Evaluating Staff Performance.
-
Upload
indra-teamriot -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Evaluating Staff Performance.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi sehari-hari karyawan manajer, membuat catatan tentang perilaku karyawan,
mengisi formulir penilaian kinerja, wawancara penilaian resmi, dan sesi tindak lanjut
yang mungkin melibatkan pembinaan dan/ atau disiplin bila diperlukan. Penilaian kinerja
dilakukan untuk beberapa tujuan. Tujuan utama adalah untuk memberikan umpan balik
yang konstruktif. Sistem penilaian yang baik memastikan bahwa staf mengetahui apa
yang mereka lakukan dan seberapa baik mereka melakukannya.
Penilaian kinerja sering berfungsi sebagai dasar keputusan administratif, seperti
ukuran kenaikan gaji atauyang akan mendapatkan promosi. Idealnya, informasi penilaian
yang akurat memungkinkan organisasi untuk memastikan imbalan untuk kinerja. Namun,
akurasi adalah keterampilan yang dikembangkan dengan pengalaman.
Tujuan terakhir untuk melakukan tinjauan kinerja menyangkut hukum praktek kerja
yang adil. Penilaian kinerja dan keputusan berdasarkanpenilaian mereka, seperti
pemberhentian kerja, dilindungi oleh beberapa undang-undang federal dan negara bagian.
Dua dekade terakhir, banyak karyawan telah berhasil menggugat organisasi mereka atas
keputusan langsung kerja yang berdasarkanhasil penilaian kinerja yang dipertanyakan.
B. Tujuan
Tujuan dari pembelajaran ini adalah:
1. Mengidentifikasi kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja karyawan.
2. Mengidentifikasi bagaimana perbedaan metode yang digunakan dalam mengevaluasi
kinerja karyawan.
3. Mengidentifikasi masalah apa yang ada ketika mengevaluasi kinerja.
4. Mengidentifikasi bagaimana memimpin evaluasi kinerja.
C. Manfaat
Manfaat dari pembelajaran ini adalah:
1. Untuk mengetahui kriteria yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja karyawan.
2. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan metode yang digunakan dalam
mengevaluasi kinerja karyawan.
3. Untuk mengetahui masalah apa yang ada ketika mengevaluasi kinerja.
4. Untuk mengetahui bagaimana memimpin evaluasi kinerja.
D. Sistematika Penulisan
Makalah pembelajaran ini berisi dari BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang,
tujuan, manfaat dan sistematika penulisan; BAB II Tinjauan Pustaka yang meliputi
Evaluating Staff Performance; dan BAB III Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. The Performance Appraisal
Manajer harus secara akurat menggambarkan prestasi kerja karyawan yang
sebenarnya, jika peringkat kinerja tidak akurat, seorang karyawan rendah dapat
dipromosikan, karyawan lain mungkin tidak menerima pelatihan yang diperlukan, atau
mungkin tidak ada ikatan antara kinerja dan penghargaan (sehingga mengurangi motivasi
karyawan). Penilaian supaya menjadi sukses, kebutuhan staf dan keperluan organisasi
harus dijembatani (Wilson & smith-Bodden, 1999).
1. Evaluating Philosophy
Meskipun manajer perawat mungkin tidak menggunakan instrumen resmi untuk
penilaian dalam organisasi mereka, tapi pemahaman tentang filosofi yang mendasari
sistem penilaian serta fokus umum sistem itu penting. Pertama, kita perlu
mempertimbangkan apakah evaluasi yang mutlak atau perbandingan. Sistem evaluasi
kebanyakanberdasarkan pertimbangan mutlak: dalam menilai staf, manajer perawat
mengevaluasi kinerja terhadap standar internal. Standar internal ini menggambarkan
yang manajer rasakan sebagai kinerja yang bertanggung jawab dan dapat diterima
bagi karyawan, ketika evaluasibersifat mutlak memungkinkan semua karyawan
dipandang hampir pantas atau jatuh dibawah standar. Dengan kata lain, peringkat
yang diterima tergantung sepenuhnya pada penilaian dari manajer
perawat.Sebaliknya, evaluasi berdasarkan penilaian perbandingan, untuk menilai
karyawan manajer perawatperlu membandingkan merekasatu sama lain. Evaluasi
karyawan tergantung pada tingkat kinerja dari rekan-rekannya, dengan demikian,
penilaianperbandingan didasarkan padarelatif antara karyawan.
2. Component To Be Evaluated
Perawat terlibat dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan, untuk
menggambarkan sifat multidimensi pekerjaan,manajer perawat membutuhkan
beberapa dimensi kinerja yang berbeda untuk dinilai, seperti penggunaan proses
keperawatan, profesionalisme, keamanan, pendidikan berkelanjutan, dan inisiatif.
a. Traits & Personal Characteristics
Banyak sistem penilaian berfokus pada sifatpribadi dan karakteristik, seperti
kemantapan atau kemampuan untuk menangani stres, jauh dari sistem yang
berorientasi pada sifat, terutama karena tuduhan bahwa mereka melakukan
diskriminasi terhadap resiko beberapa kelompok.Untuk memenuhi persyaratan
hukum, organisasi harus mampu menunjukkan keabsahandari peringkat
penilaian.Dalam kebanyakan kasus pengadilan, peringkat sifat belum ditemukan
berkaitan dengan pekerjaan, dan banyak organisasi telah ditemukan bersalah
karena diskriminasi (Bernardin & Beatty, 1984).
