EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04....
-
Upload
nguyenhuong -
Category
Documents
-
view
218 -
download
1
Transcript of EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA …psdg.geologi.esdm.go.id/kolokium/2015_2/min/04....
EKSPLORASI UMUM EMAS DAN MINERAL IKUTANNYA DI KECAMATAN BOYAN
TANJUNG KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Kisman dan Bambang Pardiarto
Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Kegiatan eksplorasi umum emas dan mineral ikutannya dilakukan di daerah Desa
Jemah dan sekitarnya, Kecamatan Boyan Tanjung, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat. Kegiatan lapangan dilakukan April 2015 meliputi pengambilan data
lapangan berupa pemercontoan geokimia tanah, batuan, sedimen sungai aktif dan konsentrat
dulang. Analisis laboratorium meliputi petrografi, mineragrafi, mineral butir dan geokimia
dengan metoda AAS.
Bentang alam daerah penyelidikan terdiri atas morfologi perbukitan terjal dan morfologi
perbukitan bergelombang. Litologi terdiri atas empat satuan batuan yaitu Satuan Batupasir
Grewake, Satuan Batulempung-Serpih dan Satuan Batupasir Arkose yang diperkirakan
merupakan bagian dari Kelompok Selangkai berumur Kapur. Kemudian secara tidak selaras
diatas ketiga satuan tersebut di endapkan Satuan Tufa-Tufa Breksi yang diperkirakan
merupakan bagian dari batuan Gunung Api Piyabung berumur Eosen. Keempat satuan
batuan tersebut diterobos oleh retas mikrodiorit/andesit yang diperkirakan merupakan bagian
dari Intrusi Sintang berumur Miosen Bawah. Struktur geologi yang ditemukan di daerah
umumnya berupa kekar, sesar dan perlipatan. Sesar normal dan geser mempunyai arah
umum baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya.
Mineralisasi yang penting di daerah penyelidikan terdiri atas zona mineralisasi Sungai
Bangik dan Sungai Keliat. Zona mineralisasi Sungai Bangik berhubungan dengan kegiatan
hidrotermal akibat adanya intrusi mikrodiorit/andesit berupa retas yang menerobos batuan
tufa-tufa breksi dan metabatupasir. Mineralisasi berupa urat polimetalik dicirikan oleh hadirnya
mineral pirit, arsenopirit, kalkopirit, dan magnetit yang mengisi rekahan maupun dalam bentuk
impregnation pada batuan tufa–tufa breksi dan metabatupasir yang tersilifikasi. Indikasi
cebakan skarn ditemukan dengan adanya garnet dan korundum dalam konsentrat dulang.
Sedangkan pada zona mineralisasi Sungai Keliyat diduga berupa tipe urat yang dicirikan oleh
hadirnya mineral pirit/arsenopirit yang mengisi rekahan pada metabatupasir tersilisifikasi.
Kehadiran kuarsa dan piroksen/amphibol yang dominan dalam kosentrat dulang menunjukkan
indikasi mineralisasi diperkirakan berhubungan erat dengan adanya proses tekanan yang
sangat tinggi yang kemungkinan dikontrol oleh struktur sesar. Dari hasil pendulangan teramati
beberapa butir emas berukuran VFC - MC .
Kegiatan eksplorasi rinci diperlukan di daerah hulu Sungai Bangik dan hulu Sungai
Keliyat terutama Sungai Biu untuk menemukan singkapan urat kuasa sebagai tempat
kedudukan cebakan emas primer yang berasosiasi dengan logam dasar.
PENDAHULUAN
Evaluasi data sekunder menun-
jukkan emas terdapat di Kecamatan Bunut
Hulu, Hulu Gurung, Manday, Selimbau,
Putussibau dan Silat Hilir. Berdasarkan
hasil penyelidikan yang dilakukan oleh
Zeijlmans van Emmichoven (1939),
kemungkinan adanya emas primer
terdapat antara Boyan-Sebilit dan
Mentebah. Sedangkan indikasi air raksa
(sinabar) dalam endapan aluvial terdapat di
Sungai Boyan, Sungai Meru dan Sungai
Betung, dengan perkiraan kadar antara 28
s.d 980 gram/m3 .
