Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit
Click here to load reader
-
Upload
aira-bossgenk -
Category
Documents
-
view
31 -
download
5
Transcript of Ernawati Hd Implementasi Kemitraan Agribisnis Kelapa Sawit
IMPLEMENTASI KEMITRAAN AGRIBISNIS KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI
Ernawati HD Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pola kemitraan agribisnis kelapa sawit dan menganalisis implementasi pola kemitraan yang dilaksanakan oleh Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi. Dengan metoda analisis kualitatif deskriptif, output yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa rekomendasi tentang implementasi kemitraan agribisnis kelapa sawit guna mencapai suatu kemitraan ideal yang berkelanjutan secara holistik agar mampu meningkatkan nilai tambah kelapa sawit sekaligus meningkatkan daya saing dan kesejahteraan petani kelapa sawit.
Pola kemitraan telah berhasil menciptakan petani mandiri yang dapat menyalurkan aspirasi petani plasma. Hubungan kemitraan antara perusahaan dan petani sebagai plasma sudah cukup baik walaupun masih ada sedikit penyimpangan yang dilakukan petani dan perusahaan, namun dalam hal ini, tidak telalu berpengaruh pada kinerja pola kemitraan itu sendiri. Keberhasilan sudah tercapai dan program pola kemitraan yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan perusahaan sebelumnya. Ada keterlibatan Instansi terkait dalam melaksanakan pola kemitraan dengan meberikan pengarahan dan petunjuk dalam pembangunan pola kemitraan.
Pola kemitraan yang dikembangkan harus ditujukan untuk menciptakan kemandirian petani, ada rasa kepedulian, rasa kebersamaan, dan keberlanjutan hubungan kerjasama kemitraan secara menyeluruh, bukan secara parsial. Masing-masing pelaku kemitraan hendaknya dapat mengoptimalkan kinerja kemitraan, diawali dengan pendataan ulang setiap kegiatan usaha secara menyeluruh dan saling memberikan informasi kepada semua pihak yang bermitra, yaitu Perusahaan, Petani/Kelompok Tani/KUD, Pemerintah, Perbankan dan Lembaga Intermediasi lainnya.
Kata kunci : Kelapa Sawit, Kemitraan, Implementasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan terpenting di Provinsi
Jambi, hal ini ditunjukkan dengan fakta bahwa komoditi ini dapat menyumbang
PDRB Provinsi Jambi rata-rata sebesar 12% setiap tahunnya. Oleh karena itu
pemerintah Provinsi Jambi mengandalkan komoditi ini untuk mensejahterakan
petani dan andalan pertumbuhan ekonomi wilayah. Perkebunan rakyat
1
berkembang dalam kondisi dengan berbagai kelemahan namun mempunyai
peranan yang strategis sebagai sumber pendapatan petani dan penghasilan devisa.
Perkebunan rakyat mengalami keadaan yang sudah merupakan lingkaran
setan yaitu antara harga yang rendah, rendahnya mutu, rendahnya produksi,
menurunnya pendapatan, dan seterusnya. Untuk itu, kebijaksanaan pemerintah
dalam pembangunan perkebunan menempatkan perkebunan rakyat sebagai
sasaran utama dan perkebunan besar sebagai pendukung yang dikenal dengan
sistem kemitraan usaha.
Pola kemitraan di bidang perkebunan telah dilakukan sebelum memasuki
Pembangunan Jangka Panjang I. Pola kemitraan yang ada saat ini merupakan
kelanjutan, peningkatan, perluasan, penataan, dan pemantapan dari kerjasama
kemitraan sebelumnya. Menurut Soenarko (2009), secara garis besar, di Indonesia
terdapat tiga pola kemitraan, yaitu Pola PIR, Pola KKPA, dan Pola PRP atau biasa
disebut dengan Revitalisasi Kemitraan Mandiri yang baru-baru ini mulai
diterapkan oleh perusahaan perkebunan di Provinsi Jambi. Masing-masing pola
memiliki peranan dalam mengembangkan usaha perkebunan kelapa sawit dan
meningkatkan kesejahteraan petani di Provinsi Jambi.
Keberhasilan suatu pola kemitraan tergantung pada penerapannya.
