EVALUASI PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI LOJI UNTUK …
Transcript of EVALUASI PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI LOJI UNTUK …
i
EVALUASI PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI LOJI
UNTUK MENDETEKSI PENGELOLAAN GENANGAN DI
KECAMATAN PEKALONGAN UTARA, KOTA
PEKALONGAN
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
(S. Si)
Oleh
Aditya Firmansyah
NIM 3211415027
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
iii
iv
v
SARI
Firmansyah, Aditya. 2019. Evaluasi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji untuk
Mendeteksi Pengelolaan Genangan di Kecamatan Pekalongan Utara, Kota
Pekalongan. Skripsi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Semarang. Pembimbing Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M. Si.
Kata Kunci: Sempadan sungai, pemanfaatan sempadan sungai, genangan
sempadan sungai, arahan pemanfaatan sempadan sungai
Sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang
ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Pengendalian sempadan sungai
perlu dilakukan karena pertumbuhan perkotaan yang diikuti dengan pertambahan
jumlah penduduk, lahan di tepi sungai yang semestinya merupakan kawasan
lindung berubah fungsi lahan menjadi permukiman, pertokoan bahkan industri.
Perubahan pemanfaatan lahan di sempadan sungai memerlukan penanganan
khusus dan perlu diprioritaskan agar mencapai keseimbangan ekosistem Daerah
Aliran Sungai (DAS), serta mampu mengoptimalkan upaya penanganan genangan
di sempadan sungai. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi pemanfaatan lahan di
sempadan Sungai Loji dan mendeteksi pengelolaan genangan di sempadan Sungai
Loji.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis SIG untuk membuat batas sempadan sungai dan
membuat peta penggunaan lahan di sempadan Sungai Loji. Teknik perbandingan
digunakan untuk membandingkan kondisi pemanfaatan lahan berdasarkan aspek
lingkungan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan untuk pengelolaan genangan di
sempadan sungai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan sempadan Sungai Loji
termasuk dalam kategori kurang sesuai dengan aspek lingkungan, sosial, ekonomi,
dan kelembagaan. Kondisi kurang sesuai meliputi kawasan PT Maya Industri
Food, KUD Mina Makaryo, Industri PPA makanan dan minuman (PPM T. Tirta),
GOR Jatayu, dan Jalan Jlamprang. Lokasi penelitian yang lain termasuk dalam
kategori tidak sesuai. Genangan yang ada di sempadan Sungai Loji meliputi
kawasan industri PPA makanan dan minuman (PPM T. Tirta), Pertamina SPBU
4451106 Jalan Slamaran, Jalan WR Supratman, Warung makan Bapa‟e, dan Jalan
Rajawali Utara. Hasil dari evaluasi berdasarkan teknik perbandingan digunakan
untuk mendeteksi pengelolaan genangan di sempadan Sungai Loji.
Kesimpulan penelitian ini adalah pemanfaatan sempadan sungai termasuk
dalam kategori kurang sesuai dengan aspek penilaian lahan, penanganan genangan
dapat dilakukan melalui metode struktur maupun non struktur dan pendekatan
yang lain, arahan pemanfaatan sempadan sebaiknya dimanfaatkan untuk ruang
terbuka hijau, permukiman harus dibatasi, dan pengelolaan kawasan sempadan
sungai dapat dilakukan melalui Focused Group Discussion (FGD) kepada
masyarakat.Saran, perlu adanya evaluasi terkait kondisi pemanfaatan sempadan
Sungai Loji sehingga hasil evaluasi dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan terhadap pengelolaan kawasan sempadan sungai yang lebih tertata dan
lestari.
vi
ABSTRACT
Firmansyah, Aditya. 2019. Evaluation of the Utilization of the Loji River Border to
Detect Inundation Management in North Pekalongan District, Pekalongan City. Thesis,
Department of Geography, Faculty of Social Sciences, Semarang State University.
Supervisor Prof. Dr. Dewi Liesnoor Setyowati, M. Si.
Keywords: River border, utilization of river border, river border inundation,
direction of river border utilization
River border is a virtual line on the left and right of the riverbed that is designated
as a river protection boundary. River border control needs to be done because urban
growth is followed by an increase in population, land on the banks of the river which
should be protected areas has changed the function of land into settlements, shops and
even industries. Changes in land use in the river border require special handling and need
to be prioritized in order to achieve the balance of the watershed ecosystem (DAS), and
be able to optimize efforts to handle inundation in the river border. The purpose of the
study was to evaluate land use in the Loji River border and detect inundation
management in the Loji River border.
This research is included in quantitative research using data collection methods,
namely observation and interviews. The data analysis technique uses GIS analysis
technique to make the border of the river border and make a map of land use in the border
of the River Loji. Comparison techniques are used to compare land use conditions based
on environmental, social, economic and institutional aspects for inundation management
on river banks.
The results showed that the utilization of the Loji River border is included in the
category of not suitable with environmental, social, economic, and institutional aspects.
Unsuitable conditions include the area of PT Maya Industri Food, KUD Mina Makaryo,
PPA Food and Beverage Industry (PPM T. Tirta), GOR Jatayu, and Jalan Jlamprang.
Other research locations are included in the inappropriate category. Inundations on the
border of the Loji River include the food and beverage PPA industrial estate (PPM T.
Tirta), Pertamina SPBU 4451106 Slamaran Street, WR Supratman Street, Warung Makan
Ayah'e, and Jalan Rajawali Utara. The results of the evaluation based on comparative
techniques are used to detect inundation management in the Loji River border.
The conclusion of this study is that the use of river borders is included in the
category of inadequate with aspects of land valuation, inundation management can be
done through structural and non-structural methods and other approaches, directions for
utilization of border should be used for green open space, settlements must be limited,
and management of border areas river can be done through Focused Group Discussion
(FGD) to the community. Suggestions, there needs to be an evaluation related to the
condition of the utilization of the Loji River border so that the evaluation results can be
used for making decisions on a more orderly and sustainable management of the river
border area.
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Jangan biarkan waktumu dikendalikan oleh persepsi orang lain” (bunda.pertiwi).
“Akan selalu ada tangan-tangan tak terlihat dalam tiap langkah kehidupan kita
yang selalu memberi pertolongan dalam tiap kesulitan, mari selalu bersyukur”
(Aditya Firmansyah).
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, taufik dan karunia-Nya skripsi ini
kupersembahkan kepada:
Abah Abdul Syukur dan Ibu Nining Wijaya yang
telah memberikan seluruh cinta dan kasihnya
serta segala pengorbanannya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan sesuai harapan mereka.
Adik tercinta Malik Ibrahim yang telah
memberikan doa dan dukungan dalam
mengerjakan skripsi ini.
Sahabat tercinta, Nilna, Mega, Kabut, Nusa, Ajik,
Piri, Jati, Dina, Nadia yang telah memberikan
dorongan baik berupa materi maupun moril
dalam pengerjaan skripsi ini.
Mas-mas kos “Nakula Student House” dengan
segala kebaikan hatinya telah mendukung dan
mendoakan penyusunan sripsi ini.
viii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga skripsi dengan judul “Evaluasi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji
Untuk Mendeteksi Pengelolaan Genangan Di Kecamatan Pekalongan Utara, Kota
Pekalongan” dapat diselesaikan dengan lancar. Skripsi ini disusun guna
memenuhi syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program
Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh studi di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang yang telah membantu memberikan izin penelitian dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Dr.Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si, Ketua Jurusan Geografi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah menyediakan fasilitas selama
pembelajaran di Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang.
4. Prof. Dr. Eva Banowati, M.Si, Ketua Program Studi Geografi Universitas
Negeri Semarang yang telah memberikan saran dan masukan selama penulis
menyelesaikan studi.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................ii
PENGESAHAN KELULUSAN .........................................................................iii
PERNYATAAN ..................................................................................................iv
SARI ....................................................................................................................v
ABSTRAK ..........................................................................................................vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................vii
PRAKATA ..........................................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................5
E. Batasan Istilah ................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................7
A. Deskripsi Teoritis ...........................................................................................7
1. Teori Sempadan Sungai ..........................................................................7
2. Penentuan Lebar Garis Sempadan Sungai ..............................................16
3. Genangan Sempadan Sungai ...................................................................20
xi
4. Penanganan Genangan Sempadan Sungai ...............................................22
5. Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya .............................................28
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................29
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................38
A. Lokasi Penelitian ............................................................................................38
B. Populasi Penelitian .........................................................................................39
C. Sampel dan Teknik Sampling .........................................................................39
D. Variabel Penelitian .........................................................................................48
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................49
F. Alat dan Bahan ...............................................................................................50
G. Teknik Analisis Data ......................................................................................52
1. Metode Deskriptif ......................................................................................52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................57
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...............................................................57
B. Hasil Penelitian ...............................................................................................69
1. Evaluasi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji ..........................................69
C. Pembahasan ....................................................................................................90
1. Evaluasi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji ..........................................90
BAB V PENUTUP ..............................................................................................94
A. Kesimpulan .....................................................................................................94
B. Saran ..............................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................96
LAMPIRAN ........................................................................................................101
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Lebar Sempadan Sungai untuk Berbagai Tujuan pada Berbagai
Publikasi ...................................................................................................... 17
Tabel 2. Lebar Sempadan Sungai terkait Memberikan Ruang Meandering dan
Perlindungan Banjir ..................................................................................... 18
Tabel 3. Kriteria Penetapan Lebar Sempadan Sungai menurut Permen PU
Nomor 63 Tahun 1993 ................................................................................. 20
Tabel 4. Metode Penanganan Genangan Banjir ........................................................ 28
Tabel 5. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan ............................................... 31
Tabel 6. Penentuan Sampel Lokasi Penelitian ........................................................... 42
Tabel 7. Penentuan Sampel Responden Penelitian .................................................... 46
Tabel 8. Parameter Sempadan Sungai yang Ideal berdasarkan Aspek
Lingkungan, Aspek Sosial, dan Aspek Kelembagaan ................................. 53
Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2018 ................. 68
Tabel 10. Kondisi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji Berdasarkan Titik Sampel
Lokasi Penelitian ......................................................................................... 69
Tabel 11. Hasil Skoring dan Kesesuaian Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji ........ 81
Tabel 12. Kondisi Genangan pada Sempadan Sungai Loji ......................................... 86
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tepi Sungai dan Sempadan Sungai menurut PP Sungai 38/2011
dan Gambar dari Permen PU 63/1993 yang Disempurnakan .............. 11
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian................................................................. 37
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 38
Gambar 4. Peta Titik Sampel Lokasi Penelitian ...................................................... 41
Gambar 5. Peta Administrasi Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2019 .............. 58
Gambar 6. Grafik Jenis Tanah Kecamatan Pekalongan Utara ................................ 60
Gambar 7. Peta Jenis Tanah Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2019 ................ 62
Gambar 8. Peta Geologi Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2019 ...................... 64
Gambar 9. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2019 .... 67
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian .......................................................................102
Lampiran 2. Variabel Penelitian ........................................................................103
Lampiran 3. Hasil Pemanfaatan Sempadan Sungai ............................................104
Lampiran 4. Hasil Kesesuaian Pemanfaatan Sempadan Sungai ........................106
Lampiran 5. Instrumen Observasi ......................................................................107
Lampiran 6. Instrumen Wawancara ...................................................................110
Lampiran 7. Hasil Observasi ..............................................................................114
Lampiran 8. Hasil Wawancara ...........................................................................119
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian .................................................................129
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,
menyatakan bahwa sungai merupakan salah satu bentuk alur air permukaan
yang harus dikelola secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan
hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demikian sungai harus
dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan
kemanfaatannya, dan dikendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya.
Dalam rangka mewujudkan kemanfaatan sungai serta mengendalikan
kerusakan sungai, perlu ditetapkan garis sempadan sungai, yaitu garis batas
perlindungan sungai. Garis sempadan sungai ini selanjutnya akan menjadi
acuan pokok dalam kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai serta
sebagai batas permukiman di wilayah sepanjang sungai.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 pasal 1 tentang
Sungai, sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai
yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai. Penetapan garis
sempadan sungai bertujuan sebagai upaya perlindungan, penggunaan dan
pengendalian atas sumberdaya yang ada pada sungai untuk dapat
dilaksanakan sesuai tujuan dan agar fungsi sungai tidak terganggu oleh
aktivitas disekitarnya. Garis sempadan sungai bertanggul adalah 3 (tiga)
2
meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul kurang sesuaikan garis
sempadan sungai tidak bertanggul adalah 10 (sepuluh) meter dari batas tepi
sungai.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun
2012 tentang Garis Sempadan, menerangkan bahwa garis sempadan sungai
bertanggul di Kota Pekalongan ditetapkan 5 (lima) meter di sebelah luar
sepanjang kaki tanggul. Sedangkan, garis sempadan sungai tidak bertanggul
di Kota Pekalongan ditetapkan 15 (lima belas) meter dari batas tepi sungai.
Kawasan sempadan sungai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
kegiatan budidaya pertanian dengan jenis tanaman keras yang berfungsi
lindung, kegiatan pariwisata terbatas, pembangunan prasarana lalu-lintas air
dan bangunan pengambilan air, pemasangan papan reklame, papan
penyuluhan dan peringatan, serta penempatan jaringan utilitas.
Peningkatan jumlah penduduk telah menyebabkan meningkatnya
permintaan jumlah tempat tinggal. Permintaan yang tinggi akan tempat
tinggal kurang sebanding dengan luasan yang tersedia. Masyarakat telah
melakukan pemanfaatan lahan di kawasan sempadan sungai yang menurut
peraturan perundangan yang berlaku dilarang untuk didirikan bangunan.
Sempadan sungai ternyata banyak didirikan bangunan, baik untuk kegiatan
industri maupun permukiman. Pembuangan limbah tanpa pengolahan terlebih
dahulu menyebabkan air sungai menjadi tercemar.
Alih fungsi lahan mengakibatkan adanya perubahan limpasan
permukaan (overlandflow) dan fluktuasi aliran sungai (Setyowati, 2010).
3
Pengalihan pemanfaatan lahan sempadan sungai menjadi lahan industri dan
permukiman akan menghilangkan fungsi ekologis daerah sempadan sungai.
Adanya bangunan diatas sempadan sungai menimbulkan risiko bagi
penduduk karena adanya penggenangan air periodic pada musim hujan dan
sempadan yang cenderung labil dan rawan akan banjir akan membahayakan
masyarakat yang tinggal di sempadan sungai. persepsi masyarakat yang
menganggap sungai dan sempadan sebagai tempat sampah juga akan
meningkatkan pencemaran sungai. Dampak kumulatif dari pengalihan
vegetasi sempadan sungai juga akan meningkatkan kecepatan aliran air hujan
yang menyebabkan timbulnya banjir di hilir baik durasi, frekuensi, maupun
kekuatannya.
Genangan banjir di Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan
sering terjadi tiap tahun, khususnya saat memasuki musim penghujan. Pada
tahun 2018, telah terjadi genangan banjir dengan intensitas cukup parah di
Kecamatan Pekalongan Utara, diantaranya, Kelurahan Kandangpanjang,
Kelurahan Pabean, Kelurahan Padukuhankraton, Kelurahan Panjang Wetan,
Kelurahan Kraton, Kelurahan Klego, Kelurahan Tirto, Kelurahan Kalibaros,
Kelurahan Krapyak, dan Kelurahan Bandengan. Sempadan Sungai Loji di
Kecamatan Pekalongan Utara termasuk kedalam wilayah administrasi
Kelurahan Panjang Wetan dan Kelurahan Krapyak. Bencana genangan banjir
yang diakibatkan oleh pengelolaan sempadan sungai di Kota Pekalongan
telah mengalami beberapa kali kejadian diantaranya tahun 2016 telah terjadi
4
sebanyak 16 kali, tahun 2017 telah terjadi sebanyak 28 kali, dan tahun 2018
telah terjadi sebanyak 30 kali.
Genangan banjir yang melanda sebagian besar wilayah di Kecamatan
Pekalongan Utara mengakibatkan kondisi infrastruktur menjadi rusak,
melemahnya perekonomian warga, dan mengganggu aktivitas penduduk
dalam melangsungkan kehidupannya. Untuk meminimalisir dampak yang
diakibatkan oleh bencana genangan banjir di sempadan Sungai Loji perlu
diadakannya penataan ruang kembali sesuai peraturan perundangan yang
telah disepakati dan pengelolaan sempadan sungai berdasarkan aspek
lingkungan, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek kelembagaan.
Perubahan pemanfaatan lahan di Sempadan Sungai Loji memerlukan
penanganan khusus supaya mampu mengoptimalkan upaya penanganan
genangan di sempadan Sungai Loji. Masalah genangan yang ada di sempadan
Sungai Loji membutuhkan upaya penanganan demi memelihara kelestarian
fungsi sungai sebagai sumber airdan sumber kehidupan masyarakat di
Kawasan Loji dan sekitarnya. Pengembalian peruntukan sempadan sungai
sebagai kawasan lindung akan memberi manfaat pada penduduk di sepajang
sungai. Pemberian izin pemanfaatan lahan sempadan untuk lahan terbangun
hanya akan menguntungkan sebagian kecil masyarakat pengguna lahan
sempadan Sungai Loji.
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesesuaian pemanfaatan sempadan Sungai Loji di Kecamatan
Pekalongan Utara, Kota Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengevaluasi kesesuaian pemanfaatan lahan di sempadan Sungai Loji.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengembangkan pemahaman terhadap analisis kesesuaian
pemanfaatan sempadan sungai terhadap aspek lingkungan, aspek sosial,
dan aspek kelembagaan serta mendeteksi pengelolaan genangan di
sempadan sungai.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Pekalongan agar
memperhatikan tata ruang di Kota Pekalongan, khususnya di Sempadan
Sungai Loji agar sesuai dengan kriteria sempadan sungai yang ideal
sehingga dapat memberikan upaya penanganan genangan di sempadan
Sungai Loji, Kecamatan Pekalongan Utara.
Sebagai bahan masukan bagi penduduk di sempadan Sungai Loji
untuk tetap waspada terhadap ancaman genangan dan meningkatkan
kemampuan adaptasi terhadap genangan di sempadan Sungai Loji.
6
E. Batasan Istilah
1. Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah kawasan ekosistem yang berada pada
sepanjang kiri-kanan sungai selebar 15 meter dan berfungsi sebagai ruang
penyangga antara ekosistem sungai dan daratan agar fungsi sungai dan
kegiatan manusia tidak saling terganggu.
2. Genangan
Genangan adalah kondisi dimana air mengisi dan menumpuk pada
suatu tempat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Teori Sempadan Sungai
Menurut Newson Malcolm (1997), terdapat bebrapa sifat asli ruang
tepi sungai, terutama yang berupa sempadan, antara lain:
a. Sungai yang mempunyai sudut keterangan curam cenderung
memiliki bentuk dasar sungai yang tidak stabil, kecil
kemungkinan ada genangan anak sungai. dalam karakter
bentuk sungai ini jarang terdapat habitat lain di tepi/
sempadannya.
b. Sungai dengan sudut keterangan landau, bentuk dasar sungai
agak stabil, terdapat kemungkinan habitat berkembang biak.
c. Bentuk sungai yang bergelombang tak teratur, alas an dasar
sungai agak teratur, kemungkinan tumbuh kembang habitat
sangat tinggi.
d. Bentuk sungai erliku/ berkelok, dasar sungai cenderung agak
stabil, mengalir lambat, ragam tumbuh kembang sangat tinggi.
Beberapa bentuk pembangunan ruang tepi sungai/ sempadan
menurut Rejeki (2004), antara lain untuk:
a. Pembuatan kanal penahan erosi
b. Pembangunan struktur penahan banjir yang luas (berupa talud)
c. Pembuatan saluran drainase dan irigasi yang luas
8
d. Pembersihan dari tanaman alam
e. Pembangunan dan penggunaan struktur bangunan yang
mengarah ke sungai
f. Penggunaan bantaran dank anal untuk pembuangan sampah
Sempadan sungai adalah daerah ekologi sekaligus hidrologi sungai
yang sangat penting. Fungsi dari sempadan sungai adalah untuk
menjaga kelestarian, fungsi dan manfaat sungai dari aktivitas yang
berkembang disekitarnya. Pemerintah telah menetapkan peraturan untuk
menjaga sempadan sungai dari pengalihan pemanfaatan lahan yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun
1993. Sempadan sungai dalam Peraturan tersebut diartikan sebagai garis
batas luar pengaman sungai. Penetapan garis sempadan sungai
bertujuan sebagai upaya perlindungan, penggunaan dan pengendalian
atas sumber daya yang ada pada sungai untuk dapat dilaksanakan sesuai
tujuan dan agar fungsi sungai tidak terganggu oleh aktivitas
disekitarnya. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tersebut dengan jelas
menyebutkan pada pasal 12 bahwa daerah sempadan sungai dilarang
membuang sampah, baik itu limbah padat maupun cair dan mendirikan
bangunan permanen untuk hunian atau tempat usaha.
Sempadan sungai (buffer zone) adalah zona penyangga antara
ekosistem perairan (sungai) dan daratan. Zona ini umumnya didominasi
oleh tetumbuhan dan/atau lahan basah. Tetumbuhan tersebut berupa
rumput, semak ataupun pepohonan sepanjang tepi kiri dan/atau kanan
9
sungai. Semak dan rerumputan yang tumbuh disempadan sungai
berfungsi sebagai filter yang sangat efektif terhadap polutan seperti
pupuk, obat anti hama, pathogen dan logam berat sehingga kualitas air
sungai terjaga dari pencemaran (PP Nomor 38 Tahun 2011).
Sempadan sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki
tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan/ atau kanan palung
sungai, sehingga dengan itu maka pada sempadan sungai dilarang
membuang sampah dan mendirikan bangunan untuk hunian (Polantolo,
2008). Sempadan sungai dicirikan oleh batuan dasar yang keras yang
secara alami air tidak mampu lagi untuk menerobosnya, hingga kadang
kala bentuknya berkelok-kelok, penutupan vegetasinya spesifik
(riparian), membentuk satuan ekologik terkecil, dan dipengaruhi oleh
ketinggian tempat dan jenis batuannya (Waryono, 2008).
Menurut konsep eko-hidraulik, sempadan sungai didefinisikan
sebagai kawasan ekosistem semiakuatik, amfibi, dan daratan yang
berada pada sepanjang kiri-kanan sungai (termasuk sungai buatan dan
bekas sungai) yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai secara integral sebagai
komponen ekosistem suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) atau Wilayah
Sungai (WS). Dalam keterkaitannya dengan banjir, sempadan dapat
didefinisikan sebagai area banjir 100 tahunan yang dapat
diperhitungkan dengan pemodelan banjir. Untuk memnuhi berbagai
fungsinya maka sempadan harus memuat (terdiri dari) bantaran banjir,
10
zona perubahan alur sungai, lereng sungai, dan zona transisi pada
dataran diatas lereng (FISRWG, 1998; Bolton dan Shellberg; 2001).
Sempadan sungai (terutama di daerah bantaran banjir) merupakan
daerah ekologi sekaligus hidraulik sungai yang sangat penting dan tidak
dapat dipisahkan dengan badan sungainya karena secara hidraulis dan
ekologis merupakan satu kesatuan, baik secara lateral (melintang)
maupun longitudinal (memanjang alur sungai) (Maryono, 2005).
Dilihat dari segi hidraulis-morfologis-ekologis, berdasarkan PP
Nomor 38 Tahun 2011, sempadan sungai memiliki fungsi (Bab I Pasal
1): sebagai pelindung sungai dan sebagai ruang penyangga antara
ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai dan kegiatan manusia
tidak saling terganggu. Lebih luas lagi, berdasarkan kajian integral eko-
hidraulik (Maryono, 2005), sempadan sungai berfungsi baik langsung
maupun tidak langsung, diantaranya: memperbesar infiltrasi air
limpasan, memelihara aliran dasar sungai, melindungi tebing sungai
dari pengikisan dan erosi, memberikan ruang bagi alur sungai untuk
bergerak secara lateral, memberikan perlindungan dari banjir,
memungkinkan untuk restorasi sungai di masa mendatang, dan
mempertahankan kualitas habitat amfibi (ular, katak, dan lain-lain) dan
organisme akuatik (ikan, kepiting, udang, dan lain-lain) dengan
mekanisme diantaranya: memberikan naungan dan mempertahankan
suhu air sungai pada suhu optimal, menyediakan variasi habitat,
menyediakan tempat perlindungan, sebagai sumber bahan organik
11
(serasah daun, ranting, dan kayu mati), sebagai elemen estetika koridor
sungai dan elemen ameliorasi iklim mikro, sebagai elemen
perlindungan terhadap palung sungai terkait dengan pencemarana
limbah cair maupun padat, desakan permukiman masyarakat,
penyempitan alur sungai, pelindung atau mantel terhadap alur sungai,
sebagai penyedia nutrisi bagi fauna dan sebagai tempat bertelur,
berpijah, dan hidup fauna air dan/ atau amfibi.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai sudah
mengatur ihwal sungai dan sempadan sungai secara lebih detail dan
komprehensif dibanding PP Nomor 35 Tahun 1991. Karena dalam
menentukan garis sempadan sungai diukur dari tepi palung sungai
belum dijelaskan secara detail oleh PP Nomor 38 Tahun 2011, maka
diusulkan untuk menggunakan gambar ilustrasi pada Permen PU Nomor
63 Tahun 1991 (sebelum Permen PU yang baru dikeluarkan) sebagai
berikut:
Gambar 1. Tepi sungai dan sempadan sungai menurut PP Sungai 38/2011
dan gambar dari Permen PU 63/1993 yang Disempurnakan
12
Gambar diatas dapat digunakan sebagai acuan oleh pihak-pihak
yang termasuk dalam tim yang dijelaskan pada Bab II Pasal 17 PP
Nomor 38 Tahun 2011. Keputusan akhirnya tergantung dari keputusan
Tim Penentuan Garis Sempadan tersebut yang terdiri dari unsur
pemerintah dan masyarakat dengan tetap berpegang teguh pada UU
SDA Nomor 7 Tahun 2004 dan PP Sungai Nomor 38 Tahun 2011.
