EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
Transcript of EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL …
i
EVALUASI KESESUAIAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL
TERHADAP ATURAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA
(Studi Kasus Di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo)
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknik
Oleh:
ANNAS SUNGGING WAHYU ADI
NIM 112510006
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO2016
v
PRAKATA
Alhamdulillah, atas puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya skripsi ini dapat penulis
selesaikan. Skripsi ini penulis susun untuk mengungkapkan evaluasi kesesuaian
struktur rumah tinggal tergadap aturan rumah sederhana tahan gempa (Studi kasus
di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo).
Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo.
2. H. Muhamad Taufik, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan perhatian dan dorongan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Agung Setiawan, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil dan Dosen
Pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan, memotivasi
dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal lelah.
4. Nurmansyah Alami, M.T. Selaku pembimbing I yang telah memberikan izin
dan rekomendasi kepada penulis untuk mengadakan penelitian untuk
penyusunan skripsi ini serta telah banyak membimbing, mengarahkan,
memotivasi dengan penuh kesabaran dan tidak mengenal lelah, serta
mengoreksi skripsi ini dengan penuh ketelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
vii
MOTTO
Jangan pernah takut mencoba. Kegagalan tidak datang karena kamu jatuh,
namun kegagalan datang karena kamu tidak berdiri setelah jatuh.
(Deddy Corbuzier)
“There is no limit of struggling”
(Cristiano Ronaldo)
“All the impossible is possible for those who believe”
(Annas S.W.A)
vii
ABSTRAK
Annas Sungging Wahyu Adi. “Evaluasi Kesesuaian Bangunan Rumah TinggalTerhadap Aturan Rumah Sederhana Tahan Gempa (Studi Kasus Di Kecamatan Butuh,Kabupaten Purworejo)”. Skripsi. Program Studi Teknik Sipil. Fakultas Teknik,Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisa apakah rumah sederhanamasyarakat Kabupaten Purworejo (khusus Kecamatan Butuh) sudah sesuai denganaturan rumah sederhana tahan gempa, dan (2) mengetahui prosentase yang sesuaidengan aturan bangunan rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh.
Sampel penelitian untuk rumah tinggal sederhana berjumlah 160 respondenditentukan dengan menggunakan random sampling. Instrumen pengumpulan datamenggunakan angket kuisioner yang masing-masing sudah diuji cobakan dan telahmemenuhi syarat validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS for windows16.0. Dalam Perhitungan pengolahan data, peneliti mempergunakan alat bantu yangberupa program aplikasi komputer yaitu program microsoft excel.
Dari olah data yang didapat dari penelitian, bagian struktur yang paling tidak sesuaiadalah pada bagian struktur balok latai dan kedalaman pondasi ≤ 60 cm. Dimana banyakrumah yang tidak menggunakan balok latai dikarenakan kurang pahamnya tentangpedoman atau aturan membangun rumah. Dari hasil analitis data dapat dibuktikanresponden menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman rumahsederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh dengan prosentase 26 %. Persentasebangunan rumah tinggal sederhana tahan gempa yang masuk katagori sesuai lebihrendah dibandingkan yang masuk katagori kurang sesuai dan tidak sesuai denganprosentase 60,625 % dan 13,125%. Hal ini membuktikan bahwa keadaan dan kondisirumah tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh belum sepenuhnya sesuai denganpedoman teknis rumah dan gedung tahan gempa.
Kata kunci : kesesuaian bangunan, pedoman teknis bangunan rumah tahan gempa
viii
DAFTAR ISIHalaman
HALAMAN JUDUL iHALAMAN PENGESAHAN iiPERNYATAAN ivPRAKATA vMOTTO viABSTRAK viiDAFTAR ISI viiiDAFTAR TABEL ixDAFTAR GAMBAR xDAFTAR SIMBOL xiDAFTAR LAMPIRAN xiiBAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1B. Batasan Masalah 3C. Rumusan Masalah 3D. Tujuan Penelitian 4E. Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 5A. Kajian Teori 5B. Tinjauan Pustaka 30C. Hipotesis 31
BAB III METODE PENELITIAN 32A. Desain Penelitian 32B. Tempat dan Waktu Penelitian 32C. Populasi dan Sampel Penelitian 33D. Pengumpulan Data 34E. Instrumen Penelitian 35F. Analisis Data 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41A. Deskripsi Data 41B. Analisis Data 61C. Pembahasan Hasil Penelitian 65
BAB V PENUTUP 67A. Simpulan 67B. Saran-saran 68
DAFTAR PUSTAKA 70LAMPIRAN 71
ix
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................ 36Tabel 2. Daftar Nama Desa Penelitian.................................................. 41Tabel 3. Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia .............................. 44Tabel 4. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pekerjaan....................... 45Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen ................................................. 47Tabel 6. Hasil Reliability Instrumen..................................................... 48Tabel 7. Persentase Tanggapan Responden.......................................... 49Tabel 8. Skor Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal.......................... 62
x
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1. Deformasi Lentur Pada Struktur Bangunan 10Gambar 2. Deformasi Geser Pada Struktur Gedung 11Gambar 3. Deformasi Torsi Pada Struktur Gedung 11Gambar 4. Deformasi Guling Pada Struktur Gedung 12Gambar 5. Denah Bangunan Yang Simetris 17Gambar 6. Potongan Melintang Pondasi Menerus 18Gambar 7. Detail Sloof dan Penulangan 20Gambar 8. Hubungan Pondasi, Sloof,Dan Kolom 20Gambar 9. Detail Kolom dan Penulangan 21Gambar 10. Detail Hubungan Kolom dengan Dinding 22Gambar 11. Detail Hubungan Kolom dengan Dinding 23Gambar 12. Detail Balok Latai 24Gambar 13. Hubungan balok latai dengan kolom 25Gambar 14. Hubungan Ring Balok dengan kolom 26Gambar 15. Detail Gunungan 28Gambar 16. Bentuk atap 29Gambar 17. Bagan alir 40Gambar 18 Peta Kecamatan Butuh 41Gambar 19. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Usia 44Gambar 20. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Tingkat
Pekerjaan45
Gambar 21. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal 63Gambar 22. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal 63
xi
DAFTAR SIMBOL
N = Jumlah sampelX = skor totalY = skor butirrx = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel YSA = Sesuai AturanKSA = Kurang Sesuai AturanTSA = Tidak Sesuai Aturan
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Tabulasi Data
Lampiran 3 Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak geografis Indonesia yang terletak pada pertemuan antara lempeng
Australia (yang bergerak kearah utara) dengan kecepatan 7 cm pertahun, lempeng
Pasifik (yang bergerak kearah Utara-Barat) dengan kecepatan 8 cm per tahun dan
lempeng Eurasia (tidak ada pergerakan/stabil), mengakibatkan spectrum topografi
yang bervariasi, serta aktivitas kegempaan dan vulkanisme yang aktif.
Gempa bumi merupakan salah satu ancaman semenjak ratusan tahun yang
lalu dan seringkali hal tersebut terjadi di negara berkembang seperti Indonesia.
Sudah diketahui bahwa kepulauan Indonesia terletk didaerah rawan terhdap
berbagai bencana alam, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir
gelombang pasang (tsunami), dan tanah longsor. Hal ini diakibatkan karena
kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yang
saling berbenturan, yaitu Lempeng Samudera Hindia-Australia, Lempeng Eurasia,
dan Lempeng Pasific.
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran tanah karena pembebasan energi
tiba-tiba di kerak Bumi. Sejarah gempa bumi sudah ada selama manusia hidup dan
merupakan salah satu sumber bencana alam yang berpotensi berbahaya terhadap
aktivitas manusia. Gempa bumi merupakan suatu kejadian alami yang sampai saat
ini belum dapat diprediksi waktu, kapan dan seberapa kuat intensitas gempa bumi
yang akan terjadi secara akurat. Gempa bumi menjadi salah sumber bencana yang
2
wajib diwaspadai manusia, karena selain tidak dapat diprediksi, gempa bumi juga
sering mengakibatkan kerusakan yang cukup fatal, seperti kerusakan pada
infrastruktur, jalan raya bahkan sampaimenimbulkan korban jiwa.
Saat ini, terdapat kecenderungan masyarakat membangun rumah tembokkan.
Rumah tembokan adalah jenis rumah yang terbuat dari tembok, khususnya pada
bagian dindingnya. Kecenderungan ini disebabkan oleh kelebihan-kelebihan yang
dimiliki jenis rumah tersebut di antaranya adalah peningkatan status sosial para
pemilik rumah. Disamping itu harga materialnya relatif semakin terjangkau oleh
masyarakat dan kelebihan dalam hal ketahanannya. Namun rumah jenis tersebut
juga memiliki kekurangan-kekurangan yaitu relatif berat dan getas.
Jenis bangunan yang tahan terhadap gempa adalah jenis bangunan yang
bersifat ringan dan daktail (liat atau alot). Bangunan yang semakin ringan akan
menerima beban goncangan gempa yang semakin kecil. Dari kejadian beberapa
gempa merusak di Indonesia, ternyata mayoritas kerusakan dialami oleh bangunan
semi teknis yaitu bangunan atau rumah berdinding tembokan. Pengalaman yang
dapat diambil dari serangkaian bencana akibat goncangan gempa di Indonesia
pada akhir-akhir ini adalah, bahwa kerusakan bangunan jenis tembokan tersebut
menyumbangkan penyebab terbesar meningkatnya korban dan kerugian. Oleh
karena itu, pembangunan rumah tembokan di wilayah rawan gempa, seperti
kebanyakan wilayah Indonesia, seharusnya memenuhi ketentuan-ketentuan
bangunan tahan gempa.
3
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih mengarah pada latar belakang dan pemasalahan yang
telah dirumuskan maka diperlukan batasan-batasan masalah guna membatasi
ruang lingkup penelitian sebagai berikut.
1. Pengambilan data dilakukan pada saat melakukan penelitian secara
langsung.
2. Penelitian dilakukan dengan mengisi Quisioner dan wawancara kepada
pemilik rumah.
3. Wilayah penelitian berada di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo.
4. Obyek Penelitian adalah rumah tinggal sederhana tembokan.
5. Analisa menggunakan alat bantu software Microsoft Excel dan SPSS for
windows 16.0.
C. Perumusan Masalah
Agar penelitian mempunyai suatu kejelasan dalam pengerjaannya, maka dari
latar belakang dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah keadaan dan kondisi rumah tinggal sederhana di wilayah
Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo?
2. Berapakah prosentase rumah tinggal sederhana yang sesuai dengan aturan
rumah sederhana tahan gempa?
3. Apakah masyarakat mengetahui tentang aturan rumah tinggal sederhana
tahan gempa?
4
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Untuk menganalisa apakah rumah sederhana masyarakat Kabupaten
Purworejo (khusus Kecamatan Butuh) sudah sesuai dengan aturan rumah
sederhana tahan gempa.
2. Untuk mengetahui prosentase yang sesuai dengan aturan bangunan rumah
sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo.
3. Untuk mengetahui bagian struktur rumah tinggal yang tidak sesuai dengan
pedoman rumah tinggal sederhana tahan gempa.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memperdalam pengetahuan dalam ilmu kebencanaan, khusus gempa bumi.
2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat, sehingga masyarakat
menyadari bahwa pembangunan rumah tinggal yang tahan gempa sangat
penting untuk diterapkan.
3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, Pemerintah Kabupaten
Purworejo lebih memperhatikan bangunan rumah tinggal yang tidak layak
huni untuk menghindari kerusakan yang lebih besar pada saat gempa nanti.
4. Digunakan sebagai salah satu acuan bahan bacaan atau referensi.
5
BAB II
KAJIAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA,
DAN RUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Definisi gempa
Gempa Bumi merupakan gejala alam yang ditimbulkan oleh
adanya aktivitas secara alamiah dipermukaan atau di bawah permukaan
bumi. Sebagai fenomena alamiah, gempa bumi tidak dapat dipisahkan
dengan fenomena alamiah lainnya, terutama aktivitas gunung
berapi/vulkanik yang aktif.
Gempa bumi bukan hanya disebabkan oleh pergerakan lempeng
tetapi juga disebabkan oleh cairan magma yang ada pada lapisan bawah
kulit bumi. Magma dalam bumi juga melakukan pergerakan. Pergerakan
tersebut yang menimbulkan penumpukan massa cairan. Cairan tersebut
akan terus bergerak hingga akhirnya menimbulkan energi yang kuat yang
memaksa cairan tersebut untuk keluar dari dalam kulit bumi. Energi
tersebut menimbulkan kulit bumi mengalami pergerakan divergen
sebagai saluran untuk cairan tersebut keluar. Pergerakan tersebut yang
mengakibatkan terjadinya gempa bumi.
5
6
2. Jenis-jenis Gempa Bumi
Gempa yang ada di permukaan bumi ini dapat dikelompokan
menjadi 3 jenis gempa, antara lain sebagai berikut.
a. Berdasarkan Penyebabnya
1) Gempa tektonik yaitu merupakan gempa yang terkuat dan bisa
meliputi wilayah yang luas, gempa ini merupakan akibat dari
gerakan gempa tektonik yaitu berupa patahan atau retakan.
2) Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi sebelum atau pada
saat gunung berapi meletus. Gempa ini hanya terasa didaerah
sekitar gunng berapi, sehingga tidak begitu kuat jika
dibandingkan dengan gempa tektonik.
3) Gempa reruntuhan yaitu gempa yang terjadi akibat runtuhnya
atap gua yang terdapat didalam litosfer. Gempa ini relatif
lemah dan hanya terasa di sekitar tempat reruntuhan terjadi.
b. Berdasarkan Jarak Hiposentrum
Hiposentrum adalah pusat gempa yang letaknya jauh atau
sangat dalam di perut bumi. Sedangkan pusat gempa yang letaknya
lebih dangkal, yaitu di permukaan bumi atau di atas hiposentrum
disebut episentrum. Gempa yang letak pusat gempanya di
permukaan (episentrum) inilah yang paling berbahaya sebab
kekuatannya besar sehingga menimbulkan kerusakan yang amat
besar. Berdasarkan jarak pusat gempanya (hiposentrum), gempa
bumi berdsarkan kedalaman dibedakan menjadi tiga.
7
1) Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang jarak atau
kedalaman hiposentrum-nya lebih dari 300 km dibawah
permukaan bumi. Contoh gempa bumi dalam yaitu gempa
bumi yang hiposentrum-nya terdapat dibawah laut sulawesi,
laut Banda, Laut Flores, dan lainya. Gempa bumi jenis ini
tidak terlalu membahayakan sebab kekuatan gempanya kecil
karena sumber atau pusat gempanya jauh.
2) Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang jarak atau
kedalaman hiposentrum-nya berada antara 100 km dan 300 km
dibawah permukaan bumi. Gempa bumi menengah ini sedikit
lebih kuat dari pada gempa bumi dalam, sehingga sedikit
membahayakan. Contoh gempa bumi menengah yaitu gempa
bumi yang hiposentrum-nya terdapat di sepanjang Pulau
Sumatra sebelah barat, Jawa sebelah Selatan, Nusa Tenggara
antara Sumbawa dan Maluku, Sepanjang Teluk Tomini, dan
sebagainya.
3) Gempa Bumi dangkal adalah gempa bumi yang jarak atau
kedalaman hiposentrum kurang dari 100 km dibawah
permukaan bumi. Makin dangkal pusat gempa bumi akan
semakin besar kekuatannya dan semakin berbahaya. Gempa
bumi dangkal inilah yang paling berbahaya karena
kekuatannya terbesar dari pada kekuatan gempa bumi yang
lain.
8
c. Berdasarkan Intensitas atau Kekuatannya
Intensitas dapat didefinisikan sebagai suatu besarnya
kerusakan yang terjadi seperti pada bangunan, permukaan tanah,
reaksi manusia dan hal lain yang teramati sebagai dampak dari
goncangan gempa bumi. Terdapat dua besaran yang biasa dipakai
untuk mengukur kekuatan gempa bumi, sebagai berikut.
1) Magnitude ( M ), yaitu suatu ukuran dari besarnya energi yang
dilepaskan oleh sumber gempa. Skala yang biasa dipakai
adalah Skala Magnitude dari Richter.
2) Intensitas Gempa ( MMI ), yaitu besar kecilnya getaran
permukaan ditempat bangunan berada. Skala Modifed Mercalli
Intensity ( MMI ) dibuat berdasarkan pengamatan manusia
terhadap derajat kerusakan yang ditimbulkan leh gempa
terhadap bangunan.
3. Gaya Gempa
Pada prinsipnya gaya gempa bekerja sebanding dengan berat
massa bangunan dan dapat dirumuskan dengan hukum Newton; F = m . a
(m=massa bangunan, a= percepatan yang dihasilkan). Sehingga semakin
berat massa bangunan semakin besar gaya gempa yang bekerja pada
bangunan tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada konsep dasar
perencanaan bangunan untuk dapat bertahan terhadap gaya gempa yang
timbul. Gaya gempa yang bekerja pada elemen struktur dapat dibedakan
menjadi dua, sebagai berikut.
9
a. Gaya vertikal adalah gaya yang bekerja searah sumbu – Z dengan
arah beban ke bawah, terjadi karena beban – beban, seperti kolom-
kolom, jenis balok kantilever, dinding, ring balok, dan atap.
b. Gaya horizontal dalam bangunan adalah gaya yang bekerja searah
sumbu – X atau sumbu – Y, gaya horisontal terjadi karena beban –
beban seperti angin dan gempa.
Gaya gempa yang terjadi pada bangunan merupakan respon
bangunan terhadap pergerakan tanah permukaan akibat gempa. Gaya
gempa yang terjadi pada bangunan dapat diformulasikan dengan hukum
Newton. Hubungan dari formulasi gaya gempa di atas, dapat dijelaskan
sebagai berikut.
a. Gaya gempa pada bangunan (F) berbanding lurus dengan massa
bangunan (m) dan percepatan tanah (a) akibat gempa. Besaran massa
bangunan atau percepatan gerakan tanah, berakibat pada besaran gaya
gempa yang terjadi pada bangunan.
b. Percepatan gerakan tanah (a) akibat gempa bumi, dipengaruhi oleh
kondisi geologis tanah sesuai zona gempa. Bangunan rumah tinggal
yang berada pada zona rawan gempa akan memiliki percepatan
pergerakan tanah yang lebih besar.
c. Massa bangunan (m) dipengaruhi oleh tingkat konstruksi bangunan
dan pembebanan yang terjadi.
Bangunan tahan gempa dimaksudkan untuk membangun
bangunan rumah tinggal yang dapat meredam gaya gempa yang terjadi
10
dengan kekuatan dan kekakuan struktur bangunan, sesuai dengan hukum
Newton yaitu Aksi = Reaksi. Aksi yang berasal dari gaya gempa pada
bangunan harus diimbangi atau diredam oleh gaya inersia melalui
kombinasi gaya dalam dari kekuatan dan kekakuan komponen struktur
(pondasi, sloof, balok, kolom) dan non struktur (dinding pemikul dan
dinding pengisi). Penyaluran gaya gempa pada arah horizontal akan
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau “deformasi” yaitu karena
terjadinya tegangan-tegangan pada seluruh bangunan terutama pada
elemen-elemen pendukungnya. Suatu bangunan biala terjadi gempa akan
mengalami perubahan bentuk (deformasi) (akibat gaya gempa yang
bekerja pada bangunan, perubahan ini dibedakan menjadi 4 (empat) jenis
sebagai berikut.
a. Deformasi lentur, terjadi pada struktur bangunan yang mempunyai
massa yang terbagi rata.
Gambar 1. Deformasi lentur pada struktur bangunan.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa
10
dengan kekuatan dan kekakuan struktur bangunan, sesuai dengan hukum
Newton yaitu Aksi = Reaksi. Aksi yang berasal dari gaya gempa pada
bangunan harus diimbangi atau diredam oleh gaya inersia melalui
kombinasi gaya dalam dari kekuatan dan kekakuan komponen struktur
(pondasi, sloof, balok, kolom) dan non struktur (dinding pemikul dan
dinding pengisi). Penyaluran gaya gempa pada arah horizontal akan
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau “deformasi” yaitu karena
terjadinya tegangan-tegangan pada seluruh bangunan terutama pada
elemen-elemen pendukungnya. Suatu bangunan biala terjadi gempa akan
mengalami perubahan bentuk (deformasi) (akibat gaya gempa yang
bekerja pada bangunan, perubahan ini dibedakan menjadi 4 (empat) jenis
sebagai berikut.
a. Deformasi lentur, terjadi pada struktur bangunan yang mempunyai
massa yang terbagi rata.
Gambar 1. Deformasi lentur pada struktur bangunan.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa
10
dengan kekuatan dan kekakuan struktur bangunan, sesuai dengan hukum
Newton yaitu Aksi = Reaksi. Aksi yang berasal dari gaya gempa pada
bangunan harus diimbangi atau diredam oleh gaya inersia melalui
kombinasi gaya dalam dari kekuatan dan kekakuan komponen struktur
(pondasi, sloof, balok, kolom) dan non struktur (dinding pemikul dan
dinding pengisi). Penyaluran gaya gempa pada arah horizontal akan
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau “deformasi” yaitu karena
terjadinya tegangan-tegangan pada seluruh bangunan terutama pada
elemen-elemen pendukungnya. Suatu bangunan biala terjadi gempa akan
mengalami perubahan bentuk (deformasi) (akibat gaya gempa yang
bekerja pada bangunan, perubahan ini dibedakan menjadi 4 (empat) jenis
sebagai berikut.
a. Deformasi lentur, terjadi pada struktur bangunan yang mempunyai
massa yang terbagi rata.
Gambar 1. Deformasi lentur pada struktur bangunan.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa
11
b. Deformasi geser, terjadi akibat getaran horizontal kolom-kolom
bangunan bertingkat banyak disertai dengan sistem plat lantai yang
kaku.
Gambar 2. Deformasi geser pada struktur gedung.Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa
c. Deformasi Tors, terjadi akibat tekanan dari massa bangunan yang
mempunyai kekakuan yang berbeda sebagi satu kesatuan.
Gambar 3. Deformasi Torsi pada struktur gedung.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa
11
b. Deformasi geser, terjadi akibat getaran horizontal kolom-kolom
bangunan bertingkat banyak disertai dengan sistem plat lantai yang
kaku.
Gambar 2. Deformasi geser pada struktur gedung.Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa
c. Deformasi Tors, terjadi akibat tekanan dari massa bangunan yang
mempunyai kekakuan yang berbeda sebagi satu kesatuan.
Gambar 3. Deformasi Torsi pada struktur gedung.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa
11
b. Deformasi geser, terjadi akibat getaran horizontal kolom-kolom
bangunan bertingkat banyak disertai dengan sistem plat lantai yang
kaku.
Gambar 2. Deformasi geser pada struktur gedung.Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa
c. Deformasi Tors, terjadi akibat tekanan dari massa bangunan yang
mempunyai kekakuan yang berbeda sebagi satu kesatuan.
Gambar 3. Deformasi Torsi pada struktur gedung.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa
12
d. Deformasi guling (Over Turning), terjadi efek guling akibat bagian
dasar bangunan jauh lebih kaku dari bagian diatasnya.
Gambar 4. Deformasi guling pada struktur gedung.Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Tahan Gempa
4. Tipe – Tipe Kerusakan Rumah Akibat Gempa
Belajar dari pengalaman tentang bencana yang diakibatkan oleh
gempa-gempa yang pernah terjadi di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
kerusakan atau keruntuhan bangunan pada umumnya banyak dijumpai
pada bangunan-bangunan sederhana (non-engineered building) seperti
rumah penduduk, bangunan komersial, sekolah, masjid, dll. Dari hasil
pengamatan di lapangan, kegagalan dari bangunan-bangunan ini pada
umumnya disebabkan karena perencanaan atau pengerjaan yang tidak
baik, dan kurang baiknya mutu bahan bangunan yang digunakan. Ada
beberapa kategori kerusakan, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Kerusakan Ringan Struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan ringan
nonstruktur apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
13
1) retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada
plesteran,
2) serpihan plesteran berjatuhan,
3) mencakup luas yang terbatas.
b. Kerusakan Ringan Non- Struktur
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat
ringan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
1) retak kecil (lebar celah antara 0,075 hingga 0,6 cm) pada
dinding,
2) plester berjatuhan,
3) mencakup luas yang besar,
4) kerusakan bagian-bagian nonstruktur seperti cerobong,
lisplang, dsb,
5) kemampuan struktur untuk memikul beban tidak banyak
berkurang.
c. Kerusakan Struktur Tingkat Sedang
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat
sedang apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
1) retak besar (lebar celah lebih besar dari 0,6 cm) pada dinding,
2) retak menyebar luas di banyak tempat, seperti pada dinding
pemikul beban, kolom, cerobong miring, dan runtuh,
3) kemampuan struktur untuk memikul beban sudah berkurang
sebagian.
14
d. Kerusakan Struktur Tingkat Berat
Suatu bangunan dikategorikan mengalami kerusakan struktur tingkat
berat apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
1) dinding pemikul beban terbelah dan runtuh,
2) bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat,
3) kira-kira 50% elemen utama mengalami kerusakan,
4) tidak laik fungsi/huni.
e. Kerusakan Total
Suatu bangunan dikategorikan sebagai rusak total / roboh apabila
terjadi hal-hal sebagai berikut :
1) Bangunan roboh seluruhnya ( > 65%)
2) Sebagian besar komponen utama struktur rusak
3) Tidak laik fungsi/ huni
Tindakan yang perlu dilakukan adalah merubuhkan bangunan,
membersihkan lokasi, dan mendirikan bangunan baru.
