Exanthematous Drug Eruption

12
EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION OLEH : Wa Ode Azzahra M PEMBIMBING : dr. Hj. Rohana Sari Suaib SpKK Kepanitraan Klinik Bagian /SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Universitas Haluoleo 2014

description

CASE REPORT

Transcript of Exanthematous Drug Eruption

EXANTHEMATOUS DRUG

ERUPTIONOLEH : Wa Ode Azzahra M

PEMBIMBING : dr. Hj. Rohana Sari Suaib SpKK

Kepanitraan KlinikBagian /SMF Ilmu Penyakit Kulit dan

KelaminUniversitas Haluoleo

2014

Seiring dengan munculnya obat-obat baru dalam upaya diagnosis dan tata laksana penyakit, maka akan terjadi juga peningkatan angka kejadian reaksi simpang obat.

Reaksi simpang obat adalah respons yang tidak diinginkan atau diharapkan pada pemberian obat dalam

dosis terapi, diagnosis, atau profilaksisErupsi obat kutaneus adalah salah satu jenis yang paling

umum dari reaksi negatif terhadap terapi obat

Exanthematous Drug Eruption merupakan erupsi makulapapular atau morbiliformis disebut juga erupsi eksantematosa yang dapat diinduksi

dari semua obat erupsi makulopapular atau erupsi morbiliformis ini adalah suatu

reaksi simpang hipersensitivitas terhadap obat yang diberikan secara parenteral atau ditelan. Penyakit ini ditandai dengan erupsi kulit yang menyerupai campak seperti eksantem virus dan penglibatan sistemik

yang rendah

EPIDEMIOLOGI

Reaksi obat pada kulit diperkirakan terjadi pada

sekitar 2 persen dari individu yang terpapar obat. Sekitar 95 persen dari reaksi obat

terhadap kulit adalah eksantematosa dan sekitar 5 persen adalah urtikaria. Reaksi-

obat tertentu berkisar dari 0-75% persen di antara pasien

yang terkena, dengan kejadian teratinggi dilaporkan untuk

antibiotik (1 sampai 8 persen) . Raksi eksantematosa karena obat jarang terjadi pada usia yang sangat muda. Insidensi

penyakit ini paling sering terjadi diantaranya adalah

reaksi obat pada kulit

ETIOLOGI Penyebab erupsi obat tersering adalah obat golongan antibiotik terutama sulfonamide,

laktam, trimetropim, dan antikonvulsan yaitu karbamazepin

Beberapa obat yang sering

menyebabkan reaksi

exanthematous

AllopurinolAntimicrobials: cephalosporins, penicillins, chloramphenicol, erythromycin, gentamicin, amphotericin, antituberculous drugs, nalidixic acid, nitrofurantoin, Sulfonamides, Barbiturates, Captopril, Carbamazepine, Furosemide, Gold salts, Lithium, Phenothiazines,Phenylbutazone,Phenytoin, Thiazides

Tipe IV ( reaksi alergik seluler tipe lambat). Reaksi ini melibatkan limfosit. APC (antigen precenting cell) dan sel

langerhans yang mempresentasi antigen kepada limfosit T. limfosit T yang tersensitisasi mengadakan reaksi dengan

antigen. Reaksi ini disebut reaksi tipe lambat yaitu terjadi 12-48 jam setelah pajanan terhadap antigen menyebabkan

pelepasan serangkaian limfokin.

Patogenesis

1. Erupsi yang muncul dapat berbentuk morbiliformis atau makulopapuler

2. Pada mulanya akan terjadi perubahan yang bersifat eksantematosa pada kulit tanpa ditandai bula ataupun pustulasi.

3. Erupsi bermula pada daerah badan dan menyebar ke bagian perifer tubuh secara simetris dan hampir selalu disertai pruritus

4. Erupsi baru muncul sekitar satu minggu setelah pemakaian obat dan dapat sembuh sendiri dalam jangka waktu 7 sampai 14 hari

5. Pemulihan ini ditandai dengan perubahan warna kulit dari merah terang ke warna coklat kemerahan, yang disertai dengan adanya deskuamasi kulit

6. Ruam kulit biasanya berwarna merah terang dan kulit bisa terasa panas, terbakar atau gatal

MANIFESTASI KLINIS

DIAGNOSIS a. Anamnesa yang telitib. Kelainan kulit yang ditemukan

c. Menentukan jenis tes kulit

Kriteria yang diajukan Rojeau dan Stern (1994) dapat digunakan untuk

menentukan ruam merupakan erupsi obat apabila :

(1) penyebab ruam seperti eksantem virus harus disingkirkan,

(2) terdapat waktu yang berhubungan antara penggunaan obat dan munculnya ruam,

(3) ruam akan menghilang apabila obat dihentikan,

(4) ruam muncul kembali dengan pajanan obat dan

(5) gambaran klinis erupsi obat sesuai dengan obat yang dicurigai

PENATALAKSANAAN Sistemik :

1.Kortikosteroid

sangat penting pada alergi obat sistemik. kortikosteroid yang sering digunakan adalah prednisone (1 tablet = 5 mg). Pada kelainan urtikaria, eritema, dermatitis, medikamentosa, purpura, eritema nodosum, eksantema fikstum, dan PEGA. Karena alergi obat, dosis standar untuk orang dewasa ialah 3×10 mg prednisone sehari

2. Antihistamin

Antihistamin yang bersifat sedative dapat juga diberikan, jika terdapat rasa gatal. Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang jika dibandingkan dengan kortikosteroid.

3. Topical

Pengobatan topical bergantung pada keadaan kulit, apakah kering atau basah. Jika keadaan kering dapat diberikan bedak. Contohnya bedak salisilat 2% ditambah dengan obat antipruritus, misalnya mentol ½-1% untuk mengurangi rasa gatal. Jika keadaannya membasah seperti pada dermatitis medikamentosa, perlu digunakan konpres larutan asam salisilat 1%

Lanj…..

PROGNOSIS

Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapat diketahui dan segera disingkirkan. Akan tetapi pada beberapa bentuk, misalnya eritroderma dan kelainan berupa sindrom Lyell dan sindrom Steven Johnson, prognosis sangat tergantung pada luas kulit yang terkena. Prognosis buruk bila kelainan meliputi 50-70% permukaan kulit