EVALUASI PENERAPAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN ...digilib.unila.ac.id/56282/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EVALUASI PENERAPAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN ...digilib.unila.ac.id/56282/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EVALUASI PENERAPAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN
PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN PADA PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Skripsi
Oleh
HAROIDA EKA SANTRI PAKPAHAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Abstract
EVALUATION OF PSAK 55 IMPLEMENTATION ON ALLOWANCE FOR
IMPAIRMENT LOSSES OF FINANCIAL ASSETS IN BANKS LISTED ON
INDONESIA STOCK EXCHANGE
By
HAROIDA EKA SANTRI PAKPAHAN
This study aims to evaluate the suitability of the implementation of PSAK 55 as an
instrument of Recognition and Measurement of Allowance for Impairment Losses of
Financial Assets in banks listed on Indonesia Stock Exchange. The sampling method
used was purposive sampling with a total sample of 5 banks namely BRI, MANDIRI,
BCA, BNI and BTN with the highest number of financial assets. This study uses
descriptive qualitative research methods with Comparative data analysis techniques
on banking financial statements conducted through a comparison of implementation
in Banking with PSAK 55 (Recognition and Measurement). The results of the study
show that the implementation of PSAK 55 to Allowance for Impairment Lossesof
Banking Assets is in accordance with applicable standards, namely PSAK 55. In the
process of recognition and measurement, banking has been implemented in
accordance with applicable standards. In the calculation of the required CKPN,
PSAK 55 can be fulfilled by the bank, but in its implementation for the collective
calculation, the bank experiences difficulties due to the different maturity of the
debtor. The next study should be able to directly apply the Calculation of Allowance
for Impairment Losses formula by obtaining information directly about the magnitude
of the Probability of Default and historical loss data of the bank or other types of
business.
Keywords: PSAK 55, Recognition and Measurement, CKPN, Financial Assets.
ABSTRAK
EVALUASI PENERAPAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN
PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN PADA PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
HAROIDA EKA SANTRI PAKPAHAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian penerapan PSAK 55 sebagai
instrumen Pengakuan dan Pengukuran atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Aset keuangan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode
sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah total sampel
sebanyak 5 perbankan yaitu BRI, MANDIRI, BCA, BNI dan BTN dengan jumlah
aset keuangan tertinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif dengan teknik analisis data Komparatif terhadap laporan keuangan
perbankan yang dilakukan melalui perbandingan implementasi di Perbankan dengan
PSAK 55 (Pengakuan dan Pengukuran). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan
perbankan telah sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK 55. Dalam proses
pengakuan dan pengukuran telah diterapkan oleh perbankan sesuai dengan standar
yang berlaku. Pada perhitungan CKPN yang di persyaratkan PSAK 555 dapat
dipenuhi bank tetapi dalam pelaksanaanya untuk perhitungan yang bersifat kolektif
bank mengalami kesulitan karena jatuhh tempo debitur yang berbeda-beda. Kedepan
sebaiknya dapat menerapkan secara langsung rumus perhitungan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai dengan memperoleh informasi secara langsung mengenai besarnya
Probability of Default dan data kerugian historis bank atau jenis usaha lainya.
Kata Kunci : PSAK 55, Pengakuan dan Pengukuran, CKPN, Aset Keuangan.
EVALUASI PENERAPAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN
PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN PADA PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
HAROIDA EKA SANTRI PAKPAHAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Abstract
EVALUATION OF PSAK 55 IMPLEMENTATION ON ALLOWANCE FOR
IMPAIRMENT LOSSES OF FINANCIAL ASSETS IN BANKS LISTED ON
INDONESIA STOCK EXCHANGE
By
HAROIDA EKA SANTRI PAKPAHAN
This study aims to evaluate the suitability of the implementation of PSAK 55 as an
instrument of Recognition and Measurement of Allowance for Impairment Losses of
Financial Assets in banks listed on Indonesia Stock Exchange. The sampling method
used was purposive sampling with a total sample of 5 banks namely BRI, MANDIRI,
BCA, BNI and BTN with the highest number of financial assets. This study uses
descriptive qualitative research methods with Comparative data analysis techniques
on banking financial statements conducted through a comparison of implementation
in Banking with PSAK 55 (Recognition and Measurement). The results of the study
show that the implementation of PSAK 55 to Allowance for Impairment Lossesof
Banking Assets is in accordance with applicable standards, namely PSAK 55. In the
process of recognition and measurement, banking has been implemented in
accordance with applicable standards. In the calculation of the required CKPN,
PSAK 55 can be fulfilled by the bank, but in its implementation for the collective
calculation, the bank experiences difficulties due to the different maturity of the
debtor. The next study should be able to directly apply the Calculation of Allowance
for Impairment Losses formula by obtaining information directly about the magnitude
of the Probability of Default and historical loss data of the bank or other types of
business.
Keywords: PSAK 55, Recognition and Measurement, CKPN, Financial Assets.
ABSTRAK
EVALUASI PENERAPAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN
PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN PADA PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
HAROIDA EKA SANTRI PAKPAHAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian penerapan PSAK 55 sebagai
instrumen Pengakuan dan Pengukuran atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Aset keuangan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode
sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah total sampel
sebanyak 5 perbankan yaitu BRI, MANDIRI, BCA, BNI dan BTN dengan jumlah
aset keuangan tertinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif dengan teknik analisis data Komparatif terhadap laporan keuangan
perbankan yang dilakukan melalui perbandingan implementasi di Perbankan dengan
PSAK 55 (Pengakuan dan Pengukuran). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan
perbankan telah sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK 55. Dalam proses
pengakuan dan pengukuran telah diterapkan oleh perbankan sesuai dengan standar
yang berlaku. Pada perhitungan CKPN yang di persyaratkan PSAK 555 dapat
dipenuhi bank tetapi dalam pelaksanaanya untuk perhitungan yang bersifat kolektif
bank mengalami kesulitan karena jatuhh tempo debitur yang berbeda-beda. Kedepan
sebaiknya dapat menerapkan secara langsung rumus perhitungan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai dengan memperoleh informasi secara langsung mengenai besarnya
Probability of Default dan data kerugian historis bank atau jenis usaha lainya.
Kata Kunci : PSAK 55, Pengakuan dan Pengukuran, CKPN, Aset Keuangan.
ABSTRAK
EVALUASI PENERAPAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN
PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN PADA PERBANKAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
HAROIDA EKA SANTRI PAKPAHAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian penerapan PSAK 55 sebagai
instrumen Pengakuan dan Pengukuran atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Aset keuangan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode
sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah total sampel
sebanyak 5 perbankan yaitu BRI, MANDIRI, BCA, BNI dan BTN dengan jumlah
aset keuangan tertinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif dengan teknik analisis data Komparatif terhadap laporan keuangan
perbankan yang dilakukan melalui perbandingan implementasi di Perbankan dengan
PSAK 55 (Pengakuan dan Pengukuran). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan
perbankan telah sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK 55. Dalam proses
pengakuan dan pengukuran telah diterapkan oleh perbankan sesuai dengan standar
yang berlaku. Pada perhitungan CKPN yang di persyaratkan PSAK 555 dapat
dipenuhi bank tetapi dalam pelaksanaanya untuk perhitungan yang bersifat kolektif
bank mengalami kesulitan karena jatuhh tempo debitur yang berbeda-beda. Kedepan
sebaiknya dapat menerapkan secara langsung rumus perhitungan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai dengan memperoleh informasi secara langsung mengenai besarnya
Probability of Default dan data kerugian historis bank atau jenis usaha lainya.
Kata Kunci : PSAK 55, Pengakuan dan Pengukuran, CKPN, Aset Keuangan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD No 177659 Hutaraja
lulus pada tahun 2009. Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis
di SMP N 6 Pangaribuan dan diselesaikan pada tahun 2012. Kemudian, penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 1 Tarutung
dan lulus pada tahun 2015.
Pada tahun 2015 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama duduk
dibangku perkuliahan penulis aktif dalam beberapa kegiatan yang
diselengggarakan oleh organisasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
tersebut. Penulis juga aktif dalam organisasi unit kegiatan mahasiswa Kristen dan
pernah menjabat sebagai CO Divisi Acara. Pada tahun 2018 penulis terpilih untuk
dapat mengikuti pelatihan Brevet Pajak A dan B yang diselenggarakan Tax Center
FEB UNILA bekerjasama dengan Ikatan Konsultan Pajak Indonesia cabang
Lampung.
Penulis dilahirkan di Dolok sidua-dua pada tanggal
20 Juli 1997, sebagai anak ke dua dari tiga bersaudara
dari pasangan Bapak Esron Pakpahan dan Ibu
Liestawaty Simatupang.
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Kedua orang tuaku yang telah memberikan seluruh kasih sayangnya
kepadaku. Bapak, Mama terimakassih untuk cinta dan kasih sayang yang
telah kalian berikan selama ini. Pengorbanan kalian tidak akan pernah bisa
aku balas, namun semua itu akan selalu aku kenang hingga akhir hayatku.
Abangku Poltak Pakpahan dan Adekku Simon Pakpahan dan seluruh
keluarga besarku tersayang untuk semangat, doa, dan nasihat yang
diberikan.
Semua guru dan Dosen yang telah mengajarkan banyak ilmu pengetahuan
dan motivasi kehidupan.
Semua sahabat dan teman-temanku.
Almamaterku tercinta Universitas Lampung.
MOTTO
“Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar.
Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.”
( Efesus 4 :6 )
“Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan
goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”
(1 Korintus 15 :58)
“Jangan biarkan orang lain mengubah dirimu. Percayai kata hatimu,
Percayai senyumanmu. Bebaskan dirimu.”
(Haroida)
SANWACANA
Puji Tuhan, segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih karunianya sehingga penulias dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Evaluasi Penerapan PSAK 55 Atas Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai Aset Keuangan pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program
Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah diperoleh penulis dapat
membantu mempermudah proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, SE., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt.selaku Dosen Pembimbing 1 dan
Ibu Dewi Sukmasari, S.E.,M.S.A., Akt. selaku Dosen Pembimbing 2 yang
telah memberikan waktu, kritik, saran, masukan dan semangat untuk penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr.Fitra Dharma, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji Utama yang telah
memberikan kritik dan saran yang membangun selamaproses penyusunan
skripsi ini.
