EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM NEWTON …...EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM NEWTON...
Transcript of EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM NEWTON …...EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM NEWTON...
EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM NEWTON MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS
PADA SISWA KELAS X MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama: Pendidikan Fisika
Oleh:
Naim Sulaiman
NIM S831108044
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM NEWTON
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS PADA SISWA KELAS X MAN 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TESIS
Oleh: Naim Sulaiman
S831108044
Komisi Pembimbing
Nama Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I Dr. Sarwanto, M.Si. NIP. 196909011994031002
............................. .... Februari 2013
Pembimbing II Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. .... Februari 2013 NIP. 195201161980031001
Telah dinyatakan memenuhi syarat
pada tanggal .... Februari 2013
Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana UNS
Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. NIP.196811241994031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEKTIVITAS REMEDIASI MISKONSEPSI HUKUM NEWTON MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS
PADA SISWA KELAS X MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TESIS
Oleh:
Naim Sulaiman S831108044
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Tanggal
Ketua Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. NIP. 196811241994031001
................................ .... Februari 2013
Sekretaris Drs. Cari, M.A., M.Sc., Ph.D. NIP. 196103061985031002
................................ .... Februari 2013
Anggota Penguji
Dr. Sarwanto, M.Si. NIP. 196909011994031002
................................ .... Februari 2013
Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 195201161980031001
................................ .... Februari 2013
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal .... Februari 2013
Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. NIP. 196407071990101003 NIP.196811241994031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul :
HUKUM NEWTON MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVIS PADA SISWA KELAS X MAN 2 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ini adalah karya penelitian saya sendiri
dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang undangan (Permendiknas No. 17, tahun
2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan
Sains PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang
diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs UNS. Apabila saya melakukan
pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan
sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 12 Februari 2013 Mahasiswa,
Naim Sulaiman S831108044
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
Naim Sulaiman. 2013. Efektivitas Remediasi Miskonsepsi Hukum Newton melalui Model Pembelajaran Konstruktivis pada Siswa Kelas X MAN 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. TESIS. Pembimbing I: Dr. Sarwanto, M.Si, II: Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Hasil belajar siswa pada materi Hukum Newton masih tergolong rendah. Salah satu penyebabnya yaitu miskonsepsi. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi profil miskonsepsi; 2) menemukan penyebab miskonsepsi; 3) menentukan efektivitas remediasi miskonsepsi menggunkan model pembelajaran konstruktivis di kelas X MAN 2 Surakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Populasi penelitian seluruh siswa MAN 2 Surakarta tahun ajaran 2012/2013. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik Purposive Sampling. Remediasi kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran konstruktivis dan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Alat pengumpul data yang digunakan ada dua yaitu tes miskonsepsi dilengkapi CRI dan wawancara digunakan untuk mengetahui faktor faktor penyebab miskonsepsi.
Profil miskonsepsi Hukum Newton yaitu: 1) keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam; 2) benda dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya; 3) jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan; 4) definisi gaya; 5) gaya muncul dari interaksi dua benda; 6) hubungan gaya aksi reaksi dua benda berbeda massa; 7) hubungan gaya normal dan berat benda; 8) gaya gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas; 9) lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran pada bidang horizontal; 10) besar gaya tegangan pada tali yang sama. Penyebab miskonsepsi Hukum Newton yaitu: 1) intuisi yang keliru; 2) bentuk matematis; 3) buku teks; 4) pembelajaran sebelumnya. Remediasi melalui model pembelajaran konstruktivis efektif dalam mengatasi miskonsepsi siswa dengan yaitu .
Kata Kunci: efektivitas, remediasi, konstruktivis, konvensional, miskonsepsi hukum newton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Naim Sulaiman. 2013. The Effectiveness Misconception of Newton s Law Remediation through Constructivist Learning Model to the MAN 2 Surakarta Student Class X Academic Year 2012/2013. THESIS. Supervisor I: Dr. Sarwanto, M.Si, II: Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. Science Education Studies Program, Graduate School, Sebelas Maret University of Surakarta..
ABSTRACT
relatifly low. It is might be caused by misconceptions. This study aimed to: 1) identify the profile of misconceptions; 2) find the caused of misconceptions; and 3) determine the effectiveness of remediation of misconceptions by using the constructivist model of learning in class X MAN 2 Surakarta.
The method used in this study is an experimental method. The population is all students of MAN 2 Surakarta academic year 2012/2013. The research sample is determined by using purposive sampling technique. Remediation class experiment was conducted by using the constructivist learning model and the control class was conducted by using conventional learning models. There are two kinds of data collection tool used: diagnostic tests with CRI; and interviews are used to determine the factors that cause misconceptions.
The profile of misc i.e.: 1) the existence of force working on static objects; 2) the object in equilibrium always maintains its initial state; 3) if the net force working on the object is zero the object will move with a constant velocity; 4) the definition of force; 5) forces emerge from the interaction of two objects; 6) the relation of action reaction force of two different mass objects; 7) the relation of normal force and the weight of the object; 8) forces working on the object thrown vertically; 9) the trajectory of the object after the escape from the cycle path on a horizontal plane; and 10) the magnitude
is caused by: 1) false intuition; 2) mathematical form; 3) text books; 4) previous learning. Remediation through constructivis learning model is effective in overcoming
counts )
Keywords: effectiveness, remediation, constructivist, conventional, misconceptions of newton s law.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Memberi
Pertolongan kepada setiap hamba-Nya, atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga tesis Efektivitas Remediasi Miskonsepsi Hukum Newton
Melalui Model Pembelajaran Konstruktivis pada Siswa Kelas X MAN 2
Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat diselesaikan dengan baik.
Keberhasilan penulisan tesis ini, tentu tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku direktur Program Pascasarjana
(PPs) UNS.
2. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan
Sains Program Pascasarjana (PPs) UNS.
3. Dr. Sarwanto, M.Si. selaku dosen Pembimbing I yang telah membimbing
serta memberikan banyak masukan dalam penulisan tesis ini.
4. Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah
membimbing serta memberikan banyak masukan dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana (PPs) UNS yang telah memberikan bekal ilmu selama di UNS.
6. dan
keberhasilan dan selalu memberikan semangat.
7. Teman-teman di Program Studi Pendidikan Sains angkatan September 2011
khususnya kelas pendidikan fisika.
Terima kasih yang sebesar-besarnya, sebaik-baik balasan hanyalah balasan
dari Allah SWT. Besar harapan peneliti semoga tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.
Surakarta, Februari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ....................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah .................................................................................. 10
D. Perumusan Masalah ................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 13
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 13
1. Hakikat Belajar ....................................................................................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
2. Remediasi ............................................................................................... 14
3. Miskonsepsi ............................................................................................ 15
4. Pembelajaran Konstruktivis.................................................................... 16
5. Pembelajaran Konvensional ................................................................... 17
6. Materi Hukum Newton ........................................................................... 19
7. Penelitian Relevan .................................................................................. 27
B. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 30
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 33
Bab III METODOLOGI ....................................................................................... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 35
B. Jenis Penelitian ........................................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 36
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 37
1. Variabel Penelitian ................................................................................. 37
2. Definisi Operasional ............................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 41
F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data ................................... 42
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ..................................................................... 45
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 46
I. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 52
A. Deskripsi Data ............................................................................................ 52
1. Profil Miskonsepsi .................................................................................. 52
2. Penyebab Miskonsepsi ................................................................................... 76
3. Proporsi Penurunan Miskonsepsi ................................................................. 77
4. Uji Hipotesis ........................................................................................... 78
B. Pembahasan ................................................................................................ 79
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 86
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 87
A. Kesimpulan ................................................................................................ 87
B. Implikasi ..................................................................................................... 89
C. Saran ........................................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
2.1. Komparasi Pembelajaran Konvensional dan Konstruktivis ........................... 18
2.2. Miskonsepsi pada Materi Hukum Newton ..................................................... 26
3.1. Rencana Jadwal Penelitian Tahun 2012 ......................................................... 35
3.2. Rancangan Eksperimen .................................................................................. 36
3.3. Konsepsi Awal Siswa ..................................................................................... 39
3.4. Kisi-Kisi Tes Miskonsepsi ............................................................................ 44
4.1. Distribusi Profil Miskonsepsi Siswa Sebelum dan Sesudah Remediasi
Menggunakan Pembelajaran Konstruktivis (Kelas Eksperimen) dan
Pembelajaran Konvensional (Kelas Kontrol) Tiap Indikator ............. 51
4.2. Distribusi Penyebab Miskonsepsi Tiap Indikator . ........................... 76
4.3. Distribusi Proporsi Penurunan Miskonsepsi antara Siswa yang Diremediasi
dengan Menggunakan Pembelajaran Konstruktivis dan Pembelajaran
Konvensional Tiap Indikator ........................................................... 77
4.4. Uji Hipotesis ................................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Tes Miskonsepsi ............................................................. 94
Lampiran 2 Tes Miskonsepsi............................................................................. 95
Lampiran 3 Silabus Pembelajaran ................................................................... 101
Lampiran 4 RPP Pembelajaran Konstruktivis ................................................ 103
Lampiran 5 RPP Pembelajaran Konvensional ................................................ 118
Lampiran 6 LKS .............................................................................................. 126
Lampiran 7 Lembar Pedoman Wawancara ..................................................... 135
Lampiran 8 Analisis Data ................................................................................ 138
Lampiran 9 Hasil Validasi ............................................................................... 139
Lampiran 10 Dokumentasi .............................................................................. 160
Lampiran 11 Lembar Jawaban Siswa .............................................................. 161
Lampiran 12 Lembar Wawancara Siswa ......................................................... 181
Lampiran 13 Administrasi ............................................................................... 183
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari peringkat
pendidikan di tingkat internasional. Semakin tinggi peringkat pendidikan suatu
bangsa maka dapat dikatakan semakin maju bangsa tersebut. Berdasarkan data
dalam Education for All (EFA) Global Monitoring Report 2011, peringkat
pendidikan Indonesia di tingkat internasional berada pada urutan 69 dari 127
negara yang disurvei (Kompas, 2011). Ini membuktikan bahwa kualitas
pendidikan negeri ini masih jauh dari harapan. Pemerintah telah mengalokasikan
sekitar 20% APBN untuk pendidikan dan merumuskan kebijakan yang
mendukung peningkatan kualitas pendidikan nasional seperti mulai dari perangkat
yuridis, seperti Undang-Undang Guru dan Dosen, hingga kebijakan operasional
seperti sertifikasi guru, PLPG, Program Pendidikan Guru (PPG), Dual Mode,
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), Ujian Nasional dan sebagainya.
Adapun tujuan pendidikan nasional dalam UUD 1945 tentang pendidikan
dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam tataran teknis diperlukan upaya maksimal
dari semua komponen yang terkait meliputi tenaga pendidik dan segala fasilitas
yang mendukung proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Proses
transfer ilmu pengetahuan ini dikenal dengan nama proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar ini sebaiknya tidak berpusat pada guru tetapi juga
melibatkan siswa secara aktif. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme:
Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa yang membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri (Bettencourt dalam Suparno, 1997:65).
Salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari dan dikuasai siswa di
sekolah adalah fisika. Menurut Hugh D. Young (2002:1),
dasar dari semua ilmu rekayasa dan teknologi. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tujuan pengajaran fisika pada jenjang
SMA/MA untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi
serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Untuk
mencapai tujuan tersebut diharapkan siswa dapat menguasai konsep konsep
fisika.
Fakta di lapangan membuktikan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep
konsep fisika masih minim ini ditandai dengan rendahnya hasil belajar fisika
siswa. Rendahnya hasil belajar fisika dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
rendahnya motivasi belajar siswa, pemilihan model pembelajaran yang kurang
tepat oleh guru, miskonsepsi, dan sebagainya. Menurut Suparno (2005:8):
epsi terdapat dalam semua bidang sains seperti fisika,
kimia, biologi, dan bumi antariksa. Dalam bidang fisika semua subbidang juga
mengalami miskonsepsi (Suparno, 2005:8). Menurut Suparno (2005:29),
Penyebab miskonsepsi ada lima: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode
Pada dasarnya siswa bukanlah seperti kertas kosong yang dengan mudah
diisi sesuai keinginan guru. Ketika peran akal sudah sempurna atau telah baligh
siswa sudah memiliki informasi awal tentang sesuatu yang ada di sekitarnya.
Informasi awal ini didapat melalui proses penginderaan terhadap objek atau
didapat dari orang lain. Aktivitas pemindahan objek atau fakta melalui
pancaindera ke dalam otak kemudian dikaitkan dengan informasi awal untuk
menafsirkan fakta tersebut dikenal dengan berpikir. Jadi ada empat syarat agar
proses berpikir bisa berlangsung yaitu harus ada fakta/objek, otak manusia yang
normal, pancaindera dan informasi terdahulu.
Kadang informasi awal atau prakonsepsi awal yang telah tertanam di pikiran
siswa setelah melalui proses pembelajaran tentang objek atau fakta terindera tidak
sesuai dengan konsep yang telah disepakati ilmuan. Pada tahap ini siswa dapat
dikatakan telah mengalami miskonsepsi. Hal yang senada juga disampaikan oleh
Sutrisno (2007:3): Miskonsepsi adalah konsepsi konsepsi lain yang tidak
sesuai dengan konsepsi ilmuan secara umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
berbagai kalangan tidak hanya siswa tapi juga pendidik selama pemahaman
terhadap objek atau fakta terindera setelah melalui proses pembelajaran tidak
sesuai dengan pemahaman ilmuan. Jadi miskonsepsi adalah konsep siswa yang
tidak sesuai dengan konsep ilmuan setelah melalui proses pembelajaran. Salah
satu materi yang siswa sering terjebak ke dalam miskonsepsi yaitu Hukum
Newton padahal penguasaan materi ini sangat penting sebagai prinsip dasar
dinamika untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan gerak melingkar beraturan.
Penelitian Brown (dalam Suparno, 2005:16):
Banyak siswa memahami gaya sebagai suatu sifat yang ada dalam suatu benda, suatu sifat yang melekat pada benda itu. Oleh karena itu, siswa dengan mudah percaya bahwa benda yang berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan, jika terjadi gerak jatuh bebas karena benda yang berat mempunyai gaya lebih besar daripada yang ringan. Padahal dalam konsep Newton, gaya muncul dari interaksi antara benda-benda tersebut.
Berbagai upaya telah dirumuskan untuk mencegah dan memperbaiki
miskonsepsi. Suparno (2005:55) merumuskan, -langkah mengatasi
miskonsepsi sebagai berikut: 1) mencari atau mengungkapkan miskonsepsi yang
dilakukan siswa, 2) menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, 3) mencari
perlakuan yang sesuai untuk mengatasi Salah satu upaya
yang cukup terkenal untuk memperbaiki miskonsepsi siswa dikenal dengan nama
remediasi.
Menurut Ischak dan Warji (1987:35-36) emediasi adalah kegiatan
perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan berupa perlakuan
pembelajaran kepada siswa yang lambat, mengalami kesulitan belajar agar secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diajarkan atau dipelajari.
banyak jenis kegiatan remedial di antaranya melakukan pembelajaran kembali,
melakukan aktivitas fisik, kegiatan kelompok, tutorial dan menggunakan sumber
belajar lain. Melakukan pembelajaran kembali dengan model pembelajaran yang
sesuai dapat mengatasi miskonsepsi dengan efektif.
Model pembelajaran yang bersumber dari teori konstruktivisme bisa
dijadikan alternatif terbaik untuk mengatasi miskonsepsi. Teori konstruktivisme
masih mengakui eksistensi informasi awal yang telah tertanam di pikiran siswa
sehingga diperlukan proses aktif di dalam pikiran siswa untuk mengubah
informasi awal yang salah. Adapun model pembelajaran yang bersumber dari teori
konstruktivisme dan biasa digunakan oleh pendidik yaitu model kooperatif, model
inkuiri dan model konstruktivis. Pada saat muncul miskonsepsi diharapkan model
pembelajaran konstruktivis memungkinkan guru untuk menyajikan konflik
kognitif melalui peristiwa anomali sehingga terjadi
ketidakseimbangan/disekuilibrasi dalam diri siswa. Peristiwa anomali akan
memunculkan konflik kognitif dalam pikiran siswa sehingga menyadarkan siswa
akan kekeliruan konsepsinya dan merekonstruksi konsepsi mereka menuju
konsepsi ilmiah. Hasilnya, dalam pembelajaran fisika akan menimbulkan suasana
belajar yang bermakna/meaningful learning. Belajar bermakna terjadi bila
informasi terkait dengan konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam
struktur kognitif (Wilis, 1988:112). Pengubahan konsepsi yang dilakukan dengan
menyajikan proses pembelajaran dengan model konstruktivis ini berpijak pada
konstruktivisme Piagetian dan Vygotskian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Menurut Piaget, dalam Suparno (1997:33):
Dalam pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal/skemata. Setiap skema berperan dalam sebagai suatu filter dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman-pengalaman yang baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan prinsip-prinsip dasar. Melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Bila pengalaman baru itu masih bersesuaian dengan skema yang dipunyai seseorang, maka skema itu hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Bila pengalaman baru itu sungguh berbeda dengan skema yang ada, sehingga skema yang lama tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman yang baru, skema lama diubah sampai ada keseimbangan lagi. Inilah proses akomodasi.
Penelitian Vygotsky dalam Suparno
dua macam konsep: konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh
siswa dalam kehidupan sehari-hari dan konsep ilmiah diperoleh dari pelajaran di
sekolah. Kedua konsep itu berhubungan terus- gunakan
teori Vygotsky, Howe menyarankan agar guru atau pendidik tidak mengatakan
konsep spontan siswa, melainkan membantunya agar konsep itu diintegrasikan
dengan konsep yang ilmiah.
Intisari dari belajar konstruktivis adalah otak tidak menerima informasi
dengan pasif melainkan dengan proses aktif dalam menginterpretasikan informasi
kemudian membuat kesimpulan. Jadi untuk memperbaiki miskonsepsi siswa,
pendidik harus membuktikan dengan meyakinkan bahwa konsep tersebut belum
benar dengan menampilkan peristiwa anomali dan memberikan alternatif konsep
yang benar yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan persoalan. Ketika siswa
telah menyadari bahwa selama ini meyakini konsep yang keliru dan telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
membuktikan kekeliruan konsep tersebut serta telah memahami konsep yang
benar melalui proses pembuktian maka dapat dipastikan dengan senang hati siswa
akan melepas konsep yang keliru untuk diganti dengan konsep yang benar.
Penggantian konsep yang keliru untuk diganti dengan konsep yang benar
dilakukan melalui proses akomodasi kemudian disimpan di dalam otak.
