturunan, dan penggunaan alat kontrasepsi yaitu dengan cara sebagai
berikut :
1) Obesitas
Obesitas = 0
Tidak Obesitas = 1
2) Tingkat Kecukupan Energi
Lebih = 0
Normal = 1
Defisit = 2
3) Tingkat Kecukupan Protein
Lebih = 0
Normal = 1
Defisit = 2
4) Tingkat Kecukupan Lemak
Lebih = 0
Normal = 1
Defisit = 2
5) Tingkat Kecukupan Karbohidrat
Lebih = 0
Normal = 1
Defisit = 2
6) Aktivitas Fisik
Ringan = 0
Sedang = 1
Berat = 2
7) Lama Tidur
Berisiko = 0
Tidak berisiko = 1
8) Keturunan
Ada = 0
Tidak Ada = 1
9) Penggunaan alat kontrasepsi
Pengguna = 0
Tidak Pengguna = 1
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan
variabel status obesitas, tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan
protein, tingkat kecukupan lemak, tingkat kecukupan karbohidrat
aktivitas fisik, keturunan obesitas, lama tidur, dan penggunaan alat
kontrasepsi yang diteliti, kemudian diwujudkan dalam tabel distribusi
frekuensi dan nilai rata – rata minimal, nilai maksimal dan standar
deviasi.
b. Analisis bivariat
Analisis Bivariat digunakan untuk melihat hubungan antar
variabel. Uji Chi square dengan derajat kepercayaan 95% digunakan
untuk menganalisis hubungan antara masing-masing variabel dengan
obesitas kejadian. Jika jumlah sel yang mengandung nilai expected
value < 5 lebih dari 20% maka uji statistik menggunakan uji Fisher
Exact (Hasan, 2005).
Kemudian uji dilanjutkan dengan pencarian nilai Odds Ratio
(OR) untuk mengetahui faktor risiko dengan rumus sebagai berikut :
OR ( Odds Rasio ) = AD/BC
Confidence interval ( CI ) sebesar 95%, Interpretasi nilai OR adalah
- Bila OR lebih dari 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti
merupakan faktor risiko.
- Bila OR = 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan
merupakan faktor risiko.
- Bila OR < 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan
faktor protektif.
c. Analisis multivariat
Analisis multivariat menggunakan uji regresi ganda logistik
linier yaitu untuk menganalisa hubungan antara sebuah paparan dan
penyakit dan serentak mengontrol sejumlah faktor perancu potensial.
Varibel yang diuji adalah hubungan antara asupan makan, tingkat
aktivitas fisik dan lama tidur dengan kejadian obesitas. Tujuan
analisis multivariat adalah : 1) Menentukan model yang paling sesuai,
paling irit, sekaligus masuk akal secara biologis dan dapat untuk
menggambarkan hubungan antaran variabel terikat dan beberapa
variable bebas dalam populasi, 2) Meramalkan terjadinya variabel
terikat pada individu berdasarkan nilai-nilai variabel bebas yang
diukur, 3) Mengukur hubungan antara variabel terikat dengan variabel
bebas setelah mengontrol pengaruh kovariat lainnya. Beberapa
keuntungan menggunakan analisis regresi ganda logistik:
1) Mampu mengkonversikan koefisien regresi menjadi odds rasio (OR),
2) Mampu pemperkirakan probabilitas individu untuk sakit atau
meninggal berdasarkan nilai-nilai beberapa variabel bebas yang
diukur.
Prediksi analisis regresi ganda logistik dirumuskan sebagai
berikut:
1P =
(a+b1x1+b2x2+b3x3 ......bkxk)
1 + e
Keterangan:
P : Peluang untuk mengalami sakit / efek
a : Konstanta atau intesep
b1,b2,b3...bk : Variabel bebas yang pengaruhnya akan diteliti
e : Bilangan logaritma natural ( 2,71828 )
Langkah analisis regresi ganda logistik adalah sebagai berikut:
1. Melakukan uji univariat variabel-variabel bebas dan bila hasil
analisis menunjukkan nilai P < 0,25 dan memiliki kemaknaan
biologik, maka variabel bebas tersebut dapat dimasukkan ke dalam
model multivariate.
2. Semua variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk
dipertimbangakan menjadi model, apalagi hasil analisis
menunjukkan nilai P yang signifikan yaitu P < 0,05. Variabel yang
terpilih dimasukkan kedalam model dan nilai P yang tidak
signifikan dikeluarkan dari model.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten
Wonosobo, terletak di Jalan Sindoro No. 1 Wonosobo. Kabupaten
Wonosobo berjarak 120 km dari ibukota Jawa Tengah (Semarang) dan 520
km dari Ibu Kota Negara (Jakarta), berada pada rentang 250 dpl – 2.250
dpl dengan dominasi pada rentang 500 dpl – 1.000 dpl sebesar 50%
(persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri dataran tinggi sebagai wilayah
Kabupaten Wonosobo dengan posisi spasial berada di tengah-tengah Pulau
Jawa dan berada diantara jalur pantai utara dan jalur pantai selatan.
Batas-batas wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo :
Sebelah Utara : Kabupaten Banjarnegara, Kendal dan Batang
Sebelah Timur : Kabupaten Temanggung dan Magelang
Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Kebumen
Sebelah Barat : Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen
Dilihat dari aspek topografi, Kabupaten Wonosobo bisa dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu, daerah dengan ketinggian 250–500 m dpl
seluas 33,33% dari seluruh wilayah. Daerah dengan ketinggian 500–1.000
m dpl seluas 50,00% dari seluruh areal dan daerah dengan ketinggian >
1.000 m dpl seluas 16,67% dari seluruh wilayah, sehingga menjadikan ciri
dataran tinggi sebagai wajah Kabupaten Wonosobo.
Tabel 8. Data Kepegawaian Sekretariat Daerah Kabupaten WonosoboTahun 2013
NoBagian – Bagian Setda Kabupaten
WonosoboJumlah Pegawai
Laki-laki Perempuan1 Bagian Organisasi 3 52 Bagian Keuangan 13 53 Bagian Hukum 5 54 Bagian Administrasi dan Pembangunan 8 35 Bagian Tata Pemerintahan 7 46 Bagian PP dan PA 7 47 Bagian Humas 7 58 Bagian Umum 43 139 Bagian Perekonomian 3 510 Bagian Kesra 8 6
Total 104 55
B. Gambaran Umum Sampel
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 orang karyawati.
Karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik sampel menurut umur, berat badan dan tinggi
badan.
Variabel mean SD min max n %Umur
19 – 29 (th)30 – 49 (th)50 – 64 (th)
Berat BadanTinggi Badan
42,6
59,6153,69
8,435
10,65,9
23
43,5142
56
80,2165
32811
7,1466,6726,19
Sampel berkisar antara 23 sampai dengan 49 tahun. Rata – rata
umur sampel adalah 42,6 ± 8,435. Umur sampel termuda adalah 23
tahun dan umur sampel tertua adalah 56 tahun. Sebagian besar sampel
66,6% berumur pada kisaran 30 – 49 tahun.
Rata-rata berat badan sampel adalah 59,6 ± 10,64 kg. Berat
badan tertinggi adalah 80,2 kg dan berat badan terendah adalah 43,5
kg.
Rata-rata tinggi badan sampel adalah 153,69 ± 5,9 cm. Tinggi
badan tertinggi adalah 165,0 cm dan tinggi badan terendah adalah
142,0 cm.
C. Analisis Univariat
1. Status Obesitas
Hasil skrining didapatkan angka prevalensi obesitas (IMT ≥
25,0) pada karyawati di instansi tersebut sebesar 50%. Angka tersebut
lebih tinggi bila dibandingkan dengan data Riskesdas secara nasional
tahun 2013 yang mencapai 32,9% maupun Riskesdas Provinsi Jawa
Tengah yang mencapai 30 %.. Nilai rata-rata IMT sampel adalah 25,2
(±SD 4,01), nilai IMT tertinggi adalah 32,18 dan nilai terendah 18,34.
Distribusi frekuensi sampel menurut indeks massa tubuh dapat dilihat
pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Status obesitas,PadaKaryawati Setda Kabupaten Wonosobo
Status obesitas IMTJumlah
n %Obesitas < 25 21 50
Tidak Obesitas ≥ 25 21 50Total 42 100
2. Tingkat Kecukupan Energi
Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, lemak,
dan protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan
tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula
(Almatsier, 2002). Rata-rata asupan energi pada sampel adalah
1.932,07 ± 307,55 kkal/hari. Asupan energi tertinggi adalah 2.805
kkal/hari dan terendah adalah 1.530 kkal/hari.
Jika dibandingkan dengan AKG 2013, rata-rata tingkat
kecukupan energi pada sampel 92,28 ±15,87%. Tingkat asupan
energi tertinggi adalah 121% dan terendah adalah 71%. Distribusi
frekuensi sampel menurut tingkat kecukupan energi dapat dilihat pada
Tabel 11di bawah ini.
