EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN …digilib.unila.ac.id/54842/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN
BETUTU Oxyeleotris marmorata ( Bleeker, 1852 ) DI DESA RANTAU JAYA
MAKMUR WAY PEGADUNGAN KECAMATAN PUTRA RUMBIA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
SKRIPSI
Oleh
Leoni Dian Pratiwi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN
BETUTU Oxyeleotris marmorata ( Bleeker, 1852 ) di DESA RANTAU JAYA
MAKMUR WAY PEGADUNGAN KECAMATAN PUTRA RUMBIA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
By
Leoni Dian Pratiwi
Way Pegadungan merupakan anak sungai Way Seputih, memiliki panjang 35,31
km dan lebar sungai 50 sampai dengan 70 meter. Way Pegadungan sangat
potensial untuk budidaya perikanan namun belum dimanfatkan secara optimal.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Mei 2018 dengan menggunakan
metode deskriptif kuantatif yang ditujukan untuk mengkaji tingkat kesesuaian
perairan dengan mengetahui nilai parameter fisika dan kimia untuk budidaya ikan
betutu. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Analisis
kesesuaian perairan dilakukan dengan metode matching dan skoring. Kisaran data
yang diperoleh adalah kedalaman: 6-7 m, kecerahan: 37,5-55 cm, suhu: 28-29ºC,
pH: 7-8,21, oksigen terlarut: 4,02-6,73 mg/l, arus: 0,14-0,16 m/s, nitrat: 0,16-0,21
mg/l, fosfat: 0,01-0,025 mg/l, amonia: 0,01-0,065 mg/l, bahan organik: 6,7-10,76
mg/l. Stasiun pengambilan sampel sebanyak 4 stasiun dengan menggunakan
global positioning system (GPS). Pada titik pertama, kedua dan keempat
mendapatkan nilai sangat sesuai (S1) dan pada titik ketiga mendaptkan nilai
cukup sesuai (S2).
Kata Kunci : Sungai Way Pegadungan, Ikan Betutu, Kesesuaian Perairan
ABSTRACT
EVALUATION OF WATER FITNESS FOR BETUTU FISH
CULTIVATION Oxyeleotris marmorata ( Bleeker, 1852) in RANTAU JAYA
MAKMUR VILLAGE, WAY PEGADUNGAN, PUTRA RUMBIA
DISTRICT, CENTRAL LAMPUNG REGENCY
Oleh
Leoni Dian Pratiwi
Way Pegadungan is a tributary of Way Seputih, has a length of 35,31 km and a
river width of 50 to 70 meters. Way Pegadungan is very potential for aquaculture
but has not been used optimally. This research was held in March - May 2018
using a descriptive quantitative method aimed at assessing the level of suitability
of the waters by knowing the physical and chemical parameters for the cultivation
of betutu fish. The data used primary data and the secondary data. Water
suitability analysis was carried out using matching and scoring methods. The
range of data obtained is depth: 6-7 m, brightness: 37,5-55 cm, temperature: 28-
29ºC, pH: 7-8,21, dissolved oxygen: 4,02-6,73 mg/l, current: 0,14-0,16 m/s,
nitrate: 0,16-0,21 mg/l, phosphate: 0,01-0,025 mg/l, ammonia: 0,01-0,065 mg/l,
organic matter: 6,7-10,76 mg/l. Sampling stations were 4 stations with the global
positioning system (GPS). At the first, second and fourth points hightly suitable
(S1) and at the third points get moderatly suitable (S3).
Keywords : Way Pegadungan River, Ikan Betutu, Water Suitability
EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN
BETUTU Oxyleotris marmmorata (Blekeer, 1852) DI DESA RANTAU
JAYA MAKMUR WAY PEGADUNGAN KECAMATAN PUTRA RUMBIA
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
LEONI DIAN PRATIWI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Leoni Dian Pratiwi dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal
08 Mei 1996. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara dari pasangan Bapak Diyo Subandri, S.P. dan Ibu Tri
Haryani, S.E.
Penulis mengawali pendidikan dari TK Aisyah Muhammadiyah
2 Labuhan Ratu pada tahun 2001-2002. Penulis melanjutkan pendidikan formal
dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Merapi Perumnas Way Halim diselesaikan
pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 8 Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 12
Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2014.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya
Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung melalui Jalur Seleksi Ujian Mandiri (UM) pada tahun 2014 dan
menyelesaikan masa studinya pada tahun 2018. Selama menjadi mahasiswa
penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung (HIMAPIK) sebagai anggota Bidang Pengkaderan pada
tahun 2016/2017.
Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Trimulyo
Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah selama 40
hari, yaitu dari bulan Januari - Februari 2017. Selama menikmati masa
perkuliahan penulis mengikuti Praktik Umum (PU) di Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat dengan judul “Teknik
Pembenihan Ikan
Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat” pada bulan Juli - Agutus 2017.
Terakhir pada tahun 2018, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Evaluasi
Kesesuain Perairan Untuk Budidaya Ikan Betutu (Oxyleotris marommorata)
(Blekeer, 1852) di Desa Rantau Jaya Makmur Way Pegadungan Kecamatan Putra
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah” yang terletak di Kecamatan Putra Rumbia,
Kabupaten Lampung Tengah.
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmannirrahim Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Syukur Alhamdulillah kupanjatkan atas berkat, rahmat dan
karunia yang Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk
kedua Orang Tuaku yang selalu memberikan dukungan dalam
bentuk apapun.
Bapak Diyo Subandri dan Ibu Tri Haryani Tercinta
Sebagai tanda bakti, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga,
selalu mendoakanku agar selalu menjadi orang yang lebih baik.
Kakakku Dea Fitri Aryandrie, serta keluarga besar yang telah
memberikan dukungan, motivasi, dan semangat untuk terus
berjuang dalam masa studi.
Sahabat dan teman-temanku yang telah banyak membantu,
memberikan dukungan dan semangat selama ini.
SERTA
Almamaterku Tercinta “Universitas Lampung”
MOTTO
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”
(Q.S. Al-Mujadalah:11)
“Kau perlu jatuh berkali-kali untuk tahu siapa yang senantiasa memelukmu,
seraya membuatmu mengerti bahwa hidup akan selalu baik-baik saja”
(Febriansyah Ramadhan)
“Tersungkur yang membuatmu bersyukur, lebih baik ketimbang
indah yang membuatmu patah”
(Leoni Dian Pratiwi)
SANWACANA
Alhamdulillah puji ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,
kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Kesesuain Perairan Untuk Budidaya Ikan Betutu
(Oxyleotris marommorata) (Blekeer, 1852) di Desa Rantau Jaya Makmur
Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di
Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan.
3. Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
4. Wardiyanto, S.Pi., M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik atas
memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan perkuliahan
5. Rara Diantari, S.Pi., M.Sc selaku dosen Pembimbing Utama atas
kesabarannya dalam memberikan bimbingan, ilmu, waktu, motivasi,
dukungan serta saran-saran yang membangun dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
6. Dr. Ir. Abdullah Aman Damai., M.Si selaku Pembimbing Kedua yang
telah memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, serta saran-saran yang
membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Herman Yulianto, S.Pi., M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan
masukan, kritik, dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung atas segala ilmu yang diberikan selama
ini.
9. Kedua orangtuaku, Bapak Diyo Subandri dan Ibu Tri Haryani yang
senantiasa memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, pengorbanan,
motivasi, serta doa yang tiada henti demi kelancaran dan kesuksesanku.
Kakakku Dea Fitri Aryandrie yang selalu memberikan dukungan dan
semangat.
10. Tim penelitian Adjie Pranata yang telah membantu, berjuang bersama,
hingga penelitian ini selesai.
11. Sahabat terbaik Hannisa, Mallina, Resta dan Rahma, yang telah membantu
saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Budidaya Perairan angkatan 2014 yang tidak
dapat disebutkan satu persatu atas kebersamaanya. Terima kasih atas
segala bantuan, motivasi, dan dukungan selama kita bersama-sama.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca maupun bagi
penulis. Aamiin.
