ejurnal pemda kabupaten.pdf

16
eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, 1 (3): 361-376 ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id © Copyright 2013 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEGAWAI DENGAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG Bambang Priasmara 1 Abstrak Penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini dilakukan untuk menganalisis Hubungan Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai. Latar belakang dari penelitian ini adalah kompetensi pegawai menjadi sesuatu yang dominan dalam suatu organisasi dan kinerja pegawai merupakan sesuatu yang berperan sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Selain itu juga ada anggapan bahwa kinerja pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Daerah kurang baik, yang dikarenakan kurangnya kompetensi pegawai yang dimiliki oleh pegawai. Hipotesis dari karya ilmiah ini adalah Kompetensi Pegawai Berhubungan dengan Kinerja Pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung. Jenis penelitian ini menurut tingkat eksplanasinya adalah penelitian asosiatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung dengan populasi yang berjumlah 23 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan angket dan observasi langsung di lapangan. Data dikumpulkan dianalisis dengan analisis statistik menggunakan rumus Korelasi Rang Spearman. Hasil dari penelitian ini adalah, kompetensi pegawai mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai dan besarnya tingkat korelasi yang diperoleh antara variabel kompetensi kerja dengan kinerja pegawai sebesar 0.255 termasuk dalam tingkat hubungan rendah.. Dari hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan, pertama, kompetensi pegawai yang tinggi sangat diperlukan dalam suatu organisasi atau instansi agar tujuan organisasi atau instansi tersebut dapat tercapai. Kedua, pegawai di kantor Badan Kepegawaian Daerah harus lebih di tingkatkan kinerjanya dengan mengikuti pelatihan. Kata Kunci: Kompetensi-Pegawai, Kinerja Pegawai, BKD Kabupaten Tana Tidung 1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected]

Transcript of ejurnal pemda kabupaten.pdf

  • eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, 1 (3): 361-376 ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id Copyright 2013

    HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PEGAWAI

    DENGAN KINERJA PEGAWAI DI KANTOR BADAN

    KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN TANA TIDUNG

    Bambang Priasmara1

    Abstrak

    Penelitian dalam rangka penulisan skripsi ini dilakukan untuk menganalisis

    Hubungan Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai. Latar belakang dari

    penelitian ini adalah kompetensi pegawai menjadi sesuatu yang dominan dalam

    suatu organisasi dan kinerja pegawai merupakan sesuatu yang berperan sangat

    penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Selain itu juga ada anggapan

    bahwa kinerja pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Daerah kurang baik, yang

    dikarenakan kurangnya kompetensi pegawai yang dimiliki oleh pegawai.

    Hipotesis dari karya ilmiah ini adalah Kompetensi Pegawai Berhubungan dengan

    Kinerja Pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana

    Tidung.

    Jenis penelitian ini menurut tingkat eksplanasinya adalah penelitian asosiatif.

    Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

    Tana Tidung dengan populasi yang berjumlah 23 orang. Pengumpulan data

    dilakukan dengan angket dan observasi langsung di lapangan. Data dikumpulkan

    dianalisis dengan analisis statistik menggunakan rumus Korelasi Rang

    Spearman. Hasil dari penelitian ini adalah, kompetensi pegawai mempunyai

    hubungan dengan kinerja pegawai dan besarnya tingkat korelasi yang diperoleh

    antara variabel kompetensi kerja dengan kinerja pegawai sebesar 0.255 termasuk

    dalam tingkat hubungan rendah..

    Dari hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan, pertama, kompetensi

    pegawai yang tinggi sangat diperlukan dalam suatu organisasi atau instansi agar

    tujuan organisasi atau instansi tersebut dapat tercapai. Kedua, pegawai di kantor

    Badan Kepegawaian Daerah harus lebih di tingkatkan kinerjanya dengan

    mengikuti pelatihan.

    Kata Kunci: Kompetensi-Pegawai, Kinerja Pegawai, BKD Kabupaten Tana

    Tidung

    1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

    Universitas Mulawarman. Email: [email protected]

  • eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013:

    362

    Pendahuluan

    Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

    dengan menganut azas Desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan,

    dimana memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah dalam

    penyelenggaraan Otonomi Daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No.

    32 tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang

    Pemerintah Daerah, yang mana masing-masing daerah diberikan kewenangan

    untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas

    otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan

    untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

    pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui

    otonomi yang luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan

    memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

    kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara

    Kesatuan Republik Indonesia.

    Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan

    daerah yang merupakan perubahan atas Undang-Undang No. 22 Tahun 1999

    maka harus didorong dengan desentralisasi urusan kepegawaian kepada daerah.

    Sejalan dengan desentralisasi bidang kepegawaian pada daerah otonom, maka

    unit selayaknya ditangani oleh sebuah lembaga teknis daerah berbentuk badan

    atau kantor. Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah didaerah kabupaten/kota

    maupun provinsi sejalan dengan bunyi pasal 34A Undang-Undang Nomor 43

    Tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian serta Keputusan Presiden tentang

    Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah. Badan Kepegawaian Daerah

    merupakan perangkat pemerintahan daerah yang berwenang melaksanakan

    manajemen Pegawai Negeri Sipil daerah untuk meningkatkan pelayanan dan

    kinerja pegawai dalam rangka menunjang tugas pokok Gubernur,

    Bupati/Walikota.

    Dalam era globalisasi, masalah sumberdaya manusia menjadi sorotan

    maupun tumpuan bagi para pegawai untuk tetap dapat bertahan. Sumberdaya

    manusia merupakan peran utama dalam setiap kegiatan. Walaupun banyaknya

    sarana dan prasarana serta sumber daya, tanpa dukungan sumberdaya manusia

    pelayanan tidak akan berjalan dengan baik. Dengan demikian sumberdaya

    manusia merupakan kunci pokok yang harus diperhatikan dalam segala

    kebutuhannya. Sumberdaya manusia akan menentukan keberhasilan pelaksanaan

    kegiatan. Untuk itu dalam mencapai tujuan organisasi dibutuhkan kompetensi

    sumberdaya manusia yang memadai dalam mendorong kinerja pegawai.