Organisasi juga sudah pindah dari mengandalkan secara eksklusifperingkat
sifat karena mereka tidak berguna dalam membantu untuk mengembangkan
karyawan.Dalam kebanyakan organisasi perawatan kesehatan, alasan utama untuk
melakukan penilaian kinerja adalah untuk membantu meningkatkan karyawan.
b. Result-Oriented System
Semua organisasi, bahkan organisasi nirlaba seperti organisasi kesehatan,
perlu khawatir dengan garis bawah. Jika rumah sakit memiliki tingkat hunian 35
persen atau tingkat ketidakhadiran karyawan 20 persen, masa depan berada dalam
bahaya. Dalam beberapa tahun terakhir, oleh karena itu, pemimpin
manajementelah beralih ke menilai beberapa karyawan setidaknya sebagian pada
hasil.
Secara teori, sebuah sistem penilaian yang berorientasi pada hasil itu ideal.
Karyawan tahu sebelumnya apa yang diharapkan. Tujuan diukur, objektif, dan
mudah diukur.Sayangnya, dalam sebagian besar pekerjaan perawatan kesehatan,
tidak mudah untuk mengidentifikasiukuran, sebagai contoh, beberapa aspek dari
pekerjaan staf perawat, seperti memberikan kualitas perawatan pasien, tidak
mudah diukur.
Aspek-aspek lain, seperti menit rata-rata sebelum menjawab bel pasien,
mungkin dihitung tapi tidak sebanding dengan biaya pengukuran mereka. Selain
itu, sistem yang berorientasi pada hasil sedikit digunakan untuk pengembangan
staf; memberitahu seseorang bahwa ia tidak mencapai tujuan tidak memberitahu
orang bagaimana untuk mencapai itu di masa depan. Meskipun sistem yang
berorientasi pada hasil memiliki sejumlah sifat positif, jumlah ketergantungan
pada sistem tersebut untuk sebagian besar pekerjaan perawatan kesehatan sering
tidak praktis.
c. Behavior Criteria
Banyak organisasi kesehatan telah mengadopsi sistem penilaian kinerja yang
berorientasi pada perilaku daripada berfokus pada hasil yang sulit untuk
mengukur atau sifat samar-samar yang dapat menyebabkan masalah hukum.
Sistem yang berorientasi pada perilaku fokus pada apa yang karyawan kerjakan.
Sistem memberikan karyawan tertentu informasi baru tentang bagaimana mereka
diharapkan untuk berperilaku dan cenderung kurang ke arah yang menyebabkan
masalah hukum. Kelemahan utama dari sistem penilaian yang berorientasi pada
perilaku itu relatif memakan waktu untuk mengembangkan dan terikat pada satu
pekerjaan.
d. Combining Different Types of Criteria
Produktivitas karyawan dalam beberapa tahun terakhir, beberapa telah
mengembangkan sistem penilaian yang menggabungkan berbagai jenis
kriteria.Dalam sistem tersebut, setiap karyawan dapat memiliki beberapa tujuan
utama, dia diharapkan untuk menyelesaikan.Selain sedang dievaluasi, hasilini
telah dicapai, individu juga dievaluasi dari segi karakteristik pribadi umum dan
kriteria perilaku spesifik.
3. Specific Evaluation Methods / Metode Evalusi Khusus
a. Traditional Rating Scale / Skala Penilaian Tradisional
Banyak organisasi menggunakan skala penilaian tradisional untuk semua kelas
karyawan (misalnya, staf perawat, spesialis perawat klinis), tanpa memperdulikan
peraturan pekerjaan tertentu (misalnya, bedah rawat jalan, klinik rawat jalan).
Skala penilaian tradisional terdiri dari :
1) Dimensi kinerja umum yang tidak didasarkan pada analisis pekerjaan
2) Sama-sama berbobot dimensi
3) Standar penilaian yang mutlak
4) Penilaian didasarkan pada gagasan para pengwas kinerja yang memuaskan
Dalam mengisi skala penilaian tradisional, penilai perlu untuk merefleksikan
evaluasi kinerja selama satu periode (biasanya 12 bulan) dan menilai individu
terhadap standar kinerja internal.
b. Essay Evaluation / Evaluasi Essay
Dengan teknik evaluasi essay, manajer perawat perlu untuk menjelaskan
keadaan karyawan selama periode evaluasi dengan menulis narasi kelebihan dan
kelemahan karyawan secara rinci. Jika dilakukan dengan benar, pendekatan ini
dapat memberikan banyak data yang berguna untuk diskusi dalam wawancara
penilaian. Sebagian besar organisasi telah menemukan bahwa evaluasi esai lebih
bermanfaat ketika digunakan dalam kombinasi dengan format evaluasi.
c. Force Distribution Evaluation / Evaluasi dengan Distribusi Paksaan
Manajer menilai untuk merekrut karyawan secara tetap. Jika skala ukuranya
memiliki lima kategori, manajer meminta karyawanya mengikuti lima kategori
tersebut. Karena teknik ini menghambat, sebagian evaluator tidak menyukainya.
Salah satunya terdapat keluhan seperti ini : "saya punya dua karyawan yang luar
biasa, tetapi sistem ini hanya memungkinkan saya untuk menempatkan salah satu
dari mereka dalam kategori tertinggi."
Karena ketidaksukaan sistem distribusi paksa ini tidak umum digunakan.
