EFEKTIFITAS INTENSITAS CAHAYA TERHADAP GRADASI …digilib.unila.ac.id/26836/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of EFEKTIFITAS INTENSITAS CAHAYA TERHADAP GRADASI …digilib.unila.ac.id/26836/3/SKRIPSI TANPA BAB...
EFEKTIFITAS INTENSITAS CAHAYA TERHADAP GRADASI WARNADAN KAROTENOID KARANG Lobophyllia hemprichii
(Skripsi)
Oleh
AHMAD MUSTAWA
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANPROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
2017
ABSTRAK
EFEKTIFITAS INTENSITAS CAHAYA TERHADAP GRADASI WARNADAN KAROTENOID KARANG Lobophyllia hemprichii
Oleh
Ahmad Mustawa
L. hemprichii merupakan jenis karang keras bersimbiosis mutualisme dengan algasimbion, yang hidup di perairan laut pada kedalaman 5-9 meter. L. hemprichiimemiliki warna menarik sehingga menjadikan nilai ekonomis tinggi. Warnatersebut dihasilkan dari alga simbion yang memiliki pigmen seperti karotenoid.Pigmen karotenoid berperan aktif menyerap cahaya dalam proses fotosintetik algasimbion. Penelitian ini bertujuan memperoleh pengaruh perbedaan intensitascahaya terhadap gradasi warna merah dan kandungan karotenoid L. hemprichii.Penelitian dilakukan dengan menempatkan L. hemprichii ke dalam akuariumperlakuan ICR (Intensitas Cahaya Rendah=1514 Lux), Perlakuan ICS (IntensitasCahaya Sedang = 3028 Lux), perlakuan ICR (Intensitas Cahaya Tinggi = 4547Lux). Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas cahaya berpengaruhterhadap gradasi warna karang L. hemprichii dan intensitas cahaya berpengaruhterhadap konsentrasi pigmen total karotenoid L. hempirchii. Intensitas cahayapaling baik untuk warna L. hempirchii dan produksi pigmen karotenoid yaituintensitas cahaya tinggi (4547 Lux).
Kata kunci : alga simbion, cahaya, fotosintetik, karotenoid.
ABSTRACT
EFFECTIVITY OF LIGHT INTENSITY ON COLOR GRADATION ANDCAROTENOIDS CONTENT OF Lobophyllia hemprichii
By
Ahmad Mustawa
L. hemprichii is a hard coral species, has symbiotic mutualism with algaesymbionts, which lives in sea waters at the depth of 5-9 meters. L. hemprichii hasattractive colors that make it has high economic value. The color is produced fromalgae symbionts that have pigments such as carotenoids. Carotenoid pigmentsplay an active role in absorbing light in the process of photosynthetic algaesymbionts. The aims of this study were to gain different effects of light intensityto color gradation of red and carotenoids content of L. hemprichii. The study wasconducted by placing L. hemprichii into aquriums with ICR treatment (Low LightIntensity = 1514 Lux), ICS treatment (Medium Light Intensity = 3028 Lux),treatment ICR (High Light Intensity = 4547 Lux). The results showed that thelight intensity affect the color gradation of coral L. hemprichii and light intensityaffect the concentration of total carotenoid pigment L. hempirchii. The best lightintensity for L. hempirchii color and carotenoid pigment production was high lightintensity (4547 Lux).
Keywords : algae symbionts, carotenoid, light, photosynthetic.
EFEKTIFITAS INTENSITAS CAHAYA TERHADAP GRADASI WARNADAN KAROTENOID KARANG Lobophyllia hemprichii
Oleh
AHMAD MUSTAWA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 28
Juli 1993 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara,
pasangan Bapak Riyanto Cahyo Bawono dan Ibu Esti
Handayani.
Penulis memulai pendidikan dari Taman Kanak-Kanak
(TK) Al-Hidayah Sawah Brebes, Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 1999, dilanjutkan pendidikan
sekolah dasar di SD Negeri 1 Sawah Brebes yang diselesaikan pada tahun 2005,
Sekolah Menengah Pertama di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2008, kemudian pendidikan Sekolah Mnengah Atas di
SMA YP UNILA Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.
Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang S1 di jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi
mahasiswa penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Parasit dan Penyakit
Organisme Air, Mikrobiologi, Ekologi Perairan, dan Menejemen Kesehatan Ikan.
Organisasi yang pernah diikuti penulis yaitu Himpunan Mahasiswa Budidaya
Perairan Unila (HIDRILA), menjadi anggota bidang Penelitian dan
Pengambangan pada periode 2012/2013 dan menjadi Ketua Bidang Pengabdian
Masyarakat Periode 2013/2014.
Penulis pernah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Gedung Aji Talang
Buah Kecamatan Gedung Aji Tulang Bawang pada tahun 2015. Penulis pernah
melakukan Praktek Umum di Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
(BLUPPB) Karawang pada tahun 2014, dengan Judul “Pembenihan Ikan Nila
Nirwana (Oreochromis niloticus) di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang, Jawa Barat”. Penulis pernah
mengikuti lomba program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) dengan programnya
yaitu “Konservasi Terumbu Karang dengan Mengoptimalkan Peran
Masyarakat Sekitar Wilayah Ekowisata Lumba-lumba (Tursiops truncatus)
Teluk Kiluan Lampung” pada tahun 2013 dan “Pendederan Ikan Gurami
(Ospronemus gouramy) di Lahan Sempit Perkotaan Dengan Menerapkan
sistem FIMTA (Freshwater Integrated Multi-Tropic Aquakultere) Sebagai
Solusi Usaha Yang Menguntungkan” pada tahun 2014.