Kegiatan eksplorasi umum emas
dan mineral ikutannya dilakukan pada
bulan April 2015 dengan lokasi eksplorasi
di Desa Jemah Kecamatan Boyan Tanjung,
Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat (Gambar 1). Kegiatan
eksplorasi dimaksudkan untuk
mendapatkan data tentang potensi sumber
daya mineral emas dengan tujuan untuk
melengkapi dan menambah data pada
bank data mineral nasional di Pusat
Sumber Daya Geologi.
Gambar 1. Peta lokasi daerah eksplorasi
METODOLOGI
Eksplorasi yang dilakukan dengan
cara pengamatan geologi konvensional
disertai pengambilan conto tanah interval
50 meter pada horizon B dengan metoda
ridge and spur , conto batuan dengan chip
sampling, conto konsentrat mineral berat
dengan pendulangan dan conto endapan
sungai aktif dengan saringan berukuran -80
mesh. Analisis kimia unsur dilakukan di
laboratorium Pusat Sumber Daya Geologi
dengan metoda AAS. Unsur yang
dianalisis adalah Au, Ag, As, Sb, Hg, Cu,
Pb, Zn, Fe, Mn, Li dan Rb. Pengolahan
data hasil analisis laboratorium dengan
statistik deskripsi sederhana menggunakan
program excel dan plotting dalam peta
dengan program Mapinfo-11.
GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN
Bentang alam daerah penyelidikan
dapat dibagi menjadi dua satuan morfologi
yaitu morfologi perbukitan terjal dan
morfologi perbukitan bergelombang.
Satuan morfologi perbukitan terjal
menempati sekitar 40% daerah
penyelidikan yang berada pada bagian
utara dan timurlaut. Morfologi ini dicirikan
oleh keadaan lereng dengan kemiringan
lebih >50o dan umumnya tersusun oleh
batuan keras (tersilisifikasi). Dalam satuan
ini terdapat bukit-bukit yang terjal dan
curam antara lain Bukit Pirang, Labu, Ulat
dan Bukit Inggap. Puncak bukit tertinggi
adalah Bukit Pirang dengan elevasi sekitar
925 m.
Satuan morfologi perbukitan
bergelombang menempati hampir 60%
daerah penyelidikan yang berada pada
bagian barat dan selatan. Morfologi ini
dicirikan oleh keadaan lereng dengan
kemiringan <50o dan umumnya tersusun
oleh batuan sedimen dan batuan
gunungapi yang sedikit lapuk. Umumnya
sebaran perbukitan bergelombang
memanjang dari timur ke barat dengan
bukit-bukit antara lain Bukit Limau, Bukit
Lawit dan Bukit Selingit. Puncak bukit
tertinggi adalah Bukit Limau dengan
elevasi sekitar 575 m.
Litologi daerah penyelidikan dapat
dibagi menjadi empat satuan batuan
dengan urutan dari yang berumur tua
hingga muda adalah sebagai berikut :
(Gambar 2).
Satuan Batupasir Grewake
merupakan batuan dasar yang berada di
daerah penyelidikan yang umumnya
berwarna hijau gelap hingga hijau kelabu,
memperlihatkan kemas terbuka dengan
komposisi mineral terdiri atas mineral
mafik, sedikit felspar dan kuarsa dan
material batuan lain. Pada beberapa
bagian juga mengandung mineral magnetit
secara tersebar. Struktur perlapisan batuan
masih nampak jelas dengan arah umum
jurus dan kemiringan N 330oE/40o.
Satuan Batulempung-Serpih
diendapkan selaras di atas Satuan
Batupasir Grewake. Satuan batuan
dicirikan oleh perselingan batulempung
dan serpih dengan struktur perlapisan
masih jelas teramati. Arah umum
perlapisasn menunjukkan N320oE/40o.
Sedangkan batuserpih umumnya berwarna
hitam dan tampak menyerpih secara kuat.
Satuan Batupasir Arkose diendapkan
secara selaras di atas Satuan
Batulempung-Serpih. Batuan umumnya
berwarna coklat keputihan dengan kemas
tertutup dan komposisi mineral dominan
kuarsa serta sedikit felspar. Perlapisan
batuan masih nampak jelas dan kadang-
kadang berselingan dengan tufa
tersilisifikasi dengan jurus dan kemiringan
bervariasi. Secara umum jurus lapisan
memperlihatkan arah N250oE/20o dan
kekar-kekar berarah N130oE dan N80oE.