5. Rumah Tinggal Sederhana
Menurut Undang-Undang RI No 4 Tahun 1992, Setiap manusia
dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut
rumah. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
15
Berdasarkan keputusan Menpera No.4/KPTS/BKP4/1995 tentang
klasifikasi rumah tidak bersusun, tipe rumah tinggal/hunian dapat
digolongkan kedalam empat (4) tipe, sebagai berikut.
a. Rumah mewah adalah bangunan bertingkat maupun tidak bertingkat
dengan luas lantai bangunan yang relatif besar (kurang lebih 200
m²), dengan luas kaveling antara 54 m² sampai dengan 200 m².
b. Rumah menengah, adalah bangunan tidak bersusun dengan luas
lantai bangunan diatas 70 m² sampai dengan 150 m².
c. Rumah sederhana adalah rumah tidak besusun dengan luas lantai
bangunan tidak lebih dari 70 m². (Keputusan Menteri Negara
Perumahan rakyat No. 4/KPTS/BKP4N/1995).
d. Rumah sangat sederhana adalah, rumah tidak bersusun yang ada
tahap awalnya yang menggunakan bahan bangunan berkualitas
sangat sederhana dan dilengkapi dengan prasarana lingkungan,
utilitas umum, dan fasilitas sosial (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknik Pembangunan
Perumahan Sangat Sederhana).
Rumah Sederhana adalah rumah yang dibangun oleh masyarakat
tanpa direncanakan dan dilaksanakan oleh para ahli pembangunan.
Digunakan SNI – 03 – 1726 – 2002 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung. Adapun filosofi bangunan
tahan gempa sesuai diterangkan sebagai berikut ini.
16
a. Bila terjadi gempa ringan, maka bangunan tidak boleh mengalami
kerusakan baik pada komponen non-struktural (dinding retak,
genting dan langit-langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada
komponen strukturalnya (kolom dan balok retak, pondasi amblas,
dsb).
b. Bila terjadi gempa sedang, maka bangnan boleh mengalami
kerusakan pada komponen non-strukturalnya akan tetapi komponen
strukturalnya tidak boleh rusak.
c. Bila terjadi gempa besar, maka bangunan boleh mengalami
kerusakan baik pada komponen non-struktural maupun komponen
strukturalnya, akan tetapi jiwa penghuni bangunan tetap selamat,
artinya sebelum bangunan runtuh masih cukup waktu bagi penghuni
bangunan untuk keluar/mengungsi ke tempat aman.
6. Struktur Bangunan Rumah Tahan Gempa
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam struktur bangunan
rumah sederhana tahan gempa, antara lain sebagai berikut.
a. Denah bangunan
Denah yang baik untuk bangunan gedung dan rumah di daerah
gempa adalah sebagai berikut.
1) Denah bangunan rumah sebaiknya sederhana, simetris
terhadap kedua sumbu bangunan dan tidak terlalu panjang,
perbandingan lebar bangunan dengan panjang yaitu 1 : 2, pada
setiap 20 m bangunan diberi dilatasi sebesar ± 10 cm.
2) Bila dikehendaki denah bangunan yang tidak simetris, maka
denah bangunan tersebut harus dipisahkan dengan alur
17
pemisah sehingga denah bangunan merupakan rangkaian dari
denah yang simetris.
Gambar 5. Denah bangunan yang simetrisSumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan Gempa
b. Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang
berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban
yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar. Sebaiknya tanah
dasar pondasi merupakan tanah kering, padat, dan merata
kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm.
Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus.
Pondasi dinding penyekat juga dibuat menerus dengan spesifikasi
sebagai berikut ini.
1) Galian tanah dibuat hingga kedalaman tanah keras, minimal 60
cm. Alas fondasi ditaburi lapisan pasir pasang 5 cm. Ans
tamping dipasang memakai batu belah kecil, panjang 15 cm
yang ditata berdiri. Lapisan aanstamping ini direkatkan dengan
taburan pasir yang disiram air.
18
2) Fondasi dibuat dengan menyusun batu kali selapis demi
selapis, direkatkan dengan adukan semen-pasir 1 pc : 6 ps.
Batu fondasi dipilih dari batu pecah yang memiliki Ø rata-rata
30 cm, bertekstur kasar dan keras.
3) Pada setiap pertemuan dinding disiapkan lubang pada fondasi
untuk penempatan tulangan kolom masuk ke badan fondasi.
4) Fondasi harus dilengkapi angkur besi Ø 8 mm ke dalam sloof,
dengan jarak tiap angkur 60 cm dan panjang 20 – 25 cm.
5) Harus dihindarkan penempatan fondasi pada sebagian tanah
keras dan sebagian tanah lunak.
6) Sangat disarankan menggunakan fondasi menerus, mengikuti
panjang denah bangunan.
Gambar 6. Potongan Melintang Pondasi Menerus.
Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan Gempa
Pasir Pasang t = 5 cm
Pas. Batu kosong Ø ± 15 cm
Pas. Batu Ø ± 30 cm1 Pc : 6 Ps
206080
MUKA TANAH
Minimal 60 cm
20 cm
5 cm30
19
c. Sloof
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi
bangunan. Fungsi utama balok sloof adalah sebagai pengikat antar
pondasi sehingga diharapkan bila terjadi penurunan pada pondasi,
penurunan itu dapat tertahan atau akan terjadi secara bersamaan.
Hubungan antara Pondasi batu kali dan balok sloof sangat
penting, karena energi getaran gempa yang telah diterima pondasi
akan diterima pertama kali oleh sloof. Sangat penting untuk
memastikan sloof tidak bergeser dan terlepas dari pondasi, karena
hal ini dapat menyebabkan runtuhnya seluruh bangunan di atasnya.
Untuk memperbaiki hubungan antara pondasi dan sloof, maka
dapat dilakukan pengangkuran dengan menanamkan besi beton yang
telah dibengkokkan ujungnya dengan jarak 60 cm. Spesifikasi untuk
bangunan tahan terhadap gempa sebagai berikut ini.
1) Campuran beton yang dianjurkan minimum perbandingan
adalah 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil
serta ½ bagian air, sehingga menghasilkan kekuatan tekan
beton pada umur 28 hari minimum 175 kg/cm2.
2) Pengecoran beton dianjurkan dilakukan secara
berkesinambungan (tidak berhenti di setengah balok atau di
setengah kolom).
3) Pengadukan beton sedapat mungkin menggunakan alat
pencampur beton (concreat mix).
20
4) Diameter tulangan utama untuk balok sloof/balok pengikat
pondasi minimum 12 mm, dan ukuran sengkang minimum 8
mm dengan jarak as ke as sengkang 25 cm. Sloof beton dicor
dengan dimensi 15 x 20 cm.
5) Agar diperoleh efek angkur yang maksimum dari besi
tulangan, maka pada setiap ujung tulangan harus ditekuk ke
arah dalam balok hingga 115o.
Gambar 7. Detail Sloof dan Penulangan.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan
Gempa
Gambar 8. Hubungan pondasi, sloof,dan kolom.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan
Gempa
20 cm
15 cm
Minimal Ø 8 - 25 cm
Beton 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
Minimal Ø 12
Ø 8 - 25 cmMinimal 4 Ø 12 mm
Ø 8 Tiap 60 cm
60 cm60 cm
21
d. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang
memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan
dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur. Spesifikasi
kolom untuk bangunan tahan gempa sebagai berikut ini.
1) Kolom harus menyatu dengan fondasi dan sloof.
2) Kolom praktis direncanakan setiap luasan dinding 15 m2.
3) Campuran beton yang digunakan yaitu 1 Semen : 2 Pasir : 3
Kerikil dengan menggunakan air dengan perbandingan ½ dari
berat semen (FAS 0,5).
4) Dimensi kolom yang digunakan yaitu 15 x 15 cm dengan
menggunakan tulangan pokok minimum 4 Ø 10 mm, sengkang
minimum Ø 8 mm – 15 cm.
5) Besi angkur menggunakan besi Ø 8 mm.
Gambar 9. Detail Kolom.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana
Tahan Gempa
15 cm
15 cm
Minimal 4 Ø 12 mm
Ø 8 - 15 cm
Beton 1 Pc : 2 Ps : 3 KrMinimal 4 Ø – 10mm
22
Gambar 10. Detail Hubungan Kolom dengan Dinding.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana
Tahan Gempa
e. Dinding
Dinding adalah bagian non-struktur dari sebuah bangunan
yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Dinding juga
merupakan bagian yang lemah dan tidak dapat menahan beban..
Untuk mengatasi hal tersebut, maka luasan dinding harus dibatasi.
Disarankan luas maksimal dinding adalah 9 m². Apabila sebuah
bidang dinding mempunyai luasan lebih besar dari 9 m², maka harus
dipasang kolom penguat (kolom praktis), atau bahkan balok penguat.
Spesifikasi dinding untuk bangunan tahan gempa sebagai berikut.
1) Pada 2 buah lapisan yang berurutan siar tegak tidak boleh
segaris dengan lapisan diatas atau dibawahnya.
2) Pasangan batu bata harus betul-betul tegak, lurus, dan datar.
Selisih antara lapis pertama dengan lapis kedua harus ½
23
panjang batas siar tegak dan siar datar memiliki ketebalan
maksimal 1,5 cm.
3) Setiap 6 (enam) lapis bata atau batako dipasang jangkar
maksimal Ø 8 mm sepanjang 30 cm, disalurkan ke dalam
tulangan kolom.
4) Dinding bata sebaiknya ditutup dengan plesteran agar tampak
rapi dan halus. Plesteran dinding berfungsi untuk melindungi
konstruksi dinding dari pengaruh cuaca dan memberikan
permukaan dinding yang halus dan rata serta memberikan
keindahan pada bangunan.
5) Persyaratan adukan plesteran mengikuti ketentuan berikut.
Untuk lapisan dasar (penghubung) dibuat berbandingan 1ps :
4ps, adukan dibuat encer, dengan tebal lapisan dasar 10 mm.
Untuk lapisan kedua (perata) dibuat dalam perbandingan 1pc :
6 ps dengan tebal lapisan 6 mm. Untuk lapisan finishing
(akhir) dibuat campuran 1 pc : 2 ps halus dengan tebal 3 mm.
Gambar 11. Detail Hubungan Kolom dengan Dinding.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana
Tahan Gempa
Angkur maksimal Ø 8,Tiap 30 cm
Dinding
Kolom
24
f. Balok Latai
Balok latai/lintel ialah balok yang dibuat persis menempel di
atas pintu dan jendela. Tujuannya yakni untuk menghindarkan kusen
agar tidak menerima beban bangunan secara langsung. Dengan
demikian, kondisi kusen pun tetap kokoh dan tidak melengkung.
Balok ini juga dapat berfungsi untuk menjaga kusen tetap berdiri jika
sewaktu-waktu terjadi gempa, sehingga penghuni bangunan dapat
melewati pintu untuk menyelamatkan diri, spesifikasi balok Latai
sebagai berikut.
1) Campuran beton yang digunakan yaitu 1 Pemen : 2 Pasir : 3
Kerikil dengan menggunakan air dengan perbandingan ½ dari
berat semen (FAS 0,5).
2) Dimensi Balok Latai yang digunakan yaitu 15x 15 cm dengan
menggunakan tulangan pokok minimum 4 Ø 12 mm, sengkang
minimum Ø 8 mm – 15 cm.
3) Hubungan kolom dengan balok latai diperkuat dengan jangkar
minimum 40 cm.
Gambar 12. Detail Balok LataiSUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Tahan
Gempa
15 cm
15 cm
Minimal 4 Ø 12 mm
Ø 8 - 15 cm
Beton 1 Pc : 2 Ps : 3 KrMinimal 4 Ø 10 mm
25
Gambar 13. Hubungan balok latai dengan kolom.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan
Gempa
g. Ring Balok
Balok ringan merupakan balok yang terbuat dari beton dan
berada tepat di atas dinding. Fungsi balok ini yaitu untuk mengikat
dinding yang ada di bawahnya sehingga terus stabil, serta mengunci
ujung atas kolom. Konstruksi balok ring juga berguna meneruskan
beban bangunan dari atap menuju ke kolom lalu akhirnya ke
pondasi. Spesifikasi ring balok adalah sebagai berikut.
1) Campuran beton yang digunakan yaitu 1 Pemen : 2 Pasir : 3
Kerikil dengan menggunakan air dengan perbandingan ½ dari
berat semen (FAS 0,5).
Kolom Kolom
Balok LataiBalok Latai
Ø 8 - 15 cmMinimal 4 Ø 10 mm
Minimal 4 Ø 12 cmØ 8 - 15 cm
Minimal 4 Ø 12 cmØ 8 - 15 cm
Minimal 4 Ø 10 mm
Ø 8 - 15 cm
Hubungan di kolomsudut
Hubungan di kolomtengah
40 Ø
26
2) Dimensi Ring Balok yang digunakan yaitu 15 x 15 cm dengan
menggunakan tulangan pokok minimum 4 Ø 10 mm, sengkang
minimum Ø 8 mm – 15 cm.
3) Hubungan kolom dengan Ring Balok diperkuat dengan jangkar
minimum 40 Ø.
Gambar 14. Hubungan Ring Balok dengan kolom.SUMBER: Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sederhana Tahan
Gempa
h. Kuda – Kuda
Rangka kuda-kuda adalah bagian dari bangunan atas yang ada
di antara balok ring dan atas. Bagian ini berguna sebagai penahan
dari struktur atap di antaranya genteng, usuk, dan reng supaya tetap
stabil. Spesifikasi Kayu kuda – kuda yang dipakai sebagai berikut.