Sistem distribusi paksa umumnya dilaksanakan karena para manajer memberikan
semua karyawanya peringkat yang tinggi.
d. Behavior-Oriented Rating Scales / Skala Penilaian Perilaku
Skala penilaian perilaku yang berorientasi seperti disebutkan sebelumnya,
dengan fokus pada perilaku tertentu dalam menilai keuntungan kinerja yang
hebat. Sebagai contoh, karyawan baru memiliki informasi spesifik tentang
bagaimana mereka harus bersikap. Meskipun ada beberapa jenis skala penilaian
perilaku yang berorientasi, mereka terbagi dalam beberapa keadaan:
1. Bekerja berkelompok (umumnya, individu dan supervisor melakukan
pekerjaan mereka secara langsung).
2. Insiden kritis dinyatakan sebagai perilaku terukur /Insiden terukur
3. Insiden kritis yang sama dikerjakan bersama-sama atau berkelompok
4. Statistical digunakan untuk pengelompokan sub dalam insiden kritis.
Prosedur ini menghilangkan item yang tidak jelas dalam kelompok, tumpang
tindih insiden atau kata-kata yang kurang baik.
Mengingat cara skala penilaian perilaku yang berorientasi ini dikembangkan,
langkah-langkah perilaku tersebut hanya dapat digunakan untuk satu pekerjaan
atau sekelompok pekerjaan yang sangat mirip dan skala ini memakan waktu
cukup mahal untuk mengembangkanya.
e. Focus On Result / Fokus pada Hasil
Pendekatan lain untuk kinerja fokus evaluasi pada fokus evaluasi kinerja
karyawan pada karakteristik pribadi karyawan (sifat) atau perilaku, untuk fokus
pada hasil diperlukan pengaturan untuk mencapai tujuan tersebut. Meskipun
teknik ini memiliki banyak variasi, pada dasarnya melibatkan dua langkah.
Pertama, serangkaian tujuan kerja didirikan pada awal periode evaluasi bagi
karyawan untuk beberapa jangka waktu ke depan. Langkah kedua melibatkan
evaluasi kinerja karyawan. Pada saat ini, supervisor dan karyawan bertemu dan
fokus pada seberapa baik tujuan karyawan yang telah dicapai.
f. Penilaian Diri
Pegawai diminta untuk menyerahkan ringkasan tertulis atau portfolio
mengenai pencapaian yang terkait dengan pekerjaan mereka dan produktivitas
sebagai bagian proses penilaian diri. Namun, beberapa pegawai terkadang
mengganggap rendah pencapaian mereka sendiri, untuk itu manajer dapat terlebih
dahulu menyelesaikan alat penilaian kinerja sebelum membaca analisis dari
pegawai.
g. Management by Objectives (MBO)
MBO adalah alat yang sangat baik untuk menentukan kemajuan individual
pegawai karena menggabungkan pengkajian pegawai dan organisasi. MBO adalah
metode yang sangat bagus untuk menilai kinerja perawat dengan cara
meningkatkan pertumbuhan individual dan keunggulan dalam keperawatan.
Keuntungan dari MBO yaitu metode tersebut menciptakan minat yang tetap bagi
pegawai untuk mencapai tujuan karena pegawai dapat menyusun tujuanya sendiri.
h. Tinjauan Rekan Sejawat
Tinjauan rekan sejawat jika diimplementasikan secara benar memberikan
umpan balik yang berharga bagi bagi perawat yang dapat meningkatkan
kinerjanya. Selain itu dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk para
rekan peninjau. Tinjauan rekan sejawat berpotensi meningkatkan keakuratan
penilaian kinerja. Cara ini juga memberikan kesempatan yang luas untuk
meningkatkan profesionalisme dan pembelajaran. Penggunaan tinjauan rekan
sejawat dalam keperawatan harus terus dikembangkan sejalan dengan
peningkatan otonomi dan status profesional keperawatan.
4. Potential Appraisal Problems
a. Leniency Error
Banyak manajer perawat cenderung memaksakan kinerja staf mereka. Ini
disebut sebagai leniency error. Sebagai contoh, seorang manajer dapat menilai
orang pada dirinya atau staf sebagai "di atas rata-rata." Meskipun berbagai alasan
diberikan untuk peringkat meningkat (misalnya, "saya ingin perawat saya
menyukai saya, sulit untuk membenarkan memberi seseorang peringkat rendah "),
alasan-alasan ini tidak mengurangi masalah yang kelonggaran kesalahan dapat
membuat untuk kedua manajer dan organisasi.
Kesalahan kelonggaran juga bisa mematahkan semangat kepada staf
perawat terbaik, karena mereka akan menerima peringkat tinggi tanpa syarat.
b. Recency Error
Kesulitan lain pada sistem penilaian ini adalah lamanya waktu perilaku
dievaluasi. Di kebanyakan organisasi, karyawan secara formal dievaluasi setiap
12 bulan. Biasanya, evaluator mengingatkan kinerja baru-baru ini dan cenderung
melupakan peristiwa yang lebih jauh. Dengan demikian, peringkat kinerja
mencerminkan apa yang karyawan telah memberikan kontribusi akhir-akhir ini
bukan selama periode evaluasi keseluruhan. Kecenderungan ini disebut kesalahan
kebaruan; juga dapat menciptakan masalah baik legal dan motivasi.
Secara hukum, jika karyawan yang tidak puas dapat menunjukkan bahwa
evaluasi yang seharusnya mencerminkan 12 bulan benar-benar mencerminkan
kinerja selama 2 atau 3 bulan terakhir, sebuah organisasi akan mengalami
kesulitan mempertahankan keabsahan sistem penilaian tersebut.
c. Hallo Error
Kesalahan Halo yaitu penilai gagal untuk membedakan antara dimensi
kinerja (misalnya, proses keperawatan, keterampilan komunikasi) ketika
mengevaluasi karyawan dan memberikan peringkat berdasarkan kesan
keseluruhan, positif atau negatif, dari karyawan. Dengan demikian, beberapa
karyawan dinilai di atas rata-rata, yang lain dinilai rata-rata, dan beberapa yang
dinilai di bawah rata-rata pada semua dimensi. Hal ini disebut sebagai kesalahan
halo.
