EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR UMBI TEKI Cyperus rotundus ... · Dengan ini saya menyatakan bahwa...
-
Upload
truongdien -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR UMBI TEKI Cyperus rotundus ... · Dengan ini saya menyatakan bahwa...
EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR UMBI TEKI
(Cyperus rotundus) SEBAGAI BAHAN ANESTESI
IKAN MAS (Cyprinus carpio)
MULITA INDIANA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas
Ekstrak Kasar Umbi Teki (Cyperus rotundus) sebagai Bahan Anestesi Ikan Mas
(Cyprinus carpio)” adalah benar karya saya sendiri dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Mulita Indiana
NRP. C34100058
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
ABSTRAK
MULITA INDIANA, Efektivitas Ekstrak Kasar Umbi Teki (Cyperus
rotundus) sebagai Bahan Anestesi Ikan Mas (Cyprinus carpio). Dibimbing oleh
RUDDY SUWANDI dan NURJANAH.
Transportasi ikan hidup dirancang untuk meminimalkan stres dengan
anestesi. Bahan anestesi alami untuk memingsankan ikan mas adalah umbi teki.
Tujuan penelitian ini menentukan konsentrasi optimal umbi rumput teki dalam
pemingsanan ikan mas dan kelulusan hidup. Metode yang digunakan yaitu
pencarian konsentrasi terbaik, pengukuran kualitas air, pemingsanan dengan
waktu tidur yang berbeda dan pengukuran glukosa darah. Konsentrasi ekstrak
yang digunakan 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% (b/v). Konsentrasi optimal yaitu 5%
dengan waktu pingsan 10.45 dan waktu sadar 11.15. Ikan mas yang diberi waktu
tidur 30, 60, 90, 120, 150 menit dan 150, 180, 210 menit dalam suhu 8°C
memiliki kelulusan hidup 100%. Waktu sadar ikan mas dalam waktu 150, 180,
dan 210 menit yaitu 4.14; 4.49; 6.35. Glukosa darah mengalami peningkatan
antara sebelum dan sesudah anestesi.
Kata kunci: anestesi, glukosa darah, kualitas air.
ABSTRACT
MULITA INDIANA, The Effectiveness of Nut Grass Crude Extract
(Cyperus rotundus) as Anesthestic Substance for Common Carp (Cyprinus
carpio). Supervised by RUDDY SUWANDI and NURJANAH.
Transporting live fish is an operation that should be designed to minimize
stress with anesthetic. Natural anesthetic material on immotilization of common
carp (Cyprinus carpio) is nut grass. The purpose of this research was to determine
the optimal of nut grass crude extract on immotilization of common carp and
survival rate, which observed the water quality analysis, periode of
immotilization, and blood glucose content. Extract concentration which we used
at 2%, 3%, 4% 5%, and 6% (b/v). The best concentrated has 5% with
immotilization time 10.45 and recovery time 11.15. The common carp that kept
for unconscious at 30, 60, 90, 120, 150 minutes and 150, 180, 210 minutes in 8°C
water temperature has passed survival rate 100%. Recovery time on 150, 180, and
210 minutes was 4.14; 4.49; 6.35. The blood glucose is increasing after anesthesia
treatment.
Key words: anesthesia, blood glucose, water quality
Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
EFEKTIVITAS EKSTRAK KASAR UMBI TEKI
(Cyperus rotundus) SEBAGAI BAHAN ANESTESI
IKAN MAS (Cyprinus carpio)
MULITA INDIANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul : Efektivitas Ekstrak Kasar Umbi Teki (Cyperus rotundus)
sebagai Bahan Anestesi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Nama : Mulita Indiana
NRP : C34100058
Disetujui oleh
Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil Prof Dr Ir Nurjanah, MS
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Joko Santoso, M.Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Efektivitas Ekstrak Kasar Umbi Teki (Cyperus rotundus) sebagai Bahan
Anestesi Ikan Mas (Cyprinus carpio)” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil dan Prof Dr Ir Nurjanah M.Si sebagai
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan ada arahan.
2. Dr Mala Nurilmala S.Pi M.Si sebagai dosen penguji atas saran yang telah
diberikan.
3. Prof Dr Ir Joko Santoso, M.Si sebagai Ketua Departemen.
4. Keluarga terutama Bapak dan Ibu yang telah memberikan dorongan moril
maupun material dan doanya.
5. Mbak Rima, Mas Angga, Mbak Yana dan Mas Agit yang telah
memberikan semangat dan motivasi.
6. Seluruh staf dan karyawan/karyawati Teknologi Hasil Perairan.
7. Khalida Hanum dan Mahardika Tri Handayani sebagai team “Cyperus
rotundus”.
8. Beasiswa Bidikmisi yang telah membiayai penelitian saya.
9. Asih Rahayu, Maya Sofia, Sakti Aji M., Suwindyastuti sebagai teman se-
pembimbing skripsi.
10. Teman-teman THP 47 atas semangat dan dukungannya.
11. Kakak THP 46, adik-adik THP 48 dan 49 serta semua pihak yang telah
membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam
penyempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak
pihak.
Bogor, Juli 2014
Mulita Indiana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................ 1
Perumusan masalah..................................................................................... 2
Tujuan Penelitian......................................................................................... 2
Manfaat Penelitian...................................................................................... 2
Ruang Lingkup Penelitian.......................................................................... 2
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat...................................................................................... 2
Alat dan Bahan Penelitian........................................................................... 3
Prosedur Penelitian...................................................................................... 3
Analisis Data................................................................................................ 6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsentrasi Terbaik Ekstrak Kasar Umbi Teki........................................... 6
Kelulusan Hidup Ikan Mas dengan Pemberian Waktu Tidur Dan Suhu
Rendah........................................................................................................ 8
Penelitian Utama ........................................................................................ 9
Analisis Kualitas Air................................................................................... 11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.................................................................................................. 13
Saran............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14
LAMPIRAN.......................................................................................................... 18
DAFTAR TABEL
1 Perubahan glukosa pada ikan mas................ .............................. 10
2 Analisis kualitas air........................................................................................ 11
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penentuan konsentrasi terbaik umbi rumput teki...................... 4
2 Diagram alir metode penelitian...................................................................... 5
3 Diagram batang penentuan konsentrasi ekstrak kasar umbi teki
terbaik............................................................................................................. 6
4 Diagram batang kelulusan hidup ikan mas.................................................... 8
5 Diagram batang waktu sadar ikan mas........................................................... 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel annova data penelitian.......................................................................... 17
2 Tabel uji lanjut tukey data penelitian............................................................. 17
3 Bahan yang digunakan dalam penelitian........................................................ 19
4 Rumus perhitungan........................................................................................ 20
5 Daftar riwayat hidup...................................................................................... 21
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan mas merupakan salah satu ikan air tawar yang mempunyai nilai
ekonomis penting, sehingga banyak dibudidayakan dan banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Selain dipelihara di kolam-kolam tertentu, ikan mas sering dipelihara
di sawah bersama-sama dengan tanaman padi (Rudiyanti dan Ekasari 2009).
Jumlah produksi ikan mas tahun 2010 yaitu 282.695 ton dan bulan Juni 2011
(angka sementara triwulan I dan II) mencapai 153.500 ton (KKP 2011). Produksi
ikan mas ditargetkan pada tahun 2013 mencapai 350.000 ton (KKP 2013).