Soenarko (2009) mengatakan, kunci kemitraan adalah suatu proses yang
memerlukan peningkatan intensitas hubungan inti dan plasma berdasarkan
kepercayaan satu dengan yang lainnya yang nyata dan terukur. Di dalam
kemitraan harus terdapat komitmen yang saling memuaskan kedua pihak dan
menumbuhkan saling ketergantungan. Tolak ukur keberhasilan kemitraan dapat
dilihat dari kinerja kebun produksi menunjukkan produktivitas kebun naik, harga
pokok produksi terkendali, kualitas TBS naik, stabilitas pasokan bahan baku
terjamin, adanya kelembagaan petani yang kuat, dan adanya kelancaran angsuran
kredit.
Perumusan Masalah
Seperti yang tersurat pada uraian di pendahuluan, masalah yang muncul
dan dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
2
1. Bagaimana gambaran pola kemitraan agribisnis kelapa sawit di Provinsi
Jambi ?
2. Bagaimana implementasi pola kemitraan yang dilaksanakan oleh Perusahaan
Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi ?
TINJAUAN PUSTAKA
Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan suatu
strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya
kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.
Kemitraan adalah suatu proses, yang dimulai dengan perencanaan,
kemudian rencana itu diimplementasikan dan selanjutnya dimonitor serta
dievaluasi terus menerus oleh pihak yang bermitra. Dengan demikian terjadi alur
tahapan pekerjaan yang jelas dan teratur sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.
Karena kemitraan merupakan suatu proses maka keberhasilannya secara optimal
tentu tidak selalu dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Keberhasilannya
diukur dengan pencapaian nilai tambah yang didapat oleh pihak yang bermitra
baik dari segi material maupun non-material. Nilai tambah ini akan berkembang
terus sesuai dengan meningkatnya tuntutan untuk mengadaptasi berbagai
perubahan yang terjadi. Singkatnya, nilai tambah yang didapat merupakan fungsi
dari kebutuhan yang ingin dicapai.
Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang menurut John L.
Mariotti (1993) dalam Mohammad Jafar Hafsah (2000) dimulai dengan mengenal
calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahannya usahanya,
memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan
mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Proses ini harus benar-benar
dicermati sejak awal sehingga permasalahan yang timbul dapat diketahui baik
besarnya permasalahan maupun langkah-langkah yang perlu diambil. Di samping
itu perubahan peluang dan pangsa pasar yang timbul dapat segera diantisipasi
3
sehingga target yang ingin dicapai tidak mengalami perubahan. Rangkaian urutan
proses pengembangan kemitraan merupakan suatu urutan tangga yang ditapaki
secara beraturan dan bertahap untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah “Win-Win
Solution Partnership”. Kesadaran dan saling menguntungkan di sini tidak berarti
para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan
kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar
yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan usaha terhadap
hubungan timbal balik bukan sebagai buruh - majikan atau atasan - bawahan
sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan yang proporsional, di sinilah
kekuatan dan karakter kemitraan usaha.
Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
kemitraan secara lebih konkrit adalah: a) meningkatkan pendapatan usaha kecil
dan masyarakat, b) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan,
c) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, d)
meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah dan nasional, e)
memperluas kesempatan kerja, dan f) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Kemitraan, adalah kerjasama yang sinergis antar dua (atau lebih) pihak
untuk melaksanakan sesuatu kegiatan (in action with). Dalam hubungan ini,
kerjasama tersebut merupakan pertukaran sosial yang saling memberi (social
rewards), bersifat timbal balik (dyadic), dan saling menerima (reinforcement).
Hubungan seperti ini, akan bertahan lama jika kedua pihak saling merasa
diuntungkan, tetapi akan segera putus jika salah satu pihak berpersepsi subyektif
(meskipun tidak selalu nyata) merasa dirugikan. Oleh sebab itu, kelestarian
kemitraan sebagaimana yang terjadi dalam kehidupan pernikahan, harus dilandasi
oleh prinsip-prinsip: (a) saling membutuhkan, (b) saling ketergantungan, (c)
saling percaya, (d) saling menguntungkan, (e) saling mendukung, (f) saling
membangun, dan (g) saling melindungi (Totok Mardikanto, 2009).