6. Ibu Prof. Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., Akt. selaku Pembimbing Akademik
selama masa perkuliahan yang telah memberikan bimbingan, masukan,
arahan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan proses belajar.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pembelajaran berharga bagi penulis
selama menempuh program pendidikan S1.
8. Seluruh staff Akademik, Administrasi, Tata Usaha, para pegawai, serta staff
keamanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
banyak membantu baik selama proses perkuliahan maupun penyusunan
skripsi, terimakasih atas segala kesabaran dan bantuan yang telah diberikan.
9. Kedua Orang tuaku, Bapak Esron Pakpahan dan Ibu Liestawaty Simatupang
yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat untuk menyelesaikan studi
ini. Terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan
kepadaku.
10. Abang kandungku tersayang, Poltak Pakpahan yang selalu member dukungan
doa untuk tetap semangat dalam proses perkuliahan.
11. Adik kandungku tersayang Simon Pakpahan yang selalu menjadi
penyemangat dan member keceriaan selama ini.
12. Keluaga besar dan saudara-saudara baik dari keluarga bapak dan ibu yang
tersayang terima kasih atas dukungan dan doa.
13. Keluarga besar PKMK sebagai keluarga kedua di Bandarlampung ini
terimakasih buat doa dukunganya yang sangat luar biasa dalam hidupku aku
mendapat perubahan yang lebih baik, aku sangat bersyukur dan sangat luar
biasa bisa berada di komunitas ini dan bertemu kalian, God bless you.
14. Teman-temanku Pengurus PKMK Christabella, Melisa, Sio, Glorius, bang
Andy, Monic, Triastuti, Yolanda, Yoseva, Samuel, Ricky, Marina,
Marcelina, Ester, Petrus, Andrew, Soni, Novi terimakasih untuk kerjasama
dalam kepengurusan berbagi canda tawa, dan sukses untuk kalian semua.
15. Abang dan kakak PKMK bang Jonathan, ka Ririn, ka Hanny, ka Tiur, ka
Riana, ka Retno, ka Ester, ka Desi, ka Loren, bang Robert, mas Dwi,
terimakasih untuk semua dukungan dan motivasi selama pelayanan di PKMK
yang membuat proses pertumbuhan iman ku lebih baik.
16. Adik adikku Uly, Martika, Lena, Nelvy, Christina htb, Jefrianto, Yosep,
Marina, Valen, Christin M, Lystia, Evlyn, Karina, Vera, Rino, dan angkatan
17 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih untuk kalian.
17. Sahabat yang sudah sebagai saudara sendiri Sio, Puput, Monic, Melisa, Astri,
Elisa, Yole, Reza, Hosinta, Rosalika, Aini, Cangga terimakasih untuk
kesetiaan kalian selama 4 tahun terakhir ini maapin aku sering ngerepotin
kalian.
18. Pasukan New Reborn luar biasa terimakasih kalian Erik, Reza, Cangga,
Dieky, Eman, Husni untuk waktu dan pengalaman berharga bersama kalian,
God bless you all.
19. Teman- teman seperjuangan akuntansi ka Fricil, ka Iko, ka Tika, ka Yanti, ka
Dara, Nuri, Susi, Fera, Hana, Anisa nadila, Rona, Elly, Olive, Resti, Putri,
Ayu, Fariz dan teman teman lainya yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu, terimakasih untuk kebersamaan selama proses perkuliahan ini sukses
untuk kalian kedepannya.
20. Teman-teman KKN ka Zsa-zsa, Renti, Elya, Oxfian, Sasongko, Rifath
terimakasih menjadi bagian dari proses Kuliah Kerja Nyata Selama 40 hari,
semoga kalian semua akan menjadi orang-orang sukses di kemudian hari.
21. Teman-teman Ikamtung ka Lia, Joel, Destri, Zaftran, Krisdayanti, Imantri,
Mazmur, Elfrida, Binsar, Ristanti, Henni, Rutmana, Herman terima kasih
sudah selalu mendukung langkah-langkahku dan menjadikan aku seperti
keluarga sendiri di kota orang.
22. Teman-teman SD, SMP, SMA yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih atas dukuangan dan motivasinya selama kuliah.
23. Satrio Kamandhanu yang berperan sebagai Mood booster yang selalu
memotivasi dan menyemangati dalam proses penyelesaian skripsi ini,
terimakasih Tuhan memberkatimu.
24. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan semoga
Tuhan Yesus Kristus memberikan rahmat, dan berkat untuk kita semua.
Bandar Lampung, 13 Maret 2019
Penulis,
Haroida eka santri pakpahan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
ABSTRACT
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .................................................................................... 8
2.1.1 Teori Kepatuhan........................................................................ 8
2.1.2 Teori Evaluasi ........................................................................... 9
2.2 Standar Akuntansi Keuangan .............................................................. 12
2.2.1 Perkembangan Standar Akuntansi keuangan Tentang Instrumen
keuangan di Indonesia........................................................................ 13
2.2.2 PSAK 55 Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran . 15
2.3 Aset Keuangan .................................................................................... 16
2.3.1 Klasifikasi Aset Keuangan ........................................................ 17
2.4 Penurunan Nilai Aset Keuangan ......................................................... 22
2.5 Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) .............. 23
2.5.1 Kriteria Evaluasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai ........... 24
2.5.2 Teknik Evaluasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai ............ 25
2.5.3 Periode Evaluasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai............ 26
2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 27
2.7 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 29
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................ 30
3.2 Populasi dan Sampel ........................................................................... 33
3.3 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian ........................................ 34
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan data ...................................... 35
3.4.1 Sumber Data.............................................................................. 35
3.4.2 Teknik Pengumpulan data......................................................... 35
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................... 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 39
4.1.1 Kategori, Klasifikasi, Pengakuan dan Pengukuran Aset
Keuangan ..................................................................................... 39
4.1.2 Klasifikasi Kualitas Debitur dan Cadangan Penyisihan Aset
Keuangan Sesuai dengan PBI ..................................................... 51
4.1.3 Kriteria dari Penurunan Nilai Aset Keuangan dengan Biaya yang
Diamortisasi ................................................................................ 52
4.1.4 Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
Aset Keuangan ............................................................................ 53
4.1.5 Perbandingan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif dan
Cadangan Kerugian Pennurunan Nilai ....................................... 54
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 56
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................. 58
5.2 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 60
5.3 Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 27
Tabel 3.1 Daftar Perbankan di Bursa Efek Indonesia 33
Tabel 4.1 Kategori dan Klasifikasi 40
Tabel 4.2 Kategori dan Klasifikasi 41
Tabel 4.3 Pengakuan dan Pengukuran 42
Tabel 4.4 Kualitas Aset Keuangan 43
Tabel 4.5 Kriteria Penurunan Nilai Aset Keuangan (Aset Produktif dengan
Biaya yang diamortisasi 44
Tabel 4.6 Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai AseT Keuangan 45
Tabel 4.7 Perbandingan Penyisihan Aktiva Produktif dan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai 46
Tabel 4.8 Perbandingan Pengakuan atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Rakyat Indonesia Tbk 47
Tabel 4.9 Perbandingan Pengukuran atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Rakyat Indonesia Tbk 48
Tabel 4.10 Perbandingan Pengakuan atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Mandiri Tbk 49
Tabel 4.11 Perbandingan Pengukuran atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Mandiri Tbk 50
Tabel 4.12 Perbandingan Pengakuan atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Central Asia Tbk 51
Tabel 4.13 Perbandingan Pengukuran atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Central Asia Tbk 51
Tabel 4.14 Perbandingan Pengakuan atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Negara Indonesia Tbk 52
Tabel 4.15 Perbandingan Pengukuran atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Negara Indonesia Tbk 53
Tabel 4.16 Perbandingan Pengakuan atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Tabungan Negara Tbk 54
Tabel 4.17 Perbandingan Pengukuran atas CKPN berdasarkan PSAK 55 dengan
Bank Tabungan Negara Tbk 55
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran…........................................................................29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Bank yang menjadi Sampel Penelitian
Lampiran 2 : Kredit ban BRI berdasarkan PPAP
Lampiran 3 : Kredit Bank BRI berdasarkan CKPN
Lampiran 4 : Kredit bank Mandiri berdasarkan PPAP
Lampiran 5 : Kredit bank Mandiri berdasarkan CKPN
Lampiran 6 : Kredit bank BCA berdasarkan PPAP
Lampiran 7 : Kredit bank BCA berdasarkan CKPN
Lampiran 8 : Kredit bank BNI berdasarkan PPAP
Lampiran 9 : Kredit bank BNI berdasarkan CKPN
Lampiran 10 : Kredit bank BTN berdasarkan PPAP
Lampiran 11 : Kredit bank BTN berdasarkan CKPN
1
I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat ini perkembangan usaha perbankan di Indonesia semakin pesat dan komplek.
Semakin banyak industri perbankan yang bermunculan baik lembaga perbankan
maupun lembaga keuangan non bank. Industri perbankan adalah salah satu industri
utama dalam ekonomi modern. Baik maupun buruknya perekonomian suatu negara
salah satu faktor penentunya adalah kesehatan industri perbankannya. Dalam hal
akuntansi beperan penting dalam menginformasikan berbagai hal terkait kesehatan
bank, salah satunya dengan kualitas bank.
Bank merupakan sumber pendanaan (sources of finance) yang signifikan di Indonesia
dalam menggerakkan roda perekonomian. Pentingnya dan besarnya bank di Indonesia
dapat dilihat dari jumlah bank umum dengan total asetnya yang mencapai lebih dari
dua kali setengah Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang beroperasi di
Indonesia saat ini. Terdapat 115 bank umum diluar Bank Perkreditan Rakyat (BPR),
dengan total aset industri perbankan per maret 2018 mencapai Rp 7.368 triliun,
penyaluran dana Rp 5.255 triliun (www.bi.go.id).