Bandar lampung, November 2018
Penulis,
Leoni Dian Pratiwi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian .......................................................................... 2
C. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
D. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Betutu ......................................................................... 5
B. Sistem Budidaya Ikan Betutu .......................................................... 8
C. Kualitas Air Budidaya Ikan Betutu .................................................. 9
1. Parameter Fisika ........................................................................ 9
a) Suhu ...................................................................................... 9
b) Kecerahan dan Kedalaman ................................................ 10
c) Arus ..................................................................................... 11
2. Parameter Kimia ...................................................................... 12
a) Derajat Keasaman (pH) ..................................................... 12
b) Oksigen Terlarut ................................................................. 12
c) Amonia ................................................................................ 13
d) Nitrat ................................................................................... 15
e) Fosfat ................................................................................... 15
f) Bahan Organik ..................................................................... 16
D. Evaluasi Kesesuaian Perairan........................................................ 17
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ........................................................................ 21
B. Alat dan Bahan ............................................................................. 22
C. Metode Penelitian ......................................................................... 22
1. Kualitas Air ............................................................................ 23
a) Parameter Fisika .................................................................... 23
b) Parameter Kimia .................................................................. 24
D. Evaluasi Kesesuaian untuk Budidaya Ikan Betutu ........................ 26
E. Penilaian untuk Lokasi Budidaya Ikan Betutu .............................. 27
F. Analisis Data .................................................................................. 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umumu .............................................................................. 31
B. Kualitas Air Sungai Way Pegadungan ............................................ 32
1. Kedalaman .................................................................................. 33
2. Kecerahan ................................................................................... 35
3. Suhu ........................................................................................... 36
4. Derajat Keasaman (pH) .............................................................. 38
5. Oksigen Terlarut ......................................................................... 39
6. Arus ............................................................................................ 41
7. Nitrat .......................................................................................... 43
8. Fosfat .......................................................................................... 44
9. Amonia ....................................................................................... 46
10 Bahan Organik .......................................................................... 48
C. Kesesuaian Perairan Pada Sungai Way Pegadungan ...................... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 55
B. Saran ........................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 56
LAMPIRAN .............................................................................................. 61
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Alat dan Bahan............................................................................. 22
2. Stasiun Penelitian ........................................................................ 23
3. Batas-batas nilai kesesuaian perairan .......................................... 28
4. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air ........................... ....... 33
5. Pembobotan dan Skoring Lokasi 1 .............................................. 50
6. Pembobotan dan Skoring Lokasi 2 .............................................. 50
7. Pembobotan dan Skroing Lokasi 3 .............................................. 51
8. Pembobotan dan Skoring Lokasi 4 .............................................. 51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
9. Bagan kerangka pikir dari penelitian .....................................................3
10. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata). .................................................... 5
11. Peta Lokasi Penelitian .......................................................................... 23
12. Sungai Way Pegadungan ...................................................................... 31
13. Nilai Kedalaman Sungai Way Pegadungan ......................................... 33
14. Nilai Kecerahan Sungai Way Pegadungan .......................................... 35
15. Nilai Suhu Sungai Way Pegadungan ................................................... 36
16. Nilai Derajat Keasaman Sungai Way Pegadungan .............................. 38
17. Nilai Oksigen Terlarut Sungai Way Pegadungan ................................ 40
18. Nilai Arus Sungai Way Pegadungan .................................................... 42
19. Nilai Nitrat Sungai Way Pegadungan .................................................. 43
20. Nilai Fosfat Sungai Way Pegadungan ................................................. 44
21. Nilai Amonia Sungai Way Pegadungan ............................................... 46
22. Nilai Bahan Organik Sungai Way Pegadungan ................................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
23. Keadaan Way Pegadungan........................................................... 62
24. Peta Kabupaten Lampung Tengah ............................................... 65
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi yang cukup besar bagi sektor per-
ikanan, khususnya budidaya perikanan dan pengolahan hasil perikanan. Untuk
pengembangan sektor perikanan di daerah ini dapat memanfaatkan perairan umum
seperti sungai, rawa, waduk, saluran irigasi. Salah satu jenis komoditas yang
potensial dibudayakan di keramba jaring apung dalam rangka pemanfaatan per-
airan sungai adalah Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata).
Ikan betutu merupakan salah satu jenis ikan air tawar spesies asli Indonesia
(indigenous species) yang banyak digemari masyarakat, memiliki nilai jual yang
tinggi dan dipercaya memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Ikan betutu cukup
digemari oleh masyarakat karena dagingnya yang lembut, berwarna putih dan
tidak banyak duri(Sumawidjaja et al., 1993). Daging Ikan betutu yang rata-rata
mengandung protein (9 – 22%), lemak (0,1 – 20%), mineral (1 – 3%), vitamin,
lecithin, guanin dan sedikit mengandung kolesterol (Arief et al., 2009).
Way Pegadungan merupakan anak sungai Way Seputih. Daerah aliran sungai
(DAS) Way Pegadungan memiliki luas 32,039 Ha atau 6,45% dari luas total
keseluruhan DAS Way Seputih. DAS Way Pegadungan memiliki panjang sungai
2
utama 35,31 km dan lebar sungai 50 m (BPDAS Way Seputih-Sekampung,
2009). Berdasarkan kondisi tersebut, Way Pegadungan merupakan wilayah yang
potensial untuk kegiatan perikanan. Namun potensi Way Pegadungan disektor
perikanan belum termanfaatkan dengan baik oleh masyarakat sekitar, selama ini
pemanfaatan Way Pegadungan hanya sebagai sumber air irigasiperkebunan dan
pertanian masyarakat.
Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta memanfaatkan potensi per-
ikanan di Way Pegadungan dapat dilakukan kegiatan budidaya Ikan betutu yang
dipelihara keramba jaring apung. Salah satunya, Ikan betutu mempunyai potensi
besar sebagai komoditas ekspor ke berbagai negara (Nyuwan, 2000). Apabila
kegiatan budidaya Ikan betutu belum dikembangkan maka, dikhawatirkan akan
menurunkan populasi dan mengancam kelestariannya. Kesesuaian perairan ber-
peran sangat penting dalam menunjang keberhasilan budidaya, dimana setiap
daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian ini untuk mengevaluasi kesesuaian perairan untuk budidaya Ikan betutu
di daerah Way Pegadungan.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah evaluasi kesesuaian perairan dengan mengetahui
nilai parameter fisika dan kimia untuk budidaya Ikan betutu (Oxyeleotris
marmorata) di Perairan Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten
Lampung Tengah Provinsi Lampung.
3
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai perairan Way
Pegadungan untuk dikembangkan dan dikelola dengan baik sebagai tempat untuk
melakukan kegiatan budidaya Ikan Betutu dengan hasil yang optimal.
D. Kerangka Pemikiran
Ikan betutu merupakan salah satu ikan perairan air tawar yang berpotensi tinggi
untuk dibudidayakan. Ikan ini disukai masyarakat sebagai ikan konsumsi karena
dagingnya yang gurih dan memiliki protein baik dan merupakan salah satu
komoditas ekspor. Untuk memanfaatkan potensi Way Pegadungan dan
meningkatkan pendapatan masyarakat diperlukan kegiatan budidaya Ikan betutu
di Keramba jaring apung. Kajian kesesuaian perairan digunakan untuk menduga
serta menilai sejauh mana potensi sumberdaya perairan dapat dimanfaatkan.
Kerangka dasar dari evaluasi perairan adalah membandingkan persyaratan yang
diperlukan untuk suatu penggunaan perairan tertentu dengan sifat sumberdaya
yang ada pada perairan tersebut. Secara umum kerangka pikir penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.
Bagan Kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Pemanfaatan perairan di kawasan DAS Way Pegadungan Kecamatan Putra
Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung
Budidaya Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata)
Data parameter fisika dan kimia
4
Pengolahan data
Evaluasi kesesuaian perairan untuk budidaya Ikan betutu (Oxyeleotris
marmorata) dengan metode matching dan skoring
Kesimpulan
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Ikan Betutu
Axelrod (1986) memasukkan Ikan betutu ke dalam golongan Percormorphoidei.
Adapun sistematika selengkapnya adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Classis : Osteichthyes
Ordo : Percomorphodei
Familia : Eleotridae
Genus : Oxyeleotris
Species : Oxyeleotris marmorata. Blkr.