Secara garis besar, di Indonesia terdapat tiga pola kemitraan, yaitu Pola
PIR, Pola KKPA, dan Pola PRP (Sunarko, 2009). Kemitraan Perusahaan Inti
4
Rakyat (PIR) merupakan kemitraan perkebunan generasi pertama yang dimulai
pada tahun 1980-an. Program PIR merupakan pola pengembangan perkebunan
rakyat dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti dan sekaligus sebagai
pelaksana pengembangan kebun plasma. Pola ini awalnya dibangun Pustakaan
Prinsip kemitraan adalah saling terbuka dan percaya sehingga kedua pihak
saling menguntungkan dan membutuhkan. Dari rasa saling percaya dan saling
bergantung antara perusahaan dengan petani, maka terbentuk hubungan win win
solution berorientasi jangka panjang. Jika petani membutuhkan biaya
pemeliharaan, pihak perusahaan akan menyediakan dana. Kemudian timbal
baliknya, perusahaan memerlukan TBS untuk berproduksi dan petani plasma
memenuhi permintaan tersebut. Pabrik kelapa sawit (PKS) memerlukan TBS
dengan kondisi matang, bersih, dan segar. Karena itu, petani sebagai mitra harus
mencukupi kebutuhan minimal, maka perusahaan inti harus dapat membimbing
dan menyediakan SHU yang cukup dengan kinerja kebun dan PKS yang efisien,
produksi kebun yang tinggi, dan biaya produksi yang efisien.
Kemitraan dilakukan berdasarkan keinginan untuk maju dan berkembang.
Membangun kemitraan harus melalui proses membuat jaringan dan hubungan
dengan calon mitra. Cara perusahaan memulai kemitraan adalah dengan
silahturahmi dan berkenalan dengan petani masyarakat di sekitar kebun yang
dilakukan secara terus menerus. Akhirnya, terbentuk persahabatan antara
perusahaan dengan calon petani peserta plasma. Dari pertemanan dan
persahabatan tersebut, lambat laun akan tumbuh rasa kebersamaan, baik pola pikir
maupun pola tindak yang dapat menciptakan kepercayaan satu dengan yang
lainnya.
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi
kemitraan agribisnis kelapa sawit di Provinsi Jambi, sedangkan tujuan spesifik
penelitian ini adalah :
5
1) Untuk memperoleh gambaran pola kemitraan agribisnis kelapa sawit di
Provinsi Jambi.
2) Untuk menganalisis implementasi pola kemitraan yang dilaksanakan oleh
Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi.
Manfaat Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini dapat dilihat dari beberapa segi sebagai
berikut:
1. Aspek guna laksana diharapkan dapat dijadikan dasar dalam penyusunan
kebijakan program pengembangan agribisnis kelapa sawit, khususnya yang
berpola kemitraan yang saling menguntungkan, serta memberikan dan
menciptakan informasi yang lebih baik untuk penelitian selanjutnya yang
menitikberatkan pada kemitraan agribinis kelapa sawit.
2. Segi informasi, dapat memberikan gambaran dan sumbangan pengetahuan
mengenai pola kemitraan agribisnis kelapa sawit.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jambi, yang dikonsentrasikan pada dua
kabupaten yaitu Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
selama 5 bulan, mulai bulan Juli 2011 sampai dengan bulan November 2011.
Penelitian ini mengamati dan menganalisis implementasi kemitraan
agribisnis kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit di Provinsi Jambi. Disain yang digunakan adalah disain
kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif survei. Untuk menemukan
jawaban terhadap permasalahan yang dirumuskan dan tujuan yang ingin dicapai
sebagaimana tersebut di atas, ditempuh dua pendekatan : Studi Pustaka dan Studi
Lapangan.
Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk memberikan
gambaran umum tentang implementasi pola kemitraan yang dilaksanakan oleh
perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Provinsi Jambi, dengan
6
mengidentifikasi dan penelusuran terhadap bentuk pola kemitraan yang diterapkan
oleh setiap perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola kemitraan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi adalah : PIR Khusus
II Sei Bahar sebanyak 3.000 KK petani dengan luas 6.000 Ha dan PIR
Transmigrasi 8.000 KK petani dengan luas 16.000 Ha. Pola kemitraan yang
dilaksanakan merupakan limpahan pengelolaan dari PTP III, IV, VI dan VIII
sebelum PTP Nusantara berdiri pada tahun 1996. Pengembangan kebun plasma
merupakan tugas, sesuai misi BUMN, yang pada waktu itu dalam struktural di
bawah Depertemen Pertanian.
