Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Diare Pada Balita Di Rsu
-
Upload
dian-anggraini -
Category
Documents
-
view
476 -
download
1
Transcript of Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Diare Pada Balita Di Rsu
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator kesehatan Indonesia suatu bangsa ialah derajat
kesehatan anak, yang biasa diukur melalui angka kematian anak, cermin
dunia kedokteran kali ini menyoroti berbagai masalah kesehatan anak dari
berbagai aspek, masalah diare tentu menjadi fokus utama, disamping
penyakit-penyakit lain seperti pneumonia, campak, malaria dan malnutrisi.
Oleh sebab itu gejala penyakit dan cara penanganannya perlu dikenali.
Penanganan juga bukan hanya membantu penyembuhan, namun juga dapat
mencegah timbulnya komplikasi lebih jauh (Depkes RI, 1997).
Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya adalah
faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi
dan perilaku masyarakat (Depkes RI, 1994).
Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dari 1
sampai 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare
infeksi. Tingginya kejadian diare di negara barat ini oleh karena foodborn
infections dan waterborn infections. Diare infeksi di negara berkembang
menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak-
anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara
1
berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahunnya (diare
akut) (WHO, 2002).
Di negara berkembang kebanyakan disebabkan oleh lima hal, atau
kombinasi dari mereka yaitu : Pnumonia, diare, campak, malaria dan
malnutrisi. Di seluruh dunia 3 dari 4 anak yang pergi ke sentral pengobatan
penderita setidaknya satu dari kondisi di atas. Banyak dari kematian ini dapat
dicegah dengan manajemen kesehatan yang lebih baik (WHO, 1997). Diare
adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak dengan
perkiraan 1,3 milyar dan 3,2 kematian tiap tahun pada balita. Keseluruhan
anak-anak mengalami rata-rata 3,3 diare per tahun. Tetapi di beberapa
tempat dapat lebih dari 9 per tahun. Penyebab utama kematian karena diare
adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui
tinjanya (Hendarwanto, 2003)
Di Indonesia setiap anak mengalami diare 1,6 – 2 kali setahun. Hasil
dari SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) di Indonesia angka kematian
diare anak balita dan bayi per mil per tahun berturut-turut menunjukkan
angka sebagai berikut : 6,6 (anak balita) 22 (bayi) pertahun 1980; 3,7 (bayi)
pada tahun 1992 ; 1 (anak balita) dan 8 (bayi) pada tahun 1995. Menurut
Departemen Kesehatan di 8 propinsi pada tahun 1989, 1990 dan 1995
berturut-turut morbiditas diare menunjukkan 78,5%, 103% dan 100%. Apalagi
dengan terjadinya krisis ekonomi yang melanda di negara-negara Asia
dimana Indonesia yang terparah, angka kejadian diare menunjukkan
2
kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun penyakit yang terkait
dengan diare seperti gangguan gizi dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut) (Depkes RI, 1999).
Provinsi Sumatera Utara mencatat penderita diare pada tahun 2005
sebanyak 168.072 orang. 11 Kabpuaten/Kota dinyatakan Kejadian Luar
Biasa diare pada tahun 2005 dengan 926 kasus, dan angka kematian 25
orang termasuk di Kota Sibolga. Penderita terbanyak pada tahun 2005
terdapat di Kota Medan dengan jumlah 38.012 orang (Depkes RI, 2005).
Sibolga merupakan daerah yang rentan terserang penyakit menular
antara lain diare. Dinas Kesehatan Kota Sibolga mencatat sebanyak 212
pasien diare selama tahun 2007. Dan pada tahun 2008 jumlah pasien diare
pada balita 167 orang dan tahun 2009 pada Bulan Januari sampai Maret
jumlah pasien diare pada balita berjumlah 62 orang. Data tersebut
berdasarkan tersebut berdasarkan pendataan di RSU. dr. F. L. Tobing
Sibolga dan puskesmas yang menyebar di Kota Sibolga (Dinkes Sibolga,
2007-2008)
Berdasarkan hal tersebut dengan berbagai masalah dan penyebab
terjadinya diare, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
yaitu tentang “Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Diare pada Balita di
RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2009”.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang uraian di atas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor Penyebab Terjadinya
Diare pada Balita di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2009?”.
C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Diare pada
Balita di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya diare pada balita
berdasarkan pendidikan ibu di RSU. dr. F.L. Tobing Sibolga
Tahun 2009
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya diare pada balita
berdasarkan pekerjaan ibu di RSU. dr. F.L. Tobing Sibolga
Tahun 2009.
c. Untuk mengetahui jumlah penderita diare berdasarkan umur
pada balita di RSU. dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2009.
d. Untuk mengetahui penyebab terjadinya diare pada balita
berdasarkan laktosa (susu kaleng) di RSU. dr. F.L. Tobing
Sibolga Tahun 2009.