1) Kuda – kuda menggunakan konstruksi balok kayu dari kayu
kelas II yang tua dan kering dengan ukuran 5 x 10 cm dan
dipasang dengan jarak antar kuda – kuda maksimum 300 cm.
2) Semua kayu kuda – kuda dilabur dengan bahan pengawet.
Hubungan di kolomsudut
40 Ø
Ø 8 - 15 cmMinimal 4 Ø 10
Ring Balok 12 x 12 cm
Minimal 4 Ø 10Ø 8 - 15 cm
Kolom 12 x 12 cm
Hubungan di kolomtengah
40 Ø 40 Ø
Ø 8 - 15 cmMinimal 4 Ø 10
Ring Balok 12 x 12 cm
Minimal 4 Ø 10Ø 8 - 15 cm
Kolom 12 x 12 cm
Ring Balok 15 x 15 cmRing Balok 15 x 15 cm
27
3) Panjang paku sedikitnya 2 ½ x tebal kayu pada sambungan
rangkap 2 dan 3 1/3 x tebal kayu pada sambungan rangkap 3.
4) Sambungan pada balok tarik dari kuda – kuda dibuat di tengah
– tengah bentang dengan menggunakan tipe sambungan gigi
dan diikat dengan plat baja, panjang overlap dari sambungan
minimum 5 kali tebal kayu yang disambung atau 25 cm.
5) Klam yang digunakan untuk sambungan batang rangka kuda –
kuda adalah papan dari kayu kelas II berukuran 10 x 25 cm dan
tebal 2 cm, dengan jumlah paku pada setiap titik simpul
berjumlah 20 buah.
6) Ukuran paku yang digunakan adalah paku 7 cm, sehingga
jumlah paku ini yang digunakan pada setiap batang dari rangka
kuda – kuda sekurang – kurangnya berjumlah 220 buah.
7) Untuk pertemuan permukaan ujung setiap batang dari rangka
kuda – kuda dipasang 2 buah paku 10 cm, sehingga untuk satu
unit kuda – kuda digunakan sekurang – kurangnya 22 buah
paku 10 cm.
i. Gunungan
Gunungan dibuat apa bila menggunakan jenis atap pelana
dikarnakan bidang atap terdiri dari dua sisi yang bertemu pada suatu
garis pertemuan yang disebut bubunga. Pada bagian samping dari
atap ini dibuat gunungan untuk menutup lubang yang ada. Beberapa
perlakuan harus diberikan dalam desain gunungan antara lain
28
menggunakan perkuatan dengan beton bertulang pada sisinya,
spesifikasi tulangan yang digunakan yaitu tulangan pokok minimal
4Ø 12, begel Ø 8 dengan jarak 15 cm, mendekati persilangan jarak
sengkang 5 cm.
Gambar 15. Detail Gunungan.SUMBER: Pedoman Teknik Bangunan Gedung Tahan Gempa
40Ø 40Ø
minimal 4 Ø 12 mm
Ø 8 - 5 cm
Ø 8 - 15 cm Balok gunungan 12 x 12 cm
Ø 8 - 5 cm
minimal 4 Ø 10 mm
Ø 8 - 15 cm
Kolom gunungan 12 x 12 cm
Detail A
Ø 8 - 15 cm
4 Ø 10 cm
Kolom gunungan 12 x 12 cm
40Ø
40Ø
Detail B
Ø 8 - 15 cm
4 Ø 10 cm
Kolom gunungan 12 x 12 cm
40 Ø40 Ø
Detail C
29
j. Atap
Pada dasarnya atap berguna untuk melindungi bagian dalam
bagian dari suhu ekstrim seperti terik panas, hujan, salju, angin, dan
sebagainya. Atap sekaligus berperan pula sebagai pelindung privasi
dan keamanan seluruh penghuni bangunan.
Konstruksi atap harus menggunakan bahan yang ringan dan
sederhana. Rangka atap sebuah bangunan juga turut berperan dalam
mempercepat keruntuhan sebuah bangunan. Kebanyakan pekerja
bangunan melaksanakan pemasangan rangka atap berdasarkan selera
mereka masing-masing. Padahal rangka atap adalah termasuk bagian
struktural dari sebuah bangunan dan tidak boleh dianggap remeh.
Apabila terjadi getaran gempa, rangka atap akan mudah runtuh dan
sangat membahayakan bagi keruntuhan struktur secara keseluruhan.
Gambar 16. Bentuk atapSUMBER: Pedoman Teknik Bangunan Gedung Tahan Gempa
30
B. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian relevan
Penelititian terdahulu yang dilakukan oleh Albani Musyafa dan
Pribasari Damayanti, dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kesiapan rumah terhadap gempa bumi dilihat dari berbagai
komponen seperti tingkat pengetahuan penduduk, tingkat kekuatan
rumah, dan persepsi penduduk terhadap pembangunan rumah. Dalam
penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 rumah secara
acak. Dari segi jenis rumah, 89% rumah-rumah yang berada di wilayah
penelitian merupakan rumah tembok, 9% merupakan rumah sebagian
tembok, dan 2% merupakan rumah bilik atau kayu. Komponen
karakteristik selanjutnya adalah usia bangunan rumah, dimana hampir
seperempat rumah merupakan rumah yang berumur 10-20 Tahun,
kemudian seperempat lagi berumur 20-30 Tahun. Akan tetapi apabila
dilihat lebih jauh, terdapat 75% rumah di wilayah penelitian yang sudah
berumur lebih dari 10 tahun yang berarti rumah memiliki risiko yang
lebih tinggi di banding rumah yang baru dibangun baru-baru ini.
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu rumah penduduk
belum siap menghadapi bencana gempa bumi. Dari segi struktur maupun
konstruksi, rumah-rumah penduduk tidak memperhatikan dan mengikuti
aspek-aspek penting dalam pembangunan rumah tahan gempa. Struktur
rumah-rumah penduduk sebagian besar tidak menggunakan tulangan dan
dibangun tanpa struktur yang menyatu utuh, ditambah lagi pembangunan
31
yang tidak menggunakan tenaga ahli. Hal lain yang dapat disimpulkan
yaitu ketidaksiapan rumah penduduk semakin jelas terlihat dari sisi
tingkat pengetahuan penduduk sendiri yang sangat rendah. Baik dari segi
pengetahuan terhadap sumber ancaman, lokasinya yang rawan, kemudian
dari segi penyuluhan. Oleh karena itu semakin jelas bahwa dari sisi sosial
maupun fisik, rumah-rumah penduduk di wilayah penelitian belum siap
menghadapi ancaman bencana alam gempa bumi.
2. Perbedaan Peneliti
Perbedaanya penelitian yang dilakukan oleh Albani Musya dan
Pribasari Damayanti adalah proses perhitungan, jumlah sampel yang
diteliti dan lokasi penelitian.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini bahwa keadaan
dan kondisi rumah tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh, Kaupaten
Purworejo belum sepenuhnya tahan terhadap gempa dan hanya sebagian
masyarakat yang mengetahui aturan rumah sederhana tahan gempa.
32
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sebelum mulai pengumpulan data dari responden. Maka terlebih
dahulu dilakukan wawancara dengan responden. Dari hasil wawancara ini
digunakan perbandingan dengan hasil akhir dari pengolahan data yang
diperoleh.
Setelah kuisioner terkumpul semua, maka selanjutya dilakukan
penyusunan dan pengolahan data dengan bantuan program komputer.
Langkah berikutnya adalah dengan menganalisis hasil dari pengolahan data
tersebut. Untuk hasil tahap akhir adalah dengan penarikan kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan.
Obyek penelitian ini adalah mekanisme keadaan dan kondisi rumah
tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh. Sementara subyek
penelitian ini adalah pemilik rumah/kepala keluarga di wilayah kecamatan
Butuh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Butuh yang berada di
Kabupaten Purworejo.
32
33
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama dua bulan mulai tanggal 22 Februari
sampai 22 April 2016, dimulai dari pemberian angket kepada
masyarakat, interview dan observasi untuk mendapatkan data yang nanti
hasilnya akan diolah.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010:61). Dalam penelitian ini, yang akan
menjadi populasinya adalah semua kepala keluarga/ pemilik rumah
tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh.
2. Sampel Penelitian
Sampel diambil dari populasi yang dianggap representatif dengan
menggunakan simple random sampling atau sistem acak sederhana.
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu (Sugiyono, 2011:64). Penentuan ukuran sampel
didasarkan pada teori Rescoe yang dikutip oleh Sugiyono (2015:74)
menyatakan bahwa untuk ukuran sampel yang layak dalam penelitian
adalah 30 sampai dengan 500. Meskipun dalam jumlah 30 orang sudah
34
dapat dilakukan riset dengan sampel yang layak, namun agar hasil
penelitian ini lebih baik, sampel yang digunakan diperbesar menjadi 100
orang. Sampel yang digunakan untuk responden dalam penelitian ini
berjumlah 160 orang, hal ini dilakukan untuk berjaga–jaga terhadap
kemungkinan adanya resiko nilai minimum yang akan didapat.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti mengunakan data
yang diperoleh dengan cara sebagai berikut.
1. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada
obyek penelitian. Penulis mengamati secara langsung bagaimana
keadaan sebenarnya rumah sederhana yang berada di Kabupaten
Purworejo (Kecamatan Butuh).
2. Wawancara
Wawancara ini digunakan untuk melakukan studi pendahuluan
tentang permasalahan yang akan diteliti, yakni sebagai berikut.
a. Bahwa responden adalah orang yang paling tahu tentang
permasalahan yang akan diteliti.
b. Bahwa yang dinyatakan oleh responden kepada peneliti adalah
benar dan bisa dipercaya, dan interprestasi responden terhadap
pertanyaan – pertanyaan yang diajukan peniliti adalah sama
dengan yang dimaksudkan oleh peneliti, data primer dari hasil
35
wawancara ini di dapatkan dari pekerja atau karyawan yang
terlibat langsung dengan penelitian.
3. Kuisioner
Kuisioner yaitu mencari data dengan memberikan sejumlah
pertanyaan kepada responden. Kuisioner ini diperoleh dari literatur –
literatur yang berhubungan dengan penelitian. Diharapkan dengan
kuisioner ini reponden lebih memahami dan mengerti arah dan tujuan
dari penelitian. Pertanyaan (kuisioner) dilakukan dengan cara bertemu
langsung dengan responden.
Mengumpulkan data berarti melakukan penyelidikan untuk
mengetahui karakteristik elemen – elemen yang menjadi objek
penelitian atau pengumpulan data. Apabila dalam pengumpulan itu
mengunakan kuisioner, maka yang ditanyakan tergantung pada tujuan
penyelidikan untuk menjamin diperolehnya data yang relevan
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan metode kuisioner tipe pilihan, karena
kemudahannya dalam memberikan jawaban dan jauh lebih singkat
waktunya. Dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut
jawabannya, maka responden diharapkan bisa memberikan jawaban
sesuai pendapatnya.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko (2012:51) “instrumen
penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
36
mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran”.
Untuk memperoleh data tentang kesesuaian bangunan rumah tinggal
terhadap pedoman rumah sederhana tahan gempa. Instrumen dalam
penelitian ini menggunakan angket yang berisi butir-butir pertanyaan.
Tabel 1Kisi-kisi Instrumen
No Pertanyaan Nobutir
1. Apakah bangunan dibuat setelah tahun 2010 ?2. Apakah bangunan menggunakan pondasi ?
a. Bahan pondasi1) Bata merah A12) Batu kali A1
b. Ukuran Pondasi1) Tinggi ( T ) ≥ 60 cm A22) Lebar bawah ( B' ) ≥ 60 cm A33) Lebar atas ( B ) ≥ 30 cm A44) Kedalaman dari muka tanah ( T' ) ≥ 60 cm A5
3. Apakah bangunan menggunakan sloff ?1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 20 cm A6b) Lebar (B) ≥ 15 cm A7
2) Diameter tulangan pokok ≥ 12 mm A83) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A94) Ukuran begel ≥ 8 mm A105) Jarak begel ≤ 15 cm A11
4 Apakah bangunan menggunakan kolom ?1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A12b) Lebar (B) ≥ 15 cm A13
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A143) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A154) Ukuran begel ≥ 8 mm A165) Jarak begel ≤ 15 cm A17
37
Keseluruhan jumlah butir pertanyaan adalah 36 butir, dengan
kriteria penilaian menggunakan pilihan respon skala 3.
S (sesuai) = 3; KS (kurang sesuai) = 2; dan TS (tidak sesuai) = 1.
(Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, 2012:145)
1. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen
mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar
No PertanyaanNo
butir5 Apakah bangunan menggunakan balok latai?
1) Dimensia) Tinggi (H) ≥ 15 cm A18b) Lebar (B) ≥ 15 cm A19
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A203) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A214) Ukuran begel ≥ 8 mm A225) Jarak begel ≤ 15 cm A23
6 Apakah bangunan menggunakan ring balok ?1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A24b) Lebar (B) ≥ 15 cm A25
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A263) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A274) Ukuran begel ≥ 8 mm A285) Jarak begel ≤ 15 cm A29
7 Apakah bidang dinding diberi kolom praktis setiap luasan ±9m2 A30
8 Apakah ada angkur antara pondasi dan sloof ?1) Diameter angkur ≥ 8 mm A312) Jarak angkur ≤ 150 cm A32
9 Apakah ada angkur antara kolom dengan dinding pengisi ?
10Apakah disetiap pertemuan joint, tulangan pokok dibuatkait/ditekuk sepanjang 40D ?