Penilaian teknis dapat dilakukan setelah tanaman berumur 30 bulan dan
yang terlibat dalam penilaian teknis kebun plasma adalah :
PIR Khusus II Sei Bahar PIR TransmigrasiDirektorat Jenderal Perkubunan, Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten, Bank, Perusahaan, dan Petani
Direktorat Jenderal Perkubunan, Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten, Bank, Askrindo, Perusahaan, dan Petani
Mekanisme pemotongan cicilan petani : Petani melalui kelompok tani dan
KUD menyetor produksi ke perusahaan. Dari hasil penjualan produksinya setiap
petani dipotong untuk cicilan kredit sebesar 30% atau sebesar cicilan yang
tertuang dalam Surat Pengakuan Hutang (SPH). Perusahaan setelah menerima
daftar nama petani yang menjual produksi dari KUD, melakukan pembayaran
kepada KUD sebesar 70% atau sesuai daftar cicilan kewajiban petani, dan 30%
disetor ke Bank sebagai cicilan. Bank memberikan daftar sisa hutang dan realisasi
cicilan kepada petani melalui perusahaan untuk diteruskan kepada KUD secara
berkala, antara 3 bulan dan 6 bulan sekali.
KUD dalam Pola PIR diatur melalui Surat Keputusan Bersama Menteri
Transmigrasi, Koperasi dan Pertanian. Hak dan kewajiban antara perusahaan dan
KUD diatur didalamnya. Pada awal berdirinya KUD diikat melalui surat
7
perjanjian kerjasama. Pembangunan pola PIR adalah pembangunan lintas sektoral
yang melibatkan pembina dari Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan Kabupaten.
Keberhasilan kemitraan belum tercapai sepenuhnya karena, adanya peraturan
SKB yang membatasi pembinaan petani di level kelompok tani oleh perusahaan.
Pola kemitraan yang dijalankan pada saat ini, belum sepenuhnya sesuai dengan
tujuan perusahaan sebelumnya.
Pembangunan kebun di PT. Agrowiyana terdiri dari 3 pola yaitu : Inti,
PIR dan KKPA. Kebun inti 100% HGU yang diberikan Pemerintah untuk
Perusahaan. Kebun PIR-Trans, lahan pemerintah yang dibangun oleh Perusahaan
untuk masyarakat transmigrasi. Kebun KKPA, lahan masyarakat yang dibangun
oleh Perusahaan untuk masyarakat pemilik lahan sendiri. Jumlah HGU yang ada
di PT. Agrowiyana sebanyak 6 HGU dengan total luasan 4.686 Ha dan digunakan
untuk infrastruktur 268,44 Ha, untuk tanaman kelapa sawit 4.142,73 Ha. Luas
tanaman kebun plasma KKPA 5.037,57 Ha. Luas tanaman kebun Plasma PIR
2.663,32.
Pola kemitraan akan meningkatkan produktivitas karena berisikan paket
intensifikasi yang ditransfer oleh perusahaan inti kepada petani plasma berupa
teknologi baru. Teknologi yang digunakan akan berpengaruh pada produksi yang
dihasilkan, biaya dikeluarkan serta tenaga kerja yang digunakan. Dalam pola
kemitraan juga terjadi inovasi dalam manajemen, kelembagaan, pengolahan dan
pemasaran. Semua paket intensifikasi dalam pola kemitraan bertujuan
meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan
pendapatan.
Pola kemitraan PIR dan KKPA telah lama diterapkan di perusahaan
perkebunan Provinsi Jambi. Pola PIR (Perusahaan Inti Rakyat) merupakan pola
pengembangan perkebunan rakyat dengan menggunakan perkebunan besar
sebagai inti dan sekaligus sebagai pelaksana pengembangan kebun plasma. Pola
kemitraan KKPA merupakan pola kemitraan perusahaan inti dan petani dalam
wadah koperasi untuk meningkatkan daya guna lahan petani peserta dalam usaha
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para anggota melalui kredit
8
jangka panjang dari bank. Pola KKPA memiliki tanggung jawab perusahaan inti
yang lebih besar, terutama yang berkaitan dengan pengembalian kredit
pembangunan kebun.