2
Fungsi utama dari perbankan adalah menarik dana dari masyarakat dalam bentuk
tabungan dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit (Herawati dkk.
2015). Kredit dalam hal ini bagi pihak bank merupakan piutang yang menambah
pendapatan berupa pendapatan bunga dari nasabahnya. Piutang dalam perbankan sama
halnya dengan perusahaan dagang pada umumnya yang akan mengalami kredit macet
yang merupakan salah satu resiko dari perbankan.
Sejak Dewan Standar Akuntansi Indonesia memutuskan konvergensi Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia ke International Financial Reporting Standards
(IFRS), yang berlaku efektif tahun 2012, Prinsip Akuntansi Perbankan Indonesia
(PAPI) untuk laporan keuangan bank mengikuti SAK yang berlaku. Klasifikasi,
Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan, dan Penyajian untuk laporan keuangan
terutama untuk aset keuangan yang menghasilkan kas, mengalami perubahan dan
penyesuaian dengan standar yang baru. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
khususnya yang mempengaruhi aset keuangan adalah International Accounting
Standard (IAS 39) Financial Instrument : Recognition and Measurement, IFRS 7
Financial Instrument : Disclosures dan IFRS 9 Financial Instrument. Standar
akuntansi di Indonesia yang dipergunakan oleh bank terutama adalah Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no 55 Instrumen Keuangan : Pengakuan dan
Pengukuran, PSAK no 50 Instrumen Keuangan : Penyajian dan PSAK no 60 Instrumen
keuangan : Pengungkapan.
Pada perkembangan terakhir Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah
menerbitkan Eksposure Draft (ED) No. 71 tentang instrumen keuangan untuk
3
menggantikan PSAK No. 55 instrumen keuangan, dimana PSAK 55 adalah salah satu
acuan utama dalam penyusunan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI)
2008 dan Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat (PA-BPR). Dampak utama
dari PSAK 50 dan PSAK 55 salah satunya terdapat dalam pengukuran pencadangan
kredit bermasalah dimana penekananya pada objektifitas dalam menentukan Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (Anggraita, 2012). Pada artikel berita yang dikutip dari
Kontan.co.id, dijelaskan bahwa perbedaan utama standar akuntansi baru PSAK 71
dengan standar akuntansi PSAK 55 adalah di perhitungan Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai (CKPN) yang sebelumnya di PSAK 55, CKPN dibentuk saat sudah
terjadi event default. Namun di PSAK 71, CKPN dibentuk sejak awal kredit diberikan
dan instrumen surat berharga dibeli. Menurut Armanto (2017), Perbandingan
Instrumen keuangan menurut PSAK 55 dan ED PSAK 71 adalah PSAK 55 membagi
Instrumen keuangan berdasarkan instensi manajemen yang terdiri dari 4 kategori yaitu
Nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL, Biaya perolehan amortisasi, Piutang dan
Pinjaman, Tersedia untuk dijual. Sedangkan dalam ED PSAK 71 membagi kategori
menurut model bisnis yang terdiri dari 3 kategori yaitu, Biaya perolehan diamortisasi,
Nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain (FVOCI) dengan recycling, Nilai
wajar melalui laba rugi (FVTPL).
Penurunan nilai (impairment) mempengaruhi pendapatan bank secara langsung yaitu
pendapatan bunga yang akan diterima maupun penurunan laba karena harus
membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku. Bila terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai,
4
perhitungan penurunan nilai atas aset keuangan pinjaman (kredit) yang diberikan,
dilakukan dalam dua bentuk perhitungan yaitu secara individual atas aset keuangan
yang signifikan secara individual, dan secara individual atau kolektif untuk aset
keuangan yang tidak signifikan secara individual. Definisi dan klasifikasi signifikan
atau tidaknya suatu aset keuangan dalam hal pinjaman yang diberikan tergantung
kepada bank yang bersangkutan.
Pada praktik biasanya bank-bank besar membedakan portofolio untuk pinjaman
(kredit) yang diberikan atas pinjaman korporasi, komersil dan konsumen. Jumlah
tercatat aset tersebut dikurangi, baik secara langsung maupun menggunakan cadangan.
jumlah aset keuangan pinjaman (kredit) yang diberikan akan dikurangi secara langsung
maupun dengan menggunakan akun cadangan kerugian. Perhitungan cadangan
kerugian penurunan nilai aset keuangan pinjaman (kredit) yang diberikan. Pengurangan
jumlah aset keuangan pinjaman (kredit) yang diberikan ini perlu dihitung dengan teliti
karena akan mempengaruhi pendapatan dan laba dari bank. Ashido (1992)
menyatakan: “Tunjangan untuk pinjaman dan kerugian sewa guna usaha dapat
membuat atau menghancurkan profitabilitas bank. Tunjangan yang berlebihan
menyebabkan kerugian yang terlalu besar; tunjangan yang tidak memadai
menyebabkan keuntungan yang terlalu besar ” mengingat jumlah debitur yang besar
dengan nilai tercatat dari pinjaman (kredit) yang diberikan berbeda-beda, perhitungan
dari cadangan kerugian nilai aset keuangan pinjaman (kredit) yang diberikan
memerlukan perhitungan secara statistik . Bank biasanya menggunakan Migration
Analysis Method untuk menghitung penurunan nilai secara kolektif. Dalam penelitian
5
lain mengenai masalah penurunan nilai antara lain dapat dilihat pada penelitian yang
dilakukan oleh Laskrido et.al (2014), Detecting asset impairment earnings
management on IFRS context; Bart et.al (1995), Response to FASB Exposure Draft “
Accounting by the Creditors for impairment of a loan income recognition”, dalam
penelitian Hutabarat (2015) menyatakan bahwa dalam perhitungan CKPN aset
keuangan berdasarkan PSAK 55 dapat dipenuhi oleh bank tetapi dalam pelaksanaanya
untuk perhitungan yang bersifat kolektif, bank mengalami kesulitan, karena jatuh
tempo debitur yang berbeda, adanya perbedaan waktu antara data yang terindikasi
dengan masa pelaporan dan tersedianya data historis yang memerlukan tingkat akurasi
daya yang tinggi.
Salah satu cara untuk mengurangi kerugian dari kredit macet yaitu adanya tindakan
yang dilakukan oleh pihak bank yaitu menurunkan suku bunga, memperpanjang waktu
penjualan aset yang dijaminkan ke nasabah. Berdasarkan PSAK 55 baik cadangan
kerugian penurunan nilai aset yang dijamin telah diatur. Penyajian, Pengakuan dan
Pengukuran merupakan satu kesatuan yang digunakan sebagai acuan bagi pihak bank
dalam menyusun laporan keuanganya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Penerapan PSAK 55 Atas Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan pada Perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia”
6
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan PSAK 55 atas klasifikasi, pengakuan dan pengukuran aset
keuangan pada laporan keuangan perbankan?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai Aset Keuangan terhadap laporan keuangan bank?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengevaluasi Penerapan PSAK 55 pada laporan keuangan Perbankan
mengenai klasifikasi, pengakuan, pengukuran dari aset keuangan bank.
2. Untuk mengevaluasi kesesuaian Cadangan Kerugian Penurunan Nilai dengan
PSAK 55 pada Perbankan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan terkait
masalah yang dihadapi oleh bank umum dalam penerapan PSAK 55. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan tambahan referensi pengetahuan dan wawasan bagi
peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi penerapan
PSAK 55.
7
1.4.2 Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dipakai pembuat kebijakan
(standard setters) dan para regulator untuk menentukan standar akuntansi keuangan
dan peraturan yang lebih sesuai dan dapat implementasikan oleh bank umum dan
menghindari duplikasi perhitungan penurunan nilai aset keuangan khususnya untuk
aset pinjaman (kredit) yang diberikan.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Kepatuhan
Teori Kepatuhan merupakan indikator dalam tingkat moralitas seorang individu
dalam hal menaati peraturan atau prosedur yang berlaku secara umum. Dalam hal
ini teori kepatuhan menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam
mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. (Harahap, 2011) menyebutkan
bahwa kepatuhan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penciptaan nilai
perusahaan sehingga setiap perusahaan harus mematuhi seluruh aturan yang berlaku
seperti kode etik perusahaan, aturan pemerintah, undang-undang, IAI, dan lain
sebagainya. Teori ini mendorong perusahaan perbankan untuk melaporkan
keuanganya tepat waktu. Sehubungan dengan ketepatan waktu pelaporn keuangan
oleh perusahaan maupun perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau
Bank Indonesia, maka kepatuhan emiten dalam melaporkan keuangan merupakan
suatu hal yang mutlak dalam memenuhi kepatuhan terhadap prinsip pengungkapan
informasi yang tepat. Dalam penerapan PSAK 55 yang mulai diterapkan januari
2012 seiring berjalannya waktu dari yang awalnya hanya empat perusahaan yang
9
mampu menerapkan, saat ini sudah semua Perbankan menerapakan PSAK 55
Instrumen keuangan dalam pencataan dan pelaporanya.
