EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/768/1/SKRIPSI...
Transcript of EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN ...repository.poltekkes-kdi.ac.id/768/1/SKRIPSI...
-
1
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
PADA BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LANGARA, KABUPATEN
KONAWE KEPULAUAN
SKRIPSI
Penyusun :
ADIBIN
NIM. P00313017052
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
TAHUN 2018
-
2
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
PADA BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LANGARA, KABUPATEN
KONAWE KEPULAUAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan
Penyusun :
A D I B I N
NIM. P00313017052
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI
TAHUN 2018
-
3
-
4
-
5
-
6
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BALITA GIZI KURUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGARA,
KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
Adibin dengan bimbingan Petrus dan Hariani
INTISARI
Latar Belakang : Program Pemberian Makanan Tambahan dengan menggunakan makanan tambahan buatan pabrik sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 di Kabupaten Konawe Kepulauan, akan tetapi angka prevalensi gizi kurus hingga kini masih saja fluktuatif. Berdasarkan data dari puskesmas Langara, sasaran untuk balita gizi kurus menurut BB/TB pada tahun 2016 yang mendapatkan makanan tambahan pabrikan (biskuit balita) yaitu sebanyak 8 orang balita sedangkan pada tahun 2017 sasaran balita gizi kurus meningkat BB/TB yang mendapatkan makanan tambahan berjumlah 11 orang (laporan Puskesmas Langara 2017). Masih adanya kasus gizi kurus inilah yang mendasari peneliti ingin melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Langara. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus berdasarkan indeks BB/TB di Puskesmas Langara, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2018. Metode : Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian evaluasi dengan metode In-Depth Interview (Wawancara Mendalam). Rancangan ini dipilih karena dengan evaluasi dapat diketahui efektivitas program PMT-anak balita yang telah dilaksanakan dalam peningkatan status gizi balita penerima PMT-anak balita. Hasil :. Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam pemberian makanan balita gizi kurus yaitu menggunakan kriteria berdasarkan BB/U. Hal ini terjadi karena pada saat pelatihan dan penentuan sasaran balita gizi kurus yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya (2016) itu bidan yang mngikuti, sehingga sasaran yang di gunakan sasaran tersebut, jadi pada saat distribusi sasaran tersebut yang digunakan. Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh petugas gizi di puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan Kesimpulan : Input program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi makanan tambahan pada balita gizi kurus. Pada proses penentuan sasaran yang digunakan di puskesmas Langara belum sesuai dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan tambahan dari Kementerian Kesehatan. Terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan.
Kata Kunci : Evaluasi, Program PMT, Makanan Tambahan, Balita Gizi Kurus,
-
7
EVALUATION OF ADDITIONAL FOOD PROGRAMS DEFINITELY IN THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER
KONAWE REGENCY OF ISLANDS
Adibin with the guidance of Petrus and Hariani
ABSTRACT Background: Supplementary feeding program using factory-made supplementary food has been carried out since 2015 in Konawe Kepulauan Regency, but the prevalence of lean nutrition is still fluctuating. Based on data from the Langara health center, the target for underweight children under five by BB / TB in 2016 who received additional food manufacturers (toddler biscuits) is as many as 8 children under five while in 2017 the target of underweight nutritional toddlers increased by BB / TB who received 11 additional foods people (Langara Health Center 2017 report). The presence of thin nutrition cases is what underlies the researchers who want to see the Evaluation of Supplementary Feeding at the Langara Health Center. Objective : This study aims to evaluate the Supplementary Feeding Program (SFP) for underweight children under five based on the index of BB / TB in the Langara Health Center, West Wawonii District, Konawe Kepulauan District in 2018. Method : This research is a qualitative descriptive study in the form of evaluation research with the In-Depth Interview method. This design was chosen because with an evaluation it can be known the effectiveness of SFP -toddler programs that have been implemented in improving the nutritional status of under-five children under five. Result : In this study, the target inaccuracy in the provision of lean nutritional toddler food is using criteria based on BB / U. This happened because at the time of training and targeting of underweight children under five which was implemented in the previous year (2016) the midwife followed, so the target used was the target, so when the distribution of the target was used. Based on the results of monitoring the underweight nutrition of underweight children by nutrition workers at the Langara health center, it was found that there was an increase in lean nutritional weight gain when supplementary food was given. Conclusion: Input of lean nutritional supplementary feeding program at Langara health center is sufficient enough to distribute additional food to underweight children under five. In the process of determining the target used in the Langara health center, it is not in accordance with the technical guidelines for implementing supplementary feeding from the Ministry of Health. There was an increase in body weight for underweight children under five when consuming additional food biscuits. Keywords : Evaluation, SFP Program, Supplementary Food, Skinny Nutrition Toddler
-
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami
kendala, tetapi berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah
dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk
itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan ucapan penghargaan kepada
bapak Petrus SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Hariani, SST, MPH selaku
pembimbing II yang telah dengan sabar meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang sangat berharga
kepaada penulis selama menyusun skripsi.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada : 1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kendari 2. Ibu Sri Yunanci V.G, SST, MPH selaku Ketua Jurusan Gizi 3. Bapak Dr. Sultan Akbar Toruntju, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma DIV Gizi 4. Bapak dan Ibu dosen gizi yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaian penulisan proposal skripsi ini.
5. Ibunda Kholipah dan ayahanda Nurhasim yang sangat banyak memberikan bantuan moral, material, arahan dan selalu mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan.
6. Istriku tercinta Nur Hasanah yang selalu memberi semangat dan dukungan hingga skripsi ini selesai
7. Rekan-rekan mahasiswa program studi DIV gizi yang telah banyak
memberikan masukan kepada penulis baik selama dalam mengikuti
perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih
banyak kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya
saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Kendari, Agustus 2018
Penulis
-
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Telaah Pustaka ................................................................................... 5
1. Pengertian Evaluasi ........................................................................................ 5
2. Pemberian Makanan Tambahan ................................................................ 7
3. Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan ............................. 9
4. Pelaksanaan ...................................................................................................10
5. Pemantauan ....................................................................................................11
6. Pencatatan dan Pelaporan .........................................................................12
7. Status Gizi .......................................................................................................13
B. Kerangka Teori................................................................................. 18
C. Kerangka Konsep ........................................................................... 19
-
iii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................... 20
B. Objek Penelitian ............................................................................... 21
C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 21
D. Variabel Penelitian ........................................................................... 22
E. Definisi Operasional ......................................................................... 22
F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ............................................... 23
G. Instrument dan Bahan Penelitian .................................................... 24
H. Prosedur Penelitian .......................................................................... 24
1 Tahap Pra-Penelitian .....................................................................................24
2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ...................................................................24
3 Tahap Pasca Penelitian ................................................................................25
I. Manajemen Data ............................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 27
B. Pembahasan ................................................................................. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 49
B. Saran ............................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................
-
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian ...................................................................... 4
Tabel 2. Klasifikasi status gizi balita (WHO-NCHS) .................................. 17
Tabel 3. Identitas Informan ....................................................................... 21
Tabel 4. Kategori indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) ....... 23
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Desa Di UPTD Puskesmas Langara Tahun 2016 ................................................................................ 28
Tabel 6. Jumlah Makanan Tambahan yang diterima balita kurus ............. 38 Tabel 7. Pemantauan berat badan balita yang mendapat makanan
tambahan .................................................................................... 39
-
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori ......................................................................... 18
Gambar 2 Kerangka Konsep ..................................................................... 19
Gambar 3 Jumlah tenaga kesehatan di UPTD puskesmas Langara ......... 31
Gambar 4 Persentase kenaikan berat badan balita yang mendapatkan PMT 40
-
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Informant consent
3. Dokumentasi penelitian
4. Surat izin penelitian
5. Surat Keterangan telah melakukan penelitian
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan pembangunan kesehatan yang pada dasarnya adalah bagian
yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Anak
balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok rawan gizi
yang sangat perlu mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang
ditimbulkan apabila menderita kekurangan gizi.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita
kurus dan prevalensi balita stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2
%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga menunjukkan kurang
gizi pada anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena
berbagai hal diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang
tidak/kurang bergizi. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016
menujukkan bahwa prevalensi stunting pada balita sebesar 27,5 %, balita
kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko kurus 22,8 % (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013).
Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 diketahui
bahwa prevalensi balita kurus di provensi Sulawesi Tenggara sebesar 8,3 %,
sedangkan prevalensi balita sangat kurus sebanyak 5,1% (PSG 2017).
Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2
tahun (baduta) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius.
-
2
Usia di bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus
masa kritis dalam proses tumbuh kembang anak baik fisik maupun
kecerdasan. Kurus dan stunting pada usia sekolah akan berdampak pada
performa belajar di sekolah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kualitas Sumber Daya Manusia. Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT)
tahun 2014 diketahui bahwa lebih dari separuh balita (55,7%) mempunyai
asupan energi yang kurang dari Angka Kecukupan Energi (AKE) yang
dianjurkan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2014).
