EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA...

179
EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA PADA PETANI PENYEMPROT TANAMAN SAYUR DENGAN PESTISIDA DI DESA PERBAWATI KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Zainul Fadilah NIM: 109101000064 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M

Transcript of EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA...

Page 1: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA

PADA PETANI PENYEMPROT TANAMAN SAYUR

DENGAN PESTISIDA DI DESA PERBAWATI

KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM)

Zainul Fadilah

NIM: 109101000064

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 2: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

i

EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA

PADA PETANI PENYEMPROT TANAMAN SAYUR

DENGAN PESTISIDA DI DESA PERBAWATI

KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

(SKM)

Zainul Fadilah

NIM: 109101000064

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1434 H / 2013 M

Page 3: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)
Page 4: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, 24 Juli 2013

Zainul Fadilah, NIM: 109101000064

EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA PADA

PETANI PENYEMPROT TANAMAN SAYUR DENGAN PESTISIDA DI

DESA PERBAWATI KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2013

xx + 125 halaman, 24 tabel, 16 gambar, 7 lampiran

Abstrak

Penggunaan pestisida berdampak penting terhadap kesehatan manusia.

Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui sebanyak 79.7% petani di Desa

Perbawati mengalami keracunan pestisida. Hasil penelitian pendahuluan yang

dilakukan pada populasi yang sama menyebutkan sebanyak 70% responden

mengalami efek neurobehavioral. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

kejadian efek neurobehavioral dan faktor determinannya pada petani penyemprot

tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross

sectional yang dilakukan pada Februari-Mei 2013. Sampel penelitian sebanyak 66

petani dari total populasi 309 petani. Uji statistik menggunakan uji T-Independent

dan uji chi square. Variabel yang diteliti yaitu umur, pengetahuan, tingkat

pendidikan, status gizi, merokok, konsumsi kopi, stres kerja, masa kerja, dan jenis

pestisida yang dihubungkan dengan efek neurobehavioral.

Hasil penelitian menunjukan bahwa petani penyemprot tanaman sayur dengan

pestisida yang mengalami efek neurobehavioral sebanyak 60.6% responden. Dimana

efek neurobehavioral terjadi pada uji digit span yaitu pada 21.2% responden, digit

symbol pada 25.8%, pursuit aiming sebanyak 24.2%, dan trial making sebanyak

24.2% responden. Sementara variabel yang berhubungan dengan efek

neurobehavioral adalah usia , merokok, jenis pestisida, dan masa kerja.

Berdasarkan hasil penelitian, maka untuk mengurangi petani yang mengalami

efek neurobehavioral disarankan pada setiap petani untuk mengganti pestisida

golongan organofosfat dengan piretroid serta mengurangi konsumsi rokok. Selain itu,

dukungan pemerintah dalam menyediakan dan mendistribusikan pestisida yang lebih

tidak beracun pada manusia (misal: golongan piretroid) juga diperlukan.

Daftar Bacaan: (1986-2012)

Page 5: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

iv

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

CONCENTRATION HEALTH AND SAFETY

Undergraduate Thesis, July 24th

2013

Zainul Fadilah, NIM: 109101000064

Neurobehavioral Effect and Its Determinant Factor among Farmers of

Vegetable Crop Sprayer with Pesticide in The Perbawati Village, Sukabumi

District in 2013.

xx + 125 pages, 24 tables, 16 images, 7 attachment.

Abstract

Usage of pesticide affect important to health of human being. Based on previous

research known by counted 79.7% farmers in Perbawati Village suffer poisoned of

pesticide. Result of preliminary research conducted in same population mention

counted 70% respondents suffered neurobehavioral effect. While aim to describe

occurrence of neurobehavioral effect and its determinant factor at farmers of

vegetable crop sprayer with pesticide in the Perbawati Village, Sukabumi District in

2013

This research represent research of observational with cross sectional design.

which conducted at February until May 2013. Research’s sample are 64 farmers of

the total population of 309 farmers in the Perbawati Village. Statistical test uses T-

test and chi square test for seeing any relationship between two variables. The

variables studied are age, education grade, knowledge, nutritional status, stress,

smoker, coffee consumption, type of pesticide, and years of service that associated

with neurobehavioral effect on vegetables crop sprayer farmers in the Village of

Perbawati.

The research showed that farmers of vegetable crop sprayer who using pesticide

suffered neurobehavioral effect are 60.6% respondents. Where neurobehavioral effect

happened at digit span test is 21.2% respondents, digit symbol is 25.8%, pursuit

aiming is 24.2%, and trial making is 24.2% respondents. While variables related to

neurobehavioral effect are age, smoker, pesticide type, and years of service.

Based on the result of research, henceforth to decrease amount of farmers who

suffered effect of neurobehavioral suggested in each farmers to substitute the

organophosphate pesticide with piretroid and lessen cigarette consumption. Besides,

governmental support in providing and distributing more nontoxic pesticide at human

being ( for example: faction of piretroid) is also needed.

References: (1986-2012)

Page 6: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)
Page 7: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)
Page 8: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

vii

CURRICULUM VITAE PERSONAL DATA Name : Zainul Fadilah Sex : Male Place/ date of birth : Banyumas 28th, 1990 Address : Puri Husada Agung,

Blok C.16 No.6 Gunung Sindur, Bogor

Religion : Islam Citizenship : Indonesian Blood type : B Driving lisence : C Mobile : 08567449133

E-mail : [email protected] GPA : 3, 44 Graduate : July 25rd 2013 References : Iting Shofwati, MKKK

(085857052370/ 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta

: Bpk Noval, SKM (08568289248) – HSE at PT.Sibelco Lautan Minerals – Cikarang

Formal Educational Background:

Years Name school or university Place 2009 to present

State Islamic University Jakarta Public Health Ocuupational Safety and Health Deartement

Ciputat, Banten

2006-2009

SMA N Ajibarang Ajibarang

2003-2006

SMP N 01 Wangon Wangon

1997-2003

SD N 02 Banteran Wangon

Non Formal Educational/ Workshop/ Training Background:

Years Skill on Workshop/ Training EO/ Place 2013 -Penanganan Kebakaran dan Penggunaan APAR CO dan dry

chemical -Safety work practice in the confined space - Safety work practice: bekerja di ketinggian -Environmental Monitoring – Hazard Identify

PT.Sibelco Lautan Minerals – Cikarang dan Damkar Jababeka I

2013 Penanganan pada Kegawatdaruratan dan RJP/ CPR Damkar Jaksel 2013 Training:

-Permit to Work -Contractor Safety Management System (CSMS)

FSK3- UIN Jakarta

2012 Management Disaster UNAND- Padang 2011 -Young Leadership Development

-Advokasi dalam organisasi UNEJ- Jember

Page 9: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

vii

Experiences of Organization Years Name of Organization Position

2013 to present

Forum Studi K3- UIN Jakarta Dewan Penasihat

2012-2013

Badan Eksekutif Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Dewan Ahli Bidang Public Relationship

2012 Seminar Profesi: Emergency Response Plan (ERP) Gedung Bertingkat

Secretary

2011 Program Orientasi dan Pengenalan Almameter Kesehatan Masyarakat Angkatan 2011

Chairman

2011 Interprofesionalisme Education Chairman of Public Health

2010-2012

Badan Eksekutif Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Staf Bidang Informasi dan komunikasi

2010 Public Health Get Talent Chairman 2009 Relawan PKPU – Program Pencegahan Dini TBC Volunteer Skill of Equipments Utilizing

Name of Equipments Utilizing Guideline Standard

Sound Level Meter Noise (area) Noise Dosimeter Noise (personal) Area Heat Monitoring (WBGT) Heat Stress (area) Personal Heat Stress Heat Stress (personal) Simple reaction Timer - Lakasidaya Fatigue Epam- 5000 Dust Monitoring (area) Luxmeter Light (pencahayaan) Rula & Reba Ergonomic Portable air sampling pump SKC AirChek XR500

Particulate (dust PM10 & PM2.5) SKC 500 & 600

Gravimetri Dust concentration MDHS 14 Multi Gas Detector O2, CO2, LEL Experiences of Research

Years Title of Research Institution/ Lecture

2011 Stres Kerja Pada Pegawai SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2011

UIN Jakarta- Catur Rosidati, MKM

2012 Efek Neurobehavioral dan Dosis Pb dalam darah pada Karyawati SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2012

UIN Jakarta- Iting S, MKKK

2012 Pengembangan Masyarakat: Efektifitas Kadarzi dengan Pemodelan Budarzi, Pakdarzi, dan Radarzi Tahun 2012

UIN Jakarta- Minsarnawati, MKM

2013 Efek Neurobehavioral pada Petani penyemprot Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

UIN Jakarta- Drs. Farid H, MSi dan Catur Rosidati, MKM

Page 10: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

viii

Abdullah bin Mas'ud berkata, "Nabi saw bersabda:

Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta

oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang

laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar

dengannya.

Skripsi ini hanyalah coretan kecil di atas kertas putih yang semoga bemanfaat bagi

ANDA yang membacanya. Tahukah Anda? Puluhan rim telah dipakai untuk karya ini

Semoga ALLAH SWT mengampuni kita yang telah banyak merusak bumi dan

lingkungannya karena sungguh ini dilakukan karena ILMU.

Untuk Ibu Tuminah dan Bapak Solihun

Page 11: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

ix

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT dengan segala Kekuatan dan Rahmat-Nya

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan

manfaat dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan

ibadah kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya. Skripsi dengan judul ”EFEK

NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA PADA PETANI

PENYEMPROT TANAMAN SAYUR DENGAN PESTISIDA DI DESA

PERBAWATI KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2013 telah disusun sebagai

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat kepada :

1. Keluarga saya (Ibu, Bapak, Kakak, dan Adik), terima kasih atas kerelaannya

mendukung secara materil dan moril.

2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Ir. Febriyanti, M.Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan

dan Keselamatan Kerja. Terima kasih atas bimbingan, ilmu, dan nasihatnya.

Page 12: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

x

5. Bapak Drs. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Catur Rosidati, MKM selaku

pembimbing skripsi I dan II. Terima kasih atas segala masukan, nasihat serta

bimbingannya, dan segalanya yang sangat berarti bagi penulis.

6. Ibu Dewi Iriani, Ph.D, Ibu Fase Badriah, Ph.D, dan dr. Satria Pratama, Sp.P

selaku tim penguji. Terima kasih atas masukan dan apresiasinya.

7. Seluruh Dosen dan Staf (khususnya Bapak Gozali) Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Ibu Santi dan Ibu Rini (Lembaga Layanan Psikologi UIN Jakarta) yang telah

banyak memberi masukan, bantuan, dan pengetahuannya terkait pengukuran

performa neurobehavioral. Tanpa bantuannya tidak munkin skripsi ini dapat

terselesaikan. Sungguh Terima kasih dengan sangat.

9. Bapak Ade Suryana, A.Md selaku Koordinator BP3K Kecamatan Sukabumi dan

Bapak Ruhyana, SP selaku Penyuluh Pertanian Wilayah Binaan Perbawati.

Terima kasih atas waktu dan bantuannya.

10. Bapak-Bapak Petani Desa Pebawati Kecamatan Sukabumi, Bapak H. Ajum, Pak

Nur, dan yang lainnya yang tak mungkin penulis sebutkan satu per satu, terima

kasih atas bantuan ,waktu dan perhatiannya.

11. Terima Kasih Bang Farhan Ferdiansyah, SKM yang sudah banyak membantu

dan menginspirasi penelitian ini.

Page 13: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xi

12. Terima kasih Kak Nur Najmi Laila, SKM yang telah menjadi “pembimbing III”

sekaligus motivator dalam skripsi ini. Juga laboran HNU-Ka.Septi, HMD-Ka.Ida,

dan HIS-Ka.Masduki, dan HE-Ka.Anis yang sudah support saya. Terima Kasih.

13. Teman-teman seperjuangan K3 (Piqih, Defri, Ubay, Rifqy, Dio, Novan, Reza,

Mufil, Ipeh, VJ, Amel, Diana, Nia, Deniz, Heni, Lina, Sandy, Desi, Sca, dan

Ex.K3 Vina) dan all angkatan 2009 Kesehatan Masyarakat, Para Senior

(terutama Bang Said SKM dan Firman SKM yang banyak inspirasi saya serta

Titah Wulandari yang banyak support saya) dan para Junior (khususnya Erika

yang banyak bantu terjemahin jurnal2 saya), serta teman-teman FKIK, dan

teman-teman UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu dengan

caranya masing-masing.

14. Sahabat-sahabat TBC: BT, Kamal, Lukim, Tian, Ucup, Danu, Kamali, Arif,

Yudiz, Mail, Beta, Wahyu, Syarif, dan Combat yang telah memberikan semangat

pula. Special regard for Kamal – Mahameru is unforgettable memorial -.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap

semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun

pembaca lain. Amin.

Jakarta, Mei 2013

Zainul Fadilah

Page 14: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

COVER .................................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................... ii

ABSTRAK .............................................................................................. iii

ABSTRACT ........................................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... v

PANITIA SIDANG ................................................................................ vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................ viii

KATA PENGANTAR ............................................................................ ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 7

1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 8

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

1.5.1 Tujuan Umum .......................................................................... 8

1.5.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 9

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

1.5.1 Bagi Pemerintah dan Masyarakat Sukabumi ............................. 9

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat .............................. 10

1.5.3 Bagi Peneliti ............................................................................ 10

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Saraf Manusia ........................................................................ 11

2.1.1 Pegertian................................................................................ 11

Page 15: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xiii

2.1.2 Klasifikasi Saraf .................................................................... 11

2.1.3 Efek Neurobehavioral ............................................................ 12

2.1.4 Gejala Efek Neurobehavioral ................................................. 14

2.1.5 Klasifikasi bahan-bahan neurotoksik ...................................... 15

2.1.6 Efek bahan-bahan toksik pada sistem saraf ............................ 20

2.1.7 Diagnosis Efek Neurobehavioral ........................................... 21

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Efek Neurobehavioral ................................. 28

2.4.1 Faktor Internal ....................................................................... 29

1. Usia ................................................................................ 29

2. Genetik ........................................................................... 29

3. Jenis kelamin .................................................................. 30

4. Pengetahuan .................................................................... 30

5. Tingkat Pendidikan ......................................................... 30

6. Cidera Kepala ................................................................. 31

7. Status Gizi ...................................................................... 31

8. Status kesehatan .............................................................. 32

2.4.2 Faktor Perilaku ...................................................................... 32

1. Konsumsi alkohol ........................................................... 32

2. Merokok ......................................................................... 23

3. Penggunaan obat-obatan ................................................. 33

4. Konsumsi kopi ................................................................ 33

2.4.3 Faktor Pekerjaan .................................................................... 34

1. Stres kerja ....................................................................... 34

2. Riwayat pekerjaan........................................................... 34

3. Shift kerja ....................................................................... 35

2.4.4 Faktor Eksternal Bahaya Fisik ............................................... 35

1. Kebisingan ...................................................................... 35

2. Getaran ........................................................................... 36

3. Radiasi elektromagnetik .................................................. 36

2.4.5 Faktor Eksternal Bahaya Biologi............................................ 36

1. HIV ................................................................................ 40

2.4.6 Faktor Eksternal Bahaya Kimia ............................................. 37

Page 16: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xiv

1. Masa kerja......................................................................... 37

2. Jenis Pestisida ................................................................... 37

3. Alat pelindung diri (APD) ................................................. 38

2.4 Kerangka Teori .................................................................................. 39

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep .............................................................................. 40