Ketiga Satuan batuan tersebut
diperkirakan merupakan bagian dari
Kelompok Selangkai yang berumur Kapur.
Satuan Tufa-Tufa Breksi adalah
merupakan satuan batuan yang paling
muda umurnya yang menutupi secara tidak
selaras terhadap tiga satuan batuan di
bawahnya. Satuan batuan ini terdiri atas
dominan tufa dasitik, berwarna putih
keabuan hingga kelabu, kristal gelas
nampak sebagai fenokris didalam
masadasar silika. Beberapa tempat
dijumpai pula berselingan dengan tufa
dasitik yang telah terubah, berwarna
kelabu hingga kehijauan dengan felspar
dan kristal kuarsa masih teramati. Satuan
batuan ini diperkirakan merupakan bagian
dari batuan Gunung Api Piyabung berumur
Eosen.
Keempat satuan batuan tersebut
diatas diterobos oleh retas mikrodiorit dan
andesit yang diperkirakan bagian dari
Intrusi Sintang berumur Miosen Bawah
sebagaimana yang dijumpai di Sungai
Emplui (Gambar 3). Adanya terobosan ini
menyebabkan terjadinya ubahan silisifikasi
dan mineralisasi tipe urat polimetalik
dengan mineralisasi pirit, kalkopirit dan
sphalerit.
Struktur geologi yang ditemukan di
daerah penyelidikan umumnya berupa
kekar-kekar, sesar dan perlipatan. Kekar-
kekar umumnya dijumpai dalam batupasir
dan batu lempung tufaan serta sebagian
tufa. Arah bidang kekar sangat bervariasi
N270oE, N180oE, N130oE, N80oE, N170oE
dan N280oE seperti yang dijumpai pada
batupasir di Sungai Boyan.
Gambar 3. Retas Mikrodiorit Yang
Ditemukan di Sungai Emplui
(KPH/15MN/58R).
UBAHAN DAN MINERALISASI
Terdapat dua zona ubahan
silisifikasi luas yang tersebar di Sungai
Bangik hulu dan Sungai Keliyat hulu
(Gambar 4). Di daerah Sungai Bangik hulu
ubahan silisifikasi terdapat dalam batuan
tufa gelas/tufa breksi dan meta batupasir.
Dalam ubahan ini seringkali dijumpai
mineral pirit dan arsenopirit, kalkopirit yang
mengisi retakan dan sebagian berupa
bercak yang tersebar. Batuan umumnya
berwarna hijau dan keras yang terkadang
tampak mineral klorit dan epidot. Ubahan
silisifikasi pada bagian Sungai Keliyat hulu
ditemukan dalam batupasir arkose. Mineral
pirit teramati berupa bercak dan sebagian
bersama dengan urat-urat tipis kuarsa
yang memotong batuan dengan
kandungan pirit. Di daerah Sungai Belaban
(KPH/15MN/05R) ubahan silisifikasi
dijumpai pada batuan tufa dengan bercak
mineral pirit. Ubahan kloritisasi yang diikuti
dengan seritisasi lebih banyak dijumpai di
daerah Sungai Boyan dimana zona ubahan
ini umumnya terdapat dalam batupasir
grewake dan pada retas andesit. Batuan
berwarna kehijauan dengan mineral klorit
hadir secara dominan yang kadang-kadang
disertai dengan epidot. Bercak mineral pirit
dan magnetit terkadang masih teramati
dengan jelas.
Mineralisasi yang ditemukan di
daerah penyelidikan terdapat dalam tiga
aliran sungai yaiu Sungai Boyan , Sungai
Bangik dan Sungai Keliat. Pada aliran
Sungai Bangik mineralisasi berhubungan
dengan kegiatan hidrotermal akibat adanya
intrusi mikrodiorit/andesit berupa retas
yang menerobos batuan tufa-tufa breksi
dan metabatupasir. Mineralisasi berupa
urat polimetalik dicirikan oleh hadirnya
mineral pirit, arsenopirit, kalkopirit dan
magnetit yang mengisi rekahan maupun
dalam bentuk impregnation pada batuan
tufa–tufa breksi dan metabatupasir yang
tersilifikasi (Gambar 5).