Ikan betutu dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Ikan betutu (Bleeker, 1852 dalam fishbase.org
6
Ikan betutu termasuk salah satu jenis ikan asli Indonesia yang hidup di perairan
umum. Jenis ikan ini mulai dikembangkan melalui budidaya karena selain mem-
punyai citarasa yang tinggi juga untuk pemenuhan sumber protein hewani dan
merupakan salah satu komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
(Widiyati et al., 1993) Sebagai salah satu komoditas yang selalu dicari, Ikan
betutu dari sisi ekonomis sangat menarik untuk dibudidayakan. Di beberapa
daerah seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jambi,
Jawa Tengah dan Jawa Barat banyak yang melakukan usaha pembesaran Ikan
Betutu.
Ikan betutu (Oxyeleotris sp) merupakan salah satu jenis ikan air tawar dari familia
Eleotrididae berukuran sedang dan dapat dibedakan dari anggota familia Gobiidae
oleh sirip perutnya yang terpisah (tidak berbentuk mangkok) dan adanya enam jari
tulang penguat tutup insang. Terdapat tiga species Ikan betutu yang telah di-
ketahui, yaitu O. marmarata., O. uropthalmoides dan O. uropthalmus (Kottelat et
al., 1993).
Ikan tersebut kebanyakan hidup di muara sungai, rawa, atau danau. Bentuk tubuh
Ikan betutu menyerupai ikan lele, khususnya kepalanya yang pipih dorsoventral.
Akan tetapi, Ikan betutu tidak memiliki sungut dan patil. Selain itu, tubuhnya
tertutup oleh sisik. Bagian dorsal tubuh mulai dari kepala sampai dengan ekor
dihiasi oleh ornamen-ornamen spesifik berwarna gelap dan terang. Oleh karena
itu, di Kalimantan Ikan betutu dikenal sebagai ikan hantu. Di luar negeri Ikan
betutu disebut the sleeper fish karena ikan ini senang tidur atau berdiam diri
(Larson, 2000).
7
Ciri morfologis Ikan betutu mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, berwarna
kekuning-kuningan dengan bercak-bercak hitam ke abuabuan, kepala gepeng,
mata besar dan mulut lebar, sirip punggung terdiri dari atas dua bagian terpisah.
Sirip punggung pertama lebih rendah daripada sirip punggung kedua. Warna sirip
kecoklat-coklatan sampai coklat ke abuabuan dan terdapat noda-noda hitam yang
menyebar di seluruh tubuhnya. Panjang tubuh ikan berkisar antara 10 – 40 cm
dengan panjang maksimum 50 cm (Djajadireja, 1977 dalam Gunawan et al.,
1999).
Ikan betutu memiliki ciri-ciri yaitu tubuhnya memanjang bagian depan silindris
dan bagian belakang pipih. Tubuh Ikan betutu berwana kecoklatan sampai gelap
dengan bercak hitam menyebar. Mempunyai dua sirip punggung yang terpisah,
sirip perut sepasang, bentuk membulat dan terletak berdekatan. Mempunyai
sepasang sirip dada yang bentuknya membulat serta sebuah sirip ekor dengan
ujung membulat. Tubuh ikan jantan umumnya lebih gelap dari tubuh ikan betina
(Lubis, 2002).
Ikan betutu memiliki bentuk tubuh memanjang, bagian depan silindris dan bagian
belakang pipih, kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak dan mulut lebar.
Ikan betutu memiliki sisik kecil-kecil, halus dan lembut, sehingga tampak hampir
tidak bersisik, warna badan kecokelatan sampai gelap dengan bercak-bercak hitam
(seperti batik) yang menyebar ke seluruh tubuh, bagian ventral berwarna putih.
Tubuh ikan betutu betina umumnya lebih gelap dari pada Ikan betutu jantan.Ikan
betutu dewasa biasanya memangsa ikan, udang-udangan (krustasea), dan serangga
air (insekta), sedangkan juvenilnya memakan kutu air (Daphnia, Cladocera, dan
Copepoda), jentik-jentik serangga dan Rotifera. Pada stadia larva, Ikan betutu
8
juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani berukuran renik.
Dari aspek reproduksi diketahui bahwa Ikan betutu dapat memijah sepanjang
tahun. Ikan betutu mempunyai nilai fekunditas berkisar antara 5.000 sampai
dengan 25.000 butir tergantung bobot induk (Junius, 2016).
B. Sistem Budidaya Ikan Betutu
Budidaya Ikan betutu untuk menghasilkan konsumsi sudah dimulai sejak tahun
1970-an dengan menggunakan keramba dan hampang (pengculture) di Sumatera
dan Kalimantan. Saat ini budidaya telah berkembang di berbagai daerah. Kegiatan
budidaya Ikan betutu tidak lagi hanya pada usaha pembesaran untuk menghasil-
kan ikan konsumsi, tetapi juga usaha untuk memproduksi benih. Karena itu, Ikan
betutu merupakan komoditas perikanan budidaya yang pantas dipilih untuk di-
kembangkan. Ukuran bobot awal benih betutu yang hendak ditebar disesuaikan
dengan mata jaring. Benih Ikan betutu dengan ukuran 50-100 g/ekor dapat ditebar
dengan kepadatan atau 50-100 ekor/m³. Setelah dipelihara selama 6 bulan, benih
yang ditebar berukuran 100 g/ekor akan dipanen dengan bobot rata-rata 600
g/ekor (Ghufron, 2013).
Salah satu daerah yang telah melakukan budidaya Ikan betutu dalam keramba
adalah masyarakat sekitar Kecamatan Muara Bengkal. Di Kecamatan Muara
Bengkal terdapat dua desa yaitu Desa Benua Baru dan Desa Muara Bengkal Hulu
yang masyarakatnya melakukan usaha budidaya Ikan betutu dalam karamba sejak
tahun 1997. Mereka tergabung dalam kelompok tani Gelumbang Usaha Bersama
(Desa Benua Baru) dan Sawar Belimbing (Desa Muara Bengkal Hulu). Lokasi
budidaya mereka adalah dengan memanfaatkan Danau Gelumbang. Ikan betutu
9
hasil budidaya di Kecamatan Muara Bengkal, biasanya dipasarkan ke restoran
yang terdapat di kotakota besar bahkan tidak jarang Ikan betutu tersebut dijual ke
luar negeri seperti Jepang dan Singapura (Budianto, 2007).
C. Kualitas Air Budidaya Ikan betutu
1. Parameter Fisika
a) Suhu
Menurut Azwar et al.,(2003) suhu air yang cocok bagi pertumbuhan benih Ikan
betutu adalah 24ºC sampai dengan 28ºC, sedangkan bagi indukan Ikan betutu
dapat hidup pada suhu 30ºC. Jika suhu air terlalu rendah dapat memicu timbulnya
penyakit bakterial terutama dari jenis Aeromonas hidrophylla, Pseudomonas sp.,
serta Ichthyophthirius multifiliis dan penyakit mikotik yang disebabkan oleh
jamur seperti Saphroregnia sp.
Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada temperatur air berkisar antara 19ºC
sampai dengan 29ºC bahkan Ikan betutu dapat beradaptasi dengan baik sampai
suhu 30ºC. Namun pada benih Ikan betutu suhu air yang baik berkisar antara 24ºC
sampai dengan 29ºC dimana benih ikan akan hidup sebanyak 70% (Boyd, 1990).
Menurut penelitian yang telah dilakukan Natadia (2015) menyatakan Ikan betutu
adalah salah satu ikan air tawar yang hidup pada perairan relatif panas >24ºC.
Suhu pada waduk, danau ataupun sungai yang cenderung stabil antara 27ºC
sampai dengan 32ºC pada musim panas. Suhu menurun hingga di bawah 28ºC
pada musim hujan, peralihan musim dari musim hujan ke panas atau musim panas
ke musim hujan, suhu tidak stabil, suhu tidak stabil dan berfluktuasi (naik turun)
hingga mencapai 4 – 5ºC (Kordi, 2013).