Menurut Sitti Wardiningsih (2019:69), Konsep zonasi sempadan
sungai dikembangkan untuk mengembalikan fungsi ekologis sungai
sebagai area resapan atau drainase pembuangan air hujan, sebagai salah
satu bentuk konservasi lingkungan, dan menjadi habitat bagi vegetasi
banjir dan non banjir. Konsep zonasi sempadan sungai dibagi menjadi 3
(tiga) zona, yaitu zona penyangga, zona konservasi, dan zona estetika
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Zona penyangga
Area ini merupakan area hijau yang berfungsi sebagai buffer, tanpa
ada aktivitas di dalamnya sehingga pengelolaannya bersifat ekstensif.
Fungsi penyangga ini dimaksudkan untuk memaksimalkan area resapan
banjir banjir melalui penataan vegetasi yang tepat. Pada area ini akan
dikembangkan sebagai area vegetasi yang memiliki fungsi ekologi,
sebagai penyerap air, pelindung tanah dan air, pencegah erosi, penghasil
O2 serta mereduksi polusi dan radiasi matahari.
13
b. Zona konservasi
Area ini berfungsi untuk melindungi masyarakat dari dampak
negatif yang terdapat di sekitar sungai dan melestarikan vegetasi dan
satwa yang ada disekitar sungai dengan membuat RTH yang berfungsi
sebagai daerah resapan air, melindungi sungai dari pengaruh erosi
dengan cara pembuatan turap dan penataan vegetasi pada daerah yang
berlereng curam untuk mencegah erosi akibat arus sungai.
c. Zona estetika
Area ini berfungsi untuk memberikan pemandangan yang menarik
dan indah bagi sempadan sungai sehingga memberikan kesan
menyenangkan untuk dipandang mata. Fungsi estetika terlihat dari
bentukan alami sungai serta penataan vegetasi yang mendukungnya.
Prinsip-prinsip pengelolaan sempadan sungai dapat dilihat dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang bahwa
semua wilayah sempadan sungai merupakan kawasan lindung yang
tidak dapat dihuni dan dibudidayakan secara permanen. Selain itu,
adanya upaya pengelolaan wilayah sempadan sungai yang sudah
terlanjur dipergunakan sebagai hunian dan budidaya, ruang hijau dan
ruang terbuka/ publik harus tetap dipertahankan sebagai fungsi sungai
dan fungsi kota, dalam penentuan tata ruang perlu adanya intervensi
publik, perlu adanya penataan ruang yang jelas dan konsisten,
perluadanya strategi pengelolaan sempadan sungai serta instrumen-
14
instrumennya (Subdinas Pengairan, Kimpraswil Kota Yogyakarta,
2006).
Penggunaan lahan terjadi karena kepentingan manusia untuk
bertahan hidup dengan mengubah suatu bentukan menjadi bentukan
lain. Perubahan penggunaan lahan biasanya menyebabkan
bertambahnya suatu penggunaan lahan tertentu di satu sisi dan
berkurangnya penggunaan lahan di sisi lainatau berubahnya fungsi
lahan pada waktu yang berbeda (As-syakur, 2008). Aktivitas manusia
memiliki pengaruh dalam perubahan penggunaan lahan yang dapat
memengaruhi morfologi dan dinamika sungai (Yamani, 2011).
Pengaruh ruang-ruang terhadap perilaku penggunanya cukup jelas
karena pengguna melakukan kegiatan tertentu di masing-masing ruang
sesuai fungsinya (Rapport, 1990). Perubahan sempadan sungai dari
lahan non artificial menjadi lahan artificial mengubah kualitas tata
ruang. Mutu ruang sendiri sebenarnya ditentukan pula oleh terwujudnya
keserasian, kelarasan, dan keseimbangan pemanfaatan ruang. Perubahan
di sungai menjadikan terjadinya dramatisasi struktur ruang mengikuti
bentang alam. Dramatisasi struktur ruang merupakan fenomena
pembangunan kawasan artificial yang mengikuti struktur ruang yang
ada tetapi selanjutnya justru terjadi penajaman struktur. Dramatisasi
terjadi pada permukiman dengan kualitas bangunan yang baik, yang
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi pemilik bangunan di sempadan
sungai. hal ini mengakibatkan semakin tingginya intensitas struktur
15
ruang yang terjadi (Sugandhy, 1999). Perubahan penggunaan lahan
menyebabkan air hujan yang jatuh ke permukaan tanah langsung
menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan yang langsung ke sungai
akan mengenai lengkung bagian luar sehingga menyebabkan perubahan
lengkung, sedangkan material sedimen yang dibawa terendapkan pada
bagian dalam sungai (Kamarudin, 2009).
Perumahan di pinggiran sungai merupakan cerminan adanya
keterbatasan lahan kota sehinga tidak semua masyarakat dapat
menikmati fasilitas yang memadai dan dapat tinggal di lahan yang
sesuai. Karena pada hakikatnya pembangunan perumahan berkelanjutan
menurut Kirmanto (2005) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
secara berkelanjutan baik dari kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas
lingkungan. Menurut suprijanto (1995) secara garis besar karakteristik
umum permukiman tepi sungai antara lain:
a. Kawasan permukiman cenderung padatdan kumuh dikarenakan
tidak ada peraturan baku dan tertulis yang mendasarinya
b. Tipologi bangunan menggunakan struktur dan konstruksi
tradisional konvensional yang tebruat dari kayu dan bahan-
bahan yang mudah ditemukan
c. Kondisi ekonomi masyarakat cenderung berasal dari kalangan
menengah ke bawah yang bekerja pada sektor informal dan
tingkat pendidikan yang masih rendah
16
d. Adanya degradasi kualitas bantaran sungai sesuai yang diatur
oleh undang-undang dan penurunan kualitas kesehatan,
sanitasi, dan minimnya fasilitas sarana dan prasarana
permukiman
Perilaku pembuangan sampah di sepanjang sempadan sungai
maupun didalam sungai dapat merugikan penduduk sekitar dan di
kawasan lebih rendah. Meskipun sampah dapat berubah menjadi tanah,
terutama bagian atas tumpukan sampah tetapi memerlukan waktu yang
lama. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau busuk akibat
fermentasi, menjadi sarang kebakaran karena adanya gas metana di
tumpukan sampah, air yang menggenangi sampah akan mengandung
besi, sulfat, dan bahan organik yang tinggi ditambah air permukaan
(Sayid, 1986).
2. Penentuan Lebar Garis Sempadan Sungai
Beberapa metode penetapan lebar sempadan sungai yang diperoleh
dari studi literatur adalah sebagai berikut:
a. Lebar sempadan yang diperlukan untuk perbaikan fungsi ekologi
aquatik dan terestral, kualitas air, hidraulik dan morfologi sungai.
Hasil studi literatur mengenai sempadan sungai berdasarkan fungsi
ekologi, kualitas air, hidraulik dan morfologi serta tujuan
ditetapkannya disajikan dalam Tabel 1 dan 2.
17
Tabel 1. Lebar Sempadan Sungai untuk Berbagai Tujuan pada
Berbagai Publikasi
Publikasi Lokasi
Lebar sempadan (tidak termasuk
bantaran kemanan) dengan tujuan
konservasi
Perbaikan
kualitas
air
Perbaika
n habitat
aquatik
Perbaikan
habitat biota
terestrial
CRJC,
2000
Connecticut
river 30,48 m 30,48 m 91,44 m
SCSRP,
2004
South
Carolina
12,19 –
24,38 m - 30,48 – 91,44 m
Fischer &
Fischenich,
2000
- 5 – 30 m 3 – 10 m 30 – 500 m
Schueler,
1995
Urban
rivers 30,48 m
Resume 5 – 30 m 3 – 30,48
m 30 – 500 m
Publikasi
Lebar sempadan sungai terkait dengan perlindungan
kualitas air
Lebar
Dasar Keterangan
Dasbonnet
et al, 1994
SCSRP,
2004
Schueler,
1995
25m Menghilangkan 80% sedimen
30 m Melindungi kualitas air dari sedimen dan
polutan
45 m Menghilangkan suspended solid dan
nitrogin
80 m Menghilangkan 80% polutan
Wong &
McCuen,
1991
45 m Mengurangi angkutan sedimen 90%
Jacobs &
Gillram,
1985
15 m Menghilangkan nitrat dari air buangan
pertanian
Resume 15 – 80 m Meningkatkan kualitas air
Sumber: Analisis, 2019.
18
Tabel 2. Lebar Sempadan Sungai terkait Memberikan Ruang
Meandering dan Perlindungan Banjir
Publikasi
Lebar sempadan sungai terkait dengan perlindungan
kualitas air
Lebar
Dasar Keterangan
Smardon &
Felleman,
1996
2 kali
lebar
kanopi
pohon sisi
sungai
Untuk memberikan ruang untuk
meandering
Verry, 1992 45 m Perlindungan banjir
Bertulli,
1981 dan
Castelle et
all, 1994
50 – 90 m Perlindungan banjir 100 tahunan
Lynch &
Corbett,
1990
30 m
Di daerah hutan dapat mengurangi
peningkatan fluktuasi muka air dan
suhu sungai karena penebangan hutan
Lewis, 1998 36 m Menjaga stabilitas sistem aquatic
sungai di hutan
Resume 5 – 90 m Perlindungan gerakan meander dan
banjir
Sumber: Analisis, 2019.
Kajian literatur pada tabel 1 dan 2 tersebut menunjukkan bahwa
ketentuan lebar sempadan sungai (dalam hal ini sungai kecil dan
menengah karena contoh-contoh sungainya adalah sungai kecil dan
menengah) dari berbagai sumber literatur masih sangat bervariasi.
Namun dari literatur-lieratur tersebut dapat disimpulkan bahwa
manfaat sempadan sungai terhadap konservasi sungai (baik ekologi,
hidraulik dan morphologinya) sangat signifikan. Lebar sempadan
untuk konservasi perbaikan kualitas air, dengan manfaat seperti
ditunjukkan pada tabel 1, adalah 5 m sampai 80 m, untuk konservasi
habitat aquatik 3 m sampai 30,48 m dan untuk konservasi habitat
19
terestrial adalah 30 m sampai 500 m. Sedangkan untuk memberikan
ruang meandering dan perlindungan terhadap banjir diperlukan
sempadan sungai 5 m sampai 90 m. Dari literatur tersebut dapat
disimpulkan bahwa lebar sempadan sungai yang memenuhi syarat
untuk berbagai tujuan seperti pada tabel 1 dan 2 adalah antara 3 – 90
m. Khusus untuk perlindungan vegetasi terestrial diperlukan
sempadan sungai dari 3 – 500 m.
b. Lebar sempadan sungai menurut Permen PU Nomor 63 Tahun 1993.
Kajian literatur mengenahi tepi sungai masih sangat terbatas.
Menurut Permen PU 63/1993, tepi sungai ditetapkan pada titik tertinggi
tebing sungai yang berbatasan dengan teras sungai. Tepi sungai berada
di luar bantaran banjir dan masih berada pada bantaran longsor. Lebar
sempadan sungai dihitung dari tepi sungai ke arah luar. Tepi sungai
pada sungai dengan tepi yang tidak jelas seperti sungai-sungai dengan
tebing landai di daerah pantai, menurut Permen tersebut tepi sungai
ditetapkan berdasarkan kondisi erosi yang ada dan hitungan banjir
rencana.
Penentuan lebar sempadan didasarkan pada lokasi di luar kawasan
perkotaan, di dalam kawasan perkotaan, sungai besar, sungai kecil,
kedalaman sungai, sungai bertanggul dan tidak bertanggul, dan sungai
yang terpengaruh pasang surut. Pembagian lebar sempadan sungai
berdasarkan geometri tampang melintang sungai yang dijabarkan dalam
20
bentuk tabel merupakan pembagian sempadan sungai yang relatif
mudah dipahami dibanding dari berbagai sumber literatur yang lain.
Sampai sejauh ini belum dapat ditemukan kajian akademis penetapan
Permen PU 63/1993 ini. Peraturan tersebut disajikan dalam Tabel 3
sebagai berikut.
Tabel 3. Kriteria Penetapan Lebar Sempadan Sungai menurut Permen
PU Nomor 63 Tahun 1993
No. Tipe sungai
Di luar kawasan
perkotaan
Di dalam kawasan
perkotaan
Pasal
Kriteria
Lebar
Minim
al
Kriteria Lebar
Minimal
1.
Sungai bertanggul
(diukur dari kaki
tanggul sebelah
luar
- 5 m - 3 m 6
2.
Sungai tak
bertanggul (diukur
dari tepi sungai)
Sungai
besar 100 m
Kedalaman >
20 m 30 m 7 & 8
- Kedalaman 3
– 20 m 15 m 7 & 8
Sungai
kecil 50 m
Kedalaman 3
m 10 m 7 & 8
3.
Sungai yang
terpengaruh pasang
surut air laut (dari
tepi sungai)
- 100 m - 100 m 10
Sumber: Analisis, 2019.
3. Genangan Sempadan Sungai
Pengertian banjir (Bakornas, 2007) memiliki dua pengertian yaitu:
Aliran air sungai yang sesuainya melebihi muka air normal sehingga
melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada
lahan tidak sesuai disisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang
semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya
tidak dilewati aliran air dan gelombang luapan berjalan kearah hilir
21
sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air di muara
akibat badai.
Menurut jenisnya banjir dibagi kedalam tiga tipe yaitu: (1) banjir
bandang (flash flood), (2) Banjir sungai (river floods), (3) Banjir pantai
(coastal floods) (UNDP, 2004). Faktor penyebab terjadinya banjir dapat
dibedakan menjadi dua yaitu faktor alam dan faktor non alam. Faktor
alam misalnya curah hujan, pengaruh fisiografi, erosi dan sedimentasi,
kapasitas sungai, kapasitas drainase yang tidak memadai dan pengaruh
air pasang dan non alam misalnya perubahan kondisi Daerah Pengaliran
Sungai (DPS), kawasan kumuh, sampah, drainase lahan, kerusakan
bangunan pengendali banjir dan pengendalian sistim pengendalian
banjir tidak tepat (Robert J. Kodoatie, 2002).
Banjir menjadi bencana bila menimbulkan kerugian materi (seperti
kerusakan pada sarana dan prasarana, dll) dan kerugian non materi
(seperti korban jiwa dan kekacauan perekonomian). Luapan sungai
berbeda dari banjir dadakan karena banjir ini terjadi setelah proses yang
cukup lama, meskipun proses itu bisa jadi lolos dari pengamatan
sehingga datangnya banjir terasa mendadak dan mengejutkan. Selain itu
banjir sungai kebanyakan bersifat musiman atau tahunan dan bisa
berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa berhenti.
Penyebabnya adalah hutan gundul, kelongsoran daerah-daerah yang
biasanya mampu menahan kelebihan air ataupun perubahan
suhu/musim, atau terkadang akibat kedua hal itu sekaligus. Banjir
22
terjadi sepanjang sistem sungai dan anak-anak sungainya, mampu
membanjiri wilayah luas dan mendorong peluapan air di dataran tidak
sesuai, sehingga banjir yang meluap dari sungai-sungai selain induk
sungai biasa disebut banjir kiriman. Besarnya banjir tergantung kepada
beberapa faktor, diantaranya kondisi-kondisi tanah (kelembaban tanah,
vegetasi, perubahan suhu/musim, keadaan permukaan tanah yang
tertutup rapat oleh bangunan batu bata, blok-blok semen, beton,
pemukiman/perumahan dan hilangnya kawasan-kawasan tangkapan
air/alih fungsi lahan.
4. Penanganan Genangan Sempadan Sungai
Strategi dan pendekatan minimalisasi dampak, diantaranya:
a. Pengaturan tata guna lahan
Tujuan pengaturan tata guna lahan melalui undang-undang agraria
dan peraturan-peraturan lainnya adalah untuk menekan risiko terhadap
nyawa, harta benda dan pembangunan di kawasankawasan rawan
bencana (Sebastian, 2008). Kasus banjir suatu daerah dianggap rawan
bila daerah itu biasanya dan diperkirakan akan terlanda banjir air
dengan dampak-dampak negatifnya; penilaian ini didasarkan sejarah
banjir dan kondisi daerah. Bantaran sungai dan pantai seharusnya tidak
boleh dijadikan lokasi pembangunan fisik dan pemukiman. Selain itu,
Badan Pertahanan Nasional beserta departemen-departemen terkait
harus memperhatikan pula kawasan perkotaan. Pengaturan tata guna
tanah yang dilandasi data-data ilmiah dan dengan mengacu kepada
23
potensi bencana, setidaknya bencana alam seperti banjir tidak akan
diperparah oleh pengizinan pemakaian tanah yang tak mengindahkan
sisi kelayakan.
b. Kepadatan penduduk dan bangunan
Di daerah-daerah rawan banjir, jumlah korban tewas maupun
cedera akan langsung terkait dengan kepadatan penduduk. Bila daerah
itu masih dalam tahap perencanaan pembangunan atau perluasan
kawasan, rencana itu harus mencakup pula kepadatan penduduk. Bila
daerah itu sudah terlanjur digunakan sebagai lokasi pemukiman liar
oleh pendatang yang tergolong miskin, pengaturan kepadatan penduduk
bisa menjadi isu yang rawan dan peka, penduduk harus dimukimkan
kembali di tempat lain yang lebih aman dengan mempertimbangkan
dampak-dampak sosial dan ekonomis perpindahan itu. Sayangnya,
banyak lokasi pemukiman padat penduduk terletak di jalur banjir.
Bagaimanapun para perencana pengembangan daerah dan penataan
ruang harus mengambil langkah-langkah bijak untuk memperbaiki
pemukiman itu dan menekan kerentanan terjadinya bencana/banjir.
c. Larangan penggunaan tanah untuk fungsi-fungsi tertentu
Suatu daerah/kawasan yang menjadi ajang banjir sedikitnya rata-
rata 1-2 kali tiap 10 tahun terjadi banjir bandang, diyakini dan
disarankan tidak boleh ada pembangunan skala besar di daerah itu
(Sebastian, 2008). Pabrik, perumahan dan sebagainya sebaiknya tidak
diizinkan di bangun di daerah ini demi kepentingan ekonomis, sosial
24
dan keselamatan para penghuninya sendiri. Daerah tersebut bukan
berarti sama sekali tak bisa dimanfaatkan, namun pemanfaatannya lebih
disesuaikan untuk kegiatan kegiatan dengan potensi risiko lebih kecil
misalnya arena olah raga atau taman. Prasarana yang bila sampai rusak
akan membawa akibat buruk yang besar, misalnya rumah sakit, hanya
boleh didirikan di tanah yang aman. Pengaturan tata guna tanah akan
menjamin bahwa daerah-daerah rawan banjir tidak akan menderita dua
kali lipat akibat kebanjiran sekaligus pemakaian tanah yang
memperparah dampak bencana itu dengan kerugian fisik, sosial,
ekonomis dan korban jiwa yang lebih besar lagi. Pemerintah pusat dan
pemerintah daerah disarankan untuk lebih jelas dan tegas dalam
membuat regulasi dan mensosialisasikan, serta menerapkan dan
menindak tegas apabila regulasi dilanggar/ dibengkalaikan. Hal ini
sangat membutuhkan komitmen dan tanggung jawab bersama.
d. Perbaikan saluran dan vegetasi
Dasar sungai yang sudah dangkal/ tersedimentasi akibat
pengendapan harus dikeruk, diperdalam sementara untuk batas
tebing/tanggul sungai di kanan–kirinya harus pula diperlebar. Metode-
metode ini meningkatkan kemampuan penampungan lebihan air dan
menurunkan peluang meluapnya air ke sekitar sungai. Sementara untuk
kawasan/ daerah permukiman/ pusat perkotaan, kolam-kolam retensi
dan saluran buatan (drainase) sepatutnya dipelihara dan dijaga
kebersihannya. Kerawanan sedimentasi dan sampah juga menjadi faktor
25
utama penyebab banjir perkotaan. Hilangnya vegetasi seperti
pepohonan dan kawasan hijau harus segera disikapi dengan kegiatan
perlindungan vegetasi dan penghijauan. Hal ini bertujuan menjaga
berlanjutnya siklus hidrologi.
e. Konstruksi bendungan/ tanggul alam yang aman
Bendungan adalah suatu konstruksi untuk membuat waduk
(storage) yang mampu menyimpan cadangan air limpasan sekaligus
melepasnya dengan tingkat yang masih bisa dikelola. Pembangunannya
harus memperhatikan patokan tersesuai permukaan air sewaktu banjir
sehingga elevasi puncak / mercu bendungan atau tanggul berada di atas
angka keamanan. Bila banjir ternyata lebih sesuai dan lebih kuat
ketimbang bendungan maka akan terjadi limpasan over-toping yang
bisa menyebabkan jebolnya bendungan, bahayanya justru lebih besar
ketimbang kalau tak ada bendungan. Jadi bila konstruksi bendungan
tidak dirancang dengan cermat, maka keamanannya takkan terjamin
karena dampak banjir justru akan makin parah sewaktu bendungan
jebol. Penguatan bangunan yang sudah ada perlu dilakukan dengan
melakukan servis dan perawatan. Para pemilik bangunan bisa
mengusahakan menekan risiko kerusakan dengan cara memperkuat
bangunannya untuk menahan hantaman atau terjangan air. Bangunan
baru harus mempunyai pondasi yang tak mudah keropos atau longsor
dan mempunyai daya dukung yang kuat. Perlindungan dari pengikisan
tanah merupakan unsur penting menghadapi bencana banjir seperti
26
dasar sungai sebaiknya distabilkan dengan membangun „alas batu‟ atau
beton yang kuat, atau menanami bantaran dengan pepohonan,
khususnya bila dekat jembatan. Kurang sesuaikan untuk lokasi rawan
banjir atau sekitar sungai bisa diperbaiki dengan cara meninggikan
tanggul. Ini akan efektif untuk lokasi bangunan. Kurang sesuaikan
untuk mencegah/mengurangi sedimentasi pada waduk dan
pendangkalan sungai yaitu dengan dibuatnya beberapa cek-dam di hulu
sungai dan daerah-daerah rawan erosi, serta ditingkatkannya reboisasi
dan perlindungan hutan.
f. Partisipasi aktif masyarakat
Peranserta masyarakat diperlukan dalam minimasi bencana banjir.
Oleh karena itu diperlukan beberapa pendekatan, antara lain:
1) Peringatan bahaya banjir disebarkan di tingkat desa/kelurahan,
2) Kerja bakti untuk memperbaiki dasar dan tebing sungai,
membersihkan kotoran yang menyumbat saluran air, membangun
tanggul dengan karungkarung pasir atau bebatuan, menanami
bantaran sungai (penghijauan), 3). Rencana pemulihan pertanian
pasca-banjir, antar lain dengan menyimpan benih dan persediaan
lain di tempat yang paling aman dan ini dijadikan tradisi, 4).
Perencanaan pasokan air bersih dan pangan seandainya bencana
memaksa pengungsian.
Program-program untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang
bahaya banjir, meliputi: Penjelasan tentang fungsi-fungsi bantaran
27
sungai dan jalur banjir, lokasinya serta pola-pola siklus hidrologi,
identifikasi bahaya rawan banjir, mendorong perorangan untuk
memperbaiki daya tahan bangunan dan harta mereka agar potensi
kerusakan/kehancuran dapat ditekan, menggugah kesadaraan
masyarakat tentang arti penting rencana– rencana dan latihan–latihan
penanggulangan serta pengungsian, mendorong tanggung jawab
perorangan atas pencegahan dan penanggulangan banjir dalam
kehidupan sehari–hari, dan pada praktik bertani harus memperhatikan
dampak lingkungan, jangan menggunduli hutan dan hulu sungai saluran
air harus dipelihara dan sebagainya.
Metode penanganan genangan banjir pada prinsipnya ada 2
metode, yaitu metode struktur dan metode non struktur (Kodotie, 2006).
