Evrog Ispa Rev
-
Upload
ivana-tansil -
Category
Documents
-
view
103 -
download
2
Transcript of Evrog Ispa Rev
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit
menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun (Balita). Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu
bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,rongga telinga tengah,
dan pleura. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diklasifikasikan menjadi
pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan gejalanya. 1,2
Kejadian ISPA pada balita lebih sering terjadi di daerah perkotaan
dibandingkan pada balita di daerah pedesaan. Seorang Balita yang tinggal di daerah
perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8 episode setahun, sedangkan bila tinggal
di pedesaan sebesar 3-5 episode setahun. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003
didapatkan bahwa dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun ,
26,67% kematian diakibatkan oleh penyakit ISPA dan pneumonia merupakan penyebab
utamanya. 1,3
Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2005, sekitar
19% atau 1,6 – 2,2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat pneumonia. Bahkan
United Nation’s Children Fund (UNICEF) tahun 2006 juga menyebutkan pneumonia
sebagai penyebab kematian anak Balita tertinggi, melebihi penyakit-penyakit lain
seperti campak, malaria serta Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Angka
kematian pneumonia pada Balita di Indonesia diperkirakan mencapai 250 – 299 per
1000 anak Balita setiap tahunnya.1
Sedangkan menurut Survei Kesehatan Nasional tahun 2001 bagi usia di bawah
satu tahun, kematian akibat pneumonia sebesar 1592 per 100.000 penduduk
(Puslitbang Pemberantasan Penyakit, Badan Litbangkes). Menurut survei mortalitas
yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA/ pneumonia sebagai
penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30 % dari seluruh
kematian Balita. Data penderita pneumonia pada balita berturut-turut pada tahun 2000,
2001, 2002, 2003, dan 2004 adalah sebesar 30,1% (20 provinsi), 22,6% (20 provinsi),
22,1% (29 provinsi), 29,5% (24 provinsi) dan 27,1% (23 provinsi).3,4,5
1
Target MDG 4 ( Millenium Development Goal ) 4 adalah menurunkan angka
kematian balita tahun 2015 menjadi 2/3 dari tahun 1990. Salah satu upaya menurunkan
angka kematian balita adalah dengan menurunkan angka kematian balita akibat
pneumonia yang merupakan penyebab utama kematian balita. Agar upaya itu tercapai
diperlukan upaya pengendalian pneumonia pada balita yang komprehensif , inovatif dan
terpadu yang melibatkan lintas sektoral.4,5
Berdasarkan data laporan pembangunan kesehatan Puskesmas Cikampek
kabupaten Karawang tahun 2010 ditemukan bahwa dalam 10 besar penyakit pada pasien
yang datang berobat peringkat pertama ditempati oleh ISPA sebesar 30%. Belum
diketahuinya keberhasilan evaluasi program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut di Puskesmas Kecamatan Cikampek pada periode November 2010
sampai dengan Oktober 2011 .
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan permasalahan sebagai berikut:
1. ISPA merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan di Indonesia.
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama kesakitan dan
kematian anak Balita.
3. Sekitar 19% atau berkisar 1,6 – 2,2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat
pneumonia.
4. Tingginya angka kematian pnemonia pada balita di Indonesia mencapai 250-299 per
1000 anak balita setiap tahunnya.
5. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebagai penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30 % dari seluruh kematian Balita.
6. Target MDG 4 ( Millenium Development Goal ) 4 adalah menurunkan angka
kematian balita tahun 2015 menjadi 2/3 dari tahun 1990.
7. Belum diketahuinya tingkat keberhasilan Program Pemberantasan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (P2 ISPA) di Puskesmas Kecamatan Cikampek periode November
2010 sampai dengan Oktober 2011
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum:
Menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA) di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Cikampek pada periode November 2010 sampai dengan Oktober
2011 .
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Diketahuinya jumlah kasus penderita ISPA pneumonia dan non pneumonia di
Puskesmas Kecamatan Cikampek periode November 2010 sampai dengan
Oktober 2011 .
2. Diketahuinya penentuan diagnosis penderita ISPA pneumonia dan non
pneumonia di Puskesmas Kecamatan Cikampek periode November 2010
sampai dengan Oktober 2011 .
3. Diketahuinya pelayanan pengobatan penderita ISPA pneumonia dan non
pneumonia di Puskesmas Kecamatan Cikampek periode November 2010
sampai dengan Oktober 2011 .
4. Diketahuinya penderita ISPA yang termasuk pneumonia yang mendapat
follow up di Puskesmas Kecamatan Cikampek periode November 2010
sampai dengan Oktober 2011 .
5. Diketahuinya jumlah rujukan kasus ISPA di Puskesmas Kecamatan
Cikampek periode November 2010 sampai dengan Oktober 2011 .
