Efusi Pleura Putri
description
Transcript of Efusi Pleura Putri
Laporan Kasus
EFUSI PLEURA
Disusun Oleh:
Rizqina Putri
1408465586
Pembimbing:
dr. Azizman Saad Sp.P (K)
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN PULMONOLOGI DAN
KEDOKTERAN RESPIRASI RSUD ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Efusi pleura merupakan suatu keadaan terdapatnya akumulasi cairan
pleura dalam jumlah yang berlebihan didalam rongga pleura, yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran cairan pleura.1Pada
keadaan normal rongga pleura hanya mengandung cairan sebanyak 10-20 ml.2
Efusi pleura dibedakan menjadi eksudat dan transudat berdasarkan penyebabnya
dan dapat terjadi sebagai komplikasi dari berbagai penyakit.3Berdasarkan catatan
medik RS Kariadi Semarang jumlah prevalensi penderida efusi pleura semakin
bertambah setiap tahunnya.1 Penyebab efusi pleura terbanyak dalam penelitian ini
adalah keganasan. Penelitian yang pernah dilakukan di rumah sakitPersahabatan,
dari 229 kasus efusi pleura pada bulanJuli 1994-Juni 1997, keganasan merupakan
penyebabutama diikuti oleh tuberkulosis, empiema toraks dankelainan ekstra
pulmoner.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi pleura
Pleura adalah lapisan yang melapisi parenkim paru, mediastinum,
diafragma dan iga. Pleura ini mempunyai dua lapisan yakni parietal dan viseral.
Lapisan viseral melapisi parenkim paru yang berhubungan dengan lapisan dada,
diafragma dan mediastinum dan juga dengan lapisan interlobaris.Pleura viseralis
ini berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi setiap lobus paru. Pleura
parietalis melapisi rongga torak. Diantara pleura parietalis dan pleura viseralis
terdapat ruang yang disebut “rongga“ pleura. Pada rongga pleura terdapat cairan
pleura seperti lapisan film karena jumlahnya sangat sedikit yang hanya berfungsi
untuk memisahkan pleura viseralis dengan pleura parietalis.4
Berbeda dengan pleura parietalis yang sangat sensitif, pleura viseralis
tidak dapat merasakan rasa sakit. Rasa sakit yang berasal dari pleura akan terasa
sampai ke dinding dada tepat di tempat lesi pleura.4
Gambar 2.1 Anatomi pleura dan Efusi Pleura
3
2.2 Definisi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau penimbunan cairan
yang berlebihan dalam rongga pleura dapat berupa transudat maupun eksudat.
2.3 Patogenesis
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1 – 20 ml. cairan di
rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh
pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat
dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura
parietalis.5
Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila:
- Tekanan osmotik koloid menurun dalam darah, misalnya pada
hipoalbuminemia.
- Terjadi peningkatan :
a. Permeabilitas kapiler ( keradangan, neoplasma )
b. Tekanan hidrostatis di pembuluh darah ke jantung / v. pulmonalis (
kegagalan jantung kiri )
c. Tekanan negatif intrapleura ( atelektasis ).
2.4 Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dapat dibagi
menjadi transudat, eksudat dan hemoragis.4,5
1. Transudat terjadi akibat terganggunya keseimbangan tekanan hidrostatik
dengan tekanan osmotik koloid. Misalnya pada gagal jantung kongestif,
sirosis hepatis dan asites, hipoalbuminemia, sindroma nefrotik,
glomerulonefrtis akut.
2. Eksudat terjadi karena peningkatan permeabilitas membran kapiler.
Misalnya disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi, infark paru,
bendungan pada pembuluh limfe dan keganasan.
3. Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh: Tumor, trauma, infark paru,
tuberkulosis.
a. Neoplasma
Neoplasma penyebab efusi pleura meliputi karsinoma bronkogenik. Dalam
keadaan ini, jumlah leukosit biasanya > 2500/ml, sebagian terdiri dari limfosit, sel
maligna. Tumor metastatik biasanya berasal dari karsinoma mammae, lebih sering
bilateral jika dibandingkan dengan karsinoma bronkogenik akibat penyumbatan
pembuluh limfe atau penyebaran ke pleura.6
b. Infeksi
Infeksi merupakan penyebab efusi pleura eksudatif. Mikroorganisme
penyebabnya dapat berupa bakteri atau virus. Efusi pleura yang eksudatif yang
mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan nanah disebut
empiema.Pneumonia yang disebabkan oleh virus atau mikoplasma kadang-kadang
menyebabkan terjadinya efusi pleura.6
Efusi pleura karena tuberkulosis paru (pasca primer) merupakan suatu
reaksi hipersensitivitas yang terjadi kemudian (delayed hypersensitivity reaction).
Efusi pleura ini selalu bersifat unilateral, tampak seperti transudat, tetapi jika
diperiksa terbukti berupa eksudat dengan kadar glukosa rendah, leukosit
berjumlah 1000-2000/mL dengan dominasi limfosit, kadang-kadang ditemukan
sel mesotel (2%) dan sel neutrofil ditemukan pada awal perjalanan penyakit.4
c. Imunologik
Efusi pleura yang penyebabnya imunologi meliputi efusi rematoid, emboli
paru, penyakit rheumatoid sering melibatka pleura. Walaupun secara klinis jarang
ditemukan, tetapi pleura rheumatoid sering bersifat asimptomatis. Gambaran
cairan efusi : kuning – kehijauan, kadang seperi susu, sifatnya aksudat dengan
kadar protein mencapai 7,3 g/100 ml, LDH > 1.000 U/L.4
2.5 Manifestasi klinik
2.5.1 Gejala utama
Gejala-gejala timbul jika cairan bersifat imflamatoris atau jika mekanika
paru terganggu. Gejala yang paling sering timbul adalah sesak, berupa rasa penuh
dalam dada atau dipsneu. Nyeri dapat timbul akibat efusi yang banyak, berupa
nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul.
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi gerakan dinding dada tertinggal pada sisi yang terkena, vocal
fremitus melemah pada palpasi, pekak pada perkusi dan penurunan bunyi
napaspada auskultasi. Jika terjadi inflamasi, maka dapat terjadi friction
rub.Atelektasis kompresif (kolaps paru parsial) dapat menyebabkan bunyi napas
bronkus.
2.6 Pemeriksaan laboratorium
a. Analisis Cairan Pleura
Cairan pleura secara makroskopik diperiksa warna dan baunya. Transudat
biasanya jernih transparan, berwarna kuning jerami, dan tidak berbau. Cairan
pleura yang berbau busuk dan mengandung nanah biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri anaerob, cairan yang berwarna kemerahan biasanya mengandung
darah, jika berwarna cokelat biasanya amebiasis. Efusi pleura yang mengandung
cukup banyak darah menimbulkan dugaan adanya trauma, keganasan atau emboli
paru.4
b. Pemeriksaan darah rutin
Bila didapatkan :5
Leukosit 25.000 (mm3):empiema
Banyak Netrofil :pneumonia, infark paru, pankreatilis, TB paru
Banyak Limfosit : tuberculosis, limfoma, keganasan.
Eosinofil meningkat : emboli paru, poliatritis nodosa, parasit dan jamur
Eritrosit :mengalami peningkatan 5000-10000/ mm3 cairan
tampak hemorogis, sering dijumpai pada
pankreatitis atau pneumoni. Bila eritrosit >
100000 mm3 menunjukkan infark paru, trauma
dada dan keganasan.
c. Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang
perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :5
Jenis pemeriksaan Transudasi Eksudat
Rivalta -/+ +
Berat jenis < 1,016 >1,016
Protein < 3gr/100cc >3gr/100cc
Rasio protein pleura dengan protein Serum <0,5 >0,5
LDH (lactic dehydrogenase) <200 IU >200 IU
Rasio LDH cairan pleura dengan LDH serum <0,6 >0,6
Leukosit <1000/mm3 >1000/mm3
2.7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan foto toraks
Pada foto dada posterior anterior (PA) permukaan cairan yang terdapat
dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan
permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial, tampak
sudut kostofrenikus menumpul. Pada pemeriksaan foto dada posisi lateral
dekubitus, cairan bebas akan mengikuti posisi gravitasi.
