EFEKTIVITAS PERMAINAN CONGKLAK ANGKA DALAM …
Transcript of EFEKTIVITAS PERMAINAN CONGKLAK ANGKA DALAM …
EFEKTIVITAS PERMAINAN CONGKLAK ANGKA DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP
BILANGAN 1- 10 PADA ANAK KELOMPOK A RAUDHATUL
ATHFAL AL ARAFAT KECAMATAN WERU KABUPATEN
CIREBON
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
( S.Pd ) pada Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Oleh:
Nur Eni NIM. 2015.4.3.1.00397
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
IAI BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2019
ii
iii
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul "Efektivitas Permainan Congklak Angka Dalam
Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-10 Pada Anak
Kelompok A Raudhatul Athfal Al Arafat Kecamatan Weru Kabupaten
Cirebon" oleh Nur Eni, NIM : 2015.4.3.1.00397, Telah diajukan dalam sidang
Munaqosah Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon pada tanggal.....................
Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) pada program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
Cirebon...................
Sidang Munaqosah,
Ketua Sekretaris
Merangkap Anggota, Merangkap Anggota,
H. Oman Fathurohman, M.A Drs. Sulaiman, M.MPd
NIDK. 8886160017 NIDN. 2118096201
Penguji I, Penguji II,
…………………. ……………………
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, seingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: "Efektivitas Permainan
Congklak Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
1-10 Pada Anak Kelompok A Raudhatul Athfal Al Arafat Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon", dalam rangka menyelesaikan studi Strata I untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan pada Falkutas Tarbiyah Institut Agama Islam Bunga
Bangsa Cirebon.
Dalam penyusunan skripsi ini, penyusun telah menerima banyak
bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya.
Jasa baik mereka tentu tidak dapat penyusun lupakan begitu saja, pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. A. Basuni, Ketua Yayasan Pendidikan Bunga Bangsa
Cirebon.
2. Bapak Dr. H. Oman Fathurohman, M.A Rektor Institut Agama Islam
Bunga Bangsa Cirebon yang memberikan kesempatan untuk dapat
menuntut ilmu di IAI Bunga Bangsa Cirebon.
3. Bapak Drs. Sulaiman, M.M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian
4. Ibu Suzana, M.Pd., Ketua Program Studi PIAUD IAI Bunga Bangsa
Cirebon yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan teguran
sebagaimana layaknya seorang Kaprodi.
5. Ibu Dra. Hj. Lina Marliani, M.A sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Hj.
Supriyatun, M.Pd.I sebagai Dosen Pembimbing II, yang dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, arahan, saran, koreksi dan perbaikan –
perbaikan yang amat berharga bagi penyusun.
6. Ibu Lenti Susilawati Kepala RA Al Arafat yang telah memberikan izin
kepada penyusun untuk melakukan penelitian ini
7. Kepada Ayah saya Bapak Jamhuri, Ibu saya Ibu Mistini beserta ketiga
adik saya yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada saya.
Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang diberikan dalam penyusunan
penelitian ini mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penyusun
berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Kritik dan saran penyusun harapkan demi perbaikan
skripsi ini.
Cirebon, Oktober 2019
Penyusun
vii
ABSTRAK
NUR ENI. NIM. 2015.4.3.1.00397 EFEKTIVITAS PERMAINAN
CONGKLAK ANGKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA ANAK KELOMPOK A
RAUDHATUL ATHFAL AL ARAFAT KECAMATAN WERU
KABUPATEN CIREBON
Skripsi ini membahas efektivitas permainan congklak angka terhadap
kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A RA Al Arafat Desa
Werulor Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon Tahun pelajaran 2019/2020.
Kajiannya dilatarbelakangi oleh pentingnya peningkatan kemampuan mengenal
konsep bilangan 1-10 pada anak melalui pembelajaran yang inovatif dan
menyenangkan, seperti pembelajaran dengan penerapan permainan congklak
angka.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang adanya efektivitas
permainan congklak angka terhadap peningkatan kemampuan mengenal konsep
bilangan 1- 10 pada anak kelompok A RA Al - Arafat Werulor Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2019/2020.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode eksperimen one group pretest - posttest design (menggambarkan
perbandingan keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan). Teknik
pengumpulan datanya menggunakan observasi dan dokumentasi. Penelitian ini
merupakan penelitian populasi karena mengambil seluruh anak kelompok A di
RA Al Arafat Desa Werulor Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon Tahun
Pelajaran 2019/2020 sebanyak 20 responden. Data penelitian yang terkumpul
dianalisis dengan menggunakan uji - t dan uji Gian.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mengenal
konsep bilangan anak kelompok A RA Al Arafat sebelum penerapan permainan
congklak angka adalah 37,81%. Jika di konversikan pada tabel menafsirkan P
adalah kurang baik. Sedangkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak
kelompok A RA Al Arafat sesudah penerapan permainan congklak angka yaitu
sebesar 78,12%. Jika di konversikan pada tabel menafsirkan P adalah baik, hal ini
terdapat peningkatan sebesar 40,31%. Berdasarkan uji t yaitu thitung 37,94 > ttabel
2,093 artinya terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan mengenal
konsep bilangan anak. Sedangkan berdasarkan Uji Gian peningkatan tinggi.
Penerapan permainan congklak angka diharapkan dapat memberikan nilai
tambah bagi peserta didik disekolah. Permainan congklak angka ini, diharapkan
bisa meningkatkan memotivasi prestasi peserta didik dalam mengenal angka
dengan cara yang menyenangkan dan secara lebih mendalam. Penelitian ini juga,
diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi kegiatan belajar
mengajar disekolah khususnya di RA Al Arafat Werulor Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon.
Kata Kunci : Permainan Congklak Angka, Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………..ii
NOTA DINAS…………………………………………………………………...iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………..iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN…………………………………….v
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..vi
ABSTRAK………………………………………………………………………vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..x
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………...xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
B. Identifikasi Masalah……………………………………………………...10
C. Pembatasan Masalah……………………………………………………..10
D. Rumusan Masalah………………………………………………………..11
E. Tujuan Penelitian………………………………………………………...11
F. Kegunaan Penelitian……………………………………………………..13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teorik
1. Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )………………….……………14
2. Bermain………………………………………………...…………….28
3. Permainan Congklak Angka…………………………………………43
4. Konsep Bilangan………………………………………..……………52
B. Hasil Penelitian Yang Relevan……………………………...……………59
C. Kerangka Berfikir…………………………………………...……………60
D. Hipotesis Penelitian………………………………………………………64
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………………………………………………………65
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………66
C. Populasi dan Sampel……………………………………………………..67
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………….70
E. Teknik Analisis Data……………………………………………………..74
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data……………………………………………………………84
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data………………………………….…91
C. Pengujian Hipotesis……………………………………………………....99
D. Pembahasan Hasil Penelitian………………………………………..….106
E. Keterbatasan Penelitian…..........………………………………………..107
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………………..…108
B. Saran……………...………………………………………………….....109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian……………………………………………...…….67
Tabel 3.2 Populasi Penelitian……………………………………………….....69
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan…….71
Tabel 3.4 Data Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Sebelum Dan Sesudah
Menggunakan Permainan Congklak Angka (X1/X2)……...…….…72
Tabel 3.5 Data Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Sebelum
Menggunakan Congklak Angka (X1)………………………………74
Tabel 3.6 Data Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan Sesudah
Menggunakan Permainan Congklak Angka (X2)………………..…75
Tabel 3.7 Tabel Menafsirkan P……………………………………………..…76
Tabel 3.8 Tabel Penolong Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan……………………………………………………………..76
Tabel 3.9 Tabulasi Data Hasil Penelitian……………………………………...80
Tabel 3.10 Tabel Penolong……………………………………………………...80
Tabel 3.11 Tabel Klasifikasi Gain………………………………….…………...83
Tabel 3.12 Tabel Penolong Uji Gian……………………………………………83
Tabel 4.1 Data Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1 – 10 Sebelum
Menggunakan Permainan Congklak Angka…………………...……85
Tabel 4.2 Tabel Menafsirkan P………………………………………………..86
Tabel 4.3 Data Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-10 Sesudah
Menggunakan Permainan Congklak Angka ( X2 )…………………87
Tabel 4.4 Tabel Menafsirkan P………………………………………………..88
Tabel 4.5 Tabulasi Data Hasil Penelitian……………………………………...89
Tabel 4.6 Tabel Menafsirkan P………………………………………………..90
Tabel 4.7 Tabel Penolong Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
Sebelum Menggunakan Permainan Congklak Angka………………91
Tabel 4.8 Tabel Liliefors Untuk Uji Normalitas Data Pretest…………………93
Tabel 4.9 Tabel Penolong Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
xi
Sesudah Menggunakan Permainan Congklak Angka………………94
Tabel 4.10 Tabel Liliefors Untuk Uji Normalitas Data Posttest……………..…96
Tabel 4.11 Tabulasi Data Hasil Penelitian……………………………………...99
Tabel 4.12 Tabel Penolong…………………………………………………….100
Tabel 4.13 Tabel Penolong Uji Gian…………………………………………..105
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Berfikir……………………………………………………63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu pilar terpenting dari kehidupan
seseorang. Untuk dia menjadi manusia seutuhnya, didalam pendidikan
seseorang mendapatkan ilmu yang bermanfaat, mampu mengangkat
derajat dirinya maupun keluarganya baik di masyarakat maupun dimata
Allah SWT. Seperti dalam firman Allah SWT berikut ini yang
menjelaskan tentang keutamaan orang yang menuntut ilmu
ا الذينا ح الل لاكم يا أاي ها حوا ي افسا الس فاافسا جا حوا ف الما س آمانوا إذاا قيلا لاكم ت افا
إذااقيلا الله باا وا انشزوافاانشزوا ي ارفاعالله الذينا امانوا من كم واالذينا اوتو العلما داراجا ت وا
ل ونا خا بي ر (۱۱دلة : )سورة المجا ت اع ما
Artinya :"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan
kepadamu,"Berilah kelapangan didalam majelis, maka lapangkanlah,
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan
berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
2
berilmu beberapa derajat dan Allah mahateliti apa yang kamu kerjakan".
(Q.S Al-Mujadalah ayat 11)1
Dari ayat di atas, maka jelaslah bahwa menuntut ilmu adalah
merupakan perintah langsung dari Allah. karena orang yang menuntut ilmu
akan diangkat derajatnya oleh Allah beberapa derajat.
Pendidikan sendiri merupakan terjemahan dari education, yang
kata dasarnya educate atau bahasa latinnya educe yang berarti
mengembangkan dari dalam, mendidik, dan melaksanakn hukum
kegunaan. Istilah pendidikan dalam bahasa Yunani merupakan terjemahan
dari kata paedagigie yang berarti pergaulan dengan anak – anak.
Sementara orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam
pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut paedagogos.2
Menurut Lengeveld berpendapat bahwa pendidikan adalah upaya
manusia dewasa membimbing kepada yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaan. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan merupakan
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama.
Dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
1 Al - Qur'anul karim. 2009. Jakarta: Departemen agama RI
2 M. Fadillah & Lilif Mualifatu.Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.(Yogyakarta : Ar-
ruzz Media.2013)h.17
3
agar perserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual agama, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.3
Sejalan dengan itu, Islam memerintahkan untuk selalu memberikan
pendidikan kepada anak, sebagai upaya pengembang potensinya.
Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “ Sesungguhnya rugilah
orang – orang yang membunuh anak mereka karena ketidaktahuan dan
kebodohan mereka.” ( QS. Al – An’am : 140 ).4
Pentingnya PAUD diselenggarakan karena anak usia dini hidup
pada masa peka sehingga para ahli menyebutnya dengan masa emas
(golden age). Pada masa ini terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis
yang siap merespon stimulasi yang datang dari lingkungannya. AUD
memiliki sel – sel otak bayi berjumlah 100 miliar, tetapi belum saling
berhubungan kecuali hanya sedikit. Setiap rangsangan yang diterima anak
akan melahirkan sambungan baru atau memperkuat sambungan yang
sudah ada. Kompleksitas kuatnya jaringan sel otak anak secara otomatis
akan memacu aspek – aspek perkembangan seperti kognitif, sosial-
emosional, kreativitas, bahasa, dan sebagainya. AUD juga merupakan
generasi emas suatu bangsa. Betapa pentingnya penyelenggaraan PAUD
dapat disimpulkan bahwa pembangunan nasional kedepan akan sangat
3 Ibid., h.18
4 Ibid., h. 46
4
dipengaruhi oleh keberhasilan kita dalam penyelenggaraan PAUD yang
berkualitas.5
Fungsi PAUD menurut peraturan pemerintah No. 17 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan PAUD adalah untuk membina,
menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal
sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap
perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya.6
Sementara itu, tujuan dari diselenggaranya PAUD adalah sebagai
berikut :7
1. Memberikan pengasuhan dan bimbingan yang memungkinkan AUD
tubuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya.
2. Mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi pada anak sehingga tidak
terjadi penyimpangan pada anak dan dapat dilakukan intervensi dini.
3. Mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang Sekolah
Dasar ( SD ) atau Madrasah Ibtidaiyah ( MI ).
4. Menjadikan manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif inovatif, mandiri,
percaya diri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab.
5 Novan Ardy Wiyani, Konsep Dasar PAUD,( Yogyakarta : Gava Media, 2016 ), h.6-7
6 Ibid., h.8 7 Ibid., h.10
5
5. Mengembangkan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan
sosial anak pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan
bermain yang edukatif dan menyenangkan.
Menurut NAEYC ( National Association for The Education of
Young Children) menyatakan Anak Usia Dini adalah anak yang rentang
usianya 0 – 8 tahun. Sedangkan Indonesia sendiri menyebutkan AUD
adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun, yang ditetapkan dalam UU No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 28 ayat 1.
Menurut E. Mulyasa mengartikan AUD sebagai individu yang sedang
mengalami proses tumbuh kembang yang sangat pesat, bahkan sebagai
lompatan perkembangan.8
Dalam pandangan agama Islam, anak merupakan amanah ( titipan )
Allah SWT yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan sebaik –
baiknya oleh setiap orang tua. Allah SWT juga telah memberikan potensi
yang dapat dikembangkan sebagai penunjang kehidupan dimasa depan.
Seperti sabda Rasulullah SAW : “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, dan
Majusi.” ( HR. Bukhori dan Muslim ). Arti fitrah dalam hadits tersebut
mengandung makna potensi ( kemampuan dasar anak ). Para mufasirin
menyebutkan bahwa fitrah diartikan sebagai potensi kebaikan yang dibawa
anak sejak lahir.9
8 Ibid., h. 98 9 .Ibid, h.44
6
Karakteristik AUD yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, pribadi
yang unik, gemar berimajinasi dan berfantasi, memiliki sikap egosentris,
memiliki daya konsentrasi yang rendah, menghabiskan sebagian aktifitas
untuk bermain, belum mampu menggambar abstrak, belum mampu
mendeskripsikan berbagai konsep yang abstrak.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan AUD diantaranya
Faktor keturunan, Faktor lingkungan, kematangan, pembentukan, minat
dan bakat, serta kebebasan.10
Pertumbuhan dan perkembangan AUD memiliki perbedaan.
Pertumbuhan sendiri terkait dengan perubahan fisik pada individu,
sedangkan perkembangan terkait dengan perubahan psikis daan individu.
Berikut pertumbuhan dan perkembangan AUD, diantaranya yaitu
Perkembangan fisik Motorik, Perkembangan bahasa , Perkembangan sosial
emosional, Perkembangan Agama dan Moral, dan Perkembangan Kognitif.
Kognitif adalah kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Perkembangan kognitif pada anak usia dini yaitu semua proses psikologis
yang berhubungan dengan bagaimana anak mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.11 Jean Piaget Mengungkapkan bahwa manusia dalam
hidupnya pasti melalui 4 tahap perkembangan kognitif yaitu tahap
10 Yuliani Nurani Sujiono, dkk,Metode Pengembangan Kognitif, ( Jakarta : Universitas
Terbuka,2006 ), h.1.26
11 Ibid., h. 1.3
7
sensorimotor, tahap pra oprasional, pra oprasional kongkret, dan tahap pra
oprasional formal.12
Ada beberapa alasan mengapa kognitif harus dikembangkan, yaitu:
a. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan
apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan sehingga anak memiliki
pemahaman yang utuh dan komprehensif.
b. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa
dan kejadian yang pernah dialaminya.
c. Agar anak mampu mengembangkan berbagai emikirannya dalam
rangka menghubungkan antara suatu peristiwa dengan peristiwa
lainnya.
d. Agar anak memahami berbagai simbol yang terdapat dilingkungan
sekitar.
e. Agar anak mampu melakuakan berbagai proses penalaran baik
alamiah maupun ilmiah.
f. Agar anak mampu memecahkan problematika hidup yang
dihadapinya.
Dalam kognitif ada beberapa bidang salah satunya adalah
berhitung. berhitung merupakan bagian dari matematika terutama konsep
bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan
matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
12 Ibid., h. 1.22
8
Bilangan salah satu konsep matematika yang paling penting
dipelajari anak yaitu pengembangan kepekaan bialangan. Peka terhadap
bilangan berarti tidak sekedar menghitung. Kepekaan bilangan mencakup
pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman kesesuaian satu lawan satu.
Aketika kepekaan terhadap bilangan anak – anak berkembang, mereka
menjadi semakin tertarik pada hitung – menghitung. Menghitung menjadi
landasan bagi pekerjaan dini anak – anak dengan bilangan. Menurut
Copley , bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu
objek yang terdiri dari angka – angka.13
Menurut Ramaini “konsep bilangan adalah himpunan benda-benda
atau angka yang dapat memberikan sebuah pengertian. Konesp bilangan
selalu dikaitkan dengan pekerjaan menghubung hubungkan baik benda
maupun dengan lambang bilangan”.14
Kemampuan konsep bilangan yang dikuasai anak dapat membantu
anak untuk meningkatkan percaya diri anak , membantu anak bergaul
dengan lingkungan sosial dimana anak tinggal, serta dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk
mengikuti pendidikan dasar bagi anak.
