EFEKTIVITAS PEMBERIAN MOL REBUNG BAMBU PADA …
Transcript of EFEKTIVITAS PEMBERIAN MOL REBUNG BAMBU PADA …
i
i
EFEKTIVITAS PEMBERIAN MOL REBUNG BAMBU PADA
DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L.)
AGIL SIHAB HAFIT
1602406026
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
ii
ii
EFEKTIVITAS PEMBERIAN MOL REBUNG BAMBU PADA DOSIS
YANGBERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI TANAMAN KACANG PANJANG
(Vigna sinensis L.)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Cokroaminoto Palopo
AGIL SIHAB HAFIT
1602406026
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2020
iii
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Efektivitas Pemberian MOL Rebung Bambu Pada Dosis Yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
Nama : Agil Sihab Hafit
NIM : 1602406026
Program Studi : Agroteknologi
Tanggal Ujian : 26-Agustus-2020
Menyetujui,
Pembimbing II, Pembimbing I,
Mutmainnah, S.P., M.Si. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.
Mengesahkan,
Ketua Program Studi Agroteknologi, Dekan Fakultas Pertanian,
I Nyoman Arnama, S.P., M.Si. Rahman Hairuddin, S.P., M.Si.
Tanggal: Tanggal:
iv
iv
v
v
vi
vi
ABSTRAK
Agil Sihab Hafit. 2020. Efektivitas Pemberian MOL Rebung Bambu Pada Dosis
Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Panjang
(Vigna sinensis L.) (dibimbing oleh Rahman Hairuddin dan Mutmainnah).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas
pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kacang panjang dan mengetahui berapa konsentrasi MOL rebung bambu yang
efektif memberikan pengaruh terbaik bagi pertumbuhan tanaman kacang panjang.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Kampus II
Universitas Cokroaminoto Palopo, dijalan Lamaranginang, Kota Palopo, pada
bulan Desember sampai Maret 2020. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan sehingga
terdapat 24 unit percobaan. Taraf perlakuan yang digunakan yaitu MOL rebung
bambu P0 (kontrol), P1 = 50 ml/l air, P2 = 100 ml/l air, P3 = 150 ml/l air, P4 =
200 ml/l air dan P5 = 250 ml/l air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan MOL rebung bambu perlakuan P5= 250 ml/l menghasilkan jumlah
bunga bobot buah, jumlah buah, dan panjang buah terbaik dengan rata-rat jumlah
bunga yaitu P5: 44,63 hari, bobot buah yaitu P5: 223,38 gram, jumlah buah P5:
11,88 buah dan panjang buah yaitu P5: 190,00 cm. Hasil penelitian efektivitas
pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan dan hasil kacang
panjang tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
bunga,umur berbunga, jumlah buah, berat buah dan panjang buah. Hal ini diduga
karena kurangnya konsentrasi MOL rebung bambu sehingga tidak mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil kacang panjang.
Kata Kunci : MOL rebung bambu,tanaman kacang panjang.
vii
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat dan
Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”
Efektivitas Pemberian MOL Rebung Bambu Pada Dosis Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)”.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menemui hambatan dan
kesulitan. Namun, berkat ketekunan dan kerja keras yang disertai dengan
dukungan doa dari kedua orang tua segenap keluarga, sehingga semua hambatan
dan kesulitan dapat penulis atasi dengan baik. Selain itu, skripsi ini dapat
terselesaikan berkat kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak yang
telah memotivasi dan membimbing penulis, baik tenaga maupun ide atau
pemikiran. Semoga amal bakti yang telah diberikan mendapat ganjaran pahala
disisi Tuhan yang Maha Esa selalu memberikan berkah bagi kita. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Drs. Hanafie Mahtika., M.S., selaku Rektor Universitas Cokroaminoto
Palopo.
2. Rahman Hairuddin., S.P., M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Cokroaminoto Palopo sekaligus sebagai dosen pembimbing I.
3. I Nyoman Arnama, S.P., M.Si., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi.
4. Mutmainnah, S.P., M.Si., selaku dosen pembimbing II
5. Seluruh Dosen Program Studi Agroteknologi serta segenap civitas akademik
Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo yang tak kenal lelah
memberi nasihat, bimbingan, dan bantuan lainnya yang sifatnya membangun.
6. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo
yang telah memberikan bantuan dan kerja sama serta semangat yang tidak
sempat penulis sebutkan satu persatu.
Walaupun penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi segala
kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan skripsi ini, namun sebagai manusia
biasa tidak luput dari kekeliruan dan kesalahan. Dan penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
viii
viii
dengan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran yang konstruktif dari
pembaca demi menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak demi kelancaran perbaikan proposal ini. Penulis berharap
semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada kita semua, rahmat dan berkat
dari Tuhan yang Maha Esa.
Palopo, Maret 2020
Agil Sihab Hafit
ix
ix
RIWAYAT HIDUP
AGIL SIHAB HAFIT. Lahir di Desa Lanipa pada tangggal 09
Februari 1999. Kecamatan Ponrang Selatan Kabupaten
LUWU. Sebagai anak pertama dari sembilan bersaudara lahir
dari pasangan Hamka dan Fita Eni Zuhria. Pendidikan formal
yang dilalui adalah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 555
Minangatallu pada tahun 2004 sampai dengan 2010.
Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2
Mario dan lulus pada tahun 2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 15 LUWU, lulus pada tahun 2016. Dari
SMA kemudian melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di kota Palopo dan
diterima sebagai Mahasiswa pada Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Cokroamintoto Palopo pada tahun 2016. Penulis
Menyelesaikan Skripsi yang Berjudul “Efektivitas Pemberian MOL Rebung
Bambu Pada Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)”
x
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KETERANGAN HASIL SIMILARITY CHECK SKRIPSI ............................ iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH SKRIPSI ........................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori................................................................................ 4
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan .................................................... 10
2.3 Kerangka Pikir ........................................................................... 10
2.4 Hipotesis ..................................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................... 13
3.2 Bahan dan Alat .......................................................................... 13
3.3 Metode Percobaan ..................................................................... 13
3.4 Metode Pelaksanaan .................................................................. 14
3.5 Parameter Pengamatan ............................................................... 15
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 16
4.2 Pembahasan ................................................................................ 23
xi
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 26
5.2 Saran .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 27
LAMPIRAN 1 .................................................................................................. 30
LAMPIRAN 2 ................................................................................................. 31
LAMPIRAN 3 .................................................................................................. 39
xii
xii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Tanaman kacang panjang ............................................................................ 5
3. Skema Kerangka Pikir Penelitian................................................................ 12
4. Diagram Rata-rata Tinggi Tanaman pada Pemberian Mol Rebung Bambu
Tanaman Kacang Panjang ........................................................................... 16
5. Diagram Rata-rata Jumlah Daun pada Pemberian Mol Rebung Bambu
Tanaman Kacang Panjang ........................................................................... 17
6. Diagram Rata-rata Umur Berbunga Pemberian Mol Rebung Bambu
Tanaman Kacang Panjang ........................................................................... 18
7. Diagram Rata-rata Jumlah Bunga pada Pemberian Mol Rebung Bambu
Tanaman Kacang Panjang ........................................................................... 19
8. Diagram Rata-rata Berat Buah pada Pemberian Mol Rebung Bambu
Tanaman Kacang Panjang ........................................................................... 20
9. Diagram Rata-rata Jumlah Buah pada Pemberian Mol Rebung Bambu
Tanaman Kacang Panjang ........................................................................... 21
10. Diagram Rata-rata Panjang Buah pada Pemberian Mol Rebung Bambu
Tanaman Kacang Panjang .......................................................................... 22
xiii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Denah Penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK) ............................... 30
2. Data Primer yang Telah Diolah ................................................................... 31
3. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tanaman holtikultura yang dikenal luas oleh bangsa indonesia
adalah kacang panjang, masuk kedalam Family Fabaceae kelompok sayuran.
Kacang panjang memiliki utilitas sebagai bahan pangan, misalnya dibuat sebagai
lalapan ataupun sebagai sayur matang. Tidak hanya itu, kacang panjang juga
memiliki banyak manfaat bagi tubuh, seperti mengatur metabilosm tubuh,
meeningkatkan intelektual, meningkatkan stamina, serta melancarkan percernaan
sebab mengandung banyak serat (Zaevie et al., 2014).