2.1.2 Teori Evaluasi
Wirawan (2011) menyatakan bahwa evaluasi merupakan alat dari berbagai cabang
ilmu pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan
aplikasi ilmu pengetahuan dalam penerapan ilmu pengetahuan. Beberapa model
evaluasi yaitu:
a. Model Evaluasi Berbasis Tujuan
Model evaluasi berbasis tujuan merupakan model evaluasi tertua dan dikembangkan
oleh Ralph W.Tyler (1950). model evaluasi berbasis tujuan secara umum mengukur
apakah tujuan yang diterapkan oleh kebijakan, program atau proyek dapat dicapai
atau tidak, Model evaluasi ini memfokuskan pada pengumpulan informasi yang
bertujuan mengukur pencapaian tujuan kebijakan, program dan proyek untuk
pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan. Jika suatu program tidak
mempunyai tujuan, atau tidak mempunyai tujuan yang bernilai, maka program
tersebut merupakan program yang buruk.
b. Model Evaluasi Bebas Tujuan
Model Evaluasi bebas tujuan dikemukakan oleh Scriver (1993). Menurut Scriven
dalam Wirawan (2011) model evaluasi ini merupakan evaluasi mengenai pengaruh
yang sesungguhnya, objek yang ingin dicapai oleh program. Ia mengemukakan
10
bahwa evaluator seharusnya tidak mengetahui tujuan program sebelum melakukan
evaluasi. Evaluator melakukan evaluasi unutk mengetahui pengaruh yang
sesungguhnya dari operasi program. Pengaruh program yang sesungguhnya
mungkin berbeda atau lebih banyak atau lebih luas dari tujuan yang dinyatakan
dalam program.
c. Model Evaluasi Formatif dan Sumatif
Istilah evaluasi formatif diperkenalkan oleh Scriver pada tahun 1967. Menurut
Scriver dalam Wirawan (2011) evaluasi formatif merupakan Loop balikan dalam
memperbaiki produk. The program standards dalam Wirawan (2011)
mendefinisikan evaluasi formatif sebagai evaluasi yang didesain dan dipakai untuk
memperbaiki suatu objek, terutama ketikaa objek tersebut sedang dikembangkan.
Sedangkan evaluasi Sumatif dilaksanakan pada akhir pelaksanaan programevaluasi
ini mengukur kinerja akhir objek evaluasi (Wirawan 2011)
d. Model Evaluasi Responsif
Model evaluasi responsive dikembangkan pada tahun 1975 oleh Stake, R. Menurut
Stake, R dalam Wirawan (2011) evaluasi disebut responsif jika memenuhi tiga
kriteria: (1) lebih berorientasi secara lanngsung kepada aktivitas program daripada
tujuan program; (2) Merespon kepada persyaratan kebutuhan informasi dari
audiens; dan (3) Perspektif nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang dilayani
dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dari program.
11
e. Model Evaluasi Contex, Input, Process, dan Product (CIPP)
Menurut Stufflebeam (2007) mendefenisikan evaluasi sebagai proses melukiskan,
memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif-
alternatif pengambilan keputusan. Melukiskan artinya memmpesifikasi,
mendefinisikan dan menjelaskan untuk memfokuskan informasi yang diperlukan
oleh para pengambil keputusan. Memperoleh artinya dengan memakai pengukuran
dan statistic untuk mengumpulkan , mengorganisasikan dan menganalisis informasi.
Menyediakan artinya mensistesiskan informasi sehingga akan melayani dengan baik
kebutuhan evaluasi para pemangku kepentingan evaluasi.
f. Model Evaluasi Ketimpangan
Model evaluasi ketimpangan dikembangkan oleh Malcolm M.Provus pada tahun
1971. Menurut Provus dalam Wirawan (2011) menyatakan evaluasi seni (arts)
melukiskan ketimpangan Antara standar kinerja dengan kinerja yang terjadi.
Penelitian ini menggunakan model evaluasi ketimpangan dimana dalam melakukan
Evaluasi Penerapan PSAK 55 Atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset
Keuangan dengan menggunakaan standar yang telah ditetapkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Indonesia (DSAK) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
12
2.2 Standar Akuntansi Keuangan
Menurut Santoso (2010) Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) merupakan
proses yang berpuncak pada penyiapan laporan keuangan perusahaan dalam rangka
pengambilan keputusan. Keluaran pertama akuntansi keuangan adalah laporan
keuangan. Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi
untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala
dari pencatatan tersebut. Laporan keuangan yang disusun untuk kepentingan umum
dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau
dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keunagan terhadap para pemegang
saham. Martani dkk (2012) Akuntansi keuangan menghasilkan informasi keuangan
tentang sebuah entitas, informasi keuangan yang dihasilkan adalah laporan
keuangan. Kesimpulanya akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang
berkaitan dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang
saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam
kauntansi keuangan adalah persamaan akuntansi :
Standar Akuntansi Keuangan merupakan standar yang berlaku di Indonesia dan
disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dipengaruhi oleh
standar akuntansi internasional yang disusun oleh International Accounting
Standards Board (IASB). Standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam
proses konvergensi secara penuh dengan IFRS yang di keluarkan oleh IASB
Aset = Liabilities + Ekuitas
13
(Prihadi, 2011). PSAK merupakan standar yang digunakan di Indonesia yang
menjadi acuan dalam menyusun laporan keuangan.
2.2.1 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Tentang Instrumen
Keuangan di Indonesia
Sebelum mengadopsi International Accounting Standads (IAS) 32 dan 39 (2009),
PSAK 55 (1999) mengacu pada SFAS 115 tentang Accounting for Certain
Investment in Debt and Equity Securities dan SFAS 133 tentang Accounting for
Derivative Instrument and Hedging Activities. PSAK 50 (1998) tentang Akuntansi
Infestasi Efek tertentu dan PSAK 55 (1999) tentang Akuntansi Instrumen Derivatif
dan Aktivitas Lindung nilai mulai berlaku efektif 1 januari 1999. Hal itu berkaitan
dengan peraturan tentang peraturan tentang pengukuran dan sistematika penyajian
instrumen keuangan berdasarkan nilai wajar yang dikeluarkan oleh Financial
Accounting Standards Board (FASB). Pengakuan dan Pengukuran instrumen
keuangan selain berpedoman pada PSAK 50 (1998) dan PSAK 55 (1999), PSAK 28
(1996), PSAK 31 (2000), PSAK 36 (1996), PSAK 42 (1998).
Bulan September dan desember tahun 2006, IAI menerbitkan PSAK 50 (revisi
2006) tentang penyajian dan pengungkapan dan PSAK 55 (revisi 2006) tentang
pengakuan dan pengukuran sehubungan dengan diterbitkanya IAS 32 (2005)
Financial Instrument : Disclosure and Presentation dan IAS 39 (2005) : Financial
Instrument :Recognition and Measurement, sebagai bentuk tanggapan atas
perubahan peraturan tentang instrument keuangan aakibat konvergensi ke IAS 32
(2005) dan IAS 39 (2005) menjadi PSAK 50 (2006) dan PSAK 55 (2006), Bank
14
Indonesia menerbitkan Surat Edaran No.11/4/DPNP perihal pelaksanaan pedoman
akuntansi perbankan Indonesia yang mewajibkan semua perusahaan perbankan di
Indonesia untuk menyusun laporan keuangan sesuai PSAK 50 (revisi 2006) dan
PSAK 55 (revisi 2006) tentang Instrumen keuangan (Boediono, 2008).
Pada awal PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) efektif berlaku 1
januari 2008, namun berdasarkan surat edaran Bank Indonesia No. 11/4/DPNP
perihal pelaksanaan pedoman akuntansi perbankan Indonesia yang diterbitkan pada
27 januari 2009. Disebutkan bahwa penggunaan PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK
55 (revisi 2006) efektif berlaku pada 1 Januari 2010. Perihal instrumen keuangan
yang mengatur tentang pengakuan dan pengukuran pada bulan oktober 2011 IAI
menerbitkan PSAK 55 (revisi 2011) untuk menggantikan PSAK 55 (revisi 2006)
yang sudah ada, sebagai bagian dari tahap penyempurnaan adopsi IAS 39 (2009)
dan berlaku efektif pelaksanaan pada 1 januari 2012. Perbedaan antara reklasifikasi
dari kelompok investasi diukur pada nilai wajar melalui laba rugi ke kelompok
pinjaman yang diberikan dan piutang dan reklasifikasi dari tersedia untuk dijual ke
kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang (Pratama, 2014). Dalam
perkembangan terakhir Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah
menerbitkan Eksposure Draft (ED) No. 71 tentang Instrumen keuangan untuk
menggantikan PSAK 55 Instrumen Keuangan, dimana PSAK 55 adalah salah satu
acuan utama dalam penyusunan PAPI 2008 dan PA-BPR.
15
2.2.2 PSAK 55 Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 55 revisi 2014. PSAK 55 mengenai instrumen keuangan yaitu
Pengakuan dan Pengukuran. Revisi PSAK 55 adalah hasil dari mengadopsi seluruh
ketentuan dala IAS 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial
Instrument. Penerbitan PSAK oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan diharapkan
dapat menciptakan proses harmonisasi penyusunan laporan keuangan serta mendorong
disiplin pasar (Widodo, 2013). Indonesia harus mengadopsi IRFS untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun
demikian, untuk mengadopsi standar akuntansi internasional itu bukan perkara mudah
karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal (Immanuella dalam
Anjasmoro, 2010).
a. Pengakuan dan Penghentian pengakuan
Pengakuan aset keuangan berkaitan dengan kapan aset keuangan tersebut dicatat
dalam neraca. Mackenzie et.al (2011) menjelaskan berikut :
“ Prinsip pengakuan dibawah IAS 39 adalah bahwa entitas harus mengakui aset
keuaangan atau liabilitas keuangan pada laporan keuanganya posisi kapan, dan
hanya ketika entitas menjadi pihak dalam kontrak ketentuan instrument.
Berdasarkan IAS 39, penghentian pengakuan aset keuangan tepat jika salah satu
dari dua kriteria terpenuhi: 1. Kontraktual hak atas arus kas dari aset keuangan telah
berakhir, 2. Keuangan aset telah di transfer (dijual) dan transfer memenuhi syarat
16
untuk penghentian pengakuan berdasarkan evaluasi atas tingkat pengalihan resiko
dan imbalan dari kepemilikan aset keuangan”
b. Pengukuran
Pengukuran berkaitan dengan penentuan nilai suatu aset keuangan atau liabilitas
keuangan yang dicatat di dalam laporan posisi keuangan. Pengukuran ini dapat berupa
pengukuran awal (Initial measurement) maupun pengukuran selanjutnya (Subsequent
measurement). Pengukuran awal dari aset keuangan pada dasarnya dilakukan dengan
nilai wajar (fair value), Pengukuran lanjutan dapat menggunakan pengukuran : Cost,
Amortize Cost dan fair value. Walaupun harga perolehan dianggap lebih objektif namun
disisi lain pengukuran dengan nilai wajar memberikan informasi yang lebih relevan
(Hutabarat, 2015).