Hasil Observasi dan wawancara awal dengan wali kelas kelompok
A Ibu Tuti Alawiya yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 31 Juli 2019
13 Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini 30 Permainan
Matematika dan Sains, ( Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2013), h. 49
14 Taopik Rahman, Sumardi , & Fitri Fuadatun , "Peningkatan Kemampuan Anak Usia
Dini Mengenal Konsep Bilangan Melalui Media Flashcard", Jurnal Paud Agapedia, Vol.1 No.
1, 2017, Page 121
9
menyatakan bahwa anak kelompok A RA Al - Arafat rata – rata masih
belum memahami tentang konsep bilangan dan berhitung yang baik.
Seperti anak masih diam ketika ditanya angka yang sebelum atau sesudah
yang disebutkan. Misalnya guru bertanya angka berapa setelah angka 5.
Hal ini dibuktikan juga ketika guru kelas menunjuk 20 orang siwa untuk
maju menuliskan konsep bilangan, 12 diantaranya masih terbalik dalam
menulis angka yang disebutkan oleh guru.
Dampak negatif jika masalah ini didiamkan maka akan
menimbulkan rasa malu pada diri anak, tidak bersemanagat dalam
pembelajarannya, keterlambatan pemahaman dalam mengenal angka dan
berhitung.
Bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Untuk
itu, Congklak angka adalah salah satu permainan yang dapat membantu
dalam permasalahan ini. Selain itu congklak biasa disebut dakon yaitu
bentuk alat permaianan tradisional dan modern yang terbuat dari kayu atau
bahan plastik yang dilubangi sesuai ukuran yang diinginkan. Ukuran papan
terdiri dari 16 lubang. Ada 2 lubang yang besar dikedua sisinya.
Membutuhkan 98 biji congklak. Manfaat permainan congklak bagi
perkembangan kecerdasan anak, diantaranya yaitu Melatih kemampuan
motik halus, Melatih anak – anak dalam berhitung, Melatih kesabaran dan
10
ketelitian, Melatih jiwa sportifitas, Melatih kemampuan menganalisa, dan
Menjalin kontak sosial.15
Berdasarkan uraian diatas, masalah tersebut dapat didekati dengan
permainan congklak dan kartu angka untuk kemampuan mengenal konsep
bilangan. Untuk itu, peneliti mengambil judul “ Efektivitas Permainan
Congklak Angka Dengan Kartu Angka Dalam Meningkatkan Kemampuan
Mengenal Konsep Bilanagan 1 - 10 Pada Anak Kelompok A Raudhatul
Athfal Al Arafat Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon”
B. Identifikasi Masalah
1. Anak cenderung diam ketika ditanya tentang bentuk – bentuk angka
2. Anak hanya mengenal satu bentuk angka 1-4
3. Anak hanya mampu mengurutkan angka 1-4 selebihnya anak banyak
diam
4. Anak cenderung mengobrol ketika guru mengenalkan angka
5. Anak juga masih terbalik dalam menuliskan lambang bilangan
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti dan waktu. Karena itu
peneliti hanya akan meneliti kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10
pada anak Kelompok A RA Al Arafat pada pembelajaran kognitif.
15 Rani Yulianty, Permainan yang meningkatkan kecerdasan anak, ( Jakarta : Laskar
Aksara ), h.62
11
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka masalah dalam
penelitian ini di rumuskan sebagai berikut : “ Apakah permainan congklak
angka dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan pada
kelompok A RA Al Arafat”. Agar lebih operasional maka dijabarkan
menjadi pertanyaan penelitian, sebagai berikut :
1. Seberapa baik kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 pada anak
kelompok A RA Al Arafat sebelum menggunakan permainan congklak
angka?
2. Seberapa tinggi kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 pada
anak kelompok A RA Al Arafat sesudah menggunakan permainan
congklak angka?
3. Seberapa besar perbedaan kemampuan mengenal konsep bilanagan 1-
10 sebelum dan sesudah menggunakan permainan congklak angka
pada anak kelompok A RA Al Arafat?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Menggambarkan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 pada
anak kelompok A RA Al Arafat sebelum menggunakan permainan
congklak angka.
12
2. Mendeskripsikan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 pada
anak kelompok A RA Al Arafat sesudah menggunakan permainan
Congklak angka.
3. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-
10 sebelum dan sesudah menggunakan permainan congklak angka
pada anak kelompok A RA Al Arafat.
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini memberi sumbangan pengetahuan tentang
upaya meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10
melalui permainan congklak angka.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi orang tua
Kegunaan penelitian ini bagi orang tua siswa yaitu
mengetahui bahwa pemainan congklak adalah permainan yang
menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan mengenal
konsep bilangan AUD. Orang tua juga dapat menerapkan
permainan congklak angka ini di rumah.
b. Bagi guru PAUD
Menambah wawasan cara mengajar anak mengenal konsep
angka 1-10 tanpa terasa sedang tidak berhitung.
13
c. Bagi pengelolah PAUD
Bisa menambah sumber pembelajaran untuk disekolah
sebagai acuan dalam isi penelitian.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teoretik
1. Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )
Pendidikan sendiri merupakan terjemahan dari education, yang
kata dasarnya educate atau bahasa latinnya educo yang berarti
mengembangkan dari dalam, mendidik, dan melaksanakan hukum
kegunaan. Istilah pendidikan dalam bahasa Yunani merupakan
terjemahan dari kata paedagigie yang berarti pergaulan dengan anak –
anak. Sementara orang yang tugasnya membimbing atau mendidik
dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut
paedagogos. Istilah ini diambil dari kata paedos ( anak ) dan agoge
(saya membimbing, memimpin). Oleh karenanya menurut pendapat
ini pendidikan diartikan sebagai suatu bimbingan yang diberikan
dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak – anak dalam
pertumbuhannya, baik jasmani maupun rohani agar berguna bagi diri
sendiri dan masyarakatnya. 1
Menurut Lengeveld berpendapat bahwa pendidikan adalah
upaya manusia dewasa membimbing kepada yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaan. Menurut Ahmad D. Marimba,
pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
1 M. Fadillah & Lilif Mualifatu.Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.(Yogyakarta : Ar-
ruzz Media.2013)h.16 - 17
15
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.2
Dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar perserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual agama, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.3
Sementara itu, pada UU RI No. 20 Tahun 2003 tersebut pada
pasal 1 menyebutkan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepad anak – anak sejak lahir hingga usia 6 tahun yang
diakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta ruhaninya agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.4
Sejalan dengan itu, Islam memerintahkan untuk selalu
memberikan pendidikan kepada anak, sebagai upaya pengembang
potensinya. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya : “
Sesungguhnya rugilah orang – orang yang membunuh anak mereka
karena ketidaktahuan dan kebodohan mereka.” ( QS. Al – An’am :
140 ). Para mufasirin mengartikan membunuh dalam arti luas, yaitu
selain membunuh secara fisik, yaitu menghilangkan nyawa anak, juga
2 Ibid.,h. 18 3 Novan Ardy Wiyani, Konsep Dasar PAUD, (Yogyakarta : Gava Media.2106).h1
4 Ibid.,h.4
16
membunuh dalam arti menghilangkan seluruh kreativitas, perasaan,
serta potensi – potensi yang dimiliki anak.5
Pentingnya PAUD diselenggarakan karena anak usia dini hidup
pada masa peka sehingga para ahli menyebutnya dengan masa emas
(golden age). Pada masa ini terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis
yang siap merespon stimulasi yang datang dari lingkungannya. AUD
memiliki sel – sel otak bayi berjumlah 100 miliar, tetapi belum saling
berhubungan kecuali hanya sedikit, yaitu hanya sel – sel otak yang
mengendalikan jantung, pernafasan, gerak refleks, pendengaran dan
naluri hidup. Ketika anak berusia 3 tahun, sel otak telah membentuk
sekitar 1.000 triliun jaringan koneksi / sinapsis. Jumlah ini dua kali
lebih banyak dari yang dimiliki orang dewasa. Sebuah sel otak dapat
berhubungan dengan 15.000 sel lain. Sinaps – sinaps yang jarang
digunakan akan semakin kuat dan permanen. Setiap rangsangan yang
diterima anak akan melahirkan sambungan baru atau memperkuat
sambungan yang sudah ada. Kompleksitas kuatnya jaringan sel otak
anak secara otomatis akan memacu aspek – aspek perkembangan
seperti kognitif, sosial-emosional, kreativitas, bahasa, dan sebagainya.
AUD juga merupakan generasi emas suatu bangsa. Betapa pentingnya
penyelenggaraan PAUD dapat disimpulkan bahwa pembangunan
5 Fadillah & Mualifatu, op.cit., h.46 (1)
17
nasional kedepan akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan kita
dalam penyelenggaraan PAUD yang berkualitas.6
Prinsip – prinsip dalam pelaksanaan PAUD yaitu berorientasi
pada perkembangan anak, berorientasi pada kebutuhan anak, bermain
sambil belajar, berpusat pada anak, lingkungan yang kondusif,
menggunakan pembelajaran terpadu, mengembangkan berbagai
kecakapan hidup, menggunakan berbagai media edukatif dan sumber
belajar, melaksanakan secara bertahap dan berulang – ulang, aktif,
kreatif, inovatif, serta menyenangkan.7
Fungsi PAUD menurut peraturan pemerintah No. 17 tahun
2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan PAUD adalah untuk
membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak
secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar
sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk
memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.8
Sementara itu, tujuan dari diselenggaranya PAUD adalah
sebagai berikut :9
1. Memberikan pengasuhan dan bimbingan yang memungkinkan
AUD tubuh dan dan berkembang sesuai dengan usia dan
potensinya.
6 Wiyani, op. cit., h.6-8 (2)
7 Imam Musbikin, Buku Pintar PAUD, (Jogjakarta : 2010), h 54-59 8 Ibid., h. 8 9 Ibid., h8-10
18
2. Mengidentifikasi penyimpangan yang terjadi pada anak sehingga
tidak terjadi penyimpangan pada anak dan dapat dilakukan
intervensi dini.
3. Mempersiapkan untuk mengikuti pendidikan pada jenjang Sekolah
Dasar ( SD ) atau Madrasah Ibtidaiyah ( MI ).
4. Menjadikan manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif inovatif,
mandiri, percaya diri, serta menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.
5. Mengembangkan 6 kecerdasan dalam ingkunagan bermain yang
edukatif dan menyenangkan.
Ruang lingkup PAUD adalah Infant ( usia 0-1 tahun ),
Toddler ( 2-3 tahun ), Preschool/kindergarten children ( 3-6
tahun),dan early primary school ( 6-8 tahun, SD kelas awal ).10
Menurut NAEYC ( National Association for The Education
of Young Children) menyatakan Anak Usia Dini adalah anak yang
rentang usianya 0 – 8 tahun. Sedangkan Indonesia sendiri
menyebutkan AUD adalah anak yang berusia 0 – 6 tahun, yang
ditetapkan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pada pasal 28 ayat 1. Menurut E. Mulyasa mengartikan AUD
10 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta : 2012), h 17
19
sebagai individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang
yang sangat pesat, bahkan sebagai lompatan perkembangan.11
Dalam pandangan agama Islam, anak merupakan amanah (
titipan ) Allah SWT yang harus dijaga, dirawat, dan dipelihara dengan
sebaik – baiknya oleh setiap orang tua. Allah SWT juga telah
memberikan potensi yang dapat dikembangkan sebagai penunjang
kehidupan dimasa depan. Seperti sabda Rasulullah SAW : “ Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang
menjadikan Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” ( HR. Bukhori dan
Muslim ). Arti fitrah dalam hadits tesebut mengandung makna potensi
( kemampuan dasar anak ). Para mufasirin menyebutkan bahwa fitrah
diartikan sebagai potensi kebaikan yang dibawa anak sejak lahir.12
Karakteristik AUD yaitu bersifat unik, mengekspresikan
perilakunya secara relatif spontan, anak bersifat aktif dan energik,
bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias
terhadap banyak hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, anak
umumnya kaya dengan fantasi, mudah frustasi, kurang pertimbangan
dalam bertindak, memiliki daya perhatian yang pendek, merupakan
masa belajar yang potensial, dan anak semakin menunjukkan minat
terhadap teman.13
11 Ibid., h.98 12 Fadillah & Mualifatu, op.cit., h.44 (3)
13Ajeng Yusriana, Kiat – kiat Menjadi Guru PAUD yang Disukai Anak – anak,
(Jogjakarta : 2012), h 25-33
20
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan AUD
diantaranya :14
1. Faktor Hereditas
Faktor hereditas ini merupakan salah satu faktor penting
yang mepengaruhi perkembangan AUD. Bahkan Islam telah
mengindikasikan pentingnya faktor hereditas dalam
perkembanagan anak sejak 14 abad yang lalu. Nabi Muhammad
SAW bersabda : “ Menikahlah kalian dengan sumber (
penghentian ) yang baik, karena sesungguhnya hal itu akan
menurun kepada anak - anaknya.” ( HR. Muslim ). Dalam
perspektif hereditas perkembangan seorang anak sangat
dipengaruhi oleh hal – hal berikut :
a. Bakat, setiap anak memiliki berbagai macam bakat sebagai
pembawaannya, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang
tajam, dan sebagainya yang diwariskan oleh orang tuanya,
bahkan nenek moyangnya.
b. Sifat – sifat keturunan, sifat keturunan yang diwariskan oleh
orang tua atau nenek moyangnya yang berupa fisik maupun
psikisnya. Seperti bentuk hidungnya, sifat pemalas, dan
sebagainya.
14 Wiyani, op. cit., h.102-109 (4)
21
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sering diartikan sebagai kekuatan
kompleks dari dunia fisik dan sosial yang mempengaruhi susunan
biologis dan pengalaman psikologis anak sejak sebelum ada dan
sesudah lahir. Faktor lingkungan ini juga disebut dengan istilah
nature. Faktor ini dipengaruhi oleh :
a. Keluarga
Dalam perspektif ilmu pendidikan, keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.
Di lingkungan keluarga inilah anak – anak mula – mula
menerima pendidikan dan menentukan perkembangan anak.
Ditegaskan oleh Nabi Muhammad SAW juga dalam hadistnya
yaitu “ setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua
orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani,
atau Majusi “. ( HR. Bukhari ).
Pola asuh orang tua yang otoriter, liberal, maupun
demokratis dapat mempengeruhi perkembangan anak.
Misalnya saja jika anak dibesarkan dengan ola asuh yang
demokratis, maka ia akan menjadi sosok anak yang berfikiran
terbuka yang menjadikan ia pandai bergaul dan memiliki juga
sosial yang tinggi.
22
b. Lembaga pendidikan
Lembaga pendidikan merupakan lingkungan kedua
bagi anak, seperti KB, TK, RA, dan sejenisnya. Proses
interaksi anatara pendidik dan teman sebayanya dapat
mempengaruhi perkembangan anak.
Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad Saw telah
menunjukkan bagaimana teman sebaya dapat memengaruhi
perkembangan anak. Nabi bersabda “ persamaan teman yang
baik dan teman yang buruk seperti pedagang minyak dan
peniup api tukang besi. Si pedagang minyak kesturi mungkin
akan memberinya padamu, atau membeli kepadanya, atau
setidaknya kamu dapat memperoleh bau yang harum darinya,
tapi si peniup api tukang besi mungkin akan membuat
pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapatkan bau yang
tidak sedap darinya”. ( HR. Bukhori ).
c. Masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai kumpulan individu
atau kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan,
dan agama. Budaya, kebiasaan, agama, dan keadaan demografi
pada suatu masyarakat diakui maupun tidak memiliki pengaruh
dam perkembangan anak usia dini. Misalnya, seorang anak
yang dibesarkan diperkotaan dan pedesaan perkembangannya
akan berbeda.
23
3. Faktor Umum
a. Jenis kelamin, dalam hal anak yang baru lahir misalnya anak
laki – laki sedikit lebih besar daripada anak perempuan tetapi
kemuadian anak perempuan tumbuh lebih cepat dari pada laki
– laki. Dalam hal kematangannya juga demikian, anak
perempuan lebih dahulu matang daripada anak laki – laki.
b. Kelenjar gondok, hasil riset dalam bidang endocrinology
menunujukkan urgent nya peranan yang dimainkan oleh
kelenjar gondok terhadap perkembangan fisik – motorik dan
psikis anak usia dini. Kelenjar gondok tersebut mempengaruhi
perkembangannya baik pada waktu sebelum lahir maupun pada
pertumbuhan dan perkembangan sesudahnya.
c. Kesehatan, kesehatan fisik dan psikisnya baik dan sempurna
akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
memadai. Sebaliknya, jika mereka mengalami gangguan
kesehatan baik secara fisik maupun psikis maka pertumbuhan
dan perkembangannya akan mengalami hambatan.
d. Ras, ras juga mempengaruhi perkembangan anak usia dini.
Misalnya anak – anak dari ras Mediterranean ( sekitar laut
tengah ) mengalami pertumbuhan fisik lebih cepat
dibandingkan dengan anak – anak dari bangsa – bangsa Eropa
Utara dan itu akan mempengaruhi perkembangan pula.
24
Pertumbuhan dan perkembangan AUD memiliki perbedaan.
Pertumuhan sendiri terkait dengan perubahan fisik pada individu,
sedangkan perkembangan terkait dengan perubahan psikis daan individu.