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat KecukupanEnergi Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori TingkatKecukupan Energi
%Jumlah
n %Lebih
Normal≥ 120
90 – 119416
9,538,1
Defisit < 90 22 52,4Total 42 100
3. Tingkat Kecukupan Protein
Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Rata-rata asupan protein
sampel adalah 60,9 ± 4,89 gram/hari. Asupan protein tertinggi adalah
68 gram/hari dan terendah adalah 43 gram/hari.
Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan
umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan protein pada sampel
107,02 ± 8,77. Tingkat kecukupan protein tertinggi adalah 132% dan
terendah adalah 62%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat
kecukupan protein dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat KecukupanProtein Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori TingkatKecukupan Protein
%Jumlah
n %Lebih ≥ 120 2 4,8
NormalDefisit
90 – 119< 90
382
90,54,8
Total 42 100
Sebagian besar sampel ternyata memiliki tingkat kecukupan
protein yang normal yaitu 90,5 %. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena rendahnya asupan protein hewani. Mengkonsumsi protein
hewani dianggap mampu meningkatkan kadar kolesterol dan memicu
kegemukan. Mayoritas sampel mengkonsumsi sumber protein hewani
1 kali perhari.
4. Tingkat Kecukupan Lemak
Trigliserida merupakan lipid (lemak) utama dalam makanan.
Fungsi utamanya adalah sebagai zat energi. Rata-rata asupan lemak
sampel adalah 53,64 ± 11,42 gram/hari. Asupan lemak tertinggi
adalah 74 gram/hari dan terendah adalah 41 gram/hari.
Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan
umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan lemak pada sampel
91,19 ± 19,95%. Tingkat kecukupan lemak tertinggi adalah 132% dan
terendah adalah 62%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat
kecukupan lemak dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat KecukupanLemak Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori TingkatKecukupan Lemak
%Jumlah
n %Lebih ≥ 120 8 19
NormalDefisit
90 – 119< 90
1024
23,857,1
Total 42 100
Sebagian besar sampel memiliki kategori tingkat kecukupan
lemak defisit, yaitu 57,1 %. Tingkat kecukupan lemak normal 23,8 %
dan lebih 19 %. Walaupun sebagian besar tingkat kecukupan lemak
adalah defisit, namun tingkat kecukupan lemak tertinggi mencapai
angka 132 % AKG. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena
kebiasaan makan gorengan. Gorengan dikonsumsi sebagai camilan
sehingga tanpa terasa asupan yang dikonsumsi cukup banyak. Adanya
peralihan konsumsi protein dari hewani ke nabati juga memicu
meningkatnya asupan lemak karena cara pengolahan atau
pemasakannya. Pengolahan sumber protein nabati umumnya dengan
digoreng atau dengan ditambahkan santan.
5. Tingkat Kecukupan Karbohidrat
Rata-rata asupan karbohidrat sampel adalah 301,5 ± 56,49
gram/hari. Asupan karbohidrat tertinggi adalah 423 gram/hari dan
terendah adalah 223 gram/hari.
Jika dibandingkan dengan AKG 2013 berdasarkan golongan
umur masing-masing, rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat pada
sampel 95,59 ± 20,7. Jika dibandingkan dengan AKG 2013, tingkat
kecukupan karbohidrat tertinggi adalah 140 % dan terendah adalah 47
%. Distribusi frekuensi sampel menurut tingkat kecukupan
karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Tingkat KecukupanKarbohidrat Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori TingkatKecukupan Karbohidrat
%Jumlah
n %Lebih ≥ 120 9 21,4
NormalDefisit
90 – 119< 90
1419
33,345,2
Total 42 100
Sebagian besar sampel termasuk kategori tingkat kecukupan
karbohidrat defisit, yaitu 45,2 %. Tingkat kecukupan karbohidrat
normal 33,3 % dan lebih 21,4 %. Walaupun sebagian besar tingkat
kecukupan karbohidrat adalah defisit, namun tingkat kecukupan
karbohidrat tertinggi mencapai angka 140 % AKG. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan karena kebiasaan mengkonsumsi teh
manis dan camilan yang berbahan dasar ubi, tepung beras dan serealia
lainnya. Jam kerja yang panjang yaitu dari pukul 07.30 – 04.00
menyebabkan sebagian besar sampel menambah konsumsi teh manis
dari 2 – 3 gelas selama bekerja. Selain teh, gula juga ditambahkan
sehingga kalori meningkat tanpa disadari. Camilan seperti opak,
ceriping, combro yang berbahan dasar ubi, rengginang yang berbahan
dasar beras ketan dan kentang goreng menyumbang kalori yang cukup
besar.
6. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya obesitas. Aktivitas fisik yang kurang akan mengakibatkan
seseorang dengan mudah memiliki status gizi obesitas. Rata-rata
tingkat aktivitas fisik (PAL) adalah 1,66 ± 0,8. Nilai PAL tertinggi
adalah 1,82 dan terendah 1,53. Distribusi sampel menurut tingkat
aktivitas fisik dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Distribusi Sampel Menurut Aktivitas fisik
Kategori Aktivitas Nilai PALJumlah
n %Ringan 1,40 – 1,69 20 47,6SedangBerat
1,70 – 1,992,0 – 2,40
220
52,40
Total 42 100
Tidak ada sampel yang termasuk kategori aktivitas fisik berat.
Pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jam kerja yang
panjang (8,5 jam) menyebabkan aktivitas pada hari kerja didominasi
kegiatan duduk bekerja. Hasil recall aktivitas fisik pada hari libur tidak
memperlihatkan perbedaan yang cukup berarti. Walaupun beberapa
sampel mengisi hari libur dengan berolahraga, tetapi kenaikan nilai
PAL tidak begitu besar. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena
aktivitas tidur atau aktivitas santai (nonton televisi atau berbincang)
juga meningkat.
7. Keturunan Obesitas
Faktor keturunan juga dapat mempengaruhi pembentukan
lemak tubuh. Seseorang mempunyai faktor keturunan obesitas
cenderung membangun lemak tubuh lebih banyak dibandingkan orang
lain. Distribusi frekuensi sampel menurut keturunan obesitas terdapat
pada Tabel 16.
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Keturunan Obesitaspada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Riwayat ObesitasJumlah
n %Tidak Ada 21 50
Ada 21 50Total 42 100
Tabel 16 menunjukan bahwa 50% sampel memiliki riwayat
obesitas.
8. Lama Tidur
Tidur merupakan kebutuhan dasar mutlak yang harus dipenuhi
oleh semua orang. Dengan tidur yang cukup, tubuh baru dapat
berfungsi secara optimal. Rata-rata lama tidur sampel adalah 7,03 ±
0,66 jam per hari. Lama tidur tertinggi sampel adalah 8,12 jam dan
terendah adalah 5,92 jam per hari.
Distribusi frekuensi sampel menurut lama tidur terdapat pada
Tabel 17.
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Lama Tidur padaKaryawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori Lama Tidur(jam per hari)
JumlahLama tidur n %
Beresiko <7 atau > 8 21 50Tidak beresiko 7-8 21 50
Total 42 100
Tabel 17 menjelaskan bahwa pada sampel dengan lama tidur
antara 7-8 jam (tidak beresiko) yaitu 50%.
9. Penggunaan Alat Kontrasepsi
Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan
hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Distribusi
frekuensi penggunaan alat kontrasepsi pada sampel terdapat pada Tabel
18.
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Sampel Menurut Penggunaan AlatKontrasepsi Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Penggunaan Alat kontrasepsiJumlah
n %Tidak pengguna 23 45,2
Pengguna 19 54,8Total 42 100
Tabel 18 dapat disimpulkan bahwa sampel yang tergolong
tidak menggunakan alat kontrasepsi yang mempengaruhi ada 23
sampel (45,2%) sedangkan sampel yang menggunakan alat kontrasepsi
yang dapat mempengaruhi obesitas seperti pil KB, suntik KB dan
susuk KB sebesar 54,8% atau 19 orang.
D. Analisis Bivariat
1. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dengan Obesitas
Energi diperoleh dari proses pembakaran karbohidrat, lemak,
dan protein makanan. Kebutuhan energi manusia di dalam tubuh akan
tercukupi bila kebutuhan akan zat-zat makanan tercukupi pula
(Almatsier, 2002). Untuk kepentingan uji statistik maka kategori
tingkat kecukupan energi lebih dan normal digabung.
Tabel 19. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan EnergiDengan Obesitas Pada Karyawati Setda KabupatenWonosobo
Kategori TingkatKecukupan Energi
Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %
Lebih dan NormalDefisit
165
76,223,8
417
1981
2022
47,652,4
Jumlah 21 100 21 100 42 100
Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 76,2 % diantaranya
memiliki tingkat kecukupan energi yang lebih. Pada sampel yang
tidak obesitas 81% diantaranya defisit tingkat kecukupan energi.
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,
didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada
hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan energi
dengan obesitas sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan
tingkat kecukupan energi normal dan lebih mempunyai
kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6 kali dibandingkan
dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan energi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Austin
dkk (2011) bahwa implikasi peningkatan asupan energi terhadap
obesitas sangat besar. Menurut Arisman (2004) ketidakseimbangan
antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat
badan. Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara
energi yang masuk dengan energi yang keluar dalam jangka waktu
yang lama. Banyaknya konsumsi energi dari makanan yang dicerna
melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan aktivitas
sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak
dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat pertambahan berat badan
(WHO, 2006).