Pola kemitraan yang dicari saat ini adalah pola kemitraan yang dapat
meningkatkan produktivitas, membuat harga pokok produksi terkendali,
meningkatkan kualitas TBS, pasokan bahan baku TBS terjamin, memiliki
kelembagaan petani yang kuat dan dapat membantu petani dalam membayar
angsuran kredit. Pola kemitraan tersebut dapat dikatakan berhasil karena telah
menguntungkan kedua belah pihak antara perusahaan inti dan petani plasma.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perusahaan juga berperan dalam
meningkatkan produksinya. Perusahaan perkebunan PT. Agrowiyana pola PIR
TRANS selalu memberikan bantuan berupa pelatihan yang diberikan kepada
petani, perlindungan berupa pengawasan melalui mandor setiap harinya.
Sedangkan pada perusahaan perkebunan di PT. Kirana Sekernan memberikan
pelatihan tata cara pemakaian pupuk dari instansi terkait dan pengawasan
produksi dari mandor tiap kali panen.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pola PIR Khusus II dan PIR Trans (PTPN VI), dimana pola kerjasama
dengan KUD diatur oleh SK Menteri bersama oleh Mentan, Transmigrasi dan
Koperasi tahun 1994. Format perjanjian pola kemitraan antara Bank dan
Perusahaan dalam PIR Transmigrasi berupa MOU dan dalam PIR Khusus
tidak ada perjanjian karena baik Bank maupun perusahaan hanya
melaksanakan tugas yang telah diatur dalam SK menkeu atau Mentan. Pola
Inti, PIR Trans dan KKPA (PT. Agrowiyana), telah berhasil menciptakan
petani mandiri dengan pembentukan organisasi/koperasi petani sawit yang
dapat menyalurkan aspirasi petani plasma. Pola KKPA-Plasma I dan
Revitalisasi-Plasma II (PT. Kirana Sekernan), keberhasilan sudah tercapai
dan program pola kemitraan yang dijalankan telah sesuai dengan tujuan
9
perusahaan sebelumnya. Ada keterlibatan Instansi terkait dalam
melaksanakan pola kemitraan dengan meberikan pengarahan dan petunjuk
dalam pembangunan pola kemitraan.
2. Bentuk kemitraan seharusnya ada peraturan yang mendukung terjalinnya
kemitraan, komunikasi efektif dan berkesinambungan, menyadari kelebihan
dan kekurangan masing-masing mitra, mempunyai rencana jangka panjang
yang disepakati bersama untuk capaian masing-masing mitra, merasakan
manfaatnya melakukan kemitraan, sejajar kedudukannya, menyadari hak dan
kewajiban masing-masing mitra. Pola kemitraan yang dicari saat ini adalah
pola kemitraan yang dapat meningkatkan produktivitas, membuat harga
pokok produksi terkendali, meningkatkan kualitas TBS, pasokan bahan baku
TBS terjamin, memiliki kelembagaan petani yang kuat dan dapat membantu
petani dalam membayar angsuran kredit. Pola kemitraan yang
diimplementasikan oleh perusahaan perkebunan dan pengolahan kelapa sawit
dapat dikatakan berhasil karena telah menguntungkan kedua belah pihak
antara perusahaan inti dan petani plasma.
Saran
1. Pola kemitraan yang dikembangkan harus ditujukan untuk menciptakan
kemandirian petani plasma dalam arti, ada rasa kepedulian (saling memiliki
usaha perkebunan dan pengolahan kelapa sawit) dan rasa kebersamaan (selalu
saling berdiskusi untuk membuat, melaksanakan, dan mengevaluasi setiap
kegiatan agribisnis kelapa sawit), dan keberlanjutan hubungan kerjasama
kemitraan secara menyeluruh, bukan secara parsial.