3.2. Definisi Operasional ......................................................................... 43

3.3. Hipotesis .......................................................................................... 48

BAB IV METODOLOGI PENELITIA

4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 49

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 49

4.3 Populasi dan Sampel ......................................................................... 49

4.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 52

4.5 Pengumpulan Data ............................................................................ 62

4.6 Pengolahan Data ............................................................................... 63

4.7 Analisis Data..................................................................................... 64

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Wilayah ........................................................................... 66

5.2 Analisis Univariat ............................................................................. 68

5.2.1 Efek Neurobehavioral ........................................................... 68

5.2.2 Usia ....................................................................................... 70

5.2.3 Tingkat Pendidikan ................................................................ 70

5.2.4 Pengetahuan .......................................................................... 71

5.2.5 Status Gizi ............................................................................ 71

5.2.6 Stres Kerja ............................................................................. 72

5.2.7 Perilaku Merokok .................................................................. 72

5.2.8 Konsumsi Kopi ...................................................................... 73

5.2.9 Jenis Pestisida........................................................................ 74

5.2.10 Masa Kerja ............................................................................ 74

5.3 Analisis Bivariat ............................................................................... 75

5.3.1 Hubungan antara Usia dengan Efek Neurobehavioral ............ 75

Page 17: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xv

5.3.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efek

Neurobehavioral.................................................................... 76

5.3.3 Hubungan antara Pengetahuan dengan Efek

Neurobehavioral.................................................................... 77

5.3.4 Hubungan antara Status Gizi dengan Efek

Neurobehavioral.................................................................... 78

5.3.5 Hubungan antara Stres Kerja dengan Efek

Neurobehavioral.................................................................... 79

5.3.6 Hubungan antara Merokok dengan Efek

Neurobehavioral.................................................................... 79

5.3.7 Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Efek

Neurobehavioral.................................................................... 80

5.3.8 Hubungan antara Jenis Pestisida dengan Efek

Neurobehavioral.................................................................... 81

5.3.9 Hubungan antara Masa Kerja dengan Efek

Neurobehavioral.................................................................... 82

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 84

6.2 Gambaran Efek Neurobehavioral pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013 ...................................................................... 84

6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Neurobehavioral

pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa

Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013 .................................... 93

6.4.1 Usia ....................................................................................... 93

6.4.2 Tingkat Pendidikan ................................................................ 98

6.4.3 Pengetahuan .......................................................................... 101

6.4.4 Status Gizi ............................................................................. 103

6.4.5 Stres kerja .............................................................................. 105

6.4.6 Merokok ................................................................................ 108

6.4.7 Konsumsi kopi ...................................................................... 112

6.4.8 Jenis Pestisida ........................................................................ 114

Page 18: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xvi

6.4.9 Masa kerja ............................................................................. 119

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ........................................................................................... 123

7.2 Saran ................................................................................................. 124

Page 19: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Neurobehavioral Core Test Battery (NCTB: WHO,

1986)

24

Tabel 4.1 Populasi Penelitian 49

Tabel 5.1 Gambaran Efek Neurobehavioral pada Petani

Penyemprot Tanaman Sayur dengan Pestisida di

Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

69

Tabel 5.2 Gambaran distribusi data skor standar digit span,

digit symbol, pursuit aiming, dan trail making pada

petani penyemptrot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

69

Tabel 5.3 Gambaran Tingkat Pendidikan pada Petani

Penyemprot Tanaman Sayur dengan Pestisida di

Desa Perbawati Kabupaten SukabumiTahun 2013

70

Tabel 5.4 Gambaran Pengetahun pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

71

Tabel 5.5 Gambaran Status Gizi pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

72

Tabel 5.6 Gambaran Stres Kerja pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

72

Tabel 5.7 Gambaran Perilaku Merokok pada Petani

Penyemprot Tanaman Sayur dengan Pestisida di

Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

73

Tabel 5.8 Gambaran Konsumsi Kopi pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

73

Gambaran Jenis Pestisida pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

74

Tabel 5.9 Gambaran Masa Kerja Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

75

Tabel 5.11 Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan dengan

Efek Neurobehavioral pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

76

Page 20: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xviii

No. Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 5.12 Gambaran Distribusi Pengetahuan dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013

77

Tabel 5.13 Gambaran Distribusi Status Gizi dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013

78

Tabel 5.14 Gambaran Distribusi Stres Kerja dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013

79

Tabel 5.15 Gambaran Distribusi Perilaku Merokok dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013

80

Tabel 5.16 Gambaran Distribusi Konsumsi Kopi dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013

81

Tabel 5.17 Gambaran Distribusi Jenis Pestisida dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013

82

Tabel 5.18 Gambaran Distribusi Masa Kerja dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida Di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

83

Page 21: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Bagan Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori 39

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 42

Gambar 6.1 Distribusi Frekuensi Performa Neurobehavioral

Abnormal (skor≤40) pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

88

Gambar 6.2 Reduksi Sel Saraf Akibat Usia dan Pajanan

Neurotoksikan

96

Gambar 6.3 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Tingkat Pendidikan pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013

99

Gambar 6.4 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Pengetahuan pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013

102

Gambar 6.5 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Status Gizi pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013

104

Gambar 6.6 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Stres Kerja pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013

107

Gambar 6.7 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Perilaku Merokok pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013

110

Gambar 6.8 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Konsumsi Kopi pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013

113

Gambar 6.9 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Jenis Pestisida pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013

118

Gambar 6.10 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Masa Kerja pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013

121

Page 22: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Lampiran

Lampiran 1 Surat Izin Peneltian dari Fakultas

Lampiran 2 Surat Izin Peneltian dari BP4K

Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 4 Lembar Uji Performa Neurobehavioral

Lampiran 5 Kuesioner Variabel Independent

Lampiran 6 Kuesioner Gejala Neurotoksik (subjective symptom)

Lampiran 7 Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS

Page 23: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pestisida merupakan bahan kimia yang kini sangat populer digunakan untuk

mengendalikan perkembangan/pertumbuhan hama, penyakit, dan gulma. Umumnya,

pestisida didefinisikan sebagai senyawa kimia, jasad renik, maupun virus yang telah

dilemahkan yang bertujuan mengendalikan dan membunuh hama (Starks, 2010).

Penggunaan pestisida telah banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, sektor pertanian merupakan pengguna utama bahan ini (Gupta, 2006).

Pada sektor pertanian, penggunaan pestisida secara tidak langsung berdampak

penting pada peningkatan hasil pertanian. Namun demikian, penggunaan secara terus-

menerus justru mengakibatkan pencemaran tanah pertanian dan akumulasi residual

pestisida pada hasil pertanian (Yuantari, 2009). Selain lingkungan, penggunaan

pestisida juga berdampak langsung pada kesehatan manusia. Salah satunya adalah

dapat menimbulkan efek neurobehavioral (US. Congress, 1990).

Efek neurobehavioral didefinisikan sebagai perubahan yang merugikan atau

gangguan secara fungsional pada saraf baik sistem saraf pusat maupun sistem saraf

tepi yang diakibatkan oleh paparan suatu bahan kimia, agent fisik maupun biologis

yang lebih dikenal dengan zat neurotoksik atau neurotoksikan (US. EPA, 1998).

Gangguan ini mengakibatkan perubahan pada memori, attention, mood, disorientasi,

Page 24: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

2

penyimpangan berfikir, serta perubahan somatik, sensorik, dan fungsi kognitif.

Sementara itu, efek neurotoksik akibat penggunaan neurotoksikan jenis pestisida

pertama kali dilaporkan 1890’an yaitu dari golongan organofosfat (Massaro, 2002).

Hingga kini gangguan sistem saraf seperti efek neurobehavioral telah menjadi

isu kesehatan masyarakat yang sangat penting dan populer khususnya di negara-

negara maju (Filley, 2011). Berbagai cara untuk mendiagnosis telah dikembangkan.

Salah satu metode yang banyak digunakan adalah uji performa neurobehavioral.

Metode ini selain mudah diaplikasikan juga dapat digunakan sebagai alat deteksi dini

kejadian neurotoksik. Hal ini dikarenakan metode uji performa neurobehavioral

cukup sensitif mendeteksi efek paparan pada konsentrasi kecil (WHO, 1986).

Sekitar 250 uji performa neurobehavioral telah dikembangkan diseluruh dunia

bahkan beberapa telah dikelompokkan ke dalam standar yang baku (NAS, 2003).

Namun demikian, penggunaan metode ini kurang mendapat perhatian di negara-

negara berkembang seperti Indonesia. Padahal penggunaan pestisida di dunia yang

mencapai 3.5 juta ton pertahun justru konsumsi terbanyak adalah dari negara-negara

berkembang khususnya untuk pestisida dengan jenis yang highly toxic (Perveen,

2011). Sementara itu, kelompok pekerja sektor pertanian di Indonesia yang mencapai

5.476.491 orang mengindikasikan masyarakat di Indonesia yang terkena dampak

negatif penggunaan pestisida cukup besar (BPS, 2011). Asosiasi Industri

Perlindungan Tanaman Indonesia (AIPTI) mengemukakan dari 1.000 petani, tak lebih

dari 10 petani yang telah menerapkan pola pemakaian pestisida secara benar

Page 25: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

3

(Afriyanto, 2008). Oleh sebab itu, efek penggunaan pestisida di Indonesia tentu

menjadi penting untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Pada dasarnya, neurotoksikan seperti pestisida dapat menyebabkan perubahan

neuroanatomi, neurokimiawi, neurofisiologis atau neurobehavioral (Ampulembang,

2004). Selain pestisida, terdapat juga paparan yang dapat menyebabkan perubahan

pada sistem saraf seperti pelarut organik, logam berat, kebisingan, getaran, dan

radiasi elektromagnetik (WHO, 1986; Dobss, 2009). Perubahan pada sistem saraf

terjadi pada rentang, tingkatan, dan respon yang beragam tergantung toksisitas dan

lama paparan neurotoksikan. Pada beberapa kasus, perubahan ini akan menghasilkan

gejala-gejala yang mudah diidentifikasi sebagai gangguan sistem saraf seperti lelah

berlebihan, insomnia, pusing, dan sulit berkonsentrasi (Perveen, 2011). Gangguan

sistem saraf ini sangat merugikan tingkat produktivitas seseorang karena bersifat

irreversible dan dapat mengganggu daya kerja otak (Runia, 2008). Bahkan pada

gangguan yang menetap dapat menimbulkan terganggunya irama kerja akibat

semakin memburuknya hubungan interpersonal di lingkungan kerja (Ampulembang

2004).

Penggunaan pestisida di Indonesia mayoritas dihubungkan dengan dampak akut

yaitu keracunan enzim kholinesterase. Ini dicontohkan melalui penelitian di

Magelang yang melaporkan bahwa 34,6% petani hortikultura mengalami keracunan

berat, 56,4% mengalami keracunan sedang, dan 9% mengalami keracunan ringan

(Runia, 2008). Keracunan akut biasanya akan hilang dalam waktu satu sampai tiga

minggu seiring dengan regenerasi plasma kholinesterase (Williams, 2000).

Page 26: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

4

Selanjutnya, efek akut pada enzim kholinesterase hampir selalu diikuti oleh efek

toksik yang bersifat kronik yaitu berupa gangguan sistem saraf. Hal ini terjadi jika

paparan pestisida berlangsung terus-menerus. Efek kronik yang berupa gangguan

sistem saraf pada hakekatnya dikarenakan terhambatnya pembentukan enzim

asetilkholinesterase yang kemudian dapat menimbulkan penumpukan asetilkolin

(ACh) pada proses kerja neurotransmitter (Williams, 2000). Kondisi seperti ini

dilaporkan pada berbagai penelitian mengenai kejadian efek neurobehavioral

berdasarkan pengukuran performa neurobehavioral (NAS, 2003).

Gambaran efek neurobehavioral dilaporkan pada penelitian Steenland (1994) di

California USA pada pengguna pestisida organofosfat di sektor pertanian. Pada

penelitian tersebut diketahui bahwa sebanyak 128 orang yang didiagnosis keracunan

pestisida mengalami gangguan neurobehavioral. Kejadian ini diketahui dari uji

sustained visual attention dan symbol digit. Kedua tes ini menggambarkan kecepatan

koordinasi motorik terutama pada kecepatan motorik mata dan tangan (WHO, 1986).

Sementara penelitian Wesseling (2002) di Costa Rika pada petani pisang

diketahui 81 orang yang diidentifikasi keracunan akut organofosfat dan karbamat

tercatat memiliki skor performa neurobehavioral yang rendah. Hal ini diketahui

khususnya pada uji digit symbol dimana uji ini memperlihatkan penurunan tingkat

kecepatan motorik otak (WHO, 1986).

Penelitian Farahat (2003) di Mesir pada pengguna pestisida organofosfat

dilaporkan bahwa 52 responden mengalami gangguan neurobehavioral. Gangguan ini

diketahui dari skor uji performa neurobehavioral yang rendah atau di bawah standar

Page 27: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

5

normalitas yaitu 40 (Sahani, 2004). Uji performa neurobehavioral yang diketahui

memiliki skor rendah seperti uji similarities (verbal abstraction), digit symbol, trial

making a, trial making b (visuomotor speed), letter cancel (attention); digit span

forward, digit span backward, BVRT, dan story recall B (memory).

Faktanya, kini mulai banyak peneliti yang menggunakan uji performa

neurobehavioral untuk mendeteksi kejadian neurotoksik yang diakibatkan oleh agen

toksik (NAS, 2003). Sejak tahun 1986, WHO telah menetapkan Neurobehavioral

Core Test Battery (NCTB) sebagai standar dalam mendeteksi kejadian neurotoksik

yang terdiri dari profile of mood states, simple reaction time, digit span, santa ana

dexterity test, digit symbol, pursuit aiming, dan benton visual retention. Masing-

masing tes tersebut memiliki standar skor. Sahani (2004) menuturkan jika standar

skor tercatat dibawah empat puluh (skor ≤40) maka dapat dinyatakan bahwa

seseorang mengalami gangguan fungsional saraf atau mengalami efek

neurobehavioral. Selanjutnya efek neurotoksik juga dapat dikatakan terjadi jika

gangguan sistem saraf tersebut diikuti juga dengan pajanan neurotoksikan seperti

pestisida yang kini digunakan oleh petani penyemprot tanaman sayur di Desa

Perbawati Kabupaten Sukabumi.

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu Daerah Tingkat II Provinsi Jawa

Barat, Indonesia. Kabupaten Sukabumi terdiri dari 47 kecamatan yang salah satunya

adalah Kecamatan Sukabumi. Kecamatan Sukabumi memiliki luas wilayah sebesar

2.393,261 Ha dan terbagi menjadi enam desa yang salah satunya adalah Desa

Perbawati. Desa Perbawati memiliki luas lahan holtikultura paling luas diantara desa-

Page 28: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

6

desa lainnya yaitu sebesar 120 Ha. Mayoritas penduduk Desa Perbawati bermata

pencaharian sebagai petani terutama komoditi sayuran (BP3K, 2012). Pada tahun

2012, pernah dilakukan penelitian mengenai keracunan akut akibat pestisida yang

dilihat dari enzim kholinesterase. Hasilnya adalah sebanyak 79,7% petani penyemprot

tanaman sayur di Desa Perbawati mengalami keracunan pestisida (Fediansyah, 2012).