6. Diketahuinya frekuensi pemberian penyuluhan perorangan dan kelompok
mengenai ISPA di Puskesmas Kecamatan Cikampek periode November
2010 sampai dengan Oktober 2011 .
7. Diketahuinya pelatihan kader untuk mendeteksi dini penderita Infeksi
Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas Kecamatan Cikampek periode
November 2010 sampai dengan Oktober 2011
8 . Diketahuinya cara pencatatan dan pelaporan mengenai ISPA di Puskesmas
Kecamatan Cikampek periode November 2010 sampai dengan Oktober 2011
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi evaluator:
a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
3
b. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengelola suatu program khususnya
program-program kesehatan di Puskesmas.
c. Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang Program Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA).
d. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
2. Manfaat bagi Perguruan Tinggi:
a. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi.
b. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana sebagai masyarakat ilmiah dalam
peran sertanya di bidang kesehatan.
c. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat
3. Manfaat bagi Puskesmas:
a. Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan meningkatkan
kemampuan petugas dalam melakukan diagnosa dini, pengobatan yang tepat,
rujukan dan upaya untuk mengurangi faktor risiko.
b. Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Cikampek untuk dapat melaksanakan program pemberantasan ISPA dengan
lebih baik.
4. Manfaat bagi masyarakat:
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Puskesmas.
b. Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakit ISPA sehingga dapat
mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
c. Sebagai media komunikasi, informasi dan edukasi tentang ISPA.
1.5 Sasaran
Semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cikampek periode
November 2010 sampai dengan Oktober 2011.
4
BAB II
MATERI DAN METODE
2.1 Materi
● Laporan bulanan Program Pemberantasan (P2) ISPA di Puskesmas Kecamatan
Cikampek periode November 2010 sampai dengan Oktober 2011 , yang berisi
kegiatan:
1. Penemuan penderita ISPA pneumonia
Pnemonia
Bukan pnemonia
2. Penentuan diagnosa ISPA
3. Pengobatan penderita ISPA
4. Follow up penderita ISPA yang termasuk pneumonia
5. Rujukan penderita ISPA
6. Penyuluhan ISPA
7. Peran serta masyarakat melalui pelatihan kader
8. Pencatatan dan pelaporan penderita ISPA
● Data kependudukan (demografi) dari Kecamatan Cikampek periode November
2010 sampai dengan Oktober 2011 .
2.2 Metode
Metode yang digunakan pada kegiatan evaluasi program ini adalah dengan melakukan
pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan
sistem terhadap program pemberantasan infeksi saluran pernafasan atas di Puskesmas
Kecamatan Cikampek periode November 2010 – Oktober 2011 sehingga dapat
digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program yang terjadi, baik pada
awal, di tengah program, maupun di akhir program.
5
BAB III
KERANGKA TEORITIS
Gambar 1. Unsur Sistem
● Gambar di atas menerangkan sistem menurut Ryans adalah gabungan dari elemen-
elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi
sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah
ditetapkan.
● Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Dibentuknya suatu sistem pada
dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Bagian atau
elemen tersebut banyak macamnya dan dapat dikelompokkan dalam 6 unsur, yakni:
1. Masukan (input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material) dan metode (method).
2. Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output) yang
Lingkungan
ProsesMasukan
Umpan Balik
Keluaran Dampak
6
direncanakan. Terdiri dari perencanaan (planning), organisasi (organization),
pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem.
4. Umpan Balik (feed back)
Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem, tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
TOLOK UKUR KEBERHASILAN
Tolak ukur keberhasilan yang dipakai dalam mengevaluasi program P2ISPA ini adalah
sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008
tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, umpan balik,
lingkungan dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai
dalam Program Pemberantasan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. (Lampiran 1)
7
BAB IV
PENYAJIAN DATA
4.1 Sumber Data
Sumber data merupakan data sekunder yang berasal dari:
1. Wawancara dengan dokter dan Koordinator P2M Puskesmas Kecamatan Cikampek
2. Laporan bulanan Puskesmas Kecamatan Cikampek periode November 2010 sampai
dengan Oktober 2011 .
3. Data geografi dan data monografi (kependudukan) dari Kecamatan Cikampek
periode November 2010 sampai dengan Oktober 2011 .