Kandungan zat gizi yang terdapat pada kacang panjang cukup lengkap,
yakni mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan mineral pada polongnya
sedangkan bijinya mengandung protein, lemak, dan karbohidrat (Kurdianinggsih
et al., 2015). Namun demikian banyaknya manfaat dari kacang panjang tidak
seiring dengan jumlah produksi yang ada, yang justru mengalami penurunan
produksi. Beralaskan data statistik holtikultura tahun 2014, produksi kacang
panjang di Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2010
kacang panjang diproduksi sebanyak 489.449, di tahun 2011 produksinya
menurun menjadi 458.307, kemudian pada tahun 2012 produksinya sebesar
455.562, pada tahun 2013 tingkat produksinya 450.859, sampai pada tahun 2014
produksinya masih menurun hingga mencapai 450.709 (BPS, 2014).
Penurunan produksi tanaman kacang panjang disebabkan karena tanah
yang keras, miskin unsur hara dan hormon, pemupukan yang tidak berimbang dan
teknik budidaya. Pemakain pupuk kimia dan unsur hara merupakan penyebab
utama penurunan produksi kacang panjang. Untuk faktor unsur hara yang
mempunyai fungsi signifikan bagi perkembangan tanaman, sebab jika tanaman
hanya memiliki sedikit unsur hara maka menyebabkan perkembangan tanaman
akan lambat. Faktor lainnya yakni pemakaian pupuk kimia, hal ini disebabkan
karena pemakaian pupuk kimia yang sangat banyak dan berkepanjangan akan
berdampak pada turunnya kesuburan tanah, dan meningkatkan pencemaran
lingkungan, sehingga berdampak pula terhadap kesehatan masyarakat. Oleh
karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dapat menggunakan
2
2
pupuk organik sebagai pengganti pupuk kimia, sehingga produktivitas akan
meningkat (Arniana, A. 2012).
Menurut setiyono (2015) menyatakan bahwa penggunaan pupuk organik
biasanya dimaksudkan untuk meningkatkan sifat fisik dan biologis tanah.
Meskipun kandungan nutrisi dalam pupuk organik relatif lebih kecil daripada
pupuk anorganik, jika sifat fisik menjadi baik, sifat kimia tanah akan berubah.
Pupuk organik dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan
meningkatkan sifat fisik dan biologis tanah.
Pertumbuhan tanaman dapat dirangsang dengan menggunakan larutan mol
rebung bambu, sebab memiliki kandungan C organik serta giberalin (Maspari,
2012). Pemberian estrak rebung bambu memiliki utilitas bagi perkembangan dan
pertumbuhan tanaman, misalnya pada pertambahan diameter bibit sengon dengan
pemberian esktrak rebung bambu sebanyak 20 ml/bibit. Selanjutnya pada
pertumbuhan tinggi dan berat basah pucuk bibit sengon dengan pemberian ekstrak
rebung bambu sebanyak 50 ml/bibit. Manfaat ekstrak rebung bambu pada
tanaman lain, seperti pertumbuhan tanaman kailan dengan pemberian ekstrak
rebung bambu sebanyak 10 ml/liter (Zulfita, et al., 2013). Bukan hanya itu, MOL
rebung bambu ternyata memiliki kandungan mikroorgnisme yang bermanfaat bagi
pertumbuhan tanaman Azotobacter dan Azospirillum. Dari kandungan yang ada
tersebut, maka MOL rebung bambu mempunyai peran penting dalam merangsang
pertumbuhan pada vase vegetatif. Oleh karena itu, dalam pengaplikasiannya MOL
rebung bambu mempunyai dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan kacang
panjang. Sehingga pada penelitian ini, peneliti berupaya untuk melihat efektivitas
pemberian MOL rebung bambu pada dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman kacang panjang (Vigna sinensil L).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana efektivitas pemberian MOL rebung bambu pada dosis yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang?
2. Berapa dosis MOL rebung bambu yang efektif terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang panjang?
3
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui efektivitas pemberian MOL rebung bambu pada dosis yang
berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang?
2. Untuk mengetahui berapa dosis MOL rebung bambu yang efektif terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai bahan informasi bagi para mahasiswa
dan masyarakat tentang bagaimana efektivitas pemberian MOL rebung bambu
pada dosis yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang
panjang. Selain itu sebagai bahan referensi dan bahan pembanding dengan
penelitian selanjutnya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
1. Kacang Panjang (Vignasinensis L.)
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tanah yang sangat subur
sehingga tidak mengherankan bahwa di Indonesia menanam tanaman hortikultura
seperti sayuran telah memberikan kontribusi besar, sayuran ini diperlukan setiap
hari untuk meningkatkan nutrisi manusia. Seiring bertambahnya populasi dan
kesadaran akan nutrisi, permintaan akan sayuran juga meningkat. Salah satu
sayuran yang dipilih orang adalah kacang panjang. Kacang panjang adalah salah
satu jenis sayuran yang termasuk dalam kategori kacang-kacangan (Bastianus et
al., 2014).
Kacang panjang adalah tanaman sayuran tahunan yang banyak digunakan
oleh orang-orang di Indonesia dan merupakan salah satu jenis sayuran yang dijual
setiap hari. Pemanfaatan kacang panjang sangat beragam, yang disajikan untuk
berbagai hidangan mulai dari bentuk mentah hingga masakan. Bagian tanaman
kacang panjang yang bisa dikonsumsi adalah daun dan polong (Yusnita, R. 2014).
Tanaman ini mudah tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah, baik
tanah sawah, lahan kering, bahkan lahan pekaranagn rumah. Kacang panjang
merupakan tanaman tahunan dalam bentuk semak, memanjat dengan belitan.
Daunnya terdiri dari tiga helai, sedangkan bunga kacang panjang seperti kupu-
kupu berwarna biru mudah, polong berwarna hijau dengan panjang sekitar 10-80
cm. Kacang panjang mempunyai dua tujuan, artinya dapat dijadikan bahan
sayuran dan sebagai pupuk bagi tanah. Tanaman sebagai pupuk tanah karena
pada akarnya terdapat bakteri Rhizobium. Bakteri ini berfungsi untuk mengikat
nitrogen bebas dari udara. Oleh karena itu, kacang panjang ditanam oleh petani
baik dalam monokultur maupun sebagai lahan sawah. (Anto A. 2013).
Kacang panjang terdiri dari 2 kelompok yaitu: tanaman merambat dan
bukan tanaman merambat. Jenis kacang panjang yang banyak dibudidayakan
adalah jenis kacang panjang yang merambat, karakteristiknya adalah tanaman
bengkok pada turus dan memiliki buah dengan panjang ± 40-70 cm, hijau atau
putih kehijauan (Zaevie et al, 2014).
5
5
a. Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang
Menurut Haryanto (2013) klasifikasi tanaman kacang panjang sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L.)
Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) bukan tanaman asli
Indonesia. Menurut berbagai sumber pustaka, tanaman ini berasal dari India dan
Afrika Tengah. Kemudian tanaman kacang panjang ini menyebar di daerah Asia
Tropika.
Gambar 1. Tanaman Kacang Panjang
a. Morfologi Tanaman Kacang Panjang
Menurut Hakim, I., (2013). Adapun morfologi tanaman kacang panjang
sebagai berikut.
a) Akar
Akar tanaman kacang panjang terdiri dari akar tunggang, akar cabang, dan
serat akar. Akar tanaman kacang panjang bisa mencapai kedalaman 60 cm. Akar
tanaman kacang panjang bisa bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium sp. Yang
6
6
memiliki peran mengikat nitrogen dari udara. Karakteristik adanya simbiosis
adalah terdapat bintil-bintil akar di sekitar pangkalan batang (Hakim, I., 2013).
b) Batang
Batang tanaman kacang panjang memeiliki ciri seperti batang berbuku-
buku, liat, berbulu, dan berwarna hijau. Batang tumbuh keatas dengan membelit
kerah kanan pada lurus atau tegakan yang di dekatnya. Batang membentuk cabang
sejak dari bagian bawah batang (Hakim,I., 2013).
c) Daun
Daun tanaman kacang panjang berupa daun majemuk melekat pada
tangkai, lonjong, berseling, panjangnya 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal
membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang
lebih 4 cm, dan berwarna hijau (Hakim,I., 2013).
d) Bunga
Bunga tanaman kacang panjang berbentuk kupu-kupu. Ibu tangkai bunga
keluar dari ketiak daun. Setiap ibu tangkai mempunyai 3-5 bunga. Warna
bunganya ada yang putih, biru atau ungu. Bunga kacang panjang menyerbuk
sendiri. Penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi
kemampuan 10% (Chuzaimah, 2013).
e) Buah
Buah tanaman kacang panjang berbentuk polong, bulat panjang dan
ramping. Panjang polong sekitar 10-80 cm. Warna polong hijau mudah sampai
hijau keputihan. Setelah tua warna polong putih kekuningan. Polong yang mudah
sifatnya renyah dan mudah patah. Setelah tua polong menjadi liat. Pada satu
polong dapat berisi 8-20 biji kacang panjang (Chuzaimah, 2013).
f) Biji
Bentuk biji kacang panjang yaitu bulat panjang dan agak pipih, tetapi
kadang-kadang juga terdapat sedikit melengkung. Biji yang telah tua memiliki
warna yang beragam, yaitu kuning, cokelat, kuning kemerah-merahan, putih,
hitam, bercak merah (merah putih), bergantung pada jenis varietasnya. Biji
memiliki ukuran besar, (panjang × lebar), yaitu 8-9 mm × 5-6 mm (Chuzaimah,
2013).