Keracunan pada enzim kholinesterase akibat pestisida dapat menyebabkan

penumpukan asetilkolin yang berakibat pada terhambatnya transmisi impuls sehingga

gangguan pada sistem saraf dapat terjadi (US. Congress, 1990). Maka untuk

membuktikan terjadinya gangguan sistem saraf diperlukan penelitian lanjutan

mengenai efek neurotoksik atau efek neurobehavioral pada petani penyemprot

tanaman sayur di Desa Perbawati.

Studi pendahuluan dilakukan peneliti terhadap 10 orang petani penyemprot

tanaman sayur di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan

adalah pengukuran performa neurobehavioral dengan uji digit symbol dan digit span.

Pada uji ini, seseorang dikatakan mengalam efek neurobehavioral jika skor digit

symbol ≤40. Hasilnya sebanyak 70% responden mengalami efek neurobehavioral.

Selanjutnya dari hasil wawancara diketahui bahwa seluruh responden (100%)

mengalami gejala efek neurotoksik dengan gejala terbanyak adalah sering melupakan

sesuatu hal yang baru saja dilakukan, lelah berlebihan, insomnia, sulit berkonsentrasi,

dan sakit kepala terus menerus lebih dari satu minggu setelah melakukan

penyemprotan. Disamping itu, rata-rata responden menggunakan 3 atau lebih macam

pestisida dalam sekali penyemprotan. Macam pestisida yang digunakan seperti:

Page 29: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

7

bulldog (β-siflutrin), crowen (sipermetrin), decis (deltametrin), rizotin (sipermetrin),

matador (L-sihalotri), curacron (profenofos), dursban (klorpirifos), marshal

(karbosulfan), antrakol (propineb), dithane M45 (mankozeb), bazoka (mankozeb),

detacron (profenofos), detazep (mankozeb), revus (mandipropamid), sidamethrin

(sipermetin), siodan (simoksanil), dan ziflo (ziram).

Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka diduga mayoritas petani penyemprot

tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati mengalami efek neurobehavioral.

Kejadian efek neurobehavioral pada petani dapat mengakibatkan penurunan daya

kognitif yang selanjutnya dapat menyebabkan penurunan kinerja bahkan penurunan

hasil produksi pertanian. Untuk mencegah hal tersebut maka perlu diteliti faktor-

faktor yang mempengaruhi kejadian efek neurobehavioral pada petani penyemprot

tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian sebelumnya pada petani penyemprot tanaman sayur di

Desa Perbawati diketahui sebanyak 79,7% mengalami keracunan akut pestisida.

Keracunan ini diketahui dari terhambatnya aktifitas enzim kholinesterase dimana

kondisi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan penumpukan asetilkolin yang

berakibat pada terhambatnya transmisi impuls sehingga dapat menimbulkan efek

neurobehavioral. Namun, apakah efek neurobehavioral benar-benar terjadi pada

populasi tersebut. Hasil studi pendahuluan dengan uji performa neurobehavioral

(digit symbol dan digit span test) mencatat 70% responden mengalami efek

neurobehavioral. Gejala-gejala klinis efek neurotoksik juga dilaporkan seperti lelah

Page 30: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

8

berlebihan, insomnia, sakit kepala, dan sulit berkonsentrasi. Berdasarkan fakta-fakta

tersebut maka peneliti ingin meneliti faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan

efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di

Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman

sayur dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran umur, pengetahuan, tingkat pendidikan, status gizi,

merokok, konsumsi kopi, stres kerja, masa kerja, dan jenis pestisida pada

petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013?

3. Apakah ada hubungan antara umur, pengetahuan, tingkat pendidikan, status

gizi, merokok, konsumsi kopi, stres kerja, masa kerja, dan jenis pestisida

dengan efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan

pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran efek neurobehavioral dan faktor determinannya pada

petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013.

Page 31: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

9

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran efek neurobehavioral pada petani penyemprot

tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013.

2. Diketahuinya gambaran umur, pengetahuan, tingkat pendidikan, status

gizi, merokok, konsumsi kopi, stres kerja, masa kerja, dan jenis

pestisida pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di

Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

3. Diketahuinya hubungan umur, pengetahuan, tingkat pendidikan, status

gizi, merokok, konsumsi kopi, stres kerja, masa kerja, dan jenis

pestisida dengan efek neurobehavioral pada petani penyemprot

tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Pemerintah dan Masyarakat Sukabumi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan pembuatan kebijakan program penyuluhan terhadap petani

setempat mengenai penggunaan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi. Bagi masyarakat diharapkan dapat menumbuhkan kepedulian

dan kewaspadaan terhadap bahaya penggunaan pestisida.

Page 32: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

10

1.5.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Sebagai bahan tambahan literatur di bidang kesehatan dan keselamatan

kerja mengenai efek neurobehavioral terkait pestisida pada petani.

1.5.3 Bagi Peneliti

Mengaplikasikan keilmuan kesehatan masyarakat dalam karya ilmiah serta

melatih pola pikir sistematis dalam menghadapi permasalahan khususnya

bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta sebagai aplikasi nyata dari

keilmuan yang diperoleh salama di bangku kuliah.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester VIII Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada petani di Desa Perbawati Kecamatan

Sukabumi Kabupaten Sukabumi pada Februari sampai Mei 2013. Penelitian ini

merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional. Populasi

penelitian adalah petani penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data sekunder dan

data primer. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner terkait variabel yang diteliti.

Data sekunder diperoleh dari Program Penyuluhan Pertanian Perikanan dan

Kehutanan Kecamatan Sukabumi, dan Profil Kabupaten Sukabumi.

Page 33: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Saraf Manusia

2.1.1 Pegertian

Sistem saraf manusia merupakan suatu rangkaian jaringan saraf yang

kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain (Pearce,

2006). Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi

antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini

juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena

pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antar berbagai sistem tubuh

hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem

inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi, dan

gerakan.

2.1.2 Klasifikasi Saraf

Sistem saraf manusia terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem saraf

serebrospinal dan otonom. Sistem saraf serebrospinal terdiri dari susunan saraf

pusat dan tepi atau periferi. Selain itu, terdapat tiga jenis batang saraf yang

dibentuk oleh saraf serebrospinal yaitu (Pearce, 2006):

a. Saraf motorik atau juga yang disebut saraf eferen merupakan saraf yang

menghantarkan impuls dari otak dan sumsum tulang belakang ke saraf

periferi.

Page 34: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

12

b. Saraf sensorik atau saraf aferen merupakan saraf yang menghantarkan impuls

yang berasal dari periferi menuju otak.

c. Batang saraf campuran merupakan saraf yang terdiri dari saraf motorik dan

sensorik sehinga berfungsi menghantarkan impuls dari otak ke saraf periferi

dan sebaliknya.

Sistem saraf otonom terkadang disebut saraf tidak sadar karena berfungsi

mengendalikan organ-organ dalam secara tidak sadar. Berdasarkan fungsinya

maka saraf otonom dibagi menjadi dua yaitu:

a. Susunan saraf simpatik yang merupakan saraf otonom yang berhubungan dan

bersambung dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf.

Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra.

b. Susunan saraf parasimpatik yang terbagi menjadi dua bagian yaitu saraf

otonom kranial dan sakral.

2.1.3 Efek Neurobehavioral

Sistem saraf sangat penting dalam kehidupan manusia karena semua indra

dan organ dikendalikan oleh saraf. Susunan dan mekanisme saraf sangat

kompleks dalam mengatur gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, pernafasan,

hormon, dan sistem kerja organ lainnya. Namun demikian, saraf manusia

sangatlah rentan terhadap kerusakan. Selain diakibatkan oleh proses penuaan,

saraf dapat mengalami gangguan akibat penetrasi bahan-bahan kimia yang

bersifat toksik (U.S. Congress, 1990).

Penetrasi bahan kimia memiliki potensi pada setiap organ manusia dan tidak

jarang mengakibatkan keracunan. Dibandingkan dengan organ-organ lainnya,

Page 35: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

13

saraf merupakan bagian tubuh manusia yang paling rentan terhadap keracunan

akibat zat toksik. Banyaknya jenis zat toksik yang dapat merusak saraf

diakibatkan mudahnya penetrasi zat toksik yaitu melalui peredaran darah. Peter

S. Spencer dalam buku “Neurotoxicity: Identifying and Controlling Poisons of

the Nervous System” mengemukakan alasan kerentanan sistem saraf terhadap

zat-zat toksik sebagai berikut (U.S. Congress, 1990):

a. Sel-sel saraf tidak dapat mengalami regenerasi ketika sudah rusak.

b. Sel saraf mati dan mengalami perkembangan mundur seiring proses penuaan.

c. Pada bagian saraf tertentu, zat toksik secara langsung berinteraksi dengan

saraf akibat peredaran darah.

d. Banyak zat toksik dapat dengan mudah menembus membran saraf.

e. Tingginya kandungan lemak pada bagian tertentu dari sistem saraf seperti

mielin dapat menimbulkan penumpukan dan menahan zat toksik yang

bersifat lipofilik.

f. Permukaan yang luas dari sistem saraf dapat meningkatkan pajanan terhadap

zat toksik.

g. Transmisi elektrokimia pada sinaps membuka peluang pada zat toksik untuk

berlaku dengan cara selektif untuk merusak fungsi sinaps.

h. Saraf sensitif terhadap kekurangan oksigen dan kebutuhan energi tinggi.

i. Beberapa sel saraf khusus memiliki kebutuhan energi yang unik.

Pada umumnya, efek neurobehavioral didefinisikan sebagai gangguan

fungsional saraf baik sistem saraf pusat maupun saraf tepi yang diakibatkan oleh

paparan suatu bahan kimia, agent fisik, maupun biologis yang lebih dikenal

Page 36: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

14

dengan zat neurotoksik. Gangguan fungsional meliputi perubahan yang

merugikan pada somatik, sensorik, motorik, dan fungsi kognitif (U.S EPA,

1998). Selain itu, gangguan saraf juga dapat terjadi secara struktural yaitu berupa

perubahan neuroanatomi. Selanjutnya, baik perubahan secara fungsional maupun

struktural, keduanya dapat diakibatkan oleh neurotoksikan seperti pestisida,

logam berat, dan pelarut organik (Ampulembang, 2004).

2.1.4 Gejala Efek Neurobehavioral

Efek neurotoksik akibat agen kimia (zat neurotoksik) ditandai oleh

disfungsi neurologis atau perubahan kimiawi dan struktur sistem saraf.

Umumnya bermanifestasi sebagai gejala yang berkelanjutan, tergantung dari

dosis dan durasi pajanan serta faktor yang bersifat individual. Gangguan dapat

terjadi pada sistem saraf baik sentral maupun perifer serta juga organ sensoris.

Secara umum sistem saraf bereaksi dengan cara yang sama terhadap

pajanan bahan neurotoksik. Manifestasi yang timbul terutama adalah ensefalopati

dan polineuropati. Kerusakan pada fungsi saraf motorik dan sensorik

mengakibatkan kelemahan pada otot-otot, paresis di distal ekstremitas, dan

parastesia. Sedangkan ensefalopati menyebabkan kegagalan difus otak sehingga

terjadi gangguan memori, proses belajar, dan kemampuan berkonsentrasi. Selain

itu, sering juga disertai peningkatan frekuensi sakit kepala, vertigo, perubahan

pola tidur, dan berkurangnya aktifitas seksual.

Sementara WHO (1986) menyebutkan gejala-gejala gangguan saraf akibat

zat toksik adalah sebagai berikut:

a. Rasa lelah berlebihan setelah bekerja dan ketika bangun tidur.

Page 37: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

15

b. Sering mengantuk saat siang hari.

c. Perubahan pola tidur seperti insomnia.

d. Sering terbangun pada malam hari (diluar kebiasaan).

e. Mimpi buruk.

f. Dimensia atau sulit mengingat.

g. Kehilangan ide.

h. Sulit berkonsentrasi.

i. Merasa tertekan atau stress.

j. State mudah berubah.

k. Sakit kepala dan vertigo.

l. Jantung berdebar-debar.

m. Berkeringat berlebihan.

n. Tremor dan mati rasa pada jemari.

2.1.5 Klasifikasi bahan-bahan neurotoksik

1. Pestisida

a. Definisi Pestisida

Pestisida didefinisikan berdasar Peraturan Menteri Pertanian

Nomor: 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007 sebagai zat kimia atau

bahan lain dan jasad renik dan virus yang dapat digunakan untuk

memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak

tanaman. Penggunaan pestisida mayoritas digunakan pada sektor

pertanian. Namun bahan ini juga digunakan dalam rumah tangga

Page 38: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

16

seperti untuk mengendalikan nyamuk, kecoa, dan kutu. Pestisida

memiliki beberapa efek racun seperti:

a) Racun kontak adalah membunuh sasarannya bila pestisida

mengenai kulit hewan sasarannya.

b) Racun perut adalah membunuh sasarannya bila pestisida tersebut

termakan oleh hewan yang bersangkutan.

c) Fumigan adalah senyawa kimia yang membunuh sasarannya

melalui saluran pernafasan.

d) Racun sistemik adalah pestisida dapat diisap oleh tanaman, tetapi

tidak merugikan tanaman itu sendiri di dalam batas waktu tertentu

dapat membunuh serangga yang menghisap atau memakan tanaman

tersebut.

b. Klasifikasi Pestisida

Beberapa jenis pestisida yang hingga kini banyak digunakan oleh

manusia adalah: a) Insektisida berfungsi untuk membunuh atau

mengendalikan serangga; b)Herbisida berfungsi untuk membunuh

gulma; c) Fungisida berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan;

d)Algasida berfungsi untuk membunuh alga; e)Rodentisida berfungsi

untuk membunuh binatang pengerat; f)Akarisida berfungsi untuk

membunuh tungau atau kutu; g)Bakterisida berfungsi untuk

membunuh atau melawan bakteri, dan; h)Moluskisida berfungsi untuk

membunuh siput (Prijatno, 2009).

Page 39: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

17

Sementara berdasarkan struktur kimianya, pestisida diabagi

menjadi (Prijatno, 2009):

a) Golongan Organofosfat

Organofosfat merupakan jenis pestisida yang paling toksik.

Golongan ini sering menyebabkan keracunan pada manusia jika bahan

tersebut tertelan meskipun dalam jumlah sedikit. Bahan ini juga dapat

menyebabkan kematian pada manusia. Cara kerja organofosfat bersifat

racun kontak, racun perut, dan juga racun fumigant. Organofosfat juga

menghambat aktivitas enzim kolinesterase dan dapat mengganggu

sistem saraf pusat.

b) Golongan Karbamat

Pestisida golongan karbamat merupakan racun kontak, racun

perut, dan racun pernapasan. Bekerja seperti golongan organofosfat.

c) Golongan Organoklorin

Merupakan bagian dari kelas yang lebih luas dari halogenated

hydrocarbon, termasuk diantaranya dan terkenal sebagai penyebab

masalah yaitu polyclorinated biphenyls dan dioxin. Sebagai kelompok

pestisida, organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf

(neurotoksin) yang merangsang sistem saraf baik pada serangga

maupun mamalia serta menyebabkan tremor dan kejang-kejang.

d) Golongan Piretroid

Pestisida dari kelompok piretroid merupakan analog dari

piretrum yang menunjukkan efikasi yang lebih tinggi terhadap

Page 40: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

18

serangga dan pada umumnya toksisitasnya terhadap mamalia lebih

rendah dibandingkan dengan pestisida lainnya. Mekanisme kerjanya

secara kontak dan tidak sistemik.