2.3 Aset Keuangan
Aset keuangan suatu entitas dapat berupa aset keuangan (financial asset), aset
berwujud (tangible aset) dan aset tidak berwujud (intangible aset), aset keuangan
suatu entitas merupakan aset produktif yang menghasilkan kas dengan jenis aset
lainya. Karakteristik aset keuangan yang berbeda misalnya dalam bentuk dan
jenisnya, menjadikan kategori dan klasifikasi, pengakuan dan pengukuranya
berbeda dengan jenis aset suatu entitas lainya. Mackenzie et.al (2011) menyatakan
bahwa aset keuangan adalah:
“ Setiap aset itu adalah: 1. Uang tunai; 2. Instrumen ekuitas dari entitas lain; 3. Hak
kontraktif: a. untuk menerima uang tunai atau aset keuangan lain dari lingkungan
17
lain, atau b. untuk menukarkan instrumen keuangan dengan antity lain dalam
kondisi yang berpotensi baik; 4. Kontrak yang akan diselesaikan dalam instrumen
ekuitas entitas pelapor sendiri dan adalah: a. suatu turunan non yang mana
entitasnya atau mungkin berkewajiban untuk menerima sejumlah variabel instrumen
ekuitasnya sendiri, atau b. suatu derivatif yang akan atau dapat diselesaikan
daripada melalui pertukaran sejumlah uang tunai atau aset keuangan lainnya untuk
sejumlah tetap instrumen entitas sendiri (yang tidak termasuk instrumen keuangan
puntabel yang merupakan kontrak untuk penerimaan atau penyerahan entitas yang
akan datang instrumen ekuitas)”
Aset keuangan selanjutnya dibagi dalam beberapa kategori yang mempunyai
karakteristik yang serupa yang bertujuan untuk mengetahui klasifikasi dan
reklasifikasi lebih lanjut, mengetahui pengakuan awal dan pengakuan selanjutnya
serta penghentian pengakuan, san mengetahui pengukuran awal dan pengukuran
selanjutnya dari aset keuangan tersebut.
2.3.1 Klasifikasi Aset keuangan
Kategori/ klasifikasi aset keuangan sesuai dengan International Accounting Standard
(IAS) 39 : Financial Instrument terdiri dari (Mackenzie et.al., 2011):
1. Financial Assets at fair value thorugh profit and loss (FVTPL)
Aset keuangan diklasifikasi dalam FVTPL, jika aset keuangan sebagai kelompok
diperdagangkan atau pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada FVTPL.
18
Aset keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan apabila: Aset keuangan atau
kewajiban keuangan yang termasuk dalam kategori ini harus memenuhi salah satu
kondisi berikut:
1) Diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam
waktu dekat.
2) Merupakan bagian dari portfolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola
bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek.
3) Merupakan derivatif. Aset keuangan selain aset keuangan yang diperdagangkan,
dapat ditetapkan sebagai FVTPL pada saat pengakuan awal, jika:
a) Penetapan tersebut mengeliminasi atau mengurangi secara signifikan ketidak
konsistenan pengukuran dan pengakuan yang dapat timbul.
b) Aset keuangan merupakan bagian dari kelompok aset keuangan atau kewajiban
atau keduanya, yang dikelola dan kinerjanya berdasarkan nilai wajar, sesuai
dengan dokumentasi manajemen risiko atau strategi investasi perusahaan, dan
informasi tentang kelompok tersebut disediakan secara internal kepada manajemen
kunci.
c) Merupakan bagian dari kontrak yang mengandung satu atau lebih derivatif
melekat, dan PSAK 55 (revisi 2006) memperbolehkan kontrak gabungan (aset atau
kewajiban) ditetapkan sebagai FVTPL.
19
Aset keuangan FVTPL disajikan sebesar nilai wajar, keuntungan atau kerugian yang
timbul diakui dalam laporan laba rugi. Keuntungan atau kerugian bersih yang diakui
dalam laporan laba rugi mencakup dividen atau bunga yang diperoleh dari aset
keuangan.
2. Held-to-maturity investment (HTM)
Aset keuangan diklasifikasikan sebagai investasi dalam kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo hanya jika investasi tersebut memiliki pembayaran yang tetap atau telah
ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan serta entitas mempunyai intense positif
dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Pada saat
pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada nilai wajar
ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan
perolehan aset keuangan. Setelah pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh
tempo diukur dengan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku
bunga efektif dikurangi kerugian penurunan nilai yang ada.
Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi dimiliki hingga
jatuh tempo, jika dalam tahun berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun sebelumnya,
telah menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah
yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo (lebih dari jumlah
yang tidak signifikan dibandingkan dengan total nilai investasi dimiliki hingga jatuh
tempo) kecuali penjualan atau reklasifikasi tersebut :
20
a. Dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal
pemebelian kembali dimana perubahan suku bunga tidak akan berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai wajar aset keuangan.
b. Terjadi setelah entitas telah memperoleh secara substansial seluruh jumlah pokok
aset kaungan tersebut sesuai dengan jadwal pembayaran atau entitas telah memperoleh
pelunasan dipercepat atau
c. terkait dengan kejadian tertentu yang berada diluar kendali entitas, tidak berlulang
dan tidak dapat diantisipasi secara wajar oleh entitas.
3. Loan and Receibvables (L & R)
Kas dan setara kas, investasi neto sewa pembiayaan, piutang, pembiayaan konsumen,
tagihan anjak piutang dan piutang lain-lain dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif diklasifikasi sebagai “ pinjaman
yang diberikan dan piutang”. Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan
piutang diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan aset keuangan dan selanjutnya diukur
pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif
dikurangi penurunan nilai. Bunga diakui dengan suku bunga efektif, kecuali piutang
jangka pendek dimana pengakuan bunganya tidak material.
21
4. Available-for sale financial assets (AFS)
Aset keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo, diukur
pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, atau pinjaman yang diberikan dan piutang
diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual. Pada saat pengakuan awal, aset
keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya
transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan selanjutnya diukur pada nilai
wajar, dimana keuntungan atau kerugian pada perubahan pada nilai wajarnya
dilaporkan pada komponen yang terpisah pada ekuitas sampai pada saat aset keuangan
tersebut diselesaikan dan akumulasi keuntungan dan kerugian tersebut diakui pada
laporan laba rugi. Kerugian penurunan nilai dan keuntungan atau kerugian yang
timbul akibat perubahan nilai tukar sebagai hasil dari perhitungan utang biaya
amortisasi pada mata uang moneter aset keuangan tersedia untuk dijual serta
pendapatan bunga yang dihitung menggunakan metode suku bunga efektif diakui pada
laporan laba rugi.
Dari keempat kategori tersebut, kategori ketiga yaitu pinjaman yang diberikan dan
piutang (Loan and Recivables) merupakan aset keuangan non derivative dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuptasi dipasar aktif.
Lihat definisi dari PSAK 55, Mackenzie et.al (2011). Pinjaman (kedit) yang diberikan
termasuk dalam kategori ketiga diatas, dimana kredit didefinisikan (UU No.10 Tahun
1998 tentang Perbankan, Pasal 1 angka 11) sebagai berikut : “Penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
22
pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
2.4 Penurunan Nilai Aset Keuangan
Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti objektif terjadinya
peristiwa yang merugikan sebgai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi
setelah pengakuan awal kredit tersebut, dan peristiwa yang merugikan tersebut
berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset
keuangan yang dapat diestimasi secara andal (Pedoman Akuntansi Perbankan
Indonesia, 2008). Kerugian penurunan nilai terjadi pada saat kelompok aset keuangan
diturunkan nilainya. Apabila terjadi bukti objektif dari penurunan nilai tersebut akibat
dari satu atau lebih peristiwa setelah pengakuan awal dan peristiwa yang merugikan
tersebut berdampak pada arus kas masa depan maka perusahaan sudah mengalami
penurunan nilai pada kelompok aset keuangannya.
Menurut PSAK 55 (revisi 2014 ) paragraf 59 terdapat 6 peristiwa yang menyebabkan
penurunan nilai terjadi:
1. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam
2. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya gagal bayar atau tunggakan pembayaran
pokok atau bunga;
3. Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan
kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan keringanan
(konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam
tidak mengalami kesulitan tersebut;
23
4. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau
melakukan reorganisasi keuaangnan lainya;
5. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuanagan; atau
6. Data yang diobservasi mengindikasikan adanya penurunanyang dapat diukur atas
estimasi arus kas masa depan dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal
aset tersebut, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset
keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut, termasuk: (i)
memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut
(contohnya meningkatkan tunggakan pembayaran atau meningkatnya jumlah
pihak peminjam kartu kredit yang mencapai batas kreditnya dan hanya mampu
membayar cicilan bulanan minimal) atau (ii) kondisi ekonomi nasional atau lokal
yang berkolerassi dengan gagal bayar atas aset dalam kelompok tersebut
(contohnya bertambahnya tiingkat pengangguran di area geografis pihak
peminjam, turunnya harga property untuk kredit property di wilayah yang relevan,
turunya harga minyak untuk pinjaman yang diberikan kepda produsen minyak,
atau memburuknya kondisi industry yang mempengaruhi pihak peminjam dalam
kelompok tersebut).
2.5 Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai merupakan cadangan yang wajib dibentuk oleh
bank untuk menghadapi terjadinya resiko kerugian akibat penanaman dana dalam
aktiva produktif (Atika, 2017). Menurut Eka putri (2013) Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai adalah jumlah yang diturunkan dari nilai tercatat hingga menjadi
24
sebesar nilai yang dapat diperoleh dari aset. Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan
Indonesia (PAPI, 2008), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai adalah cadangan yang
wajib dibentuk bank jika terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset
keuangan atau kelompok aset keuangan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa
yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut dan berdampak pada estimasi arus
kas masa depan.