A33
11Apakah ada kolom praktis ditengah gunung - gunung yangmenerus sampai ke pondasi ?
A34
12 Apakah gunung - gunung diangkur dengan kolom praktis ? A3513 Apakah kuda-kuda diangkur dengan kolom praktis? A36
38
penyusunan instrumen. Tanpa ada keterkaitan antara butir instrumen
dengan indikator, maka instrumen tersebut dikatakan tidak valid
secara konstruk dan tidak bisa digunakan untuk mengukur hal yang
diteliti, karena data tidak menggambarkan dan mewakili hal yang
teliti.
Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dilakukan
dengan menganalisis yaitu dengan mengkorelasi skor butir dengan
skor total pada setiap variabel. Uji validitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan bantuan bantuan komputer program SPSS
(Statistical Package for Social Sciences) for window 16.0. (Prof. Dr.
S. Eko Putro Widoyoko, 2012:145-146)
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus product moment
dengan angka kasar sebagai berikut :
rXY = ΝΣXY − (ΣX) (ΣY){NΣX − (ΣX) } {NΣY − (ΣY) }Dengan keterangan :N= Jumlah sampelX= skor totalY= skor butirrx= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
(Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, 2014:147)
Menurut Sugiyono (2009:134) Item yang mempunyai korelasi
positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi,
menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi
pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat
adalah kalau r = 0,3.
39
Kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan reliabel
tidaknya suatu instrumen menurut Kaplan (1982:106) dalam S. Eko
Putro Widoyoko (2012:165) “suatu instrumen dikatakan reliabel jika
mempunyai nilai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7”.
E. Analisis Data
Dalam perhitungan pengolahan data, peneliti mempergunakan
alat bantu yang berupa program aplikasi komputer yaitu program
microsoft excel. Penghitungan menggunakan bantuan komputer program
SPSS (Statistical Package for Social Sciences) for Windows 16.0, dari
data hasil penelitian dideskripsikan dalam skor tertinggi dan skor
terendah. Selanjutnya menurut Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko,
2014:11, untuk menentukan jarak interval indikator bangunan rumah
tinggal dengan pedoman rumah sederhana tahan gempa dari sesuai (S)
sampai dengan tidak sesuai (TS), digunakan rumus sebagai berikut :
Jarak interval (i) =
Tahapan dalam analisis data merupakan urutan langkah yang
dilaksanakan secara sistematis dan logis sesuai dasar teori permasalahan
sehingga didapat analisis yang akurat untuk mencapai tujuan penulis.
41
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Kecamatan Butuh
Kecamatan Butuh terletak di bagian Barat Kabupaten Purworejo.
Luas wilayah Kecamatan Butuh adalah 46 km2. Jumlah penduduk
menurut data tahun 2000 sebanyak 45.536 jiwa. Kepadatan penduduk
988 jiwa/km2. Berikut peta wilayah Kecamatan Butuh.
Gambar 18. Peta Kecamatan Butuh
Letak geografis Kecamatan Butuh sebagai berikut ini.
1. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Grabag.
2. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Pituruh.
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kutoarjo.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kebumen.
41
42
Tabel 2Daftar nama desa penelitian di Kecamatan Butuh
NO Nama Desa Sampel NO Nama Desa Sampel1 Andong 4 21 Lubang Lor 42 Binangun 4 22 Lubang Sampang 43 Butuh 4 23 Lugu 44 Dlangu 4 24 Lugu Rejo 45 Kaliwatu Bumi 4 25 Panggeldlangu 46 Kaliwatu Kranggan 4 26 Polomarto 47 Karanganom 4 27 Rowodadi 48 Kedungagung 4 28 Sidomulyo 49 Kedungmulyo 4 29 Sruwoh Dukuh `4
10 Kedungsari 4 30 Sruwohrejo 411 Kedungsri 4 31 Sumbersari 412 Ketug 4 32 Tamansari 413 Klepu 4 33 Tanjunganom 414 Kunir 4 34 Tegalgondo 415 Kunirejo Kulon 4 35 Tlogorejo 416 Kunirejo Wetan 4 36 Wareng 417 Langenrejo 4 37 Wironatan 418 Lubang Dukuh 4 38 Wonodadi 419 Lubang Indangan 4 39 Wonorejo Kulon 420 Lubang Kidul 4 40 Wonorejo Wetan 4
80 80Jumlah sampel : 160
Letak Kecamatan Butuh yang cukup dekat berbatasan langsung
dengan Samudra Hindia mengakibatkan spektrum topografi yang
bervariasi, serta aktivitas kegempaan dan vulkanisme yang aktif. Belajar
dari pengalaman tentang bencana yang diakibatkan oleh gempa-gempa
yang pernah terjadi di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa kerusakan
atau keruntuhan bangunan pada umumnya banyak dijumpai pada
bangunan-bangunan sederhana (non-engineered building) seperti rumah
penduduk, bangunan komersial, sekolah, masjid, dll. Dari hasil
43
pengamatan di lapangan, kegagalan dari bangunan-bangunan ini pada
umumnya disebabkan karena perencanaan atau pengerjaan yang tidak
baik, dan kurang baiknya mutu bahan bangunan yang digunakan.
Selama ini banyak penelitian menemukan bangunan terutama
rumah sederhana yang runtuh akibat gempa bumi. Banyak sekali
kesalahan dalam pendirian bangunan tersebut, mulai dari bagian
bawah/dasar, bagian tembok hingga bagian atap rumah. Kalau kita
perhatikan dari segi kelayakan bangunan tahan gempa, bangunan di
daerah belumlah masuk dalam kriteria rumah tahan gempa. Berikut
alasan kenapa rumah sederhana tidak tahan gempa.
1. Rumah tidak mempunyai pondasi yang cukup dalam.
2. Tulangan rangka yang diletakkan di setiap sudut rumah adalah
balok kayu.
3. Tulangan rangka kebanyakan dipasang tanpa adanya ikatan dengan
pondasi dan tidak saling mengikat dengan tulangan yang lain.
4. Angkur yang dijadikan pengikat antara tulangan dengan tembok,
ukurannya terlalu pendek bahkan ada yang tidak memakai angkur
sama sekali
5. Kebanyakan angkur di bagian bantalan kuda-kuda atap dengan
tembok tidak dipasang.
Sehubung dengan itu penulis tertarik untuk mengadakan studi
kasus untuk mengetahui apakah perencanaan struktur waktu membangun
rumah tinggal bagi warga Kecamatan Purwodadi sudah sesuai dengan
44
pedoman yang berlaku. Karena dapat dikatakan kota Purworejo adalah
kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi.
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 160
responden, maka dapat di identifikasikan mengenai karakteristik
responden sebagai berikut.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi (orang) Presentase (%)1 15-20 tahun 2 1,252 20-25 tahun 11 6,8753 25-35 tahun 27 16,8754 ≥ 35 tahun 120 75
Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah
Gambar 19. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Usia
44
pedoman yang berlaku. Karena dapat dikatakan kota Purworejo adalah
kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi.
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 160
responden, maka dapat di identifikasikan mengenai karakteristik
responden sebagai berikut.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi (orang) Presentase (%)1 15-20 tahun 2 1,252 20-25 tahun 11 6,8753 25-35 tahun 27 16,8754 ≥ 35 tahun 120 75
Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah
Gambar 19. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Usia
1,25% 6,875%
17%
75%
15-20 tahun 20-25 tahun
25-35 tahun ≥35 tahun
44
pedoman yang berlaku. Karena dapat dikatakan kota Purworejo adalah
kota yang rawan terhadap bencana gempa bumi.
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 160
responden, maka dapat di identifikasikan mengenai karakteristik
responden sebagai berikut.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, responden dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 3Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi (orang) Presentase (%)1 15-20 tahun 2 1,252 20-25 tahun 11 6,8753 25-35 tahun 27 16,8754 ≥ 35 tahun 120 75
Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah
Gambar 19. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden Berdasar Usia
45
Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa dari 160
responden yang dijadikan sampel, responden dengan usia dari 15-20
tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 1,25%, responden dengan usia
20-25 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 6,875%, responden
dengan usia 25-35 tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 16,875%
dan, responden dengan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 120 orang
atau sebesar 75%.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
Berdasarkan tingkat pekerjaannya, responden dalam penelitian
ini dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
No Pendidikan Frekuensi (orang) Presentase (%)1 Pegawai Negeri 57 35,6252 Pegawai Swasta 26 16,253 Petani 64 404 Lain-lain 13 8,125
Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah
Gambar 20. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden TingkatPekerjaan
40%
PEGAWAI NEGERIPETAN
45
Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa dari 160
responden yang dijadikan sampel, responden dengan usia dari 15-20
tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 1,25%, responden dengan usia
20-25 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 6,875%, responden
dengan usia 25-35 tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 16,875%
dan, responden dengan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 120 orang
atau sebesar 75%.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
Berdasarkan tingkat pekerjaannya, responden dalam penelitian
ini dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
No Pendidikan Frekuensi (orang) Presentase (%)1 Pegawai Negeri 57 35,6252 Pegawai Swasta 26 16,253 Petani 64 404 Lain-lain 13 8,125
Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah
Gambar 20. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden TingkatPekerjaan
35,625%
16,25%
40%
8,125%
PEGAWAI NEGERI PEGAWAI SWASTAPETAN LAIN LAIN
45
Berdasarkan Tabel 3 diatas, diketahui bahwa dari 160
responden yang dijadikan sampel, responden dengan usia dari 15-20
tahun sebanyak 2 orang atau sebesar 1,25%, responden dengan usia
20-25 tahun sebanyak 11 orang atau sebesar 6,875%, responden
dengan usia 25-35 tahun sebanyak 27 orang atau sebesar 16,875%
dan, responden dengan usia lebih dari 35 tahun sebanyak 120 orang
atau sebesar 75%.
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
Berdasarkan tingkat pekerjaannya, responden dalam penelitian
ini dikategorikan sebagai berikut:
Tabel 4
Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan
No Pendidikan Frekuensi (orang) Presentase (%)1 Pegawai Negeri 57 35,6252 Pegawai Swasta 26 16,253 Petani 64 404 Lain-lain 13 8,125
Jumlah 160 100Sumber: Data Primer diolah
Gambar 20. Diagram Lingkaran Klasifikasi Responden TingkatPekerjaan
46
Berdasarkan Tabel 4 diatas, diketahui bahwa dari 160
responden yang dijadikan sampel, responden dengan tingkat pekerjaan
pegawai negeri sebanyak 57 orang atau sebesar 35,625%, responden
dengan tingkat pekerjaan pegawai swasta sebanyak 26 orang atau
sebesar 16,25%, responden dengan tingkat pekerjaan petani sebanyak
64 orang atau sebesar 40% dan, responden dengan tingkat pekerjaan
lain-lain seperti wiraswasta, buruh, sebanyak 13 orang atau sebesar
8,125%.
3. Data Hasil Penelitian
Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen dilakukan dengan
menganalisis yaitu dengan mengkorelasi skor butir dengan skor total
pada setiap variabel. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan bantuan komputer program SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) for window 16.0. Pengujian validitas instrumen dalam
penelitian kesesuaian bangunan struktur rumah tinggal dengan pedoman
rumah sederhana tahan gempa berikut.
47
Tabel. 5Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
a1 61.8000 468.178 .370 .982
a2 62.3000 469.789 .415 .981
a3 62.3000 469.789 .415 .981
a4 62.4000 465.378 .723 .981
a5 62.3000 469.789 .415 .981
a6 63.0000 453.556 .828 .980
a7 62.8000 441.956 .929 .980
a8 63.1000 458.989 .861 .980
a9 62.6000 439.822 .854 .980
a10 63.0000 453.556 .828 . .980
a11 62.9000 445.878 .925 . .980
a12 62.8000 445.956 .965 . .980
a13 62.8000 445.956 .965 . .980
a14 62.8000 445.956 .965 . .980
a15 62.4000 440.044 .868 . .980
a16 62.9000 453.656 .856 . .980
a17 62.8000 445.956 .965 . .980
a18 63.1000 448.322 .824 . .980
a19 63.3000 459.344 .654 . .981
a20 63.3000 459.344 .654 . .981
a21 63.2000 455.511 .625 . .981
a22 63.4000 466.933 .637 . .981
a23 63.3000 459.344 .654 . .981
a24 63.1000 464.767 .601 . .981
a25 62.9000 451.433 .935 . .980
a26 62.8000 445.956 .965 . .980
a27 62.4000 440.044 .868 . .980
a28 62.9000 453.656 .856 . .980
a29 62.8000 445.956 .965 . .980
48
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasar tabel di atas, dapat diketahui hasil uji validitas instrumen
bahwa dari 36 item memiliki nilai validitas tertinggi yaitu 0,965 dan nilai
validitas terendah yaitu 0,370 (0,370> 0,3). Maka dapat disimpulkan
bahwa 36 item soal dinyatakan valid.
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian motivasi belajar
diperoleh hasil sebagai sebagai berikut.