Pestisida golongan organofosfat dan karbamat merupakan jenis

yang paling banyak digunakan. Di dunia, penggunaan pestisida sudah

melebihi satu juta ton tiap tahunnya dimana 28% penggunaaannya

adalah jenis organofosfat dan karbamat (FAO, 2010 dalam Perveen,

2011). Bahan ini bukan hanya menimbulkan dampak pada lingkungan

namun juga pada kesehatan manusia. Beberapa pestisida yang cukup

berbahaya bagi kesehatan manusia antara lain: Coroxon (LD50:

12mg/Kg), Parathion (LD50: 12mg/Kg), dan Ethion (LD50: 12mg/Kg)

(Gupta, 2006).

c. Mekanisme Toksisitas

Pestisida masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara. Pertama

melalui kulit, absorsi melalui kulit berlangsung terus selama bahan ini

masih berada dikulit. Kedua melalui mulut (tertelan) karena

kecalakaan, kecerobohan atau sengaja (bunuh diri) akan

mengakibatkan keracunan berat hingga mengakibatkan kematian.

Ketiga melalui pernapasan dapat berupa bubuk, droplet ataupun uap

yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada hidung, dan

tenggorokan jika terhisap cukup banyak.

Pestisida meracuni tubuh manusia dengan mekanisme kerja

sebagai berikut (Ginting, 2011):

Page 41: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

19

a) Mempengaruhi kerja enzim/ hormon. Enzim dan hormon terdiri

dari protein komplek yang dalam proses kerjanya perlu adanya

aktivator atau kofaktor yang biasanya berupa vitamin. Bahan

racun yang masuk ke dalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator

sehingga enzim atau hormon tidak dapat bekerja bahkan langsung

non aktif. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh dan berinteraksi

dengan sel akan menghambat atau mempengaruhi kerja sel,

contohnya menghambat hemoglobin dalam mengikat atau

membawa oksigen.

b) Merusak jaringan sehingga timbul histamine dan serotin. Ini akan

menimbulkan reaksi alergi, seperti gatal-gatal dan mual.

c) Fungsi detoksikasi hati (hepar). Pestisida yang masuk ke tubuh

akan mengalami proses detoksikasi (dinetralisasi) di dalam hati

oleh fungsi hati. Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa

lain yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh.

2. Pelarut Organik

Efek keracunan pelarut organik dapat bersifat akut dan kronik.

Keracunan akut dapat mengganggu tingkat konsentrasi dan dapat bersifat

depresi susunan saraf. Beberapa golongan seperti keton dapat berakibat

pada gangguan sistem saraf. Beberapa pelarut organik yang dapat

menyebabkan gangguan neurologi adalah acetone, benzene, carbon

tetrachloride, carbon disulfide, methanol, tetrachloroethylene, toluene, n-

hexane, dan trichloroethylene (Ampulembang, 2004).

Page 42: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

20

3. Logam Berat

Logam berat merupakan suatu bahan yang bersifat padatan yang dapat

menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia (Widowati

dkk., 2008). Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja

enzim sehingga dapat mengganggu metabolisme tubuh. Selain itu, efek

lainnya juga dapat berupa gangguan saraf, pencernaan, alergi, serta

bersifat teratogenik, mutagen, dan karsinogenik. Beberapa logam berat

yang digunakan manusia dengan tingkat toksisitas cukup berat seperti Hg,

Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, As, dan Zn (Widowati dkk., 2008).

2.1.6 Efek bahan-bahan toksik pada sistem saraf

1. Perubahan Struktural

Efek neurotoksik struktural merupakan perubahan neuroanatomi yang

terjadi pada sistem saraf (Amplumbang, 2004). Perubahan struktural

membuat perubahan pada morfologi sel dan struktur subselular. Perubahan

selular seperti akumulasi, proliferasi, dan penyusunan ulang struktur elemen

(filament intermediate dan mikrotubulus) atau organelle (mitokondria).

2. Perubahan Fungsional/ Neurobehavioral

Bahan-bahan toksik dapat menyebabkan perubahan fungsional sel saraf

yang meliputi modifikasi motorik dan mengganggu aktifitas sensorik.

Perubahan fungsi saraf dapat mengakibatkan terganggunya sistem organ

yang lain. Banyak sistem yang akan mengalami gangguan misalnya sistem

endokrin dimana beberapa hormon dan enzim akan mengalami gangguan

dalam proses sekresi (Williams, 2000).

Page 43: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

21

Efek neurobehavioral didefinisikan sebagai gangguan fungsional saraf

baik sistem saraf pusat maupun saraf tepi yang diakibatkan oleh paparan

suatu bahan kimia, agent fisik, maupun biologis yang lebih dikenal dengan

zat neurotoksik. Sementara menurut NAS (2003) bahwa efek

neurobehavioral diartikan sebagai perubahan pada kognisi, keadaan jiwa,

dan perilaku yang dimediasi oleh sistem saraf pusat. Efek ini dapat diukur

dengan melalui pengamatan timbulnya gejala yaitu dengan kuesioner

maupun tes yang tervalidasi.

Perubahan perilaku mungkin menjadi indikasi pertama terjadinya

kerusakan sistem saraf. Seseorang yang terpajan zat toksik biasanya akan

mengalami perasaan yang tidak menentu, penurunan daya ingat, konsentrasi,

dan kemampuan belajar (NAS, 2003).

2.1.7 Diagnosis Efek Neurobehavioral

1. Evaluasi Neurologi Klinis

Penilaian kemungkinan efek neurobehavioral pada individu dimulai

dengan evaluasi klinik untuk menyingkirkan penyebab lain. Evaluasi

klinis pada kasus yang dicurigai termasuk rincian riwayat medis serta

pemeriksaan neurologis standar. Dimulai dengan wawancara dan

pengumpulan riwayat medis, pasien ditanyakan mengenai kondisi medis

saat ini dan sebelumnya, obat-obatan yang sedang digunakan, serta

kegemaran. Rincian informasi mengenai pekerjaan seperti tugas maupun

pajanan, rute dan durasi dari pajanan serta juga apakah ada rekan kerja

Page 44: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

22

yang mengalami hal yang sama. Informasi-informasi tersebut sangatlah

penting untuk mengarahkan kemungkinan penyebab.

Pemeriksaan neurologis diawali dengan penilaian status mental

secara singkat, termasuk tingkat kesadaran, orientasi, gangguan bicara,

konsentrasi, memori, mood, dan affect. Kemudian dilakukan pemeriksaan

terhadap 12 saraf kranialis untuk membuktikan hubungan keluhan dengan

pajanan bahan neurotoksik (Ampulembang, 2004).

Selanjutnya, dilakukan evaluasi sistem motorik termasuk inspeksi

untuk melihat adanya atrofi, gerakan yang tidak biasa, dan tremor.

Analisis dilakukan terhadap koordinasi, tonus otot, tahanan terhadap

regangan pasif, serta kekuatan otot. Penilaian terhadap fungsi sensorik

termasuk rasa sakit, posisi, vibrasi, sentuhan ringan, dan temperatur juga

dilakukan. Terakhir, dilakukan pemeriksaan reflex tendon dan plantar

(Ampulembang, 2004).

2. Kuesioner Deteksi Dini

Banyak kuesioner telah dibuat untuk dapat mendeteksi secara dini

efek bahan neurotoksik pada populasi pekerja atau populasi yang beresiko

seperti Self Reporting Questionnaire (SRQ) 16 Swedish. Kuesioner ini

bertujuan menggambarkan gejala efek neurotoksik yang diakibatkan oleh

pelarut organik (Ampulembang, 2004). Selain itu, terdapat juga SRQ 20

WHO yang bertujuan untuk menggambarakan gejala neurotik (WHO,

1994).

Page 45: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

23

3. Tes Performa Neurobehavioral

Uji performa neurobehavioral atau dikenal juga dengan

neuropsychological assessment merupakan suatu uji yang terstandarisasi

yang didisain untuk mengidentifikasi gangguan sistem saraf yang

berhubungan dengan paparan bahan-bahan neurotoksik. Uji ini juga dapat

berguna untuk membangun hipotesis mengenai mekanisme toksisitas atau

dampak yang terlokalisasi pada area otak.

Terdapat lebih dari 250 uji neurobehavioral telah dikembangkan di

dunia hingga kini. Masing-masing uji neurobehavioral menggambarkan

domain yang berbeda-beda seperti attention and concentration; motor

skills; visuomotor coordination; visuospatial relations; memory; affect

and personality. Dari sekian banyak uji, tidak terdapat uji yang dapat

digunakan sendiri untuk mengidentifikasi disfungsi otak akibat paparan

neurotoksikan. Penggunaannya harus disertai uji yang lain dengan tujuan

agar domain yang mengalami disfungsi teridentifikasi dengan tepat

(Fiedler, 1996 dalam NAS, 2003). Hasil skor dari setiap uji dapat

digunakan untuk dasar menentukan kerusakan fungsional otak atau efek

neurobehavioral (NAS, 2003; US. Congress, 1990).

Beberapa negara dan organisasi dunia telah mengelompokan uji-uji

neurobehavioral yang ada berdasarkan domain fungsional dengan tujuan

agar dapat menggambarkan disfungsi neural secara menyeluruh. Salah

satunya yang dikelompokan oleh PBB melalui badan kesehatan dunia

Page 46: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

24

atau WHO yang diberi nama neurobehavioral core test battery (NCTB)

yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Uji Performa Neurobehavioral pada Neurobehavioral Core Test Battery

(NCTB: WHO, 1986)

No. Nama uji Domain Deskripsi/ keterangan

1. Digit Span Short term

memory

Merupakan tes yang bersifat verbal dari

Wechsler Adult Intellegence Scale

(WAIS) yan bertujuan untuk melihat short

term auditory memory yang juga

menggambarkan fokus perhatian.

2. Digit

symbol

Visuomotor

speed/ motoric

speed

Merupakan sub tes dari WAIS yang

bertujuan untuk melihat gambaran

kecepatan perceptual motorik yang juga

menggambarkan kecakapan asosiasi.

3. Pursuit

Aiming

Precision,

fine control

motoric

Mengukur kemampuan untuk berpindah

secara akurat yaitu pada pergerakan

dengan menggunakan tangan.

4. Santa-Ana

manual

Dexterity

Motor

coordination,

Dexterity

Mengammbarkan ketangkasan manual

yang membutuhkan pegerakan koordinasi

antara tangan dan mata secara cepat.

5. Profile of

Mood States

Affect Mendeskripsikan mood dan perasaan dari

subjek atau responden.

6. Simple

Reaction

Time

Attention/

Response

Speed

Mengukur seberapa cepat subjek bereaksi.

Hal ini sangat membutuhkan konsentrasi

perhatian dari subjek.

7. Benton

Visual

Retention

Visual

Perception/

Memory

Mengukur kemampuan untuk menyusun

pola geometrikal dan menghafalkannya.

Page 47: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

25

No. Nama uji Domain Deskripsi/ keterangan

8. Trial

making

Attention Merupakan tambahan tes dari California

University dimana bertujuan mengukur

daya konsentrasi dan fokus perhatian

melalui kecepatan seseorang dalam

menghubungkan angka-angka yang

berurutan.

Note: *uji performa neurobehavioral dari California University dan ADNI (Steenland, 2004)

Adapun dalam penelitian ini digunakan uji digit symbol, digit span,

pursuit aiming, dan trial making yang langkah-langkahnya adalah sebagai

berikut:

a. Persiapan

Siapkan tempat yang nyaman dan mendukung responden untuk

berkonsentrasi seperti ruangan/ tempat cukup pencahayaannya, tidak

bising, dan tidak panas. Siapkan alat seperti papan untuk alas, pensil/

pena, dan lembar kerja digit symbol, digit span, pursuit aiming, dan trial

making.

b. Pengenalan

Beritahukan maksud dan tujuan instrumen ini serta langkah-langkah

dalam mengerjakan uji ini. Beritahukan hal-hal yang harus dilakukan dan

yang tidak boleh dilakukan ketika mengerjakan tes ini.

Page 48: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

26

c. Pelaksanaan/ Pengerjaan

Responden mengerjakan lembar kerja digit symbol, digit span, pursuit

aiming, dan trial making. Adapun penjelasan uji digit symbol, digit span,

pursuit aiming, dan trial making adalah sebagai berikut:

a) Digit symbol

Responden dituntut untuk mengisi kolom kosong dengan simbol-

simbol yang telah ditentukan/ dicontohkan sesuai digit yang ada dalam

waktu 90 detik. Responden tidak boleh melompat atau melakukan skip

dalam mengerjakannya.

b) Digit span

Responden mengulang serangkaian digit yang disebutkan peneliti

(peneliti menyebutkan 3-6-1 maka responden menyebutkan 3-6-1 dst)

untuk digit span forward dan mengucapkan secara terbalk (1-6-3)

untuk digit span backward.

c) Pursuit aiming

Responden memberikan titik (dot) tepat di area tengah lingkaran

dimana lingkaran berdiameter 2mm. Responden diberikan waktu 2x60

detik untuk mengerjakan dengan diselingi waktu istirahat selama 30

detik.

d) Trial making

Responden menghubungkan lingkaran-lingkaran sesuai dengan

urutan angka 1-2-3-4….25. Tes ini maksimal dikerjakan selama 300

Page 49: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

27

detik. Jika dalam waktu 300 detik responden belum menyelesaikan tes

maka skor 300 dianggap layak untuk responden tersebut.

d. Menjumlahkan skor

a) Digit symbol

Menjumlahkan banyaknya simbol yang benar (sesuai digit) pada

pengisian kolom kosong. Maksimal skor adalah 100 poin.

b) Digit span

Menjumlahkan banyaknya rangkaian digit yang berhasil

diucapkan secara benar. Total skor merupakan penjumlahan dari uji

digit span forward dan backward. Maksimum skor adalah 28 poin.

c) Pursuit aiming

Menjumlahkan lingkaran (circle) yang telah diberi dot dengan

tepat yaitu berada di tengah atau tidak menyentuh garis atau di luar

lingkaran.

d) Trial making

Waktu yang dicatatkan responden dalam menyelesaikan tes ini.

e. Standarisasi Skor

Setelah skor masing-masing uji diperoleh maka skor tersebut harus

distandarisasikan agar dapat diinterpretasikan sesuai acuan yang ada.

Berikut adalah rumus untuk menstandarkan skor digit symbol, digit span,

pursuit aiming, dan trial making:

Page 50: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

28

Skor – Skor Mean

X 10 + 50 = SKOR STANDAR

Std. Deviasi

f. Interpretasi

Skor yang telah terstandar dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a) Skor ≤ 40 artinya abnormal atau performa neurobehavioral buruk

atau efek neurobehavioral.

b) Skor > 40 artinya normal atau performa neurobehavioral baik atau

tidak efek neurobehavioral (Sahani, 2004).

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Efek Neurobehavioral

Efek neurobehavioral atau gangguan fungsional saraf akibat zat toksik terjadi

bila terdapat bahan yang bersifat neurotoksik seperti pestisida, logam berat, dan

pelarut organik yang memajan dan masuk ke dalam tubuh dalam jumlah dan waktu

tertentu. Berdasarkan WHO (1986), Starks (2010), U.S. Congress (1990),

Ampulembang (2004), Ross (2011), dan Dobbs (2009) terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi efek neurobehavioral yaitu terdiri dari faktor internal, eksternal,

perilaku, dan pekerjaan. Faktor internal antara lain: umur, genetik, jenis kelamin,

pengetahuan, tingkat pendidikan, cidera kepala, status gizi, dan status kesehatan.

