EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING SEBAYA DALAM...
-
Upload
nguyenkiet -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING SEBAYA DALAM...
i
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING SEBAYA DALAM MENINGKATKAN
RESILIENSI PESERTA DIDIK KELAS XII SMA NEGERI 12
BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
NURUL ‘AINI
NPM : 1211080082
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1437 H/2017 M
i
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING SEBAYA DALAM MENINGKATKAN
ESILIENSI PESERTA DIDIK KELAS XII SMA NEGERI 12
BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling
Oleh :
NURUL ‘AINI
NPM. 1211080082
Jurusan: Bimbingan dan Konseling (BK)
Pembimbing I : Dra. Laila Maharani, M.Pd
Pembimbing II : Hardiyansyah Masya, M.Pd
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1438 H/2016 M
ii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING SEBAYA DALAM MENINGKATKAN
RESILIENSI PESERTA DIDIK KELAS XII SMA NEGERI 12 BANDAR
LAMPUNGTAHUN AJARAN 2016/2017
Oleh
Nurul ‘Aini
Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya resiliensi peserta didik di kelas
XII SMA Negeri 12 Bandar lampung yang ditandai dengan sikap peserta didik yang
membutuhkan keterangan tentang kecerdasan emosi, kurang mampu mengendalikan
diri, perpikir dan bersikap positif, sering gagal dan patah semangat, kurangnya
kemampuan dalam pennyelesaian konflik, merasa sukar menyesuaikan diri dengan
orang lain, takut bertanya atau menjawab dikelas, merasa tidak memiliki bakat
apapun. Atas dasar hal tersebut penulis menerapkan layanan konseling sebaya untuk
meningkatkan resiliensi peserta didik. Maka rumasan masalah dalam penelitian ini
adalah “apakah layanan konseling sebaya efektif dalam meningkatkan resiliensi
peserta didik kelas XII SMA Negeri 12 Bandar Lampung?”
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-experimental
dengan one group pretest-posttest desain. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10
peserta didik kelas XII SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang memiliki resiliensi
rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa layanan konseling
sebaya ektif dalam meningkatkan resiliensi yang rendah pada peserta didik kelas XII
SMA Negeri 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan angket, (skala tentang resiliensi) dan observasi.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi dapat
ditingkatkan menggunakan layanan konseling sebaya, hal ini ditunjukkan dari hasil
analisis data dengan menggunakan t-test, dari skor yang diperoleh yaitu thitung =
23,653 > ttabel = 2,101 maka, Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya layanan
konseling sebaya efektif untuk meningkatkan resiliensi yang rendah.
Kesimpulan dalam penelitian adalah bahwa layanan konseling sebaya efektif
dalam meningkatkan resiliensi peserta didik kelas XII SMA Negeri 12 Bandar
Lampung tahun ajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Layanan Konseling Sebaya, Resiliensi.
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya”.1
1 Al-Qur‟an Surat Al-maaidah ayat 02
vi
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT, saya ucapkan banyak terimakasih,
skripsi ini saya persembahkan kepada;
1. Kedua orang tua saya yang tercinta, untuk Bapak Mahmud dan Ibu Ismawati
yang telah menyayangi, mengasihi, dan mendidik saya, serta senantiasa selalu
mendo‟akan saya dalam penyelesaian skripsi.
2. Nenekku Mardiyah yang selalu mendo‟akan dan mencintaiku, serta adik-adik
yang saya cintai, Nabila Azhari, Akhdan Natha Azizan, Chusna maratus
sholehah, dan Muhammad Jimba yang selalu menemani dan memberikan
semangat dalam kondisi senang maupun susah.
3. Keluarga besar yang selalu membantuku, mendukung setiap langkahku, dan
selalu mendampingiku disetiap kesulitanku dan memotivasiku, dan member
dukungan dalam penyelesaian skripsi.
4. Almamaterku IAIN Radin Intan Lampung yang telah banyak mengajarkan saya
untuk belajar bersikap, berfikir dan bertindak lebih baik.
vii
RIWAYAT HIDUP
Nurul „Aini dilahirkan di Mesuji pada tanggal 09 Februari 1994, merupakan
anak tunggal dari pasangan bapak Mahmud dan ibu Ismawati.
Pendidikan penulis dimulai di Taman Kanak-kanak (TK) Raudatul Atfal Al-
Hidayah 1 Silir Sari Labuhan Ratu IV Lampung Timur diselesaikan pada Tahun
2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di Madrasah Ibtida‟iyah (MI) Miftahul
Huda Silir Sari Labuhan Ratu IV Lampung Timur diselesaikan pada Tahun 2006,
dilanjutkan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Miftahul Huda Silir Sari Labuhan
Ratu IV Lampung Timur selesai Tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di MAN 1 Metro selesai pada Tahun 2012.
Tahun 2012, Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, Jurusan
Bimbingan dan Konseling. Pada Agustus 2015 Penulis melakukan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Kampung Banjar Sari Kecamatan Way Sulan Kabupaten
Lampung Selatan. Pada Oktober 2015 Penulis melakukan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL) di MAN 1 Bandar Lampung.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “efektifitas layanan
konseling sebaya dalam meningkatkan resiliensi peserta didik kelas XII SMAN
12 Bandar Lampung tahun pelajaran 2016/2017”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saan yang membangun sangat penulis harapkan. Tak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Chairul Anwar, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Negeri Raden Intan Lampung.
2. Andi Thahir, M.A.,Ed.D., selaku Ketua Prodi Bimbingan Konseling Institut
Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
3. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd selaku sekertaris Prodi Bimbingan Dan Konseling
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung.
4. Dr. Laila Maharani, M.Pd, selaku Pembimbing I atas kesediaannya meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
5. Hardiyansyah Masya, M. Pd selaku pembimbing II yang telah bersedia dengan
tulus hati meluangkan waktu, dan tenaga, dengan penuh kesabaran dan
ix
ketelitian dalam memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan
skripsi ini.
6. Dosen-dosen Program Studi Bimbingan Konseling. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Instutut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah
membekali ilmu pengetahuan, memberi bimbingan, mendidik, mengarahkan,
memberi teladan, serta memberi motivasi selama peneliti menempuh
pendidikan sarjana.
7. Seluruh Staff Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Instutut Agama Islam Negeri
Raden Intan Raden Intan Lampung, serta seluruh staff perpustakaan yang telah
memberikan fasilitas berupa peminjaman buku untuk literatur.
8. Keluarga Besarku yang selalu mendukung dan mendoakan apapun yang terbaik
bagiku, juga selalu menjadi penyemangat dalam menyelesaikan studi ku di
perguruan tinggi.
9. Drs. Sudaryadi selaku Guru Pamong yang telah membantu dalam pelaksanaan
proses penelitian;
10. Bapak dan Mamak yang selalu memberikan doa untuk keberhasilan penulis dan
bantuan moril maupun materil dalam penulisan skripsi ini;
11. Sahabat-sahabat terbaik selama ini, Fitri Astuti, Miftahul Janah, Dwi Ratna
Sari, Latifah Eka Putri, Yoga Rahayu Hardani, sahabat-sahabat ku satu
bimbingan yaitu M.Hendi Surya Dinata, Tri Aeni, Muhammad Mansyur, Ayu
Susanti, Sunida Wati, Gustina Rahmawati, Resis Supiyani, Jerry Prafitasari, Nia
x
Voniati, Heni Febriani, Luluk Hidayati, Marina Sari, Risnasari Z, Dwi Dayanto,
Evi Susanti, Purna Genta, Reza Rakhmady, Suhendra yang telah berjuang
bersama, dan sahabat-sahabat seperjuangan ku BK C yang saling memberikan
motivasi dan semangat yang tidak dapat disebutkan satu persatu; dan
12. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan yang dimiliki, untuk itu
saran atau masukan sangat diharapkan dari berbagai pihak, dan akhir kata semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan juga bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Bandar Lampung, Desember 2016
Penulis
Nurul ‘Aini
NPM.1211080082
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 15
C. Batasan Masalah .............................................................................. 15
D. Rumusan Masalah ........................................................................... 16
E. Tujuan Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ........................... 16
1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 16
2. Manfaat Penelitian .................................................................... 17
3. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 17
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Layanan Konseling Sebaya ...................................... 19
1. Layanan Konseling Sebaya ....................................................... 19
2. Urgensi Layanan Konseling Sebaya .......................................... 21
3. Fungsi dan Manfaat Layanan Konseling Sebaya ...................... 25
4. Tujuan Layanan Konseling Sebaya ........................................... 26
xii
5. Karakteristik konselor sebaya.................................................... 28
B. Resiliensi ......................................................................................... 30
1. Definisi Resiliensi .................................................................... 30
2. Faktor-faktor Resiliensi ............................................................ 33
3. Karakteristik Resiliensi ............................................................. 37
4. Fungsi Resiliensi ...................................................................... 39
C. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 42
D. Kerangka Berfikir ............................................................................ 44
E. Hipotesis .......................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 47
B. Desain Penelitian ............................................................................. 47
C. Variabel Penelitian .......................................................................... 50
D. Definisi Operasional ........................................................................ 50
E. Populasi Dan Sampel ....................................................................... 52
1. Populasi ..................................................................................... 52
2. Sampel dan Teknik Sampling .................................................... 52
F. Pengembangan Instrument .............................................................. 53
G. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas.................................................... 58
1. Uji Validitas............................................................................... 58
2. Uji Reliabilitas ........................................................................... 63
H. Pengembangan Treatment Layanan Konseling Sebaya .................. 65
I. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 68
1. Metode Kuesioner/Angket......................................................... 68
2. Metode Observasi ...................................................................... 68
3. Metode Wawancara ................................................................... 69
J. Teknik Pengolaha Data Dan Analisis Data ..................................... 69
xiii
1. Teknik Pengolahan Data............................................................ 69
2. Analisis Data ............................................................................. 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 72
1. Profil Umum Resiliensi ............................................................. 72
2. Efektivitas Layanan Konseling Sebaya Dalam Meningkatkan
Resiliensi Diri Peserta Didik ..................................................... 83
a. Pelaksanaan Layanan Konseling Sebaya Dalam
Meningkatkan Resiliensi ..................................................... 83
b. Hasil Uji Efektivitas Layanan Konseling Sebaya Dalam
Meningkatkan Resiliensi ..................................................... 89
B. Pembahasan ..................................................................................... 102
1. Pembahasan Umum Resiliensi Peserta Didk ............................. 102
2. Efektivitas Layanan Konseling Dalam Meningkatkan
Resiliensi Terhada Konflik Diri Peserta Didik .......................... 104
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 112
B. Saran ................................................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel: Halaman
1. Peserta didik Yang Mengalami Masalah Tentang Resiliensi ............................ 8
2. Definisi Operasional .......................................................................................... 51
3. Rincian Jumlah Populasi Penelitian .................................................................. 52
4. Kisi-Kisi Pengembangan Instrument Penelitian Sebelum Uji Coba ................. 54
5. Skor Skala Likert ............................................................................................... 56
6. Kriteria Resiliensi .............................................................................................. 58
7. Kisi-Kisi Pengembangan Instrument Penelitian Setelah Uji Validitas ............. 60
8. Kriteria Resiliensi .............................................................................................. 63
9. Langkah-Langkah Pelatihan Konselor Sebaya Dalam Meningkatkan
Resiliensi Peserta Didik ..................................................................................... 66
10. Gambaran Umum Resiliensi Peserta Didik ....................................................... 73
11. Gambaran Resiliensi Pada Indikator
Regulasi Emosi .................................................................................................. 75
12. Gambaran Resiliensi Pada Indikator
Pengendalian Impuls ......................................................................................... 76
13. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Optimis ................................................... 77
14. Gambaran Resiliensi Pada Indikator
Analisis Penyebab Masalah ............................................................................... 78
15. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Empati ..................................................... 79
16. Gambaran resiliensi Pada Indikator Efikasi Diri ............................................... 80
17. Gambaran Resiliensi Pada Indikator
Mampu Meraih Apa Yang Diinginkan .............................................................. 81
18. Gambaran Resiliensi Berdasarkan Indikator ..................................................... 82
19. Hasil Uji t Paired Sample Test resiliensi Peserta Didik ................................... 90
20. Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi
Peserta Didik Pada Indikator Regulasi Emosi ................................................... 92
xv
21. Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi
Peserta Didik Pada Indikator kontrol terhadap impuls ...................................... 93
22. Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi
Peserta Didik Pada Indikator Optimis ............................................................... 94
23. Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi
Peserta Didik Pada Indikator Kemampuan Menganalisis Masalah ................... 95
24. Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi
Peserta Didik Pada Indikator Empati ................................................................ 97
25. Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi
Peserta Didik Pada Indikator Efikasi Diri ......................................................... 98
26. Hasil Uji T Paired Sample Test Resiliensi
Peserta Didik Pada Indikator Kemampuan Meraih Apa Yang Diinginkan ....... 99
27. Deskripsi Data Pretest, Posttest Dan Score Peningkatan Resiliensi
Terhadap Konflik Diri ...................................................................................... 101
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar: Halaman
1. Interaksi Triadik antara Konselor Ahli, Konselor Teman Sebaya,
Dengan Konseli Teman Sebaya (Suwarjo)........................................................ 24
2. Kerangka berfikir penelitian .............................................................................. 45
3. Pola One Group Pretest-Posttest Design .......................................................... 48
4. Hubungan antara variabel .................................................................................. 50
5. Hasil Sebelum Dan Sesudah Diberikan Layanan Konseling Sebaya ................ 91
6. Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Pada Indikator
Regulasi Emosi .................................................................................................. 92
7. Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Pada Indikator
Kontrol Terhadap Impuls .................................................................................. 94
8. Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Pada Indikator Optimis ...... 95
9. Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Pada Indikator
Kemampuan Menganalisis Masalah .................................................................. 96
10. Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Pada Indikator Empati ........ 97
11. Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Pada Indikator
Efikasi Diri ........................................................................................................ 99
12. Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Pada Indikator Kemampuan Meraih Apa Yang Diinginkan ............................ 100
13. Grafik Peningkatan Resiliensi
Pada Hasil Pretest dan Posttest ........................................................................ 102
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran: Halaman
1. Jadwal pelaksanaan penelitian ....................................................................... 3
2. Rencana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling .............................. 5
3. Kisi-kisi wawancara ...................................................................................... 26
4. Hasil uji validitas dan reliabilitas angket ....................................................... 27
5. Angket peserta didik ...................................................................................... 29
6. Hasil jawaban angket populasi penelitian ..................................................... 31
7. Hasil pretest ................................................................................................... 33
8. Hasil posttest ................................................................................................. 34
9. IMS (Identifikasi masalah siswa) .................................................................. 35
10. Modul konseling sebaya ................................................................................ 42
11. Lembar persetujuan responden ...................................................................... 53
12. Lembar persetujuan konselor sebaya............................................................. 54
13. Kartu konsultasi ............................................................................................. 55
14. Dokumentasi kegiatan ................................................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di tengah tantangan menghadapi globalisasi, permasalahan peserta didik di sekolah
semakin kompleks. Selain itu dilihat dari tingkat perkembangannya, peserta didik
SMA dan sederajat sangat rentan terhadap permasalahan. Kondisi ini menuntut
semakin eksis dan profesional kerja guru BK ataupun konselor di sekolah. Bahkan di
Indonesia saat ini kegiatan layanan bimbingan konseling telah difokuskan pada
konseling, dan konseling telah dianggap tenaga pendidik profesional yang memiliki
kedudukan yang sama dengan profesi lain.2
Peserta didik SMA dan sederajat sesuai dengan perkembangannya berada
pada masa remaja. Remaja sebagai pewaris dan penerus kehidupan perlu mendapat
perhatian. Beberapa alasan antara lain, pertama, menurut Organisasi Kesehatan
Dunia, (World Health Organization) satu di antara lima penduduk tergolong dalam
kelompok remaja yang berusia 10 sampai 19 tahun. Kedua, remaja merupakan masa
yang labil jika dilihat dari perkembangan fisik ataupun psikologis dan tidak sedikit
remaja yang tidak dapat melewati masa tersebut dengan baik.3
Sebagai anak dan remaja memiliki masa lalu yang kurang menguntungkan
bagi perkembangan mereka. Bahkan setiap individu pernah mengalami berbagai
2Erhamwilda, Konseling Islami, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), h. 75
3 Hunainah.Teori Dan Implementasi Model Konseling Sebaya(Bandung : Rizqi Press, 2011). h.1
2
peristiwa yang kurang menyenangkan tetapi tidak dapat dihindarkan. Setiap individu
pernah mengalami kegagalan dan masa-masa yang penuh dengan kesulitan.4Masa
lalu memang tidak dapat diubah, tetapi pengaruh negatif masa lalu dapat dikurangi
atau bahkan dihilangkan.
Dalam segala segi remaja mengalami perubahan dan perubahan-perubahan
yang sangat cepat sering menimbulkan kegoncangan dan ketidakpastian.
Kegoncangan dan ketidakpastian juga muncul dari lingkungan yang sedang dan akan
terus cepat berubah. Dalam menghadapi badai perkembangan (storm and stress)
banyak remaja berhasil mengatasi berbagai kegagalan sebagai peluang dan tantangan
untuk tetap bangkit meraih keberhasilan, membentuk kelompok sebaya untuk saling
menguatkan, dan pada akhirnya berhasil melaksanakan tugas-tugas perkembangan
secara wajar. Salah satu faktor yang berperan terhadap keberhasilan individu dalam
menghadapi berbagai kesulitan adalah daya lentur individu atau resilience. Di pihak
lain, banyak pula remaja yang gagal dan kandas terhempas ke dalam berbagai tingkah
laku menyimpang yang tidak sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang
dituntutkan kepadanya.5
Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi dan mengatasi serta
merespon secara positif kondisi-kondisi tidak menyenangkan yang tidak dapat
4Lestariningsih. Upaya meningkatkan resiliensi melalu pelaksaaan pelatihan peer counseling
pada siswa. Jurnal ilmu pendidikan bimbingan dan konseling jurusan pendidikan bimbingan dan
konseling IKIP Veteran Semarang. h 9 5Suwarjo. Konseling teman sebaya (peer counseling) untuk mengembangkan resiliensi remaja.
Dalam Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta, 2008. h.1
3
dihindari, dan memanfaatkan kondisi-kondisi tidak menyenangkan itu untuk
memperkuat diri sehingga mampu menyesuaikan diri beradaptasi terhadap
perubahan, tuntutan, dan kekecewaan yang muncul dalam kehidupan. Menurut
Reivich & Shatte, Resiliensi secara umum didefinisikan sebagai situasi-situasi yang
sulit dalam kehidupan.6
Hal senada diungkapkan oleh Rhodes dan Brown juga menyatakan bahwa anak-
anak yang resilien adalah mereka yang mampu memanipulasi dan membentuk
lingkungannya, menghadapi tekanan hidup dengan baik, cepat beradaptasi pada
situasi baru, mempersepsikan apa yang sedang terjadi dengan jelas, fleksibel
dalam berperilaku, lebih toleran dalam menghadapi frustasi dan kecemasan, serta
meminta bantuan saat mereka membutuhkannya.7
Resiliensi dipandang sebagai suatu kapasitas individu yang berkembang
melalui proses belajar. Melalui berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam
menghadapi situasi-situasi sulit, individu terus belajar memperkuat diri sehingga
mampu mengubah kondisi yang menekan dan tidak menyenangkan menjadi suatu
kondisi yang wajar untuk diatasi.
Islam memandang, resiliensi dihubungkan dengan ujian keimanan seseorang.
Ujian yang dialami manusia dalam kehidupan sangat bermacam-macam, seperti
ketakutan, kelaparan, kemiskinan, kematian, bencana alam, dan beberapa hal lain.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 155-157 :
6 Ahmad Junaedi Salim Pulungan dan Tarmidi. Gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko
putus sekolah di masyarakat pesisir. Jurnal PS psikologi Fakultas psikologi Universitas Sumatera
Utara. Vol 1. 2012. h. 47 7 Lestariningsih. Op.Cit. h. 10
4
Artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.(yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun". Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk.8
Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa dalam menguraikan beberapa
cobaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk menguji keimanan
dan kesabarannya agar dapat lebih baik (meningkatkan keimanan), namun
individu akan tetap bahagia dan bertatahan dalam kehidupannya dan kondisi yang
menekan apabila ia mampu bersabar dan mengucap “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun"apabila ditimpa musibah. Sabar dalam islam bukanlah sikap yang hanya
pasrah dan tidak melakukan apa-apa terhadap sebuah kondisi yang sulit, namun
sabar merupakan sikap yang tegar dan meyakini bahwa cobaan merupakan suatu
hal yang harus dihadapi dan melakukan usaha-usaha untuk merubah kondisi yang
sulit tersebut.
Seperti halnya dalam memberikan definisi, para ahli juga berbeda
pendapat dalam merumuskan ciri-ciri yang dapat menggambarkan karakteristik
8Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 155-157
5
seorang yang resilien.Reivich dan Shatte memaparkan tujuh aspek dari resiliensi,
aspek-aspek tersebut adalah pengaturan emosi, kontrol terhadap impuls,
optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan
pencapaian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. pengaturan emosi : diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur
emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan;
2. kontrol terhadap impulsadalah kemampuan individu untuk mengendalikan
impuls atau dorongan-dorongan dalam dirinya, kemampuan mengontrol
impuls akan membawa kepada kemampuan berpikir yang jernih dan akurat;
3. optimismeberarti individu memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan
menjadi lebih baik. Individu mempunyai harapan dan kontrol atas
kehidupannya;
4. kemampuan menganalisis masalah. Kemampuan menganalisis masalah pada
diri individu dapat dilihat dari bagaimana individu dapat mengidentifikasikan
secara akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya;
5. empatimerupakan kemampuan individu untuk bisa membaca dan merasakan
bagaimana perasaan dan emosi orang lain;
6. efikasi dirimewakili kepercayaan individu bahwa individu mampu untuk
mengatasi segala permasalahan disertai keyakinan akan kekuatan yang
dimiliki untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami;
7. pencapaian(Reaching Out). Pencapaian menggambarkan kemampuan individu
untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang
mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-
ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya.9
Individu yang memiliki resiliensi tinggi akan mampu mengatasi kesulitan dan
trauma yang dihadapi. Indivudu ini akan mampu melihat kegagalan sebagai suatu
kesempatan untuk menjadi lebih maju dan mampu menarik pelajaran dari
kegagalannya itu. Namun, pada kenyataannya tidak semua individu mempunyai
karakteristik tersebut, individu yang memiliki tingkat resiliensi rendah cenderung
mempersepsi masalah sebagai suatu beban dalam hidupnya. Masalah yang dipandang
9Desmita. Mengembangkan Resiliensi Remaja Dalam Upaya Mengatasi Stres Sekolah.
Jurnal Ta‟dib Vol. 12, No. 1. 2009. h. 3
6
sebagai beban akan membuat dirinya lebih mudah merasa terancam dan merasa
frustasi.10
Paparan tersebut menguatkan asumsi bahwasannya resiliensi merupakan
kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh setiap peserta didik. Peserta didik yang
resiliensinya rendah sangat mungkin untuk tidak mampu menyesuaikan diri dan
beradaptasi terhadap perubahan, tuntutan, dan kekecewaan yang muncul dalam
kehidupan.
Namun, tidak jarang kita menemukan fenomena-fenomena yang terjadi
padapeserta didik, seperti mengalami kesulitan dalam hubungan sosial dan pribadi,
baik kurangnya kemampuan peserta didik dalam bergaul dan beradaptasi dengan
lingkungan baru, kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah (problem
solving) yang peserta didik alami.
Identifikasi Masalah Siswa merupakan salah satu instrumen BK yang
pertamakali disusun dan digunakan oleh Andori, S.Pd.,Kons. Melalui IMS yang
diberikan guru BK kepada peneliti, dapat diketahui resiliensi peserta didik pada
point-point yang terdapat pada IMS tersebut. Penggunaan instrumen IMS
dikarenakanmenurut Guru BK di SMA 12 Bandar Lampung tidak semua peserta
didik dapat mengemukakan permasalahan yang dihadapi secara langsung kepada
guru pembimbing atau guru BK. Konselor sekolah harus mempunyai alternatif agar
permasalahan peserta didik dapat diungkapkan dan tidak berdampak pada
10
Fonny, dkk. Resiliensi pada prestasi akademik anak tunarungu. Jurnal Provitae
Vol;2No.1.2006. h. 35
7
perkembangan kepribadian dan kelangsungan belajar. Beberapa Instrumen
Bimbingan dan konseling salah satunya adalah IMS (Identifikasi Masalah Siswa)
menjadi sarana penting yang dapat digunakan konselor sekolah agar permasalahan
peserta didik dapat diungkapkan.
Berdasarkan data hasil pengelolaan IMS (Identifikasi Masalah Siswa) peserta
didik kelas XI IPA 1 yang didapat dari guru bimbingan konseling di SMA N 12
Bandar Lampung,tidak sedikit peserta didik yang memiliki resiliensi rendah yang
ditandai dengan : (1) kurangnya kemampuan dalam penyelesaian konflik; (2) kurang
mampu mengendalikan diri, berpikir dan bersikap positif; (3) sulit beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan orang lain.
Dari fenomena tersebut, melalui observasi terhadap guru BK di SMA N 12
Bandar Lampung untuk mengetahui resiliensi peserta didik pada lembaga sekolah
tersebut, guru menyatakan bahwa kurang lebih 13 peserta didik di kelas XI IPA yang
kurang menyukai berhubungan dengan teman-temannya disertai peserta didik bersifat
pendiam dan tidak terbuka dalam mengungkapkan masalahnya terhadap guru BK.
Untuk itu, guru BK menyarankan untuk meneliti kelas XI IPA dan peneliti tertarik
untuk meneliti lebih lanjut mengenai resiliensipeserta didik di SMA N 12 Bandar
Lampung yang nantinya diharapkan dengan adanya layanan konseling sebaya dapat
meningkatkan resiliensi peserta didik.
Dalam melihat resiliensi peserta didik peneliti mengkombinasikan IMS
(Identifikasi Masalah Siswa) dengan indikator resiliensi yang telah dijabarkan oleh
8
Reivich and Shatte seperti Pengaturan emosi; kontrol terhadap impuls;optimism;
kemampuan menganalisis masalah; empati; efikasi diri; dan pencapaian. Seperti yang
dijelaskan dalam tabel berikut :
Tabel 1
Data Resiliensi Peserta Didik
Kelas XI IPA1 SMA N 12 Bandar Lampung tahun 2016/2017
No Identifikasi Masalah Siswa
(IMS) Nomor kode konseli
Jumlah
Peserta
didik
(%)
1. Membutuhkan keterangan
tentang kecerdasan emosi
5A1,6A1,8A1,9A1,10A1,12A1,1
3A1,15A1,17A1,19A1,21A1,22
A1,24A1,29A1,30A1,31A1
16 51%
2. Kurang mampu
mengendalikan diri, berpikir
dan bersikap positif
2A1,5A1,7A1,8A1,10A1,11A1,1
3A1,15A1,16A1,22A1,24A1,25
A1,26A1,29A1,31A1 15 48,3%
3. Sering gagal dan patah
semangat
5A1,7A1,8A1,9A1,11A1,12A1,1
4A1,17A1,25A1 9 29%
4. Kurangnya kemampuan
dalam penyelesaian konflik
2A1,7A1,8A1,9A1,10A1,11A1,1
2A1,13A1,17A1,18A1,21A1,22
A1,24A1,25A1,27A1,28A1,29A
1,30A1,31A1
19 61,2%
5. Merasa sukar meyesuaikan
diri dengan orang lain
2A1,3A1,4A1,5A1,10A1,12A1,1
3A1,16A1,23A1,27A1,29A1 11 35,4%
6. Takut bertanya/menjawab di
kelas
5A1,7A1,9A1,10A1,12A1,13A1,
14A1,17A1,22A1,23A1,27A1,28
A1,31A1
13 41,9 %
7. Merasa tidak memiliki bakat
apapun
11A1,12A1,16A1,29A1,31A1, 5 16,1%
Jumlah 88/7 indikator = 13 peserta didik
Sumber: Dokumentasiguru bk/konselor di SMA N 12 Bandar Lampung
Berdasarkan tabel 1 diperoleh data bahwa peserta didik kelas XI IPA 1 SMA
N 12 Bandar Lampung memiliki masalah resiliensi yang telah dijelaskan pada tabel
tersebut. Dalam tabel 1 ditemukan88 jumlah peserta didik dibagi dengan 7 indikator
9
dari resiliensi maka ditemukan 13 dari 31 jumlah peserta didik yang memiliki
masalah resiliensi, hal ini menunjukkan bahwa yang mempunyai resiliensi
rendahadalah peserta didik kelas XI IPA 1 SMA N 12 Bandar Lampung tahun ajaran
2016/2017.
Apabila masalah ini terus berlanjut, tentu berdampak buruk pada peserta didik
dalam mengembangkan resiliensi dalam diri mereka, oleh karena itu resiliensi peserta
didik perlu ditingkatkan agar mereka memiliki bekal kemampuan untuk bangkit dan
bertahan dalam situasi, perubahan, dan tekanan seperti yang sedang terjadi di era
globalisasi saat ini. Dalam rangka meningkatkan resiliensi, layanan bimbingan dan
konseling juga turut bertanggung jawab dalam mendukung peningkatan karakteristik
resiliensi peserta didik.
Bimbingan menurut Mortensen dan Schumuller adalah bagian dari keseluruhan
pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan
layanan staf ahli dengan cara mana setiap individu dapat mengembangkan
kemampuan-kemampuan dan kesanggupannya sepenuhnya sesuai dengan ide-ide
demokrasi.11
Sedangkan konseling menurut Bernard dan Fullmer adalah
pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan-
kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu
individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut.12
Berdasarkan pernyataan tersebut, bimbingan dan konseling merupakan
layanan profesional yang diberikan oleh seorang konselor kepada seseorang yang
mengalami masalah. Sebagai sebuah proses yang profesional, untuk melaksanakan
konseling diperlukan seperangkat teori dan pendekatan yang mendasari serta
11
Prayitno, Erman Amti.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2008). h. 109-110 12
Ibid. h. 101
10
memperhatikan kebutuhan konseli mengenai permasalahannya.13
Dalam bimbingan
dan konseling terdapat enam bidang layanan yaitu bidang sosial, belajar, pribadi,
keluarga dan agama.
Tetapi guru bimbingan dan konseling saat ini menunjukkan bahwa kinerja
profesional konselor dihadapkan kepada berbagai kendala. Salah satu kendala dalam
mewujudkan layanan bimbingandan konseling adalahrasio perbandingan jumlah
konselor dengan peserta didik, semua konselor di sekolah rata-rata melayani peserta
didik di atas standar yaitu 1:150 peserta didik.14
Sedangkan Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 111 Tahun 2014 Pasal 10 Ayat
(2) berbunyi :
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SMP/MTs atau yang sederajat,
SMA/MA atau yang sederajat, dan SMK/MAK atau yang sederajat dilakukan
oleh Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio satu Konselor
atau Guru Bimbingan dan Konseling melayani 150 orang Konseli atau peserta
didik.15
Dalam meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah
selain konselor yang profesional tentu butuh bantuan dan dukungan dari pihak
sekolah seperti kepala sekolah, wali kelas dan para staf sekolah. Banyak program
bimbingan konseling yang belum terealisasi dikarenakan banyaknya kendala yang
dihadapi pihak bimbingan konseling di sekolah.
13
Erhamwilda.Op.Cit. h. 75. 14
Agus akhmadi.Konseling Sebaya Dalam Bimbingan Konseling Komprehensif (Materi
Diklat Teknis Fungsional Peningkatan KompetensiGuru Pertama Bk). h. 1-2 15
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan. Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah NO. 111. Th 2014. h. 6
11
Dalam upaya meningkatkan resiliensi peserta didik, dibutuhkan sebuah
langkah kongkrit untuk membantu peserta didik meningkatkan resiliensinya. Layanan
bimbingan dan konseling sebagai bagiaan integral dari sistem pendidikan memiliki
peran strategis dalam membantu peserta didik meningkatkan resiliensinya. Layanan
bimbingan dan konseling yang sekiranya relevan untuk meningkatkan resiliensi
peserta didik adalah konseling sebaya (peer counseling).16
Pada penelitian terdahulu
yang dilakukan Buhrmester (Suwarjo) menunjukkan bahwa “pada masa remaja
kedekatan hubungan dengan teman sebaya meningkat secara drastis, dan pada saat
yang bersamaan kedekatan hubungan remaja dengan orang tua menurun secara
drastis”. Hasil penelitian Buhrmester dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle
(suwarjo) bahwa “pada masa remaja komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua
berkurang, dan beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan
kelekatan (attachment)”17
.
Hasil penelitian Lestariningsih menyatakan bahwa “secara kuantitatif layanan
konseling sebaya efektif dalam meningkatkan resiliensi pada peserta didik” hal
tersebut terjadi karena sebagian besar peserta didik sering membicarakan masalah-
masalah mereka dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua, pembimbing,
atau guru di sekolah. Untuk masalah yang dianggap sangat seriuspun mereka
bicarakan dengan teman sebaya (sahabat). Kalaupun terdapat peserta didik yang
akhirnya menceritakan masalah serius yang mereka alami kepada orang tua,
16
Lestariningsih. Op.Cit. h.10 17
Suwarjo. Op.Cit. h. 2
12
pembimbing atau guru, biasanya karena sudah terpaksa (pembicaraan dan upaya
pemecahan masalah bersama teman sebaya mengalami jalan buntu). Hal tersebut
terjadi karena remaja memiliki ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap
teman sebaya yang sangat kuat.18
Dari hasil penelitian terdahulu dapat dilihat betapa
pentingnya layanan konseling teman sebaya (peer counseling) untuk diterapkan.