Penulis menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dengan menulis skripsi yang
menjadi syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana perikanan dengan judul
“Efektifitas Intensitas Cahaya terhadap Gradasi Warna dan Kandungan
Karotenoid Karang Lobophyllia hemprichii”.
Atas ridho Allah SWT
dan segala kerendahan hatikupersembahkan skripsiku ini
kepada orang tua yaitu
Ayah dan Ibu
dalam hidupku yang selalu mendoakan,mendidik dan memberi semangat
yang tiada henti
untuk Mamas dan Mbak tercintayang senantiasa memberikan semangat
dan dukungan yang tiada
henti-hentinya
MOTO
“Janganlah terlalu lama di zona nyamanyang akan membuatmu tidak berkembang”
“Jadilah orang yang selalu mencari solusidari pada menjadi orang yang selalu mencari
alasan”
“Percaya dan bertanggung jawab terhadapdiri sendiri dari pada menyalahkan orang “
“Janganlah engkau merasa rendah hatidengan adanya olokan-olokan yang
dilontarkan kepadamu maka jadikanlaholokan-olokan tersebut sebagai cambuk
untukmu agar dapat melangkah jauh lebihbaik ke depan dari yang lainya”
SANWACANA
Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT yang melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Efektifitas Intensitas Cahaya terhadap Gradasi Warna dan Kandungan
Karotenoid Karang Lobophyllia hemprichii”, yang merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu, Ayah, Mamas dan Mbak yang tak pernah lelah mendukung dan
mendoakan serta senantiasa memberikan semangat dalam menyelesaikan
pembuatan skripsi.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. sebagai dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. sebagai ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung
4. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si sebagai ketua Program Studi Budidaya
Perairan Universitas Lampung
5. Bapak Moh. Muhaemin, S.Pi., M.Si dan Ibu Esti Harpeni S.T., MappSc
selaku Pembimbing atas ilmu, bimbingan, nasehat serta saran yang
menjadikan saya lebih baik lagi
6. Ibu Henni Wijayanti.M., S.Pi., M.Si. selaku pembahas atas bimbingan,
motivasi, nasehat, saran dan evaluasi dalam penyelesaian skripsi.
7. Bapak Deny Sapto Chondro Utomo, S.Pi, M.Si selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama
menjalankan studi di Program Studi Budidaya Perairan.
8. Tim Coral Reef (Akbar) yang saling melengkapi satu sama lain sehingga
penelitian kita dapat terselesaikan dengan baik.
9. Tim Zooxanthellae (Weni, Sulis, Encun) yang telah membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
10. Teman-teman Restu, Utami, Maryani, Poe, Shara, Ajeng, Agasi, Puraka,
Dimas, Balan, Auliyan, Agi, Edo, Tomas, Khanif dan teman-teman Kantin
Chindo Bunda & Lounge yang tidak disebutkan satu persatu terimakasih atas
kebersamaan, bantuan, dukungan selama ini.
Penyusun menyadari dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Bandar Lampung, 25 Mei 2017Penulis
Ahmad Mustawa
NPM. 1114111005
i
DAFTAR ISI
HalamanLEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 11.2.Tujuan Penelitian .................................................................................... 21.3.Manfaat Penelitian .................................................................................. 21.4.Kerangka Pemikiran................................................................................ 21.5.Hipotesis.................................................................................................. 5
II. METODE PENELITIAN
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 72.2. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 72.3. Rancangan Penelitian .............................................................................. 82.4. Prosedur Penelitian.................................................................................. 92.4.1 Tahap Persiapan .................................................................................... 9
2.4.1.1 Sirkulasi air ................................................................................. 92.4.1.2 Pengambilan sampel.................................................................... 92.4.1.3 Aklimatisasi karang..................................................................... 9
2.4.2 Tahap Pengamatan ................................................................................ 102.4.2.1 Pengukuran M-TCF (Modified Toca Colour Finder) pada L.
hemprichii.................................................................................... 102.4.2.2 Pengambilan M-TCF (Modified Toca Colour Finder) pada L.
hemprichii dengan metode AHP ................................................. 112.4.2.3 Uji karotenoid.............................................................................. 14
2.5 Parameter Kualitas Air ............................................................................. 152.6 Analisis Data ............................................................................................ 15
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Intensitas Warna Karang L. hemprichii.................................................... 163.1.1 Modified Toca Color Finder (M-TCF) ................................................. 163.1.2 Pengambilan M-TCF (Modified Toca Colour Finder) pada L.