2. Hubungan Tingkat Kecukupan Protein dengan Obesitas
Protein selain untuk membangun struktur tubuh
(pembentukan berbagai jaringan) juga akan disimpan untuk
digunakan dalam keadaan darurat sehingga pertumbuhan atau
kehidupan dapat terus terjamin dengan wajar (Kartasapoetra &
Marsetyo,2003). Protein sebagai pembentuk energi tergantung macam
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Untuk kepentingan uji
statistik maka kategori tingkat kecukupan protein lebih dan normal
digabung.
Tabel 20. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan ProteinDengan Obesitas Pada Karyawati Setda KabupatenWonosobo
Kategori Tingkat Obesitas Tidak Obesitas Jumlah
Kecukupan Protein n % n % n %Lebih dan Normal
Defisit192
90,59,5
210
1000
402
95,24,8
Jumlah 21 100 21 100 42 100
Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 90,5% diantaranya
memiliki tingkat kecukupan protein yang lebih dan normal. Pada
sampel yang tidak obesitas semuanya (100 %) memiliki tingkat
kecukupan protein yang normal.
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,
didapatkan bahwa p = 0,147, dalam hal ini p > 0,05 yang berarti tidak
ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan obesitas.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan
karbohidrat dengan obesitas sebesar 0. Hal ini berarti bahwa tingkat
kecukupan protein merupakan faktor protektif.
Walaupun protein juga sebagai sumber energi, protein bukan
energi yang siap pakai, proses metabolisme memerlukan waktu yang
lama, protein merupakan sumber energi yang kurang efesien karena
SDA (Spesific Dynamic Action) atau energi yang dibutuhkan untuk
proses metabolisme cukup besar yaitu 30-40% padahal SDA
karbohidrat hanya 6-7% dan SDA lemak 4-14% ( Almatsier, 2002).
Adanya pemahaman sampel bahwa mengkonsumsi sumber protein
hewani menyebabkan obesitas menyebabkan sebagian besar sampel
menjaga asupan protein sehari-hari. Sumbangan kalori terbesar pada
sampel berasal dari lemak dan karbohidrat.
3. Hubungan Tingkat Kecukupan Lemak dengan Obesitas
Trigliserida merupakan lipid utama dalam makanan. Fungsi
utamanya adalah sebagai zat energi. Simpanan lemak dalam tubuh
terutama dilakukan di dalam sel lemak dalam jaringan adiposa. Untuk
kepentingan uji statistik maka kategori tingkat kecukupan lemak lebih
dan normal digabung. Pada penelitian ini, sampel yang obesitas 71,4
% diantaranya memiliki tingkat kecukupan lemak yang lebih dan
normal. Pada sampel yang tidak obesitas 85,7% diantaranya defisit
tingkat kecukupan lemak.
Tabel 21. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan LemakDengan Obesitas Pada Karyawati Setda KabupatenWonosobo
Kategori TingkatKecukupan Lemak
Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %
Lebih dan NormalDefisit
156
71,428,6
318
14,385,7
2319
54,845,2
Jumlah 21 100 21 100 42 100
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,
didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada
hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan obesitas.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan lemak
dengan obesitas sebesar 15,0. Hal ini berarti bahwa sampel dengan
tingkat kecukupan lemak normal dan lebih mempunyai
kecenderungan terhadap obesitas sebesar 15,0 kali dibandingkan
dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan lemak.
Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak
memicu terjadinya obesitas. Lemak merupakan sumber yang padat
kalori, membuat rasa masakan menjadi lezat dan sering tidak
diperhatikan atau tersembunyi dalam makanan. Kebiasaan
mengkonsumsi gorengan dan santan dalam pengolahan sumber
protein hewani menyebabkan asupan lemak meningkat. Sebagian
besar sampel beranggapan bahwa dengan tidak mengkonsumsi
sumber protein hewani maka asupan lemak tidak akan tinggi. Hal ini
mengakibatkan sumber lemak dari minyak dan santan tidak
terkendali.
Tubuh mempunyai kapasitas tak terhingga untuk menyimpan
lemak. Kelebihan konsumsi lemak akan tersimpan dalam jaringan
adiposa sebagai energi potensial. Apabila simpanan lemak terjadi
sampai melebihi 20% dari berat badan normal maka ada
kecenderungan kegemukan atau obesitas (Darmoutomo, 2007).
4. Hubungan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dengan Obesitas
Fungsi karbohidrat memang penting untuk tubuh kita karena
karbohidrat berguna untuk member makan pada otak kita dan sebagai
sumber energi utama. Untuk kepentingan uji statistik maka kategori
tingkat kecukupan karbohidrat lebih dan normal digabung. Pada
penelitian ini, sampel yang obesitas 76,2% diantaranya memiliki
tingkat kecukupan karbohidrat yang normal dan lebih. Pada sampel
yang tidak obesitas 66,7% diantaranya defisit tingkat kecukupan
karbohidrat.
Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Kecukupan KarbohidratDengan Obesitas Pada Karyawati Setda KabupatenWonosobo
Kategori TingkatKecukupan Lemak
Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %
Lebih dan NormalDefisit
165
76,223,8
714
33,366,7
2319
54,845,2
Jumlah 21 100 21 100 42 100
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,
didapatkan bahwa p = 0,005, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada
hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan tingkat kecukupan
karbohidrat dengan obesitas sebesar 6,4. Hal ini berarti bahwa sampel
dengan tingkat kecukupan karbohidrat normal dan lebih mempunyai
kecenderungan terhadap obesitas sebesar 6,4 kali dibandingkan
dengan sampel dengan defisit tingkat kecukupan karbohidrat.
Selain karbohidrat kompleks, sumbangan karbohidrat yang
tinggi adalah dari konsumsi teh manis dan camilan yang berbahan
dasar ubi, tepung beras, kentang dan serealia lainnya. Beberapa
sampel mengaku selalu menambah teh manis yang disajikan.
Penambahan teh selalu diikuti dengan penambahan gula. Tanpa
terasa, sumbangan kalori dari gula sederhana cukup berarti. Sebagian
besar sampel mengaku selalu menyempatkan diri mengkonsumsi
camilan. Beberapa diantaranya bahkan menempatkan toples berisi
camilan di meja kerja. Camilan yang dikonsumsi bervariasi tetapi
sebagian besar berbahan dasar ubi, tepung beras, kentang dan serealia
lainnya yang merupakan bahan makanan sumber karbohidrat.
Asupan karbohidrat yang berlebih, tidak akan langsung
digunakan oleh tubuh sehingga disimpan dalam bentuk glikogen (satu
rangkaian panjang molekul-molekul glukosa yang dihubungkan
menjadi satu). Hati dan otot merupakan tempat penyimpanan
glikogen. Glikogen yang dapat diakses otak yaitu glikogen yang
disimpan dalam hati. Tetapi, kapasitas hati untuk menyimpan
karbohidrat mudah habis dalam waktu sepuluh hingga 12 jam.
Sehingga untuk mempertahankan cadangan glikogen dalam hati, kita
membutuhkan asupan sumber karbohidrat (Almatsier, 2002).
Bila asupan karbohidrat berlebih sedangkan kapasitas hati
dan otot dalam menyimpan glikogen terbatas, maka karbohidrat akan
disimpan dalam bentuk lemak dan akan disimpan dalam jaringan
lemak. Sehingga kelebihan karbohidrat berarti kelebihan lemak.
Asupan karbohidrat yang tinggi juga memicu peningkatan
glukosa darah. Untuk menyesuaikan kondisi ini, pancreas
mengeluarkan hormone insulin ke dalam aliran darah untuk
menurunkan kadar glukosa darah. Yang menjadi masalah adalah
insulin merupakan hormone penyimpan yang memiliki fungsi
menyimpan kelebihan karbohidrat dalam bentuk lemak untuk
membuat cadangan energi. Oleh karena itu, insulin yang dirangsang
oleh karbohidrat akan mendorong akumulasi lemak tubuh. Selain
mendorong akumulasi lemak tubuh, insulin juga berfungsi untuk tidak
mengeluarkan lemak yang tersimpan. Kondisi seperti ini tentu akan
membuat seseorang dengan asupan tinggi karbohidrat akan
mengalami peningkatan berat badan dan sulit untuk menurunkan berat
badan (Darmoutomo, 2007).
5. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas
Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya obesitas. Dalam penelitian ini pada tingkat aktivitas fisik
yang tergolong ringan pada sampel obesitas sebesar 76,2%. Pada
sampel tidak obesitas, 81% diantaranya memiliki tingkat aktivitas
fisik sedang. Kurang aktivitas dapat menjadikan massa otot
berkurang, sehingga fungsi mesin pembakar lemak melemah,
akibatnya lemak semakin menumpuk dalam tubuh dan mengakibatkan
obesitas. Tabel 23 menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik
dengan obesitas pada sampel.