Metode struktur adalah kegiatan penanggulangan genangan banjir yang
meliputi kegiatan perbaikan sungai dan pembuatan tanggul banjir untuk
mengurangi resiko banjir di sungai, pembuatan saluran (floodway)
untuk mengalirkan sebagian atau seluruh air, serta pengaturan sistem
pengaliran untuk mengurangi debit puncak banjir dengan bangunan
seperti bendungan dan kolam retensi. Metode non struktur adalah
metode pengendalian genangan banjir dengan tidak menggunakan
bangunan pengendali banjir. Aktivitas penanganan tanpa bangunan
antara lain berupa pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) untuk
mengurangi limpasan air hujan, penanaman vegetasi untuk mengurangi
laju aliran permukaan di DAS, kontrol terhadap pengembangan
28
didaerah genangan, mislanya dengan peraturan-peraturan penggunaan
lahan, sistem peringatan dini, larangan pembuangan sampah di sungai,
serta partisipasi masyarakat. Metode penanganan genangan banjir
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Metode Penanganan Genangan Banjir
Skala Prioritas Metode
I
II
III
Metode Non Struktur
Pengaturan tata guna lahan
Pengaturan dan pengembangan daerah banjir
Metode Struktur : Bangunan Pengendali Banjir
Bendungan
Kolam retensi
Pembuatan check dam
Bangunan pengurang kemiringan sungai
Pembuatan polder
Metode Struktur : Perbaikan dan Pengaturan
Sistem Sungai
Sistem jaringan sungai
Pelebaran atau pengerukan sungai
Perlindungan tanggul
Tanggul banjir
Sudetan
Floodway
Sumber : Kodoatie, Robert. J. 2002.
5. Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya
Menurut Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 pembagian
kawasan berdasarkan fungsi utamanya menjadi kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang
29
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta mahluk hidup lainnya. Kurang sesuaikan kawasan budidaya adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya buatan.
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Kajian terdahulu yang relevan dijadikan sebagai rujukan penelitian ini
mengambil sumber dari jurnal baik nasional maupun internasional. Kajian
dari hasil-hasil penelitian ini digunakan sebegai referensi atau rujukan
didalam penelitian yang akan dilakukan.
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Analisis Penggunaan Lahan
Sempadan Sungai Sario di Kota Manado” yang disusun oleh “Putra Rahman
Labora dkk” pada tahun 2016 memiliki tujuan penelitian yaitu untuk
menganalisis kesesuaian antara penggunaan lahan saat ini dengan ketentuan
pemanfaatan ruang sempadan Sungai Sario yang ditetapkan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Manado dan untuk menganalisis kesesuaian antara
penggunaan lahan saat ini dengan ketentuan pemanfaatan ruang sempadan
Sungai Sario yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Manado
Berdasarkan penelitian dengan judul “Perencanaan RTH Sempadan
Sungai Ciliwung di Kawasan Kampung Pulo dan Bukit Duri Jakarta” yang
disusun oleh “Sitti Wardiningsih dan Banni Fuadi Salam” pada tahun 2019
memiliki tujuan penelitian yaitu untuk merumuskan konsep perencanaan
30
sempadan sungai Ciliwung yang tepat, khususnya pada kawasan permukiman
Kampung Pulo dan Bukit duri dan untuk mengembangkan konsep restorasi
sungai, yaitu konsep untuk mengembalikan sungai dan sempadan pada
kondisi alami.
Berdasarkan penelitian dengan judul “Pola Pengendalian Banjir pada
Bagian Hilir Saluran Primer Wonorejo Surabaya” yang disusun oleh “S.
Kamilia Aziz” pada tahun 2011 memiliki tujuan penelitian yaitu untuk
menyelesaian persoalan banjir pada bagian hilir Saluran Primer Wonorejo dan
untuk mengkaji kembali luas busem yang dibutuhkan agar banjir dapat
dialirkan dengan baik dan tidak menimbulkan bencana.
Berdasarkan penelitian dengan judul “Managed Flooding for Riparian
Ecosystem Restoration (Managed flooding reorganizes riparian forest
ecosystems along the middle Rio Grande in New Mexico)” yang disusun oleh
“Manuel C. Molles Jr. ” pada tahun 2014 memiliki tujuan penelitian yaitu
untuk menata ulang ekosistem hutan dan mengembangkan konsep restorasi
dan penanganan banjir di sempadan tengah Rio Grande.
Berdasarkan penelitian dengan judul “Water quality in the upper Han
River basin, China: The impacts of land use/land cover in riparian buffer
zone” yang disusun oleh “Siyue Li dkk ” pada tahun 2008 memiliki tujuan
penelitian yaitu untuk menganalisis penggunaan lahan di hulu Sungai Han,
dan untuk memberikan masukan terhadap pengembangan praktik penggunaan
lahan berkelanjutan di zona sempadan untuk kegiatan konservasi air di hulu
Sungai Han, China.
31
Tabel 5. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Nama/ Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian
1. Putra Rahman Labora dkk
(2016) / “Analisis Penggunaan
Lahan Sempadan Sungai Sario
di Kota Manado”
Menganalisis penggunaan
lahan pada daerah sempadan
Sungai Sario di Kota Manado
dan menganalisis kesesuaian
antara penggunaan lahan
dengan ketentuan
pemanfaatan ruang sempadan
Sungai Sario yang ditetapkan
dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Manado
Deskriptif kuantitatif dan
pengolahan data melalui
software Arcgis 10.3
1. Kondisi eksisting letak bangunan
sempadan Sungai Sario.
2. Kondisi eksisiting penggunaan lahan
sempadan Sungai Sario.
3. Identifikasi tipologi penggunaan lahan
dan letak bangunan sempadan sungai.
4. Kesesuaian ketentuan pemanfaatan ruang
sempadan Sungai Sario dengan letak
bangunan dan penggunaan lahan.
5. Kesesuaian batas sempadan sungai 5 dan
15 meter.
2. Sitti Wardiningsih dan Banni
Fuadi Salam (2019) / Jurnal
Arsitektur “Perencanaan RTH
Sempadan Sungai Ciliwung di
Kawasan Kampung Pulo dan
Bukit duri Jakarta”
Merumuskan konsep
perencanaan sempadan sungai
Ciliwung yang tepat,
khususnya pada kawasan
permukiman Kampung Pulo
dan Bukit duri dan
mengembangkan konsep
restorasi sungai, yaitu konsep
untuk mengembalikan sungai
dan sempadan pada kondisi
alami.
Pendekatan J.O. Simonds
tahun 1987, meliputi
perencanaan desain awal
dari tahapan-tahapan
kegiatan pendahuluan,
inventarisasi, analisis,
sintesis, konstruksi,
konsep, dan desain
1. Sungai Ciliwung memiliki lebar
sepanjang 50 meter di kanan-kiri sungai
untuk daerah perkotaan.
2. Terdapat 3 zona pada sempadan sungai,
yaitu zona penyangga, zona konservasi,
dan zona estetika.
3. Konsep yang dikembangkan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan akan Ruang
Terbuka Hijau.
4. Vegetasi yang dipakai didasarkan pada
zonasi yang telah dirumuskan, yaitu
meliputi fungsi penyangga, konservasi,
pengarah, penyerap air, penahan erosi,
dan estetika.
Sumber: Analisis 2019
32
Tabel 5. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan (Lanjutan)
Nama/ Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian
3. S. Kamilia Aziz (2011) /
Jurnal APLIKASI “Pola
Pengendalian Banjir pada
Bagian Hilir Saluran Primer
Wonorejo Surabaya”
Menyelesaian persoalan banjir
dan mengkaji kembali luas
busem yang dibutuhkan agar
banjir dapat dialirkan dengan
baik dan tidak menimbulkan
bencana.
Analisis hidrograf melalui
program Hecras
1. Saluran tidak dapat menampung debit
banjir.
2. Penanganan banjir perlu dialkukan
dengan memperluas busem dan
dibutuhkan studi AMDAL .
4. Manuel C. Molles Jr.
(2014) / Jurnal Oxford
“Managed Flooding for
Riparian Ecosystem
Restoration (Managed
flooding reorganizes
riparian forest ecosystems
along the middle Rio
Grande in New Mexico)”
Menata ulang ekosistem hutan
dan mengembangkan konsep
restorasi dan penanganan
banjir di sempadan tengah Rio
Grande.
Monitoring dan
pengembangan konsep
restorasi dan penanganan
banjir
1. Pengembangan konsep restorasi dan
penanganan banjir
2. Pengembangan model reorganisasi
ekosistem untuk restorasi sempadan
sungai.
5. Siyue Li dkk (2008) /
Journal Of Hazardous
Material “ Water quality in
the upper Han River basin,
China: The impacts of land
use/land cover in riparian
buffer zone”
Menganalisis kondisi polutan,
penggunaan lahan, dan
memberikan masukan terhadap
pengembangan praktik
penggunaan lahan
berkelanjutan di zona
sempadan untuk kegiatan
konservasi air di hulu Sungai
Han, China
Analisis sampel air,
analisis penutup dan
penggunaan lahan, dan
analisis statistik
1. Perairan di hulu Sungai Han adalah
tipe Ca-HCO3 dengan mineralisasi
tidak sesuai dan alkalinitas kurang
sesuai. CODMn dan nitrogen adalah
polutan utama yang merusak kualitas
cekungan air.
2. Cekungan memiliki kualitas air yang
relatif lebih baik di musim kemarau.
Sumber: Analisis 2019
33
Persamaan penelitian pertama yang berjudul “Analisis Penggunaan Lahan
Sempadan Sungai Sario di Kota Manado” dengan penelitianyang dilakukan
ialah permasalahan, tujuan, dan metode yang akan digunakan sama. Perbedaan
penelitian pertama yang berjudul ”Analisis Penggunaan Lahan Sempadan
Sungai Sario di Kota Manado” dengan penelitian yang dilakukan ialah pada
penelitian yang telah dilakukan tidak mengkaji kesesuaian bangunan dengan
pemanfaatan ruang dan tidak mengkaji strategi penanganan kesesuaian
pemanfaatan lahan terhadap Rencana Tata Ruang. Penelitian telah dilakukan
lebih menitikberatkan pada penilaian terhadap pemanfaatan sempadan dengan
beberapa aspek yang dilihat diantaranya aspek lingkungan, sosial, ekonomi,
dan kelembagaan untuk penanganan genangan di sempadan sungai.
Persamaan penelitian kedua yang berjudul “Perencanaan RTH Sempadan
Sungai Ciliwung di Kawasan Kampung Pulo dan Bukit duri Jakarta” dengan
penelitian yang di lakukan ialah sama-sama mengkaji konsep zonasi sempadan
sungai. Perbedaan penelitian kedua yang berjudul ”Perencanaan RTH
Sempadan Sungai Ciliwung di Kawasan Kampung Pulo dan Bukit duri
Jakarta” dengan penelitian yang telah dilakukan ialah metode yang digunakan
tidak mengkaji sinousitas sungai dan konsep perencanaan pola vegetasi
sempadan sungai. Penelitian yang telah dilakukan lebih menitikberatkan pada
metode menggunakan teknik skoring dengan bantuan Sistem Informasi
Geografi sehingga menghasilkan nilai analisis pada sempadan sungai yang
dapat digunakan untuk mengkaji permasalahan genangan di sempadan sungai.
34
Persamaan penelitian ketiga yang berjudul “Pola Pengendalian Banjir pada
Bagian Hilir Saluran Primer Wonorejo Surabaya” dengan penelitian yang
dilakukan ialah permasalahan dan tujuan yang sama. Perbedaan penelitian
ketiga yang berjudul “Pola Pengendalian Banjir pada Bagian Hilir Saluran
Primer Wonorejo Surabaya” dengan penelitian yang telah dilakukan ialah
metode yang digunakan tidak menggunakan analisis hidrograf. Penelitian telah
dilakukan menggunakan metode skoring sehingga menghasilkan kelas analisis
pemanfaatan pada sempadan sungai yang dapat digunakan untuk mengkaji
permasalahan yang ada di sempadan sungai terkait dengan genangan sempadan
sungai.
Persamaan penelitian keempat yang berjudul “Managed Flooding for
Riparian Ecosystem Restoration (Managed flooding reorganizes riparian
forest ecosystems along the middle Rio Grande in New Mexico)” dengan
penelitian dilakukan ialah permasalahan dan tujuan yang sama. Perbedaan
penelitian keempat yang berjudul “Managed Flooding for Riparian Ecosystem
Restoration (Managed flooding reorganizes riparian forest ecosystems along
the middle Rio Grande in New Mexico)” dengan penelitian yang telah
dilakukan ialah metode yang digunakan tidak menggunakan monitoring serta
tidak mengembangkan model reorganisasi ekosistem. Penelitian yang telah
dilakukan menggunakan metode skoring sehingga menghasilkan kelas analisis
pemanfaatan pada sempadan sungai yang dapat digunakan untuk mengkaji
permasalahan yang ada di sempadan sungai terkait dengan genangan sempadan
sungai.
35
Persamaan penelitian kelima yang berjudul “Water quality in the upper
Han River basin, China: The impacts of land use/land cover in riparian buffer
zone” dengan penelitian yang dilakukan ialah permasalahan, tujuan, dan
metode analisis penggunaan lahan yang sama. Perbedaan penelitian kelima
yang berjudul “Water quality in the upper Han River basin, China: The
impacts of land use/land cover in riparian buffer zone” dengan penelitian yang
akan saya lakukan ialah metode yang digunakan tidak menggunakan analisis
sampel air dan tidak mengembangkan konsep kualitas air. Penelitian yang telah
dilakukan lebih mentikberatkan pada analisis yang dinilai dari aspek
lingkungan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan sehingga dapat digunakan
untuk penanganan genangan di sempadan sungai.
Persamaan dari kelima penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
ialah persamaan obyek dan tujuan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui pemanfaatan sempadan sungai dan penanganan banjir. Kurang
sesuaikan perbedaan dari kelima penelitian ini dengan penelitian yang telah
dilakukan ialah variabel atau parameter yang digunakan dalam masing-masing
penelitian tidaklah sama, konsep yang dikembangkan tidak sama, serta metode
yang digunakan masing-masing penelitian juga berbeda. Penelitian yang telah
dilakukan lebih mentikberatkan pada analisis yang dinilai dari aspek
lingkungan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan sehingga dapat digunakan
untuk penanganan genangan di sempadan sungai.
36
C. Kerangka Berpikir
Kajian terkait genangan banjir sempadan di sempadan Sungai Loji dapat
diketahui bahwa tiap tahun mengalami penambahan intensitas kejadian
genangan di sempadan sungai. Adanya genangan tersebut tentunya
disebabkan oleh faktor yang memicu intensitas genangan di sempdan sungai
menjadi besar yang dapat dikaji melalui kondisi sempadan Sungai Loji dan
pemanfaatan sempadan Sungai Loji. Kondisi sempadan Sungai Loji dapat
dilihat dari kondisi fisik maupun sosial yang ada di sempadan Sungai Loji.
Pemanfaatan sempadan Sungai Loji dapat dilihat dengan cara
mengidentifikasi pemanfaatansempadan sungai yang terdiri dari aspek
lingkungan, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek kelembagaan. Aspek
lingkungan terdiri dari zonasi sempadan sungai, penggunaan sempadan
sungai, dan estetika lingkungan. Aspek sosial terdiri dari kependudukan,
kebiasaan penduduk, penerapan teknologi, dan upaya penduduk maupun
pemerintah. Aspek ekonomi terdiri dari bentuk pemanfaatan untuk
kesejahteraan manusia, industry, dan kegiatan jasa. Aspek kelembagaan
terdiri dari status kepemilikan tanah. Hasil dari evaluasi kesesuaian
pemanfaatan sempadan sungai dapat digunakan untuk menganalisis upaya
restorasi yang ada di sempadan sehingga diharapkan terwujudnya kawasan
sempadan sungai yang lestari dan memperhatikan Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.
37
Gambar 2. Kerangka Berpikir
Pemanfaatan sempadan sungai
1. Zonasi
sempadan
sungai
2. Penggunaan
sempadan
sungai
3. Estetika
lingkungan
1. Kependudukan
2. Kebiasaan
penduduk
3. Penerapan
teknologi
4. Upaya
penduduk
maupun
Pemerintah
1. Bentuk
pemanfaatan
untuk
kesejahteraan
2. Industri
3. Jasa
Aspek Kelembagaan
1. Status
kepemilikan
tanah
Aspek Lingkungan
Aspek
Sosial Aspek
Ekonomi
Kawasan
sempadan
sungai yang
berfungsi
sebagai
kawasan
lindung yang
konservatif
Kawasan
sempadan sungai
yang sejalan
dengan
kelestarian bagi
kehidupan
penduduk sekitar
Kawasan
sempadan
sungai yang
bernilai
ekonomis
Kepemilikan
sempadan
sungai untuk
masyarakat
umum
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Pekalongan, tepatnya di Kecamatan
Pekalongan Utara. Lokasi penelitian dilakukan pada sempadan Sungai Loji
yang termasuk kedalam wilayah administrasi Kelurahan Panjang Wetan dan
Kelurahan Kandang Panjang (pada wilayah sisi kiri Sungai Loji) dan
Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Krapyak Kidul (pada wilayah sisi
kanan Sungai Loji). Berikut Peta Lokasi Penelitian Tahun 2019 yang disajikan
pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
39
B. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini terbagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu populasi
kawasan sempadan Sungai Loji (dalam peta tergambar batas sempadan Sungai
Loji dari nomor 1-2) dan populasi penduduk yang tinggal di sempadan Sungai
Loji dan termasuk kedalam wilayah administrasi Kelurahan Panjang Wetan
(pada wilayah sisi kiri Sungai Loji) dan Kelurahan Krapyak (pada wilayah sisi
kanan Sungai Loji). Dalam Peta, titik sampel ditunjukkan dengan simbol bulat
merah. Adapun Luas wilayah Kecamatan Pekalongan Utara adalah 1.488 Ha
dan jumlah penduduk di Kecamatan Pekalongan Utara adalah 81.065 jiwa
(Kecamatan Pekalongan Utara Dalam Angka, 2018).
C. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) yaitu titik sampel
yang diambil di dalam zona sempadan Sungai Loji dan sampel penduduk yang
berdomisili di Kelurahan Panjang Wetan dan Kelurahan Krapyak. Pengambilan
sampel menggunakan teknik area purposive sampling, dimana telah ditetapkan
wilayah yang menjadi objek penelitian.
Sampel lokasi penelitian diambil berdasarkan karakteristik wilayah
penelitian yang rawan terjadi genangan pada sempadan sungai. Sampel lokasi
diambil pada wilayah tikungan sungai, beberapa di alur sungai, dan pertemuan
antara 2 (dua) sungai. Sampel lokasi berjumlah 12 (dua belas) titik yang
menjadi fokus penelitian (lihat Peta Titik Sampel Lokasi Penelitian Gambar 4).
Dari 12 (dua belas) titik tersebut merupakan wilayah dengan pemanfaatan
40
sempadan yang beragam, yaitu pemanfaatan untuk kegiatan ekonomi, industri,
dan permukiman.
Penggambaran titik sampel lokasi penelitian melalui peta digunakan untuk
mengetahui titik sampel lokasi dengan simbol titik berwarna merah. Pada saat
dilakukan pengambilan data tiap titik sampel lokasi, maka dapat diketahui pula
kondisi pemanfaatan sempadan sungai, baik sisi kiri maupun kanan sungai.
Penggambaran titik sampel lokasi penelitian lebih mudah dipahami pada
Gambar 4.
Pemilihan titik sampel lokasi penelitian dipilih pada wilayah yang
mengalami genangan pada saat musim hujan tiba maupun akibat pengaruh
pasang surut air laut (rob) di Kecamatan Pekalongan Utara. Akibat pengaruh
musim hujan dan pasang surut air laut (rob), genangan terjadi di sempadan
Sungai Loji. Permukiman pada sisi kanan dan kiri sungai telah mengalami
genangan akibat air hujan maupun rob. Selain permukiman, terdapat pula
pusat-pusat kegiatan yang lain yang juga mengalami genangan sempadan
Sungai Loji, seperti Gelanggang Olahraga (GOR), Jalan penghubung antar
kecamatan, pertokoan, dan industri. Lokasi penelitian disajikan pada Tabel 6.
Penentuan sampel responden ditentukan berdasarkan kondisi di lapangan,
yaitu mengikuti titik sampel lokasi, sehingga pada saat pengambilan titik
sampel lokasi beriringan dengan pengambilan sampel responden. Responden
ditentukan sesuai kondisi pemanfaatan sempadan Sungai Loji. Terdapat 18
(delapan belas) responden dengan beragam profesi/ status. Jumlah responden
41
pada tiap titik berbeda-beda karena mengikuti karakteristik titik sampel lokasi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Peta Titik Sampel Lokasi Penelitian
42
Tabel 6. Penentuan Sampel Lokasi Penelitian
No Lokasi Koordinat Alasan Pemilihan Lokasi Keterangan Foto Lokasi
1 PT Maya Industri
Food, Kelurahan
Krapyak
6.866ºLS dan
109.688ºBT
Lokasi ini merupakan lokasi
industri pengolahan makanan
dan minuman yang terletak di
pertemuan 2 sungai, yaitu
Sungai Loji dan Sungai
Banger. Lokasi ini sering
tergenang apabila hujan dan
akibat air rob.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Biru
(RTB) sehingga air tidak
dapat meresap kedalam
tanah.
2 KUD Mina
Makaryo,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.867LS dan
109.685ºBT
Lokasi ini merupakan lokasi
pengolahan industri
perikanan, baik ikan maupun
udang. Lokasi ini tergenang
akibat air rob.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Biru
(RTB) sehingga air tidak
dapat meresap kedalam
tanah.
3 Industri PPA
makanan dan
minuman (PPM T.
Tirta)
6.869ºLS dan
109.686ºBT
Kawasan industri ini
merupakan kawsan ndustri
pengolahan makanan dan
minuman yang terletak di
sempadan Sungai Loji. Jalan
menuju lokasi ini tergenang
akibat rob dan luapan Sungai
Loji.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Ruang
Terbuka Biru (RTB)
sehingga air tidak
meresap ke dalam tanah.
Sumber: Analisis, 2019.
43
Tabel 6. Penentuan Sampel Lokasi Penelitian (Lanjutan)
No Lokasi Koordinat Alasan Pemilihan Lokasi Keterangan Foto Lokasi
4 Pertamina SPBU
4451106, Jalan
Slamaran,
Kelurahan
Krapyak
6.869ºLS dan
109.687ºBT
Lokasi ini terletak di
sempadan Sungai Loji dan
kawasan cukup vital karena
merupakan lokais pengisian
bahan bakar minyak untuk
penduduk di Kelurahan
Krapyak dan sekitarnya.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Biru
(RTB).
5 Tempat
Pemakaman
Umum Kelurahan
Krapyak
6.871ºLS dan
109.683ºBT
Lokasi pemakaman di
sempadan Sungai Loji
merupakan lokasi cukup hijau
namun apabila hujan maka air
sungai dapat meluap ke
pemakaman.
Pada lokasi ini terdapat
Ruang Terbuka Hijau
(RTH) namun tidak
terdapat Ruang Terbuka
Biru (RTB).
6 Gang 5 A
Kelurahan Panjang
Wetan
6.872ºLS dan
109.678ºBT
Pada kawasan ini sering
terjadi genangan apabila
intensitas hujan sesuai dan
luberan Sungai Loji tidak
dapat dihindarkan.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Ruang
Terbuka Biru (RTB)
karena daerah ini
merupakn permukiman
pada sempadan Sungai
Loji.
Sumber: Analisis, 2019.
44
Tabel 6. Penentuan Sampel Lokasi Penelitian (Lanjutan)
No Lokasi Koordinat Alasan Pemilihan Lokasi Keterangan Foto Lokasi
7 Jalan WR
Supratman,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.873ºLS dan
109.677ºBT
Kawasan Jalan Supratman
merupakan Jalan cukup besar
penghubung Kelurahan
Panjang Wetan dengan
Kelurahan Kandang Panjang.
Jalan ini sering tergenang
akibat air hujan maupun air
rob.
Pada kawasan ini, tidak
terdapat sempadan jalan
maupun Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Ruang
Terbuka Biru (RTB).
8 Warung Makan
Bapa‟e (Jalan
Jatayu, Kelurahan
Panjang Wetan)
6.876ºLS dan
109.676ºBT
Warung makan Bapa‟e
merupakan warung makan
yang terletak di Jalan Jatayu
dan berada pada sempadan
Sungai Loji. Apabila
memasuki musim penghujan,
maka lokasi ini akan
tergenang dan terkena
dampak dari luberan Sungai
Loji karena tidak ada tanggul.
Pada kawasan ini,
terdapat luapan Sungai
Loji akibat tidak adanya
tanggul. Tidak terdapat
Ruang Terbuka Hijau
(RTH) maupun Ruang
Terbuka Biru (RTB).
