Evaluasi lahan

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi lahan pertanian di provinsi Aceh yang mengalami kerusakan seius akibat Tsunami yang melanda 6 tahun silam menyebabkan perlu adanya rekonstruksi dan perencanaa lahan yang seksama. Hal ini tentu berbanding lurus dengan k ebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non-pertanian, memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan. Data yang dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan setidaknya dapat untuk menjadi bahan acuan dalam evaluasi kesesuaian lahan suatu komoditas tertentu. 1

description

tugas evaluasi lahan

Transcript of Evaluasi lahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi lahan pertanian di provinsi Aceh yang mengalami kerusakan seius akibat

Tsunami yang melanda 6 tahun silam menyebabkan perlu adanya rekonstruksi dan

perencanaa lahan yang seksama. Hal ini tentu berbanding lurus dengan kebutuhan lahan

yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta

adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non-pertanian,

memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan

secara berkelanjutan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan

efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan

iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang

diusahakan, terutama tanaman-tanaman yang mempunyai peluang pasar dan arti

ekonomi cukup baik. Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu

diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan. Data yang

dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan setidaknya dapat untuk

menjadi bahan acuan dalam evaluasi kesesuaian lahan suatu komoditas tertentu.

Evaluasi lahan adalah suatu proses menaksir kesesuaian suatu lahan untuk

berbagai pilihan penggunaan tertentu, kerangka dasar evaluasi lahan adalah

mencocokkan (matching) kualitas satuan lahan dengan syarat yang diperlukan untuk

suatu penggunaa tertentu (FAO, 1976). Menurut Sitorus (1985) prosedur evaluasi lahan

terutama didasari oleh adanya kenyataan bahwa penggunaan lahan yang berbeda

memerlukan persyaratan yang tidak sama, informasi yang yang diperlukan dalam

evaluasi lahan menyangkut tiga aspek utama, yaitu : lahan, penggunaan lahan dan

aspek sosial ekonomis. Selain itu, Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang

lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi

saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan

1

potensial). Sehingga dalam prosesnya, hasil dari produksi pertanian lebih dapat

diprediksi sesuai kondisi lahan actual dan potensial.

1. 2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah saat ini sesuai dengan yang telah diuraikan diatas, bahwa

untuk mengidentifikasi dan menganalisis hasil dari metode pencocokan (matching)

karakteristik lahan di sekitar provinsi Aceh dan persyaratan tumbuh tanaman Kelapa

Sawit, Kopi, Kakao, dan Karet.

1. 3 Metodologi

Dalam pembuatan makalah ini, metode yang digunakan dengan cara riset pustaka

dari berbagai literature dan jurnal dengan dibandingkan dari teori yang didapat dalam

perkuliahan Evaluasi Lahan. Untuk kelengkapan data ditambahkan pula beberapa

informasi yang didapat dari beberapa media elektronik.

1. 4 Analisis Data

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang kita kaji dalam makalah ini yang

juga dijadikan sebagai acuan untuk diidentifikasi dan dianalisis adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi penilaian karateristik lahan pada salah satu Satuan Peta Tanah (SPT)

2. Identifikasi persyaratan tumbuh tanaman kelapa sawit, kakao, kopi dan karet

3. Penilaian hasil evaluasi kesesuaian lahan actual dan potensial

2

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Identifikasi Karakteristik Lahan pada SPT 4 di wilayah Aceh Barat

Dalam proses evaluasi kesesuaian lahan, ada beberapa hal yang perlu

diidentifikasi sebelum melakukan rekomendasi penggunaan lahan yang cocok.

Karakteristik lahan merupakan hal yang perlu diidentifikasi sebelum mengetahui

persyaratan tumbuh tanaman. Karakteristik lahan yaitu gabungan dari berbagai sifat-

sifat lahan dan lingkungannya. Data ini dapat diperoleh dari legenda pada peta tanah

dan uraiannya, peta/data iklim dan peta topografi/elevasi.