Secara teoritis dan praktis model pembelajaran konstruktivis dapat
1) tahap orientasi; 2)
tahap elisitasi; 3) tahap restrukturisasi ide; 4) tahap penerapan; 5) tahap review
(Suparno, 1997:70). Tahap orientasi bertujuan memotivasi siswa dalam mengikuti
materi bisa dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan pengalaman
sehari-hari siswa. Tahap elisitasi atau pengungkapan ide bertujuan
mengidentifikasi konsep awal siswa dengan memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengungkapkan ide mereka yang beranekaragam terhadap materi yang
akan dipelajari. Tahap restrukturisasi ide merupakan proses pembuktian konsep
yang salah untuk diganti dengan konsep yang benar. Tahap tantangan atau
restrukturisasi yang merupakan tahap penyajian konsep, yaitu guru menyiapkan
suasana ketika siswa diminta membandingkan pendapatnya dengan pendapat
siswa lain dan mengemukakan keunggulan dari pendapat mereka. Selanjutnya
guru mengusulkan peragaaan atau demonstrasi untuk menguji kebenaran pendapat
mereka. Tahap penerapan atau penggunaan ide dalam banyak situasi, yaitu
kegiatan yang siswa diberi kesempatan untuk menguji ide alternatif yang telah
dibangun untuk menyelesaikan persoalan yang bervariasi. Siswa diharapkan
mampu mengevaluasi keunggulan model baru yang dia kembangkan. Tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
review atau melihat kembali, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi
kelemahan dari modelnya yang lama. Siswa juga diharapkan mengingat kembali
kegiatan yang sudah mereka alami.
Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan implementasi model
konstruktivis dalam pembelajaran fisika. Sadia (1996:211) melakukan studi
dengan menerapkan model belajar konstruktivis dalam pembelajaran konsep
energi, usaha, dan suhu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas
pengembangan model pembelajaran konstruktivis. Penelitian ini menggunakan
konflik kognitif sebagai strategi pengubahan miskonsepsi siswa menuju konsep
ilmiah yang berpijak pada teori konstruktivis Piaget dan menggunakan metode
diskusi yang berpijak pada teori konstruktivis Vygotsky. Putu (2003:120) juga
menerapkan model pembelajaran konstruktivis untuk mereduksi miskonsepsi
siswa dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan modul sebagai
strategi pengubahan miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah yang berpijak pada
teori konstruktivis. Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
konstruktivis memiliki keunggulan komparatif terhadap pembelajaran
konvensional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil miskonsepsi siswa,
penyebab miskonsepsi pada materi Hukum Newton dan mengatasi miskonsepsi
tersebut dengan model pembelajaran konstruktivis di kelas X MAN 2 Surakarta
tahun ajaran 2012/2013. Ada beberapa alasan diajukan penelitian ini yaitu: 1)
masih banyak ditemukan miskonsepsi pada materi Hukum Newton tidak menutup
kemungkinan pada siswa kelas X MAN 2 Surakarta, 2) perlu upaya mengatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
miskonsepsi yaitu remediasi dengan model pembelajaran konstruktivis di kelas X
MAN 2 Surakarta, 3) masih minimnya penelitian serupa khususnya pada siswa
kelas X MAN 2 Surakarta tahun ajaran 2012/2013.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peringkat Indonesia di tingkat internasional di bidang pendidikan masih
rendah padahal segala pihak sudah berupaya semaksimal mungkin.
2. Belum tercapainya secara maksimal target yang telah dirumuskan dalam
tujuan pendidikan nasional.
3. Masih banyak terjadi tindakan yang tidak layak dilakukan oleh kaum
terpelajar seperti tawuran antar pelajar, pelecehan hingga korupsi di tingkat
birokrasi pendidikan.
4. Fasilitas pendukung proses belajar mengajar yang masih minim.
5. Kualitas tenaga pendidik yang masih harus terus ditingkatkan.
6. Minat belajar fisika siswa yang masih perlu ditingkatkan.
7. Hasil belajar fisika siswa yang masih rendah.
8. Masih sedikit tenaga pendidik yang menyadari bahwa salah satu penyebab
rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan oleh miskonsepsi.
9. Tingkat miskonsepsi siswa khususnya pada materi fisika yang masih tinggi.
10. Tidak sedikit yang belum mengetahui bahwa menentukan profil miskonsepsi
siswa dan penyebab miskonsepsi merupakan langkah awal dalam mengatasi
miskonsepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
11. Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan efektif
mengatasi miskonsepsi siswa oleh tenaga pendidik masih rendah.
12. Komitmen yang tinggi bagi sebagian besar pendidik dalam mengadopsi
pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru/teacher oriented.
13. Upaya mengatasi miskonsepsi (remediasi) bagi pendidik masih tergolong
rendah.
14. Tidak sedikit tenaga pendidik yang melaksanakan remediasi dengan memberi
ulang soal yang pernah diujikan.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan waktu dan dana maka harus dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Permasalahan yang diteliti meliputi: profil miskonsepsi yang terdapat di
dalam diri siswa, penyebab miskonsepsi dan strategi pengubahan miskonsepsi
(remediasi).
2. Materi dibatasi meliputi Hukum Newton yang diberikan pada kelas X
semester I tahun ajaran 2012/2013.
3. Efektivitas perlakuan untuk mereduksi miskonsepsi dilakukan dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivis dan pembelajaran
konvensional.
4. Penelitian ini dibatasi pada siswa kelas X MAN 2 Surakarta periode
2012/2013 yang terdiri dari 8 kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
D. Perumusan Masalah
1. Bagaimana profil miskonsepsi siswa pada materi Hukum Newton di kelas X
MAN 2 Surakarta?
2. Apa penyebab miskonsepsi yang dimiliki siswa pada materi Hukum Newton
di kelas X MAN 2 Surakarta?
3. Sejauh mana efektivitas remediasi dengan model pembelajaran konstruktivis
dalam mengatasi miskonsepsi siswa pada materi Hukum Newton di kelas X
MAN 2 Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi profil miskonsepsi siswa pada materi Hukum
Newton di kelas X MAN 2 Surakarta.
2. Untuk mengidentifikasi penyebab miskonsepsi yang dimiliki siswa pada
materi Hukum Newton di kelas X MAN 2 Surakarta.
3. Untuk mengukur efektivitas remediasi dengan model pembelajaran
konstruktivis dalam mengatasi miskonsepsi siswa pada materi Hukum
Newton di kelas X MAN 2 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga:
1. Guru dapat:
a. Mengetahui profil miskonsepsi siswa dan penyebab miskonsepsi pada
materi Hukum Newton di kelas X MAN 2 Surakarta.
b. Mengetahui langkah mengatasi miskonsepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Menjadikan alternatif pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Siswa dapat memahami konsep pada materi Hukum Newton sehingga dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.
3. Mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Sains dapat menjadikan
penelitian ini sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Belajar
Seseorang membangun pengetahuannya secara aktif. Pengetahuan ini
diperoleh melalui proses pembelajaran atau juga melalui interaksi dengan
lingkungan tempat individu berada. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivisme.
Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomen, pengalaman, dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomen yang sesuai. Bagi konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing orang. Tiap orang harus mengkonstruksi pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang yang ingin tahu amat berperanan dalam perkembangan pengetahuannya (Suparno, 1997: 28-29).
Dalam perkembangan manusia membentuk pengetahuan tidak hanya
melalui aktivitas individual semata (teori Piaget) tetapi juga lewat pengaruh
lingkungan sosial (teori Vygotsky). Piaget menyatakan bahwa manusia
membentuk pengetahuan melalui proses asimilasi, akomodasi, dan
equilibrasi/equilibration Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam
mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga
pengertian orang 1997: 31).
Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia punyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan seperti itu orang itu akan mengadakan akomodasi, yaitu 1) membentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan baru atau 2) memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Equilibration adalah proses dari disequilibrium ke equilibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri seseorang melalui asimilasi dan akomodasi. Equilibration membuat seseorang dapat menyatukan pengalam luar dengan struktur dalamnya (skemata). Bila terjadi ketidakseimbangan, maka seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan dengan jalan asimilasi atau akomodasi (Suparno,1997:32-33).
Vygotsky menyatakan bahwa pembentukan pengetahuan tidak hanya
melalui aktivitas individual semata tetapi juga dipengaruhi lingkungan belajar.
Menurut Vigotsky belajar merupakan suatu perkembangan pengertian. Dia membedakan adanya dua pengertian yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ini tidak terdefinisikan dan terangkai secara sistematis logis. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas. Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisikan secara logis dalam suatu sistem yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan dari pengertian yang spontan ke yang lebih ilmiah (Fosnot dalam Suparno, 1997: 45).
2. Remediasi
Menurut Ischak dan Warji (1982: 35-36): Remediasi adalah kegiatan
perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan berupa perlakuan
pembelajaran kepada siswa yang lambat, mengalami kesulitan belajar agar secara
tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yang diajarkan atau dipelajari.
Menurut Sutrisno (2007: 22) emediasi adalah kegiatan yang
dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa. Secara
umum tujuan kegiatan remdiasi adalah sama dengan pembelajaran pada umumnya
yakni memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga dapat mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Ada banyak kegiatan
remediasi yang dapat dijadikan alternatif oleh pendidik seperti melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pembelajaran kembali, melakukan aktivitas fisik, kegiatan kelompok, tutorial dan
menggunakan sumber belajar lain (Sutrisno, 2007: 30).
3. Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah konsepsi-konsepsi lain yang tidak sesuai dengan
konsepsi ilmuan secara umum (Sutrisno, 2007: 3). Menurut Fowler (dalam
Suparno, 2005: 5): Miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan
konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,
kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirakris konsep-konsep
yang tidak benar.
Filsafat konstrutivisme secara singkat menyatakan bahwa pengetahuan itu
dibentuk/dikonstruksi oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan
tantangan dan bahan yang dipelajari. Oleh karena siswa sendiri yang
mengkonstruksikan pengetahuannya, maka tidak mustahil terjadi kesalahan dalam
mengonstruksi pengetahuan tersebut (Suparno, 2005: 6). Jadi miskonsepsi yang
terjadi pada siswa dapat merupakan pengetahuan awal dari siswa yang aktif
mengamati keadaan lingkungannya, tantangan dan bahan yang dipelajari sehingga
tidak sesuai dengan konsep ilmuan.
Menurut Suparno (2005: 54) iskonsepsi dapat disebabkan oleh siswa
sendiri, guru yang mengajar, buku teks, konteks, dan cara mengajar. Penyebab
yang berasal dari siswa dapat bermacam-macam seperti prakonsepsi siswa
sebelum memperoleh pelajaran, lingkungan masyarakat tempat siswa tinggal,
teman, pengalaman hidup terlebih pengalaman menangkap pengertian, dan juga
minat siswa. Begitu juga dari guru seperti guru yang salah mengajar dan salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
mengerti bahan dapat mempunyai andil besar dalam menambah miskonsepsi
siswa.
Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains, seperti fisika, biologi,
kimia, dan astronomi. Miskonsepsi dalam bidang fisika pun memiliki banyak sub-
bidang seperti mekanika, termodinamika, optika, bunyi, gelombang, listrik,
magnet, dan fisika modern (Suparno, 2005: 7).
4. Model Pembelajaran Konstruktivis
Model pembelajaran konstruktivis dikembangkan dengan landasan
konstruktivisme Piaget dan Vygotsky dengan beberapa ciri mengajar yang
dirangkum oleh Driver dan Oldham yaitu terdiri dari lima fase.
Fase pertama yaitu fase orientasi. Pada fase ini siswa diberi kesempatan
untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik. Siswa diberi
kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topik yang hendak dipelajari.
Fase kedua disebut fase elisitasi. Pada fase ini siswa dibantu untuk
mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis, membuat poster,
dan lain-lain. siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan apa yang
diobservasikan dalam wujud tulisan, gambar, ataupun poster.
Fase ketiga dikenal dengan nama restrukturisasi ide. Restrukturisasi ide
mencakup klarifikasi ide, membangun ide yang baru, dan mengevaluasi ide.
Klarifikasi ide yang dikontraskan dengan ide ide orang lain atau teman lewat
diskusi ataupun lewat pengumpulan ide. Berhadapan dengan ide ide lain,
seseorang dapat teransang untuk merekonstruksi gagasannya kalau tidak cocok
atau sebaliknya, menjadi lebih yakin bila gagasannya cocok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Membangun ide yang baru. Ini terjadi bila dalam diskusi itu idenya
bertentangan dengan ide lain atau idenya tidak dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan teman teman.
Mengevaluasi ide barunya dengan eksperimen. Kalau dimungkinkan, ada
baiknya bila gagasan yang baru dibentuk itu diuji dengan suatu percobaan atau
persoalan yang baru.
Fase keempat disebut penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau
pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam-
macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan siswa lebih
lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.
Fase kelima disebut review atau proses perubahan ide. Dapat terjadi bahwa
dalam aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, seseorang
perlu merevisi gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun
mungkin dengan mengubahnya menjadi lengkap.
5. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru (teacher centered).
Sudjana (2001: 39 40) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang berpusat
pada guru menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan peserta
didik. Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan
yang dilaksanakan. Ciri pembelajaran ini adalah: 1) dominasi guru dalam kegiatan
pembelajaran, sedangkan peserta didik bersifat pasif dan hanya melakukan
kegiatan melalui perbuatan pendidik, 2) bahan belajar terdiri atas konsep konsep
dasar atau materi belajar yang tidak dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sehingga peserta didik membutuhkan informasi yang tuntas dan gamblang dari
guru, 3) pembelajaran tidak dilakukan secara berkelompok dan 4) pembelajaran
tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium.
Tabel. 2.1. Komparasi Pembelajaran Konvensional dan Konstruktivisme
Konvensional Konstruktivis
Pembelajaran dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus. Penekanan pembelajaran pada keterampilan-keterampilan dasar (basic skills).
Pembelajaran menekankan konsep konsep esensial dimulai dari permasalahan yang bersifat umum dan menyeluruh.
Proses pembelajaran sangat terfokus pada buku pelajaran yang dipegang.
Pembelajaran lebih mengacu pada sumber-sumber langsung dari apa yang telah diungkapkan pada buku pelajaran.
Guru memberikan informasi kepada siswa, dan siswa berperan sebagai penerima pasif dari pengetahuan yang diberikan.
Guru membuka dialog dengan siswa dan membantunya mengkonstruksi pengetahuan yang diterimanya.
Penilaian mengacu pada benar-salahnya siswa menjawab permasalahan yang dilontarkan guru.
Penilaian yang dilakukan mengacu pada kerja siswa, hasil oservasi dan hasil tes. Penilaian proses dan produk dilakukan secara berimbang.
Fokus utama pembelajaran pada pencapaian kurikulum.
Menggali permasalahan yang dihadapi siswa menjadi fokus utama dalam pembelajaran.
Pembelajaran menekankan pada pengulangan-pengulangan guna memantapkan konsep yang dimilikinya.
Siswa sangat interaktif membangun pengetahuannya dan berusaha terus untuk memperkaya struktur-struktur kognisinya.
Guru memberikan informasi satu arah dan memiliki otoritas penuh dalam pembelajaran.
Guru melakukan interaksi melalui proses negosiasi makna.
Pengetahuan bersifat pasif (inert). Pengetahuan bersifat dinamis.
Siswa melakukan pembelajaran guna memecahkan permasalahan secara individual.
Siswa melakukan pembelajaran dalam memecahkan masalah secara berkelompok.
(Anonim dalam Putu, 2003: 36)
Keunggulan dari pembelajaran yang berpusat pada guru ini adalah: 1)
bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas, 2) dapat diikuti oleh peserta didik
dalam jumlah besar, 3) pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
waktu yang telah disediakan, 4) target materi relatif mudah dicapai. Sedangkan
kelemahan yang terjadi adalah: 1) sangat membosankan karena mengurangi
motivasi dan kreativitas siswa, 2) keberhasilan perubahan sikap dan prilaku
peserta didik relatif sulit untuk diukur, 3) kualitas pencapaian tujuan belajar yang
telah ditetapkan adalah relatif rendah karena pendidik sering hanya mengejar
target waktu untuk menghabiskan target materi pembelajaran, pembelajaran
kebanyakan menggunakan ceramah dan tanya jawab (Sudjana, 2001: 39-40).
Perbandingan proses pembelajaran konvensional dan konstruktivis disajikan pada
tabel 2.1.
6. Materi Hukum Newton dan Miskonsepsi Hukum Newton
a. Materi Hukum Newton
Gaya, sebuah besaran vektor, adalah ukuran kuantitatif dari interaksi
dua buah benda. Pada saat beberapa gaya bekerja pada sebuah benda, pengaruh
dari geraknya adalah sama dengan ketika sebuah gaya tunggal, yang sama
dengan jumlah vektor (resultan) dari gaya-gaya, bekerja pada sebuah benda
(Young&Friedman, 2002: 114).
Gambar 2.1 Beberapa contoh aplikasi gaya. Pada masing masing kasus, sebuah gaya bekerja oada sebuah benda dalam kotak bergaris putus putus. Beberapa orang di lingkungan eksternal dari kotak tersebut memberikan gaya pada benda (Serway, 2004: 113).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Ketika gulungan pegas ditarik, seperti gambar 2.1a, pegas akan
meregang. Saat kereta yang diam ditarik cukup keras sehingga gaya geseknya
terlampaui, seperti pada gambar 2.1b, kereta itu bergerak. Ketika bola
ditendang, seperti gambar 2.1c, bola tersebut mengalami perubahan bentuk dan
bergerak. Keadaan keadaan seperti ini adalah contoh dari kelompok gaya
yang disebut gaya sentuh. Artinya, gaya gaya itu membutuhkan sentuhan
fisik antara dua benda. Contoh gaya sentuh lainnya adalah gaya yang
dikerjakan oleh molekul molekul gas pada dinding bejana dan gaya yang
dikerjakan oleh kaki pada lantai.
Kelompok gaya yang lain, yang dikenal sebagai gaya medan, tidak
membutuhkan sentuhan fisik antara dua benda, namun beraksi dalam ruang
yang kosong. Gaya gravitasi tarik menarik antara dua benda, diilustrasikan
pada gambar 2.1d, adalah contoh gaya ini. Gaya gravitasi ini menjaga benda
benda tetap mengelilingi Bumi dan planet planet mengorbit mengelilingi
Matahari. Contoh umum lain dari gaya medan adalah gaya listrik yang
dikerjakan suatu muatan listrik pada muatan listrik lainnya (Gambar 2.1e).
Muatan ini mungkin adalah elektron dan proton yang membentuk atom
hidrogen. Contoh ketiga dari gaya medan adalah gaya yang dikerjakan oleh
suatu magnet batang pada sepotong besi (Gambar 2.1f) (Serway, 2009: 169
170).
Hukum pertama Newton menyatakan bahwa ketika tidak ada gaya yang
bekerja pada sebuah benda, atau ketika jumlah vektor dari semua gaya yang
bekerja padanya (gaya total) adalah nol, maka benda berada dalam
kesetimbangan. Jika benda dalam keadaan awalnya diam, benda tersebut akan
tetap diam; jika keadaan awalnya bergerak, gerakannya akan diteruskan dengan
kecepatan tetap. Hukum ini hanya berlaku dalam kerangka acuan inersia
(Young&Friedman, 2002: 114).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 2.2 Pada meja air hockey, udara bertiup melalui lubang lubang pada permukaan memungkinkan cakramnya bergerak hampir tanpa gesekan. Jika mejanya tidak bergerak dipercepat, maka cakram yang diletakkan di atas meja akan tetap diam (Serway, 2004: 114).