9 Jalan Islam
Nusantara Gang 8
RT 03/ RW 15,
Kelurahan
Krapyak
6.877ºLS dan
109.677ºBT
Jalan Islam Nusantara
merupakan Jalan di sisi
sempadan Sungai Loji dan
beralur mengikuti alur Sungai
Loji. Jalan ini berada di
permukiman padat penduduk
yakni Gang 8 RT 03/ RW 15
Kelurahan Krapyak
Permukiman padat
penduduk pada lokasi ini
sering tergenang baik
akibat air hujan maupun
air rob.
Sumber: Analisis, 2019.
45
Tabel 6. Penentuan Sampel Lokasi Penelitian (Lanjutan)
No Lokasi Koordinat Alasan Pemilihan Lokasi Keterangan Foto Lokasi
10 Gelanggang
Olahraga (GOR)
JATAYU,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.877ºLS dan
109.675ºBT
Gedung ini merupakan
kawasan strategis di Kota
Pekalongan, namun karena
letaknya persis berada pada
sempadan Sungai Loji maka
apabila hujan tiba maka akan
terjadi genangan pada
halaman gedung maupun
lapangan olahraga.
Pada kawasan ini, tidak
terdapat zonasi sempadan
sungai karena sudah
termasuk kawsan
budidaya. Tidak terdapat
Ruang Terbuka Hijau
(RTH) maupun Runag
Terbuka Biru (RTB).
11 Jalan Rajawali
Utara, Kelurahan
Panjang Wetan
6.879ºLS dan
109.677ºBT
Jalan Rajawali Utara terletak
pada tikungan Sungai Loji
sehingga apabila hujan tiba
terdapat genangan sesesuai
kurang lebih 40 cm. Selain
itu, karena letaknya persis
pada tikungan maka kerap
terjadi air rob yang masuk ke
permukiman penduduk.
Pada kawasan ini,
permukiman penduduk
telah dikategorikan padat
dan bangunan yang
berhimpitan antara satu
dengan yang lain. Tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Biru
(RTB).
12 Jalan Jlamprang
(Taman
Jlamprang),
Kelurahan
Krapyak
6.879ºLS dan
109.680ºBT
Jalan Jlamprang merupakan
lokasi yang berada pada sisi
tikungan Sungai Loji dan
terkadang terdapat genangan
jika hujan tiba.
Pada kawasan ini, tidak
terdapat adanya
pembagian zonasi
sempadan sungai karena
sudah termasuk kedalam
kawasan budidaya Tidak
ditemukan RTH dan RTB
Sumber: Analisis, 2019.
46
Tabel 7. Penentuan Sampel Responden Penelitian
No Lokasi Koordinat Status
Responden
Jumlah
Respon
den
Alasan Jumlah
Responden
1 PT Maya
Industri
Food,
Kelurahan
Krapyak
6.866ºLS
dan
109.688ºBT
Satpam
Pabrik
1 Satpam PT Maya
Industri Food
mengetahui adanya
genangan di
sempadan Sungai
Loji.
2 KUD Mina
Makaryo,
Kelurahan
Panjang
Wetan
6.867LS
dan
109.685ºBT
Karyawan
Pabrik
1 Karyawan KUD
Mina Makaryo
mengetahui adanya
genangan di
sempadan Sungai
Loji.
3 Industri PPA
makanan dan
minuman
(PPM T.
Tirta)
6.869ºLS
dan
109.686ºBT
Karyawan
Pabrik
1 Karyawan pabrik
PPA makan dan
minuman (PPM T.
Tirta) mengetahui
tentang genangan
yang terjadi di
kawasan ini, baik
seberapa seing
maupun intensitas
kejadiannya.
4 Pertamina
SPBU
4451106,
Jalan
Slamaran,
Kelurahan
Krapyak
6.869ºLS
dan
109.687ºBT
Ibu-ibu
Rumah
Tangga
2 Pembeli dan penjual
di tempat pengisian
bahan bakar minyak
mengetahui adanya
genangan di
sempadan Sungai
Loji.
5 Tempat
Pemakaman
Umum
Kelurahan
Krapyak
6.871ºLS
dan
109.683ºBT
Penduduk
Sekitar
1 Penduduk di sekitar
TPU Krapyak
mengetahui adanya
genangan di
sempadan Sungai
Loji.
6 Gang 5 A
Kelurahan
Panjang
Wetan
6.872ºLS
dan
109.678ºBT
Ibu-ibu
Rumah
Tangga
2 Pada kawasan
merupakan
permukiman padat
penduduk sehingga
responden
merupakan penduduk
yang bertempat
tinggal pada kawasan
ini.
Sumber: Analisis, 2019.
47
Tabel 7. Penentuan Sampel Responden Penelitian (Lanjutan)
No Lokasi Koordinat Status
Responden
Jumlah
Respon
den
Alasan Jumlah
Responden
7 Jalan WR
Supratman,
Kelurahan
Panjang
Wetan
6.873ºLS dan
109.677ºBT
Penjaga
Masjid
1 Penjaga Masjid An-
Nur yang berlokasi
di Jalan WR
Supratman
mengetahui tentang
adanya genangan di
Jalan ini, baik
penyebab maupun
intensitas
kejadiannya.
8 Warung
Makan
Bapa‟e (Jalan
Jatayu,
Kelurahan
Panjang
Wetan)
6.876ºLS dan
109.676ºBT
Pedagang 1 Pedagang yang
berjualan di
sempadan Sungai
Loji sering
terdampak
genangan akibat air
hujan maupun air
rob.
9 Jalan Islam
Nusantara
Gang 8 RT
03/ RW 15,
Kelurahan
Krapyak
6.877ºLS dan
109.677ºBT
Ibu Rumah
Tangga
2 Permukiman padat
penduduk pada
lokasi ini sering
tergenang baik
akibat air hujan
maupun air rob
sehingga responden
yang dipilih adalah
penduduk yang
tinggal di kawasan
ini.
10 Gelanggang
Olahraga
(GOR)
JATAYU,
Kelurahan
Panjang
Wetan
6.877ºLS dan
109.675ºBT
Pengelola
GOR
JATAYU
1 Pengelola GOR
JATAYU sedikit
banyak tahu
tentang kondisi di
GOR JATAYU
pada saat musim
kemarau maupun
musim penghujan
sehingga tahu
tentang adanya
genangan baik
akibat air hujan
maupun air rob.
Sumber: Analisis, 2019.
48
Tabel 7. Penentuan Sampel Responden Penelitian (Lanjutan)
No Lokasi Koordinat Status
Responden
Jumlah
Responde
n
Alasan Jumlah
Responden
11 Jalan
Rajawali
Utara,
Kelurahan
Panjang
Wetan
6.879ºLS dan
109.677ºBT
Ibu-ibu
Rumah
Tangga
2 Pada kawasan ini
merupakan
permukiman padat
penduduk sehingga
responden
merupakan
penduduk yang
bertempat tinggal
di kawsan ini.
12 Jalan
Jlamprang
(Taman
Jlamprang),
Kelurahan
Krapyak
6.879ºLS dan
109.680ºBT
Pedagang 3 Pada kawasan ini,
merupakan
kawasan budidaya
yang dimanfaatkan
penduduk untuk
berjualan seperti
makanan,
minuman, dan
kebutuhan rumah
tangga.
Sumber: Analisis, 2019.
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikombinasikan dengan
tujuan dan teknik analisis, yaitu
1. Mengevaluasi kesesuaian pemanfaatan lahan di sempadan Sungai Loji
Pemanfaatan lahan di sempadan sungai Loji dinilai dari beberapa aspek
penilaian, diantaranya:
a. Aspek lingkungan, terdiri dari zonasi sempadan sungai.
b. Aspek sosial terdiri dari kebiasaan penduduk dalam melestraikan sungai.
c. Aspek kelembagaan terdiri dari kiprah Pemerintah dalam melestarikan
sempadan sungai dan adanya Lembaga Swadaya Masyarakat yang
mengelola sempadan sungai.
49
Aspek penilaian terhadap pemanfaatan lahan di sempadan Sungai Loji
disajikan dalam Lampiran 2.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dari:
1. Observasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini salah satunya adalah
observasi. Berdasarkan penelitian ini observasi yang akan dilakukan ada dua
yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung .
Observasi langsung dalam penelitian ini berupa pengecekan lapangan
secara langsung berdasarkan parameter yang diteliti serta pengambilan letak
koordinat lokasi penelitian dengan menggunakan GPS (Global Positioning
System) di sempadan Sungai Loji, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota
Pekalongan. Sedangkan observasi tidak langsung dalam penelitian ini
berupa pengumpulan dan pengecekan data menggunakan citra satelit.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data berupa wawancara dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kondisi pemanfaatan sempadan sungai dan
genangan yang ada di sempadan Sungai Loji. Wawancara ini ditujukan
kepada penduduk yang bermukim di wilayah tersebut. Teknik wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini dengan memberikan beberapa
50
pertanyaan kepada responden terkait kondisi pemanfaatan sempadan Sungai
Loji dan kondisi genangan yang ada di sempadan Sungai Loji.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yang dibutuhkan meliputi data, catatan, dokumen maupun
arsip-arsip mengenai pemanfaatan lahan di sempadan sungai serta data
pendukung lain seperti kondisi genangan yang ada di sempadan Sungai Loji.
F. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Komputer, komputer merupakan perangkat keras yang sangat dibutuhkan
terutama untuk mengoperasikan program secara digital. Pada penelitian
kali ini, peneliti menggunakan laptop dengan merk Toshiba.
b. Software, software yang digunakan untuk mengolah data spasial yaitu
menggunakan program ArcGIS 10.3.
c. Aplikasi Ms. Word, Ms. Excel, dan Notepad untuk mengolah data berupa
hruf, angka, dan grafik.
d. Gawai/ Smartphone yang digunakan untuk menjelajah internet dan sebagai
alat komunikasi.
e. Alat lapangan yang terdiri dari :
1) Alat tulis, berfungsi untuk menulis instrument penelitian yang telah
disediakan.
2) GPS, berfungsi untuk mengetahui koordinat yang kita tuju agar terdapat
kesesuaian antara koordinat di citra dengan koordinat di lapangan.
51
3) Kamera Digital, berfungsi sebagai dokumentasi sekaligus menjadi bukti
bahwa telah sampai pada koordinat yang dituju.
4) Kompas, berfungsi sebagai pengganti GPS apabila GPS tidak dapat
berfungsi dengan semestinya.
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Citra Satelit SPOT 7, digunakan untuk membuat peta penggunaan lahan
di Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan.
b. Peta Sempadan Sungai Loji, digunkan untuk membatasi daerah penelitian
yaitu 15 meter dari kanan dan kiri Sungai Loji.
c. Data instansi Pemerintah, digunakan untuk mengetahui kejadian
genangan yang ada di Kecamatan Pekalongan Utara dan Pengelolaan
genangan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Pekalongan Utara.
d. Lembar observasi, digunakan untuk mengetahui pemanfaatan sempadan
Sungai Loji dan mengumpulkan data upaya pengelolaan genangan di
Kecamatan Pekalongan Utara, seperti letak tanggul sungai.
e. Lembar wawancara, digunakan untuk menggali informasi terhadap
penduduk berkaitan dengan pemanfaatan sempadan sungai dan
pengelolaan genangan di Kecamatan Pekalongan Utara.
f. Buku-buku dan jurnal ilmiah (referensi) yang relevan untuk menunjang
teori-teori yang dibutuhkan dalam penelitian seperti buku tentang
Pengelolaan Kawasan Sempadan Sungai dan jurnal penunjang lain yang
memuat materi tentang sempadan sungai.
52
G. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data-data di lapangan, selanjutnya
dilakukan analisis data terhadap data-data yang telah didapatkan. Terdapat
beberapa cara menganalisis yang dipakai yaitu :
1. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
(Sugiono, 2009). Metode deskriptif dalam penelitian ini adalah memberi
gambaran terhadap pemanfaatan sempadan Sungai Loji. Sebelum
mengambil kesimpulan, maka terlebih dahulu digunakan parameter
sempadan sungai yang ideal disusun berdasarkan aspek lingkungan, aspek
sosial, dan aspek kelembagaan dari berbagai sumber diantaranya modifikasi
dari Sitti Wardiningsih, Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008,
Arifin, Badan Pusat Statistik, R As‟ari, Saeful Bachrain, Saona Angkotasan,
Budi Kurniawan, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011, dan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria dengan dibandingkan dengan kondisi asli di lapangan.
Parameter kesesuaian pemanfaatan sempadan sungai yang ideal ditunjukkan
pada Tabel 8.
53
Tabel 8. Parameter Sempadan Sungai yang Ideal berdasarkan Aspek
Lingkungan, Sosial, dan Kelembagaan
No. Jenis Pemanfaatan
Sempadan Sungai Kondisi Sempadan Sungai Ideal
Asp
ek
Lin
gk
un
ga
n
Zonasi Sempadan
Sungai
Memiliki zona penyangga yang dapat digunakan untuk
melindungi sempadan sungai darai kerusakan.
Memiliki zona konservasi yang dapat digunakan untuk
kelestarian sempadan sungai.
Memiliki zona estetika yang dapat digunakan untuk keindahan
sempadan sungai.
Asp
ek
So
sia
l
Kebiasaan
Penduduk dalam
pelestarian
sempadan sungai
Kebiasaan dalam melestarikan sungai yang sesuai adalah
kebiasaan yang dikembangkan dan terprogram.
Asp
ek
Kel
emb
ag
aa
n
Kiprah Lembaga
dalam melestarikan
sempadan sungai
Kiprah Pemerintah Daerah dalam pemeliharaan sempadan
sungai
Adanya Lembaga Swadaya Masyarakt (LSM) yang dapat
dijadikan wadah untuk program kelestarian sungai
Sumber: Modifikasi Berbagai Sumber, 2019.
Cara yang dilakukan untuk mengambil kesimpulan pemanfaatan
sempadan sungai adalah pertama memberikan skor untuk masing-masing
parameter. Masing-masing parameter dinilai dengan cara memberikan skor
1 jika setiap aspek sesuai dengan parameter yang ditentukan dan skor 0 jika
setiap aspek tidak sesuai dengan parameter yang ditentukan.
Hasil kesesuaian pemanfaatan sempadan sungai diperoleh dari perbandingan
kondisi asli di lapangan dengan kriteria yang telah disusun. Haisil yang telah
dicapai pada 12 titik lokasi pengamatan kemudian di kelaskan menjadi kelas
Tidak sesuai, Kurang sesuai, dan Sesuai. Metode yang digunakan adalah
sebagai berikut::
Pertama, menentukan jumlah kelas yang direncanakan. Jumlah kelas yang
direncanakan pada penelitian ini adalah 3 kelas, yaitu kelas Tidak Sesuai,
54
Kurang Sesuai, dan Sesuai. Kemudian memasukkan nilai maksimal dan
minimal sehingga diperoleh range. Setelah range diketahui, maka disusun
interval kelas berdasarkan data yng dihasilkan. Interval kelas disusun
berdasarkan nilai minimal, range antar kelas, dan nilai maksimal skala
penelitian. Setelah interval kels diketahui, maka data yang dihasilkan dapat
diketahui termasuk dalam kelas Tidak sesuai, Kurang Sesuai, atau Sesuai.
Berikut rumus yang digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian
pemanfaatan sempadan sungai.
n = 3
Dimana: Ci = Range antar kelas
n = Jumlah kelas yang direncanakan
Rumus penyusunan interval setiap kelas:
Tidak Sesuai =
Kurang Sesuai =
Sesuai =
Dimana: = Nilai minimal dari skala penelitian
= Nilai penjumlahan dengan range antar kelas ( + Ci)
= Nilai penjumlahan dengan range antar kelas ( + Ci)
= Nilai maksimal dari skala penelitian
55
Hasil kesesuian pemanfaatan sempadan Sungai Loji akan diolah dengan
metode statistic deskriptif dengan 6 indikator sehingga menghasilkan rumus
sebagai berikut:
n = 3
,00
n = 3 (Tidak Sesuai, Kurang Sesuai, Sesuai)
= 0
= 0 + 2 = 2,00
= 2 + 2 = 4,00
= 6,00
Maka nilai interval setiap kelas sebagai berikut:
Tidak Sesuai = 0 – 1,99
Kurang Sesuai = 2,00 – 3,99
Sesuai = 4,00 – 6,00
Penelitian dilakukan dengan mengambil 12 (dua belas) titik sampel
sehingga dihasilkan rumus skoring untuk pemanfaatan sempadan Sungai Loji
sebagai berikut:
,00
n = 3 (Tidak Sesuai, Kurang Sesuai, Sesuai)
56
= 0
= 0 + 24 = 24,00
= 24 + 24 = 48,00
= 72,00
Maka nilai interval setiap kelas sebagai berikut:
Tidak Sesuai = 0 – 23,00
Kurang Sesuai = 24,00 – 47,00
Sesuai = 48,00 – 72,00
Setelah dilakukan perhitungan terhadap rumus diatas, maka dapat diketahui
kelas kesesuaian pemanfaatan sempadan Sungai Loji apakah termasuk dalam
kelas Tidak Sesuai, Kurang Sesuai, atau Sesuai. Kelas kesesuain pemanfaatan
sempadan sungai menunjukkan apakah terdapat indikator penilaian yang belum
sesuai atau sudah sesuai sehingga apabila belum sesuai maka perlu diadakan
perbaikan sempadan sungai agar menjadi kawasan sempadan sungai yang
ideal.
Penggambaran pengelolaan genangan di sempadan Sungai Loji dihasilkan
oleh hasil kesesuaian pemanfaatan sempadan Sungai Loji terhadap parameter
penilaian 3 (tiga) aspek, yaitu aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek
kelembagaan. Hasil kesesuaian pemanfaatan sempadan sungai akan dijadikan
acuan untuk mendeteksi pengelolaan genangan sempadan sugai agar sempadan
sungai menjadi ideal dan terhindar dari genangan yang sebagian besar
merugikan kegiatan manusia didalamnya.
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Kecamatan Pekalongan Utara merupakan salah satu kecamatan yang ada
di wilayah administrasi Kota Pekalongan. Kecamatan Pekalongan Utara terdiri
dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Bandengan, Kandang Panjang, Panjang
Wetan, Degayu, Panjang Baru, Krapyak, dan Padukuhan Kraton. Kecamatan
Pekalongan Utara adalah kecamatan yang terletak di bagian Utara Kota
Pekalongan dengan luas wilayah 14,88 km².
Secara astronomis Kecamatan Pekalongan Utara terletak antara 6°51‟09‟‟ -
6°52‟49‟‟ Lintang Selatan dan 109°39‟22‟‟ - 109°42‟40‟‟ Bujur Timur.
Sedangkan secara administratif letak geografis Kecamatan Pekalongan Utara
sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Pekalongan Timur dan Kabupaten Batang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Pekalongan Selatan dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Pekalongan Barat dan Kabupaten Pekalongan
(Kecamatan Pekalongan Utara Dalam Angka, 2018).
Kecamatan Pekalongan Utara merupakan wilayah yang termasuk kedalam
administrasi Kota Pekalongan bagian utara. Kecamatan ini terdiri dari 9
(sembilan) kelurahan diantaranya: Kelurahan Pabelan, Kraton Lor, Dukuh,
Bandengan, Kandangpanjang, Panjang Wetan, Krapyak Lor, Krapyak Kidul,
dan Degayu. Gambaran lokasi Kecamatan Pekalongan Utara dapat dilihat pada
Gambar 5.
58
Gambar 5. Peta Administrasi Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2019
59
1. Karakteristik Fisik Kecamatan Pekalongan Utara
1.1. Morfologi Kecamatan Pekalongan Utara
Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa
dengan ketinggian lahan antara 1 m diatas permukaan laut (dpl) pada wilayah
bagian utara dan 6 mdpl pada wilayah bagian selatan. Ditinjau dari
kemiringan lahan, Kota Pekalongan termasuk daerah yang relatif datar, yaitu
dengan kemiringan lahan rata-rata antara 0-5%, serta permukaan Kota
Pekalongan sangat berfluktuatif sesuai dengan musim (musim hujan
permukaan air naik dan pada musim kemarau permukaan air turun). Pada
musim hujan ketika permukaan air naik cenderung menahan aliran air dari
anak-anak sungai kecil yang bermuara di Kota pekalongan, sehingga
mengakibatkan aliran balik ke anak-anak sungai tersebut (back water effect)
lebih-lebih lagi bila air laut dalam kondisi pasang naik, sehingga
mengakibatkan munculnya genangan-genangan yang bersifat musiman.
Kondisi topografi Kota Pekalongan sendiri relatif datar sehingga aliran
permukaan tidak lancar, serta ditunjang oleh jenis tanah (Sumber: BPS Kota
Pekalongan, Tahun 2018).
Kecamatan Pekalongan Utara merupakan wilayah dengan topografi datar
karena berupa pesisir pantai utara Laut Jawa, sehingga sebagian wiayahnya
yang berdekatan dengan pantai seringkali mengalami bencana rob. Wilayah
yang sering mengalami bencana rob antara lain Kelurahan Panjang Wetan,
Panjang Baru, Kandang Panjang, dan Krapyak.
60
1.2. Jenis Tanah Kecamatan Pekalongan Utara
Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Pekalongan Utara ada tiga
jenis yaitu Latosol, Aluvial, dan Regosol. Namun jenis tanah yang
mendominasi adalah Aluvial Hidrik. Perbandingan jenis tanah di Kecamatan
Pekalongan Utara disajikan dalam grafik yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Grafik Jenis Tanah Kecamatan Pekalongan Utara
Jenis tanah yang ada di Kecamatan Pekalongan Utara dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Alluvial Hidrik
Jenis tanah aluvial hidrik adalah jenis tanah yang terbentuk dari bahan
endapan muda (alluvium) dengan tekstur lebih halus dari pasir berlempung
pada kedalaman 25-100 cm dan berlapis-lapis. Jenis tanah aluvial hidrik
merupakan jenis tanah belum matang, memiliki niali n>0,7 didalam 50 cm
dari permukaan dan mengandung liat ≥8% (Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, 2016).
43.66%
13.44%
42.90%
Jenis Tanah
Aluvial Hidrik Latosol Gleik Regosol Humik
61
Jenis tanah aluvial hidrik banyak terdapat di Kecamatan Pekalongan
Utara dengan persentase sejumlah 43,66% dari total luas wilayah Kecamatan
Pekalongan Utara. Jenis tanah ini terdapat di bagian selatan Kelurahan
Bandengan, bagian selatan Kelurahan Kandangpanjang, bagian barat dan
selatan Kelurahan Panjang Wetan, bagian barat Kelurahan Padukuhan
Kraton, bagian barat Kelurahan Kraton Lor, Kelurahn Pabean, bagian timur
Kelurahan Krapyak Kidul, bagian selatan Kelurahan Krapyak Lor, dan bagian
selatan Kelurahan Degayu.
b. Regosol Humik
Tanah regosol merupakan tanah bertekstur kasar (pasir, pasir
berlempung), mempunyai horizon A okrik, umbrik atau histik dan memiliki
ketebalan >25 cm. Jenis tanah regosol humik mempunyai KB <50% pada
kedalaman 25-100 cm dari permukaan dan C organik 12 kg/m³ (Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2016).
Tanah regosol humik memiliki persentase sejumlah 42,90% dari total
luas wilayah Kecamatan Pekalongan Utara. Jenis tanah regosol humik dapat
dijumpai di seluruh bagian utara Kelurahan Bandengan, Kelurahan
Kandangpanjang, Kelurahan Panjang Wetan, dan Kelurahan Degayu.
c. Latosol Gleik
Tanah latosol merupakan tanah yang berkembang dari bahan vulkan
intermedier-basis, kandungan liat ≥40%, remah, gembur, dan warna
homogen. Jenis tanah latosol gleik memiliki ciri hidromorfik pada kedalaman
62
50-100 cm dari permukaan (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian, 2016).
Tanah latosol gleik memiliki persentase sejumlah 13,44% dari total luas
wilayah Kecamatan Pekalongan Utara. Jenis tanah ini dapat dijumpai di
bagian timur Kelurahan Panjang Wetan, Kelurahan Kandangpanjang,
Kelurahan PadukuhanKraton, Kelurahan Kraton Lor, bagian barat Kelurahan
Krapyak Lor, dan Kelurahan Krapyak Kidul.
Untuk mengetahui sebaran jenis tanah di Kecamatan Pekalongan Utara
dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Peta Jenis Tanah Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2019
63
1.3. Geologi Kecamatan Pekalongan Utara
Kondisi geologi Kota Pekalongan berdasarkan Peta Geologi Lembar
Banjarnegara - Pekalongan, susunan stratigrafinya adalah Aluvium (Qa).
Kota Pekalongan menempati fisiografi dataran tidak sesuai. Stratigrafi Kota
Pekalongan berupa tatanan stratigrafi yang berupa batuan sedimen yang
berumur dari miosen akhir hingga holosen. Satuan alluvium yang terdiri atas
endapan sungai dan pantai serta danau tersebar di Kota Pekalongan. Kegiatan
tektonik di daerah Banjarnegara – Pekalongan diawali pada masa Tersier
awal yang ditandai dengan pengangkatan dan erosi. Hasil erosi ini
membentuk sedimen Formasi Rambatan yang selanjtnya diikuti oleh
pengendapan Formasi Halang di lingkungan laut dalam dan pengisian
cekungan Formasi Damar di lingkungan transisi sampai batial (Pusat Survei
Geologi, 2009).