Karakteristik lahan yang cocok perlu diuraikan pada setiap satuan peta tanah

(SPT) dari peta tanah yang akan dilakukan evaluasi. Dalam mendeskripsikan

karakteristik lahan, hal-hal yang perlu dibahas meliputi: bentuk wilayah/lereng,

drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah (lapisan atas 0-30 cm, dan lapisan

bawah 30-50 cm), pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit, banjir/genangan dan

singkapan permukaan (singkapan batuan di permukaan tanah). Untuk data iklim terdiri

dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh

dari stasiun pengamat iklim. Kemudahan yang dapat dilakukan untuk evaluasi lahan,

seperti pengumpulan data iklim dapat diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia,

misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat atau peta isohyet.

Identifikasi Karakteristik Lahan

Kualitas lahan pada SPT 4 ini dinilai oleh karakteristik lahan yang dikhususkan

untuk keperluan evaluasi lahan. Tiga faktor utaman yang diidentifikasi untuk menilai

kualitas lahan adalah topografi, tanah dan iklim. Sehingga dalam pencocokan dengan

syarat tumbuh tanaman akan dihasilkan data rekomendasi yang spesifik.

Pada SPT 4, lahan yang diidentifikasi memiliki klasifikasi (USDA, 2003) Typic

Udipsamments dengan proporsi Predominant (>75%). Lahan ini terbentuk dari endapan

laut dengan memiliki bentuk wilayah agak datar. Pada daerah ini, kondisi suhu udara

sekitar 28,8oC, dengan curah hujan 3.109mm/tahun yang menunjukkan bahwa pada

3

daerah ini hampir tidak memiliki bulan kering. Dalam proses evaluasi faktor tanah,

diketahui pada lahan ini memiliki drainase agak cepat dengan karakteristik tanah

mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah, sehingga tanah

hanya cocok untuk sebagian tanaman jika tidak ada irigasi. Ciri yang terlihat di

lapangan, yaitu tanah ini berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan

aluminium serta warna gley (reduksi). Untuk tekstur, tanah pada lahan ini memiliki

jenis tanah lempung berpasir/pasir berlempung, sehingga tanah bersifat agak kasar, jika

membantuk nola mudah sekali hancur dan agak melekat. Persentasi jumlah kerikil,

kerakal atau bantuan pada setiap lapisan tanah sedikit pada lahan ini. Tetapi kedalam

tanah pada lahan ini sangat dalam, yaitu berkisar >100 cm. lahan ini tidak memiliki

tanah gambut, tetapi kondisi retensi hara memiliki kemampuan dalam Kapasitas Tukar

Kation (KTK) >16 cmol/kg dengan kejenuhan basa <50%, tanah ini pun memiliki pH

H2O sekitar 5 dan kandungan C-organiknya 1,7-2,1%. Lahan ini mengandung salinitas

rendah sekitar <0,5 ds/m dengan kelas lereng datar (1-3%). Kondisi bahaya erosi dan

banjir pada lahan ini tidak menunjukkan potensinya, sehingga tidak akan terjadi erosi

dan genangan pada daerah ini. Dalam pengolahannya pun tidak begitu rumit

dikarenakan tidak terdeteksi batuan permukaan dan singkapan batuan pada lahan.

Karakteristik lahan pada SPT 4 dapat lebih mudah dilihat pada Tabel 1.

4

Tabel 1. Karakteristik Lahan pada SPT 4 di wilayah Aceh Barat

Karakteristik Lahan Nilai Data

Temperatur (tc)  

Temperatur rerata (oC) 28,8Ketersediaan air (wa)  Curah hujan (mm) 3.109Lamanya masa kering (bln) 0Ketersediaan oksigen (oa)  Drainase Agak cepatMedia perakaran (rc)  Tekstur SL/LSBahan kasar (%) 0Kedalaman tanah (cm) >100Gambut:  Ketebalan (cm) 0Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral

 

Kematangan  Retensi hara (nr)  KTK liat (cmol/kg) >16Kejenuhan basa (%) <50pH H2O 5C-organik (%) 1,7-2,1Toksisitas (xc)  Salinitas (dS/m) <0,5Sodisitas (xn)  Alkalinitas/ESP (%) -Bahaya sulfidik (xs)  Kedalaman suldifik (cm)  Bahaya erosi (eh)  Lereng (%) 3-JanBahaya erosi  Bahaya banjir (fh)  Genangan F0Penyiapan lahan (lp)  Batuan di permukaan (%) 0Singkapan batuan (%) 0

5

2. 2 Identifikasi Karakteristik Peryaratan Tumbuh Tanaman

2. 2. 1 Persyaratan Tumbuh kelapa sawit (Elaeis guinensis JACK.)