7
7
b. Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Panjang
Syarat tumbuh bagi tanaman harus dipenuhi agar pertanaman dapat
tumbuh dan berproduksi secara optimal. Faktor iklim yang mempengaruhi
keberhasilan budidaya tanaman kacang panjang meliputi ketinggian tempat, curah
hujan, cahaya, dan kelembaban udara.
a) Tanah (pH)
Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, namun
yang paling baik adalah tanah subur, gembur, dan banyak mengandung bahan
organik dan drainasenya baik. Untuk mendapatkan pertumbuhan yang yang baik,
maka (pH) tanah berkisar antara 5,5-6,5. Bila (pH) terlalu kemasaman dapat
menyebabkan tanaman tumbuh kurang maksimal karena teracuni garam
aluminium (Al) yang larut dalam tanah. Bila (pH) terlalu basah (diatas pH 6,5)
menyebabkan pecahnya nodula-nodula akar (Kamil, 2013).
b) Iklim
Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman
antara lain ketinggian tempat, tanaman tumbuh baik pada tanah latosol/lempung
berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya
baik, sinar matahari, dan curah hujan (Kamil, 2013).
c) Ketinggian Tempat
Kacang panjang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran
rendah dan dataran tinggi dengan ketinggian 0-1000 mdpl, tetapi yang paling baik
didataran rendah pada ketinggian kurang dari 800 mdpl. Penananaman didataran
tinggi, umur panen relatif lama, tingkat produksi maupun produktivitasnya lebih
rendah bila dibanding dengan dataran rendah. Ketinggian tempat berkaitan erat
dengan suhu, yang merupakan faktor penting bagi tanaman. Tanaman kacang
panjang memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula, Tanaman
kacang panjang sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh,
khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah
hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas
yang ditanam (Kamil, 2013).
8
8
d) Suhu
Suhu antara 20-30ºC, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500
mm/tahun. Sedangkan suhu maksimum untuk budidaya tanaman kacang panajang
adalah 35ºC dan suhu minimum 10ºC. Budidaya kacang panjang bisa dilakukan
sepanjang musim kemarau, namun kebiasaan petani menanamnya di awal musim
hujan, terkecuali untuk tanah sawah, petani biasanya menananam di musim
kemarau. Kacang panjang menyukai tanah gembur yang terkena langsung sinar
matahari dengan drainase yang baik (Kamil, 2013).
e) Curah hujan
Kacang panjang dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah
hujan 1,500-2,500 mm per tahun. Tanamaan ini paling baik di tanam pada akhir
musim kemarau (menjelang musim kemarau) atau akhir musim hujan (menjelang
musim kemarau). Pada saat peralihan, air hujan tidak begitu banyak sehingga
sangat cocok untuk fase pertumbuhan awal kacang panjang, fase pengisian dan
pemasakan polong. Pada fase tersebut dikhawatirkan terjadi serangan penyakit
bercak bila curah hujan terlalu tinggi (Kamil, 2013).
c. Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Beberapa hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman kacang
panjang (Hidajati, W. 2013):
Hama dan penyakit utama yang menyerang tanaman kacang panjang antar
lain: Ulat grayak (Prodenis sp.), lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon), Ulat
penggerek polong (Maruca testulalis), Kutu daun (Aphis cracivora Koch),
Penyakit bercak daun (cercospora sp) dan penyakit layu fusarium (fusarium
oxyparium). Pengendalian dapat dilakukan dengan cara tanaman tanam awal dan
serempak, sanitasi lingkungan, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan kacang-
kacangan, penggunaan mulsa jerami, penggunaan musuh alami baik parasitoid,
predator, maupun entomopatogen dan pengendalian kimiawi dengan
menggunakan insektisida untuk hama dan fungisida untuk penyakit (Hidajati, W.
2013).
9
9
2. MOL Rebung Bambu
Rebung bambu merupakan tunas muda yang berasal dari tanaman bambu.
Tunas muda ini biasanya tumbuh diantara batang-batang bambu yang sudah
dewasa dengan warna kulit yang hitam pekat dan memiliki bulu-bulu halus yang
gatal. Masyarakat pada umumnya menggunakan rebung bambu sebagai sayuran
karena rasanya yang enak dan ekonomis karena mudah didapat dan mudah
tumbuh dimana saja. Tetapi rebung bambu ternyata dapat dijadikan sebagai bahan
dasar dalam pembuatan larutan mikroorganisme local (MOL). (Kencana dkk.,
2012).
Rebung adalah salah satu jenis tanaman yang berpotensi diekstraksi menjadi
MOL karena mengandung zat pengatur tumbuh. Mikroorganisme lokal
mengandung zat yang dapat membantu pertumbuhan tanaman dan zat yang
mendorong pertumbuhan tanaman seperti giberilin, sitokinin, auksin, dan
inhibitor. Rebung mengandung hormon Gibberilin sehingga ekstraknya dapat
digunakan untuk merangsang pertumbuhan bibit (Maspary, 2012). Rebung MOL
mengandung Fosfor 59 mg, Kalsium 13 mg, Besi 0,50 mg, Kalium 20,15 mg
(Nugroho, 2013).
Larutan MOL adalah larutan fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai
sumberdaya yang tersedia. Larutan MOL mengandung bakteri yang berpotensi
sebagai perombak bahan organic dan perangsang pertumbuhan pada tanaman.
Sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan
pertisida organik terutama sebagai fungisida (Lindung, 2015).
Selain itu MOL rebung bambu juga mengandung mikroorganisme yang
sangat penting untuk membantu pertumbuhan tanaman, yaitu Azotobacter dan
Azospirillum. Menurut Maspary (2012), solusi MOL rebung memiliki cadangan C
dan giberalin organik yang tinggi sehingga dapat mendukung pertumbuhan
tanaman. Jika dilihat dari kandungan, rebung bambu MOL dapat digunakan
sebagai stimulator pertumbuhan pada fase vegetatif. Rebung MOL memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kacang panjang.
10
10
2.2 Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Yunus Radiarta dkk, (2019), tentang respon pemberian
MOL (mikro organisme lokal) rebung bambu terhadap pertumbuhan cabai rawit
(Capsicum frutescens L.) di media gambut. Hasil menunjukkan bahwa pemberian
mikroorganisme lokal rebung bambu 1 liter memberikan respon yang baik
terhadap diameter batang tanaman cabai rawit dengan pencapaian rataan selisih
tertinggi 2.80 mm. dan pemberian mikroorganisme lokal rebung bambu 2 liter
memberikan respon yang baik terhadap jumlah daun tanaman cabai rawit dengan
pencapaian jumlah selisih tertinggi 13 helai.
Hasil penelitin Achmad Fatoni dkk, (2016), tentang Pengaruh MOL Rebung
Bambu(Dendrocalamusasper) dan Waktu Pengomposan terhadap Kualitas Pupuk
dari Sampah Daun. Hasil penelitian di duga bahwa dosis MOL 100 ml rebung dan
14 hari waktu permentasi adalah perlakuan terbaik dalam mempengaruhi kualitas
pupuk dari serasah daun.
Hasil penelitian Abdullah Samosir dan Gusniwati (2014), tentang
Pemberian MOL rebung di pembibitan kelapa sawit (Elaisguineensis Jacq) secara
signifikan mempengaruhi pertumbuhan tinggi bibit, diameter bibit, jumlah daun,
luas daun, penurunan berat kering dan berat kering. Pemberian MOL rebung 50
ml memberikan pertumbuhan terbaik biji kelapa, tinggi daun, berat kering akar,
dan penurunan berat kering pada PreNursery.
2.3 Kerangka Pikir
Tanaman kacang panjang merupakan salah satu komoditas sayuran yang
sangat potensial untuk dikembangkan, karena kacang panjang mempunyai nilai
ekonomi yang cukup tinggi. Kacang panjang juga yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai sayuran. Dalam upaya peningkatan gizi masyarakat, kacang
panjang penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Meskipun memiliki
kandungan nutrisi yang cukup lengkap dan banyak digunakan oleh masyarakat,
produksi kacang panjang terus menurun. Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman
kacang panjang mengalami penurunan karena degradasi lahan atau lahan karena
petani menggunakan terlalu banyak bahan kimia untuk mencapai banyak hasil,
tetapi di belakang penggunaan pupuk kimia yang akan merusak tanah dan
menyebabkan penurunan produksi tanaman kacang panjang.