Tabel 22. Distribusi Sampel Antara Tingkat Aktivitas DenganObesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori TingkatAktivitas Fisik
Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %
RinganSedang
165
76,223,8
417
1981
2022
47,652,4
Jumlah 21 100 21 100 42 100
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test,
didapatkan bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada
hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Sutera (2010) bahwa ada
hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil ini juga sesuai
dengan penelitian Tulus (2012) yang menyatakan ada hubungan
antara aktivitas fisik dengan obesitas. Hasil ini tidak sesuai dengan
penelitian Ekelund dkk (2005) yang menyatakan tidak ada hubungan
antara aktivitas fisik dengan massa lemak wanita. Hal ini
kemungkinan karena sampel yang diteliti oleh Ekelund adalah remaja.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan aktivitas fisik dengan
obesitas sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan aktivitas
fisik ringan mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6
kali dibandingkan dengan sampel dengan aktivitas fisik berat.
Pada sampel yang obesitas, aktivitas sehari-hari didominasi
kegiatan duduk bekerja pada hari kerja dan aktivitas santai seperti
menontov televisi pada hari libur. Kebiasaan olahraga hanya pada hari
jum’at. Sedikit sekali sampel yang mengisi hari libur dengan
berolahraga. Jam kerja yang panjang membuat aktivitas olahraga
hanya mungkin dilakukan pada hari jum’at dan akhir pekan.
Semakin sedikit penggunaan energi untuk beraktivitas, dapat
memicu terjadinya kegemukan dan obesitas. Jika pengeluaran energi
lebih rendah daripada asupan energi, maka akan terdapat kelebihan
energi yang disimpan dalam jaringan lemak. Gaya hidup yang kurang
menggunakan energi yang berlarut-larut akan mengakibatkan
obesitas.
Kemajuan teknologi banyak menciptakan alat-alat yang
mampu menghemat pengeluaran energi dari dalam tubuh. Di
lingkungan rumah tangga, misalnya ada blender, mesin cuci, mesin
penyedot debu, dan sebagainya. Sarana transportasi, seperti bus,
mobil, dan motor akan memudahkan orang agar tidak berjalan kaki
atau bersepeda ke suatu tempat. Selain itu, kesibukan rutinitas kerja
yang semakin meningkat juga menyebabkan seseorang tidak
mempunyai waktu untuk berolahraga (Purwati, 2005).
Jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat
mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bentuk tubuh orang yang jenis
pekerjaannya tidak banyak mengeluarkan energi akan berbeda dengan
orang yang pekerjaan selalu menggunakan otot atau banyak
melakukan aktivitas fisik (Purwati, 2005). Menurut Jakicic dan Otto
(2005) aktivitas fisik berperan penting dalam pengelolaan berat
badan, yaitu dengan meningkatkan pengeluaran energi total.
Keseimbangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi akan
mencegah kenaikan berat badan.
6. Hubungan Keturunan Obesitas dengan Obesitas
Faktor keturunan obesitas merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya obesitas. Pada penelitian ini, sampel obesitas 76,2% diantaranya
ada riwayat obesitas. Pada sampel yang tidak obesitas, 81% tidak ada
riwayat obesitas. Tabel 23 menunjukkan hubungan antara keturunan
obesitas dengan obesitas pada sampel.
Tabel 23. Distribusi Sampel Antara Faktor Keturunan Dengan ObesitasPada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori FaktorKeturunan
Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %
AdaTidak ada
165
76,223,8
417
1981
2022
47,652,4
Jumlah 21 100 21 100 42 100
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan
bahwa p = 0,000, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara
faktor keturunan dengan obesitas. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Tulus (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara
keturunan obesitas dengan obesitas pada karyawati Setda Kabupaten
Tegal.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan keturunan dengan obesitas
sebesar 13,6. Hal ini berarti bahwa sampel dengan riwayat keturunan
obesitas mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 13,6 kali
dibandingkan dengan sampel yang tidak memiliki riwayat obesitas.
Seseorang yang mempunyai faktor keturunan maka dalam tubuh
cenderung akan menghasilkan lemak tubuh lebih banyak dibandingkan
orang lain yang tidak mempunyai faktor keturunan. Bawaan sifat
metabolisme ini menunjukan adanya gen bawaan pada kode untuk enzim
lipoprotein lipase (LPL) yang lebih efektif. Enzim ini memiliki suatu
peranan penting dalam proses mempercepat penambahan berat badan
karena enzim ini bertugas mengontrol kecepatan trigliserida dalam darah
yang dipecah-pecah menjadi asam lemak dan disalurkan ke sel-sel tubuh
untuk disimpan sehingga lama kelamaan menyebabkan penambahan berat
badan (Purwati, 2005)
7. Hubungan Lama Tidur dengan Obesitas
Lama tidur merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
obesitas. Lama tidur dikategorikan menjadi lama tidur yang tidak berisiko
dan berisiko. Pada penelitian ini, sampel obesitas 61,9% diantaranya
termasuk kategori beresiko. Pada sampel yang tidak obesitas, 61,9% tidak
beresiko. Tabel 24 menunjukkan hubungan antara keturunan obesitas
dengan obesitas pada sampel.
Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Lama Tidur Dengan Obesitas PadaKaryawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori LamaTidur
Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %
BeresikoTidak Beresiko
138
61,938,1
813
38,161,9
2121
5050
Jumlah 21 100 21 100 42 100
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan
bahwa p = 0,123, dalam hal ini p > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan
antara lama tidur dengan obesitas.
Hal ini berarti tidak ada hubungan antara lama tidur dengan
obesitas, artinya bahwa lama tidur seseorang tidak berkaitan dengan
kejadian obesitas.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan lama tidur dengan obesitas
sebesar 2,641. Hal ini berarti bahwa sampel dengan lama tidur yang
beresiko mempunyai kecenderungan terhadap obesitas sebesar 2,641 kali
dibandingkan dengan sampel dengan lama tidur yang tidak beresiko.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan Hamidin
(2010), yang mengemukakan bahwa dari segi endokrinologi ternyata
obesitas sangat erat kaitannya dengan sekresi hormon ghrelin dan leptin
yang ada dalam sirkulasi darah. Hormon ghrelin dan leptin merupakan dua
hormon pencernaan yang memberikan signal ke hipotalamus untuk mengatur
nafsu makan yang bekerja sebagai sistem penyeimbang yang mengatur rasa lapar
dan kenyang. Ghrelin dihasilkan oleh saluran pencernaan mempunyai peran
dalam meningkatkan nafsu makan, sedangkan leptin diproduksi dalam sel-sel
lemak dan bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal ke otak ketika kenyang.
Ketika orang tidak mendapat tidur cukup, kadar leptin akan turun yang artinya
tidak merasa kenyang setelah makan. Kurang tidur juga mendorong kadar ghrelin
naik, yang artinya rasa lapar akan terus terangsang dan meningkatkan nafsu
makan.
Jenis pekerjaan yang sama dan iklim daerah Kabupaten Wonosobo
menyebabkan lama tidur karyawati di Setda kurang bervariasi sehingga tidak ada
perbedaan lama tidur pada karyawati yang obesitas dengan tidak obesitas.
8. Hubungan Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi dengan Obesitas
Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan
hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Sebagian besar
sampel yaitu sebanyak 23 sampel (54,8%) tidak menggunakan alat
kontrasepsi yang mempengaruhi obesitas seperti pil KB, suntik KB, susuk
KB. Tabel 25 menunjukkan hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi
dengan obesitas pada sampel.
Tabel 24. Distribusi Sampel Antara Penggunaan Alat Kontrasepsi DenganObesitas Pada Karyawati Setda Kabupaten Wonosobo
Kategori PenggunaanAlat Kontrasepsi
Obesitas Tidak Obesitas Jumlahn % n % n %
PenggunaTidak Pengguna
138
61,938,1
615
28,671,4
1923
45,254,8
Jumlah 21 100 21 100 42 100
Setelah dianalisis menggunakan uji Chi Square Test, didapatkan
bahwa p = 0,030, dalam hal ini p < 0,05 yang berarti ada hubungan antara
alat kontrasepsi dengan obesitas.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Tulus (2012)
yang menyatakan tidak ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan
obesitas pada karyawati Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal. Hasil ini
sesuai dengan pendapat Purwati (2002) yang menyatakan bahwa
kontrasepsi dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara perlahan-
lahan pada wanita yang menggunakannya.
Nilai Odd Ratio untuk hubungan penggunaan alat kontrasepsi
dengan obesitas sebesar 4,063. Hal ini berarti bahwa sampel yang
menggunakan alat kontrasepsi mempunyai kecenderungan terhadap
obesitas sebesar 4,063 kali dibandingkan dengan sampel yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi hormonal.
Peningkatan berat badan pada pemakaian kontrasepsi disebabkan
hormon dalam kontrasepsi yaitu esterogen dan progesteron. Esterogen
menyebabkan pengeluaran natriun dan air berkurang sehingga terjadi
penimbunan cairan (Wiknjosastro dkk, 2005) sedangkan progesteron akan
mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, merangsang
nafsu makan serta menurunkan aktivitas fisik sehingga terjadi peningkatan berat
badan (Depkes RI, 1994)
E. Analisis Multivariat
Analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda untuk
melihat hubungan antara variabel kategori tingkat kecukupan energi, kategori
tingkat kecukupan protein, kategori tingkat kecukupan lemak, kategori
tingkat kecukupan karbohidrat, kategori tingkat aktivitas fisik, kategori lama
tidur, keturunan dan kategori penggunaan alat kontrasepsi. Semua variabel
yang diteliti diuji kembali dengan uji regresi logistik ganda. Hasil uji regresi
logistik dapat dilihat pada tabel 25 berikut.