Peringkat perilaku berorientasi skala jenis skala yang digunakan dalam
evaluasi yang berfokus pada perilaku spesifik dan digunakan insiden kritis
dikelompokkan ke dalam dimensi kinerja.
Kesalahan halo kegagalan membedakan antara berbagai dimensi kinerja
ketika mengevaluasi.
d. Ambiguous Evaluation Standar
Lembar penilaian yang meliputi penilaian yang luar biasa, di atas rata-rata,
memuaskan, perlu ditingkatkan. Namun para manajer terkadang salah
mengartikanya sehingga terjadi adanya kerancuan dalam evaluasi. Sebuah
organisasi mencoba menyelesaikan masalah dengan dua jalan. Yang pertama
manajer perawat bertemu dan berdiskusi apa yang mereka lihat kinerja yang
keluar dari aturan, yang kedua membicarakan dimensi kinerja yang kurang baik.
Tujuanya adalah sampai pada kesepakatan pada timgkat kinerja yang diharapkan
dari semua dimensi.
e. Written Comments Problem
Kebanyakan manajer perawat menunggu sampai akhir dari periode evaluasi
untuk menulis komentar, manajer sulit menghadapinya, tugas yang memakan
waktu. Sedikit ragu, kemudian perawatan menjadi tidak pasti, negatif dan
kejadian tidak sengaja yang baru terjadi. Untungnya, perawat dapat mengurangi
catatan kumpulan masaalah dengan menuliskan komentar.
f. Horn Effect
Pengaruh horn adalah kecenderungan untuk menilai pegawai lebih rendah
dari pelaksanaan kerja yang sebenarnya akibat beberapa alasan yaitu seorang
pegawai berpelaksana kerja diatas tingkat rata-rata sepanjang tahun namun dalam
beberapa hari penilaian pelaksanaan kerja tahunanya telah melakukan kesalahan
terhadap perawatan pasien atau supervisi pegawai, cenderung menerima penilaian
lebih rendah daripada penilian sebenarnya karena kesalahan besar yang belum
lama itu terancamkan dalam ingatan manajer. Seorang pekerja yang pekerjaanya
diatas rata-rata namun terus membantah, seorang pekerjaanya berkualitas tinggi
namun gagal untuk menyesuaikan diri, seorang pegawai yang pekerjaanya diatas
rata-rata namun berhubungan dengan pegawai berpelaksanaan kerja buruk.
B. The Appraiser
Sebagian besar organisasi, manajer langsung bertugas mengevaluasi baik kinerja
karyawannya maupun penampilannya. Alternatif digunakan ketika atasan tidak
memiliki informasi mengenai kinerja karyawan. Informasi yang bisa didapatkan dari
sumber dari yang lain seperti rekan kerja karyawan, pasien, atau manajer lain yang
akrab dengan orang yang sedang dievaluasi. Peer review atau peringkat dari kinerja
dalam penggunaan sesuatu dan sesuai profesional. Peer review adalah sebuah proses
perawat yang terdaftar menilai dan mempertimbangkan kinerja rekan-rekan
profesional terhadap standar yang telah ditentukan. Peer review ini dirancang untuk
penilaian kinerja lebih objektif dilihat dari beberapa peringkat.
Hal tersebut sring digunakan dalam clinical ladder programs, self-governance
models, dan evaluasi dari praktisi perawat tingkat lanjut. Langkah-langkah untuk peer
review adalah sebagai berikut:
1. Karyawan memilih rekan-rekan untuk melakukan evaluas, biasanya dua
sampai empat rekan diidentifikasi melalui proses yang telah ditentukan.
2. Karyawan mengajukan portofolio evaluasi diri. Portofolio mungkin
menggambarkan bagaimana dia menemukan tujuan dan standar yang telah
ditentukan selama siklus evaluasi terakhir.
3. Rekan-rekan mengevaluasi karyawan. Hal ini dapat dilakukan secara individu
atau dalam sebuah kelompok. Individu atau kelompok lalu mengajukan
evaluasi tertulis kepada manajer.
4. Manajer dan karyawan bertemu untuk membahas evaluasi. Evaluasi manajer
disertakan dan tujuan untuk siklus evaluasi selanjutnya ditetapkan.
Beberapa pertimbangan dalam penerapan peer review yaitu,
1. Lebih baik menghindari memilih sahabat pribadi untuk review
2. Pertimbangan seberapa sering untuk mengevaluasi praktisi ahli
3. Memonitor waktu yang diperlukan untuk persiapan portofolio
Tujuannya untuk meningkatkan profesionalisme dan kualitas dari perawatan
pasien, bukan untuk menambah dokumen. Teknik lainnya adalah evaluasi kelompok,
manajer diminta memberikan peringkat pada kinerja karyawan berdasarkan uraian
tugas dan standar kinerja, manajer diminta untuk memfasilitasi proses. Tujuan dari
teknik ini yaitu agar evaluasi kelompok mengurangi bias pribadi, tepat waktu, dan
efektif (huddleston, 1999).