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tergolong dalam family Palmae, ordo

Palmales, sub kelas Mocotyledoneae, kelas Angiospermae, sub divisi Pterropsida dan

divisi Tracheophyta. Pohon kelapa sawit mulai memperlihatkan pertumbuhan

memanjang pada umur 4 tahun. Tinggi batang bertambah terus selama hidupnya, tetapi

menurut pertimbangan ekonomi biasanya dibatasi sampai berumur 25-30 tahun atau

tinggi batang telah mencapai 10-11 m (Yahya, 1990)

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada 12oLU - 12oLS dengan ketinggian 0-500

m diatas permukaan laut. Menurut Ferweda dalam Alvim P.T. and Kozlwowsky, T.T

(1977) kelapa sawit menghendaki iklim dengan curah hujan antara 1.800-4.000 mm per

tahun dan merata sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 25oC. Kelapa sawit merupakan

tanaman dataran rendah, meskipun dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 900 m dpl.

Lubis (1992) menambahkan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh baik jika tidak

mengalami defisit air (curah hujan dibawah 250 mm per tahun).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu tanah dengan solum

dalam, pH 4.0-6.0 namun yang terbaik 5.0-5.5, tekstur ringan (pasir 20-60%, debu 10-

40%, liat 20-50%) (Lubis, 1992). Yahya (1990) mengatakan tanah yang tidak banyak

mengandung besi dan berdrainase baik sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit. Untuk

tanah gambut yang memiliki kadar air tinggi, dengan kapasitas menahan air 275-322 %,

kondisi demikian bisa mengindikasikan bahwa drainase di tanah gambut buruk,

sehingga akan menghambat pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Karakteristik prasyarat

tumbuh kelapa sawit dapat dilihat di Tabel 2.

6

Tabel 2. Kriteria persyaratan tumbuh kelapa sawit (Elaeis guinensis JACK.)

Sumber: Ritung et al, 2007

7

2. 2. 2 Persyaratan Tumbuh karet (Hevea brasiliensis M.A.)

Karet adalah tanaman perkebunan/industri tahunan berupa pohon batang lurus

yang pertama kali ditemukan di Brasil dan mulai dibudidayakan tahun 1601. Di

Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet dicoba dibudidayakan pada tahun

1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia

pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh

dua Negara tetangga Malaysia dan Thailand.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar

Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus

dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa

kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Daerah yang cocok

untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU. Diluar itu

pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga

terlambat. Suhu udara yang baik bagi pertumbuhan tanaman antara 24-28 oC

Tabel 3. Kriteria persyaratan tumbuh karet (Hevea brasiliensis M.A.)

8

Sumber: Ritung et al, 2007

2. 2. 3 Persyaratan Tumbuh cokelat (Theobroma cacao L.)

Kakao merupakan tanaman perkebunan di lahan kering, dan jika di usahakan

secara baik dapat berproduksi tinggi serta menguntungkan secara ekonomis. Sebagai

salah satu tanaman yang dimanfaatkan bijinya, maka biji kakao dapat dipergunakan

untuk bahan pembuat minuman, campuran gula-gula dan beberapa jenis makanan

lainnya bahkan karena kandungan lemaknya tinggi biji kakao dapat dibuat cacao

butter/mentega kakao, sabun, parfum dan obat-obatan.

Di daerah tempat asalnya (Amerika Selatan), tanaman kakao tumbuh subur di

hutan-hutan dataran rendah dan hidup dibawah naungan pohon-pohon yang tinggi.