11
11
Jadi salah satu alternatif yang baik untuk mengatasi masalah di atas adalah
dengan menggunakan pupuk organik, salah satunya dilakukan dengan
menggunakan MOL rebung bambu, karena tingginya kandungan zat pengatur
tumbuh. Larutan MOL mengandung nutrisi mikro dan makro dan juga
mengandung bakteri yang memiliki potensi untuk merombak bahan organik dan
merangsang tanaman, sehingga larutan MOL dapat digunakan baik sebagai
pengurai dan dengan menggunakan rebung MOL dapat memperbaiki struktur
tanah karena berlebihan penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan produksi
tanaman kacang panjang.
12
12
Gambar 2. Skema Kerangka Pikir Penelitian
2.4 Hipotesis
1. Diduga bahwa pemanfaatan MOL rebung bambu dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang panjang.
2. Pemberian dosis terbaik MOL rebung bambu mampu meningkatkan
pertumbuhan dan produktivitas tanaman kacang panjang.
P0
Kontrol
P1 = MOL
rebung
bambu
sebanyak
50
ml/liter air
P2 =MOL
rebung
bambu
sebanyak
100
ml/liter
air
P3 =MOL
rebung
bambu
sebanyak
150
ml/liter
air
P4 = MOL
rebung
bambu
sebanyak
200
ml/liter
air
P5 = MOL
rebung
bambu
sebanyak
250
ml/liter
air
Memperbaiki Sruktur Tanah
dan Meningkatkan
Pertumbuhan serta Produksi
Tanaman Kacang Panjang
Penggunaan MOL Rebung
Bambu dengan Perlakuan yang
Berbeda
Penggunaan Pupuk
Kimia Sangat
Berlebihan
Perombak Bahan Organik,
Perangsang Pertumbuhan,
Kesuburan Tanah
Rendah
Sebagai Dekompuser,Pupuk
Hayati
Hasil Kacang Panjang
Menurun
Kacang Panjang
13
13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan II Kampus II Fakultas
Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo Jalan Lamaranginang Kelurahan
Batupasi Kecamatan Wara Utara Kota Palopo. Waktu pelaksanaan penelitian pada
bulan Desember 2019 sampai Maret 2020.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih kacang panjang
(varietas Kanton Tavi), air, rebung bambu, air kelapa, gula merah, bambu, plastik
label dan tali.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, ember plastik,
papan Penelitian, selang, botol, gelas ukur, kalkulator, isolasi, parang, meteran,
timbangan, buku, pulpen, gunting, label perlakuan dan kamera.
3.3 Metode Percobaan
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan, sehingga terdapat 24 unit percobaan. Adapun
perlakuan yang diberikan sebagai berikut:
P0 = Kontrol
P1 = MOL rebung bambu dengan dosis 50 ml/liter air
P2 = MOL rebung bambu dengan dosis 100 ml/liter air
P3 = MOL rebung bambu dengan dosis 150 ml/liter air
P4 = MOL rebung bambu dengan dosis 200 ml/liter air
P5 = MOL rebung bambu dengan dosis 250 ml/liter air
Data pengamatan kemudian dianalisis secara statistik menggunakan
analisis sidik ragam (uji F). Apabila analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh
nyata maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 0.05 (data
pengamatan kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam, selanjutnya data diuji
dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%)
14
14
3.4 Metode Pelaksanaan
1. Persiapan Lahan
Pengolahan dialakukan sebelum penanaman, pertama yang dilakukan yaitu
membersihkan dari rumput-rumput liar, kemudia tanah dicangkul sedalam 30 cm
hingga tanah menjadi gembur, lalu dibuat bedengan dengan ukuran lebar 60-80
cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi bedengan 30 cm, panjang bedengan 60
cm. Pembuatan parit disekeliling bedeng juga sangat di perlukan untuk
mengurangi genangan air pada musing hujan.
2. Persiapan benih
Persiapan benih dilakukan dengan cara diseleksi terlebih dahulu dengan
memilih benih yang berasal dari varietas yang unggul dan memisahkan benih
yang rusak. Benih tidak disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam
pada lubang tanam yang telah disiapkan.
3. Penanaman
Penanaman benih dilakukan dengan cara dibuatkan lubang tanam. Pada
setiap bedeng terdapat 2 lubang dengan jarak lubang tanam antar bedeng adalah
50 cm. Penanaman dilakukan dengan cara benih dimasukkan ke dalam lubang
tanam sebanyak 2 biji, kemudian tutup dengan tanah. Setelah penanaman harus
dilakukan pemeliharaan, penyulaman dan pemupukan agar pertumbuhan tanaman
menjadi baik.
4. Pembuatan MOL rebung bambu
Sebelum memulai pembuatan MOL rebung bambuh terlebih dahulu
siapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan MOL rebung bambu
yaitu rebung bambu kurang lebih 3 kg, air kelapa sebanyak 3,5 liter, gula merah
sebanyak 2,5 ons, ember plastik, selang, botol dan isolasi. Rebung bambu di
tumbuk halus atau diiris-iris dan dimasukkan pada ember atau tong plastik,
campurkan dengan gula merah yang sudah dihaluskan dan aduk sampai rata,
rendam dengan air kelapa sebanyak 3,5 liter, tutup rapat ember dengan plastik,
dan berikan selang plastik yang disambungkan dengan air yang berada pada botol.
Dilakukan fermentasi selama 15 hari sampai tercium aroma hasil fermentasi
Setelah itu larutan MOL rebung bambu siap untuk digunakan.
15
15
5. Pemberian perlakuan/aplikasi
Pengaplikasian MOL rebung bambu dilakukan sebanyak 3 kali. Aplikasi
pertama dilakukan pada saat awal penanaman, aplikasi kedua dilakukan pada saat
tanaman berumur 2 MST dan aplikasi ketiga dilakukan pada saat tanaman
berumur 4 MST. Pengaplikasian MOL rebung bambu dilakukan dengan cara
menyiram MOL rebung bambu disekitar perakaran tanaman menggunakan gelas
ukur dengan jarak 5 cm dari batang tanaman sesuai dengan dosis perlakuan yang
telah ditentukan dalam rancangan penelitian.
6. Pengamatan
Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur dua minggu setalah
tanam. Kemudian pengamatan dilakukan 2 minggu sekali untuk parameter tinggi
tanaman, jumlah daun, umur berbungah dan jumlah bungah. Sedangkan
pengamatan untuk parameter jumlah buah, panjang buah dam berat buah
dilakukan setelah panen.
3.5 Parameter Pengamatan
1. Tinggi tanaman (cm)
2. Jumlah daun ( helai)
3. Umur berbunga (helai)
4. Jumlah bunga
5. Jumlah buah
6. Panjang buah (cm)
7. Berat buah (kg)
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian dengan pengaplikasian MOL
rebung bambu ini adalah sebagai berikut:
1. Tinggi Tanaman (cm)
Rata-rata tinggi tanaman kacang panjang pada minggu kedua setelah tanam
sampai minggu keempat setelah tanam dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3a
sedangkan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3b.
Gambar 3. Diagram Tinggi tanaman pada Pemanfaatan Pemberian MOL Rebung
Bambu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang
Panjang.
Hasil rata-rata tinggi tanaman kacang panjang tidak berpengaruh nyata
pada pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang panjang. Diagram diatas menunjukkan rata-rata tinggi tanaman
kacang panjang terbaik ditujukkan pada perlakuan P4 dengan nilai rata-rata
108,70 cm, terbaik kedua ditunjukkan pada P1 dengan rata-rata 105,56cm, terbaik
85.75
105.56
65.63
93.23
108.70
65.50
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
1 2 3 4 5 6P0 P4
P5
Perlakuan
P0 P1 P2 P3 P5
Tin
ggi
Tan
am
an
(C
m)
17
ketiga P3 dengan rata-rata 93,23 cm, terbaik keempat P0 dengan rata-rata 85,75
cm, kemudian terbaik kelima terdapat pada P2 dengan rata-rata 65,63cm
sedangkan untuk hasil terendah pemanfaatan MOL rebung bambu ditunjukkan
pada perlakuan P5 dengan rata-rata 65,50 cm.