10
Penelitian yang telah dilakukan oleh Imam et al., (2009) menyatakan bahwa
produktivitas paling tinggi diperoleh pada ikan dengan perlakuan suhu air 29ºC
sampai dengan 32ºC yaitu sebesar 0,99 sampai dengan 1,09 g/hari dimana dari
hasil analisis statistik nilai keduanya berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan
suhu 26ºC (0,55 g/hari) dan suhu 24ºC – 28ºC (0,18 g/ hari). Hal tersebut terjadi
karena sintasan dan laju pertumbuhan harian Ikan betutu yang paling baik
diperoleh pada perlakuan suhu air 29ºC sampai dengan 32ºC. Perlakuan suhu
32ºC mempunyai produktivitas yang lebih tinggi dibanding perlakuan suhu 29ºC
meski sintasan ikan pada suhu 32ºC lebih rendah dibanding suhu 29ºC. Ini
merupakan indikasi bahwa bobot individu ikan pada perlakuan suhu 32ºC lebih
besar sehingga meskipun jumlahnya lebih sedikit tetapi bobot biomassanya lebih
tinggi.
b) Kecerahan dan Kedalaman
Menurut penelitian Astuty et al., (2000), kisaran kecerahan air untuk Ikan betutu
sekitar 15 sampai dengan 55 cm. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati (2002), hasil kedalaman dan oksigen terlarut dapat mendukung upaya
pengendalian populasi yang dilihat dari aspek habibat yang disukai Ikan betutu,
sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian habitat baik secara fisik maupun
biologis. Penetrasi cahaya berkisar 40,7cm sampai dengan 53 cm dengan
kedalaman 1,5 m sampai dengan 4 m.
Kecerahan air merupakan suatu ukuran untuk mengetahui daya penetrasi cahaya
matahari ke dalam air, sedangkan kekeruhan (turbiditas) air, derajad kegelapan
dalam air yang disebabkan oleh suspensi bahan organik dan anorganik (lumpur,
11
partikel karbonat, plankton dan organisme lainnya), yang menyebabkan cahaya
matahari yang masuk kedalam dipancarkan atau diserap, sehingga daya penetrasi
cahaya matahari berkurang. Namun kekeruhan tidak selalu menunjukan kolerasi
yang nyata dengan kecerahan, karena adanya perbedaan konsentrasi, ukuran dan
sifat refraksi dari bahan tersuspensi dalam perairan (Karta et al, 1987).
Semakin dalam perairan maka semakin kecil cahaya yang masuk ke dalam. Payne
(1986) menyatakan, kecerahan sangat berkorelasi dengan kedalaman. Kedua
faktor tersebut mendukung untuk kehidupan organisme akuatik. Hal tersebut
menjelaskan bahwa kondisi perairan yang memiliki arus tenang cocok untuk
kehidupan Ikan betutu.
c) Arus
Arus adalah pergerakan air yang mampu memberikan perubahan lingkungan dan
dapat dialami oleh ikan. Pergerakan air akan mengakibatkan distribusi dari faktor
lingkungan berupa suhu, oksigen, karbondioksida maupun yang lainnya menjadi
lebih merata, bahkan penyerbaran makanan pun juga merata. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Agung (2016) menyatakan terdapat perubahan tingkah laku dari
ikan betutu yang diberi arus. Pemeliharaan yang dilakukan selama 56 hari me-
nunjukkan adanya pertumbuhan bobot dari hasil penelitian yang menggunakan
arus 0,12 m/s mengalami peningkatan yang paling besar, kemudian secara
berturut-turut perlakuan dengan arus 0,09 m/s, 0,06 m/s, dan tanpa arus. Hal ini
mengindikasikan adanya rangsangan untuk capat tumbuh dengan semakin
besarnya kecepatan arus air yang diberikan. Arus yang diberikan akan
merangsang ikan untuk bergerak dan menyebabkan semakin cepat tumbuh. Hal
12
tersebut diperkuat dengan peryataan Tajerin et al. (2000), ikan yang aktif bergerak
akan mengalami perkembangan otot yang lebih cepat dibandingkan dengan ikan
yang lebih banyak diam sehingga pergerakan aktif akan memacu perkembangan
otot menjadi lebih cepat.
2. Parameter Kimia
a) Derajat Keasaman (pH)
Ikan betutu juga banyak dijumpai di perairan-perairan air tawar yang memiliki
derajat keasaman (pH) air yang agak rendah (5,5 sampai dengan 6,5). Meskipun
Ikan betutu dapat hidup di air dengan pH netral yaitu 7 sampai 7,5 (Cheah et al.,
1994), hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Loo et al., (2015)
menyatakan bahwa Ikan betutu dapat hidup dengan baik pada derajat keasaman
(pH) berkisar 7,5 sampai dengan 8,5.
Penelitian yang telah dilakukan Asep et al., (2017) menyatakan hasil pengukuran
derajat keasaman (pH) air pada kolam pemeliharaan Ikan betutu diukur pada siang
hari berkisar antara 6,5 – 7,3, hal ini sama dengan pertanyaan Kordi (2013) bahwa
Ikan betutu dapat bertahan hidup pada perairan asam atau pH rendah. Pada pH 5,5
– 6,5, Ikan betutu masih bisa hidup dan tumbuh, meskipun ikan betutu bisa
tumbuh dengan baik pada kisaran pH 7,0 – 7,5.
b) Oksigen Terlarut (DO)
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ardi et al., (2016) bahwa
oksigen terlarut (DO) yang baik untuk budidaya Ikan betutu berkisar antara 0,366
mg/l sampai dengan 0,47 mg/L dengan kadar salinitas 1 ppt sampai dengan 5 ppt.
13
Asep et al., (2017) telah melakukan penelitian dengan hasil pengukuran oksigen
terlarurt (DO) dalam kolam pemeliharaan Ikan betutu di karamba jaring apung
berkisar antara 2,9 sampai dengan 3,5 mg/L, hal tersebut ditunjang oleh per-
nyataan Kordi (2013), bahwa Ikan betutu merupakan ikan yang tahan hidup di-
perairan yang kualitasnya buruk, Ikan betutu masih bisa bertahan hidup dalam
perairan dengan kandungan oksigen terlarut yang rendah yaitu 2 mg/L dan betutu
tumbuh dengan baik dalam perairan dengan kandungan oksigen terlarut > 3 mg/L.
Penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2002) hasil pengukuran oksigen terlarut
(DO) 1,66-5,17 mg/L. Oksigen merupakan salah satu unsur yang paling penting,
yaitu sebagai pengalir proses-proses metabolisme bagi komunitasnya dan sebagai
petunjuk kualitas perairan (Begenal, 1978). Oksigen yang terlarut dalam air pada
umumnya berasal dari difusi oksigen secara langsung dari udara ke dalam air
melalui air hujan dan melalui fotosintesa dalam air. Konsentrasi oksigen terlarut
dapat berkurang karena dipergunakan hewan air untuk respirasi, dipakai dalam
proses penguraian bahan-bahan organik secara kimiawi (COD).
c) Amonia
Total amonia merupakan produk hasil metabolisme ikan dan dekomposisi
senyawa organik seperti sisa-sisa pakan dan kotoran ikan oleh bakteri menjadi
nitrogen dalam bentuk amonium terlarut (Hidayah, 1993). Amonia total dapat
merusak insang dan menurunkan kemampuan darah dalam mengikat oksigen
(Boyd, 1982). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Imam et al., (2009)
menyatakan hasil pengukuran kandungan amonia dalam air selama penelitian
berkisar antara 0,012–0,035 mg/L. Kisaran tersebut masih di bawah konsentrasi
14
yang dapat membahayakan ikan yaitu berkisar antara 0,1–0,3 mg/L.Ikan betutu
adalah ikan yang berbeda dengan ikan-ikan lainnya, dikarenakan ikan ini sangat
tahan terhadap kadar amoniak H2S, dan kadar karbondioksida yang cukup tinggi.
Hal ini sangat menguntungkan dalam usaha budidaya terutama pembesaran.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Asep et al., (2017) bahwa amonia
Bebas (NHᴣ) berkisar antara 0,021-0,030 mg/L, sedangkan menurut Hidayah
(1993) menyatakan bahwa kisaran amonia bebas (NHᴣ) pada ikan air tawar
kurang dari 2 mg/L masih memenuhi kisaran yang layak untuk pemeliharaan ikan.
Kisaran ammonia pada kisaran tersebut Ikan betutu masih dapat hidup optimum,
sesuai dengan pernyataan Kordi (2013) bahwa ikan betutu masih dapat hidup
optimum pada perairan yang mengandung amonia antara 0,556 – 0,779.