Permintaan komoditas ikan hidup, terutama untuk ikan yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi semakin meningkat dengan pesat baik di pasar domestik
maupun di pasar internasional. Ikan dalam bentuk hidup diyakini lebih sehat dan
terhindar dari bahan pengawet, misalnya penggunaan formalin yang saat ini
sedang marak terjadi pada produk-produk hasil perikanan (Wijayanti et al. 2011).
Ikan mas merupakan ikan air tawar yang biasa dijual dalam keadaan hidup. Teknik transportasi ikan mas hidup yang biasa digunakan masyarakat adalah
sistem basah tertutup menggunakan kantong plastik dan sistem basah terbuka
menggunakan drum plastik atau wadah blong (Maulana 2012). Menurut Sulmartini et al. (2009), salah satu kendala dalam transportasi ikan mas adalah
sifat ikan mas yang memiliki metabolisme yang tinggi. Tingginya metabolisme
ikan mas mengakibatkan ikan menjadi stres selama transportasi dan dapat
mengakibatkan kematian. Metabolisme yang tinggi dapat diminimalkan dengan
menggunakan metode anestesi.
Anestesi merupakan suatu teknik menggunakan obat (inhalasi, intravena,
atau lokal) yang menyebabkan keseluruhan atau bagian dari organisme menjadi
mati rasa untuk berbagai periode waktu (Grace dan Borley 2007). Metode anestesi
dalam perikanan digunakan untuk memindahkan ikan dari suatu tempat ke tempat
yang lain agar setelah sampai di tempat tujuan ikan tersebut masih hidup. Bahan
anestesi dapat berupa bahan kimia dan bahan alami. Bahan kimia sebagai bahan
anestesi seperti MS-222 (tricaine methane sulphonate) dan quinaldine. Bahan
alami sebagai bahan anestesi seperti ekstrak biji karet (Ongge 2001), ekstrak
cengkeh, suhu rendah (Pratisari 2010), hati pisang (Abdullah 2012), Caulerpa sp.
(Pramono 2002).
Rumput teki (Cyperus rotundus) merupakan salah satu tanaman gulma bagi
petani yang sangat mengganggu. Umbi teki mengandung minyak atsiri, flavonoid,
triterpen (Puspitasari et al. 2003), alkaloid dan saponin (Hema et al. 2013). Akar
dan umbi tanaman teki dapat digunakan dalam berbagai penyakit seperti diare
kronis, peradangan, ruam kulit dan pendarahan berlebih (Chithran et al. 2012).
Rumput teki memiliki efek sitotoksik pada sel leukemia dan sel kanker serviks
(Susianti 2010). Efek analgetik pada umbi teki ini diduga dapat digunakan sebagai
bahan anestesi alami pada ikan mas sebelum transportasi.
2
Perumusan Masalah
Ikan segar banyak dicari oleh konsumen karena mempunyai mutu dan cita
rasa yang tinggi, salah satunya ikan mas. Ikan segar diperoleh dengan cara
transportasi, tetapi ikan mas termasuk ikan yang memiliki metabolisme tinggi
sehingga dibutuhkan suatu metode yaitu anestesi. Bahan anestesi dibedakan
menjadi alami dan buatan. Contoh dari bahan anestesi alami ini adalah rumput
teki. Rumput teki merupakan gulma bagi petani, namun diduga dapat memberikan
efek menenangkan pada ikan mas, oleh karena itu penelitian ini penting untuk
dilakukan agar dapat memberikan informasi tentang konsentrasi terbaik umbi teki
dalam memingsankan ikan mas dan kelulusan hidupnya.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu menentukan konsentrasi optimal umbi rumput
teki dalam pemingsanan ikan mas dan kelulusan hidup ikan mas.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini meliputi:
1). Memberikan informasi kepada petani dalam pemilihan bahan alami anestesi.
2). Memanfaatkan gulma sebagai bahan yang dapat digunakan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi preparasi umbi rumbut teki,
ekstraksi kasar umbi rumput teki, analisis waktu sadar dan waktu pingsan, analisis
glukosa darah, dan analisis kualitas air.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013-Maret 2014 di
Laboratorium Karakteristik dan Penanganan Bahan Baku Hasil Perairan,
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Pengujian kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
3
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi teki dalam
bentuk ekstrak kasar (Lampiran 3a) dan biota yang digunakan yaitu ikan mas
(Lampiran 3b) yang diambil dari kolam Jembar Mas, Darmaga, Bogor. Bahan-
bahan yang digunakan untuk pengujian kualitas air yaitu sampel air kolam, air
yang digunakan dalam penelitian, HCl 1 N, NaOH 0,0227 N, MnSO4, akuades,
bayclin, NH3 1 ppm, fenol. Bahan yang digunakan untuk pemingsanan yaitu es
batu dan air yang digunakan dalam penelitian yang telah diendapkan selama 1
malam.
Alat yang digunakan untuk pengujian kualitas air yaitu DO meter, pipet
volumetrik, gelas ukur, erlenmeyer, pH meter, pipet mikro, spectofotometer
“OPTIMA” 630 nm. Alat yang digunakan untuk pemingsanan yaitu plastik es,
aerator, toples ukuran 10 liter, akuarium dengan ukuran 50 x 30 x 29 cm3, jarum
suntik, gelas arloji, glukosa meter merk gluco-DR AGM 2100. Alat yang
digunakan dalam pembuatan ekstrak kasar umbi teki yaitu baskom, kain belacu,
blender.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian diawali dengan preparasi dan ekstraksi umbi rumput teki
(modifikasi Abdullah 2012). Rumput teki (Lampiran 1a) diperoleh dari Kolam
Budidaya Perairan (dekat Duta Berlian), Dramaga, Bogor. Rumput teki
selanjutnya dicuci dan dibersihkan dari batangnya kemudian ditiriskan (Lampiran
1b). Pembuatan ekstrak kasar umbi teki yaitu 500 g umbi teki dengan 1000 mL
akuades diblender hingga menjadi lumat semua. Ekstrak kemudian disaring
dengan belacu. Konsentrasi yang diujikan untuk mencari konsentrasi terbaik yaitu
2%, 3%, 4%, 5%, 6% (b/v). Contoh perhitungan teki dapat dilihat pada Lampiran
4. Diagram alir dapat dilihat pada Gambar 1.
Penelitian selanjutnya yaitu pemilihan ikan mas. Ikan yang dipilih memiliki
gerakan aktif, tidak cacat, sehat, dan responsif terhadap rangsangan. Ikan mas
yang digunakan untuk pengujian memiliki ukuran 5 ekor/kg. Ikan yang
dipindahkan dari kolam menuju akuarium telah diaklimatisasi dan dipuasakan
selama 1 hari dengan aerasi yang cukup. Menurut Agusta (2012), aklimatisasi
dilakukan dengan mengubah lingkungan secara perlahan-lahan sehingga ikan
akan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan yang baru. Ikan ditidurkan
dengan suhu rendah yaitu 8 ˚C setelah dipingsankan dengan konsentrasi terbaik.
Ikan yang digunakan yaitu 10 ekor dalam akuarium dengan waktu yang diberikan
yaitu 30, 60, 90, 120,dan 150 menit masing- masing diambil 2 ekor ikan dengan 3
kali ulangan. Waktu selanjutnya diperpanjang yaitu 150, 180 dan 210 menit
dengan 9 ekor ikan kemudian diambil masing-masing 3 ekor. Pembugaran
dilakukan setelah ikan pingsan dengan air mengalir dan ditimbang kembali.