    Berkaitan dengan hal tersebut banyak sekali faktor yang dapat

    berhubungan dengan kinerja seorang pegawai, salah satunya adalah faktor

    kompetensi. Dalam hal ini adalah seorang pegawai harus mampu dalam

    menumbuhkembangkan seluruh potensi yang terbaik dalam dirinya. Seorang

    pegawai akan berkembang dan mampu bertahan dalam lingkungan persaingan

    yang kompetitif apabila didukung oleh pegawai-pegawai yang berkompeten di

  • Hubungan Antara Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai (Priasmara)

    363

    bidangnya. Kompetensi pegawai yang terdiri dari pengetahuan (knowledge),

    kemampuan/keterampilan (skill), sikap (attitude) disesuaikan dengan bidang

    pekerjaan yang dibutuhkan oleh organisasi, sehingga dapat menghasilkan kinerja

    pegawai yang berprestasi.

    Setiap organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu, dan apabila

    tercapai belum dapat dikatakan berhasil. Untuk mencapai keberhasilan,

    diperlukan landasan yang kuat berupa kompetensi. Dengan demikian, kompetensi

    menjadi sangat berguna untuk membantu organisasi meningkatkan kinerjanya.

    Kompetensi sangat diperlukan dalam setiap proses sumberdaya manusia. Semakin

    banyak kompetensi dipertimbangkan, maka semakin meningkat pula kinerjanya.

    Pada hakikatnya kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh

    seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standart dan kriteria yang

    ditetapkan untuk pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total

    dari kerja yang ada pada diri pekerja atau tugas yang diberikan. Kinerja

    merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas

    dan pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat

    kemampuan. Kinerja merujuk pada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan

    tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika tujuan

    yang diinginkan dapat tercapai dengan baik, maka kinerja dinyatakan baik dan

    sukses. Mangkunegara (2007) menilai kinerja karyawan berkenaan dengan hasil

    pekerjaan yang dicapai karyawan dalam kurun waktu tertentu yang diukur

    berdasarkan kuantitas maupun kualitas hasil kerja. Kinerja pada dasarnya adalah

    apa yang dilakukan atau tidak dilakukan tenaga penjual sehingga mereka

    mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada instansi atau

    organisasi termasuk pelayanan kualitas yang disajikan. Sasaran kinerja yang

    menetapkan adalah individu secara spesifik, dalam bidang proyek, proses,

    kegiatan rutin dan inti yang akan menjadi tanggung jawab pegawai. Jika sasaran

    kinerja ditumbuhkan dari dalam diri pegawai akan membentuk suatu kekuatan

    diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian kinerja

    akan lebih mudah menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2007:68).

    Sumberdaya manusia merupakan sumberdaya terpenting dalam suatu

    organisasi dimana orang-orang tersebut memberikan tenaga, bakat, kreativitas,

    dan usaha mereka kepada instansi. Oleh karena itu, manusia merupakan salah satu

    faktor penentu keberhasilan dalam suatu organisasi karena manusia memberikan

    kontribusi terbesar dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Untuk

    mendapatkan tenaga kerja yang cakap, maka bagian SDM dalam suatu

    instansiharus mengadakan penarikan tenaga kerja secara selektif agar sesuai

    dengan job description dan job specification.

    Menurut Jan bella (2005:70) pendidikan dan latihan sama dengan

    pengembangan yaitu merupakan proses peningkatan keterampilan kerja baik

    teknis maupun manajerial. Pendidikan berorientasi pada teori, dilakukan dalam

    kelas, berlangsung lama, dan biasanya menjawab why, latihan pada praktek,

    dilakukan di lapangan, berlangsung singkat dan biasanya hanya menjawab how.

  • eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013:

    364

    Dalam rangka pembinaan Pegawai Negeri berdasarkan sistem karier dan prestasi

    kerja, pendidikan dan latihan merupakan salah satu aspek yang perlu ditangani

    secara terencana dan berkelanjutan, dimana pendidikan dan latihan bertujuan

    untuk meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan dan keterampilan pegawai

    sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sebagaimana sejalan dengan pasal 31

    Undang- Undang No. 43 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa : Untuk mencapai

    daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya diadakan pengaturan dan

    penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai Negeri Sipil yang

    bertujuan untuk meningkatkan pengapdian, mutu, keahlian, kemampuan dan

    keterampilan.

    Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung merupakan unsur

    pelaksanaan pemerintah Kabupaten Tana Tidung yang berada di bawah dan

    tanggung jawab kepada Bupati Tana Tidung. Dasar pembentukan Badan

    Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung adalah Keputusan Presiden

    Republik Indonesia nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan

    Badan Kepegawaian Daerah. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun

    2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah pasal 3 Badan

    kepegawaian Daerah mempunyai tugas pokok membantu pejabat pembina

    kepegawaian daerah. Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung

    merupakan suatu badan yang mengurus kepegawaian yang ada di Kabupaten

    Tana Tidung terutama Badan Kepegawaian Daerah itu sendiri. Dalam

    melaksanakan tugas pokok tersebut Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana

    Tidung mempunyai fungsi merumuskan, merencanakan, dan melaksanakan

    kebijakan teknis dibidang kepegawaian dan melaksanakan pembinaan

    kepegawaian. Mutasi dan pengangkatan pegawai merupakan suatu bentuk

    pembinaan juga memberi penyegaran kepada pegawai dalam melaksanakan

    tugasnya sekaligus memberikan pengalaman kepada pegawai yang bersangkutan,

    sehingga jika pegawai diberikan suatu jenjang jabatan yang lebih tinggi, jabatan

    sebelumnya dapat memberikan tambahan pengalaman untuk menduduki karier

    jabatan yang lebih tinggi. Akan tetapi berbeda dengan pegawai kantor

    pemerintahan pada umumnya, dari data hasil observasi yang penulis lakukan pada

    kantor ini dapat di simpulkan bahwa kinerja para pegawai di kantor Badan

    Kepegawaian Daerah masing kurang maksimal karena dapat dikatakan bahwa

    dalam urusan mutasi dan pengangkatan pegawai yang ditunjukkan atau

    diperlihatkan oleh pegawaipun belum cukup sesuai dengan apa yang diharapkan

    oleh pegawai, berdasarkan keluhan sebagian pegawai masih terdapat kesalahan

    dalam penulisan golongan atau pangkat di saat pelantikan atau pengangkatan

    pegawai. Penulis melihat hal tersebut sebagai suatu masalah yang perlu kita

    perhatikan, jika pelayanan yang diberikan baik dan sesuai dengan keinginan

    pegawai, maka dapat dipastikan kepuasan pegawai terhadap pelayanan tersebut

    dapat tercipta. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini asumsi yang peneliti

    sampaikan terhadap pemerintah daerah khususnya Kepala Kantor Badan

    Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung adalah jika ingin meningkatkan

  • Hubungan Antara Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai (Priasmara)

    365

    kinerja pegawai kantor maka perlu diperhatikan adanya pembinaan dan pelatihan

    terhadap satuan kerja yang dibawahinya.

    Permasalahan pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah

    kompetensi pegawai berhubungan dengan kinerja pegawai di kantor Badan

    Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung. Adapun tujuan penelitian ini

    adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat hubungan kompetensi pegawai

    dengan kinerja pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Daerah. Secara teoritis

    kegunaan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya

    pada bidang pemerintahan dan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi

    peneliti yang secara khusus berkonsentrasi mengkaji masalah yang berkaitan

    dengan kompetensi pegawai dan kinerja pegawai. Disamping itu, penelitian ini

    diharapkan dapat pula memberikan kontribusi kepada kantor Badan Kepegawaian

    Daerah khususnya dan Pemerintahan Kabupaten Tana Tidung pada umumnya.

    Serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan yang relevan didalam mengadakan

    pembinaan dan pengembangan pegawai untuk mengantisipasi semakin ketatnya

    persaingan di era global dan menyiapkan sumber daya manusia yang handal untuk

    mendukung pembangunan di era otonomi daerah.

    Kompetensi

    Pengertian kompetensi dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian

    Negara Nomor 46A Tahun 2003 Tanggal 21 Nopember 2003 ditentukan bahwa

    Kompetensi adalah kemampuan dan karak-teristik yang dimiliki seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang

    diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil

    tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara professional, efektif, dan efisien.

    Spencer & spencer dalam sahara (2004:73) mendefinisikan kompetensi

    secara garis besarnya sebagai suatu karateristik dasar individu yang mempunyai

    hubungan kausal dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif di tempat kerja

    atau pada situasi tertentu.

    Sejalan dengan definisi di atas, komponen komponen atau elemen yang membentuk sebuah komponen menurut spencer & spencer yang di kutip (dalam

    Tim Peneliti Badan Kepegawaian Negara 2004 : Online) adalah:

    1.Motif (Motives) sesuai yang konsisten atau dikehendaki oleh seseorang yang

    selanjutnya akan mengarahkan, membimbing dan memilih suatu perilaku

    tertentu terhadap sejumlah aksi atau tujuan.

    2.Karakter Pribadi (Traits) adalah karakteristik fisik dan reaksi atau respon

    yang dilakukan secara konsisten terhadap suatu situasi atau informasi.

    3.Konsep Diri (Self Concept) adalah perangkat sikap, sistem nilai atau citra

    diri yang dimiliki seseorang.

    4.Pengetahuan (Knowledge) adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam

    suatu area aspek spesifik tertentu.

    5.Keterampilan (Skills) adalah kemampuan untuk mengerjakan serangkaian

    tugas fisik maupun mental tertentu.

  • eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013:

    366

    Komponen kompetensi yang berupa motif, karakter pribadi dan konsep

    diri dapat meramalkan suatu perilaku terlaku pada Pejabat / Pegawai Negeri Sipil

    yang pada akhirnya akan muncul sebagai unjuk kerja atau hasil yang diberikan

    oleh seseorang pejabat Dalam birokrasi pemerintah, pengangkatan Pegawai

    Negeri Sipil dalam jabatan struktural diatur oleh peraturan pemerintahan 13

    Tahun 2002, Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural antara

    lain dimaksudkan untuk membina karier pegawa negeri sipil dalam jabatan

    stuktural sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang undangan yang berlaku. Jabatan struktural mempunyai tingkatan jenjang pangkat

    dan eselon dari yang akan diangkat dalam jabatan struktural harus memenuhi

    syarat syarat sebagai berikut: a. Persyaratan umum terdiri dari :

    1. Berstatus Pegawai Negeri Sipil

    2. Serendah rendahnya memiliki pangkat 1 (satu) tingkat dibawah jenjang pangkat yang telah ditentukan.

    3. Memiliki kualitatif dan tingkat pendidikan yang ditentukan.

    4. Semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

    5. Tidak sejak menjalani hukuman dan/atau tidak sedang dalam proses

    hukum.

    6. Sehat jasmani dan rohani

    b. Persyaratan khusus

    Persyaratan khusus berupa kompetensi jabatan yang diperlukan, terdiri

    dari kompetensi manajerial dan kompetensi subtansif teknis,

    maksudnya yaitu:

    1. Kompetensi manajerial sekurang kurangnya terdiri dari unsur unsur wawasan, kepemimpinan, kerjasama, kemampuan mengelola

    sumber daya dan pengambilan keputusan.