4.2 Data Umum
4.2.1 Data Geografis
a. Lokasi
Gedung Puskesmas Kecamatan wilayah Cikampek terletak di Jalan Ahmad
Yani no.50, Kabupaten Karawang.
b. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cikampek meliputi:
Puskesmas Kecamatan Cikampek memiliki wilayah kerja sepuluh desa dengan
luas wilayah 4.638 Ha dengan kondisi wilayah sebagian besar merupakan
dataran rendah dan bersifat agraris yang terdiri dari tanah sawah seluas 492 Ha
dan sisanya tanah darat dengan berbagai peruntukan seluas 4.146 Ha.
c. Secara administratif, batas wilayah kerja Puskesmas Cikampek:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Tirtamulya
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Klari
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Purwasari
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Kotabaru
4.2.2 Data Monografi
a. Jumlah penduduk Kelurahan Wilayah Cikampek adalah 96.945 jiwa, yang
terdiri dari:
▪ Laki-laki : 49.056 orang
8
▪ Perempuan: 47.889 orang
b. Jumlah kepala keluarga: 25.643 KK
c. Jumlah Balita di Puskesmas Cikampek : 8820 balita
d. Jumlah desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Cikampek adalah 10 desa dengan luas wilayah 4.638 Ha, maka berarti
rata-rata kepadatan penduduk Kecamatan Cikampek adalah 2000 Jiwa /
Km² Wilayah yang penduduknya paling besar adalah Desa Dawuan
Tengah, yaitu mencapai 17.907 Jiwa/Km².
e. Sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan sedang sebesar 57,9
% (56.132 orang).
f. Sebagian besar penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai pengrajin
industri kecil sebesar 16,6% (16.062 orang)
g. Sebagian besar penduduk mayoritas beragama Islam sebesar 95,7% (92.776
orang)
4.2.3 Jenis sarana kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Cikampek,
antara lain : Balai Pengobatan, Sarana Pelayanan Kesehatan Dasar Swasta
(SPKDS).
Keterangan : Data umum secara lengkap terdapat pada Lampiran 2.
4.3 Data Khusus
No Variabel Pencapaian
I Masukan
A. Tenaga
1. Dokter 2 orang
2. Perawat 2 orang
3. Koordinator P2M 1 orang
B. Dana
Dana untuk pelaksanaan program
diperoleh dari :
APBD tingkat II Cukup
9
C. Sarana
a. Medis
Stetoskop 1 buah
Timbangan berat badan bayi 1 buah
Timbangan berat badan
dewasa
1 buah
Sound timer 1 buah
Thermometer 1 buah
Senter 1 buah
Antibiotik
- Kotrimoksazol 480 mg Cukup
- Kotrimoksazol 120 mg Cukup
Anlagetik –antipiretik
- Paracetamol 500 mg Cukup
- Paracetamol 100 mg Cukup
Antitusif – anti sesak
- Gliseril guaiakolat,
salbutamol
Cukup
b. Non medis
Ruang tunggu Ada(1 ruang)
Ruang untuk periksa pasien Ada(1 ruang)
Tempat tidur untuk
memeriksa
Ada(1 buah)
Pedoman penatalaksanaan
ISPA
Ada(pedoman MTBS)
Alat administrasi (buku,alat
tulis)
Cukup
Brosur atau poster Cukup
D. Metode
1. Penemuan penderita ISPA Penemuan penderita ISPA (meliputi
Infeksi saluran pernapasan bagian atas
dan bawah) yang berobat ke Balai
Pengobatan Umum dan MTBS
10
Puskesmas dengan gejala-gejala sebagai
berikut : batuk, atau kesukaran
bernapas.
2. Penentuan diagnosis ISPA Penegakan diagnosis ISPA
pneumonia dan non pneumonia
dilaksanakan melalui anamnesa
(mengajukan pertanyaan kepada ibu)
dan pemeriksaan fisik balita dengan
cara melihat dan mendengarkan
pernafasan (saat balita tenang, tidak
menangis, tidak meronta) dengan
menghitung frekuensi nafas
menggunakan sound timer selama 60
detik.
Berdasarkan pada hasil pemeriksaan,
klasifikasi penyakit ISPA dibedakan
untuk untuk golongan umur < 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan - <
5 tahun
Golongan umur < 2 bulan
a. Pneumonia berat : Bila adanya
gejala batuk, pilek, demam, dan
disertai tanda tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam (TDDK)
atau adanya nafas cepat, frekuensi
nafas yaitu 60x per menit atau lebih.
b. Batuk bukan pneumonia : Bila
adanya gejala batuk, pilek, demam
+/- , dan tidak disertai tanda tarikan
dinding dada bagian bawah ke
dalam (TDDK) atau tidak adanya
nafas cepat, frekuensi nafas kurang
dari 60x per menit.
Golongan umur 2 bulan - < 5
11
tahun
a. Pneumonia berat : Bila adanya
gejala batuk, pilek, demam, dan
disertai tanda tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam (TDDK)
dimana pada waktu anak menarik
nafas (saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang, tidak
menangis/meronta).
b. Pneumonia : Bila adanya gejala
batuk, pilek, demam, dan tidak
disertai tanda tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam (TDDK)
atau adanya nafas cepat, frekuensi
nafas :
- 2 bulan - <12 bulan : ≥ 50x/menit.