Gambar 5. Float batuan tufa terubah
dengan mineralisasi pirit/arsenopirit,
kalkopirit tipe impregnation di Sungai
Bangik (KPH/15MN/43F)
Sedangkan pada zona mineralisasi
Sungai Keliyat diduga berupa tipe urat
halus yang dicirikan oleh hadirnya mineral
pirit/arsenopirit yang mengisi rekahan pada
metabatupasir tersilisifikasi sebagaimana
ditemukan di Sungai Biu (Gambar 6) .
Gambar 6. Float batuan metasedimen
tersilisifikasikan dengan urat urat halus
pirit/arsenopirit di Sungai Biu bagian hulu
Sungai Keliyat (KPH/15MN/56F1)
HASIL DAN ANALISIS
Hasil analisis petrografi dengan
pengamatan mikroskopis terhadap batuan
mikrodiorit dari Sungai Emplui
(KPH/15MN/58R) menunjukkan tekstur
holokristalin equigranular, berbutir halus
hingga berukuran 1 mm, bentuk anhedral-
euhedral, disusun oleh plagioklas (sebagai
penyusun utama batuan), amfibol dan
mineral opak. Sebagian terdapat mineral
klorit sekunder dan epidot ubahan dari
amphibol (Gambar 7).
Dari hasil pemeriksaan mineragrafi
terhadap conto batuan termineralisasi
sulfida dengan tipe impregnation
(KPH/15MN/43F) yang terdapat di Sungai
Bangik menunjukkan mineral logam yang
teridentifikasi adalah pirit dan hydrous iron
oxide dengan kandungan 20 ppm Cu, 31
ppm Pb, 56 ppm Zn, 1675 ppm Mn dan 17
ppb Au (Gambar 8). Adapun peragenesa
mineral tersebut sebagai berikut :
Paragenesa:
Pirit Hidrous Iron Oxide
Komposisi (% volume)
Pirit (0,5) Hydrous Iron Oxide (1)
Sedangkan dari hasil pemeriksaan
mineragrafi terhadap conto batuan
termineralisasi sulfida berupa pengisian
rekahan ( KPH/15MN/56F1) yang
terdapat di Sungai Biu dari DAS Sungai
Keliyat menunjukkan mineral logam
yang teridentifikasi adalah pirit, sphalerit
dan kalkopirit dengan kandungan 109
ppm Cu, 50 ppm Pb, 150 ppm Zn, 2418
ppm Mn dan 7 ppb. (Gambar 9a dan
Gambar 9b). Sedangkan paragenesa
mineral tersebut sebagai berikut :
Paragenesa:
Pirit
Sphalerit
Kalkopirit
Hydrous Iron Oxide
Komposisi (% volume):
Pirit (7), Sphalerit (trace), Kalkopirit
(trace), Hydrous Iron Oxide (1)
Gambar 9a. Fotomikrograf sayatan poles
pirit dan sphalerit yang nampak tumbuh
bersama dengan kalkopirit
(KPH/15MN/56F1)
Gambar 9b. Fotomikrograf sayatan poles
pirit dan kalkopirit dalam massa batuan
(KPH/15MN/56F1)
Dari hasil pendulangan konsentrat
mineral berat di Sungai Keliyat hulu seperti
di Sungai Pauh yang merupakan anak
Sungai Keliyat cabang kiri teramati satu
butiran emas berkuran CC ( nugget), agak
membulat, masif dengan mineral tambahan
dominan magnetit dan zirkon sebagaimana
yang ditemukan pada lokasi conto nomor
KPH/15MN/54P (Gambar 10).
Gambar 10. Emas, kuning metalik,
permukaan kasar, berukuran VCC
(nugget) perbesaran 42.5x conto
KPH/15MN/54P), lokasi Sungai Pauh DAS
Keliyat
Dalam pengolahan data hasil uji
laboratorium conto sedimen sungai aktif
dan plotting dalam peta sebaran dibagi dua
berdasarkan perbedaan daerah aliran
sungai (DAS), yaitu DAS Bangik dan DAS
Keliyat. Analisis statistik deskriptif terhadap
nilai unsur dari conto sedimen sungai aktif
berupa mean, standar deviasi, jumlah
conto, nilai minimal, nilai maksimal dan
tingkat kepercayaan. Setiap conto
dianalisis sebanyak 12 unsur logam yaitu:
Au, Ag, Cu, Pb, Zn, Fe, Mn, As, Sb, Hg, Li
dan Rb dengan satuan kadar ppm kecuali
Au dan Hg dalam ppb serta Fe (%). Hasil
pengujian laboratorium untuk 23 conto dari
DAS Bangik dan 21 conto dari DAS Keliyat
diolah menggunakan statistik yang
disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2 dan
korelasi antar unsur disajikan pada Tabel 3
dan Tabel 4.