Sebuah cakram diletakkan pada suatu meja air hockey yang datar
sempurna (Gambar 2.2). Diperkirakan cakram tersebut akan diam ditempat ia
diletakkan. Pada kasus meja air hockey diletakkan pada kereta api berjalan
dengan kecepatan tetap. Jika cakramnya diletakkan pada meja, maka cakram
tersebut akan tetap berada di tempat ia diletakkan. Akan tetapi, jika kereta api
dipercepat, maka cakramnya mulai bergerak sepanjang meja, sama seperti
sekumpulan kertas pada dasbor mobil yang jatuh ke tempat duduk mobil saat
mobil dipercepat.
Hukum I Newton tentang gerak, yang terkadang disebut hukum inersia,
mendefinisikan suatu kerangka acuan khusus yang disebut kerangka inersia.
Hukum ini dapat dinyatakan sebagai berikut: Jika sebuah benda tidak
berinteraksi dengan benda lainnya, maka dapat diidentifikasi suatu kerangka
acuan pada saat benda itu memiliki percepatan nol.
Kerangka acuan seperti ini disebut kerangka acuan inersia. Saat
cakramnya berada di atas meja air hockey yang terletak di atas tanah,
Kemudian diamati dari kerangka acuan inersia tidak ada interaksi horizontal
antara cakram dengan benda lainnya. Didapatkan bahwa percepatannya adalah
nol pada arah tersebut. Setiap kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan
tetap relatif terhadap kerangka acuan inersia adalah kerangka acuan inersia
pula. Contohnya seorang pengamat berdiri di luar kereta api di atas tanah
melihat cakramnya bergerak dengan kecepatan sama seperti kereta api sebelum
kereta itu dipercepat (karena hampir tidak ada gesekan yang menghubungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
cakram tersebut dengan kereta api). Dengan demikian, Hukum I Newton
terpenuhi. walaupun pengamatan seseorang mengatakan sebaliknya.
Kerangka acuan yang bergerak dengan kecepatan tetap relatif terhadap
bintang bintang yang jauh adalah perkiraaan terbaik dari suatu kerangka
inersia. Bumi bukanlah kerangka inersia yang sesungguhnya karena, baik gerak
orbitnya mengelilingi matahari maupun gerak rotasinya terhadap sumbunya
menghasilkan percepatan sentripetal. Karena percepatannya sangat kecil
dibandingkan maka dapat diabaikan. Untuk alasan inilah diasumsikan bahwa
Bumi adalah kerangka inersia, seperti juga kerangka lainnya yang melekat
padanya (Serway, 2009: 171 172).
Sifat-sifat inersia dari sebuah benda dapat digolongkan berdasarkan
massanya. Percepatan dari sebuah benda berdasarkan aksi yang diberikan oleh
kumpulan gaya adalah berbanding lurus dengan jumlah vektor gaya-gaya (gaya
total) dan berbanding terbalik dengan massa benda. Hubungan ini merupakan
hukum kedua Newton:
Seperti hukum pertama, hal ini hanya berlaku dalam kerangka acuan inersia.
Satuan gaya didefinisikan dalam hubungan satuan massa dan percepatan.
Dalam satuan SI satuan gaya adalah newton (N), sama dengan .
Berat dari sebuah benda adalah gaya gravitasi yang dialaminya yang
berasal dari bumi (atau benda lain yang menghasilkan gaya gravitasi). Berat
adalah sebuah gaya dan karena itu juga merupakan besaran vektor. Besarnya
berat dari sebuah benda pada lokasi tertentu adalah sama dengan hasil dari
massa m dan besarnya percepatan yang berasal dari gravitasi g pada lokasi
tersebut:
Berat dari sebuah benda tergantung dari lokasinya, tetapi massa tidak
tergantung lokasinya (Young&Friedman, 2002: 114).
Persamaan tidak mengatakan bahwa adalah suatu gaya.
Semua gaya yang bekerja pada benda ditambahkan secara vektor untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
menghasilkan gaya netto pada bagian kiri persamaan ini. Gaya netto ini
kemudian disetarakan dengan hasil kali massa benda dan percepatan yang
diakibatkan oleh gaya netto tersebut (Serway, 2009: 176).
pada saat dua benda berinteraksi, gaya yang bekerja pada benda satu terhadap
yang lainnya besarnya sama dan arahnya berlawanan. Setiap gaya dalam
pasangan aksi reaksi hanya terjadi pada satu dari dua benda; gaya aksi dan
reaksi tidak pernah terjadi pada benda yang sama (Young&Friedman, 2002:
114).
Jika sebuah benda berada dalam keadaan setimbang pada suatu
kerangka acuan inersia, jumlah vektor gaya-gaya yang bekerja pada benda itu
harus nol. Dalam bentuk komponen,
Free body diagram berguna untuk mengidentifikasi gaya gaya yang
bekerja pada benda yang ditinjau. Hukum Ketiga Newton seringkali diperlukan
juga pada soal soal kesetimbangan. Kedua buah gaya dalam suatu pasangan
aksi reaksi tidak pernah bekerja pada benda yang sama.
Ketika jumlah vektor dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda
tidak nol maka benda tersebut memiliki sebuah percepatan yang ditentukan
oleh Hukum Kedua Newton:
Dalam bentuk komponen,
Gaya kontak antara dua benda selalu dapat dinyatakan dalam sebuah
gaya normal yang tegak lurus terhadap permukaan interaksinya, serta sebuah
gaya gesekan yang sejajar terhadap permukaannya. Ketika luncuran terjadi,
maka hampir sebanding dengan , dan konstanta kesebandingannya adalah
, koefisien gesekan kinetik:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Ketika tidak terdapat pergerakan relative maka gaya gesekan maksimum yang
mungkin terjadi hampir sebanding dengan gaya normalnya. Konstanta
kesebandingannya adalah , koefisien gesekan statik:
Gaya gesekan statik aktual bisa berapa saja dari nol sampai dengan nilai
maksimum ini bergantung pada keadaannya. Untuk sepasang permukaan
tertentu, biasanya lebih kecil dari .
Dalam gerak melingkar homogen, vektor percepatannya terarah menuju pusat
dari lingkarannya dan memiliki besar . Gerak ini dikendalikan oleh
, persis seperti yang berlaku untuk semua soal dinamika lainnya.
Gaya-gaya alam yang mendasar terdiri dari interaksi gravitasi, interaksi
elektromagnetik, interaksi kuat, dan interaksi lemah.
Interaksi elektromagnetik dan interaksi lemah telah dipadukan ke dalam sebuah
interaksi tunggal, interaksi elektrolemah (Young&Friedman, 2002: 149).
b. Miskonsepsi Hukum Newton
Beberapa siswa mempunyai miskonsepsi tentang gaya, karena mereka
menghubungkan gaya dengan suatu aksi dan gerak. Mereka mengartikan
bahwa setiap gaya mesti menyebabkan suatu gerakan. Akibatnya mereka
berpikir bahwa bila tidak ada gerak sama sekali, juga tidak ada gaya. Misalnya,
jika seseorang mendorong suatu kereta dan kereta itu bergerak, mereka
mengatakan ada gaya yang bekerja pada kereta tersebut. Tetapi bila kereta itu
tidak bergerak, mereka mengatakan tidak ada gaya yang berkerja pada kereta
tersebut meskipun orang itu mendorong kereta dengan gaya yang besar.
Menurut fisika meskipun kereta tidak bergerak tetapi ada gaya yang bekerja
padanya (Suparno, 2005: 15).
Beberapa siswa memandang gaya sebagai suatu dorongan atau tarikan
yang harus dikerjakan oleh kegiatan otot. Bagi mereka, jika suatu benda tidak
bergerak, benda itu tidak mempunyai gaya yang bekerja padanya (Arons dalam
Suparno, 2005: 15).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Banyak siswa berpikir, gaya aksi dan reaksi dalam Hukum III Newton
bekerja pada titik yang sama dari objek yang sama. Mereka menganggap gaya
ke atas yang dilakukan meja pada benda A dan gaya yang dilakukan benda A
pada meja bekerja pada satu titik yaitu titik antara meja dan benda A. Padahal
menurut fisika, dua gaya itu bekerja pada objek yang berbeda. Bila kedua gaya
aksi reaksi itu bekerja pada satu titik yang sama maka sama saja tidak ada gaya
apapun karena mereka bekerja pada satu titik yang sama, dengan besar yang
sama dan arah berlawanan sehingga saling melenyapkan (Suparno, 2005: 16).
Banyak siswa memahami gaya sebagai suatu sifat yang ada dalam suatu
benda, suatu sifat yang melekat pada benda itu. Oleh karena itu, siswa dengan
mudah percaya bahwa benda yang berat akan jatuh lebih cepat daripada benda
yang ringan, jika terjadi gerak jatuh bebas karena benda yang berat mempunyai
gaya lebih besar daripada yang ringan. Padahal dalam konsep Newton, gaya
muncul dari interaksi antara benda-benda tersebut (Brown dalam Suparno,
2005: 16).
Beberapa siswa memahami bahwa benda yang diam di atas meja, tidak
mempunyai gaya yang bekerja pada benda tersebut. Alasanya karena benda itu
diam saja di atas meja. Padahal menurut fisika benda itu mempunyai gaya yang
bekerja pada meja. Benda itu tetap diam karena sebagai reaksinya meja
melakukan gaya reaksi terhadap benda tersebut yang besarnya sama tetapi
berlawanan arah (Suparno, 2005: 16).
Banyak siswa sekolah menengah mempunyai pengertian bahwa besarnya
gaya gesekan yang dialami benda yang berada di suatu permukaan hanya
tergantung kekasaran permukaan itu. Tentu saja kekasaran permukaan itu
mempengaruhi gaya gesekan tetapi ada beberapa unsur lain yang juga
mempengaruhi besarnya gaya gesekan seperti massa benda itu sendiri dan gaya
yang bekerja pada benda itu (Suparno, 2005: 17). Miskonsepsi pada materi
hukum newton disajikan pada tabel 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel. 2.2. Miskonsepsi pada materi Hukum Newton
No. Miskonsepsi Hukum Newton Ditemukan pada Level
SD SMP SMA PT Guru
1 Gaya adalah sifat dari benda. Benda memilki gaya dan bila kehilangan gaya, akan berhenti bergerak.
2 Gaya aksi reaksi terjadi pada satu titik di tempat yang sama.
3 Gaya diperlukan untuk menjaga benda bergerak dengan kecepatan tetap.
4 Gaya diperlukan untuk menjaga suatu benda bergerak.
5 Gaya gesekan tergantung pada kekasaran benda.
6 Gaya harus dikerjakan dengan kegiatan otot.
7 Benda diam di atas meja berarti tidak ada gaya yang bekerja pada meja.
8 Benda yang lebih besar mengeluarkan gaya yang lebih besar daripada benda yang kecil.
(Paul Suparno, 2005: 138 139)
Profil miskonsepsi materi gaya yang ditemukan oleh Dwi Fajar Saputri
(2012) pada tingkat mahasiswa yaitu: 1) diagram vektor gaya normal; 2) massa
berbeda dengan gaya berat; 3) massa selalu tetap, tidak dipengaruhi percepatan
gravitasi; 4) diagram vektor gaya berat; 5) resultan gaya pada keadaan
setimbang; 6) definisi pasangan gaya aksi reaksi; 7) besarnya pasangan gaya
aksi reaksi; 8) hubungan antara berat dan waktu yang diperlukan pada saat
benda jatuh bebas; 9) faktor faktor yang mempengaruhi besarnya gaya
gesekan.
Dari penelitian sebelumnya diduga profil miskonsepsi di kelas X MAN 2
Surakarta yaitu: 1) keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam; 2) benda
dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya; 3) jika gaya
total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan
konstan; 4) definisi gaya; 5) gaya muncul dari interaksi dua benda; 6)
hubungan gaya aksi reaksi dua benda berbeda massa; 7) hubungan gaya
normal dan berat benda; 8) gaya gaya yang bekerja pada benda yang
dilemparkan ke atas; 9) lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran
pada bidang horizontal; 10) besar gaya tegangan pada tali yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
7. Penelitian Relevan
1. Dwi Fajar Saputri (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mencari penyebab dan meremediasi miskonsepsi gaya menggunakan
multimedia dan modul. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian ini
akan melanjutkan remediasi konsep-konsep tentang gaya yang rawan
miskonsepsi dan belum diremediasi dalam penelitian sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan menggunakan model pembelajaran konstruktivis
dalam meremediasi miskonsepsi siswa pada materi Hukum Newton.
2. Berdasarkan temuan Putu (2003: 120) dalam upaya penerapan model
pembelajaran konstruktivis untuk mereduksi miskonsepsi siswa dalam
pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan modul sebagai strategi
pengubahan miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah yang berpijak pada
teori konstruktivis. Penelitian yang dilaksanakan memanfaatkan model
pembelajaran konstruktivis dalam mereduksi miskonsepsi siswa pada materi
Hukum Newton yang sebelumnya telah terbukti efektif mereduksi
miskonsepsi siswa pada materi tekanan dalam penelitian I Putu.
3. Sadia (1996:211) juga mengembangkan model pembelajaran konstruktivis
dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini menggunakan konflik kognitif
sebagai strategi pengubahan miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah yang
berpijak pada teori konstruktivis Piaget dan menggunakan metode diskusi
yang berpijak pada teori konstruktivis Vygotsky.
4. Bawaneh, Zain, dan Saleh (2010), menemukan bahwa strategi radical
conceptual change yang berbasis pada konstruktivis Piaget efektif
mereduksi miskonsepsi siswa dalam materi cahaya dan memiliki
keunggulan komparatif terhadap pembelajaran konvensional.
5. David R Geelan dan Michelle Mukherjee (2009) membuktikan bahwa
pembelajaran dengan media visual ilmiah efektif dalam meningkatkan
pemahaman siswa tentang konsep sains terutama konsep fisika dan kimia.
Media yang digunakan untuk mevisualisasikan konsep ilmiah terdiri atas
software (format flash dan video) dan hardware (proyektor dan komputer).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Berdasarkan penelitian Sadia (1996:211), Bawaneh, Zain, dan Saleh (2010),
dan David R Geelan dan Michelle Mukherjee (2009), penelitian yang
dilaksanakan memanfaatkan strategi pengubahan konsepsi dengan konflik
kognitif melalui media visualisasi ilmiah yang terdiri dari Lembar Kerja
Siswa (LKS) dan slide powerpoint yang dilengkapi animasi flash mengacu
pada konsepsi awal siswa yang diduga mengalami miskonsepsi. Dengan
berpedoman pada pra konsepsi ini, siswa diharapkan merasa lebih mudah
dalam mereduksi miskonsepsinya menuju konsepsi ilmiah. Melalui ketiga
penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran konstruktivis
memiliki keunggulan komparatif terhadap pembelajaran konvensional
dalam mereduksi miskonsepsi siswa.
6. Kara (2007) mengungkap pengetahuan awal dan miskonsepsi siswa tentang
Hukum Newton dengan metode gambar dan tes miskonsepsi yang
dilengkapi CRI (Certainity of Response Index). Pada CRI ini siswa diminta
untuk mengisi derajat kepastian dengan memilih 6 tingkatan dalam
menyeleksi dan memanfaatkan pengetahuan, konsep atau hukum untuk
menjawab soal. Opsi itu adalah: 1) tebakan, 2) hampir menebak, 3) ragu
ragu, 4) yakin, 5) hampir pasti, 6) pasti. Jika derajat kepastiannya rendah
(skala CRI 0 3) ini menunjukkan bahwa penentuan jawaban benar maka
siswa dianggap memiliki kekurangan pengetahuan dan jawaban salah
diidentifikasikan mengalami miskonsepsi. Jika jawaban benar dengan
derajat kepastian tinggi (skala CRI 4 6), siswa dianggap paham konsep
akan tetapi jika jawaban salah maka siswa mengalami miskonsepsi.
Kesamaan terhadap penelitian yang akan dilakukan yaitu memiliki tujuan
yang sama mengungkap miskonsepsi. Sedangkan pada penelitian yang telah
dilakukan menggunakan soal pilihan ganda dengan dilengkapi CRI dengan
tujuan untuk membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan
kurang pengetahuan.
7. Hamza dan Wickman (2007) membuktikan bahwa teknik wawancara belum
cukup untuk menggali miskonsepsi, perlu dilihat lagi proses
pembelajarannya. Pembaharuan dalam penelitian yang dilakukan ini yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sebelum melakukan wawancara, untuk menggali miskonsepsi siswa
menggunakan tes miskonsepsi dilengkapi CRI.
8. Purba dan Depari (2008), membuktikan dengan menggunakan tes
miskonsepsi beserta CRI (Certainity of Response Index) dapat mengungkap
miskonsepsi mahasiswa tentang rangkaian listrik. Cara ini dianggap efektif
untuk membedakan antara mahasisiwa yang mengalami miskonsepsi,
kurang pengetahuan, dan yang benar benar paham konsep. Penelitian yang
telah dilakukan memanfaatkan tes miskonsepsi beserta CRI untuk
mengungkap miskonsepsi tentang konsep Hukum Newton. Adapun
perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu pada konsep yang
diteliti. Sedangkan kesamaannya terdapat pada penggunaan tes miskonsepsi
dilengkapi CRI (Certainity of Response Index).
9. Mohd Ali Bin Ibrahim & Mohamad Syazwan Bin Abu Bakar (2008) telah
mendesain software pembelajaran materi listrik di sekolah dasar Malaysia
berasaskan pembelajaran konstruktivis lima fase Nedham yaitu fase
orientasi, elisitasi, restrukturisasi, aplikasi, dan review. Software
pembelajaran memadukan aplikasi Powerpoint 2003, Adobe Photoshop 7.0,
Macromedia Flash 7.0, dan video yang berkaitan dengan topik listrik.
Kelebihan software ini dapat meningkatkan minat belajar siswa karena
tampilannya yang menarik. Sedangkan sisi kelemahannya yaitu video yang
kurang sesuai topik listrik dan efek suara yang kurang pas akibat terbatasnya
waktu dalam mendesain software tersebut. Adapun kesamaan penelitian
yang telah dilakukan dengan penelitian ini yaitu mendesain software
berasaskan pembelajaran konstruktivis lima fase Nedham. Sedangkan
perbedaannya terletak pada materi yang dibahas yaitu materi Hukum
Newton tingkat SMA/MA. Penelitian yang telah dilakukan mencoba
memperbaiki sisi kelemahan penelitian ini dengan mencari video yang
sesuai dengan materi yang dibahas yaitu Hukum Newton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
B. Kerangka Berpikir
1. Profil miskonsepsi siswa dan penyebab miskonsepsi pada materi Hukum
Newton di kelas X MAN 2 Surakarta.
Miskonsepsi terjadi ketika pemahaman seseorang tentang suatu konsep tidak
sesuai dengan pemahaman ilmuan setelah melalui proses pembelajaran.