- 12 bulan - <5 tahun : ≥ 40x/menit.
c. Batuk bukan pneumonia : Bila
adanya gejala batuk, pilek, demam
+/-, dan tidak disertai tanda tarikan
dinding dada bagian bawah ke
dalam (TDDK) atau tidak ada nafas
cepat, frekuensi nafas :
- 2 bulan-<12 bulan : < 50x/menit
- 12 bulan-<5 tahun : < 40x/menit
3. Pelayanan pengobatan penderita
ISPA
Golongan umur <2 bulan
a. Pneumonia berat:
- Rujuk segera ke rumah sakit
- Beri 1 dosis antibiotik yang sesuai
- Obati demam jika perlu
- Antitusif-antisesak jika perlu
- Anjurkan kepada ibu untuk tetap
memberikan ASI
12
b. Batuk bukan pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan
perawatan di rumah /menjaga bayi
tetap hangat.
- Memberi ASI lebih sering
- Membersihkan lubang hidung jika
menggangu pemberian ASI
- Anjurkan ibu kembali kontrol jika
pernafasan menjadi cepat atau
sukar, kesulitan minum ASI,
sakitnya bertambah parah.
Golongan umur 2 bulan - <5
tahun
a. Pneumonia berat :
- Rujuk segera ke rumah sakit.
- Beri 1 dosis antibiotik.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif – anti sesak, jikaperlu.
b. Pneumonia :
- Nasihati ibu untuk tindakan
perawatan di rumah
- Beri antibiotik selama 3 hari.
- Anjurkan ibu untuk kembali
kontrol 2 hari atau lebih cepat bila
keadaan anak memburuk.
- Obati demam, jika perlu.
- Antitusif – anti sesak, jika
perlu.
c. Batuk bukan pneumonia:
- Jika batuk > 3 minggu rujuk.
- Nasihati ibu untuk tindakan
perawatan di rumah
- Obati demam, jika perlu.
13
- Antitusif – anti sesak, jika
perlu.
4. Rujukan Penderita dengan
ISPA berat.
Setiap bayi dan anak balita dengan
pneumonia berat dengan tanda bahaya
umum segera dirujuk ke Rumah Sakit.
Setelah itu difollow-up keadaannya.
Tanda bahaya umum yang perlu
diwaspadai :
anak dengan batuk pada umur < 2
bulan yaitu : Kurang mau minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor,
wheezing, demam atau terlalu
dingin.
anak dengan batuk pada umur 2
bulan sampai < 5 tahun yaitu : tidak
bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, gizi buruk.
5. Penyuluhan Cara :
a. Perorangan, digunakan wawancara
dengan orang tua dan memberikan
semua informasi mengenai tanda
bahaya ISPA (pneumonia berat).
b. Kelompok, menggunakan metode
ceramah, diskusi kelompok atau
poster.
6. Pelatihan kader Dilakukan 1 x / tahun. Dengan tujuan
memberikan pengetahuan kepada para
kader berupa pengenalan mengenai
gejala penyakit ISPA ringan, sedang
dan berat berdasarkan perhitungan
frekuensi napas dengan mengunakan
sound timer atau jam tangan, serta
usaha – usaha pencegahan ISPA.
14
7. Pencatatan dan pelaporan Dengan menggunakan sistem SP2TP :
- Kasus ISPA sedang (Pneumonia),
ISPA berat (Pneumonia berat), dan
ISPA bukan pneumonia dilaporkan
dalam formulir LB program P2
ISPA.
II Proses
A. Perencanaan
a. Penemuan penderita ISPA Akan dilaksanakan Penemuan kasus
ISPA secara pasif oleh dokter umum
atau perawat pada semua penderita
ISPA yang datang berobat ke Balai
Pengobatan Umum (BPU) setiap hari
kerja, pukul 08.00-14.00 WIB.
b. Penentuan diagnosis ISPA Penentuan diagnosis ISPA akan
dilaksanakan berdasarkan metode yang
ada (dengan pedoman) dengan
anamnesa dan pemeriksaan fisik oleh
dokter umum atau perawar Puskesmas
yang bertugas di setiap hari kerja, pukul
08.00-14.00 WIB.
c. Pelayanan pengobatan
penderita ISPA
Akan dilaksanakan sesuai dengan
metode yang ada (dengan pedoman)
oleh dokter umum atau perawat
Puskesmas setiap hari kerja kerja pukul
08.00-14.00 WIB.
d. Rujukan penyakit ISPA berat Akan Dilakukan rujukan ke Rumah
Sakit terdekat pada setiap penderita
pneumonia berat dengan tanda bahaya
umum, setiap hari kerja, pukul 08.00-
14.00 WIB.
e. Penyuluhan Perorangan
Dilaksanakan dengan menggunakan
teknik wawancara dan memberikan
15
semua informasi mengenai ISPA
pada orang tua penderita yang
datang ke Puskesmas, setiap hari
kerja (senin-sabtu), pukul 08.00-
14.00 WIB, kecuali hari libur
Kelompok
Akan dilaksanakan 1x/bulan
penyuluhan kelompok dengan
mengunakan metode ceramah, diskusi
kelompok dan poster.
f. Pelatihan kader untuk
meningkatkan pengetahuan
mengenai ISPA.