Tabel 6Hasil Reliability Instrumen
Cronbach's Alpha N of Items.981 36
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai Cronbach’s Alpha
yaitu 0,981 yang berarti nilai reliabilitas > 0,7. Maka dapat disimpulkan
bahwa instrumen dengan 36 item pertanyaan dinyatakan reliabel.
Lanjutan Tabel 2. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
a30 62.4000 440.044 .868 . .980
a31 63.2000 455.956 .746 . .981
a32 63.1000 448.322 .824 . .980
a33 62.6000 451.378 .585 . .982
a34 62.8000 453.289 .554 . .982
a35 63.0000 444.444 .818 . .980
a36 62.4000 440.044 .868 . .980
49
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di seluruh Desa
Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo, data yang terkumpul dari
angket, dapat dideskripsikan skor jawaban responden tentang bangunan
rumah tinggal dengan pedoman rumah sederhana tahan gempa, berikut.
Tabel 7Persentase Tanggapan Responden
No.Soal
Tanggapan Responden Persentase Jawaban RespondenSA KSA TSA SA KSA TSA
A1 134 2 24 84% 1% 15%A2 50 103 7 31% 64% 4%A3 46 100 14 29% 63% 9%A4 135 21 4 84% 13% 3%A5 47 102 11 29% 64% 7%A6 55 79 26 34% 49% 16%A7 121 28 11 76% 18% 7%A8 7 95 58 4% 59% 36%A9 151 1 8 94% 1% 5%A10 22 94 44 14% 59% 28%A11 39 77 44 24% 48% 28%A12 120 32 8 75% 20% 5%A13 121 31 8 76% 19% 5%A14 27 93 40 17% 58% 25%A15 159 0 1 99% 0% 1%A16 24 95 41 15% 59% 26%A17 42 80 37 26% 50% 23%A18 4 5 151 3% 3% 94%A19 4 5 151 3% 3% 94%A20 4 5 151 3% 3% 94%A21 7 2 151 4% 1% 94%A22 3 6 151 2% 4% 94%A23 6 3 151 4% 2% 94%A24 106 33 21 66% 21% 13%A25 110 26 24 69% 16% 15%A26 24 91 45 15% 57% 28%A27 150 0 10 94% 0% 6%A28 20 96 44 13% 60% 28%A29 38 74 48 24% 46% 30%
50
Lanjutan Tabel 7. Persentase Tanggapan Responden
A30 99 52 9 62% 33% 6%A31 12 37 110 8% 23% 69%A32 28 22 109 18% 14% 68%A33 34 109 17 21% 68% 11%A34 86 34 40 54% 21% 25%A35 108 10 41 68% 6% 26%A36 135 14 10 84% 9% 6%
Sumber : Data yang diolah
Tanggapan responden tentang evaluasi bangunan rumah tinggal
terhadap pedoman rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh
menunjukkan hasil sebagai berikut.
1. Sebanyak 134 rumah (84%) bahan pondasi yang digunakan sudah
sesuai, 2 rumah (1%) bahan pondasi yang digunakan kurang
sesuai karena tidak menggunakan batu kali berdasarkan pedoman
PU Cipta Karya Kementrian Umum, 24 rumah (15%) bahan
pondasi yang digunakan tidak sesuai karena menggunakan sistem
struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa
perkuatan.
2. Sebanyak 50 rumah (31%) tinggi pondasi sudah sesuai, 103
rumah (64%) tinggi pondasi kurang sesuai karena kurang dari 60
cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 7
rumah (4%) tinggi pondasi tidak sesuai.
3. Sebanyak 46 rumah (29%) lebar bawah pondasi sudah sesuai, 100
rumah (63%) lebar bawah pondasi kurang sesuai karena kurang
51
dari 60 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta
Karya, 14 rumah (9%) lebar bawah pondasi tidak sesuai.
4. Sebanyak 135 rumah (84%) lebar atas pondasi sudah sesuai, 21
rumah (13%) lebar atas pondasi kurang sesuai karena kurang dari
30 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,
4 rumah (3%) lebar atas pondasi tidak sesuai.
5. Sebanyak 47 rumah (29%) kedalaman pondasi dari muka tanah
sudah sesuai, 102 rumah (64%) kedalaman pondasi dari muka
tanah kurang sesuai karena kurang dari 60 cm sesuai yang
dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 11 rumah (7%)
kedalaman pondasi dari muka tanah tidak sesuai.
6. Sebanyak 55 rumah (34%) dimensi sloof dengan tinggi yang
digunakan sudah sesuai, 79 rumah (49%) dimensi sloof dengan
tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 20 cm
sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 26
rumah (16%) dimensi sloof dengan tinggi yang digunakan tidak
sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding
pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
7. Sebanyak 121 rumah (76%) dimensi sloof dengan lebar yang
digunakan sudah sesuai, 28 rumah (18%) dimensi sloof dengan
lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm
sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 11
rumah (7%) dimensi sloof dengan lebar yang digunakan tidak
52
sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding
pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
8. Sebanyak 7 rumah (4%) diameter tulangan pokok pada sloof
sudah sesuai, 95 rumah (59%) diameter tulangan pokok pada
sloof kurang sesuai karena kurang dari 12 mm sesuai yang
dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 58 rumah (36%)
diameter tulangan pokok pada sloof tidak sesuai karena
menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu
pasangan bata merah tanpa perkuatan.
9. Sebanyak 151 rumah (94%) jumlah tulangan pokok pada sloof
sudah sesuai, 1 rumah (1%) jumlah tulangan pokok pada sloof
kurang sesuai, 8 rumah (5%) diameter tulangan pokok pada sloof
tidak sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur
dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
10. Sebanyak 22 rumah (14%) diameter tulangan begel pada sloof
sudah sesuai, 94 rumah (59%) diameter tulangan begel pada sloof
kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang dianjurkan
berdasarkan pedoman Cipta Karya, 44 rumah (28%) diameter
tulangan pokok pada sloof tidak sesuai karena menggunakan sloof
dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata
merah tanpa perkuatan.
11. Sebanyak 39 rumah (24%) jarak begel pada sloof sudah sesuai, 77
rumah (48%) jarak begel pada sloof kurang sesuai karena lebih
53
dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta
Karya, 44 rumah (28%) diameter tulangan pokok pada sloof tidak
sesuai karena menggunakan sloof dengan sistem struktur dinding
pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
12. Sebanyak 120 rumah (75%) dimensi kolom dengan tinggi yang
digunakan sudah sesuai, 32 rumah (20%) dimensi kolom dengan
tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm
sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 8
rumah (5%) dimensi kolom dengan tinggi yang digunakan tidak
sesuai karena menggunakan kolom dengan sistem struktur
dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
13. Sebanyak 121 rumah (76%) dimensi kolom dengan lebar yang
digunakan sudah sesuai, 31 rumah (19%) dimensi kolom dengan
lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15 cm
sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 8
rumah (5%) dimensi kolom dengan lebar yang digunakan tidak
sesuai karena menggunakan kolom dengan sistem struktur
dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
14. Sebanyak 27 rumah (17%) diameter tulangan pokok pada kolom
yang digunakan sudah sesuai, 93 rumah (58%) diameter tulangan
pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai karena kurang
dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta
Karya, 40 rumah (25%) diameter tulangan pokok pada kolom
54
yang digunakan tidak sesuai karena menggunakan kolom dengan
sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa
perkuatan.
15. Sebanyak 159 rumah (99%) jumlah tulangan pokok pada kolom
yang digunakan sudah sesuai, 0 rumah (0%) jumlah tulangan
pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai, 1 rumah (1%)
jumlah tulangan pokok pada kolom yang digunakan tidak sesuai
karena menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding
pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
16. Sebanyak 24 rumah (15%) diameter begel pada kolom yang
digunakan sudah sesuai, 95 rumah (59%) diameter begel yang
digunakan kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang
dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 41 rumah (26%)
diameter begel kolom yang digunakan tidak sesuai karena
menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul
yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
17. Sebanyak 42 rumah (26%) jarak begel pada kolom yang
digunakan sudah sesuai, 80 rumah (50%) jarak begel pada kolo,
yang digunakan kurang sesuai karena lebih dari 15 cm sesuai
yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 37 rumah
(23%) jarak begel pada kolom yang digunakan tidak sesuai karena
menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul
yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
55
18. Sebanyak 4 rumah (3%) dimensi balok lintel dengan tinggi yang
digunakan sudah sesuai, 5 rumah (3%) dimensi balok lintel
dengan tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari
15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,
151 rumah (94%) dimensi balok dengan tinggi yang digunakan
tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel
dan sebagian menggunakan balok lintel dengan sistem struktur
dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
19. Sebanyak 4 rumah (3%) dimensi balok lintel dengan lebar yang
digunakan sudah sesuai, 5 rumah (3%) dimensi balok lintel
dengan lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15
cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,
151 rumah (94%) dimensi kolom dengan lebar yang digunakan
tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel
dan sebagian menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding
pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
20. Sebanyak 4 rumah (3%) diameter tulangan pokok pada balok
lintel yang digunakan sudah sesuai, 5 rumah (3%) diameter
tulangan pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai karena
kurang dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman
Cipta Karya, 151 rumah (94%) diameter tulangan pokok pada
kolom yang digunakan tidak sesuai karena banyak yang tidak
menggunakan balok lintel dan sebagian menggunakan kolom
56
dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata
merah tanpa perkuatan.
21. Sebanyak 7 rumah (4%) jumlah tulangan pokok pada balok lintel
yang digunakan sudah sesuai, 2 rumah (1%) jumlah tulangan
pokok pada kolom yang digunakan kurang sesuai, 151 rumah
(94%) jumlah tulangan pokok pada balok lintel yang digunakan
tidak sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel
dan sebagian menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding
pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
22. Sebanyak 3 rumah (2%) diameter begel pada balok lintel yang
digunakan sudah sesuai, 6 rumah (4%) diameter begel yang
digunakan kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang
dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 151 rumah (94%)
diameter begel pada balok lintel yang digunakan tidak sesuai
karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel dan sebagian
menggunakan kolom dengan sistem struktur dinding pemikul
yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
23. Sebanyak 6 rumah (4%) jarak begel pada balok lintel yang
digunakan sudah sesuai, 3 rumah (2%) jarak begel pada balok
lintel, yang digunakan kurang sesuai karena lebih dari 15 cm
sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 151
rumah (94%) jarak begel pada balok lintel yang digunakan tidak
sesuai karena banyak yang tidak menggunakan balok lintel dan
57
sebagian menggunakan balok lintel dengan sistem struktur
dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
24. Sebanyak 106 rumah (66%) dimensi ring balok dengan tinggi
yang digunakan sudah sesuai, 33 rumah (21%) dimensi ring balok
dengan tinggi yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari
20 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,
21 rumah (13%) dimensi ring balok dengan tinggi yang
digunakan tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan
sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa
perkuatan.
25. Sebanyak 110 rumah (69%) dimensi ring balok dengan lebar yang
digunakan sudah sesuai, 26 rumah (16%) dimensi ring balok
dengan lebar yang digunakan kurang sesuai karena kurang dari 15
cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 24
rumah (15%) dimensi ring balok dengan lebar yang digunakan
tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan sistem
struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa
perkuatan.
26. Sebanyak 24 rumah (15%) diameter tulangan pokok pada ring
balok sudah sesuai, 91 rumah (57%) diameter tulangan pokok
pada ring balok kurang sesuai karena kurang dari 10 mm sesuai
yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 45 rumah
(28%) diameter tulangan pokok pada ring balok tidak sesuai
58
karena menggunakan ring balok dengan sistem struktur dinding
pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
27. Sebanyak 150 rumah (94%) jumlah tulangan pokok pada ring
balok sudah sesuai, 0 rumah (0%) jumlah tulangan pokok pada
ring balok kurang sesuai, 10 rumah (6%) diameter tulangan pokok
pada ring balok tidak sesuai karena menggunakan ring balok
dengan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata
merah tanpa perkuatan.
28. Sebanyak 20 rumah (13%) diameter tulangan begel pada ring
balok sudah sesuai, 96 rumah (60%) diameter tulangan begel pada
ring balok kurang sesuai karena kurang dari 8 mm sesuai yang
dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 44 rumah (28%)
diameter tulangan pokok pada ring balok tidak sesuai karena
menggunakan ring balok dengan sistem struktur dinding pemikul
yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
29. Sebanyak 38 rumah (24%) jarak begel pada ring balok sudah
sesuai, 74 rumah (46%) jarak begel pada ring balok kurang sesuai
karena lebih dari 15 cm sesuai yang dianjurkan berdasarkan
pedoman Cipta Karya, 48 rumah (30%) jarak begel pada ring
balok tidak sesuai karena menggunakan ring balok dengan sistem
struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa
perkuatan.
59
30. Sebanyak 99 rumah (62%) kolom praktis pada luasan dinding
sudah sesuai, 52 rumah (33%) kolom praktis pada luasan dinding
kurang sesuai karena kurang dari 9 sesuai yang dianjurkan
berdasarkan pedoman Cipta Karya, 9 rumah (6%) kolom praktis
pada luasan dinding tidak sesuai karena menggunakan sistem
struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa
perkuatan.