Berikut pertumbuhan dan perkembangan AUD Perkembangan fisik
Motorik, Perkembangan bahasa, Perkembangan sosial emosional,
Perkembangan Agama dan Moral, Perkembangan Kognitif.
Kognitif adalah kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkana suatu kejadian atau peristiwa.
Perkembangan kognitif pada anak usia dini yaitu semua proses psikologis
yang berhubungan dengan bagaimana anak mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.15
Ada beberapa teori yang menjelaskan perkembangan kognitif
diantaranya yaitu:16
a. Jean Piaget
Mengungkapkan bahwa manusia dalam hidupnya pasti
melalui 4 tahap perkembangan kognitif yaitu tahap sensorimotor,
tahap pra oprasional, pra oprasional kongkret, dan tahap pra
oprasional formal.
b. Teori “ Two Factors”
Teori ini dikemukakan oleh Charles Spearman ( 1904 ) yang
berpendapat bahwa kognitif meliputi kemampuan umum yang diberi
“g” ( spesific factors ) dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” (
15 Yuliani Sujiono Nurani, dkk.Metode Pengembangan Kognitif.(Jakarta : 2006).h 1.3
16 Ibid.,h 1.7
25
spesific faktors ). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang
keduanya menentukan enampilan atau perilaku mentalnya.
c. Teori “Primary Mental Abilities”
Teori ini dikemukakan oleh thrustone yang berpendapat
bahwa kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan primer, yaitu
kemampuan berbahasa, mengingat, nalar atau berfikir logis,
pemahaman ruang, bilangan, menggunakan kata – kata, mengamati
dengan cepat dan cermat.
Sedangkan Gessel dan amatruda mengemukakan bahwa
anak usia 3 - 4 tahun mulai berbicara secara jelas dan berarti. Kalimat -
kalimat yang di ucapkan anak semakin baik. Ia menamakan masa ini
sebagai masa perkembangan fungsi bicara. pada usia 4-5 tahun, yaitu
masa belajar matematika. Dalam tahap ini anak sudah mulai belajar
matematika sederhana, misal menyebutkan bilangan, menghitung
urutan bilangan, dan penguasaan jumlah kecil dari benda - benda
(Wasty Soemanto).17
Anak usia dini memiliki tahapan perkembangan dan
kemampuan kognitif sebagai berikut:18
Usia Kemampuan kognitif
0-3 bulan - Mampu membedakan apa yang diinginkan
- Berhenti menangis setelah di gendong atau diberi susu
17 Ibid., h 2.8 18 Wiyani, op. cit., h.115 (5)
26
3-6 bulan - Memperhatikan dan memilih permainan yang
diinginkan
- Mengulurkan kedua tangan untuk di gendong
6-9 bulan - Mengamati benda – benda yang bergerak
- Berpaling kearah sumber suara
- Mengamati benda – benda yang kemudian dipegang
dan dijatuhkan
9-12 bulan - Memahami perintah sederhana
- Menunjukkan reaksi saat namamya di panggil
- Mencoba mencari benda yang disembunyikan
- Mencoba membuka atau melepas benda yang tertutup
12-18 bulan - Menyebutkan beberapa nama benda
- Menanyakan nama benda yang belum dikenal
- Membedakan ukuran benda
- Mengenal bebeberapa warna primer
- Menyebut nama sendiri dan orang – orang yang
dikenalnya
18-24 bulan - Mempergunakan alat permainan dengan cara
semuanya
- Meniru gambar wajah orang
- Memahami konsep angka dan hitungan sederhana
- Memahami prinsip orang lain
2-3 tahun - Menyebut bagian – bagian suatu gambar
27
- Memahami prinsip ukuran
- Mengenal kembali bagian – bagian tubuh
- Mengenal 3 macam bentuk geometri
3-4 tahun - Menempatkan benda dalam urutan berdasarkan ukuran
- Menemukan / mengenali bagian yang hilang dari suatu
pola gambar
- Mengekspresikan diri
- Memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang
sama
4-5 tahun - Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsinya
- Menyebutkan beberapa angka dan huruf
- Menggunakan benda – benda sebagai permainan
simbolik
- Mengenal sebab akibat tentang alam sekitar
5-6 tahun - Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsinya
- Menunjukkan kegiatan yang bersifat eksploratif dan
menyelidk
- Mencari alternatif dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dalam suatu aktivitas
- Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakuka
bersama teman – teman
- Menunjukkan inisiatif dan kreativitas dalam memilih
tema permainan.
28
Metode adalah cara menyampaikan / mentransfer ilmu yang
tepat yang sesuai dengan anak sehingga menghasilkan pemahaman
yang maksimal bagi anak.19 Metode yang di gunakan pada
pengembangan kognitif diantaranya yaitu bermain, pemberian tugas,
demonstrasi, tanya jawab, mengucapkan syair, percobaan /
eksperimen, bercerita, karyawisata, dan dramatisasi.20
2. Bermain
Salah satu faktor penunjang keberhasilan proses pembalajaran pada
PAUD adalah dengan cara bermain yang memanfaatkan alat – alat
permainan edukasi dengan baik. Selain itu, penggunaan permainan
yang tepat akan memudahkan penyampaian tujuan materi
pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian
bermain, manfaat dan fungsi bermain, tujuan bermain, prinsip bermain
serta karakteristik permainan yang baik untuk AUD.
a. Pengertian Bermain
Bermain adalah Serangkaian kegiatan atau aktivitas anak
untuk bersenang – senang.21 Seperti yang dijelaskan oleh Jean
piaget bermain adalah suatu kegiatan yang berulang – ulang dan
menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri sendiri. Menurut
Parten, bermain adalah suatu kegiatan sebagai sarana bersosialisasi
dan dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi,
19 Nurani,dkk, op. cit., h.7.3 (6) 20 Ibid., h.7.5 21 M. Fadlillah,Bermain dan Permainan,(Jakarta : Ar-ruzz Media 2017).h 6
29
menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar
secara menyenangkan.22 Dalam Kamus Besar Indonesia disebutkan
bahwa bermain adalah berbuat sesuatu untuk menyenangkan hati (
dengan menggunakan alat – alat tertentu atau tidak ).23
Menurut Adang Ismail bermain dapat didefinisikan menjadi
dua bagian. Pertama, bermain diartikan sebagai play yaitu suatu
aktivitas bersenang – senang tanpa mencari mennag dan kalah.
Kedua, bermain diartikan sebagai games yaitu suatu aktivitas
bersenang – senang tanpa mencari menang dan kalah.24
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
bermain adalah suatu upaya untuk memperoleh kesenangan dan
kepuasan jiwa seseorang dari setiap aktivitas yang dilakukan baik
menggunakan alat ataupun tidak.
b. Manfaat dan Fungsi bermain
Menurut Slamet Suyanto manfaat bermain yaitu :25
1.) Mengembangkan motorik
Piaget berpendapat bahwa anak terlahir dengan kemampuan
reflex, kemudian ia belajar menggabungkan dua atau lebih gerak
refleks, dan pada akhirnya ia mampu mengontrol geraknya.
Melalui bermain anak belajar mengontrol gerakannya menjadi
terkoordinasi. Selain itu, dengan bermain memungkinkan anak
22 Ibid., h. 7-8
23 Agung Triharso.Permainan Kreatif & Edukatif Untuk Anak Usia Dini.(Yogyakarta :
C.V Andi Offset)h.5 24 Fadlillah, op.cit., h 7 (7) 25 Ibid., h 13
30
bergerak secara bebas, sehingga anak mampu mengembangkan
kemampuan motoriknya.
2.) Mengembangkan kemampuan kognitif
Masih menurut Piaget bahwa anak belajar mengkonstruksikan
pengetahuan dengan berinteraksi dengan objek yang ada
disekitarnya. Dengan bermain seorang anak juga mempunyai
kesempatan untuk menggunakan indranya, seperti menyentuh,
mencium, melihat dan mendengarkan untuk mengetahui sifat –
sifat objek.
3.) Mengembangkan kemampuan efektif
Kemampuan efektif adalah kemampuan yang berhubungan
dengan sikap seseorang. Seperti melaksanakan dan mengikuti
aturan – aturan permainan yang telah dibuat bersama. Oleh
karena itu, bermain akan melatih anak dalam menyadari akan
adanya aturan dan pentingnya mematuhi aturan . Yang demikian
itu merupakan tahap awal dari perkembangan moral anak.
4.) Mengembangka kemampuan bahasa
Menurut Vigotsky menyebutkan bahwa bermain dengan
bercakap – cakap menggambar anak sedang dalam tahap
menggabungkan fikiran dan bahasa sebagai satu kesatuan. Jadi
dengan bermain secara otomatis bahasa anak akan berkembang
dengan baik.
31
5.) Mengembangkan kemampuan sosial.
Pada saat bermain anak secara langsung berinteraksi dengan
anak yang lain.Interaksi tersebut mengajarkan anak bagaimana
merespon, member, menerima, menolak atau setuju ide dan
perilaku anak yang lain. Sedikit demi sedikit akan mengurangi
rasa egosentrisme pada anak dan mengembangkan kemampuan
sosialnya.
Menurut Hurlock aktivitas bermain dapat berpengaruh pada
diri anak diantaranya:26
1.) Melatih anak untuk memecahkan masalah sederhana (Problem
solving), maksudnya dengan bermain anak – anak akan akan
dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Hal ini dikarenakan
dalam bermain selalu ada tantangan – tantangan tersendiri yang
harus dihadapi oleh anak. Misal anak menyusun puzzle, balok,
lego dan melewati papan titian.
2.) Dapat dijadikan relaksasi bagi anak, bermain sebagai sarana
untuk penyaluran emosional anak yang terpendam. Bermain juga
sebagai bentuk relaksasi dari segala aktivitas yang melelahkan.
Anak juga lebih fresh dan kembali bersemangat dalam menjalani
aktivitas selanjutnya.
3.) Memberikan kesempatan anak untuk mencoba hal – hal baru,
bermain merupakan kegiatan yang ideal dalam rangka memenuhi
26 Ibid., h 15
32
rasa ingin tahu anak. Mencoba hal – hal baru ini dapat dapat
dilakukan oleh anak dengan membongkar – bongkar mainan,
melemparkannya, atau mencoba memperbaikinya. Aktivitas anak
seperti ini merupakan wujud wujud dari rasa ingin tahu yang
kuat.
4.) Sebagai penyaluran energi emosional, maksudnya dalam
kegiatan bermain anak dapat berekspresi secara bebas dan
mengeluarkan segala keinginan maupun imajinasinya secara
sesuka hati. Misalnya seaharian anak diminta belajar atau
mengerjakan tugas yang lain. Maka dengan bermain ini anak
dapat melepaskan energi yang terpendam sebagai bentuk
relaksasi untuk menangkan diri, sehingga mengurangi rasa lelah
yang ada pada diri anak.
5.) Sebagai rangsangan kreativitas anak, jiwa kreativitas anak usia
dini dapat dilatih dan distimulus melalui kegiatan bermain. Mulai
dari bermain sederhana sampai bermain yang amat rumit.
6.) Melatih standar moral anak, dalam konteks ini dalam sebuah
permainan baiasanya terdapat aturan – aturan tertentu yang
ditetapkan oleh sesame pemain.
7.) penyaluran bagi keinginan dan kebutuhan, memiliki makna
bahwa bermain merupakan kebutuhan anak dan merupakan
keinginan setiap anak. Aapabila kebutuhan anak dan keinginan
anak untuk bermain terpenuhi tentu akan berpengaruh pada
33
aktivitas anak yang lain. Misal anak lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas pembelajaran di dalam kelas.
8.) Sebagai dorongan berkomunikasi, ialah bentuk permainan yang
melibatkan orang lain atau temen sebaya. Maka permainan ini
biasa disebut permainan sosial yang termasuk kegiatan bermain
sosial yaitu petak umpet, dakon, nekeran, dan permainan lain
yang melibatkan kerjasama.
9.) Mengembangkan otot dan seluruh bagian tubuh, ialah berupa
permainan pada permainan motorik, baik motorik kasar maupun
halus. Seperti : bermain ayunan, prosotan, berjalan diatas papan
titian, dan lainnya.
10.) Sebagai sumber belajar bagi anak, ada sebuah istilah yang
menyebutkan bahwa bermainnya anak adalah belajarnya anak.
Dengan kata lain, melalui bermain anak dapat belajar banyak.
Fungsi bermain yaitu bermain bagi anak dapat
menyeimbangkan motorik kasar dan halus, bermain dapat
mengoptimalkan kinerja otak kanan, bermain dapat menjadi sarana
anak untuk menempatkan dirinya sebagai makhluk sosial, anak
belajar berbagi dan memberi serta belajar memahami nilai
memberi dan menerima, bermain juga dapat dijadikan sebagai
sarana untuk melatih merealisasikan rasa dan sikap percaya diri
orang lain dan mampu bernegoisasi serta memecahkan masalah,
bermain dapat melatih perkembangan moral dan etika pada sikap
34
anak, bermain dapat mengembangkan kretivitas dan komunikasi
anak.27
c. Tujuan dan Pentingnya Bermain
Adapun tujuan secara umum bermain dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :28
1.) Untuk Eksplorasi anak, eksplorasi secara bahasa berarti
mengeluarkan. Maksudya yaitu mengeluarkan atau
2mencurahkan seluruh kemampuan yang dimiliki. Karakterisik
anak yang mempunyai rasa ingin tahu cukup kuat membuat
anak cenderung bereksplorasi untuk mencurahkan segala
kreativitas.
2.) Untuk eksperimen anak, secara etimologi eksperimen berarti uji
coba, adapun secara terminologi yaitu melakukan serangkaina
percobaan demi menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Dalam
quantum learning kegiatan eksperimen anak ini disebut dengan
teori global learning yaitu teori yang mengungkapkan belajar
menyeluruh anak. Contoh seorang anak kecil ketika mendapat
mainan biasanya langsung dimasukkan kemulut, lalu dijilat,
kemudian dijatuhkan lalu dimasukkan kembali ke mulut. Dari
peristiwa ini anak sedang bereksperimen untuk mengetahui
rasa, bunyi dan bentuk suatu benda.
27 Rani Yulianty I,Permainan yang meningkatkan kecerdasan anak, (Jakarta : Laskar
Aksara 2016), h 10 28 Fadlillah, op.cit., h 8 (8)
35
3.) Untuk imitation anak, bermain merupakan suatu bentuk tiruan
anak – anak terhadap permainan yang dimainkan. Biasanya
anak – anak cenderung meniru tokoh – tokoh kartun atau super
hero yang menjadi kesayangannya. Selain itu, anak meniru
suatu aktivitas pekerjaan orang dewasa. Seperti : dokter,
insinyur, pedagang, guru, dan lainnya.
4.) Untuk adaptasi anak, maksud disini bermakna anak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Manakala anak bermain
bersama teman sebayanya secara otomatis akan melatih anak
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Permainan sosial yang membutuhkan banyak orang seperti
permainan petak umpet, dakon, dan pasar – pasaran.
Menurut Al – Ghazali bermain adalah suatu yang sangat
penting bagi anak, sebab melarang anak bermain dapat mematikan
hatinya, mengganggu kecerdasannya dan merusak irama hidupnya.
Sutton Smith menjelaskan bahwa bermain memiliki pengeruh yang
sangat penting bagi anak, yakni sebagai dasar meniru, eksplorasi,
menguji, dan membangun. Menurut Aristoteles dan Frobel
menekankan pentingnya bermain dalam belajar, karena
berdasarkan pengalamanya sebagai seorang guru, dia menyadari
bahwa kegiatan bermain maupun mainan yang dinikmati anak
36
dapat digunakan untuk menarik perhatian dan mengembangkan
pengetahuan mereka.29
Dari beberapa uraian diatas, ada beberapa alasan mengapa
bermain itu sangat penting bagi anak usia dini :30
1.) Menurut ahli pendidik anak, cara belajar anak yang paling
efektif ialah melalui bermain.
2.) Dengan bermain anak dapat meningkatkan penalaran dan
memahami keberadaannya dilingkungan teman sebaya dan
membentuk daya imajinasi
3.) Melalui bermain anak dapat belajar banyak hal, dapat mengenal
aturan, bersosialisasi, kerjasama, disiplin, dan lainnya.
4.) Bermain merupakan cara yang paling baik dan tepat untuk
mengembangkan kemampuan anak usia dini.
5.) Menurut konsep edutaintment, belajar tidak akan berhasil
dalam arti yang sesungguhnya bila dilakukan dalam keadaan
yang menegangkan dan menakutakn, belajar hanya akan efektif
bila suasana hati anak berada dalam kondisi yang
menyenangkan.
29 Ibid,. h 11 30 Ibid,. h 12
37
d. Prinsip – Prinsip Bermain
Berikut beberapa prinsip – prinsip dalam bermain :31
1.) Memiliki tujuan yang jelas, dalam kegiatan bermain anak
memiliki tujuan yang berbeda – bada. Namun secara umum
anak bermain dalam rangka mendapatkan sebuah kepuasan.
2.) Dilakukan dengan bebas, anak - anak dalam bermain selalu
memilih bentuk permainan sesuai yang dikehendaki. Kemudian
mereka juga bebas dalam menentukan aturan – aturan dalam
bermain. Dengan kata lain, bermain tidak bisa dipaksakan oleh
orang lain. Anak bergantung pada sesuka hatinya.
3.) Mementingkan proses bukan hasil, dalam aktivitas bermain
yang menjadi titik tekannya ialah proses bermain anak. Kalah
dan menang dalam bermain sudah hal yang wajar, akan tetapi
proses yang dilakukan itulah hal yang luar biasa. Melalui proses
bermain itulah, anak akan menjadi mandiri, kreatif, dan
memiliki rasa tanggung jawab.
