Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

19

Click here to load reader

Transcript of Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

Page 1: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

IMPLEMENTASI KEMITRAAN AGRIBISNIS KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

Ernawati HD Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pola kemitraan agribisnis kelapa sawit dan menganalisis implementasi pola kemitraan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi. Dengan metoda analisis kualitatif deskriptif, output yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa rekomendasi tentang implementasi kemitraan agribisnis kelapa sawit guna mencapai suatu kemitraan ideal yang berkelanjutan secara holistik agar mampu meningkatkan nilai tambah kelapa sawit sekaligus meningkatkan daya saing dan kesejahteraan petani kelapa sawit.

Pola kemitraan telah berhasil menciptakan petani mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi petani plasma. Hubungan kemitraan antara perusahaan dan petani sebagai plasma sudah cukup baik walaupun masih ada sedikit penyimpangan yang dilakukan petani dan perusahaan, namun dalam hal ini, tidak telalu berpengaruh pada kinerja pola kemitraan itu sendiri. Keberhasilan sudah tercapai dan program pola kemitraan yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya. Ada keterlibatan Instansi terkait dalam melaksanakan pola kemitraan dengan meberikan pengarahan dan petunjuk dalam pembangunan pola kemitraan.

Pola kemitraan yang dikembangkan harus ditujukan untuk menciptakan kemandirian petani, ada rasa kepedulian, rasa kebersamaan, dan keberlanjutan hubungan kerjasama kemitraan secara menyeluruh, bukan secara parsial. Masing-masing pelaku kemitraan hendaknya dapat mengoptimalkan kinerja kemitraan, diawali dengan pendataan ulang setiap kegiatan usaha secara menyeluruh dan saling memberikan informasi kepada semua pihak yang bermitra, yaitu Perusahaan, Petani/Kelompok Tani/KUD, Pemerintah, Perbankan dan Lembaga Intermediasi lainnya.

Kata kunci : Kelapa Sawit, Kemitraan, Implementasi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan terpenting di Provinsi

Jambi, hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa komoditi ini dapat menyumbang

PDRB Provinsi Jambi rata-rata sebesar 12% setiap tahunnya. Oleh karena itu

pemerintah Provinsi Jambi mengandalkan komoditi ini untuk mensejahterakan

petani dan andalan pertumbuhan ekonomi wilayah. Perkebunan rakyat

1

Page 2: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

berkembang dalam kondisi dengan berbagai kelemahan namun mempunyai

peranan yang strategis sebagai sumber pendapatan petani dan penghasilan devisa.

Perkebunan rakyat mengalami keadaan yang sudah merupakan lingkaran

setan yaitu antara harga yang rendah, rendahnya mutu, rendahnya produksi,

menurunnya pendapatan, dan seterusnya. Untuk itu, kebijaksanaan pemerintah

dalam pembangunan perkebunan menempatkan perkebunan rakyat sebagai

sasaran utama dan perkebunan besar sebagai pendukung yang dikenal dengan

sistem kemitraan usaha.

Pola kemitraan di bidang perkebunan telah dilakukan sebelum memasuki

Pembangunan Jangka Panjang I. Pola kemitraan yang ada saat ini merupakan

kelanjutan, peningkatan, perluasan, penataan, dan pemantapan dari kerjasama

kemitraan sebelumnya. Menurut Soenarko (2009), secara garis besar, di Indonesia

terdapat tiga pola kemitraan, yaitu Pola PIR, Pola KKPA, dan Pola PRP atau biasa

disebut dengan Revitalisasi Kemitraan Mandiri yang baru-baru ini mulai

diterapkan oleh perusahaan perkebunan di Provinsi Jambi. Masing-masing pola

memiliki peranan dalam mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit dan

meningkatkan kesejahteraan petani di Provinsi Jambi.

Keberhasilan suatu pola kemitraan tergantung pada penerapannya.