Miskonsepsi dalam bidang fisika pun memiliki banyak sub bidang seperti
mekanika, dinamika, termodinamika, optika, bunyi, gelombang, listrik, magnet,
dan fisika modern. Salah satu materi yang dipelajari dalam sub bidang dinamika
yaitu Hukum Newton. Penyebab miskonsepsi ada lima: siswa, guru, buku teks,
konteks, dan metode mengajar. Penyebab miskonsepsi pada materi gaya terdiri
atas intuisi yang salah, persamaan matematis, pembatasan definisi, dan penafsiran
pengalaman sehari hari. Setelah dilakukan survei di MAN 2 Surakarta terhadap
proses pembelajaran khususnya materi fisika ternyata belum melibatkan siswa
dalam penemuan konsep fisika. Dalam merancang dan mengimplementasikan
program pembelajaran guru tidak memperhatikan prior knowledge yang dimiliki
siswa. Proses pembelajaran berlangsung satu arah peran guru tidak lagi sebagai
fasilitator dan mediator yang baik melainkan guru memegang otoritas
pembelajaran. Kajian terhadap buku teks fisika membuktikan masih ada buku
khususnya buku fisika SMP yang mendefinisikan gaya hanya sebatas tarikan dan
dorongan. Siswa yang pernah mendapatkan definisi ini di SMP kemungkinan
besar akan tetap membawa definisi ini di SMA sehingga memungkinkan
munculnya miskonsepsi pada siswa tentang definisi gaya. Dari pembahasan di
atas secara keseluruhan patut diduga bahwa profil miskonsepsi siswa pada materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Hukum Newton yaitu: 1) keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam; 2)
benda dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya; 3) jika
gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan
kecepatan konstan; 4) definisi gaya; 5) gaya muncul dari interaksi dua benda; 6)
hubungan gaya aksi reaksi dua benda berbeda massa; 7) hubungan gaya normal
dan berat benda; 8) gaya gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke
atas; 9) lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran pada bidang horizontal;
10) besar gaya tegangan pada tali yang sama.
Dari pembahasan sebelumnya diduga penyebab miskonsepsi siswa pada materi
Hukum Newton di kelas X MAN 2 Surakarta yaitu intuisi yang salah, persamaan
matematis, buku teks, dan pembelajaran sebelumnya.
2. Efektivitas remediasi dengan model pembelajaran konstruktivis dalam
mengatasi miskonsepsi siswa pada materi Hukum Newton di kelas X
MAN 2 Surakarta.
Model konstruktivis sangat memperhatikan struktur kognitif yang dimiliki siswa
sebelum pembelajaran dimulai. Asimilasi digunakan siswa sebagai suatu kerangka
logis dalam rangka menginterpretasi informasi baru. Akomodasi digunakan dalam
rangka memecahkan kontradiksi kontradiksi sebagai bagian dari proses regulasi
diri yang lebih luas dan lebih kompleks. Proses akomodasi akan berlangsung jika
terjadi modifikasi terhadap struktur kognitif yang telah ada agar cocok dengan
data sensori baru yang diasimilasi. Model konstruktivis terdiri dari lima tahapan
yaitu: 1) tahap orientasi; 2) tahap elisitasi/pengungkapan ide; 3) tahap
tantangan/restrukturisasi ide; 4) tahap penerapan/penggunaan ide dalam banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
situasi; dan 5) tahap review/bagaimana ide itu berubah. Tahap orientasi bertujuan
memotivasi siswa dalam mengikuti materi bisa dengan mengaitkan materi yang
akan dibahas dengan pengalaman sehari hari siswa. Tahap
elisitasi/pengungkapan ide bertujuan mengidentifikasi konsep awal siswa yang
salah dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan ide
mereka yang beranekaragam terhadap materi yang akan dipelajari. Tahap
tantangan atau restrukturisasi ide merupakan proses pembuktian konsep yang
salah untuk diganti dengan konsep yang benar. Tahap tantangan atau
restrukturisasi ide yang merupakan tahap penyajian konsep, yaitu guru
menyiapkan suasana di mana siswa diminta membandingkan pendapatnya dengan
pendapat siswa lain dan mengemukakan keungulan dari pendapat mereka.
Selanjutnya guru mengusulkan peragaaan atau demonstrasi untuk menguji
kebenaran pendapat mereka. Pada tahap ini diharapkan siswa mengalami proses
akomodasi yaitu dengan mengganti konsep yang keliru dengan konsep yang benar
dan proses asimilasi yaitu menambah konsep yang benar di dalam pikiran siswa.
Tahap penerapan/penggunaan ide dalam banyak situasi, yaitu kegiatan yang siswa
diberi kesempatan untuk menguji ide alternatif yang telah dibangun untuk
menyelesaikan persoalan yang bervariasi. Siswa diharapkan mampu mengevaluasi
keunggulan konsep baru yang dia kembangkan. Tahap review/proses perubahan
ide, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi kelemahan dari konsepnya
yang lama. Siswa juga diharapkan mengingat kembali apa yang sudah mereka
alami. Melalui pembelajaran model konstruktivis ini diharapkan mampu
mereduksi miskonsepsi-miskonsepsi yang bersifat resistan yang dibawa siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
sebelum pembelajaran dimulai, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
Dari pembahasan di atas secara keseluruhan diduga bahwa remediasi dengan
model pembelajaran konstruktivis efektif dalam mengatasi miskonsepsi siswa.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini yaitu remediasi dengan model pembelajaran konstruktivis
efektif dalam mengatasi miskonsepsi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
34
Bab III
METODOLOGI
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Surakarta. Waktu pelaksanaan pada
semester I tahun ajaran 2012/2013.
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian Tahun 2012
No Kegiatan Penelitian
Bulan
Janu
ari
Febr
uari
Mar
et
Apr
il
Mei
Juni
Juli
Agu
stus
Sept
embe
r
Okt
ober
Nov
embe
r
Des
embe
r
1 Persiapan :
a. Penetapan lokasi
b. Penyusunan proposal
c. Seminar proposal
d. Perbaikan proposal
e. Validasi instrumen
f. Uji coba instrumen
g. Perbaikan instrumen
2 Pelaksanaan penelitian :
a. Pemberian Tes Miskonsepsi 1
b. Pemberian Remediasi
c. Pemberian Tes Miskonsepsi 2
d. Pengolahan Data
3 Penyusunan tesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Berdasarkan tabel 3.1, pelaksanaan penelitian dibagi menjadi tiga tahap
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap penyusunan tesis.
Tahap persiapan dilakukan selama 9 bulan. Tahap pelaksanaan penelitian
dilakukan selama 4 minggu. Tahap penyusunan tesis dilakukan selama 5 bulan.
Uji instrumen dilaksanakan di kelas XB MAN 1 Surakarta pada tanggal 18
September 2012. Pelaksanaan tes miskonsepsi 1 di kelas XA dan XB MAN 2
Surakarta pada tanggal 17 Oktober 2012. Sosialisasi di kelas XA dan XB
dilakukan masing masing 2 pertemuan dari tanggal 18 24 Oktober 2012.
Remediasi di kelas XA dan XB dilakukan masing masing 3 pertemuan dari
tanggal 25 Oktober 5 November 2012. Tes miskonsepsi 2 di kelas XA dan XB
MAN 2 Surakarta dilaksanakan pada tanggal 7 November 2012. Wawancara
terhadap masing masing 5 siswa kelas XA dan XB dilaksanakan dari tanggal 7
8 November 2012.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini penelitian eksperimen. Rancangan eksperimen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Control Group Pre-tes Post-test. Tes
miskonsepsi 1 digunakan untuk mengukur miskonsepsi siswa sebelum diberi
perlakuan sedangkan tes miskonsepsi 2 digunakan untuk mengukur miskonsepsi
siswa setelah diberi perlakuan. Rancangan penelitian secara lengkap disajikan
pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Rancangan Eksperimen
Kelompok Tes Miskonsepsi 1 Treatmen Tes Miskonsepsi 2 Eksperimen X
Kontrol O
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Keterangan: X = pembelajaran konstruktivis,
O = pembelajaran konvensional, = tes miskonsepsi 1 , = tes
miskonsepsi 2
C. Populasi dan Sampel
Populasi target penelitian ini yaitu seluruh siswa MAN 2 Surakarta dan
populasi terjangkaunya yaitu seluruh siswa kelas X MAN 2 Surakarta tahun
ajaran 2012/2013. Teknik Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling.
Teknik sampling ini digunakan pada penelitian penelitian yang lebih
mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam menentukan
sampel penelitian (Bungin, 2010: 115).
Sampel penelitian meliputi siswa kelas XA dan XB. Pemilihan sampel ini
dilakukan setelah melakukan wawancara dengan guru fisika MAN 2 Surakarta
bahwa siswa yang memiliki NEM rendah sengaja ditempatkan di kelas XA dan
XB dengan tujuan menaikkan kepercayaan diri siswa. Kemungkinan untuk
menemukan siswa yang memiliki miskonsepsi di kelas XA dan XB cukup besar
dan terbukti semua siswa di kedua kelas mengalami miskonsepsi yang terjaring
dalam tes miskonsepsi 1 (lampiran 8). Kelas XA sebagai kelas eksperimen,
berjumlah 29 siswa. Kelas XB sebagai kelas kontrol, berjumlah 28 orang. Hanya
24 siswa dari tiap kelas yang bisa diolah datanya karena ada beberapa siswa yang
tidak hadir selama penelitian. Ada 5 siswa di kelas XA dan 4 siswa di kelas XB
yang tidak hadir selama penelitian. Tiap kelas diambil 5 siswa yang memiliki
jumlah miskonsepsi tinggi untuk dilakukan wawancara. Wawancara dilakukan
untuk menemukan penyebab miskonsepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan jumlah miskonsepsi
dalam materi Hukum Newton.
b. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran konstruktivis yang
dikenakan pada kelompok eksperimen, sedangkan kelompok kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Definisi Operasional
Untuk menggambarkan secara lebih operasional variabel dalam penelitian ini,
berikut dikemukakan definisi operasional masing-masing variabel tersebut.
a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan
kekeliruan yang dilakukan siswa. Remediasi dalam penelitian ini adalah
kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional dan pembelajaran
konstruktivis untuk membetulkan kekeliruan siswa berupa miskonsepsi
dalam materi Hukum Newton. Remediasi dalam penelitian ini dilakukan
setelah siswa mendapatkan materi Hukum Newton.
b. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang tidak dilandasi oleh
paham konstruktivisme, titik tolak pembelajaran tidak dimulai dari
pengetahuan awal yang dimiliki siswa (prior knowledge). Pembelajaran
dimulai dari penyajian informasi, pemberian ilustrasi dan contoh soal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
latihan soal-soal sampai pada akhirnya guru merasakan apa yang diajarkan
telah dimengerti oleh siswa.
c. Model Pembelajaran Konstruktivis
Model pembelajaran konstruktivis adalah model pembelajaran yang titik
tolaknya didasarkan pada konsepsi yang dimiliki oleh siswa (prior
knowledge). Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengadakan konflik
kognitif dan diskusi kelas untuk mereduksi miskonsepsi yang muncul pada
siswa. Keberhasilan pembelajaran terletak pada kemampuan siswa dalam
mengubah miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah.
d. Miskonsepsi Siswa
Miskonsepsi siswa adalah konsepsi siswa yang tidak sesuai dengan konsepsi
ilmiah yang disepakati oleh ilmuan. Konsepsi tersebut pada umumnya
dibangun secara intuitif dalam upaya memberi makna terhadap dunia
pengalaman mereka sehari hari. Miskonsepsi dinyatakan dengan skor
yang diperoleh siswa dari ketidakmampuannya dalam memahami konsep
dan prinsip fisika secara ilmiah yang diukur dengan tes miskonsepsi (tes
miskonsepsi 1 dan 2). Data yang terkumpul untuk ubahan ini dalam
peringkat interval.
Miskonsepsi Hukum Newton yang akan diremediasi pada penelitian ini
melanjutkan dari penelitian Dwi Fajar Saputri (2012) disajikan pada tabel
3.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 3.3. Konsepsi Awal Siswa
No. Indikator Konsepsi Awal(Miskonsepsi) Konsepsi Akhir
1
Membuktikan keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam.
Sesuai dengan Hukum I Newton maka tidak ada gaya
bekerja pada benda yang diam.
Ketika dalam kesetimbangan (benda diam atau bergerak dengan kecepatan konstan) maka gaya total adalah nol artinya pada benda bekerja gaya gaya tetapi resultannya nol.
Karena benda tidak bergerak maka tidak ada gaya bekerja pada benda.
2
Membuktikan benda dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya (diam atau bergerak dengan kecepatan konstan).
Benda akan berhenti jika gaya luar dilepaskan.
Jika benda dalam kesetimbangan ( ) maka benda dalam keadaan awalnya diam, benda tersebut akan tetap diam; atau benda keadaan awalnya bergerak, gerakannya akan diteruskan dengan kecepatan tetap.
Benda tidak mungkin mempertahankan geraknya oleh dirinya sendiri.
3
Membuktikan jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan.
Jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan mengalami perlambatan.
Jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan.
Jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan langsung berhenti.
4 Mendefinisikan gaya.
Sesuai dengan Hukum II Newton maka gaya adalah hasil kali massa dan percepatan.
Gaya adalah besaran vektor yang menunjukkan ukuran kuantitatif dari interaksi dua buah benda.
Gaya adalah tarikan dan dorongan.
5 Membuktikan gaya muncul dari interaksi dua benda.
Gaya merupakan sifat intrinsik benda.
Gaya muncul dari interaksi dua benda.
6
Menentukan hubungan gaya aksi reaksi dua benda berbeda massa.
Benda yang lebih besar memberikan gaya yang lebih besar.
Berdasarkah Hukum III Newton maka benda bermassa besar mengerjakan suatu gaya pada benda bermassa kecil yang besarnya sama dengan yang dikerjakan benda bermassa kecil pada benda bermassa besar.
Benda yang lebih kecil memberikan gaya yang lebih besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
7
Menentukan hubungan gaya normal dan berat benda.
Gaya normal yang bekerja pada benda selalu sama besar dengan berat benda.
Gaya normal adalah gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara dua permukaan yang bersentuhan yang arahnya tegak lurus terhadap bidang sentuh. Gaya normal yang bekerja pada
benda selalu lebih besar daripada berat benda. Gaya normal yang bekerja pada benda selalu lebih kecil daripada berat benda.
8
Menentukan gaya gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas.
Gaya berat yang arahnya ke bawah bersama dengan sebuah gaya ke atas yang besarnya makin berkurang.
Sebuah gaya gravitasi ke bawah yang tetap besarnya.
Sebuah gaya ke atas yang berkurang besarnya secara tetap sejak benda itu lepas dari tangan sampai dia mencapai titik tertinggi, dan setelah itu sebuah gaya gravitasi ke bawah yang bertambah besarnya secara tetap akibat benda itu makin dekat ke bumi.
9
Menentukan lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran pada bidang horizontal.
Benda akan menjauhi lintasan dengan arah menyinggung lintasan.
Searah dengan arah kecepatan yang tegak lurus dengan gaya sentripetal atau jari jari lingkaran. Benda akan bergerak dengan
arah tegak lurus terhadap lintasan.
10
Menentukan besarnya gaya tegangan pada tali yang sama.
Gaya tegangan tali besarnya berbeda tergantung massa benda yang dihubungkan.
Gaya tegangan tali untuk tali yang sama selalu sama besar dengan syarat massa tali diabaikan dan katrol dianggap licin.
e. Efektivitas Remediasi
Menurut kamus bahasa Indonesia (2008:374) efektivitas adalah ada
efeknya (pengaruh, akibat, kesannya). Efektivitas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah efektivitas remediasi dengan model pembelajaran
konstruktivis dalam mengatasi miskonsepsi siswa pada materi Hukum
Newton di kelas X MAN 2 Surakarta. Remediasi dikatakan efektif
apabila proporsi penurunan miskonsepsi siswa yang diremediasi melalui
model pembelajaran konstruktivis lebih tinggi dibandingkan siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
diremediasi melalui pembelajaran konvensional. Proporsi penurunan
miskonsepsi dihitung dengan uji z satu pihak. Kemudian efektivitas
remediasi ditentukan dengan melihat harga . Interpretasi hasil
disajikan pada gambar 3.1.
Gambar.3.1. Barometer Efektivitas Hattie (2009)
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk menggali miskonsepsi siswa dalam penelitian ini
menggunakan tes miskonsepsi (tes miskonsepsi 1 dan 2) tipe pilihan ganda
dengan tiga pilihan dan wawancara. Berdasarkan jawaban siswa yang tidak benar
dalam pilihan ganda, peneliti mewawancarai beberapa siswa. Tujuan dari
wawancara untuk meneliti cara siswa berpikir dan penyebab mereka berpikir
seperti itu (Suparno, 2005: 123). Wawancara yang digunakan yaitu clinical
interview. Melalui metode ini diharapkan peneliti dapat menggali miskonsepsi
siswa berdasarkan pemikiran siswa sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data
Dalam penelitian ini digunakan dua macam instrumen yang meliputi: 1) instrumen
yang berfungsi sebagai pendukung pembelajaran dalam kelas yaitu tenaga
pengajar (peneliti), silabus, RPP dan perangkat strategi pengubahan konsepsi; 2)
instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel terikat yaitu tes miskonsepsi
dan wawancara.
1. Tenaga Pengajar. Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen maupun
kontrol dilakukan oleh tenaga pengajar dalam hal ini peneliti.
2. Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Hukum Newton terdiri
dari dua jenis yaitu RPP berlandaskan model pembelajaran konstruktivis dan
RPP berlandaskan model pembelajaran konvensional masing-masing
mencakup tiga kali pertemuan.
3. Media visualisasi ilmiah sebagai strategi pengubahan konsepsi. Media ini
merupakan sekumpulan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan slide powerpoint yang dilengkapi animasi flash
mengacu pada karakteristik pembelajaran kontruktivis yang berangkat dari
konsepsi awal siswa yang diduga mengalami miskonsepsi. Dengan
berpedoman pada pra konsepsi ini, siswa diharapkan merasa lebih mudah
dalam mereduksi miskonsepsinya menuju konsepsi ilmiah. Sistematika
penyusunan media ini meliputi :
(1). LKS yang terdiri atas: (a). gambar dan pertanyaan diskusi yang
memancing konsepsi awal siswa; (b). pertanyaan aplikasi 1 yang memicu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
siswa menggunakan ide baru dalam situasi berbeda; (c). pertanyaan apikasi 2
untuk melihat perubahan ide siswa.
(2). Slide power point yang berisi uraian ringkas konsep-konsep esensial
untuk materi hukum newton dan simulasi media flash sederhana untuk
mengatasi miskonsepsi siswa.
4. Tes miskonsepsi. Tipe soal adalah pilihan ganda dengan tiga pilihan. Tiga
pilihan digunakan karena menurut Sutrisno (1990) paling efektif
dibandingkan dengan 4 atau 5 pilihan. Tes ini digunakan sebagai tes
miskonsepsi 1 untuk melihat miskonsepsi siswa sebelum remediasi dan tes
miskonsepsi 2 untuk mengetahui perbedaan miskonsepsi kelompok kontrol
dan eksperimen. Melalui alat ini diharapkan dapat mengungkapkan data
penguasaan siswa terhadap konsep-konsep fisika untuk pokok bahasan
Hukum Newton. Ranah kognitif yang diukur mengikuti taksonomi Bloom
yang meliputi pemahaman (c2) dan aplikasi (c3). Untuk menjamin validitas
isi dilakukan dengan menyusun kisi-kisi soal yang disajikan pada tabel 3.4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 3.4. Kisi-Kisi Tes Miskonsepsi
Kompetensi Dasar Indikator Dimensi Jumlah
Item No. Soal C2 C3
2.3.Menerapkan Hukum
Newton sebagai
prinsip dasar dinamika
untuk gerak lurus, gerak vertikal, dan
gerak melingkar beraturan.