Pemberian makanan tambahan ditujukan untuk sasaran kelompok
rawan gizi yang meliputi balita kurus 6-59 bulan maupun anak Sekolah
Dasar/MI dengan kategori kurus yaitu balita dan anak sekolah yang
berdasarkan hasil pengukuran berat badan menurut Panjang Badan/Tinggi
Badan lebih kecil dari minus dua Standar Deviasi (
-
3
mendasari peneliti ingin melihat Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan di
Puskesmas Langara.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka yang menjadi rumusan
masalah adalah Bagaimanakah pelaksanaan program pemberian makanan
tambahan pada balita gizi kurus di Puskesmas Langara, kecamatan.
Wawonii Barat, kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi kurus menurut BB/TB di
Puskesmas Langara, Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe
Kepulauan
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui proses input yang meliputi tenaga, dana dan
sarana, pada program pemberian makanan tambahan anak balita
kurus di Puskesmas Langara
b) Untuk mengetahui proses pelaksanaan Pembrian Makanan
Tambahan pada anak balita kurus di Puskesmas Langara
c) Untuk mengetahui output Pembrian Makanan Tambahan pada anak
Balita kurus di Puskesmas Langara.
d) Untuk mengetahui apakah ada perubahan berat badan pada anak
balita kurus sebelum dan setelah Pemberian Makanan Tambahan
-
4
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi pemerintah khususnya Puskesmas Langara dan
dinas terkait dalam merumuskan kebijakan berhubungan dengan
pemberian makanan tambahan pada anak balita.
2. Sebagai informasi bagi masyarakat khususnya yang berhubungan
dengan anak balita yang mendapatkan makanan tambahan
3. Sebagai wahana belajar bagi peneliti tentang evaluasi Pemberian
Makanan Tambahan anak balita
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi untuk penelitian
selanjutnya dengan objek yang relevan.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1. Keaslian Penenlitian
No Peneliti Judul
penelitian Subyek Metode Persamaan Perbedaan
1.
Sri Wahyuningsih, Mike Indriana Devi
Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan untuk balita gizi buruk Di puskesmas Andong kabupaten Boyolali
Ka. Puskesmas, Ka. Gizi Puskesmas, Bidan desa, dan 3 Ibu pasien gizi kurang
In-Depth Interview (Wawancara Mendalam).
Metode penelitian
1. Tempat, waktu,
2. Terdapat variable tambahan yaitu monitoring pemberian PMT pada balita
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengertian Evaluasi
Muhadjir dalam Widodo (2013:112), mengatakan bahwa evaluasi
kebijakan publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh
suatu kebijakan dapat membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan
antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan publik
yang ditentukan.
Jones dalam Widodo (2013:113), mengatakan bahwa evaluasi
sebagai suatu aktivitas yang dirancang untuk menilai hasil kebijakan
pemerintah yang mempunyai perbedaan yang sangat
pentingdalamdalam spesifikasi objeknya, teknik-teknik pengukurannya
dan metode analisisnya. Jadi evaluasi adalah aktivitas untuk menilai
kebijakan publik hanya saja spesifikasi mengacu pada tujuan dan kriteria
yang harus dievaluasi pada proses kebijakan publik.
Secara keseluruhan dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa evaluasi kebijakan adalah kegiatan menilai dan membandingkan
kebijakan publik yang telah diimplementasikan menggunakan kriteria-
kriteria tertentu serta melihat hasil yang dicapai atau tujuan dari target
kebijakan yang telah dilaksanakan untuk melihat tingkat keberhasilan dan
kegagalan kebijakan publik.
Tujuan Evaluasi Kebijakan Menurut Subarsono (2008:120),
evaluasimemiliki beberapa tujuan yang dapat dirincisebagai berikut :
-
6
a) Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka
dapat diketahui derajad pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
b) Mengukur tingkat efisien suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat
diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
c) Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu
tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas
pengeluaran atau putput dari suatu kebijakan.
d) Mengukur dampak suat kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi
ditunjukkan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak
positif maupun negatif.
e) Untuk mengetahi apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan
untuk mengatahuiadanyapenyimpangan yang mungkin terjadi, dengan
cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian
target.
f) Sebagai bahan masukan/input untuk kebijakan yang akan datang.
Evaluasi memiliki fungsi dalam analis kebijakan menurut Dunn
(2003:609), antara lain sebagai berikut :
a) Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauhkebutuhan, nilai dan
kesempatan telah dapat dicapai melalui tindakan publik.
b) Evaluasi memberi sumbangan pada klasifikasi dan kritik terhadap
nilai- nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.
c) Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode
analisis kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan
rekomendasi.
-
7
2. Pemberian Makanan Tambahan
Dalam juknis Kemenkes RI 2017 tentang Pemberian makanan
tambahan dijelaskan bahwa Makanan Tambahan Balita adalah
suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk biskuit
dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral
yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan
kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan, makanan
tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air Susu ibu
(MP-ASI).
Pemberian PMT ditujukan untuk mengatasi penyebab langsung
terjadinya gizi buruk. Sedangkan untuk jangka panjang, dibutuhkan
suatu program berupa kegiatan yang secara tidak langsung dapat
mengatasi akar masalah dari penyebab tersebut. Kegiatan tersebut
meliputi usaha peningkatan pendapatan keluarga, pemanfaatan
pekarangan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, penyediaan
sumber daya yang mendukung penyelanggaraan pelayanan kesehatan
dan gizi (Kemenkes RI, 2017).
2.1. Tujuan
Pemberian makanan tambahan bertujuan untuk memperbaiki
keadaan gizi pada anak golongan rawan gizi yang menderita gizi
kurus BB/TB, dan diberikan dengan kriteria anak balita yang tidak
sakit ketika diberikan PMT (Kemenkes RI, 2017).
Program PMT dilaksanakan sebagai bentuk intervensi gizi
dengan tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan status
-
8
gizi, khususnya pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita, ibu
hamil, ibu nifas yang menderita KEK (Kemenkes RI, 2017).
2.2. Jenis Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
a) Pemberian Makanan Tambahan Penyuluhan
Pemberian makanan tambahan penyuluhan merupakan
salah satu cara untuk memulihkan penderita gizi kurus secara
langsung, PMT penyuluhan lebih merupakan sarana bagi
penyuluhan gizi bagi orang tua dan balita. PMT penyuluhan
diselenggarakan sekali sebulan yaitu sesuai dengan jadwal
penimbangan, sasarannya adalah semua anak balita bukan
penderita gizi buruk saja. Dengan tujuan penyuluhan maka
harus diusahakan setiap ibu mendapatkan giliran memasak
makanan untuk PMT. Makanan yang dimasak kemudian dibagi-
bagikan kepada anak-anak yang ditimbang pada saat posyandu
atau diluar jadwal posyandu.
Hasil PMT penyuluhan tidak dapat diukur sehingga tidak
dapat diketahui secara pasti dampaknya terhadap pemeliharaan
gizi anak balita (Moehji, 2009:52).
b) Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
Program pemberian makanan tambahan pemulihan
merupakan program yang ditujukan kepada balita yang sudah
dinyatakan gizi buruk. Intervensi berupa pemberian makanan
yang jumlah dan jenis kandungan zat gizinya sudah diatur.
Jenis makanan yang diberikan haruslah padat gizi (Moehji,
2009:50).
-
9
3. Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
3.1. Persiapan / Perencanaan
Perencanaan meliputi penyusunan jadwal pelaksanaan,
penggunaan dana, mengidentifikasi calon sasaran penerima PMT,
serta melakukan sosialisassi terhadap masyarakat dan keluarga
balita (Ningrum, 2006) dalam Alita (2013).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses persiapan
menurut Kemenkes RI 2017 adalah sebagai berikut :
a) Kecamatan/Puskesmas
Melakukan sosialisasi dari Puskesmas ke kader tentang
rencana pelaksanaan PMT yang menggunakan dana
penunjang kesehatan merujuk pada juknis BOK. Rapat
koordinasi dan organisasi pelaksana untuk menentukan lokasi,
jenis PMT, alternatif pemberian, penanggung jawab, pelaksana
PMT pemulihan (menggunakan dana kegiatan lokakarya mini
dari BOK). Konfirmasi atatus gizi calon penerima PMT.
Penentuan jumlah dan alokasi sasaran.
b) Desa/Kelurahan/Pustu/Poskesdes
Rekapitulasi data sasaran balita berdasarkan kelompok
umur dan jenis kelamin. Mengirim data balita sasaran yang
akan mendapat PMT pemulihan ke puskesmas. Pembinaan
pelaksanaan PMT pemulihan termasuk penyusunan menu
makanan tambahan.
c) Dusun/RW/Posyandu
Pendataan sasaran balita sesuai kriteria prioritas sasaran
diatas dan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.
-
10
Menyampaikan data calon sasaran penerima PMT ke
desa/kelurahan, pustu/poskesdes untuk dikonfirmasi status
gizinya. Menerima umpan balik mengenai jumlah sasaran
penerima PMT pemulihan dari puskesmas serta
menyampaikannya kepada ibu balita sasaran. Membentuk
kelompok ibu balita sasaran. Merencanakan pelaksanaan PMT
pemulihan (jadwal, lokasi, jenis dan bentuk PMT pemulihan,
alternatif pemberian, penanggung jawab, pelaksana PMT
pemulihan).