1. Documenting Performance
Menilai kinerja karyawan dapat menjadi pekerjaan yang sulit, seorang manajer
perawat diperlukan untuk merefleksikan kinerja anggota staf selama jangka waktu
tertentu (biasanya 12 bulan) lalu mengevaluasi secara akurat, manajer sering lupa apa
yang seorang individu lakukan beberapa bulan yang lalu atau mungkin mereka benar-
benar bingung apa yang dilakukan seorang pekerja dengan pekerja yang lain lakukan.
Mekanisme yang berguna untuk mengurangi masalah memori tersebut adalah
penggunaan insiden kejadian penting, yang merupakan laporan dari perilaku
karyawan yang luar biasa, baik positif atau negative. Kejadian penting dicatat pada
formulir atau kartu indeks dengan ruang untuk empat item: nama karyawan, tanggal
dan waktu kejadian, penjelasan singkat tentang apa yang terjadi, dan komentar
manajer perawat tentang apa yang terjadi.
1. Nama Karyawan: _______________________________2. Tanggal dan Waktu Kejadian: _____________________3. Deskripsi: _____________________________________4. Komentar:_____________________________________
Pencatatan yang penting saat kejadian pasti akan meningkatkan akurasi penilaian
peringkat kinerja. Masalah yang dialami manajer:
1. Beberapa manajer merasa malu tentang jenis pencatatan.
2. Manajer merasa tidak nyaman merekam perilaku mereka, harus melihat diri
mereka sebagai mata-mata yang mengintai disekitar area kerja mencoba untuk
menangkap seseorang.
Penggunaan catatan akan lebih akurat dan tidak membuat kesalahan yang terulang
dalam evaluasi karyawan dan waktu yang tertulis penting digunakan setelah perilaku
dilakukan. Catatan khususnya pada apa yang terjadi bukan interpretasi tentang apa
yang terjadi. Setelah kejadian penting tercatat, manajer harus berbagi dengan
karyawan secara pribadi. Jika perilakunya positif, ini memberikan kesempatan yang
baik bagi manajer perawat untuk memuji karyawan, jika perilaku dianggap negatif
atau yang tidak diinginkan, manajer mungkin perlu melatih karyawan. Pencatatan
rata-rata membutuhkan waktu kurang dari 2 menit untuk ditulis, Jika seseorang satu
menulis catatan selama kesenjangan dalam hari (misalnya, Sambil menunggu
pertemuan), jika ada waktu sedikit, waktu digunakan produktif. Misalnya: menjaga
dan berbagi catatan, memaksa manajer untuk menangani masalah ketika masih dini
sehingga lebih cepat ditangani.
Faktor kunci dalam efektifitas menggunakan catatan ini yaitu mengambil
pendekatan bagaimana manajer perawat memperkenalkan teknik untuk staf mereka.
Untuk mendapatkan nilai maksimum dari pencatatan, manajer perawat perlu
memperhatikan dua fakta penting:
1. Alasan utama untuk mengambil catatan adalah untuk meningkatkan akurasi
penilaian kinerja.
2. Ketika sesuatu yang baru diperkenalkan, orang cenderung bereaksi negatif
terhadap itu.
Manajer harus terbuka dan jujur tentang fakta pertama, mengakui bahwa mereka
tidak dapat mengingat setiap peristiwa yang terkait dengan setiap karyawan dan
memberitahu karyawan bahwa catatan ini mungkin akan membuat evaluasi lebih
akurat. Kontak pertama masing-masing karyawan dengan kejadian penting adalah
positif. Manajer perawat membuat tiga jenis kesalahan dalam menggunakan catatan
yaitu,
1. Beberapa manajer gagal untuk membuat secara spesifik dan perilaku yang
berorientasi; mereka malahan merekam bahwa perawat adalah "ceroboh" atau
"sulit untuk mengawasi"
2. Beberapa catatan manajer hanya perilaku yang tidak diinginkan
3. Beberapa manajer gagal untuk memberikan umpan balik performnce kepada
karyawan pada saat catatan ditulis.
Masing-masing eror ini dapat mengurangi efektivitas dari proses pencatatan, Jika
catatan tidak jelas karyawan mungkin tidak tahu secara pasti apa yang dilakukan salah
dan karena itu tidak tahu bagaimana untuk meningkatkannya. Seandainya kinerja yang
buruk didokumentasikan, karyawan mungkin akan tersinggung pada system dan
manajer perawat. Manajer perawat tidak berbagi catatan seperti yang tertulis, karena
karyawan akan sering bereaksi defensif ketika dihadapkan dengannya pada akhir
periode evaluasi. Singkatnya, setiap manajer perawat yang sedang mempertimbangkan
menggunakan prosedur kekuatan catatan perlu mengambil proses serius dan
menggunakannya seperti yang dirancang.
Catatan selain dapat Meningkatkan akurasi dari tinjauan kinerja, catatan tertulis
juga mengurangi tanggung jawab dari tuntutan hukum. Tujuan dari adanya catatan
tersebut untuk bukti persuasif di pengadilan, memberikan manajer percaya diri yang
cukup besar ketika tiba saatnya untuk mengisi formulir evaluasi dan melakukan
wawancara penilaian. Catatan dengan karyawan pada keseluruhan periode evaluasi juga
meningkatkan aliran komunikasi antara manajer dan karyawan, tujuan ini menjadikan
manajer dapat mengurangi kesalahan dan kelonggaran yang sering terjadi sehingga
penilaian menjadi akurat.
wawancara penilaian kinerja berfokus terutama pada bagaimana karyawan dapat
meningkatkan tahun depan bukan pada bagaimana ia dinilai tahun lalu. Dengan
demikian, nada wawancara menjadi konstruktif daripada argumentative.