Kesuburan tanah, kelembaban udara, suhu dan curah hujan berpengaruh besar terhadap

pertumbuhan tanaman kakao. Susanto (1994) mengatakan bahwa kakao mempunyai

persyaratan tumbuh sebagai berikut : curah hujan 1.600 – 3.000 mm per tahun atau

rata-rata optimalnya 1.500 mm per tahun yang terbagi merata sepanjang tahun (tidak

ada bulan kering), garis lintang 20° LS samapai 20° LU, tinggi tempat 0 s/d 600 m dpl,

suhu yang terbaik 24°C s/d 28°C dan angin yang kuat (lebih dari 10 m per detik)

berpengruh jelek terhadap tanaman kakao. Kecepatan angin yang baik bagi tanaman

kakao adalah 2-5 m per detik karena dapat membantu penyerbukan, kemiringan tanah

kurang dari 45% dan tekstur tanah terdiri dari 50% pasir, 10% - 20% debu dan 30% -

40% lempung. Tekstur tanah yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir

dan lempung liat berpasir.

9

Tabel 4. Kriteria persyaratan tumbuh cokelat (Theobroma cacao L.)

Sumber: Ritung et al, 2007

10

2. 2. 4 Persyaratan Tumbuh kopi robusta (Coffea caephora)

Tanaman kopi (Coffea sp.) sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan

penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya

di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki, produksinya bisa ditingkatkan.

Kondisi lingkungan tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh terhadap

produktivitas tanaman kopi adalah tinggi tempat dan tipe curah hujan. Sebab itu, jenis

tanaman kopi yang ditanam harus disesuaikan dengan kondisi tinggi tempat dan curah

hujan di daerah setempat. Karakteristik prasyarat tumbuh kelapa sawit dapat dilihat di

Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria persyaratan tumbuh kopi robusta (Coffea caephora)

11

Sumber: Ritung et al, 2007

2. 3 Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk beberapa Komoditas Pertanian

2. 3. 1 Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk kelapa sawit (Elaeis guinensis JACK.)

Kesesuaian lahan pada SPT 4 di wilayah Aceh Barat untuk komoditas kelapa

sawit memiliki kelas kesesuaian lahan aktual S3oa,rc. Dari Tabel 6, terlihat bahwa lahan

memiliki faktor pembatas drainase dan tekstur tanah, hal ini mengakibatkan lahan

kurang sesuai (marginal) pada kondisi aktual untuk komoditas kelapa sawit. Usaha

perbaikan untuk menaikan kelas kesesuaian lahan dirasakan sulit untuk dilakukan

dengan maksud meningkatkan tingkat kelas lahan. Faktor pembatas yang paling

minimum adalah tekstur (lempung berpasir/pasir berlempung) dan drainase. Tekstur

dan drainase pada suatu luasan lahan yang luas sangat sulit untuk diupayakan

perbaikan, untuk drainase sedikit dapat diupayakan dengan pengaturan parit sekitar

pertanaman, namu upaya tersebut tidak sepenuhnya meningkatkan daya dukung lahan.

Tetapi untuk mengupayakan agar komoditas ini dapat ditanam, upaya perbaikan dapat

terlihat jika digunakan dalam memodifikasi faktor pembatas retensi hara. Upaya

perbaikan yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan kondisi kejenuhan basa dan

pH H2O adalah dengan pengapuran dan pemupukan dengan bahan organik. Sehingga

kesesuaian lahan potensial masih tetap memiliki kelas S3oa,rc.

Tabel 6. Penilaian kesesuaian lahan untuk kelapa sawit (Elaeis guinensis JACK.)

Persyaratan penggunaan lahan/karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

Nilai dataKelas kes. Lahan

aktualUsaha perbaikan

Kelas kes. Lahan potensial

Temperatur (tc)     S2      S2 

Temperatur rerata (oC) 28,8  S2      S2  

Ketersediaan air (wa)      S2      S2Curah hujan (mm) 3.109  S2      S2  Lamanya masa kering (bln) 0  S1      S1  

Ketersediaan oksigen (oa)      S3      S3Drainase Agak cepat  S3      S3  

Media perakaran (rc)      S3      S3Tekstur SL/LS  S3      S3  Bahan kasar (%) 0  S1      S1  Kedalaman tanah (cm) >100  S1      S1  