Penentuan besarnya anomali unsur
kimia dibuat menjadi empat kelas yaitu :
Kelas-1 nilai minimum s.d. mean
Kelas-2 mean s.d. mean + Standar
deviasi
Kelas-3 mean + Standar deviasi s.d.
mean + 2 Standar deviasi
Kelas-4 mean + 2 Standar deviasi s.d.
nilai maksimum.
Penggambaran peta sebaran unsur
dibuat berdasarkan kelas yang ada dengan
perbedaan besarnya lingkaran padat pada
setiap titik-titik lokasi. Hasil proses
pengolahan data tersebut ditampilkan
dalam peta yang menunjukkan penyebaran
unsur. Untuk unsur Au DAS Bangik dan Au
DAS Keliyat diperlihatkan masing- masing
pada Gambar 11 dan Gambar 12.
Sedangkan hasil analisis conto batuan dan
tanah tidak dilakukan pengolahan data
statistik sebagaimana conto pada sedimen
sungai aktif, tetapi hanya dilakukan plotting
langsung dalam peta (Gambar 13 dan
Gambar 14).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis kimia
terhadap 23 conto sedimen sungai aktif
DAS Bangik dan 21 conto DAS Keliyat,
maka karakteristik kandungan unsur Au
adalah sebagai berikut:
Unsur Au DAS Bangik kadarnya
berkisar antara 2 ppb - 821 ppb dengan
nilai mean 51,74 ppb Au . Hasil paling
tinggi terdapat pada conto
KPH/15MN/34SS dengan koordinat lokasi
(112.483; 0.33203). Lokasi tersebut di
Sungai Jolik menempati satuan batuan
pasir arkose. Sebaran unsur Au dalam
conto sedimen sungai aktif terlihat pada
Gambar 11. Hanya satu conto
menunjukkan anomali Au sebesar 821 ppb.
Sedangkan unsur Au DAS Keliyat
kadarnya berkisar antara 1 ppb - 45 ppb
dengan nilai mean 7,81 ppb . Hasil paling
tinggi terdapat pada conto
KPH/15MN/12SS dengan koordinat lokasi
(112.496; 0.299612). Lokasi tersebut di
Sungai Mpaung menempati satuan batuan
lempung serpih. Sebaran unsur Au dalam
conto sedimen sungai aktif terlihat pada
Gambar 12. Total 2 conto menunjukkan
anomali Au berkisar antara 32 ppb s.d 45
ppb.
Korelasi antar unsur berdasarkan
hasil analisis kimia conto endapan sungai
aktif antara unsur Au, As dan Sb di DAS
Bangik menunjukkan hubungan positif
dengan nilai 0,28-0,31 sedangkan di DAS
Keliyat dominan antara Au dan As nilai
korelasi 0,33. Angka korelasi tersebut di
atas dapat dijadikan sebagai dasar
perkiraan bahwa keterjadian emas di
daerah penyelidikan termasuk kategori
suhu rendah yang berasosiasi dengan
arsenopirit
Larutan sisa hidrotermal intrusi
mikrodiorit/andesit telah menyebabkan
terjadi ubahan dan mineralisasi. Ubahan
yang terbentuk berupa kloritisasi,
silisifikasi dan argilitisasi dengan mineral
pirit, kalkopirit dan sphalerit sebagaimana
yang diperoleh dari hasil analisis
mineragrafi.
Zona mineralisasi Sungai Bangik
berhubungan dengan kegiatan hidrotermal
akibat adanya intrusi batuan
mikrodiorit/andesit berupa retas yang
menerobos batuan tufa-tufa breksi dan
metabatupasir. Mineralisasi dicirikan oleh
hadirnya mineral pirit, arsenopirit, kalkopirit
dan magnetit yang mengisi rekahan
maupun dalam bentuk impregnation pada
batuan tufa–tufa breksi dan metabatupasir.