Soenarko (2009) mengatakan, kunci kemitraan adalah suatu proses yang

memerlukan peningkatan intensitas hubungan inti dan plasma berdasarkan

kepercayaan satu dengan yang lainnya yang nyata dan terukur. Di dalam

kemitraan harus terdapat komitmen yang saling memuaskan kedua pihak dan

menumbuhkan saling ketergantungan. Tolak ukur keberhasilan kemitraan dapat

dilihat dari kinerja kebun produksi menunjukkan produktivitas kebun naik, harga

pokok produksi terkendali, kualitas TBS naik, stabilitas pasokan bahan baku

terjamin, adanya kelembagaan petani yang kuat, dan adanya kelancaran angsuran

kredit.

Perumusan Masalah

Seperti yang tersurat pada uraian di pendahuluan, masalah yang muncul

dan dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

2

Page 3: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

1. Bagaimana gambaran pola kemitraan agribisnis kelapa sawit di Provinsi

Jambi ?

2. Bagaimana implementasi pola kemitraan yang dilaksanakan oleh Perusahaan

Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi ?

TINJAUAN PUSTAKA

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau

lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan suatu

strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya

kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Kemitraan adalah suatu proses, yang dimulai dengan perencanaan,

kemudian rencana itu diimplementasikan dan selanjutnya dimonitor serta

dievaluasi terus menerus oleh pihak yang bermitra. Dengan demikian terjadi alur

tahapan pekerjaan yang jelas dan teratur sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

Karena kemitraan merupakan suatu proses maka keberhasilannya secara optimal

tentu tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Keberhasilannya

diukur dengan pencapaian nilai tambah yang didapat oleh pihak yang bermitra

baik dari segi material maupun non-material. Nilai tambah ini akan berkembang

terus sesuai dengan meningkatnya tuntutan untuk mengadaptasi berbagai

perubahan yang terjadi. Singkatnya, nilai tambah yang didapat merupakan fungsi

dari kebutuhan yang ingin dicapai.

Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang menurut John L.

Mariotti (1993) dalam Mohammad Jafar Hafsah (2000) dimulai dengan mengenal

calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahannya usahanya,

memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan

mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Proses ini harus benar-benar

dicermati sejak awal sehingga permasalahan yang timbul dapat diketahui baik

besarnya permasalahan maupun langkah-langkah yang perlu diambil. Di samping

itu perubahan peluang dan pangsa pasar yang timbul dapat segera diantisipasi

3

Page 4: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

sehingga target yang ingin dicapai tidak mengalami perubahan. Rangkaian urutan

proses pengembangan kemitraan merupakan suatu urutan tangga yang ditapaki

secara beraturan dan bertahap untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah “Win-Win

Solution Partnership”. Kesadaran dan saling menguntungkan di sini tidak berarti

para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan

kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar

yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan usaha terhadap

hubungan timbal balik bukan sebagai buruh - majikan atau atasan - bawahan

sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan yang proporsional, di sinilah

kekuatan dan karakter kemitraan usaha.

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan

kemitraan secara lebih konkrit adalah: a) meningkatkan pendapatan usaha kecil

dan masyarakat, b) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,

c) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, d)

meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah dan nasional, e)

memperluas kesempatan kerja, dan f) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

Kemitraan, adalah kerjasama yang sinergis antar dua (atau lebih) pihak

untuk melaksanakan sesuatu kegiatan (in action with). Dalam hubungan ini,

kerjasama tersebut merupakan pertukaran sosial yang saling memberi (social

rewards), bersifat timbal balik (dyadic), dan saling menerima (reinforcement).

Hubungan seperti ini, akan bertahan lama jika kedua pihak saling merasa

diuntungkan, tetapi akan segera putus jika salah satu pihak berpersepsi subyektif

(meskipun tidak selalu nyata) merasa dirugikan. Oleh sebab itu, kelestarian

kemitraan sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan pernikahan, harus dilandasi

oleh prinsip-prinsip: (a) saling membutuhkan, (b) saling ketergantungan, (c)

saling percaya, (d) saling menguntungkan, (e) saling mendukung, (f) saling

membangun, dan (g) saling melindungi (Totok Mardikanto, 2009).