hemprichii dengan metode AHP........................................................... 203.2 Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pigmen Karotenoid ..................... 223.3 Hubungan Antara Gradasi Warna Karang dengan Konsentrasi Pigmen
Karotenoid pada Karang L. hemprichii................................................... 253.4 Kualitas Air .............................................................................................. 25
ii
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan............................................................................................... 284.2 Saran......................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram kerangka pikir penelitian.................................................................. 5
2. Karang L. hemprichii ...................................................................................... 8
3. Tata letak rancangan penelitian penelitian tiap perlakuan .............................. 8
4. Sketsa penelitian.............................................................................................. 10
5. Skala nilai M-TCF (Modified Toca Colour Finder) ....................................... 11
6. Hubungan intensitas warna karang L. hemprichii terhadap Waktu ................ 18
7. Rata-rata intensitas warna karang L. hemprichii............................................. 19
8. Konsentasi total karotenoid karang L. hemprichii .......................................... 24
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Spesifikasi alat ............................................................................................... 7
2. Skala penilaian AHP (Analytical Hierarchy Process) ................................... 12
3. Matriks perbandingan..................................................................................... 13
4. Matriks perbandingan ternormalisasi ............................................................. 13
5. Nilai RI (Random Index)................................................................................ 14
6. Koefisien persamaan regresi antara intensitas cahaya dengan intensitaswarna karang L hemprichii............................................................................. 20
7. Pengukuran Consistency Ratio (CR) menggunakan metode AnalyticalHierarchy Process (AHP) .............................................................................. 21
8. Koefisien persamaan regresi polinomial konsentrasi karotenoid................... 25
9. Kualitas air selama pemeliharaan L. hemprichii ............................................ 26
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Nilai rata-rata M-TCF pada warna L. hemprichii ........................................... 33
2. Nilai Consistency Indeks (CI) dan Consistency Ratio (CR) dalampengambilan keputusan warna menggunakan metode Analytical HierarchyProcess (AHP)................................................................................................ 34
3. Nilai rata-rata konsentrasi karotenoid pada L. Hemprichii ............................ 35
4. Pengukuran rasio konsistensi menggunakan metode AHP padapengamatan hari ke-3 ..................................................................................... 36
5. Pengukuran rasio konsistensi menggunakan metode AHP pada pengamatanhari ke-6.......................................................................................................... 38
6. Pengukuran rasio konsistensi menggunakan metode AHP pada pengamatanhari ke-9.......................................................................................................... 40
7. Pengukuran rasio konsistensi menggunakan metode AHP padapengamatan hari ke-12 ................................................................................... 42
8. Pengukuran rasio konsistensi menggunakan metode AHP pada pengamatanhari ke-15........................................................................................................ 44
9. Hasil uji ANOVA dan uji BNT / LSD gradasi warna karang menggunakanModified Toca Color Finder (M-TCF) .......................................................... 46
10.Hasil uji ANOVA dan uji BNT / LSD konsentrasi total karotenoid L.hemprichii....................................................................................................... 47
11.Hasil uji korelasi pearson antara konsentrasi total karotenoid dengangradasi warna karang pada L. hemprichii....................................................... 48
12. Bahan dan alat yang digunakan selama penelitian........................................ 49
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan yang paling produktif.
Namun tingkat produktifitas yang tinggi, juga diikuti dengan kerusakan yang
terjadi akibat aktifitas manusia maupun pengaruh alam. Kerusakan oleh aktivitas
manusia menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup terumbu karang
(Dahuri, 1999). Aktivitas manusia yang mengancam terumbu karang meliputi
sedimentasi, pencemaran, penangkapan dan pengeboman ikan. Beberapa faktor
lain yang menimbulkan kerusakan antara lain tingginya peningkatan suhu
permukaan laut (Jones et al., 1998), pencemaran senyawa kimia (Jones et al.,
1999), radiasi sinar matahari (Brown et al., 1999), penurunan suhu permukaan
laut (Saxby et al., 2003), infeksi bakteri (Shenkar et al., 2006), dan penurunan
salinitas (Downs et al., 2009).
Kerusakan terumbu karang di perairan dapat terlihat dari koloni karang yang
terangkat dari substratnya, bentuk karang yang hancur dan mengalami perubahan
warna dari yang sebelumnya cerah menjadi pudar hingga berwarna putih
(bleaching). Pemutihan adalah suatu proses yang mengalami penurunan bahkan
hilangnya kemampuan fotosintetik symbiodinium sebagai simbion (Bhagooli dan
Hidaka, 2003).
Terumbu karang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi hewan karang secara
heterotrofik dengan mencerna bakteri hingga meso atau makrozooplankton
(Ferrier-Pages et al., 2011) dan memanfaatkan hasil fotosintesis alga simbion
yaitu zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan nama kelompok yang
beranggotakan jenis mikroalga dari genus Symbiodinium (Tomascik et al., 1997).
Zooxanthellae berada di dalam sel gastrodermis karang dan tersebar di seluruh
koloni, serta berwarna kekuningan hingga cokelat (Reid dan Reid, 2011).
2
Berdasarkan penelitian Jompa (2004) zooxanthellae membutuhkan cahaya yang
cukup untuk melakukan fotosintesis.
Intensitas cahaya yang rendah akan menghambat proses fotosintesis zooxanthellae
sehingga kemampuan karang menghasilkan kalsium karbonat, pembentukan
terumbu, dan warna karang juga berkurang. Hal tersebut akan mempengaruhi laju
pertumbuhan terumbu karang. Tingginya intensitas cahaya juga dapat
menyebabkan pigmen fotosintesis rusak yang berakibat pada pemudaran warna
hingga karang terlihat berwarna putih. Tingginya intensitas cahaya yang masuk ke
perairan disebabkan perubahan iklim dan pemanasan global. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Bhagooli dan Hidaka (2004), gelombang cahaya
yang dibutuhkan pada pigmen fotosintesis zooxanthellae berkisar antara 400-700
nm. Terumbu karang umumnya memiliki pigmen fotosintesis yaitu pigmen
karotenoid yang bertugas sebagai photoprotective untuk cahaya maupun suhu
yang diterima dalam batas tertentu (Warner et al., 1996). Pigmen karotenoid akan
menyerap cahaya panjang gelombang 435-495 nm (Payri et al., 2001).
Oleh karena itu, kondisi karang perlu diamati secara terus-menerus untuk
memastikan bahwa karang masih dalam kondisi baik, ditandai dengan kestabilan
warna karang dan kandungan pigmen karotenoid ketika diberi intensitas cahaya
yang berbeda.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon warna dan kandungan
karotenoid karang Lobophyllia hemprichii dengan intensitas cahaya yang berbeda.
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang
efektifitas intensitasi cahaya terhadap respon adaptasi karang L. hemprichii.