31. Sebanyak 12 rumah (8%) diameter tulangan angkur antara
pondasi dan sloof sudah sesuai, 37 rumah (23%) diameter
tulangan angkur antara pondasi dan sloof kurang sesuai karena
kurang dari 8 mm sesuai yang dianjurkan berdasarkan pedoman
Cipta Karya, 110 rumah (69%) diameter tulangan angkur antara
pondasi dan sloof tidak sesuai karena kebanyakan tidak
menggunakan sistem perkuatan angkur, dan sebagian
menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu pasangan
bata merah tanpa perkuatan.
32. Sebanyak 28 rumah (18%) jarak angkur antara pondasi dan sloof
sudah sesuai, 22 rumah (14%) jarak angkur antara pondasi dan
sloof kurang sesuai karena lebih dari 10 cm sesuai yang
dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 109 rumah (68%)
jarak angkur antara pondasi dan sloof tidak sesuai karena
kebanyakan tidak menggunakan sistem perkuatan angkur, dan
60
sebagian menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu
pasangan bata merah tanpa perkuatan.
33. Sebanyak 34 rumah (21%) tekukan kait sepanjang 40D disetiap
pertemuan joint sudah sesuai, 109 rumah (68%) tekukan kait
sepanjang 40D disetiap pertemuan joint kurang sesuai karena
kurang dari yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya,
17 rumah (11%) tekukan kait sepanjang 40D disetiap pertemuan
joint tidak sesuai karena menggunakan sistem struktur dinding
pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
34. Sebanyak 86 rumah (54%) kolom praktis ditengah gunung-
gunung sudah sesuai, 34 rumah (21%) kolom praktis ditengah
gunung-gunung kurang sesuai karena tidak menerus sampai ke
pondasi, seperti yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta
Karya, 40 rumah (25%) kolom praktis ditengah gunung-gunung
tidak sesuai karena menggunakan sistem struktur dinding pemikul
yaitu pasangan bata merah tanpa perkuatan.
35. Sebanyak 108 rumah (68%) angkur kolom praktis dengan
gunung-gunung sudah sesuai, 10 rumah (6%) angkur kolom
praktis dengan gunung-gunung kurang sesuai karena tidak
menerus sampai ke pondasi, seperti yang dianjurkan berdasarkan
pedoman Cipta Karya, 41 rumah (26%) angkur kolom praktis
dengan gunung-gunung tidak sesuai karena menggunakan sistem
61
struktur dinding pemikul yaitu pasangan bata merah tanpa
perkuatan.
36. Sebanyak 135 rumah (84%) angkur kolom praktis dengan kuda-
kuda sudah sesuai, 14 rumah (9%) angkur kolom praktis dengan
kuda-kuda kurang sesuai karena tidak menerus sampai ke pondasi,
seperti yang dianjurkan berdasarkan pedoman Cipta Karya, 10
rumah (6%) angkur kolom praktis dengan kuda-kuda tidak sesuai
karena menggunakan sistem struktur dinding pemikul yaitu
pasangan bata merah tanpa perkuatan.
Berdasar keterangan diatas, bahwa rumah tinggal yang tidak
sesuai pada jenis struktur pondasi dan balok latai mempunyai prosentase
yang tinggi. Hal ini dikarenakan banyak penduduk di wilayah
Kecamatan Butuh rata-rata kedalaman pondasi adalah dibawah standar ≤
60 cm dan kebanyakan rumah juga tidak menggunakan balok latai.
Pada Pedoman teknis rumah tahan gempa dampak yang terjadi
jika kedalaman pondasi ≤60 cm maka saat terjadi gempa akan mudah
goyang sehingga dapat merobohkan struktur lainnya. Dan dampak jika
tidak menggunakan balok latai maka elemen-elemen non-struktural akan
menerima beban secara langsung, sehingga dapat merusak elemen-
elemen tersebut.
B. Analisis Deskriptif Data
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Butuh Kecamatan Butuh,
Kabupaten Purworejo. Adapun jumlah Desa sebanyak 40 Desa, sedangkan
62
sampelnya adalah 160 rumah dengan 1 Desa diambil 4 sampel rumah yang
diambil secara random sampling.
Dari data hasil penelitian dideskripsikan dalam skor tertinggi dan
skor terendah. Dengan jumlah butir pernyataan 36 dan alternatif jawaban
sebanyak 3, maka didapat jumlah skor tertinggi 108 dan jumlah skor
terendah 36. Dari skor tersebut dapat diketahui jarak intervalnya sebagai
berikut :
Jarak interval (i) =
= = = 24Tabel skor kesesuaian bangunan rumah tinggal terhadap pedoman
rumah sederhana tahan gempa sebagai berikut ini.
Tabel 8Skor Kesesuaian Bangunan Rumah tinggal
Skor Kategori Frekuensi Persentase
36-59 Tidak Sesuai 21 13.125
60-83 Kurang Sesuai 97 60.625
84-108 Sesuai 42 26.25
Jumlah 160 100%
Sumber : Data yang diolahBerdasarkan lampiran 2 tabulasi data hasil penelitian no B6
menunjukkan skor 100 yang masuk kategori sesuai dengan bangunan rumah
tinggal sederhana tahan gempa berdasarkan pedoman PU Cipta Karya
Kementrian Umum, dengan rincian sebagai berikut :
1. bahan pondasi menggunakan batu kali masuk kategori sesuai dengan
skor 3,
63
2. dimensi pada sloof dengan tinggi 20 cm masuk kategori sesuai dengan
skor 3,
3. diameter tulangan pokok pada sloof 12 mm masuk kategori sesuai
dengan skor 3,
4. diameter begel pada sloof 8 mm masuk kategori sesuai dengan skor 3,
5. diameter tulangan pokok pada kolom 10 mm masuk kategori sesuai
dengan skor 3,
6. diameter begel pada kolom 8 mm masuk kategori sesuai dengan skor 3,
7. bangunan menggunakan balok lintel tetapi kurang memenuhi syarat
sehingga 6 instumen pertanyaan masuk kategori kurang sesuai dengan
skor 2,
8. dimensi pada ring balok dengan tinggi 20 cm masuk kategori sesuai
dengan skor 3,
9. diameter begel pada ring balok 8 mm masuk kategori sesuai dengan
skor3, dan,
10. ada angkur antara pondasi dan sloof tetapi kurang memenuhi syarat
sehingga 2 instumen pertanyaan masuk kategori kurang sesuai dengan
skor 2.
Data frekuensi dan persentase pada tabel 6 juga dapat disajikan dalam bentuk
diagram seperti pada gambar 19 dan gambar 20 berikut ini.
64
Gambar 21. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
Gambar 22. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
Seperti yang terlihat pada gambar 19 dan gambar 20 di atas, hasil
tersebut menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman
rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh cukup banyak di angka
42 (26%). Hal ini didukung data-data pada tabel 6 dan gambar diagram 19
serta 20 yang menunjukkan bahwa skor tersebut terletak pada interval skor
Tidak Sesuai
Kurang Sesuai
Sesuai
020406080
100120140160
Jum
lah
Resp
onde
n
Diagram Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
Diagram Persentase KesesuaianBangunan Rumah Tinggal
64
Gambar 21. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
Gambar 22. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
Seperti yang terlihat pada gambar 19 dan gambar 20 di atas, hasil
tersebut menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman
rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh cukup banyak di angka
42 (26%). Hal ini didukung data-data pada tabel 6 dan gambar diagram 19
serta 20 yang menunjukkan bahwa skor tersebut terletak pada interval skor
Frekuensi
Tidak Sesuai 21
Kurang Sesuai 97
42
020406080
100120140160
Diagram Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
13%
61%
26%
Diagram Persentase KesesuaianBangunan Rumah Tinggal
Tidak Sesuai
Kurang Sesuai
Sesuai
64
Gambar 21. Diagram Frekuensi Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
Gambar 22. Diagram Persentase Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
Seperti yang terlihat pada gambar 19 dan gambar 20 di atas, hasil
tersebut menunjukkan bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman
rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh cukup banyak di angka
42 (26%). Hal ini didukung data-data pada tabel 6 dan gambar diagram 19
serta 20 yang menunjukkan bahwa skor tersebut terletak pada interval skor
Diagram Kesesuaian Bangunan Rumah Tinggal
Diagram Persentase KesesuaianBangunan Rumah Tinggal
Tidak Sesuai
Kurang Sesuai
Sesuai
65
84-108. Berdasarkan tabel 6 dan gambar diagram 20 di atas, diketahui
kesesuaian rumah tinggal terhadap pedoman rumah sederhana tahan gempa
yang memiliki kategori sesuai yaitu 26%, kategori kurang sesuai 61%,
kategori tidak sesuai 13%.
Presentase katagori kurang sesuai lebih banyak dikarenakan keadaan
dan kondisi rumah tinggal sederhana di wilayah Kecamatan Butuh item
struktur pembangunannya kurang sesuai dengan pedoman teknis rumah
tinggal sederhana tahan gempa dan dapat diketahui kurangnya pemahaman
masyarakat tentang rumah tinggal sederhana tahan gempa berdasarkan
pedoman teknis rumah tinggal sederhana tahan gempa.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil olah data dan perhitungan yang telah dilakukan,
bahwa rumah tinggal yang tidak sesuai terletak pada struktur pondasi dan
balok latai mempunyai prosentase yang tinggi. Hal ini dikarenakan banyak
penduduk di wilayah Kecamatan Butuh rata-rata kedalaman pondasi adalah
dibawah standar ≤ 60 cm dan kebanyakan rumah juga tidak menggunakan
balok latai.
Pada Pedoman teknis rumah tahan gempa dampak yang terjadi jika
kedalaman pondasi ≤60 cm maka saat terjadi gempa akan mudah goyang
sehingga dapat langsung merobohkan struktur, karena tidak terjadi
peredaman gempa terlebih dahulu. Dan dampak jika tidak menggunakan
balok latai maka elemen-elemen non-struktural akan menerima beban secara
langsung, sehingga dapat merusak elemen non-struktur tersebut.
66
Dari hasil analitis data dapat dibuktikan responden menunjukkan
bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman rumah sederhana tahan
gempa di Kecamatan Butuh dengan prosentase 26 %. Persentase bangunan
rumah tinggal sederhana tahan gempa yang masuk katagori sesuai lebih
rendah dibandingkan yang masuk katagori kurang sesuai dan tidak sesuai
dengan prosentase 60,625 % dan 13,125%.
Hal ini membuktikan bahwa keadaan dan kondisi rumah tinggal
sederhana di wilayah Kecamatan Butuh kurang sesuai dengan pedoman
teknis rumah tinggal sederhana tahan gempa dan dapat diketahui kurangnya
pemahaman masyarakat tentang rumah tinggal sederhana tahan gempa
berdasarkan pedoman teknis rumah tinggal sederhana tahan gempa.
70
67
BAB VPENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Dari hasil analitis data dapat dibuktikan responden menunjukkan
bahwa rumah tinggal yang sesuai dengan pedoman rumah sederhana
tahan gempa di Kecamatan Butuh dengan prosentase 26 %. Hal ini
membuktikan bahwa keadaan dan kondisi rumah tinggal sederhana
di wilayah Kecamatan Butuh kurang sesuai dengan pedoman rumah
dan gedung tahan gempa Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian
Umum.
2. Hasil analisis data menunjukkan prosentase kesesuaian bangnan
rumah sederhana tahan gempa di Kecamatan Butuh sebagai berikut.
a. Kategori sesuai
b. Kategori kurang sesuai
c. Kategori tidak sesuai\
: 26,25 %.
: 60,625 %.
: 13,125 %.
3. Dari hasil kesimpulan nomor 1 dan 2, persentase bangunan rumah
tinggal sederhana tahan gempa yang masuk katagori sesuai lebih
rendah dibandingkan yang masuk katagori kurang sesuai dan tidak
sesuai dengan prosentase 60,625 % dan 13,125%. Sehingga dapat
diketahui kurangnya pemahaman masyarakat tentang rumah tinggal
68
sederhana tahan gempa berdasarkan pedoman rumah dan gedung
tahan gempa Direktorat Jendral Cipta Karya Kementrian Umum.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan pengolahan data, serta hasil
kesimpulan yang ada. Maka penulis dapat memberikan saran sebagai
berikut.
1. Pembangunan rumah tinggal perlu mendapat perhatian khusus dalam
penerapan aturan rumah tahan gempa, tanpa mengabaikan faktor
pelaksanaan, pengawasan, dan keselamatan.
2. Pemerintah sebaiknya melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan
tenaga ahli bangunan pada penerapan rumah tinggal sederhana tahan
gempa terkait kesesuaian bangunan rumah tnggal terhadap aturan yang
berlaku.
3. Pemerintah Kabupaten Purworejo lebih memperhatikan bangunan rumah
yang tidak layak huni untuk menghindari kerusakan bangunan , harta
benda dan jatuhnya korban.
4. Pemerintah memberikan pedoman dan pengarahan kepada masyarakat
mengenai penanggulangan bencana (gempa) yang mencakup pencegahan
bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi
secara adil dan setara.
5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor- faktor lain yang
mempengaruhi aturan rumah sederhanan tahan gempa terhadap rumah
69
tinggal sederhana di daerah lain, khususnya di wilayah Kabupaten
purworejo.