1. Hukum I Newton a. Membuktikan keberadaan gaya yang
bekerja pada benda diam. 2 1,4
b. Membuktikan benda dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya(diam atau bergerak dengan kecepatan konstan).
2 2,5
c. Jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan. 2 3,6
2. Hukum II Newton a. Mendefinisikan gaya. 2 8,1
b. Membuktikan gaya muncul dari interaksi dua benda. 2 6,8
3. Hukum III Newton a. Menentukan hubungan gaya aksi
reaksi dua benda berbeda massa.
2 9,3
4. Aplikasi a. Menentukan hubungan gaya
normal dan berat benda. 2 7,9
b. Menentukan gaya gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas.
2 4,2
c. Menentukan lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran. 2 5,7
d. Menentukan besarnya gaya tegangan pada tali yang sama.
2 10, 10
Cara pemberian skor terhadap jawaban siswa untuk setiap butir soal adalah
sebagai berikut. Jika siswa tidak menjawab atau jawaban siswa salah diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
skor 0. Skor 1 diberikan bila jawaban siswa benar. Untuk membedakan
jawaban berbentuk pilihan ganda antara siswa yang kekurangan pengetahuan
(a lack of knowledge) dengan siswa yang mengalami miskonsepsi digunakan
metode CRI (Certain of Response Index) dari Bayoko dan Kelly. Pada CRI
ini siswa diminta untuk mengisi derajat kepastian dengan memilih 6 tingkatan
dalam menyeleksi dan memanfaatkan pengetahuan, konsep atau hukum
untuk menjawab soal. Opsi itu adalah: 1) tebakan; 2) hampir menebak; 3)
ragu ragu; 4) yakin; 5) hampir pasti; 6) pasti. Jika derajat kepastiannya
rendah (skala CRI 0 3) ini menunjukkan bahwa penentuan jawaban benar
maka siswa dianggap memiliki kekurangan pengetahuan dan jawaban salah
diidentifikasikan mengalami miskonsepsi. Jika jawaban benar dengan derajat
kepastian tinggi (skala CRI 4 6), siswa dianggap paham konsep akan tetapi
jika jawaban salah maka siswa mengalami miskonsepsi.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum instrumen ini digunakan maka diteliti dulu kualitasnya melalui
validitas isi kemudian dilakukan uji coba. Validitas isi adalah validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui
analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement
(Saifuddin, 2012:42). Validitas isi dilakukan oleh 2 Dosen yaitu : Sukarmin,
M.Si., Ph.D dan Drs. Syukran Mursyid M.Pd. Tes yang divalidasi sebanyak 20
soal dengan 10 indikator. Setelah divalidasi isi dan diperbaiki kemudian diuji di
kelas XB MAN 1 Surakarta. Hasil uji coba dianalisis dengan software ANATES
untuk mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Terakhir diambil 10 soal yang terbaik berdasarkan 4 kriteria yaitu validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
Validitas tes adalah ketepatan alat ukur dengan apa yang hendak diukur
(Sutrisnohadi, 1991: 1). Reliabilitas tes adalah kemampuan mempertahankan
kestabilan / kemantapan, keterpercayaan dan ketepatan dari suatu ramalan
(Kerlinger, 1973: 709). Selain memenuhi validitas dan reliabilitas, suatu tes juga
harus memiliki daya pembeda dan keseimbangan dari tingkat kesulitan soal
tersebut, yaitu adanya soal-soal yang mudah, sedang dan sukar secara
proporsional. Kualitas instrumen ditunjukkan oleh kesahihan (validitas) dan
keterandalannya (reliabilitas) dalam mengungkapkan yang akan diukur.
H. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut:
a. Profil miskonsepsi siswa dan penyebab miskonsepsi dianalisis secara
deskriptif kualitatif dan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.5. Distribusi Profil Miskonsepsi Siswa Sebelum dan Sesudah Remediasi Menggunakan Pembelajaran Konstruktivis dan Pembelajaran Konvensional Tiap Indikator
Indikator Profil Miskonsepsi
Jumlah Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tes miskonse
psi 1
Tes miskonseps
i 2
Tes miskonsepsi 1
Tes miskonsepsi 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 3.6. Distribusi Penyebab Miskonsepsi Tiap Indikator
Indikator Penyebab Miskonsepsi
Intuisi yang Salah
Bentuk Matematis
Pembatasan Definisi
Pembelajaran Sebelumnya
Tabel 3.7. Distribusi Proporsi Penurunan Miskonsepsi antara Siswa yang
Diremediasi dengan Menggunakan Pembelajaran Konstruktivis dan Pembelajaran Konvensional Tiap Indikator
Indikator
Proporsi Penurunan Miskonsepsi Remediasi
Menggunakan Pembelajaran Konstruktivis
Remediasi Menggunakan Pembelajaran Konvensional
b. Hipotesis penelitian yaitu yaitu remediasi dengan model pembelajaran
konstruktivis efektif dalam mengatasi miskonsepsi siswa dianalisis dengan
analisis statistik. Remediasi dikatakan efektif apabila proporsi penurunan
miskonsepsi siswa yang diremediasi melalui model pembelajaran
konstruktivis lebih tinggi dibandingkan siswa yang diremediasi melalui
pembelajaran konvensional. Proporsi penurunan miskonsepsi siswa diuji
dengan uji perbedaan proporsi dengan uji Z satu pihak karena untuk menguji
hipotesis terhadap beda dua proporsi populasi dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol dan rumusan hipotesis penelitian telah mengunggulkan model
pembelajaran konstruktivis dalam menurunkan miskonsepsi. Adapun
langkah-langkah uji Z satu pihak sebagai berikut:
- Tentukan rumusan hipotesis : dan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
= proporsi penurunan miskonsepsi siswa yang diremediasi melalui
model pembelajaran konstruktivis.
= proporsi penurunan miskonsepsi siswa yang diremediasi melalui
model pembelajaran konvensional.
- Tentukan persentase penurunan miskonsepsi siswa pada kelas
ekperimen (diremediasi dengan pembelajaran konstruktivis) dan kelas
kontrol (diremediasi dengan pembelajaran konvensional) dengan
melihat tabel hasil analisis konsepsi siswa tentang konsep hukum
newton.
- Tentukan besar proporsi siswa yang miskonsepsinya berubah menjadi
konsepsi ilmiah di kelas ekperimen dan kontrol.
- Tentukan nilai Z dengan rumus perbedaan proporsi:
(Sudjana, 2002: 246)
Keterangan :
= jumlah siswa di kelas eksperimen.
= jumlah siswa di kelas kontrol.
p = (p1 + p2) / 2
q = 1 p
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- Tolak Ho jika : , dan terima Ho jika dengan =
taraf nyata dan didapat dari daftar distribusi normal baku dengan
peluang (Sudjana, 2002: 247 248).
- Kemudian efektivitas remediasi ditentukan dengan melihat harga
. Interpretasi hasil disajikan pada gambar 3.2.
Gambar.3.2. Barometer Efektivitas Hattie (2009)
I. Hipotesis Statistik
: Remediasi dengan model pembelajaran konstruktivis tidak efektif dalam
mengatasi miskonsepsi siswa.
: Remediasi dengan model pembelajaran konstruktivis efektif dalam mengatasi
miskonsepsi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Miskonsepsi
Tes miskonsepsi diberikan sebanyak dua kali kepada siswa kelas XA dan
XB MAN 2 Surakarta. Sebanyak 48 siswa yaitu 24 siswa tiap kelas yang
mengikuti kedua tes tersebut. Tes miskonsepsi terdiri dari 10 soal dengan 3
pilihan jawaban dilengkapi CRI (Certain of Response Index) untuk melihat tingkat
kepastian jawaban dan membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi
dengan siswa yang kekurangan pengetahuan (a lack of knowledge). Siswa yang
diduga miskonsepsi jika pilihan jawaban salah dan tingkat CRI pada rentang 4
6. Tes miskonsepsi 1 dilakukan untuk mengetahui siswa yang mengalami
miskonsepsi. Tes miskonsepsi 2 dilakukan untuk mengetahui siswa yang
mengalami miskonsepsi setelah diremediasi. Berdasarkan jawaban siswa pada tes
miskonsepsi 1 dan tes miskonsepsi 2 dapat diketahui bahwa profil miskonsepsi
yang dialami siswa bervariasi dan ada juga yang homogen untuk tiap indikator.
Langkah berikutnya setelah dilakukan tes miskonsepsi 1 yaitu melakukan
remediasi. Remediasi yang dilakukan yaitu dengan model pembelajaran
konstruktivis di kelas ekperimen (XA) dan dengan pembelajaran konvensional di
kelas kontrol (XB). Sebanyak 24 siswa pada kelas XA dan 24 siswa pada kelas
XB yang diremediasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4.1. Distribusi Profil Miskonsepsi Siswa Sebelum dan Sesudah Remediasi Menggunakan Pembelajaran Konstruktivis (Kelas Eksperimen) dan Pembelajaran Konvensional (Kelas Kontrol) Tiap Indikator
Indikator Profil Miskonsepsi
Jumlah Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tes miskonsepsi
1
Tes miskonsepsi
2
Tes miskonsepsi
1
Tes miskonsepsi
2
Membuktikan keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam.
Sesuai dengan Hukum I Newton maka tidak ada gaya bekerja pada benda yang diam.
2 1 14 14
Karena benda tidak bergerak maka tidak ada gaya bekerja pada benda.
20 9 5 5
Membuktikan benda dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya(diam atau bergerak dengan kecepatan konstan).
Benda akan berhenti jika gaya luar dilepaskan. 1 1 4 1
Benda tidak mungkin mempertahankan geraknya oleh dirinya sendiri.
1 0 7 8
Membuktikan jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan.
Jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan mengalami perlambatan.
15 12 13 14
Jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan langsung berhenti. 6 4 6 6
Mendefinisikan gaya. Sesuai dengan Hukum II Newton maka gaya adalah hasil kali massa dan percepatan.
5 0 5 4
Gaya adalah tarikan dan dorongan. 19 14 18 15
Membuktikan gaya muncul dari interaksi dua benda.
Gaya merupakan sifat intrinsik benda. 24 23 24 15
Menentukan hubungan gaya aksireaksi dua benda berbeda massa.
Benda yang lebih besar memberikan gaya yang lebih besar.
4 4 10 5
Benda yang lebih kecil memberikan gaya yang lebih besar.
20 9 11 10
Menentukan hubungan gaya normal dan berat benda.
Gaya normal yang bekerja pada benda selalu sama besar dengan berat benda.
2 5 4 10
Gaya normal yang bekerja pada benda selalu lebih besar daripada berat benda.
15 14 15 9
Menentukan gaya gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas.
Gaya berat yang arahnya ke bawah bersama dengan sebuah gaya ke atas yang besarnya makin berkurang.
1 0 1 1
Sebuah gaya ke atas yang berkurang besarnya secara tetap sejak benda itu lepas dari tangan sampai dia mencapai titik tertinggi, dan setelah itu sebuah gaya gravitasi ke bawah yang bertambah besarnya secara tetap akibat benda itu makin dekat ke bumi.
21 20 17 17
Menentukan lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran
Benda akan menjauhi lintasan dengan arah menyinggung lintasan.
3 1 2 2
Benda akan bergerak dengan arah tegak lurus 5 1 8 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pada bidang horizontal.
terhadap lintasan.
Menentukan besarnya gaya tegangan pada tali yang sama.
Gaya tegangan tali besarnya berbeda tergantung massa benda yang dihubungkan. 22 17 23 17
Tabel 4.1 Menunjukkan profil miskonsepsi siswa sebelum dan sesudah
remediasi menggunakan model pembelajaran konstruktivis dan pembelajaran
konvensional. Indikator pertama yaitu membuktikan keberadaan gaya yang
bekerja pada benda diam. Profil miskonsepsi yang dialami siswa bervariasi.
Sebelum remediasi ada 2 siswa menganggap tidak ada gaya yang bekerja pada
benda diam dengan menyandarkan pada persamaan Hukum I Newton .
Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini
disebabkan oleh intuisi siswa yang keliru dalam menafsirkan persamaan Hukum I
Newton yang berasal dari sumber bacaan (buku teks). Berdasarkan Hukum I
Newton, siswa menganggap gaya adalah besaran skalar sehingga menyimpulkan
bahwa tidak ada gaya yang bekerja pada benda diam berdasarkan persamaan
.
Siswa juga menganggap tidak ada gaya yang bekerja pada benda diam
dengan alasan benda tidak bergerak. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa
yang memiliki profil miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi siswa yang keliru.
Intuisi ini berasal dari pengamatan siswa terhadap keadaan fisis benda yang diam
ditambah dengan penafsiran yang keliru terhadap persamaan Hukum I Newton
yang didapat dari sumber bacaan sehingga muncul anggapan tidak ada gaya yang
bekerja pada benda diam atau tidak bergerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan profil miskonsepsi yang ditemukan pada indikator ini maka
remediasi dilakukan menggunakan model pembelajaran konstruktivis. Remediasi
dimulai dengan tahap orientasi yaitu melakukan demonstrasi yaitu meletakkan
benda di atas meja kemudian mengajukan pertanyaan pada siswa tentang
keberadaan gaya pada benda ini. Pertanyaan diajukan dengan tujuan untuk
mengetahui persepsi awal siswa. Didapatkan banyak siswa menganggap tidak ada
gaya yang bekerja pada benda yang diam. Adapun alasan siswa dapat dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu karena benda tidak bergerak maka dapat dipastikan
tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Ada juga yang beralasan karena
benda diam maka berlaku Hukum I Newton sehingga hanya dengan
melihat persamaan siswa menyimpulkan gaya yang bekerja pada benda
diam sebesar nol (tidak ada gaya). Pada tahap elisitasi siswa menjawab soal dalam
LKS secara berkelompok dengan tujuan mengetahui ide siswa secara jelas.
Pada tahap restrukturisasi guru membuktikan keberadaan gaya yang bekerja
pada benda diam melalui demonstrasi. Demonstrasi dilakukan dengan meletakkan
bola besi di atas telapak tangan perwakilan kelompok siswa secara bergantian
kemudian menanyakan keberadaan gaya pada bola besi yang diam di atas telapak
tangan. Siswa merasakan tekanan pada telapak tangannya. Kemudian guru
menjelaskan bahwa tekanan yang dirasakan telapak tangan oleh bola besi tersebut
membuktikan keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam. Pada kondisi ini
bekerja dua gaya. Pertama gaya gravitasi yang arahnya ke pusat bumi. Gaya lain
yang bekerja pada bola adalah gaya kontak dari telapak tangan yang arahnya ke
atas. Benda tetap diam walaupun bekerja dua gaya padanya karena besar dua gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang bekerja adalah sama dan berlawanan arah sehingga resultan gaya yang
bekerja pada bola besarnya nol. Peristiwa ini sesuai dengan prinsip Hukum I
Newton. Jadi persamaan dalam kasus ini menyatakan bahwa ada gaya
yang bekerja pada benda diam yaitu gaya normal dan gaya gravitasi tetapi resultan
kedua gaya tersebut sama dengan nol. Untuk menguji penggunaan ide siswa pada
tahap aplikasi siswa diminta mengambar diagram benda bebas pada soal di LKS.
Ide siswa dalam konteks ini yaitu ide yang diperoleh siswa setelah melalui tahap
restrukturisasi.
Tahap aplikasi siswa diberi kesempatan untuk menggambar gaya normal
(N) dan gaya berat (w) yang bekerja pada benda diam. Hasilnya seperti tercantum
dalam gambar 4.1a menunjukkan hasil kerja siswa yang keliru menggambar gaya
dan gambar 4.1b menampilkan hasil kerja siswa yang benar menggambar gaya.
Setelah penyampaian materi pada tahap restrukturisasi, masih ada siswa yang
keliru dalam menggambar gaya gaya yang bekerja pada benda diam (gambar
4.1a). Dapat dikatakan bahwa siswa mengalami miskonsepsi pada indikator ini.
Selain itu ada juga siswa yang benar dalam menggambarkan gaya gaya yang
bekerja pada benda diam (gambar 4.1b).
Gambar 4.1(a). Hasil kerja siswa tentang gaya yang keliru.
(b). Hasil kerja siswa tentang gaya yang benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tahap review siswa diminta menyimpulkan hasil pembelajaran pada
indikator ini dalam LKS yang disediakan dengan tujuan melihat adanya
perubahan ide siswa. Untuk menancapkan ide yang diperoleh siswa melalui
pembelajaran konstruktivis akhirnya guru bersama siswa menyimpulkan bahwa
ketika benda dalam kesetimbangan (diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan) maka gaya total adalah nol artinya pada benda bekerja gaya-gaya tetapi
resultannya nol.
Setelah remediasi ada 1 siswa yang masih menganggap tidak ada gaya yang
bekerja pada benda diam dengan menyandarkan pada persamaan Hukum I
Newton . Terjadi penurunan 1 siswa yang memiliki profil miskonsepsi
ini setelah remediasi.
Ada 9 siswa setelah remediasi yang masih menganggap tidak ada gaya yang
bekerja pada benda diam dengan alasan benda tidak bergerak. Terjadi penurunan
11 siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini setelah remediasi. Terdapat
penurunan 12 siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini setelah
remediasi.
Indikator kedua yaitu membuktikan benda dalam kesetimbangan selalu
mempertahankan keadaan awalnya (diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan). Profil miskonsepsi yang dialami siswa bervariasi. Sebelum remediasi
ada 1 siswa menganggap dalam keadaan setimbang benda akan berhenti jika gaya
luar dilepaskan. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa memiliki profil
miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi yang keliru dalam memahami Hukum I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Newton yang berasal dari pengalaman sehari hari ditambah informasi keliru
yang diperoleh dari pembelajaran sebelumnya dalam mengaitkan pengalaman
tersebut dengan konsep kesetimbangan dalam Hukum I Newton.
Siswa memiliki anggapan bahwa sifat alamiah benda adalah diam yang
didapatkan dari pengalaman sehari hari seperti ketika gaya dorong dilepaskan
maka benda akan langsung berhenti. Siswa menganggap benda berhenti hanya
disebabkan oleh gaya dorong yang dilepaskan tanpa mencari sifat alamiah benda
yang sesungguhnya. Sifat alamiah benda yaitu selalu menolak perubahan dalam
geraknya atau selalu mempertahankan keadaan awalnya. Sifat ini pertama kali
dibuktikan oleh Galileo dalam percobaan dan menyimpulkan bahwa bukanlah
sifat alamiah suatu benda untuk diam apabila benda itu sudah digerakkan. Dalam
kata ka
suatu benda, kecepatan tersebut akan terus dipertahankan selama faktor faktor
sedang menjelajah ruang hampa dengan mesin mati akan tetap bergerak
selamanya Dari
Hukum I Newton dapat disimpulkan bahwa setiap benda yang terisolasi (yang
tidak berinteraksi dengan lingkungannya) atau dalam kesetimbangan akan berada
dalam kondisi diam atau bergerak dengan kecepatan tetap. Sifat alamiah benda
untuk menolak semua upaya mengubah kecepatannya disebut inersia.