4. Pelaksanaan
4.1 Pendistribusian
Proses pendistribusian sesuai dengan petunjuk teknis
dari Kementerian Kesehatan tentang pemberian makanan
tambahan antara lain sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan Provinsi bersama dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota membuat rencana distribusi Makanan
Tambahan ke masing-masing Puskesmas berdasarkan data
sasaran di tiap Puskesmas.
2. Dinas Kesehatan Provinsi melalui Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menginformasikan secara tertulis ke
Puskesmas tentang jumlah dan waktu penerimaan MT yang
akan didistribusikan ke masing-masing Puskesmas, agar
Puskesmas mengetahui jumlah MT yang akan diterima dan
mempersiapkan tempat penyimpanan yang memenuhi syarat
-
11
3. Pada kondisi dimana tidak memungkinkan MT dikirim langsung
dari Dinas Kesehatan Provinsi ke Puskesmas karena alasan
tertentu missal keterbatasan tempat penyimpanan atau kondisi
geografis yang sulitdijangkau, maka sebagai alternatif MT dari
Dinkes Provinsi dapat dikirim ke puskesmas melalui Dinkes
Kabupaten/Kota.
4. Setelah MT diterima di Puskesmas, petugas Puskesmas
membuat tanda terima yang memuat jumlah dan jenis MT. Bukti
penerimaan barang yang asli diserahkan ke pihak pengirim
barang dan tembusan dikirim ke Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota.
5. Penanggungjawab gudang Puskesmas melakukan pencatatan
dan pelaporan administrasi gudang, yaitu dengan membuat
Surat Bukti Barang Masuk (SBBM), Surat Bukti Barang Keluar
(SBBK), Kartu Persediaan Barang (KPB)
6. Puskesmas mengirim MT ke sasaran melalui Posyandu atau unit
pelayanan kesehatan lainnya melalui Bidan di Desa (BDD) atau
petugas yang ditunjuk/kader.
7. BDD atau petugas yang ditunjuk/kader mendistribusikan MT ke
sasaran dan mencatat jumlah MT yang telah didistribusikan
5. Pemantauan
Pemantauan dilakukan setiap bulan selama pelaksanaan PMT.
Pemantauan meliputi pelaksanaan PMT, pemantauan berat badan
setiap bulan, sedangkan pengukuran panjang/tinggi badan hanya pada
-
12
awal dan akhir pelaksanaan PMT. Pemantauan dilakukan oleh kepala
puskesmas, tenaga pelaksana gizi (TPG) puskesmas atau bidan.
Pemantauan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dilakukan setiap
bulan meliputi pelaksanaan PMT, keberhasilan program dalam
menanggulangi gizi kurang dan memastikan bahwa paket makanan
benar-benar dikonsumsi oleh balita gizi kurang (Kemenkes RI, 2017).
6. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan konsumsi MT juga dilakukan dalam
bentuk elektronik melalui aplikasi e-PPGBM yang merupakan bagian dari
sistem informasi gizi terpadu untuk mencatat data sasaran individu baik
data penimbangan, pengukuran maupun pelayanan lainnya dan dapat
diakses melalui http://sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id. Aplikasi ini dapat
memberikan umpan balik secara langsung berdasarkan status gizi
sasaran. Menu entri Konsumsi MT, berguna untuk merekam jumlah dan
jenis MT yang diterima serta menyajikan informasi berupa grafik
perubahan berat badan.
Pencatatan dan pelaporan dilakukan secara berjenjang sebagai
berikut:
a) Puskesmas
Puskesmas memberikan MT kepada balita kurus dan ibu
hamil KEK kemudian dicatat ke dalam formulir pencatatan bantu di
Puskesmas. Hasil pencatatan pada formulir bantu kemudian di entri
kedalam aplikasi ePPGBM agar dapat diamati perubahan
pertumbuhan berat badan dan status gizinya
http://sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id/
-
13
b) Kabupaten/Kota dan Provinsi
Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah
dientri oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan
dianalisis oleh kabupaten/kota secara online melalui menu konsumsi
PMT Umpan balik dapat dilakukan setiap saat
c) Provinsi
Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah
dientri oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan
dianalisis oleh provinsi online melalui menu konsumsi PMT Umpan
balik dapat dilakukan setiap saat secara berjenjang
d) Pusat
Data sasaran balita dan ibu hamil penerima MT yang sudah
dientri oleh puskesmas ke dalam aplikasi ePPGBM dapat amati dan
dianalisis oleh pusat online melalui menu konsumsi PMT. Umpan
balik dapat dilakukan setiap saat secara berjenjang.
7. Status Gizi
a. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh
seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier,
2005).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variabel tertentu. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absobsi,
-
14
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa,
2012:17-18)
b. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk
menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi
kurang maupun gizi lebih. Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu
1. Penilaian Langsung
a) Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status
gizi yang berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak dibawah kulit
(Supariasa, 2012:36)
b) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak
cukupan zat gizi. Hal in dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial
epithlial tissues). Seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh
seperti kelenjar tiroid.
-
15
c) Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
specimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot.
d) Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan.
2. Penilaian status gizi secara tidak langsung
a) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status
gizi secara tidak langsung dengan melihat jumah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator
penilaian tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
-
16
c) Faktor Ekologi
Pengukuran status gizi yang didasarkan atas tersedianya
makanan yang dipengaruhi oleh faktor ekologi. Penilaian status gizi
dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi
karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor
fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi
digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah
(malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat
berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2012:19-21).
c. Klasifikasi Status Gizi
Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1) Kecukupan gizi atau gizi seimbang
Dalam hal ini asupan gizi seimbang dengan kebutuhan gizi
seseorang yang bersangkutan.
2) Gizi kurang
Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat yang timbul
karena tidak cukup makan, dengan demikian konsumsi energi dan
protein kurang selama jangka waktu tertentu.
3) Gizi lebih
Keadaaan patologis (tidak sehat) yang disebabkan
kebanyakan makan (Krisno, 2009)
Menurut Menkes No. 9201 menkes/SK/VIII/2002 status gizi
ditentukan berdasarkan Z–SCORE berdasarkan berat badan (kg)
terhadap umur (bulan) yang diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Gizi Lebih : apabila berat badan balita berada > +2 SD
b) Gizi Baik : apabila berat badan balita berada antara
-
17
c) Gizi Buruk : apabila berat badan balita 2SD
Gizi baik ≥-2SD sampai 2SD
Gizi kurang
-
18
Faktor Lingkungan
Faktor Lingkungan
Keberhasilan
Program PMT
Evaluasi Kegiatan PMT-P
b. Kerangka Teori
input (Masukan)
1. Sarana 2. Dana 3. Tenaga
Proses 1. Persiapan 2. Pelaksanaan 3. Pemantauan 4. Pencatatan dan Pelaporan
Output/Keluaran 1. Cakupan kegiatan 2. Ketepatan
a. Sasaran b. Distribusi c. Waktu
Monitoring
Indikator keberhasilan
Balita gizi kurus sembuh
Gambar 1 Kerangka Teori
Sumber : Monica Hadiriesandi 2016
-
19
-
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif berupa penelitian
evaluasi dengan metode In-Depth Interview (Wawancara Mendalam).
Rancangan ini dipilih karena dengan evaluasi dapat diketahui efektivitas
program PMT-anak balita yang telah dilaksanakan dalam peningkatan status
gizi balita penerima PMT-anak balita. Subjek penelitian adalah kepala
puskesmas yang telah bertugas selama 2 tahun sebagai kepala Puskesmas
Langara serta dua petugas pengelola PMT-anak balita yang terdiri dari
petugas gizi puskesmas dengan latar belakang pedidikan S1 gizi yang telah
bertugas selama 2 tahun sebagai petugas gizi Puskesmas Langara.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang
direkam pada tape recorder dengan kepala puskesmas dan pengelola
program PMT-anak balita, serta dengan menggunakan check list dokumen.
Analisis data dengan cara hasil wawancara ditranskripkan dalam catatan
tertulis dan dikelompokkan sesuai dengan bidang-bidang yang akan dianalisis
kemudian dilakukan penafsiran data secara narasi dan interpretasi kemudian
dibandingkan dengan standar Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan
dan teori dari beberapa pustaka.
-
21
B. Informan
1. Jumlah Informan
Jumlah informan dalam penelitian ini ada 3 orang.
a. Informan pertama (I) kepala puskesmas Langara
b. Informan ke dua (II) Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) dan
c. Informan ke tigas (III) Bidan Desa.
2. Identitas Informan
Tabel 3. Identitas Informan
Informan Ke
Inisial Nama
Jenis Kelamin
Umur
(Thn) Pendidikan Jabatan
Informan I
HN Perempuan 48 S1 Kepala
Puskesmas
Informan II
SS Perempuan 31 D4 Gizi Tenaga Gizi Puskesmas
Informan III
IA Perempuan 24 D3
Kebidanan Bidan desa
C. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, tenaga pelaksana
gizi (TPG) dan bidan desa.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Langara, Kecamatan
Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan selama dua hari dimulai pada
tanggal 30 s/d 31 juli tahun 2018.