2. Bronkoskopi
Pada pasien dengan efusi pleura dan didapatkan ketidaknormalan
gambaran radiografi seperti infiltrat massa atau atelektasis maka
bronkoskopi dapat digunakan untuk mengetahui penyakit parenkim dan
efusi pleuranya.5
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan efusi pleura ditujukan pada pengobatan penyakit dasar dan
pengosongan cairan (torasentesis). Penatalaksanaan efusi pleura harus segera
dilakukan, terapi paliatif setelah diagnosis dapat ditegakkan. Tujuan utama
penatalaksanaan segera ini adalah untuk mengatasi keluhan akibat volume cairan
yang meningkat dan meningkatkan kulitas hidup penderita. Pemasangan water
sealed drainage (WSD) adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
keluhan sesak.
Indikasi untuk melakukan torasentesis adalah :
a. Menghilangkan sesak napas yang ditimbulkan oleh akumulasi cairan rongga
pleura.
b. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.
c. Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena
pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah banyak dapat
menimbulkan sembab paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.
Kerugian:
a. Tindakan torasentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada di
dalam cairan pleura.
b.Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura (empiema)
c. Dapat terjadi pneumotoraks
2.8.1 Penatalaksanaan efusi pleura transudat
Cairan biasanya tidak begitu banyak. Terapinya :
a. Bila disebabkan oleh tekanan hidrostatis yang meningkat, pemberian
diuretika dapat menolong.
b.Bila disebabkan oleh tekanan koloid osmotik yang menurun sebaiknya
diberi protein.
c. Bahan sklerosing dapat dipertimbangkan bila ada reakumulasi cairan
berulang dengan tujuan melekatkan pleura viseralis dan parietalis.
2.8.2 Penatalaksanaan pleura eksudat
Efusi parapneumonik
Efusi pleura yang terjadi setelah keradangan paru (pneumonia).
a. Paling sering disebabkan oleh pneumonia
b. Umumnya cairan dapat diresorbsi setelah pemberian terapi yang adekuat
untuk penyakit dasarnya.
c. Bila terjadi empiema, perlu pemasangan kateter toraks dengan WSD
d. Bila terjadi fibrosis, tindakan yang paling mungkin hanya dekortikasi
(yaitu jaringan fibrotik yang menempel pada pleura diambil/ dikupas)
2.8.3 Penatalaksanaan efusi pleura maligna
a. Pengobatan ditujukan pada penyebab utama atau pada penyakit primer
dengan cara radiasi atau kemoterapi.
b. Bila efusi terus berulang, dilakukan pemasangan kateter toraks dengan
WSD.
2.8.4 Pleurodesis
a. Dilakukan pada efusi pleura maligna yang tidak dapat dikontrol atau pada
efusi yang terus menerus terjadi setelah dilakukan torasintesis berulang.
b. Obat-obatan yang dipakai untuk pleurodesis antara lain tetrasiklin HCl
(derivat-derivatnya yang bereaksi dengan asam misalnya : teramisin HCl
doksisiklin HCl), bleomisin, fluoro-urasil dan talk, larutan glukosa 40%.
Bleomisin dan fluoro urasil dapat dipakai pada efusi pleura maligna.
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn.HT
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Masuk RS : 26 November 2015
Tgl periksa : 27 November 2015
ANAMNESIS ( Autoanamnesis)
Keluhan utama
Sesak napas yang memberat sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan sesak napas yang memberat 1 hari SMRS, sesak
napas sudah dirasakan pasien sejak 1 bulan SMRS, sesak dirasakan terus
menerus sepanjang hari dan diperberat ketika beraktivitas. Sesak semakin
terasa apabila pasien tidur dengan posisi telentang, pasien lebih nyaman
tidur dengan posisi bantal ditinggikan serta lebih nyaman kalau tidur
dengan posisi miring ke kanan. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca,
alergan dan kelelahan.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak sejak 3 minggu SMRS, batuk hilang
timbul, batuk berdahak (+), dahak bewarna kuning kental, darah (-). Pasien
juga mengeluhkan apabila batuk maka dada kanan akan terasa nyeri, nyeri
terutama saat manarik napas dalam.
Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 minggu SMRS, demam naik
turun, badan meriang (+), menggigil (+), keringat malam hari (-), nafsu
makan baik, penurunan berat badan disangkal, mual dan muntah (-), BAK
dan BAB tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien sebelumnya tidak pernah mengeluhkan hal yang sama
- Hipertensi (-)
- DM (-)
- Asma (-)
- Riwayat minum OAT (-)
- Riwayat terkena radang otot (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mengeluhkan sakit yang sama
- Hipertensi (-)
- Asma (-)
- DM (-)
- TB (-)
Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan, dan Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai wiraswasta
Pasien merokok (+), selama 20 tahun, 3 s/d 4 bungkus sehari, dan sudah
berhenti 1 bulan yang lalu.
Minum alkohol (-)
PEMERIKSAAN UMUM
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tanda – tanda Vital : Tekanan darah :110/70 mmHg
Nadi : 97 x/menit
Nafas : 29x/menit
Suhu : 38,3 °C
Keadaan gizi : Normoweight ( tinggi badan
167 dan BB 60 kg) IMT 21,71
PEMERIKSAAN FISIK :
KEPALA & LEHER :
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Pupil bulat isokor, 2 mm/2 mm
Refleks cahaya (+/+)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Tidak terdapat peningkatan JVP (5-2 cmH20)
THORAX :
Paru :
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Vokal Fremitus melemah pada paru kanan
Perkusi : Lapangan paru kanan bawah redup
Lapangan paru kiri sonor
Auskultasi: Lapangan paru kananvesikuler melemah, wheezing (-),
Ronkhi (+)
Lapangan paru kiri vesikuler (+), wheezing (-), ronkhi
(-)
Jantung :
Inspeksi :Ictus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ictus kordis tidak teraba
Perkusi :Batas jantung kanan tidak dapat dinilai
:Batas jantung kiri linea midclavikula sinistra SIK 5
Auskultasi :Bunyi jantung S1, S2 dalam batas normal, murmur(-), gallop(-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), inflamasi (-), striae (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Perut supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium(-)
Ekstremitas :
Akral hangat
CRT < 2 detik
Udem ekstremitas (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan Darah
Hb 12,1 g/dL
Ht 31,5 %
Leukosit 19.900 /uL
Trombosit 483.000 /uL
Foto toraks
• Foto rontgen thoraks tuhan HT umur 29 tahun
• Foto diambil secara PA
• Tulang intake, clavicula simetris, scapula tidak menutupi paru
• Sudut costofrenikus kanan sulit dinilai, yang kiri lancip
• Diafragma kanan sulit dinilai, diafragma sebelah kiri tidak mendatar
Jantung : CTR tidak dapat dinilai
Tampak gambaran perselubungan homogen pada paru kanan bawah
RESUME
Tn.Ht 29 tahun datang ke IGD RSUD AA dengan keluhan sesak napas
yang memberat sejak 1 hari SMRS, sesak napas sudah dirasakan pasien sejak 1
bulan SMRS, sesak dirasakan terus menerus sepanjang hari dan diperberat ketika
beraktivitas. Sesak semakin terasa apabila pasien tidur dengan posisi telentang,
pasien lebih nyaman tidur dengan posisi bantal ditinggikan serta lebih nyaman
kalau tidur dengan posisi miring ke kanan. Sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca,
alergan dan kelelahan.
Pasien mengeluhkan batuk berdahak sejak 3 minggu SMRS, batuk hilang
timbul, batuk berdahak (+), dahak bewarna kuning kental, darah (-). Pasien juga
mengeluhkan apabila batuk maka dada kanan akan terasa nyeri, nyeri terutama
saat manarik napas dalam. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 1 minggu
SMRS, demam naik turun, badan meriang (+), menggigil (+), keringat malam hari
(-), nafsu makan baik, penurunan berat badan disangkal, mual dan muntah (-),
BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
97x/I, pernapasan 29x/I dan suhu tubuh 38,3 C. konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pembesaran KGB (-), dan tidak terdapat peningkatan JVP. Gerakan
dinding dada simetris kiri dan kanan, vocal fremitus melemah pada lapangan paru
kanan. Lapangan paru kanan bawah redup, vesikuler melemah, ronkhi (+). Pada
rontgen thoraks tampak perselubangan homogen pada paru kanan bawah, jantung
sulit dinilai. Dari pemeriksaan rontgen tampak adanya efusi pleura dextra.