    2. Unsur dari komponen substansif teknis sekurang kurangnya terdiri dari tingkat dan bidang pendidikan, keretampilan, pengetahuan, dan

    pengslsmsn kerja yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan

    tugas.

    Hersey dan Blanchard (1992 : 69) mengatakan, dalam teori manajemen

    dikenal 3 (tiga) kompetensi kepemimpinan (Manajerial) yakni :

    1. Kompetensi diagnosis, merupakan keemampuan untuk memahami

    situasi di lingkungan pekerjaannya.

    2. Kompetensi adaptasi, yaitu kemampuan perilaku pribadinya dengan

    sumberdaya lainnya yang dapat memberikan manfaat bagi lingkungan

    pekerjaannya.

    3. Kompetensi komunikasi, yaitu kemampuan berkomunikasi sehingga

    apa yang disampaikan akan runtuh difahami dan diterimaoleh orang orang disekitarnya.

  • Hubungan Antara Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai (Priasmara)

    367

    Untuk menerapkan sistem merit secara konsisten, dalam pelaksanaan

    pemanfaatan pegawai harus didasarkan pada standar jabatan dan kompetensi. Hal

    ini agar kompetensinya dapat dijamin, konsisten, dan ekuivalen pada levelnya,

    serta mampu menghadapi perubahan globa. Standarisasi adalah proses

    merumuskan, menetapkan, menerapkan, dan merevisi standar yang dilaksanakan

    secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak. Standar jabatan merupakan

    standar yang diciptakan untuk setiap jabatan dalam suatu organisasi.

    Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2000, p. 67), secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

    kemampuan reality (knowledge + skill), artinya karyawan yang memiliki IQ di

    atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil

    dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja

    maksimal. Dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun

    2003 Tanggal 21 November 2003 ditetapkan bahwa Standar Kompetensi Jabatan

    Stuktural adalah persyaratan kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang

    Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan tugas jabatan struktural. Standar

    Kompetensi Jabatan ini meliputi kompetensi dasar dan kompetensi bidang,

    sebagai berikut :

    1. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah kompetensi yang mutlak atau wajib dimiliki

    oleh setiap pejabat struktural. Atau dapat pula dikatakan bahwa kompetensi dasar

    adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS)

    yang menduduki jabatan struktural. Oleh karena itu, kompetensi dasar mutlak

    harys dimiliki oleh setiap pejabat struktural PNS pada hakekatnya ditetapkan

    (given) kompetensi dasar meliputi yaitu : integritas, kepemimpinan, perencanaan

    dan pengorganisasian, kerjasama, serta fleksibelitas. Deskripsi dan kelima

    kompetensi di atas, secara jelas dapat di lihat dalam kamus kompetensi jabatan.

    (dalam Modul 3 Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil, 2007 : 10)

    2. Kompetensi Bidang Kompetensi Bidang adalah kompetensi yang diperlukan oleh setiap

    pejabat struktural sesuai dengan bidang pekerjaan yang menjadi

    tanggungjawabnya. Atau dapat pula dikatakan bahwa kompetensi bidang adalah

    kompetensi yang diperlukan untuk mendukung bidang tugas jabatan struktural

    masing masing pegawai. Karena setiap jabatan memiliki karakteristik yang berbeda dengan antara satu dengan yang lainnya, maka konsekuensinya,

    kompetensi yang diperlukan juga berbeda sesuai dengan bidang tugas atau jabatan

    masing masing. Oleh karena itu, untuk menetapkan kompetensi bidang setiap jabatan, perlu dilakukan serangkaian proses untuk menyusunnya. Rangkaian

    proses inilah yang dikenal dengan prosedur penyusunan standar kompetensi

    jabatan, pada dasarnya khusus digunakan untuk mengindentifikasi kompetensi

    bidang. Dengan kata lain, indentifikasi kompetensi bidang dilakukan melalui

    tahap tahap penyusunan dan jumlahnya disepakati berkisar antara 5 (lima)

  • eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013:

    368

    sampai 10 (sepuluh), yang dipilih dari kompetensi yang terdapat dalam kamus

    kompetensi jabatan (dalam Modul 3 Kompetensi Jabatan Pegawai Negeri Sipil,

    2007 : 11)

    Cakupan standar kompetensi pegawai Negeri Sipil pada prinsipnya dapat

    didasarkan kepada jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan jabatan tersebut berdasarkan pada sifat pekerjaannya dapat disusun standar kompetensi

    Pegawai Negeri Sipil yang spesifik. Seorang Pegawai Negeri Sipil agar menjadi

    kompeten, maka yang bersangkutan minimal harus memenuhi kualifikasi dan

    mampu melaksanakan etika yang ditetapkan. Secara kualitatif, kualifikasi

    Pegawai Negeri Sipil dapat ditinjau dari tiga unsur utama, yaitu : keahlian,

    kemampuan teknis, dan sifat sifat personel yang baik. Untuk keahlian Pegawai Negeri Sipil antara lain harus : memiliki pengalaman yang sesuai dengan tugas

    dan fungsinya, memiliki pengetahuan yang mendalam dibidangnya, memiliki

    wawasan luas dan beretika. Untuk kemampuan teknis, Pegawai Negeri Sipil

    antara lain harus memahami tugas tugas dibidangnya. Kemudian untuk sifat personil yang baik antara lain haurs memiliki : disiplin tinggi, jujur, sabar,

    menaruh minat, terbuka, obyektif, pandai berkomunikasi, profesional, selau siap

    dan terlatih (Suprapto, 2002 : 3).