Diagram alir peentuan konsentrasi terbaik dapat dilihat pada Gambar 1 dan
diagram alir metode penelitian disajikan pada Gambar 2.
4
Gambar 1 Diagram alir penentuan konsentrasi terbaik umbi rumput teki
Analisis kualitas air (Boyd 1982) dilakukan pada air yang digunakan untuk
penelitian, air kolam Jembar Mas, air sebelum anestesi dan air setelah anestesi.
Parameter yang digunakan yaitu suhu, kadar oksigen terlarut (DO), CO2, pH, total
amonia nitrogen (TAN).
1) DO (dissolved oxygen) atau kadar oksigen terlarut
Pengukuran DO pada analisis kualitas air menggunakan DO-meter dengan
cara pembacaan skala.
2) Suhu dan pH
Pengukuran suhu dan pH pada analisis kualitas air, masing-masing
menggunakan thermometer dan pH-meter dengan cara pembacaan skala.
3) CO2 (karbon dioksida)
25 mL sampel kemudian ditambahkan 2 tetes indikator penoftalin (pp).
Penitrasian menggunakan NaOH 0,0227 N hingga warna pada larutan pada
erlenmeyer berubah menjadi pink.
4) TAN (Total Amonia Nitrogen)
25 mL sampel air kemudian ditetesi MnSO4 1 tetes. Chlorox 0,5 mL dan
phenate 0,6 mL dimasukkan dan ditunggu selama 15 menit. Pengukuran TAN
menggunakan spektrofotometer 630 nm. Pembuatan phenate yaitu fenol 2 gr dan
NaOH 0,5 gr kemudian ditambahkan akuades 16 mL. Pembuatan chlorox yaitu
penambahan bayclin 4 mL dan akuades 16 mL kemudian diturunkan sampai pH 6
dan dibasakan dengan HCL 1 N sampai pH 6,96. Pembuatan larutan standar yaitu
1 mL larutan standar NH3 1 ppm ditambah akuades hingga 100 mL pada labu
takar. 25 mL dari larutan tersebut ditetesi MnSO4 sebanyak 1 tetes, chlorox
Pemingsanan dengan konsentrasi
2%, 3%, 4%, 5%, 6% (b/v)
Rumput teki
Pengambilan umbi
Ekstraksi dengan
perbandingan teki
dan akuades 1:2
Ekstrak kasar
umbi teki
Penyesuaian terhadap
lingkungan (aklimatisasi)
dan pemuasaan selama
1x24 jam
Ikan mas ukuran
5 ekor/kg
Konsentrasi terbaik
5
sebanyak 0,5 mL dan phenate 0,6 mL lalu dihomogenisasi dan didiamkan selama
15 menit selanjutnya spektrofotometer 630 nm. Pembuatan larutan blanko yaitu
akuades 25 mL kemudian MnSO4 sebanyak 1 tetes, chlorox 0,5 mL dan phenate
0,6 mL lalu dihomogenisasi dan didiamkan 15 menit selanjutnya spektrofotometer
630 nm.
Gambar 2 Diagram alir penelitian utama
Pemberian waktu tidur 30, 60,
90, 120, 150 menit @ 2 ekor
ikan dengan 3 kali ulangan
Pemberian waktu tidur 150,
180, 210 menit @ 3 ekor ikan
dengan 3 kali ulangan
Analisis kualitas air
Peletakan dalam akuarium
dengan suhu air 8 ˚C
Ikan mas ukuran
5 ekor/kg
Penyesuaian terhadap
lingkungan (aklimatisasi)
dan pemuasaan selama
1x24 jam
Pemingsanan dengan
konsentrasi terbaik
Pembugaran
Penghitungan waktu
sadar
Analisis data
Pengukuran
glukosa
Pembugaran
Pengukuran glukosa
darah
6
Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
faktorial dengan faktor pemberian konsentrasi dalam jumlah yang berbeda untuk
pencarian konsentrasi terbaik dan waktu tidur yang berbeda untuk penelitian
selanjutnya. Model matematika rancangan acak lengkap faktorial adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada taraf ke-i dan ulangan ke-j (j=1,2)
μ = Nilai tengah atau rataan umum pengamatan
τi = Pengaruh perbedaan suhu lingkungan pada taraf ke-i (i=1,2,3)
εij = Galat atau sisa pengamatan taraf ke-i dengan ulangan ke-j
Uji lanjut yang digunakan yaitu uji tukey (Multiple comparisons).
Pengolahan data menggunakan software IBM-SPSS 15.0 for Windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsentrasi Terbaik Ekstrak Kasar Umbi Teki
Deret perlakuan pemberian umbi teki dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5%
dan 6% (b/v) pada toples yang berisi air 4 liter dengan masing-masing berisi 3
ekor ikan. Proses pemingsanan dimulai dari menit ke-0 sampai ikan pingsan.
Waktu sadar dihitung sampai ikan dapat berenang kembali. Diagram batang
penentuan konsentrasi terbaik ekstrak umbi teki pada Gambar 3.
Gambar 3 Diagram batang penentuan konsentrasi ekstrak kasar umbi teki terbaik
( ) waktu pingsan (menit), ( ) waktu sadar (menit),
( ) kelulusan hidup
49,22b
43,04b
33,23b
10,45a 9,26a
4,55ab 6,15ab4,25b
11,19a
5,16
0
10
20
30
40
50
60
2% 3% 4% 5% 6%
Wa
ktu
(m
enit
)
Konsentrasi (b/v)
Yij = μ + τi + εij
7
Ikan yang dianestesi dengan ekstrak kasar umbi teki pada konsentrasi 2%,
memiliki waktu pingsan yaitu 49 menit 22 detik dan waktu sadar selama 4 menit
55 detik. Konsentrasi 3% memiliki waktu pingsan 43 menit 4 detik dan waktu
sadar 6 menit 15 detik. Konsentrasi 4% memiliki waktu pingsan yaitu 33 menit 23
detik dan waktu sadar yaitu 4 menit 25 detik. Konsentrasi 5% memiliki waktu
pingsan 10 menit 45 detik dan waktu sadar 5 menit 16 detik. Konsentrasi 6%
memiliki waktu pingsan yaitu 9 menit 26 detik dan waktu sadar yaitu 5 menit 16
detik.
Konsentrasi ekstrak umbi teki 5% mempunyai nilai signifikasi (Lampiran
1a) yaitu 0,000 (P<0,05). Konsentrasi 5% dan 6% berbeda nyata terhadap
konsentrasi ekstrak kasar teki 2%, 3%, 4% (Lampiran 2a). Ekstrak kasar umbi teki
dengan konsentrasi 5% dan 6% memiliki waktu pingsan paling cepat
dibandingkan dengan konsentrasi 2%, 3%, dan 4%. Semakin tinggi konsentrasi
yang digunakan, ikan mas akan memiliki waktu pingsan yang semakin cepat.
Respon yang diberikan ikan selama perlakuan pembiusan akan berbeda,
tergantung kadar bahan anastesi dan ukuran ikan (Yanto 2009). Penelitian
Septiarusli et. al (2012) menyatakan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak biji B.
asiatica maka semakin cepat waktu pingsan ikan kerapu. Penambahan ekstrak
dapat menurunkan laju metabolisme ikan ditunjukkan dengan gerakan tubuh,
gerak tutup insang, gerak sirip ikan yang lambat sehingga dapat meminimalkan
tingkat stres pada ikan (Suwandi et al. 2012). Komponen utama umbi teki yaitu
minyak atsiri, triterpenes, polyphenol, alkaloid, and flavonoid (Sivapalan 2013).