6. Sebaiknya untuk peneliti yang akan datang lebih mengevaluasi
keandalan rumah tinggal terhadap kejadian gempa yang tidak sesuai
pedoman, sehingga peneliti yang akan datang dapat semakin
memberikan gambaran yang lebih spesifik.
70
DAFTAR PUSTAKA
Agus. 2002. Rekayasa Gempa-Untuk Teknik Sipil. Padang: ITP Press.
Albani Musyafa, Pribasari Damayanti. 2011. Diskripsi Pengetahuan MandorKonstruksi dalam Bidang Rekayasa Bangunan Tahan Gempa, JurnalPenanggulangan Bencana Volume 2 Nomor . Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian. Jakarata: PT. Rineka Cipta
Boen, Teddy. 2000. Bangunan Rumah Tinggal Sederhana-Belajar DariKesrusakan Akibat Gempa, Lokarya Nasional Bangunan Rumah TinggalSederhana Tahan Gempa. Yogyakarata.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2011. Jurnal PenanggulanganBencana. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, 2006. Pedoman Teknis Rumah dan BangunanGedung Tahan Gempa. Jakarta.
Direktur Jendral Cipta Karya 2006. Pedoman Teknis Rumah dan BangunanGedung Tahan Gempa Dilengkapi Dengan Metode Dan Cara PerbaikanKerusakan. Jakarta.
Eko Putro Widoyoko, S. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Belajar
ERIN, 2011. Analisa Resiko Kerusakan Bangunan Rumah Tinggal Tipe 36Akibat Gempa (Studi Rumah Tinggal di Sebuah Perumahan di KotaDepok). Universitas Indonesia. Jakarta.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta
Sugiyono, 2011. Statistika untuk penelitian. Alfabeta, Bandung.
Universitas Muhammdaiyah Purworejo, 2016. Pedoman Penyusunan Skripsi.Purworejo.
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN
ANALISA KESESUAIAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL
TERHADAP ATURAN RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA
(Studi Kasus Di Kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo)
Saya Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo, saya sedang
menyusun sebuah skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
dengan judul “Analisa Kesesuaian Struktur Rumah Tinggal Terhadap Aturan Rumah
Sederhana Tahan Gempa”, maka sangat dibutuhkan pendapat dari responden untuk
melengkapi penelitian ini. Besar harapan saya, kiranya Bapak/Ibu bersedia mengisi kuesioner
ini dengan sejujur- jujurnya. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih dan selamat
mengisi kuesioner ini.
A. DATA UMUM RESPONDEN
Isilah jawaban data respoden dengan tanda ( √ ) dengan benar.
1. Jenis Kelamin
( ) Laki – laki ( ) Perempuan
2. Usia
( ) < 21 Tahun ( ) 41 – 50 Tahun
( ) 21 – 40 Tahun ( ) >50 Tahun
3. Tingkat Pekerjaan
( ) Petani ( ) Wiraswasta
( ) Pegawai Negeri ( ) Buruh
( ) Pegawai Swasta ( ) Lain – lain
4. Lokasi
Pemilik Rumah :
Desa :
Kecamatan :
No PertanyaanNo
butir1. Apakah bangunan dibuat setelah tahun 2010 ?2. Apakah bangunan menggunakan pondasi ?
a. Bahan pondasi1) Bata merah A12) Batu kali A1
b. Ukuran Pondasi1) Tinggi ( T ) ≥ 60 cm A22) Lebar bawah ( B' ) ≥ 60 cm A33) Lebar atas ( B ) ≥ 30 cm A44) Kedalaman dari muka tanah ( T' ) ≥ 60 cm A5
3. Apakah bangunan menggunakan sloff ?1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 20 cm A6b) Lebar (B) ≥ 15 cm A7
2) Diameter tulangan pokok ≥ 12 mm A83) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A94) Ukuran begel ≥ 8 mm A105) Jarak begel ≤ 15 cm A11
4 Apakah bangunan menggunakan kolom ?1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A12b) Lebar (B) ≥ 15 cm A13
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A143) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A154) Ukuran begel ≥ 8 mm A165) Jarak begel ≤ 15 cm A17
No PertanyaanNo
butir5 Apakah bangunan menggunakan balok latai?
1) Dimensia) Tinggi (H) ≥ 15 cm A18b) Lebar (B) ≥ 15 cm A19
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A203) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A214) Ukuran begel ≥ 8 mm A225) Jarak begel ≤ 15 cm A23
6 Apakah bangunan menggunakan ring balok ?1) Dimensi
a) Tinggi (H) ≥ 15 cm A24b) Lebar (B) ≥ 15 cm A25
2) Diameter tulangan pokok ≥ 10 mm A263) Jumlah tulangan pokok ≥ 4 buah A274) Ukuran begel ≥ 8 mm A28
B. DATA KHUSUS
DAFTAR PERTANYAAN
No
.Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
1. Apakah bangunan dibuat setelah tahun 2012 ?
2.
Apakah bangunan menggunakanpondasi ?a. Bahan pondasi
1) Bata merah2) Batu kali3) Beton
b. UkuranPondasi1) Tinggi ( T )2) Lebarbawah ( B' )3) Lebaratas ( B )4) Kedalamandarimukatanah ( T'
)
Apakah ada angkur antara pondasidan sloof ?
≥ 60 cm≥ 60 cm≥ 20 cm≥ 60 cm
3.
Apakah bangunan menggunakansloof ?a. Dimensi
1) Tinggi2) Lebar
b. Diameter tulanganpokok
≥ 20 cm≥ 15 cm≥ 12 mm≥ 4 buah≥ 8 mm≥ 15 cm
5) Jarak begel ≤ 15 cm A29
7 Apakah bidang dinding diberi kolom praktis setiap luasan ±9m2 A30
8 Apakah ada angkur antara pondasi dan sloof ?1) Diameter angkur ≥ 8 mm A312) Jarak angkur ≤ 150 cm A32
9 Apakah ada angkur antara kolom dengan dinding pengisi ?
10Apakah disetiap pertemuan joint, tulangan pokok dibuatkait/ditekuk sepanjang 40D ?
A33
11Apakah ada kolom praktis ditengah gunung - gunung yangmenerus sampai ke pondasi ?
A34
12 Apakah gunung - gunung diangkur dengan kolom praktis ? A3513 Apakah kuda-kuda diangkur dengan kolom praktis? A36
c. Jumlahtulanganpokokd. UkuranBegele. Jarakbegel
4.
Apakah bangunan menggunakankolom praktis ?a. Dimensi
1) Tinggi2) Lebar
b. Diameter tulanganpokokc. Jumlahtulanganpokokd. UkuranBegele. JarakbegelApakahadaangkurantarakolomdenganpasanganbata ?
≥ 15 cm≥ 15 cm≥ 10 mm≥ 4 buah≥ 8 mm≥ 15 cm
5.
Apakah bangunan menggunakan baloklatai ?a. Dimensi
1) Tinggi2) Lebar
b. Diameter tulangan pokokc. Jumlah tulangan pokokd. Ukuran Begele. Jarak begel
≥ 15 cm≥ 15 cm≥ 10 mm≥ 4 buah≥ 8 mm≥ 15 cm
6.
Apakah bangunan menggunakan ringbalok ?a. Dimensi
1) Tinggi2) Lebar
b. Diameter tulangan pokokc. Jumlah tulangan pokokd. Ukuran Begele. Jarak begel
≥ 15 cm≥ 15 cm≥ 10 mm≥ 4 buah≥ 8 mm≥ 15 cm
7.Kuda-kuda menggunakan ?
a. Kayu
b. Beton
8. Jika menggunakan kayu apakah kuda-kuda diikat kuatdengan ring balok ?
9.Apakah bangunan menggunakan gunung-gunung?
10. Apakah gunung-gunung diikat denganbalok/ringbalok ?
11. Apakah dibawah kolom praktis tengahgunung-gunungada kolom praktis menerus sampai pondasi ?
12. Apakahpadapertemuan joint,tulanganpokokditekuksepanjanglebarbalok/kolom ?
NO
Pondasi Sloof Kolom Balok lintel ring balok 9m2
Pondasi
40D
gnung
klomprak
kuda2
Jumlah
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17
A18
A19
A20
A21
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
A30
A31
A32
A33
A34
A35
A36
B1 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 3 3 3 3 72B2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 1 3 3 3 3 73B3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3 3 64B4 3 3 3 3 3 1 1 1 3 1 1 3 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 62B5 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 3 3 3 3 81B6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 100B7 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 93B8 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 77B9 3 3 3 3 3 1 1 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 1 2 3 3 67B10
3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 3 3 3 3 60
B11
3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 3 3 56
B12
3 2 2 3 2 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 57
B13
1 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 2 3 3 63
B14
1 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 51
B15
3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 2 2 3 3 3 3 69
B16
3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 2 2 3 3 3 3 68
B17
3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 78
B18
3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 89
B1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 85
9B20
3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 79
B21
1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 3 3 77
B22
3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 90
B23
3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 85
B24
3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 89
B25
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 73
B26
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 3 3 3 85
B27
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 88
B28
3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 3 79
B29
3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 1 3 3 63
B30
3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 65
B31
3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64
B32
1 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 2 3 3 61
B33
3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64
B34
3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64
B35
3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 2 2 2 3 2 2 62
B36
3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 3 2 2 3 2 3 3 66
B37
3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 79
B38
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 87
B39
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 80
B40
1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3 62
B41
3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 1 1 3 3 62
B42
3 2 2 3 2 2 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 65
B43
3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 2 3 2 2 71
B44
3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64
B45
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76
B46
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 3 3 3 3 78
B47
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 78
B48
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 3 3 77
B49
3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 1 2 2 60
B50
3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 2 2 1 3 61
B51
3 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 3 3 3 3 69
B52
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 96
B53
3 2 2 3 2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 85
B54
1 2 1 2 2 1 1 1 3 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 46
B55
1 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 40
B56
3 2 1 3 2 2 2 1 3 2 3 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 1 3 1 3 59
B57
3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 80
B58
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 77
B59
3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 85
B60
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76
B61
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 90
B62
3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 82
B63
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 77
B64
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 78
B65
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 3 3 3 85
B66
2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 2 68
B67
3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 3 3 69
B68
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 2 3 3 80
B69
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76
B70
3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 77
B71
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 80
B72
3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 80
B73
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 89
B74
1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 57
B75
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 78
B76
3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 72
B77
3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 2 64
B78
1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 3 3 3 76
B79
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 94
B80
3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 3 79
B81
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 88
B82
3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 85
B83
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 86
B84
3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 86
B85
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 71
B86
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 3 2 3 3 85
B87
3 3 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 71
B88
1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 22
1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 1 2 92
B89
3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 80
B90
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 78
B91
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 2 1 1 2 3 3 3 78
B92
3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 80
B93
3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 61
B94
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 61
B95
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 94
B96
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 100
B97
3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 85
B98
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 88
B99
3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 70
B100
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76
B101
3 2 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 86
B102
3 2 2 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 2 3 3 3 94
B103
2 2 2 3 2 3 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 3 2 3 1 1 2 3 3 3 81
B104
1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 2 2 3 1 1 2 3 3 2 65
B105
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 1 1 3 77
B106
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 73
B107
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 1 3 86
B108
1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 3 66
B109
3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 3 3 77
B110
3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 86
B111
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 90
B112
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 3 2 3 3 85
B113
1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 3 71
B114
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 2 73
B115
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 3 74
B116
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 63
B117
3 2 2 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 84
B118
3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 85
B119
3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 1 1 3 3 3 3 83
B120
3 2 2 3 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 3 97
B121
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 77
B122
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76
B123
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 77
B124
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 2 1 3 75
B125
3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 1 1 3 1 1 1 82
B126
3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 1 3 3 3 3 3 87
B127
3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 56
B128
3 2 2 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 72
B129
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 100
B130
3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 89
B131
3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 87
B132
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 91
B133
3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 2 1 1 3 57
B134
1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 1 3 3 1 3 58
B135
1 1 1 3 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 57
B136
1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 58
B137
3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 3 1 1 2 3 3 3 64
B138
1 1 1 3 1 1 2 1 3 1 3 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 2 1 3 1 1 1 1 1 3 58
B139
1 3 1 3 1 1 2 1 3 1 1 3 3 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 3 1 1 3 1 1 3 59
B140
1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 3 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 3 56
B141
3 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 1 3 3 3 60
B142
3 1 1 3 1 3 3 1 3 2 1 2 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 57
B143
1 2 2 1 2 3 3 1 3 1 1 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 1 2 3 1 1 2 1 1 3 59
B144
1 2 1 1 3 1 3 1 3 3 2 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 3 57
B145
3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 80
B146
3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 1 1 3 73
B147
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 72
B148
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 73
B149
1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 71
B150
1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 1 3 73
B151
1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 1 1 1 69
B152
3 2 2 3 2 2 3 1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 3 3 3 76
B153
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 76
B154
3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 1 1 2 2 3 3 81
B155
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 3 77
B156
3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 1 1 2 3 3 3 79
B157
3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 78
B158
3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 85
B159
3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 79
B160
3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 1 3 85