Pada bagian lain di Sungai Jolik dari conto
sedimen sungai aktif terdapat anomali
unsur Au dan Hg serta As. Dari konsentrat
dulang juga teramati adanya butiran emas
berukuran FC-MC, sinabar, garnet dan
korundum. Sistim pembentukan
mineralisasi di daerah ini diperkirakan
akibat dari aktifitas hidrothermal dari intrusi
mikrodiorit/andesit yang dikontrol oleh
struktur sesar menerobos batuan tufa-tufa
breksi dan metabatupasir. Cebakan yang
terbentuk merupakan tipe urat epithermal
yang mengandung emas berasosiasi
dengan logam dasar atau disebut juga
sebagai urat polimetalik. Selain itu dari
proses kontak intrusi tersebut terhadap
batuan karbonatan dapat pula
menyebabkan terbentuknya cebakan skarn
dan kontak metasomatik sehingga
menghasilkan mineral garnet dan
korundum.
Zona mineralisasi Sungai Keliyat
umumnya dicirikan oleh hadirnya mineral
pirit/arsenopirit yang mengisi rekahan pada
metabatupasir tersilisifikasi. Selain itu
dibeberapa tempat juga ditemukan
mineralisasi berasosiasi dengan kuarsa
dan epidot. Dari hasil pendulangan di
daerah ini terdapat beberapa butir emas
berukuran VFC - MC dan kaya mineral
piroksin/amphibol serta sedikit zirkon dan
garnet. Sistim pembentukan mineralisasi di
daerah ini diperkirakan relatif lebih
dominan berhubungan erat dengan adanya
proses tekanan yang sangat tinggi yang
kemungkinan dikontrol oleh struktur sesar
daripada berhubungan dengan aktifitas
hidrothermal.
KESIMPULAN dan SARAN
Pembentukan mineralisasi emas di
daerah penyelidikan diperkirakan termasuk
dalam lingkungan temperatur rendah
dengan indikator korelasi Au dengan unsur
As, Sb positif. Anomali unsur Au baik di
DAS Bangik maupun DAS Keliyat
menempati daerah Satuan Batuan Tufa-
Tufa Breksi.
Mineralisasi tipe urat epithermal
(urat polimetalik) terdapat di Sungai Bangik
yang dicirikan oleh mineral pirit,
arsenopirit, kalkopirit sebagai pengisi
rekahan yang berasosiasi dengan kuarsa
maupun dalam masa batuan. Selain itu
diperkirakan mineralisasi juga
berhubungan dengan kontak metasomatis
dan skarn. Tipe mineralisasi di Sungai
Keliyat dicirikan oleh mineral pirit dan
arsenopirit yang mengisi rekahan
berasosiasi dengan kuarsa dan epidot
pada batuan metabatupasir diperkirakan
akibat adanya proses tekanan yang tinggi
dan dikontrol oleh sesar.
Disarankan melakukan kegiatan
eksplorasi rinci di daerah hulu Sungai
Bangik dan hulu Sungai Keliyat terutama
Sungai Biu untuk menemukan singkapan
urat kuasa sebagai tempat kedudukan
cebakan emas primer yang berasosiasi
dengan logam dasar.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima
kasih kepada Koordinator Kelompok
Penelitian Mineral dan tim editor yang
telah memberikan saran dan koreksinya
terhadap makalah ini sehingga dapat
diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap A.M., Gaol S.L., Karno, 1976, Laporan Prospeksi Pendahuluan Endapan Sinabar di
Daerah Aliran Sungai Bunut Kabupaten Kapuas Hulu, Direktorat Geologi, Bandung.
Herman Danny Z. dkk, 2006, Evaluasi Sumber Daya Cadangan Bahan Galian Untuk
Pertambangan Sekala Kecil di Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat, Pusat Sumber
Daya Geologi.
Pieters, P.E., Surono dan Y. Noya, T.O., 1993, Peta Geologi Lembar Putussibau, Kalimantan,
sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Zeijlmans van Emmichoven, C.P.A., 1939. The Geology of Central and Eastern part of the
Western Division of Borneo. In : Haile, N.S. (Editor), 1955. Geological Accounts of West
Borneo translated from the Dutch. Geological Survey Department, British Territories in
Borneo, Bulletin 2, 159-272.