Menurut Puspitasari et al. (2003), khasiat umbi teki sebagai analgetik karena
kandungan senyawa-senyawa kimia yang ada di dalamnya yaitu minyak atsiri,
flavonoid dan triterpene.
Konsentrasi ekstrak kasar umbi teki 5% mempunyai nilai signifikasi 0,030
(P<0,05) (Lampiran 1b). Konsentrasi ekstrak umbi teki 5% berbeda nyata
terhadap ekstrak kasar umbi teki dengan konsentrasi 2%, 3%, 4%, dan 6%
(Lampiran 2b). Semakin rendah ekstrak teki yang digunakan, ikan mas memiliki
waktu sadar yang lebih cepat. Tingginya konsentrasi bahan anestesi yang
diberikan pada ikan, maka proses pemulihannya semakin lama. Menurut
Septiarusli et. al (2012), lamanya waktu pulih sadar kerapu ditentukan oleh
kemampuan ikan kerapu untuk membersihkan bahan pembius dari dalam
tubuhnya. Keadaan pulih sadar ditunjukkan dengan pergerakan ikan yang aktif
dan responsif terhadap rangsangan yang ada. Sistem pernafasan dan sirkulasi
darah ikan mulai stabil seiring dengan berpindahnya bahan pembius dari jaringan
tubuh ikan ke lingkungan (Sukmiwati dan Sari 2007). Anestesi ideal adalah
anestesi yang mampu memingsankan ikan kurang dari 3 menit dan
menyadarkannya kembali kurang lebih 5 menit (Pramono 2002).
Penggunaan bahan anestesi terlalu banyak akan menyebabkan kerusakan
pada beberapa organ (insang, syaraf, ginjal, dan otak), stres berkepanjangan,
cenderung menjadi racun, dan mengakibatkan kematian pada ikan. Ekstrak umbi
teki dengan konsentrasi 5% merupakan konsentrasi optimal untuk anestesi ikan
mas. Hal ini didasarkan pada penelitian pendahuluan yang menyatakan bahwa
kelulusan hidup ikan mas dengan pemberian konsentrasi ekstrak kasar umbi teki
2%, 3%, 4% dan 5%, memiliki kelulusan hidup hingga 100%, tetapi pemberian
ekstrak umbi teki dengan konsentrasi 6% memiliki kelulusan hidup hanya
33,33%. Penelitian Saskia (2013) menyebutkan, kematian tersebut diduga karena
8
bahan anestetik yang larut dalam air akan mengakibatkan berkurangnya laju
respirasi. Kondisi tersebut menyebabkan ikan gelisah kemudian selalu berupaya
untuk naik ke permukaan untuk mendapatkan oksigen. Penurunan laju respirasi
tersebut menyebabkan hilangnya seluruh rasa pada bagian tubuh ikan sebagai
akibat dari penurunan fungsi syaraf sehingga menghalangi aksi dan hantaran
impuls syaraf. Bahan-bahan antimetabolik alami yang digunakan untuk imotilisasi
atau pemingsanan ikan salah satunya dengan jumlah konsentrasi tertentu, tidak
menyebabkan residu bagi tubuh ikan (Aini et al. 2014).
Kelulusan Hidup Ikan Mas dengan Pemberian Waktu Tidur dan Suhu
Rendah
Penelitian selanjutnya menerapkan konsentrasi optimal yaitu 5% dengan
waktu tidur yang berbeda yaitu 30, 60, 90, 120 dan 150 menit. Ikan mas yang
diberikan waktu tidur memiliki kelulusan hidup (survival rate) yaitu 100%.
Tingginya konsentrasi membuat metabolisme dan konsumsi ikan mas menjadi
menurun. Pernyataan ini sesuai dengan Aini et al. (2014), yang menyatakan
konsentrasi ekstrak daun bandotan yang tinggi dapat mempertahankan
kelangsungan hidup benih ikan nila, dapat menurunkan laju metabolisme dan
konsumsi oksigen sehingga mampu mencegah tingkat kematian benih ikan nila
selama transportasi.
Suhu media yang dingin secara langsung akan mempengaruhi suhu badan
ikan dan suhu darah, semakin dingin suhu darah tingkat viskositas darah akan
mengental dan mengakibatkan aliran darah yang lambat (Wijayanti et al. 2011).
Suhu yang digunakan yaitu 8 ˚C yang didasarkan pada penelitian Jailani (2000)
yaitu ikan mas dimasukkan pada media air dengan suhu 10˚, 8˚, 6˚, 4˚ dan 2 ˚C
dan pada suhu 8 ˚C mampu hidup selama 7 jam dengan keadaan pingsan normal
(tubuh lentur). Menurut Maulana (2012), ikan mas yang diberi perlakuan suhu
dingin secara umum memberikan perlakuan yang lebih baik daripada perlakuan
suhu ruang dan hangat. Ikan dengan perlakuan suhu dingin terlihat lebih tenang
dan menghasilkan sisa metabolit lebih sedikit. Ikan dengan perlakuan suhu dingin
juga menghasilkan kelulusan hidup 100 % atau tidak ada ikan yang mengalami
kematian pada saat simulasi. Gambar 4 merupakan diagram batang kelulusan
hidup ikan mas.
Gambar 4 Diagram batang kelulusan hidup ikan mas
0
20
40
60
80
100
120
30 60 90 120 150
Kel
ulu
san
hid
up
(%)
Pengamatan waktu tidur (menit)
9
Kelulusan hidup hingga 100% ini diduga sebelum dilakukan pemingsanan,
ikan diberokkan terlebih dahulu. Menurut Sulmartini et al. (2009), perlakuan
tanpa daun bandotan maupun dengan penambahan daun bandotan tidak
berpengaruh terhadap daya cerna benih ikan mas (Cyprinus carpio) pada 24 jam
pasca transportasi. Penyebabnya, sebelum dilakukan transportasi, ikan mengalami
pemberokan sehingga metabolisme ikan tidak terlalu tinggi sehingga ikan masih
memiliki energi yang cukup untuk melakukan aktivitas normal pada pasca
transportasi. Masud dan Sigh (2013) menyatakan, ikan mas akan lebih toleran
terhadap racun pada suhu rendah dibandingkan dengan suhu tinggi. Angka
kematian ikan akan meningkat linear siring dengan meningkatnya konsentrasi
cypermethrin dan suhu. Suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen
lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa
menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan
pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen (Irianto 2005).
Penelitian Utama
Ikan mas memiliki kelulusan hidup 100% sampai menit ke 150 dan untuk
selanjutnya ditambahkan waktu tidur yaitu 150, 180 dan 210 menit. Pengukuran
glukosa darah diukur sebelum dan setelah ikan dipingsankan dengan konsentrasi
ekstrak kasar teki 5%. Suhu yang digunakan untuk menidurkan ikan yaitu 8 °C.