Perhitungan CKPN dilakukan melalui evaluasi individual yakni jumlah cadangan yang
diukur adalah selisih antara nilai aset tercatatat aset keuangan dengan nilai kini
estimasi arus kas masa depan yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal
dari aset keuangan. Dalam menetapkan jumlah cadangan kerugian penurunan nilai
yang akan dibentuk, bank harus memperhatikan bahwa cadangan kerugian penurunan
nilai dibentuk berdasarkan selisih antara nilai tercatat kredit dan nilai kini dari estimasi
arus kas masa mendatang yang didiskontokan dengan menggunakan suku bunga
efektif, tidak diperbolehkan membentuk CKPN melebihi jumlah yang dapat dikaitkan
pada kredit individual atau kelompok kredit kolektif dan didukung dengan bukti
objektif penurunan nilai, serta CKPN dibentuk sesuai dengan mata uang denominasi
kredit yang diberikan (PAPI, 2008).
2.5.1 Kriteria Evaluasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Kriteria evaluasi penurunan nilai menurut PAPI (2008) adalah secara Individual dan
secara Kolektif.
25
a. Kriteria individu
Bank wajib menentukan tingkat signifikansi kredit yang akan dievaluasi secara
individual yang disertai dengan dokumentasi yang memadai yang harus dikaji ulang
secara periodik. Dalam hal tidak terdapat bukti objektif penurunan nilai dan kredit
yang dievaluasi secara individual, maka kredit tersebut harus dimasukkan kedalam
kategori kredit yang akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif. Dalam hal
terdapat bukti objektif penurunan nilai dari kredit yang dievaluasi secara individual
namun tidak terdapat kerugian penurunan nilai, maka kredit tersebut tidak dimasukkan
kedalam kategori kredit yang akan dievaluasi penurunan nilainya secara kolektif.
b. Kriteria kolektif
Evaluasi penurunan nilai secara kolektif mencakup seluruh kredit yang tidak dievaluasi
secara individual dan dievaluasi secara individual, namun tidak terdapat bukti objektif
terjadinya penurunan nilai. Menurut Fitriana (2015) etiap bank dapat memilih beberapa
ketentuan dalam menentukan nilai CKPN pada kelompok kolektif ini sebagai berikut :
1. Dilihat dari perhitungan arus kas kontraktual kreditur di masa akan datang.
2. Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah
dikurangi tingkat pengembalian kreditnya.
2.5.2 Teknik Evaluasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Dalam PAPI (2008) terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi penurunan nilai, yaitu sebagai berikut:
26
1. Bank dapat menggunakan berbagai teknik untuk mengevaluasi penurunan nilai,
baik secara individual maupun kolektif.
2. Evaluasi terhadap penurunan nilai tidak hanya didasarkan pada suatu pendekatan
atau metode yang bersifat standar (prescriptive rules/formulae) tetapi juga
didasarkan pada experienced credit judgement oleh pihak yang memiliki
kompetensi dan kewenangan mengingat pengalaman kerugian historis maupun
data yang dapat diobservasi bersifat terbatas atau mungkin tidak sepenuhnya
relevan dengan kondisi saat ini.
3. Secara individual bank dapat menggunakan beberapa teknik untuk mengevaluasi
penurunan nilai dan mengukur kerugian penurunan nilai.
4. Perhitungan secara kolektif.
2.5.3 Periode Evaluasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
Untuk dapat mengevaluasi penurunan nilai, kita membutuhkan periode waktu, dan
periode evaluasi penurunan nilai adalah sebagai berikut (PAPI, 2008:186):
1. Setiap akhir bulan atau paling lambat setiap akhir triwulan, bank wajib
mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa kredit atau kelompok kredit
mengalami penurunan nilai.
2. Dalam hal bank melakukan evaluasi setiap akhir triwulan, namun terdapat bukti
obyektif terjadinya penurunan nilai sebelum tanggal evaluasi berikutnya, maka
bank wajib mengestimasi kembali arus kas masa datang dan cadangan kerugian
penurunan nilai untuk kredit tersebut.
27
2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Febriati (2013) Analisis penerrapan
PSAK 55 (revisi 2011)
Atas Cadangan
Kerugian Penurunan
Nilai
Dalam pengakuan dan
pengukuran CKPN yang
diterapkan di PT Bank BRI.Tbk,
masih mengacu pada PSAK 55
(revisi 2006)
2. Khotmi dan Kartini
(2015)
Evaluasi Penerapan
PSAK 50 dan PSAK
55 Atas Cadangan
Kerugian Penurunan
Nilai (Studi kasus pada
PT. Bank NTB
Penerapan PSAK 50 dan PSAK
55 Atas Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai telah sesuai
dengan standar dimana
pernyataan standar yang teah di
patuhi seperti piutang disajikan
piutang disajikan dalam laporan
posisi keuangan sebesar nilai
diamortisasi dikurangi CKPN.
3. Secarian dan Kiswara
(2012)
Evaluasi Penerapan
PSAK 55 (mengenai
Instrumen keuangan:
pengakuan dan
pengukuran) pada
penurunan nilai dan
tidak tertagihnya aset
keuangan, perlakuan
akuntansi, dan nilai
perusahaan (studi
kasus PT ABC
ventura)
PT ABC Ventura sudah
menerapkan PSAK 55 sesuai
dengan standar, CKPN memiliki
pengaruh dalam besaran laba
perusahaan, jika CKPN tinggi
akan menyebabkan laba
perusahaan turun dan nilai
perusahaan rendah
4. Hutabarat (2015) Analisis Perhitungan
Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai Aset
keuangan, sesuai
PSAK 55/ias 39 dan
PBI, atas Bank Umum
yang terdaftar di BEI
tahun 2013
Perhitungan CKPN yang
dipersyaratkan oleh PSAK 55
dapat dipenuhi oleh bank tetapi
dalam pelaksanaanya untuk
perhitungan yang bersifat kolektif,
bank mengalami kesulitan, karena
jatuh tempo debitur berbeda-beda,
adanya perbedaan waktu antara
data yang teridentifikasi dengan
masa pelaporan dan tersedianya
data historis yang memerlukan
tingkat akurasi data yang tinggi.
5. Widodo, 2013 Analisis dampak
implementasi PSAK
Dari perhitungan dan analisis
yang telah dilakukan terhadap
28
55 (revisi 2006) atas
Impairment Kredit
terhadap industri
perbankan
sepuluh sampel tersebut, dapat
dilihat bahwa penyisihan kerugian
kredit (CKPN) setelah
implementasi PSAK 55 (revisi
2006) lebih kecil dari pada PPAP.
PPAP dihitung berdasarkan
kolektibilitas yang ditetapkan oleh
BI, sedangkan CKPN dihitung
berdasarkan bukti objektif bahwa
terjadi penurunan nilai, yang
didapatkan dari data kegiatan
historis.
6. Syahid (2016) Pengaruh faktor
eksternal dan internal
terhadap kredit
bermasalah serta
dampaknya terhadap
Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai
menurut PSAK 55
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa BI rate, Inflasi,
pertumbuhan GDP dan ROE tidak
memiliki pengaruh yang
sugnifikan dan memiliki arah
negatif terhadap NPL, sedangkan
nilai tukar dan
BOPO tidak memiliki pengaruh
yang signifikan dengan arah yang
positif terhadap NPL.
Dilain sisi, faktor eksternal ,
internal faktor dan NPL secara
simultan memiliki pengaruh
yangsignifikan terhadap CKPN.
Jadi, faktor-faktor tersebut
memerlukan perhatian yang lebih
dari
stakeholders karena jika tidak
diatur dengan sesuai akan
mengurangi profit perusahaan dan
mengarah kepada krisis sektor
perbankan dan ekonomi di suatu
negara.
7. Annisa,dkk (2010) Penerapan penurunan
nilai instrument
keuangan berdasarkan
PSAK 50 dan 55
(revisi 2006) dan
perubahan yang harus
dilakukan perusahaan
Penerapan PSAK 50 dan 55
(revisi 2006) menyebabkan proses
impairment harus didukung
dengan data yang
tepercaya,terdokumentasi, dan
memerlukan banyak data yang
dapat diandalkan untuk
membuktikan bahwa suatu
instrumen keuangan mengalami
penurunan nilai masih banyak
kesulitan yang dihadapi oleh
29
perusahaan dalam menerapkan
PSAK 50 dan 55 (revisi 2006)
karena adanya hambatan biaya.
Tetapi dengan penggunaan
standar yang sama, diharapkan
laporan keuangan akan lebih
mudah untuk diperbandingkan.
2.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.
PSAK 55 Instrumen
keuangan :
Pengakuan dan
Pengukuran
penurunan nilai
Penurunan Nilai
Aset keuangan
Berdasarkan
Cadangan
Kerugian
Penurunan Nilai
PSAK 55 Terhadap
1.laporan keuangan
perbankan
2. Penurunan Nilai
aset keuangan
perbankan
30
III. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluatif. Saharsimi Arikunto (2014)
menyatakan bahwa penelitian evaluatif adalah penelitian yang kegiatanya melakukan
pengumpulan data atau informasi, untuk dibandingkan dengan kriteria, kemudian
diambil kesimpulan. Penelitian evaluatif merupakan jenis penelitian yang dapat
diterapkan pada objek-objek jika peneliti ingin mengetahui kualitas dari suatu kegiatan.
Penelitian evaluatif ini menuntut persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu adanya
kriteria, tolak ukur, atau standar, yang digunakan sebagai pembanding bagi data yang
diperoleh, setelah data tersebut diolah maka akan diperoleh hasil dan hasil tersebut
merupakan kondisi nyata dari objek yang diteliti. Kesenjangan antara kondisi nyata
dengan kondisi harapan yang dinyatakan dalam kriteria itulah yang dicari. Dari
kesenjangan tersebut diperoleh gambaran apakah objek yang diteliti sudah sesuai,
kurang sesuai, atau tidak sesuai dengan kriteria. Selain itu, penelitian ini memahami
perlakuan akuntansi yang dilakukan perbankan. Penelitian ini dirancang untuk
mengetahui implementasi dari PSAK 55 untuk aset keuangan bank.