1.4. Kerangka Pemikiran
L. hemprichii merupakan jenis karang keras yang tersebar di Indonesia termasuk
di perairan Lampung. Karang tersebut umum ditemukan di lereng terumbu bagian
3
atas tempat koloni yang berbeda dapat membentuk monospecific dan L.
hemprichii tumbuh di kedalaman 9-15 meter dengan intensitas cahaya medium
(IUCNredlist, 2016).
Terumbu karang memiliki kerentanan hidup terhadap kondisi yang tidak stabil
seperti terjadinya perubahan iklim. Pengaruh dari perubahan iklim yang
ditimbulkan seperti perubahan intensitas cahaya matahari. Ancaman tersebut
dapat mengakibatkan terganggunya kelangsungan hidup khususnya yang
bersimbiosis dengan terumbu karang yaitu alga simbiotik. Jompa (2004) alga
simbiotik membutuhkan cahaya yang cukup untuk melakukan fotosintesis,
kurangnya intensitas cahaya laju fotosintesis akan berkurang sehingga
kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat dan membentuk
terumbu akan berkurang pula.
Karang jenis L. hemprichii merupakan karang hermatipik memiliki alga simbiotik
dimana kehidupannya menguntungkan satu sama lain. Nybakken (1992), karang
di daerah tropis merupakan karang hermatipik yang bersimbiosis mutualisme
dengan alga simbiotik yang bergantung pada cahaya. Alga simbiotik pada karang
hermatipik yaitu zooxanthellae sangat diperlukan demi kelangsungan hidup
karang dengan memenuhi kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan terumbu karang
melalui hasil dari fotosintesis dan keuntungan bagi zooxanthellae diberikannya
tempat hidup pada jaringan gastrodermis hewan karang.
Zooxanthellae memberikan warna pada karang dengan pigmen alami yang
dihasilkannya (Santoso, 2011). Pigmen alami yang dihasilkan salah satunya yaitu
karotenoid. Karotenoid merupakan pigmen yang mampu memberikan warna
merah hingga kuning pada karang, sehingga cahaya yang di pantulkan karang
akan terlihat menarik dengan warna yang di hasilkan. Warna berasal dari pantulan
panjang gelombang benda yang berasal dari cahaya tampak.
Sel mikroalga terdapat pigmen karotenoid yang memiliki peran untuk membantu
pigmen fotosintesis seperti klorofil dalam menyerap cahaya yang di butuhkan
untuk proses fotosintesis. Membantu melindungi jaringan dari serangan
4
lingkungan sekitar serta melindungi dari serangan yang di hasilkan dari proses
metabolisme yang merupakan peran lain dari pigmen karotenoid. Sampai saat ini,
sebanyak 700 jenis pigmen karotenoid yang telah di temukan, berdasarkan
perbedaan struktur molekulnya (Britton, 1995).
Kerusakan karang terjadi akibat hilangnya alga simbiotik yaitu zooxanthellae dan
terdegradasi pigmen alga simtiobik karang. Karang yang kehilangan
zooxanthellae pada jaringan karang akan kehilangan sekitar 75-79% sumber
makanannya (Tackett dan Tackett, 2002). Degradasi pigmen alga simbiotik
karang menimbulkan pemudaran warna karang sampai berwarna putih. Selama
peristiwa pemutihan, karang kehilangan 60–90% dari jumlah zooxanthellae-nya
dan zooxanthellae yang masih tersisa dapat kehilangan 50–80% dari pigmen
fotosintesis (Glynn, 1996). Warna yang dihasilkan alga simbiotik karang
ditentukan pada cahaya yang diserap oleh pigmen karotenoid. Penyerapan cahaya
ditentukan pada lama penyinaran cahaya dan intensitas cahaya. Semakin tinggi
intensitas cahaya yang dipancarkan, maka semakin tinggi jumlah pigmen
karotenoid yang dihasilkan, hal tersebut diakibatkan oleh intensitas cahaya tinggi
cenderung menyebabkan fotoinhibisi sehingga karotenoid berperan sebagai
pigmen fotoprotektif. Young (1991), pigmen karotenoid akan teraktivasi untuk
menyerap cahaya yang berlebihan ketika pigmen klorofil tidak mampu menyerap
cahaya tersebut sehingga memperluas jangkauan penyerapan cahaya yang efektif
untuk fotosintesis. Gabungan dari intensitas cahaya yang tinggi dan lama
penyinaran dapat mempengaruhi warna karang dan kandungan pigmen
karotenoid.
5
Gambar 1. Diagram kerangka pikir penelitian
1.5. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis perlakuan pengaruh intensitas cahaya yang berbeda terhadap
respon perubahan warna L. hemprichii
H0 = Intensitas cahaya yang berbeda tidak berpengaruh terhadap perubahan
warna merah pada L. hemprichii.
H1 = Intensitas cahaya yang berbeda berpengaruh terhadap respon
perubahan warna merah pada L. hemprichii.
b. Hipotesis perlakuan pengaruh intensitas cahaya yang berbeda terhadap
konsentrasi karotenoid L. hemprichii.
H0 = Intensitas cahaya yang berbeda tidak berpengaruh terhadap
konsentrasi total karotenoid pada L. hemprichii.
Kerusakan Karang L. hemprichii
Intensitas cahaya
Perubahan warna dan kandungan karotenoid pada karang
Analisis kandungan karotenoid
Intensitas cahaya tinggi akan merespon dengan baik pada warna merah dan
meningkatnya konentrasi total karotenoid pada L. hemprichii
Analisis gradasi warna karang
menggunakan TCF
6
H1 = Intensitas cahaya yang berbeda berpengaruh terhadap konsentrasi total
karotenoid pada L. hemprichii.