Faktor perilaku antara lain alkoholik, merokok, konsumsi kafein, dan penggunaan

obat-obatan. Faktor pekerjaan antara lain: shift kerja, riwayat pekerjaan, dan stres

kerja. Sementara faktor eksternal berupa HIV, kebisingan, radiasi elektromagnetik,

getaran, paparan pestisida, logam berat, dan pelarut organik yang diukur pada masa

kerja atau lama terpapar, jenis bahan, serta alat pelindung diri.

Page 51: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

29

2.3.1 Faktor Internal

Karakteristik individu berpengaruh terhadap efek neurobehavioral

dikarenakan degenerasi sel saraf akibat terjadinya perubahan biologis tubuh baik

fungsional maupun struktural.

1. Usia

Sel saraf mulai berdefrensiasi menjadi akson dan dendrit saat janin

berumur 20 minggu. Selanjutnya sel saraf terus berkembang hingga

membentuk jejaring dan sinapsis. Sel saraf terus berkembang hingga umur

antara 30 sampai dengan 50 mulai mengalami degenerasi khususnya pada

bagian locus ceruleus dan substantial nigra. Sedangkan, antara umur 20

hingga 80 tahun sejumlah sel cerebral cortex berkurang hingga setengahnya.

Disamping itu, sintesis enzim aktifator neurotransmitter juga semakin

berkurang. Hal ini menimbulkan proses impuls menjadi terganggu (U.S.

Congress, 1990). Sebagai contoh pada penelitian Rohlman (2006) yang

menyebutkan terdapat penurunan fungsi saraf setiap pertambahan usia 5

tahun setelah usia mencapai 28 tahun.

2. Genetik

Kelainan genetik terjadi pada ras tertentu seperti adanya kelainan

aktivitas enzim dan hormon sehingga menghambat proses kerja system saraf.

Kejadian ini dapat membuat sistem saraf mengalami penurunan kinerja

akibat adanya hambatan sinapsis (Starks, 2010).

Page 52: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

30

3. Jenis kelamin

Laki-laki mempunyai angka normal aktifitas kholinesterase yang

berbeda dengan wanita. Hal ini mengakibatkan kadar kholin bebas dalam

plasma laki-laki dewasa normal rata-rata sekitar 4,4μg/ml. Sedangkan pada

wanita mempunyai rata-rata lebih tinggi. Sehingga jika terjadi penghambatan

enzim khlinesterase maka acetylcholine dengan cepat akan meningkat dan

berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat

dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gangguan pada sistem

saraf pusat. Kemudian keadaan ini dapat berpengaruh pada seluruh bagian

tubuh (Starks, 2010).

4. Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup tentang zat neurotoksik sangat penting

dimiliki, khususnya bagi petani penyemprot yang menggunakan pestisida.

Pengetahuan yang cukup diharapkan para petani penyemprot dapat

melakukan pengelolaan pestisida dengan baik pula, sehingga risiko

terjadinya keracunan hingga efek neurotoksik/ neurobehavioral dapat

dihindari (Starks, 2010).

5. Tingkat Pendidikan

Pendidikan searah dengan tingkat kewaspadaan dan kemampuan

mencari informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kewaspadaan

cenderung meningkat. Selain itu, kemampuan mencari informasi meningkat

seiring tingkat pendidikan (Rusimah, 2011). Pengetahuan yang cukup

Page 53: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

31

tentang neurotoksikan sangat penting dimiliki khususnya bagi petani

penyemprot yang menggunakan pestisida. Dengan pengetahuan yang cukup

diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida

dengan baik sehingga resiko kesehatan akan terminimalisir (Starks, 2010).

6. Cidera Kepala

Benturan pada kepala menyebabkan otak bergeser mengikuti arah dan

gaya benturan. Gerakan geseran ini dapat menimbulkan lesi dan

mengakibatkan kelambanan otak dan gangguan pada saraf. Gangguan saraf

terjadi akibat terjadi kerusakan pada sejumlah dendrite dan akson

sehinggahantaran impuls menjadi terhambat (Starks, 2010).

7. Status Gizi

Keadaan gizi seseorang dapat mencerminkan daya imunitas tubuh.

Status gizi yang buruk dapat berakibat menurunnya daya tahan dan

meningkatnya kepekaan terhadap infeksik. Pada kondisi gizi yang buruk,

protein yang ada dalam tubuh sangat terbatas dan beberapa enzim aktifator

neurotransmitter terbentuk dari protein. Jika ketersediaan protein terganggu

maka pembentukan enzim aktifator juga terganggu. Terganggunya enzim

dapat menghambat hantaran impuls. Hal ini dapat dicontohkan pada enzim

asetilkholinesterase yang terhambat sehingga hidrolisis asetilkol terganggu

hingga menimbulkan penumpukan. Penumpukan asetilkolin menyebabkan

terganggunya saraf pusat dan kinerja motorik (Starks, 2010).

Page 54: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

32

8. Status kesehatan

Seseorang yang sedang menderita suatu penyakit atau dalam kondisi

kesehatan yang buruk akan mengalami penurunan kemampuan merespon

terhadap suatu rangsangan. Selain disebabkan oleh proses metabolik sel

yang menurun, gangguan pada saraf (gangguan sensorik dan motorik) juga

diakibatkan penurunan tingkat aktifitas enzim asetilkholinesterase sehingga

terjadi hambatan pada penghantaran impuls (Dobbs, 2009; Starks, 2010).

2.3.2 Faktor Perilaku

Faktor prilaku dari gaya hudup dapat mempengaruhi kejadia efek

neurobehavioral yaitu seperti perilaku mengkonsumsi alcohol, kopi, rokok, dan

obat-obatan.

1. Konsumsi alkohol

Alkohol atau dikenal juga ethanol merupakan suau bahan kimia yang

seringkali dikonsumsi manusia. Konsumsi alkohol dapat berakibat pada

gangguan kesehatan. Salah satu organ utama yang menjadi sasran bahan ini

adalah otak. Otak sangat rentan terhadap gangguan saraf akibat

penggunaan alkohol dalam waktu yang lama. Bahan ini merusak sistem

saraf dengan sifat akut dan kronis. Sekitar 9% dari orang yang

ketergantungan terhadap alkohol didiagnosis mengalami brain disorders

(Eckardt, 1986; U.S. Congress, 1990).

2. Merokok

Rokok mengandung banyak bahan berbahaya seperti karbon

monoksida (CO), hydrogen sianida (HCN), formaldehida, benzene, arsen,

Page 55: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

33

tar, nikotin, fenol, dll. Pada dasarnya, tubuh manusia merespon bahan

bahaya yang ada pada rokok, seperti nikotin. Otak merespon paparan

nikotin dengan memerintahkan tubuh untuk membuat zat endorphin lebih

banyak dari keadaan normal. Struktur kimia endorphin hampir sama

dengan obat penghilang rasa sakit seperti morphine. Kadar endorhpin yang

tinggi secara terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya sakit kepala

atau gangguan pada saraf (U.S. Congress, 1990). Pada umumnya, merokok

diukur dengan menggunakan skala Brinkman untuk menilai suatu resiko

kesehatan. Skala ini merupakan perkalian antara jumlah rata-rata batang

rokok yang dihisap setiap hari dengan lama merokok dalam tahun (Hasty,

2011).

3. Penggunaan obat-obatan

Impuls dari sistem saraf pusat hanya dapat diteruskan ke ganglion dan

sel efektor melalui pelepasan zat kimia yang khas yang disebut transmiter

neurohumoral atau disingkat neurotransmiter.

Beberapa obat-obatan yang dapat mengaggu sistem saraf pusat adalah

heroin, cocaine, morphin, dan zat psikotropika lainnya. Penggunaan jangka

panjang dapat menyebabkan halusinasi, gangguan afek, gangguan aktivitas

motorik dan sensorik, serta nafsu makan berkurang (U.S. Congress,1990).

4. Konsumsi kopi

Konsumsi kopi dapat menstimultan enzim neurotransmitter berupa

epinefrin. Hal ini disebabkan zat yang terkandung di dalam kopi bereaksi

terhadap pengaktifan epinefrin. Penumpukan epinefrin yang tinggi dapat

Page 56: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

34

menyebabkan impuls terhambat dalam proses hantarannya. Kondisi ini

menyebabkan gangguan motorik. Selain itu, kafein memiliki sifat deurutik

sehingga pengguna dapat terjaga dan segar. Namun demikian, penggunaan

yang terlalu sering dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf

berupa efek neurobehavioral. Zat kafein banyak terdapat pada kopi dan teh

(Ampulembang, 2004).

2.3.3 Faktor Pekerjaan

Faktor pkerjaan yang dapat mempengaruhi efek neurobehavioral berupa

stress, riwayat pekerjaan, dan shift kerja.

1. Stres kerja

Sistem respons fisiologik pada kondisi stres akut dan kronik,

terdapat respon fight dan flight dimana berperan beberapa hormon.

Tubuh akan bereaksi terhadap stres. Stres akan mengaktifkan sistem

saraf simpatis dan sistem hormon tubuh seperti kotekolamin,

epinefrin, norepinefrine, glukokortikoid, kortisol, dan kortison. Khusus

untuk hormon kortisol yang dikeluarkan oleh korteks adrenal secara

berlebih menyebabkan kerja saraf pusat otak menjadi sedikit terganggu

(Airmayanti, 2009; Ross, 2011).

Pada beberapa hasil uji neurobehavioral diketahui terjadi inkonsisten

hubungan outcame dan exposure neurotoksikan. Hal ini dikarenakan faktor

eksternal seperti mood dan stres. Bisanya responden yang mengalami stress

akan mengerjakan hasil tes lebih pelan dari pada peserta lainnya. Fine

Page 57: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

35

motor skill (pursuit aming) umumnya memiliki hasil yang buruk (Ross,

2011)

2. Riwayat pekerjaan

Riwayat pekerjaan menggunakan pelarut organik, dan logam berat

selama jangka waktu yang cukup lama beresiko mengalami gangguan saraf

otak karena zat tersebut merupakan neurotoksikan yang dapat masuk

melalui ingesti, inhalai, maupun subkutan (Starks, 2010).

3. Shift kerja

Sudah dipercaya bahwa sebagian besar dari pekerja yang bekerja pada

shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan

kerja dibandingkan mereka yang bekerja pada shift satu (shift pagi). Shift

dan kerja malam juga dapat menghambat kemampuan adaptasi pekerja baik

secara biologis maupun sosial. Keadaan ini berdampak negatif pada

kesehatan fisik, mental, dan sosial serta mengganggu homeostatis

psikofisiologi seperti irama sirkardian, waktu tidur dan makan, fungsi

pencernaan, saraf, dan pembuluh darah. Sementara itu, masalah kesehatan

yang sering muncul berupa gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung,

tekanan darah tinggi, dan gangguan gastrointestinal. Sedangkan gangguan

kesehatan tersebut ditambah dengan tekanan stres yang besar dapat secara

otomatis meningkatkan resiko terjadinya kelelahan otak yang selanjutnya

dapat menyebabkan efek neurobehavioral (Starks, 2010).

Page 58: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

36

2.3.4 Faktor Eksternal Bahaya Fisik

Bahaya dari luar seperti bahaya fisik juga dapat mempengaruhi efek

neurobehavioral yaitu seperti kebisingan, getaran, dan radiasi elektromagnetik.

1. Kebisingan

Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Hal ini

menyebabkan gangguan kesehatan. Kebisingan membuat daya konsentrasi

menjadi menurun, gangguan psikologi. Selanjutnya, akibat paparan yang

lama, gangguan sensorik juga akan timbul. Kebisingan selalu diukur

intensitas dan lama paparan (Dobbs, 2009).

2. Getaran

Getaran merupakaan bahaya di tempat kerja. Bahaya ini dapat bersifat

hand arm vibration atau whole body vibraton. Getaran memiliki dampak

utama berupa kerusakan pada tulang, persendian tulang, persarafan, dan

peredaran darah (Dobbs, 2009).

3. Radiasi elektromagnetik

Gelombang elektromagnetis mempunyai pengaruh terhadap gangguan

faal tubuh. Perubahan fisiologis terjadi pada sistem saraf dalam jangka

waktu yang berangsur-angsur atau menahun. Manifestasi dari perubahan

yang ada adalah terjadinya perlambatan pada gerak reflek (Dobbs, 2009).

Beberapa radiasi elektromagnetik seperti gelombang mikro, sinar infra

merah, dan sinar-x sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal yang perlu

diperhatikan pada bahaya fisis seperti radiasi elektromagnetik adalah

intensitas dan lama terpapar (Suma’mur, 2009).

Page 59: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

37

2.3.5 Faktor Eksternal Bahaya Biologi

HIV

HIV merupakan lentivirus yang sangat berbahaya karena menyebabkan

penyakit AIDS (Acquired imunodeficiency syndrome). Suatu penyakit

infeksi yang menyebabkan rusaknya kekebalan tubuh. Akibat sistem

kekebalan yang rusak maka berbagai penyakit dapat terjadi. Akibatnya,

berbagai penyakit infeksi lainya dapat terjadi sehingga beberapa organ

dapat mengalami kerusakan seperti saraf otak (Dobbs, 2009).

2.3.6 Faktor Eksternal Bahaya Kimia

Sudah dijelaskan diawal bahwa terdapat tiga pemajan utama yang

menyebabkan efek neurotoksik yaitu: pestisida, logam berat, dan pelarut

organik. Namun demikian, pada penelitian ini neurotoksian difokuskan pada

pestisida. Hal ini dikarenakan alasan setting penelitian yaitu pada petani

penyemprot tanaman sayur yang dominan menggunakan pestisida. Adapun

karakteristik penggunaan pestisida adalah:

1. Masa kerja

Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka semakin lama pula

kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida

semakin tinggi. Penurunan aktifitas kholinesterase dalam plasma darah

karena keracunan pestisida akan berlangsung mulai seseorang terpapar

hingga 2 minggu setelah melakukan penyemprotan. Jika paparan

berlangsung terus hingga lebih dari 10 tahun maka manifestasi gangguan

saraf otak dapat menetap (U.S. Congress, 1990; Farahat, 2003).

Page 60: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

38

2. Jenis Pestisida

Beberapa jenis pestisida sangat berbahaya untuk sistem organ terutama

sistem saraf pusat. Pestisida yang memiliki daya racun tinggi yaitu LD50 <

25 mg/kg sangatlah berbahaya jika sampai masuk ke dalam tubuh. Banyak

manifestasi akibat keracunan pestisia seperti gangguan pencernaan,

rusaknya beberapa enzim, dan gangguan motorik (U.S. Congress, 1990).

Beberapa jenis pestisida yang sangat beracun adalah Coroxon, Parathion,

dan Ethion yang mayoritas merupakan golongan dari organoklorin dan

organofosfat (US. Congress, 1990; Gupta, 2006).

3. Alat pelindung diri (APD)

Dobss (2009) menyebutkan bahwa kerentanan seseorang mengalami

gangguan fungsional saraf akibat neurotoksikan seperti halnya pestisida

tergantung pada genetik, alat pelindung diri, dan status kesehatan. Ada

beberapa jalur masuk pestisida ke dalam tubuh, ingesti, inhalasi, dan

subkutan (U.S. Congress, 1990). Dari ketiga jalur masuk tersebut, inhalasi

dan ingesti merupakan jalur yang sangat rentan dan fatal (U.S. Congress,

1990). Alat pelindung masker merupakan alat paling efektif untuk

mencegah paparan pestisida melalui inhalasi dan ingesti. Pada penelitian

Ferdiansyah (2012), petani yang tidak menggunakan masker beresiko 25,6

kali untuk keracunan pestisida daripada petani yang menggunakan masker

saat melakukan penyemprotan.