Jenis sesar yang ada secara umum terdiri dari sesar turun, sesar naik dan
sesar geser menganan yang menempati daerah tengah dan selatan lembar.
Kelurusan yang sebagian diduga sesar mempunyai pola sesar dan umumnya
berarah jurus baratlaut – timur tenggara serta baratlaut – tenggara dengan
beberapa timurlaut – baratdaya. Kekar umumnya dijumpai pada batuan
berumur tersier dan pratersier. Kekar berkembang baik pada batuan berumur
kapur yang di beberapa tempat tampak saling memotong (Pusat Survei
Geologi, 2009).
Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kecamatan Pekalongan Utara
merupakan dataran tidak sesuai dengan stratigrafi berupa alluvium (Qa) dan
64
tersusun atas batuan alluvium bongkah, kerikil, pasir, lanau, lumpur, dan
lempung. Tidak terdapat patahan dan lipatan pada wilayah Kecamatan
Pekalongan Utara. Untuk mengetahui geologi di Kecamatan Pekalongan utara
dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Peta Geologi Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2019
65
1.4. Iklim Kecamatan Pekalongan Utara
Secara Klimatologi Kecamatan Pekalongan Utara mempunyai iklim
tropik basah yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan muson timur. Dari
bulan September hingga April, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut (NW)
menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Sifat
periode ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban relatif sesuai dan
mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan terjadi pada periode ini.
Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Tenggara (SE) menciptakan
musim kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah
sedikit jumlah curah hujan, kelembaban lebih rendah, dan jarang berawan.
Berdasarkan data BMG Kota Pekalongan tahun 2018 tercatat bahwa
curah hujan tahunan rata-rata di Kecamatan Pekalongan Utara adalah
1.647 mm/thn dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari
yaitu mecapai 453 mm/bulan dan curah hujan terendah 6 mm/bulan yang
terjadi pada bulan Agustus. Suhu minimum 24ºC dan maksimum 34ºC
dan memiliki kelembaban udara 73%.
1.5. Penggunaan Lahan Kecamatan Pekalongan Utara
Penggunaan lahan di wilayah Kota Pekalongan yang paling dominan
adalah kawasan permukiman, pertanian, tambak serta perdagangan dan jasa.
Akibat kebutuhan bagi pengembangan wilayah, termasuk penyediaan sarana
dan prasarana perkotaan maka tekanan terhadap kebutuhan lahan akan terus
meningkat. Kecenderungan tekanan tersebut lebih banyak terhadap
penggunaan sawah karena sawah dan tambak tentunya memiliki nilai lahan
66
(land value) yang relatif lebih tidak sesuai. Kurang sesuaikan pilihan tidak ke
penggunaan tambak karena sebagian besar tambak berlokasi di wilayah Utara,
yang merupakan kawasan rob/pasang surut sehingga kecenderungan alih
fungsi lahan adalah pada lahan pertanian (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Kota Pekalongan 2016-2021).
Penggunaan lahan di Kecamatan Pekalongan Utara didominasi oleh
penggunaan lahan untuk lahan sawah. Penggunaan lahan ini termasuk
kedalam kegiatan yang bercirikan rural. Walaupun Kecamatan Pekalongan
Utara termasuk kedalam administrasi Kota Pekalongan, namun lahan sawah di
wilayah Kecamatan Pekalongan Utara masih luas. Luas lahan sawah di
Kecamatan Pekalongan Utara adalah 303,1 hektar. Terdapat pusat-pusat
kegiatan yang lain di Kecamatan Pekalongan Utara seperti kegiatan
perekonomian dan pusat aktivitas lain yang tersebar di Kecamatan Pekalongan
Utara.
Penggunaan lahan di Kecamatan Pekalongan utara tahun 2018 secara
umum mengalami peningkatan jumlah luasan lahan terbangun. Kondisi
penggunaan lahan pada tahun 2018 mengalami peningkatan luas lahan
permukiman. Luas lahan permukiman di Kecamatan Pekalongan Utara adalah
277,2 hektar. Penggunaan lahan yang memiliki luas paling rendah adalah
penggunaan lahan hutan basah dengan luas 20 hektar. Untuk mengetahui
gambaran penggunaan lahan di Kecamatan Pekalongan Utara dapat dilihat
pada Gambar 9.
67
Gambar 9. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Pekalongan Utara Tahun
2019
68
2. Karakteristik Non Fisik Kecamatan Pekalongan Utara
2.1. Kependudukan
Kecamatan Pekalongan Utara memiliki jumlah penduduk sebanyak
81.065 jiwa yang tercatat. Kepadatan penduduk di Kecamatan Pekalongan
Utara mencapai 5.478 jiwa/km2, menurut BPS kepadatan penduduk lebih dari
1.000 jiwa masuk dalam kategori sangat padat. Jumlah penduduk di
Kecamatan Pekalongan Utara dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kecamatan Pekalongan Utara Tahun 2018
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk
1 Bandengan 3.149 3.074 6.223
2 Kandang Panjang 6.560 6.800 13.360
3 Panjang Wetan 4.632 4.273 8.905
4 Degayu 3.751 3.809 7.560
5 Panjang Baru 5.601 5.805 11.406
6 Karapyak 10.404 10.424 20.828
7 Padukuhan Kraton 6.236 6.547 12.783
Jumlah 40.333 40.732 81.065
Sumber: BPS, Kecamatan Pekalongan Utara dalam Angka Tahun 2019.
Berdasarakan Tabel 9 tentang jumlah penduduk di Kecamatan
Pekalongan Utara tahun 2018 menunjukkan bahwa Kecamatan Pekalongan
Utara terbagi menjadi 7 kelurahan dengan luas wilayah 14,88 km2. Pada
tahun 2019 jumlah penduduk tertinggi berada di Kelurahan Krapyak sebesar
20.828 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kelurahan
Bandengan sebesar 6.223 jiwa.
69
B. Hasil Penelitian
1. Evaluasi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian
pemanfaatan sempadan Sungai Loji. Sempadan Sungai Loji sebagian besar
dimanfaatkan untuk area permukiman dengan kepadatan bangunan yang
sesuai. Hal ini dipicu dengan pertambahan penduduk di Kota Pekalongan,
khususnya Kecamatan Pekalongan Utara. Selain dari adanya permukiman
yang padat, pemanfaatan sempadan juga dimanfaatkan untuk kegiatan lain,
misalnya kegiatan perekonomian dan industri. Untuk lebih memahami
kondisi sempadan Sungai Loji dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Kondisi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji berdasarkan
Titik Sampel Lokasi Penelitian
No Lokasi Koordinat Sisi Kanan
Sungai Sisi Kiri Sungai Luas (Ha)
1 PT Maya Industri
Food, Kelurahan
Krapyak
6.866ºLS dan
109.688ºBT
Industri Permukiman 459,63
2 KUD Mina
Makaryo,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.867LS dan
109.685ºBT
Industri Pusat Lainnya
(Koperasi)
146,97
3 Industri PPA
makanan dan
minuman (PPM T.
Tirta)
6.869ºLS dan
109.686ºBT
Permukiman Industri 209,98
4 Pertamina SPBU
4451106, Jalan
Slamaran,
Kelurahan
Krapyak
6.869ºLS dan
109.687ºBT
Permukiman Permukiman 196,92
5 Tempat
Pemakaman
Umum Kelurahan
Krapyak
6.871ºLS dan
109.683ºBT
Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
Permukiman 85,19
6 Gang 5 A
Kelurahan Panjang
Wetan
6.872ºLS dan
109.678ºBT
Permukiman Permukiman 72,21
Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2019.
70
Tabel 10. Kondisi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji berdasarkan
Titik Sampel Lokasi Penelitian (Lanjutan)
No Lokasi Koordinat Sisi Kanan
Sungai Sisi Kiri Sungai Luas (Ha)
7 Jalan WR
Supratman,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.873ºLS dan
109.677ºBT
Permukiman Permukiman 205,59
8 Warung Makan
Bapa‟e (Jalan Jatayu,
Kelurahan Panjang
Wetan)
6.876ºLS dan
109.676ºBT
Permukiman Permukiman 81,47
9 Jalan Islam
Nusantara Gang 8
RT 03/ RW 15,
Kelurahan Krapyak
6.877ºLS dan
109.677ºBT
Permukiman Pusat Lainnya
(Gelanggang
olahraga)
221,43
10 Gelanggang
Olahraga (GOR)
JATAYU, Kelurahan
Panjang Wetan
6.877ºLS dan
109.675ºBT
Permukiman Pusat Lainnya
(Gelanggang
olahraga)
174,04
11 Jalan Rajawali
Utara, Kelurahan
Panjang Wetan
6.879ºLS dan
109.677ºBT
Permukiman Permukiman 828,57
12 Jalan Jlamprang
(Taman Jlamprang),
Kelurahan Krapyak
6.879ºLS dan
109.680ºBT
Permukiman Industri 272,95
Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2019.
Pemanfataan sempadan sungai pada tiap titik lokasi penelitian
memiliki kondisi berbeda-beda, namun secara garis besar dimanfaatkan
untuk area permukiman. Dari 12 (Dua belas) titik lokasi penelitian sebagian
besar rumah-rumah di sempadan Sungai Loji sudah menjadi bangunan
permanen dengan bahan material yang digunakan sudah menggunakan batu
bata dan semen sebagai dinding dan lantai rumah dan pondasinya sudah
menggunakan material modern, seperti keramik. Selain permukiman,
pemanfaatan sempadan Sungai Loji juga dimanfaatkan untuk kegiatan
perekonomian dan industri, seperti warung makan dan industri pengolahan
makanan dan minuman. Pemanfaatan lain yang ada di sempadan Sungai
71
Loji adalah dimanfaatkan untuk pusat kegiatan lain, seperti Gelanggang
Olahraga (GOR). Penduduk dapat memanfaatkan fasilitas umum ini untuk
menunjang kebutuhan yang berhubungan dengan kesehatan fisik.
Kondisi pemanfaatan sempadan Sungai Loji berdasarkan titik sampel
lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Lokasi Penelitian 1 (PT Maya Industri Food, Kelurahan Krapyak)
merupakan lokasi yang berada di sekitar tempat bertemunya 2 (Dua) sungai,
yaitu Sungai Loji dengan Sungai Banger. Pada lokasi ini, pemanfaatan
sempadan pada sisi kanan sungai dimanfaatkan untuk area industri. Industri
pada kawasan ini merupakan industri pengolahan makanan dan minuman.
Industri ini lebih memfokuskan pada pengalengan ikan sehingga lokasinya
berada didekat sungai. Sisi kiri sungai dimanfaatkan untuk area
permukiman. Area permukiman pada kawasan ini berpola mengikuti aliran
sungai dan letak rumah hampir berdekatan antara satu dengan yang lain.
Jalan lingkungan permukiman sudah beraspal namun masih ada titik dimana
jalanan sudah rusak akibat air rob. Kondisi fisik bangunan sebagian besar
merupakan bangunan permanen dengan bahan/ material yang digunakan
adalah batu bata dan semen dan lantainya sebagian besar sudah diperkeras
menggunakan semen dan berkeramik. Jaringan drainase menggunakan
sistem gravitasi yang sangat tergantung dengan kondisi topografi dan
saluran pembuang utama, yaitu Sungai Loji sebagai penampung air di
wilayah ini. Permukiman di area ini merupakan permukiman di sepanjang
alur sungai yang dekat dengan daerah pantai sehingga penduduk di
72
permukiman ini sebagian besar memanfaatkan sungai untuk melangsungkan
kehidupannya. Pencemaran limbah oleh limbah domestik/ rumahtangga dari
penduduk yang tinggal di kawasan ini tidak dapat dihindarkan. Sebagian
besar penduduk mendapatkan air bersih untuk keperluan memasak/
konsumsi dari sebuah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Pekalongan yang dialirkan melalui pipa distribusi.
b. Lokasi Penelitian 2 (KUD Mina Makaryo, Kelurahan panjang Wetan)
merupakan kawasan dimana terdapat koperasi yang bergerak di bidang
perikanan. Pada lokasi ini, pemanfaatan sempadan pada sisi kanan sungai
dimanfaatkan untuk area industri. Industri pada area ini masih bergerak di
bidang peengolahan makanan dan minuman, yaitu PT Maya Industri Food.
Sisi kiri sungai dimanfaatkan untuk area permukiman yang didalamnya
terdapat sebuah gedung koperasi. Gedung koperasi ini digunakan untuk
menyatukan para nelayan dan anggota yang lain yang bergerak di bidang
perikanan. Gedung koperasi ini hampir tidak memiliki Ruang Terbuka Hijau
(RTH), bahkan kondisinya termasuk bangunan yang kurang terawat. Jika
musim penghujan, gedung ini akan terendam air hujan begitu pula saat
pasang air laut, maka gedung koperasi ini juga akan terkena dampak rob.
c. Lokasi Penelitian 3 (Industri PPA makanan dan minuman (PPM T. Tirta))
merupakan kawasan industri yang bergerak dibidang pengolahan makanan
dan minuman. Pada lokasi ini, pemanfaatan sempadan pada sisi kanan
sungai dimanfaatkan untuk area permukiman. Area permukiman ini
termasuk dalam administrasi Kelurahan Krapyak. Area permukiman di
73
wilayah ini terletak pada tikungan sungai sehingga permukiman ini harus
mendapat perlindungan khusus terkait kondisi genangan apabila musim
hujan dan pasang air laut tiba. Kondisi fisik bangunan sebagian besar
merupakan bangunan permanen dengan bahan/ material yang digunakan
adalah batu bata dan semen dan lantainya sebagian besar sudah diperkeras
menggunakan semen dan berkeramik. Jaringan drainase menggunakan
sistem gravitasi yang sangat tergantung dengan kondisi topografi dan
saluran pembuang utama, yaitu Sungai Loji sebagai penampung air di
wilayah ini. Permukiman di area ini merupakan permukiman di sepanjang
alur sungai yang bangunan rumahnya menghadap ke jalan dan
membelakangi sungai. Pencemaran limbah oleh limbah domestik/
rumahtangga dari penduduk yang tinggal di kawasan ini tidak dapat
dihindarkan. Sebagian besar penduduk mendapatkan air bersih untuk
keperluan memasak/ konsumsi dari sebuah Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Pekalongan yang dialirkan melalui pipa distribusi. Terdapat
area pembuatan kapal untuk kegiatan nelayan di sela-sela permukiman ini.
d. Lokasi Penelitian 4 (Pertamina SPBU 4451106, Jalan Slamaran) merupakan
titik stasiun pengisisan bahan bakar umum yang letaknya di Jalan
Slamaran, Kelurahan Krapyak. Stasiun ini berada di tengah-tengah
permukiman di Kelurahan Krapyak. Pada lokasi ini, pemanfaatan sempadan
pada sisi kanan sungai dimanfaatkan untuk area permukiman. Area
permukiman ini termasuk dalam administrasi Kelurahan Krapyak. Area
permukiman di wilayah ini terletak pada tikungan sungai sehingga
74
permukiman ini harus mendapat perlindungan khusus terkait kondisi
genangan apabila musim hujan dan pasang air laut tiba. Kondisi fisik
bangunan sebagian besar merupakan bangunan permanen dengan bahan/
material yang digunakan adalah batu bata dan semen dan lantainya sebagian
besar sudah diperkeras menggunakan semen dan berkeramik. Jaringan
drainase menggunakan sistem gravitasi yang sangat tergantung dengan
kondisi topografi dan saluran pembuang utama, yaitu Sungai Loji sebagai
penampung air di wilayah ini. Permukiman di area ini merupakan
permukiman di sepanjang alur sungai yang bangunan rumahnya menghadap
ke jalan dan membelakangi sungai. Pencemaran limbah oleh limbah
domestik/ rumahtangga dari penduduk yang tinggal di kawasan ini tidak
dapat dihindarkan. Sebagian besar penduduk mendapatkan air bersih untuk
keperluan memasak/ konsumsi dari sebuah Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Pekalongan yang dialirkan melalui pipa distribusi. Terdapat
area pembuatan kapal untuk kegiatan nelayan di sela-sela permukiman ini.
Sisi kiri sungai digunakan untuk area permukiman seperti halnya pada sisi
kanan sungai. Karakteristik permukiman di sisi kiri sungai tidak jauh
berbeda dengan sisi kanan sungai. Namun, pada sisi kiri sungai tidak
terdapat tempat pembuatan kapal di tengah-tengah permukiman.
e. Lokasi Penelitian 5 (Tempat pemakaman umum Kelurahan Krapyak)
merupakan tempat pemakaman di kelurahan Krapyak. Pada lokasi ini,
pemanfaatan sempadan pada sisi kanan sungai dimanfaatkan untuk area
pemakaman. Area pemakaman ini dijadikan ruang terbuka hijau (RTH) di
75
lingkungan ini. Vegetasi yang tumbuh antara lain: pohon mahoni, pohon
bunga kamboja, pohon waru, dan rerumputan. Area pemakaman di tengah
permukiman di wilayah ini membantu sirkulasi udara untuk wilayah ini. Sisi
kiri sungai dimanfaatkan untuk area permukiman yang termasuk dalam
administrasi Kelurahan Panjang Wetan. Kondisi fisik bangunan sebagian
besar merupakan bangunan permanen dengan bahan/ material yang
digunakan adalah batu bata dan semen dan lantainya sebagian besar sudah
diperkeras menggunakan semen dan berkeramik. Jaringan drainase
menggunakan sistem gravitasi yang sangat tergantung dengan kondisi
topografi dan saluran pembuang utama, yaitu Sungai Loji sebagai
penampung air di wilayah ini. Permukiman di wilayah ini tergolong padat
karena jarak antara rumah yang satu dengan yang lain hampir berdekatan.
Sebagian besar penduduk mendapatkan air bersih untuk keperluan
memasak/ konsumsi dari sebuah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Kota Pekalongan yang dialirkan melalui pipa distribusi.
f. Lokasi Penelitian 6 (Gang 5 A Kelurahan Panjang Wetan) merupakan area
permukiman padat penduduk. Sisi kanan dan kiri sungai dimanfaatkan
untuk area permukiman dengan karakteristik yang hampir sama. Kondisi
fisik bangunan sebagian besar merupakan bangunan permanen dengan
bahan/ material yang digunakan adalah batu bata dan semen dan lantainya
sebagian besar sudah diperkeras menggunakan semen dan berkeramik.
Jaringan drainase menggunakan sistem gravitasi yang sangat tergantung
dengan kondisi topografi dan saluran pembuang utama, yaitu Sungai Loji
76
sebagai penampung air di wilayah ini. Permukiman di area ini merupakan
permukiman di sepanjang alur sungai yang bangunan rumahnya menghadap
ke jalan dan membelakangi sungai. Pencemaran limbah oleh limbah
domestik/ rumahtangga dari penduduk yang tinggal di kawasan ini tidak
dapat dihindarkan. Sebagian besar penduduk mendapatkan air bersih untuk
keperluan memasak/ konsumsi dari sebuah Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Pekalongan yang dialirkan melalui pipa distribusi.
g. Lokasi Penelitian 7 (Jalan WR Supratman, Kelurahan Panjang Wetan)
merupakan jalan penghubung antar kecamatan. Jalan ini sering mengalami
genangan apabila hujan tiba dan pasang air laut (rob). Sisi kanan dan kiri
sungai dimanfaatkan untuk area permukiman dengan karakteristik hampir
sama. Permukiman padat penduduk di lokasi ini sering tergenang apabila
hujan dan pasang air laut (rob) tiba. Kondisi fisik bangunan sebagian besar
merupakan bangunan permanen dengan bahan/ material yang digunakan
adalah batu bata dan semen dan lantainya sebagian besar sudah diperkeras
menggunakan semen dan berkeramik. Kondisi lingkungan sudah kumuh
dengan banyaknya sampah domestic yang dibuang ke sungai dan akibat dari
rob penduduk harus meninggikan rumahnya.
h. Lokasi Penelitian 8 (Warung Makan Bapa‟e, Jalan Jatayu, Kelurahan
Panjang Wetan) merupakan lokasi yang dijadikan penduduk untuk kegiatan
perekonomian. Warung makan ini menyediakan berbagai macam makanan
dan minuman untuk kebtuhan penduduk di wilayah ini. Sisi kanan dan kiri
sungai dimanfaatkan untuk area permukiman. Permukiman padat penduduk
77
di lokasi ini sering tergenang apabila hujan dan pasang air laut (rob) tiba.
Apabila air hujan tiba, maka sisi kanan dan kiri sungai akan mengalami
luapan dari Sungai Loji. Kondisi fisik bangunan sebagian besar merupakan
bangunan permanen dengan bahan/ material yang digunakan adalah batu
bata dan semen dan lantainya sebagian besar sudah diperkeras
menggunakan semen dan berkeramik. Kondisi lingkungan sudah kumuh
dengan banyaknya sampah domestic yang dibuang ke sungai dan akibat dari
rob penduduk harus meninggikan rumahnya.
i. Lokasi Penelitian 9 (Jalan Islam Nusantara Gang 8 RT 03/ RW 15,
Kelurahan Krapyak) merupakan jalan ditengah-tengah permukiman di
Kelurahan Krapyak. Sisi kanan dimanfaatkan untuk area permukiman.
Kondisi fisik bangunan sebagian besar merupakan bangunan permanen
dengan bahan/ material yang digunakan adalah batu bata dan semen dan
lantainya sebagian besar sudah diperkeras menggunakan semen dan
berkeramik. Jaringan drainase menggunakan sistem gravitasi yang sangat
tergantung dengan kondisi topografi dan saluran pembuang utama, yaitu
Sungai Loji sebagai penampung air di wilayah ini. Pencemaran limbah oleh
limbah domestik/ rumahtangga dari penduduk yang tinggal di kawasan ini
tidak dapat dihindarkan. Sebagian besar penduduk mendapatkan air bersih
untuk keperluan memasak/ konsumsi dari sebuah Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) Kota Pekalongan yang dialirkan melalui pipa distribusi.
Apabila hujan dan pasang air laut (rob) tiba, maka area permukiman ini
akan tergenang. Sisi kiri sungai dimanfaatkan untuk pusat kegiatan
78
penduduk lainnya yaitu gelanggang olahraga. Kondisi GOR apabila
memasuki penghujan akan mengalami genangan.
j. Lokasi Penelitian 10 (Gelanggang olahraga (GOR) JATAYU, Kelurahan
Panjang Wetan) merupakan pusat kegiatan lainnya. Sisi kanan sungai
dimanfaatkan untuk area permukiman. Area permukiman di wilayah ini
tergolong padat penduduk. Kondisi fisik bangunan sebagian besar
merupakan bangunan permanen dengan bahan/ material yang digunakan
adalah batu bata dan semen dan lantainya sebagian besar sudah diperkeras
menggunakan semen dan berkeramik. Sebagian besar penduduk
mendapatkan air bersih untuk keperluan memasak/ konsumsi dari sebuah
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pekalongan yang dialirkan
melalui pipa distribusi. Sisi kiri sungai dimanfaatkan untuk pusat lainnya,
dalam hal ini adalah gelanggang olahraga. Kondisi GOR apabila memasuki
penghujan akan mengalami genangan.
k. Lokasi Penelitian 11 (Jalan Rajawali Utara, Kelurahan Panjang Wetan)
merupakan jalan lingkungan permukiman. Sisi kanan dan kiri sungai
dimanfaatkan untuk area permukiman dengan karakteristik hampir sama.
Area permukiman ini tereletak pada tikungan sungai sehingga apabila hujan
dan pasang air laut (rob) maka akan terjadi genangan. Kondisi fisik
bangunan sebagian besar merupakan bangunan permanen dengan bahan/
material yang digunakan adalah batu bata dan semen dan lantainya sebagian
besar sudah diperkeras menggunakan semen dan berkeramik. Jaringan
drainase menggunakan sistem gravitasi yang sangat tergantung dengan
79
kondisi topografi dan saluran pembuang utama, yaitu Sungai Loji sebagai
penampung air di wilayah ini. Pencemaran limbah oleh limbah domestik/
rumahtangga dari penduduk yang tinggal di kawasan ini tidak dapat
dihindarkan. Sebagian besar penduduk mendapatkan air bersih untuk
keperluan memasak/ konsumsi dari sebuah Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Pekalongan yang dialirkan melalui pipa distribusi.
l. Lokasi Penelitian 12 (Jalan Jlamprang (Taman Jlamprang), Kelurahan
Krapyak) merupakan area ruang terbuka di area permukiman. Ruang
terbuka ini biasa dimanfaatkan penduduk sebagai ruang berkumpul dan
rekreasi. Sisi kanan sungai dimanfaatkan untuk area permukiman. Kondisi
fisik bangunan sebagian besar merupakan bangunan permanen dengan
bahan/ material yang digunakan adalah batu bata dan semen dan lantainya
sebagian besar sudah diperkeras menggunakan semen dan berkeramik.