7
II. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan selama 44 hari yaitu pada bulan Agustus-September 2016,
bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain lux meter, akuarium tandon
berukuran 50x30x40cm3, akuarium pemeliharaan karang 50x30x40cm
3, pipa
paralon, pH meter, DO meter, termometer batang, lampu 20 watt, lampu 40 watt,
lampu 60 watt, akuarium filter 40x30x30cm3 (1 pompa, protein skimmer, dan pipa
paralon), Modified Toca Colour Finder (M-TCF) atau coral health chart (Siebeck
et al, 2008), spektrofotometer, cuvet, pipet tetes, dan beaker glass (Tabel 1).
Tabel 1. Spesifikasi alat
No Alat Spesifikasi
1 Lux meter Rentang pengukuran cahaya 0-50.000 LUX
2
Protein skimmer Protein skimmer jenis BM CURVE 5 dengan
pompa jenis SP1000 memiliki kemampuan
menghisap air sebanyak 500L/jam.
3
Pompa Memiliki kemampuan menghisap 1500L/jam dan
dapat di gunakan pada ketinggian maksimal 1,5
meter.
4 Spektrofotometer Genesys 20
5 Timbangan digital Boeco Germany BBL41
6 Refraktometer Atago 5/Mill-E
7 Autoklaf Wiseclave Wacs1060
8 Sentrifuge aRotina35
9 Cawan Petri Steriplan
10 Mortar porcelaine Diameter 8 cm
11 Tabung reaksi Pyrex
8
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah karang L. hemprichii berwarna
merah (Gambar 2), 300 liter air laut , pasir laut kasar maupun halus, pecahan
karang, fitoplankton, kapas filter, dan larutan aseton 90%.
Gambar 2. Karang L. hemprichii
2.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dibagi ke dalam 4 perlakuan dan masing-masing
terdiri dari 4 kali ulangan. Adapun perlakuan yang digunakan adalah sebagai
berikut (Gambar 3):
1. Perlakuan K : Cahaya matahari (3001 Lux)
2. Perlakuan ICT : Lampu 20 watt (1514 Lux) Intensitas Cahaya Rendah (ICR)
3. Perlakuan ICS : Lampu 40 watt (3028 Lux) Intensitas Cahaya Sedang (ICS)
4. Perlakuan ICR : Lampu 60 watt (4547 Lux) Intensitas Cahaya Tinggi (ICT)
Gambar 3. Tata letak rancangan penelitian penelitian tiap perlakuan
9
2.4 Prosedur Penelitian
2.4.1 Tahap persiapan
2.4.1.1 Sirkulasi Air
Sirkulasi air atau biasa disebut cycling merupakan proses perputaran air dalam
akuarium dilakukan selama 14 hari bertujuan membersihkan air laut dari kotoran,
senyawa kimia, plankton (Gambar 4). Langkah untuk melakukan proses sirkulasi
air, alat dan bahan yang dibutuhkan akuarium sump atau akuarium filter yang
berukuran 40x30x30cm3 dibagi menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama berisi pipa
inlet dari tandon, bagian kedua berisi pasir dan pecahan karang, bagian ketiga
berisi protein skimmer. Air laut pada akuarium filter dihubungkan menggunakan
pipa menuju tiga akuarium utama berukuran 50x30x40 cm3, dan lampu 20 watt,
lampu 40 watt, lampu 60 watt. Air yang keluar dari akuarium utama dihubungkan
menggunakan pipa menuju tandon yang berisi 1 buah pompa air.
2.4.1.2 Pengambilan Karang L. hemprichii
Karang yang telah didapatkan segera dibawa ke laboratorium untuk
meminimalkan terjadinya kematian karang. Adapun cara pengemasan dalam
transportasi karang yaitu membalut seluruh bagian karang menggunakan plastik
dan disusun kedalam box sterofoam untuk meminimalisir terjadinya kerusakan
pada karang selama transportasi.
2.4.1.3 Aklimatisasi Karang L. hemprichii
Karang dimasukkan ke dalam akuarium utama berisi air laut yang sebelumnya
mengalami proses cycling selama 14 hari dan menempatkan sampel 2 baris
dengan pemberian nama sampel secara acak diisi 4 buah karang sebagai ulangan
setiap akuarium perlakuan (Gambar 4). Proses aklimatisasi dilakukan hingga
warna merah pada karang tersebut menyerupai ketika karang berada di alam.
10
Gambar 4. Sketsa penelitian. (a) protein skimmer, (b) pecahan karang, (c) pasir,
(d) akuarium perlakuan ICT, (e) akuarium perlakuan ICS, (f)
akuarium perlakuan ICR, (g) tandon, dan (h) pompa air.
2.4.2 Tahap Pengamatan
Pada tahap pengamatan, dilakukan perlakuan berupa 4 intensitas cahaya yang
berbeda serta dengan empat kali ulangan setiap perlakuan yakni intensitas cahaya
rendah dengan lampu 20 watt, intensitas cahaya sedang dengan lampu 40 watt,
dan intensitas cahaya tinggi dengan lampu 60 watt secara terpisah selama 15 hari
dan dilakukan pengamatan setiap 3 hari. Adapun pengamatan yang dilakukan
sebagai berikut :
2.4.2.1 Pengukuran M-TCF (Modified Toca Colour Finder) pada L.
hemprichii
Pengukuran sampel warna pada koloni karang dengan menggunakan tolak ukur
warna yaitu M-TCF (Modified Toca Colour Finder) atau coral health chart
a
c
b
d e f
g h
11
(Siebeck et al, 2008) yang terlebih dahulu ditetapkan standar warnanya (Gambar
5). Parameter warna yang ditetapkan melalui M-TCF, kemudian dikuantifikasi
visual dengan sistem ranking yang terdiri atas warna pada karang. Pengukuran
warna sampel karang dibutuhkan lima orang pengamat independen yang tidak
memiliki buta warna bertujuan agar hasil yang didapat akurat.