Secara garis besar, di Indonesia terdapat tiga pola kemitraan, yaitu Pola

PIR, Pola KKPA, dan Pola PRP (Sunarko, 2009). Kemitraan Perusahaan Inti

4

Page 5: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

Rakyat (PIR) merupakan kemitraan perkebunan generasi pertama yang dimulai

pada tahun 1980-an. Program PIR merupakan pola pengembangan perkebunan

rakyat dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti dan sekaligus sebagai

pelaksana pengembangan kebun plasma. Pola ini awalnya dibangun Pustakaan

Prinsip kemitraan adalah saling terbuka dan percaya sehingga kedua pihak

saling menguntungkan dan membutuhkan. Dari rasa saling percaya dan saling

bergantung antara perusahaan dengan petani, maka terbentuk hubungan win win

solution berorientasi jangka panjang. Jika petani membutuhkan biaya

pemeliharaan, pihak perusahaan akan menyediakan dana. Kemudian timbal

baliknya, perusahaan memerlukan TBS untuk berproduksi dan petani plasma

memenuhi permintaan tersebut. Pabrik kelapa sawit (PKS) memerlukan TBS

dengan kondisi matang, bersih, dan segar. Karena itu, petani sebagai mitra harus

mencukupi kebutuhan minimal, maka perusahaan inti harus dapat membimbing

dan menyediakan SHU yang cukup dengan kinerja kebun dan PKS yang efisien,

produksi kebun yang tinggi, dan biaya produksi yang efisien.

Kemitraan dilakukan berdasarkan keinginan untuk maju dan berkembang.

Membangun kemitraan harus melalui proses membuat jaringan dan hubungan

dengan calon mitra. Cara perusahaan memulai kemitraan adalah dengan

silahturahmi dan berkenalan dengan petani masyarakat di sekitar kebun yang

dilakukan secara terus menerus. Akhirnya, terbentuk persahabatan antara

perusahaan dengan calon petani peserta plasma. Dari pertemanan dan

persahabatan tersebut, lambat laun akan tumbuh rasa kebersamaan, baik pola pikir

maupun pola tindak yang dapat menciptakan kepercayaan satu dengan yang

lainnya.

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi

kemitraan agribisnis kelapa sawit di Provinsi Jambi, sedangkan tujuan spesifik

penelitian ini adalah :

5

Page 6: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

1) Untuk memperoleh gambaran pola kemitraan agribisnis kelapa sawit di

Provinsi Jambi.

2) Untuk menganalisis implementasi pola kemitraan yang dilaksanakan oleh

Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi.

Manfaat Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini dapat dilihat dari beberapa segi sebagai

berikut:

1. Aspek guna laksana diharapkan dapat dijadikan dasar dalam penyusunan

kebijakan program pengembangan agribisnis kelapa sawit, khususnya yang

berpola kemitraan yang saling menguntungkan, serta memberikan dan

menciptakan informasi yang lebih baik untuk penelitian selanjutnya yang

menitikberatkan pada kemitraan agribinis kelapa sawit.

2. Segi informasi, dapat memberikan gambaran dan sumbangan pengetahuan

mengenai pola kemitraan agribisnis kelapa sawit.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jambi, yang dikonsentrasikan pada dua

kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat,

selama 5 bulan, mulai bulan Juli 2011 sampai dengan bulan November 2011.

Penelitian ini mengamati dan menganalisis implementasi kemitraan

agribisnis kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan dan

pengolahan kelapa sawit di Provinsi Jambi. Disain yang digunakan adalah disain

kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif survei. Untuk menemukan

jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan dan tujuan yang ingin dicapai

sebagaimana tersebut di atas, ditempuh dua pendekatan : Studi Pustaka dan Studi

Lapangan.

Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memberikan

gambaran umum tentang implementasi pola kemitraan yang dilaksanakan oleh

perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Provinsi Jambi, dengan

6

Page 7: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

mengidentifikasi dan penelusuran terhadap bentuk pola kemitraan yang diterapkan

oleh setiap perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola kemitraan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi adalah : PIR Khusus

II Sei Bahar sebanyak 3.000 KK petani dengan luas 6.000 Ha dan PIR

Transmigrasi 8.000 KK petani dengan luas 16.000 Ha. Pola kemitraan yang

dilaksanakan merupakan limpahan pengelolaan dari PTP III, IV, VI dan VIII

sebelum PTP Nusantara berdiri pada tahun 1996. Pengembangan kebun plasma

merupakan tugas, sesuai misi BUMN, yang pada waktu itu dalam struktural di

bawah Depertemen Pertanian.