Akan dilaksanakan 1 x/tahun.
g. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dilaksanakan setiap hari dan
pelaporan dilaksanakan secara bulanan
oleh petugas kesehatan di Puskesmas.
B. Pengorganisasian Tidak terdapat struktur organisasi
tertulis dalam menjalankan program P2
ISPA, hanya ada pembagian tugas :
Penanggung Jawab :
Kepala Puskesmas : Dr. A
Koordinator P2M dan Administrasi
Program : Perawat A
Pelaksana P2ISPA : Dr. D
C. Pelaksanaan
a. Penemuan penderita ISPA Dilaksanakan secara pasif oleh perawat
di BPU dan MTBS antara pk 08.00-
14.00.
b. Penentuan diagnosis ISPA Dilaksanakan oleh dokter atau perawat
dengan pedoman antara pk 08.00-14.00.
c. Pelayanan pengobatan
penderita
Dilaksanakan oleh dokter atau perawat
dengan pedoman antara pk 08.00-14.00.
d. Rujukan penyakit ISPA Dilaksanakan untuk penderita
pneumonia berat dengan tanda bahaya
umum langsung dirujuk ke RS Umum.
e. Penyuluhan Dilaksanakan secara perorangan kepada
orang tua pasien, namun secara
16
kelompok tidak dilaksanakan
f. Pelatihan bagi kader Tidak dilaksanakan
g. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dengan pengisian formulir
SP2TP tiap hari melalui format LB
Program P2 ISPA.
Pelaporan sebelum tanggal 5 tiap bulan.
D. Pengawasan Melalui pertemuan bulanan yang
diadakan oleh kepala Puskesmas 12
x/tahun.
III Keluaran
a. Penemuan penderita ISPA Penemuan kasus ISPA (pneumonia)
sebesar 84,3 %
-Program P2ISPA menetapkan angka target penemuan penderita ISPA
(pneumonia) balita per tahun pada suatu wilayah kerja sebesar : 10 %.
- Jumlah perkiraan penemuan balita penderita pneumonia di Cikampek =
10% x 8.820 = 882 balita.
-Penemuan penderita ISPA di Cikampek :
Pneumonia : 743 kasus
Bukan pneumonia : 5995 kasus
-Cakupan penemuan balita dengan ISPA (pneumonia) :
Jumlah balita penderita pneumonia yang diobati di satu wilayah kerja dalam satu tahun X 100% Jumlah perkiraan balita penderita pneumonia di suatu wilayah kerja dalam satu tahun = 743 / 882 x 100%
= 84,3 %
b. Penentuan diagnosis ISPA 100% dari penemuan kasus ISPA
c. Pelayanan pengobatan
penderita
100% dari pasien didiagnosis ISPA
d. Rujukan penyakit ISPA Tidak ditemukan kasus pneumonia berat
yang perlu dirujuk
e. Penyuluhan
- Perorangan Dilakukan setiap kali kunjungan (100%)
- Kelompok Tidak dilaksanakan (0%)
f. Pelatihan bagi kader untuk Tidak dilaksanakan (0%)
17
meningkatkan pengetahuan
tentang ISPA
g. Pencatatan dan pelaporan 100% Setiap hari kerja pencatatan dengan
sistem ST2TP dalam format LB Program
P2 ISPA. Pelaporan dilakukan paling
lambat tanggal 3 tiap bulan.
IV Lingkungan
A. Fisik
1. Kepadatan penduduk.
2. Asap dalam ruangan
3. Ventilasi ruangan
Kepadatan penduduk adalah :
Jumlah penduduk di wilayah Cikampek
=Luas wilayah Cikampek
= 96945 orang / 46.380.000 m2
= 1 orang / 478 m²
Tidak ada data mengenai kebiasaan
penduduk menggunakan biomasak apa
dalam memasak, asap rokok, serta
penggunaan pestisida semprot atau bakar.
Tidak ada data mengenai keadaan
ventilasi rumah penduduk di sekitar
wilayah kerja.
B. Non-fisik
Fasilitas kesehatan lain
Tingkat pendidikan, sosial-ekonomi
Tidak ada kerja sama fasilitas kesehatan
lain dengan Puskesmas dalam program
P2ISPA.