4.) Memperhatikan keselamatan. Keselamatan dalam bermain ini
dapat dilihat dari bentuk permainannya maupun alat – alat yang
akan digunakan. Untuk itu, memberikan pengawasan pada anak
saat bermain sangat penting. Tujuannya supaya tidak terjadi
sesuatu hal yang dapat mengencam keselamatan anak.
31 Ibid,. h 18
38
5.) Menyenangkan dan dapat dinikmati, Manakala anak bermain
tapi tidak mendapat kebahagian dan kepuasan sedikitpun berarti
anak sejatinya tidak bermain. Kondisi yang seperti ini tidak
akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Jadi prinsip bermain harus dapat dinikmati
dan memunculkan rasa gembira bagi pemainnya.
e. Teori – Teori Bermain AUD
Berkaitan dengan teori – teori bermain AUD para Psikologi
membaginya menjadi 2 periode yaitu :32
1.) Teori klasik, ialah teori bermain yang muncul mulai abad ke
19 sampai perang dunia pertama. Diantaranya yaitu Teori
suplus energi, teori rekreasi, teori rekapitulasi, dan teori praktis
/ insting.
2.) Teori Modern, ialah teori yang muncul sesudah perang dunia
pertama sampai sekarang. Diantaranya yaitu Teori kognitif j.
Piaget, Teori kognitif sosial vygotsky, Teori psikoanalitik
freud, teori otak triun.
f. Karakteristik dan Tahap – Tahap Perkembangan Bermain AUD
Karakteristik bermain AUD dapat dilihat melalui berbagai
hal pada saat anak melakukan kegiatan bermain. Menurut Jeffree,
32 Ibid,. h 28
39
McConkey, dan Hewson karakteristik bermain anak
diklasifikasikan menjadi 6, yaitu :33
1.) Bermain muncul dari dalam diri anak, maksudnya keinginan
bermain muncul dari dalam diri anak, sehingga anak dapat
menikmati dan bermain sesuai dengan caranya sendiri.
2.) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatan
untuk dinikmati, maksudnya bermain pada anak usia dini
terbebas dari aturan yang mengika. Karena AUD punya cara
bermain sendiri.
3.) Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya, misalnya
anak sedang bermain dengan air anak melakukan aktivitas
dengan air dan mengenal air dari bermainnya. Bermain
melibatkan partisipasi aktif, baik secara fisik maupun mental.
4.) Bermain harus didominasi oleh pemain, yaitu anak itu sendiri
tidak didominasi oleh orang dewasa. Karena jika bermain
didominasi oleh orang dewasa, maka anak tidak akan
mendapatkan makna apapun dari bermainnya.
5.) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain, Anak
sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain. Jika anak
pasif dalam bermain, ia tidak akan memperoleh pengalaman
baru.
33 Ibid,. h 42
40
Tahap – tahap perkembangan bermain menurut Jean Piaget
ada 4 yaitu:34
1.) Tahap sensori motor ( sensory motor play )
Tahap ini terjadi pada anak usia 0 – 2 tahun, pada tahap ini
bermain anak lebih mengandalkan indra dan gerakan – gerakan
tubuh. Pada usia ini, mainan yang tepat untuk anak ialah yang
dapat merancang panca indera. Misal mainan yang berwarna
cerah, memiliki banyak bentuk dan tekstur, serta tidak mudah
tertelan oleh anak.
2.) Praoprasional (symbolic play )
Tahap ini terjadi pada anak usia 2-7 tahun. Pada tahap ini anak
sudah mulai bisa bermain khayal dan pura – pura, banyak
bertanya dan mencoba hal – hal baru, dan memahami simbol –
simbol tertentu. Adapun alat permainan yang cocok untuk usia
ini adalah yang mampu merangsang perkembangan imajinasi
anak. Seperti menggambar, balok / lego, dan puzzle.
3.) Oprasional konkret ( social play )
Tahap ini terjadi pada anak usia 7-11 tahun. Pada tahap ini
anak bermain sudah menggunakan nalar dan logika yang
bersifat objektif. Adapun alat permainan yang tepat untuk usia
ini ialah yang mampu menstimulasi cara berpikir anak.
34 Ibid.,h 43
41
4.) Formal operasional
Terjadi pada tahap anak usia 11 tahun ke atas. Pada tahap ini
anak bermain sudah menggunakan aturan – aturan yang sangat
ketat dan lebih mengarah pada game atau pertandingan yang
menuntut adanya menang atau kalah.
g. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Bermain AUD
Menurut Hurlock faktor – faktor yang mempengaruhi
bermain diantaranya yaitu :35
1.) Kesehatan, semakin sehat anak maka semakin banyak energinya
untuk bermain aktif. Sebaliknya anak yang sakit – sakitan atau
memiliki tenaga yang lemah akan lebih menyukai bermain pasif
( hiburan )
2.) perkembangan motorik, Permainan anak pada setiap usia
melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan
dan waktu bermain anak tergantung pada perkembangan
motorik mereka. Pengendalian motorik yang baik
memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
3.) Intelegensi, anak yang pandai lebih aktif dibandingkan dengan
yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan
keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk
menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
35 Ibid., h 48
42
4.) Jenis kelamin, anak laki – laki cenderung bermain lebih kasar
dibandingkan anak perempuan. Dan lebih menyukai permainan
yang melibatkan fisik motorik mereka.
5.) Lingkungan, lingkungan yang kurang mendukung akan dapat
memengaruhi anak dalam bermain. Lingkungan yang sepi dari
anak – anak akan kurang bermainnya dibandingkan dengan
lingkungan yang terdapat banyak anak – anak.36
6.) Status sosial ekonomi, anak yang berasal dari sosial ekonomi
yang lebih tinggi menyukai kegiatan yang mahal, seperti lomba
atletik, bermain sepatu roda. Adapun mereka yang berasal dari
kalangan bawah terlihat bermain dalam kegiatan yang tidak
mahal, seperti kegiatan bermain bola dan berenang.
7.) Jumlah waktu bebas, jumlah waktu bermain sangat bergantung
pada status ekonomi keluarga. Apabila tugas rumah tangga atau
pekerjaan menghabiskan waktu luang mereka. Anak terlalu
lelah untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan tenaga
yang besar.
8.) Peralatan bermain, peralatan bermain yang dimiliki anak
memengaruhi permainannya. Misalnya dominasi boneka dan
binatang buatan mendukung permainan pura – pura. Kemudian
banyak balok kayu, cat air, dan lilin mendukung permainan
yang sifatnya konstruktif.
36 Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida,Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini,(Jogjakarta : Ar-ruzz Media 2013).h 159
43
3. Permainan Congklak Angka
a. Pengertian Alat Permainan Edukatif
Permainan merupakan suatu alat bagi anak untuk
menjelajahi dan mencari informasi baru secara aman, sesuatu yang
mereka tidak lakukan jika tidak bermain dan tidak melakukan
permainan.37 Piaget melihat permainan sebagai media yang
meningkatkan perkembangan kognitif anak. Sedangkan, menurut
Mayke APE ( Alat Permainan Edukatif ) adalah alat permainan
yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan.38
Istilah alat permainan edukatif memiliki dua pokok alat
permainan dan edukatif. Alat permainan ialah semua alat yang
digunakan anak untuk memenuhi naluri bermainnya. Adapun
edukatif ialah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sarana
bermain yang sekaligus bermanfaat bagi perkembangan anak.
Dalam istilah yang lebih sederhana alat permainan edukatif dapat
dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
belajar anak melalui aktivitas bermain .39
Ada tiga kategori permainan anak, dianataranya :40
1.) Permainan aktif, yaitu permainan yang biasanya melibatkan
lebih dari satu orang anak. Permainan aktif biasanya berupa
olahraga yang bermanfaat untuk mengolah kemampuan
37 Rani Yulianty I,Permainan yang meningkatkan kecerdasan anak, (Jakarta : Laskar
Aksara 2016).h 8 38 Ibid.,h.56
39 Fadlillah, op.cit.,h 56 (9) 40 Ibid.,h9-10
44
kinestetik pada anak. Bentuk permainan ini juga secara tidak
langsung juga melatih aspek kognitif pada anak untuk belajar
mengatur dan menentukan strategi dalam meraih kemenangan,
serta mengasah aspek efektif anak untuk bersikap sportif dan
belajar menerima kekalahan.
2.) Permainan pasif, yaitu permainan yang bersifat mekanis dan
biasanya dilakukan tanpa teman yang nyata. Salah satu
permainan pasif yaitu permainan elektronik seperti playstation.
Jenis permainan ini memiliki sisi positif dan negative.
Positifnya ialah anak bisa memiliki keterampilan tertentu yang
bisa berproses menjadi keahlian tertentu, sehingga bermanfaat
untuk kehidupannya nanti. Namun, secara fisik permainan ini
dapat menghambat perkembangan kinestetik pada anak – anak
karena permainan ini sedikit sekali menggunakan seluruh
anggota tubuh.
3.) Permainan fantasia atau permainan imajinasi yang diciptakan
sendiri oleh anak dalam dunianya. Anak – anak dapat
memainkan berbagai macam karakter yang dia ciptakan
berdasarkan karakter yang dia temukan dalam kehidupan sehari
– hari.
45
b. Tujuan dan Pentingnya Alat Permainan Edukatif
Ada beberapa tujuan APE untuk anak sendiri dan untuk
seorang pendidik, diantaranya :41
1.) Tujuan untuk anak
Tujuan APE untuk anak yaitu untuk memudahkan anak belajar,
untuk melatih konsentrasi anak, untuk media kreativitas dan
imajinasi anak, untuk menghilangkan kejenuhan anak, untuk
menambah ingatan anak, untuk bahan percobaan anak.
2.) Tujuan untuk pendidik
Untuk mempermudah menyampaikan materi, untuk melatih
kreativitas pendidik, untuk mengatasi keterbatasan waktu,
tempat, maupun bahasa, untuk membangkitkan motivasi belajar
anak, untuk media penilaian anak.
Menurut Adang Ismail pentingnya APE yaitu
mengembangkan kepribadian anak, meningkatkan komunikasih
anak, meningkatkan kemampuan anak untuk menciptakan hal – hal
baru, meningkatkan kemampuan berfikir anak, merangsang
imajinasi, dapat mempertajam perasaan anak, dapat memperkuat
rasa percaya diri anak, dapat melatih motorik halus dan kasar anak,
dapat membentuk moralitas anak, dapat mengembangkan
41Ibid,.h 57
46
sosialisasi anak, melatih keterampilan, dan membentuk spiritualitas
anak.42
c. Karakteristik Alat Permainan Edukatif
Karakteristik APE ialah sesuai dengan usia anak,
merangsang tumbuh kembang anak, menarik dan bervariasi,aman
digunakan, memiliki banyak kegunaan, bentuk sederhana, dan
melibatkan aktivitas anak.43
Sejalan dengan itu, menurut Adang Ismail memberikan
gambaran beberapa ciri alat permainan yang baik digunakan oleh
anak, diantaranya yaitu desain yang mudah dan sederhana,
multifungsi, menarik, berukuran besar dan mudah digunakan, awet,
sesuai dengan kebutuhan, tidak membahayakan anak, mendorong
anak untuk bermain bersama, dapat mengembangkan daya fantasi
anak, menggunakan alat yang murah dan mudah didapat.44
d. Prinsip – prinsip Alat Permainan Edukatif
Menurut Adang Ismail ada beberapa prinsip alat permainan
edukatif yang patut diperhatikan oleh pendidik atau orang tua,
diantaranya :45
1.) Prinsip produktivitas, alat permainan edukatif harus dapat
menghasilkan sesuatu yang baru, baik menyangkut
pengetahuan maupun kreativitas anak. Karena sesungguhnya
42 Ibid,.h 61 43 Ibid,.h 62 44 Ibid,.h 65 45 Ibid,.h 68
47
APE merupakan media untuk menyalurkan rasa ingin tahu anak
yang sangat kuat
2.) Prinsip aktivitas, prinsip ini mengandung makna bahwa APE
diharapkan dapat menjadikan anak terlibat secara aktif dalam
permainan. Dimana seluruh anggota tubuh anak dapat bergerak
dengan maksimal, sehingga dapat membantu kinestetik anak.
3.) Prinsip kreativitas, memilih APE yang dapat membangun dan
memunculkan sikap kreatif pada diri anak. Kreativitas anak
akan muncul dan berkembang pada saat bermain.
4.) Prinsip Efektivitas, APE berhasil digunakan atau dapat
membawa hasil dan efesiensi artinya bertepat guna atau tidak
membuang – buang waktu tenaga dan biaya.
5.) Prinsip mendidik dengan menyenangkan, APE dimaksudkan
untuk sarana mendidik anak usia dini supaya dapat berlangsung
dengan menyenangkan. Oleh karenanya, APE harus memuat
nilai – nilai pendidik yang mampu mengembangkan berbagai
potensi yang dimiliki oleh anak.
e. Pengertian Congklak Angka
Permainan congklak yang dalam bahasa Jawa disebut dakon
ini biasanya terbuat dari kayu atau plastik yang terdiri dari 16
48
lubang yang saling berhadapan dan 2 lubang dikedua sisinya dan
dimainkan oleh 2 orang anak.46
Sedangkan congklak angka sendiri adalah congklak yang
telah dimodifikasi yang terbuat dari wadah telur bekas, yang diisi
oleh butiran manik - manik berwarna sesuai dengan warna dan
angka yang tertulis di kertas yang berbentuk telur.
f. Manfaat Congklak Angka
Selain melatih anak - anak pandai dalam berhitung congklak
juga memiliki manfaat lain bagi perkembangan kecerdasan anak,
diantaranya yaitu :47
1.) Melatih kemampuan motorik halus
Dapat memegang dan memainkan biji - biji
congklak tersebut, yang paling berperan adalah motorik halus
kita yaitu jari jemari. Bagi individu yang kemampuan motorik
halusnya tidak terlalu baik, maka ia tidak dapat menjalankan
permaianan tersebut dengan cepat, dan bisa saja biji - biji
congklak tersebut akan tersebar dan terlepas dari
genggamannya.
2.) Melatih kesabaran dan ketelitian
Permainan ini sangat memerlukan kesabaran dan
ketelitian. Terutama pada saat si pemain harus membagikan biji
congklak ke dalam lubang - lubang yang ada dipapan congklak.
46 Rani Yulianty I,Permainan yang meningkatkan kecerdasan anak, (Jakarta : Laskar
Aksara 2016).h 62 47 Ibid,.h 63
49
Jika sipemain tidak sabar dan tidak teliti, maka permainan tidak
akan berjalan dengan baik.
3.) Melatih jiwa sportifitas
Dalam permainan ini diperlukan kemampuan untuk
menerima kekalahan. Karena permainan ini dilakukan hanya 2
orang saja maka akan terlihat jelas antara menang dan kalah.
Kekalahan akan sangat terasa manakala dipemenang hanya
meninggalkan satu butir congklak saja. Kondisi kalah tentu saja
sangat tidak menyenangkan, namun bagaimanapun kondisi
tersebut harus diterima dengan besar hati.
4.) Melatih kemampuan menganalisa
Untuk bisa menjadi pemenang, maka kemampuan
menganalisa sangat diperlukan, terutama saat lawan
mendapatkan giliran untuk bermain. Bagi yang mampu
menganalisa dengan baik ia dapat memenangkan permainan
tersebut dengan hanya meninggalkan satu butir biji congklak.
5.) Menjalin kontak sosial.
Dapat dikatakan, faktor ini merupakan hal
terpenting dalam permainan ini. Karena dilakukan secara
bersama - sama, maka terjalin suatu kontak sosial antara
pemainnya. Berbagai macam informasi dapat disampaikan saat
permainan ini dilakukan. Tak jarang senda gurau dan tawa
terdengar saat permainan ini berlagsung.
50
g. Kekurangan dan Kelebihan Congklak Angka
Kekurangan permainan congklak hanya dapat dimainkan
oleh 2 orang secara bergantian, congklak yang berbahan kertas
tidak mudah tahan lama jika terkena air ataupun terinjak oleh
benda yang berat, dan lainnya. Sedangkan kelebihan dari
permainan congklak yaitu murah, mudah di dapat, bermain bisa di
luar dan didalam ruangan, serta dapat mengasah kognitif anak.
h. Cara Bermain Congklak Angka
Cara bermain congklak yaitu saat akan memulai permainan,
setiap lubang diisi dengan dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari
kerang atau plastik. Tapi biarkan lubang induk tetap kosong.
Setelah menentukan siapa yang akan mulai lebih dulu, maka
permainan dimulai dengan memilih salah satu lubang. Kemudian
sebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya
searah jarum jam. Masing - masing lubang diisi dengan satu biji.
Jika biji terakhir jatuh dilubang yang ada biji - bijian lain maka biji
yang ada diluabang tersebut diambil lagi, kemudian teruskan
permainan permainan dengan mengisi kembali lubang - lubang
selanjutnya dengan biji yang diambil tadi. Jangan lupa untuk
mengisikan biji kelubang induk kita setiap melewatinya.
Sedangkan lubang induk lawan tidak perlu di isi. Bila biji terakhir
ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita bisa memilih
lubang lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata saat biji
51
terakhir diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti giliran
untuk lawan kita. Jika lubang tempat biji terakhir itu ada di salah
satu dari 7 lubang yang ada di baris kita, maka biji yang ada di
seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang ada di lubang
kosong akan menjadi milik kita, dan akan masuk dalam lubang
induk kita. Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai
lagi dengan mengisi 7 lubang milik kita, masing - masing dengan 7
biji dari dari biji yang ada dilubang induk kita. Dimulai dari lubang
yang terdekat dengan lubang induk. Bila tidak mencukupi maka
lubang lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh
diisi.48
Sedangkan cara bermain congklak angka yaitu dengan cara
dua anak yang akan berlomba mengisi lubang yang dibekas wadah
telur dengan manik - manik yang berwarna sesuai jumlah dan
warna, yang terdiri dari angka 1-10 yang di acak. Anak yang
selesai terlebih dulu mengisi dengan benar sesuai angka yang
tertulis dia yang dianggap sebagai pemenang.