    Berdasarkan dari sekian banyaknya pendapat tentang kompetensi, dapat

    ditarik kesimpulan bahwa kompetensi merupakan sesuatu yang wajib dimiliki

    oleh setiap para pegawai negeri sipil adalah kemampuan yang berupa

    pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam

    menjalankan tugas jabatannya, sehingga pegawai negeri sipil tersebut dapat

    melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien.

    Kompetensi pegawai dapat diukur melalui 6 (enam) variabel yaitu :

    semangat berprestasi, ketelitian dan kejelasan kerja, inisiatif, kemauan untuk

    menggali informasi, empati dan orientasi pelayanan kepada pelanggan (Dyah

    Kusumastuty : Lokakarya seri manajemen sumber daya manusia)

    Semangat berprestasi adalah sikap pegawai untuk melakukan tugas lebih

    giat dengan kerjasama, disiplin dan bertanggung jawab untuk tujuan bersama.

    Ketelitian dan kejelasan kerja adalah pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh

    pegawai dengan memperhatikan standar kerja yang telah ditetapkan. Inisiatif

    adalah pegawai menyampaikan ide idenya kepada pimpinan untuk kelancaran pelaksanaan tugas. Menggali informasi adalah pegawai dalam mengembangkan

    pola pikirnya memerlukan informasi dari berbagai sumber, disamping

    memperoleh informasi dari lingkungan kerja. Empati adalah sikap pegawai yang

    terdapat dalam unit unit yang merupakan satu kesatuan, yang mana dalam pelaksanaan tugasnya saling membantu satu sama lainnya.

    Kinerja

    Menurut Prawirosentono dalam Sinambela. Dkk (2006:137) Kinerja

    adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai

    dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

  • Hubungan Antara Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai (Priasmara)

    369

    masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

    melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Sejalan dengan pendapat

    tersebut, Harbani Pasolong (2007:175) mengatakan kinerja pegawai adalah hasil

    kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Selanjutnya Withmore (dalam

    Sinambela. Dkk 2006:138) mengemukakan kinerja merupakan ekspresi potensi

    seseorang dalam memenuhi tanggungjawabnya dengan menetapkan standar

    tertentu. Kemudian Mangkunegara (2000:67) mendefinisikan Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang

    pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

    diberikan kepadanya. Sinambela, Dkk (2006:136) mendefinisikan bahwa kinerja pegawai

    sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu dengan keahlian

    tertentu. Dan Widodo dalam Pasolong (2007: 175) mengatakan bahwa kinerja

    adalah melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

    tanggungjawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Sedangkan

    Mohamad Mahsun (2006:25) mengatakan bahwa kinerja (performance) adalah

    gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

    kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi

    organisasi yang tertuang dalam strategik planning suatu organisasi. Kinerja bisa

    diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai

    kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

    Berdasarkan konsep-konsep dan pendapat para ahli di atas, maka penulis

    mendefinisikan kinerja adalah kemampuan seseorang secara kualitas dan

    kuantitas dalam melaksanakan tugasnya dalam rangka mewujudkan tujuan

    organisasi. Selain itu juga kinerja pegawai bisa dibilang hasil kerja seorang

    pegawai dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka

    mewujudkan tujuan organisasi. Dan hasil kerja tersebut berhasil atau tidaknya

    bergantung pada diri pribadi para pegawainya yang dipengaruhi berbagai macam

    faktor. Selanjutnya Hasibuan dalam Siagian (2002:56) mengatakan bahwa kinerja pegawai dapat dikatakan baik atau dapat dinilai dari beberapa hal :

    1) Kesetiaan seorang pegawai dikatakan memiliki kesetiaan jika ia

    melakukan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung

    jawab terhadap amanah yang diberikan organisasi.

    2) Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dicapai pegawai dalam

    melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya

    prestasi kerja seorang pegawai dipengaruhi oleh kecakapan,

    keterampilan, pengalaman dan kesanggupan pegawai dalam

    melaksanakan tugas dan fungsinya. Namun demikian prestasi kerja

    seorang pegawai tidak hanya tergantung dari kemampuan dan keahlian

    yang bersangkutan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

    3) Kedisiplinan, sejauhmana pegawai dapat mematuhi peraturan-peraturan

    yang ada dan melaksanakan instruksi yang diberikan kepadanya.

    Disiplin dapat diartikan melaksanakan apa yang telah disetujui bersama

  • eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013:

    370

    antara pimpinan dengan para pegawai baik persetujuan tertulis, lisan

    ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan.

    4) Kreatifitas yaitu kemampuan pegawai dalam mengembangkan ide-ide

    dan mengeluarkan potensi yang dimiliki dalam menyelesaikan

    pekerjaannya sehingga pegawai dapat bekerja dengan lebih berdaya

    guna dan berhasil guna.

    5) Kerjasama yaitu kemampuan pegawai untuk bekerja sama dengan

    pegawai lain dalam menyelesaikan suatu tugas yang ditentukan,

    sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik.

    6) Kecakapan dapat diukur dari tingkat pendidikan pegawai yang

    disesuaikan dengan pekerjaan yang menjadi tugasnya.

    7) Tanggungjawab adalah kesanggupan seorang pegawai menyelesaikan

    pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat

    pada waktunya serta berani menerima resiko pekerjaan yang dilakukan.

    Hubungan Kompetensi Pegawai dengan Kinerja Pegawai

    Kompetensi dan kinerja merupakan dua hal yang berbeda akan tetapi

    keduanya memiliki keterkaitan dalam kegiatan suatu organisasi. Kompetensi

    pegawai sangat penting dalam upaya untuk menegakkan dan meningkatkan

    kinerja para pegawai guna mencapai hasil kerja yang maksimal.