2. Jumlah Daun (helai)
Rata-rata jumlah daun tanaman kacang panjang pada minggu kedua sampai
minggu keempat dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6a sedangkan analisis sidik
ragamnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6b.
Gambar 4. Diagram Rata-rata Jumlah Daun pada Pemanfaatan Pemberian MOL
Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang.
Hasil rata-rata untuk parameter jumlah daun kacang panjang tidak
berpengaruh nyata pada pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman kacang panjang. Dapat dilihat pada diagram diatas
perlakuan P3 dengan nilai rata-rata sebesar 28,38 untuk hasil terbaik dengan
pemanfaatan MOL rebung bambu. Terbaik kedua P4 dengan nilai rata-rata 26,75,
terbaik ketiga terlihat pada P0 dengan nilai rata-raat 26,25, terbaik keempat P1
dengan nilai rata-rata 23,75, terbaik kelima P5 dengan nilai rata-rata 21,88
sedangkan perlakuan dengan rata-rata terendah dengan pemanfaatan MOL rebung
26.25
23.75
21.50
28.38 26.75
21.88
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
1 2 3 4 5 6P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan Perlakuan
Ju
mla
h D
au
n (
Hela
i)
P0 P1 P2 P3 P4 P5
18
bambu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang, terdapat
pada P2 dengan nilai rata-rata 21,50.
3. Umur Berbunga (hari)
Hasil pengamatan umur berbunga tanaman kacang panjang dari minggu
pertama sampai minggu keempat dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7a sedangkan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel Liagram 7b.
Gambar 5. Diagram Rata-rata Umur Berbunga pada Pemanfaatan Pemberian
MOL Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang.
Berdasarkan rata-rata umur berbunga tanaman kacang panjang berbeda
nyata, pada perlakuan P5 memperlihatkan kemuncul bunga yang paling cepat
sedangkan kelambatan untuk kemuncul bunga dapat dilihat pada perlakuan P0
pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman
kacang panjang. Diagram diatas menunjukkan P0 (kontrol) nilai rata-rata umur
berbunga tanaman kacang panjang yaitu 28,50 hari untuk hasil terbaik, terbaik
kedua terdapat pada P2 yang menunjukkan rata-rata umur berbunga 28,38 hari,
terbaik ketiga P3 dengan nlai rata-rata 27,00 hari, selanjutnya terbaik keempat P4
dengan rata-rata 25,13 hari, kemudian diikuti terbaik kelima P5 dengan nilai rata-
rata 23,13 hari dan P2 merupakan hasil terendah dengan nilai rata-rata 24,88 hari
28,50 b 28,38 b
24,88 ab
27,00 ab
25,13 ab
23,13 a
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
1 2 3 4 5 6P0 P2 P3 P4 P5
Perlakuan
P0
Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
P1
Perlakuan Perlakuan Perlakuan Perlakuan
Um
ur B
erb
un
ga (
Hari)
19
dengan pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang panjang.
4. Jumlah Bunga (hari)
Rata-rata jumlah bunga tanaman kacang panjang pada minggu pertama
sampai minggu kedelapan lima hari atau sama dengan hari terakhir hitung jumlah
bunga untuk data penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9a dan analisis
sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 9b.
Gambar 6. Diagram Rata-rata Jumlah Bunga pada Pemanfaatan Pemberian MOL
Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang.
Hasil rata-rata untuk parameter jumlah bunga kacang panjang tidak
berpengaruh nyata pada pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman kacang panjang. Dapat dilihat pada diagram diatas
perlakuan P5 dengan nilai rata-rata sebesar 44,63 untuk hasil terbaik dengan
pemanfaatan MOL rebung bambu. Terbaik kedua P4 dengan nilai rata-rata 33,38,
terbaik ketiga terlihat pada P3 dengan nilai rata-raat 31,38, terbaik keempat P1
dengan nilai rata-rata 28,13, terbaik kelima P0 dengan nilai rata-rata 25,88
sedangkan perlakuan dengan rata-rata terendah dengan pemanfaatan MOL rebung
25.88 28.13
25.63
31.38 33.38
44.63
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
1 2 3 4 5 6P0 P2 P3 P4 P5
Perlakuan Perlakuan
Ju
mla
h B
un
ga (
Hari)
P0 P1 P2 P3 P4 P5
20
bambu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang, terdapat
pada P2 dengan nilai rata-rata 25,63.
5. Berat Buah (gram)
Rata-rata berat buah tanaman kacang panjang pada minggu pertama
sampai minggu kesembilan lima hari atau sama dengan hari terakhir panen kacang
panjang untuk data penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10a sedangkan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10b.
Gambar 7. Diagram Rata-rata berat Buah pada Pemanfaatan Pemberian MOL
Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang.
Hasil diagram di atas rata-rata berat buah tanaman kacang panjang tidak
berpengaruh nyata pada pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman kacang panjang. Diagram diatas menunjukkan bahwa P5
merupakan perlakuan yang memiliki hasil terbaik dengan nilai rata-rata 223,38
gram dengan pemanfaatan MOL rebung bambu. Terbaik kedua P3 dengan nilai
rata-rata 212,00 gram, terbaik ketiga P0 (kontrol) dengan nilai rata-rata 208,00
gram, terbaik keempat P4 dengan rata-rata 203,38 gram, kemudian terbaik kelima
pada P1 dengan nilai rata-rata 200,00 gram, selanjutnya diikuti rata-rata berat
buah terendah dengan pemanfaatan MOL rebung bambu terdapat pada P2 dengan
nilai rata-rata 164,43 gram.
208.00 200.00
164.63
212.00 203.38
223.38
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
1 2 3 4 5 6P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan Perlakuan
Berat
Bu
ah
(gram
)
21
6. Jumlah Buah (Buah)
Rata-rata jumlah buah tanaman kacang panjang pada minggu pertama
sampai minggu kesembilan lima hari atau sama dengan hari terakhir panen kacang
panjang untuk data penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran 11a sedangkan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 11b.
Gambar 8. Diagram Rata-rata Jumlah Buah pada Pemanfaatan Pemberian MOL
Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang.
Hasil rata-rata untuk parameter jumlah buah kacang panjang tidak
berpengaruh nyata pada pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman kacang panjang. Dapat dilihat pada diagram diatas
perlakuan P5 dengan nilai rata-rata sebesar 11,88 untuk hasil terbaik dengan
pemanfaatan MOL rebung bambu. Terbaik kedua P0 dengan nilai rata-rata 10,88,
terbaik ketiga terlihat pada P3 dengan nilai rata-raat 10,50, terbaik keempat P2
dengan nilai rata-rata 9,75, terbaik kelima P1 dengan nilai rata-rata 9,50
sedangkan perlakuan dengan rata-rata terendah dengan pemanfaatan MOL rebung
bambu terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang, terdapat
pada P4 dengan nilai rata-rata 6,88.
10.88
9.50 9.75 10.50
6.88
11.88
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
1 2 3 4 5 6P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan Perlakuan
Ju
mla
h B
uah
(B
uah
)
P0 P1 P2 P3 P4 P5
22
7. Panjang Buah (cm)
Rata-rata panjang buah tanaman kacang panjang pada minggu pertama
sampai minggu kesembilan lima hari atau sama dengan hari terakhir panen kacang
panjang untuk data penelitian dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12a sedangkan
analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 12b.
Gambar 9. Diagram Rata-rata Panjang Buah pada Pemanfaatan Pemberian MOL
Rebung Bambu Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Kacang Panjang.
Hasil diagram di atas rata-rata panjang buah kacang panjang tidak
berpengaruh nyata pada pemberian MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang panjang. Diagram diatas menunjukkan bahwa P5
merupakan hasil terbaik dengan nilai rata-rata 190,00 cm, dengan pemberian
MOL rebung bambu. Terbaik kedua P4 dengan nilai rata-rata 182,00 cm, terbaik
ketiga P3 dengan nilai rata-rata 170,25 cm, terbaik keempat P0 (kontrol) dengan
rata-rata 170,13 cm, kemudian terbaik kelima pada P2 dengan rata-rata 155,38
cm, selanjutnya diikuti rata-rata panjang buah terendah dengan pemberian MOL
rebung bambu, terdapat pada P1 dengan rata-rata 144,50 cm.