48 Ibid,.h 62 - 63
52
4. Konsep Bilangan
a. Pengertian Konsep Bilangan
Menurut peraturan pemerintah No. 58 Tahun 2009 yang
menyatakan bahwa dalam tugas perkembangan anak usia 4-5 tahun
terdapat kemampuan kognitif yang harus dikembangkan. Meliputi
kemampuan pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk, warna,
ukuran dan pola , konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf.
Dari pernyataan tersebut bahwa kemampuan tentang konsep
bilangan sudah dapat diperkenalkan pada usia 4-5 tahun.
Bilangan salah satu konsep matematika yang paling penting
dipelajari anak yaitu pengembangan kepekaan bilangan. Peka
terhadap bilangan berarti tidak sekedar menghitung. Kepekaan
bilangan mencakup pengembangan rasa kuantitas dan pemahaman
kesesuaian satu lawan satu. Ketika kepekaan terhadap bilangan
anak – anak berkembang, mereka menjadi semakin tertarik pada
hitung – menghitung. Menghitung menjadi landasan bagi pekerjaan
dini anak – anak dengan bilangan. Menurut Copley , bilangan
adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang
terdiri dari angka – angka.49
Menurut Ramaini “konsep bilangan adalah himpunan benda-
benda atau angka yang dapat memberikan sebuah pengertian.
49 Agung Triharso, Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini 30 Permainan
Matematika dan Sains, ( Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2013), h. 49
53
Konesp bilangan selalu dikaitkan dengan pekerjaan menghubung
hubungkan baik benda maupun dengan lambang bilangan”.50
kemampuan mengenal konsep bilangan adalah kecakapan/
kesanggupan individu/ seseorang dalam mengetahui bentuk
(lambang), nama, urutan, bilangan (angka).51
b. Tujuan Mengenal Konsep Bilangan
Proses Kognisi meliputi berbagai aspek seperti persepsi,
ingatan, pikiran, simbol, penalaran dan pemecahan masalah.
Berdasarkan pendapat Piaget pentingnya mengembangkan
kemampuan kogniitif pada anak sebagai berikut :52
1.) Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya
berdasarkan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga
anak memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif.
2.) Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua
peristiwa dan kejadian yang pernah dialaminya.
3.) Agar anak mengembangkan pemikiran – pemikirannya dalam
rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa
lainnya.
50 Taopik Rahman, Sumardi , & Fitri Fuadatun , "Peningkatan Kemampuan Anak Usia
Dini Mengenal Konsep Bilangan Melalui Media Flashcard", Jurnal Paud Agapedia, Vol.1 No.
1, 2017, Page 121 51 Abdul Syukur & Yulianty Thabita Fallo , " Peningkatan Kemampuan Anak dalam
Mengenal Konsep Bilangan Melalui Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Alam", Jurnal
PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Vol.6 No. 1, 2019,
Page 3 52 Yuliani Nurani Sujiono, dkk., Metode Pengembnagan Kognitif, ( Jakarta : Universitas
Terbuka, 2006), h. 1.23
54
4.) Agar anak memahami berbagai simbol – simbol yang tersebar
didunia sekitarnya.
5.) Agar anak mampu melakukan penalaran – penalaran baik yang
terjadi secara melalui proses alamiah ( spontan )ataupun proses
ilmiah ( percobaan )
6.) Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang
dihadapinya sehingga pada akhirnya ia akan menjadi individu
yang menolong dirinya sendiri.
Kemampuan konsep bilangan yang dikuasai anak dapat
membantu anak untuk meningkatkan percaya diri anak ,
membantu anak bergaul dengan lingkungan sosial dimana anak
tinggal, serta dasar bagi pengembangan kemampuan matematika
maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar bagi anak.
Menurut piaget tujuan pembelajaran berhitung AUD sebagai
logico – mathematical learning atau belajar berfikir logis dan
matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Selain
itu, mengenalkan dasar – dasar pembelajaran berhitung sehingga
pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran
berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
55
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Mengenal Konsep Bilangan
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut :53
1.) Faktor Hereditas / Keturunan
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh
seorang ahli filsafat Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa
manusia lahir sudah membawa potensi – potensi tertentu yang
tidak dapat dipengaruhi lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf
intelegensi sudah ditentukan sejak anak dilahirkan, sejak
lingkungan tak berarti untuknya. Para ahli psikologi Loentin,
Lindzey, dan Spuhler berpendapat bahwa taraf intelegensi 75-
80% merupakan warisan atau faktor keturunan.
2.) Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau emperisme dipelopori oleh John Locke.
Dia berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci
atau tabularasa. Menurut pendapatnya, perkembangan manusia
sangatlah ditentukan oleh lingkungannya. Berdasarkan
pendapat John Locke tersebut perkembnagan taraf intelegensi
sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang
diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
53 Ibid,. h.1.25 – 1.27
56
3.) Kematangan
Tiap organ ( fisik ataupun psikis ) dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing – masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia
kronologis ( usia kalender )
4.) Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan
dibedakan menjadi pembentukan sengaja ( sekolah / formal )
dan pembentukan tidak sengaja ( pengaruh alam sekitar /
informal ). Sehingga manusia berbuat intelijen karena untuk
mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian
diri.
5.) Minat dan bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik
minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan
lebih baik lagi. Sedangkan bakat diartikan sebagai kemampuan
bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang akan
mempengaruhi tingkat kecerdasannya. Artinya seseorang yang
memiliki bakat tertentu maka akan seamakin mudahdan cepat
ia mempelajari hal tersebut.
57
6.) Kebebasan
Kebebasan yaitu kebebasan manusia berfikir divergen (
menyebar ) yang berarti bahwa manusia itu dapat memilih
metode – metode yang tertentu dalam memecahkan masalah –
masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai
kebutuhannya.
d. Tahap Perkembangan Anak Mengenal Konsep Bilangan
Menurut Departemen Pendidikan Nasional ( 2000 ), ada
beberapa tahap dalam penguasaan konsep hitung atau bilangan
yaitu :
1.) Tahap Konsep atau pengertian, yaitu pemahaman / pengertian
tentang sesuatu dengan menggunakan benda/peristiwa konkrit
seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan.
2.) Tahap transisi atau pengalihan, yaitu peralihan dari kongkrit ke
abstrak melalui benda konkrit dapat dikenalkan bentuk
bilangannya. Misal mengenalkan angka satu dengan pensil.
3.) Tahap Lambang bilangan, Tahap ini anak sudah anak sudah
mulai diberi kesempatan menuliskan lambang bilangan sendiri
tanpa paksaan. Misal lambang bilangan lima untuk
menggambarkan jumlah hitungan 5.
Menurut Sujiono perkembangan konsep mengenal
bilangan AUD meliputi hal-hal sebagai berikut : 54
54 Syukur & Fallo ,op.cit., Page 3 (10)
58
1.) Pengenalan kualitas (jumlah) yaitu anak anak menghitung
sejumlah benda yang telah ditentukan dilakukan secara
bertahab 1-5, 6-10 kemudian 11-20.
2.) Menghafal urutan nama bilangan yaitu menyebutkan nama
bilangan (angka) sesuai urutannya yang benar.
3.) Menghitung secara rasional dalam arti anak dikatakan
memahami bilangan/ angka bila mampu : Menghitung benda
sambil menyebutkan nama bilangannya, membuat
korespondensi satu-satu, menyadari atau mengerti bahwa
bilangan terakhir yang disebut mewakili total/jumlah benda
dalam satu kelompok.
e. Indikator Perkembangan Mengenal Konsep Bilangan Berdasarkan
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ( STPPA )
Berdasarkan Permendikbud 137 tahun 2014 Standar Tingkat
Pecapaian Perkembangan Anak ( STPPA ) di PAUD pada usia 4-5
tahun, yaitu membilang banyak benda 1-10, mengenal konsep
bilangan, mengenal lambang bilangan, dan mengenal lambang
huruf. Beberapa Indikator konsep bilangan dalam
pengembangannya , diantaranya yaitu :55
1.) Membilang 1-10
2.) Mengenal konsep dan simbol angka 1-10
3.) Menghubungkan konsep bilangan dan lambang bilangan
55 Sujiono, dkk., op.cit., h. 5.12 (5)
59
4.) Mengenal konsep sama dan tidak sama
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Dari hasil penelitian terdahulu yang berjudul “ Meningkatkan
Kemampuan Kognitif Anak dalam Mengenal Konsep Bilangan
Melalui Permaianan Tradisional Congklak pada Kelompok B TK
Sabilas Salamah Surabaya”. Yang diteliti oleh Li’anah. Dengan hasil
analisis data diperoleh kemampuan anak dalam memahami konsep
bilangan siklus I pertemuan 1 diperoleh data 59%, pertemuan 2
diperoleh 68 %. Hal ini menunjukan penelitian tindakan kelas ini
belum berhasil karena target yang ditentukan adalah 75%. Maka
peneliti berlanjut pada siklus II. Pada siklus II pertemuan 1 diperoleh
68 % dan pertemuan 2 diperoleh 87 %. Berdasarkan analisis data pada
siklus 2 baik pertemuan 1 & 2 maka target yang diharapkan dinyatakan
tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permainan congklak
dapat meningkatkan kognitif anak dalam mengenal konsep bilangan di
TK Sabilas Salaah Surabaya.
2. Dari hasil penelitian terdahulu yang berjudu “ Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui permaianan traisional
congklak angka pada anak kelompok B TK Kridawita Kecamatan
Klaten Tengah semester II TA 2013/2014. Yang diteliti oleh Ratna
Widyanti. Dengan hasil penelitian penerapan permaianan congklak
untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak, pra siklus 30%,
60
siklus I 57 %, siklus II 82 %. Kesimpulan dari penelitian ini dapat
meningkatkan kemampuan berhitung anak sampai 82 %.
3. Dari hasil penelitian terdahulu yang berjudul “ Meningkatkan
Kemampuan Membilang angka 1 – 10 melalui permainan congklak (
dakon ) pada anak kelompok B di TK Al Hidayah 03 Kebonduren
Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar. Yang diteliti oleh Siti Miftakul
Janah. Dengan hasil penelitian menunjukan permainan congklak dapat
meningkatkan kemampuan membilang angka. Hal ni ditujukan dengan
peningkatan nilai prosentase dari siklus I sampai siklus III dengan
rincian sebagai berikut : siklus I 40%, siklus II 46 %, dan pada siklus
III 80 %. Dengan adanya peningkatan kemampuan membilang angka 1
– 10 tersebut maka dapat di simpulkan bahwa peneliti berhasil dengan
baik, serta hipotesis dalam penelitian ini dapat di terima.
C. Kerangka Berfikir
Pertumbuhan dan perkembangan AUD memiliki perbedaan.
Pertumbuhan sendiri terkait dengan perubahan fisik pada individu,
sedangkan perkembangan terkait dengan perubahan psikis daan individu.
Berikut pertumbuhan dan perkembangan AUD Perkembangan fisik
Motorik, Perkebangan bahsa, Perkembangan sosial emosional,
Perkembangan Agama dan Moral, Perkembangan Kognitif.
Kognitif adalah kemampuan individu untuk menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkana suatu kejadian atau peristiwa.
61
Perkembangan kognitif pada anak usia dini yaitu semua proses psikologis
yang berhubungan dengan bagaimana anak mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.
Teori yang dikemukakan oleh Charles Spearman ( 1904 ) yang
berpendapat bahwa kognitif meliputi kemampuan umum yang diberi “g” (
spesific factors ) dan kemampuan khusus yang diberi kode “s” ( spesific
faktors ). Setiap individu memiliki kedua kemampuan ini yang keduanya
menentukan penampilan atau perilaku mentalnya. Seperti yang dijelaskan
oleh Jean piaget bermain adalah suatu kegiatan yang berulang – ulang dan
menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri sendiri.
Tujuan bermain diantaranya untuk eksplorasi anak, untuk
eksperimen anak, untuk imitation anak, dan untuk adaptasi anak.
Pentingmya bermain bagi anak :
1. Untuk mengembangkan kemampuan AUD
2. Dapat mengenal aturan, bersosialisasi, kerjasama, dan disiplin
3. Cara belajar anak yang paling efektif
4. Dapat meningkatkan penalaran dan memahami keberadaannya
dilingkungan teman sebaya dan membentuk daya imajinasi
Manfaat bermain yaitu mengembangkan motorik,
mengembangkan kemampuan kognitif, mengembangkan kemampuan
efektif, mengembangka kemampuan bahasa, mengembangkan
kemampuan sosial. Menurut Hurlock manfaat bermain diantaranya
melatih anak untuk meecahkan masalah, dapat dijadikan relaksasi bagi
62
anak, mencoba hal – hal baru, penyaluran energi emosional, rangsangan
kreativitas anak, melatih standar moral anak, penyaluran bagi
keinginan, dan kebutuhan, dorongan berkomunikasi, mengembangkan
otot dan seluruh bagian tubuh.
Karena itu, bermain merupakan wahana belajar dan bekerja
bagi anak. Untuk itu, Congklak angka adalah salah satu permainan yang
dapat membantu dalam permasalahan ini.selain itu congklak biasa
disebut dakon yaitu bentuk alat permaianan modern yang terbuat dari
kayu atau bahan plastik yang dilubangi sesuai ukuran yang
diinginkan.Ukuran papan terdiri dari 16 lubang. Ada 2 lubang yang
besar dikedua sisinya. Membutuhkan 98 biji congklak.
Kekurangan permainan congklak hanya dapat dimainkan
oleh 2 orang secara bergantian, congklak yang berbahan palastik mudah
pecah jika terinjak / jatuh dari ketinggian, dan lainnya. Sedangkan
kelebihan dari permainan congklak yaitu murah, mudah di dapat,
bermain bisa di luar dan didalam ruangan, serta dapat mengasah
kognitif anak.
Manfaat permainan congklak bagi perkembangan kecerdasan
anak, diantaranya yaitu :
1. Melatih kemampuan motorik halus
2. Melatih anak – anak dalam berhitung
3. Melatih kesabaran dan ketelitian
4. Melatih jiwa sportifitas
63
5. Melatih kemampuan menganalisa
6. Menjalin kontak sosial.
Dan dapat disimpulkan, bahwa permaianan congklak angka adalah
cara untuk memecahkan permasalah dalam mengenal konsep bilangan
AUD. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang
berjudul “ Efektivitas Permainan Congklak Angka Dalam Meningkatkan
Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-10 Pada Anak Kelompok A
Raudhatul Athfal Al Arafat Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon”. Untuk
lebih jelasnya mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
dilihat pada desain kerangka pemikiran penelitian berikut ini :
Bagan 2.1
Kerangka Berfikir
Pembelajaran Pengembangan
Kognitif
Pengembangan Kemampuan
Mengenal Konsep Bilangan Anak
Sebelum Menggunakan
Permainan Congklak Angka
Setelah Menggunakan
Permainan Congklak Angka
Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan Anak Rendah. Anak –
anak tidak terlihat antusias dan
senang dalam mengenal konsep
bilangan
Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan Anak Meningkat. Anak
– anak terlihat antusias dan
senang dalam mengenal konsep
bilangan dengan permainan
congklak angka
64
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Penelitian yang merumuskan hipotesis
adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.56
Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah di paparkan
pada latar belakang sebelumnya, peneliti dapat menyusun hipotesis
tindakan sebagai berikut :
1. Ha : Jika kegiatan pembelajaran kognitif anak melalui congklak angka,
maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan mengenal
konsep bilangan 1-10 pada anak kelompok A RA Al Arafat sebelum
dan sesudah menggunakan permaianan congklak angka.
2. Ho: Jika kegiatan pembelajaran kognitif anak melalui congklak angka,
maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
mengenal konsep bilangan 1-10 pada anak kelompok A RA Al Arafat
sebelum dan sesudah menggunakan permainan congklak angka.