Tabel 25. Hasil uji regresi logistik gandaVariabel Nilai B Nilai sig.
Kategori penggunaan alat kontrasepsiKeturunan
Kategori lama tidurKategori aktivitas fisik
Kategori Tingkat KecukupanKarbohidrat
Kategori Tingkat Kecukupan LemakKategori Tingkat Kecukupan ProteinKategori Tingkat Kecukupan Energi
Constant
- 0,17+ 2,551- 4,63+ 3,594- 19,583+ 4,789- 20,715+ 17,200- 4,547
0,9890,720,6920,0130,9990,0340,9990,9990,011
Berdasarkan hasil di atas didapatkan persamaan garis obesitas
sebagai berikut.
Ln P/1-P = - 4,547 - 0,17 Kategori penggunaan alat kontrasepsi + 2,551
Keturunan – 0,463 Kategori lama tidur + 3,594 Kategori aktivitas fisik –
19,583 Kategori tingkat kecukupan karbohidrat + 4,789 Kategori tingkat
kecukupan lemak - 20,715 Kategori tingkat kecukupan protein + 17,200
Kategori tingkat kecukupan energi.
Karena variabel Kategori penggunaan alat kontrasepsi, Keturunan,
Kategori lama tidur, Kategori tingkat kecukupan karbohidrat, Kategori
tingkat kecukupan protein, Kategori tingkat kecukupan energi secara statistik
tidak berpengaruh secara signifikan yaitu nilai signifikan > 0,05, maka yang
dimodelkan dan interpretasikan hanya variabel nilai Kategori aktivitas fisik
dan Kategori tingkat kecukupan lemak saja. Variabel Kategori penggunaan
alat kontrasepsi, Keturunan, Kategori lama tidur, Kategori tingkat kecukupan
karbohidrat,Kategori tingkat kecukupan protein, Kategori tingkat kecukupan
energi dikatakan tidak signifikan secara statistik, bukan berarti pengaruhnya
tidak ada (nol rasio), melainkan ada pengaruhnya, hanya saja sangat kecil.
Sehingga model penelitian :
Ln P/1-P=-4,547+3,594 Kategori aktivitas fisik + 4,789 Kategori tingkat
kecukupan lemak
Dari model tersebut dapat disimpulkan. Variabel aktivitas fisik dan
tingkat kecukupan lemak paling berhubungan dengan obesitas. Faktor risiko
tertinggi adalah tingkat kecukupan lemak dengan nilai Exp (B) atau koefisien
korelasi 120,149.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Prevalensi obesitas (IMT ≥ 25) pada karyawati Sekretariat Daerah
Kabupaten Wonosobo sebesar 50 %.
2. Tingkat kecukupan energi sampel sebagaian besar (52,4%) defisit.
3. Tingkat kecukupan protein sampel sebagian besar (90,5%) normal
4. Tingkat kecukupan lemak sampel sebagian besar (57,1%) defisit.
5. Tingkat kecukupan karbohidrat sampel sebagian besar (45,2%) defisit.
6. Aktivitas fisik sampel sebagian besar tergolong sedang yaitu sebesar
52,4%.
7. Sampel yang memiliki keturunan obesitas yaitu sebesar 50%.
8. Lama tidur sebagian sampel yang tergolong berisiko (<7 jam atau >8 jam
per hari) yaitu sebesar 50%.
9. Sampel yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebesar 54,8%
10. Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan obesitas
11. Tidak Ada hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan obesitas
12. Ada hubungan antara tingkat kecukupan lemak dengan obesitas
13. Ada hubungan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan obesitas
14. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas
15. Ada hubungan antara keturunan obesitas dengan obesitas
16. Tidak ada hubungan antara lama tidur dengan status obesitas .
17. Ada hubungan antara alat kontrasepsi dengan obesitas
18. Tingkat kecukupan lemak paling berpengaruh dengan kejadian obesitas
diikuti dengan aktivitas fisik.
B. Saran
1. Perlu peningkatan aktivitas fisik dengan berolahraga secara rutin dan
mengurangi asupan lemak terutama dari gorengan dan santan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda untuk
mengetahui faktor-faktor lain yang menyebabkan obesitas.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia PustakaUtama,
Arisman, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Atmadja, Beny. 2002. “Fisiologi Tidur”. Jurnal Kedokteran Maranatha. Bandung: Universitas Padjadjaran Bandung, Vol. 1, No. 2
Austin, U dkk. 2011. Trends in carbohydrate, fat and protein intakes andassociation with energy intake in normal-weight, overweight and obeseindividual. The American Journal of Clinical Nutrition. Di download dariwww.ajcn.nutrition.org pada 5 Maret 2014
Darmoutomo, Endang. Mencegah Penyakit Akibat Kegemukan dengan AsupanNutrisi. http://www.obesitas.web.id/news.html
Depkes RI. 1994. Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan KeluargaBerencana. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia DirektoratJenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina KesehatanKelurga.
Depkes RI. 2013. Permenkes No.75 tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Giziyang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta : Depkes RI
Ekelund, U dkk. 2005. Associations between phyical activity and fat mass inadolescent : The Stockholm Weight Development Study. The AmericanJournal of Clinical Nutrition. Di download dari www.ajcn.nutrition.org pada5 Maret 2014
Fadilla, Rizqi. 2011. Hubungan Antara Kebiasaan Makan, Aktivitas fisik danLama tidur dengan Obesitas pada Ibu Rumah Tangga di Wilayah RW 09Palebon Semarang. Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi.
Faiz, Zulkifli. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta : Penebar Swadaya, 2004
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Gibson, Rosalid S. 2005. Principles Of Nutritional Assesment. New York :Oxford University Oress
Gredian, Dita. 2011. Hubungan Kebiasaan Makan dan Status Obesitas denganTekanan Darah pada Ibu-Ibu Penderita Obesitas di Wilayah RW XIVMlinjon Kelurahan Tonggalan Kecamatan Klaten Tengah Kabupaten Klaten.Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi
Hamidin, A.S. 2011. Kebaikan Air Putih. Yogyakarta : Media Pressindo.
Hardinsyah &, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor : FakultasPertanian, IPB
Hardinsyah, Tampubolon V. 2004. Kecukupan Energi, Protein, Lemak dan SeratMakanan. Jakarta :Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII.
Hartono, Andry. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit BukuKedokteran EGC
Hasan, Iqbal. 2005. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta :PT Bumi Aksara
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2008. Keterampilan DasarPraktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Inoue ,S, Zimmet P, and Caterson L. 2000. The Asia-Pacific Perspective :Redefining Obesity and its treatment. Australia : Healt CommunicationsAustralian Pty Limited
Jakicic, J dan Otto, A. 2005. Physical activity considerations for the treatmentand prevention of obesity. The American Journal of Clinical Nutrition. Didownload dari www.ajcn.nutrition.org pada 5 Maret 2014
Khomsan A, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya,
Khumaidi, M. 1994. Bahan Pengajaran Gizi Masyarakat. Jakarta : PT. BPKGunung Mulia
Meutia, Nuraiza. Peran Hormon Ghrelin dalam Meningkatkan Nafsu Makan.Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara :http://www.library.usu.ac.id
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko beberapa Penyakit. Jakarta:Pustaka Obor Populer
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Bhrata
Mubarak, W. & Nurul Chayatin. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
Muchtadi D. 2001. Pencegahan Gizi Lebih dan Penyakit Kronis MelaluiPerbaikan Pola Konsumsi Pangan. Bogor : Sagung Seto
Pritasari. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia.Jakarta : Primadia Pustaka IKAPI
Purwati, Susi. 2005. Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukan. Jakarta :Penebar Swadaya
Saifuddin, dkk. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sugiarti, Elya, dkk. Faktor Risiko Obesitas Sentral. Gizi Indon 2009, 3(2) : 105-116
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC, 2002
Sutera, Diana. 2010. Hubungan Antara Kebiasaan Makan dan Aktivitas Fisikdengan Obesitas pada Guru dan Pegawai SMP Negeri 1 Pati. Karya TulisIlmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi.
Sutoyo. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Obesitas padaIbu-ibu di Atas Usia 30 tahun di Asrama Ex Brigif V Banyumanik Semarang.Karya Tulis Ilmiah Poltekkes Semarang Jurusan Gizi.
Syarif, D.R. 2002. Evaluasi dan Tatalaksana Obesitas pada Anak. ProsidingSimposium Temu Ilmiah Akbar 2002. Pusat Informasi dan Penelitian, BagIPD, FKUI : Jakarta. pp 23-28.