4
D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sebagai
penyelesaian tugas akhir Program D.III Kebidanan.
D.2. Bagi Tempat Penelitian
Dapat dijadikan sebagai upaya dasar dalam upaya pencegahan dan
pengobatan serta pengawasan bagi ibu balita baik yang terkena
diare maupun yang tidak terkena diare.
D.3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai upaya untuk menambah kelengkapan
kepustakaan.
D.4. Bagi Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
A.1. Defenisi
Diare adalah sindrome penyakit yang ditandai dengan perubahan
bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi berak dari biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI,
1990).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan
atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja) (Hendarwanto, 1996).
Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi proses encer dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Ngastiyah, 2005).
A.2. Insiden
Penyakit diare merupakan penyebab no 2 angka kesakitan dan angka
kematian pada anak-anak, khususnya dikalangan usia anak dibawah 5 tahun.
Insiden penyakit diare di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan dengan
negara lain didapatkan angka kesakitan berkisar 150-430/1000 penduduk
pertahun. Sedangkan angka kematian mencapai 23-75/1000 penduduk
pertahun. Di Rumah Sakit Daerah Kota Sibolga Tahun 2008 terdapat kasus
6
penderita diare pada balita 167 orang dan tahun 2009 mulai Bulan Januari
sampai Maret berjumlah 62orang (Dinkes Sibolga, 2008-2009).
A.3. Etiologi
Etiologi dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hermin (1994), ditemukan bahwa
kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP keatas mempunyai
kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baikpada
balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan Sd
kebawah. Dari penelitian Cholis Bachroen dan Soemantri (1993) diketahui
pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak
balita, begitu pula hasil penelitian Sunoto dan Hatinah (1990).
2. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus
membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko
lebih besar untuk terpapar dengan penyakit (Giyantini, 2000).
7
3. Faktor Umur Balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Hasil
analisis lanjut SDKI (1994) didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan
mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59
bulan.
4. Faktor Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.
Dua faktor yang dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan prilaku manbusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan prilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit
diare (Depkes RI, 2002).
5. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena
itu, pengobatan dengan makanan yang baik merupakan komponen utama
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang
sebagian besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena
dehidrasi dan malnutrisi (Suharyono, 1989). Faktor gizi dilihat berdsarkan
status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70 dengan BB
per TB (Dyumadias, 1990).
8
6. Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor
penyebab diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,
tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan
kesehatan (Suharyono, 1991).
7. Faktor Makanan/minuman yang dikonsumsi
Kontrak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi sewaktu mandi dan
berkumur.
Kontak kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain
apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut dipakai
untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur
(Depkes RI, 1990).
Bakteri yang terdapat pada saluran cerna:
Bakteri : Etamuba coli, salmonella, sigella
Virus : Enterovirus, rota virus
Parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris) Jamur (Candida albikan).
8. Faktor terhadap Laktosa (Susu kaleng)
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan.
Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diarelebih besar
9
dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu, penggunaan
botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman sehingga menyebabkan
diare. Dalam ASI mangandung antibodi yang dapat melindungi kita
terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae.
A.4. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala-gejala yang ditunjukkan penderita diare antara lain :
1. Anak cengeng
2. Suhu meningkat
3. Nafsu makan kurang
4. Buang air besar menjadi kehijauan, karena tercampur empedu.
5. Muntah
Bila keadaan semakin berat akan terjadi dehidrasi dengan gejala-gejala :
1) Rasa haus
2) Mulut kering
3) Mata cekung
4) Pada anak kelhiangan berat badan normal
5) Bibir kering
6) Nadi cepat dan lemah (Arif Mansjoer, 2000).
10
Ada tiga kemungkinan klasifikasi untuk dihidrasi pada anak dengan diare :
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut :
Letargis atau tidak sadar
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum.
Cubitan kulit perut kembalinya sangat
lambat.
Dehidrasi Berat
Terdapat dua tau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :
Gelisah, rewel/mudah marah
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap.
Cubitan kulit perut kembali lambat
Dehidrasi ringan/sedang
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat
atau ringan/sedang.