Teman sebaya atau peers menurut Santrockadalah anak-anak dengan tingkat
kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Salah satu fungsi terpenting dari
kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi dan
komparasi tentang dunia luar keluarga. Melalui kelompok teman sebaya anak-
anak menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang kemampuan
mereka.19
Menurut Carr pada dasarnya konseling teman sebaya merupakan suatu cara bagi
para peserta didik (remaja) belajar bagaimana memperhatikan dan membantu
anak-anak lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara
itu, Tindall dan Gray mendefinisikan konseling teman sebaya sebagai suatu
ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan oleh individu
nonprofesional yang berusaha membantu orang lain. Lebih lanjut, menurut
Tindall & Gray konseling teman sebaya mencakup hubungan membantu yang
dilakukan secara individual (one-to-one helping relationship), kepemimpinan
kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan, tutorial, dan semua
aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong.20
Melalui observasi yang dilakukan kepada peserta didik SMA N 12 Bandar
Lampung, mereka menyatakan bahwa pelatihan dan layanan konseling sebaya belum
pernah didapatkan dari guru BK, dapat dikatakan bahwa hal tersebut menjadi salah
satu penghambat peningkatan reseliensi peserta didik. Sedangkan dapat dikatakan
bahwa konseli-konseli yang memanfaatkan layanan konseling sebaya mampu
melakukan identifikasi diri dengan teman sebaya mereka, dan para konseli
18
Lestariningsih. Op. Cit. h. 11 19
Suwarjo. Op.Cit. h.3 20
Hunainah.Op. Cit. h 81
13
menganggap bahwa konselor sebaya memiliki kemauan membangun jembatan
komunikasi, namun hal ini tidak berarti konselor sebaya mengganti keberadaan
konselor profesional, ia hanya membantu meningkatkan pelayanan.
Berangkat dari kenyataan tersebut, para ahli menyatakan konseling sebaya
efektif dalam meningkatkan perkembangan kepribadian dan mengatasi berbagai
masalah peserta didik. Oleh karena itu menerapkan konseling sebaya dapat menjadi
pilihan. Inovasi ini perlu dilakukan dengan melatihkan anak menjadi konselor.
Konseling sebaya merupakan konseling untuk dilakukan oleh kelompok sebaya
dalam hal ini remaja melalui hubungan saling percaya terhadap individu yang
membutuhkan bantuan. Konseling ini dipandang cukup efektif karena diberikan oleh
teman sebayanya sendiri. Pada remaja ada kecenderungan untuk memiliki personal
fable yaitu keyakinan bahwa hanya dia yang mengalami pengalaman unik, bukan
orang dewasa lain. Oleh karena itu, penguatan melalui konseling sebaya dipandang
cukup bermakna untuk dilakukan.
Fungsi konselor sebaya menurut Rogation adalah sebagai: (1) sahabat yang
bersedia membantu, mendengarkan, dan memahami; (2) fasilitator yang bersedia
membantu remaja untuk tumbuh dan berkembang bersama kelompoknya; dan
(3) sebagai pemimpin yang karena kepeduliannya pada orang lain menjadi
penggerah perubahan sosial.21
Seperti yang dijelskan dalam hadits riwayat Bukhori dan Muslim sebagai berikut :
21
Kartika Nur Fathiyah dan Farida Harahap. Konseling Sebaya untuk Meningkatkan Efikasi Diri
Remaja terhadap Perilaku Beresiko. Dosen psikologi pendidikan dan bimbingan FIP UNY.h.4-5
14
Artinya:
“Sesungguhnya antara seseorang mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan
bangunan yang saling melengkapi (memperkokoh) satu sama lainnya.”
(H. R. Bukhari dan Muslim).22
Hadits tersebut menjelaskan bahwa manusia memiliki dua hasrat yaitu
keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya dan keinginan
untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Hadits tersebut juga
mengingatkan kita kepada kata bijak dari Dave Matthew‟s Band yaitu “Aku
bersandar kepadamu dan kamu bersandar kepadaku, maka kita akan mampu berdiri
bersama-sama dengan baik”. Yang artinya ketika kita saling terbuka atau membuka
diri untuk saling membantu dalam menyelesaikan masalah, besar atau kecil masalah
tersebut maka semua masalah akan bisa diselesaikan.
Berdasarkan beberapa penjelasantersebut, maka peneliti ingin mengadakan
peneliti tentang efektivitas konseling sebaya (peer counseling) dalam meningkatkan
Resiliensi terhadap konflik diri peserta didik. Adapun maksud dari efektivitas di sini
adalah untuk memperkirakan sejauh mana usaha tersebut mencapai tujuan yang
diharapkan ataupun menimbulkan dampak tertentu baik positif maupun negatif
terhadap konseli yang memperoleh layanan konseling sebaya.
22
Imam An-Nawawi.Terjemah Hadits Arba‟in An-Nawawi( Jakarta Timur: Al-I‟tishomCahaya
Umat, 2006), h. 23
15
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat 16 peserta didik yang membutuhkan keterangan tentang kecerdasan
emosi (51%)
2. Terdapat 15 peserta didikyang dinyatakan kurang mampu mengendalikan
diri, berpikir dan bersikap positif (48,3%)
3. Adanya 9 peserta didik yang sering gagal dan patah semangat(29%)
4. Terdapat 19 peserta didik yang mengalami kurangnya kemampuan dalam
penyelesaian konflik(61,2%)
5. Terdapat 11 peserta didik yang merasa sukar meyesuaikan diri dengan orang
lain (11,4%)
6. Adanya 13 peserta didik yang takut bertanya/menjawab di kelas (41,9%)
7. Terdapat 5 peserta didik yang merasa tidak memiliki bakat apapun (16,1%)
8. Belum adanya layanan konseling sebaya yang dapat meningkatkan resiliensi
di SMA N 12 Bandar Lampung.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka pembatasan masalah
dalam penelitian ini adalah “Efektivitas Layanan Konseling Sebaya Dalam
Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik Kelas XII SMA N 12 Bandar Lampung”.
16
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan
tersebut, maka masalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah Layanan
Konseling Sebaya Efektif dalam Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik kelas XII
SMA N 12 Bandar Lampung?”
E. Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu
hal yang diperoleh setelah penelitian selesai23
. Tujuan penelitian diharapkan nantinya
mampu menjawab dari rumusan masalah yang telah dipaparkan. Oleh karena itu,
tujuan yang hendak dicapai peneliti digolongkan menjadi dua, yakni:
Tujuan Umum
Untuk mengembangkan teori layanan konseling teman sebaya dalam
meningkatkan resiliensi peserta didik.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat resiliensi peserta didik kelas XII SMA N 12
Bandar Lampung
b. Untuk mengetahui apakah resiliensi dapat ditingkatkan dengan menggunakan
layanan konseling sebaya.
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, Tahun 2011), h. 4
17
2. Manfaat Penelitian
Dengan merujuk pada manfaat dari penggunaan konseling sebaya, yakni
memberikan pemahaman yang utuh tentang perilaku dan resikonya terhadap
kesehatan fisik maupun psikis baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek,
maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Peserta didik SMA N 12 Bandar Lampung, agar dapat memperbaiki
kualitas hidup melalui jalinan hubungan sosial yang baik dengan
lingkungan sekolah.
b. Bagi guru bimbingan dan konseling dilingkungan pendidikan SMA N 12
Bandar Lampung, agar memiliki progresif dalam inovasi pelayanan
bimbingan yang tepat bagi permasalahan remaja, khususnya bidang
pribadi sosial
c. Peneliti, agar dapat mengambil sumbangan informasi serta pemikiran
dari penerapan layanan konseling teman sebaya terhadap peningkatan
resiliensi peserta didik.
3. Ruang lingkup penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar
penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah
ditetapkan, diantaranya adalah:
18
a. Ruang lingkup ilmu
Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan
konseling bidang pribadi-sosial.
b. Ruang lingkup objek
Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan
resiliensi peserta didik melalui konseling sebaya yang dilaksanakan di
sekolah.
c. Ruang lingkup subjek
Subjek dalam penelitian ini adalahpeserta didik kelas XII SMA N 12
Bandar Lampung .
d. Ruang lingkup wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMA N 12 Bandar
Lampung.
19
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Layanan Konseling Sebaya
1. Layanan Konseling Sebaya
Teman sebaya (peers) adalah peserta didik dengan tingkat kematangan atau
usia yang kurang lebih sama.24
Semantara itu, Tindal dan Gray mendefinisikan
teman sebaya sebagai suatu ragam tingkah laku dalam membantu secara
interpersonal yang dilakukan indivudu yang non-profesional yang berusaha
membantu orang lain.25
Layanan konseling sebaya atau peer counselingmenurut Hunainah adalah
aktivitas memperhatikan dan saling membantu secara interpersonal di antara
sesama peserta didik yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari di
sekolah, dengan menggunakan keterampilan mendengar aktif, empati dan
keterampilan pemecahan masalah (problem solving), dalam kedudukan yang
setara (equal) antara teman sebaya tersebut.26
Lebih lanjut pengertianlayanan konseling sebayamenurut Erhamwilda
adalah layanan bantuan konseling yang diberikan oleh teman sebayanya
yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan-pelatihan untuk menjadi
konselor sebaya sehingga dapat memberikan bantuan baik secara individual
24
Hunainah. Teori Dan Implementasi Model Konseling Sebaya (Bandung : Rizqi Press, 2011)
h. 83 25
Lalu Abdurrachman Wahid.Layanan konseling sebaya Bagi Remaja (Tinjauan Teoritis dalam Mengatasi Problematika Remaja Persepektif Bimbingan dan Konseling). Jurnal al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013.h. 7
26 Hunainah. Op.Cit. h. 85
20
maupun kelompok kepada teman-temannya yang bermasalah ataupun
mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadiannya.27
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Erhamwilda, bahwa layanan
konseling teman sebaya dilakuan oleh konselor sebaya yang sebelumnya telah
mendapatkan pelatihan-pelatihan dasar keterampilan konseling. Hal ini
sependapat dengan Mamarchev, bahwa konselor sebaya adalah para professional
dan non professional yang terlatih yang diberi tugas mereview informasi dari
teman sebaya yang ada dalam sebuah kelompok28
. Konselor sebaya menjalankan
layanannya dibawah pengawasan konselor ahli.
Peserta didik yang menjadi konselor sebaya juga berfungsi sebagai mediator
yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi,
perkembangan, atau masalah peserta didik yang perlu mendapat layanan bantuan
bimbingan atau konseling.
Program layanan konseling sebaya merupakan usaha mempengaruhi
(memperbaiki tingkah laku yang dimiliki oleh peserta didik), yaitu tingkah laku
yang dapat membedakan antara tingkah laku yang pantas dengan tidak pantas,
dan menggunakan tingkah laku yang pantas menjadi identitas pribadi yang
diharapkan, serta menemukan berbagai cara pemecahkan masalah, dan
memberikan pengalaman yang memberikan motivasi mengikuti pelatihan untuk
pengembangan diri mereka sebagai orang dewasa yang matang dan bertanggung
27
Erhamwilda. Layanan konseling sebayaAlternatif Kreatif Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah. (Yogyakarta : Media Akademi, 2015) h. 43
28Ibid. h. 83.
21
jawab. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok
teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja
lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah,
ekstrakurikuler dan bermain dengan teman29
. Dengan demikian, pada masa
remaja peran kelompok teman sebaya sangat besar, hal demikian juga dapat
memberi pengaruh positif dan pengaruh negatif.
2. Urgensi Layanan konseling sebaya
Keluarga merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi
perkembangan individu. Meskipun demikian perkembangan anak juga sangat
dipengaruhi oleh apa yang terjadi dalam konteks sosial yang lain seperti relasi
dengan teman sebaya. Laursen menandaskan bahwa teman sebaya merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada masa-masa remaja.30
Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk
memberikan sumber informasi tentang dunia di luar keluarga. Melalui kelompok
teman sebaya individu menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang
kemampuan mereka. Remaja menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah dia
lebih baik dari pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari apa yang
remaja lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam keluarga karena
saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda (bukan sebaya).
29
Ibid. h. 85. 30
Neni Noviza. Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Suatu Inovasi Layanan
Bimbingan Konseling Di Perguruan Tinggi. h. 85
22
Seiring dengan semakin meningkatnya dorongan dan kebutuhan remaja
untuk berinteraksi dengan teman, baik sejenis maupun lawan jenis maka relasi
teman sebaya menjadi hal yang sangat penting. Seperti yang dinyatakan Laursen
bahwa teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan pada masa remaja.31
Cowie dan Wallace juga mengemukakan bahwa
dukunganteman sebaya banyak mambantu atau memberikan keuntungan kepada
anak-anak yang memiliki problem sosial dan problem keluarga dapat membantu
memperbaiki iklim sekolah, serta memberikan pelatihan keterampilan sosial.32
Budaya sebaya yang positif memberikan kesempatan kepada remaja untuk
menguji keefektifan komunikasi, tingkah laku, persepsi dan nilai-nilai yang
mereka miliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membangun budaya
sebaya yang positif adalah dengan mengembangkan layanan konseling sebaya
dalam komunitas remaja. Beberapa alasan menggunakan layanan konseling
sebaya di sekolah dikemukakan Varenhorst, yaitu: (1) konselor tidak cukup
punya waktu untuk melayani semua konseli; (2) guru menganggap bahwa
konselor menangani masalah yang sangat luas; (3) peserta didik menganggap
konselor tidak mengenal dirinya dan konselor tidak tidak punya waktu; (4)
peserta didik merasa tidak mudah terbuka membicarakan masalah dalam situasi
31
Hunainah. Op.Cit. h. 85 32
Lalu Abdurrachman Wahid. Op. Cit. h. 9
23
formal; (5) peserta didik merasa lebih leluasa dalam mengungkapkan
permasalahan kepada teman sebaya.33
Penerapan layanan konseling sebaya dianggap perlu karena berdasarkan
pengamatan yang dilakukan sebagian besar remaja lebih suka bercerita tentang
masalah-masalah yang mereka hadapi dengan teman sebayanya dibandingkan
dengan guru pembimbing, guru mata pelajaran, wali kelas, maupun orang tua.
Konseling teman sebaya secara kuat menempatkan keterampilan-
keterampilan komunikasi untuk memfasilitasi eksplorasi diri dan pembuatan
keputusan. “Konselor” sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi.
“Konselor” sebaya adalah para peserta didik (remaja) yang memberikan bantuan
kepada siswa lain di bawah bimbingan konselor ahli. Dalam layanan konseling
sebaya, peran dan kehadiran konselor ahli tetap diperlukan. Pada hakekatnya
peer counseling adalah counseling through peers. Dalam model konseling teman
sebaya, terdapat hubungan Triadik antara Konselor ahli, “konselor” sebaya dan
konseli. Hubungan triadik tersebut dapat digambarkan melalui gambar berikut:
33
Hunainah, Op.Cit. h. 90
Konselor
ahli
Konseli
sebaya
Konselor
sebaya
24
Gambar 1
Interaksi Triadik antara Konselor Ahli, Konselor Teman Sebaya,
DenganKonseli Teman Sebaya (Suwarjo).
Keterangan :
Interaksi antara konselor ahli dengan konseli melalui
“konselor”teman sebaya.
Interaksi langsung antara konselor ahli dengan konseli atas rujukan
“konselor” teman sebaya.34
Konselor” sebaya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial
memungkinkan terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal. Kontak-
kontak yang demikian memiliki multiplying impact pada berbagai aspek dari
remaja lainnya. Kontak-kontak tersebut juga dapat memperbaiki atau
meningkatkan iklim sosial dan dapat menjadi jembatan penghubung antara
konselor profesional dengan para siswa (remaja) yang tidak sempat atau tidak
bersedia berjumpa dengan konselor.
3. Fungsi dan Manfaat Layanan konseling sebaya
Fungsi suatu layanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat,
atupun keuntungan yang dapat diberikan oleh layanan tersebut. Suatu pelayanan
dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan
ataupun memberikan manfaat atau atau keuntungan tertentu. Fungsi layanan
konseling sebaya ditinjau dari kegunaan dan manfaat, ataupun keuntungan-
keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan secara umum dapat
dikelmpokkan menjadi dua yakni fungsi bagi konselor, dan fungsi bagi konseli.
34
Suwarjo. Op.Cit. h. 9
25
a. Fungsi konselor sebaya menurut Lalu Abdurrachman Wahid adalah:
1) remaja dengan keterampilan konseling, akan membantu remaja yang
lain menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dialaminya;
2) remaja dengan keterampilan konseling, akan membantu remaja yang
lain untuk berkembang menjadi suatu pribadi yang sehat dan efektif;
3) remaja dengan keterampilan konseling, akan membantu remaja yang
lain supaya mampu melakukan perubahan-perubahan positif dalam
hidupnya;
4) remaja dengan keterampilan konseling, akan membantu remaja yang
lain supaya mampu mengambil keputusan-keputusan tertentu untuk
memperbaiki kualitas hidupnya;
5) layanan konseling sebaya akan memudahkan remaja untuk
mengoptimalisasikan kemampuan refleksi diri dan menyelami aspek-
aspek psiko-sosial yang sangat bermanfaat untuk memahami kehidupan
pribadinya sendiri dan kehidupan pribadi yang akan dibantunya.35
b. Manfaat layanan konseling sebayabagi peserta didik:
1) remaja memiliki kemampuan melakukan pendekatan dan membina
percakapan dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain;
2) remaja memiliki kemampuan mendengar, memahami dan merespon
(3m), termasuk komunikasi nonverbal (cara memandang, cara
tersenyum, dan melakukan dorongan minimal);
3) remaja memiliki kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang
lain dalam rangka menentukan apakah tingkah laku itu bermasalah atau
normal;
4) remaja memiliki kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang
masalah dan perasaan pribadi;
5) remaja memiliki kemampuan untuk menggunakan keputusan yang
dibuat dalamkonseling mengahadapi permasalahan-permasalahan
pribadi, permasalahan kesehatan, permasalahan sekolah, dan
permasalahan perencanaan hubungan dengan teman sebaya;
6) remaja memiliki kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif
sewaktu menghadapi masalah;
7) remaja memiliki kemampuan menerapkan keterampila interpersonal
yang menarik untuk mengusahakan terjadi pertemuan pertama dengan
peserta didik yang meminta pertolongan;
8) remaja memiliki kemampuan untuk mengembangkan keterampilan
observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku
abnormal dengan normal; terutama mengidentifikasi masalah dalam
35
Lalu Abdurachman Wahid. Op.Cit. h. 13
26
menggunakan minuman keras, masalah terisolasi, dan masalah
kecemasan;
9) remaja memiliki kemampuan mengalih tangankan konseli ke konselor
ahli untuk menolongnya memecahkan masalahnya jika dalam layanan
konseling sebaya tidak dapat terselesaikan;
10) remaja memiliki kemampuan mendemontrasikan kemampuan
bertingkah laku yang beretika;
11) remaja memiliki kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi
konseling.36
4. Tujuan Layanan konseling sebaya
Setelah mengetahui pengertian dan manfaat dari layanan konseling sebaya,
maka selanjutnya yang diketahui adalah tujuan dari layanan konseling sebaya.
Prayitno menjelaskantujuan dari setiap layanan bimbingan dan konseling
merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitakan secara langsung dengan
permasalahanyang dialamai oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan
kompleksitas permasalahannya itu37
. Untuk mengetahui tujuan layanan konseling
sebaya, terlebih dahulu harus merujuk pada tujuan umum dari bimbingan dan
konseli.
Tujuan umum bimbingan dan konseling yang di kemukakakn oleh Colleman,
yakni memberikan dukungan, memberikan wawasan, pandangan, pemahaman,
keterampilan, dan alterantif baru, serta mengatasi permasalahan yang dihadapi
oleh konseli.38
Dalam prakteknya, layanan konseling sebaya hendaknya dapat
memberikan pemahaman yang utuh tentang perilaku dan risikonya terhadap
kesehatan fisik maupun psikis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
36
Ibid. h. 14 37
Prayitno dan Erman Amti. Op.Cit. h. 113. 38
Ibid. h. 112
27
Menurut Hunainah, secara umum tujuan layanan konseling sebaya
dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1) Tujuan bagi konselor sebaya
a. membekali calon konselor sebaya agar mampu menggunakan keterampiln
mendengar aktif, melakukan empat dan keterampilan memecahkan
masalah yang dihadapi teman sesama remaja;
b. mengembangkan kemampuan saling memperhatikan dan saling berbagi
pengalaman dalam mengatasi masalah;
c. mengembangkan sikap-sikap positif yang diperlakukan dalam membantu
teman sebaya menghadapi masalah.
2) Tujuan bagi remaja sebagai konseli
a. membantu remaja memahami masalah yang sedang dihadapi;
b. membantu remaja membangun afeksi positif dalam menghadapi masalah
yang dihadapi;
c. membantu remaja berlatih membiasakan bertindak secara konstruktif
dalam menghadapi masalah.39
5. Karakteristik konselor sebaya
Dalam hal pemilihan calon konselor sebaya, Tindall dan Gray menyatakan
bahwa keefektifan program layanan konseling sebaya tergantung pada proses
pemilihan calon konselor sebaya. Dalam proses pemilihan calon konselor sebaya
harus memperhatikan kriteria khusus diantaranya :(1) kualitas kondisi humanistik
seperti karakteristik hangat; (2) memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan;
(3) dapat diterima orang lain; (4) toleran terhadap perbedaan system nilai; dan(5)
energik.40
Selain Tindall dan Gray, Suwarjo juga memandang bahwa calon konselor
sebaya memiliki kriteria berikut : secara sukarela bersedia membantu orang lain,
39
Hunainah. Bimbingan Teknis Implementasi Model Layanan konseling sebaya. (Rizki Pres: Serang. 2012) h. 8
40 Hunainah. Teori dan implementasi layanan konseling sebaya. Op.Cit. h. 103
28
memiliki emosi yang stabil, dan memiliki prestasi belajar yang cukup baik atau
minimal rerata, serta mampu menjaga rahasia, merupakan kriteria lain yang perlu
dijadikan dasar pemilihan calon konselor sebaya.41
Selain karakteristik, Lalu Abdurrachman Wahid mengatakan bahwa syarat
menjadi konselor sebaya adalah sebagai berikut: (1) berpengalaman sebagai
pendidik sebaya (tidak mutlak); (2) memiliki minat, kemauan, dan perhatian
untuk membantu klien; (3) terbuka untuk pendapat orang lain; (4) menghargai
dan menghormati klien; (5) peka terhadap perasaan orang dan mampu berempati;
(6) dapat dipercaya dan mampu memegang rahasia; (7) pendidikan minimal
setingkat SLTA (lebih diutamakan).42
Setelah pemilihan calon konselor sebaya berdasarkan syarat dan karakteristik
tersebut,peserta didik calon konselor sebaya akan mendapatkan pelatihan dasar,
untuk memiliki keterampilan-keterampilan pokok. Agar terciptanya layanan
konseling sebaya yang baik, para konselor sebaya non profesional harus memiliki
keterampilan-keterampilan pokok. Ivey menjelaskan, keterampilan-keterampilan
pokok tersebut ialah:
a. attending yaitu perilaku yang secara langsung berhubungan dengan respek,
yang ditunjukan ketika konselor memberikan perhatian penuh pada konseli,
melalui komunikasi verbal maupun non verbal, sebagai komitmen untuk fokus
pada konseli. Konselor menjadi pendengar aktif yang akan berpengaruh pada
efektivitas bantuan. Termasuk pada komunikasi verbal dan non verbal adalah
Empati;
b. merangkum, yaitu menyimpulkan berbagai pernyataan konseli menjadi satu
pernyataan. Ini berpengaruh pada kesadaran untuk mencari solusi masalah;
41
Suwarjo. Op.Cit. h. 12 42
Lalu Abdurachman Wahid. Op.Cit. h. 14
29
c. bertanya, yaitu proses mencari apa yang ada di balik diskusi, dan seringkali
berkaitan dengan kenyataan yang dihadapi konseli. Pertanyaan yang efektif
dari konselor adalah yang tepat, bersifat mendalam untuk mengidentifikasi,
untuk memperjelas masalah, dan untuk mempertimbangkan alternatif;
d. keaslian adalah mengkomunikasikan secara jujur perasaan sebagai cara
meningkatkan hubungan dengan dua atau lebih individu;
e. asertif, termasuk kemampuan untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan
secara jujur, yang ditunjukkan dengan cara berterus terang, dan respek pada
orang lain;
f. konfrontasi adalah komunikasi yang ditandai dengan ketidak sesuaian/ketidak
cocokan perilaku seseorang dengan yang lain;
g. pemecahan masalah adalah proses perubahan seseorang dari fase
mengeksplorasi satu masalah, memahami sebab-sebab masalah, dan
mengevaluasi tingkah laku yang mempengaruhi penyelesaian masalah itu.43
Dalam pelatihan konselor sebaya, para professional dalam hal ini guru
pembimbing bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan kepada para peserta
didik dengan baik, penjelasan tentang standar etik, dan suport atau dukungan pada
orang yang dilatih dan dapat berkontribusi pada tersedianya tenaga yang
potensial. Dalam penelitian ini, layanan layanan konseling sebaya diharapkan
dapat meningkatkan resiliensi peserta didik di sekolah SMA 12 Bandar Lampung.
B. Resiliensi
1. Definisi Resiliensi
Secara bahasa, resiliensi merupakan istilah yang berasal dari bahasa inggris
dari kata resilience yang artinya daya pegas, daya kenyal atau kegembiraan.
Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dngan namaego-
resillience yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan
43
Erhamwida. Layanan konseling sebaya. Op.Cit. h. 54-55
30
kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada
tekanan internal maupun eksternal.44
Menurtu Rinaldi resiliensi adalah keberhasilan menyesuaikan diri terhadap
tekanan yang terjadi. Penyesuaian diri menggambarkan kapasitas untuk
membangun hasil positif dalam peristiwa kehidupan yang penuh tekanan.
Penyesuaian diri adalah mem-bangun daya tahan dan mempertahankan batas
antara tingkat emosi positif dan negatif yang menggambarkan kekuatan yang
mendasari individu dalam kelen-turan menyesuaikan diri.45
Lebih lanjut menurut Cefai mengaju pada luthar menyebutkan definisi
resiliensi adalah kompetensi dan keberhasilan, meskipun menghadai kesulitan
yang berkepanjangan dan merugikan. Schoon berpendapat bahwa resiliensi
umumnya tidak langsung diukur, tetapi diidentifikasi dengan berdasarkan pada
dua pertimbangan mendasar: (1) ketika seseorang dalam kondisi baik; dan (2)
pada saat sekarang, ketika seseorang belum pernah menghadapi kejadian yang
berisiko secara signifikan atau adany kesulitan yang harus diatasi.46
Hamid patilima juga memberi definisi mengenai resiliensi, yaitu sebagai
proses pendampingan oleh pendidik untuk mempersiapkan anak usia dini agar
44
Desmita. Op.Cit. h. 3 45 Rinaldi. Resiliensi Pada Masyarakat Kota Padang Ditinjau Dari Jenis Kelamin.
Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010 h. 100 46
Hamid Patilima. Resiliensi Anak Usia Dini. (Alfabeta: bandung. 2015) h.52
31
mampu menghadapi kerentanan dan tantangan, terhindar dari kemunduran,
sehinga sukses dalam segala bidang kehidupan di masa kini dan masa depan.47
Resiliensi secara umum Reivich dan Shatte mendefinisikan resiliensi
sebagai kemampuan beradaptasi terhadap situasi-situasi yang sulit dalam
kehidupan.48
Individu dianggap sebagai seseorang yang memiliki resiliensi jika
mereka mampu untuk secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma dan
terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif. Di dalam
penelitian ini, kami berasumsi bahwa tingkat fleksibilitas yang membuat peserta
didik berhasil dalam akademis walaupun mereka berada pada kondisi yang sulit,
sehingga ia mampu untuk bertahan, bangkit dan menyesuaikan dengan kondisi
sulit, ini yang disebut dengan resiliensi.
Dari beberapa defenisi tersebut dapat dipahami bahwa resiliensi (daya
lentur, ketahanan) adalah kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki
seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk
menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-
dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan, atau mengubah
kondisi kehidupan yang menyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk
diatasi. Bagi mereka yang resilien, resiliensi membuat hidupnya menjadi lebih
kuat. Artinya, resiliensi akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri
dalam berhadapan dengan kondisi yang tidak menyenangkan, serta dapat
47
Ibid. h. 54 48
Ahmad Junaedi Salim Pulungan dan Tarmidi. Op.Cit. 47
32
mengembangkan kompetensi sosial, dan akademis sekalipun berada di tengah
kondisi stress hebat dalam kehidupan.
2. Faktor-Faktor Resiliensi
a. Sumber Resiliensi
Menurut Grotberg ada beberapa sumber dari resiliensi adalah sebagai berikut49
:
1) I Have (sumber dukungan eksternal)
I Have merupakan dukungan dari lingkungan di sekitar individu. Dukungan
ini berupa hubungan yang baik dengan keluarga, lingkungan sekolah yang
menyenangkan, ataupun hubungan dengan orang lain diluar keluarga.
Melalui I Have, seseorang merasa memiliki hubungan yang penuh
kepercayaan. Hubungan seperti ini diperoleh dari orang tua, anggota
keluarga lain, guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima diri anak
tersebut.
Individu yang resilien juga memperoleh dukungan untuk mandiri dan dapat
mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatifnya sendiri. Dukungan
yang diberikan oleh orangtua ataupun anggota keluarga lainnya akan sangat
membantu dalam membentuk sikap mandiri dalam diri seseorang. Sehingga hal
ini akan membantu mereka untuk mengembangkan rasa percaya diri dalam diri
anak.
2) I Am (kemampuan individu)
I am, merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang, kekuatan
tersebut meliputi perasaan, tingkah laku, dan kepercayaan yang ada dalam
dirinya.
Individu yang resilien merasa bahwa mereka mempunyai karakteristik yang
menarik dan penyayang sessama. Hal tersebut ditandai dengan usaha mereka
49Myta Devi Nurdian Dan Zainul Anwar. Konseling Kelompok Untuk
Meningkatkan Resiliensi Pada Remaja Penyandang Cacat Fisik (Difable). Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 02, No.01, 2014. h. 39
33
untuk selalu dicintai dan mencintai orang lain. Mereka juga sensitif terhadap
perasaan orang lain dan mengerti yang diharapkan orang lain terhadap dirinya.
Mereka juga merasa bahwa mereka memiliki empati dan sikap kepedulian yang
tinggi terhadap sesama. Mereka bangga terhadap apa yang telah mereka capai.
Ketika merekamendapatkan masalah atau kesulitan, rasa percaya dan harga diri
yang tinggi akan membantu mereka dalam mengatasi kesulitan tersebut. Mereka
merasa mandiri dan cukup bertanggungjawab. Mereka dapat melakukan banyak
hal dengan kemampuan mereka sendiri.
3) I Can (kemampuan sosial dan interpersonal)
I Can merupakan kemampuan anak untuk melakukan hubungan sosial dan
interpersonal. Mereka dapat belajar kemampuan ini melalui interaksinya
dengan semua orang yang ada disekitar mereka. Individu tersebut juga
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi serta memecahkan masalah
dengan baik. Mereka mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka
dengan baik.
Seperti yang dijelaskan dijelaskan dalam Al-Qur‟an suratAr-Rum ayat 22:
Artinya:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi
dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.50
50
Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 22
34
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia tidaklah lepas dari interaksi sosial
meski memiliki perbedaan setiap individunya. Intetaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki kelakuan antara individu yang satu individu lainnya.
Kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati juga
dimiliki oleh individu yang resilien. Mereka mampu menyadari perasaan mereka
dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan perilaku yang tidak mengancam
perasaan dan hak orang lain. Mereka juga dapat memahami karakteristik dirinya
sendiri dan orang lain. Ini membantu individu untuk mengetahui seberapa banyak
waktu yang diperlukan untuk berkomunikasi, dan seberapa banyak ia dapat
menangani berbagai macam situasi. Selain itu, individu yang resilien juga dapat
menemukan seseorang untuk meminta bantuan, untuk menceritakan perasaan dan
masalah, serta mencari cara untuk menyelesaikan masalah pribadi dan
interpersonal.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi
Dalam membangun resiliensi, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
seperti individu, keluarga, lingkungan, dan lembaga. Faktor-faktor ini saling
mempengaruhi satu sama lain.51
1) Karakteristik individu
Schoon mendefinisikan bahwa individu yang mampu membangun resiliensi
adalah individu yang mengenal kompetensinya, individu yang mempu
51
Hamid Patilima. Op.Cit. h. 55
35
merumuskan ambisi, aspirasi, rencana hidup yang lebih terarah dari sekarang
untuk masa depan. Sifat individu yang meningkatkan resiliensi adalah individu
yang memiliki hubungan baik dengan sesame, humoris, kemampuan menilai
orang, independen, mampu mengontrol diri, optimis, fleksibel, mempunyai
keingintahuan yang tinggi, kepercayaan diri, tekun, dan kreatif.
2) Lingkungan sekitar
Menurut Schoon, lingkungan dapat diaggap sebagai tempat lahirnya resiko
yang membentuk kehidupan anak, keluarga, dan masyarakat. Menurut pendekatan
ini, resiliensi didasarkan pada transaksi yang kompleks dan langsung antara
individu dan konteks.
3) Kelembagaan
Lingkungan sekolah secara umum adalah pembentuk yang kuat dalam
perkembangan potensi individu. Pendidik dan sekolah dapat memainkan peran
khusus dengan memberikan dukungan emosional dalam berbagai cara, termasuk
memahami perasaan peserta didik yang mungkin sedan diliputi rasa marah, takut,
bersalah, dan mendorong mereka untuk mengekspresikan diri, juga memahami
masalah konsentrasi mereka.52
52
Ibid. h. 59
36
3. Karakteristik Resiliensi
Seperti yang telah dikatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan bangkit
dari situasi sulit dan tekanan, tentu terdapat kemampuan dasar yang dimiliki
individu yang resilien. Revich dan Shatte memaparkan tujuh kemampuan yang
membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut53
:
a. Emotion Regulation
Regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi
yang menekan. Reivich dan Shatte mengungkapkan dua buah keterampilan
yang dapat memudahkan individu untuk melakukan regulasi emosi, yaitu
yaitu tenang (calming) dan fokus (focusing). Dua buah keterampilan ini akan
membantu individu untuk mengontrol emosi yang tidak terkendali, menjaga
fokus pikiran individu ketika banyak hal-hal yang mengganggu, serta
mengurangi stres yang dialami oleh individu.
b. Impulse Control
Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan
keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.
Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang rendah, cepat
mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan
perilaku mereka.
Individu dapat mengendalikan impulsivitas dengan mencegah terjadinya
kesalahan pemikiran, sehingga dapat memberikan respon yang tepat pada
permasalahan yang ada. Menurut Reivich dan Shatte, pencegahan dapat dilakukan
dengan dengan menguji keyakinan individu dan mengevaluasi kebermanfaatan
terhadap pemecahan masalah. Kemampuan individu untuk mengendalikan impuls
sangat terkait dengan kemampuan regulasi emosi yang ia miliki.
c. Optimisme
Optimisme yang dimaksud Reivich dan Shatte adalah optimisme yang
realistis (realistic optimism), yaitu sebuah kepercayaan akan terwujudnya
53 Riezky Vieramadhani Poetry Dkk. Resiliensi PadaMahasiswa Baru
Penyandang Cerebral Palsy (Cp). h. 7
37
masa depan yang lebih baik dengan diiringi segala usaha untuk mewujudkan
hal tersebut. Berbeda dengan unrealistic optimism dimana kepercayaan akan
masa depan yang cerah tidak dibarengi dengan usaha yang signifikan untuk
mewujudkannya. Perpaduan antara optimisme yang realistis dan self-efficacy
adalah kunci resiliensi dan kesuksesan.
d. Analisis Penyebab Masalah
Causal analysis merujuk pada kemampuan individu untuk
mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka
hadapi. Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan penyebab dari
permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat
kesalahan yang sama.
e. Empati
Empati sangat erat kaitannya dengan kemampuan individu untuk
membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain.
Seseorang yang memiliki kemampuan berempati cenderung memiliki
hubungan sosial yang positif. Menurut Reivich dan Shatte ketidakmampuan
berempati berpotensi menimbulkan kesulitan dalam hubungan.
f. Efikasi Diri
Self-efficacy adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil. Self-
efficacy merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu
memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan. Self-
efficacy merupakan hal yang sangat penting untuk mencapi resiliensi.
g. Reaching out
Banyak individu yang tidak mampu melakukan reaching out, hal ini
dikarenakan mereka telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat mungkin
menghindari kegagalan dan situasi yang memalukan. Mereka adalah
individu- individu yang lebih memilih memiliki kehidupan standar
dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus berhadapan dengan
resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat. Hal ini menunjukkan
kecenderungan individu untuk berlebih-lebihan (overestimate) dalam
memandang kemungkinan hal-hal buruk yang dapat terjadi di masa
mendatang.54
Dapat disimpulkan bahwa individu yang resilien memiliki karakteristik yaitu
individu yang optimis, mampu beradaptasi dengan baik, memiliki motivasi diri,
54
Ibid. h. 8
38
memiliki kompetensi personal, memiliki internal locus of control, self-esteem dan
rasa percaya diri yang tinggi, mandiri, sosiabilitas, serta mampu berempati.
4. Fungsi Resiliensi
Rutter mengemukakan ada empat fungsi resliensi, yaitu :
a. untuk mengurangi resiko mengalami konsekuensi-konsekuensi negatif
setelah adanya kejadian hidup yang menekan;
b. mengurangi kemungkinan munculnya rantai reaksi yang negatif setalah
peristiwa hidup yang menekan;
c. membantu menjaga harga diri dan rasa mampu diri;
d. meningkatkan kesempatan untuk berkembang.55
Resiliensi bukanlah karakteristik kepribadian atau trait, tetapi lebih sebagai
proses dinamis dengan disertainya sejumlah faktor yang membantu mengurangi
resiko individu dalam menghadapi tekanan hidup.
Sesuai dengan kemampuannya, konselor sebaya diharapkan mampu menjadi
sahabat yang baik, yaitu minimal mampu menjadi pendengar aktif bagi teman
sebayanya yang membutuhkan perhatian. Pendengar aktif adalah pendengar yang
dengan penuh perhatian memperhatikan isi ungkapan hati teman yang sedang
curhat, mampu menangkap ungkapan pikiran dan emosi di balik ekspresi verbal
maupun non verbal, mampu mengekspresikan pemahaman dan penerimaan secara
tulus dan empatik kepada teman sebayanya, serta mampu memantulkan kembali
ekspresi emosi dan pikiran konselor sebaya kepada konseli. Jika memungkinkan
55 Riezky Vieramadhani Poetry. Op.Cit. 10
39
konselor sebaya juga dapat membantu pemecahan masalah sederhana. Meskipun
dilatihkan dalam pelatihan, kemampuan ini tidak begitu dituntutkan.56
Untuk
pemecahan masalah dimana konselor sebaya merasa kurang kompeten, dia
diharapkan merujuk konseli kepada konselor ahli. Tentu saja hal tersebut
dilakukan atas persetujuan konseli. Konselor sebaya dapat berperan sebagai agen
yang mendorong konseli untuk bersedia secara langsung memperoleh layanan
dari konselor ahli. Jika konseli sebaya tetap tidak menghendaki bertemu langsung
dengan konselor, konselor sebaya dapat berkonsultasi kepada konselor ahli
tentang masalah yang dihadapi konseli tanpa menyebutkan identitas konseli.
Melalui interaksi dan komunikasi interpersonal yang terjadi antara konselor
teman sebaya dengan konseli teman sebaya, baik melalui interaksi-interaksi
spontan tidak terstruktur, maupun melalui interaksi-interaksi terprogram yang
dirancang oleh konselor ahli, keterampilan-keterampilan resiliensi dapat
ditularkan. Melalui proses modeling misalnya, konseli teman sebaya dapat meniru
dan menginternalisasi sikap, keterampilan, dan berbagai strategi tertentu yang
tampak dari konselor sebaya pada saat-saat menghadapi masalah atau situasi-
situasi adversif.57
Konselor sebaya juga dapat secara langsung mengajarkan
keterampilan-keterampilan resiliensi kepada teman sebaya pada saat mereka
curhat tentang suatu masalah. Melalui wahana dan cara-cara yang demikian,
resiliensi teman-teman sebaya akan meningkat.
56
Suwarjo. Op.Cit. h. 13 57
Lestariningsih. Op.Cit. h. 17
40
Winfield mengingatkan bahwa resiliensi tidak cukup hanya semata-mata
diajarkan, tetapi lebih dipelajari melalui interaksi sosial yang positif.58
Oleh
karena itu semua komponen yang berada di lingkungan remaja hendaknya
memberikan pelayanan secara hangat, respek, penuh perhatian dan penerimaan,
serta empatik. Dengan cara demikian remaja akan memodeling tingkah laku
positif orang-orang yang ada di sekelilingnya, yang pada akhirnya akan
meningkatkan resiliensi mereka. Interaksi personal yang positif di antara remaja
(antar teman sebaya) ditambah dengan dukungan positif dari keluarga dan
sekolah, serta lingkungan sosialnya diharapkan dapat meningkatkan resiliensi
remaja. Resiliensi individu tergambarkan dari tujuh faktor resiliensi yaitu:
pengendalian emosi, pengendalian dorongan, optimisme, kemampuan melakukan
analisis penyebab, empati, efikasi diri, serta kemampuan membuka diri.
Kemampuan resiliensi adalah kemampuan yang lebih bersifat dipelajari, bukan
sekedar diturunkan. Diharapkan melalui konseling teman sebaya, resiliensi remaja
dapat ditingkatkan.
C. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang layanan bimbingan dan konseling telah banyak dilakukan,
terbukti dengan ditemukannya berbagai karya ilmiah sebagai berikut:
1. Penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Resiliensi Melalui
Pelaksanaan Pelatihan Peer Counseling Pada Siswa” oleh Lestariningsih.
58
Suwarjo. Op.Cit. h. 14
41
Dalam penelitian ini terjadi peningkatan poin pada masing-masing
indikator seperti rata-rata peningkatan indikator regulasi emosi adalah 2,5
poin, peningkatan skor pengendalian impuls adalah 3,4 poin, peningkatan
indikator optimisme adalah 1,6 poin, peningkatan indikator analisis penyebab
masalah adalah 2,8 poin, peningkatan skor Empati adalah 2,3 poin,
peningkatan skor Self Efficacy adalah 2,8 poin,peningkatan indikator
reaching out adalah 3 poin. Menurut Lestariningsih Secara kuantitatif
pelaksanaan layanan peer counseling (pelatihan calon peer konselor) secara
efektif dapat meningkatkan resiliensi pada diri peserta didik. Peningkatan ini
dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yakni peran serta konselor ahli dan juga
tingkat keaktifan dari calon peer konselor. Penggunaan teknik dan metode
yang bervariasi oleh konselor ahli memungkinkan calon peer konselor untuk
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan kelompok.
2. Penelitian Kartika Nur Fathiyah dan Farida Harahap dengan judul “Layanan
konseling sebaya untuk Meningkatan Efikasi Diri Remaja terhadap Perilaku
Berisiko”.
Pada penelitian ini menunjukan bahwa jika hasil pretest dan posttest
diperbandingkan, tampak ada kecenderungan peningkatan efikasi diri peserta
didik yang diberi layanan konseling sebaya secara berarti. Pada saat pretest
ada 1 peserta didik (4,35 %) yang memiliki efikasi diri sedang, 7 peserta
didik (30,43) memiliki efikasi diri tinggi, dan 15 peserta didik (65,22 %)
42
memiliki efikasi diri sangat tinggi. Sedangkan pada saat posttest hanya
terdapat 2 orang peserta didik (6,25 %) memiliki efikasi diri tinggi untuk
menolak perilaku berisiko dan 21 orang peserta didik (91,3%) memiliki
efikasi diri sangat tinggi untuk menolak perilaku berisiko. Sesudah perlakuan
kriteria efikasi diri sedang sudah tidak ada dan berubah menjadi efikasi diri
tinggi. Selain itu, terdapat peningkatan efikasi diri siswa yang diberi layanan
konseling sebaya dengan kriteria sangat tinggi sebesar 26,08 %.
3. Dan penelitian oleh suwarjo dengan judul “Layanan konseling sebaya (Peer
Counseling) Untuk Mengembangkan Resiliensi Remaja”. Dalam penelitian
iniSuwarjo memaparkan bahwa kemampuan resiliensi adalah kemampuan
yang lebih bersifat dipelajari, bukan sekedar diturunkan. Melalui konseling
teman sebaya, resiliensi remaja dapat ditingkatkan.
D. Kerangka berfikir
Layanan konseling sebaya adalah proses pemberian bantuan dari
konselor sebaya kepada konseli yang yang mempunyai resiliensi rendah.
Sehingga peserta didik yang memperoleh layanan akan mendapatkan berbagai
macam informasi tentang bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan
masalah yang ada dalam diri peserta didik. Sementara resiliensi adalah kapasitas
individu untuk menghadapi dan mengatasi serta merespon secara positif kondisi-
kondisi tidak menyenangkan itu untuk memperkuat diri. Dengan demikian
layanan konseling sebaya memberikan beberapa upaya atau cara untuk
43
meningkatkan resiliensi peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa layanan
konseling sebaya mampu memberikan perubahan terhadap resiliensi yang
rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Lestariningsih dengan judul “Upaya meningkatkan resiliensi melalu
pelaksanaan pelatihan Peer Counseling pada siswa”. Menurut Lestariningsih
secara kuantitatif pelaksanaan layanan konseling sebaya secara efektif dapat
meningkatkan resiliensi pada peserta didik. Berdasarkan pemaparan tersebut,
maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat melalui gambar berikut ini:
44
Output
Resiliensi 10 peserta didik kelas XII SMA Negeri 12 Bandar Lampung dapat
ditingkatkan melalui layanan konseling sebaya yang ditandai dengan: mampu
mengontrol emosi; tetap tenang dibawah tekanan; mampu berfikir jernih dan akurat;
dapat mengontrol dan mengendalikan emosi; memiliki keyakinan bahwa segala
permasalahan pasti ada jalan keluar; mampu menganalisis masalah dengan baik;
Kemampuan memahami dan merasakan perasaan orang lain; Mempunyai keyakinan
untuk bangkit dari keterpurukan; Kekuatan individu mengatasi masalah; mempunyai
keberanian mengatasi segala kekuatan yang mengancam.
Gambar 2
Kerangka Berfikir Penelitian
Input (permasalahan)
Terdapat 10 Peserta didik yang mempunyai resiliensi rendah di kelas XII SMA
Negeri 12 Bandar Lampung tahun 2016/2017 ditandai dengan: membutuhkan
keterangan tentang kecerdasan emosi; kurang mampu mengendalikan diri, berpikir
dan bersikap positif; sering gagal dan patah semangat; kurangnya kemampuan
dalam penyelesaikan konflik; merasa sukar menyesuaikan diri dengan orang lain;
takut bertanya/menjawab dikelas; merasa tidak memiliki bakat apapun.
Proses Pemberian Layanan Konseling Sebaya
Pelatihan konselor sebaya :
1. Ketrampilan Attending
2. Ketrampilan merangkum
3. Ketrampilan bertanya
4. Keaslian
5. Ketrampilan asertif
6. Ketrampilan konfrontasi
7. Ketrampilan pemecahan
masalah
Langkah-langkah
konseling sebaya:
1. Assesmen
kebutuhan layanan
konseling sebaya
2. Pemilihan
konselor sebaya
3. Layanan konseling
sebaya
Pemilihan konselor sebaya berdasarkan
sampel:
1. Konselor Bmm dipilih oleh Ad
2. Konselor Dnp dipilih oleh Ikw dan Sgy
3. Konselor Dn dipilih oleh Fr
4. Konselor Mr dipilih oleh Ap
5. Konselor Nmd dipilih oleh Al dan Ds
6. Konselor Sa dipilih oleh Anj
7. Konselor Ss dipilih oleh Swz
8. Konselor Asr dipilih oleh Msh
45
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.59
Hipotesis
penelitian yang diajukan oleh peneliti adalah “Layanan layanan konseling sebaya
efektif dalam meningkatkan resiliensi peserta didik Kelas XII SMAN 12 Bandar
Lampung tahun ajaran 2016/2017.”
Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut, penulis mengajukan hipotesis
statistik penelitian ini sebagai berikut :
Ho :Layanan konseling sebaya tidak efektif dalam meningkatkan resiliensi
peserta didik kelas XIISMAN 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran
2016/2017.
Ha :Layanan konseling sebaya efektif dalam meningkatkan resiliensi peserta
didik kelas XII SMAN 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017.
Untuk menguji hipotesis ini peneliti menggunakan uji statistik dengan uji
t.Dengan ketentuan jika hasil thitung> ttabel maka hipotesis Ho ditolak dan Ha yang
diterima, tetapi jika thitung< ttabel maka Ho yang diterima.
59
Sedarmayanti dan syaifudin hidayat. Metode penelitian. (mawar maju: Bandung, 2011) h. 108
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena dengan
menggunakan penelitian kuantitatif, peneliti dapat mengetahui efektivitas
layanan konseling sebaya dalam meningkatkan resiliensi peserta didik.
Sebagaimana diketahui bahwa penelitian kuantitatif yaitu suatu pendekatan
penelitian yang secara primer menggunakan paradigm postpositivist dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan seperti pemikiran tentang sebab akibat,
reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik menggunakan
pengukuran observasi serta pengujian teori, yang menggunakan strategi
penelitian seperti eksperimen.60
.
B. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-
Experimental Desain, metode ini tidak mempunyai kelompok kontrol. Karena
60
Emzir. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Kuantitatif Dan Kualitatif). (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2010) H. 28
47
masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
variabel dependen, dan sampel tidak dipilih secara random.61
Desain penelitian yang digunakan adalah one-group pretest-posttest design.
Alasan peneliti menggunakan one-group pretest-posttest design karena
berdasarkan hasil IMS (Identifikasi Masalah Siswa) yang didapat dari guru BK
SMAN 12 Bandar Lampung yang menunjukan bahwa kriteria resiliensi rendah
terdapat di kelas XII IPA 1, maka dari itu guru BK merekomendasikan kepada
peneliti untuk mengambil subjek penelitian di kelas tersebut. Subyek diobservasi
dua kali (pretest dan post-test). Penelitian dengan desain ini digunakan untuk
mengukur resiliensi peserta didik. Maka pengukuran resiliensi dilakukan
sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah dilakukan layanan konseling
sebaya. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.62
Desain
penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
Pengukuran Pengukuran
(Pretest) Perlakuan (Posttest)
Gambar 3
Pola One Group Pretest-Posttest Design
61
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
(Bandung : Alfabeta, 2013). h. 109 62
Ibid. h. 110
O1 X O2
48
Keterangan:
O1 : nilai pretest (sebelum diberikan layanan konseling sebaya)
X : pemberian layanan konseling sebaya
O2 : nilai posttest (setelah diberikan layanan konseling sebaya)
63
Desain penelitian eksperimen pre-test and post-test one group design
rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Pretest
Tujuan dari pretest dalam penelitia ini adalah untuk mengetahui resiliensi
peserta didik kelas XII SMAN 12 Bandar lampung yang mempunyai
resiliensi rendah sebelum diberikan perlakuan (treatment).
2. Pemberian Treatment
Rencana pemberian treatment dalam penelitian diberikan kepada
beberapa konseli atau peserta didik yang telah dipilih. Selanjutnya dengan
menggunakan layanan konseling sebaya dalam meningkatkan resiliensi
peserta didik kelas XII SMAN 12 Bandar lampung.
3. Tahap Post-test
Dalam kegiatan ini penelitian memberikan angket kepada konseli setelah
pemberian treatment. Setelah itu membandingkan persentase hasil dari
angket dengan indikator dalam meningkatkan minat resiliensi peserta didik,
antara sebelum dan sesudah pemberian treatment.
63
Ibid. h. 111
49
C. Variable Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Sugiyono mengatakan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesumpulannya.64
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel
babas (X) dan satu variabel terikat (Y), hubungan kedua variabel digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 4
Hubungan Antara Variabel
D. Definisi Operasional
Definisi Operasional variabel merupakan uraian yang berisikan sejumlah
indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel atau
konsep yang digunakan. Definisi operasional dibuat untuk memudahkan
pemahaan dan pengukuran setiap variabel yang ada dalam penelitian. Adapun
definisi operasional dari peneliti adalah:
64
Ibid. h. 61
Layanan Konseling Sebaya
Peserta Didik Kelas XII
SMAN 12 Bandar Lampung
(X)
Lampung
Resiliensi Peserta Didik
Kelas XII SMAN 12
Bandar Lampung
(Y)
50
Tabel 2
Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Cara ukur Hasil
ukur
Skala
ukur
1 Variabel
bebas (X)
Layanan
konseling
sebaya
proses
konseling yang
dilakukan oleh
teman sebaya
yang terlebih
dahulu telah
mendapatkan
pelatihan-
pelatihan untuk
menjadi
konselor
sebaya,
sehingga dapat
memberikan
bantuan baik
secara individu
maupun
kelompok
kepada teman-
temannya yang
bermasalah
ataupun
mengalami
hambatan dalam
perkembangan
kepribadiannya.
Observasi
2 Variabel
terikat
(Y)
Resiliensi
Resiliensi
adalah
kemampuan
seseorang untuk
bangkit dari
keterpurukan
atau kondisi
yang tidak
menyenangkan
menjadi sesuatu
Angket/
kuesioner
Menyebarkan
angket
Skor
terendah-
Skor
tertinggi
interval
51
permasalahan
yang mudah
untuk diatasi.
E. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang
diteliti.65
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPA 2,
XII IPS 1, XII IPS 2 dan XII IPS 3 SMAN 12 Bandar Lampung. Dalam
pengambilan populasi penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari guru
bimbingan konseling di SMAN 12 Bandar Lampung. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 3
Rincian Jumlah Populasi Penelitian
Kelas Jumlah Jumlah peserta didik
XII IPA 27 peserta didik
XII IPS 73 peserta didik
jumlah 100 peserta didik
Sumber: Administrasi SMAN 12 Bandar Lampung
2. Sampel dan Teknik Sampling
a. Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari
populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh
65
Sedarmayanti dan syaifudin hidayat, Op.Cit. h. 121
52
sampel. Ferguson mendefinisikan sampel adalah beberapa bagian kecil
atau cuplikan yang ditarik dari populasi.66
b. Teknik pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.67
Dari data IMS
(Identifikasi Masalah Siswa) menunjukan bahwa kelas XII IPA 1
mempunyai kriteria resiliensi rendah, tetapi untuk mendapatkan data yang
lebih akurat peneliti kembali membagi angket kepada peserta didik kelas
XII dengan memberikan skala resiliensi yang berupa angket pernyataan
pada peserta didik kelas XII yang kemudian diperoleh jumlah peserta
didik yang memiliki resiliensi rendah. Skala resiliensi berfungsi menjaring
peserta didik yang memiliki resiliensi rendah dengan pretest untuk
mendapatkan sampel penelitian dengan kriteria yang telah ditentukan.
Kemudian akan diberi layanan konseling sebaya sebagai treatment.
F. Pengembangan Instrumen Penelitian
Dalam hal ini peneliti mengembangkan instrumen resiliensi yang
dikemukakan oleh Reivich and Shatte yaitu antara lain: (1) regulasi emosi; (2)
pengendalian impuls; (3) optimis; (4) analisis penyebab masalah; (5) empati; (6)
efikasi diri; dan (7) kemampuan meraih apa yang diinginkan (Reaching Out)
Adapun kisi-kisi pengembangan instrumen dapat dilihat pada tabel berikut:
66
Ibid. h. 124 67
Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). (Bandung : Alfabeta, 2013) h. 126
53
Tabel 4
Kisi-Kisi Pengembangan Instrument Penelitian Sebelum Uji Coba
Variabel Indikator Aspek No Item
Favorable (+) Unfavorable (-)
Regulasi
emosi
Mengatur emosi 1. Saya dapat mengontrol
perasaan saya ketika
sedang kesulitan.
2. Saya tidak dapat
mengontrol perasaan
saya ketika sedang
kesulitan
Tetap tenang di
bawah tekanan
3. Saya berusaha tenang
agar dapat
menyelesaikan
masalah yang saya
hadapi
4. Saya menyerah jika
segalanya menjadi
sulit dihadapi.
Pengendalian
impuls
Kemampuan
berfikir jernih
dan akurat
5. Saya sulit berpikir
positif untuk dapat
fokus pada tugas/
pekerjaan
6. Masalah yang saya
hadapi membuat saya
kurang mampu dalam
mengendalikan diri,
berpikir dan bersikap
positif
Optimis Harapan dan
kepercayaan
untuk kembali
pada kondisi
normal
7. Saya cepat kembali
melakukan aktivitas
sehari-hari walaupun
memiliki masalah
8. Saya ragu apakah saya
dapat menyelesaikan
permasalahan yang
saya alami
Analisis
penyebab
masalah
Mengidentifikasi
sebab-sebab dari
permasalahan
secara akurat
9. Saya tahu apa yang
seharusnya saya
lakukan jika
mempunyai masalah
10. Ketika ada masalah,
saya mencoba mencari
berbagai solusi
sebelum mencoba
untukmenyelesaikanny
a
11. Dalam kebanyakan
situasi, saya mampu
mengenali penyebab
suatu masalah yang
datang.
12. Permasalah dengan
teman membuat saya
kurang peka terhadap
masalah yang saya
hadapi
54
Empati Kemampuan
memahami dan
merasakan
perasaan orang
lain
13. Saya dapat memahami
ketika teman sedang
mengalami masalah
14. Saya merasa bingung
untuk memahami
sikap orang lain.
15. Saya tidak peduli
orang lain menderita
16. Saya pura-pura
bersimpati dengan
orang lain
Efikasi diri Keyakinan diri
untuk bangkit
17. Saya berusaha tenang
agar dapat bangkit dari
situasi yang tidak
menyenangkan
18. Saya cepat pulih dari
kesedihan yang saya
alamI
19. Saya larut dalam
kesedihan dengan
waktu yang lama
karena mempunyai
banyak masalah
20. Saya ragu bahwa
setiap masalah ada
hikmahnya
21. Tuhan tidak adil
memberikan masalah
kepada saya
Kekuatan
individu
mengatasi
masalah
22. Saya tahu kemana
harus berkonsultasi
jika mempunyai
masalah
23. Saya sadar ketika saya
sedang berhadapan
dengan masalah
24. Hidup saya tidak
nyaman karena
mengalami banyak
masalah
Pencapaian
(Reaching
Out)
Keberanian
mengatasi segala
kekuatan yang
mengancam
dalam kehidupan
25. Saya berusaha kuat
untuk mencapai tujuan
saya meskipun banyak
rintangan yang saya
hadapi
26. Saya berani melawan
rasa takut ketika
dihadapkan dengan
masalah
27. Saya mencemaskan
kesehatan saya di
masa depan.
28. Saya kurang suka
tantangan baru
29. Saya panik dan tidak
tenang ketika sedang
dalam masalah
30. Saya sering murung
dan tidak bahagia
31. Merasa terancam
berada di lingkungan
baru yang membuat
saya tidak nyaman
55
Semangat
mencapai tujuan
dan cita-cita
32. Saya yakin akan
menjadi orang yang
sukses
33. Saya tidak membuat
rencana untuk masa
depan saya.
34. Ketika diminta untuk
memikirkan masa
depan, saya sulit
melihat diri saya
sebagai orang yang
sukses.
Agar responden tidak mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan
dalam angket peneliti menggunakan bentuk jawaban skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.68
Skor skala likert dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5
Skor Skala Likert
Jenis
Pertanyaan
Alternatif Jawaban
Sangat
Setuju Setuju Ragu-Ragu
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju
Favorable 5 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4 5
Penilaian resiliensi dalam penelitian ini menggunakan rentang skor dari 1-5
dengan banyaknya item 34. Adapun aturan dalam pemberian skor dan klasifikasi
hasil penilaian adalah sebagai berikut:
68
Sugiyono, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Op.Cit. h. 134
56
a. skor penyataan negatif kebalikan dari pernyataan yang positif;
b. jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek penilaian x
jumlah pilihan;
c. skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh : skor tertinggi ideal) x jumlah
kelas interval;
d. jumlah kelas interval = skala hasil penelitian. Artinya kalau penilaian
menggunakan skala 5, hasil penilaian diklasifikasikan menjadi 5 kelas
interval; dan
e. penentuan jarak interval (J) diperoleh dengan rumus:
Keterangan :
t = skor tertinggi ideal dalam skala
r = skor terendah ideal dalam skala
Jk = jumlah kelas interval.
Sehingga interval kriteria tersebut dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
a. skor tertinggi : 5 X 34 = 170
b. skor terendah : 1 X 34 = 34
c. rentang : 170 – 34 = 136
d. jarak interval : 136 : 5 = 22
Berdasarkan keterangan tersebut maka kriteria resiliensi adalah sebagai berikut:
Ji = (t – r)/Jk
57
Tabel 6
Kriteria Resiliensi
Interval Kriteria Deskriptif
123 - 144 Sangat tinggi Peserta didik yang masuk dalam
kategori sangat tinggi mereka yang
mempunyai sikap tidak menyerah
dan berusaha untuk menghadapi
segala sesuatu yang tidak
menyenangkan yang mereka alami,
memiliki sifat yang terbuka,
percaya diri, semangat dan
memiliki keyakinan untuk menjadi
orang sukses
100 – 122 Tinggi Peserta didik yang masuk dalam
kategori tinggi telah menunjukan
resiliennya namun belum
sepenuhnya
80 – 100 Sedang Peserta didik dalam kategori sedang
cenderung tidak stabil dalam
bersikap dan memiliki semangat
naik turun.
57 – 79 Rendah Peserta didik yang masuk dalam
kategori rendah belum menunjukan
kemampuan resiliensinya secara
optimal
34 – 57 Sangat rendah Dalam kategori sangat rendah
peserta didik memiliki ciri-ciri
mudah menyerah, menghindari
masalah, tidak memiliki semangat
untuk bangkit dan berusaha
menjadi lebih baik.
G. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Instrument yang akan digunakan perlu diadakan uji coba agar mendapat
validitas. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapat
58
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam hal ini peneliti
menggunakan program SPSS for windows reliase 16untuk dapat mengetahui
kevalidan suatu instrument maka digunakan korelasi product moment sebagai
berikut:
Keterangan :
xi : nilai jawaban responden pada butir/item solal ke-i
yi : nilai total responden ke-i
rxy : nilai koofesien korelasi pada butir/item soal ke-i sebelum dikoreksi
sy : standar deviasi total
sx : standar deviasi butir/item soal ke-i
rx(y-1) : corrected item-total correlation coefficient
Nilai rx(y-1) akan dibandingkan dengan koofesien korelasi tabel rtabel = r(a,n-2).
Jika rx(y-1) ≥ rtabel, maka instrumen valid. Pada output SPSS, corrected item-total
correlation coefficient t≥ rtabel, maka instrument validitas (n = banyaknya
responden).69
Setelah dilakukan uji validitas instrument dengan menggunakan program
SPSS for windows reliase 16, maka terdapat beberapa item pernyataan yang gugur
atau tidak valid, yaitu butir pernyataan nomor 9, 20, 21, dan 30 dinyatakan tidak
69
Novalia Dan Muhammad Syazali. Olah Data Penelitian Pendidikan. (Bandar Lampung :
Anugrah Utama Raharja (AURA), 2014) h. 38
59
valid karena nilai corrected item-total correlation <=rtabel = 0,349. Berikut
adalalah kisi-kisi pengembangan instrument setelah uji coba:
Tabel 7
Kisi-Kisi Pengembangan Instrument Penelitian Setelah Uji Validitas
Variabel Indikator Aspek No Item
Favorable (+) Unfavorable (-)
Resiliensi Regulasi
emosi
Mengatur emosi 1. Saya dapat
mengontrol perasaan
saya ketika sedang
kesulitan.
2. Saya tidak dapat
mengontrol perasaan
saya ketika sedang
kesulitan
Tetap tenang di
bawah tekanan
3. Saya tetap tenang
agar dapat
menyelesaikan
masalah yang saya
hadapi
4. Saya menyerah jika
segalanya menjadi
sulit dihadapi.
Pengendalian
impuls
Kemampuan
berfikir jernih
dan akurat
5. Saya sulit berpikir
positif untuk dapat
fokus pada tugas/
pekerjaan
6. Masalah yang saya
hadapi membuat saya
kurang mampu dalam
mengendalikan diri,
berpikir dan bersikap
positif
Optimis Harapan dan
kepercayaan
untuk kembali
pada kondisi
normal
7. Saya cepat kembali
melakukan aktivitas
sehari-hari walaupun
memiliki masalah
8. Saya ragu apakah saya
dapat menyelesaikan
permasalahan yang
saya alami
Analisis
penyebab
masalah
Mengidentifikas
i sebab-sebab
dari
permasalahan
secara akurat
9. Ketika ada masalah,
saya mencoba
mencari berbagai
solusi sebelum
mencoba untuk
menyelesaikannya
10. Dalam kebanyakan
situasi, saya mampu
mengenali penyebab
suatu masalah yang
datang.
11. Permasalah dengan
teman membuat saya
kurang peka terhadap
masalah yang saya
hadapi
60
Empati Kemampuan
memahami dan
merasakan
perasaan orang
lain
12. Saya dapat
memahami ketika
teman sedang
mengalami masalah
13. Saya merasa bingung
untuk memahami
sikap orang lain.
14. Saya tidak peduli
orang lain menderita
15. Saya pura-pura
bersimpati dengan
orang lain
Efikasi diri Keyakinan diri
untuk bangkit
16. Saya berusaha
tenang agar dapat
bangkit dari situasi
yang tidak
menyenangkan
17. Saya cepat pulih dari
kesedihan yang saya
alamI
18. Saya larut dalam
kesedihan dengan
waktu yang lama
karena mempunyai
banyak masalah
Kekuatan
individu
mengatasi
masalah
19. Saya tahu kemana
harus berkonsultasi
jika mempunyai
masalah
20. Saya sadar ketika
saya sedang
berhadapan dengan
masalah
21. Hidup saya tidak
nyaman karena
mengalami banyak
masalah
Kemampuan
meraih apa
yang
diinginkan.
pencapaian
Keberanian
mengatasi
segala kekuatan
yang
mengancam
dalam
kehidupan
22. Saya berusaha kuat
untuk mencapai
tujuan saya
meskipun banyak
rintangan yang saya
hadapi
23. Saya berani
melawan rasa takut
ketika dihadapkan
dengan masalah
24. Saya mencemaskan
kesehatan saya di
masa depan.
25. Saya kurang suka
tantangan baru
26. Saya panik dan tidak
tenang ketika sedang
dalam masalah
27. Merasa terancam
berada di lingkungan
baru yang membuat
saya tidak nyaman
Semangat
mencapai tujuan
dan cita-cita
28. Saya yakin akan
menjadi orang yang
sukses
29. Saya tidak membuat
rencana untuk masa
depan saya.
30. Ketika diminta untuk
memikirkan masa
61
depan, saya sulit
melihat diri saya
sebagai orang yang
sukses.
Setelah melakukan uji validitas instrumen maka rentang aturan dalam
pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian adalah sebagai berikut:
Keterangan :
t = skor tertinggi ideal dalam skala
r = skor terendah ideal dalam skala
Jk = jumlah kelas interval.
Sehingga interval kriteria tersebut dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
e. skor tertinggi : 5 X 30 = 150
f. skor terendah : 1 X 30 = 30
g. rentang : 150 – 30 = 120
h. jarak interval : 120 : 5 = 24
Berdasarkan keterangan tersebut maka kriteria resiliensi adalah sebagai berikut:
Ji = (t – r)/Jk
62
Tabel 8
Kriteria Resiliensi
Interval Kriteria Deskriptif
126 - 150 Sangat tinggi Peserta didik yang masuk dalam
kategori sangat tinggi mereka yang
mempunyai sikap tidak menyerah
dan berusaha untuk menghadapi
segala sesuatu yang tidak
menyenangkan yang mereka alami,
memiliki sifat yang terbuka,
percaya diri, semangat dan
memiliki keyakinan untuk menjadi
orang sukses
101 – 125 Tinggi Peserta didik yang masuk dalam
kategori tinggi telah menunjukan
resiliennya namun belum
sepenuhnya
79 – 100 Sedang Peserta didik dalam kategori sedang
cenderung tidak stabil dalam
bersikap dan memiliki semangat
naik turun.