Waspadji, dkk. 2010. Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi dan Penelitiandi Rumah Sakit. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Whitney EN, Rofles SR. 2002. Understanding Nutrition. Belmont : CAWadsworth/Thomson Learning
WHO West Pacific Religion. 2000. The Asia- Pacific Prespective: RedeviningObesity and its treatmen. Australia : Healt Communications Australian PtyLimited
World Health Organization. Global database on body mass index [Internet]. [cited2012 July 21]. Available from:http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=intro_3.html.
Winkjosastro, H dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo
Wirahkusumah, Emma. 2001. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
INSTRUMENFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SETDAKABUPATEN WONOSOBO
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZIFAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2014
Lampiran 1
FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN
SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN
Yang bertanda tangan :
Nama :
Umur :
Pendidikan:
Alamat :
Bersedia berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian yang berjudul
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH
KABUPATEN WONOSOBO”.
Yang dilakukan oleh :
Nama : Aji Nur Salim
Alamat : Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan
Keperawatan
Dengan syarat :
1. Peneliti menjaga kerahasiaan data dan hanya digunakan untuk kegiatan
penelitian di Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Keperawatan
2. Sampel dapat meminta keterangan lebih lanjut kepada Universitas
Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan
mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.
Wonosobo,.................................... 2014
(............................................................................)
Lampiran 2
FORMULIR PENGAMBILAN DATA
A. Identitas Sampel
1. Kode Sampel :
2. Tanggal Pengambilan Data :
3. Nama Sampel :
4. Tanggal Lahir :
5. Umur :
6. Pendidikan :
7. Jabatan :
8. Alamat :
B. Hasil Pemeriksaan Sampel
1. Berat Badan : cm
2. Tinggi Badan : kg
3. IMT : kg/m2
4. Apakah ada orang tua atau kakek dan nenek kandung yang mengalami
kelebihan berat badan?
a. Ada
b. Tidak ada
5. Apakah ibu menggunakan alat kontrasepsi?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika “Ya” apa jenisnya? ...............................
Lampiran 3
Formulir Recall
Recall 2X24 jam
Recall ke :
Tanggal :
No Waktu NamaHidangan
Nama BahanMakanan
Berat Bahan Mentah
Urt Gram1 Pagi
2. Snackpagi
3, Makansiang
4. Snacksiang
5. Makanmalam
Lampiran 4
FORMULIR RECALL AKTIVITAS FISIK
Tanggal : ………………………
Hari ke : ………………………
No Waktu Jenis Kegiatan
Lama kegiatan
berlangsung
(menit)
Keterangan
Lampiran 5
FORMULIR RATA-RATA AKTIVITAS FISIK
N
o
Energi yang
Dikeluarkan (Kal)
Total energi
yang
dikeluarkan
selama 2 hari
(Kal)
Rata-rata
energi yang
dikeluarkan /
hari (Kal)
Hari 1Hari
2
Lampiran 7
TABEL PHYSICAL ACTIVITY RATIO (PAR) BERBAGAI AKTIVITAS FISIK
Aktivitas Physical Activity Ratio/satuanwaktu
Tidur 1.0Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2Aktivitas santai (nonton TV danmengobrol)
1.4
Makan 1.5Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1.5Mengendarai mobil/berjalan 2.0Memasak 2.1Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2Mandi dan berpakaian 2.3Menyapu, mencuci baju dan piringtanpa mesin
2.3
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8Berjalan 3.2Berkebun 4.1Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2Kegiatan yang dilakukan denganduduk
1.5
Transportasi dengan bus 1.2Kegiatan ringan 1.4
HASIL UJI STATISTIK
FrequenciesStatistics
umur
Berat
Badan
Tinggi
Badan
N Valid 42 42 42
Missing 0 0 0
Mean 42.69 59.6690 153.6976
Std. Deviation 8.435 10.64114 5.90124
Minimum 23 43.50 142.00
Maximum 56 80.20 165.00
Statistics
Rata-rata
Asupan
Energi
Rata-rata
Asupan
Protein
Rata-rata
Asupan
Lemak
Rata-rata
Asupan
Karbohidrat
N Valid 42 42 42 42
Missing 0 0 0 0
Mean 1932.0714 60.9048 53.6429 301.5238
Std. Deviation 307.54793 4.89803 11.42488 56.49012
Minimum 1530.00 43.00 41.00 223.00
Maximum 2580.00 68.00 74.00 423.00
Statistics
IMT
Tingkat
Kecuku
pan
Energi
Tingkat
Kecuku
pan
Protein
Tingka
t
Kecuk
upan
Lemak
Tingkat
Kecuku
pan
Karbohi
drat
Ra
ta-
rat
a
nil
ai
PA
L
Rata
-rata
lama
tidur
N Va
lid42 42 42 42 42 42 42
Mi
ssi
ng
0 0 0 0 0 0 0
Mean25.2
08392.2857
107.023
8
91.19
0595.5952
1.6
64
9
7.03
02
Std.
Deviation4.01
167
15.8795
68.76659
19.95
145
20.5664
4
.08
03
9
.656
22
Minimum 18.3
471.00 76.00 62.00 47.00
1.5
35.92
Maximum 32.1
8121.00 120.00
132.0
0140.00
1.8
28.12
Frequency TableStatus Obesitas
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
obesitas 21 50.0 50.0 50.0
tidak
obesitas21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
Keturunan obesitas
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
ada 20 47.6 47.6 47.6
tidak
ada22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori penggunaan KB
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
pengguna 19 45.2 45.2 45.2
tidak
pengguna23 54.8 54.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Energi
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
lebih 4 9.5 9.5 9.5
norm
al16 38.1 38.1 47.6
defis
it22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Protein
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
lebih 2 4.8 4.8 4.8
norm
al38 90.5 90.5 95.2
defis
it2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Lemak
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
lebih 8 19.0 19.0 19.0
norm
al10 23.8 23.8 42.9
defis
it24 57.1 57.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Tingkat Kecukupan KH
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
lebih 9 21.4 21.4 21.4
norm
al14 33.3 33.3 54.8
defis
it19 45.2 45.2 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori aktivitas fisik
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
ringa
n20 47.6 47.6 47.6
seda
ng22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Lama Tidur
Frequen
cy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Val
id
berisiko 21 50.0 50.0 50.0
tidak
berisiko21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori penggunaan KB * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Total
obesit
as
tidak
obesitas
Kategori
penggunaan
KB
pengguna Count 13 6 19
% within Status
Obesitas61.9% 28.6% 45.2%
% of Total 31.0% 14.3% 45.2%
tidak
pengguna
Count 8 15 23
% within Status
Obesitas38.1% 71.4% 54.8%
% of Total 19.0% 35.7% 54.8%
Total Count 21 21 42
% within Status
Obesitas
100.0
%100.0%
100.0
%
% of Total50.0% 50.0%
100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 4.709a 1 .030
Continuity Correctionb 3.460 1 .063
Likelihood Ratio 4.805 1 .028
Fisher's Exact Test .062 .031
Linear-by-Linear
Association4.597 1 .032
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 4.063
ln(Estimate) 1.402
Std. Error of ln(Estimate) .660
Asymp. Sig. (2-sided) .034
Asymp. 95%
Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 1.115
Upper Bound 14.804
ln(Common Odds
Ratio)
Lower Bound .109
Upper Bound 2.695
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under
the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Keturunan obesitas * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Total
obesit
as
tidak
obesitas
Keturunan
obesitas
ada Count 16 4 20
% within Status
Obesitas76.2% 19.0% 47.6%
% of Total 38.1% 9.5% 47.6%
tidak
ada
Count 5 17 22
% within Status
Obesitas23.8% 81.0% 52.4%
% of Total 11.9% 40.5% 52.4%
Total Count 21 21 42
% within Status
Obesitas
100.0
%100.0%
100.0
%
% of Total50.0% 50.0%
100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000
Continuity Correctionb 11.550 1 .001
Likelihood Ratio 14.626 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear
Association13.418 1 .000
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 13.600
ln(Estimate) 2.610
Std. Error of ln(Estimate) .756
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Asymp. 95%
Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 3.091
Upper Bound 59.831
ln(Common Odds Lower Bound 1.129
Ratio) Upper Bound 4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under
the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori Lama Tidur * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Total
obesit
as
tidak
obesitas
Kategori Lama
Tidur
berisiko Count 13 8 21
% within Status
Obesitas61.9% 38.1% 50.0%
% of Total 31.0% 19.0% 50.0%
tidak
berisiko
Count 8 13 21
% within Status
Obesitas38.1% 61.9% 50.0%
% of Total 19.0% 31.0% 50.0%
Total Count 21 21 42
% within Status
Obesitas
100.0
%100.0%
100.0
%
% of Total50.0% 50.0%
100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 2.381a 1 .123
Continuity Correctionb 1.524 1 .217
Likelihood Ratio 2.404 1 .121
Fisher's Exact Test .217 .108
Linear-by-Linear
Association2.324 1 .127
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 2.641
ln(Estimate) .971
Std. Error of ln(Estimate) .635
Asymp. Sig. (2-sided) .127
Asymp. 95%
Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound .760
Upper Bound 9.176
ln(Common Odds
Ratio)
Lower Bound -.275
Upper Bound 2.217
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under
the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori aktivitas fisik * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Total
obesit
as
tidak
obesitas
Kategori aktivitas
fisik
ringa
n
Count 16 4 20
% within Status
Obesitas76.2% 19.0% 47.6%
% of Total 38.1% 9.5% 47.6%
seda
ng
Count 5 17 22
% within Status
Obesitas23.8% 81.0% 52.4%
% of Total 11.9% 40.5% 52.4%
Total Count 21 21 42