-
22
E. Variabel Penelitian
Adapun yang menjadi Variabel penelitian
1. Input (tenaga, dana dan sarana) Pemberian Makanan Tambahan pada
balita kurus
2. Proses Pemberian Makanan Tambahan pada anak balita kurus.
3. Perubahan berat badan sebelum dan setelah pemberian PMT
F. Definisi Operasional
1. Evaluasi yang ingin diamati dalam penelitian ini yaitu meliputi input (tenaga,
dana dan sarana), proses pendistribusian PMT dan melihat apakah ada
perubahan sebelum dan setelah pemberian makanan tambahan.
2. Makanan Tambahan Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan
tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi
dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita
usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. (Kemenkes RI 2017).
3. input merupakan bagian dari sistem yang bertugas untuk menerima data
masukan yang digunakan sebagai komponen penggerak/ menangkap
data/pemberi tenaga dimana sistem itu dioperasikan atau yang akan
dimasukan yang berupa dokumen-dokumen dasar. Input dalam penelitian
yaitu meliputi tenaga, dana dan sarana.
4. Proses dalam penelitian ini yaitu persiapan, pelaksanaan, pemantauan,
pencatatan dan pelaporan.
5. Perubahan berat badan yaitu terjadinya kenaikan berat badan setelah
pemberian makanan tambahan pada balita kurus.
-
23
6. Dalam penelitian ini status gizi balita di nilai menggunakan indeks Berat
Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Tabel 4. Kategori Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
G. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi
alamiah (natural setting), sumber data primer dan teknik pengumpulan lebih
banyak pada wawancara mendalah (indepth interview) dan studi
dokumentasi. Alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data berupa panduan wawancara, buku catatan, dan alat
perekam (Sugiyono, 2012:308).
Teknik pengambilan data primer pada penelitian ini adalah wawancara
mendalam (indepht interview). Wawancara mendalam (indepth interview)
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
wawancara (Saryono, 2010:76). Adapun yang akan diwawancara dalam
penelitian ini yaitu kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi dan bidan desa
yang berhubungan dengan pemberian makanan tambahan. Sementara teknik
pengambilan data sekunder penelitian ini ialah dengan studi literatur.
Pengukuran berat badan dilakukan oleh petugas gizi puskesmas. Data
berat badan dan tinggi badan sebelum dan setelah pemberian diambil dari
laporan programer gizi puskesmas Langara.
Berat Badan Menurut
Tinggi Badan (BB/TB)
Gemuk >2SD
Normal ≥-2SD sampai 2SD
Kurus
-
24
H. Instrument dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
berupa panduan wawancara, buku catatan, alat perekam, timbangan dan alat
pengukur Tinggi/Panjang badan.
I. Prosedur Penelitian
Kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1. Tahap Pra-Penelitian Tahap awal penelitian adalah kegiatan yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian. Adapun kegiatan pada awal penelitian adalah :
a) Melakukan studi pustaka dengan mencari data awal melalui dokumen-
dokumen yang relevan, sehingga didapatkan rumusan masalah yang
ingin diteliti.
b) Mengurus perijinan studi pendahuluan dari Poltekkes Kemenkes
Kendari Jurusan Gizi (Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
Kepulauan dan Puskesmas Langara).
c) Penyerahan surat ke Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Kepulauan
dan Puskesmas Langara.
d) Melakukan studi pendahuluan ke lapangan.
e) Menyusun proposal skripsi yang berjudul “Evaluasi Program
Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita Gizi Kurus BB/TB di
Wilayah Kerja Puskesmas Langara, Kabupaten Konawe Kepulauan”.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
-
25
a) Pelaksanaan wawancara (indepth interview) kepada informan
(sumber data primer) yang telah ditentukan.
b) Pencatatan, analisis singkat, dan pengambilan foto pada setiap
langkah yang dilakukan.
3. Tahap Pasca Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :
a) Perangkuman semua data wawancara yang telah dikumpulkan,
membuat catatan yang rapi untuk kemudian diserahkan kepada
pembimbing sebagai data mentah.
b) Pembandingan data hasil wawancara dengan data sekunder yang
terkait dengan pelaksanaan program pemberian makanan tambahan
pemulihan.
c) Analisis data dan membandingkan dengan petunjuk teknis program
pemberian makanan tambahan balita
d) Penyajian data dan pembuatan simpulan dalam bentuk laporan skripsi.
J. Manajemen Data
Setelah peneliti melakukan pengambilan data di lapangan, maka akan
diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui manajemen data. Manajemen data merupakan proses merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan
dengan langkah mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang tidak perlu.
Manajemen data digunakan untuk menghasilkan hipotesis mengenai
komposisi dari hasil lapangan. Sehingga memberikan gambaran data yang
-
26
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengambilan data
selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2012:247).
Dalam penelitian ini, penyajian data yang digunakan adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
-
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
UPTD Puskesmas Langara yang terletak di Kecamatan Wawonii
Barat di Desa Langara Iwawo dan pada akhir bulan Maret bangunan
baru UPTD Puskesmas Langara yang terletak di Desa Kawa-kawali
resmi di gunakan sebagai tempat pelayanan kesehatan yang di pimpin
oleh Ibu Hairunisai, SKM. UPTD Puskesmas Langara merupakan salah
satu Puskesmas dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Konawe
Kepulauan terdiri dari 1 kelurahan dan 15 desa dengan 48 dusun.
Secara geografis Kecamatan Wawonii Barat tergolong dataran dengan
topografi datar dan berbukit. Apabila dilihat dari peta Kabupaten
Konawe Kepulauan, maka Kecamatan Wawonii Barat terletak di bagian
Timur Kota Kendari.
Kecamatan Wawonii Barat memiliki luas wilayah sebesar 130 Km
dari luas Kabupaten Konawe Kepulauan. Desa terluas adalah Langara
Iwawo dengan luas 18 Km dari luas seluruh Kecamatan Wawonii
Barat,adapun Desa Wawobili dan Kawa-Kawali merupakan desa
dengan luas wilayah terkecil yaitu 3 Km.
Dalam mengakses dari Ibu kota kecamatan ke seluruh desa di
wilayah Kecamatan Wawonii relative mudah. Hal tersebut didukung oleh
kondisi jalan yang cukup baik sehingga memudahkan dan
memperlancar arus kendaraan baik roda empat maupun roda dua.
-
28
Kabupaten Konawe Kepulauan mempunyai batas-batas wilayah:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Wawonii Utara;
b. Sebelah timur berbatasan dengan Laut Banda;
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Wawonii Tengah; dan
d. sebelah barat berbatasan dengan Selat Wawonii.
Luas wilayah Kecamatan Wawonii Barat 9.913 Ha, jumlah
penduduk menurut kecamatan pada tahun 2016, disajikan dalam tabel 3
sebagai berikut:
Tabel 5
Jumlah Penduduk Menurut Desa
Di UPTD Puskesmas Langara
Tahun 2016
NO DESA JUMLAH
PENDUDUK
Luas
(Ha)
1 LANGARA BAJO 473 8
2 MATA LANGARA 481 8
3 LANGARA INDAH 688 12
4 LAMOLUO 512 8
5 MATABAHO 362 6
6 LANGARA IWAWO 1036 18
7 KEL. LANGARA LAUT
1270 14
8 BUKIT PERMAI 147 11
9 WAWOBILI 185 6
10 WAWOLAA 419 3
11 L. TANJUNG BATU 466 7
12 PASIR PUTUH 267 5
13 LANGKOWALA 461 6
14 LANOWATU 164 10
15 LANTULA 218 5
16 KAWA-KAWALI 314 3
Jumlah 7463 130
Sumber: Data Rill Sasaran Gizi KIA tahun 2016
-
29
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa Kelurahan Langara Laut
merupakan jumlah penduduk yang paling tertinggi yaitu 1.270 jiwa
sedangkan Desa Bukit Permai jumlah penduduk yang paling terendah
yaitu 147 jiwa.
2. Sarana Kesehatan.
1. Data Dasar Puskesmas.
Puskesmas Langara merupakan Pukesmas Perawatan yang
dilengkapi sarana dan prasarana dan tenaga Dokter. Tenaga dokter
yang ada sangat terbatas, hal ini perlu dipertimbangkan untuk
penambahan tenaga medis serta paramedis lainnya. Ini berkaitan
dengan pertumbuhan jumlah penduduk, tuntutan kebutuhan pelayanan
kesehatan yang cepat, bermutu dan profesional. Pengembangan dan
peningkatan Puskesmas dengan pelayanan paripurna di tahun
mendatang di Puskesmas Langara perlu dilakukan dengan
mempertimbangkan wilayah gugus pantai di Pulau Wawonii Barat
Kabupaten Konawe Kepulauan.
Sedangkan untuk Puskesmas Pembantu dan Polindes yang ada
saat ini juga merupakan Aset dari Pemerintah Kabupaten Konawe baik
pembangunan melalui proyek Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
maupun pembangunan melalui proyek PNPM yang ada di Kecamatan
Wawonii Barat Kabupaten Konawe Kepulauan, selain itu saat ini di
UPTD Puskesmas Langara juga telah dibangun beberapa rumah dinas
yang nantinya dapat digunakan oleh para tenaga pegawai yang ada
dipuskesmas.