12

Gambut:      S1      S1Ketebalan (cm) 0  S1      S1  

Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral

           

Kematangan            

Retensi hara (nr)      S2      S1KTK liat (cmol/kg) >16  S1      S1  Kejenuhan basa (%) <50  S2    *  S1  pH H2O 5  S2    *  S1  C-organik (%) 1,7-2,1  S1      S1  

Toksisitas (xc)     S1      S1 Salinitas (dS/m) <0,5  S1      S1  

Sodisitas (xn)            Alkalinitas/ESP (%) -          

Bahaya sulfidik (xs)            Kedalaman suldifik (cm)            

Bahaya erosi (eh)     S1      S1 Lereng (%) 1-3  S1      S1  Bahaya erosi            

Bahaya banjir (fh)      S1      S1Genangan F0  S1      S1  

Penyiapan lahan (lp)     S1      S1 Batuan di permukaan (%) 0  S1      S1  Singkapan batuan (%) 0  S1      S1  

Kelas Kesesuaian Lahan Aktual (A) S3 (oa, rc) Potensial (P) S3 (oa, rc)

13

2. 3. 2 Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk karet (Hevea brasiliensis M.A.)

Kesesuaian lahan pada SPT 4 di wilayah Aceh Barat untuk komoditas karet

memiliki kelas kesesuaian lahan aktual S3rc yang lebih baik dari data hasil kelapa sawit.

Dari Tabel 7, terlihat bahwa lahan memiliki faktor pembatas hanya tekstur tanah. Usaha

perbaikan tekstur untuk menaikan kelas kesesuaian lahan dirasakan sulit untuk

dilakukan dengan maksud meningkatkan tingkat kelas lahan. Tekstur pada suatu luasan

lahan yang luas sangat sulit untuk diupayakan perbaikan, walaupun dilakukan upaya

seperti pemupukan bahan organic, bahan ameliorant tetap kondisi lahan tersebut akan

tidak sepenuhnya meningkatkan daya dukung lahan. Dalam mengupayakan agar

komoditas ini dapat ditanam secara maksimal, upaya perbaikan dapat terlihat jika

digunakan dalam memodifikasi faktor pembatas lainnya, seperti retensi hara. Upaya

perbaikan yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan kondisi kejenuhan basa dan

pH H2O adalah dengan pengapuran dan pemupukan dengan bahan organik. Namun

tetap pada kondisi aktual, kesesuaian lahan potensial terdapat pada kelas S3rc.

Tabel 7. Penilaian kesesuaian lahan untuk karet (Hevea brasiliensis M.A.)

Persyaratan penggunaan lahan/karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

Nilai dataKelas kes.

Lahan aktualUsaha perbaikan

Kelas kes. Lahan

potensial

Temperatur (tc)     S2      S2 

14

Temperatur rerata (oC) 28,8  S1      S2  

Ketersediaan air (wa)      S2      S2Curah hujan (mm) 3.109  S2      S2  Lamanya masa kering (bln)

0  S1      S1  

Ketersediaan oksigen (oa)

     S2      S2

Drainase Agak cepat  S2      S2  

Media perakaran (rc)      S3      S3Tekstur SL/LS  S3      S3  Bahan kasar (%) 0  S1      S1  Kedalaman tanah (cm) >100  S1      S1  

Gambut:      S1      S1Ketebalan (cm) 0  S1      S1  

Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral

           

Kematangan            

Retensi hara (nr)      S2      S1KTK liat (cmol/kg) >16  -      -  Kejenuhan basa (%) <50  S2    *  S1  pH H2O 5  S2    *  S1  C-organik (%) 1,7-2,1  S1      S1  

Toksisitas (xc)     S1      S1 Salinitas (dS/m) <0,5  S1      S1  

Sodisitas (xn)            Alkalinitas/ESP (%) -          

Bahaya sulfidik (xs)            Kedalaman suldifik (cm)            

Bahaya erosi (eh)     S1      S1 Lereng (%) 1-3  S1      S1  Bahaya erosi            

Bahaya banjir (fh)      S1      S1Genangan F0  S1      S1  

Penyiapan lahan (lp)     S1      S1 Batuan di permukaan (%) 0  S1      S1  Singkapan batuan (%) 0  S1      S1  

Kelas Kesesuaian Lahan Aktual (A) S3 (rc) Potensial (P) S3 (rc)

15

2. 3. 3 Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk cokelat (Theobroma cacao L.)