56 Sugiyono,metode penelitian kombinasi,(Bandung:2017), h.115
65
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metodologi penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang dilewati
untuk mencapai pemahaman. Jalan tersebut harus ditetapkan dengan
pertanggungjawaban yang ilmiah dan data yang dicari untuk membangun /
memperoleh pemahaman harus melalui syarat ketelitian. Artinya harus
dipercaya kebenarannya.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
Metode penelitian kuantitatif. Metode Penelitian kuantitatif dapat diartikan
metode tradisional, karena metode ini cukup lama digunakan sehingga sudah
mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode penelitian kuantitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.1
Jenis metode penelitian kuantitatif yang digunakan pada penelitian
ini adalah metode kuatitatif eksperimen. Menurut sugiyono metode kuantitatif
eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
tretment tertentu (perlakuan) dalam kondisi yang terkontrol (laboratorium). 2
1Sugiyono,metode penelitian kombinasi,(Bandung:2017), h.11 2Ibid,
66
Desain metode kuantitatif eksperimen yang peneliti gunakan adalah
one - group pretest – posttest Design. One - group pretest – posttest Design
yaitu desain penelitian yang dilakukan sebelum diberi perlakuan dan sesudah
dilakukan perlakuan, sehingga diperoleh data yang lebih akurat karena bisa
membandingkan data keadaan sebelum dan sesudah perlakuan.3 Desain pretest
& posttest digambarkan sebagai berikut:
O1= Nilai sebelum pretest ( sebelum diberi perlakuan)
X = Perlakuan
O2= Nilai sebelum posttest ( sebelum diberi perlakuan)4
B. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di RA Al Arafat Desa Weru Lor
Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Tempat ini dipilih karena letaknya
yang strategis dan mendukung untuk penelitian serta adanya kemudahan
akses untuk menuju ke lokasi.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dari
penyusunan observasi lapangan atau tempat penelitian hingga penulisan
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung : 2016), h. 111 4 Sugiyono,op.cit., h.12 ( 1 )
O1 X O2
67
laporan dilaksanakan terhitung sejak bulan Juli 2019 sampai dengan
Oktober 2019. Berikut adalah jadwal penelitian:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian
No Kegiatan Penelitian
Bulan
(2018)
Bulan
( 2019 )
Juli Juli Agustus September Oktober
1. Seminar dan Perbaikan
Proposal Skripsi
V
2. Pembahasan Bab I-II
V V
3. Penyusunan Instrumen&
Perbaikan bab I-II
V
4. Uji Coba Penelitian
V V
5. Pengumpulan Data
V
6. Penulisan Laporan Hasil
Penelitian (Bab IV-V)
V
7. Penyelesaian Skripsi
V
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan
benda-benda yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah pada
68
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.5
Menurut babbie menjelaskan bahwa populasi adalah elemen
penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan cara teoritis menjadi
target penelitian. Jadi populasi pada dasarnya merupakan kelompok
manusia, binatang, tumbuhan, benda, peristiwa, yang tinggal bersama dalam
suatu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari suatu
penelitian. Populasi dapat berupa guru, siswa, kurikulum, fasilitas, lembaga,
sekolah, karyawan perusahaan, dan lain-lain.6 Populasi adalah kumpulan
dari keseluruhan elemen yang akan ditarik kesimpulan.7
Secara teoritis, berapa ukuran atau jumlah populasi pada suatu
kegiatan penelitian tidak ada aturannya. Ukuran atau jumlah populasi dari
suatu kegiatan penelitian sangat relatif dengan permasalahan yang akan
diteliti. Besar kecilnya jumlah populasi sangat bergantung pada kondisi atau
keadaan subjek dan objek penelitian.
Jenis populasi dalam penelitian ini yaitu populasi terbatas, Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas A di RA Al
Arafat yaitu yang berjumlah 20 , yang terdiri atas 13 laki-laki dan 7
perempuan. Adapun tabel datanya adalah sebagai berikut :
5 Ibid., h.119 6 Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada PAUD,
(Jakarta:2014) h. 53 7 Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode penelitian kuantitatif,kualitatif, dan
campuran untuk menejemen pembangunan, dan pendidikan, ( Bandung : 2016 ), h. 93
69
Tabel 3.2
Populasi Penelitian
No
Nama
L/P
1 Abdillah Al Ghiffari L
2 Ahmad Fahlavi L
3 Alfian Rizqi L
4 Daniel Tenia Al Hafidz L
5 David Al Vero L
6 Dimas Alimudin L
7 Farah Nur Fitriyah P
8 Haikal Romadhon L
9 Kafa Birrizqillah L
10 Kayla Putri P
11 M. Al Farizi Atsal L
12 M. Fatih Akbar L
13 M. Raziq Hanan L
14 Muhammad Zainurrofiq L
15 M. Zulhuzni Zawawi L
16 Nadia Oktaviani P
17 Nadia Oliviani Putri P
18 Nadira Dwi Tafani P
19 Rakhma P
20 Sabrina Shakira Ramadhani P
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan
diteliti. Sukardi memberi pengertian sampel sebagai bagian dari jumlah
populasi yang akan diambil datanya. Sebagian jumlah populasi yang akan
diambil atau dipilih sebagai sumber data disebut sampel atau cuplikan.
Suharsimi Arikunto, menjelaskan sampel adalah sebagian dari
populasi. Bila peneliti akan mengambil subjek penelitian dengan melalui
70
pengambilan sampel, maka penelitian seperti ini disebut “ penelitian
sampel”, dengan maksud peneliti ingin menggenerilasasikan hasil
penelitian kepada seluruh populasi.8
Berdasarkan pengertian diatas maka sampel yang akan dijadikan
objek penelitian adalah seluruh populasi dari kelompok A ditempat
penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data statistik yang dibutuhkan pada sebuah penelitian pada dasarnya
dapat dilakukan dengan teknik pengumpulan data yang menggunakan
instrumen agar menjadi sistematis dan memudahkan. Teknik pengumpulan
data adalah cara yang ditempuh peneliti dalam mengumpulkan data yang akan
diolahnya untuk kemudian menjadi jawaban dari penelitiannya.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi dan dokumentasi
sebagai teknik pengumpulan data. Observasi adalah teknik pengumpulan data
yang dilakukan oleh peneliti dengan melihat langsung ataupun bahkan terlibat
langsung ke dalam keadaan yang sedang diteliti.9 Observasi dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu :10
1. Observasi non - sistematis, yang dilakuakan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
8 Johni Dimyati, Metodologi Penelitian pendidikan & Aplikasinya pada PAUD,
(Jakarta:2014) h. 56
9 Casta, Dasar-dasar Statistika Pendidikan.(Cirebon:2012) h. 13
10 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, ( Jakarta : 2013 ),
h.200
71
2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang - barang tertulis.
Didalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda -
benda tertulis seperti buku - buku, majalah, dokumentasi, peraturan - peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. 11
Berikut adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam
menggunakan metode observasi, diantaranya :
1. Pengembangan kisi-kisi instrument kemampuan mengenal konsep bilangan
anak
Berikut kisi-kisi instrumen Kemampuan mengenal konsep
bilangan anak yang digunakan sebagai dasar pengambilan data pretest dan
posttest.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Kemampuan mengenal konsep bilangan
No Variabel Indikator
1 Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan
Membilang 1-10
Mengenal konsep dan
simbol angka 1-10
Menghubungkan konsep
bilangan dan lambang
bilangan
Mengenal konsep sama
dan tidak sama
11 Ibid.,
72
2. Instrument observasi kemampuan mengenal konsep bilangan anak
Tabel 3.4
Data kemampuan mengenal konsep bilangan sebelum dan sesudah
menggunakan permainan congklak angka (X1/X2)
No Nama Siswa Indikator ∑
Skor A B C D
1 Abdillah Al Ghiffari 1 3 2 1 7
2 Ahmad Fahlavi 2 3 4 1 10
3 Alfian Rizqi 1 2 2 2 7
4
Dst Dst
Jumlah
Rata-rata
Presentase
Keterangan indikator :
A. Membilang 1-10
B. Mengenal konsep dan simbol angka 1-10
C. Menghubungkan konsep bilangan dan lambang bilangan
D. Mengenal konsep sama dan tidak sama
A. Skala penilaian sesuai dengan kurikulum 2013:
1. BB: Bernilai 1 (Apabila siswa tidak mampu melakukan
indikator dengan bantuan dan bimbingan).
2. MB: Bernilai 2 (Apabila siswa mampu melakukan indikator
dengan bimbingan).
3. BSH: Bernilai 3 (Apabila siswa mampu melakukan indikator
dengan mandiri).
73
4. BSB: Bernilai 4 (Apabila siswa mampu melakukan indikator
dengan mandiri dan membantu teman yang belum bisa)
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi
kemampuan mengenal konsep bilangan dengan jumlah observasi sebanyak 2
kali observasi yakni:
Pretest : adalah observasi awal dimana sampel belum diberi perlakuan
Posttest : adalah observasi akhir dimana sampel telah diberi perlakuan
Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
lebih mudah di olah. 12 Instrumen dalam penelitian ini berdasarkan pada
Permendikbud No. 137 tahun 2014 pada bagian standar tingkat pencapaian
perkembangan anak (STTPA) pada mengenal konsep bilangan anak. Kisi-kisi
instrumen kerjasama yang diteliti terdiri dari variabel, subvariabel, indikator
dan aspek yang dinilai. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu
kognitif, subvariabel yang diteliti adalah kemampuan mengenal konsep
bilangan 1-10, pencapaian perkembangan yang akan di teliti adalah Membilang
1-10, mengenal konsep dan simbol angka 1-10, menghubungkan konsep
bilangan dan lambang bilangan, mengenal konsep sama dan tidak sama.
Selain menggunakan metode observasi, peneliti juga menggunakan
metode dokumentasi. Suharsimi Arikunto memberi penjelasan bahwa metode
dokumentasi merupakan metode penelitian dengan mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
12Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta:2006),
h.160
74
prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya. 13 Jenis dokumentasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis dokumentasi tidak resmi.
E. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif Data
Analisis Deskriptif Data adalah analisa data secara deskriptif
berdasarkan temuan hasil penelitian yang dijabarkan secara terperinci dari
data sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Analisa deskriptif data
diuraikan dari tabel tabulasi data sebelum (X1) dan sesudah (X2) diberi
perlakuan sesuai penelitian. Bentuk tabel tabulasi data tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Data kemampuan mengenal konsep bilangan sebelum menggunakan
congklak angka (X1)
No Nama Siswa Indikator ∑
Skor A B C D
1 Abdillah Al Ghiffari 1 3 2 1 7
2 Ahmad Fahlavi 2 3 4 1 10
3 Alfian Rizqi 1 2 2 2 7
4
Dst Dst
Jumlah
Rata-rata
Presentase
13 Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada PAUD,
(Jakarta:2014) h. 92
75
Tabel 3.6
Data kemampuan mengenal konsep bilangan sesudah menggunakan
permainan congklak angka (X2)
No Nama Siswa Indikator ∑
Skor A B C D
1 Abdillah Al Ghiffari 3 4 4 3 14
2 Ahmad Fahlavi 3 4 3 3 13
3 Alfian Rizqi 4 3 4 3 14
4
Dst Dst
Jumlah
Rata-rata
Persentase
Keterangan :
➢ Indikator :
A. Membilang 1-10
B. Mengenal konsep dan simbol angka 1-10
C. Menghubungkan konsep bilangan dan lambang bilangan
D. Mengenal konsep sama dan tidak sama
➢ Skala penilaian sesuai dengan kurikulum 2013:
1. BB:Bernilai 1 (Apabila siswa tidak mampu melakukan indikator
dengan bantuan dan bimbingan).
2. MB: Bernilai 2 (Apabila siswa mampu melakukan indikator dengan
bimbingan).
3. BSH: Bernilai 3 (Apabila siswa mampu melakukan indikator dengan
mandiri).
4. BSB: Bernilai 4 (Apabila siswa mampu melakukan indikator dengan
mandiri dan membantu teman yang belum bisa)
76
Data yang didapatkan dari hasil penelitian dimasukkan kedalam
tabel dan dicari persentase untuk dikonversikan pada tabel konversi data
dengan rumus:
𝑃 =𝑓
𝑁𝑋 100%
Tabel 3.7
Tabel Menafsirkan P
% Interprestasi
0,80%-100% Sangat Baik
0,60%-0,799% Baik
0,40%-0,599% Cukup Baik
0,20%-0,399% Kurang Baik
0,01%-0,199% Sangat Kurang Baik
(Suherman dan Sukjana, 1990:177)14
Analisa statistik deskriptif dilakukan untuk mencari nilai mean ( X ),
Standar Devisi (SD), Varian (S2) dan analis presentase uintuk mendapatkan nilai
tersebut dibuat tabel penolong sebagai berikut:
Tabel 3.8
Tabel Penolong Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
No Xi (Xi- X ) (Xi- X )2
1
2
3
Dst
Jumlah
Rata-rata
14 Casta, Model Analisis Komparatif Uji t Satu Sampel Kecil, IAI BBC
77
Dari tabel penolong dilanjutkan mencari data yang dibutuhkan dengan
langkah-langkah melakukan analisa deskriptif data adalah sebagai berikut:
a. Nilai Mean ( X ):
X = ∑X
N
b. Nilai Standar Deviasi (SD)
SD = √Σ(𝑋𝑖−𝑋) 2
𝑛−1
c. Nilai Varian (S2)
S2 = Σ(𝑋1−𝑋) 2
𝑁−1
Analisis kemudian dilanjutkan dengan analisa presentase untuk
menjawab pertanyaan penelitian pertama, yaitu “Seberapa baik kemampuan
mengenal konsep bilangan anak kelompok A RA Al Arafat desa weru lor
kecamatan Weru kabupaten Cirebon sebelum menggunakan permainan congklak
angka ?”.
Rumus mencari nilai persentase adalah sebagai berikut:
𝑃 =𝑓
𝑁𝑋 100%
Dengan ketentuan:
f = Jumlah seluruh skor yang dicapai siswa
N =Jumlah skor maksimal yang dikalikan dengan jumlah siswa
78
2. Persyaratan Analisis Statistik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data normal atau
tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Liliefors dengan
rumus :
Z = Xi−χ
SD
Keterangan :
Xi : Data/nilai
χ : Rata-rata (Mean)
SD :StandarDeviasi
Persyaratan data signifikanapabila :
1) Jikanilai|F(X) − S(X)| terbesar ≤ nilai tabel Lilliefors maka H0 diterima,
Haditolak, yang artinya populasi nilai kemampuan fisik motorik kasar
berdistribusi normal
2) Jika nilai |F(X) − S(X)| terbesar ≥ nilai tabel Lilliefors maka Ha diterima,
H0ditolak, yang artinya populasi nilai kemampuan fisik motorik kasar tidak
berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data menggunakan uji F ,adapun rumusnya sebagai
berikut :
79
1) Mencari F hitung dengan rumus
2) Mencari Ftabeldengan cara:
- Menentukan dbpembilang= n-1
- Menentukan dbpenyebut = n-1
- Menentukan taraf kesalahan (𝛼)
- Menentukan Ftabel(Lihat tabel harga distribusi F)
3) Membuat kesimpulan uji Homogenitas dengan membandingkan
Fhitungdengan Ftabeldengan kriteriapengujian sebagai berikut:
Kriteria Pengujian :
Jika Fhitung ≥ Ftabel, Maka data tidak homogen
Jika Fhitung≤ Ftabel, Maka data homogen
c. Analisis statistic inferensial (Uji beda rerata)
Uji t dilakukan untuk menjawab pertanyaan nomer 3 yaitu seberapa
besar perbedaan kemampuan bekerjasama anak kelompok A di RA Al Arafat
Weru Lor Weru Cirebon sebelum dan sesudah menggunakan permainan
congklak angka.
Rumus :
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
thitung=
𝑀𝐷
SE 𝑀𝐷
80
Untuk mencari nilai t, maka terlebih dahulu mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Membuat tabulasi data hasil penelitian
Tabel 3.9
Tabulasi Data Hasil Penelitian
2) Membuat tabel penolong
Table 3.10
Tabel Penolong
No
. Nama Anak
Nilai / Skor D =
(X1− X2)) D2 Sebelum
X1
Sesudah
X2
1. Abdillah Al Ghiffari
2. Ahmad Fahlavi
3. Alfian Rizqi
Dst Dst
Jumlah
Rata-rata
No Nama Siswa
Nilai Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
Sebelum
Menggunakan
permainan congklak
angka (X1)
Sesudah Menggunakan
permainan congklak
angka (X2)
1 Abdillah Al Ghiffari
2 Ahmad Fahlavi
3 Alfian Rizqi
4
Dst Dst
Jumlah
Rata-rata
81
3) Menentukan MD (Mean Differen)
Ket : D = X1 -x2
4) Menentukan Standar Devinisi Differen( SDD)
𝑆𝐷𝐷 =
5) Menentukan 𝑆𝐸𝑀𝐷 ( Standard Error Mean Differen )
6) Menentukan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
7) Menentukan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
a) db = n – 1
b) Uji dua pihak
c) 𝛼 = 0,05 (5%)
MD= ∑ 𝐷
𝑁
𝑆𝐷𝐷= √∑𝐷2
𝑁− [
∑𝐷
𝑁]
2
𝑆𝐸𝑀𝐷 =
𝑆𝐷𝐷
√𝑛−1
𝑡0 =
𝑀𝐷𝑆𝐸𝑀𝐷
82
8) Melakukan uji hipotesis dengan kaidah pengujian :
Jika thitung >ttabel maka H0 ditolak
Jikathitung <ttabel maka H0 diterima
9) Membuat kurva normal dari hasil nilai thitung dan ttabel
10)
d. Uji Gain
Analisis kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji Gain untuk
mengetahui apakah perbedaan kemampuan bekerjasama anak kelompok A di RA
Al Arafat Weru Cirebon sebelum dan sesudah menggunakan permainan congklak
angka itu peningkatannya tinggi, sedang, atau rendah. Rumus yang digunakan
adalah sebgai berikut:
𝑔 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑠 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙
( Haks dalam Meltzer, 2002:1)
Daerah
penolakan Ho
Daerah
penerimaan Ho
Batas Kritis
(𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙)
thitung
-2,110 2,110 66,25
Daerah
penolakan Ho
83
Tebel 3.11
Tabel Klasifikasi Gain
No. Indeks Gain Interprestasi
1 g > 0,70 Tinggi
2 0,30 < g ≤ 0,70 Sedang
3 g > 0,30 Rendah
Langkah-langkah Uji Gian adalah sebagai berikut:
a. Membuat tabel penolong Uji Gian
Tabel4.12
Tabel Penolong Uji Gian
No. Skor
S.akh-
s.awl
S.maks-
s.awl G
Ket
Maks Awal Akhir
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Jumlah
Rata-rata Gian
b. Menyimpulkan Uji Gian
84
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini berusaha untuk menjawab tentang
rumusan masalah penelitian yaitu menganalisa perbedaan kemampuan
mengenal konsep bilangan 1-10 sebelum dan sesudah menggunakan
permainan congklak angka pada anak kelompok A RA Al Arafat Weru
Lor Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Metode yang dilakukan dengan
cara observasi dan dokumentasi pada indikator membilang 1 – 10,
mengenal konsep dan simbol angka 1-10, menghubungkan konsep
bilangan dan lambang bilangan, mengenal konsep sama dan tidak sama.
Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian setiap data, baik data
tentang kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A di RA
Al Arafat Weru lor kecamatan Weru Kabupaten Cirebon sebelum
penerapan permainan congklak angka dan sesudah penerapan permainan
congklak angka. Kemudian dilanjut dengan berusaha menjawab apakah
ada perbedaan kemampuan mengenal konsep bilangan anak baik sebelum
dan sesudah diberi perlakuan permainan congklak angka. Oleh sebab itu,
peneliti akan menggunakan uji t, guna mencari perbedaan kemampuan
mengenal konsep bilangan anak sebelum dan sesudah di beri perlakuan.
85
1. Gambaran hasil kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 sebelum
menggunakan permainan congklak angka ( Variabel X1 )
Tabel 4.1
Data kemampuan mengenal konsep bilangan 1 – 10 sebelum
menggunakan permainan congklak angka
No. Nama Siswa Indikator ∑
Skor A B C D
1. Abdillah Al Ghiffari 2 2 1 1 6
2. Ahmad Fahlavi 1 1 2 1 5
3. Alfian Rizqi 2 1 2 1 6
4. Daniel Tenia Al Hafidz 1 2 1 2 6
5. David Al Vero 2 1 2 2 7
6. Dimas Alimudin 1 2 1 2 6
7. Farah Nur Fitriyah 2 2 2 2 8
8. Haikal Romadhon 2 2 1 1 6
9. Kafa Birrizqillah 1 2 1 2 6
10. Kayla Putri 2 1 1 1 5
11. M. Al Farizi Atsal 2 1 1 1 5
12. M. Fatih Akbar 2 2 1 1 6
13. M. Raziq Hanan 2 2 1 2 7
14. Muhammad Zainurrofiq 1 2 1 2 6
15. M. Zulhuzni Zawawi 2 1 2 2 7
16. Nadia Oktaviani 2 2 1 1 6
17. Nadia Oliviani Putri 1 2 2 1 6
18. Nadira Dwi Tafani 2 1 2 1 6
19. Rakhma 1 2 1 1 5
20. Sabrina Shakira R. 2 2 1 1 6
Jumlah 121
Rata – rata 6,05
Persentase 37,81%
86
Persentase didapatkan dari rumas :
𝑃 =𝑓
𝑁𝑋 100%
𝑃 =121
320𝑋 100%
𝑃 = 37,81%
Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama yaitu
kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 pada anak sebelum
menggunakan permainan congklak angka, maka hasil presentase
dibandingkan dengan hasil persentase adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Tabel Menafsirkan P
% Interprestasi
0,80%-100% Sangat Baik
0,60%-0,799% Baik
0,40%-0,599% Cukup Baik
0,20%-0,399% Kurang Baik
0,01%-0,199% Sangat Kurang Baik
(Suherman dan Sukjana, 1990:177)1
Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel diatas dapat
dinyatakan bahwa kemempuan mengenal konsep bilangan 1-10
sebelum menggunakan permainan congklak angka adalah 37,81%.
Bila dikonversikan pada tabel menafsirkan P berada pada skala
37,81% dengan interpretasi kurang baik.
1Casta, Model Analisis Komparatif Uji t Satu Sampel Kecil, IAI BBC
87
2. Gambaran hasil kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 sesudah
menggunakan permainan congklak angka ( Variabel X2 )
Tabel 4.3
Data kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 sesudah
menggunakan permainan congklak angka ( X2 )
No. Nama Siswa Indikator ∑
Skor A B C D
1. Abdillah Al Ghiffari 3 4 2 3 12
2. Ahmad Fahlavi 3 3 3 3 12
3. Alfian Rizqi 4 3 4 3 14
4. Daniel Tenia Al Hafidz 3 4 3 3 13
5. David Al Vero 4 3 3 3 13
6. Dimas Alimudin 3 4 3 3 13
7. Farah Nur Fitriyah 4 4 3 4 15
8. Haikal Romadhon 3 4 2 3 12
9. Kafa Birrizqillah 3 4 3 3 13
10. Kayla Putri 3 3 3 3 12
11. M. Al Farizi Atsal 4 3 2 2 11
12. M. Fatih Akbar 3 4 3 2 12
13. M. Raziq Hanan 3 4 2 4 13
14. Muhammad Zainurrofiq 3 3 3 3 12
15. M. Zulhuzni Zawawi 4 3 4 3 14
16. Nadia Oktaviani 3 4 3 3 13
17. Nadia Oliviani Putri 3 3 3 2 11
18. Nadira Dwi Tafani 4 3 3 3 13
19. Rakhma 3 3 3 2 11
20. Sabrina Shakira R. 3 3 2 3 11
Jumlah 250
Rata – rata 12,5
Persentase 78,12%
88
Persentase didapatkan dari rumus :
𝑃 =𝑓
𝑁𝑋 100%
𝑃 =250
320𝑋 100%
𝑃 = 78,12 %
Tabel 4.4
Tabel Menafsirkan P
% Interprestasi
0,80%-100% Sangat Baik
0,60%-0,799% Baik
0,40%-0,599% Cukup Baik
0,20%-0,399% Kurang Baik
0,01%-0,199% Sangat Kurang Baik
(Suherman dan Sukjana, 1990:177)2
Berdasarkan data yang ditampilkan pada data diatas dapat
dinyatakan bahwa kemempuan mengenal konsep bilangan 1-10
sesudah menggunakan permainan congklak angka adalah 78,12%.
Bila dikonversikan pada tabel menafsirkan P berada pada skala
78,12% dengan interpretasi baik.
2Casta, Model Analisis Komparatif Uji t Satu Sampel Kecil, IAI BBC
89
3. Gambaran perbedaan kemampuan mengenal konsep bilangan sebelum
dan sesudah menggunakan permainan congklak angka
Tabel 4.5
Tabulasi Data Hasil Penelitian
No. Nama Siswa
Nilai Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan
Sebelum
menggunakan
permainan congklak
angka
( X1 )
Sesudah
menggunakan
permainan
congklak angka
( X2 )
1. Abdillah Al Ghiffari 6 12
2. Ahmad Fahlavi 5 12
3. Alfian Rizqi 6 14
4. Daniel Tenia Al Hafidz 6 13
5. David Al Vero 7 13
6. Dimas Alimudin 6 13
7. Farah Nur Fitriyah 8 15
8. Haikal Romadhon 6 12
9. Kafa Birrizqillah 6 13
10. Kayla Putri 5 12
11. M. Al Farizi Atsal 5 11
12. M. Fatih Akbar 6 12
13. M. Raziq Hanan 7 13
14. Muhammad Zainurrofiq 6 12
15. M. Zulhuzni Zawawi 7 14
16. Nadia Oktaviani 6 13
17. Nadia Oliviani Putri 6 11
18. Nadira Dwi Tafani 6 13
19. Rakhma 5 11
20. Sabrina Shakira R. 6 11
Jumlah 121 250
Rata – rata 6,05 12,5
Persentase 37,81% 78,12%
90
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ketiga yaitu seberapa
besar kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 pada anak sebelum
dan sesudah menggunakan permainan congklak angka, maka hasil
presentase dibandingkan dengan hasil persentase adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.6
Tabel Menafsirkan P
% Interprestasi
0,80%-100% Sangat Baik
0,60%-0,799% Baik
0,40%-0,599% Cukup Baik
0,20%-0,399% Kurang Baik
0,01%-0,199% Sangat Kurang Baik
(Suherman dan Sukjana, 1990:177)3
Berdasarkan data yang ditampilkan pada data diatas dapat
dinyatakan bahwa kemempuan mengenal konsep bilangan 1-10
sebelum menggunakan permainan congklak angka adalah 37,81% dan
kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10 sesudah menggunakan
permainan congklak angka adalah 78,12%. Dapat disimpulkan tingkat
kemampuan mengenal konsep bilangan sebelum dan sesudah
menggunakan congklak angka anak terjadi peningkatan sebesar
40,31%.
3Casta, Model Analisis Komparatif Uji t Satu Sampel Kecil, IAI BBC
91
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data normal
atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji
Liliefors dengan rumus :
Z = Xi−χ
SD
Keterangan :
Xi : Data/nilai
χ : Rata-rata (Mean)
SD :Standar Deviasi
a. Uji normalitas data kemampuan mengenal konsep bilangan anak
sebelum menggunakan permainan congklak angka
Tabel 4.7
Tabel Penolong Penilaian Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan
Sebelum Menggunakan Permainan Congklak Angka
No. Xi ( Xi − χ ) ( Xi − χ )2
1. 6 -0.05 0.0025
2. 5 -1.05 1.1025
3. 6 -0.05 0.0025
4. 6 -0.05 0.0025
5. 7 0.95 0.9025
6. 6 -0.05 0.0025
7. 8 1.95 3.8025
8. 6 -0.05 0.0025
9. 6 -0.05 0.0025
10. 5 -1.05 1.1025
92
11. 5 -1.05 1.1025
12. 6 -0.05 0.0025
13. 7 0.95 0.9025
14. 6 -0.05 0.0025
15. 7 0.95 0.9025
16. 6 -0.05 0.0025
17. 6 -0.05 0.0025
18. 6 -0.05 0.0025
19. 5 -1.05 1.1025
20. 6 -0.05 0.0025
Jumlah 10.95
Rata – rata 0.54
Standar Deviasi
SD = √Σ(𝑋𝑖−𝑋) 2
𝑛−1
SD = √10,95
20−1
SD = √10,95
19
SD = √0,57
SD = 0,75
Setelah tabel penolong dibuat dan didapatkan hasil dari rata –
rata ( mean ) dan nilai standar deviasi maka uji normalitas dengan
rumus liliefors dapat dilakukan. Data ditransformasikan dalam nilai Z
untuk dapat dihitung luasan kurva normal sebagai probalitas komulatif
normal dengan tabel sebagai berikut :
93
Tabel 4.8
Tabel Liliefors untuk uji normalitas data pretest
No. Xi Z =
𝐗𝐢−��
𝐒𝐃
F ( X ) S ( X ) [ F (X) – S(X)]
1 5 -1.4 0.3692 0.2 0.1692
2 5 -1.4 0.3692 0.2 0.1692
3 5 -1.4 0.3692 0.2 0.1692
4 5 -1.4 0.3692 0.2 0.1692
5 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
6 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
7 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
8 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
9 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
10 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
11 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
12 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
13 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
14 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
15 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
16 6 -0.06 0.0261 0.8 -0.7793
17 7 1.27 0.348 0.95 -0.602
18 7 1.27 0.348 0.95 -0.602
19 7 1.27 0.348 0.95 -0.602
20 8 2.6 0,4453 1 -0.5547
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai terbesar
terdapat pada kolom dengan nilai 0,1692. Nilai terbesar ini adalah L0.
Selanjutnya ditentukan nilai Ltabel dari tabel daftar nilai uji liliefors,
dari tabel didapatkan nilai 0,190
94
Persyaratan data signifikan apabila :
1.) Jika nilai |F(X) – S(X)| Terbesar < nilai tabel lilliefors maka H0
diterima, Ha ditolak, yang artinya populasi nilai kemampuan
mengenal konsep bilangan berdistribusi normal
2.) Jika nilai |F(X) – S(X)| Terbesar > nilai tabel lilliefors maka Ha
diterima, H0 ditolak, yang artinya populasi nilai kemampuan
mengenal konsep bilangan tidak berdistribusi normal
Dengan taraf nyata atau level signifikan α = 0.05 (5%) maka
berdasarkan nilai L0 dan nilai Ltabel yang telah didapatkan diambil
kesimpulan kemampuan mengenal konsep bilangan anak
berdistribusi normal.
b. Uji normalitas data kemampuan mengenal konsep bilangan anak
sesudah menggunakan permainan congklak angka
Tabel 4.9
Tabel penolong penilaian kemampuan mengenal konsep bilangan
sesudah menggunakan permainan congklak angka
No. Xi ( Xi − χ ) ( Xi − χ )2
1. 12 -0.5 0.25
2. 12 -0.5 0.25
3. 14 1.5 2.25
4. 13 0.5 0.25
5. 13 0.5 0.25
6. 13 0.5 0.25
7. 15 2.5 6.25
8. 12 -0.5 0.25
9. 13 0.5 0.25
10. 12 -0.5 0.25
11. 11 -1.5 2.25
12. 12 -0.5 0.25
95
13. 13 0.5 0.25
14. 12 -0.5 0.25
15. 14 1.5 2.25
16. 13 0.5 0.25
17. 11 -1.5 2.25
18. 13 0.5 0.25
19. 11 -1.5 2.25
20. 11 -1.5 2.25
Jumlah 23
Rata – rata 1.15
Standar Deviasi
SD = √Σ(𝑋𝑖−𝑋) 2
𝑛−1
SD = √23
20−1
SD = √23
19
SD = √1,21
SD = 1,1
Setelah tabel penolong dibuat dan didapatkan hasil dari rata –
rata ( mean ) dan nilai standar deviasi maka uji normalitas dengan
rumus liliefors dapat dilakukan. Data ditransformasikan dalam nilai Z
untuk dapat dihitung luasan kurva normal sebagai probalitas komulatif
normal dengan tabel sebagai berikut :
96
Tabel 4.10
Tabel Liliefors untuk uji normalitas data postest
No. Xi Z =
𝐗𝐢−��
𝐒𝐃
F ( X ) S ( X ) [ F (X) – S(X)]
1 11 -1.36 0.3631 0.2 0.1631
2 11 -1.36 0.3631 0.2 0.1631
3 11 -1.36 0.3631 0.2 0.1631
4 11 -1.36 0.3631 0.2 0.1631
5 12 -0.45 0.1236 0.5 -0.3764
6 12 -0.45 0.1236 0.5 -0.3764
7 12 -0.45 0.1236 0.5 -0.3764
8 12 -0.45 0.1236 0.5 -0.3764
9 12 -0.45 0.1236 0.5 -0.3764
10 12 -0.45 0.1236 0.5 -0.3764
11 13 0.45 0.1236 0.85 -0.7264
12 13 0.45 0.1236 0.85 -0.7264
13 13 0.45 0.1236 0.85 -0.7264
14 13 0.45 0.1236 0.85 -0.7264
15 13 0.45 0.1236 0.85 -0.7264
16 13 0.45 0.1236 0.85 -0.7264
17 13 0.45 0.1236 0.85 -0.7264
18 14 1.36 0.3631 0.95 -0.5869
19 14 1.36 0.3631 0.95 -0.5869
20 15 2.27 0.4384 1 -0.5616
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai terbesar
terdapat pada kolom dengan nilai 0,1631. Nilai terbesar ini adalah L0.
Selanjutnya ditentukan nilai Ltabel dari tabel daftar nilai uji liliefors,
dari tabel didapatkan nilai 0,190
97
Persyaratan data signifikan apabila :
3.) Jika nilai |F(X) – S(X)| Terbesar < nilai tabel lilliefors maka H0
diterima, Ha ditolak, yang artinya populasi nilai kemampuan
mengenal konsep bilangan berdistribusi normal
4.) Jika nilai |F(X) – S(X)| Terbesar > nilai tabel lilliefors maka Ha
diterima, H0 ditolak, yang artinya populasi nilai kemampuan
mengenal konsep bilangan tidak berdistribusi normal
Dengan taraf nyata atau level signifikan α = 0.05 (5%) maka
berdasarkan nilai L0 dan nilai Ltabel yang telah didapatkan diambil
kesimpulan kemampuan mengenal konsep bilangan anak
berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas data menggunakan F, adapun rumusnya sebagai
berikut :
Untuk mencari F maka dicari S2 terlebih dahulu dengan rumus :
S2 = Σ(𝑋1−𝑋) 2
𝑁−1 S2 = Σ(𝑋1−𝑋) 2
𝑁−1
S2 = 10,95
20−1 S2 = 23
20−1
S2 = 10.95
19 S2 = 23
19
S2 ( Kecil ) = 0,57 S2 ( Besar ) = 1,21
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
98
Nilai S2 telah kita dapatkan pada analisis deskripsi data maka
S2kecil adalah data sebelum perlakuan dan S2besar adalah data setelah
perlakuan dengan hasil 0,57 ( Skecil / Varian Kecil ) atau dan 1,21 (
Sbesar / Varian Besar ) Kita bisa langsung cari nilai F sebagai berikut :
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑇𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1,21
0,57
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,12
Berdasarkan hasil hitung diatas didapatkan nilai Fhitung sebesar 2,12
untuk melihat apakah data homogen atau tidak maka nilai Fhitung
dibandingkan dengan Ftabel dengan prasyarat pengujian :
Jika Fhitung ≥ Ftabel, Maka data tidak homogen
Jika Fhitung≤ Ftabel, Maka data homogen
Dengan taraf signifikan α = 0,05
N1 (df 1) = k - 1 = 2 – 1
N2 (df 2) = N – k = 20 – 2 = 18
Didapatkan nilai Ftabel sebesar 4,41 maka :
Fhitung 2,12 < 4,41 Ftabel, maka data homogen.