Penilaian teknis dapat dilakukan setelah tanaman berumur 30 bulan dan

yang terlibat dalam penilaian teknis kebun plasma adalah :

PIR Khusus II Sei Bahar PIR TransmigrasiDirektorat Jenderal Perkubunan, Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten, Bank, Perusahaan, dan Petani

Direktorat Jenderal Perkubunan, Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten, Bank, Askrindo, Perusahaan, dan Petani

Mekanisme pemotongan cicilan petani : Petani melalui kelompok tani dan

KUD menyetor produksi ke perusahaan. Dari hasil penjualan produksinya setiap

petani dipotong untuk cicilan kredit sebesar 30% atau sebesar cicilan yang

tertuang dalam Surat Pengakuan Hutang (SPH). Perusahaan setelah menerima

daftar nama petani yang menjual produksi dari KUD, melakukan pembayaran

kepada KUD sebesar 70% atau sesuai daftar cicilan kewajiban petani, dan 30%

disetor ke Bank sebagai cicilan. Bank memberikan daftar sisa hutang dan realisasi

cicilan kepada petani melalui perusahaan untuk diteruskan kepada KUD secara

berkala, antara 3 bulan dan 6 bulan sekali.

KUD dalam Pola PIR diatur melalui Surat Keputusan Bersama Menteri

Transmigrasi, Koperasi dan Pertanian. Hak dan kewajiban antara perusahaan dan

KUD diatur didalamnya. Pada awal berdirinya KUD diikat melalui surat

7

Page 8: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

perjanjian kerjasama. Pembangunan pola PIR adalah pembangunan lintas sektoral

yang melibatkan pembina dari Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan Kabupaten.

Keberhasilan kemitraan belum tercapai sepenuhnya karena, adanya peraturan

SKB yang membatasi pembinaan petani di level kelompok tani oleh perusahaan.

Pola kemitraan yang dijalankan pada saat ini, belum sepenuhnya sesuai dengan

tujuan perusahaan sebelumnya.

Pembangunan kebun di PT. Agrowiyana terdiri dari 3 pola yaitu : Inti,

PIR dan KKPA. Kebun inti 100% HGU yang diberikan Pemerintah untuk

Perusahaan. Kebun PIR-Trans, lahan pemerintah yang dibangun oleh Perusahaan

untuk masyarakat transmigrasi. Kebun KKPA, lahan masyarakat yang dibangun

oleh Perusahaan untuk masyarakat pemilik lahan sendiri. Jumlah HGU yang ada

di PT. Agrowiyana sebanyak 6 HGU dengan total luasan 4.686 Ha dan digunakan

untuk infrastruktur 268,44 Ha, untuk tanaman kelapa sawit 4.142,73 Ha. Luas

tanaman kebun plasma KKPA 5.037,57 Ha. Luas tanaman kebun Plasma PIR

2.663,32.

Pola kemitraan akan meningkatkan produktivitas karena berisikan paket

intensifikasi yang ditransfer oleh perusahaan inti kepada petani plasma berupa

teknologi baru. Teknologi yang digunakan akan berpengaruh pada produksi yang

dihasilkan, biaya dikeluarkan serta tenaga kerja yang digunakan. Dalam pola

kemitraan juga terjadi inovasi dalam manajemen, kelembagaan, pengolahan dan

pemasaran. Semua paket intensifikasi dalam pola kemitraan bertujuan

meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan

pendapatan.

