ETIKA BISNIS - Minggu 2
Transcript of ETIKA BISNIS - Minggu 2
MODEL DALAM BISNIS, SUMBER NILAI ETIKA & FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA
MANAJERIAL
CHAPTER 2DEVIN HANGGARA / 4EA01/ 12213267
MORAL BISNIS BERDASARKAN TINGKATANYAImmoral Manajemen (Tingkat 1)• Manajer yang memiliki
manajemen tipe ini pada umumnya sama sekali tidak
mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas,
baik dalam internal organisasinya maupun
bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para
pelaku bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya
memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas
untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik
secara individu atau kelompok mereka.
• Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk
prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan
mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan prinsip-prinsip
etika dalam kepemimpinannya.
Moral Manajemen (Tingkat 3)
Amoral Manajemen (Tingkat 2)• Manajer dengan tipe
manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika
atau moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama,
manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager) Kedua, tipe manajer yang sengaja
berbuat amoral.
IMMORAL MANAJEMENImmoral manajemen merupakan tingkatan
terendah dari model manajemen dalam menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada umumnya
sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik dalam internal
organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas bisnisnya. Para pelaku bisnis yang
tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan
dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam
menjalankan bisnisnya.
AMORAL MANAJEMENTingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah
amoral manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau
moralitas. Ada dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini
adalah para manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan
memberikan efek pada pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer tipe ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka
tidak bisa melihat bahwa keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau tidak. Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih
berorientasi hanya pada hukum yang berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam beraktivitas. Kedua, tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe ini terkadang
berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar dari
pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
MORAL MANAJEMENTingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen. Dalam moral manajemen,
nilai-nilai etika dan moralitas diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya.
Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis yang
dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat
untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi, sehingga
aktifitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajer yang bermoral
selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti, keadilan, kebenaran, dan aturan-aturan emas (golden rule)
sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang diambilnya.
SUMBER NILAI ETIKA
Agama• Agama adalah sumber dari
segala moral dalam etika apapun dengan
kebenarannya yang absolut. Tiada keraguan dan tidak boleh diragukan nilai-nilai etika yang bersumber dari agama. Agama berkorelasi kuat dengan moral. Setiap agama mengandung ajaran
moral atau etika yang di jadikan pegangan bagi para
penganutnya. Pada umumnya, kehidupan
beragama yang baik akan menghasilkan kehidupan
moral yang baik pula. Orang-orang dalam
organisasi bisnis secara luas harus menganut nilai
shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah.
• Referensi penting lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan etika bisnis adalah pengalaman dan perkembangan budaya, baik budaya dari suatu bangsa maupun budaya
yang bersumber dari berbagai negara (Cracken,
1986). Budaya yang mengalami transisi akan melahirkan nilai, aturan-
aturan dan standar-standar yang diterima oleh suatu komunitas tertentu dan selanjutnya diwujudkan
dalam perilaku seseorang, suatu kelompok atau suatu komunitas yang lebih besar.
HukumFilsafat• Sumber utama nilai-nilai
etika yang dapat dijadikan sebagai acuan dan
referensi dalam pengeJolaan dan
pengendalian perilaku pebisnis dengan aktifitas usaha bisnisnya adalah filsafat. Ajaran-ajaran
filsafat tersebut mengandung nilai-nilai
kebenaran yang bersumber dari pemikiran-
pemikiran filsuf dan ahli filsafat yang terus
berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.
Budaya• Hukum merupakan
aturan hidup yang bersifat memaksa dan si pelanggar
dapat diberi tindakan hukum yang tegas dan nyata. Hukum
moral dalam banyak hal lebih banyak
mewarnai lilai-nilai etika. Hukum moral
adalah tuntunan perilaku manusia
yang ditaati karena kesadaran yang
bersumber pada hati nurani dan bertujuan
untuk mencapai kebahagiaan.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU• LEADERSHIP
• STRATEGI DAN PERFORMASI
• KARAKTER INDIVIDU
• BUDAYA ORGANISASI
LEADERSHIPKepemimpinan (leadership) adalah kemampuan
seseorang (yaitu pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya). Kepemimpinan juga merupakan
suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan
meliputi segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu Kepemimpinan ada yang bersifat
resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula
kepemimpinan karena pengakuan dari masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. badan yang menyebabkan gerak
dari warga masyarakat.
STRATEGI DAN PERFORMASIFungsi yang penting dari sebuah manajemen
adalah untuk kreatif dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat perusahaannya
mencapai tujuan perusahaan terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika. Sebuah perusahaan yang
jelek akan memiliki kesulitan besar untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai
perusahaannya dengan standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut excellence harus bisa melaksanakan
seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang
jujur.
KARAKTER INDIVIDUPerjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak individu dalam
menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau dalam menjalankan
aktivitas bisnisnya.Semua kualitas individu nantinya akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor-faktor yang diperoleh dari luar dan kemudian menjadi prinsip yang dijalani
dalam kehidupannya dalam bentuk perilaku.
BUDAYA ORGANISASIBudaya organisasi adalah suatu kumpulan nilai-nilai, norma-norma, ritual dan pola tingkah laku
yang menjadi karakteristik suatu organisasi. Setiap budaya perusahaan akan memiliki dimensi etika
yang didorong tidak hanya oleh kebijakan-kebijakan formal perusahaan, tapi juga karena
kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang berkembang dalam organisasi perusahaan tersebut, sehingga
kemudian dipercayai sebagai suatu perilaku, yang bisa ditandai mana perilaku yang pantas dan mana
yang tidak pantas.Budaya-budaya perusahaan inilah yang membantu terbentuknya nilai dan moral ditempat kerja, juga
moral yang dipakai untuk melayani para stakeholdernya. Aturan-aturan dalam perusahaan
dapat dijadikan yang baik. Hal ini juga sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan.
SOURCES
http://namakughalib.blogspot.co.id/2015/10/model-etika-dalam-bisnis-sumber-nilai.htmlhttp://famelafitriascharlita.blogspot.co.id/2015/10/model-etika-dalam-bisnis-sumber-nilai.html
http://lilawatyy95.blogspot.co.id/2015/10/model-etika-dalam-bisnis-sumber-nilai.htmlhttps://sitinovianti.wordpress.com/2015/10/24/model-etika-dalam-bisnis-sumber-nilai-etika-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-etika-manajerial
/