Reaksi karyawan terhadap penggunaan catatan ada yang positif dan negatif dari apa
yang dilakukan selain baik atau buruk. Reaksi negatif karyawan yang buruk
bagaimanapun cenderung tidak menjadi satu yang bertahan karena ada reaksi positif
yang ada. Peningkatan peringkat tidak akan terjadi apabila manajer hanya
mengandalkan memori pengingatannya tanpa mencatat terhadap kinerja karyawan,
maka pencatatan dibutuhkan untuk menghasilkan peringkat yang lebih akurat. Poor
performance meninggalkan organisasi, atau ketika mereka menemukan bahwa mereka
tidak lagi bisa lolos dengan kinerja biasa-biasa saja, mereka akan meningkatkan
kinerja.
2. Diagnosing Performance Problems / Mendiagnosa Masalah Kinerja
Jika manajer mencatat kinerja yang buruk atau tidak konsisten selama proses
penilaian, manajer harus menyelidiki dan memperbaiki situasi. Pertanyaan tertentu
harus ditanyakan:
“Is the performance deficiency a problem?”
“Will it go away if ignored?”
“Is the deficiency due to a lack of skill or motivation? How do I know?”
Langkah pertama untuk memulai yaitu dengan standar kinerja yang disepakati dan
penilaian yang akurat dari kinerja anggota staf saat ini. Ini berarti deskripsi pekerjaan
harus sesuai saat ini dan alat penilaian kinerja harus ditulis dalam kesepakatan
perilaku. Hal ini juga berarti bahwa evaluasi karyawan secara teratur dilakukan dan
dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang diakui. Juga, karyawan harus tahu apa
perilaku yang diharapkan.
Berikutnya memutuskan apakah masalah menuntut perhatian segera dan apakah
itu adalah terkait masalah keterampilan atau motivasi. Masalah yang terkait
keterampilan dapat diselesaikan melalui pelatihan informal, seperti demonstrasi dan
pelatihan, sedangkan keterampilan yang kompleks memerlukan pelatihan formal.
Jika masalah masalah kinerja adalah motivasi, manajer harus menyampaikan
serangkaian pertanyaan yang berbeda. Khususnya, manajer harus menentukan
apakah karyawan percaya bahwa ada hambatan untuk perilaku yang diharapkan atau
bahwa perilaku mengarah ke hukuman, hadiah, atau tidak bertindak. Ketika
karyawan melihat hubungan yang kuat antara hasil yang dihargai dan dengan kinerja
yang diharapkan, maka strategi motivasi yang diberikan sukses. Manajer memainkan
peran dalam menyesuaikan upaya motivasi untuk memenuhi kebutuhan individu
karyawan. Sayangnya, menciptakan iklim kinerja-imbalan tidak menghilangkan
semua masalah perilaku. Ketika penggunaan reward terbukti tidak efektif, stategies
lainnya, seperti pelatihan dan disiplin akan terjamin.
Untuk membedakan antara kurangnya kemampuan dan kurangnya motivasi,
manajer dapat menganalisis kinerja masa lalu. Jika kinerja masa lalu telah diterima
dan sedikit perubahan dalam standars kinerja telah terjadi, maka masalah hasil dari
kurangnya motivasi. Sebaliknya, jika perawat tidak pernah dilakukan pada tingkat
yang dapat diterima, maka masalahnya mungkin terutama keterampilan terkait.
Strategi intervensi yang berbeda harus digunakan, tergantung pada sumber masalah.
Tujuannya harus untuk meningkatkan kinerja daripada menghukum karyawan.
Gambar berikut (Decision Tree for Evaluating Performance) meringkas langkah yang
harus diambil
Assess Performance
In there a problem? NO Give feedback as appropriate
If the problem is
Skill related Motivation related
Provide education. Clarify expectations.Coach. Determine obstacles and remove them.Simplify task. Determine if desired performance is being punish-Reassign. ed; remove punishment.Replace if time does not Determine employee values regarding rewards; warrant other techniques. ensure equitable treatment.
3. The Performance Appraisal
Setelah manajer melengkapi evaluasi kinerja dengan akurat, ia harus mengadakan
penilaian secara wawancara. Penilaian dengan wawancara adalah langkah pertama
dalam pengembangan karyawan.
a. Preparing for the Interview
Manajer Perawat harus ingat apa yang harus dilakukan selama wawancara.
Jika pemberian penilaian akurat, mereka lebih cenderung merasa sebagai
karyawan dekat. Persepsi ini, membuat karyawan lebih cenderung untuk
menerimanya sebagai dasar penghargaan bagi keduanya serta kegiatan
pembangunan. Lebih khusus, untuk memotivasi karyawan, imbalan harus dilihat
sebagai dikaitkan dengan kinerja.
Wawancara penilaian kinerja adalah kunci dari berhubungan ini. Dalam
wawancara, manajer perawat perlu menetapkan bahwa kinerja telah dinilai
dengan hati-hati dan bahwa, ketika layak, imbalan akan diberikan. Kegiatan
pengembangan juga perlu dilaksanakan dari evaluasi yang akurat.
Sebuah langkah kunci untuk membuat penilaian melalui wawancara berjalan
dengan baik adalah perencanaan yang tepat. Manajer harus mengatur penilaian
kinerja dengan wawancara di awal, sebaiknya memberikan pemberitahuan
minimal 2 hari. Manajer harus menjadwalkan waktu dengan cukup: Kebanyakan
wawancara 20 sampai 30 menit, meskipun waktu yang dibutuhkan akan bervariasi
tergantung pada sejauh mana manajer perawat dan perawat staf telah berbicara
sepanjang tahun dengan berurutan.