Jaringan drainase menggunakan sistem gravitasi yang sangat tergantung
dengan kondisi topografi dan saluran pembuang utama, yaitu Sungai Loji
sebagai penampung air di wilayah ini. Pencemaran limbah oleh limbah
domestik/ rumahtangga dari penduduk yang tinggal di kawasan ini tidak
dapat dihindarkan. Sebagian besar penduduk mendapatkan air bersih untuk
keperluan memasak/ konsumsi dari sebuah Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Pekalongan yang dialirkan melalui pipa distribusi. Sisi kiri
sungai dimanfaatkan untuk industri. Industri ini bergerak di bidang tekstil.
Pencemaran sungai akibat air limbah oleh industri tekstil ini tidak dapat
dihindarkan. Limbah industri pabrik tekstil menyebabkan sungai mejadi
80
keruh dan biota sungai menjadi hilang. Air sungai menjadi berwarna dan
berbau akibat pencemaran limbah sehingga tidak layak untuk dikonsumsi
oleh penduduk.
Langkah awal dalam menilai sempadan Sungai Loji adalah dengan
mengumpulkan data di lapangan dengan kriteria pembanding telah
ditentukan. Penilaian terhadap sempadan sungai Loji menggunakan 3
variabel, yaitu aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek kelembagaan.
Hasil kesesuaian pemanfaatan sempadan sungai di sempadan Sungai
Loji dihasilkan berdasarkan kriteria pembanding yaitu kriteria sempadan
sungai yang ideal yang telah disusun berdasarkan aspek penilaian, yaitu
aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek kelembagan dengan kondisi asli
di lapangan yang berarti dalam hal ini adalah kondisi pemanfaatan di
sempadan Sungai Loji. Hasil keseusian pemanfaatan sempadan sungai
nantinya akan digunakan untuk mengetahui pengelolaan genangan di
Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Sebelum mengetahui
persentase kesesuaian pemanfaatan sempadan Sungai Loji maka digunakan
metode statistik deskriptif dengan memberi skor pada masing-masing
parameter penilaian pemanfaatan sempadan sungai berdasarkan aspek
lingkungan, aspek sosial, dan aspek kelembagaan dan setelahnya dapat
diketahui kelas pemanfaatan sempadan Sungai Loji apakah termasuk dalam
kelas Tidak Sesuai, Kurang Sesuai, atau Sesuai. Hasil skoring dan
kesesuaian pemanfaatan sempadan sungai ditunjukkan pada Tabel 11.
81
Tabel 11. Hasil Skoring dan Kesesuaian Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji
No.
Kriteria
Pemanfaatan
Sempadan Sungai
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9 Titik 10 Titik 11 Titik 12 Jumlah
Kelas
Kesesuaia
n A Aspek Lingkungan
Zonasi sempadan
sungai
Zona penyangga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TS Zona konservasi 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 7 KS Zona estetika 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 8 KS
B Aspek Sosial
Kebiasaan
Penduduk.
Kebiasaan dalam
melestarikan sungai 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 TS
C Aspek Kelembagaan
Kiprah
Lembaga dalam
melestarika
n sempadan sungai
Kiprah pemerintah
dalam
pemeliharaan sempadan sungai
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 S
Adanya Lembaga
Swadaya
Masyarakt (LSM) yang dapat
dijadikan wadah
untuk program
kelestarian sungai
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 S
Jumlah 4 5 4 3 4 2 2 4 4 4 2 4 42
Kelas Kesesuaian KS S KS KS KS TS TS KS KS KS TS KS KS
No. Jenis Pemanfaatan
Sempadan Sungai Kondisi Sempadan Sungai Ideal Kondisi Sempadan Sungai Loji
Persentase
Kesesuaian(%)
A Aspek Lingkungan
1. Zonasi Sempadan
Sungai
Memiliki zona penyangga yang dapat
digunakan untuk area resapan air dengan
ditumbuhi tanaman keras.
Tidak memiliki zona penyangga pada sempadan
sungai (0%) 0%
Memiliki zona konservasi yang dapat
digunakan untuk area resapan air dengan
ditumbuhi tanaman jenis mahoni, bunga-
bungaan, trembesi, dan flamboyan.
Terdapat zona konservasi pada titik lokasi
pengamatan 2, 3, 5, 8, 9, 10, dan 12 (sekitar
58,34% dari keseluruhan titik lokasi
pengamatan)
58,34%
82
82
Memiliki zona estetika yang dapat
digunakan untuk area resapan air dengan
ditumbuhi tanaman jenis akasia, bunga-
bungaan, dan rerumputan.
Terdapat zona estetika pada titik lokasi
pengamatan 1, 2, 4, 5, 8, 9, 10, dan 12 (sekitar
66,67% dari keseluruhan titik lokasi
pengamatan)
66,67%
B Aspek Sosial
1. Kebiasaan Penduduk
Kebiasaan dalam melestarikan sungai yang
sesuai adalah dengan tetap berbasis
kearifan lokal.
Terdapat kearifan lokal pada titik lokasi
penagamatn 1, 2, dan 3 seperti penanaman pohon
yang digabung dengan acara-acara besar
(Festival Kali Loji).
25%
C Aspek Kelembagaan
1.
Kiprah Lembaga
dalam melestarikan
sempadan sungai
Kiprah pemerintah dalam pemeliharaan
sempadan sungai
Terdapat upaya Pemerintah dalam pelestarian
sempadan sungai 100%
Adanya Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang dapat dijadikan wadah untuk
program kelestarian sungai
Terdapat LSM bernama “Komunitas Peduli Kali
Loji” 100%
Sumber: Analisis, 2019.
83
83
83
Penelitian dilakukan dengan mengambil 12 (dua belas) titik sampel
sehingga dihasilkan rumus skoring untuk pemanfaatan sempadan Sungai
Loji sebagai berikut:
,00
n = 3 (Tidak Sesuai, Kurang Sesuai, Sesuai)
= 0
= 0 + 24 = 24,00
= 24 + 24 = 48,00
= 72,00
Maka nilai interval setiap kelas sebagai berikut:
Tidak Sesuai = 0 – 23,99
Kurang Sesuai = 24,00 – 47,99
Sesuai = 48,00 – 72,00
Setelah dilakukan penilaian dan skoring, maka sempadan Sungai Loji
termasuk dalam kriteria kawasan sempadan sungai yang Kurang Sesuai
karena memiliki skor total penilaian 42. Berdasarkan tabel tersebut maka
dapat diketahui bahwa terdapat 4 kriteria yang memiliki nilai persentase
dibawah 100%. Kategori ini menunjukkan bahwa perlu adanya pengelolaan
sempadan sungai agar sesuai dengan kriteria sempadan sungai yang ideal
sehingga dapat meminimalisisr genangan yang ada di Kecamatan
Pekalomgan Utara, Kota Pekalongan.
84
84
84
Pemanfaatan yang kurang sesuai di sempadan Sungai Loji disebabkan
oleh 4 (empat) indikator yang kurang sesuai diantaranya zona penyangga,
zona konservasi, zona estetika, dn kebiasaan penduduk dalam melestarikan
sempadan sungai. Hasil kesesuaian pemanfaatan sempadan sungai yang
kurang sesuai terdapat pada zonasi sempadan sungai dan kebiasaan
penduduk dalam melestarikan sempadan sungai. Zona penyangga pada
sempadan Sungai Loji tidak ada sehingga zona yang ada berupa zona
konservasi dan zona estetika pada beberapa titik lokasi penelitian. Zona
penyangga pada sempadan Sungai Loji digunakan untuk aktivitas manusia
seperti permukiman, kegiatan industri, dan ruang terbuka publik. Zona
penyangga sempadan sungai yang ideal layaknya digunakan untuk
pemanfaatan lahan untuk tanaman keras seperti bambu apus, bambu betung,
mahoni, dan tanjung. Zona konservasi di sempadan Sungai Loji berupa zona
yang dikembangkan untuk area resapan air untuk kelestarian sempadan
sungai. zona konservasi di sempadan Sungai Loji sudah ada yang
dikembangkan yaitu pada 7 (tujuh) titik penelitian yang kondisinya sudah
sesuai yaitu ditumbuhi tanaman pelindung seperti matoa, flamboyan,
bakung air, dan RTH berupa rumput liar. Zona estetika di sempadan Sungai
Loji berupa zona yang dikembangkan untuk menambah keindahan
sempadan sungai sehingga menjadi lestari. Zona estetika pada sempadan
Sungai Loji telah dikembangkan pada 8 (delapan) titik lokasi pengamatan
yang sebagian besar berupa taman-taman baik vertical garden maupun
taman kecil di pekarangan rumah atau halaman bangunan industri. Pada
85
85
85
aspek sosial, kebiasaan penduduk dalam melestarikan sempadan sungai
berupa gerakan kali bersih, penghijauan, dan pembersihan sampah dan
limbah di sempadan sungai. kebiasaan penduduk seperti bersih-bersih
sungai diadakan setiap tahun sekali yang diagbung dengan acara “Festival
Kali Loji”. Kegiatan yang ada belum terprogram sepenuhnya dan hanya
berlangsung 1 (satu) tahun sekali sehingga perlu diadakan kegiatan
penunjang lain untuk melestraikan sungai dan sempadannya.
Selain pemanfaatan sempadan sungai yang kurang sesuai terhadap
aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek kelembagaan, di sempadan
Sungai Loji juga terdapat kondisi genangan yang memicu hasil kesesuaian
pemanfaatan sempadan sungai menjadi kurang sesuai. Kondisi genangan air
pada sempadan sungai diakibatkan oleh intensitas hujan yang sesuai dan
pengaruh adanya pasang surut air laut (rob). Kondisi ini diperparah dengan
kepadatan penduduk dan bangunan yang sesuai di kawasan sempadan
Sungai Loji. Akibat dari adanya genangan aktivitas penduduk di sempadan
Sungai Loji mengalami kendala dan terhambat oleh air yang menggenang di
jalan maupun yang telah masuk kedalam rumah-rumah penduduk. Rata-rata
kesesuaian genangan bervariasi mulai dari 3 hingga 40 cm. Semakin
mendekati sungai maka kondisi genangan akan semakin dalam akibat
luberan sungai yang tak dapat diindarkan. Begitu halnya dengan kawasan
yang mendekati pantai, maka kondisi genangan akan semakin sering terjadi
akibat pengaruh pasang surut air laut (rob). Kondisi genangan di sempadan
Sungai Loji dapat dilihat dalam Tabel 12.
86
86
86
Tabel 12. Kondisi Genangan pada Sempadan Sungai Loji
No Lokasi Koordinat Foto Lokasi
1
Industri PPA makanan
dan minuman (PPM T.
Tirta)
6.869016ºLS dan
109.686148ºBT
2
Pertamina SPBU
4451106, Jalan
Slamaran, Kelurahan
Krapyak
6.869521ºLS dan
109.687401ºBT
3
Jalan WR Supratman,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.873839ºLS dan
109.677341ºBT
4
Warung Makan Bapa‟e
(Jalan Jatayu, Kelurahan
Panjang Wetan)
6.876967ºLS dan
109.676948ºBT
5
Jalan Rajawali Utara,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.879535ºLS dan
109.677551ºBT
Sumber: Hasil Analisis Penelitian, 2019.
Kondisi genangan di sempadan Sungai Loji bervariasi tiap
kawasan.Terdapat genangan yang dapat dikatakan parah hingga kurang
parah. Kondisi genangan pertama terletak di lokasi penelitian Industri PPA
makanan dan minuman (PPM T. Tirta). Genangan di lokasi ini terjadi akibat
dari tidak adanya tanggul sungai sehingga menyebabkan luberan air sungai
dari Sungai Loji. Genangan yang terjadi di lokasi ini sesesuai lutut orang
dewasa. Pada musim hujan genangan akan bercampur dengan air pasang
(rob) sehingga menambah kesesuaian genangan. Sesuai genangan pada
87
87
87
musim hujan dapat mencapai 0,5 meter. Pada musim kemarau genangan
yang ada di lokasi ini surut hingga mencapai 10 cm. Kondisi tanah di sisi
sungai yang lebih rendah menyebabkan daerah ini selalu tergenang baik
musim kemarau maupun musim penghujan. Adanya genangan di lokasi ini
menyebabkan aktivitas penduduk sekitar menjadi terganggu. Penduduk
secara sukarela harus menambah sesuai pondasi rumah dengan cara
pengurukan. Belum ada upaya yang dilakukan untuk mengurangi genangan
di lokasi ini, namun terdapat rencana pembuatan tanggul rob yang
ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2019 (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kota Pekalongan 2016-2021).
Genangan di lokasi Pertamina SPBU 4451106, Jalan Slamaran,
Kelurahan Krapyak terjadi akibat dari rendahnya dataran sempadan yang
lebih tidak sesuai dari sesuai muka air Sungai Loji. Pada musim hujan dapat
mencapai 20 cm, namun apabila musim kemarau tiba maka genangan akan
surut. Terdapat tanggul sungai yang cukup efektif untuk menahan luberan
air Sungai Loji. Lokasi ini berada pada tikungan Sungai Loji sehingga
dibutuhkan penangan khusus lebih dari sekedar pembuatan tanggul sungai.
Genangan di lokasi Jalan WR Supratman, Kelurahan Panjang Wetan
disebabkan oleh kurangnya resapan air di jalan ini dan permukiman yang
sangat padat. Kurangnya ruang terbuka hijau di kawasan ini menyebabkan
genangan di sepanjang jalan. Pada musim hujan, genangan akan terjadi di
lokasi ini sesesuai 30-40 cm. Selain disebabkan oleh air hujan, genangan di
kawasan ini disebabkan oleh air pasang (rob) yang terjadi di lokasi ini. Air
88
88
88
pasang (rob) bercampur air hujan sering menggenang di lokasi ini. Pada
musim kemarau, genangan terjadi akibat air pasang (rob) dengan ketinggian
mencapai 30 cm. air pasang (rob) mulai masuk ke daratan dari pukul 11.00
hingga sore hari. Pada saat terjadi gerhana bulan, air pasang (rob) juga akan
semakin sesuai dan lama untuk surut. Belum ada upaya yang dilakukan
untuk mengurangi genangan di lokasi ini, namun terdapat rencana
pembuatan tanggul rob yang ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2019.
Genangan di lokasi Warung Makan Bapa‟e (Jalan Jatayu, Kelurahan
Panjang Wetan) disebabkan oleh tidak ada tanggul di tepi Sungai Loji. Pada
musim hujan, genangan akan terjadi di lokasi ini mencapai 20 cm. Pada
musim kemarau, genangan akan surut. Kondisi genangan diperparah dengan
adanya permukiman di lokasi ini.
Genangan di lokasi Jalan Rajawali Utara, Kelurahan Panjang Wetan
disebabkan oleh tidak ada tanggul di tepi Sungai Loji dan pengaruh air
pasang (rob). Pada musim hujan, genangan akan terjadi di lokasi ini
mencapai 50 cm. Pada musim kemarau, genangan akan surut namun tetap
tergenang akibat pengaruh air pasang (rob) mencapai 25 cm. Kondisi
genangan diperparah dengan adanya permukiman padat penduduk di lokasi
ini. Adanya genangan di lokasi ini menyebabkan aktivitas penduduk sekitar
menjadi terganggu. Penduduk secara sukarela harus menambah sesuai
pondasi rumah dengan cara pengurukan. Belum ada upaya yang dilakukan
untuk mengurangi genangan di lokasi ini, namun terdapat rencana
pembuatan tanggul rob yang ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2019.
89
89
89
Kondisi genangan pada sempadan Sungai Loji secara umum
menunjukkan kondisi yang berbeda-beda. Terdapat lokasi dengan genangan
yang parah dan terdapat lokasi dengan genangan hampir tidak ada. Kondisi
paling parah terdapat di lokasi Jalan Rajawali Utara, Kelurahan Panjang
Wetan. Kondisi ini dipicu karena lokasi tersebut berada pada tikungan
sungai dengan kepadatan penduduk dan bangunan yang sesuai. Akibatnya,
apabila musim penghujan tiba, maka genangan di lokasi ini dapat
dikategorikan parah. Selain itu, penyebab genangan di lokasi ini juga dipicu
dengan pengaruh pasang surut air laut (rob). Pasang air laut terjadi
fluktuatif, dapat terjadi di siang maupun malam hari.
Kondisi yang menunjukkan tidak terdapat genangan yang cukup parah
terdapat di lokasi Tempat Pemakaman Umum Kelurahan Krapyak. Lokasi
ini hampir tidak terdapat genangan dikarenakan pada lokasi ini banyak
ditumbuhi pepohonan dan rerumputan. Karakteristik lokasi ini dapat
dikatakan difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tengah-
tengah permukiman yang padat. Akibat adanya Ruang Terbuka Hijau
(RTH), maka sedikit banyak membantu meresapkan air ke dalam tanah
apabila musim penghujan tiba sehingga tidak terjadi genangan di atas tanah.
Selayaknya sebuah sempadan sungai dikatakan ideal apabila kondisinya
sesuai dengan aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek kelembagaan.
Genangan yang ada di sempadan sungai menunjukkan bahwa sempadan
sungai tersebut belum termasuk kedalam kategori sempadan sungai yang
ideal.
90
90
90
C. Pembahasan
1. Evaluasi Pemanfaatan Sempadan Sungai Loji
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 fungsi sempadan
sungai adalah sebagai pelindung sungai dan sebagai ruang penyangga antara
ekosistem sungai dan daratan agar fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak
saling terganggu. Sebagai sempadan sungai yang berada di wilayah
perkotaan, garis sempadan Sungai Loji ditetapkan sebesar 15 meter dari tepi
sungai. Pemanfaatan yang dianjurkan untuk sempadan sungai di daerah
urban (permukiman padat/ relatif padat) adalah sebagai ruang terbuka hijau
dan sebagai paru-paru kota serta konservasi ekologi. Permukiman sangat
perlu dibatasi dan secara bertahap perlu relokasi. Batas sempadan sungai
tetap harus diperhatikan, mengingat permasalahan permukiman sudah cukup
kompleks. Pengelolaan masalah permukiman harus memperhatikan kualitas
lingkungan dan menerapkan konsep ramah lingkungan.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap pemanfaatan sempadan Sungai
Loji yang dinilai dari 3 (tiga) aspek, yaitu aspek lingkungan, aspek sosial,
dan aspek kelembagaan, maka hasilnya menunjukkan bahwa pemanfaatan
sempadan Sungai Loji adalah tergolong kurang sesuai yang berarti
pemanfaatan sudah sangat melebihi ambang batas dan dapat dikatakan
rusak. Perubahan penggunaan lahan dari kawasan lindung menjadi kawasan
budidaya menjadi pemicu terbesar dari kerusakan sempadan Sungai Loji.
Pada aspek lingkungan, zona penyangga di sempadan Sungai Loji belum
ada, sehingga perlu diupayakan untuk diadakan dengan cara program
91
91
91
pembangunan kawasan hijau di sempadan sungai yaitu dengan
memaksimalkan area resapan luapan banjir melalui penataan vegetasi yang
memiliki fungsi sebagai penyerap air, pelindung tanah dari erosi, dan
penghasil oksigen seperti menanam pohon mahoni dan tanjung. Zona
konservasi pada sempadan Sungai Loji telah dikembangkan pada 7 titik
diantaranya pada kawasan KUD Mina Makaryo, Industri PPM t. Tirta, TPU
Krapyak, Warung Makan Bapa‟e, Jalan Islam nusantara, GOR Jatayu, dan
Jalan Jlamprang. Zona konservasi dapat ditambah lagi pada selain titik
tersebut dengan cara pemberdayaan habitat vegetasi sempadan sungai,
seperti rumput vetiver dan beberapa jenis pohon seperti mahoni, matoa, dan
bungur. Zona estetika pada sempadan Sungai Loji telah dikembangkan pada
8 titik diantaranya pada kawasan PT Maya Industri Food, KUD Mina
Makaryo, Pertamina SPBU 4451106, TPU Krapyak, Warung Makan
Bapa‟e, Jalan Islam nusantara, GOR Jatayu, dan Jalan Jlamprang. Zona
estetika dapat ditambah lagi pada selain titik tersebut dengan cara
membangun vertikal garden, Ruang Terbuka Publik untuk rekreasi dan
olahraga, serta taman di sempadan sungai. Pada aspek sosial, kebiasaan
penduduk dalam melestarikan sempadan sungai belum maksimal sehingga
perlu dimaksimalkan dengan cara menggiatkan kembali program Kali
Bersih yang diadakan tiap bulan sekali, pengelolaan sampah domestik agar
diangkut petugas, dan perlu diadakan gerakan menanam pohon di sempadan
sungai. pada aspek kelembagaan sudah sesuai karena terdapat “Komunitas
92
92
92
Peduli Kali Loji” yang kegiatannya sudah baik, namun perlu dittingkatkan
untuk tetap terus melestarikan Sungai Loji.
Pemanfaatan sempadan Sungai Loji secara umum dapat dikatakan
sebagai pemanfaatan yang melebihi batas ambang pemanfaatan sempadan
sungai. Hal ini dibuktikan dengan kawasan permukiman yang padat di sisi
kanan maupun kiri sungai. Pola permukiman di sempadan Sungai Loji
menunjukkan pola permukiman linear yaitu memanjang di sepanjang
pinggiran sungai. Sempadan sungai seperti ini sudah kehilangan fungsi
ekologis, fungsi penyehatan kualitas air, fungsi sebagai filter vegetatif,
fungsi sebagai filter sedimen, dan fungsi sungai habitatnya.
Sempadan sungai yang didalamnya terdapat permasalahan genangan
dan banjir pasang surut air laut (rob) tidak hanya dapat diselesaikan dengan
jalan membuang air secepatnya dari daerah yang dilindungi dengan jalan
membuat saluran-saluran, tetapi yang lebih penting adalah mengelola
sumber genangannya. Genangan yang ada di sempadan Sungai Loji berasal
dari air hujan yang perlu dilakukan regulasi aliran permukaan dengan jalan
pengembangan salah satunya adalah pembuatan sumur resapan, pompa,
maupun pemanfaatan polder, sementara air yang datangnya dari laut (rob)
harus dihambat supaya tidak masuk wilayah yang dilindungi. Hasil
observasi terhadap sempadan Sungai Loji menunjukkan bahwa sempadan
Sungai Loji memiliki polder namun belum berfungsi secara maksimal dan
sudetan telah diupayakan namun belum maksimal digunakan. Pengerukan
sungai pernah dilakukan sekali pada tahun 2014 dan 2015. Tanggul dibuat
93
93
93
hanya untuk melindungi wilayah sempadan yang rawan akan genangan dan
terletak pada kelokan sungai. Peraturan tentang tata guna lahan telah diatur
dalam Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 30 Tahun 2011 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekalongan Tahun 2009-2029. Dalam
Peraturan tersebut memuat tentang strategi penataan ruang pada wilayah
Sungai Loji termasuk pengelolaan limbah domestik dan industri, pengaturan
sistem pengendalian daya rusak air, dan sistem drainase. Pengembangan
kawasan lindung setempat (sempadan Sungai Loji) diatur tentang lebar
sempadan, RTH publik eksisting, dan ruang evakuasi bencana banjir.
Perlindungan dan pemeliharaan terhadap Wilayah Sungai (WS) Loji
ditargetkan dari tahun 2009 hingga tahun 2029. Peremajaan perumahan di
kawasan sempadan Sungai Loji melalui konsolidasi tanah dan
pengembangan perumahan secara vertical (Rusunawa) ditargetkan akan
selesai pada tahun 2019.
Mengingat genangan dan banjir pasang surut air laut (rob) di sempadan
Sungai Loji sudah terjadi secara rutin, maka perlu segera dialkukan upaya-
upaya untuk mencegah dan menanggulangi dampakya dengan cara metode
struckural dan non struktural (Kodoatie, 2006). Upaya secara struktural
diantaranya berupa tindakan pembangunan tanggul, sudetan polder, dan
penyediaan pompa. Upaya secara non struktural dilakukan dengan
pengaturan kegiatan manusia supaya harmonis dn serasi dengan lingkungan
seperti pengendalian dan pengaturan tata guna lahan, penyuluhan, dan
pengawasan kepada masyarakat.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
mengacu pada tujuan penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Evaluasi pemanfaatan sempadan Sungai Loji secara umum menghasilkan
bahwa pemanfaatan sempadan Sungai termasuk kedalam kategori kurang
sesuai terhadap aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek kelembagaan.
Hasil kesesuaian menunjukkan bahwa sempadan Sungai Loji kurang sesuai
dengan zona penyangga, zona konservasi, zona estetika, dan kebiasaan
penduduk dalam melestarikan sempadan sungai.