DIAGNOSIS KERJA :
- Efusi Pleura dextra ec Pneumonia
DD TB paru
RENCANA PEMERIKSAAN
Punksi pleura sitologi cairan pleura
Sputum BTA SPS
RENCANA PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi:
Bed rest
Diet tinggi kalori tinggi protein
Farmakologi
Pemberian O2 nasal canul 2-3 L
IVFD RL 18 tpm
Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr
PCT 3 x 500 mg bila demam
Ambroxol 3 x 30 mg
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis efusi pleura dextra ec pneumonia.
Hal ini didasarkan dari hasil anamnesis didapatkan pasien mengeluhkan adanya
sesak napas yang memberat sejak 1 hari SMRS, sesak sudah dirasakan sejak 1
bulan SMRS. Sesak yang dirasakan terus menerus dan semakin memberat.
Apabila sesak pasien tidak dapat tidur telentang dan lebih nyaman tidur dengan
posisi bantal yang ditinggikan serta miring ke sebelah kanan. Sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca, allergen ataupun kelelahan, pasien juga mengeluhkan
batuk yang berdahak > 3 minggu, dahak bewarna kuning, darah (-), apabila batuk
maka timbul nyeri pada dada kanan, terutama saat menarik napas dalam, pasien
juga mengalami demam sejak 1 minggu SMRS, badan meriang (+), keringat pada
malam hari (-), nafsu makan baik, penurunan BB (-).
Pada pemeriksaan fisik paru, inspeksi didapatkan gerakan dinding dada
simetris. Pada palpasi vokal fremitus pada dada kanan melemah dibandingkan
dada kiri, hal ini menandakan adanya cairan yang menghambat pada paru kana.
Pada perkusi dada kiri sonor, dada kanan redup, dan pada auskultasi didapatkan
suara vesikuler menghilang pada paru kanan dan terdapat ronkhi (+/-). Hal ini
juga menunjang adanya cairan dan . Pada pemeriksaan foto thorax PA didapatkan
gambaran perselubungan homogen pada paru kanan bawah. Berdasarkan data di
atas Hal ini menunjang adanya efusi pada paru kanan yang dapat disebabkan
infeksi pada parenkim paru yaitu pnemonia.
Tatalaksana pada pasien ini berupa pemberia O2 nasal canul 2-3 L/menit,
untuk memenuhi kebutuhan oksigen didalam darah, infuse cairan untuk
membantu memenuhi kebutuhan elektrolit, ambroxol sebagai mukolitik, ceftrixon
sebagai antibiotic golongan sefalosporin generasi ke 3, dan paracetamol sebagai
antipiretik dan analgetik. Dan di rencanakan untuk melakukan pungsi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tobing EMS. Karakteristik Penderita Efusi Pleura di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2011. Jurnal FK USU. 2013;2(1)
2. Syahruddin E. Efusi Pleura Ganas dan Sistem TNM untuk Staging Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK) Versi 7, UICC 2009. J Respir Indo. 2010;3(30)
3. Khairani R, Syahruddin E, Partakusuma LG. Karakteristik Efusi Pleura di Rumah Sakit Persahabatan. J Respir Indo. 2012;3(32)
4. Djojodibroto D, Penyakit Pleura. Dalam: Respirologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2009
5. Wilson LM. 2006. Penyakit Pernapasan Restriktif. Dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Price SA, et al. Edisi 6. Jakrta: EGC; hal. 799-800
6. Alsagaff H, Mukty A. Penyakit Pleura. Dalam: Dasar – dasar penyakit paru. Edisi 6. Surabaya: Airlangga University Press;2009.
7. Halim H. 2009. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo AW, et al. Edisi 5, Jilid III. Jakarta: pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI; hal.2329-36
8. Ward JPT, et al. At a Glance Sistem Respirasi. 2006. Edisi II. Jakarta: Erlangga; hal. 68-69