Page 61: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

39

2.4 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Teori Modifikasi dari Ampulembang (2004), Dobbs (2009), Starks (2010), Ross

(2011), US. Congress (1990), dan WHO (1986).

Faktor Internal:

1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Genetik 4. Pengetahuan

5. Tingkat Pendidikan 6. Riwayat cidera kepala 7. Status Gizi 8. Status Kesehatan

Faktor Pekerjaan

1. Riwayat pekerjaan 2. Shift Kerja 3. Stres Kerja

Efek Neurobehavioral

Faktor Eksternal

Bahaya Fisik 1. Kebisingan 2. Getaran 3. Radiasi

elektromagnetik

Bahaya Kimia 1. Pestisida 2. Pelarut

organik 3. Logam

berat

Bahaya Biologi 1. HIV

Faktor Perilaku 1. Konsumsi alkohol 2. Merokok 3. Penggunaan obat-

obatan 4. Konsumsi Kopi

Page 62: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

40

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, penggunaan pestisida

dapat menyebabkan efek kesehatan yang bersifat akut dan kronis. Hal ini dikarenakan

penetrasi zat tersebut ke dalam tubuh yang mengakibatkan terhambatnya aktifitas

enzim kholinesterase yang kemudian juga akan menghambat hidrolisis asetilkolin

sehingga menimbulkan gangguan pada sistem saraf.

Adapun kerangka konsep penelitian ini mengacu kepada WHO (1986), Starks

(2010), Ampulembang (2004), US.Congress (1990), Ross (2011), dan Dobss (2009)

yang menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efek

neurobehavioral yaitu terdiri dari faktor internal, eksternal, perilaku, dan pekerjaan.

Faktor internal antara lain: umur, genetik, jenis kelamin, pengetahuan, tingkat

pendidikan, cidera kepala, status gizi, dan status kesehatan. Faktor perilaku antara

lain alkoholik, merokok, konsumsi kopi, dan penggunaan obat-obatan. Faktor

pekerjaan antara lain: shift kerja, riwayat pekerjaan, dan stres kerja. Sementara faktor

eksternal berupa HIV, kebisingan, radiasi elektromagnetik, getaran, paparan pestisida,

logam berat, dan pelarut organik yang diukur pada masa kerja atau lama terpapar,

jenis bahan, serta alat pelindung diri.

Page 63: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

41

Pada penelitian ini, variabel independent yang akan diteliti adalah umur,

pengetahuan, tingkat pendidikan, status gizi, merokok, konsumsi kopi, stres kerja,

dan paparan pestisida yang diukur dari jenis pestisida serta masa kerja atau lama

menggunakan. Sedangkan, variabel dependentnya adalah efek neurobehavioral yang

diketahui dari performa neurobehavioral pada uji digit span, digit symbol, pursuit

aiming, dan trial making.

Variabel shift kerja tidak diteliti karena sistem kerja petani tidak menggunakan

shift. Jenis kelamin tidak diteliti karena hampir semua petani penyemprot tanaman

sayur adalah laki-laki. Penyakit HIV/AIDS, riwayat cidera kepala, penggunaan obat-

obatan, dan status kesehatan menjadi kriteria eksklusi penelitian. Variabel alkoholik

tidak diteliti karena tidak cocok dengan latar belakang budaya masyarakat Sukabumi

serta dikhawatirkan bias akibat faktor kejujuran. Sementara genetik tidak diteliti

karena dikhawatirkan data yang diperoleh bias karena tidak didukung oleh rekam

medis yang valid. Faktor eksternal berupa paparan pelarut organik dan logam berat

tidak diteliti karena pada peneilitian sebelumnya petani di Desa Perbawati telah

diketahui mengalami keracunan akut pestisida. Riwayat pekerjaan tidak diteliti

karena hampir semua petani tidak memiliki riwayat pekerjaan lain kecuali bertani.

Sedangkan faktor eksternal berupa kebisingan dan getaran tidak diteliti karena tidak

terdapat alat maupun proses pekerjaan yang berpotensi menghasilkan bahaya

tersebut. Sementara faktor eksternal berupa radiasi elektromagnetik tidak diteliti

karena keterbatasan alat. Selain itu, penggunaan APD juga tidak disertakan pada

variabel penelitian karena sulit diamati dan mayoritas petani tidak disiplin dalam

Page 64: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

42

penggunaan APD atau dengan kata lain walaupun menggunakan APD namun

mayoritas tidak sesuai standar yang berlaku.

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Efek

Neurobehavioral

Masa kerja ( lama

terpapar)

Jenis Pestisida

Konsumsi Kopi

Merokok

Stres Kerja

Status Gizi

Pengetahuan

Umur

Tingkat Pendidikan

Page 65: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

43

3.2 Definisi operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Efek

Neurobehavioral

Gangguan fungsional saraf

akibat paparan agen toksik

(pestisida) yang diukur dari

performa neurobehavioral

WHO (1986).

Worksheet

digit symbol

dan digit

span,

pursuit

aiming, dan

trial making

Tes

neuropsikologi

/ pengukuran

[0] Efek neurobehavioral

(tidak normal), jika performa

neurobehavioral pada uji

digit symbol, digit span,

pursuit aiming, dan trial

making salah satu skor

standarnya ≤ 40

[1] Normal/ tidak efek

neurobehavioral, jika

performa neurobehavioral

pada uji digit symbol, digit

span, pursuit aiming, dan

trial making semua skor

standarnya > 40 (Sahani,

2004).

Ordinal

Page 66: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

44

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

2. Umur Rentang waktu antara saat

lahir sampai saat

pengambilan data, dihitung

saat ulang tahun terakhir.

Kuesioner Wawancara Tahun Rasio

3. Pengetahuan Sesuatu yang diketahui dan

dipahami oleh responden

mengenai pestisida,

penggunaannya, bahaya atau

dampaknya, dan pencegahan.

Kuesioner Wawancara [0] Pengetahuan buruk,

skor< 60

[1] Pengetahuan baik, skor

≥60 ( median)

Ordinal

4. Tingkat

Pendidikan

Jenjang pendidikan formal

yang telah ditempuh.

Kuesioner Wawancara [0] Rendah: Tidak sekolah/

tamat SD, SD, dan SMP

[1] Tinggi: SMA/ SMK,

Diploma, S1 dst

(Rusimah, 2011).

Ordinal

Page 67: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

45

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

5. Status Gizi Gambaran keadaan gizi

responden yang dinilai

dengan indeks masa tubuh.

Meteran

dan

timbangan

berat badan

Pengukuran [0] Tidak Normal: IMT <

18,5 dan IMT > 25

[1] Normal:18,5≤ IMT ≤25

(Starks, 2010)

Ordinal

6. Merokok Konsumsi rokok yang

dihitung dengan indeks

Brinkman, yaitu perkalian

antara jumlah rata-rata batang

rokok yang dihisap setiap hari

dengan lama merokok dalam

tahun. (Hasty, 2011)

Kuesioner Wawancara [0] Ringan : 0-200

[1] Sedang : 201-600

[2] Berat : > 600

(Hasty, 2011)

Ordinal

7. Konsumsi kopi Konsumsi kopi yang diukur dari

kebiasaan mengkonsumsi kopi

setiap hari (Ampulembang,

2004).

Kuesioner Wawancara [0] Ya: Biasa minum kopi

[1] Tidak: tidak biasa minum

kopi. (Ampulembang, 2004)

Ordinal

Page 68: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

46

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

8. Stres Kerja

Perasaan tertekan yang dialami

pekerja dalam menghadapi

pekerjaannya dinilai dari aspek

psikologis, fisiologis, dan

perilaku.

Kuesioner Wawancara [0] Stres: skor > 25

[1] Tidak Stres: skor ≤ 25

(Karoly, 1985)

Ordinal

9. Jenis pestisida

Klasifikasi golongan pestisida

yang digunakan yaitu yang

diketahui dari zat aktifnya.

Kuesioner Wawancara

dan

Observasi

[0] Organofosfat

[1] Non Organofosfat

( U.S Congress, 1990)

Ordinal

Page 69: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

47

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

10. Masa kerja Lama bekerja sebagai petani

penyemprot menggunakan

pestisida

Kuesioner Wawancara [0] Masa kerja ≥10 tahun

[1] Masa kerja <10tahun

( Farahat, 2003)

Ordinal

Page 70: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

48

3.3 Hipotesis

3.3.1 Hipotesis Utama

Ada hubungan antara paparan pestisida (jenis pestisida dan lama

terpapar/masa kerja) dengan efek neurobehavioral pada petani

penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

3.3.2 Hipotesis Pendukung

1. Ada hubungan antara faktor individu (umur, tingkat pendidikan,

pengetahuan, dan status gizi) dengan efek neurobehavioral pada

petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di Desa

Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

2. Ada hubungan antara faktor pekerjaan (stress kerja) dengan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan

pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

3. Ada hubungan antara faktor perilaku (merokok dan konsumsi kopi)

dengan efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman

sayur dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi

Tahun 2013.

Page 71: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

49

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional

dimana dinamika korelasi antara variabel independen dan dependen diamati pada

waktu yang bersamaan. Desain ini digunakan karena mudah dilaksanakan, sederhana,

murah, ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat

(Notoatmodjo, 2010).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Perbawati Kecamatan Sukabumi Kabupaten

Sukabumi. Waktu penelitian ini adalah bulan Februari sampai dengan Mei 2013.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh petani sayuran yang terdaftar di Kelompok

Tani di Desa Perbawati yang melakukan penyemprotan dengan menggunakan

pestisida.

Tabel 4.1

Populasi Penelitian

No. Nama Kelompok Tani Alamat Jumlah

1. Harkat Tani Bobojong 27

2. Lembur Tani Lembur Pasir 37

3. Mustika Bumi Tenjolaya 52

4. Perbawati Perbawati 37

Page 72: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

50

No. Nama Kelompok Tani Alamat Jumlah

5. Sarasa Babakan Situ 25

6. Sumber Tani Nagrog 37

7. Suji Babakan Situ 25

8. Wanasari I Baroroke 45

9. Wanasari II Wanasari 24

Jumlah 309

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BPK3) Kec. Sukabumi, 2012.

Berdasarkan data diatas, jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 309

orang. Untuk menghitung besar sampel dipilih dengan menggunakan metode uji

hipotesis beda proporsi (2-tailed). Berikut adalah rumus uji hipotesis beda proporsi 2

sisi (WHO, 1980):

Keterangan :

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

P1 : Proporsi efek neurotoksik pada umur ≥28 tahun = 0.624

P2 : Proporsi efek neurotoksik pada umur <28 tahun = 0.289 (Ampulembang,

2004)

P : Rata-rata proporsi (P1 + P2 /2) = (0.624+0.289)/2 = 0.457

Z 1-α/2 : Nilai Z pada derajat kepercayaan Z1-α/2 atau derajat kemaknaan α pada two

tail yaitu sebesar 5 % = 1,96

Page 73: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

51

Z 1-β : Nilai Z pada kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 80% = 0,84

= [1,96√2 x 0.457(1-0.457) + 0,84 √0.624 (1-0.624) + 0, 0.289 (1- 0.289) ]²

(0.624 - 0.289) ²

= 34 orang

Selanjutnya jumlah sampel minimal kemudian dikalikan dengan

proporsi kasus pada penelitian sebelumnya yaitu sebanyak 52,03%

(Ampulembang, 2004) sehingga total sampel minimal menjadi:

34 = 52,03% x total sampel

Total sampel = 34 / 52,03%

= 65.35 ≈ 66

Selanjutnya besar sampel sebanyak 66 responden tersebut diambil dengan

purposive sampling yaitu dari hasil penelitian yang dilakukan Ferdiansyah (2012)

mengenai keracunan akut pestisida. Hal ini dikarenakan efek neurobehavioral dapat

terjadi setelah seseorang mengalami kercunan akut pestisida dan menggunakan bahan

tersebut selama priode tertentu secara terus-menerus (Williams, 2000).

Adapun sampel yang akan dipilih oleh peneliti mempunyai persamaan dengan

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi

Karakteristik umum yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah:

a. Petani penyemprot yang terdaftar pada kelompok tani di Desa Perbawati

dan menjadi responden pada penelitian Ferdiansyah (2012).

Page 74: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

52

2. Kriteria Eksklusi

a. Pernah mengalami cedera kepala.

b. Terjangkit HIV/AIDS.

c. Responden dalam status kesehatan kurang baik yang diketahui dari gejala

dan pengakuannya serta sedang menggunakan/ mengkonsumsi obat-

obatan.

4.4 Instrumen Penelitian

Insturmen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

4.4.1 Worksheet Digit Span, Digit Symbol, Pursuit Aiming, dan Trial making.

Pengukuran efek neurobehavioral berdasarkan penilaian penilaian performa

neurobehavioral dengan standar WHO (1986). Metode ini juga yang paling

mungkin dilakukan oleh peneliti.

Performa neurobehavioral diketahui dari skor yang didapatkan pada uji digit

span, digit symbol, pursuit aiming, dan trial making. Keempat skor pada uji

tersebut kemudian di standarisasi (standar skor NCTB WHO) agar dapat dilihat

normal atau abnormal. Pada pelaksanaan tes ini peneliti telah melakukan

sejumlah latihan dari tenaga profesional/ ahli terkait pengukuran performa

neurobehavioral yang dalam hal ini adalah Lembaga Layanan Psikologi UIN

Jakarta. Pelatihan meliputi pengenalan, prosedur, dan interpretasi. WHO (1986)

mengutarakan bahwa tenaga terlatih diperbolehkan melakukan uji ini namun

untuk interpretasi hasil harus dibawah pengawasan tenaga ahli yang dalam hal ini

Page 75: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

53

adalah seorang psikolog. Langkah-langkah dalam melakukan uji digit symbol,

digit span, pursuit aiming, dan trial making adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Tempat yang nyaman dan mendukung responden untuk berkonsentrasi

seperti tempat tidak panas, tidak bising, dan cukup pencahayaan disiapkan.

Alat seperti papan untuk alas, pensil/ pena, dan lembar kerja digit symbol,

digit span, pursuit aiming, dan trial making disiapkan.

2. Pengenalan

Maksud dan tujuan instrumen ini serta langkah-langkah diberitahukan

dalam mengerjakan uji ini. Informasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan

dan yang tidak boleh dilakukan ketika mengerjakan tes ini juga diberikan.

3. Pelaksanaan/ Pengerjaan

Lembar kerja digit symbol, digit span, pursuit aiming, dan trial making

dikerjakan oleh responden. Responden lebih dahulu mengerjakan tes digit

span dilanjutkan dengan digit symbol lalu pursuit aiming dan yang terakhir

adalah trial making. Adapun penjelasan uji digit symbol, digit span, pursuit

aiming, dan trial making adalah sebagai berikut:

a. Digit symbol

Responden dituntut untuk mengisi kolom kosong dengan simbol-

simbol yang telah ditentukan/ dicontohkan sesuai digit yang ada dalam

waktu 90 detik. Responden tidak boleh melompat atau melakukan skip

Page 76: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

54

dalam mengerjakannya. Berikut merupakan ilustrasi dan prosedur dalam

mengerjakan uji ini:

1) Letakan lembar kerja digit symbol di depan responden pada

tempat yang datar dan nyaman untuk menulis.

2) Berikan pensil/ bolpoint ke responden.