2. Pengelolaan genangan di sempadan Sungai Loji dapat dilakukan melalui
memperbaiki zona penyangga, zona konservasi, zona estetika, dan
kebiasaan penduduk dalam melestarikan sempadan Sungai Loji.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberikan
beberapa saran yang bisa diajukan sebagai berikut:
1. Perlu adanya program peningkatan dan perbaikan sempadan sungai,
khususnya perbaikan zona penyangga, zona konservasi, zona estetika, dan
kebiasaan penduduk dalam melestarikan sempadan sungai agar tercipta
sempadan sungai yang ideal.
95
95
95
2. Hasil arahan pengembangan kawasan sempadan sungai dapat dijadikan
referensi dalam pengambilan kebijakan untuk pengelolaan kawasan
sempadan sungai yang lebih tertata dan meminimalisir dari adanya
genangan di sempadan sungai.
96
DAFTAR PUSTAKA
Amran, dkk. 2004. Analisis Kesesuaian Ekowisata Hutan Mangrove di Kawasan
Teluk Jailolo Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Prosiding Semnas
Kemaritiman dan Semberdaya Pulau-pulau Kecil Vol. 1 Nomor 1, 51-61.
Ternate: Universitas Khairun.
Angkotasan, Saona. 2011. Identifikasi Tingkat Ketahuan Masyarakat tentang
Upaya-upaya Perbaikan Lingkungan Sungai Cikapundung Kota Bandung.
Jurnal Ilmiah UNIKOM Vol. 12 No. 1, 109-121. Bandung: FTIK UNIKOM.
Arifin. 2014. Revitalisasi Ruang Terbuka Biru Sebagai Upaya Manajemen
Lanskap Pada Skala Bio-Regional. Jurnal Risalah Kebijakan Pertanian dan
Lingkungan Vol. 1 No. 3, 172-180. Bogor: Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
As‟ari, R. 2018. Analisis Kearifan Lokal Masyarakat Kampung Naga, Desa
Neglasari, Kecamatan Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat terhadap Mitigasi
Bencana. Jurnal Geografi Desa. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
As-Syakur. 2008. Studi Perubahan Penggunaan Lahan di DAS Badung. Jurnal
Bumi Lestari Vol. 10 No. 2, 200-208.
Aziz, S Kamilia. 2011. Pola Pengendalian Banjir pada Bagian Hilir Saluran
Primer Wonorejo Surabaya. Jurnal APLIKASI. 2, 33-40. Surabaya: Program
Diploma Teknik Sipil FTSP ITS.
Bachrein, Saeful. 2012. Pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Cikapundung. Jurnal Bina Praja Vol. 4 No. 4, 227-236. Bandung:
BAPPEDA Jawa Barat.
Bakornas. 2007. Arahan Kebijakan Mitigasi Bencana Perkotaan di Indonesia.
Jakarta: Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana.
Bertulli, JA. 1981. Influence of aForested Wetland on a Southern Ontario
Watershed. In Proceeding of the Ontario Wetland Conference, Don Mills,
Ontario.
BPS. 2010. Kepadatan Penduduk: Badan Pusat Statistik.
BPS. 2019. Kota Pekalongan Dalam Angka 2019: BPS Kota Pekalongan.
Bungkolu. 2017. Analisis Kerentanan Kawasan Permukiman pada Kawasan
Rawan Banjir di Bagian Hilir Sungai Sario. Jurnal Agri-SosioEkonomi
Unsrat Vol. 13 No. 3A, 119-132. Manado: UNSRAT.
Castelle, A.J, A.W. Johnson, and C. Conolly. 1994. Wetland and Stream Buffer
Size Requirements- a Review. Journal of Environmental Quality.
97
97
97
Coburn, W. A., Spence J. r. S., Pomonis A. 1994. Program Pelatihan Manajemen
Bencana. UNDP Modul Mitigasi Bencana, Edisi ke-2.
CRJC. 2000. Riparian Buffers for the Connecticut River Watershed. Prepared by
the Connecticut River Joint Commission of New Hampshire and Vermont,
Charlestown, NH.
Curtis, Floyd dan James. 1998. Komunikasi Bisnis dan Profesional. Remaja
Rosdakarya Hal. 414. Bandung.
Dasbonnet, A., et al. 1994. Vegetated Setbacks in the Coastal Zone, ISBN 0-938
412-37-x. coastal Resource Center, Rhode Island Coastal Sea Grant,
University of Rhode Island. Providence, Rhode Island.
Fatahilah, Muhammad. 2013. Kajian Keterpaduan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Garang Provinsi Jawa Tengah . Jurnal Geografi Vol. 10 No.
2: 136-153. Semarang: Jurusan Geografi Universitas Negeri Semarang.
Fischer, R.A. and J.C. Fischenich. 2000. Design Recommendations for Riparian
Corridors and Vegetated Buffer Strips. US Army Engineer Research and
Development Center, Vicksburg, MS.
FISRWG. 1998. Stream Corridor Restoration: Principles, Processes, and
Practices. By the Federal Interagency Stream Restoration Working Group
(FISRWG) (15 Federal Agencies of the US Gov‟t). GPO Item No. 0120-A;
SuDocs No. A 57.6/2:EN 3/PT.653.
Jacobs, T.C. and J.W. Gilliam. 1985. Riparian Losses of Nitrate from Agricultural
Drainage Waters. Journal Environmental Quality.
Jr, Manuel C Molles. 2014. Managed Flooding for Riparian Ecosystem
Restoration (Managed flooding reorganizes riparian forest ecosystems
along the middle Rio Grande in New Mexico). Oxford Journals. 9, 749-756.
Kamarudin, M.K.A. 2000. Temporal Variability On Lowland River Sediment
Properties and Yield. American Journal of Environmental Science. 5, 657-
663.
Kirmanto. 2005. Pembangunan Perumahan dan Permukiman yang Berwawasan
Lingkungan. Yogyakarta: Gama Press.
Kurniawan, Budi. 2014. Identifikasi Pemanfaatan Kawasan Bantaran Sungai
Dayanan Di Kota Mobagu. Jurnal Sabua Vol. 6 No. 3, 273-283. Manado:
Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi..
Labora, Putra Rahman. 2016. Evaluasi Penggunaan Lahan Sempadan Sungai
Sario Di Kota Manado. -. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Lewis, J. 1998. River Ecology and Management in the Pacific Coastal Ecoregion.
Pages1-10 in R.J. Naiman and R.E. Bilby, eds River Ecology and
98
98
98
Management, Lessons from the Pacific Coastal Ecoregion. Springer-Verlag,
New York.
Li, Siyue, dkk. 2009. Water quality in the upper Han River basin, China: The
impacts of land use/land cover in riparian buffer zone. Journal of Hazardous
Materials. 165, 317-324.
Lynch, J.A. and E.S. Corbett. 1990. Evaluation of Best Management-Practices for
Controlling Nonpoint Pollution from Silvicultural Operations, Water
Resources Bulletin.
Ma‟ruf, Muhammad Annas. 2018. Proses Spasial Permukiman Liar (Squatter) di
Sempadan Sungai Wiso di Kecamatan Jepara Tahun 2001-2010 . Jurnal
Geografi Image 7 (1). Semarang: Jurusan Geografi Universitas Negeri
Semarang.
Maryono, Agus. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, dan Lingkungan.
Yogyakarta: Gama Press.
Nazir, Mochamad. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Newson, Malcolm. 1997. Land Water and Development, sustainable Management
of River Basin System Rontledge. London.
Nugroho, Iwan. 2002. Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial, dan
Lingkungan. Jakarta: LP3ES.
Pemerintah Kota Pekalongan. 2016. Geografi Kota Pekalongan. Didalam
http://pekalongan kota.go.id/halaman/geografi.html). Diakses pada 24
Desember 2018 pukul 13.39 WIB.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2004. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah
Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan. Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2004, Nomor 7. Sekretariat Provinsi. Semarang.
Peraturan Daerah Kota Pekalongan Nomor 7 Tahun 2012 tentang Garis
Sempadan.
Peraturan Menteri Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau.
Peraturan Menteri PU Nomor 63 Tahun 1993. Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.
Polantolo. 2008. Erosi dan Konservasi Tanah. Malang: UNM.
Raaijmakers, Jörg Krywko, Anne van der Veen. 2008. Nat Hazard. Flood risk
99
99
99
perceptions and spatial multi-criteria analysis:an exploratory research for
hazard mitigation. Nat Hazard. 46, 307-322.
Rapport. 1990. System of Activities and System of Settings. Cambridge: CU.
Rejeki. 2004. Analisis Lingkungan Pemanfaatan Bantaran Sungai Banjir Kanal
Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana. UNDIP. Semarang.
Robert J. Kodoatie. 2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Pengendaliannya
Dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sari, Widya. 2014. Identifikasi Pemanfaatan Lahan Sempadan Sungai
Sumbergunung Di Kota Batu. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 4,
25-30. Malang: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.
Sayid. 1986. Streams Their Dynamics and Morphology. New York: Mc Graw w-
Hill Book Company.
SCRSP. 2004. South Carolina Scenic River Program: Recommended Best
Management Practices for River-Bordering Lands. Journal of Envaff River.
10. 111-126.
Schueler, T. 1995. The Architecture of Urban Stream Buffers. Watershed
Protection Techniques 1(4): 155-163.
Sebastian, Ligal. 2008. Pendekatan, Pencegahan, dan Pengendalian Banjir. Jurnal
Dinamika Teknik Sipil. 2, 162-169.
Setyowati, Dewi Liesnoor. 2010. Hubungan Hujan dan Limpasan pada Sub DAS
Kecil Penggunaan Lahan Hutan, Sawah, Kebun Campuran di DAS Kreo.
Forum Geografi, 14 (1).
Setyowati, Dewi Liesnoor, dkk. 2019. Konservasi Sungai Garang. Semarang:
LPPM UNNES.
Smardon, R. and J. Felleman. 1996. Protecting Floodplain Resources: A
Guidebook for Communities. The Federal Interagency Floodplain
Management Task Force.
Sugandhy, A. 1999. Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Jakarta: Gramedia.
Suprijanto. 1995. Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta: Aditya Media.
Undang-Undang Tata Ruang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (UUPA).
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
100
100
10
0
Very, E.S. 1992. Riparian systems and Management. In Proceeding Forest
Practices and Water Quality Workshop, Lakes States Forestry Alliance,
Green Bay, WI.
Wardiningsih, Sitti. 2019. Perencanaan RTH Sempadan Sungai Ciliwung di
Kampung Pulo dan Bukit Duri Jakarta. Jurnal Arsitektur. 1, 65-74. Jakarta:
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Sains dan Teknologi
Nasional.
Waryono. 2001. Pengelolaan Sempadan Sungai Brantas di Kota Malang. Jurnal
BLOSAIN. 3, 84-98. Malang.
Wong, S.L. and R.H. McCuen. 1982. The Design of Vegetative Buffer Strips for
Run-off and Sediment Control. In Technical Paper, Funded by the Maryland
Coastal Zone Management Program, University of Maryland, College Park,
MD.
Yamani, M. 2011. The Effect Of Human Activities on River Bank Stability.
American Journal of Environmental Science, Vol. 7 No. 3, 244-247.
101
LAMPIRAN
102
102
10
2
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
103
103
10
3
Lampiran 2. Variabel Penelitian
VARIABEL PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI LOJI
No. Jenis Pemanfaatan
Sempadan Sungai Keterangan Kriteria
A ASPEK LINGKUNGAN
1. Zonasi Sempadan
Sungai
Zonasi sempadan sungai
terbagi kedalam 3 (tiga)
bagian, yaitu:
1. Zona Penyangga
2. Zona Konservasi
3. Zona Estetika
1. Zona penyangga sempadan
sungai dikembangkan sebagai
area vegetasi diantaranya
bambu apus, bambu betung,
mahoni, dan tanjung. Lebar
zona penyangga adalah 1, 5
kali badan sungai.
2. Zona konservasi sempadan
sungai dikembangkan sebagai
area vegetasi diantaranya
tanjung, dadap merah,
trembesi, flamboyant,
mahoni, bunga merak, dan
bungur. Zona konservasi
disesuaikan dengan kondisi
tapak dan adanya pembatasan
akses.
3. Zona estetika sempadan
sungai dikembangkan sebagai
area vegetasi diantaranya
aksia, bunga merak, soka,
rumput gajah, dan bakung air
mancur. Zona estetika
dikembangkan sebagai area
rekreasi dan luas zona
memiliki 15% dari luas total
tapak.
(Sitti Wardiningsih, 2019).
B ASPEK SOSIAL
1. Kebiasaan penduduk
dalam melestarikan
sempadan sungai
Kebiasaan yang
dimaksud adalah
aktivitas penduduk yang
dilakukan berulang-
ulang di sempadan
Sungai Loji dalam
rangka melestarikan
sungai.
Kebiasaan dalam melestarikan
sungai yang sesuai adalah dengan
tetap berbasis kearifan lokal.
(R As‟ari, 2018)
C ASPEK KELEMBAGAAN
1. Kiprah Lembaga dalam
melestarikan sempadan
sungai
Status kepemilikan tanah
pada sempadan sungai
1. Kiprah pemerintah dalam
pemeliharaan sempadan
sungai
2. Lembaga swadaya
masyarakat
(PP Nomor 38 Tahun 2011)
104
Lampiran 3. Hasil Pemanfaatan Sempadan Sungai
No.
Kriteria
Pemanfaatan
Sempadan
Sungai
Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 7 Titik 8 Titik 9 Titik 10 Titik 11 Titik 12
A Aspek Lingkungan
Zonas
i
semp
adan
sunga
i
Zona
penyaanga Tidak memiliki zona penyangga karena tidak ditumbuhi tanaman keras untuk daerah resapan air
Zona
konservasi
Tidak
memiliki zona
konservasi
karena lahan
sudah
berubah
menjadi lahan
terbangun
Memiliki
zona
konservasi
karena lahan
ditumbuhi
tanaman
pohon cemara
udang,
kelapa, dan
ketapang
Memiliki
zona
konservasi
karena lahan
ditumbuhi
tanaman
pohon cemara
udang,
kelapa, dan
pandan
Tidak
memiliki
zona
konservasi
karena lahan
sudah
berubah
menjadi lahan
terbangun
Memiliki
zona
konservasi
karena lahan
ditumbuhi
tanaman
pohon cemara
udang dan
kelapa
Tidak memiliki zona konservasi
karena lahan sudah berubah
menjadi lahan terbangun
Memiliki
zona
konservasi
karena lahan
ditumbuhi
tanaman
kelapa,
akasia, dan
pandan laut.
Memiliki
zona
konservasi
karena lahan
ditumbuhi
tanaman
kelapa dan
pandan..
Memiliki
zona
konservasi
karena
lahan
ditumbuhi
tanaman
ketapang
Tidak
memilik
i zona
konserv
asi
karena
lahan
sudah
berubah
menjadi
lahan
terbangu
n
Memiliki
zona
konservas
i karena
lahan
ditumbuhi
tanaman
ketapang
Zona estetika
Memiliki
zona estetika
karena lahan
ditumbuhi
pohon pucuk
merah dan
puspa serta
tanaman jenis
bunga-
bungaan
seperti
kamboja,
kenanga,
matahari
kecil, dan
rerumputan
Memiliki
zona estetika
karena lahan
ditumbuhi
tanaman jenis
bunga-
bungaan
seperti
kenanga dan
rerumputan
Tidak
memiliki zona
estetika
karena lahan
sudah
berbentuk
bangunan
untuk industri
Memiliki
zona estetika
karena lahan
ditumbuhi
tanaman jenis
rerumputan
dan bunga-
bunga kecil.
Memiliki
zona estetika
karena lahan
ditumbuhi
pohon pucuk
merah dan
puspa serta
tanaman jenis
bunga-
bungaan
seperti
kamboja,
kenanga,
matahari
kecil, dan
rerumputan
Tidak memiliki zona estetika
karena lahan sudah berbentuk
bangunan untuk permukiman
Memiliki
zona estetika
karena lahan
ditumbuhi
tanaman jenis
rerumputan
dan bunga-
bunga kecil.
Memiliki
zona estetika
karena lahan
ditumbuhi
tanaman di
pekarangan.
Memiliki
zona
estetika
karena
lahan
tanaman
bunga
dalam pot..
Tidak
memilik
i zona
estetika
karena
lahan
sudah
berbentu
k
banguna
n untuk
permuki
man
Memiliki
zona
estetika
karena
lahan
berupa
taman
kelurahan
B Aspek Sosial
Kebia
saan
Pendu
duk.
Kebiasaan
dalam
melestarikan
sungai
Terdapat
kearifan lokal
seperti lomba
balap perahu
yang
didalamnya
terdapat
kegiatan
Terdapat kegiatan yang
berhubungan dengan pelestarian
sungai dalam Festival Kali Loji
Belum ada upaya penduduk untuk melestarikan sungai baik terhadap sempadan maupun sungai utama.
10
5
bersih sungai.
C Aspek Kelembagaan
Kipra
h
Lemb
aga
dalam
meles
tarika
n
semp
adan
sunga
i
Kiprah
pemerintah
dalam
pemeliharaan
sempadan
sungai
Terdapat kegiatan yang diselenggarakan tiap tahun sekali yaitu “Festival Kali Loji” yang didalamnya berisi kegiatan pemebersihan sampah yang ada di Kali Loji.
Adanya
Lembaga
Swadaya
Masyarakt
(LSM) yang
dapat
dijadikan
wadah untuk
program
kelestarian
sungai
Terdapat LSM yang bernama “Komunitas Peduli Kali Loji” berdiri sejak tahun 2014 dengan program diantaranya pembersihan Sungai Loji dari limbah dan sampah.
106
Lampiran 4. Hasil Kesesuaian Pemanfaatan Sempadan Sungai terhadap
Pengelolaan Genangan
No.
Jenis
Pemanfaatan
Sempadan
Sungai
Kondisi Sempadan
Sungai Ideal
Kondisi Sempadan
Sungai Loji
Persentase
Kesesuaian(%)
A Aspek Lingkungan
1. Zonasi Sempadan
Sungai
Memiliki zona
penyangga yang dapat
digunakan untuk area
resapan air dengan
ditumbuhi tanaman
keras.
Tidak memiliki
zona penyangga
pada sempadan
sungai (0%)
0%
Memiliki zona
konservasi yang dapat
digunakan untuk
kelestarian sempadan
sungai.
Terdapat zona
konservasi pada
titik lokasi
pengamatan 2, 3, 5,
8, 9, 10, dan 12
(sekitar 58,34% dari
keseluruhan titik
lokasi pengamatan)
58,34%
Memiliki zona estetika
yang dapat digunakan
untuk keindahan
sempadan sungai.
Terdapat zona
estetika pada titik
lokasi pengamatan
1, 2, 4, 5, 8, 9, 10,
dan 12 (sekitar
66,67% dari
keseluruhan titik
lokasi pengamatan)
66,67%
B Aspek Sosial
1. Kebiasaan
Penduduk
Kebiasaan dalam
melestarikan sungai
yang sesuai adalah
dengan tetap berbasis
kearifan lokal.
Terdapat kegiatan
terprogram pada
titik lokasi
penagamatn 1, 2,
dan 3 seperti
penanaman pohon
yang digabung
dengan acara-acara
besar (Festival Kali
Loji).
25%
C Aspek Kelembagaan
1.
Kiprah Lembaga
dalam
melestarikan
sempadan sungai
Kiprah pemerintah
dalam pemeliharaan
sempadan sungai
Terdapat upaya
Pemerintah dalam
pelestarian
sempadan sungai
100%
Adanya Lembaga
Swadaya Masyarakt
(LSM) yang dapat
dijadikan wadah untuk
program kelestarian
sungai
Terdapat LSM
bernama
“Komunitas Peduli
Kali Loji” 100%
107
Lampiran 5. Instrumen Observasi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
Kampus Sekaran Pekalongan Utara, Semarang 50229
INSTRUMEN OBSERVASI TERHADAP PEMANFAATAN SEMPADAN
SUNGAI LOJI
No. Kategori Hasil Pengamatan
1 Lokasi
2 Koordinat X
Y
3 Kelurahan
4 Kecamatan
5 Kota
No. Aspek Indikator Kriteria Skor
Ada Tidak
1 Lingkungan
1. Zonasi
sempadan sungai
1. Zona penyangga 2 1
2. Zona konservasi 2 1
3. Zona estetika 2 1
2. Penggunaan
sempadan sungai
1. Kawasan
Dilindungi
2 1
2. Kawasan
Dibudidayakan
1 2
3. Estetika
Lingkungan
1. Ruang Terbuka
Hijau (RTH) 2 1
2. Ruang Terbuka
Biru (RTB) 2 1
2 Sosial
1. Kependudukan
1. Kepadatan
penduduk
Tinggi (1)
Rendah (2)
2. Kepadatan
Bangunan
Tinggi (1)
Rendah (2)
2. Kebiasaan
penduduk dalam
melestarikan
sungai
1. Kearifan Lokal 2 1
108
3. Penerapan
teknologi
1. Reboisasi dan
penghijauan 2 1
2. Pengelolaan
sampah terpadu 2 1
3. Unit pengolahan
limbah 2 1
4. Upaya
masyarakat
maupun
pemerintah
dalam
memelihara
sempadan sungai
1. Pengelolaan
sampah domestik 2 1
2. Pengembangan
masyarakat dalam
penataan kawasan
sempadan sungai
2 1
3. Program kali
bersih
Pernah (2)
Tidak (1)
3 Ekonomi
1. Bentuk-
bentuk
pemanfaatan
sempadan untuk
kesejahteraan
manusia
1. Permukiman 1 2
2. Perdagangan 1 2
3. Perkantoran 1 2
4. Pusat
Pemerintahan
1 2
5. Pusat Lainnya 1 2
6. Pertanian 2 1
2. Industri
1. Memperhatikan
lingkungan 2 1
2. Memperhatikan
kekhasan dan aspirasi
daerah
2 1
3. Jasa
1. Memperhatikan
daya tamping dan
daya dukung
lingkungan
2 1
2. Tidak
mengakibatkan
pencemaran
2 1
3. Mengutamakan
kebutuhan pokok
sehari-hari
2 1
4 Kelembagaan
1. Status
kepemilikan
tanah
1. Tanah Milik
Negara
2 1
2. Hak Milik 2 1
JUMLAH SKOR
109
Lampiran 5. Instrumen Observasi
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
Kampus Sekaran Pekalongan Utara, Semarang 50229
INSTRUMEN OBSERVASI TERHADAP PEMANFAATAN SEMPADAN
SUNGAI LOJI
Keterangan Tambahan :
110
Lampiran 6. Instrumen Wawancara
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
Kampus Sekaran Pekalongan Utara, Semarang 50229
INSTRUMEN WAWANCARA TERHADAP INSTANSI PEMERINTAH
1. Nama Instansi
2. Identitas Responden :
a. Nama :
b. Umur :
c. Pekerjaan :
d. Alamat :
3. Waktu :
4. Lokasi :
Nomor Pertanyaan Jawaban
Pemanfaatan sempadan sungai
1
Apakah terdapat pembagian zona di sempadan
Sungai Loji?
2
Apakah terdapat peraturan terhadap pemanfaatan
sempadan Sungai Loji?
3
Bagaimana penegakan peraturan terhadap
pemanfaatan sempadan Sungai Loji?
4
Bagaimana peraturan tentang RTH di sempadan
Sungai Loji?
5
Bagaimana peraturan tentang RTB di sempadan
Sungai Loji?
6
Bagaimana penegakan aturan tentang pendirian
bangunan di sempadan Sungai Loji?
7
Bagaimana kebiasaan penduduk dalam
melestarikan sungai?
8
Apakah terdapat kearifan lokal di sempadan
Sungai Loji?
9 Bagaimana penerapan teknologi di sempadan
111
Sungai Loji, khususnya pengolahan sampah,
UPL, dan reboisasi dan penghijauan?
10
Bagaimana upaya pemerintah atau instansi terkait
dalam memelihara sempadan Sungai Loji?
11
Bagaimana peraturan yang ditegakkan terhadap
kawasan lindung dan budidaya di sempadan
Sungai Loji?
12
Bagaimana peraturan yang ditegakkan dalam
kegiatan perindustrian di sempadan Sungai Loji?
13
Bagaimana penegakkan peraturan tentang
kegiatan jasa di sempadan Sungai Loji?
Penanganan genangan sempadan
1
Apakah pengaturan tata guna lahan sudah
diterapkan di sempadan Sungai Loji?
2
Bagaimana kesesuaian penggunan lahan dengan
RTRW Kota Pekalongan?
3
Apakah terdapat upaya struktural terhadap
penangan genangan banjir sempadan?
4
Bagaimana upaya yang lain untuk menanggulangi
masalah di sempadan sungai Loji?
Keterangan Tambahan :
112
Lampiran 6. Instrumen Wawancara
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
Kampus Sekaran Pekalongan Utara, Semarang 50229
INSTRUMEN WAWANCARA TERHADAP PENDUDUK
1. Identitas Responden :
a. Nama :
b. Umur :
c. Status Responden :
2. Waktu :
3. Lokasi :
Nomor Pertanyaan Jawaban
Kondisi sempadan sungai
1
Aktivitas penduduk apasaja yang ada di sempadan
Sungai Loji?