Diagram batang waktu pingsan ikan mas dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Diagram batang waktu sadar ikan mas
Ikan pada menit ke-150 memiliki waktu sadar yaitu 4 menit 14 detik. Menit
ke-180 memiliki waktu sadar yaitu 4 menit 49 detik. Menit ke-210 memiliki
waktu sadar yaitu 6 menit 35 detik. Tingginya bahan pembius yang masuk ke
dalam tubuh ikan sangat mempengaruhi waktu sadar ikan. Yanto (2012)
menjelaskan, kadar MS-222 dengan konsentrasi tinggi, maka masa pemulihan
(sehat dan bugar) kembali memerlukan waktu yang relatif lama. Lamanya ikan
yang diletakkan dalam air dengan suhu rendah juga dapat mempengaruhi waktu
sadar ikan. Semakin lama ikan di dalam air dengan suhu rendah, maka waktu
sadarnya lebih lama. Wijayanti et al. (2011) menyatakan, semakin lama waktu
pemingsanan maka lama pingsan dan waktu pemulihan semakin panjang.
Semakin lama waktu penyadaran ikan, maka tingkat kematian akan semakin
tinggi (Chaniago 2003). Ikan mas dalam penelitian ini memiliki kelulusan hidup
100% sampai menit ke-210.
4,14b 1,52 4,49b 1,65
6,35a 1,85
0
1
2
3
4
5
6
7
150 180 210
Wa
ktu
sa
da
r
Waktu tidur (menit)
10
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas anestesi untuk ikan dibedakan
menjadi 2 yaitu biologi dan lingkungan. Faktor biologi meliputi spesies, genetik,
ukuran dan berat, jenis kelamin, komposisi lipid, kondisi tubuh, status kesehatan,
dan stres. Faktor lingkungan meliputi Faktor lingkungan meliputi suhu dan pH
juga mempengaruhi tingkat metabolisme pada ikan, selain mengubah serapan di
insang, juga dapat menambah atau mengurangi efektifitas zat anestesi (Ogretmen
dan Gokcek 2013). Cara kerja bahan anestesi yaitu bahan anestesi yang telah
dimasukkan ke dalam air, kemudian diserap oleh insang dan mencapai saraf pusat
melalui aliran darah (Pareira 2010).
Glukosa darah merupakan sumber pasokan bahan bakar utama dan subtrat
esensial untuk metabolisme sel. Pengujian glukosa darah ikan dalam penelitian ini
sebelum anestesi dan setelah anestesi. Pengukuran dilakukan dengan cara
mengambil darah ikan pada vena caudal (ekor) ikan mas dengan jarum suntik.
Perubahan glukosa pada ikan mas disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Perubahan glukosa pada ikan mas
Waktu (menit) Glukosa sebelum
(mg/L)
Glukosa sesudah
(mg/L)
Selisih
(mg/L)
150 154 215 61
180 155 211 56
210 127 175 48
Glukosa darah ikan mas pada Tabel 1, rata-rata mengalami perubahan dari
menit ke 150, 180 dan 210 dari sebelum dan sesudah anestesi. Glukosa darah
mengalami penurunan sebelum sebelum dianestesi dan kenaikan sesudah anestesi.
Glukosa pada menit ke 150, memiliki selisih yaitu 61 mg/L. Glukosa pada menit
ke 180 dan 210, memiliki selisih masing-masing 56 mg/L dan 48 mg/L. Semakin
lama ikan diberikan waktu tidur, semakin menurun pula glukosa darahnya karena
semakin lama ikan tertidur, maka akan semakin tenang dan untuk kembali
menjadi normal, membutuhkan banyak asupan oksigen ke dalam darah.
Syawal dan Ikhwan (2011) menyatakan, terjadinya peningkatan maupun
penurunan kadar glukosa di dalam plasma mengindikasikan bahwa ikan
mengalami stres. Stres dapat menyebabkan anorexia dan terganggunya
reproduksi. Penyebab stres diantaranya peningkatan kadar adrenalin dan kortisol
dapat mengganggu perubahan ion pada insang dan sebagai akibatnya elektrolit
darah akan terganggu setelah diamati selama 24 jam (Pereira 2010). Menurut
Hastuti et al. (2003), terjadinya peningkatan kadar glukosa darah tersebut
disebabkan oleh stres akibat perlakuan yang diberikan. Makin tinggi kadar
glukosa darah mengindikasikan meningkatnya level stres akibat perubahan suhu.
Adanya perlakuan shock suhu dingin, tubuh ikan mensekresikan hormon stres
yang berfungsi menghambat sekresi insulin.
Penelitian Dobsikova et al. (2006) menyatakan, tingginya glukosa darah
karena reaksi stres ikan mas pada saat ikan disimpan saat kepadatan tinggi. Stres
pada ikan merupakan upaya dari sistem fisiologis untuk mempertahankan diri atau
beradaptasi dengan perubahan lingkungan, hal ini juga dipengaruhi oleh umur dan
spesies ikan (Syawal et al. 2008). Perubahan suhu dapat menyebabkan stres pada
ikan. Ikan yang mengalami stres akan meningkatkan sekresi katekolamin dan
kortisol. Kedua hormon tersebut pada kadar tinggi berpengaruh negatif terhadap
11
sistem imunitas ikan, karena meningkatnya kortisol dalam plasma akan
menghambat pembentukan interlukin I dan II. Akibatnya ikan akan menurun
kekebalannya dan mudah terinfeksi patogen, dengan demikian, dapat
menyebabkan tingkat kematian yang tinggi (Syawal dan ikhwan 2011). Dobson
and Hochachka (1987) menyatakan, ketika otot putih dan otot merah dianalisis,
titik kelelahan glikogen pada otot putih (sumber energi utama) berkurang sebesar
90%, glukosa turun dua kali lipat (1,56 ke 0,66 μmol g1) dan penurunan besar
dalam ATP (5,24 ke 0,45 μmol g-1
).
Analisis Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha transportasi. Menurunnya kualitas air menyebabkan perubahan
tingkah laku dari organisme. Faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan
perubahan tingkah laku organisme disebut rangsangan (Suwandi et al. 2011).
Analisis kualitas air dalam penelitian ini meliputi air yang digunakan untuk
penelitian (air yang telah diendapkan), air kolam Jembar Mas, air sebelum
anestesi, dan air setelah anestesi. Parameter pengujian meliputi pH, suhu, DO,
TAN, dan CO2. Hasil kualitas air disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kualitas air
Parameter
Air kolam
Jembar
Mas
Air untuk
penelitian
Air sebelum
anestesi
(Air + ikan)
Air sesudah
anestesi
(Air+ikan+teki)
Standar
DO 7,53 mg/L 6,95 mg/L 5,78 mg/L 1,24 mg/L min 5 (a)
pH 7,83 7,81 7,69 5,64 7,0-8,0 (b)
Suhu 27,28 ºC 27,75 ºC 26,47 ºC 27,11 ºC ≤ 30 (c)
CO2 4 mg/L 3,99 mg/L 4,75 mg/L 12,67 mg/L 2-11 (b)
TAN 0,28 mg/L 0,0047 mg/L 0,27 mg/L 5,51 mg/L Max 0,1(d)
Keterangan:
a Sumber: Irianto (2005)
b Sumber: Ciptanto (2010)
c Sumber: Alabaster dan Lloyd (1980) dalam Irianto (2005)
d Sumber: Bhatnagar dan Devi (2013)
Nilai dissolved oxygen (DO) pada air untuk penelitian maupun air kolam
Jembar Mas mempunyai nilai 6,95 mg/L dan 7,53 mg/L. Nilai pH pada air kolam
Jembar Mas 7,83 dan pada air laboratorium 7,81. Suhu pada air kolam Jembar
Mas yaitu 27,28ºC dan air untuk penelitian 27,75ºC. Karbon dioksida (CO2) pada
air kolam Jembar Mas ikan 4 mg/L dan air untuk penelitian 3,99 mg/L. TAN
(total amoniak nitrogen) pada air untuk penelitian mempunyai nilai 0,0047 mg/L,
sedangkan pada air kolam Jembar Mas yaitu 0,28 mg/L.