Gambar 5. Skala nilai M-TCF (Modified Toca Colour Finder)
2.4.2.2 Pengambilan M-TCF (Modified Toca Colour Finder) pada
L. hemprichii dengan metode AHP
Berbagai metode dapat dipilih sebagai dasar ilmiah proses pengambilan keputusan
untuk masalah semi terstruktur. Penetapan metode tentu harus sesuai dengan
permasalahan agar solusi yang dihasilkan merupakan solusi optimal. Pengukuran
rasio konsisten menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
bertujuan untuk mengetahui hasil dari keputusan lima orang pengamat independen
dalam pengukuran warna sampel melalui M-TCF.
Metode AHP akan meminta pengguna untuk membandingkan setiap dua kriteria
(pairwise comparison) sehingga untuk empat kriteria (Saaty, 2008) diperoleh :
C(4,2) = ( )
= 6 hasil perbandingan. (Keterangan : n = jumlah kriteria)
12
Untuk kegiatan pembandingan antar sepasang objek, metode AHP memberikan
sebuah standar nilai pembandingan antar dua objek (Tabel 2). Data nilai pada
Tabel 2 merupakan bentuk kuantitatif dari sintaks pembanding mulai dari nilai
tertinggi (9 : Sangat diutamakan) sd nilai terendah (1: Setara)
Tabel 2. Skala penilaian AHP (Analytical Hierarchy Process)
Sintaks Pembanding Nilai
Warna sangat merah 9
Lebih merah menuju sangat merah 8
Lebih merah 7
Merah menuju lebih merah 6
Merah 5
Cukup merah menuju merah 4
Cukup merah 3
Setara menuju cukup merah 2
Setara 1
Adapun langkah-langkah dalam metode AHP yaitu:
1. Langkah pertama untuk mencari rasio konsistensi hasil dari setiap
pengamatan menggunakan metode AHP dengan menyatukan pendapat
setiap kriteria dari 5 pengamat independen yang tidak memiliki buta warna
menggunakan rata-rata geometrik.
√
G = rata-rata geometrik
x1 = pengamat independen ke-1
x2 = pengamat independen ke-2
xn = pengamat independen ke-n
2. Hasil dari rata-rata geometrik tersebut dimasukkan kedalam pairwise
comparison yaitu menentukan perbandingan antara sepasang kriteria dari
empat kriteria yang ada. Kriteria yang akan diperbandingkan menggunakan
metode AHP adalah sampel kontrol, sampel intensitas cahaya tinggi (ICT),
sampel intensitas cahaya sedang (ICS), dan sampel intensitas cahaya rendah
(ICR). Pembandingan dilakukan berdasarkan tingkat warna merah. Hasil
13
dari pairwise comparison diurutkan setiap kriteria berdasarkan
keutamaannya.
3. Menyusun matriks perbandingan (Tabel 3) dari hasil perbandingan antar
pasangan kriteria pairwise comparison yaitu kriteria sampel kontrol, sampel
intensitas cahaya tinggi (ICT), sampel intensitas cahaya sedang (ICS), dan
sampel intensitas cahaya rendah (ICR).
Tabel 3. Matriks perbandingan
kriteria kontrol ICT ICS ICR
kontrol 1 kontrol/ICT kontrol/ICS kontrol/ICR
ICT ICT/kontrol 1 ICT/ICS ICT/ICR
ICS ICS/kontrol ICS/ICT 1 ICS/ICR
ICR ICR/kontrol ICR/ICT ICR/ICS 1
jumlah kolom kolom kontrol kolom ICT kolom ICS kolom ICR
4. Menjumlahkan setiap kolom matriks perbandingan (Tabel 3).
5. Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan masing-masing elemen
kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom.
6. Menghitung nilai eigen vector atau nilai prioritas kriteria (Tabel 4) kriteria
dengan menjumlahkan baris matriks hasil dari langkah ke-5 dan hasilnya
dibagi dengan jumlah kriteria.
Tabel 4. Matriks perbandingan ternormalisasi
kriteria K ICT ICS ICR Eigen
vektor
K (1) / (kolom
K)
(K/ICT) /
(kolom ICT)
(K/ICS) /
(kolom ICS)
(K/ICR) /
(kolom ICR)
jumlah
baris /
4
ICT (ICT/K) /
(kolom K)
(1) / (kolom
ICT)
(ICT/ICS) /
(kolom ICS)
(ICT/ICR) /
(kolom ICR)
jumlah
baris /
4
ICS (ICS/K) /
(kolom K)
(ICS/ICT) /
(kolom ICT)
(1) / (kolom
ICS)
(ICS/ICR) /
(kolom ICS)
jumlah
baris /
4
ICR (ICR/K) /
(kolom K)
(ICR/ICT) /
(kolom ICT)
(ICR/ICS) /
(kolom ICS)
(1) /(kolom
ICR)
jumlah
baris /
4
7. Menghitung lamda max dengan rumus
14
λ maksimum = (jumlah kolom sampel kontrol x eigen vektor sampel
K)+....+(jumlah kolom sampel ICR x eigen vektor sampel ICR)
8. Menghitung consistency index (CI) dengan rumus
Keterangan : n = Jumlah perlakuan
9. Menghitung consistency ratio (CR) dengan rumus, nilai random index (RI)
ditentukan berdasarkan jumlah kriteria (Tabel 5).
Tabel 5. Nilai RI (Random Index)
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.4
5
1.49 1.51
Sumber: Saaty, 2008
Jika CR < 0,1 maka nilai matriks perbandingan berpasangan pada matriks
kriteria konsisten, jika CR ≥ 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan
pada matriks kriteria tidak konsisten (Saaty, 2008). Sehingga jika tidak
konsisten, maka pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur
kriteria maupun alternatif harus diulang.