-
30
Akses pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat
terutama keluarga miskin di Kecamatan Wawonii Barat pada masa ini
masih merupakan permasalahan, dimasa datang perlu mendapatkan
perhatian dan penanganan yang sungguh-sungguh. Cakupan Sarana
Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas Langara Tahun 2016. Yaitu 4
Polindes, 1 Puskesmas dan 16 Posyandu.
Dimasa mendatang sarana kesehatan dasar yang ada sangat perlu
mengalami perbaikan/renovasi dan pembangunan yang baru, selain itu juga
perlunya penambahan peralatan kesehatan dan penunjang lainnya dan
sumber daya kesehatan baik medis maupun paramedis guna meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik di UPTD Puskesmas Langara.
2. Tenaga Kesehatan.
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai tenaga kesehatan
yang memiliki kemampuan upaya melaksanakan upaya kesehatan dengan
paradigma hidup sehat, yang mengutamakan upaya peningkatan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pengadaan tenaga
kesehatan di laksanakan melalui upaya pendidikan dan pengembangan
tenaga kesehatan melalui pelatihan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Konawe Kepulauan tahun 2018,
selengkapnya disajikan pada Grafik. 1 sebagai berikut ini:
-
31
Gambar. 3 Jumlah Tenaga Kesehatan Di UPTD Puskesmas Langara Tahun 2018
Sumber : Data Puskesmas Langara 2018
Gambar 3 menunjukkan bahwa tenaga kesehatan yang ada di
UPTD Puskesmas Langara sebesar 53 orang. Tenaga Kesehatan
profesi gizi di Puskesmas Langara berjumlah 3 orang terdiri dari 1
Pegawai Negri Sipil dan 2 orang tenaga kontrak. Tenaga Kesehatan
yang tertinggi yaitu perawat sebesar 17 orang dan Tenaga Kesehatan
yang terendah yaitu dr. Umum, Perawat Gigi, Farmasi dan SMK Kes.
sebesar 1 orang.
3. Penilaian Input
a. Petugas
Petugas adalah orang yang bertanggung jawab dan
mengkoordinir program pemberian makanan tambahan biskuit MP-
ASI kepada balita kurus 6-59 bulan di wilayah kerja puskesmas.
Jumlah petugas gizi yang melakukan pendistribusian biskuit Makanan
Tambahan di puskesmas Langara berjumlah 3 orang. Selain itu
dalam proses pendistribusian petugas gizi dibantu oleh bidan dan
1
7
1617
3
3
31 1 1
02468
10121416
TENAGA KESEHATAN
-
32
kader posyandu. Petugas gizi mendapatkan pelatihan tentang
pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI di tingkat Kabupaten
dengan pemateri yang berasal dari Dinas Kesehatan Provensi
Sulawesi Tenggara.
b. Dana
Dalam pelaksanaan suatu program intervensi, seperti program
pemberian makanan tambahan biskuit MP-ASI diperlukan dana yang
cukup untuk pendistribusian. Dana yang digunakan untuk
pelaksanan pendistribusian pemberian makanan tambahan di
Puskesmas Langara berasal dari dana Bantuan Oprasional
Kesehatan (BOK) tahun 2018. Adapun dana yang digunakan dalam
pendistribusian biskuit MP-ASI ini yaitu berupa biaya transportasi
perjalanan dinas dari puskesmas Langara ke desa balita gizi kurus
yang akan diberikan biskuit MP-ASI.
c. Sarana
Sarana dalam pelaksanaan pemberian makanan tambahan
biskuit MP-ASI berupa soft copy petunjuk teknis pelaksanaan
pemberian makanan tambahan MP-ASI serta formulir pencatatan dan
pelaporan. Selain itu adapula kendaraan dinas roda dua berupa
sepeda motor yang di gunakan oleh petugas gizi untuk menunjang
dalam proses pendistribusian makanan tambahan biskuit MP-ASI.
-
33
4. Proses
Program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus
merupakan program pencegahan dan penanggulangan balita gizi kurus
berupa pemberian makanan tambahan kepada balita penderita gizi
kurus selama 90 hari berturut-turut. Dalam pelaksanaan program
pemberian makanan tambahan pemulihan di wilayah Kabupaten
Konawe Kepulauan menggunakan petunjuk teknis dari Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017. Pelaksanaan program
pemberian makanan tambahan pemulihan terdiri dari :
1. Persiapan program pemberian makanan tambahan pemulihan.
2. Pelaksanaan program pemberian makanan tambahan pemulihan.
3. Pemantauan pelaksanaan program pemberian makanan tambahan
pemulihan.
4. Pencatatan dan pelaporan hasil dari program pemberian makanan
tambahan pemulihan.
4.1 Persiapan Bagian ini akan membahas mengenai bagaimana persiapan
sebelum program pemberian makanan tambahan pemulihan
dilaksanakan meliputi penentuan balita sasaran penerima makanan
tambahan, menentukan makanan yang akan diberikan, membentuk
kelompok ibu balita sasaran, sosialisasi program dan penyuluhan.
Menurut Alita (2013), persiapan menjadi penentu berjalannya
suatu kegiatan atau program. Apabila suatu kegiatan dipersiapkan
dengan baik maka akan memberikan peluang keberhasilan kegiatan
-
34
tersebut.
a. Penentuan Balita Sasaran
Sebelum kegiatan pemberian makanan tambahan dilaksanakan
terlebih dahulu petugas gizi menentukan sasaran balita yang akan diberi
makanan tambahan pemulihan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
tenaga pelaksana gizi di Puskesmas Langara mengatakan bahwa
balita yang mendapatkan paket makanan tambahan pemulihan seharusnya
yaitu balita usia 6-59 bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau
BB/TB dibawah -2 SD dan di utamakan keluarga yang kurang mampu. Berikut
petikan hasil wawancara dengan informan utama :
Kotak 1 ( Informan 2, SS, 31 thn)
“yang jadi sasaran dapat makanan tambahan kan balita gizi kurus berdasarkan BB/TB, yang di utamakan keluarga yang kurang mampu dan tidak sedang dalam perawatan. Apabila pada saat pemberian balita tersebut sembuh maka dialihkan pada balita gizi kurus yang lain. Sasaran balita tahun 2018 ini balita gizi kurang BB/U, seharusnya kan BB/TB tapi waktu pelatihan tahun sebelumnya itu bidan yang ikut, sasaran yang di pake itu, jadi saya cuman melanjutkan. Biskuit yang di kasi ini sebetulnya kan untuk tahun 2017 tapi biskuitnya nanti datang akhir tahun jadi distribusinya tahun ini (2018)”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 tahun)
terkait penentuan sasaran balita penerima paket makanan tambahan di
wilayah kerja Puskesmas Langara yaitu dengan melihat dari
penimbangan berat badan balita dengan indikator BB/U berada di bawah
-2 SD.
Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan
sasaran balita penerima makanan tambahan di puskesmas Langara belum
sesuai dengan JUKLAK karena menggunakan indicator BB/U sedangkan
-
35
yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2017 bahwa Sasaran
utama makanan tambahan (MT) Balita adalah balita kurus usia 6-59 bulan
dengan indikator Berat Badan (BB) menurut Panjang Badan (PB)/Tinggi
Badan (TB) kurang dari minus 2 standar deviasi (
-
36
berupa biskuit pabrikan yang telah diberikan dari Kementerian
Kesehatan.
4.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan distribusi makanan tambahan di lakukan oleh petugas gizi
di bantu dengan bidan desa dan kader posyandu. Jadwal distribusi
pemberian makanan tambahan di sesuaikan dengan jadwal posyandu
yang telah di tetapkan oleh puskesmas Langara. Sesuai hasil
wawancara yang dilakukan kepada petugas gizi didapat informasi
bahwa distribusi makanan di lakukan pada saat posyandu, selain itu ada
juga yang datang langsung mengambil makanan tambahan di
puskesmas Langara dan sebagian ada juga yang mengambil makanan
tambahan di polindes. Berikut petikan wawancara dengan informan:
Kotak 3 (Informan 2, SS 31 thn)
“Kalo pengambilanya itu, balita ada yang kami berikan di tempat posyandu, karena jadwalnya posyandu kan sudah terjadwal jadi pemberian di tempat posyandu ada, ada juga balita yang datang langsung ke puskesmas karena kebutulan puskesmas kami dengan kawasan masyarakat balita dekat jadi ada balita juga orang tuanya datang langsung ambil di puskesmas. Ada juga yang kami salurkan lewat bidannya. Bisa dititip ke bidan nanti diambil dipolindesnya”.
4.3 Pemantauan
Berdasarkan hasil wawancara pemantauan yang dilakukan dalam
program pemberian makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu
dengan melihat perkembangan berat badan balita yang di pantau setiap
bulannya ketika datang posyandu. Selain itu ada juga pemantauan yang
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten dan dinas kesehatan
-
37
provensi untuk melihat gudang penyimpanan dan proses pelaksanaan
distribusi makanan tambahan. Berikut petikan wawancara dengan
informan.