Gambar 7. Fotomikrograf Mikro Diorit Disusun Oleh Plagioklas (C,2), (D,-4) Dominan
Sebagai Penyusun Batuan, Amfibol (I,4), Sebagai Relik Sudah Terubah Kuat Menjadi Klorit
dan Sedikit Epidot. Mineral Opak (G,2), Diinterpretasikan Pirit (KPH/15MN/58R).
Gambar 8. Fotomikrograf Sayatan Poles Pirit Dalam (KPH/15MN/43F MASSA batuan
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penyelidikan
Gambar 4. Peta Ubahan dan Mineralisasi Daerah Penyelidikan
Gambar 11. Anomali Unsur Au DAS Bangik
Gambar 12. Anomali Unsur Au DAS Keliyat
Gambar 13. Hasil Analisis Kimia Unsur Conto Batuan dan Tanah DAS Bangik
Ga
mb
ar
14.
Ha
sil
An
alis
is K
imia
Unsu
r C
onto
Ba
tua
n d
an T
an
ah
DA
S K
eliy
at
Tab
el
1.
Ra
ng
kum
an S
tatistik S
ederh
an
a D
ari H
asil
An
alis
is C
onto
Se
dim
en S
ung
ai A
ktif D
AS
Ba
ng
ik
Tab
el
2.
Ra
ng
kum
an S
tatistik S
ederh
an
a D
ari H
asil
An
alis
is C
onto
Se
dim
en S
ung
ai A
ktif D
AS
Ke
liya
t
Descri
pti
ve
Cu
_p
pm
Pb
_p
pm
Zn
_p
pm
Mn
_p
pm
Ag
_p
pm
Li_
pp
mF
e_%
Au
_p
pb
Rb
_p
pm
As_p
pm
Sb
_p
pm
Hg
_p
pb
Mean
21.5
229.7
095.8
3764.0
01.7
315.6
53.9
251.7
455.2
66.8
710.2
662.2
2
Sta
ndard
Err
or
1.1
61.1
44.2
9113.8
10.1
30.8
60.4
735.5
312.6
01.1
90.9
18.6
0
Media
n22
29
93
562
1.5
16
3.5
36
44
410
48
Mode
15
29
93
854
1.4
16
2.2
24
35
410
33
Sta
ndard
Devia
tion
5.5
65.4
720.5
9545.8
20.6
14.1
32.2
5170.4
160.4
15.6
84.3
641.2
5
Sam
ple
Variance
30.9
029.9
5423.8
8297919.9
10.3
817.0
65.0
629041.1
13649.8
432.3
019.0
21701.2
7
Kurt
osis
-0.8
16.4
32.5
66.8
97.0
40.9
76.2
221.3
620.6
62.4
51.0
44.7
0
Skew
ness
-0.1
22.0
71.3
82.7
02.5
3-0
.31
2.3
64.5
74.4
41.5
80.1
32.0
2
Range
20
27
88
2203
2.7
19
9.7
1819
307
24
20
181
Min
imum
12
22
70
352
1.2
61.9
72
19
00
18
Maxim
um
32
49
158
2555
3.9
25
11.6
8821
326
24
20
199
Sum
495
683
2204
17572
39.8
360
90.0
81190
1271
158
236
1431
Count
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
23
Confidence L
evel(95.0
%)
2.4
02.3
78.9
0236.0
30.2
71.7
90.9
773.6
926.1
22.4
61.8
917.8
4
Descriptive
Cu_ppm
Pb_ppm
Zn_ppm
Mn_ppm
Ag_ppm
Li_
ppm
Fe_%
Au_ppb
Rb_ppm
As_ppm
Sb_ppm
Hg_ppb
Mean
20.9
027.2
978.3
8473.2
41.6
220.0
03.1
97.8
159.3
82.5
79.7
1650.4
8
Sta
ndard
Err
or
1.1
60.8
23.3
037.6
60.2
00.8
70.2
62.5
95.3
50.4
60.8
9548.4
3
Media
n21
27
77
449
1.4
21
2.9
93
49
210
57
Mode
16
27
86
#N
/A1.4
21
3.2
23
49
410
53
Sta
ndard
Devia
tion
5.3
23.7
715.1
0172.5
70.9
03.9
71.2
011.8
624.5
02.1
14.0
82513.2
1
Sam
ple
Variance
28.2
914.2
1228.0
529779.3
90.8
215.8
01.4
5140.6
6600.2
54.4
616.6
16316230.8
6
Kurt
osis
0.1
60.7
00.3
8-0
.53
17.2
3-0
.04
8.4
34.8
1-1
.25
0.4
72.4
820.8
3
Skew
ness
0.7
0-0
.59
0.6
10.3
04.0
1-0
.39
2.4
52.3
60.4
40.4
9-0
.11
4.5
6
Range
20
16
59
644
4.3
16
5.7
244
75
820
11581
Min
imum
13
18
56
207
1.1
11
1.8
21
30
00
19
Maxim
um
33
34
115
851
5.4
27
7.5
445
105
820
11600
Sum
439
573
1646
9938
34
420
66.9
1164
1247
54
204
13660
Count
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
Confidence L
evel(95.0
%)
2.4
21.7
26.8
778.5
50.4
11.8
10.5
55.4
011.1
50.9
61.8
61144.0
0
Tab
el
3.