Sebelum remediasi ada 1 siswa menganggap benda tidak mungkin
mempertahankan geraknya oleh dirinya sendiri. Setelah dilakukan wawancara
ternyata siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi keliru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
yang berasal dari pengalaman sehari hari yang dipersepsikan keliru oleh siswa
seperti ketika gaya dorong dilepaskan pada benda maka benda akan berhenti.
Siswa menganggap benda berhenti membuktikan bahwa benda tidak mungkin
mempertahankan geraknya oleh dirinya sendiri. Padahal sifat alamiah benda yaitu
menolak semua upaya mengubah kecepatannya sehingga benda memiliki
kecenderungan mempertahankan keadaan geraknya.
Upaya mereduksi miskonsepsi dilakukan melaui remediasi menggunakan
model pembelajaran konstruktivis. Dimulai tahap orientasi mengajukan kasus
orang yang mengemudi kemudian mendadak menginjak rem. Selanjutnya
mengajukan pertanyaan tentang keadaan atau posisi orang tersebut setelah
kejadian (menginjak rem) dibandingkan keadaan sebelumnya. Tahap elisitasi
siswa diminta mendiskusikan untuk menjawab soal dalam LKS yang berhubungan
dengan kasus ini.
Tahap restrukturisasi guru menampilkan video pembuktian kasus ini yaitu
benda dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya.
Pembuktian selanjutnya dilakukan melalui demonstrasi kelembaman. Demonstrasi
dimulai dengan meletakkan bola besi di atas kertas yang berada di atas meja
kemudian menarik kertas secara perlahan selanjutnya menghentikan tarikan.
Didapatkan bahwa setelah tarikan dihentikan maka benda akan tetap bergerak ke
arah tarikan. Hal ini membuktikan bahwa tarikan atau dorongan tidak
mempengaruhi perubahan kecepatan benda. Perubahan dalam kecepatan benda
disebabkan oleh sifat inersia benda tersebut yaitu sifat alamiah benda untuk
menolak terjadinya perubahan dalam kecepatan dan tidak terpengaruh oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
lingkungan tempat benda itu berasal. Untuk menguji penggunaan ide siswa pada
tahap aplikasi siswa diminta melakukan demonstrasi lanjutan yang tercantum
dalam LKS. Untuk melihat perubahan ide siswa dalam berbagai situasi, pada
tahap review siswa diminta menyimpulkan hasil demonstrasi yang tercantum
dalam LKS. Akhirnya untuk menguatkan penanaman ide siswa ini, guru bersama
siswa menyimpulkan hasil pembelajaran konstruktivis pada indikator ini yaitu
dalam kesetimbangan benda selalu mempertahankan keadaan awalnya (diam atau
bergerak dengan kecepatan konstan) dan perubahan dalam kecepatan benda
disebabkan oleh sifat inersia benda tersebut.
Setelah remediasi ada 1 siswa yang masih menganggap dalam keadaan
setimbang benda akan berhenti jika gaya luar dilepaskan. Tidak terjadi penurunan
pada profil ini disebabkan siswa masih mempertahankan pemahaman sifat
alamiah benda adalah diam dan kurangnya penekanan dalam tahap restrukturisasi
bahwa sifat alamiah benda selalu mempertahankan keadaan awalnya.
Setelah remediasi tidak ada siswa yang masih menganggap benda tidak
mungkin mempertahankan geraknya oleh dirinya sendiri. Terjadi penurunan 1
siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini. Terdapat penurunan 1 siswa yang
memiliki miskonsepsi pada indikator ini.
Indikator ketiga yaitu membuktikan jika gaya total yang bekerja pada benda
nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan. Profil miskonsepsi
yang dialami siswa bervariasi. Sebelum remediasi ada 15 siswa menganggap jika
gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan mengalami perlambatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Setelah wawancara ternyata siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini
disebabkan oleh intuisi keliru terhadap kasus benda yang bergerak di angkasa jauh
dari planet manapun. Siswa menganggap pada kasus ini ada gaya yang bekerja
pada benda yaitu gaya gravitasi. Siswa tidak menyadari bahwa pada kasus ini
benda berada dalam kesetimbangan karena berada di angkasa yang jauh dari
planet manapun. Kondisi ini mengakibatkan tidak ada gaya yang bekerja pada
benda sehingga benda yang semula bergerak lurus beraturan akan tetap bergerak
lurus beraturan selama tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda.
Ada 6 siswa menganggap jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka
benda akan langsung berhenti. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa yang
memiliki profil miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi yang keliru dalam
memahami Hukum I Newton yang berasal dari pengalaman sehari hari ditambah
informasi keliru yang diperoleh dari pembelajaran sebelumnya dalam mengaitkan
pengalaman tersebut dengan konsep kesetimbangan dalam Hukum I Newton.
Siswa memiliki anggapan bahwa sifat alamiah benda adalah diam yang
didapatkan dari pengalaman sehari hari seperti ketika gaya dorong dilepaskan
maka benda akan langsung berhenti. Siswa menganggap benda berhenti hanya
disebabkan oleh gaya dorong yang dilepaskan tanpa mencari sifat alamiah benda
yang sesungguhnya. Sifat alamiah benda yaitu selalu menolak perubahan dalam
angkasa yang sedang menjelajah ruang hampa dengan mesin mati akan tetap
bergerak selamanya
diam. Dari Hukum I Newton dapat disimpulkan bahwa setiap benda yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
terisolasi (yang tidak berinteraksi dengan lingkungannya) atau ketika tidak ada
gaya yang bekerja padanya maka benada akan berada dalam kondisi diam atau
bergerak dengan kecepatan tetap. Sifat alamiah benda untuk menolak semua
upaya mengubah kecepatannya disebut inersia.
Remediasi dilakukan menggunakan model pembelajaran konstruktivis.
Dimulai tahap orientasi dengan menampilkan simulasi animasi kasus dua mobil
yang bergerak lurus beraturan dengan kecepatan yang berbeda. Selanjutnya
menanyakan pada siswa besar gaya total kedua mobil. Pada tahap elisitasi banyak
siswa yang menganggap kedua mobil memiliki gaya total yang berbeda sebanding
dengan kecepatan tetap mobil.
Tahap restrukturisasi guru mereduksi miskonsepsi siswa yaitu menjelaskan
bahwa benda yang bergerak dengan kecepatan konstan berada dalam
kesetimbangan sehingga gaya total yang bekerja pada benda besarnya nol. Kasus
ini serupa dengan kasus tidak ada gaya yang bekerja pada benda yang bergerak
lurus beraturan di angkasa yang jauh dari planet lain. Disebabkan sifat alamiah
benda yang selalu menolak perubahan dalam geraknya sehingga dalam kasus
pesawat yang menjelajah ruang hampa (angkasa) maka benda akan tetap bergerak
lurus beraturan dengan kecepatan konstan selama faktor faktor eksternal
penyebab perlambatan tidak ada. Tahap aplikasi dan tahap review siswa diminta
menerapkan ide siswa dalam penyelesaian soal LKS. Akhirnya guru bersama
siswa menyimpulkan bahwa jika gaya total yang bekerja pada benda besarnya nol
maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Setelah remediasi ada 12 siswa yang masih menganggap jika gaya total
yang bekerja pada benda nol maka benda akan mengalami perlambatan. Terjadi
penurunan 3 siswa yang memilki profil miskonsepsi ini.
Ada 4 siswa setelah remediasi yang masih menganggap jika gaya total yang
bekerja pada benda nol maka benda akan langsung berhenti. Terjadi penurunan 2
siswa yang memilki profil miskonsepsi ini. Terdapat penurunan 5 siswa yang
memiliki miskonsepsi pada indikator ini.
Indikator keempat yaitu mendefinisikan gaya sebagai besaran vektor yang
merupakan ukuran kuantitatif interaksi dua benda. Profil miskonsepsi yang
dialami siswa bervariasi. Sebelum remediasi ada 5 siswa mendefinisikan gaya
sebagai hasil kali massa dan percepatan berdasarkan persamaan Hukum II
Newton . Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa yang memiliki
profil miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi siswa yang keliru dalam
menafsirkan persamaan Hukum II Newton yang berasal dari sumber bacaan (buku
teks). Siswa mendefinisikan gaya sebagai hasil kali massa dan percepatan.
Persamaan tidak mengatakan adalah suatu gaya. Semua gaya yang
bekerja pada benda ditambahkan secara vektor untuk menghasilkan gaya netto
pada bagian kiri persamaan ini. Gaya netto ini kemudian disetarakan dengan hasil
kali massa benda dan percepatan yang diakibatkan oleh gaya netto tersebut. Hasil
kali massa dan percepatan benda bukanlah definisi gaya.
Ada 19 siswa sebelum remediasi yang mendefinisikan gaya sebagai tarikan
dan dorongan. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa yang memiliki profil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
miskonsepsi ini disebabkan oleh pembatasan definisi yang dilakukan siswa.
Pembatasan ini bersumber dari literatur yang pernah dibaca atau disampaikan
kepada siswa seperti mendefinisikan gaya hanya sebatas tarikan dan dorongan
padahal secara faktual gaya juga bekerja pada benda yang diam.
Untuk mereduksi miskonsepsi pada indikator ini digunakan model
pembelajaran konstruktivis. Dimulai tahap orientasi menampilkan kasus balok
yang diam di atas meja. Kemudian menanyakan keberadaan gaya pada balok yang
diam. Pada tahap elisitasi banyak siswa yang menjawab ada gaya yang bekerja
pada balok. Tahap restrukturisasi guru memulai dengan pertanyaan tentang
definisi gaya. Banyak siswa mendefinisikan gaya sebagai tarikan atau dorongan
dan ada juga mendefinisikan gaya sebagai perkalian masssa dan percepatan. Guru
melanjutkan pertanyaan tentang kasus balok yang diam di atas meja yang bekerja
gaya tetapi balok tidak bergerak atau ditarik maupun didorong. Guru
mengingatkan kembali tentang vektor gaya. Kemudian guru mendefinisikan gaya
sebagai besaran vektor yang merupakan ukuran kuantitatif interaksi dua benda.
Tahap aplikasi dan tahap review siswa diberi kesempatan menerapkan ide ini
dalam persoalan pada LKS. Akhirnya guru bersama siswa mendefinisikan gaya
sebagai besaran vektor yang merupakan ukuran kuantitatif interaksi dua benda.
Setelah remediasi tidak ada lagi siswa yang mendefinisikan gaya sebagai
hasil kali massa dan percepatan. Terjadi penurunan 5 siswa yang memiliki profil
miskonsepsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Masih ada 14 siswa yang mendefinisikan gaya sebatas tarikan dan
dorongan. Terjadi penurunan 5 siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini.
Terdapat penurunan 10 siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini.
Indikator kelima yaitu membuktikan gaya muncul dari interaksi dua benda.
Profil miskonsepsi yang dialami siswa homogen. Sebelum remediasi ada 24 siswa
menganggap gaya merupakan sifat intrinsik benda. Setelah dilakukan wawancara
ternyata siswa yang mengalami miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
intuisi keliru yang berasal dari sumber bacaan. Sumber bacaan masih menuliskan
kalimat: siswa
sebagai sifat intrinsik benda. Dengan kata lain siswa menganggap setiap benda
memiliki gaya seperti benda memiliki massa atau manusia memiliki tubuh. Secara
konseptual gaya itu tidak pernah dimiliki oleh benda manapun karena gaya itu
muncul dari interaksi dua benda. Kembali pada definisi gaya sebagai besaran
vektor yang merupakan ukuran kuantitatif interaksi dua benda. Definisi tersebut
menekankan bahwa gaya muncul dari interaksi dua benda atau dengan kata lain
gaya bukan sifat intrinsik benda.
Remediasi menggunakan model pembelajaran konstruktivis untuk
mereduksi miskonsepsi pada indikator ini. Dimulai tahap orientasi menampilkan
gambar seekor gajah dengan berat 2000 Newton kemudian menanyakan besar
gaya yang dimiliki gajah tersebut. Pada tahap elisitasi hampir semua mengatakan
gaya yang dimiliki gajah sebesar 2000 Newton. Tahap restrukturisasi guru
menjelaskan bahwa gajah tidak memiliki gaya kemudian mengingatkan kembali
definisi gaya. Selanjutnya guru menampilkan gaya gaya yang bekerja pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
gajah. Guru menjelasakan bahwa besar 2000 Newton merupakan ukuran
kuantitatif interaksi dua buah benda dalam kasus ini interaksi antara gajah dan
bumi. Benda tidak pernah memiliki gaya karena gaya adalah besaran vektor yang
merupakan ukuran kuantitatif interaksi dua benda. Dengan kata lain gaya tidak
pernah dimiliki oleh suatu benda tetapi muncul dari interaksi dua benda. Tahap
aplikasi siswa diminta mengambar diagram benda bebas. Tahap review siswa
diberi kesempatan menguji idenya dalam penyelesaian soal LKS. Akhirnya guru
bersama siswa menyimpulkan bahwa benda tidak memiliki gaya karena gaya
adalah besaran vektor yang merupakan ukuran kuantitatif interaksi dua benda.
Setelah remediasi masih ada 23 siswa yang menganggap gaya merupakan
sifat intrinsik benda. Masih banyaknya siswa yang memilki profil miskonsepsi ini
disebabkan oleh pemikiran intuitif yang berasal dari pengamatan terus menerus
pada sumber bacaan yang masih mencantumkan kalimat: i
benda. Sehingga secara spontan bila menghadapi persoalan pembuktian gaya
muncul dari interaksi dua benda maka siswa tetap mempertahankan bahwa gaya
merupakan sifat intrinsik benda atau benda memiliki gaya. Terjadi penurunan 1
siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini.
Indikator keenam yaitu menentukan hubungan gaya aksi reaksi dua benda
berbeda massa. Profil miskonsepsi yang dialami siswa bervariasi. Sebelum
remediasi ada 4 siswa menganggap benda yang lebih besar memberikan gaya yang
lebih besar. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa yang memiliki profil
miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi keliru yang berasal dari pembelajaran
sebelumnya sehingga menganggap aplikasi Hukum III Newton berlaku pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
benda yang sama. Siswa menganggap gaya aksi reaksi hanya berlaku pada
benda yang sama. Dalam kasus benda berbeda massa, siswa hanya melihat gaya
yang bekerja pada benda bermassa kecil. Alhasil siswa menganggap benda yang
lebih besar memberikan gaya yang lebih besar terhadap benda yang lebih kecil
tanpa melihat gaya reaksi dari benda kecil terhadap benda besar. Secara teoritis
Hukum III Newton menyatakan bahwa gaya aksi dan reaksi bekerja pada dua
benda yang berbeda. Dua gaya yang bekerja pada satu benda meskipun besarnya
sama dan arahnya berlawanan bukanlah pasangan gaya aksi reaksi.
Ada 20 siswa sebelum remediasi menganggap benda yang lebih kecil
memberikan gaya yang lebih besar. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa
yang memiliki profil miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi keliru yang berasal
dari pengamatan terhadap keadaan fisis benda. Dalam kondisi dua benda berbeda
massa berinteraksi (benda bermassa besar berada di atas benda bermassa kecil)
siswa mengganggap saat interaksi benda bermassa kecil harus memberikan gaya
lebih besar pada benda bermassa besar agar benda bermassa kecil dapat menahan
benda bermassa besar yang berada di atasnya. Secara konseptual berdasarkan
Hukum III Newton, pada saat interaksi gaya dikerjakan oleh kedua benda selalu
sama besar dan saling berlawanan arah.
Remediasi dilakukan untuk mereduksi miskonsepsi pada indikator ini
menggunakan model pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran dimulai dengan
tahap orientasi menampilkan gambar tumpukkan dua benda berbeda massa
(massa A > massa B) kemudian mengajukan pertanyaan tentang gaya yang benda
A berikan pada B dibandingkan gaya yang diberikan B pada A saat interaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Ternyata pada tahap elisitasi banyak siswa menganggap gaya yang diberikan
benda bermassa A pada B lebih besar daripada gaya yang diberikan benda
bermassa B pada A karena melihat faktor massa A > massa B.
Pada tahap restrukturisasi guru menampilkan simulasi gaya yang terjadi
pada dua benda yang berinteraksi kemudian menjelaskan pada saat dua benda
berinteraksi, gaya yang bekerja pada benda satu terhadap yang lainnya besarnya
sama dan arahnya berlawanan. Setiap gaya dalam pasangan aksi-reaksi hanya
terjadi pada satu dari dua benda; gaya aksi dan reaksi tidak pernah terjadi pada
benda yang sama. Hal ini sesuai dengan konsep Hukum III Newton. Tahap
aplikasi dan tahap review siswa diberi kesempatan menerapkan ide ini dalam
persoalan pada LKS. Akhirnya guru bersama siswa menyimpulkan pada saat dua
benda interaksi, gaya yang bekerja pada benda satu terhadap yang lainnya
besarnya sama dan arahnya berlawanan.
Setelah remediasi masih ada 4 siswa yang menganggap benda yang lebih
besar memberikan gaya yang lebih besar. Tidak terjadi penurunan siswa yang
mengalami profil miskonsepsi ini. Hal ini disebabkan oleh masih kuatnya
pemahaman siswa bahwa saat interaksi dua benda bermassa berbeda, benda yang
bermassa besar selalu memberikan gaya yang lebih besar pada benda bermassa
kecil. Perlu upaya intensif dalam memahamkan siswa tentang konsep Hukum III
Newton bahwa gaya aksi reaksi bekerja pada dua benda yang berbeda.
Sedangkan pada saat remediasi upaya ini dirasa kurang intensif akibat keterbatasn
waktu dan masih banyaknya konsep terkait Hukum Newton yang perlu
disampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Setelah remediasi tidak ada siswa lagi yang menganggap benda yang lebih
kecil memberikan gaya yang lebih besar. Terdapat penurunan 11 siswa yang
memiliki miskonsepsi pada indikator ini.
Indikator ketujuh yaitu menentukan hubungan gaya normal dan berat benda.
Profil miskonsepsi yang dialami siswa bervariasi. Sebelum remediasi ada 2 siswa
menganggap gaya normal yang bekerja pada benda selalu sama besar dengan
berat benda. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa yang memiliki profil
miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi keliru yang berasal dari sumber bacaan.
Kebanyakan sumber bacaan fisika menampilkan contoh gaya normal yang
arahnya selalu ke atas. Akibatnya siswa menganggap arah gaya normal selalu ke
atas sehingga menarik kesimpulan bahwa gaya normal yang bekerja pada benda
selalu sama besar dengan berat benda. Siswa melupakan definisi gaya normal
yaitu gaya yang muncul dipermukaan sentuh dua benda yang arahnya tegak lurus
permukaan sentuh. Jadi dari definisi ini arah gaya normal tidak selalu ke atas
tetapi tergantung dari posisi benda yang berinteraksi.