Kotak 4 (Informan 2, SS 31 thn)
“Iya, kalo kemarin pas pengadaan datang dinas kabupaten dan dinas provinsi datang memantau terus setelah beberapa minggu dinas provensi datang kembali untuk melihat penyaluran dan penyimpanannya. Terus ini kalo dinas kabupaten sendiri setiap bulan ada memantau pemberiannya. Kalo dari kami sesuai juklaknya kami ikuti. Dilihat dulu balitanya, terus pencatatannya, terus hasil akhirnya kita pantau, balita yang menerima suka atau tidak juga kami melakukan pencatatan”. “Kalo dari kepala puskesmas sendiri karena setiap bulan kan kami adakan MINLOK jadi setiap bulan kami laporkan berapa yang balita kurus terus berapa setok PMT yang ada”.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyatan kepala
puskesmas. Berikut petikan wawancara dengan kepala puskesmas terkait
pertanyaan pemantauan distribusi makanan tambahan di puskesmas
Langara.
Kotak 5 (Informan 2, SS 31 thn)
“Pada saat awal di temukan itu setiap minggu saya pantau, sudah sejauh mana perkembangannya terutama memantau berat badannya. Selain itu juga kita melakukan Mini Lokakarya (MINLOK), jadi petugas gizinya melaporkan perkembangannya pada waktu MINLOK”.
4.4 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan distribusi makanan tambahan balita gizi kurus
di puskesmas Langara dilakukan setiap bulan. Berikut petikan
wawancara dengan informan :
Kotak 6 (Informan 2, SS 31 thn)
-
38
“Pencatatanya kami lakukan setiap pemberian, kebetulan pemberianya kan setiap bulan jadi pencatatanya juga setiap bulan. Yang dicatat yang pertama ada sasaranya, kami lihat juga status gizinya, terus setiap bulan kami lihat bagaimana perkembangan berat badanya terus adan juga pencatatnya sudah berapa banyak jumlah yang di berikan. Kalo pelaporannya setiap bulan kita laporkan ke dinas kesehatan provinsi”.
5. Penilaian Output
a. Ketepatan Jumlah
Tabel 6. Jumlah makanan tambahan yang di terima balita kurus
Sumber : Laporan bulanan Puskesmas Langara 2018
NO NAMA BALITA TANGGAL
LAHIR
JUMLAH PMT
YANG
DIBERIKAN
1 As 07/11/2016 7 Dos
2 AR 22/11/2016 8 Dos
3 DA 10/08/2014 4 Dos
4 ES 11/10/2016 8 Dos
5 LD 17/01/2016 8 Dos
6 A 05/06/2013 6 Dos
7 Ah 19/01/2017 8 Dos
8 NH 28/09/2015 6 Dos
9 NK 15/12/2016 8 Dos
10 Bs 05/10/2015 2 Dos
11 RP 17/03/2017 4 Dos
12 S 08/06/2016 4 Dos
13 H 13/10/2016 9 Dos
14 SA 24/06/2015 8 Dos
15 JH 12/12/2015 7 Dos
16 Ft 21/03/2015 8 Dos
-
39
Dari tabel 6 dapat di ketahui bahwa jumlah balita yang
mendapat makanan tambahan pada tahun 2018 yaitu berjumlah 16
orang.
b. Perubahan Berat Badan
Sebelum pemberian makanan tambahan balita di ukur berat
badanya. Kemudaian selama 3 bulan pemberian makanan tambahan
berat badan balita dipantau setiap bulan. Balita gizi kurus di ukur
berat badanya setiap bulan di posyandu. Dari hasil pengukuran berat
badan yang di lakukan oleh petugas gizi puskesmas Langara selama
3 bulan di peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel. 7 Pemantauan berat badan balita yang mendapat Makanan Tambahan
S
u
m
b
e
r
:
Laporan bulanan Puskesmas Langara 2018
NO NAMA
BALITA TANGGAL
LAHIR
BERAT BADAN (kg)
Sebelum Pemberian
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
1 As 07/11/2016 6,5 7 7,6 8
2 AR 22/11/2016 7,1 7,5 7,9 8,3
3 DA 10/08/2014 10,2 10,5 11 11,6
4 ES 11/10/2016 6,6 7,5 7,8 8,1
5 LD 17/01/2016 8,1 8,5 9,3 10
6 A 05/06/2013 11,5 12,5 13,2 13,6
7 Ah 19/01/2017 7,3 7,7 8,1 8,6
8 NH 28/09/2015 8,6 9,1 9,7 10,4
9 NK 15/12/2016 6,4 7 7,6 8,1
10 Bs 05/10/2015 8,7 9,3 9,9 10,3
11 RP 17/03/2017 6,5 7 7,6 8,2
12 S 08/06/2016 6,7 7,5 8,4 9
13 H 13/10/2016 8 - 8,5 9
14 SA 24/06/2015 10 - - 10,7
15 JH 12/12/2015 8,7 - - 9
16 Ft 21/03/2015 9,5 - - 10
-
40
Gambar 4. Persen Kenaikan berat badan balita yang mendapat PMT
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
7,69
5,63
2,94
13,64
4,94
8,70
5,48 5,81
9,37
6,90 7,69
11,94
- - - -
7.56
16,92
11,27
7,84
18,18
14,81 14,78
10,96 12,79
18,75
13,79
16,92
25,37
6,25
- - -
14.51
23,08
16,90
13,73
22,73 23,46
18,26 17,81
20,93
26,56
18,39
26,15
34,33
12,50
7,00
3,45 5,26
18,16
% Kenaikan Berat Badan Balita yang mendapatkan PMT
% Kenaikan BB Bulan I % Kenaikan BB Bulan II % Kenaikan BB Bulan III
-
41
Gambar 4 menunjukkan grafik persen kenaikan berat badan balita
yang mendapatkan PMT dapat dilihat rata-rata kenaikan berat badan balita
gizi kurus yang mendapatkan makanan tambahan pada bulan pertama
mengalami kenaikan berat badan sebesar 7,56% atau 0.58 kg, pada bulan
kedua rata-rata mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau
sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan ketiga balita yang mendapatkan
makanan tambahan mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,41 kg atau
sebesar 18,16%. Pada gambar 4 juga dapat kita lihat bahwa ada 4 balita
pada bulan pertama dan kedua Pemberian Makanan Tambahan tidak
dilakukan penimbangan berat badan karena balita tersebut tidak datang
posyandu sehingga pemantauan berat badan tidak dapat dilakukan.
B. Pembahasan
Untuk mendapatkan evaluasi yang tepat dan sesuai dengan tujuan
evaluasi, dapat digunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah
dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem dapat dilakukan untuk
suatu program kesehatan dimana penilaian secara komprehensif dapat
dilakukan dengan menilai input, process dan output.
1. Input
Evaluasi input adalah evaluasi yang dilakukan pada atribut atau
ciri – ciri tempat pemberian pelayanan, yang meliputi: sumber daya
manusia (tenaga), dana serta sarana dan prasarana. Evaluasi input ini
memfokuskan pada berbagai unsur yang masuk dalam suatu pelaksanaan
suatu program.
-
42
a. Sumber Daya Manuasi (Petugas)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rustam (2012),
efisiensi dan efektifitas suatu pelaksanaan dari sebuah program
bergantung pada sumber daya manusia. Sumber daya manusia
akan sangat menentukan suatu keberhasilan program dengan
esksistensi sumber daya manusia yang berkualitas dan sangat
memadai, agar mereka bisa tanggap dalam melaksanakan suatu
pekerjaan.
Petugas yang mengelola pelaksanaan program pemberian
makanan tambahan balita gizi kurus di puskesmas Langara dalam
hal ini petugas gizi telah mendapatkan pelatihan di tingkat
kabupaten Konawe Kepulauan dengan pemateri yang berasal dari
dinas kesehatan Provensi. Selain petugas gizi pelaksanaan
program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di
puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan kader posyandu.
b. Dana
Hasil penelitian Rustam (2012) dalam upaya perbaikan
gizi anak balita pemerintah mengeluarkan dana untuk
kegiatan pengadaan dan pendistribusian MP-ASI. Dana
operasional untuk membiayai pendistribusian MP-ASI tidak tepat
waktu sehingga dalam pendistribusian MP-ASI ke lokasi menjadi
terlambat.
Dana yang digunakan dalam pelaksanaan pendistribusian
program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus berasal
-
43
dari dana Bantuan Oprasional Kesehatan (BOK) tahun anggaran
2018. Adapun dana yang dimaksud dalam pelaksanaan
pendistribusian PMT ini yaitu sebagai dana transportasi dari
puskesmas ke desa tempat tinggal balita gizi kurus.
c. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rustam
(2012), ketersediaan sarana dan prasarana keberadaannya
sangat penting dalam melaksanakan suatu program
kesehatan karena sarana dan prasarana merupakan alat
penunjang untuk mencapai tujuan dari suatu program. Sarana
dan prasaran kesehatan meliputi seberapa banyak fasilitas-
fasilitas kesehatan, konseling maupun pusat-pusat informasi bagi
individu masyarakat.
