Etika Dalam Mengambil Bintang Laut
-
Upload
victor-george-siahaya -
Category
Documents
-
view
34 -
download
6
description
Transcript of Etika Dalam Mengambil Bintang Laut
-
V.G. Siahaya - ETIKA DALAM MENGAMBIL BINTANG LAUT 1
ETIKA DALAM MENGAMBIL BINTANG LAUT (V.G. Siahaya)
Pendahuluan
Bintang laut merupakan hewan invertebrata yang temasuk dalam filum
echinodermata. Hewan ini hidup di dasar laut dan dapat bergerak. Hewan ini juga
dikenal dengan nama starfish, namun hewan ini sangat jauh hubungannya dengan
ikan.
Sesuai dengan namanya itu, hewan ini berbentuk bintang dengan lima lengan,
termasuk hewan simetri radial dan umumnya memiliki lima atau lebih lengan.
Hewan ini bergerak dengan menggunakan sistem vaskular air. Bintang laut
sebenarnya adalah hewan yang hidup bebas, namun dikarenakan ketiadaan organ
gerak yang memadai, maka hanya bergerak mengikuti arus air laut.
Bintang laut memiliki cara makan yang unik. Dengan keberadaan mulut yang berada
di bawah tubuhnya, mereka dapat memangsa kerang dan remis, serta ikan kecil,
keong, dan teritip. Bintang laut membungkus lengannya di sekitar kulit binatang itu
dan membuka kerang tersebut hingga terbuka, kemudian memasukkan perutnya
melalui mulutnya dan masuk ke dalam cangkang kerang itu. Selanjutnya mencerna
binatang dan memasukkan perutnya kembali ke dalam tubuh sendiri. Mekanisme
cara makan yang unik ini memungkinkan bintang laut untuk memakan mangsa yang
lebih besar dan dapat masuk ke dalam mulutnya yang kecil.
Secara umum bintang laut dipandang sebagai biota yang bersifat karnivora dengan
berbagai hewan-hewan invertebrata merupakan sumber makanannya. Tetapi
berdasarkan penelitian yang dilakukan para pakar, ternyata bahwa sebagian dari
bintang laut tertentu dapat juga merupakan pemakan endapan (detritus feeder), dan
sebagian lagi cenderung bersifat omnivora.
Sebagai biota pemangsa atau karnivora, bintang laut tertentu bisa mempunyai
dampak merugikan terhadap biota lainnya. Bintang laut jenis Acanthaster planci atau
juga dikenal sebagai bintang laut mahkota dalam tingkatan kepadatan populasi
tertentu, dapat merusak keseimbangan ekosistem terumbu karang. Hal ini
disebabkan karena polip karang hidup merupakan makanan utama dari bintang laut
-
V.G. Siahaya - ETIKA DALAM MENGAMBIL BINTANG LAUT 2
tersebut. Banyak anggota suku Asteriidae yang hidup di perairan Eropa, dipandang
sebagai hama, karena biota tersebut mengkonsumsi berbagai jenis kerang niaga.
Linckia laevigata (Linckia blue sea star) dan Protoreaster nodosus (horned sea star / chocolate chip sea star) Sudut Pandang Etika Pemanfaatan Sumber Daya Alam Terhadap Pelestarian Lingkungan
Dalam memahami sumberdaya alam ada dua pandangan yang umumnya digunakan:
1. Perspektif Malthusian yang sering disebut juga pandangan pesimis. Dalam
pandangan ini, resiko akan terkurasnya sumberdaya alam menjadi perhatian
utama. Dengan demikian, dalam pandangan ini sumberdaya alam harus
dimanfaatkan secara hati-hati karena adanya faktor ketidakpastian terhadap
apa yang akan terjadi atas sumberdaya alam untuk generasi mendatang.
2. Pandangan eksploitatif. Dalam pandangan ini dikemukakan bahwa sumber-
daya alam dianggap sebagai mesin pertumbuhan yang mentransformasikan
sumberdaya alam yang pada gilirannya akan menghasilkan produktivitas
lebih tinggi di masa mendatang.
-
V.G. Siahaya - ETIKA DALAM MENGAMBIL BINTANG LAUT 3
Inti etika lingkungan hidup yang baru adalah sikap tanggung jawab terhadapnya.
Tanggung jawab itu memiliki dua acuan:
1. Keutuhan biosfer yang berarti campur tangan manusia dengan alam yang
memang harus berjalan terus selalu dijalankan dalam tanggung jawab
terhadap kelestarian semua proses kehidupan yang sedang berlangsung.
2. Generasi yang akan datang yang sudah disadari keberadaannya dan hak-
haknya sebagai tanggung jawab manusia.
Tuntutan suatu etika lingkungan hidup baru dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Memahami kesadaran diri untuk menghormati alam. Alam dilihat tidak
semata-mata sebagai sesuatu yang berguna bagi manusia, melainkan yang
mempunyai nilai sendiri. Kalau terpaksa manusia mencampuri proses-proses
alam, maka tidak seluruhnya dan dengan terus-menerus menjaga
keutuhannya.
2. Manusia harus memberikan suatu perasaan tanggung jawab khusus terhadap
lingkungan lokal. Karena dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan
bersih dengan tindakan perilaku baik walaupun dengan tindakan kecil seperti
tidak membuang sampah sembarangan.
3. Bertanggung jawab terhadap kelestarian biosfer untuk menjaga ekosistem di
bumi.
4. Etika lingkungan hidup baru menuntut larangan keras untuk merusak,
mengotori dan meracuni. Terhadap alam atau bagiannya manusia tidak
mengambil sikap yang merusak, mematikan, menghabiskan, mengotori,
menyia-nyiakan, melumpuhkan, ataupun membuang. Semboyan etika
lingkungan hidup baru adalah: Membangun, Tetapi Tidak Dengan Merusak.
Suatu rencana yang hanya dapat terlaksana dengan menimbulkan kerusakan
suatu ekosistem yang tidak terpulihkan, perlu diurungkan.
Dengan begitu sumber daya alam akan selalu terjaga dan generasigenerasi
mendatang masih dapat menikmati kekayaan sumber daya alam di bumi ini tanpa
ada kelangkaan energi.
-
V.G. Siahaya - ETIKA DALAM MENGAMBIL BINTANG LAUT 4
Penutup
Dari uraian di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan:
Melihat uraian diatas tentang bintang laut, serta sudut pandang etika pada
saat mengambilnya, di satu sisi dapat dilihat sebagai hal yang salah, tetapi
pada sisi yang lain dapat dinilai sebagai hal yang benar dan dapat dipahami.
Dengan melihat populasi bintang laut yang cukup tinggi dan tidak termasuk
ke dalam spesies yang langka untuk dilindungi, maka pengambilan dalam
jumlah yang tidak besar dan dengan alasan yang tepat dapatlah dikatakan
sebagai hal yang dibenarkan, karena tidak bersifat eksploitatif.
Spesies tertentu bisa saja diambil dari alam, karena dari perkembangan hasil
penelitian terakhir diketahui bersifat sebagai predator yang akan merugikan
spesies lainnya.
Pengambilan (koleksi) spesies apapun harus dilakukan berdasarkan pada
prinsip kelestarian lingkungan, sehingga tetap terjamin keberadaannya bagi
generasi berikutnya.