Sebelum remediasi ada 15 siswa menganggap gaya normal yang bekerja
pada benda selalu lebih besar daripada berat benda. Setelah dilakukan wawancara
ternyata siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi keliru
yang berasal dari sumber bacaan. Siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini
pernah melihat contoh soal di buku fisika SMA. Contoh soal tersebut
menampilkan sebuah kotak yang diletakkan di atas meja kemudian ditekan ke
arah bawah dan hasilnya gaya normal lebih besar daripada gaya berat kotak. Dari
contoh soal tersebut siswa mengeneralisir bahwa gaya normal selalu lebih besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
dari berat benda. Akan tetapi hal ini tidak berlaku secara umum. Jika kotak
tersebut berada pada bidang miring maka gaya normal akan lebih kecil daripada
berat kotak.
Upaya mereduksi miskonsepsi pada indikator ini menggunakan model
pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran tahap orientasi dimulai melakukan
demonstrasi dengan meletakkan bola besi di atas meja dan menampilkan gambar
bola yang diam di atas meja kemudian mengajukan pertanyaan tentang besar dan
arah gaya normal serta apakah gaya normal selalu sama besar dengan gaya berat
baik besar ataupun arah. Pada tahap elisitasi banyak siswa yang menganggap gaya
normal selalu sama besar dengan gaya berat baik besar ataupun arah.
Tahap restrukturisasi guru menampilkan kasus gaya normal tidak sama
besar dengan gaya berat yaitu kasus benda bergerak di bidang miring; benda yang
dikenai gaya; kondisi percepatan tidak nol seperti dalam lift yang bergerak atau
pesawat antariksa yang meluncur. Sebagai pembanding guru menampilkan kasus
gaya normal sama besar dengan gaya berat yaitu kasus benda yang berada di
permukaaan bumi; kasus tidak ada gaya yang bekerja pada benda (benda di
angkasa yang jauh dari planet lain); kasus benda tidak dipercepat dalam arah
vertikal. Kemudian guru menekankan bahwa gaya arah gaya normal tidak selalu
ke atas. Selanjutnya mendefinisikan gaya normal sebagai gaya yang bekerja pada
bidang sentuh antara dua permukaan yang bersentuhan yang arahnya tegak lurus
terhadap bidang sentuh. Tahap aplikasi dan tahap review siswa diberi kesempatan
menerapkan ide ini dalam persoalan pada LKS. Akhirnya guru bersama siswa
mendefinisikan gaya normal yaitu gaya yang bekerja pada bidang sentuh antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dua permukaan yang bersentuhan yang arahnya tegak lurus terhadap bidang
sentuh.
Setelah remediasi masih ada 5 siswa yang menganggap gaya normal yang
bekerja pada benda selalu sama besar dengan berat benda. Terjadi peningkatan 3
siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini. Peningkatan ini terjadi akibat masih
kuatnya pemahaman siswa bahwa gaya normal selalu sama besar dengan berat
benda dan kesimpulan ini dianggap berlaku umum oleh siswa. Padahal hal ini
tidak berlaku umum. Jika sebuah benda berada pada bidang miring, atau jika ada
gaya yang memilki komponen vertikal, atau jika ada percepatan pada arah vertikal
dalam sistem, maka . Penyampaian materi yang cenderung cepat juga
berpengaruh pada sulitnya mengubah pemahaman lama yang keliru dalam pikiran
siswa.
Setelah remediasi masih ada 14 siswa yang menganggap gaya normal yang
bekerja pada benda selalu lebih besar dengan berat benda. Terjadi penurunan 1
siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini. Masih banyaknya siswa yang
memiliki profil miskonsepsi ini akibat dari penyampaian konsep yang cenderung
cepat sehingga konsep baru ini mudah terlepas dari ingatan siswa. Terdapat
peningkatan 2 siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini.
Indikator kedelapan yaitu menentukan gaya gaya yang bekerja pada benda
yang dilemparkan ke atas. Profil miskonsepsi yang dialami siswa bervariasi.
Sebelum remediasi ada 1 siswa menganggap pada kasus ini bekerja gaya berat
yang arahnya ke bawah bersama dengan sebuah gaya ke atas yang besarnya makin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
berkurang. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa yang memiliki profil
miskonsepsi ini disebabkan oleh intuisi siswa berasal dari pembelajaran
sebelumnya. Siswa menganggap saat benda dilemparkan vertikal ke atas akan
bekerja gaya gravitasi yang arahnya ke bawah dan gaya ke atas yang besarnya
makin berkurang. Gaya ke atas yang berkurang ini akibat bergesekan dengan
udara dan tarikan gravitasi bumi. Padahal gaya ke atas ini hanya bekerja pada saat
benda berinteraksi dengan permukaan telapak tangan yang mendorongnya.
Setelah lepas dari tangan gaya ke atas ini tidak bekerja karena gaya muncul dari
interaksi dua benda, dalam konteksi ini interaksi antara benda dan permukaan
telapak tangan.
Ada 21 siswa menganggap pada kasus ini bekerja sebuah gaya ke atas yang
berkurang besarnya secara tetap sejak benda itu lepas dari tangan sampai dia
mencapai titik tertinggi, dan setelah itu sebuah gaya gravitasi ke bawah yang
bertambah besarnya secara tetap akibat benda itu makin dekat ke bumi. Setelah
dilakukan wawancara ternyata siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini
disebabkan oleh intuisi siswa berasal dari pembelajaran sebelumnya. Siswa
menganggap ada dua gaya bekerja pada benda yang bergerak vertikal ke atas.
Siswa mengabaikan definisi gaya yaitu besaran vektor yang merupakan ukuran
kuantitatif interaksi dua benda. Penerapan definisi ini terhadap kasus benda yang
dilemparkan ke atas akan menjelaskan bahwa ketika benda telah lepas dari tangan
maka gaya dorong dari tangan tidak lagi bekerja pada benda sehingga hanya gaya
gravitasi yang bekerja pada benda hingga benda tiba di permukaan bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Remediasi menggunakan model pembelajaran konstruktivis untuk
mereduksi miskonsepsi pada indikator ini. Dimulai tahap orientasi melakukan
demonstrasi melemparkan bola besi vertikal ke atas kemudian menampilkan
gambar lintasan gerak benda dan gaya gaya yang bekerja pada benda yang
dilemparkan ke atas dan mengajukan pertanyaan tentang keberadaan dan besar
gaya gaya yang bekerja pada benda tersebut. Tahap elisitasi banyak siswa
menganggap gaya gravitasi dan gaya ke atas bekerja pada benda selama gerakan.
Pada tahap restrukturisasi guru mengingatkan kembali definisi gaya yaitu
besaran vektor yang merupakan ukuran kuantitatif interaksi dua benda. Penerapan
definisi ini terhadap kasus benda yang dilemparkan ke atas akan menjelaskan
bahwa ketika benda telah lepas dari tangan maka gaya dorong dari tangan tidak
lagi bekerja pada benda sehingga hanya gaya gravitasi yang bekerja pada benda
hingga benda tiba di permukaan bumi. Tahap aplikasi dan tahap review siswa
diberi kesempatan menerapkan ide ini dalam persoalan pada LKS. Akhirnya guru
bersama siswa menyimpulkan gaya yang bekerja pada benda yang bergerak
vertikal ke atas sampai jatuh kembali ke tanah adalah sebuah gaya gravitasi ke
bawah yang tetap besarnya sampai bola itu mencapai titik tertinggi, dan setelah itu
gaya gravitasi ke bawah yang besarnya tetap.
Setelah remediasi tidak ada lagi siswa yang menganggap pada kasus benda
yang bergerak vertikal ke atas bekerja gaya berat yang arahnya ke bawah bersama
dengan sebuah gaya ke atas yang besarnya makin berkurang. Terjadi penurunan 1
siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Masih ada 20 siswa setelah remediasi yang menganggap pada kasus benda
yang bergerak vertikal ke atas bekerja sebuah gaya ke atas yang berkurang
besarnya secara tetap sejak benda itu lepas dari tangan sampai dia mencapai titik
tertinggi, dan setelah itu sebuah gaya gravitasi ke bawah yang bertambah besarnya
secara tetap akibat benda itu makin dekat ke bumi. Terjadi penurunan 1 siswa
yang memiliki profil miskonsepsi ini. Terdapat penurunan 2 siswa yang memiliki
miskonsepsi pada indikator ini.
Indikator kesembilan yaitu menentukan lintasan benda setelah lepas dari
lintasan lingkaran pada bidang horizontal. Profil miskonsepsi yang dialami siswa
bervariasi. Sebelum remediasi ada 3 siswa menganggap pada kasus ini benda akan
menjauhi lintasan dengan arah menyinggung lintasan. Setelah dilakukan
wawancara ternyata siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini disebabkan oleh
intuisi diperoleh dari penerapan Hukum I Newton yang keliru. Siswa menganggap
berdasarkan Hukum I Newton sifat alamiah benda yaitu selalu menolak perubahan
dalam geraknya sehingga walaupun tali diputus maka arah gerak benda tetap
seperti semula menyinggung lingkaran. Memang benar bahwa sifat alamiah benda
adalah menolak perubahan dalam geraknya tetapi dalam konteks gerak melingkar
beraturan perlu dilihat arah gerak awal benda dan penyebab benda bergerak
melingkar. Arah gerak awal benda yaitu bergerak lurus atau menyinggung
lingkaran. Lintasan benda berbentuk melingkar dibentuk oleh vektor gaya
sentripetal yang mengarah ke pusat lingkaran dan vektor kecepatan yang tegak
lurus lingkaran. Gaya sentripetal ini dihasilkan oleh interaksi antara tali yang
ditarik dan benda sehingga arahnya menuju pusat tarikan. Vektor kecepatan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
berasal dari gerak awal benda. Berdasarkan sifat alamiah benda yang memolak
perubahan dalam gerak, ketika tali diputus (gaya sentripetal hilang) maka benda
akan terus bergerak searah dengan arah gerak benda yang mula mula yaitu tegak
lurus vektor gaya sentripetal.
Ada 5 siswa sebelum remediasi yang menganggap pada kasus ini benda
akan lepas sama sekali dan arahnya tegak lurus terhadap lintasan. Setelah
dilakukan wawancara ternyata siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini
disebabkan oleh intuisi keliru berasal dari pembelajaran sebelumnya.
Pembelajaran sebelumnya menyatakan bahwa pada gerak melingkar beraturan ada
dua gaya yang bekerja pada benda yaitu gaya sentripetal yang mengarah ke pusat
lingkaran dan gaya sentrifugal yang mengarah ke arah luar. Sehingga siswa
beranggapan ketika tali diputus (gaya sentripetal dihilangkan) maka arah benda
tegak lurus lintasan mengikuti gaya sentrifugal. Secara konseptual gaya
sentrifugal ini tidak pernah ada. Gaya muncul dari interaksi dua benda misalnya
gaya sentripetal muncul dari interaksi antara tali yang ditarik dan benda.
Sedangkan tidak ada interaksi dua benda yang menghasilkan gaya sentifugal jadi
gaya sentrifugal tidak pernah ada.
Upaya mereduksi miskonsepsi pada indikator ini dengan model
pembelajaran konstruktivis. Dimulai tahap orientasi guru menampilkan animasi
gerak melingkar dan mengajukan pertanyaan tentang arah gerak benda setelah tali
diputus. Didapatkan pada tahap elisitasi siswa yang menganggap arahnya
menyinggung lingkaran dan ada juga yang menganggap arahnya tegak lurus
terhadap lingkaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pada tahap restrukturisasi guru membuktikan arah gerak benda setelah tali
diputus melalui simulasi animasi. Kemudian menjelaskan penyebab lintasan
dalam gerak melingkar beraturan berbentuk lingkaran yaitu gaya sentripetal
dengan arah ke dalam dan arah gerak benda searah dengan kecepatan dan tegak
lurus terhadap gaya sentripetal. Gaya sentripetal ini dihasilkan oleh interaksi
antara tali yang ditarik dan benda sehingga arahnya menuju pusat tarikan. Ketika
gaya sentripetal dihilangkan yaitu dengan memutus tali maka arah benda akan
mengikuti arah vektor kecepatan atau searah vektor kecepatan. Tahap aplikasi dan
tahap review siswa diberi kesempatan menerapkan ide ini dalam persoalan pada
LKS. Akhirnya guru bersama siswa menyimpulkan arah gerak bola ketika terlepas
dari lintasan lingkaran searah dengan arah kecepatan yang tegak lurus dengan
gaya sentripetal.
Setelah remediasi hanya 1 siswa yang menganggap ketika tali diputus
benda akan menjauhi lintasan dengan arah menyinggung lintasan. Terjadi
penurunan 2 siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini.
Masih ada 1 siswa setelah remediasi yang menganggap ketika tali diputus
benda akan bergerak dengan arah tegak lurus lintasan. Terjadi penurunan 3 siswa
yang memiliki profil miskonsepsi ini. Terdapat penurunan 5 siswa yang memiliki
miskonsepsi pada indikator ini.
Indikator kesepuluh yaitu menentukan besarnya gaya tegangan pada tali
yang sama. Profil miskonsepsi yang dialami siswa homogen. Sebelum remediasi
ada 22 siswa menganggap gaya tegangan tali besarnya berbeda tergantung massa
benda yang dihubungkan. Setelah dilakukan wawancara ternyata siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
mengalami miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh intuisi keliru yang
diperoleh dari pengamatan terhadap keadaan fisis benda. Siswa selalu
menganggap bahwa massa benda yang besar selalu menghasilkan gaya yang besar
dengan mengabaikan proses interaksi antara benda. Penyederhanaan dalam
penyelesaian sistem katrol ini didahului dengan mengasumsikan bahwa pengaruh
gesekan antara katrol dengan tali penghubung dan gesekan antara benda dengan
lintasan diabaikan. Selanjutnya faktor fisik tali penghubung seperti massa tali
diabaikan. Konsekuensi dari penyederhanaan ini yaitu gaya tegangan tali besarnya
sama walaupun kedua massa benda yang dihubungkan berbeda.
Upaya mereduksi miskonsepsi pada indikator ini menggunakan model
pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran dimulai tahap orientasi menampilkan
gambar dua benda yang dihubungkan katrol dan mengajukan pertanyaan jika
massa tali dan katrol diabaikan dan katrol licin kemudian maka
bagaimana perbandingan T1 dan T2. Didapatkan pada tahap elisitasi siswa
menganggap T2 > T1 dengan alasan . Pada tahap restrukturisasi guru
menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada dua benda yang dihubungkan dengan
katrol untuk menentukan besar gaya tegangan tali. Penyederhanaan dalam
penyelesaian sistem katrol ini didahului dengan mengasumsikan bahwa pengaruh
gesekan antara katrol dengan tali penghubung dan gesekan antara benda dengan
lintasan diabaikan. Selanjutnya faktor fisik tali penghubung seperti massa tali
diabaikan. Konsekuensi dari penyederhanaan ini yaitu gaya tegangan tali besarnya
sama walaupun kedua massa benda yang dihubungkan berbeda. Tahap aplikasi
dan tahap review siswa diberi kesempatan menerapkan ide ini dalam persoalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
pada LKS. Akhirnya guru bersama siswa menyimpulkan gaya tegangan tali
untuk tali yang sama selalu sama besar dengan syarat massa tali diabaikan dan
katrol dianggap licin.
Setelah remediasi masih ada 17 siswa yang memiliki profil miskonsepsi ini.
Terjadi penurunan 5 siswa yang memiliki profil miskonsepsi pada indikator ini.
2. Penyebab Miskonsepsi
Tabel 4.2. Distribusi Penyebab Miskonsepsi Tiap Indikator
Indikator
Penyebab Miskonsepsi
Intuisi
yang
Salah
Bentuk
Matem -
atis
Buku
Teks
Pembel
ajaran
sebelum
nya
Membuktikan keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam.
Membuktikan benda dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya(diam atau bergerak dengan kecepatan konstan).
Membuktikan jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan.
Mendefinisikan gaya.
Membuktikan gaya muncul dari interaksi dua benda.
Menentukan hubungan gaya aksi reaksi dua benda berbeda massa.
Menentukan hubungan gaya normal dan berat benda.
Menentukan gaya gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas.
Menentukan lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran pada bidang horizontal.
Menentukan besarnya gaya tegangan pada tali yang sama.
Setelah dilakukan wawancara terhadap 5 siswa di kelas XA (kelas
eksperimen) dan 5 siswa di kelas XB (kelas kontrol), penyebab miskonsepsi pada
Hukum Newton dibagi menjadi 4 yaitu intuisi yang salah, persamaan matematis,
buku teks, dan pembelajaran sebelumnya (seperti tercantum dalam tabel 4.2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Siswa mengalami miskonsepsi pada semua indikator disebabkan oleh faktor
intusisi yang salah. Intuisi keliru diperoleh siswa dari penafsiran persamaan
matematis, buku teks, dan pembelajaran sebelumnya.
3. Proporsi Penurunan Miskonsepsi
Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Penurunan Miskonsepsi antara Siswa yang Diremediasi dengan Menggunakan Pembelajaran Konstruktivis dan Pembelajaran Konvensional Tiap Indikator
Indikator
Proporsi Penurunan Miskonsepsi Remediasi
Menggunakan Pembelajaran Konstruktivis
Remediasi Menggunakan Pembelajaran Konvensional
Membuktikan keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam. 41,67% -4,17% Membuktikan benda dalam kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya(diam atau bergerak dengan kecepatan konstan).
4,17% 8,33%
Membuktikan jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan.
20,83% 8,33%
Mendefinisikan gaya. 8,33% 0% Membuktikan gaya muncul dari interaksi dua benda. 20,83% 20,83% Menentukan hubungan gaya aksi reaksi dua benda berbeda massa. 4,17% 20,83%
Menentukan hubungan gaya normal dan berat benda. -8,33% -16,67% Menentukan gaya gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas. 41,67% 16,67%
Menentukan lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran pada bidang horizontal. 45,83% 25%
Menentukan besarnya gaya tegangan pada tali yang sama. 29,17% 12,5%
Rata Rata Proporsi Penurunan Miskonsepsi
Berdasarkan tabel 4.3 rata rata proporsi penurunan miskonsepsi siswa
yang diremediasi dengan pembelajaran konstruktivis (kelas eksperimen) tiap
indikator yaitu . Rata rata proporsi penurunan miskonsepsi siswa yang
diremediasi dengan pembelajaran konvensional (kelas kontrol) tiap indikator
yaitu .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4. Uji Hipotesis
- Didapatkan yaitu maka : ditolak
dan : diterima. (Lihat Lampiran 8)
- Dari perhitungan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa proporsi penurunan
miskonsepsi siswa yang diremediasi dengan pembelajaran konstruktivis lebih
besar daripada siswa yang diremediasi dengan pembelajaran konvensional.