    Kemudian menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2007:13)

    merumuskan bahwa:

    Human Perpormance = Ability x Motivation

    Motivation = Attitude x Situation

    Ability = Knowledge x Skill

    Penjelasan:

    1) Faktor kemampuan (Ability) Secara Psikologis, kemampuan (Ability) terdiri dari kemampuan potensi

    (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan

    karyawan yang memiliki IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan

    pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan

    pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

    2) Faktor motivasi (Motivation) Motivasi diartikan sustu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap

    situasi kerja (situation) di lingkungan organisasi. Mereka yang bersikap positif

    (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan

    sebaliknya jika mereka bersikap negative (kontra) terhadap situasi kerjanya akan

    menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup

    antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola

    kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

    Teori yang disebutkan menegaskan bahwa kompetensi sangat

    berhubungan dengan kinerja, dimana kompetensi dapat meningkatkan kinerja

    sehingga dapat tercapainya tujuan organisasi dan memaksimalkan hasil kerja.

  • Hubungan Antara Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai (Priasmara)

    371

    Faktor kompetensi dalam meningkatkan kinerja merupakan sesuatu yang sangat

    penting mengingat hasil kerja yang maksimal dari pegawai membawa dampak

    pada tercapainya tujuan organisasi.

    berdasarkan teori yang telah dikemukakan, adapun definisi konsepsional

    yaitu kompetensi pegawai merupakan kemampuan seseorang anggota organisasi

    khususnya pegawai yang mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam

    bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan

    berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Kompetensi kerja

    dalam skripsi ini dilihat dari beberapa faktor antara lain semangat berprestasi,

    ketelitian dan kejelasan kerja, inisiatif, kemauan untuk menggali informasi, dan

    empati, dalam hal ini kompetensi kerja di Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

    Tana Tidung dalam meningkatkan kinerja para pagawainya guna mencapai tujuan

    organisasi.

    Kinerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung

    adalah secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam

    melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

    Dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah mengenai kedisiplinan, kerjasama

    dan tanggung jawab seorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

    Tana Tidung. Sampel total yang diambil adalah 23 orang yang merupakan seluruh

    pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah terdiri dari 16 PNS dan 7 honorer.

    Sampel yang jumlahnya sebesar populasi sering disebut sampel total

    (Surakhmad,1999:100). Semua pegawai merupakan responden dalam penelitian

    ini karena Penentuan sampel total sebagai teknik pengambilan sampel dalam

    penelitian ini mengacu pada pendapat Arikunto yang menyatakan apabila

    subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga

    penelitiannya merupakan penelitian populasi.

    Dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik sensus yaitu dengan

    mengambil seluruh anggota populasi sebagai sampel sehingga akan representatif.

    Penelitian ini bersifat asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

    dua variabel atau lebih. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

    (1) observasi,(2) angket/kuesioner, (3) dokumentasi.

    Adapun pokok-pokok isi kuesioner penelitian merupakan indikator dari

    variabel kompetensi pegawai meliputi: (1) semangat berprestasi,(2) ketelitian dan

    kejelasan kerja,(3) inisiatif,(4) kemauan untuk menggali informasi,(5) empati dan

    variabel kinerja meliputi: (1) kedisiplinan,(2) kerja sama,(3) tanggung jawab.

    Untuk menganalisis data yang diperoleh dan untuk menguji hipotesis yang

    telah dirumuskan, maka penulis menggunakan ukuran korelasi statistik non

    parametris, yaitu Rank Spearman ( ). Analisis statistik ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel yaitu variabel kompetensi pegawai

    sebagai variabel independent dan kinerja pegawai sebagai variabel dependent.

  • eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013:

    372

    Dari data yang diperoleh hasil jawaban responden ditemukan banyak

    angka yang sama, maka rumus Korelasi Rank Spearman (rs) menurut Sidney

    Siegel (1988:256).

    Dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal sebagai alat pengukur

    data. Menurut Hadi (2001:93) bahwa skala ordinal adalah angka yang

    menunjukan posisi dalam suatu urutan-urutan dalam suatu seri. Skala ordinal

    disebut juga skala berjenjang karena menggolongkan subjek menurut jenjangnya,

    tanpa memperhatikan jarak antara golongan yang satu dengan yang lain. Dalam

    penelitian ini juga menggunakan skala 5 jenjang ( jawaban a diberi nilai 5;

    jawaban b diberi nilai 4; jawaban c diberi nilai 3; jawaban d diberi nilai 4; dan

    jawaban e diberi nilai 1).

    Data diperoleh dari hasil kuesioner yang merupakan data kualitatif yang

    masih berbentuk konsep sehingga masih perlu diubah menjadi data kuantitatif

    berupa angka-angka. Untuk mengetahui apakah dalam pengukuran Korelasi Rank

    Spearman berada pada tingkat tinggi, sedang atau rendah, maka digunakan

    pedoman interpretasi koefisien korelasi yang dikemukakan oleh Sugiyono

    (2003:231)

    Tabel Nilai Interpretasi Koefisien Korelasi

    Interval Koefisien Tingkat Hubungan

    0,00 0,199 0,20 0,399 0,40 0,599 0,60 0,799 0,80 1000

    Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi

    Sangat Tinggi

    Sumber : Sugiyono (2003:231)

    Hasil dan Pembahasan

    Untuk variabel dalam penelitian ini terdapat indikator sebagai alat ukur

    yang menjadi isi kuesioner. Untuk indikator variabel kompetensi antara lain: pada

    indikator kondisi semangat berprestasi diperoleh hasil rata-rata jawaban

    responden sebesar 4.27% yang dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan

    kerja di kantor Kecamatan Muara Jawa berada pada kategori baik. Pegawai kantor

    menilai bahwa kondisi lingkungan tempat mereka bekerja sangat baik,

    mendukung dan nyaman sehingga mereka senantiasa semangat dalam

    melaksanakan tugas kantor. Kemudian pada indikator kompensasi yang memadai

    (pemberian kompensasi) diperoleh hasil rata-rata jawaban responden sebesar

    4.16% yang dapat disimpulkan juga bahwa di kantor Kecamatan Muara Jawa

    berada pada kategori baik dalam hal kompensasi yang memadai (pemberian

    kompensasi). Para pegawai kantor Kecamatan Muara Jawa merasa sangat sesuai

    dengan pemberian kompensasi yang ada sehingga pegawai pun merasa puas

    dengan hal tersebut.