31
Implementasi mencakup mengenai kategori dan klasifikasi pengukuran dan penurunan
nilai aset keuangan yang diterapkan oleh bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini juga dirancang untuk mengetahui masalah dalam penentuan parameter
yang dipergunakan dalam penentuan kerugian penurunan aset, pembentukan Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), penentuan masalah aset keuangan yang dianggap
signifikan dan adanya laporan duplikas cadangan penurunan nilai yaitu Cadangan
Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA). Porsi terbesar dari aset keuangan dalam
industri perbankan adalah pinjaman (kredit) yang diberikan, penelitian ini memberikan
perhatian khusus untuk perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
Secara rinci penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Melakukan studi kepustakaan dan jurnal penelitan yang berkaitan dengan
penurunan nilai (impairment) aset keuangan perbankan.
2. Merumuskan kembali indikator-indikator penurunan nilai yang terdapat dalam IAS
dan IFRS dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia.
3. Mendapatkan laporan keuangan tahunan serta kebijakan akuntansi yang dibuat
oleh perbankan.
4. Menentukan jenis aset keuangan dan kriteria sesuai dengan ketentuan yang
terdapat di IAS 39 (Cash, deposit in orther entities, receivables, Loan to other
entities, Investmen in bonds and other debt instruments issued by other entities,
investments in shares and other equity instruments issued by other entities).
5. Menentukan klasifikasi dan kategori dari aset keuangan dengan melihat apakah
aset keuangan diukur dengan nilai historis, biaya diamortisasi atau nilai wajar
32
dalam laporan posisi keuangan dan apakah kerugian diakui segera dalam laba rugi
atau dalam laba komprehensif lainya. Kategori aset keuangan diklasifikasi dalam :
Financial asset at fair value through profit and loss (FVTPL), Held to matury
investments (HTM), Loans and receivables (L&R) and Avaible for sale financial
assets (AFS).
6. Mendapatkan model untuk menentukan perhitungan penurunan nilai aset
keuangan.
Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
Perhitungan CKPN kolektif dilakukan untuk kategori kredit yang perhitungan CKPN-
nya belum atau tidak diperlakukan secara individual. Perhitungan pembentukan CKPN
kolektif berdasarkan kemungkinan kerugian penurunan nilai yang akan timbul dengan
formula sebagai berikut :
7.
Dimana :
PD (Probability of Default) adalah tingkat kemungkinan kegagalan debitur
memenuhi kewajiban dikalikan dengan besarnya tingkat kerugian yang
diakibatkan kegagalan debitur memenuhi kewajiban berdasarkan data historis
CKPN = Saldo awal x PD
33
Dalam penelitian ini mengevaluasi Penerapan PSAK 55 atas Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai (CKPN) Aset Keuangan di perbankan yang terdaftar di Bursa efek
Indonesia tentang Penurunan nilai aset dan perhitungan CKPN aktiva produktif.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 43 bank umum,
tidak seluruhnya bank umum ini bank devisa. Daftar populasi dari bank umum yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada table 4.1.
Table 3.1 Daftar Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI)
No Kode Nama Tanggal
Pendaftaran
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 08 Agust 2003
2 AGRS PT Bank Agris Tbk 22 Des 2014
3 ARTO PT Bank Artos Indonesia Tbk 12 Jan 2016
4 BABP PT Bank MNC International Tbk 15 Jul 2002
5 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04 Okt 2007
6 BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000
7 BBHI PT Bank Harda International Tbk 12 Agt 2015
8 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Jul 2006
9 BBMD PT Bank Mestika Dharma Tbk 08 Jul 2013
10 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk 25 Nov 1996
11 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10 Jan 2001
12 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10 Nov 2003
13 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Des 2009
14 BBYB PT Bank Yudha Bhakti Tbk 13 Jan 2015
15 BCIC PT Bank JTrust Indonesia Tbk 25 Jun 1997
16 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 06 Des 1989
17 BEKS PT Bank Pundi Indonesia Tbk 13 Jul 2001
18 BGTG PT Bank Ganesa Tbk 12 Mei 2016
19 BINA PT Bank Ina Perdana Tbk 16 Jan 2014
20 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa barat dan
Banten Tbk
08 Jul 2010
21 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur
Tbk
12 Jul 2012
22 BKSW PT Bank QNB Indonesia Tbk 21 Nov 2002
23 BMAS PT Bank Maspion Indonesi Tbk 11 Jul 2013
34
24 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14 Jul 2003
25 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31 Des 2009
26 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29 Nov 1989
27 BNII PT Maybank Indonesia Tbk 21 Nov 1989
28 BNLI Bank Permata Tbk 15 Jan 1990
29 BSIM Bank Sinarmas Tbk 13 Des 2010
30 BSWD Bank of India Indonesia Tbk 01 Mei 2002
31 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12 Mart 2008
32 BVIC Bank Victoria International Tbk 30 Jun 1999
33 DNAR PT Bank Dinar Indonesia Tbk 11 Jul 2014
34 INPC Bank Artha Graha International Tbk 29 Agt 1990
35 MAYA Bank Mayapada International Tbk 29 Agt 1997
36 MCOR PT Bank China Construction Bank
Indonesia Tbk
03 Jul 2007
37 MEGA Bank Mega Tbk 17 Apr 2000
38 NAGA PT Bank Mitraniaga Tbk 09 Jul 2013
39 NSIP Bank OCBC NISP Tbk 29 Okt 1994
40 NOBU PT Bank Nationalnobu Tbk 20 Mei 2013
41 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29 Des 1982
42 PNBS PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk 15 Jan 2014
43 SDRA PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906
Tbk
15 Des 2006
Sumber :www.idx.co.id
Pemilihan sampel didasarkan secara Purposive sampling, yaitu berdasarkan total aset
tertinggi di Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel terdiri atas 5
bank umum devisa yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) jumlah aset Rp1,064,73 triliun,
Bank Mandiri jumlah aset Rp 945,62 triliun, Bank Central Asia (BCA) jumlah aset Rp
745,04 triliun, Bank Negara Indonesia (BNI) jumlah aset Rp 648,57 triliun, dan Bank
Tabungan Negara (BTN) jumlah aset Rp 258, 74 triliun pada akhir tahun 2017.
3.3 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2013) yang dimaksud metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian
yang dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian kualitatif dan studi deskriptif.
35
Studi deskriptif digunakan karena peneliti akan mendeskripsikan mengenai pencatatan
laporan keuangan di perusahaan Perbankan dengan kesesuaian Standar Akuntansi
Keuangan untuk Instrumen Keuangan (PSAK 55). Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistik atau dengan cara-cara kuantitatif. Menurut Moleong
(2014) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Pendekatan kualitatif tepat
digunakan dalam penelitian ini karena evaluasi penerapan PSAK 55 yang akan
dilakukan terhdap laporan keuangan perbankan terdaftar di BEI ini akan lebih
dipahami.
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan data
3.4.1 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data sekunder, yang merupakan data
yang tersedia dari sumbernya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan baik neraca, dan laba rugi, perhitungan cadangan kerugian
penurunan nilai tahun 2016-2017 serta kebijakan akuntansi.
3.4.2 Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan
metode dokumentasi, yaitu metode menghimpun informasi dan data melalui metode
36
studi pustaka dan eksplorasi literatur-literatur dan laporan keuangan yang tercantum di
BEI. Data yang didapatkan berupa laporan keuangan dan CALK (Catatan Atas
Laporan Keuangan) yang dikeluarkan oleh perusahaan perbankan konvensional pada
tahun 2016-2017. Data tersebut diperoleh melalui situs yang dimiliki BEI yakni
www.idx.co.id. Studi pustaka atau literatur melalui buku teks, jurnal ilmiah dan artikel
serta alat tulis lainya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan juga
dijadikan sebagai sumber pengumpulan data.
3.5 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data komparatif terhadap laporan keuangan
Industri perbankan terdaftar di BEI. Penulis menggunakan data yang sudah diperoleh
kemudian membandingkan dengan teori-teori yang sudah ada, yaitu Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) serta PSAK 55 (Revisi 2014) sehingga penulis
mampu memberikan gambaran yang sesuai dengan fakta-fakta yang ditemukan oleh
penulis. Menurut Ibrahim (2015), analisis data dalam penelitian adalah kegiatan yang
terkait dengan upaya memahami, menjelaskan, menafsirkan dan mencari hubungan
diantara data-data yang diperoleh. Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kualitatif. Menurut Sugiyono (2013), mengungkapkan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan dilakukan
secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya jenuh. Analisis data yang dilakukan
bersifat induktif berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan. Data dari
laporan keuangan di seleksi untuk memperoleh data bank atas implementasi dari PSAK
55 / IAS 39. Data yang diseleksi mencakup mengenai kategori dan klasifikasi,
37
pengukuran penentuan parameter yang digunakan dalam penentuan kerugian
penurunan SET (impairment), pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
(CKPN) , penentuan masalah aset keuangan yang dianggap signifikan dan cadangan
penurunan nilai yaitu cadangan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA). Menurut Miles
dan Hubberman (1994) dalam Ibrahim (2015) analisis data terdiri dari tahap
pengumpulan data, kegiatan reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta
pengujian kesimpulan.
1. Tahap Pengumpulan data
Tahap pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data. Data yang dimaksud ini
berupa data-data terkait dengan kebijakan akuntansi instrumen keuangan kebijakan
akuntansi perusahaan mengidentifikasi kriteria-kriteria dari pengakuan, pengukuran
berdasarkan PSAK 55 , isi ED PSAK 55, sedangkan data laporan keuangan perusahaan
dikumpulkan untuk diteliti.
2. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses dimana seorang peneliti perlu melakukan telaahan awal
terhadap data-data yang telah dihasilkan, dengan cara melakukan pengujian data dalam
kaitannya dengan aspek atau fokus penelitian. Maksudnya adalah pengurangan atau
penentuan ulang terhadap data yang telah dihasilkan dalam penelitian. Dalam teknik
analisis ini menentukan keseuaian penerapan dalam Perbankan dengan Peraturan di
PSAK , Data-data yang sesuai dan terkait disusun dengan sistematis, dimasukkan
38
kedalam kategorisasi data (proses klasifikasi data). Sementara data-data yang
dipandang tidak sesuai dan tidak terkait dipisahkan.