Kesesuaian lahan pada SPT 4 di wilayah Aceh Barat untuk komoditas cokelat

memiliki kelas kesesuaian lahan aktual S3wa,oa,rc. Dari Tabel 8, terlihat bahwa lahan

memiliki faktor pembatas curah hujan, drainase dan tekstur tanah, hal ini

mengakibatkan lahan memang sangat kurang sesuai (marginal) pada kondisi aktual.

Faktor pembatas yang paling minimum adalah curah hujan, drainase dan tekstur

(lempung berpasir/pasir berlempung), hal ini membuat lahan sulit diupayakan

perbaikan. Curah hujan, tekstur dan drainase sudah pasti akan sulit diupayakan, selaras

dengan luasan lahan yang sangat luas, untuk drainase sedikit dapat diupayakan dengan

pengaturan parit sekitar pertanaman, namu upaya tersebut tidak sepenuhnya

meningkatkan daya dukung lahan. Untuk curah hujan pun sebenarnya mampu didukung

dengan irigasi yang tepat, namun dilihat kondisi sosial dan ekonominya hal perbaikan

ini sulit dilakukan. Sama sepert komoditas sebelumnya, bahwa upaya perbaikan dapat

dilakukan pada faktor pembatas retensi hara. Pada komoditas cokelat untuk

menyeimbangkan kondisi pH H2O adalah dengan pengapuran dan pemupukan dengan

bahan organik. Namun kesesuaian lahan potensial masih tetap memiliki kelas

S3wa,oa,rc.

Tabel 8. Penilaian kesesuaian lahan untuk cokelat (Theobroma cacao L.)

16

Persyaratan penggunaan lahan/karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

Nilai dataKelas kes.

Lahan aktualUsaha perbaikan

Kelas kes. Lahan

potensial

Temperatur (tc)     S2      S2 

Temperatur rerata (oC) 28,8  S2      S2  

Ketersediaan air (wa)      S3      S3Curah hujan (mm) 3.109  S3      S3  Lamanya masa kering (bln) 0  S1      S1  

Ketersediaan oksigen (oa)      S3      S3Drainase Agak cepat  S3      S3  

Media perakaran (rc)      S3      S3Tekstur SL/LS  S3      S3  Bahan kasar (%) 0  S1      S1  Kedalaman tanah (cm) >100  S1      S1  

Gambut:      -      -Ketebalan (cm) 0  -      -  

Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral

           

Kematangan            

Retensi hara (nr)      S3      S2KTK liat (cmol/kg) >16  S1      S1  Kejenuhan basa (%) <50  S1      S1  pH H2O 5  S3    *  S2  C-organik (%) 1,7-2,1  S1      S1  

Toksisitas (xc)     S1      S1 Salinitas (dS/m) <0,5  S1      S1  

Sodisitas (xn)            Alkalinitas/ESP (%) -          

Bahaya sulfidik (xs)            Kedalaman suldifik (cm)            

Bahaya erosi (eh)     S1      S1 Lereng (%) 1-3  S1      S1  Bahaya erosi            

Bahaya banjir (fh)      S1      S1Genangan F0  S1      S1  

Penyiapan lahan (lp)     S1      S1 Batuan di permukaan (%) 0  S1      S1  Singkapan batuan (%) 0  S1      S1  

Kelas Kesesuaian Lahan Aktual (A) S3 (wa, Potensial S3 (wa,

17

oa, rc) (P) oa, rc)

2. 3. 4 Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk kopi robusta (Coffea caephora)

Kesesuaian lahan pada SPT 4 di wilayah Aceh Barat untuk komoditas kopi

robusta memiliki kelas kesesuaian lahan aktual S3tc,oa,rc. Dari Tabel 9, terlihat bahwa

lahan memiliki faktor pembatas temperature, drainase dan tekstur tanah, hal ini

mengakibatkan lahan kurang sesuai (marginal) pada kondisi aktual. Usaha perbaikan

untuk menaikan kelas kesesuaian lahan dirasakan sulit dengan maksud meningkatkan

tingkat kelas lahan. Faktor pembatas yang paling minimum adalah temperature, tekstur