170.13
144.50 155.38
170.25
182.00 190.00
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
1 2 3 4 5 6P0 P1 P2 P3 P4 P5
Perlakuan Perlakuan
Pan
jan
g B
uah
(cm
)
P0 P1 P2 P3 P4 P5
23
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemanfaatan MOL rebung bambu
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang panjang memberikan hasil
yang tidak berpengaruh nyata terhadap hampir kesemua parameter pengamatan
yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah buah, panjang buah, dan
berat buah dan hanya terdapat satu parameter umur berbunga yang memberikan
hasil nyata pada pemanfaatan MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kacang panjang dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan
larutan MOL rebung bambu mempunyai kandungan C organik dan giberalin yang
tinggi sehingga mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Selain itu MOL
rebung bambu juga mengandung mikroorganisme yang sangat penting untuk
membantu pertumbuhan tanaman yaitu Azotobacter dan Azospirillum. Sehingga
dalam pemanfaatan bagi tanaman diharapkan bahwa MOL rebung bambu dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman kacang panjang.
Analisis sidik ragam parameter pengamatan pada tinggi tanaman yang
terbaik ditunjukkan pada perlakuan P4 (108,70 cm) dengan pemberiam MOL
rebung bambu 200 ml/ l air dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal
disebabkan karena MOL rebung bambu mampu memperbaiki kondisi tanah dalam
hal tersedianya unsur hara yang diperlukan dalam pertumbuhan, sehingga
mendukung pertumbuhan tanaman. Sejalan dengan pendapat Rismunandar (2006)
bahwa Mikroba dalam tanah merupakan proses dekomposisi media sehingga
membantu penyediaan hara dari bahan organik yang tersedia ditanah yang
akhirnya dapat meningkatkan penyerapan hara oleh tanaman, sehingga laju
pertumbuhan tanaman berkembang secara optimal.
Analisis sidik ragam menunjukkan jumlah daun tertinggi terbaik dengan
rata-rata 28,38 helai dengan dosis MOL rebung bambu yang tertinggi dalam
penelitian ini yaitu pada perlakuan P3 (150 ml/l air) dengan dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Oleh karena itu suplay unsur hara yang cukup dapat
merangsang dan mempercepat pertumbuhan organ tanaman sehingga tanaman
memberikan hasil akhir yang lebih besar terhadap produksi tanaman kacang
panjang. Menurut Lingga dan Marsono (2001) bahwa suatu tanaman akan tumbuh
dan mencapai tingkat produksi tinggi bila unsur hara yang di butuhkan tanaman
24
berada dalam keadaan cukup tersedia dan berimbang didalam tanah dan unsur N,
P, K merupakan tiga (3) dari 6 unsur hara makro yang mutlak diperlukan
tanaman. Apabila salah satu unsur makro kurang atau tidak tersedia dalam tanah
dapat mempengaruhi penyerpan nutrisi pada pertumbuhan tanaman
Analisis sidik ragam parameter pengamatan pada umur berbunga
menunjukkan perlakuan paling cepat berbunga terdapat pada perlakuan P5 (MOL
Rebung Bambu 250 ml/l air) yang memperlihatkan kemunculan bunga dengan
nilai rata-rata 23,13 HST, sedangkan yang paling lambat pada P0 (kontrol) dengan
nilai rata-rata 28,50 HST. Kemunculan bunga yang lebih cepat pada perlakuan P5
membuktikan jika unsur hara P yang ada pada MOL rebung bambu telah terserap
dengan baik pada tanaman kacang panjang dikarenakan unsur hara P yang
memiliki peran dalam mempercepat kemunculan bunga pada tanaman. Hal ini
seperti yang dinyatakan oleh Setianingsih (2009) bahwa MOL rebung bambu
memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif dan tanaman toleran
terhadap penyakit, kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion
Al, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan fosfor (P) tanah yang berguna
pada proses pembungaan dan pembentukan buah. Hal ini sejalan dengan Sutejo
dan Kartasapoetra (2003) yang menyatakan bahwa unsur hara P dapat
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah/biji.
Analisis sidik ragam parameter pengamatan pada jumlah bunga
menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan P5 (MOL Rebung Bambu 250 ml/l air)
dengan rata-rata 44,63 buah, sedangkan yang paling terendah pada P2 dengan
rata-rata 25,63 buah. Hal ini senada dengan pernyataan Wahid et al., (2002) jika
unsur N diberikan dalam jumlah yang berlebihan justru dapat mengakibatkan
produksi tanaman menurun, hal ini dikarenakan pemberian unsur N dalam jumlah
yang banyak atau melebihi kebutuhan tanaman dapat mengakibatkan fase
vegetatif tanaman lebih panjang, mudah rebah, dan respon terhadap serangan
hama sehingga pembentukan organ generatif menjadi tidak maksimal. Sedangkan
Sutejo dan Kartasapoetra (2003) menyatakan bahwa unsur hara P dapat
mempercepat pembungaan dan pemasakan buah/biji.
Analisis sidik ragam parameter pengamatan pada jumlah buah
menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan P5 (MOL Rebung Bambu 250 ml/l air)
25
dengan rata-rata 11,88 buah, sedangkan yang paling terendah pada P4 dengan
rata-rata 6,88 buah. Hal ini menunjukkan bahawa jumlah buah yang terbentuk
lebih banyak dengan ada perlakuan yang diberikan pada tanaman kacang panjang
yaitu dengan pemberian MOL rebung bambu. Hal ini disebabkan karena adanya
unsur fospor (P) yang terdapat dalam MOL rebung bambu dimana fospor (P)
sangat berperan penting dalam pembentukan buah seperti yang dinyatakan oleh
Setianingsih (2009) bahwa fospor merangsang pembentukan bunga, buah dan biji
bahkan mampu mempercepat pemasakan buah.
Analisis sidik ragam parameter pengamatan berat buah tanaman kacang
panjang meningkatkan berat buah pada perlakuan P5 (MOL Rebung Bambu 250
ml/l air) dengan nilai rata-rata 223,38 gram. Sedangkan P2 merupakan perlakuan
terendah pada parameter pengamatan ini dengan nilai rata-rata 164,43 gram.
Perlakuan P5 merupakan dosis yang cukup untuk pertumbuhan tanaman kacang
panjang dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan dalam MOL rebung bambu
terdapa tunsur hara fospor yang cukup untuk pertumbuhan berat buah. Hal ini
sejalan dengan Syamsudin, dkk (2010) menjelaskan bahwa unsur fospor berfungsi
untuk mengubah karbohidrat seperti dalam perubahan tepung menjadi gula. Hasil
perubahan karbohidrat tersebut akan berperan dalam pembentukan buah baik
ukuran buah maupun beratnya, jika ketersediaan unsur fosfor dalam tanah tersedia
bagi tanaman maka akan menambah ukuran dan berat buah hasil panen.
Analisis sidik ragam parameter pengamatan panjang buah buah tanaman
tekacang panjang menunjukkan hasil terbaik pada perlakuan P5 (MOL Rebung
Bambu 250 ml/l air) dengan nilai rata-rata 190,00cm, dan diikuti pada perlakuan
P4, P0, P3, P2 sebagai rata-rata tertinggi berikutnya sedangkan P1 dengan nilai
rata-rata diameter buah terendah yaitu 144,50cm. Perlakuan P5 merupakan dosis
yang cukup untuk pertumbuhan panjang buah. Hal ini disebabkan karena tanaman
kacan panjang memiliki ukuran panjangr buah yang relatif seragam yang sangat
dominan ditentukan oleh faktor dalam tanaman kacang panjan itu sendiri. Seperti
dinyatakan oleh Lakitan (2011) bahwa ukuran buah/biji agaknya lebih
dikendalikan oleh faktor genetik (faktor dalam) dibandingkan faktor lingkungan.
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di simpulkan bahwa
pemberian MOL rebung bamboo tidak berpengaruh nyata terhadap semua
parameter pengamatan hal ini disebabkan dosis yang di aplikasikan pada
penelitian ini belum mencukupi untuk meningkatkan produksi dan hasil tanaman
kacang panjang. Penggunaan MOL rebung bambu pada perlakuan P5= 250ml/L
air mampu meningkatkan jumlah bunga dengan rata-rata 44,63 hari, bobot buah
dengan rata-rata 223,38 gram, jumlah buah dengan rata-rata 11,88 buah dan
panjang buah dengan rata-rata 190,00. Hal ini diduga karena pemanfaatan MOL
rebung bambu kurang efektif sehingga belum mampu meningkatkan pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang panjang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan pada penelitian
selanjutnya agar meningkatkan dosis MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman kacang panjang untuk meningkatkan produksi secara maksimal.
27
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Fatoni dkk, (2016). Pengaruh Mol Rebung Bambu
(dendrocalamusasper) dan Waktu Pengomposan terhadap Kualitas
Pupuk dari Sampah Daun. Malang Direktorat Jenderal Hortikultura, (2017), Statistik Produksi Hortikultura2015, Departemen Pertanian, Jakarta.
Anto A. 2013 Teknologi Budidaya Kacang Panjang. Penyuluhan Pertanian BPTP.