Pola kemitraan PIR dan KKPA telah lama diterapkan di perusahaan

perkebunan Provinsi Jambi. Pola PIR (Perusahaan Inti Rakyat) merupakan pola

pengembangan perkebunan rakyat dengan menggunakan perkebunan besar

sebagai inti dan sekaligus sebagai pelaksana pengembangan kebun plasma. Pola

kemitraan KKPA merupakan pola kemitraan perusahaan inti dan petani dalam

wadah koperasi untuk meningkatkan daya guna lahan petani peserta dalam usaha

untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para anggota melalui kredit

8

Page 9: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

jangka panjang dari bank. Pola KKPA memiliki tanggung jawab perusahaan inti

yang lebih besar, terutama yang berkaitan dengan pengembalian kredit

pembangunan kebun.

Pola kemitraan yang dicari saat ini adalah pola kemitraan yang dapat

meningkatkan produktivitas, membuat harga pokok produksi terkendali,

meningkatkan kualitas TBS, pasokan bahan baku TBS terjamin, memiliki

kelembagaan petani yang kuat dan dapat membantu petani dalam membayar

angsuran kredit. Pola kemitraan tersebut dapat dikatakan berhasil karena telah

menguntungkan kedua belah pihak antara perusahaan inti dan petani plasma.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perusahaan juga berperan dalam

meningkatkan produksinya. Perusahaan perkebunan PT. Agrowiyana pola PIR

TRANS selalu memberikan bantuan berupa pelatihan yang diberikan kepada

petani, perlindungan berupa pengawasan melalui mandor setiap harinya.

Sedangkan pada perusahaan perkebunan di PT. Kirana Sekernan memberikan

pelatihan tata cara pemakaian pupuk dari instansi terkait dan pengawasan

produksi dari mandor tiap kali panen.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pola PIR Khusus II dan PIR Trans (PTPN VI), dimana pola kerjasama

dengan KUD diatur oleh SK Menteri bersama oleh Mentan, Transmigrasi dan

Koperasi tahun 1994. Format perjanjian pola kemitraan antara Bank dan

Perusahaan dalam PIR Transmigrasi berupa MOU dan dalam PIR Khusus

tidak ada perjanjian karena baik Bank maupun perusahaan hanya

melaksanakan tugas yang telah diatur dalam SK menkeu atau Mentan. Pola

Inti, PIR Trans dan KKPA (PT. Agrowiyana), telah berhasil menciptakan

petani mandiri dengan pembentukan organisasi/koperasi petani sawit yang

dapat menyalurkan aspirasi petani plasma. Pola KKPA-Plasma I dan

Revitalisasi-Plasma II (PT. Kirana Sekernan), keberhasilan sudah tercapai

dan program pola kemitraan yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan

9

Page 10: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

perusahaan sebelumnya. Ada keterlibatan Instansi terkait dalam

melaksanakan pola kemitraan dengan meberikan pengarahan dan petunjuk

dalam pembangunan pola kemitraan.

2. Bentuk kemitraan seharusnya ada peraturan yang mendukung terjalinnya

kemitraan, komunikasi efektif dan berkesinambungan, menyadari kelebihan

dan kekurangan masing-masing mitra, mempunyai rencana jangka panjang

yang disepakati bersama untuk capaian masing-masing mitra, merasakan

manfaatnya melakukan kemitraan, sejajar kedudukannya, menyadari hak dan

kewajiban masing-masing mitra. Pola kemitraan yang dicari saat ini adalah

pola kemitraan yang dapat meningkatkan produktivitas, membuat harga

pokok produksi terkendali, meningkatkan kualitas TBS, pasokan bahan baku

TBS terjamin, memiliki kelembagaan petani yang kuat dan dapat membantu

petani dalam membayar angsuran kredit. Pola kemitraan yang

diimplementasikan oleh perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit

dapat dikatakan berhasil karena telah menguntungkan kedua belah pihak

antara perusahaan inti dan petani plasma.

Saran

1. Pola kemitraan yang dikembangkan harus ditujukan untuk menciptakan

kemandirian petani plasma dalam arti, ada rasa kepedulian (saling memiliki

usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit) dan rasa kebersamaan (selalu

saling berdiskusi untuk membuat, melaksanakan, dan mengevaluasi setiap

kegiatan agribisnis kelapa sawit), dan keberlanjutan hubungan kerjasama

kemitraan secara menyeluruh, bukan secara parsial.