Tanpa dehidrasi
(Depkes RI, 2000)
A.5. Diagnosa
Untuk membuat diagnosa sering dilakukan beberapa pemeriksaan
antara lain:
a. Anamnese :
1. Siapa yang terkena diare ?
11
2. Dimana terjadinya kontak dengan mikroorganisme ?
3. Apa yang dimakan dan diminum sebelum terkena diare ?
4. Sudah berapa kali buang air besar dalam 24 jan terakhir ?
b. Pemeriksaan fisik
1. Penimbangan BB
2. Pengukuran vital sign
3. BAB (warna dan konsistensi)
4. BAK (warna dan frekuensi)
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan faeces untuk mencari kuman penyebab diare.
2. Pemeriksaan darah, darah perifer lengkap dan elektrolit terutama
natrium, kalium, fosfor dalam darah (Arif Manjoer, 2001).
A.6. Komplikasi
Akibat diare terjadi kehilangan cairan dan eletrolit secara mendadak
dapat terjadi komplikasi seperti :
A.6.1. Dehidrasi
A.6.1.1. Dehidrasi ringan
Biasanya ditandai dengan meningkatnya rasa haus dan
gelisah turgor kulit mungkin sedikit berkurang.
A.6.1.2. Dehidrasi sedang
Biasanya mata sangat cekung dan tanpa air mata dan lidah
sangat kering, pernafasannya cepat dan dalam. Penderita
12
(yang sadar), sangat haus, pada bayi ubun-ubun kecil sangat
cekung. Bila ada syok hipopolemik, tekanan darah sistol yang
diukur dilengan sangat rendah atau tidak teraba lengan dan
kaki dingin dan basah, kuku jari-jari mungkin biru (sianosis)
(Arif, 2000).
A.7. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah :
A.7.1. Pemberian cairan
1. Cairan peroral
a. Formula lengkap, mengadung NaCl,NaHCO3,KCL dan
Glukosa. Formula ini disebut oralit.
b. Formula sederhana hanya mengandung NaCl, Sukrosa, garam
dan sebagainya. Berikan cairan yang lebih dari biasanya
segera setelah diare.
Formula lengkap dan sedehana ini diberikan pada pasien diare
tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan dan berat.
2. Cairan parental
Pada pasien dengan dehidrasi berat, cairan yang diberikan secara
parental.jenis cairannya adalah RL (Ringer Lactate) jumlah cairan
yang akan diberikan tergantung dari tingkat dehidrasi sesuai
dengan umur dan berat badan.
13
A.7.2. Pengobatan Deuretik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB <7
Kg, jenis makanan :
Susu (ASI atau formula yang mengandung lactose rendah).
Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat
(Nasi tim) untuk anak di atas 1 tahun dengan BB lebih dari 7 kg
jenis makanan.
Makanan padat atau makanan cair/susu dengan kebiasaan
makan di rumah.
A.7.3. Obat-obatan
Prinsip-prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja atau muntah. Dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat (gula, air tajin, dan tepung
beras).
1. Obat anti sekresi
a) Acetosal, dosis : 25 mg/tahun dengan dosis maksimum 30 mg.
b) Klorptomazin, dosis : 0,5 – 1 mg/kg/BB/hari
2. Antibiotika
Pada umumnya tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas
(Ngastiyah, 2005).
14
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep tentang faktor-faktor penyebab terjadinya diare pada
balita di RSU. Dr. F.L. Tobing Sibolga Tahun 2009
Variabel Independen
Variabel Dependen
Keterangan : : variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
B. Defenisi Operasional
15
1. Pendidikan Ibu2. Pekerjaan ibu3. Umur balita4. Laktosa (susu kaleng)
1. Kependudukan2. Peradangan usus3. Immuno defisiensi4. Makanan/minuman5. Lingkungan6. Status gizi7. Sosial ekonomi
Diagnosa Diare
B.1. Pendidikan ibu
Pendidikan adalah pendidikan formal yang ditempuh ibu berdasarkan
ijazah terakhir yang dikategorikan :
a. Pendidikan Dasar : SD - SMP
b. Pendidikan Menengah : SMA Sederajat
c. pendidikan Tinggi : D III, S I
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
B.2. Pekerjaan ibu
Pekerjaan ibu adalah suatu kegiatan sehari-hari yang rutini ibu setiap
harinya.
a. IRT
b. Buruh
c. Wiraswasta
d. PNS
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
B.3. Umur Balita
Umur adalah usia penderita dihitung sejak lahir sampai terjadinya diare:
16
a. 0-2 tahun
b. 2-4 tahun
c. 4-5 tahun
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Interval
B.4. Laktosa (Susu kaleng)
Laktosa (susu kaleng) adalah tidak memberikan ASI secara penuh 4-6
bulan pertama kehidupan sehingga tidak didapatkan antibiotik seperti
yang ada dalam ASI maupun alergi terhadap susu sapi.
a. ASI
b. Laktosa (susu kaleng)
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Nominal
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan studi deskriptif yaitu penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor resiko untuk terjadinya
penyakit tersebut dengan memilih kasus yaitu diare pada balita
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
D.1. Lokasi Penelitian
17
Lokasi yang dipilih untuk menjadi tempat penelitian adalah RSU. Dr. F.