Konsentrasi amonia bebas (NHᴣ)di perairan bergantung pada pH dan suhu per-
airan. Semakin meningkatnya pH dan suhu perairan menyebabkan persentase
amonia bebas (NHᴣ) terhadap amonia total semakin meningkat. Amonia bebas
(NHᴣ) tidak dapat terionisasi (amoniak), sedangkan amonium (NH4) dapat ter-
ionisasi, pada pH 7 atau kurang, sebagian besar amonia akan mengalami ionisasi.
Sebaliknya, pada pH lebih besar dari 7, amonia tak terionisasi yang bersifat toksik
terdapat dalam jumlah yang lebih banyak. Amonia bebas yang tak terionisasi ber-
sifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amoniak terhadap organisme
akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH dan
suhu. (Effendi, 2003).
15
d) Nitrat (NOᴣ)
Nitrat (NOᴣ) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan
nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah larut
dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi
sempurna senyawa nitrogen di perairan. Berdasarkan penelitian yang telah di-
lakukanLoo et al.,(2015) menyatakan bahwa kondisi perairan yang mengandung
nitrat baik untuk budidaya ikan betutu adalah berkisar 0,02 mg/l sampai dengan
1,15 mg/l. Namun berdasarkan penelitian Ardi et al., (2015) menyatakan bahwa
ikan betutu hidup dalam perairan yang mengandung nitrat 0,44 mg/l sampai
dengan 1,85 mg/l.
Menurut penelitian yang telah dilakukan Inlan et al (2007) menyatakan bahwa
kisaran nitrat dalam perairan yang baik ikan betutu dapat hidup adalah 0,66 mg/l
sampai dengan 1,74 mg/l. Nitrat (NO3‾) adalah nutrien yang pada kadar ber-
lebihan, dapat menyebabkan penurunan kualitas air suatu badan air yang akhirnya
menimbulkan pencemaran air serta berakibat pada eutrofikasi (eutrophication).
Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan
(Arthana, 2006).
e) Fosfat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ardi et al., (2005) menyatakan ikan
betutu dapat hidup di perairan yang mengandung fosfat 0,2 mg/l. Jika konsentrasi
fosfat yang sudah cukup tinggi melebihi ambang batas standar baku budidaya.
Meskipun fosfat tidak toksik bagi ikan, tapi dapat menyebabkan pertumbuhan
fitoplankton di kolam dan badan perairan (sungai dan danau). Konsentrasi
16
fosfatyang telah melebihi ambang batas standar baku diduga berasal dari sisa
pakan dan metabolisme ikan yang terdapat di media pemeliharaan.
Berdasarkan peraturan pemerintah RI No 82 tahun 2001 nilai fosfat yang baik di
dalam perairan sungai adalah 0,2 mg/l sampai dengan 5 mg/l. Bila kadar fosfat
dalam air rendah, seperti pada air alam (< 0,01 mg P/L),pertumbuhan dan gang-
gang akan terhalang. Keadaan ini disebut oligotrop. Sebaliknya bila kadar fosfat
dalam air tinggi, pertumbuhan tanaman dan ganggang tidak terbatas lagi (keadaan
eutrop), sehingga dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut air. Hal ini tentu
sangat berbahaya bagi kelestarian ekosistem perairan.
f) Bahan Organik
Bahan organik terlarut total atau Total Organik Matter (TOM) menggambarkan
kandungan bahan organik total suatu perairan yang terdiri dari bahan organik
terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan organik merupakan bahan
bersifat kompleks dan dinamis nberasal dari sisa tanaman dan hewan yang ter-
dapat di dalam tanah yang mengalami perombakan. Bahan ini terus-menerus
mengalami perubahan bentuk karena dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan
biologi. Dekomposisi bahan organik di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara dan oksigen (Rakhman,
1999).
Pakan ikan merupakan penyumbang bahan organik tertinggi di waduk (80%)
dalam menghasilkan dampak lingkungan. Jumlah pakan yang tidak dikonsumsi
atau terbuang di dasar perairan oleh ikan sekitar 20–50%. Limbah dari pakan
17
dan faeces ikan akan terakumulasi dan menurunkan kualitas perairan. Peningkatan
jumlah aktivitas budidaya ikan menggunakan KJA, mengakibatkan peningkatan
jumlah beban cemaran yang akan dibuang ke perairan. Hal tersebut juga di-
pengaruhi oleh jarak antar KJA, jumlah padat tebar ikan, dan manajemen pem-
berian pakan(Lukman dan Hidayat, 2002). Jumlah padat tebar ikan yang tinggi
dengan manajemen pakan yang buruk mengakibatkan perairan menjadi keruh dan
tercemar. Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang di-
kaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kisaran bahan organik
yang cocok untuk budidaya ikan betutu adalah 1,26 sampai dengan 8,72 mg/l (Ina,
2014).
D. Evaluasi Kesesuaian Perairan
Menurut Ritung et al., (2002) bahwa evaluasi perairan adalah suatu proses pe-
nilaian sumber daya perairan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu
pendekatan yang sudah teruji. Hasil evaluasi akan memberikan informasi dan/atau
arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian perairan adalah
tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian tersebut
dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan
perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian
lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan
tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.
Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan
dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial
menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-
usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan
18
terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang
memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditas-
nya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai.
Menurut Wardoyo (2002) menyatakan evaluasi lahan adalah suatu proses pe-
nilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pen-
dekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan
informasi atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Dasar pe-
mikiran utama dalam prosedur evaluasikesesuaian lahan adalah kenyataan bahwa
berbagai pemanfataan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda.
Evaluasi kesesuaian lahan perairan dapat menggunakan beberapa metode yang
serupa. Menurut Hadmoko (2012), beberapa metode klasifikasi kemampuan lahan
adalah sebagai berikut:
1. Metode kualitatif/deskriptif
Metode ini didasarkan pada analisis visual/pengukuran yang dilakukan langsung
di lapangan yang telah disepakati. Metode ini bersifat subyektif dan pada be-
berapa kasus tergantung pada kemampuan peneliti dalam menganalisis.
2. Metode matching
Metode ini didasarkan pada pencocokan yang terjadi antara kriteria kesesuaian
lahan terhadap data kualitas lahan. Evaluasi kemampuan lahan dengan cara
matching dilakukan dengan mencocokkan antara karakteristik lahan dengan syarat
penggunaan lahan tertentu.
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam proses matching meliputi:
19
Kualitas lahan pada setiap satuan pemetaan lahan;
Kualitas lahan yang dipertimbangkan untuk setiap penggunaan lahan;
Rating kualitas lahan (persyaratan tipe penggunaan lahan).
Macam matching adalah sebagai berikut:
1) Weight factor matching, adalah teknik matching untuk mendapatkan faktor
pembatas yang paling berat dan kelas kemampuan lahan.
2) Arithmatic matching, adalah teknik matching dengan mempertimbangkan
faktor yang dominan sebagai penentu kelas kemampuan lahan.
3) Subjective matching, adalah teknik matching yang didasarkan pada
subyektivitas peneliti. Hasil pada teknik subjective matching sangat
tergantung pada pengalaman peneliti.
3. Metode pengharkatan (scoring)
Metode ini adalah nilai lahan menurut kegunaan, manfaat atau fungsi yang dapat
dijalankanya. Maka harkat lahan berkaitan dengan mutu lahan. Harkat lahan
merupakan nilai kualitatif dan karena itu tidak terukur secara langsung, akan
tetapi ditetapkan secara ditaksir atau ditafsir oleh karena harkat lahan selalu
berkenaan dengan penggunaan tertentu maka suatu lahan yang berharkat baik
untuk, misal nya pertanian tidak dengan sendirinya berharkat baik pula untuk
penggunaan lain, misalnya permukiman atau kawasan industri. Penilaian
kesesuaian dapat di buat secara mutlak atau nisbi. Dapat pula dibuat berdasarkan
keadaan lahan sekarang (actual suitability) atau berdasarkan keadaan lahan
setelah diadakan pembenahan besar-besaran ( potential suitability ), yang
20
mengubah ciri-ciri lahan secara sangat murad ( very significant ) dan cukup tetap
dan hasil pengubahnnya dapat bertahan selama lebih dari 10. Metode peng-
harakatan lahan biasannya berbentuk sistem klasifikasi harkat lahan dengan
struktur kategori ganda, dari kategori tertinggi sampai dengan yang terendah
perampatan kriteria pemilihan kelas (FAO, 1976).