Kualitas air sebelum anestesi memiliki nilai yang berbeda dengan kualitas
air setelah anestesi. Nilai DO pada air sebelum anestesi yaitu 5,78 mg/L
sedangkan air setelah anestesi mengalami penurunan yaitu 1,24 mg/L. Nilai pH
pada air sebelum anestesi memiliki nilai 7,69 dan air setelah anestesi mengalami
penurunan yaitu 5,64. Suhu pada air sebelum anestesi yaitu 26,47 ºC dan pada air
setelah anestesi mengalami kenaikan yaitu 27,11 ºC. Nilai CO2 pada air sebelum
anestesi yaitu 4,75 mg/L dan mengalami kenaikan menjadi 12,67 mg/L. Nilai TAN pada
air sebelum anestesi yaitu 0,27 mg/L dan mengalami kenaikan yaitu 5,51 mg/L.
12
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga bila
ketersediaannya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota, maka segala
aktivitas biota akan terhambat (Kordi et al. 2007). Nilai DO pada air kolam
Jembar Mas lebih tinggi daripada air untuk penelitian. Hal ini dipengaruhi oleh
kepadatan ikan dalam kolam sehingga respirasi dari ikan mas akan mempengaruhi
nilai DO. Nilai DO pada air sebelum anestesi lebih tinggi dibandingkan air setelah
anestesi. Nilai DO pada air setelah anestesi merupakan nilai yang kurang layak
untuk ikan hidup yang disebabkan kekeruhan yang terjadi pada badan air yang
menyebabkan nilai oksigen terlarut turun dan pemanfaatan oksigen pada ikan
mas. Menurut Irianto (2005), kandungan oksigen dalam air akan sangat menurun
akibat dari peningkatan suhu, padat tebar ikan terlalu tinggi, kelebihan pakan, dan
kandungan bahan organik pada badan air tinggi. Kekurangan oksigen dapat
berakibat mortalitas ikan. Apabila kandungan oksigen terlarut menjadi 3-4 mg/L,
ikan akan mengalami stres. Konsentrasi oksigen terlarut 5 mg/L merupakan
kandungan oksigen yang dianjurkan untuk kesehatan ikan yang optimum.
Keadaan tertentu, ikan mas mampu bertahan untuk sementara pada kandungan
oksigen 0,7 mg/L. Menurut Bhatnagar dan Devi (2013), ikan di daerah tropis
lebih dapat mentoleransi DO daripada ikan di daerah suhu hangat.
Nilai pH pada air kolam Jembar Mas dan air untuk penelitian tidak melebihi
standar, sedangkan nilai pH pada air setelah anestesi tidak layak untuk tempat
hidup ikan. Semakin turun nilai pH, maka nilai CO2 akan semakin naik. Hal ini
dikarenakan meningkatnya respirasi ikan mas. Bhatnagar dan Devi (2013)
menyatakan, nilai pH diantara 7-8,5 ideal untuk produktivitas makhluk hidup,
ikan dapat stres pada pH 4-6,5 dan 9-11. Ikan dapat mati pada pH kurang dari 4
atau lebih dari 11. Kondisi pH rendah yang bersifat kronik, dapat terjadi gangguan
kesehatan berupa terhambatnya pertumbuhan dan ikan akan menjadi hiperaktif,
nervous dan produksi mukus insang yang berlebihan, dan pada akhirnya
menyebabkan gangguan pernafasan (Irianto 2005).
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme. Suhu pada air untuk
penelitian dan air kolam Jembar Mas tidak melebihi standar. Suhu pada air
sebelum anestesi dan sesudah anestesi tidak berfluktuasi secara ekstrim karena
hanya terjadi perubahan 1 ºC. Ikan mas masih dapat bertahan hidup pada suhu
tersebut. Menurut Irianto (2005), ikan mas mampu beradaptasi dengan kenaikan
suhu 8 ºC sejauh air tidak melebihi 30 ºC. Pengaruh suhu secara tak langsung
yaitu mempengaruhi metabolisme, daya larut gas-gas, termasuk oksigen dan
reaksi kimia dalam air (Kordi et al. 2007). Suhu rendah memungkinkan air
mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres
pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung
sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen
(Irianto 2005).
Karbon dioksida (CO2) bersifat lebih mudah larut dalam air dan mempunyai
sifat yang berkebalikan dengan oksigen. Karbon dioksida pada air kolam Jembar
Mas dan air untuk penelitian masih aman untuk ikan hidup, tetapi kandungan CO2
pada air setelah anestesi lebih tinggi yaitu 12,67 mg/L. Kkan mas menyerap
oksigen lebih banyak ketika ditambahkan bahan anestesi. Ratnasari (2002)
menyatakan, konsentrasi yang semakin meningkat, ikan klon dan anemon piring
menyerap oksigen semakin banyak. Sebagai akibatnya akan terjadi pelepasan CO2
ke dalam media uji dalam jumlah yang besar pula. Irianto (2005) menyatakan,
13
kadar CO2 lebih dari 12 mg/L bersifat mematikan. Menurut Kordi et al. (2007),
pada konsentrasi yang tinggi (>10 mg/L), karbondioksida dapat beracun, karena
keberadaannya dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen oleh
hemoglobin. Kenaikan karbondioksida di dalam air akan menghalangi proses
diffusi oksigen dan sebagai kompensasinya biota akan aktif bernafas. Faktor yang
mempengaruhi kandungan karbon dioksida yaitu pH, suhu, dan tekanan parsial
karbondioksida di udara (Irianto 2005).
Total amonia nitrogen (TAN) pada air Jembar Mas lebih tinggi
dibandingkan dengan air untuk penelitian, sedangkan amonia nitrogen pada air
sebelum anestesi memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan air setelah
anestesi. Setiap ikan mempunyai metabolisme yang berbeda. Ikan mas termasuk
ikan yang memiliki metabolisme tinggi (Sulmartini et al. 2009). Tingginya
metabolisme ini menyebabkan nilai TAN menjadi tinggi. Kepadatan ikan juga
mempengaruhi karena semakin padat ikan, maka hasil dari metabolismenya juga
tinggi. Menurut Irianto (2005), keberadaan TAN dalam suatu perairan
dipengaruhi oleh spesies ikan, kadar garam, tingkat paparan amonia, lama
paparan, dan pengaruh aklimasi yang diberikan sebelumnya. Menurut Bhatnagar
dan Devi (2013), amonia (NH3) adalah produk dari metabolisme protein dari ikan
dan dekomposisi bakteri dari bahan organik. Limit maksimum konsentrasi amonia
untuk hewan air adalah 0,1 mg/L. Nilai pH dan suhu sangat mempengaruhi nilai
TAN dalam suatu perairan. Semakin tinggi suhu dan pH, makin tinggi nilai NH3
(Kordi et al. 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Konsentrasi ekstrak kasar umbi teki yang optimal pada ikan mas dengan
ukuran 5 ekor/kg adalah 5%. Konsentrasi 5% merupakan konsentrasi yang dapat
memingsankan ikan lebih cepat. Angka kelulusan hidup ikan mas yang
dipingsankan dengan ekstrak teki 5% sampai menit ke-210 mempunyai kelulusan
hidup 100%.