2. Masing-masing pelaku kemitraan hendaknya dapat mengoptimalkan kinerja

kemitraan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, diawali dengan

pendataan ulang setiap kegiatan usaha secara menyeluruh dan saling

memberikan informasi kepada semua pihak yang bermitra, yaitu Perusahaan,

Petani/Kelompok Tani/KUD, Pemerintah, Perbankan dan Lembaga

Intermediasi lainnya.

10

Page 11: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Mangga Barani, 2007. Pembangunan Perkebunan Masa Depan. Orasi Ilmiah yang disampaikan pada Rapat Senat Luar Biasa dalam rangka Dies Natalis VII dan Wisuda Sarjana Universitas Islam Makassar.

Burn, A.A., 1962. Partnership, Encyclopedia of Social Sciences. MCMLXII. E.R.A A.Sclingmen and A. Jhonston (eds.), New York, The Macmillan.

Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2008. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi.

Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit. Jakarta.

http://ditjenbun.deptan.go.id. Sekilas Perkelapasawitan Indonesia. Written by Administrator Wednesday, 16 July 2008. Download : Rabu, 17 Maret 2010.

Iyung Pahan, 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit – Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian.

Mariotti, John L., 1996. The Power of Partnerships. Blackwell Publisher, Masssachussets, USA.

Mahsun, M., 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE, Yogyakarta.

McEachern, 1988. Economics: A Contemporary Introduction. Cincinnati, Ohio, South Western Publishing, Co.

Memed Gunawan, 2003. Agribisnis sebagai Dasar Pengembangan Ekonomi Nasional Sekarang dan Mendatang. Materi Kuliah Perdana Program Magister Agribisnis Universitas Padjadjaran, Bandung.

Miller, D.C., 1983. Handbook of research Design and Social Measurement. Longman, New York & London.

Mohammad Jafar Hafsah. 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Muhammad Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. PT. Bumi Aksara, Jl. Sawo Raya No. 18, Jakarta.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2006.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 November 1997.

Rante Tondok, A., 1997. Peranan Perkebunan Besar Sebagai Mitra Perkebunan Rakyat. Majalah media Perkebunan, Nomor 15 April 1997.

11

Page 12: Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit

Saptawan, A., 2000. Model Pembangunan Lembaga Petugas Lapangan Pembangunan yang Efektif dalam Rangka Pembangunan Pedesaan. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.

Schonberger J., Edward M. Knod, Jr. 1991. Operations Management; Improving Customer Service. 4th ed. Richard D. Irwin Inc., Boston, USA.

Sukamto. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Depok.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Penerbit PT. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Suryana, 2008. Statistika Terapan : Teori dan Aplikasi Statistik. Mengukur Distribusi Pendapatan. http://statistikaterapan.wordpress.com. 10 September 2008.

Syafri Mangkuprawira, 2007. Kinerja: Apa Itu? http://ronawajah.wordpress.com/ 2007.

Ta´dung, M., 1997. Mengembangkan dan Memantapkan Kemitraan Agribisnis Subsektor Perkebunan. Majalah Perkebunan, Nomor 17, Agustus 1997.

Tambunan, T. T.H. 2009. Perekonomian Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia, Jl. Rancamaya Km 1 No. 47 Bojongkerta, Ciawi – Bogor.

Undang Fadjar. 2006. Kemitraan Usaha Perkebunan: Perubahan Struktur yang Belum Lengkap. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 24 No. 1, Juli 2006: 46 - 60.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2004.

Wayan, R. Susila. 2009. Peluang Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia: Perspektif Jangka Panjang 2025, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Bogor, Indonesia.

Wirawan, S. 2003. Konsep Kemitraan. Disajikan pada Pertemuan Pemantapan Jejaring Kemitraan dalam Menunjang Intensifikasi PPM – PL Tahun 2003. Cibogo – Jawa Barat, 29 Oktober s.d. 1 November 2003.

Yusuf Wibisono, 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Diterbitkan oleh Fascho Publishing, Jl. Ketumbar NO. 2A Gresik, 61118.

12