Kore
lasi A
nta
r U
nsur
Co
nto
En
da
pa
n S
ung
ai A
ktif
Dari D
AS
Ban
gik
Tab
el
4.
Kore
lasi A
nta
r U
nsur
Co
nto
En
da
pa
n S
ung
ai A
ktif
dari D
AS
Ke
liya
t
Cu
_p
pm
Pb
_p
pm
Zn
_p
pm
Mn
_p
pm
Ag
_p
pm
Li_
pp
mF
e_%
Au
_p
pb
Rb
_p
pm
As_p
pm
Sb
_p
pm
Hg
_p
pb
Cu_ppm
1
Pb_ppm
-0.4
637
1
Zn_ppm
-0.3
09
0.5
5423
1
Mn_ppm
-0.4
537
0.8
1795
0.6
6833
1
Ag_ppm
-0.4
027
0.8
3138
0.7
2793
0.9
2177
1
Li_
ppm
0.2
3004
-0.5
298
-0.2
739
-0.7
071
-0.5
723
1
Fe_%
-0.4
328
0.8
4834
0.7
1706
0.9
3679
0.9
4363
-0.6
52
1
Au_ppb
0.3
2439
-0.0
317
-0.2
227
-0.1
302
-0.1
971
0.0
6297
-0.1
931
1
Rb_ppm
0.1
2465
-0.1
671
-0.0
721
-0.1
123
-0.2
161
0.0
6761
-0.2
002
-0.0
219
1
As_ppm
0.2
3534
-0.0
233
-0.2
589
-0.1
821
-0.3
931
0.0
4833
-0.2
871
0.3
0549
0.2
7705
1
Sb_ppm
0.1
2163
-0.1
489
-0.2
166
-0.1
08
-0.2
626
0.1
7183
-0.2
334
0.2
8645
0.1
9899
0.2
8385
1
Hg_ppb
0.0
2506
-0.2
496
0.2
6104
-0.0
901
-0.1
861
0.1
3736
-0.0
671
-0.1
016
0.2
0619
0.1
9384
0.1
4497
1
Cu_ppm
Pb_ppm
Zn_ppm
Mn_ppm
Ag_ppm
Li_ppm
Fe_%
Au_ppb
Rb_ppm
As_ppm
Sb_ppm
Hg_ppb
Cu_ppm
1
Pb_ppm
0.313096
1
Zn_ppm
0.567569
0.301851
1
Mn_ppm
0.625991
0.161738
0.317503
1
Ag_ppm
0.250058
0.219925
0.22001
0.054444
1
Li_ppm
-0.31927
-0.01001
0.065805
-0.22021
-0.30345
1
Fe_%
0.71395
0.361453
0.453202
0.710577
0.260614
-0.49999
1
Au_ppb
0.101153
0.120925
-0.04899
-0.07437
0.025081
-0.03182
0.067452
1
Rb_ppm
-0.38225
0.237478
0.106891
-0.47191
-0.2709
0.439491
-0.40205
-0.11623
1
As_ppm
0.120858
0.192041
0.090065
-0.13571
0.591549
-0.08341
-0.03454
0.32806
0.007181
1
Sb_ppm
-0.15123
-0.2905
-0.09481
-0.17292
-0.15727
0.253055
-0.17636
-0.40249
-0.05343
-0.42166
1
Hg_ppb
-0.22451
-0.01656
-0.07294
0.162906
-0.08781
0.128166
-0.13863
-0.08919
0.003217
-0.2955
-0.09527
1