Dalam mempersiapkan untuk penilaian wawancara, manajer perawat harus
memiliki contoh spesifik perilaku untuk mendukung penilaian. Dokumentasi
tersebut khususnya penting bagi bidang kinerja di mana seorang karyawan
menerima penilaian rendah. Dalam tambahan, manajer harus mencoba untuk
mengantisipasi bagaimana anggota staf akan bereaksi terhadap penilaian tersebut.
Pengaturan juga harus dipertimbangkan dalam perencanaan pertemuan.
Sangat penting bahwa wawancara berlangsung dalam pengaturan yang bersifat
pribadi dan relatif bebas dari gangguan. Hal ini memungkinkan kejujuran,
percakapan dengan karyawan yang mendalam. Meskipun sulit untuk membatasi
interupsi sebuah pengaturan perawatan kesehatan, memilih waktu pertemuan
dengan hati-hati akan membantu. Seorang manajer perawat mungkin dapat
menjadwalkan pertemuan ketika manajer lain bisa menutupi, atau pada saat
interupsi yang paling mungkin terjadi.
b. The Interview
Wawancara penilaian kinerja yang paling mungkin untuk berjalan dengan
baik jika manajer perawat telah menulis dan berbagi umpan balik tersebut telah
terjadi, anggota staf masuk ke wawancara dengan ide yang baik tentang
bagaimana mereka mungkin akan dinilai, serta apa yang menyebabkan perilaku
dinilai. Jika manajer perawat tidak menyimpan catatan sepanjang tahun sangat
penting untuk mengingat banyak hal, contoh-contoh spesifik dari perilaku, baik
positif maupun negatif, untuk mendukung penilaian yang akan diberikan.
Fokus utama dari umpan balik wawancara harus menghasilkan rumusan
bagaimana manajer perawat dan anggota staf dapat bekerja sama untuk
meningkatkan kinerja di tahun mendatang. Namun, membangun iklim perbaikan
orientasi seperti ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Dalam
memberikan umpan balik, manajer perlu terdahulu menyadari bahwa setiap
karyawan memiliki tingkat toleransi kritik yang defensif. Jadi, dalam meninjau
perbaikan karyawan dengan segera per unit-sebaiknya, tidak lebih dari dua-yang
perlu.
Berikut rekomendasi untuk penilaian dengan wawancara:
1. Buat karyawan nyaman. Banyak bawahan gugup di awal wawancara
penilaian, terutama karyawan baru yang menghadapi evaluasi pertama
mereka atau mereka. Untuk memfasilitasi komunikasi dua arah selama
wawancara, beberapa manajer mengandalkan berbasa-basi.
2. Jelas menyatakan tujuan dari wawancara penilaian. Perbaikan disampaikan
pada awal wawancara dan akan membantu karyawan melakukan pekerjaan
sebaik mungkin di tahun mendatang.
3. Menilai karyawan dengan satu per satu. Menyediakan sejumlah contoh
spesifik dari perilaku yang menyebabkan setiap penilaian. Beberapa manajer
perawat hanya menggunakan contoh negatif untuk mendukung penilaian, dan
ini dapat menyebabkan masalah. Karyawan lebih cenderung menjadi defensif
karena seluruh fokus pada masalah daerah.
4. Menarik keluar reaksi karyawan terhadap penilaian. Lebih khusus, manajer
perawat perlu meminta reaksi karyawan terhadap penilaian dan kemudian
mendengarkan, menerima, dan menanggapi mereka. Untuk melaksanakan
fase wawancara efektif, manajer perawat harus memiliki keyakinan dalam
akurasi penilaian.
5. Tentukan cara-cara tertentu di mana bidang kinerja dapat diperkuat. Fokus
wawancara sekarang harus bergeser ke masa depan. Jika kajian menyeluruh
terhadap kinerja karyawan mengungkapkan kekurangan, manajer dan
karyawan bersama-sama dapat mengembangkan rencana aksi untuk
membantu individu meningkatkan. Sebuah rencana tindakan menjelaskan
disepakati pada saling kegiatan untuk meningkatkan kinerja.
6. Menetapkan tanggal tindak lanjut. Setelah menyepakati cara-cara khusus
untuk memperkuat kinerja di daerah masalah, manajer perawat harus
menjadwalkan pertemuan berikutnya, biasanya 4 sampai 6 minggu setelah
wawancara penilaian. Pada pertemuan ini nanti , manajer memberikan umpan
balik yang spesifik terhadap kinerja perawat baru-baru ini.
7. Mengekspresikan kepercayaan karyawan . Perilaku kunci terakhir sederhana
tapi tidak sering diabaikan. Hal demikian adalah penting bahwa manajer
menunjukkan keyakinan bahwa perbaikan akan datang.
C. Improving Appraisal Accuracy
Untuk manajer dan karyawan dalam mendapatkan manfaat maksimal dari penilaian, perlu
mencakup semua aspek kinerja kerja agar tidak terjadi kesalahan. Cara untuk
meningkatkan ketepatan dari penilaian, yaitu :
1. Appraiser Ability
Melakukan evaluiasi terhadap kinerja karyawan secara tepat yang melibatkan
deskripsi pekerjaan untuk mengidentifikasi perilaku, mengobservasi kenirja kerja
dalam waktu evaluasi dan mengulang kembali, serta mengetahui bagaimana mengisi
lembar penilaian secara akurat.