- Didapatkan proporsi penurunan miskonsepsi siswa yang diremediasi dengan
pembelajaran konstruktivis lebih besar daripada siswa yang diremediasi
dengan pembelajaran konvensional sehingga remediasi miskonsepsi Hukum
Newton melalui model pembelajaran konstruktivis dikatakan efektif.
- Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan
remediasi dengan model pembelajaran konstruktivis efektif dalam mengatasi
miskonsepsi siswa diterima.
- Interpretasi efektivitas remediasi miskonsepsi Hukum Newton melalui model
pembelajaran konstruktivis ditentukan dengan melihat harga = 1,13.
Setelah dibandingkan dengan batas batas efektivitas Hattie maka efektivitas
tergolong tinggi.
Tabel 4.4. Uji Hipotesis dengan Uji Z satu pihak
No. Hipotesis Kesimpulan
1 :Remediasi dengan model
pembelajaran konstruktivis efektif dalam mengatasi miskonsepsi siswa.
1,13 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
B. Pembahasan
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi profil dan penyebab
miskonsepsi siswa pada materi Hukum Newton di kelas X MAN 2 Surakarta.
Selanjutnya ditentukan efektivitas remediasi miskonsepsi melalui model
pembelajaran konstruktivis di kelas eksperimen dengan pembanding pembelajaran
konvensional di kelas kontrol. Efektivitas remediasi ini terkait dengan proporsi
penurunan miskonsepsi di kedua kelas.
Dari analisis dekriptif kualitatif ditemukan profil miskonsepsi yang dimiliki
siswa yaitu: 1) keberadaan gaya yang bekerja pada benda diam; 2) benda dalam
kesetimbangan selalu mempertahankan keadaan awalnya; 3) jika gaya total yang
bekerja pada benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan; 4)
definisi gaya; 5) gaya muncul dari interaksi dua benda; 6) hubungan gaya aksi
reaksi dua benda berbeda massa; 7) hubungan gaya normal dan berat benda; 8)
gaya gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas; 9) lintasan benda
setelah lepas dari lintasan lingkaran pada bidang horizontal; 10) besar gaya
tegangan pada tali yang sama. Profil miskonsepsi ini muncul disebabkan oleh 4
faktor yaitu intuisi yang salah, persamaan matematis, buku teks, dan pembelajaran
sebelumnya.
Siswa mengalami miskonsepsi pada semua indikator disebabkan oleh faktor
intusisi yang salah. Intuisi keliru diperoleh siswa dari penafsiran persamaan
matematis, buku teks, dan pembelajaran sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Indikator pertama yaitu membuktikan keberadaan gaya yang bekerja pada
benda diam. Siswa mengalami miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
intuisi siswa yang keliru dalam menafsirkan persamaan Hukum I Newton yang
berasal dari sumber bacaan (buku teks). Siswa menganggap benda yang diam
berlaku Hukum I Newton sehingga menyimpulkan bahwa tidak ada gaya yang
bekerja pada benda diam berdasarkan persamaan .
Ada juga siswa yang memiliki miskonsepsi berasal dari pengamatan terhadap
keadaan fisis benda yang diam ditambah dengan penafsiran yang keliru terhadap
persamaan Hukum I Newton yang didapat dari sumber bacaan sehingga muncul
anggapan tidak ada gaya yang bekerja pada benda diam atau tidak bergerak.
Indikator kedua yaitu membuktikan benda dalam kesetimbangan selalu
mempertahankan keadaan awalnya (diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan). Siswa yang mengalami miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
intuisi yang keliru dalam memahami Hukum I Newton yang berasal dari
pengalaman sehari hari ditambah informasi keliru yang diperoleh dari
pembelajaran sebelumnya dalam mengaitkan pengalaman tersebut dengan konsep
kesetimbangan dalam Hukum I Newton. Siswa memiliki anggapan bahwa sifat
alamiah benda adalah diam yang didapatkan dari pengalaman sehari hari seperti
ketika gaya dorong dilepaskan maka benda akan langsung berhenti.
Ada juga siswa mengalami miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh intuisi
keliru yang bersal dari pengalaman sehari hari yang dipersepsikan keliru oleh
siswa seperti ketika gaya dorong dilepaskan pada benda maka benda akan
berhenti. Siswa menganggap benda berhenti membuktikan bahwa benda tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
mungkin mempertahankan geraknya oleh dirinya sendiri. Padahal sifat alamiah
benda yaitu menolak semua upaya mengubah kecepatannya sehingga benda
memiliki kecenderungan mempertahankan keadaan geraknya.
Indikator ketiga yaitu membuktikan jika gaya total yang bekerja pada benda
nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan. Siswa memiliki
miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh intuisi keliru terhadap kasus
benda yang bergerak di angkasa jauh dari planet manapun. Siswa menganggap
pada kasus ini ada gaya yang bekerja pada benda yaitu gaya gravitasi sehingga
benda akan mengalami perlambatan akibat pengaruh gaya ini.
Ada juga siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
intuisi yang keliru dalam memahami Hukum I Newton yang berasal dari
pengalaman sehari hari ditambah informasi keliru yang diperoleh dari
pembelajaran sebelumnya dalam mengaitkan pengalaman tersebut dengan konsep
kesetimbangan dalam Hukum I Newton. Siswa memiliki anggapan bahwa sifat
alamiah benda adalah diam yang didapatkan dari pengalaman sehari hari seperti
ketika gaya dorong dilepaskan maka benda akan langsung berhenti. Siswa
menganggap benda berhenti hanya disebabkan oleh gaya dorong yang dilepaskan
tanpa mencari sifat alamiah benda yang sesungguhnya.
Indikator keempat yaitu mendefinisikan gaya sebagai besaran vektor yang
merupakan ukuran kuantitatif interaksi dua benda. Siswa yang memiliki
miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh intuisi siswa yang keliru dalam
menafsirkan persamaan Hukum II Newton yang berasal dari sumber bacaan (buku
teks). Siswa mendefinisikan gaya sebagai hasil kali massa dan percepatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Ada juga siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
pembatasan definisi yang dilakukan siswa. Pembatasan ini bersumber dari
literatur yang pernah dibaca atau disampaikan kepada siswa seperti
mendefinisikan gaya hanya sebatas tarikan dan dorongan padahal secara faktual
gaya juga bekerja pada benda yang diam.
Indikator kelima yaitu membuktikan gaya muncul dari interaksi dua benda.
Siswa yang mengalami miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh intuisi
keliru yang berasal dari sumber bacaan. Sumber bacaan masih menuliskan
sebagai sifat intrinsik benda. Dengan kata lain siswa menganggap setiap benda
memiliki gaya seperti benda memiliki massa atau manusia memiliki tubuh.
Indikator keenam yaitu menentukan hubungan gaya aksi reaksi dua benda
berbeda massa. Siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini disebabkan
oleh intuisi keliru yang berasal dari pembelajaran sebelumnya sehingga
menganggap aplikasi Hukum III Newton berlaku pada benda yang sama. Siswa
menganggap gaya aksi reaksi hanya berlaku pada benda yang sama. Dalam
kasus benda berbeda massa, siswa hanya melihat gaya yang bekerja pada benda
bermassa kecil. Hasilnya, siswa menganggap benda yang lebih besar memberikan
gaya yang lebih besar terhadap benda yang lebih kecil tanpa melihat gaya reaksi
dari benda kecil terhadap benda besar.
Ada juga siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
intuisi keliru yang berasal dari pengamatan terhadap keadaan fisis benda. Dalam
kondisi dua benda berbeda massa berinteraksi (benda bermassa besar berada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
atas benda bermassa kecil) siswa mengganggap saat interaksi benda bermassa
kecil harus memberikan gaya lebih besar pada benda bermassa besar agar benda
bermassa kecil dapat menahan benda bermassa besar yang berada di atasnya.
Indikator ketujuh yaitu menentukan hubungan gaya normal dan berat benda.
Siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh intuisi keliru
yang berasal dari sumber bacaan. Kebanyakan sumber bacaan fisika menampilkan
contoh gaya normal yang arahnya selalu ke atas. Akibatnya siswa menganggap
arah gaya normal selalu ke atas sehingga menarik kesimpulan bahwa gaya normal
yang bekerja pada benda selalu sama besar dengan berat benda.
Ada juga siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
intuisi keliru yang berasal dari sumber bacaan. Siswa yang memiliki profil
miskonsepsi ini pernah melihat contoh soal di buku fisika SMA. Contoh soal
tersebut menampilkan sebuah kotak yang diletakkan di atas meja kemudian
ditekan ke arah bawah dan hasilnya gaya normal lebih besar daripada gaya berat
kotak. Dari contoh soal tersebut siswa mengeneralisir bahwa gaya normal selalu
lebih besar dari berat benda.
Indikator kedelapan yaitu menentukan gaya gaya yang bekerja pada benda
yang dilemparkan ke atas. Siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini
disebabkan oleh intuisi siswa berasal dari pembelajaran sebelumnya. Siswa
menganggap saat benda dilemparkan vertikal ke atas akan bekerja gaya gravitasi
yang arahnya ke bawah dan gaya ke atas yang besarnya makin berkurang. Gaya
ke atas yang berkurang ini akibat bergesekan dengan udara dan tarikan gravitasi
bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Ada juga siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
intuisi keliru siswa yang berasal dari pembelajaran sebelumnya. Siswa
menganggap ada dua gaya bekerja pada benda yang bergerak vertikal ke atas.
Indikator kesembilan yaitu menentukan lintasan benda setelah lepas dari
lintasan lingkaran pada bidang horizontal. Siswa yang memiliki miskonsepsi pada
indikator ini disebabkan oleh intuisi diperoleh dari penerapan Hukum I Newton
yang keliru. Siswa menganggap berdasarkan Hukum I Newton sifat alamiah
benda yaitu selalu menolak perubahan dalam geraknya sehingga walaupun tali
diputus maka arah gerak benda tetap seperti semula menyinggung lingkaran.
Ada juga siswa yang memiliki miskonsepsi pada indikator ini disebabkan oleh
intuisi keliru siswa yang berasal dari pembelajaran sebelumnya. Pembelajaran
sebelumnya menyatakan bahwa pada gerak melingkar beraturan ada dua gaya
yang bekerja pada benda yaitu gaya sentripetal yang mengarah ke pusat lingkaran
dan gaya sentrifugal yang mengarah ke arah luar. Sehingga siswa beranggapan
ketika tali diputus (gaya sentripetal dihilangkan) maka arah benda tegak lurus
lintasan mengikuti gaya sentrifugal.
Indikator kesepuluh yaitu menentukan besarnya gaya tegangan pada tali
yang sama. Siswa yang mengalami miskonsepsi pada indikator ini disebabkan
oleh intuisi keliru yang diperoleh dari pengamatan terhadap keadaan fisis benda.
Siswa selalu menganggap bahwa massa benda yang besar selalu menghasilkan
gaya yang besar dengan mengabaikan proses interaksi antara benda.
Dari analisis data didapatkan rata rata proporsi penurunan miskonsepsi
tiap indikator melalui remediasi menggunakan model pembelajaran konstruktivis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
(kelas eksperimen) yaitu sebesar . Pada kelas kontrol yang diremediasi
menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh rata rata proporsi
penurunan miskonsepsi tiap indikator sebesar . Setelah hipotesis kedua
diuji dengan didapatkan nilai yaitu
maka : ditolak dan : diterima. Jadi dapat
disimpulkan proporsi penurunan miskonsepsi siswa yang diremediasi dengan
model pembelajaran konstruktivis lebih besar daripada siswa yang diremediasi
dengan pembelajaran konvensional.
Didapatkan proporsi penurunan miskonsepsi siswa yang diremediasi dengan
model pembelajaran konstruktivis lebih besar daripada siswa yang diremediasi
dengan pembelajaran konvensional sehingga remediasi miskonsepsi Hukum
Newton melalui model pembelajaran konstruktivis dikatakan efektif. Jadi dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan remediasi dengan
model pembelajaran konstruktivis efektif dalam mengatasi miskonsepsi siswa
diterima.
Interpretasi efektivitas remediasi miskonsepsi Hukum Newton melalui
model pembelajaran konstruktivis ditentukan dengan melihat harga = 1,13.
Setelah dibandingkan dengan batas batas efektivitas Hattie maka efektivitas
tergolong tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
C. Keterbatasan Penelitian
Keakuratan dan ketepatan instrumen sangat mempengaruhi keberhasilan
dalam menjaring miskonsepsi. Keterbatasan penelitian ini terletak pada
keakuratan instrumen penelitian yaitu tes miskonsepsi yang dinilai berdasarkan
tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang
tercantum di lampiran 9. Hasil analisis soal menunjukkan kualitas instrumen
masih jauh dari harapan walaupun kemudian diperbaiki.
Penjaringan miskonsepsi tidak cukup dengan mengoreksi hasil kerja siswa
yang tercantum dalam lembar jawaban tetapi juga memerlukan pendalaman lebih
jauh melalui wawancara untuk mengetahui cara berpikir siswa dalam menjawab
tes miskonsepsi. Keterbatasan waktu membatasi wawancara hanya terhadap 10
siswa sehingga tidak semua siswa yang mengalami miskonsepsi bisa
diwawancarai.
Miskonsepsi tidak hanya ditunujukkan dari pemahaman siswa yang keliru
tetapi juga bisa terlihat dari perilaku siswa dalam aspek afektif dan aspek
psikomotor. Penelitian ini hanya bisa mengungkap miskonsepsi siswa pada aspek
kognitif sehingga aspek afektif dan aspek psikomotor belum tergarap khususnya
pada siswa tingkat SMA/MA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
87
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Profil miskonsepsi yang dimiliki siswa yaitu: 1) keberadaan gaya yang
bekerja pada benda diam; 2) benda dalam kesetimbangan selalu
mempertahankan keadaan awalnya; 3) jika gaya total yang bekerja pada
benda nol maka benda akan bergerak dengan kecepatan konstan; 4) definisi
gaya; 5) gaya muncul dari interaksi dua benda; 6) hubungan gaya aksi reaksi
dua benda berbeda massa; 7) hubungan gaya normal dan berat benda; 8) gaya
gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas; 9) lintasan benda
setelah lepas dari lintasan lingkaran pada bidang horizontal; 10) besar gaya
tegangan pada tali yang sama.
2. Faktor penyebab miskonsepsi yang dimiliki siswa yaitu intuisi yang salah,
persamaan matematis, buku teks, dan pembelajaran sebelumnya.
3. Prosentase penurunan jumlah siswa yang diremediasi menggunakan model
pembelajaran konstruktivis sebagai berikut: 1) keberadaan gaya yang bekerja
pada benda diam sebesar 41,67%; 2) benda dalam kesetimbangan selalu
mempertahankan keadaan awalnya (diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan) sebesar 4,17%; 3) jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka
benda akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 20,83%; 4) definisi
gaya sebesar 8,33%; 5) gaya muncul dari interaksi dua benda sebesar
20,83%; 6) hubungan gaya aksi reaksi dua benda berbeda massa sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
4,17%; 7) hubungan gaya normal dan berat benda sebesar -8,33%; 8) gaya
gaya yang bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas sebesar 41,67%; 9)
lintasan benda setelah lepas dari lintasan lingkaran sebesar 45,83%; 10) besar
gaya tegangan pada tali yang sama sebesar 29,17%.
4. Prosentase penurunan jumlah siswa yang diremediasi menggunakan
pembelajaran konvensional sebagai berikut: 1) keberadaan gaya yang bekerja
pada benda diam sebesar -4,17%; 2) benda dalam kesetimbangan selalu
mempertahankan keadaan awalnya (diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan) sebesar 8,33%; 3) jika gaya total yang bekerja pada benda nol maka
benda akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 8,33%; 4) definisi
gaya sebesar 0%; 5) gaya muncul dari interaksi dua benda sebesar 20,83%;
6) hubungan gaya aksi reaksi dua benda berbeda massa sebesar 20,83%; 7)
hubungan gaya normal dan berat benda sebesar -16,67%; 8) gaya gaya yang
bekerja pada benda yang dilemparkan ke atas sebesar 16,67%; 9) lintasan
benda setelah lepas dari lintasan lingkaran sebesar 25%; 10) besar gaya
tegangan pada tali yang sama sebesar 12,5%.
5. Proporsi penurunan miskonsepsi siswa yang diremediasi dengan model
pembelajaran konstruktivis lebih besar daripada siswa yang diremediasi
dengan pembelajaran konvensional.
6. Remediasi dengan model pembelajaran konstruktivis efektif dalam mengatasi
miskonsepsi siswa dengan efektivitas tinggi.
7. Secara kualitatif miskonsepsi yang dimiliki siswa tidak berubah karena
miskonsepsi bersifat resisten (tahan terhadap perubahan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
B. Implikasi
Penjaringan miskonsepsi yang dimiliki siswa menggunakan tes miskonsepsi
dan wawancara. Fakta di lapangan membuktikan selain mengalami miskonsepsi,
ada beberapa siswa yang memang tidak paham konsep ditunjukkan dari jawaban
CRI dan hasil wawancara. Siswa yang tidak paham konsep ditandai jawaban
keliru dan memilih CRI di rentang 1 3 serta diperkuat dengan jawaban ragu
ragu, tidak tahu yang diberikan siswa saat wawancara. Siswa yang mengalami
miskonsepsi jawaban keliru dan memilih CRI di rentang 4 6 serta saat
wawancara cenderung mempertahankan jawaban keliru dengan yakin. Wawancara
hanya dilakukan pada 10 siswa karena keterbatasan waktu. Sejumlah siswa yang
diwawancara mengemukakan alasan beragam. Alasan yang beragam ini
menyebabkan sulitnya menganalisis penyebab miskonsepsi pada siswa.
Setelah diremediasi dengan menggunakan model pembelajaran
konstruktivis diperoleh siswa yang sebelum remediasi mengalami miskonsepsi
tereduksi menjadi tidak mengalami miskonsepsi dan ada juga siswa yang sebelum
dan sesudah remediasi tetap mengalami miskonsepsi. Hal ini mungkin terjadi
karena model yang digunakan belum dapat memberikan pemahaman tentang
konsep tertentu pada materi Hukum Newton. Sehingga jaminan terhadap
efektivitas remediasi menjadi berkurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
C. Saran
Ketepatan instrumen sangat mempengaruhi keberhasilan dalam menjaring
miskonsepsi pada penelitian selanjutnya. Pemilihan model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik materi juga sangat penting dalam mereduksi
miskonsepsi siswa. Jumlah siswa yang diwawancara sebaiknya mendekati jumlah
sampel sehingga mempermudah dalam proses generalisasi penyebab miskonsepsi.
Penelitian tentang miskonsepsi Hukum Newton di tingkat SMA/MA sebaiknya
dimulai di kelas XI jurusan IPA karena siswa sudah memilih jurusan IPA maka
diharapkan miskonsepsi yang dimilki siswa benar benar terungkap.
Miskonsepsi tidak hanya ditunujukkan dari pemahaman siswa yang keliru
tetapi juga bisa terlihat dari perilaku siswa dalam aspek afektif dan aspek
psikomotor. Sebaiknya penelitian selanjutnya menggarap miskonsepsi pada aspek
afektif dan aspek psikomotor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user