3) Katakan “ Lihat kotak yang berisikan angka dang symbol! Itu

merupakan pasangan. Tugas anda adalah untuk mengisikan

kotak-kotak kosong yang tersedia dengan symbol yang sesuai

dengan pasangan angka sesuai contoh diatas.

4) Kerjakan dengan arah kanan-kiri. (jika responden paham maka

lanjut untuk memulai uji digit symbol)

5) Anda siap? Muali! (sementara hitungan waktu dimulai dengan

menggunakan stopwatch).

6) Ketika waktu menunjukan 90 detik maka katakana “Berhenti!”

Gambar 4.1 Lembar Kerja Uji Digit Symbol

Page 77: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

55

b. Digit span

Serangkaian digit yang disebutkan peneliti diulang oleh responden.

Misalnya, peneliti menyebutkan 3-6-1 maka responden menyebutkan (3-

6-1) untuk digit span forward dan mengucapkan secara terbalk (1-6-3)

untuk digit span backward. Berikut merupakan ilustrasi dan prosedur

dalam mengerjakan uji ini:

1) Responden dan peneliti duduk berhadapan

2) Posisikan responden senyaman mungkin

3) Kemudian jelaskan: “Saya akan menyebutkan beberapa angka

dengan berurutan kemudian anda menyebutkannya kembali

secara benar setelah saya selesai. Untuk contoh, saya

mengatakan 5 – 4 – 3 kemudian anda mengulangnya 5 – 4 – 3”

untuk uji digit span forward. Dan untuk digit span backward

adalah “Saya akan menyebutkan beberapa angka dengan

berurutan kemudian anda menyebutkannya kembali secara

terbalik. Untuk contoh, saya mengatakan 5 – 4 – 3 kemudian

anda mengulangnya dengan terbalik 3 – 4 – 5”.

4) Jika responden mengerti maka langsung dilakukan uji digit span

(digit span backward terlebih dahulu).

5) Uji dihentikan ketika responden telah menyelesaikan semua

rangkaian angka (7b) atau ketika responden tidak bisa

mengulang dua rangkaian angka secara berurutan (jumlah digit

Page 78: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

56

sama, misalnya: pada 3a dan 3b responden salah maka uji digit

span dihentikan).

Gambar 4.2 Lembar Kerja Uji Digit Span Forward and Backward

c. Pursuit aiming

Titik (dot) tepat di area tengah lingkaran dimana lingkaran

berdiameter 2mm dikerjakan oleh responden. Responden diberikan

waktu 2x60 detik untuk mengerjakan dengan diselingi waktu istirahat

selama 30 detik. Berikut merupakan ilustrasi dan prosedur dalam

mengerjakan uji ini:

1) Letakan lembar kerja digit symbol di depan responden pada

tempat yang datar dan nyaman untuk menulis.

2) Berikan pensil/ bolpoint ke responden.

3) Katakan “ Tugas anda adalah memberikan titik tepat di tengah-

tengah lingkaran-lingkaran kecil ini. Usahakan agar tidak ada

goresan pensil yang mengenai garis dan kerjakan secepat

mungkin. Anda akan mengerjakan dalam waktu 2x60 detik

Page 79: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

57

dimana setelah 60 detik pertama anda akan diberikan waktu

untuk relaksasi selama 30 detik dan setelah itu anda akan

mengerjakan kembali selama 60 detik. Kerjakan dengan arah

sesuai tangan dominan anda (misal tangan dominan anda kanan

maka kerjakan dari kanan-kiri)”.

4) Setelah responden paham/ mengerti maka tes dimulai.

5) Anda siap? Mulai! (sambil memulai perhitungan waktu

stopwatch).

6) Setelah 60 detik, katakana “Berhenti”

7) Sekarang anda bisa santai dan kemudian anda akan memulai lagi

setelah 30 detik.

8) Setelah 30 detik, katakan “Mulai”.

9) Setelah 60 detik, katakan “Berhenti”.

Gambar 4.3 Lembar Kerja Uji Pursuit Aiming

Page 80: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

58

d. Trial making

Lingkaran-lingkaran dihubungkan oleh responden sesuai dengan

urutan angka 1-2-3-4….25. Tes ini maksimal dikerjakan selama 300

detik. Jika dalam waktu 300 detik responden belum menyelesaikan tes

maka skor 300 dianggap layak untuk responden tersebut. Berikut

merupakan ilustrasi dan prosedur dalam mengerjakan uji ini:

1) Letakan lembar kerja digit symbol di depan responden pada

tempat yang datar dan nyaman untuk menulis.

2) Berikan pensil/ bolpoint ke responden.

3) Katakan “tugas anda adalah menghubungkan angak-angka sesuai

urutan normal (1-2-3-4…dst.) dengan garis yang tidak terputus.

Selalu tempelkan pensil pada kertas dan jangan pernah diangkat

sebelum selesai mengerjakannya.

4) Stelah paham, uji trial making dimulai.

5) Anda siap? Mulai (sambil memulai perhitungan waktu

stopwatch).

6) Uji ini berakhir ketika responden telah menghubungkan semua

angka-angka tersebut hingga angka terakhir (25) atau hingga

waktu mencapai 300 detik namun responden belum selesai.

Page 81: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

59

Gambar 4.4 Lembar Kerja Uji Trial Making

4. Kumulatif/ penjumlahan skor

a. Digit symbol

Banyaknya simbol yang benar dijumlahkan (sesuai digit) pada

pengisian kolom kosong. Maksimal skor adalah 100 poin.

b. Digit span

Banyaknya rangkaian digit yang berhasil diucapkan secara benar

dijumlahkan. Total skor merupakan penjumlahan dari uji digit span

forward dan backward. Maksimum skor adalah 28 poin.

c. Pursuit aiming

Menjumlahkan lingkaran (circle) yang telah diberi dot dengan tepat

yaitu berada di tengah atau tidak menyentuh garis atau di luar lingkaran.

Page 82: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

60

d. Trial making

Waktu yang dicatatkan responden dalam menyelesaikan tes ini.

Maksimal 300 poin.

5. Standarisasi Skor

Setelah skor masing-masing uji diperoleh maka skor tersebut harus

distandarisasikan agar dapat diinterpretasikan sesuai acuan yang ada. Berikut

adalah rumus untuk menstandarkan skor digit symbol, digit span, pursuit

aiming, dan trial making:

Skor – Skor Mean

X 10 + 50 = SKOR STANDAR

Std. Deviasi

6. Interpretasi

Skor yang telah terstandar dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Skor ≤ 40 artinya abnormal atau performa neurobehavioral buruk

atau efek neurobehavioral.

b. Skor > 40 artinya normal atau performa neurobehavioral baik atau

tidak efek neurobehavioral (Sahani, 2004).

4.4.2 Lembar penilaian stres kerja

Variabel stres kerja diukur dengan indikator yang telah ditetapkan sesuai

dengan metode self report measurement. Metode ini menggunakan sejumlah

pertanyaan yang berhubungan dengan adanya perubahan psikologi, fisiologis,

Page 83: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

61

dan perilaku yang dapat dijawab dengan “tidak pernah” diberi skor 0, “kadang-

kadang” diberi skor 1 dan “sering” diberi skor 2. Dimana perubahan psikologi,

fisiologis, dan perilaku yang digunakan berdasarkan pendekatan yang dilakukan

oleh indeks Karoly. Hasil skornya adalah hasil total skor seluruh jawaban

responden kemudian dikategorikan menjadi 2, yaitu kategori stres (> 25 ) dan

tidak stres (1-25).

4.4.3 Lembar penilaian variabel merokok

Variabel merokok diukur dengan indikator Brinkman dengan metode self

report measurement. Variabel merokok diukur dan disajikan dengan

menggunakan skala Brinkman yaitu perkalian antara jumlah rata-rata batang

rokok yang dihisap setiap hari dengan lama merokok dalam tahun. Hasilnya adalah

skor 0-200= berkategori rendah, 201-600= sedang, dan >600= tinggi (Hasty,

2011).

4.4.4 Stopwatch

Alat pengukuran waktu digunakan untuk membantu dalam pengukuran

performa neurobehavioral yaitu pada uji digit symbol, pursuit aiming, dan trial

making. Alat ini dimanfaatkan untuk membatasi waktu responden dalam

mengerjakan uji neurobehavioral.

4.4.5 Meteran

Berfungsi untuk mengukur tinggi badan responden guna memperoleh nilai

status gizi (indeks masa tubuh).

Page 84: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

62

4.4.6 Timbangan badan

Berfungsi untuk mengukur berat badan responden guna memperoleh nilai

status gizi (indeks masa tubuh).

4.4.7 Kuesioner variabel independent

Alat yang berupa pertanyaan tertulis dalam form kuesioner berfungsi

mengambil data seperti: umur, pengetahuan, tingkat pendidikan, konsumsi kopi,

merokok, jenis pestisida, dan masa kerja.

4.5 Pengumpulan Data

4.5.1 Pengumpulan data primer

1. Wawancara: melakukan pengumpulan data dengan percakapan antara

peneliti dan responden dengan menggunakan kuesioner. Data yang

dikumpulkan adalah umur, pengetahuan, tingkat pendidikan, konsumsi

kopi, merokok, stres kerja, masa kerja, dan jenis pestisida.

2. Observasi: melakukan pengumpulan data dengan mengamati dan

memahami mengenai suatu hal kejadian. Data yang dikumpulkan

adalah status gizi (IMT) dan jenis pestisida.

3. Tes neuropsikologi: melakukan pengumpulan data dengan cara

pengukuran neuropsikologis (tes psikologis: digit span, digit symbol,

pursuit aiming, dan trial making ). Data yang diperoleh adalah skor

performa neurobehavioral yang kemudian menjadi justifikasi efek

neurobehavioral.

Page 85: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

63

4. Pengukuran: melakukan pembandingan/penilaian dengan suatu

parameter tertentu. Data yang diperoleh adalah IMT.

4.5.2 Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder mengenai frame populasi, profil wilayah

penelitian, dan gambaran demografi wilayah setempat diperoleh dari

Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan

Sukabumi.

4.6 Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul baik itu merupakan data primer maupun data

sekunder akan diolah secara statistik dengan tahapan sebagai berikut:

4.7.1 Mengkode data (data coding)

Membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari setiap

pertanyaan dalam kuisioner agar mempermudah dalam pengolahan data

yaitu kode [0] untuk kondisi tidak normal, kasus, atau beresiko sedangkan

[1] untuk kondisi sebaliknya.

4.7.2 Menyunting data (data editing)

Langkah ini bertujuan untuk memeriksa kevalidan/ keabsahan dan

kelangkapan, data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian,

maupun konsistensi dalam pengisian setiap jawaban kuesioner.

4.7.3 Membuat template

Membuat struktur data dan file data, yaitu membuat tamplate sesuai

dengan format kuisioner yang digunakan.

Page 86: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

64

4.7.4 Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam program software computer yang tersedia sesuai

dengan klasifikasi dan kodingnya.

4.7.5 Membersihkan data (data cleaning)

Cek ulang terhadap data yang telah dimasukkan dengan mengecek

kembali data untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari

kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam

membaca kode. Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar

siap untuk dianalisis.

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan tujuan untuk melihat besarnya

persentase dari setiap variabel independen dan dependen yang diteliti. Variabel

yang akan dianalisis menggunakan analisis univariat adalah gambaran

karakteristik umur, pengetahuan, tingkat pendidikan, konsumsi kopi, merokok,

stres kerja, masa kerja, jenis pestisida, APD, dan efek neurobehavioral.

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Untuk data numerik (variabel umur)

dengan kategorik (variabel efek neurobehavioral) analisis data menggunakan T-

test independent. Sementara untuk data kategorik (variabel efek

neurobehavioral) dan kategorik (pengetahuan, tingkat pendidikan, konsumsi

Page 87: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

65

kopi, merokok, stres kerja, masa kerja, jenis pestisida, dan APD) menggunakan

uji chi-square untuk analisis datanya. Pada uji ini jika variabel kategorik 2 X 2

yang memiliki expected value kurang dari 5 sebanyak ≥ 20% maka Pvalue yang

dilihat adalah pada uji Fisher Exact. Sedangkan jika tidak terdapat atau expected

value kurang dari 5 sebanyak < 20% maka dipakai Continuity Correction.

Besarnya alfa ditentukan 0,05 (α = 5%) dan interval kepercayaan (CI= 95%).

Dengan derajat kepercayaan 95% dapat diperoleh asumsi bahwa:

a. Bila nilai Pvalue ≤ 0,05 maka disimpulkan ada hubungan antara variabel

dependen dengan independen.

b. Bila nilai Pvalue > 0,05 maka disimpulkan tidak ada hubungan antara

variabel dependen dengan independen.

Page 88: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

66

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Wilayah

Kabupaten Sukabumi terletak antara 1060 49’ sampai 107

0 BT dan 60

0 57’

sampai 700 25’ LS dengan luas wilayah ± 419.970 Ha.

Kabupaten Sukabumi berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Bogor

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Barat : Kabupaten Lebak

Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur

Batas wilayah tersebut 40% berbatasan dengan lautan dan 60% berbatasan

dengan daratan. Kondisi wilayah Kabupaten Sukabumi mempunyai potensi wilayah

lahan kering yang luas. Saat ini sebagian besar merupakan wilayah perkebunan,

tegalan, dan hutan. Penggunaan lahan di Sukabumi sendiri dibedakan menjadi dua

yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah (lahan kering). Lahan bukan sawah (lahan

kering) sendiri dibedakan atas lahan pekarangan/ rumah, tegal/kebun, kolam/ tebat/

empang dan lahan lain-lain.

Luas tanah di Kota Sukabumi menurut penggunaannya adalah 4.800 Ha.

Dari jumlah tersebut tanah yang digunakan untuk lahan sawah sebesar 1.849,77 Ha

(38,54%) dari seluruh wilayah dan sisanya seluas 2.950,23 Ha (61,46%) masih

Page 89: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

67

merupakah tanah kering dan lainnya. Disamping itu, Kabupaten Sukabumi

mempunyai iklim tropik dengan tipe iklim B (oldeman) dengan curah hujan rata-rata

tahunan sebesar 2.805 mm dan hari hujan 144 hari. Suhu udara berkisar antara 200-

300 C dengan kelembaban udara 85%-89%.

Fenomena yang terjadi di daerah perkotaan menunjukkan luas lahan sawah akan

semakin berkurang sejalan dengan banyaknya pembangunan di bidang perumahan,

perdagangan ataupun industri sehingga fungsi lahan pertanian berubah fungsi menjadi

lahan bukan pertanian. Pembangunan pertanian tanaman pangan merupakan bagian

dari pembangunan ekonomi. Pembangunan di bidang ini diarahkan untuk

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani khususnya maupun masyarakat

pada umumnya. Hal ini diupayakan melalui peningkatan produksi pangan baik

kuantitas maupun kualitasnya. Sekitar 1.849,77Ha lahan pertanian di Kota Sukabumi

menghasilkan beberapa komoditas pertanian seperti padi sawah, palawija,

holtikultura, sayur-sayuran, tanaman hias, serta tanaman obat.

Kabupaten Sukabumi terdiri atas 47 kecamatan yang di bagi lagi atas sejumlah

364 desa dan 3 kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi berada di

Pelabuhan Ratu. Desa Perbawati merupakan bagian dari Kecamatan Sukabumi yang

kemudian menjadi daerah penelitian ini yang memiliki luas wilayah 503,6 ha. Secara

administraif Desa Perbawati Berbatasan dengan :

Sebelah utara : Taman Nasional Gede Pangrango

Sebelah Selatan : Desa Kawarang

Sebelah Barat : Desa Undrus

Page 90: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

68

Sebelah Timur : Desa Sudajaya Girang

Desa Perbawati berada di kaki Gunung Gede-Pangrango berketinggian 750-1200

mdpl (meter diatas permukaan laut) dengan curah hujan rata-rata 2496 mm/tahun.