Kemampuan seorang manajer dalam menilai dapat ditingkatkan. Sebuah
organisasi dapat mengembangkan deskripsi pekerjaan lebih rinci dan membaginya
dengan tim penilai. Langkah tersebut dapat diambil untuk memberikan penilai
kesempatan yang lebih besar untuk secara langsung atau tidak langsung mengamati
perilaku karyawan. Contoh, supervisior lain dapat memberikan informasi tentang
kinerja kerja karyawan ketika atasan tidak hadir. Manajer dapat diajarkan untuk
membuat catatan pada perilaku karyawan. Manajer dapat belajar untuk melakukan
penilaian baik melalui pelatihan formal.
Program pelatihan formal membantu meningkatkan kemampuan penilai dengan
membentuk tim penilai. Dengan meningkatkan keterampilan pengamatan tim penilai,
dengan meningkatkan keterampilan penilai dalam melaksanakan penilaian kinerja
secara wawancara.
2. Appraiser Motivation
Manajer perawat memiliki banyak tugas untuk dikerjakan dengan segera. Tidak
heran jika kemudian mereka sering melihat penilaian kinerja sebagai sesuatu yang
bisa dilakukan kemudian. Selain itu, banyak manajer beranggapan bahwa melakukan
penilaian sebagai tugas yang tidak penting, dan perlu beberapa pertanyaan untuk
melakukan semua itu.
Dalam organisasi perawatan kesehatan, lingkungan sebenarnya dapat mengurangi
motivasi penilai daripada merangsang penilaian. Mengingat alasan tersebut untuk
tidak mengahbiskan waktu dalam penilaian, itu cukup jelas bagaimana sebuah
organisasi dapat meningkatkan motivasi penilai :
- Manajer perawat perlu dihargai untuk sungguh-sungguh melakukan review
kinerja.
- Manajer utama perlu menunjukan perawat model yang baik tentang bagaimana
suatu penilaian harus dilakukan.
- Manajer perawat harus dapat menghargai staff yang dinilai.
Hal tersebut menjadi lebih mungkin sebagai hasil yang digunakan sebagai dasar
untuk penggantian bagi organisasi. Untuk organisasi dan karyawan untuk
mendapatkan keuntungan dari sistem penilai kinerja, kenaikan gaji tidak boleh
didasarkan pada senioritas, dan promosi harus dikaitkan dengan kinerja yang unggul.
D. Rules of Thumb
Selama kurang lebih 5 % dari karyawan, resep yang diberikan dalam bab ini tidak akan
bekerja, karena alasan yang belum diketahui. Saran tambahan atau "aturan praktis"
berasal dari pengalaman praktis meliputi berikut ini.
1. Go Beyond the form/melampaui bentuk. Terlalu sering, orang-orang yang melakukan
evaluasi mengutip memadai dari sebagai alasan untuk melakukan pekerjaan yang
buruk mengevaluasi karyawan mereka. Tidak peduli seberapa memadai penilaian dari
adalah, manajer dapat melampauinya. Mereka dapat fokus pada perilaku, meskipun
tidak memerlukan itu. Mereka dapat menetapkan tujuan meskipun jika
supervisiors/pengawas lain tidak melakukannya. Mereka dapat menggunakan
kejadian kritis. Singkatnya, manajer perawat harus melakukan pengelolaan pekerjaan
dengan baik sebisa mereka dan tidak membiarkan mereka menjadi cacat.
2. Menunda penilaian wawancara jika perlu. Setelah wawancara penilaian dimulai,
tampaknya ada beberapa hukum alam dari manajemen, sesi harus diselesaikan dalam
waktu yang ditentukan. Manajer melupakan tujuan dari wawancara penilaian tidak
hanya untuk mendapatkan tanda tangan karyawan pada formulir, tetapi juga untuk
mendapatkan karyawan untuk meningkatkan kinerja di tahun mendatang. Oleh karena
itu, jika wawancara tidak berjalan dengan baik, manajer harus menghentikan sampai
lain waktu. Seperti penundaan memungkinkan manajer dan karyawan beberapa waktu
untuk merenungkan apa yang telah terjadi serta beberapa waktu untuk menenangkan
diri.
3. Jangan takut untuk mengubah penilaian akurat. Manajer baru sering bertanya apakah
mereka bersedia mengubah penilaian jika seorang karyawan menantang itu. Mereka
takut bahwa dengan mengubah penilaian, mereka akan mengakui kesalahan. Mereka
juga takut bahwa perubahan nilai akan menyebabkan peringkat lain ditantang. Aturan
praktis praktis untuk situasi ini adalah apabila hasilnya tidak akurat, mengubahnya,
tapi tidak pernah berubah selama wawancara penilaian. Sebaliknya, jika seorang
karyawan menantang Peringkat dan manajer percaya karyawan memiliki kasus,
manajer harus memberitahu orang bahwa beberapa waktu yang diperlukan untuk
berpikir tentang rating sebelum kembali ke karyawan.
Logika di balik aturan ini adalah sebagai berikut; jika seorang manajer melakukan
pekerjaan yang hati-hati mengevaluasi kinerja, beberapa penilaian akurat akan dibuat.
Tapi tidak ada yang sempurna, dan pada kesempatan, manajer akan berbuat salah.
Ketika kesalahan seperti itu terjadi, manajer harus memperbaikinya. Kebanyakan
karyawan menghormati seorang manajer yang mengakui kesalahan dan
memperbaikinya. Dengan membiarkan waktu untuk merenungkan peringkat, manajer
menghilangkan tekanan untuk membuat keputusan cepat.