3. Penyajian Data
Menurut Miles dan Hubberman, membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data yang dimaksud berupa data-data terkait dengan kebijakan
akuntansi instrument keuangan , kebijakan akuntansi perusahaan, dan laporan
keuangan perusahaan tahun 2016-2017 adalah data yang dikumpulkan untuk diteliti.
4. Penarikan Kesimpulan
Tahap ini merupakan langkah analisis yang terakhir jika data sudah diyakini telah
melalui proses reduksi data dan penyajian data. Pada tahap ini, peneliti dapat
melakukan konfirmasi dalam rangka mempertajam data dan memperjelas pemahaman
sebelum peneliti sampai pada kesimpulan akhir penelitian.
58
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan PSAK 55 Atas Cadangan
Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan pada perbankan. Penelitian ini
menggunakan sampel perbankan dengan nilai aset keuangan tertinggi tahun 2017
terdiri dari 5 sampel perusahaan perbankan. Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Kategori, klasifikasi, pengakuan dan pengukuran dari sampel bank diteliti telah
sesuai dengan PSAK 55
2) Persyaratan PSAK 55 paragraf 59 tentang kriteria yang menyebabkan
penurunan nilai aset keuangan telah dipenuhi oleh bank.
3) Perhitungan CKPN yang dipersyaratkan PSAK 55 dapat dipenuhi Bank tetapi
dalam pelaksanaanya untuk penghitungan yang bersifat kolektif , bank
mengalami kesuliatan , karena jatuh tempo debitur yang berbeda, adanya
perbedaan waktu antara data yang teridentifikasi dengan masa pelaporan dan
tersedianya data historis yang memerlukan tingkat akurasi data yang tinggi.
4) Adanya perbedaan nilai dalam pembentukan CKPN yang dibentuk oleh
Perusahaan dengan yang diterapkan standar. Perbedaan mendasar terletak pada
59
cara perhitungannya. Perusahaan dalam pembentukan nilai CKPN berdasarkan
pada kolektibilitasnya. Bila kelompok 1 CKPN dibentuk sebesar 1%, bila
kelompok 2 sebesar 5% bila kelompok 3sebesar 15% bila kelompok 4sebesar
50% bila kelompok 5 sebesar 100%. Sedangkan pembentukan nilai PPAP yang
sesuai standar berdasarkan pada data historis kerugian kedit terkait yang dilihat
dari tiga tahun kebelakang dengan menggunakan migration analysis.
5) Pada perhitungan jumlah CKPN dan PPAP perbankan menunjukkan bahwa
jumlah CKPN lebih besar dari pada PPAP, Lebih besarnya jumlah CKPN
dibandingkan dengan PPAP membuat jumlah kredit bersih yang harus disajikan
menjadi lebih sedikit karena sudah dicadangkan. Pencadangan CKPN yang
terlalu besar dapat menyebabkan berkurangnya lebih sedikit total aset pada
laporan posisi keuangan dan berkurangnya jumlah laba bersih pada laporan laba
rugi yang disebabkan adanya beban penyisihan kerugian penurunan nilai pada
tahun berjalan. Perbedaan mendasarnya terletak pada cara perhitunganya. Pada
PSAK 55, CKPN dibentuk sudah terjadi even default ( debitur telat membayar)
mengakibatkan terlalu besar pencadangannya. Pada ED PSAK 71 CKPN akan
dibentuk diawal pengakuan kredit diberikan sebagai pencadangan yang
didasarkan pada metodologi Expected Credit Loss yang kemudian diistilahkan
sebagai kerugian kredit ekspektasian.
6) Cara memperbaiki atas pembentukan CKPN yang terlalu besar, dapat diyakini
bahwa ED PSAK 71 instrumen keuangan dalam hal aspek pengukuran kredit
pada laporan keuangan bank akan signifikan khususnya dalam aspek
60
pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai asek keuangan terkait
impairment.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Penelitian ini hanya menggunakan 5 sampel penelitian dari 43 daftar perbankan
konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2) Penelitian ini hanya berfokus pada satu bidang saja yaitu Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai, yang sebenarnya PSAK 55 memiliki banyak klasifikasi
instrumen keuangan.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian , terdapat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan
untuk penelitian selanjutnya yaitu:
1. Disarankan peneliti selanjutnya untuk menambah sampel penelitian perbankan.
2. Disarankan peneliti selanjutnya untuk meneliti seluruh klasifikasi instrumen
keuangan PSAK 55 seperti instrumen lindung nilai.
3. Disarankan peneliti selanjutnya sebaiknya dapat menerapkan secara langsung
rumus perhitungan Cadangan Kerugian Pennurunan Nilai (CKPN) dengan
memperoleh informasi secara langsung mengenai Probability of default dan
data kerugian historis bank atau jenis usaha lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi International Financial Report Standard:
Kebutuhan atau paksaan? Studi kasus Pada PT. Garuda Airlines Indonesia.
Skripsi tidak dipublikasikan, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, Universitas
Diponegoro.
Annisa, R., Febriana, N., & Rusli. C. 2010. Penerapan penurunan nilai Instrumen
Keuangan berdasarkan PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi 2006) dan perubahan
yang harus dilakukan oleh perusahaan, Bina Ekonomi Majalah Ilmiah
Fakultas Ekonomi Unpar, Bandung.
Anggraita, V. 2012. Dampak penerapan PSAK 50/55 (revisi 2006) terhadap
manajemen laba di perbankan: Peranan mekanisme corporate governance,
struktur kepemilikan, dan kualitas audit, Simposium Nasional Akuntansi XV,
Banjarmasin.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2016. Exposure Draft Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 55 (revisi 2011) Instrumen Keuangan, Ikatan Akuntan
Indonesia.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2016. Exposure Draft Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 55 (revisi 2014) Instrumen Keuangan, Ikatan Akuntan
Indonesia.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 2016 Exposure Draft Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 71 Instrumen Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia.
Febriati, Ekaputri C. 2013. Analisis Penerapan PSAK 55 Atas Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai. Jurnal EMBA, Vol.1, No. 3, hal. 207-217.
Harahap, sofian syafri.2011. Teori Akuntansi. Rajawali Pers:Jakarta.
Hutabarat, Herry. 2015. Analisis Perhitungan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Aset Keuangan, sesuai PSAK 55/IAS 39 dan PBI, atas Bank Umum yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Jurnal Fakultas ekonomi,
Universitas Bunda Mulia
Ibrahim.2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2018. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta :
Salemba empat.
Immanuella, Intan. 2009. Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi
Internasional. Jurnal Ilmiah Widya Warta. Vol 33, No. 1, Hal 69-75
Isobe, Ashido, The world of Banking 11.6 (1992), A Proposal for a new Exchange
Rate System.
Khotmi, Herawati dan Kiswara, Endang.2015. Evaluasi Penerapan PSAK 50 dan
PSAK 55 Atas Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (Studi Kasus pada PT.
Bank NTB, Jurnal Akuntansi dan Keuangaan, Vol 12. No. 3, juli 2015.
Hal:333-339
Laskridou et.al, American Journal of Applied Science,11.6 (2014), Detecting asset
impairment Earnings Management on IFRS Context : Some Evidence from
Greek Listed Companies.
Mackencie et al;, 2011. Interpretation and Application of International Financial
Reporting Standards, Published by Jhon Wiley & Sons, inc.,Hoboken, New
Jersey”.
Martani, Dwi., Veronica NPS, Sylvia., Wardhani, Ratna., Farahmita, Aria., Tanujaya,
Edward. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah. Berbasis PSAK . Jilid 1.
Salemba Empat. Jakarta.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Pratama A Yogha, Ratnaningsih Dewi.2014. Perbedaan Kualitas Laba sebelum
dan sesudah Adopsi International Accounting Standards (IAS 39) pada
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Program
Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Prihadi, Toto, 2011. Laporan Keuangan Sesuai IFRS & PSAK. PPM Manajemen.
Jakarta.
Secarian M dan Kiswara E. 2012. Evaluasi Penerapan PSAK 55 (mengenai
instrumen keuangan : pengakuan dan pengukuran) pada Penurunan Nilai dan
tidak tertagihnya aset keuangan, perlakuan akuntansi, dan nilai Perusahaan
(Studi kasus pada PT ABC Ventura. Vol 1, No.2, hal 1-14.
Sriver,M.1967. Evaluation models, view points on Educational and Human Services
Evaluation, Boston: Kluwer Nijhoff publishing
Stake, R. 1975. Program Evaluation Particular Respnsive Evaluation. (Paper, No 5)
, Kalmazoo, Ml: Particular Responsive Evaluation Center.
Stufflebeam, Daniel 2007. Evaluation Theory, Models, and Applications, San
Francisco: A Wiley Imprint
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Syahid N C dwi. 2016. Pengaruh faktor eksternal dan internal terhadap kredit
bermasalah serta dampaknya terhadap Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
menurut PSAK 55.
Team Perumus Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia (revisi 2008), buku 1 dan buku 2, Direktorat Penelitian
dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia ISBN:978-979-9020 -31 -4.
The Global Public Committee, 17 june 2016, “The implementation of IFRS 9
impairment requirements by bank”.
Tyler, Ralph.1950. Models f Teaching. New Yersey : Pentice –Hall, Inc. Englewood
Cliffs.
Widodo, 2013. Analisis dampak Implementasi PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi
2006) atas Impairment kredit terhadap industri perbankan. Jurnal Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia
Wirawan.2011. Evaluasi Teori, Model, Standarr dan Profesi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Witjaksono, Armanto. Dampak ED PSAK 71 Instrumen Keuangan Terhadap
Pedoman Akuntansi Perbankan Terkait Kredit. Jurnal Online Insan Akuntan,
Vol, No 1, Juni 2017, hal 35-48.
Kontan.co.id-JAKARTA
www.bi.go.id
www.iaiglobal.or.id
www.idx.co.id
www.IFRS.com