2. Masing-masing pelaku kemitraan hendaknya dapat mengoptimalkan kinerja
kemitraan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, diawali dengan
pendataan ulang setiap kegiatan usaha secara menyeluruh dan saling
memberikan informasi kepada semua pihak yang bermitra, yaitu Perusahaan,
Petani/Kelompok Tani/KUD, Pemerintah, Perbankan dan Lembaga
Intermediasi lainnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Mangga Barani, 2007. Pembangunan Perkebunan Masa Depan. Orasi Ilmiah yang disampaikan pada Rapat Senat Luar Biasa dalam rangka Dies Natalis VII dan Wisuda Sarjana Universitas Islam Makassar.
Burn, A.A., 1962. Partnership, Encyclopedia of Social Sciences. MCMLXII. E.R.A A.Sclingmen and A. Jhonston (eds.), New York, The Macmillan.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2008. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi.
Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia, Kelapa Sawit. Jakarta.
http://ditjenbun.deptan.go.id. Sekilas Perkelapasawitan Indonesia. Written by Administrator Wednesday, 16 July 2008. Download : Rabu, 17 Maret 2010.
Iyung Pahan, 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit – Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian.
Mariotti, John L., 1996. The Power of Partnerships. Blackwell Publisher, Masssachussets, USA.
Mahsun, M., 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE, Yogyakarta.
McEachern, 1988. Economics: A Contemporary Introduction. Cincinnati, Ohio, South Western Publishing, Co.
Memed Gunawan, 2003. Agribisnis sebagai Dasar Pengembangan Ekonomi Nasional Sekarang dan Mendatang. Materi Kuliah Perdana Program Magister Agribisnis Universitas Padjadjaran, Bandung.
Miller, D.C., 1983. Handbook of research Design and Social Measurement. Longman, New York & London.
Mohammad Jafar Hafsah. 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Muhammad Firdaus. 2008. Manajemen Agribisnis. PT. Bumi Aksara, Jl. Sawo Raya No. 18, Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 33/Permentan/OT.140/7/2006 tentang Pengembangan Perkebunan Melalui Program Revitalisasi Perkebunan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 26 Juli 2006.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 November 1997.
Rante Tondok, A., 1997. Peranan Perkebunan Besar Sebagai Mitra Perkebunan Rakyat. Majalah media Perkebunan, Nomor 15 April 1997.
11
Saptawan, A., 2000. Model Pembangunan Lembaga Petugas Lapangan Pembangunan yang Efektif dalam Rangka Pembangunan Pedesaan. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.
Schonberger J., Edward M. Knod, Jr. 1991. Operations Management; Improving Customer Service. 4th ed. Richard D. Irwin Inc., Boston, USA.
Sukamto. 2008. 58 Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Depok.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Penerbit PT. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Suryana, 2008. Statistika Terapan : Teori dan Aplikasi Statistik. Mengukur Distribusi Pendapatan. http://statistikaterapan.wordpress.com. 10 September 2008.
Syafri Mangkuprawira, 2007. Kinerja: Apa Itu? http://ronawajah.wordpress.com/ 2007.
Ta´dung, M., 1997. Mengembangkan dan Memantapkan Kemitraan Agribisnis Subsektor Perkebunan. Majalah Perkebunan, Nomor 17, Agustus 1997.
Tambunan, T. T.H. 2009. Perekonomian Indonesia. Penerbit Ghalia Indonesia, Jl. Rancamaya Km 1 No. 47 Bojongkerta, Ciawi – Bogor.
Undang Fadjar. 2006. Kemitraan Usaha Perkebunan: Perubahan Struktur yang Belum Lengkap. Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 24 No. 1, Juli 2006: 46 - 60.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 2004.
Wayan, R. Susila. 2009. Peluang Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia: Perspektif Jangka Panjang 2025, Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Bogor, Indonesia.
Wirawan, S. 2003. Konsep Kemitraan. Disajikan pada Pertemuan Pemantapan Jejaring Kemitraan dalam Menunjang Intensifikasi PPM – PL Tahun 2003. Cibogo – Jawa Barat, 29 Oktober s.d. 1 November 2003.
Yusuf Wibisono, 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Diterbitkan oleh Fascho Publishing, Jl. Ketumbar NO. 2A Gresik, 61118.
12