54 – 78 Rendah Peserta didik yang masuk dalam
kategori rendah belum menunjukan
kemampuan resiliensinya secara
optimal
29 - 53 Sangat rendah Dalam kategori sangat rendah
peserta didik memiliki ciri-ciri
mudah menyerah, menghindari
masalah, tidak memiliki semangat
untuk bangkit dan berusaha
menjadi lebih baik.
2. Uji reliabilitas
Instrument yang telah diuji validitasnya kemudian diuji reliabilitasnya.
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
63
instrument tersebut sudah baik. Pengujian realibilitas instrument dalam
penelitian ini menggunakan program SPSS statistics 17. Rumus reliabel
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrument/koefesien Alfa
k : banyaknya item/butir soal
: varians total
: jumlah seluruh varians masing-masing soal
Nilai koefesien alpha (r) akan dibandingkan dengan koefesien korelasi
tabel rtabel= r(a,n-2). Jika r11 > rtabel, maka instrument reliable. Pada output
SPSS, jika Cronbach‟s Alpha > rtabel, maka instrumen Reliabel.70
Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS for
windows reliase 16, diketahui bahwa nilai Cronbach's Alpha = 0,922 > rtabel
= 0,349, maka instrument adalah reliable.
70
Ibid. h. 39
64
H. Pengembangan Treatment Layanan Konseling Sebaya
Berdasarkan hasil pretest yang dilakukan, maka dirancang program layanan
konseling sebaya dalam meningkatkan resiliensi peserta didik. Layanan
konseling sebaya adalah konseling yang dilakukan oleh teman sebaya yang
terlebih dahulu telah mendapatkan pelatihan-pelatihan untuk menjadi konselor
sebaya, sehingga dapat memberikan bantuan baik secara individu maupun
kelompok kepada teman-temannya yang bermasalah ataupun mengalami
hambatan dalam perkembangan kepribadiannya. Dengan mengidentifikasi
masalah resiliensi peserta didik, peneliti menggunakan program konseling
sebaya untuk meningkatkan resiliensi peserta didik di SMAN 12 Bandar
Lampung, yang diakibatkan ketidakmampuan peserta didik dalam menghadapi
permasalahan yang dihadapi.
Langkah-langkah program konseling sebaya dilakukan melalui pretest dan
posttest. Prestest dilakukan sebelum diadakannya penelitian untuk mendapat
subjek/sampel penelitian. Selanjutnya treatment diberikan setelah subjek
penelitian ditentukan. Posttest dilakukan setelah diberikannya layanan konseling
sebaya sebagai untuk mengetahui efektivitas layanan konseling sebaya dalam
meningkatkan resiliensi peserta didik.
Sebelum diberikan layanan konseling sebaya, terlebih dahulu peserta didik
diberikan pelatihan konselor sebaya, dalam pemilihan konselor sebaya perlu
didasarkan pada beberapa karakteristik dalam pemilihan konselor sebaya.
65
Karakteristik tersebut adalah : (a) hangat; (b) memiliki minat dibidang
pemberian bantuan; (c) dapat diterima orang lain; (d) toleran terhadap perbedaan
sistem nilai; (e) energik; (f) bersedia secara sukarela membantu orang lain; (g)
memiliki emosi yang stabil; (h) memiliki prestasi belajar yang cukup baik atau
minimal rerata; dan (i) mampu menjaga rahasia. Pemilihan konselor sebaya,
dapat dilakukan dengan membagikan formulir kepada peserta didik. Akan sangat
membantu jika para calon konselor sebaya dapat mengidentifikasi diri mereka
sendiri melalui permohonan untuk menjadi sukarelawan (volunteers) yang
tertarik dalam konseling. Berikut adalah langkah-langkah dalam pelatihan
konselor sebaya:
Tabel 9
Langkah-Langkah Pelatihan Konselor Sebaya
Dalam Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik
No Pertemuan Tema Jumlah
pertemuan
waktu Tujuan
1 1 Pretest 1 kali
pertemuan
Untuk mengetahui profil
resiliensi peserta didik
1 1 Pelatihan
attending dan
merangkum
Pelatihan
ketrampilan
bertanya dan
perilaku
genuine
1 kali
pertemuan
45 menit
45 menit
- Agar konselor sebaya dapat
menjadi pendengar aktif dan
dapat menyimpulkan segala
permasalahan yang telah
diungkapkan konseli.
- Agar konselor dapat
memberikan pertanyaan yang
efektif dan tepat untuk
konseli, serta
mengkomunikasikan secara
jujur perasaan yang dialami
2 2 Pelatihan
ketrampilan
1 kali
pertemuan
45 menit
- Agar konselor sebaya mampu
mengekspresikan pemikiran
66
asertif dan
konfrontasi
Pelatihan
ketrampilan
pemecahan
masalah
45 menit
dan perasaan secara jujur serta
mampu mengetahui
kesesuaian antara perilaku dan
ucapan dari konseli
- Agar konselor sebaya dapat
Mengeksplorasi suatu
masalah, dan memahami
sebab-sebab masalah.
3
4
3
4
Mempelajari
ABC-mu dan
Menghindari
Perangkap-
Perangkap
Pikiran
Mendeteksi
”Gunung Es”
Menantang
keyakinan-
keyakinan
Penenangan
dan
pemfokusan
1 kali
pertemuan
45 menit
- Mengidentifikasi berbagai
peristiwa tidak menyenangkan
yang dapat menimbulkan
perasaan tertekan. Dan
Memahami peran pikiran dan
keyakinan terhadap
pemaknaan individu dalam
menghadapi situasi yang
adversif
- Mengidentifikasi keyakinan-
keyakinan dasar (underlying
belief) yang adaptif dan
keyakinan-keyakinan dasar
yang mal adaptif.
- Mengidentifikasi masalah
melalui pertanyaan mengapa
(why questions),
Mengidentifikasi gaya
berpikir eksplanatori yang
terjadi.
- Memahami teknik-teknik
penenangan untuk
meminimalisir stress,
Menenangkan gejolak emosi
pada saat menghadapi
berbagai situasi adversif.
5 5 Penerapan
konseling
sebaya
2 kali
pertemuan
30-35
menit
Untuk meningkatkan resiliensi
peserta didik
67
6 6 Posttest 1 kali
pertemuan
Untuk mengetahui
peningkatan resiliensi peserta
didik setelah diberikan
treatment.
I. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Kuesioner/ Angket
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.71
Kuesioner atau angket digunakan peneliti
untuk memperoleh data tentang resiliensi peserta didik kelas XII SMAN 12
Bandar Lampung.
Adapun untuk mempermudah responden dalam menjawab suatu
pertanyaan dalam angket peneliti menggunakan skala likert. Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok tentang fenomena sosial. Yang menggunakan format seperti sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.72
Dalam penelitian ini observasi
digunakan sebagai alat pengumpul data setelah angket. Selain itu observasi
juga digunakan untuk melihat perkembangan yang dialami oleh peserta didik
71
Ibid. h. 193 72
Ibid. h. 197
68
baik sebelum layanan konseling sebaya maupun setelah diberikan layanan
konseling sebaya.
3. Wawancara
Wawancara suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengajukan
pertanyaan secara lisan kepada sumber data, dan sumber data juga
memberikan jawaban secara lisan pula.73
Maka wawancara merupakan bentuk
komunikasi verbal antara peneliti dengan guru bimbingan konseling, hal ini
digunakan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di SMAN 12 Bandar Lampung.
J. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Menurut Notoadmojo setelah data-data terkumpul, dapat dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan editing, coding, procesing, dan
cleaning:
a. editing adalah pengecekan atau pengoreksian data yang telah
dikumpulkan, untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat
pada pencatatan di lapangan dan bersifat koreksi;
b. coding dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban
dengan kode berupa angka, sehingga memudahkan proses pemasukan data
di komputer;
73
Ibid. h. 188
69
c. processing pada tahap ini data yang terisi secara lengkap dan telah
melewati proses pengkodean maka akan dilakukan pemprosesan data
dengan memasukkan data dari seluruh skala yang terkumpul kedalam
program komputer; dan
d. cleaning merupakan pengecekan kembali data yang sudah dientri apakah
ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut kemungkinan terjadi pada
saat mengentri data ke komputer.
2. Analisis data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber lain terkumpul.74
Analisis data juga berarti proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
dokumentasi, dan skala rating scale. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji t, t-test sampel
berpasangan (paired samples t-test) dengan menggunakan program bantuan
SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 17. Ada pun rumus uji t
adalah sebagai berikut:
74
Ibid. h. 166
70
Keterangan :
t-tes : perbedaan tes awal dan tes akhir
Md : mean dari deviasi (d) antar posttest dan pretest
Xd : perbedaan deviasi dengan mean deviasi
N : banyak subyek
Df/db : ditentukan dengan (n-1)
Kriteria uji:
Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima, tetapi jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak
yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretest dan
rata-rata nilai posttest yaitu resiliensi peserta didik dapat ditingkatkan melalui
layanan konseling sebaya.
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 12 Bandar Lampung tahun ajaran
2016/2017 pada tanggal 07 November – 07 Desember 2016, yang sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati dengan sasaran atau subjek penelitian. Hasil
penelitian diperoleh melalui penyebaran instrument yang bertujuan untuk
memperoleh data mengenai profil atau gambaran resiliensi peserta didik. Hasil
penyebaran instrument dijadikan analisis awal untuk perumusan layanan
konseling sebaya dalam meningkatkan resiliensi peserta didik.
1. Profil umum Resiliensi
Berdasarkan hasil penyebaran instrumen penelitian resiliensi terhadap
peserta didik kelas XII SMAN 12 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2016/2017
diperoleh persentase resiliensi peserta didik yang dikategorikan dalam lima
kategori sebagaimana yang terdapat pada Tabel 10 sebagai berikut.
72
Tabel 10
Gambaran Umum Resiliensi Peserta Didik Kelas XII SMAN 12 Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2016/2017
Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase
SangatTinggi 126 – 150 1 1%
Tinggi 101 – 125 22 22%
Sedang 79 – 100 68 68%
Rendah 54 – 78 10 10%
SangatRendah 29 – 53 0 0%
Jumlah 100 100%
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa resiliensi peserta didik
kelas XII SMAN 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017 terdapat 1
peserta didik (1%) berada pada kategori sangat tinggi, 22 peserta didik (22%)
pada kategori tinggi, 68 peserta didik (68%) pada kategori sedang, 10 peserta
didik pada kategori rendah (10%) dan 0% pada kategori sangat rendah.
Hasil tersebut didapatkan dari penyebaran angket penelitian kepada seluruh
populasi penelitian yang berjumlah 100 peserta didik. sebanyak 10 peserta didik
(10%) yang berada pada kategori rendah belum menunjukan resiliensi secara
optimal yang ditandai dengan ciri-ciri mudah menyerah, menghindari masalah,
tidak memiliki semangat untuk bangkit dan berusaha menjadi lebih baik.
Sementara itu, peserta didik yang berada pada kategori sedang yang berjumlah
68 peserta didik (68%) telah menunjukkan tidak stabil dalam bersikap dan
73
memiliki semangat naik turun. Sedangkan untuk peserta didik yang berada pada
kategori tinggi yang berjumlah 22 peserta didik (22%) telah menunjukan
resiliennya namun belum sepenuhnya. Dan pada kategori sangat tinggi yang
berjumlah 1 peserta didik (1%) adalah peserta didik yang mempunyai sikap
tidak menyerah dan berusaha untuk menghadapi segala sesuatu yang tidak
menyenangkan yang mereka alami, memiliki sifat yang terbuka, percaya diri,
semangat dan memiliki keyakinan untuk menjadi orang sukses.
Tujuan diadakan layanan konseling sebaya dalam penelitian ini adalah agar
peserta didik dapat meningkatkan resiliesinya terhadap konflik diri. Resiliensi
peserta didik dapat dilihat pada berbagai indikator, diantaranya: (1) mampu
meregulasi emosi; (2) pengendalian impuls yang baik; (3) optimis; (4) mampu
menganalisis penyebab masalah; (5) memiliki rasa empati; (6) mempunyai
efikasi diri; dan (7) mampu meraih apa yang diinginkan.
74
a. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Regulasi Emosi
Hasil penelitian menunjukkan gambaran resiliensi peserta didik pada
indikator regulasi emosi berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 5 peserta
didik (5%), pada kategori tinggi sebanyak 11 peserta didik (11%), pada kategori
sedang sebanyak 53 peserta didik (53%), pada kategori rendah sebanyak 30
peserta didik (30%), dan pada kategori sangat rendah sebanyak 1 peserta didik
(1%) Secara rinci disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11
Gambaran Resiliensi Pada Indikator Regulasi Emosi
Kategori Interval Frekuensi Persentase
Presentase
Sangat Tinggi ≥ 16 - 20 5 5%
60.22%
Tinggi ≥ 12 - 16 11 11%
Sedang ≥ 8 - 12 53 53%
Rendah ≥ 4 - 8 30 30%
Sangat Rendah ≥ 0 - 4 1 1%
Berdasarkan tabel 11 persentase pada indikator regulasi emosi dalam
resiliensi peserta didik sebagian besar berada pada kategori sedang, sedangkan
peserta didik lainnya berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, rendah, dan
sangat rendah. Hal ini ditandai dengan sikap peserta didik yang masih belum
dapat mengatur emosinya ketika mengalami konflik diri.
75
b. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Pengendalian Impuls
Hasil penelitian menunjukkan gambaran resiliensi peserta didik pada
indikator pengendalian impuls berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 3
peserta didik (3%), pada kategori tinggi sebanyak 9 peserta didik (9%), pada
kategori sedang sebanyak 36 peserta didik (36%), pada kategori rendah
sebanyak 50 peserta didik (50%), dan pada kategori sangat rendah terdapat 2
peserta didik (2%). Secara rinci disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12
Gambaran Resiliensi Pada Indikator
Pengendalian Impuls
Kategori Interval Frekuensi Persentase
Presentase
Sangat Tinggi ≥ 8.4 – 10 3 3 %
58.44%
Tinggi ≥ 6.8 – 84 9 9%
Sedang ≥ 5.2 - 6.8 36 36%
Rendah ≥ 3.6 – 5.2 50 50%
Sangat Rendah ≥ 2 - 3.6 2 2%
Berdasarkan tabel 12 persentase pada indikator pengendalian impuls dalam
resiliensi peserta didik sebagian besar berada pada kategori rendah, sedangkan
peserta didik lainnya berada pada kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, dan
sangat rendah. Hal ini ditandai dengan sikap peserta didik kurang mampu
mengendalikan diri, berpikir dan bersikap positif.
76
c. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Optimis
Hasil penelitian menunjukkan gambaran resiliensi peserta didik pada
indikator optimis berada pada kategori tinggi sebanyak 10 peserta didik (10%),
pada kategori sedang sebanyak 42 peserta didik (42%), pada kategori rendah
sebanyak 47 peserta didik (47%), dan pada kategori sangat rendah terdapat 1
peserta didik (1%). Secara rinci disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13
Gambaran Resiliensi Pada Indikator Optimis
Kategori Interval Frekuensi Persentase
Presentase
Sangat Tinggi ≥ 8.4 – 10 0 0%
54.67%
Tinggi ≥ 6.8 – 84 10 10%
Sedang ≥ 5.2 - 6.8 42 42%
Rendah ≥ 3.6 - 5.2 47 47%
Sangat Rendah ≥ 2 - 3.6 1 1%
Berdasarkan tabel 13 persentase pada indikator Optimis dalam resiliensi
peserta didik sebagian besar berada pada kategori rendah, sedangkan peserta
didik lainnya berada pada kategori tinggi, sedang, dan sangat rendah. Hal ini
ditandai dengan sikap peserta didik patah semangat dan tidak mempunyai
keyakinan untuk bangkit.
d. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Analisis penyebab masalah
Hasil penelitian menunjukkan gambaran resiliensi peserta didik pada
indikator analisis penyebab masalah berada pada kategori tinggi sebanyak 7
peserta didik (7%), pada kategori sedang sebanyak 67 peserta didik (67%), pada
77
kategori rendah sebanyak 24 peserta didik (24%), dan pada kategori sangat
rendah terdapat 2 peserta didik (2%). Secara rinci disajikan pada tabel 14.
Tabel 14
Gambaran Resiliensi Pada Indikator Analisis Penyebab Masalah
Kategori Interval Frekuensi Persentase
Presentase
Sangat Tinggi ≥ 12.6 – 15 0 0%
57.78%
Tinggi ≥ 10.2 – 12.6 7 7%
Sedang ≥ 7.8 - 10.2 67 67%
Rendah ≥ 5.4 - 7.8 24 24%
Sangat Rendah ≥ 3 - 5.4 2 2%
Berdasarkan tabel 14 persentase pada indikator analisis penyebab masalah
dalam resiliensi peserta didik sebagian besar berada pada kategori sedang,
sedangkan peserta didik lainnya berada pada kategori tinggi, rendah dan sangat
rendah. Hal ini ditandai dengan sikap peserta didik yang terkadang kurang
mampu dalam menyelesaikan konflik diri yang dihadapi.
e. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Empati
Hasil penelitian menunjukkan gambaran resiliensi peserta didik pada
indikator empati berada pada kategori tinggi sebanyak 9 peserta didik (9%),
pada kategori sedang sebanyak 46 peserta didik (46%), dan pada kategori
rendah sebanyak 45 peserta didik (45%). Secara rinci disajikan pada tabel 15.
78
Tabel 15
Gambaran Resiliensi Pada Indikator Empati
Kategori Interval Frekuensi Persentase
Presentase
Sangat Ti nggi ≥ 16 – 20 0 0%
45.56%
Tinggi ≥ 12 – 12.6 9 9%
Sedang ≥ 8 - 12 46 46%
Rendah ≥ 4 - 8 45 45%
Sangat Rendah ≥ 0 - 4 0 0%
Berdasarkan tabel 15 persentase pada indikator Empati dalam resiliensi
peserta didik sebagian besar berada pada kategori sedang, sedangkan peserta
didik lainnya berada pada kategori tinggi dan rendah. Hal ini ditandai dengan
sikap peserta didik yang terkadang kurang mampu merasakan merasakan emosi
orang lain dan sukar menyesuaikan diri dengan orang lain.
f. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Efikasi Diri
Hasil penelitian menunjukkan gambaran resiliensi peserta didik pada
indikator efikasi diri berada pada kategori sangat tinggi sebanyak 4 peserta
didik (4%), pada kategori tinggi sebanyak 17 peserta didik (17%), kategori
sedang sebanyak 20 peserta didik (20%), pada kategori rendah sebanyak 40
peserta didik (40%) dan pada kategori sangat rendah sebanyak 19 peserta didik
(19%). Secara rinci disajikan pada tabel 16.
79
Tabel 16
Gambaran resiliensi Pada Indikator Efikasi Diri
Kategori Interval Frekuensi Persentase
Presentase
Sangat Tinggi ≥ 26 – 30 4 4%
61.48%
Tinggi ≥ 22 – 26 17 17%
Sedang ≥ 18 - 22 20 20%
Rendah ≥ 14 - 18 40 40%
Sangat Rendah ≥ 10 - 14 19 19%
Berdasarkan tabel 16 persentase pada indikator efikasi diri dalam resiliensi
peserta didik sebagian besar berada pada kategori rendah, sedangkan peserta
didik lainnya berada pada kategori sangat tinggi, sedang dan sangat rendah. Hal
ini ditandai dengan sikap peserta didik yang tidak mempunyai keyakinan terkait
akan terselesaikannya konflik yang dihadapi.
g. Gambaran Resiliensi Pada Indikator Mampu Meraih Apa Yang
Diinginkan
Hasil penelitian menunjukkan gambaran resiliensi peserta didik pada
indikator mampu meraih apa yang diinginkan berada pada kategori sangat tinggi
sebanyak 1 peserta didik (1%), pada kategori tinggi sebanyak 17 peserta didik
(17%), pada kategori sedang sebanyak 26 peserta didik (26%), pada kategori
rendah sebanyak 33 peserta didik (33%) dan pada kategori sangat rendah
terdapat 23 peserta didik (23%). Secara rinci disajikan pada tabel 17.
80
Tabel 17
Gambaran Resiliensi Pada Indikator
Mampu Meraih Apa Yang Diinginkan
Kategori Interval Frekuensi Persentase
Presentase
Sangat Tinggi ≥ 41 – 45 1 1%
75.01%
Tinggi ≥ 37 – 41 17 17%
Sedang ≥ 33 - 37 26 26%
Rendah ≥ 29 - 33 33 33%
Sangat Rendah ≥ 25 - 29 23 23%
Berdasarkan tabel 17 persentase pada indikator mampu meraih apa yang
diinginkan dalam resiliensi peserta didik sebagian besar berada pada kategori
sangat rendah, sedangkan peserta didik lainnya berada pada kategori tinggi,
sedang dan rendah. Hal ini ditandai dengan sikap peserta didik yang tidak
mempunyai keyakinan dalam mencapai cita-cita.
Secara keseluruhan persentase resiliensi peserta didik pada setiap indikator
dapat dilihat pada tabel 18 sebagai berikut.
Tabel 18
Gambaran Resiliensi Berdasarkan Indikator
Indikator Kategori Interval F Persentase ∑
Persentase
Regulasi
Emosi
Sangat Tinggi ≥ 16 - 20 5 5%
60.22%
Tinggi ≥ 12 - 16 11 11%
Sedang ≥ 8 - 12 53 53%
Rendah ≥ 4 - 8 30 30%
Sangat Rendah ≥ 0 - 4 1 1%
Pengendalian
Impuls
Sangat Tinggi ≥ 8.4 – 10 3 3 %
58.44% Tinggi ≥ 6.8 – 84 9 9%
Sedang ≥ 5.2 - 6.8 36 36%
81
Rendah ≥ 3.6 - 5.2 50 50%
Sangat Rendah ≥ 2 - 3.6 2 2%
Optimis
Sangat Tinggi ≥ 8.4 – 10 0 0%
54.67%
Tinggi ≥ 6.8 – 84 10 10%
Sedang ≥ 5.2 - 6.8 42 42%
Rendah ≥ 3.6 - 5.2 47 47%
Sangat Rendah ≥ 2 - 3.6 1 1%
Analisis
penyebab
masalah
Sangat Tinggi ≥ 12.6 – 15 0 0%
57.78% Tinggi ≥ 10.2 – 12.6 7 7%
Sedang ≥ 7.8 - 10.2 67 67%
Rendah ≥ 5.4 - 7.8 24 24%
Sangat Rendah ≥ 3 - 5.4 2 2%
Empati
Sangat Tinggi ≥ 16 – 20 0 0%
45.56%
Tinggi ≥ 12 – 12.6 9 9%
Sedang ≥ 8 - 12 46 46%
Rendah ≥ 4 - 8 45 45%
Sangat Rendah ≥ 0 - 4 0 0%
Efikasi diri
Sangat Tinggi ≥ 26 – 30 4 4%
61.48%
Tinggi ≥ 22 – 26 17 17%
Sedang ≥ 18 - 22 20 20%
Rendah ≥ 14 - 18 40 40%
Sangat Rendah ≥ 10 - 14 19 19%
Kemampuan
meraih apa
yang
diinginkan
Sangat Tinggi ≥ 41 – 45 1 1%
75.01%
Tinggi ≥ 37 – 41 17 17%
Sedang ≥ 33 - 37 26 26%
Rendah ≥ 29 - 33 33 33%
Sangat Rendah ≥ 25 - 29 23 23%
Secara keseluruhan gambaran resiliensi pada tiap indikator menunjukkan
perbedaan. Berdasarkan persentase tertinggi urutan pada indikator resiliensi
adalah sebagai berikut: (1) Kemampuan meraih apa yang diinginkan (67.51%);
(2) indikator efikasi dri (60.67%); (3) indikator analisis penyebab masalah
82
(57.04%); (4) indikator optimis (54.89%); (5) pengendalian impuls (51.78%); (6)
indikator regulasi emosi (46.89%); dan (7) indikator empati (45.67%).
Dalam hal ini, peneliti memberi layanan konseling sebaya untuk
meningkatkan resiliensi peserta didik yang termasuk dalam kategori rendah
berdasarkan seluruh indikator resiliensi.
2. Efektivitas Layanan Konseling Sebaya Dalam Meningkatkan Resiliensi
Diri Peserta Didik Kelas XII SMAN 12 Bandar Lampung Tahun
Ajaran 2016/2017
a. Pelaksanaan Layanan Konseling Sebaya Dalam Meningkatkan
Resiliensi Peserta Didik
Deskripsi proses pelaksanaan layanan konseling sebaya dilakukan
dengan memaparkan hasil pengamatan selama proses layanan dari
pertemuan pertama sampai dengan pertemuan terakhir. Kemudian hasil
pengamatan yang telah dilakukan selama proses layanan konseling sebaya
akan dijelaskan di bawah ini:
1) Tahap pertama
Pertemuan pertama merupakan tahap pertama sebelum melaksanakan
penelitian, terlebih dahulu peneliti mencatat daftar nama peserta didik kelas
XII yang dijadikan sebagai populasi dalam penelitian. Setelah itu peneliti
mencari peserta didik yang memiliki resiliensi yang rendah dengan
menyebarkan angket (kuesioner) resiliensi kepada peserta didik kelas XII
83
SMAN 12 Bandar Lampung. Sebelum memberikan angket tersebut peneliti
memberikan penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan dan tujuan dari
pengisian skala tersebut. Penyebaran skala ini dilaksanakan pada tanggal 14
November 2016.
Dari penyebaran angket resiliensi peneliti menemukan 10 (sepuluh)
peseta didik dengan kriteria rendah yang nantinya akan menjadi responden
dalam penelitian ini dan akan mendapatkan layanan konseling sebaya untuk
meningkatkan resiliensi 10 (sepuluh) peserta didik tersebut.
2) Tahap kedua
Pada tahap kedua ini peneliti melakukan Rekrutmen dan Seleksi
Konselor Sebaya. Rekrutmen dan seleksi konselor sebaya yang dilakukan
pada tanggal 16-17 November 2017 dengan syarat calon konselor sebaya
adalah : a) prestasi akademik 15 besar di kelasnya, b) kemampuan
sosialisasi dan kepribadian baik, dan c) aktif dalam kegiatan organisasi
sekolah. Pada rekrutmen dan seleksi konselor sebaya mendapatkan
rekomendasi dari guru BK SMAN 12 Bandar Lampung. Berdasarkan
Karakteristik yang telah ditetapkan, guru BK SMAN 12 Bandar Lampung
memilih 8 peserta didik yang yang memenuhi syarat.
Metode dan materi pelatihan konselor sebaya yang digunakan peneliti
merujuk pada “Modul Pelatihan Praktik Keterampilan Konseling” yang
disusun oleh Dr Suwarjo, M.Si dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun
84
2008. Pelatihan ini bertujuan agar konselor sebaya mampu bertindak
sebagai Peer Educator yang memiliki keterampilam konseling dasar.
Metode yang digunakan dalam pelatihan konselor sebaya meliputi ceramah,
diskusi, dan brainstroming, serta simulasi. Materi yang diberikan beruapa
keterampilan Attending, Berempati, Bertanya, Konfrontasi, Merangkum,
Berprilaku Genuin, Pemecahan Masalah. Pelatihan konselor sebaya
dilaksanakan tanggal 17-18 November 2017 di ruang BK SMAN 12 Bandar
Lampung.
3) Tahap ketiga
Pada tahap ini, peneliti menjelaskan materi tentang resiliensi pada
peserta didik yang mempunyai kriteria resiliensi rendah yaitu 10 peserta
didik dari kelas XII IPS 1 dan XII IPS 2. Metode dan materi pada tahap ini
peneliti menggunakan “modul pengembangan resiliensi yang disusun oleh
Dr Suwarjo, M.Si dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2008. Tahap ini
bertujuan agar peserta didik yang mengalami resiliensi rendah dapat
memahami berbagai kendala yang menyebabkan peserta didik tidak
mempunyai kemampuan dalam menghadapi konflik diri, dalam materi
pengembangan resiliensi terdapat berbagai poin yang harus dipelajari oleh
peserta didik diantaranya : mempelajari ABC-mu, menghindari perangkap-
erangkap pikiran, penenangan dan pemfokusan. Pemberian materi ini
dilaksanakan pada 21 November 2016.
85
4) Tahap keempat
Pada tahap keempat ini peneliti memasuki tahap goal setting atau
menentukan tujuan konseling sebaya yaitu menetapkan inti permasalahan
resiliensi. Konseling sebaya dilakukan sebanyak dua kali pertemuan yaitu
konseling individu dan konseling kelompok, dilaksanakan pada tanggal 14-
15 November 2016 yang berdurasi 45 menit. Adapun pelaksanaannya
adalah, konseling individu membahas tentang resiliensi yaitu kemampuan
individu dalam menghadapi situasi sulit dalam diri, dan konseling kelompok
membahas tentang keterampilan dalam menghadapi situasi sulit.
5) Tahap kelima
Tahap kelima merupakan tahap dan pertemuan akhir dalam penelitian
ini, setelah layanan konseling sebaya dilaksanakan, kemudian dilakukan
pemberian post-test pada hari Rabu tanggal 23 November 2016 dengan
tujuan untuk mengetahui resiliensi peserta didik setelah diberikan perlakuan
menggunakan layanan konseling sebaya.
Berdasarkan hasil pengamatan, secara umum pelaksanaan posttes
dikatakan lancar dapat dilihat dari antusias peserta didik memanfaatkan
layanan konseling dengan mengisi seluruh item pernyataan angket resiliensi
sesuai dengan petunjuk pengisian serta kegiatan ini selesai pada waktu yang
telah ditentukan.
86
b. Hasil Uji Efektivitas Layanan Konseling Sebaya Dalam
Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik Kelas XII SMAN 12 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017
Efektifitas layanan konseling sebaya dalam meningkatkan resiliensi
peserta didik dapat dilihat dari perbandingan hasil gain score hasil
pembagian instrument sebelum dan sesudah pelaksanaan layanan konseling
sebaya. Sebelum dilakukan perbandingan gain score, terlebih dahulu
dilakukan uji t untuk mengetahui pengaruh konseling sebaya sebagai media
bimbingan dan konseling dalam meningkatkan resiliensi peserta didik.
1) Hasil Uji Efektivitas Layanan Konseling Sebaya Dalam
Meningkatkan Resiliensi Peserta Didik Secara Keseluruhan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
(1) Ho= Tidak efektifnya penggunaan layanan konseling sebaya
dalam meningkatkan resiliensi peserta didik kelas XII SMAN
12 Bandar Lampung.
(2) Ha= Efektifnya penggunaan layanan konseling sebaya dalam
meningkatkan resiliensi peserta didik kelas XII SMAN 12
Bandar Lampung
(3) Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:
H0 : µ1 ≠ µ0
H1 : µ1= µ0
87
Berdasarkan hasil uji t one sampel test pada layanan konseling sebaya dalam
meningkatkan resiliensi peserta didik dengan menggunakan SPSS (statistical
product and service solution) for windows reliase 16, didapat hasil sebagai
berikut:
Tabel 19
Hasil Uji t Paired Sample Test resiliensi Peserta Didik
Secara Keseluruhan
Hasil Rata-
rata Sd
Perbedaan
rata-rata
Statistik
uji t
Sig Sig.2
tailed Keterangan
Prettest 69,2000 3,93841
2,61725 11,271 0,560 0,000 Signifikan Posttest 98,7000 6,49872
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh nilai Sig (0,000) ≤ α (0,05), dan
berdasarkan hasil perhitungan pengujian diperoleh thitung 23,653 pada derajat
kebebasan (Df) 9 kemudian dibandingkan dengan ttabel 0,05 = 2,101, maka thitung ≥
ttabel (23,653 ≥ 2,101), nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari nilai kritik 0,005 (000 ≤
0,005), ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, selain itu didapat nilai
rata-rata post-test lebih besar dari pada nilai rata-rata pretest (98,7000 ≥ 69,2000).
Jika dilihat dari nilai rata-rata, maka peningkatan resiliensi peserta didik pada nilai
post-test lebih tinggi dibanding dengan nilai pretest. Jadi dapat disimpulkan bahwa
layanan konseling sebaya dapat meningkatkan resiliensi pada peserta didik kelas
XII SMAN 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2016/2017. Gambar 3 menunjukkan
rata-rata peningkatan resiliensi peserta didik pada hasil pretest dan posttest.