Kalimantan Tengah.
Arniana, A. 2012. Pemanfaatan Residu Bahan Organik dan Fofat untuk Budidaya
Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensi L.) berkala Penelitian
Agronomi Vol 1:8-15.
Badan Pusat Statistik, 2014. Statistik Produksi Hortikultura. Jakarta. Diakses 22
Februari 2018.
Bastianus Zaevie. Mrisi Napituplu, Puji Astuti. 2014. Respon Tanaman Kacang
Panjang (Vigna sinensis L) TerhadapPertumbuhan Pupuk Npk Pelangi
dan Pupuk Organik Nasa. Journal Agrifor. Vol 13. 32 halaman.
Chuzaimah, 2013. Analisis Ekonomi Komoditi Kacang Panjang di Kabupaten
Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah Agriba Nomor 2 Edisi
September Tahun 2013.
Hakim,I., (2013). Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L) Varietas Kanton Melalui Pemberian Pupuk Petrobio Gr.
Skeripsi, Universitas Negeri Gorontalo
Haryanto, E., 2013 Budidaya Kacang Panjang, penebar swadaya. Jakarta
Hidajati, W. 2013. Hama dan Penyakit Utama Kacang Panjang serts Penanganan
Panen dan Pasca Panen. Pusat Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian Kementrian Pertanian.
Kamil, D, S., 2013 Analisis Faktor- Faktor yangg Mempengaruhi Produksi dan
Pendapatan Usaha tani Kacang Panjang., Skripsi, Fakultas Ekonomi
dan Manejemen, IPB, Bogor.
Kencana, P.K.D.,W. Widi, danN.S. Antara 2012. Praktik Baik Budidaya Bambu
Rebung Tabah (Gigantochloa nigrociliata). Denpasar Team UNUD-
USAID-TPC Project.
Kurdianinggsih, S., A. Rahayu, dan Setyono 2015. Kacang Panjang. Teknik
budidaya dan Analisis Usaha Tani.Yayasan Pustaka Nusantara,
Yogyakart.
Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. RajaGrafindo Persada,
Jakarta.
Lindung. 2015. Teknologi Mikroorganisme Em4 dan MOL, Kementrian Pertanian
Balai Pelatihan Pertanian Jambi
28
Maretza, D.T. 2009. Pengaruh Dosis Ekstrak Rebung Bambu Betung terhadap
Pertumbuhan Semai Sengon (Paraserianthes falcataria(L.). Laporan
Penelitian Institut Petanian Bogor.
Maspary. 2012. Membuat MOL Rebung Bambu.Diaksesdari http://www.gerbang
pertanian.com/2012/05/membuat-mol-rebung bambu.html. Diunduh
tanggal 30 Oktober 2019 pukul 20:43.
Nugroho.A. 2013. Meraup untung budidaya rebung. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta. 178 hal.
Setiyono, A, E, (2015). Pengaruh Umur dan Dosis Pupuk Kandang Limosin
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman KacangPanjang ( Vigna
sinensis L. ), Agrotech, 2 (1), ISSN 2355-195.
Sutejo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 2003. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka
Cipta, Jakarta.
Yunus Radiartadkk, (2019).Respon Pemberian MOL ( Mikroorganisme Lokal)
Rebung Bambu terhadap Petumbuhan Cabai Rawit (Capsicumfrutescens
L.) di Media Gambut.Sekolah Tinggi Ilmu PertanianLabuhabatu Jl.SM.
Raja No. 126A Rantauprapat, Sumatera Utara.
Yusnita, R. 2014. Budidaya Kacang Panjang (Vigna sinensis). Balai Penyuluhan
Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K).
Zaevie, B., Marisi, N., Puji, A. 2014. Respon Tanaman Kacang Panjang (Vigna
sinensis L.) Terhadap Pemberian pupuk NPK Pelangi Dan Pupuk
Organik Cair Nasa.
Zulfita.F.S. 2013. Pengaruh konsentrasi mikroorganismelokal (MOL) rebung
bambuterhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kailan pada tanah
gambut. Jurnal Lembaga Penelitian Universitas Tanjung Pura
Pontianak.
29
LAMPIRAN
30
Lampiran 1. Denah Penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Gambar 3. Dena penelitian
P0 = Kontrol
P1 = MOL rebung bambu dengan dosis 50 ml/liter air
P2 = MOL rebung bambu dengan dosis 100 ml/liter air
P3 = MOL rebung bambu dengan dosis 150 ml/liter air
P4 = MOL rebung bambu dengan dosis 200 ml/liter air
P5 = MOL rebung bambu dengan dosis 250 ml/liter air
POU1
P1U1
P4U1
P3U1
P5U1
P2U1
P3U2
POU2
P5U2
P2U2
P4U2
P1U2
P5U3
P1U3
P2U3
P4U3
POU3
P3U3
P5U4
P2U4
P1U4
P3U4
POU1
P4U4
31
Lampiran 2. Data Primer yang Telah Diolah
Tabel 1a. Rata- rata Tinggi Tanaman Kacang Panjang (cm) 1 MST pada
Pemberian MOL Rebung Bambu.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 10,50 12,00 17,00 14,00 53,50 13,38
P1 15,20 13,65 15,25 11,75 55,85 13,96
P2 12,00 14,10 25,00 13,25 64,35 16,09
P3 13,10 12,50 13,75 13,50 52,85 13,21
P4 13,75 16,00 10,75 10,15 50,65 12,66
P5 13,80 12,80 13,25 7,50 47,35 11,84
Total 78,35 81,05 95 70,15 324,55 81,1
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 1b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kacang Panjang (cm) 1 MST Pemberian
MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 53,45 17,82 1,97tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 41,88 8,38 0,93tn
2,90 4,56
Acak 15 135,3 9,02
Total 23 230,7
Keterangan : KK = 7,12%,
tn = tidak berbeda nyata
Tabel 2a. Rata- rata Tinggi Tanaman Kacang Panjang (cm) 2 MST pada
Pemberian MOL Rebung Bambu.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 22,50 17,50 19,00 22,50 81,50 20,38
P1 23,00 15,00 22,00 16,50 76,50 19,13
P2 19,00 20,50 7,50 18,00 65,00 16,25
P3 16,50 17,50 26,00 18,50 78,50 19,63
P4 20,50 24,50 17,50 18,50 81,00 20,25
P5 19,00 19,50 21,00 12,00 71,50 17,88
Total 120,5 114,5 113 106 454,00 113,5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 2b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kacang Panjang (cm) 2 MST Pemberian
MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 17,75 5,92 0,31tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 50,58 10,12 0,53tn
2,90 4,56
Acak 15 287,0 19,13
Total 23 355,3
Keterangan : KK = 3,84%,
tn = tidak berbeda nyata
32
Tabel 3a. Rata- rata Tinggi Tanaman Kacang Panjang (cm) 3 MST pada
Pemberian MOL Rebung Bambu.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 63,50 60,25 82,25 137,00 343,00 85,75
P1 184,75 100,75 91,75 45,00 422,25 105,56
P2 69,25 97,75 22,50 73,00 262,50 65,63
P3 82,25 61,90 108,25 120,50 372,90 93,23
P4 98,25 137,25 108,00 91,30 434,80 108,70
P5 113,00 62,50 58,50 28,00 262,00 65,50
Total 611 520,4 471,25 494,8 2097,45 524,4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 3b. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kacang Panjang (cm) 3 MST Pemberian
MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 1869,44 623,15 0,42tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 7095,92 1419,18 0,97tn
2,90 4,56
Acak 15 22045,9 1469,72
Total 23 31011,2
Keterangan : KK = 1,12%,
tn = tidak berbeda nyata
Tabel 4a. Rata- rata Jumlah Baun Kacang Panjang (helai) 1 MST pada Pemberian
MOL Rebung Bambu.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 4,0 2,0 1,5 2,0 9,50 2,38
P1 2,0 2,0 2,0 2,0 8,00 2,00
P2 2,0 2,0 2,0 2,0 8,00 2,00
P3 3,0 2,0 2,0 2,0 9,00 2,25
P4 2,0 2,0 2,0 2,0 8,00 2,00
P5 2,0 2,0 2,0 2,0 8,00 2,00
Total 15 12 11,5 12 50,50 12,6
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 4b. Sidik Ragam Jumlah Daun Kacang Panjang (helai) 1 MST Pemberian
MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 1,28 0,43 2,03tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 0,55 0,11 0,52tn