2
Aktivitas sosial seperti apa yang ada di sempadan
Sungai Loji?
3
Aktivitas ekonomi seperti apa yang ada di
sempadan Sungai Loji?
4
Aktivitas budaya seperti apa yang ada di
sempadan Sungai Loji?
Pemanfaatan sempadan sungai
5 Sejak kapan anda bertempat tinggal disini?
6
Kebiasaan apasaja yang dikembangkan untuk
melestraikan sungai?
7
Bagaimana penegelolaan sampah, UPL, dan
kegiatan reboisasi dan penghijauan di sempadan
Sungai Loji?
8
Bagaiaman perilaku masyarakat dalam mengelola
sampah domestik?
9
Bagaimana peran serta masyarakat dalam program
kali bersih?
10
Bagaimana izin yang dilakukan untuk mendirikan
bangunan atau pertokoan disini?
113
Penanganan genangan banjir sempadan
1
Bagaimana upaya anda untuk mengurangi resiko
bencana banjir sempadan?
2
Apakah terdapat upaya yang dilakukan
Pemerintah untuk penanganan genangan banjir
sempadan?
3
Bagaimana hubungan antara penduduk dengan
BPBD dalam menyelesaikan persoalan terkait
genangan banjir sempadan?
Keterangan Tambahan :
11
4
Lampiran 7. Hasil Observasi
No Lokasi Koordinat Sisi Kanan Sungai Sisi Kiri Sungai
1 PT Maya Industri Food, Kelurahan
Krapyak
6.866ºLS dan 109.688ºBT Industri Permukiman
2 KUD Mina Makaryo, Kelurahan
Panjang Wetan
6.867ºLS dan 109.685ºBT Industri Pusat Lainnya (Koperasi)
3 Industri PPA makanan dan minuman
(PPM T. Tirta)
6.869ºLS dan 109.686ºBT Permukiman Industri
4 Pertamina SPBU 4451106, Jalan
Slamaran, Kelurahan Krapyak
6.869ºLS dan 109.687ºBT Permukiman Permukiman
5 Tempat Pemakaman Umum
Kelurahan Krapyak
6.871ºLS dan 109.683ºBT Ruang Terbuka Hijau
(RTH)
Permukiman
6 Gang 5 A Kelurahan Panjang Wetan 6.872ºLS dan 109.678ºBT Permukiman Permukiman
7 Jalan WR Supratman, Kelurahan
Panjang Wetan
6.873ºLS dan 109.677ºBT Permukiman Permukiman
8 Warung Makan Bapa‟e (Jalan Jatayu,
Kelurahan Panjang Wetan)
6.876ºLS dan 109.676ºBT Permukiman Permukiman
9 Jalan Islam Nusantara Gang 8 RT 03/
RW 15, Kelurahan Krapyak
6.877ºLS dan 109.677ºBT Permukiman Pusat Lainnya
(Gelanggang olahraga)
10 Gelanggang Olahraga (GOR)
JATAYU, Kelurahan Panjang Wetan
6.877ºLS dan 109.675ºBT Permukiman Pusat Lainnya
(Gelanggang olahraga)
11 Jalan Rajawali Utara, Kelurahan
Panjang Wetan
6.879ºLS dan 109.677ºBT Permukiman Permukiman
12 Jalan Jlamprang (Taman Jlamprang),
Kelurahan Krapyak
6.879ºLS dan 109.680ºBT Permukiman Industri
115
Lampiran 8. Hasil Observasi
No Lokasi Koordinat Kondisi Lokasi Keterangan Foto Lokasi
1 PT Maya Industri
Food, Kelurahan
Krapyak
6.866601ºLS dan
109.688222ºBT
Lokasi ini merupakan lokasi
industri pengolahan makanan
dan minuman yang terletak di
pertemuan 2 sungai, yaitu
Sungai Loji dan Sungai
Banger. Lokasi ini sering
tergenang apabila hujan dan
akibat air rob.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Biru
(RTB) sehingga air tidak
dapat meresap kedalam
tanah.
2 KUD Mina
Makaryo,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.867062ºLS dan
109.685934ºBT
Lokasi ini merupakan lokasi
pengolahan industri
perikanan, baik ikan maupun
udang. Lokasi ini tergenang
akibat air rob.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Biru
(RTB) sehingga air tidak
dapat meresap kedalam
tanah.
3 Industri PPA
makanan dan
minuman (PPM T.
Tirta)
6.869016ºLS dan
109.686148ºBT
Kawasan industri ini
merupakan kawsan ndustri
pengolahan makanan dan
minuman yang terletak di
sempadan Sungai Loji. Jalan
menuju lokasi ini tergenang
akibat rob dan luapan Sungai
Loji.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Ruang
Terbuka Biru (RTB)
sehingga air tidak
meresap ke dalam tanah.
116
4 Pertamina SPBU
4451106, Jalan
Slamaran,
Kelurahan
Krapyak
6.869521ºLS dan
109.687401ºBT
Lokasi ini terletak di
sempadan Sungai Loji dan
kawasan cukup vital karena
merupakan lokais pengisian
bahan bakar minyak untuk
penduduk di Kelurahan
Krapyak dan sekitarnya.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Biru
(RTB).
5 Tempat
Pemakaman
Umum Kelurahan
Krapyak
6.871217ºLS dan
109.683136ºBT
Lokasi pemakaman di
sempadan Sungai Loji
merupakan lokasi cukup hijau
namun apabila hujan maka air
sungai dapat meluap ke
pemakaman.
Pada lokasi ini terdapat
Ruang Terbuka Hijau
(RTH) namun tidak
terdapat Ruang Terbuka
Biru (RTB).
6 Gang 5 A
Kelurahan Panjang
Wetan
6.872354ºLS dan
109.678415ºBT
Pada kawasan ini sering
terjadi genangan apabila
intensitas hujan sesuai dan
luberan Sungai Loji tidak
dapat dihindarkan.
Pada kawasan ini tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Ruang
Terbuka Biru (RTB)
karena daerah ini
merupakn permukiman
pada sempadan Sungai
Loji.
7 Jalan WR
Supratman,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.873839ºLS dan
109.677341ºBT
Kawasan Jalan Supratman
merupakan Jalan cukup besar
penghubung Kelurahan
Panjang Wetan dengan
Kelurahan Kandang Panjang.
Jalan ini sering tergenang
akibat air hujan maupun air
rob.
Pada kawasan ini, tidak
terdapat sempadan jalan
maupun Ruang Terbuka
Hijau (RTH) dan Ruang
Terbuka Biru (RTB).
117
8 Warung Makan
Bapa‟e (Jalan
Jatayu, Kelurahan
Panjang Wetan)
6.876967ºLS dan
109.676948ºBT
Warung makan Bapa‟e
merupakan warung makan
yang terletak di Jalan Jatayu
dan berada pada sempadan
Sungai Loji. Apabila
memasuki musim penghujan,
maka lokasi ini akan
tergenang dan terkena
dampak dari luberan Sungai
Loji karena tidak ada tanggul.
Pada kawasan ini,
terdapat luapan Sungai
Loji akibat tidak adanya
tanggul. Tidak terdapat
Ruang Terbuka Hijau
(RTH) maupun Ruang
Terbuka Biru (RTB).
9 Jalan Islam
Nusantara Gang 8
RT 03/ RW 15,
Kelurahan
Krapyak
6.877601ºLS dan
109.677413ºBT
Jalan Islam Nusantara
merupakan Jalan di sisi
sempadan Sungai Loji dan
beralur mengikuti alur Sungai
Loji. Jalan ini berada di
permukiman padat penduduk
yakni Gang 8 RT 03/ RW 15
Kelurahan Krapyak
Permukiman padat
penduduk pada lokasi ini
sering tergenang baik
akibat air hujan maupun
air rob.
10 Gelanggang
Olahraga (GOR)
JATAYU,
Kelurahan Panjang
Wetan
6.877713ºLS dan
109.675972ºBT
Gedung ini merupakan
kawasan strategis di Kota
Pekalongan, namun karena
letaknya persis berada pada
sempadan Sungai Loji maka
apabila hujan tiba maka akan
terjadi genangan pada
halaman gedung maupun
lapangan olahraga.
Pada kawasan ini, tidak
terdapat zonasi sempadan
sungai karena sudah
termasuk kawsan
budidaya. Tidak terdapat
Ruang Terbuka Hijau
(RTH) maupun Runag
Terbuka Biru (RTB).
118
11 Jalan Rajawali
Utara, Kelurahan
Panjang Wetan
6.879535ºLS dan
109.677551ºBT
Jalan Rajawali Utara terletak
pada tikungan Sungai Loji
sehingga apabila hujan tiba
terdapat genangan sesesuai
kurang lebih 40 cm. Selain
itu, karena letaknya persis
pada tikungan maka kerap
terjadi air rob yang masuk ke
permukiman penduduk.
Pada kawasan ini,
permukiman penduduk
telah dikategorikan padat
dan bangunan yang
berhimpitan antara satu
dengan yang lain. Tidak
terdapat Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun
Ruang Terbuka Biru
(RTB).
12 Jalan Jlamprang
(Taman
Jlamprang),
Kelurahan
Krapyak
6.879560ºLS dan
109.680105ºBT
Jalan Jlamprang merupakan
lokasi yang berada pada sisi
tikungan Sungai Loji dan
terkadang terdapat genangan
jika hujan tiba.
Pada kawasan ini, tidak
terdapat adanya
pembagian zonasi
sempadan sungai karena
sudah termasuk kedalam
kawasan budidaya. Tidak
ditemukan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan
Ruang Terbuka Biru
(RTB).
119
Lampiran 8. Hasil Wawancara
No.
Nam
a
Res
pon
den
Pek
erja
an
Kel
ura
han
Pemanfaatan Sempadan Sungai
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Sus
eno
Ke
pal
a
BP
BD
Kot
a
Pek
alo
nga
n
Kot
a
Pek
alo
nga
n
Tidak
ada
pemba
gian
zonasi
sempa
dan
Sungai
Loji.
Terdap
at
peratur
an
daerah
Kota
Pekalo
ngan
Nomor
7
Tahun
2012.
Karena
bangu
nan
yang
ada di
sempa
dan
Sungai
Loji
sudah
perma
nen
dan
kewen
angann
ya
merup
akan
terinte
grasi
bersam
a
Sudah
termas
uk
dalam
Perda
Kota
Pekalo
ngan
Nomor
7
Tahun
2012.
Tidak
ada
peratur
an
yang
menjel
askan
tentan
g RTB
di
Kota
Pekalo
ngan.
Dapat
dikata
kan
penega
kkan
peratur
an
tentan
g
sempa
dan
sungai
di
Sungai
Loji
masih
lemah.
Tidak
ada
kebias
aan
pendu
duk
dalam
melest
arikan
sungai,
namun
terdap
at
event
tahuna
n yaitu
Festiv
al Loji
yang
didala
mnya
terdap
Tidak
terdap
at
kearifa
n lokal
di
sempa
dan
Sungai
Loji.
Pengol
ahan
sampa
h tidak
ada
penan
ganan
khusus
,
hanya
disera
hkan
kepada
tugas
yang
berwe
nang.
Pengel
olaan
limbah
sudah
diatur
Pemeri
ntah
sudah
melak
ukan
upaya
diantar
anya
pemeli
haraan
pepoh
onan
di
pinggi
r
sungai,
pembu
atan
taman
kota,
penana
man,
Aturan
yang
telah
ada
tidak
berlak
u di
sempa
dan
Sungai
Loji
karena
bangu
nan
yang
ada
telah
menja
di
bangu
nan
perma
Industr
y yang
ada
telah
meme
nuhi
persya
ratan
sebuah
industr
y,
namun
apabil
a
dalam
pelaks
anaany
a
melak
ukan
bebera
pa
Kegiat
an jasa
berjala
n
denga
n
sendiri
nya.
120
Pemeri
ntah
Provin
si
Jawa
Tenga
h
maka
penega
kkan
aturan
nya
dapat
dikata
kan
lemah.
at
kegiat
an
bersih-
bersih
sungai.
dalam
peratur
an
tentan
g
UPL.
Tidak
ada
kegiat
an
rebois
asi dan
penghi
jauan.
dan
upaya
untuk
melest
arikan
sungai
yang
lain.
nen. penyel
ewenn
gan itu
diluar
kendal
i
Pemeri
ntah.
Penanganan Genangan Sempadan Sungai
Pertanyaan
1 2 3 4
Tata guna lahan sudah ada di
RTRW Kota Pekalongan namun
pada pelaksanaannya memerlukan
integrasi secara menyeluruh antara
Pemda, instansi terkait, dan
masyarakat. Penegakaan aturan ini
sudah dilakukan namun jika
terjadi penyelewengan maka akan
ditindak.
Bisa dilihat sendiri antara RTRW
dengan kondisi asli.
(Belum Sesuai).
Sudah ada, seperti pembuatan
tanggul di titik yg rawan terjadi
luberan sungai dan terdapat
pengerukan sungai.
Akan dikembangkan upaya-upaya
yang tentunya dapat mengurangi
resiko banjir di sempadan Sungai
Loji.
121
Lampiran 9. Hasil Wawancara
No.
Na
ma
Res
po
nd
en
Pek
erja
an
Lo
ka
si
Kondisi Sempadan Sungai Pemanfaatan Sempadan Sungai Penanganan Genangan
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Atir
Bah
rudi
n
Sat
pam
Pab
rik
1
(Ke
lura
han
Kra
pya
k
Lor
)
Mencar
i ikan,
karyaw
an
pabrik,
dan
pedaga
ng.
Tegur
sapa,
tolong
menolo
ng, dan
bekerja
sama.
Berdag
ang.
Lomba
balap
perahu.
Sejak
lahir,
yakni
tahun
1982
Tidak
ada
kebiasa
an yang
dikemb
angkan
untuk
melesta
rikan
sungai
Sampa
h
dibuan
g saja,
namun
limbah
perca
kain
batik
dijadik
an
kerajia
n oleh
sebagia
n
pendud
uk.
Limbah
dialirka
n ke
sungai,
dan
tidak
terdapa
t
Sampa
h
diambil
tiap 5
hari
sekali
diangk
ut oleh
petugas
kebersi
han.
Masyar
akat
dalam
kegiata
n
bersih
sungai
dalam
kegiata
n
Festiva
l Loji.
Izinnya
mudah
namun
harus
memen
uhi
persyar
atan
dan
aturan
yang
berlaku
di Kota
Pekalo
ngan.
Belum
ada
rencana
untuk
evakua
si atau
pindah.
Hanya
memba
ngun
tanggul
kecil di
beberap
a titik.
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
dengan
pendud
uk.
122
reboisa
si.
2 Sri
Set
yan
ings
ih
Kar
yaw
an
Pab
rik
2
(Ke
lura
han
Pan
jang
Wet
an)
Pedaga
ng,
buruh
pabrik,
dan
nelayan
.
Tolong
menolo
ng dan
kerja
bakti
Berdag
ang dan
mencar
i ikan
Sedeka
h laut
Pendat
ang
sejak
2008,
ikut
suami
(Asli
Batang
)
Tidak
ada
Sampa
h
diambil
petugas
kebersi
han dan
penana
man
pohon
bakau
Hanya
dibuan
g di
tempat
sampah
Ikut
serta
dalam
progra
m kali
bersih,
biasany
a
digabu
ng
dengan
Festiva
l Loji
Kurang
tahu
tentang
perizin
an
pendiri
an
bangun
an
Belum
ada
upaya
Pernah
dilakuk
an
sosialis
a oleh
Pemda
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
dengan
masyar
akat
3 Mar
yot
o
Kar
yaw
an
Pab
rik
3
(Ke
lura
han
Pan
jang
Wet
an)
Mencar
i ikan,
srawun
g, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
dan
guyub
rukun
Berdag
ang dan
mencar
i ikan
Sedeka
h laut
dan
memba
tik
Sejak
lahir,
tahun
1994
Tidak
ada
Limbah
perca
kain
batik
diguna
kan
utnuk
membu
at
pakaian
dan
kerajin
an
tangan
Diambi
l oleh
petugas
tiap 7
hari
sekali
Ikut
dalam
bersih
sungai
pada
Festiva
l Loji
dan
sedeka
h laut
Kurang
tahu
tentang
perizin
an
pendiri
an
bangun
an
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Sejauh
ini
berjala
n
sendiri-
sendiri
4 Hi
ma
h
Fitn
awa
Pet
uga
s
SP
BU
4
(Ke
lura
han
Kra
Perpabr
ikan
tekstil
dan
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1990
Tidak
ada
Limbah
percaka
in batik
diguna
kan
Diambi
l oleh
petugas
tiap 5
hari
Kurang
tahu
jika ada
progra
m kali
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Pernah
membe
rikan
bantua
n
123
ti pya
k
Lor
)
makana
n dan
minum
an
untuk
hiasan
di
rumah-
rumah
dan
kerajin
an
tangan
yang
dijual
di pasar
sekali bersih kan
bangun
an
ketika
banjir
pada
tahun
2013
5 Nik
mat
un
Naz
ilah
Ibu
rum
ah
Tan
gga
4
(Ke
lura
han
Kra
pya
k
Lor
)
Mencar
i ikan,
berdag
ang,
ibu
rumah
tangga,
Pegawa
i, buruh
pabrik,
dan
petani
Poskam
ling
dan
PKK
Berdag
ang dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut,
sintren,
dan
syawal
an
Pendat
ang
sejak
tahun
2017
Tidak
ada
Kerajin
an dari
kain
perca
dan
sisa
bahan
batik
Diambi
l oleh
petugas
tiap 5
hari
sekali
Kurang
tahu
tentang
progra
m kali
bersih
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
an
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Sejauh
ini
berjala
n
sendiri-
sendiri
6 Mu
ha
mm
ad
Abi
din
Nel
aya
n
5
(Ke
lura
han
Kra
pya
k
Lor
)
Pabrik,
toko,
nelayan
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1970
Tidak
ada
Tidak
ada
pengel
olaan
limbah
tekstil
Hanya
dibuan
g di
bak
penamp
ungan
sampah
Gabun
g
bersam
a
Festiva
l Loji
dan
sedeka
h laut
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
an
Belum
ada
upaya
Pemba
ngunan
tanggul
kecil-
kecilan
Sejauh
ini
berjala
n
sendiri-
sendiri
124
7 Her
min
Tria
na
Ibu
rum
ah
tang
ga
6
(Ke
lura
han
Pan
jang
Wet
an)
Berdag
ang,
nelayan
,
pegawa
i, dan
petani
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
dan
petani
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
1979
Tidak
ada
Limbah
percaka
in batik
diguna
kan
untuk
hiasan
di
rumah-
rumah
dan
kerajin
an
tangan
Diambi
l oleh
petugas
tiap 7
hari
sekali
Dilaksa
nakan
bersam
a
sedeka
h laut
Izin ke
Pemda
melalui
prosed
ur IMB
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Pernah
membe
rikan
bantua
n
ketika
banjir
pada
tahun
2014
8 Sus
diy
ati
Ibu
rum
ah
tang
ga
6
(Ke
lura
han
Pan
jang
Wet
an)
Berdag
ang,
nelayan
,
pegawa
i, dan
petani
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
dan
petani
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1986
Tidak
ada
Limbah
percaka
in batik
diguna
kan
untuk
hiasan
di
rumah-
rumah
dan
kerajin
an
tangan
Diambi
l oleh
petugas
tiap 7
hari
sekali
Dilaksa
nakan
bersam
a
sedeka
h laut
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
an
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Pernah
membe
rikan
bantua
n
ketika
banjir
pada
tahun
2014
9 Sub
iya
ntor
o
Pen
jaga
mas
jid
7
(Ke
lura
han
Pan
jang
Berdag
ang,
nelayan
, dan
pegawa
i
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
pegawa
i
Sedeka
h laut,
sintren,
dan
pawai
panjan
Sejak
lahir,
tahun
1963
Tidak
ada
Tidak
ada
pengel
olaan
limbah
Diambi
l oleh
petugas
tiap 7
hari
sekali
Dilaksa
nakan
bersam
a acara-
acara
penting
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
125
Wet
an)
g jimat,
dan
syawal
an
atau
perayaa
n dan
tradisi
bangun
an
dengan
masyar
akat
10 Ab
dul
kha
liq
Pen
jaga
war
ung
mak
an
8
(Ke
lura
han
Pan
jang
Wet
an)
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1977
Tidak
ada
Pengol
ahan
kain
perca
batik
Dibaka
r atau
dibuag
di bak
penamp
ungan
Dilaksa
nakan
bersam
a
perayaa
n dan
tradisi
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
an
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
dengan
masyar
akat
11 Nin
ing
shal
eha
h
Ibu
rum
ah
tang
ga
9
(Ke
lura
han
Kra
pya
k
Kid
ul)
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1995
Tidak
ada
Limbah
percaka
in batik
diguna
kan
untuk
hiasan
di
rumah-
rumah
dan
kerajin
an
tangan
Diambi
l oleh
petugas
tiap 7
hari
sekali
Ikut
serta
dalam
progra
m kali
bersih,
biasany
a
digabu
ng
dengan
Festiva
l Loji
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
an
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
dengan
masyar
akat
12 Qor
i
susi
low
ati
Ibu
rum
ah
tang
ga
9
(Ke
lura
han
Kra
pya
k
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1992
Tidak
ada
Limbah
percaka
in batik
diguna
kan
untuk
hiasan
Diambi
l oleh
petugas
tiap 7
hari
sekali
Ikut
serta
dalam
progra
m kali
bersih,
biasany
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
dengan
126
Kid
ul)
di
rumah-
rumah
dan
kerajin
an
tangan
a
digabu
ng
dengan
Festiva
l Loji
an masyar
akat
13 Ah
ma
d
Fau
zan
Pen
elol
a
GO
R
10
(Ke
lura
han
Pan
jang
Wet
an)
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut,
syawal
an, dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1969
Tidak
ada
Tidak
ada
pengel
olaan
limbah
Hanya
dibuan
g di
bak
penamp
ungan
sampah
Ikut
serta
dalam
progra
m kali
bersih,
biasany
a
digabu
ng
dengan
Festiva
l Loji
Mengik
uti
prosed
ur IMB
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Pernah
membe
rikan
bantua
n
ketika
banjir
pada
tahun
2013,
2014,
dan
2015
14 Kha
lifa
h
Ibu
rum
ah
tang
ga
11
(Ke
lura
han
Pan
jang
Wet
an)
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1990
Tidak
ada
Limbah
percaka
in batik
diguna
kan
untuk
hiasan
di
rumah-
rumah
dan
kerajin
an
tangan
Diambi
l oleh
petugas
tiap 5
hari
sekali
Kurang
tahu
jika ada
progra
m kali
bersih
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
an
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
dengan
masyar
akat
127
15 Ulf
a
Ibu
rum
ah
tang
ga
11
(Ke
lura
han
Pan
jang
Wet
an)
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut,
syawal
an, dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1993
Tidak
ada
Tidak
ada
pengel
olaan
limbah
Diambi
l oleh
petugas
tiap 5
hari
sekali
Ikut
serta
dalam
progra
m kali
bersih,
biasany
a
digabu
ng
dengan
Festiva
l Loji
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
an
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
dengan
masyar
akat
16 Dit
ha
Mar
iya
na
Ped
aga
ng
12
(Ke
lura
han
Kra
pya
k
Kid
ul)
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut,
syawal
an, dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1993
Tidak
ada
Tidak
ada
pengel
olaan
limbah
Hanya
dibuan
g di
peenam
pungan
sampah
Ikut
serta
dalam
progra
m kali
bersih,
biasany
a
digabu
ng
dengan
Festiva
l Loji
Kurang
tahu
tentang
izin
mendiri
kan
bangun
an
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Tidak
ada
hubung
an
antara
BPBD
dengan
masyar
akat
17 Sya
hib
a
Ped
aga
ng
12
(Ke
lura
han
Kra
pya
k
Kid
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut
dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1988
Tidak
ada
Tidak
ada
pengel
olaan
limbah
Hanya
dibuan
g di
peenam
pungan
sampah
Ikut
serta
dalam
progra
m kali
bersih,
biasany
a
Mengik
uti
prosed
ur IMB
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Pernah
membe
rikan
bantua
n
ketika
banjir
pada
128
ul) digabu
ng
dengan
Festiva
l Loji
tahun
2014
18 Asr
ori
Ped
aga
ng
12
(Ke
lura
han
Kra
pya
k
Kid
ul)
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Poskam
ling
Berdag
ang,
nelayan
, dan
buruh
pabrik
Sedeka
h laut,
syawal
an, dan
sintren
Sejak
lahir,
tahun
1979
Tidak
ada
Tidak
ada
pengel
olaan
limbah
Hanya
dibuan
g di
peenam
pungan
sampah
Ikut
serta
dalam
progra
m kali
bersih,
biasany
a
digabu
ng
dengan
Festiva
l Loji
Mengik
uti
prosed
ur IMB
Belum
ada
upaya
Kurang
paham
Pernah
membe
rikan
bantua
n
ketika
banjir
pada
tahun
2013
dan
2014
129
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
.