88
Gambar 5
Hasil Sebelum Dan Sesudah Diberikan Layanan Konseling Sebaya
Peserta Didik Kelas XII SMAN 12 Bandar Lampung
Berdasarkan gambar grafik perhitungan hasil pretest dan post-test, maka
terlihat perubahan pada masing-masing peserta didik. Selain itu terdapat pula
peningkatan pada tiap indikator. Berikut dapat dilihat perubahan resiliensi peserta
didik dilihat dari peningkatan tiap indikator resiliensi dapat dilihat sebagai berikut:
2) Hasil Uji Efektivitas Layanan Konseling Sebaya Dalam Meningkatkan
Resiliensi Percaya Diri Peserta Didik Pada Setiap Indikator.
a. Indikator Regulasi Emosi
Hasil uji efektivitas layanan konseling sebaya dalam meningkatkan
resiliensi peserta didik pada indikator regulasi emosi sebagai berikut:
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pretest
post-test
89
Tabel 20
Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi Peserta Didik
Pada Indikator Regulasi Emosi
Hasil Rata-
rata Sd
Perbedaan
rata-rata
Statistik
uji t
Sig Sig.2
tailed Keterangan
Prettest 8,0000 1,05409
0,59722 8,875 0,621 0,000 Signifikan Posttest 13,3000 1,76698
Berdasarkan Tabel 20 pada indikator regulasi emosi, hasil uji t paired
sample test nilai perbandingan pretest dan posttest meningkat dan signifikan,
karena memiliki nilai sig 2. Tailed ≤ 0,05 (0,000 ≤ 0,05). Jika dilihat dari rata-
rata, maka pingkatan pada indikator regulalsi emosi pada hasil posttest lebih
tinggi dibandingkan hasil pretest. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan
layanan konseling sebaya lebih efektif dalam meningkatkan regulasi emosi
peserta didik. Peningkatan indikator regulasi emosi peserta didik terlihat pada
gambar berikut ini:
0
20
40
60
80
100
120
140
Indikator 1
pretest
posttest
90
Gambar 6
Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Pada Indikator Regulasi Emosi
b. Indikator Kontrol Terhadap Impuls
Hasil uji efektivitas layanan konseling sebaya dalam meningkatkan
resiliensi peserta didik pada indikator kontrol terhadap impuls sebagai berikut:
Tabel 21
Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi Peserta Didik
Pada Indikator kontrol terhadap impuls
Hasil Rata-
rata Sd
Perbedaan
rata-rata
Statistik
uji t Sig
Sig.2
tailed Keterangan
Prettest 4,6000 0,51640
1,22927 -514 0,645 0,619 Tidak
signifikan Posttest 4,8000 1,03280
Berdasarkan Tabel 21 pada indikator kontrol terhadap impuls, hasil uji t
paired sample test nilai perbandingan pretest dan posttest adalah tidak
signifikan, karena memiliki nilai sig 2. Tailed ≤ 0,619 (0,619 ≥ 0,05). Jika
dilihat dari rata-rata, maka pingkatan pada indikator kontrol terhadap impuls
pada hasil posttest lebih tinggi dibandingkan hasil pretest. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan layanan konseling sebaya lebih efektif dalam
meningkatkan pengontrolan peserta didik terhadap impuls atau dorongan yang
ada dalam diri peserta didik. Peningkatan indikator kontrol terhadap impuls
peserta didik terlihat pada gambar berikut ini:
91
Gambar 7
Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Pada Indikator Kontrol Terhadap Impuls
c. Indikator Optimis
Hasil uji efektivitas layanan konseling sebaya dalam meningkatkan
resiliensi peserta didik pada indikator optimis sebagai berikut:
Tabel 22
Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi Peserta Didik
Pada Indikator Optimis
Hasil Rata-
rata Sd
Perbedaan
rata-rata
Statistik
uji t Sig
Sig.2
tailed Keterangan
Prettest 4,8000 1,03280
1,13529 0,557 0,462 0,591 Tidak
signifikan Posttest 5,0000 1,81650
Berdasarkan Tabel 22 pada indikator optimis, hasil uji t paired sample
test nilai perbandingan pretest dan posttest adalah tidak signifikan, karena
memiliki nilai sig 2. Tailed ≥ 0,05 (0,000 ≥ 0,05). Jika dilihat dari rata-rata,
45
45.5
46
46.5
47
47.5
48
48.5
Indikator 2
pretest
posttest
92
maka pingkatan pada indikator optimis pada hasil posttest lebih tinggi
dibandingkan hasil pretest. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan layanan
konseling sebaya lebih efektif dalam meningkatkan optimis peserta didik.
Peningkatan indikator optimis peserta didik terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 8
Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Pada Indikator Optimis
d. Indikator Kemampuan Menganalisis Masalah
Hasil uji efektivitas layanan konseling sebaya dalam meningkatkan
resiliensi peserta didik pada indikator kemampuan menganalisis masalah
sebagai berikut:
47
47.5
48
48.5
49
49.5
50
50.5
Indikator 3
pretest
posttest
93
Tabel 23
Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi Peserta Didik
Pada Indikator Kemampuan Menganalisis Masalah
Hasil Rata-
rata Sd
Perbedaan
rata-rata
Statistik
uji t Sig
Sig.2
tailed Keterangan
Prettest 7,3000 2,00278
1,96921 4,657 0,242 0,001 Signifikan Posttest 10,2000 1,54919
Berdasarkan Tabel 23 pada indikator kemampuan menganalisis
masalah, hasil uji t paired sample test nilai perbandingan pretest dan posttest
meningkat dan signifikan, karena memiliki nilai sig 2. Tailed ≤ 0,05 (0,001 ≤
0,05). Jika dilihat dari rata-rata, maka pingkatan pada indikator kemampuan
menganalisis masalah pada hasil posttest lebih tinggi dibandingkan hasil
pretest. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan layanan konseling sebaya
lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
menganalisis penyebab masalah. Peningkatan indikator kemampuan
menganalisis masalah peserta didik terlihat pada gambar berikut ini:
94
Gambar 9
Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Pada Indikator Kemampuan Menganalisis Masalah
e. Indikator Empati
Hasil uji efektivitas layanan konseling sebaya dalam meningkatkan
resiliensi peserta didik pada indikator empati sebagai berikut:
Tabel 24
Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi Peserta Didik
Pada Indikator Empati
Hasil Rata-
rata Sd
Perbedaan
rata-rata
Statistik
uji t Sig
Sig.2
tailed Keterangan
Prettest 8,4000 1,50555
2,02485 9,214 0,909 0,000 Signifikan Posttest 14,3000 1,41814
Berdasarkan Tabel 24 pada indikator empati, hasil uji t paired sample test
nilai perbandingan pretest dan posttest meningkat dan signifikan, karena
memiliki nilai sig 2. Tailed ≤ 0,05 (0,000 ≤ 0,05). Jika dilihat dari rata-rata,
maka pingkatan pada indikator empati pada hasil posttest lebih tinggi
0
20
40
60
80
100
120
indikator 4
pretest
posttest
95
dibandingkan hasil pretest. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan layanan
konseling sebaya lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan empati
peserta didik. Peningkatan indikator empati peserta didik terlihat pada gambar
berikut ini:
Gambar 10
Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Pada Indikator Empati
f. Indikator Efikasi Diri
Hasil uji efektivitas layanan konseling sebaya dalam meningkatkan
resiliensi peserta didik pada indikator efikasi diri sebagai berikut:
Tabel 25
Hasil Uji t Paired Sample Test Resiliensi Peserta Didik
Pada Indikator Efikasi Diri
Hasil Rata-
rata Sd
Perbedaan
rata-rata
Statistik
uji t Sig
Sig.2
tailed Keterangan
Prettest 14,4000 2,17051
2,79682 7,462 0,271 0,000 Signifikan Posttest 21,0000 2,78887
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Indikator 5
pretest
posttest
96
Berdasarkan Tabel 25 pada indikator efikasi diri, hasil uji t paired
sample test nilai perbandingan pretest dan posttest meningkat dan signifikan,
karena memiliki nilai sig 2. Tailed ≤ 0,05 (0,000 ≤ 0,05). Jika dilihat dari rata-
rata, maka pingkatan pada indikator efikasi diri pada hasil posttest lebih tinggi
dibandingkan hasil pretest. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan layanan
konseling sebaya lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan efikasi diri
peserta didik. Peningkatan indikator efikasi diri peserta didik terlihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 11
Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Pada Indikator Efikasi Diri
0
50
100
150
200
250
Indikator 6
pretest
posttest
97
g. Indikator Kemampuan Meraih Apa Yang Diinginkan
Hasil uji efektivitas layanan konseling sebaya dalam meningkatkan
resiliensi peserta didik pada indikator kemampuan meraih apa yang
diinginkan sebagai berikut:
Tabel 26
Hasil Uji T Paired Sample Test Resiliensi Peserta Didik
Pada Indikator Kemampuan Meraih Apa Yang Diinginkan
Hasil Rata-
rata Sd
Perbedaan
rata-rata
Statistik
uji t Sig
Sig.2
tailed Keterangan
Prettest 21,7000 2,11082
4,18463 6,197 0,152 0,000 Signifikan Posttest 29,9000 2,72641
Berdasarkan Tabel 26 pada indikator kemampuan meraih apa yang
diinginkan, hasil uji t paired sample test nilai perbandingan pretest dan
posttest meningkat dan signifikan, karena memiliki nilai sig 2. Tailed ≤ 0,05
(0,000 ≤ 0,05). Jika dilihat dari rata-rata, maka pingkatan pada indikator
kemampuan meraih apa yang diinginkan pada hasil posttest lebih tinggi
dibandingkan hasil pretest. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan layanan
konseling sebaya lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan peserta didik
dalam meraih apa yang diinginkan. Peningkatan indikator kemampuan meraih
apa yang diinginkan peserta didik terlihat pada gambar berikut ini:
98
Gambar 12
Peningkatan Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest
Pada Indikator Kemampuan Meraih Apa Yang Diinginkan
3) Hasil pretest, posttest, dan score peningkatan resiliensi peserta didik.
Setelah dilakukan layanan konseling sebaya didapat hasil pretest, posttest,
dan gain score dapat dilihat pada tabel 13 sebagai berikut:
0
50
100
150
200
250
300
350
Indikator 7
pretest
posttest
99
Tabel 27
Deskripsi Data Pretest, Posttest Dan Score Peningkatan Resiliensi Peserta Didik
Kelas XII SMAN 12 Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2016/2017
No
Nama Peserta Didik
Prettest
Post-test
Skor peningkatan
1 Ade Dio Divaldhy 69 95 26
2 Adelia 67 94 27
3 Devi Safitri 66 95 29
4 Furwanti 67 96 29
5 Indra Kusuma Wijaya 70 102 32
6 Sugiyanti 71 91 20
7 Andini Prastiwi 64 108 44
8 Anjasmara 67 104 37
9 M. Saulan Habibi 74 108 34
10 Sepri Wijaya Zulputra 77 93 16
N = 10 ∑ 692 ∑ 986 ∑ 294
Rata-rata 69,9 98,6 29,4
Berdasarkan hasil perhitungan pretest dan post-test 10 (sepuluh)
sampel tersebut didapat hasil rata-rata resiliensi dengan kriteria rendah peserta
didik dengan nilai 697 : 10 = 69,9. Setelah diberikan layanan konseling sebaya,
resiliensi peserta didik cenderung meningkat dengan angka 986 : 10 = 98,6,
dengan skor peningkatan sebesar 29,4. Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan
konseling sebaya efektif dalam meningkatkan resiliensi peserta didik, dilihat
dari perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan layanan.
100
Gambar 13
Grafik Peningkatan Resiliensi
Pada Hasil Pretest dan Posttest
B. Pembahasan
1. Pembahasan Umum Resiliensi Peserta Didik Di SMAN 12 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017
Berdasarkan hasil perhitungan hasil angket resiliensi peserta didik
dapat diketahui bahwa sebelum diberikan layanan konseling sebaya, 10
peserta didik masuk dalam kriteria rendah. Persentase resiliensi dari 10
peserta didik sebelum diberikan layanan konseling sebaya yaitu sebesar
110%, masuk dalam kriteria rendah. Hal ini menunjukkan bahwa secara
umum peserta didik belum menguasai resiliensi. Berdasarkan hasil pretest
yang diberikan kepaada 10 peserta didik tersebut perlu mendapatkan
treatment lebih lanjut terkait dengan masalahnya.
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pretest
posttest
101
Peneliti menangani resiliensi peserta didik dengan cara melatih peserta
didik agar mampu mengatur emosi dengan baik, kontrol terhadap impuls
atau dorongan, optimis, mampu menganalisis masalah, empati, efikasi diri,
dan dapat meningkatkan segala aspek positif dalam kehidupannya.
Sedangkan untuk keseluruhan proses konseling sebaya diberikan sebanyak 2
kali pertemuan pada peserta didik. Sedangkan gambaran resiliensi peserta
didik berdasarkan perhitungan hasil angket resiliensi peserta didik, dapat
diketahui bahwa setelah diberikan layanan konseling sebaya, terjadi
perubahan pada hasil angket posttest resiliensi pada 10 peserta didik
tersebut masuk dalam kriteria tinggi dan sedang dengan rata-rata persentase
sebesar 172%. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberi treatment
sebanyak 3 kali terjadi peningkatan skor sebanyak 62%. Hal ini juga terlihat
selama proses konseling sebaya bahwa peserta didik mulai dapat
mengungkapkan segala permasalahan yang dihadapi tanpa rasa malu dan
takut jika berhadapan langsung dengan konselor sekolah atau guru BK.
2. Efektivitas Layanan Konseling Dalam Meningkatkan Resiliensi
Terhada Konflik Diri Peserta Didik Kekas XII SMAN 12 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan setiap indikator antara hasil sebelum dan sesudah diberi layanan
102
konseling sebaya. Perbedaan setiap indikator tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Indikator Regulasi Emosi
Berdasarkan penyebaran angket resiliensi, hasil posttest pada
penyebaran angket tersebut mengalami peningkatan. Pada indikator
regulasi emosi meningkat dari 8% menjadi 13,3%, karena nilai posttes >
pretest (13,3% > 8%) maka dapat dikatakan bahwa layanan konseling
sebaya efektif untuk meningkatkan resiliensi peserta didik pada
indikator regulasi emosi. Pada indikator ini, peserta didik sudah terlihat
dapat mengontrol emosinya sehingga tetap tenang meskipun berada
dalam situasi di bawah tekanan. Hal ini sesuai dengan pendapat Desmita
tentang ciri-ciri pribadi yang resilien diantaranya dapat tenang dan fokus
sehingga dapat mengendalikan emosi yang tidak terkendali oleh
individu.75
b. Indikator Kontrol Terhadap Impuls
Berdasarkan penyebaran angket resiliensi, hasil posttest pada
penyebaran angket tersebut mengalami peningkatan. Pada indikator
kontrol terhadap impuls meningkat dari 4.6% menjadi 4,8%, karena nilai
posttes > pretest (4,8% > 4,6%) maka dapat dikatakan bahwa layanan
konseling sebaya efektif untuk meningkatkan resiliensi peserta didik
75
Desmita. Mengembangkan Resiliensi Remaja Dalam Upaya Mengatasi Stress Sekolah.
Jurnal Ta‟dib Vol. 12, No. 1. 2009. h. 3
103
pada indikator kontrol terhadap impuls. Pada indikator ini, peserta didik
sudah terlihat dapat mengendalikan dan mempertimbangkan segala
keinginan, dorongan, dan tekanan yang muncul dalam dirinya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Ayu Dewanti P dan Veronika Suprapti bahwa
individu yang dapat mengontrol impuls dalam dirinya adalah individu
yang dapat mengendalikan keinginan, dorongan kesukaan dan tekanan
yang muncul dari dalam dirinyadengan baik.76
c. Indikator Optimis
Berdasarkan penyebaran angket resiliensi, hasil posttest pada
penyebaran angket tersebut mengalami peningkatan. Pada indikator
opimis meningkat dari 4,8% menjadi 5%, karena nilai posttes > pretest
(5% > 4.8%) maka dapat dikatakan bahwa layanan konseling sebaya
efektif untuk meningkatkan resiliensi peserta didik pada indikator
optimis. Pada indikator ini, peserta didik sudah terlihat bahwasanya
sebuah permasalahan pasti ada jalan keluarnya dan peserta didik mulai
menyukai tantangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Enung Fatimah
tentang beberapa ciri atau karakteristik individu yang memiliki sikap
resiliensi yaitu percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat dari
76
Ayu Dewanti P, Veronika Suprapti. “Resiliensi Remaja Putri terhadap Problematika Pasca
Orang Tua Bercerai”. JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Volume 3, No. 3, Desember
2014..h. 168
104
orang lain. Tidak mudah menyerah serta tidak tergantung mengharapkan
bantuan orang lain.77
d. Indikator Kemampuan Menganalisis Masalah
Berdasarkan penyebaran angket resiliensi, hasil posttest pada
penyebaran angket tersebut mengalami peningkatan. Pada indikator
kemampuan menganalisis masalah meningkat dari 7,3% menjadi 10,2%,
karena nilai posttes > pretest (10,2% > 7,3%) maka dapat dikatakan
bahwa layanan konseling sebaya efektif untuk meningkatkan resiliensi
peserta didik pada indikator kemampuan menganalisis masalah. Pada
indikator ini, peserta didik terlihat berusaha mengidentifikasikan secara
akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya, peseta didik
tidak secara lansung menyalahkan orang lain mengenai permasalahan
yang dihadapi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Martin Seligman
bahwa secara realistis, individu tidak mengabaikan faktor-faktor yang
permanent dan memiliki harapan pada masa depan. Individu juga tidak
secara refleks menyalahkan orang lain untuk memelihara self esteemnya
atau membebaskan dirinya dari rasa bersalah serta melepaskan nilai-
nilai yang ada dalam menghadapi peristiwa-peristiwa atau keadaan di
luar kontrol dirinya.78
77
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik), (Bandung,
Pustaka Setia, 3, 2010) h. 149 78
Zainal Abidin, Pengaruh Pelatihan Resiliensi terhadap Perilaku Asertif pada Remaja.
Jurnal Pamator, Volume 4, Nomor 2, Oktober 2011. h. 133
105
e. Indikator Empati
Berdasarkan penyebaran angket resiliensi, hasil posttest pada
penyebaran angket tersebut mengalami peningkatan. Pada indikator
empati meningkat dari 8,4% menjadi 14.9%, karena nilai posttes >
pretest (14,9% > 8,4%) maka dapat dikatakan bahwa layanan konseling
sebaya efektif untuk meningkatkan resiliensi peserta didik pada
indikator empati. Pada indikator ini, peserta didik berusaha dapat
mamahami dan merasakan perasaan dan emosi orang lain tanpa melalui
ekpresi wajah dan cara berbicara tanpa ikut terbawa emosi. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Reivich and Shatte dalam prihastuti bahwa cirri-
ciri individu yang resilien adalah individu yang dapat
menginterpretasikan perilakunonverbal orang lain, seperti ekspresi
wajah, nada suara dan bahasa tubuh serta menentukan apa yang
dipikirkan dan dirisaukan orang tersebut. Ketidakmampuan dalam hal
ini akan berdampak pada kesuksesan dan menunjukkan perilaku
nonresilien.79
f. Indikator Efikasi Diri.
Berdasarkan penyebaran angket resiliensi, hasil posttest pada
penyebaran angket tersebut mengalami peningkatan. Pada indikator
efikasi diri meningkat dari 14,4% menjadi 21%, karena nilai posttes >
79
Prihastuti. Profil Resiliensi Pendidik Berdasarkan Resilience Quetient Test. Jurnal
Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan. h. 207
106
pretest (21% > 14,4%) maka dapat dikatakan bahwa layanan konseling
sebaya efektif untuk meningkatkan resiliensi peserta didik pada
indikator efikasi diri. Pada indikator ini, peserta didik terlihat
mempunyai keyakinan bahwa mereka mempunyai keyakinan bahwa
segala permasalahan pasti dapat diselesaikan. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Martin Seligman bahwa individu yang resilien adalah mereka
yang yakin terhadap kemampuan memecahkan masalah, dengan kata
lain mampu mengarahkan dirinya dan tidak tergantung kepada orang
lain.80
g. Indikator Kemampuan Meraih Apa Yang Diinginkan
Berdasarkan penyebaran angket resiliensi, hasil posttest pada
penyebaran angket tersebut mengalami peningkatan. Pada indikator
kemampuan meraih apa yang diinginkan meningkat dari 21,7% menjadi
29%, karena nilai posttes > pretest (29% > 21.7%) maka dapat
dikatakan bahwa layanan konseling sebaya efektif untuk meningkatkan
resiliensi peserta didik pada kemampuan meraih apa yang diinginkan.
Pada indikator ini, peserta didik terlihat sudah mempunyai keyakinan
bahwa mereka mempunyai keberanian untuk mengatasi segala ketakutan
yang mengancam dalam kehidupan dan semangat dalam mencapai cita-
cita. Hal tersebut sesuai dengan Prihastusi bahwa individu yang resilien
dapat meningkatkan aspek-aspek positif yang ada dalam peserta didik
80
Zainal Abidin. Op.Cit. h. 133
107
yang mencakup keberanian untuk mengatasi segala ketakutan yang
mengancam dalam kehidupannya dan mampu meraih sesuatu dengan
cara sebaikbaiknya, sehingga dapat memperbaiki berbagai aspek
kehidupan secara positif.81
Setelah melaksanakan kegiatan layanan konseling sebaya dan konseling
kelompok dengan konselor sebaya sebagai pemimpin kelompok yang
dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, terdapat beberapa kesan bagi peneliti
bahwa peneliti merasa senang ketika melihat anggota kelompok dapat
merubah pola fikir mereka tentang kelebihan masing-masing. Anggota
kelompok merasakan banyak manfaat yang diambil setelah pelaksanaan
konseling sebaya. Begitupun dengan konselor sebaya mereka mendapatkan
banyak pengetahuan dan wawasan tentang bimbingan dan konseling serta
mempunyai banyak pengalaman tentang penyelesaian konflik.
Tercapainya tujuan penelitian mulai terlihat dimana suasana konseling
sebaya tercipta dengan baik, sehingga konseli sebaya antusias
mengungkapkan masalah yang dihadapi tanpa ada rasa malu dan takut.
Peserta didik yang telah mendapat informasi mengenai adanya konselor
sebaya di sekolah merasa sangat membantu mereka dalam menyelesaikan
masalah ketika mereka bingung dan takut ketika berhadapan langsung
dengan konselor sekolah atau guru pembimbing. Hal ini terlihat dari
perkembangan hasil pengisian laiseg dari setiap pertemuan. Sehingga
81
Prihastuti. Op. Cit. h. 207-208
108
konseli sebaya lebih percaya diri dalam mengungkapkan masalah yang
dihadapi.
C. Keterbatasan Penelitian
Meskipun penelitian ini telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, namun
peneliti menyadari betul bahwa masih banyak kekurangannya Peneliti sebagai
pemberi pelatihan konselor sebaya dan materi tentang resiliensi mengalami
beberapa hambatan. Pada awal pertemuan, peserta didik mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan segala permasalahan yang dihadapi. Namun, hal itu
dapat diatasi oleh peneliti, dengan cara meyakinkan peserta didik bahwa dalam
bimbingan konseling memiliki berbagai asas atau ketentuan salah satunya
adalah asas kerahasiaan dimana peserta didik sebagai konseli tidak perlu takut
jika permasalahan yang dihadapi diketahui oleh orang lain. Melalui penjelasan
tersebut peserta didik mulai merasa nyaman dan mau mengungkapkan identitas
diri dalam tahap perkenalan.
Hambatan selanjutnya adalah kesulitan dalam menyampaikan maksud dan
tujuan dari pelatihan konselor sebaya yang akan dilaksanakan, karena seluruh
anggota pelatihan konselor sebaya belum pernah mengikuti kegiatan ini
sebelumnya sehingga mereka terlihat bingung. Untuk mengatasi kebingungan
yang dialami calon konselor sebaya, secara perlahan peneliti memberikan
penjelasan tentang bimbingan konseling.
109
Selain keterbatasan tersebut, dimungkinkan juga ada jawaban yang tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya dari peserta didik karena alasan-alasan
tertentu. Hal ini dikarenakan peserta didik dimungkinkan mencari aman dalam
menjawab angket resiliensi. Namun peneliti sudah berusaha menjelaskan
kepada peserta didik untuk jujur dalam menjawab butir-butir pernyataan angket
tersebut yang sesuai dengan keadaan peserta didik yang sebenarnya, karena
jawaban dari angket tersebut tidak akan berpengaruh pada nilai mata pelajaran
apapun.
110
111
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ditunjukan dengan analisis data dan
pembahasan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa layanan konseling
sebaya efektif meningkatkan resiliensi peserta didik SMA Negeri 12 Bandar
lampung. Resiliensi peserta didik dapat ditingkatkan. Meskipun pada awalnya
peserta didik masih merasa bingung dalam mengikuti layanan konseling sebaya,
namun setelah peneliti menjelaskan tujuan konseling sebaya dan dengan
berjalanya penelitian ini peserta didik mulai berantusias dan semangat dalam
mengikuti kegiatan konseling sebaya. Setelah diberikan treatment konseling
sebaya resiliensi peserta didik menjadi tinggi.
Berdasarkan hasil analisis data perhitungan rata-rata skor resiliensi
sebelum mengikuti layanan konseling sebaya adalah rendah dan setelah
mengikuti layanan konseling sebaya resiliensi peserta didik berada pada
kategori sedang dan tinggi, hal ini ditandai dengan sikap peserta didik yang
terlihat dapat mengontrol emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam
situasi di bawah tekanan, dapat mengengendalikan keinginan yang berdampak
negatif, mempunyai keyakinan bahwa segala permasalahan pasti ada jalan
keluarnya, mampu mengidentifikasi sebab-sebab permasalahan yang terjadi,
112
mampu memahami dan merasakan perasaan dan emosi orang lain, mempunyai
keyakinan agar dapat menyelesaikan masalah, dan mampu meraih apa yang
dinginkan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan dan perbandingan antara hasil
pretest dan posttes. Dari hasil uji t menggunakan program SPSS versi 17 dapat
diketahui bahwa rata-rata nilai prettest adalah 69 dan posttest adalah 98.
B. Saran
Dari kesimpulan penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa saran yang
ditunjukkan kepada, Guru Pembimbing, Kepala Sekolah, kepada peneliti
selanjutnya dan kepada peserta didik SMA N 12 Bandar Lampung tahun ajaran
2016/2017.
1. Guru Pembimbing, diharapkan lebih mengintensifkan pemberian layanan
bidang bimbingan pribadi sosial agar peserta didik mampu berkembang
dengan baik dilingkungan sosial sekitar untuk menunjang proses pendidikan
mereka serta memeberikan bimbingan dan pengawasan kepada konselor
sebaya secara berkesinambungan dalam menjalankan layanan konseling
teman sebaya.
2. Konselor sebaya agar mengembangkan ruang lingkup layanan konseling
teman sebaya kepada semua teman sebaya yang membutuhkan bantuan.
3. Peserta didik dapat meningkatkan resiliensi agar dapat lebih optimal dalam
mengembangkan kepribadian yang dimiliki tanpa adanya rasa bingung dan
takut jika berhadapan dengan konselor sekolah.
113
4. Kepala sekolah diharapkan dapat mengkoordinasikan kegiatan bimbingan
dengan kegiatanan seperti kegiatan pembelajaran dan latihan sehingga
menjadi satu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis seperti
penyediaan waktu untuk khusus untuk pengembangan layanan bimbingan
dan konseling di sekolah. Contoh penyediaan waktu untuk pelatihan
konselor teman sebaya.
Untuk peneliti lebih lanjut, diharapkan dapat melakukan penelitian yang
lebih luas dan komprehensif mengenai layanan konseling sebaya untuk
meningkatkan resiliensi peserta didik, serta hendaknya dapat menggunakan
kelompok kontrol untuk melihat sejauhmana variabel-variabel lain yang dapat
mengganggu perkembangan resiliensi peserta didik.
114
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Zainal. 2011. Pengaruh Pelatihan Resiliensi terhadap Perilaku Asertif pada
Remaja. Jurnal Pamator, Volume 4, Nomor 2.
Amin,Munir. 2010. Bimbingan Konseling Islam. (Jakarta: Amzah)
Akhmadi,Agus. Konseling Sebaya Dalam Bimbingan Konseling Komprehensif
(Materi Diklat Teknis Fungsional Peningkatan Kompetensi Guru Pertama Bk)
Amti,Erman. Prayitno. 2008. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT.
Rineka Cipta)
An-Nawawi,imam. 2006. Terjemah Hadits Arba‟in An-Nawawi (Jakarta Timur: Al-
I‟tishom Cahaya Umat)
Arikunto,Suharsimi. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Rineka
Cipta: Jakarta)
Departemen Agama RI. 2011. Al-„Alim Al-Qur‟an dan Terjemahannya. (Bandung :
Al-Mizan Publishing House)
Desmita. 2009. Mengembangkan Resiliensi Remaja Dalam Upaya Mengatasi Stres
Sekolah. Jurnal Ta‟dib Vol. 12, No. 1.
Dewanti P,Ayu. 2014. Resiliensi Remaja Putri terhadap Problematika Pasca Orang
Tua Bercerai. JURNAL Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Volume 3,
No. 3.
Erhamwilda. 2009.Konseling Islami. (Yogyakarta:Graha Ilmu)
Erhamwilda. 2015. Konseling Sebaya Alternatif Kreatif Layanan Bimbingan
Konseling Di Sekolah. (Yogyakarta : Media Akademi)
Fatimah Enung. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).
(Pustaka Setia: Bandung)
Fonny, dkk. 2006. Resiliensi pada prestasi akademik anak tunarungu. Jurnal Provitae
Vol;2 No.1.
115
Hunainah. 2011. Teori Dan Implementasi Model Konseling Sebaya (Bandung : Rizqi
Press)
Hunainah. 2012. Bimbingan Teknis Implementasi Model Konseling Sebaya. (Rizki
Pres: Serang)
Kartika Nur Fathiyah dan Farida Harahap “Konseling Sebaya untuk Meningkatkan
Efikasi Diri Remaja terhadap Perilaku Beresiko”. Dosen psikologi
pendidikan dan bimbingan FIP UNY.
Lestarianingsih. Upaya meningkatkan resiliensi melalu pelaksaaan pelatihan peer
counseling pada siswa. Jurnal ilmu pendidikan bimbingan dan konseling
jurusan pendidikan bimbingan dan konseling IKIP Veteran Semarang.
Nurdian,Devi,Myta Dan Anwar,Zainul. 2014. Konseling Kelompok Untuk
Meningkatkan Resiliensi Pada Remaja Penyandang Cacat Fisik (Difable).
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 02, No.01.
Noviza Neni. Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Suatu Inovasi Layanan
Bimbingan Konseling Di Perguruan Tinggi.
Patilima,Hamid. 2015. Resiliensi Anak Usia Dini. (Alfabeta: bandung)
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan. 2014. Tentang Bimbingan Dan
Konseling Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah NO. 111.
Poetry,Vieramadhani,Riezky Dkk. Resiliensi Pada Mahasiswa Baru Penyandang
Cerebral Palsy (Cp)
Prihastuti. Profil Resiliensi Pendidik Berdasarkan Resilience Quetient Test. Jurnal
Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan.
Rinaldi. 2010. Resiliensi Pada Masyarakat Kota Padang Ditinjau Dari Jenis
Kelamin. Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2.
Salim,Junaidi dan Tarmidi. 2012. Gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko
putus sekolah di masyarakat pesisir. Jurnal PS psikologi Fakultas psikologi
Universitas Sumatera Utara. Vol 1.
Sudarmayanti dan hidayat syaifudin. 2011. Metode penelitian. (mawar maju:
Bandung)
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). (Alfabeta:
Bandung)
116
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Dan R&D. (Alfabeta : Bandung)
Suwarjo. 2008. Konseling teman sebaya (peer counseling) untuk mengembangkan
resiliensi remaja. Dalam Seminar Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Syazali,Muhammad Dan Novalia. 2014. Olah Data Penelitian Pendidikan. (Bandar
Lampung : Anugrah Utama Raharja (AURA)
Wahid, Abdurrachman,Lalu. 2013. Konseling Sebaya Bagi Remaja (Tinjauan Teoritis
dalam Mengatasi Problematika Remaja Persepektif Bimbingan dan
Konseling). Jurnal al-Tazkiah, Vol.2 No.1.
117
LAMPIRAN-LAMPIRAN
118
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Judul Penelitian :
EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING SEBAYA
DALAM MENINGKATKAN RESILIENSI TERHADAP
KONFLIK DIRI PESERTA DIDIK KELAS XII SMA N
12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016/2017
NO HARI/TANGGAL WAKTU TEMPAT KEGIATAN
1 . Senin,
07 November 2016
09:00 WIB Ruang Tata
Usaha
Mengunjungi sekolah untuk
mengajukan permohonan
mengadakan penelitian
kepada kepala sekolah
2. Rabu,
10 November 2016
10:00 WIB Kelas XI Uji validitas instrumen
penelitian berupa angket
kepada peserta didik
3. Senin,
14 November 2016
07:30 – 13:30
WIB
Kelas XII
IPA 1,
IPS 1,
IPS 2,
IPS 3.
Pengumpulan sampel dari
masing-masing kelas XII dan
dilanjutkan dengan
penandatanganan surat
persetujuan menjadi
responden penelitian
4. Rabu, Kamis
16-17 November
2016
09:00 WIB s/d Kelas XII Rekrutmen dan seleksi calon
konselor sebaya berdasarkan
rekomendasi guru BK.
3. Senin,
21 November 2016
13:00 – 14:15
WIB
Kelas XII Penjelasan materi tentang
resiliensi terhadap konflik
diri kepada peserta didik
yang menjadi sampel
penelitian.
4. Selasa,
22 November 2016
10:00 – 10:45
WIB
Ruang BK Pelakasanaan layanan
konseling sebaya (konseling
individu) pertemuan 1
119
5. Rabu,
23 November 2016
09:30 – 10:15
WIB
Ruang BK Pelakasanaan layanan
konseling sebaya (konseling
individu) pertemuan 2
6. Jum‟at,
25 November 2016
09:00 – 09:45
WIB
Kelas
XII IPS 1
Pelaksanaan layanan
konseling sebaya (konseling
kelompok)
7 Sabtu,
26 November 2016
09:00 WIB Ruang BK Pelaksanaan posttest
Bandar Lampung, 18 November 2016
Guru BK,
Dra. Hj.Hernawati
NIP 196709101994032005
Peneliti,
Nurul „Aini
NPM. 1211080082
120
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
PELATIHAN KONSELOR SEBAYA KELAS XII
I. IDENTITAS
A. Nama sekolah : SMA N 12 BANDAR LAMPUNG
B. Tahun ajaran : 2016-2017
C. Kelas : XII
D. Pelaksana : Peneliti
II. WAKTU DAN TEMPAT
A. Hari/Tanggal : Kamis/ 17 November 2016
B. Jam pelayanan : jam ke-6
C. Waktu : 10.00 – 11.30 WIB
D. Tempat : Ruang BK
III. MATERI PEMBELAJARAN
A. Tema : a. Tema : Pelatihan Konselor Sebaya
b. Subtema : Pelatihan attending dan merangkum.
Serta Pelatihan ketrampilan
bertanya dan perilaku genuine
B. Sumber materi : Pelatihan Konselor Sebaya
IV. TUJUAN
A. Pengembangan KES
1. Agar peserta didik memahami adanya dan kegunaan pelayanan konseling
sebaya serta termotivasi untuk memanfaatkan dalam rangka
mengembangkan potensi diri
121
2. Dapat menyampaikan kepada teman sebaya tentang adanya dan kegunaan
pelayanan konseling sebaya yang siap membantu peserta didik.