% within Status
Obesitas
100.0
%100.0%
100.0
%
% of Total50.0% 50.0%
100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000
Continuity Correctionb 11.550 1 .001
Likelihood Ratio 14.626 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear
Association13.418 1 .000
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 13.600
ln(Estimate) 2.610
Std. Error of ln(Estimate) .756
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Asymp. 95%
Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 3.091
Upper Bound 59.831
ln(Common Odds
Ratio)
Lower Bound 1.129
Upper Bound 4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under
the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori Tingkat KH 1 * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Total
obesita
s
tidak
obesitas
Kategori
Tingkat KH 1
normal&l
ebih
Count 16 7 23
% within Status Obesitas 76.2% 33.3% 54.8%
% of Total 38.1% 16.7% 54.8%
defisit Count 5 14 19
% within Status Obesitas 23.8% 66.7% 45.2%
% of Total 11.9% 33.3% 45.2%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0
%100.0%
100.0
%
% of Total50.0% 50.0%
100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 7.785a 1 .005
Continuity Correctionb 6.151 1 .013
Likelihood Ratio 8.057 1 .005
Fisher's Exact Test .012 .006
Linear-by-Linear
Association7.600 1 .006
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 6.400
ln(Estimate) 1.856
Std. Error of ln(Estimate) .690
Asymp. Sig. (2-sided) .007
Asymp. 95%
Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 1.654
Upper Bound 24.770
ln(Common Odds
Ratio)
Lower Bound .503
Upper Bound 3.210
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under
the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Lemak * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Total
obesita
s
tidak
obesitas
Kategori TK
Lemak
normal&lebi
h
Count 15 3 18
% within Status Obesitas 71.4% 14.3% 42.9%
% of Total 35.7% 7.1% 42.9%
defisit Count 6 18 24
% within Status Obesitas 28.6% 85.7% 57.1%
% of Total 14.3% 42.9% 57.1%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0
%100.0%
100.0
%
% of Total50.0% 50.0%
100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 14.000a 1 .000
Continuity Correctionb 11.764 1 .001
Likelihood Ratio 15.012 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association13.667 1 .000
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 15.000
ln(Estimate) 2.708
Std. Error of ln(Estimate) .789
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Asymp. 95%
Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 3.196
Upper Bound 70.393
ln(Common Odds
Ratio)
Lower Bound 1.162
Upper Bound 4.254
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under
the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Protein * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Total
obesita
s
tidak
obesitas
Kategori TK
Protein
normal&lebi
h
Count 19 21 40
% within Status Obesitas 90.5% 100.0% 95.2%
% of Total 45.2% 50.0% 95.2%
defisit Count 2 0 2
% within Status Obesitas 9.5% .0% 4.8%
% of Total 4.8% .0% 4.8%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0
%100.0%
100.0
%
% of Total50.0% 50.0%
100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 2.100a 1 .147
Continuity Correctionb .525 1 .469
Likelihood Ratio 2.873 1 .090
Fisher's Exact Test .488 .244
Linear-by-Linear
Association2.050 1 .152
N of Valid Casesb 42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate .000
ln(Estimate) .
Std. Error of ln(Estimate) .
Asymp. Sig. (2-sided) .
Asymp. 95%
Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound .
Upper Bound .
ln(Common Odds
Ratio)
Lower Bound .
Upper Bound .
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under
the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Energi 1 * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Total
obesita
s
tidak
obesitas
Kategori TK Energi
1
normal&l
ebih
Count 16 4 20
% within Status
Obesitas76.2% 19.0% 47.6%
% of Total 38.1% 9.5% 47.6%
defisit Count 5 17 22
% within Status
Obesitas23.8% 81.0% 52.4%
% of Total 11.9% 40.5% 52.4%
Total Count 21 21 42
% within Status
Obesitas
100.0
%100.0%
100.0
%
% of Total50.0% 50.0%
100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000
Continuity Correctionb 11.550 1 .001
Likelihood Ratio 14.626 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear
Association13.418 1 .000
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 13.600
ln(Estimate) 2.610
Std. Error of ln(Estimate) .756
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Asymp. 95%
Confidence Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 3.091
Upper Bound 59.831
ln(Common Odds
Ratio)
Lower Bound 1.129
Upper Bound 4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under
the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 42 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 42 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 42 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step
1
Step 35.727 8 .000
Bloc
k35.727 8 .000
Mod
el35.727 8 .000
Model Summary
Ste
p
-2 Log
likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 22.497a .573 .764
a. Estimation terminated at iteration number 20 because
maximum iterations has been reached. Final solution cannot be
found.
Hosmer and Lemeshow Test
Ste
p Chi-square df Sig.
1 22.527 7 .002
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step
0
Constan
t.000 .309 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step
0
Variable
s
Keturunan 13.745 1 .000
Kat_penggunaan_KB 4.709 1 .030
Kat_aktivitasfisik 13.745 1 .000
Kat_lama_tidur 2.381 1 .123
Kat_TKEnergi1 13.745 1 .000
Kat_TKProtein1 2.100 1 .147
Kat_TKLemak1 14.000 1 .000
Kat_TKKarbohidrat1 7.785 1 .005
Overall Statistics 26.274 8 .001
HASIL UJI STATISTIK
FrequenciesStatistics
umur Berat Badan Tinggi Badan
N Valid 42 42 42
Missing 0 0 0
Mean 42.69 59.6690 153.6976
Std. Deviation 8.435 10.64114 5.90124
Minimum 23 43.50 142.00
Maximum 56 80.20 165.00
Statistics
Rata-rata
Asupan Energi
Rata-rata
Asupan Protein
Rata-rata
Asupan Lemak
Rata-rata
Asupan
Karbohidrat
N Valid 42 42 42 42
Missing 0 0 0 0
Mean 1932.0714 60.9048 53.6429 301.5238
Std. Deviation 307.54793 4.89803 11.42488 56.49012
Minimum 1530.00 43.00 41.00 223.00
Maximum 2580.00 68.00 74.00 423.00
Statistics
IMT
Tingkat
Kecukupan
Energi
Tingkat
Kecukupan
Protein
Tingkat
Kecukupan
Lemak
Tingkat
Kecukupan
Karbohidrat
Rata-
rata
nilai
PAL
Rata-rata
lama
tidur
N Valid 42 42 42 42 42 42 42
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 25.2083 92.2857 107.0238 91.1905 95.5952 1.6649 7.0302
Std. Deviation 4.01167 15.87956 8.76659 19.95145 20.56644 .08039 .65622
Minimum 18.34 71.00 76.00 62.00 47.00 1.53 5.92
Maximum 32.18 121.00 120.00 132.00 140.00 1.82 8.12
Frequency TableStatus Obesitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid obesitas 21 50.0 50.0 50.0
tidak obesitas 21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
Keturunan obesitas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ada 20 47.6 47.6 47.6
tidak ada 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori penggunaan KB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid pengguna 19 45.2 45.2 45.2
tidak pengguna 23 54.8 54.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Energi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lebih 4 9.5 9.5 9.5
normal 16 38.1 38.1 47.6
defisit 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Protein
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lebih 2 4.8 4.8 4.8
normal 38 90.5 90.5 95.2
defisit 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Tingkat Kecukupan Lemak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lebih 8 19.0 19.0 19.0
normal 10 23.8 23.8 42.9
defisit 24 57.1 57.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Tingkat Kecukupan KH
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid lebih 9 21.4 21.4 21.4
normal 14 33.3 33.3 54.8
defisit 19 45.2 45.2 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori aktivitas fisik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ringan 20 47.6 47.6 47.6
sedang 22 52.4 52.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori Lama Tidur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid berisiko 21 50.0 50.0 50.0
tidak berisiko 21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
Kategori penggunaan KB * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Kategori
penggunaan KB
pengguna Count 13 6 19
% within Status Obesitas 61.9% 28.6% 45.2%
% of Total 31.0% 14.3% 45.2%
tidak pengguna Count 8 15 23
% within Status Obesitas 38.1% 71.4% 54.8%
% of Total 19.0% 35.7% 54.8%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.709a 1 .030
Continuity Correctionb 3.460 1 .063
Likelihood Ratio 4.805 1 .028
Fisher's Exact Test .062 .031
Linear-by-Linear Association 4.597 1 .032
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.709a 1 .030
Continuity Correctionb 3.460 1 .063
Likelihood Ratio 4.805 1 .028
Fisher's Exact Test .062 .031
Linear-by-Linear Association 4.597 1 .032
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 4.063
ln(Estimate) 1.402
Std. Error of ln(Estimate) .660
Asymp. Sig. (2-sided) .034
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 1.115
Upper Bound 14.804
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .109
Upper Bound 2.695
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Keturunan obesitas * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Keturunan obesitas ada Count 16 4 20
% within Status Obesitas 76.2% 19.0% 47.6%
% of Total 38.1% 9.5% 47.6%
tidak ada Count 5 17 22
% within Status Obesitas 23.8% 81.0% 52.4%