    Lebih lanjut mengenai indikator semangat berprestasi, dimana hasil rata-

    rata jawaban responden sebesar 4.29%. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa di

  • Hubungan Antara Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai (Priasmara)

    373

    kantor Badan Kepegawaian Daerah berada pada kategori baik dalam hal

    pelaksanaan pelatihan. Para pegawai menilai pelaksanaan pelatihan di kantor

    sangat baik, akan tetapi sebagian pegawai merasa bahwa pelaksanaan pelatihan

    membuat mereka tidak bebas dan kaku dalam melakukan pekerjaan. Pada

    indicator ketelitian dan kejelasan kerja diperoleh hasil rata-rata jawaban

    responden sebesar 4.19% dengan demikian di kantor Badan Kepegawaian Daerah

    berada pada katagori baik dalam hal ketelitian dan kejelasan kerja kepada

    pegawainya. Para pegawai menilai bahwa jaminan karir yang ada sangat baik

    sehingga mereka merasa senang karena dengan adanya ketelitian dan kejelasan

    kerja, mereka mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan sekaligus dapat

    mengembangkan kemampuan mereka dalam bekerja.

    Pada indikator inisiatif diperoleh rata-rata jawaban responden sebesar

    4.25% yang disimpulkan bahwa inisiatif berada pada katagori baik di kantor

    Badan Kepegawaian Daerah. Para pegawai menilai bahwa inisiatif di kantor

    Badan Kepegawaian Daerah sangat baik dan sesuai sehingga para pegawai merasa

    puas dan semangat dalam bekerja karena jika semuanya bertanggung jawab

    terhadap tupoksi masing-masing, maka tidak ada pekerjaan yang tumpang tindih

    dan semua pegawai bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing. Selanjutnya

    pada indikator kemauan untuk menggali informasi diperoleh rata-rata jawaban

    responden sebesar 4.10% yang menandakan bahwa di kantor Badan Kepegawaian

    Daerah berada pada kategori baik dalam hal kemauan untuk menggali informasi.

    Dalam indikator ini juga para pegawai menilai bahwa kemauan menggali

    informasi baik bagi para pegawai dan merasa terpicu semangatnya dalam

    melaksanakan tugas ataupun bekerja karena menurut mereka jika informasi

    tersebut terlalu kaku atau diterapkan secara tidak konsisten, secara tidak langsung

    pula membuat mereka cenderung mempunyai kompetensi pegawai yang rendah

    dan pada indikator empati diperoleh rata-rata jawaban 4.19% yang disimpulkan

    bahwa empati berada dalam kategori baik di Kantor Badan Kepegawaian Daerah.

    Para pegawai menilai bahwa empati di Kantor Badan Kepegawaian Daerah sangat

    baik dan sesuai sehingga para pegawai saling bekerja sama dalam mengerjakan

    pekerjaan yang di anggap sulit.

    Kemudian untuk indikator kinerja antara lain : Pada indikator kedisiplinan

    diperoleh rata-rata jawaban responden sebesar 4.10%. Dimana hal tersebut

    menyimpulkan bahwa di kantor Badan Kepegawaian Daerah berada pada katagori

    baik dalam hal disiplin waktu. Para pegawai menilai bahwa pegawai tepat waktu

    dan selalu ada di kantor pada saat jam kantor sehingga pelayanan kepada

    masyarakat dinilai baik karena mereka melaksanakan tugas dengan baik dan tepat

    waktu. Hal ini juga menandakan bahwa pegawai di kantor Badan Kepegawaian

    Daerah sudah melakukan kedisiplinan dengan baik.

    Selanjutnya pada indikator kerja sama diperoleh rata-rata jawaban

    responden sebesar 4.14% yang disimpulkan bahwa kerja sama di kantor Badan

    Kepegawaian Daerah berada pada katagori baik. Para pegawai menilai bahwa

    pegawai kantor Badan Kepegawaian Daerah selalu bekerja sama dalam

  • eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013:

    374

    mengerjakan pekerjaan yang di berikan jika merasa kesulitan. Selain itu pegawai

    juga berpendapat jika mereka selalu bekerja sama pada saat ada mengerjaka

    pekerjaan dapat membangun citra yang baik terhadap masyarakat yang meminta

    pelayanan. Hal ini juga menandakan bahwa pegawai di kantor Badan

    Kepegawaian Daerah sudah melaksanakan kerja sama dengan baik.

    Terakhir indikator tanggung jawab yang mana diperoleh rata-rata jawaban

    responden sebesar 4.09%. Hal ini menunjukkan bahwa di kantor Badan

    Kepegawaian Daerah berada pada katagori baik dalam hal tanggung jawab. Para

    pegawai menilai bahwa pegawai dalam melaksanakan pekerjaan sudah

    bertanggung jawab, berhati-hati dalam menggunakan peralatan dan perlengkapan

    kantor dan tepat waktu dalam melaksanakan tugas kantor. Hal itu membuat

    pegawai menghasilkan pekerjaan dengan baik.

    Dalam penelitian ini, dari jawaban responden banyak terdapat angka yang

    sama dari kedua variabel. Angka yang sama untuk variabel kompetensi pegawai

    berjumlah 312 sedangkan jumlah angka yang sama untuk variabel kinerja adalah

    354 Dengan hasil perhitungan pada variabel kompetensi pegawai (x) atau x2 sebesar 989 dan hasil perhitungan pada variabel kinerja (y) atau y2 sebesar 982.5.

    Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Korelasi Rank Spearman

    dari Sidney Siegel (1988:256-257) maka tingkat korelasi yang diperoleh antara

    variabel kompetensi pegawai dan kinerja pegawai adalah 0.255. Untuk melakukan

    pengujian hipotesis adalah dengan cara membandingkan antara rs empiris dengan

    rs tabel pada tingkat signifikan 0.05 untuk tes dua sisi. Apabila harga rs empiris rs tabel untuk n = 23, terdapat korelasi antara kedua variabel dengan demikian

    hipotesis atau (H1) yang diajukan diterima dan menolak hipotesis nol (H0).

    Hasil penelitian ini mendapatkan nilai rs tabel pada signifikan tingkat

    kepercayaan 0.05 atau 95% untuk n = 23 yaitu 0.413, maka hasil perhitungan nilai

    rs 0.413 > 0.255 sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis satu (H1)

    diterima yang berarti terdapat hubungan antara kompetensi pegawai dengan

    kinerja pegawai di kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung.

    Kemudian untuk memberikan interpretasi seberapa kuat hubungan antara

    kompetensi pegawai dengan kinerja pegawai di kantor Badan Kepegawaian

    Daerah Kabupaten Tana Tidung, maka dapat digunakan pedoman interpretasi

    pengukuran koefisien Korelasi Rank Spearman seperti yang dikemukakan oleh

    Sugiyono (2003:231). Berdasarkan pengukuran koefisien korelasi tersebut, maka

    korelasi rs yang telah didapat sebesar 0.255 termasuk pada tingkat hubungan

    rendah.

    Kesimpulan dan saran Hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis satu (H1) diterima yang

    menandakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kedua variabel yaitu

    kompetensi pegawai dengan kinerja pegawai di kantor Badan Kepegawaian

    Daerah Kabupaten Tana Tidung. Korelasi rs yang didapat sebesar 0.255, maka

  • Hubungan Antara Kompetensi Pegawai Dengan Kinerja Pegawai (Priasmara)

    375

    tingkat hubungan antara kompetensi pegawai dengan kinerja pegawai di kantor

    Badan Kepegawaian Daerah pada tingkat hubungan rendah.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa kompetensi pegawai memiliki

    hubungan dengan kinerja, oleh karena itu hendaknya setiap pegawai memiliki

    kompetensi pegawai yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerja. Dalam

    penelitian ini juga hubungan kompetensi pegawai dengan kinerja termasuk dalam

    tingkat hubungan rendah, untuk itu sudah selayaknya dilakukan penelitian

    menggunakan variabel lain diluar kompetensi pegawai di kantor Badan

    Kepegawaian Daerah Kabupaten Tana Tidung. Hal ini bertujuan untuk

    mengetahui faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kinerja pegawai di

    kantor Badan Kepegawaian Daerah. Dengan demikian berdasarkan faktor-faktor

    tersebut diharapkan akan ditemukan strategi lain untuk dapat meningkatkan

    kinerja pegawai di kantor Badan Kepegawaiaan Daerah Kabupaten Tana Tidung.

    Daftar Pustaka

    Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

    Hadi, Sutrisno.2001. Metodologi Research. Yogyakarta : Fakultas Psikologi

    Universitas Gajah Mada

    Hasibuan S.P Malayu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT

    Bumi Aksara.

    Mahmudi. 2005. Manajemen kinerja sektor publik. Yogyakarta: Akademi

    Manajemen Perusahaan YKPN.

    Mahsun, Mohamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:

    Penerbit BPFE.

    Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja. Bandung: PT. Refika

    Aditama.

    Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.

    Siagian, Sondang P. 2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT.

    Rineka Cipta.

    Siagian, Sondang P. 2002. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi

    Aksara.

    Siegel, Sidney. 1988. Statistik Non Paramentrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta :

    PT. Gramnedia

    Sinambela, Lijan Poltak. Dkk. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Teori,

    Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.

    Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei.

    Yogyakarta: LP3ES.

    Sugiyono.2003. Metode Penelitian Administratif. Bandung : CV. Alfabeta

    .2004.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta

    . 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung CV. Alfabeta

    . 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

    Alfabeta.

  • eJournal Pemerintahan Integratif, Volume 1, Nomor 3, 2013:

    376

    Suprapto. 2002. Standarisasi Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Menuju Era

    Global. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengenbangan BKN.

    Dokumen-Dokumen :

    Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999, tentang perubahan

    Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok

    Kepegawaian.

    Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor: M.04.PW.07.03 tahun

    2007 tentang petunjuk pelaksanaan pengangkatan, mutasi, dan

    pemberhentian pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

    Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003 Tanggal

    21 Nopember 2003

    Dyah, Kusumastuty dan Tim, 2003, Lokakarya Seri Manajemen Sumber Daya

    Manusia, Implementasi Penataan Sumber Daya Aparatur Berorientasi

    pada Kompetensi.

    Sahara, Sofyan, 2004, Perencanaan Jalur Karier Jabatan Berbasis Kompetensi

    (Studi Pada Sekretariat Daerah Kabupaten Halmahera Tengah

    Provinsi Maluku Tengah) dalam Jurnal Administrasi Pemerintahan

    Daerah, Program Pascasarjana STPDN DEPDAGRI Volume I,

    Bandung

    Kepala Badan Kepegawaian Negara, 2007, Modal 3 Kompetensi Jabatan Pegawai

    Negeri Sipil.

    Sumber Internet :

    http://kepegpptik.blog.ugm.ac.id/pns/dp3 (diakses 27 Mei 2012)

    Tim Peneliti BKN, 2004, Standar Penyusunan Kompetensi Pada Jabatan

    Struktural,www.bkn.go.id/sample/2004/Buku_Peny_Ped_Peng_K

    ompetensi_PNS_%202004.pdf, DiaskesTanggal 21 februari 2013