99
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t yang di bandingkan
dengan ttabel untuk mencari thitung. Uji t dilakukan untuk menjawab
pertanyaan nomer 3 yaitu seberapa besar perbedaan kemampuan mengenal
konsep bilangan 1-10 anak kelompok A di RA Al – Arafat Werulor Weru
Cirebon sebelum dan sesudah menggunakan permainan congklak angka
Rumus :
Untuk mencari nilai t, maka terlebih dahulu mengikuti langkah –
langkah sebagai berikut :
1. Membuat tabulasi data hasil penelitian
Tabel 4.11
Tabulasi Data Hasil Penelitian
No Nama Siswa
Nilai Kemampuan Mengenal Konsep
Bilangan
Sebelum
Menggunakan
permainan congklak
angka (X1)
Sesudah
Menggunakan
permainan congklak
angka (X2)
1 Abdillah Al Ghiffari 6 12
2 Ahmad Fahlavi 5 12
3 Alfian Rizqi 6 14
4 Daniel Tenia Al Hafidz 6 13
5 David Al Vero 7 13
6 Dimas Alimudin 6 13
7 Farah Nur Fitriyah 8 15
8 Haikal Romadhon 6 12
9 Kafa Birrizqillah 6 13
thitung=
𝑀𝐷
SE 𝑀𝐷
100
2. Membuat tabel penolong
Tabel 4.12
Tabel Penolong
No
. Nama Anak
Nilai / Skor D =
(X1− X2)) D2 Sebelum
X1
Sesudah
X2
1. Abdillah Al Ghiffari 6 12 -6 36
2. Ahmad Fahlavi 5 12 -7 49
3. Alfian Rizqi 6 14 -8 64
4. Daniel Tenia Al Hafidz 6 13 -7 49
5. David Al Vero 7 13 -6 36
6. Dimas Alimudin 6 13 -7 49
7. Farah Nur Fitriyah 8 15 -7 49
8. Haikal Romadhon 6 12 -6 36
9. Kafa Birrizqillah 6 13 -7 49
10. Kayla Putri 5 12 -7 49
11. M. Al Farizi Atsal 5 11 -6 36
12. M. Fatih Akbar 6 12 -6 36
13. M. Raziq Hanan 7 13 -6 36
14. Muhammad Zainurrofiq 6 12 -6 36
15. M. Zulhuzni Zawawi 7 14 -7 49
16. Nadia Oktaviani 6 13 -7 49
10 Kayla Putri 5 12
11 M. Al Farizi Atsal 5 11
12 M. Fatih Akbar 6 12
13 M. Raziq Hanan 7 13
14 Muhammad Zainurrofiq 6 12
15 M. Zulhuzni Zawawi 7 14
16 Nadia Oktaviani 6 13
17 Nadia Oliviani Putri 6 11
18 Nadira Dwi Tafani 6 13
19 Rakhma 5 11
20 Sabrina Shakira R. 6 11
Jumlah 121 250
Rata-rata 6,05 12,5
101
17. Nadia Oliviani Putri 6 11 -5 25
18. Nadira Dwi Tafani 6 13 -7 49
19. Rakhma 5 11 -6 36
20. Sabrina Shakira R. 6 11 -5 25
Jumlah 121 250 -129 843
MD = ∑D
N
MD = -129
20
MD = -6,45
Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh :
a. N = 20
b. ∑ D = -129
c. ∑ D2 = 843
d. MD = -6,45
3. Menentukan Standar Deviasi Diferen ( SDD )
𝑆𝐷𝐷= √∑𝐷2
𝑁− [
∑𝐷
𝑁]
2
𝑆𝐷𝐷 = √843
20− [
−129
20]
2
𝑆𝐷𝐷 = √42,15 − (— 6,45) 2
𝑆𝐷𝐷 = √42,15 − 41,60
𝑆𝐷𝐷 = √0,55
𝑆𝐷𝐷 = 0,74
4. Menentukan SEMD ( Standar Error Mean Differen )
102
Untuk mencari SEMD digunakan rumus sebagai berikut :
𝑆𝐸𝑀𝐷 =
𝑆𝐷𝐷
√𝑛−1
𝑆𝐸𝑀𝐷 =
0,74
√20−1
𝑆𝐸𝑀𝐷 =
0,74
√19
𝑆𝐷𝑀𝐷 =
0,744,35
SEMD = 0,17
5. Menentukan nilai thitung
Untuk mencari SEMD digunakan rumus sebagai berikut :
thitung = MD
SEMD
thitung = -6,45
0,17
thitung = -37,94 ( Negatif di abaikan )
6. Menentukan nilai ttabel
Ketentuan untuk menentukan nilai ttabel adalah :
d) db = n – 1 = 20 – 1 = 19
e) Uji dua pihak
f) ∝ = 0,05 (5%)
ttabel adalah sebesar 2,093
7. Melakukan pengujian hipotesis
Untuk melakukan pengujian hipotesis penelitian ini, maka kaidah yang
harus diikuti adalah :
Jika thitung >ttabel maka H0 ditolak
103
Jika thitung <ttabel maka H0 diterima
Berdasarkan nilai thitung dan ttabel yang sudah diperoleh dari data diatas,
maka dapat diuji hipotesis penilaian tersebut :
thitung 37,94 > ttabel 2,093
Pertanyaan penelitian yang terbukti adalah :
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan mengenal
konsep bilangan anak kelompok A RA Al Arafat Werulor Weru
Cirebon sebelum dan sesudah menggunakan permainan congklak
angka
8. Membuat kurva normal
Berdasarkan nilai thitung dan ttabel yang sudah diperoleh, dapat
digambarkan dengan kurva normal untuk melihat posisi dari masing –
masing data berada di daerah penolakan atau penerimaan HO sebagai
berikut :
Daerah
penolakan Ho Daerah
penolakan Ho
Daerah
penerimaan Ho
-2,093 2,093 37,94
Batas Kritis
(𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙)
thitung
104
Catatan :
Pada kurva diatas sangat jelas bahwa nilai thitung berada
didaerah penolakan Ho, artinya pernyataan dalam Ha diterima.
9. Membuat Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis diatas diketahui bahwa thitung >
ttabel, maka tolak Ho artinya “Terdapat perbedaan yang signifikan dalam
kemapuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A RA Al Arafat
Werulor Weru Cirebon sebelum dan sesudah menggunakan permainan
congklak angka “. Dengan demikian, dapat disimpulkan permainan
congklak angka efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mengenal konsep bilangan 1- 10.
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengenal
konsep bilangan anak kelompok A yang sudah dianalisis kemudian
dilanjutkan dengan melakukan uji Gian untuk mengetahui apakah
perbedaan kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A di
RA Al Arafat Werulor Weru Cirebon sebelum dan sesudah
menggunakan permainan congklak angka itu peningkatannya tinggi,
sedang, atau rendah. Rumus yang digunakan
𝑔 =𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑠 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑠 𝑎𝑤𝑎𝑙
105
Langkah – langkah Uji Gian adalah sebagai berikut :
1. Membuat tabel penolong Uji Gian
Tabel 4.13
Tabel Penolong Uji Gian
No. Skor
S.akh-
s.awl
S.maks-
s.awl G
Ket
Maks Awal Akhir
1 15 6 12 6 9 0.67 Sedang
2 15 5 12 7 10 0.7 Sedang
3 15 6 14 8 9 0.89 Tinggi
4 15 6 13 7 9 0.78 Tinggi
5 15 7 13 6 8 0.75 Tinggi
6 15 6 13 7 9 0.78 Tinggi
7 15 8 15 7 7 1 Tinggi
8 15 6 12 6 9 0.67 Sedang
9 15 6 13 7 9 0.78 Tinggi
10 15 5 12 7 10 0.7 Sedang
11 15 5 11 6 10 0.6 Sedang
12 15 6 12 6 9 0.67 Sedang
13 15 7 13 6 8 0.75 Tinggi
14 15 6 12 6 9 0.67 Sedang
15 15 7 14 7 8 0.87 Tinggi
16 15 6 13 7 9 0.78 Tinggi
17 15 6 11 5 9 0.56 Sedang
18 15 6 13 7 9 0.78 Tinggi
19 15 5 11 6 10 0.6 Sedang
20 15 6 11 5 9 0.56 Sedang
Jumlah 14,56
Rata-rata Gian 0.72 Tinggi
106
2. Menyimpulkan Uji Gian
Berdasarkan uji gian diatas disimpulkan bahwa peningkatan
sebelum dan sesudah menggunakan permainan congklak angka adalah
tinggi.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian "Efektivitas permainan congklak angka dalam
meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A
RA Al Arafat Werulor kecamatan Weru kabupaten Cirebon" dapat dilihat
bahwa adanya perubahan kemampuan mengenal konsep bilangan anak
kelompok A sebelum dan sesudah perlakuan.
Pada hasil pretest kemampuan mengenal konsep bilangan anak
hanya 37,81% atau berada pada tabel klasifikasi persentasi kurang baik.
Pada data hasil penelitian penilaian kemampuan mengenal konsep
bilangan sesudah menggunakan permainan congklak angka adanya
peningkatan yang signifikan menjadi 78,12% bila dikonveksikan pada
tabel menafsirkan P maka interpretasi kemampuan mengenal konsep
bilangan anak kelompok A di RA Al Arafat berada pada tingkat Baik..
Jadi terdapat peningkatan sebesar 40,31%.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
permainan congklak angka mampu meningkatkan kemampuan mengenal
konsep bilangan anak kelompok A RA Al Arafat. Dibuktikan dengan uji t
diperoleh data yaitu thitung 37,94 > ttabel 2,093 artinya Ha diterima dan H0 di
107
tolak, maka terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan
mengenal konsep bilangan anak kelompok A RA Al Arafat Werulor Weru
Cirebon sebelum dan sesudah menggunakan permainan congklak angka.
Sedangkan berdasarkan Uji Gian peningkatan sebelum dan sesudah
menggunakan permainan congklak angka adalah tinggi dengan rata – rata
0,72.
Teori yang mendukung hasil penelitian ini adalah menurut Piaget
bahwa anak belajar mengkonstruksikan pengetahuan dengan berinteraksi
dengan objek yang ada disekitarnya. Dengan bermain seorang anak juga
mempunyai kesempatan untuk menggunakan indranya, seperti menyentuh,
mencium, melihat dan mendengarkan untuk mengetahui sifat – sifat objek.
Salah satunya dengan bermain congklak angka dapat meningkatkan
mengenal konsep bilangan anak tanpa merasa anak sedang dikenalkan
konsep bilangan secara langsung.
E. Keterbatasan Hasil Penelitian
Penelitian ini sesuai dengan judul yang diteliti, fokus pada
kemampuan bekerjasama pada indikator memilang angka 1-10, mengenal
konsep dan simbol angka 1-10, Menghubungkan konsep bilangan dan
lambang bilangan, serta mengenal konsep sama dan tidak sama. Penelitian
ini mengalami keterbatasan responden, jenis populasi penelitian ini adalah
populasi terbatas, yaitu yang menjadi populasi adalah seluruh kelompok A
di RA Al Arafat yaitu berjumlah 20 yang terdiri dari 13 laki - laki dan 7
perempuan.
108
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini
simpulannya adalah sebagai berikut :
1. Kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A di RA Al - Arafat
Desa Werulor Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon sebelum penerapan
permainan congklak angka adalah kurang baik. Hal itu terbukti pada data
anak kelompok A RA Al Arafat memperoleh nilai persentase sebesar
37,81%. Jika di konversikan pada tabel menafsirkan P adalah kurang baik.
2. Kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A di RA Al - Arafat
Desa Werulor Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon sesudah penerapan
media congklak angka adalah baik. Hal itu terbukti pada data anak
kelompok A RA Al Arafat memperoleh nilai persentase sebesar 78,12%.
Jika di konversikan pada tabel menafsirkan P adalah baik.
3. Penerapan permainan congklak angka telah memberikan hasil yang
menggembirakan yakni dapat membuktikan adanya keefektifan permainan
congklak angka dan dapat meningkatkan kemampuan mengenal konsep
bilangan anak. Hal ini terbukti, sebelum menggunakan permainan congklak
angka adalah 37,81% dan kemampuan mengenal konsep bilangan 1-10
sesudah menggunakan permainan congklak angka adalah 78,12%. Dapat
109
disimpulkan tingkat kemampuan mengenal konsep bilangan sebelum dan
sesudah menggunakan congklak anak terjadi peningkatan sebesar 40,31%.
Dibuktikan dengan uji t yaitu thitung 37,94 > ttabel 2,093 artinya Ha diterima
dan H0 di tolak, maka terdapat perbedaan yang signifikan dalam
kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A RA Al Arafat
Werulor Weru Cirebon sebelum dan sesudah menggunakan permainan
congklak angka. Sedangkan berdasarkan Uji Gian peningkatan sebelum dan
sesudah menggunakan permainan congklak angka adalah tinggi dengan rata
– rata 0,72.
B. Saran
Mengingat hasil yang diperoleh selama dan setelah penyusunan
penelitian, untuk itu saran yang penyusun sampaikan adalah :
1. Bagi guru, hendaklah lebih kreatif dan senantiasa menggali dan
memperkenalkan konsep - konsep, serta pendekatan baru dalam
menyajikan materi pembelajaran, agar anak lebih tertarik dan semangat
mengikuti proses pembelajaran.
2. Bagi sekolah, Hendaknya menyediakan berbagai fasilitas yang dapat
menunjang pengembangan kreativitas guru.
3. Bagi anak didik, hendaknya meningkatkan kemampuan mengenal konsep
bilangan bukan hanya melalui permainan congklak angka saja, melainkan
dari media atau permainan - permainan lain yang ada di sekitar
lingkungan rumah, sekolah, maupun dilingkungan mana saja anak
berada.
110
4. Bagi peneliti, selanjutnya direkomendasikan agar dapat menguji
keefektifan permainan congklak angka dengan sampel yang lebih banyak
dan beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Al - Qur'anul karim. 2009. Jakarta: Departemen agama RI
Alfiyatul, dan Jannah, Lily, Kesalahan – Kesalahan Guru PAUD yang sering di
sepelekan, Jogjakarta : Diva Press, 2013
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta,
2013.
Casta, Dasar-dasar Statistika Pendidikan, Cirebon, 2012.
Casta, Model Analisis Komparatif Uji t Satu Sampel Kecil, IAI BBC
Dimyati, Johni, Metodologi Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada PAUD,
Jakarta, 2014.
Fadillah, M., & Mualifatu, Lilif, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini,
Yogyakarta : Ar-ruzz Media, 2013.
Fadlillah, M., Bermain dan Permainan, Jakarta : Ar-ruzz Media, 2017.
file:///C:/Users/Ulil%20Albab/Documents/Downloads/7167-14311-1-SM.pdf ,
15:45 WIB, 8 Maret 2019.
Hasan, Maimunah, Pendidikan Anak Usia Dini, Jogjakarta : 2012.
http://eprints.ums.ac.id/26557/11/02_File_Jurnal_Publikasi_Ilmiah.pdf , 15.16
WIB, 8 Maret 2019.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/12222/11195 , 15.43
WIB,8 Maret 2019.
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud1372014StandarNasionalPAUD
.pdf, 23.17 WIB, 29 Juli 2019.
https://media.neliti.com/media/publications/193365-ID-none.pdf , 15.31 WIB, 8
Maret 2019.
Indrawan, Rully dan Yaniawati, Poppy, Metode penelitian kuantitatif,kualitatif,
dan campuran untuk menejemen pembangunan, dan pendidikan, Bandung,
2016.
Musbikin, Imam, Buku Pintar PAUD, Jogjakarta : 2010.
Rahman, Taopik, Sumardi , dan Fuadatun, Fitri, "Peningkatan Kemampuan Anak
Usia Dini Mengenal Konsep Bilangan Melalui Media Flashcard", Jurnal
Paud Agapedia, Vol.1 No. 1, 2017.
Sugiyono, metode penelitian kombinasi, Bandung, 2017.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung : 2016), h. 111
Sujiono, Yuliani Nurani, dkk, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta :
Universitas Terbuka, 2006.
Syukur, Abdul & Fallo, Yulianty Thabita , " Peningkatan Kemampuan Anak
dalam Mengenal Konsep Bilangan Melalui Penggunaan Media
Pembelajaran Berbasis Alam", Jurnal PG-PAUD Trunojoyo : Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, Vol.6 No. 1, 2019,
Triharso, Agung, Permainan Kreatif & Edukatif Untuk Anak Usia Dini,
Yogyakarta : C.V Andi Offset.2013a.
---.Permainan Kreatif dan Edukatif untuk Anak Usia Dini 30 Permainan
Matematika dan Sains. Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2013b.
Wiyani, Novan Ardy, Konsep Dasar PAUD, Yogyakarta : Gava Media, 2016.
Yulianty, Rani, Permainan yang meningkatkan kecerdasan anak, Jakarta : Laskar
Aksara.
Yusriana, Ajeng, Kiat – kiat Menjadi Guru PAUD yang Disukai Anak – anak,
Jogjakarta : 2012.
DOKUMENTASI
Alat Dan Bahan
( Cat, Tinner, Kuas, Wadah Telur Bekas )
( Kertas Asturo, Manik - manik )
( Lem Fox )
( Permainan Congklak Angka )
Bermain Congklak Angka
RIWAYAT HIDUP
NUR ENI dilahirkan di Cirebon pada tanggal 18
April 1996, yang merupakan anak pertama dari 4
bersaudara dari pasangan Bapak Jamhuri dan Ibu
Mistini. Bertempat tinggal di Blok Megulu Kidul
Rt 06 RW 01 Desa Karangsari Kecamatan Weru
Kabupaten Cirebon. Menempuh Dan
menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1
Karangsari lulus pada tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP N 1 Weru lulus pada tahun 2012, dan pendidikan menengah
kejuruan di SMK Wahidin Kota Cirebon lulus pada Tahun 2015. Kemudian pada
tahun 2015 melanjutkan S1 PIAUD di IAI Bunga Bangsa Cirebon Jl. Widarasari 3
Tuparev Cirebon.