B. Penanganan KES-T
Untuk menghindari/menghilangkan dan mencegah ketidaktahuan dan
kebingungan dalam mengatasi konflik yang terjadi.
V. METODE DAN TEKNIK
A. Jenis layanan : layanan informasi (Format Klasikal)
VI. SASARAN PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN
Diperoleh hal-hal baru oleh peserta didik dalam kaitannya dengan KES dengan
unsur-unsur AKURS.
A. KES
1. Acuan (A): adanya dan kegunaan pelayanan konseling sebaya.
2. Kompetensi (K): apa yang perlu dilakukan peserta didik memanfaatkan
pelayanan konseling sebaya dan mampu menyampaikan kepada teman
sebaya.
3. Usaha (U): kegiatan peserta didik untuk memanfaatkan dan
menyampaikan kepada teman sebaya tentang kegunaan layanan tersebut
4. Rasa (R): bagaimana peserta didik merasa setelah mengetahui dan
memahami tentang adanya pelayanan konseling sebaya.
5. Sungguh-sungguh (S): kesungguhan peserta didik menyampaikan teman
sebaya tentang adanya pelayanan konseling sebaya di sekolah dan
memanfaatkan layanan tersebut secara optimal.
B. KES-T
122
Menghindakan dan mencegah ketidaktahuan, ketidak pedulian ataupun
penolakan terhadap pelayanan BK yang mengakibatkan tidak tercegah dan
tidak teratasi permasalahan peserta didik.
VII. LANGKAH KEGIATAN
A. LANGKAH PENGANTARAN
1. Mengucap salam dan mengajak peserta didik berdoa.
2. Mengecek kehadiran peserta didik
3. Mengajak peserta didik untuk mengikuti kegiatan pelatihan dengan penuh
perhatian, semangat dengan melakukan kegiatan berpikir, merasa,
bersikap, bertindak dan bertanggung jawab berkenaan dengan materi
pelatihan yang akan dibahas.
4. Menyampaikan arah materi pokok pembelajaran, yaitu dengan judul
“Pelatihan attending dan merangkum. Serta Pelatihan ketrampilan
bertanya dan perilaku genuine”.
5. Menyampaikan tujuan pembahasan yaitu dipahaminya oleh peserta didik
tentang adanya pelayanan konseling sebaya untuk membantu sesuai
kebutuhan mereka.
B. LANGKAH PENJAJAKAN
1. Menanyakan kepada peserta didik siapa yang sudah tahu tentang
bimbingan konseling.
C. LANGKAH PENAFSIRAN
1. Pembahasan tentang makna kata “attending, merangkum, bertanya dan
perilaku genuine”
2. Menjelaskan apa yang harus difahami dari masing-masing ketrampilan
tersebut.
123
3. Apa kaitan konselor dengan ketrampilan tersebut
D. LANGKAH PEMBINAAN
1. Apa, bagaimana dan kenapa konselor harus menguasai ketrampilan
attending, merangkum, bertanya dan perilaku genuine.
2. Siswa diminta untuk melihat diri sendiri apakah ketrampilan tersebut
sudah dimiliki oleh peserta didik sebelum didapatkan pelatihan konselor
sebaya.
3. Siapa yang mau datang ke konselor sebaya untuk mendapat pelayanan
konseling sebaya? Kapan? Bagaimana caranya?
4. Bagaimana peserta didik mengajak teman-teman datang ke kantor BK
untuk mendapatkan pelayanan?
E. LANGKAH PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
Di akhir proses pembelajaran peserta didik diminta merefleksikan apa yang
mereka peroleh dengan pola BMB3 dalam unsur-unsur AKURS, yaitu :
a. Berfikir: apa yang mereka pikirkan tentang ketrampilan konselor sebaya
seperti attending, merangkum, bertanya dan perilaku genuine (unsur A).
b. Merasa: apa yang mereka rasakan dengan dimilikinya ketrampilan
attending, merangkum, bertanya dan perilaku genuine (unsur R)
c. Bersikap: bagaimana mereka bersikap dan akan melakukan apa setelah
menguasai ketrampilan tersebut (unsur K dan U).
d. Bertindak: bagaimana menyampaikan kepada teman sebaya tentang
layanan konselor sebaya kapan dan bagaimana caranya (unsur K dan U).
e. Bertanggung jawab: bagaimana mereka bersungguh-sungguh dalam
memanfaatkan ketrampilan yang mereka miliki.
VIII. SARANA
Sumber/bahan dan alat : Materi Tentang ketrampilan attending, merangkum,
bertanya dan perilaku genuine (terlampir).
124
Bandar lampung, 17 November 2016
Guru BK/Konselor
Drs. SUDARYADI
Peneliti
NURUL „AINI
1211080082
125
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
PELATIHAN KONSELOR SEBAYA KELAS XII
IX. IDENTITAS
E. Nama sekolah : SMA N 12 BANDAR LAMPUNG
F. Tahun ajaran : 2016-2017
G. Kelas : XII
H. Pelaksana : Peneliti
X. WAKTU DAN TEMPAT
E. Hari/Tanggal : Jum‟at/18 November 2016
F. Jam pelayanan : -
G. Waktu : 09.30 – 11.00 WIB
H. Tempat : Ruang BK
XI. MATERI PEMBELAJARAN
C. Tema : a. Tema : Pelatihan Konselor Sebaya
b. Subtema : Pelatihan ketrampilan asertif,
konfrontasi dan ketrampilan
pemecahan masalah
D. Sumber materi : Pelatihan Konselor Sebaya
XII. TUJUAN
C. Pengembangan KES
126
3. Agar peserta didik memahami adanya dan kegunaan pelayanan konseling
sebaya serta termotivasi untuk memanfaatkan dalam rangka
mengembangkan potensi diri
4. Dapat menyampaikan kepada teman sebaya tentang adanya dan kegunaan
pelayanan konseling sebaya yang siap membantu peserta didik.
D. Penanganan KES-T
Untuk menghindari/menghilangkan dan mencegah ketidaktahuan dan
kebingungan dalam mengatasi konflik yang terjadi.
XIII. METODE DAN TEKNIK
B. Jenis layanan : layanan informasi (Format Klasikal)
XIV. SASARAN PENILAIAN HASIL
PEMBELAJARAN
Diperoleh hal-hal baru oleh peserta didik dalam kaitannya dengan KES dengan
unsur-unsur AKURS.
C. KES
6. Acuan (A): adanya dan kegunaan pelayanan konseling sebaya.
7. Kompetensi (K): apa yang perlu dilakukan peserta didik memanfaatkan
pelayanan konseling sebaya dan mampu menyampaikan kepada teman
sebaya.
8. Usaha (U): kegiatan peserta didik untuk memanfaatkan dan
menyampaikan kepada teman sebaya tentang kegunaan layanan tersebut
9. Rasa (R): bagaimana peserta didik merasa setelah mengetahui dan
memahami tentang adanya pelayanan konseling sebaya.
10. Sungguh-sungguh (S): kesungguhan peserta didik menyampaikan teman
sebaya tentang adanya pelayanan konseling sebaya di sekolah dan
memanfaatkan layanan tersebut secara optimal.
D. KES-T
127
Menghindakan dan mencegah ketidaktahuan, ketidak pedulian ataupun
penolakan terhadap pelayanan BK yang mengakibatkan tidak tercegah dan
tidak teratasi permasalahan peserta didik.
XV. LANGKAH KEGIATAN
F. LANGKAH PENGANTARAN
6. Mengucap salam dan mengajak peserta didik berdoa.
7. Mengecek kehadiran peserta didik
8. Mengajak peserta didik untuk mengikuti kegiatan pelatihan dengan penuh
perhatian, semangat dengan melakukan kegiatan berpikir, merasa,
bersikap, bertindak dan bertanggung jawab berkenaan dengan materi
pelatihan yang akan dibahas.
9. Menyampaikan arah materi pokok pembelajaran, yaitu dengan judul
“Pelatihan ketrampilan asertif, konfrontasi dan ketrampilan pemecahan
masalah”.
10. Menyampaikan tujuan pembahasan yaitu dipahaminya oleh peserta didik
tentang adanya pelayanan konseling sebaya untuk membantu sesuai
kebutuhan mereka.
G. LANGKAH PENJAJAKAN
2. Menanyakan kepada peserta didik siapa yang sudah tahu tentang
bimbingan konseling.
H. LANGKAH PENAFSIRAN
4. Pembahasan tentang makna kata “Pelatihan ketrampilan asertif,
konfrontasi dan ketrampilan pemecahan masalah”
5. Menjelaskan apa yang harus difahami dari masing-masing ketrampilan
tersebut.
6. Apa kaitan konselor dengan ketrampilan tersebut
128
I. LANGKAH PEMBINAAN
5. Apa, bagaimana dan kenapa konselor harus menguasai ketrampilan
Pelatihan ketrampilan asertif, konfrontasi dan ketrampilan pemecahan
masalah.
6. Peserta didik diminta untuk melihat diri sendiri apakah ketrampilan
tersebut sudah dimiliki oleh peserta didik sebelum didapatkan pelatihan
konselor sebaya.
7. Siapa yang mau datang ke konselor sebaya untuk mendapat pelayanan
konseling sebaya? Kapan? Bagaimana caranya?
8. Bagaimana peserta didik mengajak teman-teman datang ke kantor BK
untuk mendapatkan pelayanan?
J. LANGKAH PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
Di akhir proses pembelajaran peserta didik diminta merefleksikan apa yang
mereka peroleh dengan pola BMB3 dalam unsur-unsur AKURS, yaitu :
f. Berfikir: apa yang mereka pikirkan tentang ketrampilan konselor sebaya
seperti Pelatihan ketrampilan asertif, konfrontasi dan ketrampilan
pemecahan masalah (unsur A).
g. Merasa: apa yang mereka rasakan dengan dimilikinya ketrampilan
Pelatihan ketrampilan asertif, konfrontasi dan ketrampilan pemecahan
masalah (unsur R)
h. Bersikap: bagaimana mereka bersikap dan akan melakukan apa setelah
menguasai ketrampilan tersebut (unsur K dan U).
i. Bertindak: bagaimana menyampaikan kepada teman sebaya tentang
layanan konselor sebaya kapan dan bagaimana caranya (unsur K dan U).
j. Bertanggung jawab: bagaimana mereka bersungguh-sungguh dalam
memanfaatkan ketrampilan yang mereka miliki.
129
XVI. SARANA
Sumber/bahan dan alat : Materi Tentang ketrampilan Pelatihan ketrampilan
asertif, konfrontasi dan ketrampilan pemecahan masalah (terlampir).
Bandar lampung, 18 November 2016
Guru BK/Konselor
Drs. SUDARYADI
Peneliti
NURUL „AINI
1211080082
130
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
LAYANAN KLASIKAL KELAS XII
XVII. IDENTITAS
I. Nama sekolah : SMA N 12 BANDAR LAMPUNG
J. Tahun ajaran : 2016-2017
K. Kelas : XII
L. Pelaksana : Peneliti
XVIII. WAKTU DAN TEMPAT
I. Hari/Tanggal : Senin/ 21 November 2016
J. Jam pelayanan : jam ke-6
K. Waktu : 13.00 – 14.00 WIB
L. Tempat : Ruang Kelas XII IPS 1
XIX. MATERI PEMBELAJARAN
E. Tema : a. Tema : Meningkatkan Resiliensi
b. Subtema : Resiliensi
F. Sumber materi : Meningkatkan resiliensi
XX. TUJUAN
E. Pengembangan KES
5. Agar peserta didik memahami resiliensi yang ada dalam dirinya sehingga
dapat ditingkatkan
6. Dapat mengungangkap segala sesuatu yang dialaminya tanpa malu dan
menganggap bahwa orang lain tidak mengerti perasaannya.
131
F. Penanganan KES-T
Untuk menghindari/menghilangkan dan mencegah ketidaktahuan dan
kebingungan dalam mengatasi konflik yang terjadi.
XXI. METODE DAN TEKNIK
C. Jenis layanan : layanan informasi (Format Klasikal)
XXII. SASARAN PENILAIAN HASIL
PEMBELAJARAN
Diperoleh hal-hal baru oleh peserta didik dalam kaitannya dengan KES dengan
unsur-unsur AKURS.
E. KES
11. Acuan (A): adanya dan kegunaan mengenai resiliensi
12. Kompetensi (K): apa yang perlu dilakukan peserta didik setelah
mendapatkan pengetahuan tentang resiliensi terhadap konflik diri.
13. Usaha (U): kegiatan peserta didik untuk memanfaatkan layanan konseling
sebaya untuk meningkatkan resiliensinya.
14. Rasa (R): bagaimana peserta didik merasa setelah mengetahui dan
memahami tentang resiliensi.
15. Sungguh-sungguh (S): kesungguhan peserta didik dalam mengubah
ketidaktahuan mengenai resiliensi dengan menggunakan layanan
konseling sebaya.
F. KES-T
Menghindakan dan mencegah ketidaktahuan, ketidak pedulian ataupun
penolakan terhadap pelayanan BK yang mengakibatkan tidak tercegah dan
tidak teratasi permasalahan peserta didik.
XXIII. LANGKAH KEGIATAN
K. LANGKAH PENGANTARAN
132
11. Mengucap salam dan mengajak peserta didik berdoa.
12. Mengecek kehadiran peserta didik
13. Mengajak peserta didik untuk mengikuti kegiatan dengan penuh perhatian,
semangat dengan melakukan kegiatan berpikir, merasa, bersikap,
bertindak dan bertanggung jawab berkenaan dengan materi yang akan
dibahas.
14. Menyampaikan arah materi pokok pembelajaran, yaitu dengan judul
“resiliensi terhadap konflik diri” dan merangkum.
15. Menyampaikan tujuan pembahasan yaitu dipahaminya oleh peserta didik
tentang pentingnya pengetahuan mengenai resiliesni.
L. LANGKAH PENJAJAKAN
3. Menanyakan kepada peserta didik siapa yang sudah tahu tentang
resiliensi.
M. LANGKAH PENAFSIRAN
7. Pembahasan tentang makna kata “resiliensi”
8. Menjelaskan apa yang harus difahami dari masing-masing ketrampilan
resiliensi.
N. LANGKAH PEMBINAAN
9. Apa, bagaimana dan kenapa konselor harus memahami dan mengetahui
tentang resiliensi terhadap konflik diri.
10. Peserta didik diminta untuk melihat diri sendiri apakah mereka termasuk
dalam individu yang resilien.
11. Siapa yang mau datang ke konselor sebaya untuk mendapat pelayanan
konseling sebaya? Kapan? Bagaimana caranya?
12. Bagaimana peserta didik mengajak teman-teman datang ke kantor BK
untuk mendapatkan pelayanan?
O. LANGKAH PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
133
Di akhir proses pembelajaran peserta didik diminta merefleksikan apa yang
mereka peroleh dengan pola BMB3 dalam unsur-unsur AKURS, yaitu :
k. Berfikir: apa yang mereka pikirkan tentang resiliensi (unsur A).
l. Merasa: apa yang mereka rasakan dengan jika memiliki resiliensi tinggi
atau rendah. (unsur R)
m. Bersikap: bagaimana mereka bersikap dan akan melakukan apa setelah
mengetahui peengertian dan pemahaman tentang resiliensi. (unsur K dan
U).
n. Bertindak: bagaimana mereka menyikapi segala sesuatu yang ada dalam
dirinya terkait dengan resiliensi (unsur K dan U).
o. Bertanggung jawab: bagaimana mereka bersungguh-sungguh dalam
meningkatkan resiliensi terhadap konflik diri.
XXIV. SARANA
Sumber/bahan dan alat : Materi Tentang Resiliensi (terlampir).
Bandar lampung, 21 November 2016
Guru BK/Konselor
Drs. SUDARYADI
Peneliti
NURUL „AINI
1211080082
134
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
LAYANAN KLASIKAL KELOMPOK
XXV. IDENTITAS
M. Nama sekolah : SMA N 12 BANDAR LAMPUNG
N. Tahun ajaran : 2016-2017
O. Kelas : XII
P. Pelaksana : Peneliti dan konselor sebaya
XXVI. WAKTU DAN TEMPAT
M. Hari/Tanggal : Selasa, 15 November 2016
N. Jam pelayanan : 2 x 40 menit.
O. Waktu : 09.30 WIB
P. Tempat : Ruang BK
XXVII. MATERI PEMBELAJARAN
G. Tema : a. Tema : Topik bebas
b. Subtema: sering dibully teman-teman di kelas.
H. Sumber materi : Materi tentang Bullying
XXVIII. TUJUAN
A. Pengembangan KES
Peserta didik menjadi mantap belajar tanpa mengalami tekanan mentar
karena diejek/dibully teman-temannya.
B. Penanganan KES-T
135
Untuk menghindari dan menghilangkan rasa tidak percaya diri karena
keadaan fisik dan menjadi bahan bully.
XXIX. METODE DAN TEKNIK
D. Jenis layanan : Layanan Konseling Kelompok
XXX. SASARAN PENILAIAN HASIL
PEMBELAJARAN
Diperoleh hal-hal baru oleh peserta didik dalam kaitannya dengan KES dengan
unsur-unsur AKURS.
G. KES
16. Acuan (A): adanya dan kegunaan layanan konseling kelompok
17. Kompetensi (K): apa yang perlu dilakukan peserta didik setelah
melakukan konseling kelompok
18. Usaha (U): kegiatan peserta didik dalam rangka memperbaiki hubungan
sosial di kelas dan di sekolahnya
19. Rasa (R): bagaimana peserta didik merasa setelah melakukan konseling
kelompok
20. Sungguh-sungguh (S): kesungguhan peserta didik dalam melakukan
tindakan lanjutan setelah melakukan proses konseling.
H. KES-T
Untuk menghindari dan menghilangkan rasa tidak percaya diri karena
keadaan fisik dan menjadi bahan bully.
XXXI. LANGKAH KEGIATAN
TAHAPAN KONSELING KELOMPOK
Tahap pembentukan.
136
a. Guru pembimbing membentuk kelompok, yaitu 11 peserta didik yang
menjadi responden.
b. Guru pembimbing mengucapkan salam dan doa
c. Guru pembimbing melakukan perkenalan diri antar anggota kelompok
d. Guru pembimbing menyampaikan tujuan diadakannya konseling kelompok
e. Ice breaking
Tahap peralihan.
a. Guru pembimbing menjelaskan peranan anggota kelompok
b. Guru pembimbing menciptakan suasana interaksi yang kondusif
Tahap kegiatan.
a. Konselor sebaya menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas
b. Konselor sebaya mengatur jalannya konseling kelompok agar tidak keluar
dari topik permasalahan
c. Konselor sebaya memberikan dorongan dan penguatan
Tahap pengakhiran.
a. Anggota kelompok menyampaikan kesimpulan dan keputusan atas
pemecahan masalah
b. Guru pembimbing menutup kegiatan konseling kelompok
LANGKAH PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
Di akhir proses pembelajaran peserta didik diminta merefleksikan apa yang
mereka peroleh dengan pola BMB3 dalam unsur-unsur AKURS, yaitu :
p. Berfikir: apa yang mereka pikirkan setelah melakukan proses konseling
(unsur A).
q. Merasa: apa yang mereka rasakan dengan adanya pelayanan BK di
sekolah (unsur R)
r. Bersikap: bagaimana mereka bersikap dan akan melakukan apa tentang
permasalahan yang mereka hadapi (unsur K dan U).
137
s. Bertindak: bagaimana mereka menyikapi dan menerapkan segala
kesimpulan yang mereka dapat di akhir proses konseling (unsur K dan
U).
t. Bertanggung jawab: bagaimana mereka bersungguh-sungguh dalam
melakuan tindakan selanjutnya setelah proses konseling sebaya.
XXXII. SARANA
Sumber/bahan dan alat : materi tentang Resiliensi
Bandar Lampung, 15 November 2016
Guru BK/Konselor
Drs. SUDARYADI
Peneliti
NURUL „AINI
121108008
LAPORAN HASIL KONSELING KELOMPOK
A. IDENTITAS KLIEN
1. Klien 1
a. Nama : Ade Dio Divaldhy
b. Kelas : XII IPS 1
c. Umur : 17 tahun
2. Klien 2
a. Nama : Adelia
b. Kelas : XII IPS 1
c. Umur : 17 tahun
3. Klien 3
a. Nama : Devi Safitri
b. Kelas : XII IPS 1
c. Umur : 16 tahun
4. Klien 4
a. Nama : Furwanti
138
b. Kelas : XII IPS 1
c. Umur : 18 tahun
5. Klien 5
a. Nama : Indra Kusuma Wijaya
b. Kelas : XII IPS 1
c. Umur : 18 tahun
6. Klien 6
a. Nama : Sugiyanti
b. Kelas : XII IPS 1
c. Umur : 17 tahun
7. Klien 7
a. Nama : Andini Prastiwi
b. Kelas : XII IPS 2
c. Umur : 18 tahun
8. Klien 8
a. Nama : Anjasmara
b. Kelas : XII IPS 2
c. Umur : 18 tahun
9. Klien 9
a. Nama : M. Saulan Habibi
b. Kelas : XII IPS 2
c. Umur : 17 tahun
10. Klien 10
a. Nama : Rosa Indica Sitompul
b. Kelas : XII IPS 2
c. Umur : 17 tahun
11. Klien 11
a. Nama : Sepri Wijaya Zulputra
b. Kelas : XII IPS 2
c. Umur : 18 tahun
B. IDENTITAS MASALAH
Masalah yang hampir semua klien dihadapi adalah sering merasa di bully karena
keadaan fisik yang mereka anggap berlebihan atau tidak seperti biasa.
C. DIAGNOSA
1. Klien 1, sering di ejek/dibully karena bentuk rambutnya yang keriting,
karena hal itu teman-temannya memanggil dia tango.
2. Klien 2, sering dibully karena bentuk matanya yang sipit.
139
3. Klien 3, tidak ada masalah yang diungkapkan.
4. Klien 4, tidak ada masalah yang diungkapkan.
5. Klien 5, merasa kakak tingkat yang ada di tempat tinggalnya tidak suka
padanya karena alasan yang tidak diungkapkan.
6. Klien 6,
7. Klien 7, sering menjadi bahan omongan karena ia merasa tinggi badannya
berlebihan sehingga teman-temannya tidak percaya diri jika jalan berdua
dengannya karena tinggi tidak sesuai.
8. Klien 8, diantara klien yang lain, klien kali ini berbeda masalah yang
dihadapi, yaitu ia merasa keingingannya tidak sesuai dengan bakat dan minat
yang ia lakukan sekarang.
9. Klien 9, tidak ada masalah yang diungkapkan.
10. Klien 10, tidak ada masalah yang diungkapkan.
D. PROGNOSA
Pada masing-masing klien yang mempunyai permasalahan tentang bullying
mengambil kesimpulan bahwa semua perkataan dan ejekan dari teman-temannya
tidak akan di ambil hati bila memang mereka menganggap hal itu keterlaluan mereka
akan mengungkapkannya kepada orang yang bersangkutan.
140
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
LAYANAN KLASIKAL KELAS XII
XXXIII. IDENTITAS
Q. Nama sekolah : SMA N 12 BANDAR LAMPUNG
R. Tahun ajaran : 2016-2017
S. Kelas : XII IPS
T. Pelaksana : Konselor sebaya
XXXIV. WAKTU DAN TEMPAT
Q. Hari/Tanggal : Senin, 14 November 2016
R. Jam pelayanan : 2 x 40 menit.
S. Waktu : 11.30 WIB
T. Tempat : Ruang BK
XXXV. MATERI PEMBELAJARAN
I. Tema : a. Tema : Bingung memilih jurusan
b. Subtema: malas belajar karena bingung memilih
study lanjutan
Sumber materi : -
XXXVI. TUJUAN
G. Pengembangan KES
Peserta didik diharapkan menjadi rajin belajar dan dapat fokus kepada apa
yang sedang ditargetkannya pada saat ini, yaitu ujian akhir semester.
H. Penanganan KES-T
141
Untuk menghilangkan kebiasaan malas belajar dikarenakan bingung memilih
jurusan apa yang akan ia pilih.
XXXVII. METODE DAN TEKNIK
E. Jenis layanan : Konseling Perorangan.
XXXVIII. SASARAN PENILAIAN HASIL
PEMBELAJARAN
Diperoleh hal-hal baru oleh peserta didik dalam kaitannya dengan KES dengan
unsur-unsur AKURS.
I. KES
21. Acuan (A): adanya manfaat melakukan proses konseling dalam hal
pengentasan masalah yang dialami peserta didik.
22. Kompetensi (K): apa yang perlu dilakukan peserta didik setelah yakin
dengan keputusannya bahwa ia akah berubah ke arah yang lebih positif
23. Usaha (U): kegiatan peserta didik untuk lebih rajin belajar sesuai dengan
apa yang ia fokuskan sekarang,
24. Rasa (R): bagaimana perasaan peserta didik sebelum dan setelah
melakukan proses konseling.
25. Sungguh-sungguh (S): kesungguhan peserta didik dalam menerapkan
segala keputusan yang ia ambil dalam proses konseling, yaitu untuk lebih
memilih fokus kepada ujian akhir semester terlebih dahulu.
J. KES-T
Menghindakan dan mencegah perilaku malas belajar dikarenakan bingun
memilih study lanjutan.
XXXIX. LANGKAH KEGIATAN
142
P. LANGKAH PENGANTARAN
1. Mengucapkan salam selanjutnya mengajak konseli berdoa untuk
memulai kegiatan konseling perorangan
2. Melalui tanya jawab konseli memahami bahwa layanan konseling sebaya
adalah bagian dari layanan BK yaitu untuk membantu mengenal diri
sendiri, mengarahkan serta membantu untuk menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi dan menjadi pribadi yang mandiri dengan bantuan
konselor sebaya.
Q. PENJAJAKAN
1. Diungkapkan hubungan konseli dengan konselor sebaya
2. Dijajaki kesiapan konseli untuk mengikuti proses selanjutnya
3. Konselor sebaya memeberi pertanyaan apakah peserta didik mengetahui
alasan konselor memanggilnya ke ruang BK
R. LANGKAH PENAFSIRAN
1. Bersama konseli disimpulkan pokok-pokok permasalahan yang
dialaminya
2. Didalami seluk beluk dan keterkaitan antara pokok permasalahan
S. LANGKAH PEMBINAAN
Meningkatkan pemahaman bahwa banyak dampak yang ditimbulkan apabila
peserta didik malas belajar karena masalah yang sedang dihadapinya.
XL. LANGKAH PENILAIAN DAN TINDAK LANJUT
1. Penilaian Hasil :
Diakhir proses pembelajaran/ pelayanan peserta didik diminta diminta merefleksikan
(secara lisan dan atau tertulis) apa yang mereka peroleh dengan pola BMB 3
dalam unsur-unsur AKURS:
a. Berfikir: apa yang konseli pikirkan tentang dampak malas belajar.
143
b. Merasa: apa yang konseli rasakan mengenai masalah yang sedang dialami.
c. Bersikap: bagaimana konseli menyikapi keputusannya.
d. Bertindak: apa yang hendak konseli lakukan untuk mendengarkan,
memahami, merespon.
e. Betanggung Jawab: bagaiman konseli bertanggung jawab atas keputusannya
bahwa ia akan merubah sikapnya.
2. Penilaian Proses
Melalui pengamatan dilakukan penilaian proses pembelajaran/ pelayanan untuk
memperoleh gambaran tentang aktifitas peserta didik dan efektifitas
pembelajaran/ pelayanan yang telah diselenggaranan.
3. Penutup
Diakhir konseli diucapkan terimakasih atas kesedian konseli dengan konselor dan
meminta untuk datang kembali bila ada permasalahan yang perlu dibahas.
XLI. SARANA
Sumber/bahan dan alat : -
Bandar lampung, 14 November 2016
Guru BK/Konselor
Drs. SUDARYADI
Peneliti
NURUL „AINI
1211080082
144
KISI-KISI WAWANCARA
Meggunakan wawancara tidak tersruktur
Nama responden : Drs. Sudaryadi
Jabatan : Guru Bimbingan dan konseling
Hari/tanggal wawancara : Rabu, 16 Agustus 2016
A. Pengantar
1. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mendapat informasi mengenai
Resiliensi peserta didik
2. Wawancara ini diadakan ketika guru bimbingan dan konseling sedang
memiliki waktu luang. Peneliti mengadakan wawancara erkaitan dengan
resiliensi peserta didik
B. Daftar Pertanyaan
1. Bagaimana program bimbingan dan konseling di SMA N 12 Bandar
Lampung?
2. Apakah ada jam pelajaran untuk guru bimbingan dan konseling di
sekolah?
3. Apa saja permasalahan yang dihadapi atau yang sering muncul di SMA N
12 Bandar Lampung?
4. Apakah di SMA N 12 Bandar Lampung ada permasalahan tentang
resiliensi?
5. Adakah langkah yang dilakukan sekolah untuk mengatasi masalah
resiliensi peserta didik?
145
Output Uji Validitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item
Deleted
Scale
Variance
if Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlatio
n
Cronbach's
Alpha if
Item
Deleted
butir_1 120.7813 386.757 .629 .932
butir_2 120.4063 396.443 .608 .933
butir_3 120.7813 386.757 .629 .932
butir_4 121.2813 385.564 .598 .933
butir_5 121.0625 389.480 .522 .934
butir_6 120.7813 386.757 .629 .932
butir_7 120.5313 403.418 .390 .935
butir_8 121.2813 385.564 .598 .933
butir_9 119.8750 410.048 .177 .936
butir_10 121.1250 391.855 .426 .935
butir_11 121.2813 385.564 .598 .933
butir_12 121.5000 388.645 .606 .933
butir_13 120.6563 403.394 .374 .935
butir_14 121.4688 393.612 .508 .934
butir_15 121.2813 385.564 .598 .933
butir_16 120.5313 380.580 .680 .932
butir_17 121.0000 380.323 .568 .933
butir_18 121.4688 393.612 .508 .934
butir_19 121.0625 389.480 .522 .934
butir_20 120.1563 411.749 .075 .937
butir_21 119.8750 410.048 .177 .936
butir_22 120.4063 386.894 .624 .933
butir_23 121.1875 386.996 .659 .932
butir_24 120.9375 384.770 .613 .933
146
butir_25 120.5313 380.580 .680 .932
butir_26 120.5313 380.580 .680 .932
butir_27 121.0000 380.323 .568 .933
butir_28 121.4688 393.612 .508 .934
butir_29 120.9375 384.770 .613 .933
butir_30 120.5625 411.028 .103 .937
butir_31 121.4063 402.765 .328 .935
butir_32 120.4063 396.443 .608 .933
butir_33 120.5313 380.580 .680 .932
butir_34 120.4063 396.443 .608 .933
Output Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.935 34
147
Angket Resiliensi
Petunjuk Pengisian:
1. Skala ini berisi pernyataan
2. Isilah identitas diri anda dengan lengkap dan jelas
3. Bacalah setiap pernyataan dengan cermat dan teliti. Berilah tanda checklist (√)
pada kolom yang tersedia sesuai dengan kondisi diri anda.
4. Di bawah ini ada beberapa pernyataan. Keterangan alternatif jawaban :
SS : sangat setuju
S : setuju
R : ragu-ragu
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju
Nama :
Kelas/ sekolah :
Jenis kelamin/ usia :
No Pernyataan Alternatif jawaban
SS S R TS STS
1. Saya dapat mengontrol perasaan saya ketika sedang kesulitan.
2. Saya tidak dapat mengontrol perasaan saya ketika sedang
kesulitan
3 Saya tetap tenang agar dapat menyelesaikan masalah yang saya
hadapi
4. Saya menyerah jika segalanya menjadi sulit dihadapi
5. Saya sulit berpikir positif untuk dapat fokus pada tugas/
pekerjaan
6. Masalah yang saya hadapi membuat saya kurang mampu dalam
mengendalikan diri, berpikir dan bersikap positif
7. Saya cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari walaupun
memiliki masalah
8. Saya ragu apakah saya dapat menyelesaikan permasalahan yang
148
saya alami
9. Ketika ada masalah, saya mencoba mencari berbagai solusi
sebelum mencoba untuk menyelesaikannya
10. Dalam kebanyakan situasi, saya mampu mengenali penyebab
suatu masalah yang datang.