Sarana yang digunakan dalam poses distribusi di
puskesmas Langara yaitu kendaraan roda dua (sepeda motor),
timbangan berat badan, soft copy petunjuk pelaksanaan program
makanan tambahan tahun 2017, formulir pelaporan pemberian
makanan tambahan balita gizi kurus tahun 2017. Berdasarkan
hasil wawancara dengan petugas gizi dipuskesmas Langara
diperoleh keterangan bahwa sarana yang ada di puskesmas
Langara sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi
makanan tambahan pada balita gizi kurus.
-
44
2. Proses
Proses pelaksanaan pemberian makanan tambahan di
puskesmas Langara dilakukan mulai dari perencanaan jumlah sasaran.
Adapun Jumlah sasaran yang digunakan untuk program pemberian
makanan tambahan di puskesmas Langara yaitu menggunakan sasaran
riil. Petugas puskesmas merekap semua jumlah balita gizi kurus di
wulayah kerja puskesmas Langara kemudian mengumpulkan rekapan
tersebut ke Dinas Kesehatan kabupaten Konawe Kepulauan.
Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten merekap semua jumlah balita
gizi kurus di wilayah kabupaten Konawe Kepulauan dan mengajukannya
ke Dinas Kesehatan Provensi.
Berdasarkan penelitian Alita (2013) bahwa adanya identifikasi
balita sasaran penerima makanan tambahan menjadikan pelaksanaan
kegiatan berjalan secara efektif dan efisien, sesuai dengan unsur-unsur
pokok dalam manajemen operasional. Untuk menentukan anak
penerima paket makanan tambahan pemulihan harus dilakukan
screening sehingga diperoleh sasaran yang tepat (Moehji, 2007:50).
Berdasarkan hasil wawancara sasaran yang digunakan untuk
menentukan balita yang mendapat makanan tambahan di puskesmas
Langara yaitu balita gizi kurang BB/U. Sedangkan menurut Petunjuk
Teknis Pelaksanaan pemberian Makanan Tambahan tahun 2017
sasaran balita yang mendapat makanan tambahan yaitu balita usia 6-59
-
45
bulan dengan status gizi kurus berdasarkan BB/PB atau BB/TB dibawah -2
SD dan di utamakan keluarga yang kurang mampu.
Apabila dibandingkan dengan JUKNIS Pemberian Makanan
Tambahan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sasaran yang
digunakan di puskesmas Langara tersebut jelas belum sesuai dengan
petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan tambahan. Ketidak
sesuaian ini diakibatkan karena yang mengikuti kegiiatan pada saat
pelatihan dan penentuan sasaran untuk balita yang akan mendapat
makanan tambahan tahun 2017 di laksanakan oleh Bidan .Sehingga
terjadi ketidak sesuaian sasaran.
Pendistribusian makanan tambahan dilakukan oleh petugas gizi di
puskesmas Langara dibantu oleh bidan dan kader. Berdasarkan hasil
wawancara peran bidan desa dan kader posyandu dalam
pendestribusian PMT ini yaitu sebatas membagiakan pada saat
posyandu. Jadi pada saat posyandu sasaran yang mendapatkan
makanan tambahan diberikan biskuit tersebut. Apabila sasaran balita
yang mendapat makanan tambahan tersebut tidak datang ke posyandu
maka makanan tambahan tersebut dititipkan kepada bidan desa di
Polindes untuk diberikan pada sasaran balita gizi kurus.
3. Output
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alita & Ahyanti (2013),
keberhasilan pemberian makanan tambahan berhubungan dengan
perencanaan, pelaksanaan, pencatatan, penilaian dan pelaporan.
-
46
Dalam penelitian ini didapat ketidaktepatan sasaran dalam
pemberian makanan balita gizi kurus (berdasarkan indikator BB/U).
Berdasarkan Juknis Pelaksanaan pemberian makanan tambahan tahun
2017 dari Kementerian Kesehatan seharusnya sasaran yang mendapat
makanan tambahan yaitu balita gizi kurus umur 6-59 bulan dengan
kategori BB/PB atau BB/TB di bawah minus 2 standar devisiasi (-2 SD).
Namun sasaran yang diberikan makanan tambahan di puskesmas
Langara yaitu balita gizi kurang berdasarkan indeks BB/U dibawah -2
SD.
Hal ini terjadi karena pada saat pelatihan dan penentuan sasaran
balita gizi kurus yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya (2016) itu
bidan yang mngikuti, sehingga sasaran yang di gunakan sasaran
tersebut, jadi pada saat distribusi sasaran tersebut yang digunakan.
Berdasarkan hasil pemantauan berat badan balita gizi kurus oleh
petugas gizi di puskesmas Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan
berat badan balita gizi kurus ketika mengkonsumsi biskut makanan
tambahan yang diberikan.
4. Kenaikan Berat Badan
Kegiatan pemantauan merupakan proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman
atau rencana yang sudah disusun sebelumnya. Dengan dilakukan
pemantauan nantinya akan diketahui jika terjadi penyimpangan. Semua
kebijakan publik, baik itu peraturan, larangan, kebijakan retribusi atau
apapun kebijakannya pastilah mengandung unsur kontrol (pengawasan)
-
47
(Agustino, 2014:166).
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Makanan
Tambahan yang diterbitkan oleh Kemenkes RI (2017) disebutkan
bahwa kegiatan pemantauan dilakukan setiap bulan selama
pelaksanaan program. Pemantauan meliputi pelaksanaan program,
pemantauan berat badan setiap bulan, sedangkan pengukuran
panjang/tinggi badan hanya pada awal dan akhir pelaksanaan
pemberian makanan tambahan dan memastikan makanan dikonsumsi
oleh balita. Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh kepala
puskesmas, tenaga pelaksanan gizi puskesmas atau bidan di desa.
Tabel 7 menunjukkan bahwa ada 4 balita yang tidak dilketahui
berat badannya pada saat pemberian makanan tambahan bulan pertama
dan kedua, hal ini karena balita tersebut tidak datang ke posyandu
sehingga pada bulan pertama dan kedau tidak di lakukan penimbangan
pada balita tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 (SS, 31 thn)
pemantauan berat badan balita yang mendapat makanan tambahan
dilakukan setiap bulan di posyandu. Berdasarkan hasil pemantauan
berat badan balita yang mendapat PMT oleh petugas gizi di puskesmas
Langara diketahui bahwa terjadi kenaikan berat badan balita gizi kurus
ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang diberikan. Pada
bulan pertama pemberian makanan tambahan balita yang mendapatkan
makanan tambahan mengalami kenaikan berat badan sebesar 0.58 kg
atau 7,56%, pada bulan kedua rata-rata mengalami kenaikan berat
-
48
badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan pada bulan
ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan mengalami
kenaikan berat badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%.
Pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan berat badan
anak dilakukan secara teratur sekali setiap bulan, catat angka berat
badan anak pada KMS sesuai dengan usia anak waktu ditimbang untuk
melihat apakah mengalami kenaikan, datar ataukah turun. Pemantauan
berat badan anak dilakukan untuk mengetahui sedini mungkin adanya
gangguan tumbuh kembang tubuh anak, mendeteksi apakah anak
menderita suatu penyakit (Moehji, 2007:27-28).
Hal ini sesuai dengan teori bahwa perubahan berat
badan merupakan indikator yang sangat penting untuk memantau
pertumbuhan anak. Apabila kenaikan berat badan anak (BB) anak lebih
rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak
berrisiko mengalami kekurangan gizi dan sebaliknya apabila BB lebih
besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi
(Kemenkes RI 2010).
-
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Input program pemberian makanan tambahan balita gizi kurus di
puskesmas Langara seperti sumber daya manusia (petugas), dana dan
sarana berupa kendaraan roda dua (sepeda motor), timbangan berat
badan, soft copy petunjuk pelaksanaan program makanan tambahan
tahun 2017, formulir pelaporan pemberian makanan tambahan balita gizi
kurus tahun 2017, sudah cukup memadai untuk melakukan distribusi
makanan tambahan pada balita gizi kurus.
2. Pada proses penentuan sasaran yang digunakan di puskesmas Langara
belum sesuai dengan petunjuk teknis pelaksananan pemberian makanan
tambahan. Karena penentuan sasaran yang akan mendapat makanan
tambahan menggunakan indikatori BB/U dibawah -2 SD sedangkan
sesuai JUKNIS seharusnya menggunakan indikator BB/TB dibawah -2
SD. ataus.
3. Output program pemberian makanan tambahan berupa ketepatan
sasaran dan waktu distribusi. Sasaran balita yang diberikan makanan
tambahan belum tepat sesuai JUKNIS. Waktu pemberian telah dilakukan
sesuai dengan JUKNIS yaitu di berikan selama 90 hari makan.
4. Pada bulan pertama pemberian makanan tambahan balita yang
mendapatkan makanan tambahan mengalami kenaikan berat badan
sebesar 0.58 kg atau 7,56%, pada bulan kedua rata-rata mengalami
-
50
kenaikan berat badan sebesar 1,1 kg atau sebesar 14,51%, sedangkan
pada bulan ketiga balita yang mendapatkan makanan tambahan
mengalami kenaikan berat badan sebesar 1,41 kg atau sebesar 18,16%.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan
berat badan balita ketika mengkonsumsi biskut makanan tambahan yang
diberikan.