(lempung berpasir/pasir berlempung) dan drainase. Tekstur dan drainase pada suatu

luasan lahan yang luas sangat sulit untuk diupayakan perbaikan, untuk drainase sedikit

dapat diupayakan dengan pengaturan parit sekitar pertanaman, namun upaya tersebut

tidak sepenuhnya meningkatkan daya dukung lahan. Upaya memodifikasi temperature

pun dirasakan sulit, untuk luasan yang besar. Dalam hal lain, untuk mengupayakan agar

komoditas ini dapat ditanam, upaya perbaikan dapat terlihat jika digunakan dalam

memodifikasi faktor pembatas retensi hara. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan

untuk menyeimbangkan kondisi kejenuhan basa dan pH H2O adalah dengan

pengapuran dan pemupukan dengan bahan organik. Namun kesesuaian lahan potensial

masih tetap memiliki kelas S3tc,oa,rc.

18

Tabel 9. Penilaian kesesuaian lahan untuk kopi robusta (Coffea caephora)

Persyaratan penggunaan lahan/karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

Nilai dataKelas kes.

Lahan aktualUsaha perbaikan

Kelas kes. Lahan

potensial

Temperatur (tc)     S3      S3

Temperatur rerata (oC) 28,8  S3      S3  

Ketersediaan air (wa)      S2      S2Curah hujan (mm) 3.109  S2      S2  Lamanya masa kering (bln) 0  S1      S1  

Ketersediaan oksigen (oa)      S3      S3Drainase Agak cepat  S3      S3  

Media perakaran (rc)      S3      S3Tekstur SL/LS  S3      S3  Bahan kasar (%) 0  S1      S1  Kedalaman tanah (cm) >100  S1      S1  

Gambut:      S1      S1Ketebalan (cm) 0  S1      S1  

Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan mineral

           

Kematangan            

Retensi hara (nr)      S2      S2KTK liat (cmol/kg) >16  S1      S1  Kejenuhan basa (%) <50  S2    *  S1  pH H2O 5  S3    *  S2  C-organik (%) 1,7-2,1  S1      S1  

Toksisitas (xc)     S1      S1 Salinitas (dS/m) <0,5  S1      S1  

Sodisitas (xn)            Alkalinitas/ESP (%) -          

Bahaya sulfidik (xs)            Kedalaman suldifik (cm)            

Bahaya erosi (eh)     S1      S1 Lereng (%) 1-3  S1      S1  Bahaya erosi            

Bahaya banjir (fh)      S1      S1Genangan F0  S1      S1  

Penyiapan lahan (lp)     S1      S1 Batuan di permukaan (%) 0  S1      S1  

19

Singkapan batuan (%) 0  S1      S1  

Kelas Kesesuaian Lahan Aktual (A)S3 (tc, oa, rc)

Potensial (P)

S3 (tc, oa, rc)

2. 4 Arahan Keputusan Penggunaan Lahan

Secara umum, kondisi lahan yang telah dievaluasi memiliki tingkat kesesuaian

marginal atau kurang sesuai untuk komoditas kelapa sawit, karet, kopi robusta dan

cokelat (kakao). Hal ini dibuktikan dari kesesuaian kondisi tanah, topografi dan iklim

pada lahan SPT 4 di wilayah Aceh Barat tersebut. Pada komoditas kopi robusta dan

cokelat memiliki faktor pembatas minimun yang paling banyak. Kemudian pada

komoditas kelapa sawit memiliki faktor pembatas drainase dan tekstur tanah, hal ini

pula yang menunjukan ketidaksesuaian kondisi lahan untuk kelapa sawit. Sebenarnya

tidak jauh berbeda pada komoditas karet, namu komoditas ini faktor pembatas

minimumnya hanya berada pada tekstur tanah yang kurang sesuai. Sehingga jika

keputusan yang tepat untuk merekomendasikan komoditas yang terbaik untuk ditanam

sesuai dengan kondisi lahan adalah komoditas Karet.