11. Permasalah dengan teman membuat saya kurang peka terhadap
masalah yang saya hadapi
12. Saya dapat memahami ketika teman sedang mengalami masalah
13. Saya merasa bingung untuk memahami sikap orang lain.
14. Saya tidak peduli orang lain menderita
15. Saya pura-pura bersimpati dengan orang lain
16. Saya berusaha tenang agar dapat bangkit dari situasi yang tidak
menyenangkan
17. Saya cepat pulih dari kesedihan yang saya alami
18. Saya larut dalam kesedihan dengan waktu yang lama karena
mempunyai banyak masalah
19. Saya tahu kemana harus berkonsultasi jika mempunyai masalah
20. Saya sadar ketika saya sedang berhadapan dengan masalah
21. Hidup saya tidak nyaman karena mengalami banyak masalah
22. Saya berusaha kuat untuk mencapai tujuan saya meskipun
banyak rintangan yang saya hadapi
23. Saya berani melawan rasa takut ketika dihadapkan dengan
masalah
24. Saya mencemaskan kesehatan saya di masa depan.
25. Saya kurang suka tantangan baru
26. Saya panik dan tidak tenang ketika sedang dalam masalah
27. Merasa terancam berada di lingkungan baru yang membuat
saya tidak nyaman
28. Saya yakin akan menjadi orang yang sukses
29. Saya tidak membuat rencana untuk masa depan saya
30. Ketika diminta untuk memikirkan masa depan, saya sulit
melihat diri saya sebagai orang yang sukses
149
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 ADD 1 2 1 2 6 6 2 2 4 4 2 2 4 4 2 3 2 7 7 2 3 3 2 10 10 3 3 3 2 3 3 17 17 2 3 2 1 3 3 2 2 2 20 20 68 rendah
2 A 2 1 2 2 7 7 2 2 4 4 3 3 6 6 1 3 1 5 5 3 1 3 3 10 10 2 3 1 3 3 3 15 15 3 3 1 1 1 1 4 3 3 20 20 67 rendah
3 AJS 3 3 2 2 10 10 2 4 6 6 2 2 4 4 4 2 4 10 10 2 1 3 2 8 8 4 4 4 4 4 2 22 22 4 4 2 4 4 4 4 4 4 34 34 94 sedang
4 AC 2 3 3 2 10 10 2 2 4 4 2 3 5 5 2 3 4 9 9 3 2 4 4 13 13 3 4 3 2 3 2 17 17 5 4 2 5 4 4 5 5 5 39 39 97 sedang
5 AGM 2 2 3 2 9 9 2 2 4 4 2 2 4 4 4 1 2 7 7 1 1 4 4 10 10 3 2 3 2 2 3 15 15 4 4 4 2 2 4 5 4 4 33 33 82 sedang
6 BMM 2 2 3 2 9 9 2 2 4 4 2 2 4 4 4 5 1 10 10 3 1 3 3 10 10 4 1 1 5 5 1 17 17 5 5 4 4 1 2 5 5 5 36 36 90 sedang
7 DS 2 2 2 2 8 8 3 2 5 5 2 2 4 4 2 2 2 6 6 2 1 2 1 6 6 3 4 2 2 4 2 17 17 3 2 2 2 2 2 3 2 2 20 20 66 rendah
8 EPA 2 1 3 3 9 9 2 4 6 6 3 3 6 6 2 3 3 8 8 4 2 2 t 8 8 4 4 4 4 4 4 24 24 4 4 2 4 2 2 5 5 4 32 32 93 sedang
9 FR 2 1 3 2 8 8 2 2 4 4 3 2 5 5 3 3 4 10 10 2 2 2 2 8 8 1 2 1 3 3 1 11 11 3 2 1 2 2 2 3 3 3 21 21 67 rendah
10 GWP 4 4 4 4 16 16 2 2 4 4 3 2 5 5 4 4 2 10 10 2 1 3 2 8 8 4 4 4 5 4 4 25 25 4 4 5 5 4 4 5 5 4 40 40 108 tinggi
11 IKS 3 2 2 2 9 9 4 1 5 5 1 2 3 3 3 3 2 8 8 2 2 3 3 10 10 1 3 2 3 2 3 14 14 3 2 1 2 1 3 3 3 3 21 21 70 rendah
12 IB 2 3 2 1 8 8 3 1 4 4 1 3 4 4 4 2 4 10 10 4 3 3 4 14 14 3 2 2 3 2 2 14 14 5 5 5 2 4 4 5 5 4 39 39 93 sedang
13 JH 2 1 2 1 6 6 5 4 9 9 2 4 6 6 2 2 4 8 8 2 1 2 2 7 7 4 4 5 4 4 5 26 26 4 2 2 4 1 4 3 3 4 27 27 89 sedang
14 MDR 1 1 3 1 6 6 3 1 4 4 4 4 8 8 5 5 2 12 12 3 1 2 4 10 10 5 5 4 5 5 4 28 28 5 4 2 5 2 4 5 5 5 37 37 105 tinggi
15 MR 1 2 1 3 7 7 2 3 5 5 4 2 6 6 4 2 2 8 8 3 1 2 4 10 10 4 2 2 2 4 1 15 15 5 2 2 4 2 2 5 5 5 32 32 83 sedang
16 MDR 4 4 4 3 15 15 3 4 7 7 4 2 6 6 2 3 4 9 9 2 2 1 2 7 7 4 4 4 4 4 2 22 22 3 3 4 3 2 3 3 4 4 29 29 95 sedang
17 MR 4 2 4 2 12 12 2 2 4 4 5 2 7 7 4 3 2 9 9 3 2 3 3 11 11 3 2 4 3 3 3 18 18 5 5 2 2 4 4 5 4 4 35 35 96 sedang
18 MA 4 4 4 4 16 16 3 3 6 6 4 2 6 6 3 2 4 9 9 2 1 2 1 6 6 4 4 4 4 4 2 22 22 4 4 2 2 4 2 5 4 5 32 32 97 sedang
19 NJP 2 2 1 5 10 10 3 3 6 6 3 3 6 6 3 2 4 9 9 1 3 2 3 9 9 4 3 3 2 2 2 16 16 3 3 3 3 4 2 4 3 3 28 28 84 sedang
20 NGS 3 3 2 3 11 11 2 2 4 4 4 2 6 6 2 3 2 7 7 3 3 3 3 12 12 3 3 3 4 3 2 18 18 5 4 2 5 5 2 5 5 5 38 38 96 sedang
21 NA 3 1 2 2 8 8 2 3 5 5 2 3 5 5 1 3 4 8 8 2 1 1 2 6 6 4 2 3 4 3 3 19 19 4 5 3 3 1 3 4 4 4 31 31 82 sedang
22 SG 3 2 2 2 9 9 3 2 5 5 3 2 5 5 3 2 2 7 7 3 2 2 1 8 8 2 2 1 3 2 3 13 13 3 3 3 3 2 2 3 2 3 24 24 71 rendah
23 SAS 2 2 1 3 8 8 2 1 3 3 3 3 6 6 1 3 4 8 8 2 2 1 2 7 7 2 3 5 4 4 5 23 23 5 3 2 5 3 4 4 5 4 35 35 90 sedang
24 SHA 4 4 5 4 17 17 2 3 5 5 5 2 7 7 5 2 4 11 11 2 2 2 1 7 7 3 2 4 3 3 2 17 17 4 5 2 1 5 2 2 5 4 30 30 94 sedang
25 APG 2 2 2 3 9 9 2 3 5 5 4 2 6 6 5 4 3 12 12 2 2 2 1 7 7 4 4 4 2 3 3 20 20 4 3 3 2 3 3 5 4 4 31 31 90 sedang
26 AP 2 2 3 1 8 8 5 4 9 9 1 4 5 5 5 4 2 11 11 2 3 4 1 10 10 1 3 2 3 2 3 14 14 4 5 2 1 4 2 5 5 5 33 33 90 sedang
27 ANP 2 2 2 2 8 8 2 3 5 5 3 3 6 6 1 2 1 4 4 2 2 1 2 7 7 1 3 1 2 3 1 11 11 3 2 3 2 3 3 2 2 3 23 23 64 rendah
28 AGP 4 3 4 5 16 16 3 4 7 7 3 3 6 6 5 3 3 11 11 3 3 3 3 12 12 3 4 3 3 4 3 20 20 4 5 3 3 4 2 4 3 3 31 31 103 tinggi
29 ANJ 1 2 1 3 7 7 2 2 4 4 2 3 5 5 2 2 3 7 7 3 2 2 3 10 10 2 4 3 2 2 2 15 15 3 2 2 3 2 2 2 1 2 19 19 67 rendah
30 AM 2 2 1 3 8 8 2 2 4 4 4 4 8 8 5 5 2 12 12 1 2 3 1 7 7 5 4 2 5 5 1 22 22 5 5 1 1 3 2 4 5 3 29 29 90 sedang
31 AP 3 1 3 1 8 8 4 3 7 7 5 1 6 6 5 3 3 11 11 2 3 2 2 9 9 1 2 1 5 5 3 17 17 3 3 5 5 3 1 5 1 1 27 27 85 sedang
32 CAS 2 2 2 1 7 7 2 3 5 5 4 3 7 7 2 3 3 8 8 4 3 2 4 13 13 3 5 4 2 4 4 22 22 5 4 4 2 4 4 5 4 4 36 36 98 sedang
33 DAP 3 2 2 2 9 9 2 2 4 4 3 1 4 4 2 3 2 7 7 2 3 2 3 10 10 3 2 3 3 2 3 16 16 4 3 2 3 2 4 4 4 4 30 30 80 sedang
34 ERD 2 2 1 3 8 8 2 2 4 4 2 4 6 6 2 2 4 8 8 3 2 3 2 10 10 2 3 2 3 2 2 14 14 4 3 1 4 3 4 5 4 5 33 33 83 sedang
35 FAT 3 3 3 4 13 13 4 3 7 7 3 3 6 6 2 3 1 6 6 3 3 2 3 11 11 3 3 2 2 3 2 15 15 3 4 3 2 4 4 5 4 3 32 32 90 sedang
36 JKN 1 1 3 1 6 6 3 3 6 6 4 2 6 6 3 2 2 7 7 1 2 3 1 7 7 4 5 3 5 5 4 26 26 5 4 4 4 3 4 5 5 5 39 39 97 sedang
37 MSH 3 1 2 1 7 7 2 3 5 5 3 3 6 6 3 3 3 9 9 2 1 2 2 7 7 3 3 2 4 2 2 16 16 3 3 1 3 2 3 3 3 3 24 24 74 rendah
38 NSY 3 3 2 3 11 11 1 4 5 5 3 2 5 5 2 3 2 7 7 3 3 2 1 9 9 3 2 3 3 3 3 17 17 3 3 2 4 4 3 3 4 2 28 28 82 sedang
39 RY 2 2 3 1 8 8 1 2 3 3 4 2 6 6 4 3 3 10 10 2 1 1 2 6 6 4 4 4 3 4 2 21 21 4 4 3 3 4 4 4 3 2 31 31 85 sedang
40 RS 4 2 3 1 10 10 2 4 6 6 5 1 6 6 3 3 2 8 8 4 3 3 3 13 13 3 3 1 5 5 1 18 18 5 5 1 4 1 1 5 4 4 30 30 91 sedang
41 RIS 4 3 1 2 10 10 4 1 5 5 3 1 4 4 4 3 1 8 8 3 1 3 3 10 10 3 3 2 3 3 3 17 17 3 3 3 2 1 1 4 3 3 23 23 77 rendah
42 SPA 2 2 2 1 7 7 4 3 7 7 3 4 7 7 2 3 2 7 7 2 2 3 2 9 9 2 2 3 3 3 4 17 17 4 3 4 3 2 3 4 5 5 33 33 87 sedang
43 SWZ 3 2 2 3 10 10 2 3 5 5 2 2 4 4 3 3 4 10 10 2 2 3 1 8 8 1 3 2 3 3 3 15 15 3 3 3 2 3 3 3 4 1 25 25 77 rendah
44 TH 2 2 2 3 9 9 3 3 6 6 3 2 5 5 4 3 3 10 10 4 2 2 4 12 12 4 4 5 3 4 4 24 24 5 4 4 4 3 3 5 5 5 38 38 104 tinggi
45 USN 1 4 2 1 8 8 3 4 7 7 1 4 5 5 3 2 2 7 7 2 2 3 2 9 9 3 3 3 2 3 3 17 17 5 5 4 4 4 4 5 4 4 39 39 92 sedang
46 ADR 4 2 3 3 12 12 3 2 5 5 3 2 5 5 3 2 4 9 9 3 1 3 3 10 10 4 1 1 5 5 1 17 17 4 4 2 4 2 2 5 5 4 32 32 90 sedang
47 AR 3 2 4 2 11 11 2 4 6 6 4 2 6 6 3 3 2 8 8 2 1 3 2 8 8 3 4 2 2 4 2 17 17 3 2 1 2 2 2 3 3 3 21 21 77 sedang
48 BSW 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 3 2 5 5 2 2 2 6 6 3 2 4 4 13 13 4 4 4 4 4 4 24 24 4 4 5 5 4 4 5 5 4 40 40 104 tinggi
49 BFN 3 2 4 2 11 11 2 4 6 6 3 2 5 5 3 2 2 7 7 1 1 4 4 10 10 1 2 1 3 3 1 11 11 3 4 3 4 3 3 4 3 4 31 31 81 sedang
50 DSS 4 3 3 2 12 12 2 4 6 6 4 2 6 6 2 3 2 7 7 3 1 3 3 10 10 4 4 4 5 4 4 25 25 5 5 5 2 4 4 5 5 4 39 39 105 sedang
51 FTA 3 4 3 2 12 12 2 3 5 5 3 1 4 4 3 2 3 8 8 2 1 2 1 6 6 3 3 2 3 2 3 16 16 4 2 2 4 3 4 3 3 5 30 30 81 sedang
52 FSR 2 2 3 2 9 9 2 4 6 6 3 2 5 5 2 2 4 8 8 4 2 2 t 8 8 3 2 2 3 2 2 14 14 5 4 2 5 2 4 5 5 5 37 37 87 sedang
53 FDE 3 4 3 3 13 13 4 2 6 6 4 2 6 6 4 1 3 8 8 2 2 2 2 8 8 4 4 5 4 4 5 26 26 5 2 2 4 2 2 5 5 5 32 31 99 sedang
54 FB 3 2 4 2 11 11 2 4 6 6 4 2 6 6 3 2 2 7 7 2 1 3 2 8 8 5 5 4 5 5 4 28 28 3 3 4 3 2 3 3 4 4 29 29 95 sedang
55 HN 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 2 4 6 6 3 2 3 8 8 2 2 3 3 10 10 4 2 2 2 4 1 15 15 5 5 2 2 4 4 5 4 4 35 35 90 sedang
56 HP 2 3 3 3 11 11 5 5 10 10 2 3 5 5 3 2 2 7 7 4 3 3 4 14 14 4 4 4 4 4 2 22 22 4 4 3 4 4 2 5 4 5 35 35 104 tinggi
57 IL 4 4 4 2 14 14 3 4 7 7 3 2 5 5 3 2 3 8 8 3 1 2 4 10 10 4 3 3 2 2 2 16 16 3 3 3 3 4 2 4 3 3 28 28 88 sedang
58 IS 4 4 4 4 16 16 2 4 6 6 2 3 5 5 4 2 3 9 9 2 2 1 2 7 7 3 3 3 4 3 2 18 18 5 4 2 5 5 2 5 5 5 38 38 99 sedang
59 KO 4 4 4 4 16 16 2 2 4 4 3 2 5 5 3 4 2 9 9 3 2 3 3 11 11 4 2 3 4 3 3 19 19 5 4 2 4 4 3 2 4 4 32 32 96 sedang
60 MV 3 3 3 3 12 12 2 3 5 5 3 2 5 5 2 2 4 8 8 2 1 2 1 6 6 2 2 1 3 2 3 13 13 4 4 4 4 4 4 5 5 4 38 38 87 sedang
61 MN 3 3 3 2 11 11 2 4 6 6 2 3 5 5 3 3 3 9 9 1 3 2 3 9 9 2 3 5 4 4 5 23 23 4 4 2 3 3 3 5 4 5 33 33 96 sedang
62 NAY 2 2 3 2 9 9 2 4 6 6 3 2 5 5 2 2 4 8 8 3 3 3 3 12 12 3 2 4 3 3 2 17 17 4 3 1 4 2 2 4 4 2 26 26 83 sedang
63 NUR 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 2 4 6 6 2 2 3 7 7 2 1 1 2 6 6 4 4 4 2 3 3 20 20 4 4 2 4 2 4 4 4 4 32 32 87 sedang
64 RH 3 3 3 4 13 13 2 4 6 6 4 2 6 6 4 1 2 7 7 3 2 2 1 8 8 1 3 2 3 2 3 14 14 4 4 2 4 2 2 5 5 4 32 32 86 sedang
65 RS 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 2 4 6 6 4 5 1 10 10 2 2 1 2 7 7 1 3 1 2 3 1 11 11 3 2 1 2 2 2 3 3 3 21 21 71 rendah
66 SW 3 4 3 2 12 12 4 4 8 8 2 3 5 5 2 2 2 6 6 3 1 3 3 10 10 4 4 4 4 4 4 24 24 4 4 5 5 4 4 5 5 4 40 40 105 tinggi
67 SEP 3 2 4 4 13 13 5 3 8 8 2 3 5 5 2 3 3 8 8 2 1 3 2 8 8 5 4 2 3 4 2 20 20 3 2 1 2 1 3 3 3 3 21 21 83 sedang
68 SS 2 2 3 2 9 9 2 4 6 6 3 2 5 5 3 3 4 10 10 3 2 4 4 13 13 2 2 1 2 4 2 13 13 5 5 5 2 4 4 5 5 4 39 29 95 sedang
69 WA 4 4 4 4 16 16 4 2 6 6 4 2 6 6 4 4 2 10 10 1 1 4 4 10 10 4 2 4 4 2 2 18 18 4 2 2 4 1 4 3 3 4 27 27 93 sedang
70 WL 3 3 3 4 13 13 2 4 6 6 2 2 4 4 3 3 2 8 8 3 1 3 3 10 10 4 3 4 3 3 3 20 20 5 4 2 5 2 4 5 5 5 37 37 98 sedang
71 WIE 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 2 4 6 6 4 2 4 10 10 2 1 2 1 6 6 3 3 2 3 4 3 18 18 5 2 2 4 2 2 5 5 5 32 32 88 sedang
72 AS 3 4 3 3 13 13 2 5 7 7 2 2 4 4 2 2 4 8 8 4 2 2 t 8 8 3 2 3 3 3 5 19 19 3 3 4 3 2 3 3 4 4 29 29 88 sedang
73 AZ 4 2 1 4 11 11 2 4 6 6 3 3 6 6 4 2 2 8 8 2 2 2 2 8 8 1 2 1 3 3 1 11 11 5 5 2 2 4 4 5 4 4 35 35 85 sedang
74 AM 3 3 3 4 13 13 2 4 6 6 2 3 5 5 2 3 4 9 9 2 1 3 2 8 8 4 4 4 5 4 4 25 25 4 4 2 2 4 2 5 4 5 32 32 98 sedang
75 AEJ 3 3 2 3 11 11 2 3 5 5 3 2 5 5 4 3 2 9 9 2 2 3 3 10 10 1 3 2 3 2 3 14 14 3 3 3 3 4 2 4 3 3 28 28 82 sedang
76 AC 4 5 5 4 18 18 2 4 6 6 2 3 5 5 3 2 4 9 9 4 3 3 4 14 14 3 2 2 3 2 2 14 14 5 4 2 5 5 2 5 5 5 38 38 104 tinggi
77 AT 4 4 4 1 13 13 4 2 6 6 2 2 4 4 3 2 4 9 9 2 1 3 2 8 8 4 4 5 4 4 5 26 26 5 3 4 4 4 4 4 5 4 37 37 103 tinggi
78 BAN 5 5 4 4 18 18 5 5 5 5 4 5 9 9 5 5 5 15 15 5 4 4 4 17 17 5 5 4 5 5 4 28 28 5 5 4 4 4 4 5 5 2 38 38 130 sangat tinggi
79 CSB 4 4 4 3 15 15 3 2 5 5 3 4 7 7 1 3 4 8 8 1 1 4 4 10 10 4 2 2 2 4 1 15 15 5 5 1 5 5 5 5 5 5 41 41 101 tinggi
80 CMR 4 2 2 3 11 11 3 2 5 5 4 2 6 6 3 2 2 7 7 3 1 3 3 10 10 4 3 4 3 3 4 21 21 4 4 3 4 2 3 4 4 4 32 32 92 sedang
81 DVD 3 4 4 3 14 14 3 2 5 5 3 2 5 5 1 3 4 8 8 2 1 2 1 6 6 2 3 2 3 2 4 16 16 4 4 1 3 2 5 5 4 5 33 33 87 sedang
82 DF 3 5 3 1 12 12 4 2 6 6 2 2 4 4 4 3 3 10 10 4 2 2 t 8 8 4 5 5 3 2 2 21 21 5 1 1 5 5 2 5 5 5 34 34 95 sedang
83 DPS 2 2 2 4 10 10 2 4 6 6 3 3 6 6 4 2 4 10 10 2 2 2 2 8 8 4 4 4 4 4 4 24 24 4 4 4 4 4 2 4 4 4 34 34 98 sedang
84 FR 2 3 3 2 10 10 3 2 5 5 2 3 5 5 3 3 4 10 10 2 1 3 2 8 8 5 5 5 5 5 1 26 26 5 5 2 5 5 5 5 5 4 41 41 105 tinggi
85 FA 3 3 4 4 14 14 3 4 7 7 3 2 5 5 3 3 3 9 9 2 2 3 3 10 10 1 2 1 3 3 1 11 11 3 3 3 3 3 4 5 3 4 31 31 87 sedang
86 IH 2 2 2 3 9 9 2 2 4 4 3 3 6 6 3 3 3 9 9 3 1 2 4 10 10 4 4 4 5 4 4 25 25 4 4 4 4 2 3 4 4 4 33 33 96 sedang
87 IS 2 1 2 2 7 7 1 5 6 6 2 4 6 6 2 2 3 7 7 2 2 1 2 7 7 1 3 2 3 2 3 14 14 5 5 5 5 5 1 5 5 5 41 41 88 sedang
88 KSP 4 4 4 1 13 13 4 2 6 6 2 2 4 4 3 2 3 8 8 3 2 3 3 11 11 3 2 2 3 2 2 14 14 5 3 4 4 4 4 4 5 4 37 37 93 sedang
89 MGA 3 3 4 3 13 13 3 2 5 5 3 2 5 5 3 2 4 9 9 2 1 2 1 6 6 4 4 5 4 4 5 26 26 5 5 4 4 4 4 5 5 4 40 40 104 tinggi
90 MV 3 4 3 4 14 14 4 2 6 6 4 2 6 6 4 1 3 8 8 1 3 2 3 9 9 5 5 4 5 5 4 28 28 4 4 1 2 3 4 5 3 2 28 28 99 sedang
91 MN 3 2 4 2 11 11 2 4 6 6 5 2 7 7 4 3 2 9 9 3 3 3 3 12 12 4 2 2 2 4 1 15 15 4 3 3 3 2 2 3 2 1 23 23 83 sedang
92 MDF 4 4 4 2 14 14 2 2 4 4 5 2 7 7 2 2 2 6 6 2 1 1 2 6 6 4 3 3 2 2 2 16 16 5 3 2 4 2 3 5 4 5 33 33 86 tinggi
93 NSP 3 2 2 3 10 10 2 3 5 5 3 4 7 7 2 3 3 8 8 3 2 2 1 8 8 3 3 3 4 3 2 18 18 4 4 2 4 2 4 5 5 5 35 35 91 tinggi
94 PS 3 2 3 3 11 11 2 3 5 5 2 1 3 3 3 3 4 10 10 2 2 1 2 7 7 4 2 3 4 3 3 19 19 4 4 2 3 4 4 5 5 4 35 35 90 tinggi
95 RSA 3 2 3 2 10 10 4 3 7 7 2 4 6 6 4 4 2 10 10 1 3 2 3 9 9 2 2 1 3 2 3 13 12 5 5 1 5 5 5 5 5 5 41 41 96 tinggi
96 RJ 4 2 2 3 11 11 4 2 6 6 4 2 6 6 3 3 2 8 8 3 3 3 3 12 12 2 3 5 4 4 5 23 23 4 4 3 4 2 3 4 4 4 32 32 98 sedang
97 RP 3 3 3 4 13 13 3 2 5 5 4 2 6 6 4 2 4 10 10 2 1 1 2 6 6 3 2 4 3 3 2 17 17 4 4 2 4 4 4 5 5 5 37 37 94 tinggi
98 SZ 2 3 3 3 11 11 2 3 5 5 3 2 5 5 2 2 4 8 8 3 2 2 1 8 8 4 4 4 2 3 3 20 20 5 4 2 5 4 4 5 3 3 35 35 92 tinggi
99 YR 3 2 3 2 10 10 4 2 6 6 4 2 6 6 4 2 2 8 8 2 2 1 2 7 7 1 3 2 3 2 3 14 14 4 4 2 4 4 4 5 5 5 37 37 88 tinggi
100 YAP 2 1 2 2 7 7 1 4 5 5 2 4 6 6 2 3 4 9 9 3 1 3 5 12 12 1 3 1 2 3 1 11 11 5 5 5 3 5 2 5 5 3 38 38 88 tinggi
137 133 144 128 123 145 127 119 135 117 138 111 81 107 111 140 138 136 148 142 126 193 169 117 169 151 145 202 192 181
∑
No Nama
Regulasi Emosi
TOT
Pengendalia
n ImpulsTOT
OptimisTOT
Analisis Penyebab
Masalah
5∑
6∑
7TOT JML KRITERIA
1∑
2∑
3∑
4TOT
Empati
TOT
Efikasi Diri
TOT
Mampu Meraih Apa Yang Diinginkan
246
60.22 58.44 54.67
∑
542542
263263
246410
830830
57.78 45.56 61.48 75.01
62.22
PRETTEST POPULASI PENELITIAN
15191519 420060.22 58.44 54.67 57.78 45.56 61.48 75.01
390390
410
HASIL JAWABAN ANGKET POPULASI PENELITIAN
150
53 FDE 3 4 3 3 13 13 4 2 6 6 4 2 6 6 4 1 3 8 8 2 2 2 2 8 8 4 4 5 4 4 5 26 26 5 2 2 4 2 2 5 5 5 32 31 99 sedang
54 FB 3 2 4 2 11 11 2 4 6 6 4 2 6 6 3 2 2 7 7 2 1 3 2 8 8 5 5 4 5 5 4 28 28 3 3 4 3 2 3 3 4 4 29 29 95 sedang
55 HN 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 2 4 6 6 3 2 3 8 8 2 2 3 3 10 10 4 2 2 2 4 1 15 15 5 5 2 2 4 4 5 4 4 35 35 90 sedang
56 HP 2 3 3 3 11 11 5 5 10 10 2 3 5 5 3 2 2 7 7 4 3 3 4 14 14 4 4 4 4 4 2 22 22 4 4 3 4 4 2 5 4 5 35 35 104 tinggi
57 IL 4 4 4 2 14 14 3 4 7 7 3 2 5 5 3 2 3 8 8 3 1 2 4 10 10 4 3 3 2 2 2 16 16 3 3 3 3 4 2 4 3 3 28 28 88 sedang
58 IS 4 4 4 4 16 16 2 4 6 6 2 3 5 5 4 2 3 9 9 2 2 1 2 7 7 3 3 3 4 3 2 18 18 5 4 2 5 5 2 5 5 5 38 38 99 sedang
59 KO 4 4 4 4 16 16 2 2 4 4 3 2 5 5 3 4 2 9 9 3 2 3 3 11 11 4 2 3 4 3 3 19 19 5 4 2 4 4 3 2 4 4 32 32 96 sedang
60 MV 3 3 3 3 12 12 2 3 5 5 3 2 5 5 2 2 4 8 8 2 1 2 1 6 6 2 2 1 3 2 3 13 13 4 4 4 4 4 4 5 5 4 38 38 87 sedang
61 MN 3 3 3 2 11 11 2 4 6 6 2 3 5 5 3 3 3 9 9 1 3 2 3 9 9 2 3 5 4 4 5 23 23 4 4 2 3 3 3 5 4 5 33 33 96 sedang
62 NAY 2 2 3 2 9 9 2 4 6 6 3 2 5 5 2 2 4 8 8 3 3 3 3 12 12 3 2 4 3 3 2 17 17 4 3 1 4 2 2 4 4 2 26 26 83 sedang
63 NUR 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 2 4 6 6 2 2 3 7 7 2 1 1 2 6 6 4 4 4 2 3 3 20 20 4 4 2 4 2 4 4 4 4 32 32 87 sedang
64 RH 3 3 3 4 13 13 2 4 6 6 4 2 6 6 4 1 2 7 7 3 2 2 1 8 8 1 3 2 3 2 3 14 14 4 4 2 4 2 2 5 5 4 32 32 86 sedang
65 RS 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 2 4 6 6 4 5 1 10 10 2 2 1 2 7 7 1 3 1 2 3 1 11 11 3 2 1 2 2 2 3 3 3 21 21 71 rendah
66 SW 3 4 3 2 12 12 4 4 8 8 2 3 5 5 2 2 2 6 6 3 1 3 3 10 10 4 4 4 4 4 4 24 24 4 4 5 5 4 4 5 5 4 40 40 105 tinggi
67 SEP 3 2 4 4 13 13 5 3 8 8 2 3 5 5 2 3 3 8 8 2 1 3 2 8 8 5 4 2 3 4 2 20 20 3 2 1 2 1 3 3 3 3 21 21 83 sedang
68 SS 2 2 3 2 9 9 2 4 6 6 3 2 5 5 3 3 4 10 10 3 2 4 4 13 13 2 2 1 2 4 2 13 13 5 5 5 2 4 4 5 5 4 39 29 95 sedang
69 WA 4 4 4 4 16 16 4 2 6 6 4 2 6 6 4 4 2 10 10 1 1 4 4 10 10 4 2 4 4 2 2 18 18 4 2 2 4 1 4 3 3 4 27 27 93 sedang
70 WL 3 3 3 4 13 13 2 4 6 6 2 2 4 4 3 3 2 8 8 3 1 3 3 10 10 4 3 4 3 3 3 20 20 5 4 2 5 2 4 5 5 5 37 37 98 sedang
71 WIE 2 2 4 2 10 10 2 4 6 6 2 4 6 6 4 2 4 10 10 2 1 2 1 6 6 3 3 2 3 4 3 18 18 5 2 2 4 2 2 5 5 5 32 32 88 sedang
72 AS 3 4 3 3 13 13 2 5 7 7 2 2 4 4 2 2 4 8 8 4 2 2 t 8 8 3 2 3 3 3 5 19 19 3 3 4 3 2 3 3 4 4 29 29 88 sedang
73 AZ 4 2 1 4 11 11 2 4 6 6 3 3 6 6 4 2 2 8 8 2 2 2 2 8 8 1 2 1 3 3 1 11 11 5 5 2 2 4 4 5 4 4 35 35 85 sedang
74 AM 3 3 3 4 13 13 2 4 6 6 2 3 5 5 2 3 4 9 9 2 1 3 2 8 8 4 4 4 5 4 4 25 25 4 4 2 2 4 2 5 4 5 32 32 98 sedang
75 AEJ 3 3 2 3 11 11 2 3 5 5 3 2 5 5 4 3 2 9 9 2 2 3 3 10 10 1 3 2 3 2 3 14 14 3 3 3 3 4 2 4 3 3 28 28 82 sedang
76 AC 4 5 5 4 18 18 2 4 6 6 2 3 5 5 3 2 4 9 9 4 3 3 4 14 14 3 2 2 3 2 2 14 14 5 4 2 5 5 2 5 5 5 38 38 104 tinggi
77 AT 4 4 4 1 13 13 4 2 6 6 2 2 4 4 3 2 4 9 9 2 1 3 2 8 8 4 4 5 4 4 5 26 26 5 3 4 4 4 4 4 5 4 37 37 103 tinggi
78 BAN 5 5 4 4 18 18 5 5 5 5 4 5 9 9 5 5 5 15 15 5 4 4 4 17 17 5 5 4 5 5 4 28 28 5 5 4 4 4 4 5 5 2 38 38 130 sangat tinggi
79 CSB 4 4 4 3 15 15 3 2 5 5 3 4 7 7 1 3 4 8 8 1 1 4 4 10 10 4 2 2 2 4 1 15 15 5 5 1 5 5 5 5 5 5 41 41 101 tinggi
80 CMR 4 2 2 3 11 11 3 2 5 5 4 2 6 6 3 2 2 7 7 3 1 3 3 10 10 4 3 4 3 3 4 21 21 4 4 3 4 2 3 4 4 4 32 32 92 sedang
81 DVD 3 4 4 3 14 14 3 2 5 5 3 2 5 5 1 3 4 8 8 2 1 2 1 6 6 2 3 2 3 2 4 16 16 4 4 1 3 2 5 5 4 5 33 33 87 sedang
82 DF 3 5 3 1 12 12 4 2 6 6 2 2 4 4 4 3 3 10 10 4 2 2 t 8 8 4 5 5 3 2 2 21 21 5 1 1 5 5 2 5 5 5 34 34 95 sedang
83 DPS 2 2 2 4 10 10 2 4 6 6 3 3 6 6 4 2 4 10 10 2 2 2 2 8 8 4 4 4 4 4 4 24 24 4 4 4 4 4 2 4 4 4 34 34 98 sedang
84 FR 2 3 3 2 10 10 3 2 5 5 2 3 5 5 3 3 4 10 10 2 1 3 2 8 8 5 5 5 5 5 1 26 26 5 5 2 5 5 5 5 5 4 41 41 105 tinggi
85 FA 3 3 4 4 14 14 3 4 7 7 3 2 5 5 3 3 3 9 9 2 2 3 3 10 10 1 2 1 3 3 1 11 11 3 3 3 3 3 4 5 3 4 31 31 87 sedang
86 IH 2 2 2 3 9 9 2 2 4 4 3 3 6 6 3 3 3 9 9 3 1 2 4 10 10 4 4 4 5 4 4 25 25 4 4 4 4 2 3 4 4 4 33 33 96 sedang
87 IS 2 1 2 2 7 7 1 5 6 6 2 4 6 6 2 2 3 7 7 2 2 1 2 7 7 1 3 2 3 2 3 14 14 5 5 5 5 5 1 5 5 5 41 41 88 sedang
88 KSP 4 4 4 1 13 13 4 2 6 6 2 2 4 4 3 2 3 8 8 3 2 3 3 11 11 3 2 2 3 2 2 14 14 5 3 4 4 4 4 4 5 4 37 37 93 sedang
89 MGA 3 3 4 3 13 13 3 2 5 5 3 2 5 5 3 2 4 9 9 2 1 2 1 6 6 4 4 5 4 4 5 26 26 5 5 4 4 4 4 5 5 4 40 40 104 tinggi
90 MV 3 4 3 4 14 14 4 2 6 6 4 2 6 6 4 1 3 8 8 1 3 2 3 9 9 5 5 4 5 5 4 28 28 4 4 1 2 3 4 5 3 2 28 28 99 sedang
91 MN 3 2 4 2 11 11 2 4 6 6 5 2 7 7 4 3 2 9 9 3 3 3 3 12 12 4 2 2 2 4 1 15 15 4 3 3 3 2 2 3 2 1 23 23 83 sedang
92 MDF 4 4 4 2 14 14 2 2 4 4 5 2 7 7 2 2 2 6 6 2 1 1 2 6 6 4 3 3 2 2 2 16 16 5 3 2 4 2 3 5 4 5 33 33 86 tinggi
93 NSP 3 2 2 3 10 10 2 3 5 5 3 4 7 7 2 3 3 8 8 3 2 2 1 8 8 3 3 3 4 3 2 18 18 4 4 2 4 2 4 5 5 5 35 35 91 tinggi
94 PS 3 2 3 3 11 11 2 3 5 5 2 1 3 3 3 3 4 10 10 2 2 1 2 7 7 4 2 3 4 3 3 19 19 4 4 2 3 4 4 5 5 4 35 35 90 tinggi
95 RSA 3 2 3 2 10 10 4 3 7 7 2 4 6 6 4 4 2 10 10 1 3 2 3 9 9 2 2 1 3 2 3 13 12 5 5 1 5 5 5 5 5 5 41 41 96 tinggi
96 RJ 4 2 2 3 11 11 4 2 6 6 4 2 6 6 3 3 2 8 8 3 3 3 3 12 12 2 3 5 4 4 5 23 23 4 4 3 4 2 3 4 4 4 32 32 98 sedang
97 RP 3 3 3 4 13 13 3 2 5 5 4 2 6 6 4 2 4 10 10 2 1 1 2 6 6 3 2 4 3 3 2 17 17 4 4 2 4 4 4 5 5 5 37 37 94 tinggi
98 SZ 2 3 3 3 11 11 2 3 5 5 3 2 5 5 2 2 4 8 8 3 2 2 1 8 8 4 4 4 2 3 3 20 20 5 4 2 5 4 4 5 3 3 35 35 92 tinggi
99 YR 3 2 3 2 10 10 4 2 6 6 4 2 6 6 4 2 2 8 8 2 2 1 2 7 7 1 3 2 3 2 3 14 14 4 4 2 4 4 4 5 5 5 37 37 88 tinggi
100 YAP 2 1 2 2 7 7 1 4 5 5 2 4 6 6 2 3 4 9 9 3 1 3 5 12 12 1 3 1 2 3 1 11 11 5 5 5 3 5 2 5 5 3 38 38 88 tinggi
137 133 144 128 123 145 127 119 135 117 138 111 81 107 111 140 138 136 148 142 126 193 169 117 169 151 145 202 192 181
246
60.22 58.44 54.67
542542
263263
246410
830830
57.78 45.56 61.48 75.01
62.22
15191519 420060.22 58.44 54.67 57.78 45.56 61.48 75.01
390390
410
151
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 ADD 1 2 2 2 7 7 2 2 4 4 2 2 4 4 2 3 2 7 7 2 3 3 2 10 10 3 3 3 2 3 3 17 17 2 3 2 1 3 3 2 2 2 20 20 69 rendah
2 A 2 1 2 2 7 7 2 2 4 4 3 3 6 6 1 3 1 5 5 3 1 3 3 10 10 2 3 1 3 3 3 15 15 3 3 1 1 1 1 4 3 3 20 20 67 rendah
3 DF 2 2 2 2 8 8 3 2 5 5 2 2 4 4 2 2 2 6 6 2 1 2 1 6 6 3 4 2 2 4 2 17 17 3 2 2 2 2 2 3 2 2 20 20 66 rendah
4 FR 2 1 3 2 8 8 2 2 4 4 3 2 5 5 3 3 4 10 10 2 2 2 2 8 8 1 2 1 3 3 1 11 11 3 2 1 2 2 2 3 3 3 21 21 67 rendah
5 IW 3 2 2 2 9 9 4 1 5 5 1 2 3 3 3 3 2 8 8 2 2 3 3 10 10 1 3 2 3 2 3 14 14 3 2 1 2 1 3 3 3 3 21 21 70 rendah
6 SG 3 2 2 2 9 9 3 2 5 5 3 2 5 5 3 2 2 7 7 3 2 2 1 8 8 2 2 1 3 2 3 13 13 3 3 3 3 2 2 3 2 3 24 24 71 rendah
7 AP 2 2 2 2 8 8 2 3 5 5 3 3 6 6 1 2 1 4 4 2 2 1 2 7 7 1 3 1 2 3 1 11 11 3 2 3 2 3 3 2 2 3 23 23 64 rendah
8 ANJ 1 2 1 3 7 7 2 2 4 4 2 3 5 5 2 2 3 7 7 3 2 2 3 10 10 2 4 3 2 2 2 15 15 3 2 2 3 2 2 2 1 2 19 19 67 rendah
9 MSH 3 1 2 1 7 7 2 3 5 5 3 3 6 6 3 3 3 9 9 2 1 2 2 7 7 3 3 2 4 2 2 16 16 3 3 1 3 2 3 3 3 3 24 24 74 rendah
10 SWZ 3 2 2 3 10 10 2 3 5 5 2 2 4 4 3 3 4 10 10 2 2 3 1 8 8 1 3 2 3 3 3 15 15 3 3 3 2 3 3 3 4 1 25 25 77 rendah
22 17 20 21 24 22 24 24 23 26 24 23 18 23 20 19 30 18 27 27 23 29 25 19 21 21 24 28 25 25
HASIL PRETEST
JMLKRITERIATOT
Efikasi Diri
TOT
Mampu Meraih Apa Yang
Diinginkan TOT
6∑
7∑
Optimis
TOT
Analisis Penyebab
MasalahTOT
10.25
8.89 10.22 10.67 10.81 9.33 10.67
8.89 10.2 10.7 10.81 9.33 144217
Empati
3∑
217 69210.72
10.72
8080
4646
4848
7373
8410.6784
144
5∑
4∑
TOTNo Nama
Regulasi emosi
TOT
Pengend
alian
impuls1∑
2∑
152
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 ADD 3 3 2 3 11 11 2 2 4 4 2 3 5 4 3 2 3 8 8 3 4 4 3 14 14 4 3 4 4 4 4 23 23 3 4 3 3 3 4 3 4 3 30 30 95 sedang
2 A 3 3 4 4 14 14 3 3 6 6 2 2 4 4 3 3 2 8 8 4 3 4 4 15 15 3 3 3 4 4 3 20 20 3 4 3 3 1 1 4 4 4 27 27 94 Sedang
3 DF 2 3 2 3 10 10 2 2 4 4 3 3 6 5 4 3 2 9 9 4 3 4 4 15 15 4 4 2 2 4 2 18 18 3 4 4 3 4 4 4 4 2 32 32 94 Sedang
4 FR 2 4 4 2 12 12 3 2 5 5 2 2 4 4 4 4 4 12 12 2 4 4 4 14 14 4 2 2 3 4 2 17 17 4 4 4 4 2 2 4 4 4 32 32 96 Sedang
5 IW 4 3 4 3 14 14 1 2 3 3 4 3 7 5 4 4 2 10 10 4 4 4 4 16 16 4 4 4 2 3 4 21 21 4 4 2 4 4 3 2 4 4 31 31 102 Tinggi
6 SG 4 4 4 2 14 14 3 2 5 5 3 2 5 5 4 3 3 10 10 3 2 4 2 11 11 4 2 3 3 3 3 18 18 3 3 3 3 3 2 4 3 4 28 28 91 sedang
7 AP 4 4 4 4 16 16 3 3 6 6 2 3 5 5 5 4 2 11 11 4 4 4 4 16 16 4 4 5 2 3 4 22 22 5 4 2 4 4 3 2 4 4 32 32 108 Tinggi
8 ANJ 4 3 4 3 14 14 2 3 5 5 2 2 4 4 4 4 4 12 12 4 3 3 4 14 14 4 4 3 4 4 4 23 23 4 4 3 4 1 4 4 4 4 32 32 104 Tinggi
9 MSH 4 4 4 2 14 14 3 3 6 6 2 3 5 5 4 4 4 12 12 4 2 4 4 14 14 5 4 4 5 4 4 26 26 4 3 2 4 2 4 4 4 4 31 31 108 Tinggi
10 SWZ 5 1 4 4 14 14 2 2 4 4 2 3 5 5 4 4 2 10 10 4 3 4 3 14 14 5 5 2 4 5 1 22 22 4 4 2 4 2 2 3 2 1 24 24 93 Sedang
35 32 36 30 24 24 24 26 39 35 28 36 32 39 36 41 35 32 33 38 31 37 38 28 36 26 29 34 37 34
HASILPOSTTEST
15.95
14.59
299323 98514.78 10.67 11.11 15.11 15.89 15.56 14.77
102114
143161
210233
16.89 17.89 17.26
50
16.44 10.67 11.11
∑
133133
4848
50
TOT
Optimis
TOT
Analisis
penyebab
masalah JML KRITERIA
1∑
2∑
3∑
4
TOT
Empati
TOT
Efikasi diri
TOT
Mampu meraih apa yang diinginkan
5
TOT
∑6
∑7
∑
No Nama
Regulasi emosi
TOT
Pengendalian
impuls
153
KETERAMPILAN ATTENDING
A. Pengantar
Tingkah laku attending sangat berkaitan dengan rasa hormat konselor
terhadap konseli yang harus ditampakkan ketika perhatian secara penuh diberikan
kepada konseli. Tingkah laku attending sangat penting dalam semua komunikasi
positif anatar individu. Keterampilan ini dapat dipelajari dan harus ditampakkan
oleh konselor dalam proses pelayanan-pelayanan yang diberikan. Melalui
berbagai contoh dan parktik yang cukup, setahap demi setahap keterampilan ini
dpata dikuasai oleh peserta pelatihan.
B. Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan bagian ini, peserta pelatihan diharapkan:
1) Mampu membedakan perilaku attending nonverbal yang efektif dengan
tingkah laku attending nonverbal yang tidak efektif.
2) Mampu mengkomunikasikan tingkah laku attending nonverbal yang
afektif.
C. Materi
Attending adalah pemberi perhatian fisik kepada orang lain. Attending juga
berarti mendengarkan dengan menggunakan seluruh tubuh kita. Attending
merupakan komunikasi nonverbal yang yang menunjukkan bahwa konselor
memberikan perhatian secara penuh terhadap lawan bicara yang sedang berbicara.
Keterampilan attending meliputi: keterlibatan postur tubuh, gerakan tubuh secara
tepat, kontak mata, dan lingkungan yang nyaman.
1. Keterlibatan Tubuh
Bahasa tubuh sering kali ”berbicara lebih keras” dari pada bahasa verbal.
Suatu komunikasi menjadi lebih kuat jika konselor menampilkan sikap tubuh
yang rileks tetapi penuh perhatian dan siap siaga mendengarkan pembicaraan
konseli, agak condong kedepan menghadap konseli dengan tetap menjaga situasi
dan posisi diri yang terbuka dalam jarak yang tepat dari konseli. Seorang
pendengar yang baik mengkomunikasikan perhatiannya melalui ekspresi tubuh
yang rileks selama pembicaraan berlangsung. Ekspresi rileks mengandung pesan
bahwa ”Saya merasa nyaman bersamamu dan saya menerima anda”. Sedangkan
154
kesiap-siagaan perhatian yang ditunjukkan melalui ekspresi tubuh menunjukkan
bahwa, ”Saya merasa apa yang anda ceritakan adalah penting, dan saya sungguh
memahami anda”. Perpaduan antara kedua pesan tubuh tersebut menghasilkan
aktivitas mendengarkan yang efektif.
Posisi tubuh konselor yang sedikit condong ke depan ke arah konseli,
mengkomunikasikan pesan bahwa konselor memberikan perhatian yang lebih
besar. Sebaliknya, posisi tubuh yang condong ke belakang bersandar pada kursi
dipandang kurang memberikan perhatian kepada konseli. Pandangan dengan
muka lurus menghadap kearah konseli akan membantu konselor
mengkomunikasikan bahwa konselor melibatkan diri secara penuh dalam
pembicaraan konseli.
Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga posisi tubuh tetap
terbuka dengan tidak menyilangkan kaki dan atau menyilangkan tangan. Kaki
yang disilangkan, atau tangan yang bersidakep (menyilang rapat kedua tangan)
dapat meng- (salah satu contoh bukan attanding) gambarkan ketertutupan atau
sikap bertahan. Jarak antara konselor dengan konseli juga perlu diperhatikan.
Jarak yang terlalu dekat atau terlalu jauh akan mengganggu komunikasi karena
konseli merasa kurang nyaman. Meskipun demikian jarak yang paling nyaman
antara konselor dan konseli sangat tergantung dari budaya masing-masing. Oleh
karena itu konselor seyogyanya mencermati dan peka terhadap ekspresi atau
sinyal yang ditunjukkan oleh konseli terkait dengan jarak yang diambil oleh
konselor dari konseli. Pada umumnya, jarak 90 – 100 cm adalah jarak yang
nyaman bagi kebanyakan masyarakat.
2. Gerak Tubuh secara Tepat
Gerak tubuh yang tepat merupakan bagian utama dari aktivitas
mendengarkan dengan baik. Seorang konselor yang sedang mendengarkan
konselinya tetapi tanpa diikuti dengan gerakan tubuh akan tampak kaku, dingin,
dan terasa adanya jarak yang jauh. Sebaliknya konselor yang menyertakan
gerakan-gerakan aktif saat mendengarkan konseli (bukan gerakan gelisah atau
gerakan grogi) akan dimaknai sebagai konselor yang bersahabat, dan hangat. Pada
umumnya orang lebih suka berbicara dengan pendengar yang gerakan tubuhnya
155
tidak kaku dan tidak terpaku. Meskipun demikian, hindari gerakan-gerakan tubuh
dan mimik wajah yang merusak. Konselor yang baik menggerakkan tubuhnya
dalam merespon klien yang sedang berbicara kepadanya.
Sebaliknya konselor yang tidak efektif, melakukan gerakan-gerakan untuk
merespon hal-hal yang tidak terkait dengan pembicaraan konseli, misalnya
memainkan pensil atau kunci, memainkan uang logam, gugup dan gelisah,
mengetuk-ngetukkan jari, mematah-matahkan (menggeretakkan) tulang jari-
jemari secara terus menerus duduk beringsut, secara terus menerus memindah-
mindahkan kaki menyilang, duduk dengan satu kaki diangkat dan ditumpangkan
pada kaki lainnya sambil digerak-gerakkan. Ketika seseorang sedang berbicara
kepadanya, konselor juga tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat merusak
suasana seperti, menonton televisi, menggelengkan atau menganggukkan kepala
kepada orang lain yang lewat, mengerjakan aktivitas lain seperti membaca koran,
dan menyiapkan makanan atau minuman.
3. Kontak Mata
Kontak mata yang efektif mengekspresikan minat dan keinginan untuk
mendengarkan orang lain. Kontak mata mencakup pemusatan pandangan mata
secara lembut pada pembicara dan kadang-kadang memindahkan pandangan dari
wajah konseli ke bagian tubuh lainnya misalnya tangan, dan kemudian kembali ke
wajah, lalu kontak mata terjadi lagi. Kontak mata tidak terjadi jika konselor
memandang jauh atau membuang pandandangan dari konseli, memandang wajah
konseli dengan pandangan kosong, dan konselor menghindari tatapan mata
konseli. Kontak mata memungkinkan konseli menyadari penerimaan konselor
terhadap diri konseli beserta pesan-pesan dan keluhan-keluhan yang disampaikan
konseli. Kontak mata membantu konseli untuk menggambar-kan betapa amannya
dia bersama dengan konselor.
Demikian pula konselor, melalui kontak mata konselor dapat menangkap
makna yang lebih mendalam dari berbagai hal yang disampaikan konseli
kepadanya. Kontak mata bisa diibaratkan sebagai ”jendela” untuk melihat
pengalaman dan dunia pribadi yang mendalam dari konseli. Kemampuan untuk
memiliki kontak mata yang baik merupakan bagian penting dan pokok dari
komunikasi antar individu. Kontak mata merupakan salah satu keterampilan
156
mendengarkan yang efektif. Kontak mata yang buruk mungkin menjadi pertanda
dari sebuah ketidak-acuhan atau ketidak-tertarikan.
3. Lingkungan yang nyaman
Attending menuntut pemberian perhatian kepada orang lain. Hal ini tidak
mungkin terjadi dalam lingkungan yang bising, hiruk pikuk, dan kacau. Radio,
televisi dan sejenisnya bisa menjadi pengganggu, oleh karena itu perlu dimatikan.
Demikian juga dering telephon.
D. KETERAMPILAN BEREMPATI
A. Pengantar
Empati merupakan salah satu kunci untuk dapat meningkatkan kualitas
komunikasi antar individu. Empati berarti konselor dapat merasakan secara
mendalam apa yang dirasakan oleh konseli tanpa kehilangan identitas dirinya.
Keterampilan berempati dapat dipelajari. Konselor dapat memahami perasaan-
perasaan konseli dengan melihat raut wajah dan bahasa isyarat tubuh, serta
dengan mencermati bahasa verbalnya. Sejak kecil manusia telah mengenal emosi-
emosi dasar seperti rasa senang/bahagia, sedih, marah, terkejut, jijik, dan takut.
Selain terdapat kesamaan antar budaya, cara-cara individu mengekspresikan
perasaan-perasaan tersebut juga memiliki keunikan.
B. Tujuan
Setelah mengikuti sesi pelatihan ini diharapkan peserta mampu: 1.
Mengidentifikasi perasaan-perasaan orang lain. 2. Merespon secara empatik
perasaan-perasaan yang diungkapkan oleh orang lain.
C. Materi
Empati merupakan kemampuan untuk memahami pribadi orang lain sebaik dia
memahami dirinya sendiri. Tingkah laku empatik merupakan salah satu
keterampilan mendengarkan dengan penuh pemahaman (mendengarkan secara
aktif). Seorang konselor hendaknya dapat menerima secara tepat makna dan
perasaan-perasaan konselinya. Konselor yang empatik mampu ”merayap di bawah
kulit konseli” dan melihat dunia melalui mata konseli, mampu mendengarkan
157
konseli dengan tanpa prasangka dan tidak menilai (jelek), dan mampu
mendengarkan cerita konseli dengan baik. Konselor yang empatik dapat
merasakan kepedihan konseli tetapi dia tidak larut terhanyut karenanya. Dengan
demikian konselor yang empatik mampu membaca tanda-tanda (isyarat, gesture,
mimik) yang menggambarkan keadaan psikologis dan emosi yang sedang dialami
orang lain. Orang yang empatik mampu merespon secara tepat kebutuhan-
kebutuhan orang lain tanpa kehilangan kendali.
Sebagian individu terampil menginter-pretasikan ekspresi non verbal (ekspresi
wajah, nada suara, bahasa tubuh), dan pikiran serta perasaan orang lain. Semen-
tara, orang lain tidak mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut se-
hingga tidak mampu menempatkan diri- nya dalam “diri orang lain”, tidak dapat
memperkirakan apa yang sedang orang lain rasakan, dan tidak dapat
memperkirakan apa yang orang lain senang lakukan. Hal demikian tentu sangat
merugikan hubungan personal dengan orang lain. Individu dengan empati yang
rendah, cenderung mengulangi pola-pola tingkah laku yang sama yang tidak
menyenangkan orang lain, dan cenderung menyamaratakan perasaan dan
keinginan orang lain.
Empati berbeda dengan simpati dan antipati. Apati berarti tidak peduli dan tidak
melibatkan perasaan atau tidak menaruh minat dan perhatian terhadap seseorang
atau beberapa orang. Seseorang yang apati terhadap sesuatu biasanya tidak mau
melibatkan diri, dan biasanya memberikan pesan non verbal yang mengisaratkan
ketidakpedulian seperti ”Apa peduliku”, ”Ah, itu masalahmu, bukan urusanku”,
dan lain sebagainya. Dalam masyarakat moderen seperti sekarang ini, kita
memang perlu bersikap apati untuk orang-orang tertentu. keterampilan
mendengarkan dengan penuh pemahaman (mendengarkan secara aktif). Seorang
konselor hendaknya dapat menerima secara tepat makna dan perasaan-perasaan
konselinya. Konselor yang empatik mampu ”merayap di bawah kulit konseli” dan
melihat dunia melalui mata konseli, mampu mendengarkan konseli dengan tanpa
prasangka dan tidak menilai (jelek), dan mampu mendengarkan cerita konseli
dengan baik. Konselor yang empatik dapat merasakan kepedihan konseli tetapi
dia tidak larut terhanyut karenanya. Dengan demikian konselor yang empatik
mampu membaca tanda-tanda (isyarat, gesture, mimik) yang menggambarkan
158
keadaan psikologis dan emosi yang sedang dialami orang lain. Orang yang
empatik mampu merespon secara tepat kebutuhan-kebutuhan orang lain tanpa
kehilangan kendali.
Sebagian individu terampil menginter-pretasikan ekspresi non verbal (ekspresi
wajah, nada suara, bahasa tubuh), dan pikiran serta perasaan orang lain. Semen-
tara, orang lain tidak mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut se-
hingga tidak mampu menempatkan diri- nya dalam “diri orang lain”, tidak dapat
memperkirakan apa yang sedang orang lain rasakan, dan tidak dapat
memperkirakan apa yang orang lain senang lakukan. Hal demikian tentu sangat
merugikan hubungan personal dengan orang lain. Individu dengan empati yang
rendah, cenderung mengulangi pola-pola tingkah laku yang sama yang tidak
menyenangkan orang lain, dan cenderung menyamaratakan perasaan dan
keinginan orang lain.
Empati berbeda dengan simpati dan antipati. Apati berarti tidak peduli dan tidak
melibatkan perasaan atau tidak menaruh minat dan perhatian terhadap
seseorang atau beberapa orang. Seseorang yang apati terhadap sesuatu
biasanya tidak mau melibatkan diri, dan biasanya memberikan pesan non
verbal yang mengisaratkan ketidakpedulian seperti ”Apa peduliku”, ”Ah, itu
masalahmu, bukan urusanku”, dan lain sebagainya. Dalam masyarakat
moderen seperti sekarang ini, kita memang perlu bersikap apati untuk orang-
orang tertentu.
Apati
“Aku tak peduli” Empati
“Nampaknya kamu
benar-benar sedih hari
ini.”
Simpati
”Kasihan kamu....”
”Itu masalahmu, bukan
urusanku!”
”Kelihatannya kamu
benar-benar kecewa
karenanya.”
”Sungguh saya sangat
mengkhawatirkanmu.”
159
KETERAMPILAN BERTANYA
A. Pengantar
Keterampilan bertanya merupakan salah satu bagian penting dari suatu dialog
antara konselor dengan konseli. Pertanyaan yang baik sangat membantu konseli
dalam memperoleh pemahaman tentang berbagai hal yang menjadi dan atau
terkait dengan topik pembicaraan. Cara-cara mengajukan pertanyaan yang baik
membutuhkan keterampilan. Pelatihan ini memberikan kesempatan kepada anda
untuk belajar menguasai keterampilan tersebut.
B. Materi
Dalam komunikasi antara konselor dan konseli, konselor dapat membantu
konseli untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik dengan mengajukan
pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan
yang memungkinkan konseli memberikan jawaban secara terbuka dan luas.
Pertanyaan terbuka dapat membantu konseli menggali dirinya guna memperoleh
pemahaman diri yang lebih baik. Melalui penggunaan pertanyaan terbuka,
konselor juga mengkomunikasikan minatnya untuk membantu konseli dalam
mengeksplorasi diri. Pertanyaan terbuka dapat diungkapkan misalnya dengan
”Apa yang anda pikirkan ketika merenung sendirian?” ”Bagaimana perasaan anda
ketika dia meninggalkan anda?” ”Apa rencana anda selanjutnya?”.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang biasanya dapat dijawab dengan
jawaban ya atau tidak, atau dijawab dengan satu dua kata. Beberapa contoh
pertanyaan tertutup adalah, ”Ketika ibumu meninggal kamu berusia berapa
tahun?” ”Apakah anda merasa kesal atas perlakuan yang anda terima?” ”Berapa
jumlah saudara kandungmu?”. Pertanyaan tertutup cenderung memutus
pembicaraan. Pertanyaan tertutup lebih menekankan pada isi pembicaraan yang
faktual dari pada memperhatikan perasaan. Jika konselor menginginkan konseli
berbicara banyak tentang berbagai hal, penggunaan pertanyaan tertutup kurang
tepat. Meskipun demikian, jika konselor menginginkan konseli memberikan suatu
jawaban yang singkat dan jelas, pertanyaan tertutup tepat digunakan. Pertanyaan
160
tertutup sering kali menimbulkan kesan pada konseli bahwa konselor kurang
menaruh perhatian kepada konseli.
KETERAMPILAN KONFRONTASI
Materi
Konfrontasi adalah usaha sadar konselor untuk mengemukakan kembali dua
pesan atau lebih yang saling bertentangan yang disampaikan konseli. Konfrontasi
merupakan salah satu respon konselor yang sangat membantu konseli. Jika
disampaikan secara tepat, konfrontasi memungkinkan konselor mengemukakan
dua pesan ganda konseli (pesan yang berlawanan) tanpa menimbulkan kemarahan
dan sikap bertahan konseli terhadap konselor. Konfrontasi akan membantu konseli
untuk menyadari dan menghadapi berbagai pikiran, perasaan dan kenyataan yang
terjadi pada dirinya, yang ingin disembunyikan atau diingkarinya. Konfrontasi
juga membantu konseli untuk mencapai kesesuaian (congruency), yaitu suatu
keadaan dimana kata-kata konseli sesuai dengan tingkah lakunya. Konselor perlu
melakukan konfrontasi apabila pada diri konseli didapati adanya: 1) pertentangan
antara apa yang dia katakan dengan apa yang dia lakukan, 2) pertentangan antara
dua perkataan yang disampaikan dalam waktu yang berbeda, 3) pertentangan
antara perasaan yang dia katakan dengan tingkah laku yang tidak mencerminkan
perasaan tersebut. Dalam praktiknya, konfrontasi diungkapkan melalui kalimat
gabungan yang mengandung dua kondisi yang kontradiktif seperti, ”Anda
mengatakan bahwa anda senang bersekolah di sekolahmu, tetapi anda sering
membolos”; ”Nanda mengatakan sangat senang dengan keputusan orang tua,
tetapi Nanda menangis”; ”Tadi kamu katakan bahwa kamu tidak mencintainya,
tetapi baru saja kamu juga mengatakan bahwa kamu tidak bisa hidup tanpa dia.”
Konfrontasi digunakan hanya melalui kata-kata yang merupakan penyimpulan
dari perkataan, dan atau perbuatan konseli. Dengan kata lain, konfrontasi
mendiskripsikan pesan konseli, mengobservasi tingkah laku konseli, dan bukti-
bukti lain yang sedang terjadi pada konseli. Konfrontasi tidak boleh berisikan
tuduhan, penilaian, atau pemecahan masalah.
161
KETERAMPILAN MERANGKUM
Materi
Dalam proses konseling seringkali konseli mengemukakan berbagai isi
hatinya dan terkadang tidak fokus pada satu persoalan tertentu. Tidak jarang pula
konseli mencampur-baurkan antara masalah sebagai fakta dengan masalah yang
berkembang sebagai akibat dari penafsiran atau persepsi mereka terhadap masalah
faktual tersebut. Persepsi konseli terhadap masalah inilah yang membuat respon
konseli unik. Dengan kata lain, suatu masalah yang sama akan dihayati secara
berbeda-beda oleh dua orang atau lebih. Kadang kala masalah akan terasa menjadi
lebih besar akibat penghayatan individu yang berlebihan terhadap masalah
tersebut. Meskipun demikian, seorang konselor tidak boleh memberikan penilaian
(judgment) atas persepsi konseli seperti ”Ah itu kan hanya perasaanmu saja”,
”Kamu kok cengeng sih, begitu aja dibesar-besarkan”.
Seorang konselor harus penuh perhatian kepada konseli. Dalam proses
komunikasi konseling, konselor harus dapat menangkap pikiran-pikiran dan
perasaan-perasaan penting yang diekspresikan oleh konseli. Pada saat yang sama
konselor juga dituntut mampu memberikan umpan balik (feed back) kepada
konseli pada bagian-bagian yang penting dan sekaligus memberikan kesempatan
kepada konseli untuk memperoleh kesadaran baru terhadap masalah yang sedang
dihadapinya. Untuk mampu melakukan hal-hal tersebut keterampilan merangkum,
perlu dikuasai oleh seorang konselor.
Merangkum dalam komunikasi konseling adalah aktivitas konselor
mengungkapkan kembali pokok-pokok pikiran dan perasaan yang diungkapkan
konseli. Dalam suatu dialog yang panjang antara konseli dan konselor, banyak
pokok-pokok pikiran dan perasaan konseli yang diungkapkan secara ”berserakan”.
Konselor harus mencermati pokok-pokok pikiran dan perasaan tersebut,
mengingat dalam hati, mengidentifikasi dalam hati, lalu pada saat yang tepat
mengungkapkan kembali kepada konseli dengan gaya bahasa konselor sendiri.
Ketepatan konselor membuat rangkuman akan menumbuhkan kesan pada konseli
bahwa konseli diperhatikan, didengarkan kata-katanya, dipahami, dan diterima
162
kehadirannya oleh konselor. Perlu diingat bahwa kata-kata untuk mengawali
rangkuman perlu ditata dengan baik sehingga tidak ada kesan konselor
menghakimi. Beberapa kata yang dapat digunakan untuk mengawali suatu
rangkuman misalnya: ”Saya mendengar bahwa anda benar-benar
mengatakan...........”, ”Hal yang anda katakan mengesankan bahwa........”, ”Makna
yang ada dibalik hal-hal yang anda ungkapkan adalah........”, ”Makna yang ada
dibalik ungkapan perasaan anda adalah.......”, ”Poin-poin penting yang anda
kemukakan adalah.....”.
Melalui pelatihan-pelatihan pada sessi ini, keterampilan merangkum akan
dapat anda kuasai dengan baik. Ikutilah dengan seksama berbagai kegiatan dan
latihan yang dipandu oleh fasilitator, dan jangan malu mencoba.
KETERAMPILAN BERPERILAKU GENUIN
Materi
Dalam suatu komunikasi antara konselor dengan konseli, ketidak jujuran atau
menutup-nutupi berbagai perasaan yang berkecamuk dalam diri konselor
seyogyanya dihilangkan. Konselor harus memancarkan kejujuran dan keterbukaan
terhadap konseli. Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana jika dalam diri
konselor muncul perasaan tidak suka kepada konseli, haruskah perasaan itu secara
jujur dikemukakan kepada konseli? Akankah kejujuran tersebut merusak
hubungan antar pribadi?. Kejujuran konselor harus disampaikan atau
diekspresikan secara tepat sehingga tidak melukai hati konseli. Sebagai konselor,
sebelum anda dapat mengekspresikan perasaan-perasaan anda, anda harus
menyadari adanya perasaan-perasaan tersebut. Untuk mengomunikasikan
keterbukaan dan kejujuran kepada konseli, pertama kali anda harus menguasai diri
dan perasaan-perasaan anda, sadar diri siapa diri anda beserta pikiran-pikiran dan
perasaan-perasaan yang ada pada diri anda. Kemampuan ini meliputi bagaimana
anda belajar membedakan berbagai perasaan yang hinggap dalam diri tanpa harus
menyangkalnya atau menutup-nutupinya. Jika anda merasa bahagia, anda dapat
163
menyadari bahwa anda bahagia, atau ketika anda merasa marah, anda dapat
menyadari adanya kemarahan anda tersebut. Untuk berlatih mengekspresikan
keaslian atau kejujuran atau kesejatian perasaan dan pikiran, anda perlu belajar
membedakan antara respon-respon yang tidak responsif, respon yang tidak
genuin, dan respon yang genuin. Sebagai contoh, dalam situasi dimana konseli
mengemukakan ”Saya jengkel dan kesal kepada kakak saya”; respon yang tidak
responsif adalah ”Kamu harus benar-benar menyukai kakakmu”, ”Kamu harus
hormat kepada kakakmu”. Respon yang tidak genuin terhadap pernyataan konseli
misalnya: ”Anda membuat pernyataan yang memalukan tentang kakakmu”.
Sedangkan pernyataan yang genuin dapat diungkapkan melalui pernyataan
berikut, ”Jika anda jengkel dan kesal kepada kakak anda, saya rasa tidak mudah
untuk berpisah darinya dan pergi meninggalkan rumah”.
KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH
Materi
Pemecahan masalah akan menjadi efektif apabila konseli dan konselor telah
mengeksplorasi dan memahami seluruh dimensi dari masalah. Jika dimensi-
dimensi masalah telah ditemukan, konseli kemudian didorong untuk taat
melakukan perubahan tingkah laku. Seorang konselor hendaknya mampu
mendengarkan inti ungkapan konseli yang merupakan pokok-pokok masalah yang
perlu dibantu untuk dipecahkan.
Beberapa cara dapat dilakukan untuk membantu memecahkan masalah.
Penggunaan keterampilan komunikasi (misalnya keterampilan mendengarkan)
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan. Pada banyak kasus,
keterampilan komunikasi saja tidak cukup. Beberapa konseli membutuhkan
bantuan yang memerlukan teknik-teknik pemecahan masalah.
164
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Kelas :
Alamat :
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui tentang tujuan dan
manfaat penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING
SEBAYA DALAM MENINGKATKAN RESILIENSI TERHADAP KONFLIK DIRI
PESERTA DIDIK KELAS XII SMA NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN
AJARAN 2016/2017”
Saya menyatakan bersedia / tidak bersedia diikutsertakan sebagai responden
dalam penelitian ini. Saya memahami penelitian ini tidak akan merugikan saya
dan saya akan mematuhi segala ketentuan dalam penelitian ini. Saya percaya yang
saya sampaikan ini dijamin kerahasiaannya dan kebenarannya.
Bandar lampung, 2016
Peneliti Responden
Nurul „Aini ……………………
NPM. 1211080082
165
LEMBAR PERSETUJUAN
MENJADI KONSELOR SEBAYA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Kelas :
Alamat :
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui tentang tujuan dan
manfaat penelitian yang berjudul “EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING
SEBAYA DALAM MENINGKATKAN RESILIENSI TERHADAP KONFLIK DIRI
PESERTA DIDIK KELAS XII SMA NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN
AJARAN 2016/2017”
Saya menyatakan bersedia / tidak bersedia diikutsertakan mengikuti pelatihan
dan menjadi konselor sebaya dalam penelitian ini. Saya memahami penelitian ini
tidak akan merugikan saya dan saya akan mematuhi segala ketentuan dalam
penelitian ini. Saya percaya yang saya sampaikan ini dijamin kerahasiaannya dan
kebenarannya.
Bandar lampung,
2016
Peneliti Konselor sebaya
Nurul „Aini ……………………
NPM. 1211080082
166
DOKUMENTASI KEGIATAN
Kegiatan pelatihan konselor sebaya
Kegiatan Pemberian Materi Tentang Resiliensi
Kegiatan Layanan Konseling Sebaya