Saran
Saran dari penelitian ini yaitu dilakukan teknik penyadaran dengan cara
memasukkan ikan ke dalam akuarium yang dengan aerator. Pengujian fitokimia
perlu dilakukan untuk mengetahui kandungan bioaktif sebagai pembius (anestesi)
yang ada pada umbi teki.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah RR. 2012. Teknik imotilisasi menggunakan ekstrak hati batang pisang
(Musa spp) dalam simulasi transportasi kering ikan bawal air tawar
(Colossoma macropomum) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Aini M, Ali M, Putri B. 2014. Penerapan teknik imotilisasi benih ikan nila
(Oreochromis niloticus) menggunakan ekstrak daun bandotan (Ageratum
conyzoides) pada transportasi basah. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan. 2(2): 217-226.
Bhatnagar A, Devi P. 2013. Water quality guidelines for the management of pond
fish culture. International Journal of Environmental Sciences. 3(6):1980- 2009.
Boyd. 1982. Water Quality Mangement for Pond Fish Culture. Alabama (US):
Auburn University
Chaniago A. 2003. Respon ikan sersan mayor (Abudefduf saxatilis) terhadap
pembiusan dengan biji teh (saponin) dan potasium sianida (KCN) [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Chithran A, Babu TR, Himaja N. 2012. Comparative study on anti-inflammatory
activity of Cyperus roduntus (l.) using different solvent system in
carrageenan induced paw edema in albino wistar rats. International Journal
of Phytopharmacology. 3(2): 130-134.
Ciptanto S. 2010. Top 10 Ikan Air Tawar: Panduan Lengkap Secara Organik di
Kolam Air, Kolam Terpal, Karamba dan Jala Apung. Yogyakarta (ID): Lily
Publisher.
Dobsikova R, Svobodova Z, Blahova J, Modra H, Velisek. 2006. Stress Response
to Long Distance Transportation of Common Carp (Cyprinus carpio L.).
ACTA VET BRNO. 75: 437-448.
Dobson G P and Hochachka P W. 1987. Role of Glycolysis in Adenylate
Depletion and Repletion During Work and Recovery in Teleost Fish
Muscle. Journal Exp. Biol. 129: 125-140.
Grace PA dan Borley NR. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Umami V,
penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan
dari: Surgery at a Glance. Ed ke-3
Hastuti S, Supriyono E, Mokoginta I, Subandiyono. 2003. Respon glukosa darah
ikan gurami (Osphronemus gouramy, LAC.) terhadap stres perubahan suhu
lingkungan. Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(2): 73-77.
Hema N, Ramakrishna A, Kumar KNS, Anupama N. 2013. Evaluation of
psicochemical and HPTLC profiling of its ekstracts. International Research
Journal of Pharmacy. 4(6):133-137.
Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
15
Jailani. 2000. Mempelajari pengaruh penggunaan pelepah pisang sebagai bahan
pengisi terhadap tingkat kelulusan hidup ikan mas (Cyprinus carpio)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[KKP] Kementrian Kelautan Perikanan. 2011. Data Pokok Kelautan dan
Perikanan Periode s.d Oktober 2011. Pusat Data Statistik dan Informasi
Sekretariat Jendral Kementrian Kelautan dan Perikanan.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik Menakar Target Ikan
Air Tawar Tahun 2013. [internet] [diunduh 2014 5 Juli]. Tersedia pada:
http//www.djpb.kkp.go.id.
Kordi M, Ghufron H dan Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
Masud S dan Sigh IJ. 2013. Temperature dependent toxicity and behavioural
responses in the freshwater fish Cyprinus carpio exposed to a pyrethroid
pesticide, cypermethrin. Journal of Environmental Science and Water
Resources. 2(10): 375 – 381.
Maulana RA. 2012. Perubahan kondisi fisiologis ikan mas (Cyprinus carpio L.)
Akibat pengaruh perbedaan ukuran dan suhu lingkungan [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Ogretmen F, Gokcek K. 2013. Coparative Efficacy of Three Anesthetic Agents on
Juvenile African Catfish, Clarias gariepinus (Burchell, 1822). Turky
Journal Fisheries Aquatic Science. 13: 51-56.
Ongge D. (2001). Studi penggunaan ekstrak biji karet (Hevea brasailiensis
Muell.Arg) sebagai bahan pemingsanan dalam transportasi ikan mas gift
(Oreochromis sp.) hidup sistim kering [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Pareira NM. 2010. Notes on anaesthesia and surgery in fish. Monte da Caparica
(PT): Portugal.
Pramono V. 2002. Penggunaan ekstrak Caulerpa racemosa sebagai bahan
pembius pada pra transportasi ikan nila (Oreochromis niloticus) hidup.
(skripsi). Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor.
Pratisari D. 2010. Transportasi ikan mas (Oreochromis niloticus) hidup sistem
kering dengan menggunakan pembiusan suhu rendah secara langsung
(skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Puspitasari H, S Listyawati, T Widiyani. 2003. Aktivitas analgetik ekstrak umbi
teki (Cyperus rotundus L.) pada mencit putih (Mus musculus L.) jantan.
Biofarmasi. 1(2): 50-57.
Ratnasari D. 2002. Pengaruh Penggunaan Minyak Cengkeh Terhadap Ikan Klon
(Amphiprion percula) dan Anemon Piring (Heteractis magnifica) sebagai
alternatif Pengganti Potasium Sianida [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rudiyanti S dan Ekasari AD. 2009. Pertumbuhan dan survival rate ikan mas
(Cyprinus carpio Linn) pada berbagai konsentrasi pestisida regent 0,3 G.
Jurnal Saintek Perikanan. 5(1): 39 – 47.
16
Saskia Y, Harpeni E, Kadarini T. 2013. Toksisitas dan kemampuan anestetik
minyak cengkeh (Sygnium aromaticum) terhadap benih ikan pelangi merah
(Glossolepis incisus). Aquasains (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya
Perairan). 2(1): 83-87.
Septiarusli IE, Haetami K, Mulyani Y, Dono D. 2012. Potensi senyawa metabolit
sekunder dari ekstrak biji buah keben (Barringtonia asiatica) dalam proses
anestesi ikan kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus). Jurnal Perikanan
dan Kelautan. 3 (3): 295-299.
Sivapalan SR. 2013. Medicinal uses and Pharmacological activities of Medicinal
uses and Pharmacological activities of Cyperus Linn – A Review.
International Journal of Scientific and Research Publications. 3(5): 1-8.
Sukmiwati M, Sari N I. 2007.Pengaruh konsentrasi ekstrak biji karet (Havea
branciliensis Muel. ARG) sebagai pembius terhadap aktivitas dan kelulusan
hidup ikan mas (Cyprinus carpio, L) selama transportasi. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. 12(1): 23-29.
Sulmartini L, Chotimah DN, Tjahningsih W, Widayanto TV, Triastuti J. 2009.
Respon daya cerna dan respirasi benih ikan mas (Cyprinus carpio) pasca
transportasi dengan menggunkan daun bandotan (Ageratum conyzoides)
sebagai bahan antimetabolik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(1):
79-86.
Susianti. 2010. Pengaruh ekstrak kloroform umbi rumput teki (Cyperus rotundus
L.) terhadap ekspresi protein BCL-2 pada sel hela. Jurnal Sains MIPA. 16
(1): 1-7.
Suwandi R, Jacoeb AM, Muhammad V. 2011. Pengaruh cahaya terhadap aktivitas
metabolisme ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada simulasi
transportasi sistem tertutup. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
14(2): 92-97.