2.4.2.3 Uji karotenoid
Pengujian karotenoid dilakukan dengan mengambil bagian karang yaitu sebanyak
5 ml koloni hewan karang menggunakan alat bedah, apabila terdapat sisa koloni
hewan karang maka dilanjutkan dengan menghaluskan menggunakan blender.
Bagian karang yang diambil kemudian disaring dengan kertas whatman GF/F.
Hasil saringan ditambahkan menggunakan air laut steril untuk menjadikan larutan
sebanyak 10 ml per-sampel. Hasil saringan lalu disuspensikan kedalam 10 ml
larutan aseton 90% dan diaduk selama 1 menit dengan kecepatan rendah
menggunakan vortex. Ekstraksi pigmen disimpan dalam ruang gelap pada suhu
-20°C selama minimal 24 jam. Sampel yang sudah disimpan selama 24 jam lalu
disentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm selama 5 menit untuk menghilangkan
15
serat filter dan kotoran alga. Hasil sentrifugasi berupa supernatan dan pellet.
Setelah itu, supernatan diambil dan dimasukkan ke dalam cuvet. Supernatan yang
telah di masukkan kedalam cuvet lalu diukur konsentrasinya menggunakan
spektrofotometer dengan panjang gelombang 480 nm, 510 nm, dan 750 nm. Hasil
yang diperoleh kemudian dihitung menggunakan rumus konsentrasi karotenoid
(C-car) (Strychar dan Sammarco, 2012).
C-car =7.6 ×[(Abs 480 nm – Abs 750 nm) – (1.49 ×{Abs 510 nm – Abs 750
nm})]
2.5 Parameter Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Pengelolaan
kualitas air bertujuan untuk meningkatkan dan menjaga kualitas air yang
digunakan sehingga menekan angka kerusakan dalam pemeliharaan. Upaya untuk
menjaga kualitas air adalah pengukuran parameter kualitas air meliputi pH, suhu,
dan salinitas. Pengukuran suhu dilakukan setiap 1 hari sekali, pengukuran pH, dan
salinitas dilakukan setiap 3 hari sekali.
2.6 Analisis Data
Analisis data konsentrasi total karotenoid yang diperoleh diuji normalitas dan uji
homogenisitas (Steel dan Torrie, 1993) untuk memastikan data menyebar secara
homogen. Selanjutnya dianalisis sidik ragam (ANOVA) menggunakan software
IBM SPSS statistics versi 24 untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan. Setelah
diketahui terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji BNT untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan. Sedangkan data kualitas air dianalisis secara
deskriptif.
28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai intensitas cahaya
terhadap karang L. hemprichii didapatkan beberapa kesimpulan yaitu :
1. Paparan intensitas cahaya tinggi akan direspon dengan baik pada warna
merah karang L. hemprichii.
2. Semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai konsentrasi total karotenoid tertinggi.
4.2. Saran
Penggunaan cahaya sebagai variabel perlakuan tidak hanya memperhatikan
tentang intensitas cahaya tetapi juga juga denga lama penyinaran, dan spektrum
serta perlu dilakukan penelitian menggunakan L. hemprichii dengan pigmen
klorofil a, korofil b, dan klorofil c.
29
DAFTAR PUSTAKA
Animal-world (2016). Lobophyllia hemprichii. diakses pada tanggal 09-
Desember-2016 pukul 05.31 WIB. http://animal-world.com/Aquarium-
Coral-Reefs/Lobed-Brain-Coral
Bhagooli, R., & M. Hidaka. (2003). Comparison of stress susceptibility of in
hospite & isolated zooxanthellae among five coral species. Journal of
Experimental Marine Biology & Ecology, 291(2), 181-197.
Bhagooli, R., & M. Hidaka. (2004). Photoinhibition, bleaching susceptibility &
mortality in two scleractinian corals, Platygyra ryukyuensis & Stylophora
pistillata, in response to thermal & light stresses.Comparative
Biochemistry & Physiology Part A: Molecular & Integrative
Physiology, 137(3), 547-555.
Britton, G. (1995). Structure & properties of carotenoids in relation to
function. The FASEB Journal, 9(15), 1551-1558.
Brown, B.E., I. Ambarsari, M.E. Warner, W.K.Fitt, R.P. Dunne, S.W. Gibb, &
D.G. Cummings (1999). Diurnal changes in photochemical efficiency &
xanthophyll concentrations in shallow water reef corals: evidence for
photoinhibition & photoprotection. Coral Reefs, 18(2), 99-105.
Dahuri, R. (1999). Kebijakan dan strategi pengelolaan terumbu karang
Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pengelolaan & Iptek
Terumbu Karang Indonesia. Jakarta, 22-23.
Delanov, A.A. (2012). Laju Pertumbuhan & Kesehatan Soft Coral Sinularia dura
Hasil Transplantasi pada Sistem Resirkulasi. Skripsi. Fakultas Perikanan
& Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Downs, C.A., E. Kramarsky-Winter, C.M. Woodley, A. Downs, G. Winters, Y.
Loya, & G.K. Ostrander (2009). Cellular pathology & histopathology of
hypo-salinity exposure on the coral Stylophora pistillata. Science of the
Total Environment, 407(17), 4838-4851.
Fachrurrozie, A., M.P. Patria, & R. Widiarti. (2012). Pengaruh perbedaan
intensitas cahaya terhadap kelimpahan Zooxanthella pada karang
bercabang (Marga: Acropora) di Perairan Pulau Pari, Kepulauan
Seribu.Jurnal Akuatika, 3(2).