21
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2018.
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peninjauan lokasi pada bulan
Maret sampai dengan Mei 2018 pengambilan data primer dan data sekunder yang
bertempat di Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah Provinsi Lampung. Analisis data yang akan dilakukan di Laboratorium
Kualitas Air, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta lokasi penelitian
22
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan
No Variabel Satuan Alat dan Bahan Keterangan
1. Suhu oC Thermometer In situ
2. Derajat Keasaman
(pH)
Multiparameter In situ
3. Kecerahan Meter Secchi Disk In situ
4. Kedalaman Meter Secchi Disk In situ
5. Oksigen Terlarut
(DO)
mg/l Multiparameter In situ
6. Arus m/s Baling-baling In situ
7. Amonia (NHᴣ) mg/l Spectrofotometer Laboratorium
8. Phospat (PO4) mg/l Spectrofotometer Laboratorium
9. Nitrat (NOᴣ) mg/l Spectrofotometer Laboratorium
10. Bahan Organik mg/l Spectrofotometer Laboratorium
11. Koordinat
Lapangan
GPS In situ
C. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan terhadap kualitas perairan
yang meliputi parameter fisika dan kimia di perairan sungai Way Pegadungan
Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan se-
kunder. Data primer meliputi suhu, pH, arus, kecerahan, kedalaman, DO, bahan
organik, phospat, nitrat dan amoniak. Sedangkan pengumpulan data sekunder me-
liputi peta rupa bumi dan data citra. Penentuan titik pengamatan dirancang dengan
menggunakan metode purposive sampling. Lokasi pengambilan sampel dilakukan
pada 4 stasiun dengan pengulangan sebanyak 3 kali yang mewakili semua kondisi
23
perairan lokasi penelitian. Koordinat pengambilan sampel dicatat dengan bantuan
Global Positioning System (GPS) dengan format (latitude; longitude). Stasiun
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Stasiun penelitian
No. Kordinat Stasiun Penelitian
Keterangan LS BT
1. 4º 48’ 14,53” 105º 39’ 16,15” Aliran Hulu (Keramba
Tradisional)
2. 4º 48’ 53,92” 105º 38’ 49,9” Aliran Inlet Oulet
Persawahan
3. 4º 49’ 32,45” 105º 38’ 15,84” Rawa-rawa dan Hutan
Way Kambas
4. 4º 47’ 31,61” 105º 39’ 5,26” Aliran Hilir (Keramba
Jaring Apung )
1. Kualitas Air
a) Parameter Fisika
Beberapa parameter fisika yang diukur adalah sebagai berikut :
1. Suhu
Pengukuran suhu perairan dilakukan dengan menggunakan thermometer,
dengan cara pada bagian ujung thermometer diberi tali kemudiandimasukan
kedalam perairan yang akan diamati sampai bagian dari thermometer tidak berada
diudara, kemudian setelah mendapatkan hasilnya dicatat.
2. Kecerahan
Pengukuran kecerahan perairan dilakukan dengan menggunakan secchi
disk, dengan carasecchi disk dikaitkan dengan pemberat agar secchi disk dapat
tenggelam untuk melihat tingkat gelap atau terang perairan dalam secchi disk,
kemudian setelah mendapatkan hasilnya dicatat.
24
3. Kedalaman
Pengukuran kedalaman perairan dilakukan dengan menggunakan secchi
disk, secchi disk digunakan sebagai pemberat dengan tali pengukuran yang sudah
ditentukan jarak 1 meter sebelumnya, kemudian secchi disk dimasukkan kedalam
perairan yang akan diamati. Setelah itu dilihat kedalaman yang didapatkan pada
saat pengukuran lalu hasil yang telah didapatkan dicatat.
4. Arus
Pengukuran menggunakan baling-baling yaituhitung waktu yang
dibutuhkan sampai tali rafia yang diikatkan ke baling-baling sepanjang 1meter
tersebut lurus dengan menggunakan stop watch. Pada pengukuran arus dilakukan
pengulangan di tempat yang berbeda.
Semua parameter fisika tersebut diukur secara langsung (in situ) pada tiap titik
sampling di Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia Kabupaten Lampung
Tengah Provinsi Lampung.
b) Parameter Kimia
Beberapa parameter kimia yang diukur adalah sebagai berikut :
1. Derajat keasaman (pH)
Pengukuran derajat keasaman (pH) diukur secara in situ dengan
menggunakan Multiparameter. Sebelum menggunakan alat ini harus dikalibrasi
menggunakan aquades terlebih dahulu setelah itu, Multiparameter dimasukkan
kedalam air yang akan diamati, lalu nilai pH akan muncul pada alat. Kemudian
catat hasilnya.
25
2. Oksigen Terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut (DO) diukur secara in situ dengan
menggunakan water Multiparameter.Sebelum menggunakan alat ini harus
dikalibrasi menggunakan aquades terlebih dahulu setelah itu, Multiparameter
dimasukkan kedalam air yang akan diamati, lalu nilai DO akan muncul pada alat.
Kemudian catat hasilnya.
3. Amonia (NHᴣ)
Pengukuran amonia dilakukan di Laboratorium Kualitas Air,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung
Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk
mengukur Amonia dalam setiap sampel dapat dengan menggunakan
spectrofotometer(SNI 19-6964.3-2003).
4. Nitrat (NOᴣ)
Pengukuran nitrat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat dapat
menggunakan spectrofotometer (SNI 19 6964.7-2003).
5. Fosfat (PO4)
Pengukuran kadar phospatdilakukan di Laboratorium Kualitas Air,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung
26
Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk
mengukur phospat dapat menggunakan spectrofotometer(SNI 06-6989.31-2005).
6. Bahan Organik
Pengukuran nitrat dilakukan di Laboratorium Kualitas Air, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Jurusan
Kesehatan Lingkungan. Cara kerja yang digunakan untuk mengukur nitrat dapat
menggunakan spectrofotometer(APHA. 2005. 4500.KMnO4).
D. Evaluasi Kesesuaian Perairan Budidaya Ikan betutu
Evaluasi kesesuaian perairan digolongkan kedalam beberapa kelas. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan untuk
budidaya perikanan khususnya untuk ikan betutu. Hasil dari scoring dan pem-
bobot dievaluasi sehingga akan didapat kelas kesesuaian yang menggambarkan
tingkat kelayakan dari suatu bidang untuk penggunaan tertentu. Menurut Trisakti
(2003) tingkat dari kesesuaian perairan dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
1) Kelas S1 : Sangat Sesuai (Hightly Suitable) Nilai 85-100%
Daerah ini tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan
perlakuan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak
berarti atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap penggunaannya
dan tidak akan menaikkan masukan atau tingkat perlakuan yang
diberikan.
2) Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Nilai 75-84%
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang agak serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas
27
ini akan meningkatkan masukan atau tingkat perlakuan yang
diperlukan.
3) Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Nilai 65-74%
Daerah ini mempunyai pembatas-pembatas yang serius untuk
mempertahankan tingkat perlakuan yang harus diterapkan. Pembatas
akan lebih menigkatkan masukan atau tingkatan perlakuan yang
diperlukan.
4) Kelas N : Tidak Sesuai (Not Sutable) Nilai < 65%
Daerah ini mempunyai pembatas permanen, sehingga mencegah segala
kemungkinan perlakuan pada daerah tersebut.
Matrik kesesuaian perairan disusun melalui beberapa kajian pustaka dan
pertimbangan teknis budidaya, sehingga diketahui peubah syarat yang dijadikan
acuan dalam pemberian bobot. Karena itu, peubah yang dianggap penting dan
dominan menjadi dasar yang kurang dominan. Untuk melihat keberadaan peubah
di atas, maka hubungan antar beberapa peubah dominan yang mungkin terjadi
terhadap peubah syarat, diperlukan sebagai data penunjang.