Sebagian besar penduduk berpendidikan
sedang (57,9 %) dan bermata pencaharian
sebagai pengrajin industri kecil (16,6 %).
Tidak ada hubungan bermakna antara
tingkat pendidikan ibu, sosial-ekonomi
terhadap kejadian ISPA pada balita.3
Perilaku masyarakat dalam
pemanfaatan Puskesmas
Ada data
V Umpan Balik
1. Adanya pencatatan dan Pencatatan secara lengkap tepat dan
18
pelaporan yang lengkap dan
sesuai dengan waktu yang
ditentukan sehingga dapat
digunakan sebagai masukan
untuk perbaikan pelaksanaan
program P2ISPA.
2. Pertemuan bulanan rutin ataupun
lokakarya mini bulanan yang
membahas hasil laporan
kegiatan tiap bulan dan
dilakukan pencatatan hasil
pertemuan untuk perbaikan
pelaksanaan program P2ISPA
yang dilaksanakan.
pelaporan dilakukan tiap bulan. Dilakukan
pemantauan tiap bulan oleh pihak yang
lebih tinggi.
Umpan balik diberi saat rapat pertemuan
bulanan atau rapat di dinas tiap bulannya.
Disampaikan kekurangan atau masalah
yang ada dan dilakukan pencatatan hasil
dari tiap pertemuan.
VI Dampak
1. Langsung
2. Tidak langsung
- menurunnya angka kesakitan
pneumonia
- menurunnya angka kematian akibat
Pneumonia
- meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
BAB V
PEMBAHASAN
No Variabel Pencapaian Tolok Ukur Masalah
19
I Keluaran
1. Penemuan
penderita ISPA
2. Penyuluhan
kelompok
3. Pelatihan bagi
kader untuk
meningkatkan
pengetahuan
tentang ISPA
84,3 %
0 %
0 %
86 %
100 %
100 %
(+) 1,7%
(+) 100 %
(+) 100 %
II Masukan
Sarana
1. Sound timer 1 buah 3 Buah (100%) (+) 66,7%
III Proses
A. Pengorganisasi
an
Tidak terdapat struktur
organisasi tertulis dan
pembagian tugas teratur
dalam menjalankan
program P2 ISPA :
Penanggung Jawab :
Kepala Puskesmas:Dr.A
Koordinator P2M dan
Administrasi program:
Perawat A
Pelaksana P2 ISPA :
Dokter D
Penanggung
jawab
program :
Kepala
Puskesmas
(dokter umum/
dokter gigi).
Tugasnya :
bertanggung
jawab
sepenuhnya
terhadap
berjalannya
program,
melakukan
pemantauan dan
evaluasi
(+)
20
terhadap
keberhasilan
program,
mendeteksi
hambatan yang
ada serta
penanggulanga
nnya.
Koordinator
P2 ISPA:
tenaga
kesehatan
(dokter,
perawat,
bidan).
Tugasnya :
mengkoordina
si pelaksanaan
program agar
dapat berjalan
dengan baik
Administrasi
program :
tenaga
administrasi.
Tugasnya:
melakukan
pencatatan dan
pelaporan
pelaksanaan
program.
Pelaksana
program :
tenaga
21
B. Pelaksanaan
kesehatan
(dokter,
perawat) dan
para kader
IV
1. Penyuluhan
kelompok
2. Pelatihan
kader
Lingkungan
A. Fisik
1. Asap dalam
ruangan
Tidak dilaksanakan
Tidak dilaksanakan
Tidak ada data mengenai
kebiasaan penduduk
mnggunakan biomasa apa
dalam memasak, asap
rokok, serta penggunaan
pestisida semprot atau
bakar.
Dilaksanakan 1 x/
bulan baik di
Puskesmas maupun
di luar.
Dilaksanakan 1x/
tahun oleh tenaga
kesehatan pada hari
kerja, pukul 07.30-
14.00 WIB.
Data mengenai
kebiasaan
penduduk
mnggunakan
biomasa apa dalam
memasak, asap
rokok, serta
penggunaan
pestisida semprot
atau bakar.
(+)
(+)
(+)
2. Ventilasi
ruangan
Tidak ada data mengenai
keadaan ventilasi rumah
penduduk di sekitar
wilayah kerja.
Data mengenai
keadaan ventilasi
rumah penduduk di
sekitar wilayah
kerja.