B. Saran
1. Dalam meningkatkan ketepatan sasaran, pengelola gizi di tingkat
kabupaten dan provensi perlu meningkatkan pemantauan ke petugas
yang melaksanakan pendistribusian Makanan Tambahan Balita gizi
kurus.
2. Petugas perlu melakukan swiping penimbangan bagi balita yang tidak
datang posyandu agar pemantauan berat badan balita yang
mendapatkan makanan tambahan dapat di ketahui setiap bulannya.
-
51
DAFTAR PUSTAKA
Alita, R. dan Ahyanti, M. 2013. Keberhasilan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Untuk Balita di Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, IV, No. 1, hlm 297-304.
Anggraini, Santi. 2011. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan
(PMT-P) Terhadap Pertumbuhan Balita Bawah Garis Merah (BGM) Di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kediri. Jurnal Stikes RS Baptis Kediri. Volume 4 No 1. Tahun 2011
Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi II Kedokteran EGC. Jakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappennas). 2011. Rencana
Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta. Diakses pada 3 Desember 2015 http://www.4shared.com/get/I45gBOZ/Rencana_Aksi_Nasional_Pangan
Dinas Kesehatan Kabupaten K o n a w e K e p u l a u a n . 2016. Laporan Tahunan
Seksi KIA dan Gizi Masyarakat tahun 2016. Dinas Kesehatan. Konawe Kepulauan.
Dinas Kesehatan Kabupaten K o n a w e K e p u l a u a n . 2016. Profil Dinas
Kesehatan Konawe Kepulauan 2016. Dinas Kesehatan. Konawe Kepulauan. Dunn, William N. 2003. Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta Handayani, Lina, dkk. 2008. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan
Anak Balita. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan. Volume 11 No 1. Tahun 2008
Hadiriesandi, Monica. 2016. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan Untuk Balita Gizi Buruk Di Puskesmas Andong Kabupaten Boyolali. Skripsi FKIK UNNES. Semarang.
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Petunjuk Teknis Pemberian Makanan
Tambahan (Balita, Anak Sekolah, Ibu Hamil). Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Pemantauan Status Gizi. Jakarta Kementerian Kesehatan RI. 2014. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2010-
2013. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI. Jakarta
51
http://www.4shared.com/get/I45gBOZ/Rencana_Aksi_Nasional_Pangan
-
52
Kemenkes RI, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Bagi Balita. Jakarta: Kemenkes RI Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf. Diakses tanggal 01 mei 2018 jam 09.30 WITA.
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Laporan Nasional Survei Diet Total (SDT) tahun
2014. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Dasar. Kemenkes RI. Jakarta
Mekar, S. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang
Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Moehji, Sjahmen. 2007. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Penerbit Papas
Sinar Sinanti. Jakarta. Rustam S, 2012, Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) (Studi Kasus di Puskesmas Konda Kabupaten Konawe Selatan), Tesis, Universitas Indonesia
Sugiyono, P.D. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Vol. 8).
Alfabeta. Bandung Subarsono, AG. 2012. Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdfhttp://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Pedoman-Penggunaan-KMS_SK-Menkes.pdf
-
53
-
55
OBSERVASI
PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
MENURUT PEDOMAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2017
(Mengberi tanda (√) pada kolom yang disediakan sesuai denga hasil observasi)
No. Hal-hal yang diamati Hasil Observasi
Dilaksanakan / Sesuai
Tidak Dilaksanakan
/ Tidak Sesuai
1. Persiapan
a. Menentukan sasaran
➢ Balita yang kurus menurut
BB/TB
-
56
2. Pelaksanaan
a. Pendistribusian
Diberikan secara langsung oleh
petugas ke sasaran (orangtua balita)
Dilakukan selama 90 hari makan.
b. Melakukan konseling kepada
balita/orangtua balita pada saat
pemberian makanan tambahan atau
pada saat kunjungan rumah.
c. Melakukan pengukuran setiap
pengambilan makanan tambahan,
meliputi pengukuran BB dan TB.
3. Pemantauan
a. Bidan Desa
Melakukan pemantauan
perkembangan status gizi balita
melalui pengukuran BB dan TB.
Dilakukan setiap bulan.
Melakukan pemantauan mengenai
daya konsumsi balita terhadap
makanan yang diberikan.
b. Tenaga Gizi Puskesmas, Kepala
Puskesmas dan Dinas Kesehatan
melakukan pemantauan mengenai
perkembangan status gizi balita gizi kurus
setip bulan.
-
57
4. Pencatatan dan Pelaporan
a. Orangtua balita
Melakukan pencatatan harian
sederhana mengenai konsumsi
makanan yang diberikan
b. Bidan Desa
Melakukan pencatatan
perkembangan status gizi balita
setiap bulan
Melaporkan hasil
pencatatan ke puskesmas
setiap bulan
c. Tenaga Gizi Puskesmas
Melakukan pencatatan kembali
mengenai perkembangan/kondisi
balita gizi kurus setiap bulan.
Melaporkan hasil pencatatan ke
dinas kesehatan setiap bulan.
Melaporkan penggunaan dana BOK.
-
58
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN BALITA
KURUS BB/TB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LANGARA,
KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
Identitas Informan
1. Nama Informan : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Lama Bekerja :
II. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara
I
IformanTenaga Pelaksana Gizi
Puskesmas
2. Apakah pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara sudah sesuai dengan
yang ditetapkan kemenkes?
3. Apakah ada pedoman khusus pelaksanaan PMT di Kabupaten Konawe
Kepulauan?
4. Apakah Anda membentuk kelompok ibu balita sasaran PMT ?
5. Apakah ada kelompok kader pelaksana PMT ?
6. Apakah Anda melakukan sosialisasi ke kader tentang rencana PMT?
7. Apakah ada rapat koordinasi dan organisasi pelaksana sebelum
PMTdilakukan?
8. Siapa saja penerima PMT di Puskesmas Langara? Bagaimana anda
menentukan sasaran balita penerima PMT?
9. Apakah Anda melakukan konfirmasi status gizi kepada calon penerima
PMT? Apakah sasaran penerima PMT sesuai dengan yang ditetapkan
kemenkes?
10. Apa saja paket makanan tambahan yang di berikan?
11. Berapa lama PMT diberikan ? Setiap apa pengambilannya?
12. Dimana biasanya paket makanan tambahan dapat diambil?
13. Apakah Anda memberikan konseling dan pengukuran/penimbangan pada
saat pemberian paket makanan tambahan?
14. Apakah ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada orangtua balita
mengenai pengambilan paket PMT?
15. Apakah orangtua penerima PMT mengambil sesuai jadwal?
16. Apakah ada yang tidak mengambil?
-
59
17. Apa yang Anda lakukan jika ada yang tidak mengambil?
18. Apakah menurut Anda program PMT efektif untuk menangani gizi kurus?
-
60
19. Apa saja kendala program PMT di Puskesmas Langara?
20. Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada?
21. Apakah Anda melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pelaksanaan
PMT ke Dinas Kesehatan? (Dana, kendala, jumlah sasaran, jumlah yang
menerima/mengambil, jumlah balita yang status gizinya sudah normal).
(Jika ya) Setiap apa Anda mencatat dan melaporkan? (Jika
tidak)Mengapa Anda tidak melakukan pencatatan dan pelaporan hasil
PMT?
22. Apakah ada pemantauan dari Dinas Kesehatan? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
23. Apakah ada pemantauan dari Kepala Puskesmas? Setiap apa?
Pemantauan apa saja yang dilakukan?
24. Apakah Anda melakukan pemantauan balita penerima PMT ? Setiap
apa? Pemantauan apa saja yang Anda lakukan?
-
61
Informan Bidan
Identitas Informan
1. Nama Informan : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Lama Menjabat :
II. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara?
2. Apakah pelaksanaan PMT di Puskesmas Langara sudah sesuai
dengan yang ditetapkan kemenkes?
3. Apakah ada pedoman khusus pelaksanaan PMT di Kabupaten
Konawe Kepulauan?
4. Apakah ada kelompok ibu balita sasaran PMT?
5. Apakah ada kelompok kader pelaksana PMT?
6. Apakah ada sosialisasi ke kader tentang rencana PMT?
7. Apakah ada rapat koordinasi dan organisasi pelaksana sebelum
PMT
dilakukan?
8. Siapa saja penerima PMT di Puskesmas Langara? Bagaimana cara
menentukan sasaran balita penerima PMT?
9. Apakah Anda melakukan konfirmasi status gizi kepada calon
penerima PMT? Apakah sasaran penerima PMT sesuai dengan
yang ditetapkan kemenkes?
10. Apa saja paket makanan tambahan yang di berikan?
11. Bagaimana cara menentukan jenis makanan tambahan pemulihan di
Puskesmas Langara? Disesuaikan berdasarkan kebutuhan balita
atau disama ratakan?
12. Berapa lama PMT diberikan ? Setiap apa pengambilannya?
13. Dimana biasanya paket makanan tambahan dapat diambil?
14. Apakah ada pemberitahuan terlebih dahulu kepada orangtua balita
mengenai pengambila