E. Penilaian untuk lokasi budidaya ikan betutu
Sistem penilaian atau skoring untuk mengetahui tingkat kelayakan perairan
budidaya Ikan betutu dapat disusun dengan matrik kesesuaian perairan. Metode
skoring digunakan untuk pembobotan pada setiap parameter dikarenakan setiap
parameter memiliki andil yang berbeda dalam menunjang kehidupan suatu
komoditas. Metode skoring biasannya berbentuk sistem klasifikasi harkat lahan
dengan struktur kategori ganda, dari kategori tertinggi sampai dengan yang
terendah perampatan kriteria pemilihan kelas. Dalam budidaya ikan, parameter
28
yang memliki peran besar akan mendapatkan nilai besar dari parameter yang
memiliki dampak yang besar (Kangkan, 2006). Matrik kesesuaian perairan
disusun dengan sistem penilaian atau skoring untuk mengetahui tingkat kelayakan
untuk budidaya ikan betutu yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Batas-batas nilai kesesuaian perairan dalam budidaya ikan betutu
Variabel Variabel BATAS NILAI
(A)
BOBOT
(B)
SKOR
MAXIMAL
(AxB)
Sumber
Kedalaman
5-7 m
3-4 m dan 8-9 m
<2 m dan > 10 m
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15
Rahmawati
(2002)
Arus
0, 12-0,20 m/s
0,06-0,11 m/s dan 0,13-
0,21 m/s
< 0,06 dan > 0,21 m/s
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15
Agung
(2016);
Tajerin et
al. (2000)
Oksigen
Terlarut
3-6 mg/l
2-2,9 mg/l dan 6-8 mg/l
<2- >8 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
3 15
Setiawan
(2010);
Kordi
(2013);
Lubis
(2002);
Begenal
(1978)
Derajat
Keasaman
(pH)
6,5-8,5
6,0-6,4 dan 8,6-9
<5,9 - >9,1
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10
Loo et al,.
(2015);
Kordi
(2013)
Suhu
26oC-28
oC
24-25 oC dan 29
oC
<23 dan 30 oC
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10
Azwar
(2003);
Boyd
(1990);
Kordi
(2013)
Amonia
0-0,4 mg/l
0,5-0,7 mg/l
>0,7 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10
Purnamasa
ri(2009);
Kordi,
(2013)
29
Variabel Variabel BATAS NILAI
(A)
BOBOT
(B)
SKOR
MAXIMAL
(AxB)
Sumber
Fosfat
0,2 – 0,5mg/l
0-0,19 mg/l dan 0,6-1
mg/l
<0 mg/l - >1 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
2 10
Ardi
(2005); PP
RI No 82
th 2001
Kecerahan
40-50 cm
30-39 cm dan 51-60 cm
>60 cm
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
1 5
Rahmawati
(2002);
Astuty
(2000)
Karta
(1987)
Nitrat
0,5-1 mg/l
0,2-0,4 mg/l dan 1-1,8
mg/l
<0,2 mg/l – >1,8 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
1 5
Loo et al.,
(2015);
Ardi
(2005);
Inlan et al
(2007);
Athana
(2006)
Bahan
Organik
6,6 mg/l – 8,7 mg/l
4,6-6,5 dan 8,8-9,0
mg/l
<4,5 dan >9,1 mg/l
5 (Sesuai)
3 (Cukup
Sesuai)
1 (Tidak Sesuai)
1 5
Lukman
dan
Hidayat
(2002); Ina
(2014);
Rakhman
(1999)
TOTAL SKOR
MAKSIMAL 100
Keterangan:
1. Angka penilaian berdasarkan petunjuk DKP (2002), yaitu: 5 = baik
3 = sedang
1 = kurang
2. Bobot berdasarkan petunjuk Kangkan (2006), yaitu pertimbangan pengaruh variabel dominan.
3. Skor adalah ∑
Skor total dari hasil perkalian nilai parameter dengan bobotnya tersebut
selanjutnya dipakai untuk menentukan klas perairan budidaya Ikan betutu
berdasarkan karakteristik kualitas perairan dan dapat dihitung dengan
perhitungan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002) :
30
Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas diperoleh nilai (skor) kesesuaian
perairan sebagai berikut (Cornelia, 2005) :
86 – 100 = Sangat Sesuai (S1)
76 – 85 = Cukup Sesuai (S2)
66 – 75 = Sesuai Marginal (S3)
0 – 65 = Tidak Sesuai (N)
F. Analisis Data
Untuk mengetahui kesesuaianperairan untuk kegiatan budidaya Ikan betutu
(Oxyeleotris marmorata) di perairan Way Pegadungan Kecamatan Putra Rumbia
Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung, pengamatan terhadap kualitas
perairan yang meliputi parameter fisika dan kimia menggunakan metode des-
kriptif kualitatif selanjutnyadianalisis hasil sampel air yang telah diuji serta
kriteria kelayakanya, sehingga diperoleh parameter karakteristik perairan,
parameter yang dihasilkan kemudian dianalisis dengan metode matching dan
skoring untuk mendapatkan klas kesesuaian perairan (Sitorus, 1985).
Pengamatan terhadap kualitas perairan dilakukan setiap bulan selama 3 bulan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan se-
kunder. Penilaian kesesuaian perairan tersebut, didasarkan pada kualitas per-airan
dengan sistem kesesuaian perairan yang digunakan. Hasil pengamatan yang telah
didapatkan akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang dengan
tujuan agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.
55
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Way Pegadungan tergolong pada kesesuaian perairan kelas sangat sesuai (S1)
untuk budidaya ikan betutu pada lokasi pengambilan sampel pada titik pertama,
kedua dan keempat sedangkan pada lokasi pengambilan sampel pada titik ketiga
mendapatkan nilai kesesuaian perairan kelas cukup sesuai (S2) sehingga perairan
tersebut memerlukan penanganan lebih lanjut untuk kadar nitrat dan amonia
apabila digunakan untuk kegiatan budidaya ikan betutu.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya dukung dan daya
tampung perairan Way Pegadungan untuk komoditas budidaya selain ikan betutu.
56
DAFTAR PUSTAKA
Agung. 2016. Pengaruh Arus Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Benih Ikan Betutu. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.
Ardi Idil., Eri Setiadi., Anang Hari Kristanti dan Ani Widiyati. 2016. Salinitas
Optimal untuk Pendederan Beniih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus,
Bleeker).Jurnal Riset Akultur 11 (4) 39-347.
Arief, M., Triasih, L., dan Lokapirnasih, W.P. 2009. Pengaruh pemberian pakan
alami dan pakan buatan terhadap pertumbuhan benih ikan betutu
(Oxyeleotris marmoratus, Bleeker).Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
I. 57-60.
Arthana. 2006. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan.PT
Gramedia Pustaka utama. Jakarta.
Asep Imam, Titin Herawati dan Ayi Yustiati. 2017. Kelangsungan Hidup dan
Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) yang di beri
pakan hidup dan pakan buatan di Keramba jaring apung Waduk Cirata.
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol VIII no 1. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Astuty, S., Diana, S., dan Iskandar. 2000. Studi Biologi Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmoratus, Bleeker) di Perairan Waduk Cirata.Jurnal Bionatura 2 (1)
21-22.
Axelrod, H.R. 1986. Encyclopedia of Tropical Aquarium Fishes. T. F. H.
Publications, Inc. Neptune. New Jersey.
Azwar, Z.I., Arifin, O., Pamungkas, W., dan Yosmaniar. 2003. Pengelolaan
produksi massal ikan betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) Balai
Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Balai Riset Kelautan dan Perikanan.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Halaman 77-184.
Badan Pusat Statistik. 2013. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lampung Tengah
2013. BPS Propinsi Lampung. Bandar lampung
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Way Seputih Sekampung. 2009.
Karakteristik DAS Way Seputih. Bandar Lampung.
i
Barus, T.A. 2004. Pengantar limnologi, studi tentang ekosistem sungai dan
danau. Jurusan Biologi Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Bleeker. 1852. Laju Konsumsi dan Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata Bleeker, 1852) yang Diberi Pakan Ikan Guppy (Poecilia
reticulata Peters, 1859). Limnotek 20 (1): 111-116.
Boyd, C, E. 1990. Water Quality in Pond Culture. Auburn University
Agricultural. Alabama, 482 ppt.
Budianto, R. 2007. Analisis Finansial Usaha Pembesaran Ikan Betutu dalam
Karamba di Desa Muara Bengkal Hulu Kecamatan Muara Bengkal
Kabupaten Kutai Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
(FPIK). Universitas Mulawarman. Samarinda.
Cheah, S. H., S. Senoo, S.Y. Lam and K.J. Ang. 1994. Aquaculture of a high
value freshwater in Malaysia : The Marble Goby (Oxyeleotris
marmoratus, Bleeker). Naga : The ICLARM Quartely 17:22-25.