2,90 4,56
Acak 15 3,2 0,21
Total 23 5,0
Keterangan : KK = 34,42%,
tn= tidak berbeda nyata
33
Tabel 5a. Rata- rata Jumlah Daun Kacang Panjang (helai) 2 MST pada Pemberian
MOL Rebung Bambu.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 13,0 12,5 19,0 12,5 57,0 14,25
P1 14,0 11,0 16,0 10,5 51,5 12,88
P2 8,5 12,5 10,5 14,0 45,5 11,38
P3 12,5 13,0 12,5 11,0 49,0 12,25
P4 12,0 14,0 14,0 11,5 51,5 12,88
P5 12,0 13,0 8,0 5,5 38,5 9,63
Total 72 76 80 65 293,0 73,3
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 5b. Sidik Ragam Jumlah Daun Kacang Panjang (helai) 2 MST Pemberian
MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 20,46 6,82 1,05tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 49,71 9,94 2,25tn
2,90 4,56
Acak 15 91,3 6,09
Total 23 161,5
Keterangan : KK = 12,28%,
tn = tidak berbeda nyata
Tabel 6a. Rata-rata Jumlah Daun Kacang Panjang (helai) 3 MST pada Pemberian
MOL Rebung Bambu
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 25,0 25,0 25,5 29,5 105,00 26,25
P1 27,5 26, 20,0 21,5 95,00 23,75
P2 14,5 24,5 22,0 25,0 86,00 21,50
P3 34,0 25,5 26,5 27,5 113,50 28,38
P4 28,0 26,0 28,0 25,0 107,00 26,75
P5 33,5 20,0 17,0 17,0 87,50 21,88
Total 162,5 147 139 145,5 594,00 148,5
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 6b. Sidik Ragam Jumlah Daun Kacang Panjang (helai) 3 MST Pemberian
MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 49,58 16,53 0,80tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 156,88 31,38 1,52tn
2,90 4,56
Acak 15 310,5 20,70
Total 23 517,0
Keterangan : KK = 4,97%,
tn = tidak berbeda nyata
34
Tabel 7a. Rata- rata Umur Berbunga Kacang Panjang (hari) 3 MST pada
Pemberian MOL Rebung Bambu
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 29,5 25,5 28,5 30,5 114,00 28,50
P1 30,5 30,0 27,5 25,5 113,50 28,38
P2 24,5 26,5 26,0 22,5 99,50 24,88
P3 28,5 26,0 25,0 28,5 108,00 27,00
P4 25,0 24,0 24,0 27,5 100,50 25,13
P5 21,5 22,5 26,0 22,5 92,50 23,13
Total 159,5 154,5 157 157 628,00 157,0
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 7b. Sidik Ragam Umur Berbunga Kacang Panjang (hari) 3MST Pemberian
MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 2,08 0,69 0,16tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 92,08 18,42 4,11* 2,90 4,56
Acak 15 67,2 4,48
Total 23 161,3
Keterangan : KK = 7,75%, BNJ= 4,83,
tn = tidak berbeda nyata, *= berbeda nyata
Tabel 8. Notasi rata-rata umur berbunga tanaman kacang panjang pada pengaruh
pemanfaat MOL rebung bambu terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kacang panjang.
Perlakuan Pengamatan
P0 28,50 b
P1 28,38 b
P2 24,88 ab
P3 27,00 ab
P4 25,13 ab
P5 23,13 a
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 9a. Rata- rata Jumlah Bunga Kacang Panjang (Vignasinensis L.) (helai) 4
MST pada Pemberian MOL Rebung Bambu
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 20,50 21,50 27,00 34,50 103,50 25,88
P1 36,50 30,00 20,00 26,00 112,50 28,13
P2 27,00 29,50 19,00 27,00 102,50 25,63
P3 32,50 26,00 35,50 31,50 125,50 31,38
P4 47,50 39,50 28,00 18,50 133,50 33,38
P5 48,00 44,50 62,00 24,00 178,50 44,63
Total 212 191 191,5 161,5 756,00 189,0
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
35
Tabel 9b. Sidik Ragam Jumlah Bunga Kacang Panjang (Vignasinensis L.) (helai)
4 MST Pemberian MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 215,92 71,97 0,78tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 1013,38 202,68 2,19tn
2,90 4,56
Acak 15 1387,7 92,51
Total 23 2617,0
Keterangan : KK = 4,69%,
tn= tidak berbeda nyata
Tabel 10a. Rata- rata Berat Buah Kacang Panjang (Vignasinensis L.) (gram) 8
MST pada Pemberian MOL Rebung Bambu
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 169,00 300,50 168,00 194,50 832,00 208,00
P1 383,00 116,50 112,00 188,50 800,00 200,00
P2 151,00 146,00 53,00 308,50 658,50 164,63
P3 237,50 199,50 214,50 196,50 848,00 212,00
P4 266,00 312,00 161,50 74,00 813,50 203,38
P5 366,00 258,00 62,00 207,50 893,50 223,38
Total 1572,5 1332,5 771 1169,5 4845,50 1211,4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 10b. Sidik Ragam Berat Buah Kacang Panjang (Vignasinensis L.) (gram)
8 MST Pemberian MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 56794,36 18931,45 2,36tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 7982,43 1596,49 0,20tn
2,90 4,56
Acak 15 120195,7 8013,05
Total 23 184972,5
Keterangan : KK = 0,22%,
tn= tidak berbeda nyata
Tabel 11a. Rata- rata Jumlah Buah Kacang Panjang (Vignasinensis L.) (hari) 8
MST pada Pemberian MOL Rebung Bambu.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 8,00 13,50 12,50 9,50 43,50 10,88
P1 16,50 6,50 5,50 9,50 38,00 9,50
P2 6,50 10,50 5,00 17,00 39,00 9,75
P3 9,00 9,50 17,00 6,50 42,00 10,50
P4 7,50 8,50 9,00 2,50 27,50 6,88
P5 14,00 9,00 10,50 14,00 47,50 11,88
Total 61,5 57,5 59,5 59 237,50 59,4
Sumber : Data Primer Setelah Diolah
36
Tabel 11b. Sidik Ragam Jumlah Buah Kacang Panjang (Vignasinensis L.) (hari) 8
MST Pemberian MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 1,36 0,45 0,02tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 58,18 11,64 0,61tn
2,90 4,56
Acak 15 285,9 19,06
Total 23 345,5
Keterangan : KK = 7,89%,
tn = tidak berbeda nyata
Tabel 12a. Rata- rata Panjang Buah Kacang Panjang (Vignasinensis L.) (cm) 8
MST pada Pemberian MOL Rebung Bambu.
Perlakuan Ulangan
Total Rerata 1 2 3 4
P0 222,00 154,50 148,00 156,00 680,50 170,13
P1 256,50 80,50 103,00 138,00 578,00 144,50
P2 118,50 171,00 85,50 246,50 621,50 155,38
P3 146,50 119,50 276,00 139,00 681,00 170,25
P4 172,50 252,00 196,00 107,50 728,00 182,00
P5 185,50 263,00 145,00 166,50 760,00 190,00
Total 1101,5 1040,5 953,5 953,5 4049,00 1012,3
Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)
Tabel 12b. Sidik Ragam Panjang Buah Kacang Panjang (Vignasinensis L.) (cm)
8 MST Pemberian MOL Rebung Bambu.
SK Db JK KT F.hit F.tabel
0.05 0.01
Kelompok 3 2611,13 870,38 0,19tn
3,29 5,42
Perlakuan 5 5592,83 1118,57 0,25tn
2,90 4,56
Acak 15 68170,0 4544,67
Total 23 76374,0
Keterangan : KK= 0,29%,
tn= tidak berbeda nyata
37
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1 : Proses Pengambilan Rebung Bambu
Gambar 2 : Proses Pembuatan MOL rebung bambu
38
Gambar 3 : Proses Pengolahan Lahan Penelitian
(d).
Gambar 4: Persiapan Bedengan Penelitian Tanaman Kacng Panjang
Gambar 5: Proses Aplikasi k-1 Sebelum Penanaman.
39
Gambar 6: Proses Penanaman Benih Kacang Panjang.
Gambar 7: Tanaman Kacang Panjang
Gambar 8 : Proses pengambilan data.
40
Gambar 9 : Pengaplikasian MOL rebung bambu ke-2
Gambar 10 : Proses Penancapan Ajir
Gambar 11 : Pengaplikasian MOL rebung bambu ke-3
41
Gambar 12 : Tanaman Kacang Panjang setiap Perlakuan
Gambar 13 : Panen Kacang Panjang
\
Gambar 14 : Pengamatan data panjang buah kacang panjang
42
Gambar 15: Pengambilan data Berat Kacang Panjang dan Hasil Panen Kacang
Panjang
Gambar 16 : Hasil Panen Kacang Panjang Setiap Perlakuan