L. Tobing Sibolga. Alasan memilih tempat ini sebagai tempat penelitian
adalah karena di RSU. Dr. F. L. Tobing Sibolga terdapat kasus diare pada
anak sejumlah 62 orang pada bulan Januari-Maret tahun 2009, sehingga
berjumlah 62 orang dan responden yang diperlukan untuk penelitian ini
mencukupi serta RSU Dr. F.L. Tobing Sibolga adalah salah satu rumah sakit
pendidikan dan rujukan di wilayah kota Sibolga dan sekitarnya.
D.2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah mlai
April – Juli 2009.
E. Populasi dan Sampel
E.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang berobat dan
berkunjung di RSU. Dr. F. L. Tobing Sibolga pada Tahun 2009 (Januari
sampai Maret) yaitu sebanyak 62
Jumlah Diare Pada Balita Tahun 2009
No. Umur Bulan JumlahJanuari Februari Maret Januari Februari Maret
18
1. 0-2 14 18 2315 22 252. 2-4 1 2 2
3. 4-5 - 2 -Jumlah 15 22 25 62
E.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik
simple random sampling dengan cara :
Dimana : n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Penyimpangan oleh populasi oleh derajat kesehatan
yang digunakan yaitu 0,1.
maka :
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 38 orang
F. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
19
F.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data yang primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari responden.
F.2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yang pertama
dengan data primer dengan cara mengambil angket dan data sekunder
dengan menggunakan alat ukur kuesioner di isi oleh responden kemudian
dikumpulkan kembali oleh peneliti (Arikunto, 1998).
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
G.1. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan untuk memeriksa kuesioner dengan data primer dan data
data sekunder tujuan agar data yang masuk dapat diolah secara
benar sehingga pengolahan data dapat memberikan hasil yang
menggambarkan masalah yang diteliti, kemudian dikelompokkan
dengan menggunakan aspek pengukuran.
2. Coding
Data yang telah diedit diubah ke dalam bentuk angka (kode) nama
responden di ubah menjadi nomor.
20
3. Entry (pemasukan data komputer)
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pemasukan data ke
komputer.
4. Cleaning Data Entry
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program
komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pada pemasukan
data
G.2. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan Bivarate dengan Multivariate yang
dilakukan terhadap lebih dari dua variabel, yaitu hubungan antara satu
variabel terikat (Dependent Variable) dengan beberapa variabel bebas
(Independent Variable).
H. Jadwal Penelitian
KegiatanWaktu Penelitian
Maret April Mei Juni Juli1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judulPenyiapan izin lokasi
21
Penyusunan proposalPersiapan ujianUjian proposalPengumpulan dataAnalisa dataKonsultasi laporan penelitianSeminar hasil penelitianPenggandaan hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin Ridwan, dkk. 2007, Penyakit Diare Pada Anak. FKMUHM. Makasar. http://www.kalbe.co.id
22
Arif, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid. Media Aesculapius. Jakarta.
Arif, dkk. 2003, Kapita Selekta Kedokteran Jilid. Media Aesculapius. Jakarta.
Arikunto, S. 1998, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka cipta, Jakarta.
Depkes RI. 1990, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
_________. 1994, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
_________. 1997, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
_________. 2000, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
_________. 2002, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
_________. 2005, Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Dinkes. Kota Sibolga. 2007, Laporan Kegiatan Pemeriksaan Diare. Sibolga.
_________. 2009, Laporan Kegiatan Pemeriksaan Diare. Sibolga.
Dinkes. Sumut, 2005. Hasil Kegiatan dan Masalah-Masalah Kegiatan Diare, Medan
Dyumadias. dkk.1990. Aplikasi Antropometri Sebagai Alat Ukur Status Gizi di Indonesia, Jakarta.
Giyantini, Trisianan. 2000. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Diare Pada Balita. FKUI. Depok
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta.
23
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 1994. Jakarta
Suharyono, 1991. Diare Akut. FKUI. Jakarta.
Sunoto, dkk, 1990. Situasi Diare dan KLB 1991. FKUGM. Yogyakarta.
WHO (Unicef), 2002. Pelaksanaan Diare dan Penggunaan Rehidrasi Oral. EGC. Jakarta
24