(+)
22
B. Non-Fisik
1. Fasilitas
kesehatan lain
Tidak ada kerja sama
dengan fasilitas kesehatan
lain dengan Puskesmas
dalam program P2ISPA
Ada kerja sama
dengan fasilitas
kesehatan lain
dalam P2ISPA
(+)
Keterangan : Hanya dicantumkan yang bermasalah. Hasil keseluruhan terdapat di lampiran 5
BAB VI
PERUMUSAN MASALAH
23
Dari hasil pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Akut di Puskesmas Cikampek Oktober 2010 sampai dengan November 2011didapatkan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Masalah menurut keluaran :
a. Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Cikampek periode November
2010 sampai dengan Oktober 2011sebesar 84,3 % dari tolok ukur 86%.
b. Cakupan penyuluhan secara kelompok mengenai P2-ISPA di Puskesmas Cikampek
periode November 2010 sampai dengan Oktober 2011 sebesar 0% dari tolok ukur
100%.
c. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2-ISPA di Puskesmas Cikampek periode
November 2010 sampai dengan Oktober 2011 sebesar 0% dari tolok ukur 100%.
2. Masalah menurut unsur lain ( penyebab masalah) :
a. Dari masukan :
hanya ada satu buah sound timer
b. Dari proses :
Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian tugas teratur dalam
menjalankan program P2-ISPA.
Pada pelaksanaan, tidak adanya penyuluhan kelompok dan pelatihan kader.
c. Dari lingkungan :
Fisik : Tidak ada data mengenai asap dalam ruangan serta ventilasi ruangan di
wilayah kerjanya.
Non fisik: Tidak ada kerja sama dengan fasilitas kesehatan lain dengan Puskesmas
dalam program P2ISPA
BAB VII
PRIORITAS MASALAH
24
Masalah menurut keluaran :
a. Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Cikampek periode November 2010
- Oktober 2011sebesar 84,3% % dari tolok ukur 86%.
b. Cakupan penyuluhan secara kelompok mengenai P2 ISPA di Puskesmas Cikampek
periode November 2010 – Oktober 2011 sebesar 0% dari tolok ukur 100%.
c. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan akut di Puskesmas Cikampek periode November 2010 – Oktober 2011
sebesar 0% dari tolok ukur 100%.
Dalam menetapkan prioritas masalah ditetapkan dengan teknik scoring sebagai berikut :
No Parameter Masalah
A B C
1. Besarnya masalah 5 4 4
2. Akibat yang ditimbulkan 5 4 3
3. Keuntungan sosial karena selesainya masalah 5 4 4
4. Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai 4 5 4
5. Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan
masalah
4 5 4
Total 23 22 19
Koding :
5 = sangat penting ; 4 = penting ; 3 = cukup penting ; 2 = kurang penting ; 1 = tidak penting.
Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, maka masalah yang harus diselesaikan, yaitu :
A. Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Cikampek periode November 2010
- Oktober 2011sebesar 84,3 % dari tolok ukur 86%.
B. Cakupan penyuluhan secara kelompok mengenai P2 ISPA di Puskesmas Cikampek
periode November 2010 – Oktober 2011 sebesar 0% dari tolok ukur 100%.
25
BAB VIII
PENYELESAIAN MASALAH
Masalah I
Penemuan penderita ISPA (pneumonia) di Puskesmas Cikampek periode November 2010 –
Oktober 2011 sebesar 84,3 % dari tolok ukur 86 %.
Penyebab masalah :
1. Hanya terdapat satu sound timer di Puskesmas Cikampek, sehingga memungkinkan
kesalahan dalam menentukan diagnosis.
2. Kurang kerja sama antara Puskesmas dengan fasilitas kesehatan lainnya yang berada di
Kecamatan Cikampek sehingga balita yang berobat ke sarana kesehatan lain tersebut tidak
terdata di Puskesmas.
Penyelesaian masalah :
1. Membeli sound timer agar penemuan dan penentuan diagnosis ISPA dapat lebih akurat.
2. Membina hubungan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya yang berada di
Kecamatan Cikampek seperti Rumah Sakit, Klinik 24 jam, Praktek dokter umum, Praktek
bidan dengan pertemuan yang sudah terlebih dahulu diatur waktu dan tempat yang tepat
3. Memberikan pedoman penentuan diagnosa ISPA (pnemonia) balita dan teknik pencatatan
kasus yang ditemukan.
Masalah II
Cakupan penyuluhan secara kelompok di Puskesmas Cikampek periode November 2010 –
Oktober 2011 .
Penyebab masalah :
1. Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian teratur dalam menjalankan
program P2 ISPA sehingga dalam hal jabatan, kewajiban serta tanggung jawab terhadap
suatu program menjadi tidak jelas milik siapa. Hal ini dapat saja mengakibatkan kinerja
dalam menjalankan program menjadi kurang maksimal.
2. Tidak adanya pelatihan kader. Kader yang telah ditunjuk dapat menjadi penyuluh yang
baik untuk masyarakat terutama bila dilakukan pelatihan sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat.
