Experiential Marketing
-
Upload
agus-aan-adriansyah -
Category
Documents
-
view
125 -
download
23
description
Transcript of Experiential Marketing
Experiential Marketing ALITA AGUSTINA
SUSMAN
Komponen Konsep Pemasaran
C1C1
C2C2 C3C3
C4C4
C1C1
C2C2
C3C3
C4C4
Sukses • Untuk menjadi sukses menjual produk dan jasa yang diproduksinya
dibanding dengan produk pesaing, perusahaan harus dapat
mengidentifikasi atribut-atribut produk yang penting bagi konsumen,
desain produk yang menunjukkan atribut-atribut tersebut dan
mengkomunikasikan informasi mengenai keunikan produknya pada
konsumen
• Untuk tujuan itu maka perusahaan sebaiknya menganalisis faktor-faktor
strategik baik yang berada dalam pengendaliannya maupun faktor-faktor
yang bersifat eksternal yang ada dalam pengendalian pesaingnya
Service Marketing
Relationship Marketing
FilosofiPersaingan
FilosofiPersaingan
Production (2C)Production (2C)
Product Sales (2,5C)Product Sales (2,5C)
Marketing (3C)Marketing (3C)
Societal Marketing ?Societal Marketing ?
Experiential & Transformation (3,5-4C)
Gb.7 EVOLUSI PEMASARAN
Evolusi Konsep Pemasaran
Why ???
menginginkan fungsi utama suatu produk
kualitasnya
siapa yang memproduksinya
keinginan memperoleh produk yang dikomunikasikan sesuai dengan gaya hidup yang memberikan pengalaman (experience).
Pergeseran kebutuhan pelanggan
Definisi Experiential Marketing Schmitt (1999) dalam Balqiah (2002, p. 9)
Experiential Marketing pemasaran yang memberikan pengalaman
(experience) kepada konsumen sebagai upaya untuk menarik
konsumen menggunakan produk/jasa, bahkan memotivasi
konsumen untuk melakukan pembelian ulang (repeat buying)”
Experiential Marketing Zarem (2000, p. 30) mengemukakan experiential marketing sebagai
suatu strategi pemasaran yang berusaha menciptakan pengalaman
dalam pemakaian atau penggunaan produk melalui strategi kualitas
produk, nilai lebih produk, pelayanan dan variabel lain yang akan
membawa ingatan atau kesan yang mendalam pada diri konsumen,
sehingga pada akhirnya konsumen akan menjadi loyal terhadap produk
tersebut dan pada akhirnya akan menjadi pelanggan.
Experiential Marketing Holbrook dan Hirschman (1982, p. 305)
Konsumsi berdasarkan pengalaman (kondisi produk dalam ingatan
psikologi konsumen) sebagai fenomena langsung dari perpaduan
fantastis, perasaan dan kesenangan.
Experiential Marketing Rolf Jensen dalam bukunya “The Dream Society” (SWA, 2001, p. 25)
mengindikasikan bahwa kemajuan teknologi informasi dan
kecenderungan pemasaran untuk mengemas emosi secara komersial
telah mendorong transisi ke dream society, suatu bentuk masyarakat
yang membentuk emotional market. Inilah pasar dimana konsumen tak
sekadar membeli produk, melainkan juga berbagai unsur emosi dan
afeksi, seperti gaya hidup, jati diri, petualangan, cinta dan
persahabatan, kedamaian dan kepercayaan
Zaman Experiential Marketing
Fokus pada kepuasan konsumen tetapi juga pada pengalaman positif (surprise, elated, memorable) sehingga pasien royal
Tahap Awal Experiential Marketing1. Pengalaman Pelanggan.
Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati, pikiran yang dapat menempatkan
pembelian produk atau jasa di antara konteks yang lebih besar dalam kehidupan.
2. Pola Konsumsi.
Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan untuk menciptakan sinergi yang lebih
besar. Produk dan jasa tidak lagi dievaluasi secara terpisah, tetapi dapat dievaluasi sebagai
bagian dari keseluruhan pola penggunaan yang sesuai dengan kehidupan konsumen. Hal yang
terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur melalui kepuasan dan loyalitas.
3. Keputusan rasional dan emosional.
Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi, perasaan dan kesenangan.
Banyak keputusan dibuat dengan menuruti kata hati dan tidak rasional. Experiential marketing
pelanggan merasa senang dengan keputusan pembelian yang telah dibuat.
Elemen Strategi Experiential Marketing
• Strategic expereince modules (SEMs) yang terdiri dari
beberapa tipe experience
• Experience producers (ExPros), yaitu agen – agen yang dapat
menghantarkan experience
Strategic Experience Modules (SEMs)
1. Indra (Sense) : indra yang dimiliki oleh konsumen seperti mata, telinga, kulit,
lidah, hidung dan seterusnya.