Cornelia, M. 2005. Prosedur dan Spesifikasi Teknis Analisis Kesesuaian
Budidaya Rumput Laut. Pusat survey sumberdaya alam laut Bakosurtunal.
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2002. Modul Sosialisasi dan Orientasi
Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Ditjen Pesisir dan
Pulau-pulau kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil. Jakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Jakarta.
Elmi, A.A, C. Madramootoo, M. Egeh and C. Hamel, 2004. Water and Fertilizer
Nitrogen Management to Minimize Nitrate Pollution From a Cropped
Soin in South Western Quebee. Canada. Journal of Water, Air, and
Soil Pollution 151: 117-134
Evalawati., M. Meiyana dan T.W. Aditya. 2001. Pembesaran ikan di keramba
apung. Departemen Kelautan dan Perikanan., Direktorat Jendral Perikanan
Budidaya. Balai budidaya laut Bandar Lampung.
FAO. 1976. A Frame work for Land Evaluation Soil Resources Management and
Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil
Bulletin No. 32. FAO-UNO, Rome.
Fitria, E. 2008. Analisis kualitas air dan hubungannya dengan keanekaragaman
vegetasi akuatik di perairan Perapat Danau Toba. Tesis. Sumnatrea utara.
Medan.
Fortes, M. D., 1990. Seagrass Resources of East Asia: Research Status,
Environmental Issues and Management Perspective dalam Proceed. of the
first ASEAMS Symp. on SEAMS and Environ. Protect. (ASEAM/UNEP
edt.), UNEP Regional Seas Reports and Studies, No. 116: 135 – 143.
Ghufron, M. 2010. Pemeliharaan Ikan Kerapu di Keramba Jaring Apung.
Akademia. Jakarta.
ii
Ghufron, M. 2013. Panduan Lengkap Bisnis Budidaya Ikan Betutu. Penerbit Lily
Publisher. Yogyakarta.
Gunawan, S., Diana., S. Astuty dan Iskandar. 1999. Studi Biologi Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) di Perairan Waduk Cirata. Tesisi
Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran. 20 halaman.
Hadmoko. 2012. Evalusi Sumber Daya Lahan Prosedur dan Teknik Evaluasi
lahan-Aplikasi Teknik Skoring dan Matching. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Ygemeogyakarta.
Harsono. 2008. Hubungan sistem aliran air pada jaringan tata air dalam
produktivitas lahan daerah rawa pasang surut. Jurnal sumber daya air 4
(2) /: 125-138.
Hidayah, Z. 1993. Pengaruh Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata blkr)
yang dipelihara di kolam. Skripsi Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 60 halaman.
Imam Taufik, Zainal Imran Azwar dan Sutrisno. 2009. Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmoratus, Bleeker) dengan sistem resikulasi.Jurnal Riset Akuakultur
Volume 4 no 3. Bogor.
Ina Walia Fathnonah. 2014. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup benih Ikan
Betutu (Oxyeleotris marmorata blkr) dalam wadah transparan, hitam dan
putih. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi.
Inland Fisheries and M.Sc, Aquaculture Tech. 2007. The nutrition and Feeding of
a native thai spesies, the marble goby (Oxyeleotris marmorata) involving
on-farm and experimental studies. Khonkaen University. Thailand.
Junis A., 2016. Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan (Budidaya Perairan).
Lambung Mangkurat University Press. Banjarmasin.
Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi untuk Pengembangan Budidaya
Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang,
Nusa Tenggara Timur. Tesis Megister. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Kartamihardja E.S, A.S Nastiti, Krismono, K. Purnomo dan A. Hardjamulia.
1987. Penelitian Limno-Biologis Waduk Saguling Pada Tahap Pra-
Industri.Bulletin Panel. Perikanan Darat. Vol. 6 No. 3 : 1-27 Halaman.
Kordi, M.G.H. 2013. Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya Ikan Betutu
(Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). Lily Publisher Yogyakarta. 226
halaman.
Kottelat, M. A.S., Whitten, S.N., Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993.
Freshwater Fisher of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition
Ltd, Singapore.
iii
Larson, H.K. 2000. Gobbidae (Gobies and Sleepers), P. 636-640. In J.E. Randall
and K.K.P Lim (eds) A Checklist of the fishers of the South China Sea
Raffles Bull. 2001. 181 : 569-667.
Lesmana. 2004. Kualitas air untuk ikan hias air tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Loo Poh Leong, Ving Ching Chong, Shaliza Ibrahim. 2015. Manipulating Culture
Conditions and Feed Quality to Increase the Survival of Larval Marble
Goby (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). University of Malaya. Kuala
Lumpur. Malaysia.
Lubis, S. 2002. Studi Ekologi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) di
Sungai Seruang Kabupaten Deli Serdang. Tesis Program Pasca Sarjana
USU. Medan. Skripsi tesis.
Lukman dan Hidayat. 2002. Pembebanan dan Distribusi Organik di Waduk
Cirata. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL-BPPT. Vol. 3 (2): 129 –
135.
Natadia, S.S. 2015. Pengaruh Pemberian Pakan Alami terhadap Pertumbuhan
Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker). Skripsi Program
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Nyuwan, S.B. 2000. Ikan Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) masih
menangkap dari alam. Trubus. Juli 2000.
Payne, A.L. 1986. The Ecology of Tropical Lake and Rivers. John Wiley and
Sonds. New York.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82. 2001. Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air Presiden Republik Indonesia.
Purnamasari, E. 2009. Prospek Usaha Budidaya Ikan Betutu (Oxyeleotris
marmorata Blkr) dalam Keramba di Kecamatan Muara Bengkal. EPP
Vol.6(2):34-40.
Rakhman, Arif. 1999. Studi Penyebaran Bahan Organik Pada Berbagai
Ekosistem Di Perairan Pantai Pulau Bonebatang. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Rahmawati, S. 2002. Pengendalian Sumberdaya Ikan di Perairan Waduk Secara
Optimal. Skripsi. USU, Medan.
Ramadhani D. 2000. Kelangsungan Hidup Ikan Betutu Oxyeleotris marmorata
(BLKR.). yang Dipelihara di Kabupaten Serang Bogor. Skripsi Program
studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Ritung, S., A. Hidayat., dan Suratman. 2002. Penyusun Perwilayahan Komoditas
dan Ketersediaan Lahan. Laporan Penelitian dan Pengembangan Tanah
dan Agroklimat, Bogor. Indonesia.
iv
Rudiyanti, Siti. 2009. Kualitas air sungai Banger Pekalongan Berdasarkan
Indikator Biologis. Jurnal Saintek Perikanan, 4 (2):46-52.
Ryadi Slamet. 1984. Pencemaran Air. Karya Anda. Surabaya.
Sastrawijaya. 2009. Pencemaran Lingkungan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Setiawan, 2010. Pengaruh Kedalaman Perairan Terhadap Kualitas Perairan. PT.
Kanisius. Yogyakarta.
Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito. Bandung.
186 p.
Sumawidjaja, K. I., Effendi dan A.O. Sudrajat. 1993. Pakan bagi larva Ikan
Betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleeker) dua minggu di awal hidupnya.
Lembaga Penelitian. IPB Bogor. 29 halaman.
Tajerin, Rebegnator, dan Muharram B. 2000. Pengaruh kecepatan arus air dalam
kolam terhadap tekstur daging ikan mas.Jurnal Penelitian Perikanan
Indonesia 2: 65-73.
Trisakti, B. 2003. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Untuk Budidaya Perikanan
Pantai. Teknologi Penginderaan Jauh dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
Dan Lautan. Bab 4. LAPAN. Jakarta.
Wardoyo, S.T.H. 2002. Water Analysis Manual Tropical Aquatic Biology
Program. Biotrop. P. 81. Bogor.
Widiyati, A., L. Dharma dan H. Djajasewaka. 1993. Pemberian Ikan Betutu
dalam kolam Prosiding Simposium Perikanan Indonesia I. Jakarta. 25-27
Agustus 1993. 399-404.
Winanto. 2004. Memproduksi benih tiram mutiara. Penebar Swadya. Jakarta.
Yuliana. 2012.Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton
dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jalilolo Halmahera Barat.
Maspari Journal. 6(1): 25 - 31.