26
Penyelesaian masalah :
1. Membentuk struktur organisasi Program P2M secara tertulis dan pembagian tugas yang
teratur untuk menjalankan program P2ISPA sehingga setiap tenaga kesehatan memiliki
tanggung jawab yang sesuai dengan tugas dan jabatan yang diberikan.
2. Memberikan pelatihan kepada kader yang ada tentang P2ISPA agar dapat menjadi tenaga-
tenaga penyuluhan, memperbanyak brosur tentang ISPA sehingga dapat disebarkan
kepada masyarakat.
27
Bab IX
KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut di Puskesmas
Cikampek periode November 2010 sampai dengan Oktober 2011 dapat dikatakan
kurang berhasil karena masih belum sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan.
Dari hasil kegiatan program P2-ISPA di Puskesmas Cikampek periode
November 2010 sampai dengan Oktober 2011, didapatkan :
1. Cakupan penemuan penderita ISPA di Puskesmas Cikampek periode November
2010–Oktober2011 masih belum mencapai tolok ukur, yaitu sebesar 84,3%
2. Cakupan penentuan diagnosa ISPA di Puskesmas Cikampek periode November 2010–
Oktober2011 sudah mencapai tolok ukur sebesar 100%
3. Cakupan pengobatan untuk penderita ISPA di Puskesmas Cikampek periode
November 2010–Oktober2011 sebesar 100%
4. Cakupan follow up untuk penderita ISPA di Puskesmas Cikampek periode November
2010–Oktober2011 sebesar 100%
5. Cakupan rujukan penderita ISPA di Puskesmas Cikampek periode November 2010–
Oktober2011 sebesar 100%
6. Cakupan penyuluhan individual di Puskesmas Cikampek periode November 2010–
Oktober2011 sebesar 100%. Cakupan penyuluhan kelompok di Puskesmas Cikampek
periode November 2010–Oktober2011 masih jauh dari tolok ukur, yaitu sebesar 0%.
7. Cakupan pelatihan Kader di Puskesmas Cikampek periode November 2010–
Oktober2011 belum mencapai tolok ukur, yaitu sebesar 0%
8. Cakupan pencatatan dan pelaporan penderita ISPA di Puskesmas Cikampek periode
November 2010–Oktober2011 sebesar 100%.
Dari masalah tersebut, didapatkan 2 prioritas masalah utama yaitu:
1. Cakupan penemuan penderita ISPA ( pneumonia ) memiliki masalah sebesar 1,7%
2. Cakupan penyuluhan secara berkelompok mengenai P2ISPA memiliki masalah
sebesar 100%
28
9.2 Saran
Agar Program P2-ISPA di Puskesmas Cikampek di periode yang akan datang
dapat berhasil dan berjalan dengan baik, maka Puskesmas sebaiknya memperbaiki
masalah yang ada dengan penyelesaian masalah sebagai berikut :
Kepada Kepala Puskesmas sebagai penanggungjawab program:
A. Membentuk struktur melalui tingkat jabatan dalam organisasi Program P2M secara
tertulis dan pembagian tugas yang teratur untuk menjalankan program P2-ISPA,
sehingga tiap orang mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
dengan jelas
B. Memberikan pelatihan kepada kader yang ada tentang P2-ISPA agar dapat menjadi
tenaga-tenaga penyuluh dan mengadakan penyuluhan kelompok tentang
Pemberantasan Penyakit ISPA, memperbanyak brosur tentang ISPA sehingga
dapat disebarkan kepada masyarakat.
Apabila saran ini dilaksanakan maka diharapkan masalah tersebut tidak akan
terulang pada pelaksanaan program P2-ISPA di Puskesmas Cikampek pada periode
mendatang
29
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization (WHO). Pengenalan Dini, Pelaporan, dan Manajemen
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ISPA yang Berpotensi Menimbulkan Kekhawatiran.
Diunduh dari: http://www.who.int/pdf pada tanggal 27 November 2011.
2. Depkes RI. Direktorat Jenderal PPM dan PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Jakarta; 1992.
3. Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Diunduh
dari: http://syair79.wordpress.com/ pada tanggal 27 November 2011.
4. Chalik A, dkk. Standar Penanggulangan Penyakit Pneumonia. Vol 8. Ed 1. Dinas
Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Jakarta; 2002.
5. Anonim. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Jakarta. Diunduh dari:
http://www.doctorology.net pada tanggal 27 November 2011.
6. Rosdy, Kristiani. Pengelolaan Program Pemberantasan Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Diunduh dari: http://www..Irckmpk.ugm.ac.id/id/ pada tanggal 27 November 2011
7. Laporan Tahunan PKM Cikampek 2010. Hal.5-12.
8. Laporan ISPA Tahun 2010-2011Puskesmas Cikampek
9. KMK No. 828 ttg juknis SPM.
30