2. Perasaan (Feel) : kesadaran atau pengalaman, yang meliputi perasaan dan
emosi yang dimiliki/akan dimiliki oleh konsumen.
3. Pikiran (Think) : Merupakan pemecahan problema yang melibatkan aktivitas
ideasional/rasionalitas atau sisi kognitif yang dimiliki oleh konsumen untuk
berpikir positif.
4. Tindakan (Act) tindakan untuk meningkatkan gaya hidup
5. Kaitan (Relate) : menghubungkan pelanggan secara individu dengan masy /
budaya
Strategic Experience Modules (SEMs)
Experience producers (ExPros)1. Komunikasi, meliputi iklan, komunikasi perusahaan baik internal maupun eksternal, dan
public relation.
2. Identitas dan tanda baik visual maupun verbal, meliputi nama, logo, warna, dan lain-lain.
3. Tampilan produk, baik desain, kemasan, maupu penampakan.
4. Co-branding, meliputi even-even pemasaran, sponsorship, aliansi dan rekanan kerja, lisensi,
penempatan produk dalam film, dan sebagainya.
5. Lingkungan spatial, termasuk desain kantor, baik interior maupun eksterior, outlet penjualan,
ekshibisi penjualan, dan lain-lain.
6. Web sites
7. Orang, meliputi penjual, representasi perusahaan, customer service, operator call centre,
dan lainnya.
Kegunaan Experiential Marketing
• Meningkatkan merek yang berada pada tahap penurunan
• Membedakan produk mereka dari produk pesaing
• Menciptakan sebuah citra dan identitas untuk sebuah perusahaan
• Meningkatkan inovasi dan membujuk pelanggan untuk mencoba dan membeli produk.
• Menciptakan pelanggan yang loyal
10 Rules to Create and Manage Experiential Brands
1. Experiences don’t just happen; they need to be planned.
2. Think about the customer experience first.
3. Be obsessive about the details of the experience.
4. Find the “duck” for your brand.
5. Think consumption situation, not product
6. Strive for “holistic experiences” Holistic
7. Profile and track experiential impact with the Experiential Grid.
8. Use methodologies eclectically
9. Consider how the experience changes
10. Add dynamism and “dionysianism” to your company and brand
Contoh EM• pengalaman calon pembeli yang
meliputi ‘sense’ tampilan buah mangga yang ranum dan segar,
• ‘feel’ karena rasa buahnya yang manis
• ‘relate’ atas harga yang sesuai dengan harapannya mampu mengarahkannya dalam keputusan pembelian
Contoh EM• ‘sense’ kemasan yang
menarik serta hasil cucian yang cemerlang
• ‘think’ (air cucian yang keruh dikonotasikan sebagai deterjen yang ampuh)
• ‘relate’ (dengan memakai deterjen itu akan menunjukkan kelompok masyarakat yang peduli kebersihan dan kesehatan)
Contoh EM• Dengan mobil Volkswagen
mereka dapat mempunyai gaya hidup tertentu
• ‘Act’ di sini meliputi perilaku atau gaya hidup
Contoh EM
• open-kitchen menikmati interior gerai yg nyaman dengan menghirup aroma kopinya, melihat langsung ketrampilan bartender nya dan dapat melihat kebersihan dan higienitas produk kopi
• Starbucks mampu menciptakan pengalaman minum kopi yang sensasional dan memberikan gengsi/gaya hidup tersendiri dengan melibatkan aspek emosional dan rasional pelanggannya
Contoh EM televisi
• Dengan melihat iklan ini diharapkan pemirsa televisi akan terpengaruh secara emosional untuk membeli dan mencoba produk
• Di sini terlihat bahwa pemasar mencoba membidik aspek ‘feel’, ‘act’ dan ‘relate’ pelanggannya.
Contoh EM
• Pelanggan diharapkan mampu berpikir (‘think’) beda dan mampu mengkaitkan (‘relate’) bahwa ada produk Telco yang membuatnya lebih baik.
• “THINK AGAIN”- untuk meningkatkan brand awareness produknya.
EM Sales Promotion• pelanggannya mencoba serta
memperoleh pengalaman langsung dari produk itu.
• Aspek emosional (‘sense’, ‘feel’) dan rasional (‘think’, ‘act’,‘relate’) pelanggannya diharapkan dapat mempengaruhi keputusannya membeli produk tersebut atau paling tidak pemasar dapat menanamkan citra produknya.
EM di Industri Pariwisata
EM pada Layanan cirkumsisi/khitan
EM pada ASI exlusif
EM pada BKKBN
EM Fasilitas RS
TERIMA KASIH