Suwandi R, Nugraha R, Novila W. 2012. Penurunan metabolisme ikan nila
(Oreochromis niloticus) pada proses transportasi menggunakan ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava var. pyrifera). Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia 15(3): 252-260.
Syawal H, Syafriadiman, Hidayah S. 2008. Pemberian ekstrak kayu siwak
(Salvadora persica L.) untuk meningkatkan kekebalan ikan mas (Cyprinus
carpio L.) yang dipelihara dalam keramba. Biodiversitas. 9(1): 44-47.
Syawal H, IkhwanY. 2011. Respon fisiologis ikan jambal siam (Pangasius
hypopthalamus) pada suhu pemeliharaan yang berbeda. Berkala Perikanan
Terubuk. 39(1): 51-57.
Wijayanti I, Elizabeth J T, Agus, Nani N, Christina L, R Marwita S P, Adrianus O
W K, Ruddy S. 2011. Pengaruh temperatur terhadap kondisi anastesi pada
bawal tawar Colossoma macropomum dan lobster tawar Cherax
quadricarinatus. Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Pulau-Pulau
Kecil. 67-76.
17
Yanto H. 2009. Penggunaan MS-222 dan larutan garam pada transportasi ikan
jelawat (Leptobarbus hoevenii). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia. 1(16): 47-54.
Yanto H. 2012. Kinerja MS-222 dan kepadatan ikan botia (Botia macracanthus)
yang berbeda selama transportasi. Jurnal Penelitian Perikanan. 1(1): 43-51.
18
Lampiran 1 Tabel ANOVA data penelitian
a) Waktu pingsan ikan mas
Jumlah pangkat df Rerata pangkat F Sig.
Antar kelompok 4039.836 4 1009.959 31.333 ,000
Dalam kelompok 322.331 10 32.233
Total 4362.167 14
b) Waktu sadar ikan mas
Jumlah pangkat df Rerata pangkat F Sig.
Antar kelompok 87,554 3 29,185 5,010 ,030
Dalam kelompok 46,600 8 5,825
Total 134,154 11
c) Penelitian utama
Jumlah pangkat df Rerata pangkat F Sig.
Antar kelompok 10,345 2 5,172 21,247 ,002
Dalam kelompok 1,461 6 ,243
Total 11,805 8
Lampiran 2 Tabel uji lanjut tukey data penelitian
a) Waktu pingsan ikan mas
Tukey HSD
Konsentrasi
N Taraf nyata = .05
1 2 3 1
6% 3 9.2567
5% 3 10.4500
4% 3 33.2267
3% 3 42.6433 42.6433
2% 3 49.2167
Sig. .999 .319 .631
Rerata kelompok dalam taraf nyata homogen ditampilkan. a Menggunakan
Ukuran Rerata Contoh yang Harmonis = 3,000.
19
b) waktu sadar ikan mas
Tukey HSD
Konsentrasi
N Taraf nyata = .05
1 2 1
4% 3 3,8533
2% 3 4,5533 4,5533
3% 3 6,1500 6,1500
5% 3 10,7867
Sig. ,663 ,053
Rerata kelompok dalam taraf nyata homogen ditampilkan.
a Menggunakan Ukuran Rerata Contoh yang Harmonis = 3,000.
c) Penelitian utama
Tukey HSD
Lama_pingsan
N Taraf nyata = .05
1 2 1
150 menit 3 3,7400
180 menit 3 4,7933
210 menit 3 6,3500
Sig. ,088 1,000
Rerata kelompok dalam taraf nyata homogen ditampilkan. a Menggunakan
Ukuran Rerata Contoh yang Harmonis = 3,000.
20
Lampiran 3 Bahan yang digunakan dalam penelitian
a) b)
c) d)
e) f)
Ikan mas (Cyprinus carpio) Ekstrak umbi teki
Rumput teki (dengan umbi) Rumput teki
Ikan mas ditidurkan dengan
suhu 8 °C Pengukuran glukosa darah
21
Lampiran 4 Rumus perhitungan
Ekstrak Kasar umbi teki
Konsentrasi larutan stok = = 50 % (b/v)
V2 = volume air dalam wadah (4000 mL)
M1 = 50% (konsentrasi awal)
M2 = 2%, 3%, 4%, 5% (konsentrasi yang dicari)
Perhitungan konsentrasi terbaik
Konsentrasi 2% : 50% x V1 = 2% x 4000 mL
V1 =
V1 = 160 mL (b/v) (teki yang dibutuhkan)
Air yang dibutuhkan = 4000 – 160 = 3.640 mL
Konsentrasi 3% : 50% x V1 = 3% x 4000 mL
v1 =
v1 = 240 mL (b/v) (teki yang dibutuhkan)
Air yang dibutuhkan = 4000 – 240 = 3.760 mL
Konsentrasi 4% : 50% x V1 = 4% x 4000 mL
V1 =
V1 = 320 ml (b/v) (teki yang dibutuhkan)
Air yang dibutuhkan = 4000 – 320 = 3.680 ml
Konsentrasi 5% : 50% x V1 = 5% x 4000 ml
v1 =
v1 = 400 mL (b/v) (teki yang dibutuhkan)
Air yang dibutuhkan = 4000 – 400 = 3.600 mL
Konsentrasi 6% : 50% x V1 = 6% x 4000 ml
v1 =
v1 = 480 mL (b/v) (teki yang dibutuhkan)
Air yang dibutuhkan = 4000 – 400 = 3.520 mL
Penelitian utama
V2 = volume air dalam aquarium (16.000 mL)
M1 = 50% (konsentrasi awal)
M2 = 5% (konsentrasi yang dicari)
Konsentrasi yang digunakan
Konsentrasi 5% : 50% x V1 = 5% x 16.000 mL
V1 =
V1 = 1.600 mL (b/v) (teki yang dibutuhkan)
Air yang dibutuhkan = 16.000 – 1.600 = 14.400 mL
22
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, tanggal 13 Mei 1992. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ayah yang bernama Mulyani
dan Ibu yang bernama Supaeti.
Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis berawal dari SDN
Pucangsewu, Pacitan, tahun 1998 hingga tahun 2004. Penulis kemudian
melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Pacitan pada tahun 2004 hingga tahun 2007.
Tahun 2008 hingga tahun 2010, penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1
Pacitan.
Penulis masuk di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
pada tahun 2010 di jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan sampai saat ini. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Unit
Kegiatan Mahasiswa Merpati Putih Institut Pertanian Bogor (MP IPB), Sekretaris
Merpati Putih Institut Pertanian Bogor (MP IPB) tahun kepengurusan 2011/2012,
dan menjadi wakil IPB dalam Kejuaraan Pencak Silat IPB OPEN 2012, penerima
beasiswa BIDIKMISI, kepanitiaan OMBAK 2012 divisi keamanan.
Penulis melakukan praktik lapangan di PT Surya Alam Tunggal, Sidoarjo
dengan judul “Good Manufacturing Practice (GMP) Pengolahan Paha Kodok
Beku PT Surya Alam Tunggal Sidoarjo, Jawa Timur”. Penulis melakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Ekstrak Kasar Umbi Teki (Cyperus rotundus)
sebagai Bahan Anestesi Ikan Mas (Cyprinus carpio)” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor dibawah bimbingan Dr Ir Ruddy Suwandi, MS MPhil dan Prof
Dr Ir Nurjanah, MS.