% of Total 11.9% 40.5% 52.4%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000
Continuity Correctionb 11.550 1 .001
Likelihood Ratio 14.626 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 13.418 1 .000
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 13.600
ln(Estimate) 2.610
Std. Error of ln(Estimate) .756
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 3.091
Upper Bound 59.831
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 1.129
Upper Bound 4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori Lama Tidur * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Kategori Lama Tidur berisiko Count 13 8 21
% within Status Obesitas 61.9% 38.1% 50.0%
% of Total 31.0% 19.0% 50.0%
tidak berisiko Count 8 13 21
% within Status Obesitas 38.1% 61.9% 50.0%
% of Total 19.0% 31.0% 50.0%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.381a 1 .123
Continuity Correctionb 1.524 1 .217
Likelihood Ratio 2.404 1 .121
Fisher's Exact Test .217 .108
Linear-by-Linear Association 2.324 1 .127
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 2.641
ln(Estimate) .971
Std. Error of ln(Estimate) .635
Asymp. Sig. (2-sided) .127
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound .760
Upper Bound 9.176
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound -.275
Upper Bound 2.217
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori aktivitas fisik * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Kategori aktivitas fisik ringan Count 16 4 20
% within Status Obesitas 76.2% 19.0% 47.6%
% of Total 38.1% 9.5% 47.6%
sedang Count 5 17 22
% within Status Obesitas 23.8% 81.0% 52.4%
% of Total 11.9% 40.5% 52.4%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000
Continuity Correctionb 11.550 1 .001
Likelihood Ratio 14.626 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 13.418 1 .000
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 13.600
ln(Estimate) 2.610
Std. Error of ln(Estimate) .756
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 3.091
Upper Bound 59.831
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 1.129
Upper Bound 4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori Tingkat KH 1 * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Kategori Tingkat
KH 1
normal&lebih Count 16 7 23
% within Status Obesitas 76.2% 33.3% 54.8%
% of Total 38.1% 16.7% 54.8%
defisit Count 5 14 19
% within Status Obesitas 23.8% 66.7% 45.2%
% of Total 11.9% 33.3% 45.2%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.785a 1 .005
Continuity Correctionb 6.151 1 .013
Likelihood Ratio 8.057 1 .005
Fisher's Exact Test .012 .006
Linear-by-Linear Association 7.600 1 .006
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 6.400
ln(Estimate) 1.856
Std. Error of ln(Estimate) .690
Asymp. Sig. (2-sided) .007
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 1.654
Upper Bound 24.770
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .503
Upper Bound 3.210
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Lemak * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Kategori TK Lemak normal&lebih Count 15 3 18
% within Status Obesitas 71.4% 14.3% 42.9%
% of Total 35.7% 7.1% 42.9%
defisit Count 6 18 24
% within Status Obesitas 28.6% 85.7% 57.1%
% of Total 14.3% 42.9% 57.1%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 14.000a 1 .000
Continuity Correctionb 11.764 1 .001
Likelihood Ratio 15.012 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 13.667 1 .000
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 15.000
ln(Estimate) 2.708
Std. Error of ln(Estimate) .789
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 3.196
Upper Bound 70.393
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 1.162
Upper Bound 4.254
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Protein * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Kategori TK Protein normal&lebih Count 19 21 40
% within Status Obesitas 90.5% 100.0% 95.2%
% of Total 45.2% 50.0% 95.2%
defisit Count 2 0 2
% within Status Obesitas 9.5% .0% 4.8%
% of Total 4.8% .0% 4.8%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.100a 1 .147
Continuity Correctionb .525 1 .469
Likelihood Ratio 2.873 1 .090
Fisher's Exact Test .488 .244
Linear-by-Linear Association 2.050 1 .152
N of Valid Casesb 42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate .000
ln(Estimate) .
Std. Error of ln(Estimate) .
Asymp. Sig. (2-sided) .
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound .
Upper Bound .
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound .
Upper Bound .
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Kategori TK Energi 1 * Status Obesitas
Crosstab
Status Obesitas
Totalobesitas tidak obesitas
Kategori TK Energi 1 normal&lebih Count 16 4 20
% within Status Obesitas 76.2% 19.0% 47.6%
% of Total 38.1% 9.5% 47.6%
defisit Count 5 17 22
% within Status Obesitas 23.8% 81.0% 52.4%
% of Total 11.9% 40.5% 52.4%
Total Count 21 21 42
% within Status Obesitas 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 13.745a 1 .000
Continuity Correctionb 11.550 1 .001
Likelihood Ratio 14.626 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 13.418 1 .000
N of Valid Casesb 42
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
b. Computed only for a 2x2 table
Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate
Estimate 13.600
ln(Estimate) 2.610
Std. Error of ln(Estimate) .756
Asymp. Sig. (2-sided) .001
Asymp. 95% Confidence
Interval
Common Odds Ratio Lower Bound 3.091
Upper Bound 59.831
ln(Common Odds Ratio) Lower Bound 1.129
Upper Bound 4.092
The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the
common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 42 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 42 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 42 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 35.727 8 .000
Block 35.727 8 .000
Model 35.727 8 .000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 22.497a .573 .764
a. Estimation terminated at iteration number 20 because maximum
iterations has been reached. Final solution cannot be found.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 22.527 7 .002
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant .000 .309 .000 1 1.000 1.000
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Keturunan 13.745 1 .000
Kat_penggunaan_KB 4.709 1 .030
Kat_aktivitasfisik 13.745 1 .000
Kat_lama_tidur 2.381 1 .123
Kat_TKEnergi1 13.745 1 .000
Kat_TKProtein1 2.100 1 .147
Kat_TKLemak1 14.000 1 .000
Kat_TKKarbohidrat1 7.785 1 .005
Overall Statistics 26.274 8 .001
INSTRUMENFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN OBESITAS PADA KARYAWATI SETDAKABUPATEN WONOSOBO
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZIFAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2014
Lampiran 1
FORMULIR PERNYATAAN KESEDIAAN
SEBAGAI SAMPEL PENELITIAN
Yang bertanda tangan :
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
Bersedia berpartisipasi sebagai sampel dalam penelitian yang berjudul
“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
OBESITAS PADA KARYAWATI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN
WONOSOBO”.
Yang dilakukan oleh :
Nama : Aji Nur Salim
Alamat : Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan danKeperawatan
Dengan syarat :
1. Peneliti menjaga kerahasiaan data dan hanya digunakan untuk kegiatan
penelitian di Universitas Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu
Kesehatan dan Keperawatan
2. Sampel dapat meminta keterangan lebih lanjut kepada Universitas
Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ilmu Kesehatan dan Keperawatan
mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini.
Wonosobo,.................................... 2014
(............................................................................)
Lampiran 2
FORMULIR PENGAMBILAN DATA
A. Identitas Sampel
1. Kode Sampel :
2. Tanggal Pengambilan Data :
3. Nama Sampel :
4. Tanggal Lahir :
5. Umur :
6. Pendidikan :
7. Jabatan :
8. Alamat :
B. Hasil Pemeriksaan Sampel
1. Berat Badan : cm
2. Tinggi Badan : kg
3. IMT : kg/m2
4. Apakah ada orang tua atau kakek dan nenek kandung yang mengalami
kelebihan berat badan?
a. Ada
b. Tidak ada
5. Apakah ibu menggunakan alat kontrasepsi?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika “Ya” apa jenisnya? ...............................
Lampiran 3
Formulir Recall
Recall 2X24 jam
Recall ke :
Tanggal :
No Waktu Nama Hidangan Nama Bahan Makanan Berat Bahan Mentah
Urt Gram1 Pagi
2. Snackpagi
3, Makansiang
4. Snacksiang
5. Makanmalam
Lampiran 4
FORMULIR RECALL AKTIVITAS FISIK
Tanggal : ………………………
Hari ke : ………………………
No Waktu Jenis KegiatanLama kegiatan
berlangsung (menit)
Keterangan
Lampiran 5
FORMULIR RATA-RATA AKTIVITAS FISIK
No
Energi yang
Dikeluarkan (Kal)
Total energi yang
dikeluarkan selama
2 hari (Kal)
Rata-rata energi
yang dikeluarkan /
hari (Kal)
Hari 1 Hari 2
Lampiran 7
TABEL PHYSICAL ACTIVITY RATIO (PAR) BERBAGAI AKTIVITAS FISIK
Aktivitas Physical Activity Ratio/satuanwaktu
Tidur 1.0Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2Aktivitas santai (nonton TV danmengobrol)
1.4
Makan 1.5Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1.5Mengendarai mobil/berjalan 2.0Memasak 2.1Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2Mandi dan berpakaian 2.3Menyapu, mencuci baju dan piringtanpa mesin
2.3
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8Berjalan 3.2Berkebun 4.1Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2Kegiatan yang dilakukan denganduduk
1.5
Transportasi dengan bus 1.2Kegiatan ringan 1.4