30
Ferrier-Pages C., M. Hoogenboom, & F. Houlbreque. (2011). The Role of
Plankton in Coral Tropodynamics. In: Dubinsky Z, Stambler N (eds).
Corals Reefs: An ecosystem in trasition. Springer, Dordrecht, heidelberg,
London, New York, pp 215-230
Glynn, P.W. (1996). Coral reef bleaching: facts, hypothesis & implications.
Global Change Biology 2(6): 495–509.
Hoegh-Guldberg,O.; G.J. Smith. (1989). Light, Salinity & Temperature & the
Population density, metabolism & export of zooxanthellae from
Stylophora pistillata & Seriatophora Hystrix. J. Exp Mar Biol Ecol 129 ;
279-303
IUCNredlist. (2016). Lobophyllia hemprichii. Di akses pada tanggal 1-juni-2016
pukul 22.06 WIB. http://www.iucnredlist.org/details/133419/0
Jompa, J. (2004). Pertumbuhan tahunan karang keras Porites lutea di Kepulauan
Spermonde: hubungannya dengan suhu dan curah hujan. Torani 14(4):
195-203.
Jones, R.J., & O. Hoegh-Guldberg. (1999). Effects of cyanide on coral
photosynthesis: implications for identifying the cause of coral bleaching
& for assessing the environmental effects of cyanide fishing. Marine
Ecology Progress Series, 177, 83-91.
Jones, R.J., O. Hoegh‐Guldberg, A.W. Larkum, & U. Schreiber. (1998).
Temperature‐induced bleaching of corals begins with impairment of the
CO2 fixation mechanism in zooxanthellae. Plant, Cell &
Environment,21(12), 1219-1230.
Jones, R.J. & D. Yellowlees. (1997). Regulation and control of intracellular
algae (zooxanthellae) in hard corals. Phil. Trans. R. Soc. Lond. B.
352:457--468.
Nybakken, J.W. (1992). Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan
oleh HM Eidman, Koesoebiono, DG Bengen, M. Hutomo dan
S. Subarjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Padmowati, R.D.L.E. (2015). Pengukuran Indeks Konsistensi dalam Proses
Pengambilan Keputusan Menggunakan Metode AHP. In Seminar
Nasional Informatika (SEMNASIF) (Vol. 1, No. 5).
Payri, C.E., S. Maritorena, C. Bizeau, & M. Rodière. (2001). Photoacclimation in
the tropical coralline alga Hydrolithon onkodes (Rhodophyta,
Corallinaceae) from a French Polynesian reef. Journal of
Phycology, 37(2), 223-234.
31
Reid, C., & C. Reid. (2011). Terumbu karang dan perubahan iklim: Panduan
pendidikan & pembangunan kesadartahuan. CoralWatch, The University
of Queensland.
Saaty, T.L. (2008). Decision making with the analytic hierarchy
process.International journal of services sciences, 1(1), 83-98.
Saxby, T., Dennison, W.C., & Hoegh-Guldberg, O. (2003). Photosynthetic
responses of the coral Montipora digitata to cold temperature stress.
Marine Ecology Progress Series, 248, 85-97.
Santoso, A.D. (2011). Pemutihan Terumbu Karang. Jurnal Hidrosfir Indonesia,
1(2): 61-66.
Shenkar, N., M. Fine, E. Kramarsky-Winter, & Y. Loya. (2006). Population
dynamics of zooxanthellae during a bacterial bleaching event. Coral
Reefs,25(2), 223-227.
Shick, J., M.P. Lesser, & P.L. Jokiel. (1996). Effects of ultraviolet radiation on
corals & other coral reef organisms. Global Change Biology, 2(6), 527-
545.
Siebeck, U.E., D. Logan, & N.J. Marshall. (2008). CoralWatch: a flexible coral
bleaching monitoring tool for you & your group. In Proceedings of the
11th International Coral Reef Symposium (Vol. 1, pp. 549-553).
Steel, R.G.D., & J.H. Torrie. (1993). Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Biometrik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Strychar, K.B., & P.W. Sammarco. (2012). Effects of heat stress on
phytopigments of zooxanthellae (Symbiodinium spp.) symbiotic with the
corals Acropora hyacinthus, Porites solida, & Favites
complanata.International Journal of Biology, 4(1), 3.
Sudjana, N. (2001). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti.
Suharsono, (1984). Pertumbuhan Karang. Oseana. Pusat Penelitian Biologi Laut.
LON-LIPI. 9(2): 41-48.
Supriharyono, (2009). Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah
Pesisir & Laut Tropis. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Tackett, D.N. & L. Tackett. (2002). Reef Life: Natural History & Behaviors of
Marine Fishes & Invertebrates. T.F.H. Publications, Inc., New Jersey:
224 hlm.
32
Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, & M.K. Moosa. (1997). The ecology of
Indonesian seas, Part I, Periplus Editions Ltd. Singapore. 642p.
Tyas, K.N. (2006). Adaptasi kedelai terhadap intensitas cahaya rendah melalui
efisiensi penangkapan cahaya. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Wahyuni, D.T., & S.B. Widjanarko. (2015). Pengaruh jenis pelarut dan lama
ekstraksi terhadap ekstrak karotenoid labu kuning dengan metode
gelombang ultrasonik. Jurnal Pangan dan Agroindustri , 3 (2), 390-401.
Warner, M.E., W.K. Fitt, & G.W. Schmidt. (1996). The effects of elevated
temperature on the photosynthetic efficiency ofzooxanthellae in hospite
from four different species of reef coral-a novel approach. Plant Cell
Environ 19(3):291-299
Young, A.J. (1991). The photoprotective role of carotenoids in higher
plants.Physiologia Plantarum, 83(4), 702-708.