Selanjutnya sebelum dilakukan pengembangan lahan dengan menanam komoditas

karet, perlu diidentifikasi kembali mengenai permasalah sosial dan ekonomi di sekitar

lahan yang akan diusahakan tersebut. Walaupun kita telah mengetahui komoditas yang

terbaik untuk ditanam, tetapi dua faktor ini pun perlu diperhatikan guna mencapai hasil

pertanian yang optimal.

Aspek Ekonomi

Dilihat dalam kondisi saat ini, komoditas karet sedang mengalami masa

keemasan, dimana dalam beberapa tahun terakhir menurut Ketua Umum

Dewan Karet Indonesia (DKI) Azis Pane dalam Tempo.co mengatakan

20

harga karet mentah tahun depan akan mengalami peningkatan sekitar 50%

dari harga terdahulunya. Hal ini dapat menunjukan bahwa dalam beberapa

tahun kedepan harga jual komoditas karet mentah akan lebih potensial.

Disisi lain komoditas kelapa sawit, kakao, dan kopi pada beberapa tahun

terakhir ini mengalami kemerosotan harga dan bisa dikatakan belum ada

peningkatan harga. Seperti yang dilansir oleh indonesiafinancetoday.com

bahwa harga minyak sawit mentah turun.

Pertimbangan ekonomi lainnya untuk menunjang hasil produksi

yang maksimal adalah perhitungan biaya pengeluaran (cost) dari upaya

perbaikan lahan yang akan dilakukan. Berdasar terhadap hasil evaluasi

kesesuaian lahan sebelumnya, bahwa komoditas karet memiliki faktor

pembatas minimum yang paling sedikit, sehingga biaya tambahan untuk

meminimalisir kerugian akibat faktor pembatas pun tidak terlalu besar.

Aspek Sosial

Kondisi masyarakat Aceh Barat sangat menggantungkan lapangan

pekerjaan dan usaha terbesarnya adalah pertanian yang kedua adalah

sektor pertambangan (RPJP Aceh, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa

memang program ektensifikasi lahan pertanian didaerah tersebut memang

perlu direalisasikan. Kondisi pasar komoditas karet yang semakin

potensial pun akan memberikan dampak positif terhadap masyarakat

sekitar melalui pengembangan usaha komoditas karet. Harga jual yang

relatif masih stabil dapat mendukung peningkatan nilai upah minimun

para petani buruh karet, sehingga kesejahteraan sosial pun ikut

berkembang.

21

BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Kondisi lahan SPT 4 di wilayah Aceh Barat ini memiliki kondisi yang kurang

sesuai untuk keempat komoditas yang dilakukan evaluasi. Namun jika dilihat yang

terbaik untuk diusahakan dikembangkan pada daerah ini adalah komoditas karet.

Dilihat dalam kesesuaian topografi, iklim dan tanah komoditas ini adalah yang terbaik

dari keempat komoditas. Selain itu, dilihat dari aspek sosial dan ekonomi komoditas

karet tetap yang akan bisa dikembangkan pada daerah ini. Walaupun ada beberapa hal

yang mampu menjadi faktor pembatas terhadap pengmbangan karet, tetapi

dibandingkan komoditas lainnya, karet lah yang jika diperhitungkan biaya maupun

waktunya yang lebih baik.

22

DAFTAR PUSTAKA

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Resources Management and

Conservation

Ferwerda, J.D. 1977. Oil Palm. pp. 351-380. In: Ecophysiology of Tropical Crops. P. T.

Alvim and T. T. Kozlowski. Academic press, New York.

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/28/090413596/Thailand-Akan-Batasi-Ekspor-Karet

(diakses pada tgl 29 November 2012)

http://www.indonesiafinancetoday.com/read/32025/Harga-Minyak-Sawit-Mentah-di-Sumsel-

Turun (diakses pada tgl 29 November 2012)

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian

Perkebunan Marihat. Medan. 435 hal.

Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 32. FAO-UNO,

Rome.

Sitorus, S., 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Trasito Bandung.

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurusan Budidaya

Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 52 hal.

23