Suhu udara di desa ini sekitar 180-20

0 C sehingga cocok untuk bercocok tanam

tanaman sayur dan tanaman hortikultura lainnya. Desa Perbawati memiliki sarana

dan prasarana pendukung usaha tani berupa satu traktor, 71 hand spayer, 974

cangkul, 84 sabit. Mayoritas penduduk Desa Perbawati bermata pencaharian sebagai

petani terutama komoditi sayuran. Jumlah petani di Desa Perbawati hingga sekarang

adalah 309 orang (BP3K, 2012).

5.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari

hasil penelitian yang telah diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian pada populasi

petani penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi

didapatkan sebanyak 66 petani yang memenuhi kriteria inklusi sehingga telah

memenuhi jumlah sampel minimal penelitian.

5.2.1 Efek Neurobehavioral

Efek neurobehavioral diketahui dari hasil uji performa

neurobehavioral dengan menggunakan digit span forward, digit span

backward, digit symbol, pursuit aiming, dan trial making. Hasil uji

tersebut kemudian ditransform ke standar skor WHO (1986) dan

kemudian dikategorikan (Sahani, 2004). Berikut merupakan distribusi dan

frekuensi efek neurobehavioral pada responden:

Page 91: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

69

Tabel 5.1 Gambaran Efek Neurobehavioral pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Efek Neurobehavioral Jumlah %

Tidak Normal 40 60.6

Normal 26 39.4

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa 60.6% responden

mengalami performa neurobehavioral buruk (tidak normal) atau efek

neurobehavioral. Ketidaknormalan terjadi pada uji digit span yaitu terjadi

pada 21.2% responden, digit symbol pada 25.8%, pursuit aiming

sebanyak 24.2%, dan trial making sebanyak 24.2% responden.

Disamping itu, distribusi data hasil uji performa neurobehavioral

seperti digit span, digit symbol, pursuit aiming, dan trial making dapat

diketahui dari tabel 5.2. Dimana data masing-masing uji yang dianalisis

merupakan data yang sudah dijadikan standar skor.

Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Data Skor Standar Digit Span, Digit

Symbol, Pursuit Aiming, dan Trial Making pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Uji Performa Neurobehavioral p-value Interpretasi

Digit Span 0.000 Tidak Normal

Normal Digit Symbol 0.011 Tidak Normal

Pursuit Aiming 0.200 Normal

Trial Making 0.200 Normal

Page 92: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

70

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dketahui bahwa data skor standar uji

performa neurobehavioral yang berdistribusi normal adalah pursuit

aiming dan trial making.

5.2.2 Usia

Gambaran usia responden didapatkan dari pertanyaan umur responden

dengan validasi pertanyaan tanggal lahir dan kartu identitas diri.

Berdasarkan anailis univariat diketahui pada α= 5% atau derajat

kepercayaan 95%, rerata usia responden adalah antara 38.2 hingga 44.5

tahun. Usia tertua dan termuda responden adalah 75 dan 21 tahun.

5.2.3 Tingkat Pendidikan

Gambaran tingkat pendidikan dikategorikan menjadi “tinggi” (SMA

sederajat, diploma, dan sarjana) dan “rendah” (tidak sekolah, SD, dan

SMP). Berikut merupakan gambaran tingkat pendidikan responden:

Tabel 5.3 Gambaran Tingkat Pendidikan pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten SukabumiTahun 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah %

Rendah 46 69.7

Tinggi 20 30.3

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa 69.7% responden

berpendidikan rendah.

Page 93: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

71

5.2.4 Pengetahuan

Pengetahuan didapatkan dari hasil skoring lima belas pertanyaan

seputar penggunaan pestisida dan dampaknya. Variabel ini dikategorikan

menjadi pengetahuan buruk dan baik dengan cut-off median (60) yang

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Gambaran Pengetahun pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Pengetahuan Jumlah %

Buruk 38 57.6

Baik 28 42.4

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa 57.6% memiliki

pengetahuan yang buruk.

5.2.5 Status Gizi

Salah satu penilaian status gizi adalah dengan melihat nilai Indeks

Masa Tubuh (IMT). Indeks tersebut diukur dengan mendapatkan nilai

berat badan dan tinggi badan petani penyemprot tanaman sayur di Desa

Perbawati dimana IMT dibawah 18.5 dan lebih dari 25 dikategorikan

tidak normal sementara ststus gizi normal adalah IMT diantara 18.5 dan

25. Berikut merupakan gambaran status gizi responden:

Page 94: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

72

Tabel 5.5 Gambaran Status Gizi pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Status Gizi Jumlah %

Tidak Normal 11 16.7

Normal 55 83.3

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa 16.7% responden

memiliki status gizi tidak normal.

5.2.6 Stres Kerja

Stres kerja didapatkan dari hasil wawancara responden mengenai

perubahan psikologis, fisiologis, dan perilaku selama satu bulan terakhir.

Berikut merupakan gambaran stres kerja responden:

Tabel 5.6 Gambaran Stres Kerja pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Stres Kerja Jumlah %

Stres 16 24.2

Tidak Stres 50 75.8

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebanyak 24.2%

responden mengalami stres.

5.2.7 Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan perkalian antara jumlah rata-rata

merokok perhari (batang) dan lama mengkonsumsi rokok (tahun).

Pengelompokan ini berdasarkan skala Brinkman dan dikarenakan tidak

Page 95: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

73

terdapat responden dengan tingkat perokok berat maka pada analisis

selanjutnya hanya dipakai tingkat ringan dan sedang. Berikut merupakan

hasil penelitian dari variabel merokok:

Tabel 5.7 Gambaran Perilaku Merokok pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Perilaku Merokok Jumlah %

Sedang 19 28.8%

Ringan 47 71.2%

Total 66 100%

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebanyak 28.8%

responden merupakan perokok tingkat sedang.

5.2.8 Konsumsi Kopi

Pengukuran konsumsi kopi didasarkan pada kebiasaan mengkonsumsi

kopi setiap hari. Kopi sendiri mengandung kafein yang tinggi yaitu 70-

220 mg/150 ml. Berikut merupakan gambaran konsumsi kopi pada

responden:

Tabel 5.8 Gambaran Konsumsi Kopi pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Konsumsi Kopi Jumlah %

Ya 37 56.1

Tidak 29 43.9

Total 66 100

Page 96: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

74

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa 56.1% responden

mengkonsumsi kopi yang tergambar dari kebiasaan minum kopi.

5.2.9 Jenis Pestisida

Jenis pestisida dikelompokan menjadi penggunaan organofosfat dan

non organofosfat. Kategori ini didasarkan organofosfat merupakan

pestisida yang paling beracun yang digunakan oleh petani di Desa

Perbawati. Berikut gambaran penggunaan jenis pestisida:

Tabel 5.9 Gambaran Jenis Pestisida pada Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Jenis Pestisida Jumlah %

Organofosfat 42 63.6

Non Organofosfat 24 36.4

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa pestisida organofosfat

digunakan oleh 63.6% responden.

5.2.10 Masa Kerja

Masa kerja dihitung dari responden pertama kali menjadi petani

tanaman sayur. Masa kerja petani diklasifikasikan menjadi dua yaitu ≥ 10

tahun dan <10 tahun. Kategori ini berdasarkan penelitian Farahat (2003)

bahwa masa 10 tahun merupakan waktu yang cukup seseorang

mengalami efek neurobehavioral setelah kontak dengan neurotoksikan.

Berikut merupakan gambaran masa kerja responden:

Page 97: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

75

Tabel 5.10 Gambaran Masa Kerja Petani Penyemprot

Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Masa Kerja Jumlah %

≥ 10 tahun 36 54.5

< 10 tahun 30 45.5

Total 66 100

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa 54.5% responden telah

berprofesi sebagai petani tanaman sayur selama 10 tahun atau lebih.

5.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam pengujian hipotesis

penelitian dengan data (rasio) harus memenuhi syarat uji normalitas distribusi data

sehingga dapat dianalisis dengan uji parametrik. Uji normalitas distribusi data pada

penelitian ini hanya dilakukan pada variabel usia.

Selanjutnya variabel usia dianalisis dengan uji paramtetrik yaitu uji t-independent

dan untuk variabel-variabel kategorik (skala ordinal) dilakukan uji chi-square (x2).

Berikut merupakan hasil uji bivariat terhadap variabel dependent dan independent

pada penelitian ini.

5.3.1 Hubungan antara Usia dengan Efek Neurobehavioral

Usia merupakan variabel numerik sehingga harus diuji normalitas

sebelumnya sebelum masuk analisis bivariat. Berdasarkan uji normalitas

Kolmogorof Smirnof Z didapatkan nilai P sebesar 0.200 (p-value> 0.05).

Artinya data usia berdistribusi normal.

Page 98: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

76

Berdasarkan analisis bivariat didapatkan rata-rata umur responden

yang mengalami efek neurobehavioral tidak normal adalah 45.22 tahun

dengan standar deviasi sebesar 13.29. Hasil uji statistik didapatkan pvalue

= 0.002, berarti pada alpha 5% diketahui ada hubungan antara usia

dengan efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur di

Desa Perbawati.

5.3.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Efek Neurobehavioral

Berikut merupakan hasil uji antara variabel tingkat pendidikan dan

efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan

pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Tabel 5.11 Gambaran Distribusi Tingkat Pendidikan dengan

Efek Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Tingkat

Pendidikan

Efek Neurobehavioral

Tidak

Normal Normal Total P value

N % N % N %

0.374 Rendah 30 65.2 16 34.8 46 100

Tinggi 10 50 10 50 20 100

Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan 46 responden berpendidikan rendah

dan 65.2% diantaranya mengalami efek neurobehavioral. Hasil uji

statistik didapatkan nilai p-value 0.374, berarti pada alpha 5% diketahui

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan efek

Page 99: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

77

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur di Desa

Perbawati.

5.3.3 Hubungan antara Pengetahuan dengan Efek Neurobehavioral

Berikut merupakan hasil uji antara variabel pengetahuan dan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Tabel 5.12 Gambaran Distribusi Pengetahuan dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Pengetahuan

Efek Neurobehavioral

Tidak

Normal Normal Total P value

N % N % N %

0.435 Buruk 21 55.3 17 44.7 38 100

Baik 19 67.9 9 32.1 28 100

Berdasarkan tabel 5.12 didapatkan 38 responden berpengetahuan

buruk dan 55.3% diantaranya mengalami efek neurobehavioral. Hasil uji

statistik didapatkan p-value = 0.435, berarti pada alpha 5% diketahui

tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan efek neurobehavioral

pada petani penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati.

Page 100: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

78

5.3.4 Hubungan antara Status Gizi dengan Efek Neurobehavioral

Berikut merupakan hasil uji antara variabel status gizi dan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Tabel 5.13 Gambaran Distribusi Status Gizi dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Status Gizi

Efek Neurobehavioral

Tidak

Normal Normal Total P value

N % N % N %

1.000 Tidak

Normal 7 63.6 4 36.4 11 100

Normal 33 60 22 40 55 100

Berdasarkan tabel 5.13 didapatkan 11 responden berstatus gizi tidak

normal dan 63.6% diantaranya mengalami efek neurobehavioral. Hasil

uji statistik didapatkan p-value = 1.000, berarti pada alpha 5% diketahui

tidak ada hubungan antara status gizi dengan efek neurobehavioral pada

petani penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati.

Page 101: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

79

5.3.5 Hubungan antara Stres Kerja dengan Efek Neurobehavioral

Berikut merupakan hasil uji antara variabel stres kerja dan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Tabel 5.14 Gambaran Distribusi Stres Kerja dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Stres Kerja

Efek Neurobehavioral

Tidak

Normal Normal Total P value

N % N % N %

1.000 Stres 10 62.5 6 37.5 16 100

Tidak Stres 30 60 20 40 50 100

Berdasarkan tabel 5.14 didapatkan 16 responden mengalami stres

dalam satu bulan terakhir dan 62.5% diantaranya mengalami efek

neurobehavioral. Hasil uji statistik didapatkan p-value = 1.000, berarti

pada alpha 5% diketahui tidak ada hubungan antara stres kerja dengan

efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur di Desa

Perbawati.

5.3.6 Hubungan antara Merokok dengan Efek Neurobehavioral

Berikut merupakan hasil uji antara variabel perilaku merokok dan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Page 102: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

80

Tabel 5.15 Gambaran Distribusi Perilaku Merokok dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Merokok

Efek Neurobehavioral

Tidak

Normal Normal Total P value

N % N % N %

0.027 Sedang 16 84.2% 3 15.8% 19 100%

Ringan 24 51.1% 23 48.9% 47 100%

Berdasarkan tabel 5.15 didapatkan 19 responden merupakan perokok

tingkat sedang dan 84.2% diantaranya mengalami efek neurobehavioral.

Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0.027, berarti pada alpha 5%

diketahui ada hubungan antara perilaku merokok dengan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur di Desa

Perbawati.

5.3.7 Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Efek Neurobehavioral

Berikut merupakan hasil uji antara variabel konsumsi kopi dan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Page 103: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

81

Tabel 5.16 Gambaran Distribusi Konsumsi Kopi dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Kons.

Kopi

Efek Neurobehavioral

Tidak

Normal Normal Total P value

N % N % N %

0.138 Ya 19 51.4 18 48.6 37 100

Tidak 21 72.4 8 27.6 29 100

Berdasarkan tabel 5.16 didapatkan 37 responden mengkonsumsi kopi

dan 51.4% diantaranya mengalami efek neurobehavioral. Hasil uji

statistik didapatkan p-value = 0.138, berarti pada alpha 5% diketahui

tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dengan efek neurobehavioral

pada petani penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati.

5.3.8 Hubungan antara Jenis Pestisida dengan Efek Neurobehavioral

Berikut merupakan hasil uji antara variabel jenis pestisida dan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Page 104: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

82

Tabel 5.17 Gambaran Distribusi Jenis Pestisida dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Jenis

Pestisida

Efek Neurobehavioral

Tidak

Normal Normal Total P value

N % N % N %

0.034 Organofosfat 30 71.4 12 28.6 42 100

Non

Organofosfat 10 41.7 14 58.3 24 100

Berdasarkan tabel 5.17 didapatkan 42 responden menggunakan

pestisida golongan organofosfat dan 71.4% diantaranya mengalami efek

neurobehavioral. Hasil uji statistik didapatkan p-value = 0.034, berarti

pada alpha 5% diketahui ada hubungan antara jenis pestisida yang

digunakan dengan efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman

sayur di Desa Perbawati.

5.3.9 Hubungan antara Masa Kerja dengan Efek Neurobehavioral

Berikut merupakan hasil uji antara variabel masa kerja dan efek

neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013.

Page 105: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

83

Tabel 5.18 Gambaran Distribusi Masa Kerja dengan Efek

Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman

Sayur dengan Pestisida Di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Masa Kerja

Efek Neurobehavioral

Tidak

Normal Normal Total P value

N % N % N %

0.018 ≥ 10 tahun 27 75 9 25 36 100

< 10 tahun 13 43.3 17 56.7 30 100

Berdasarkan tabel 5.18 didapatkan 36 responden memiliki masa kerja

≥10 tahun dan 75% diantaranya mengalami efek neurobehavioral. Hasil

uji statistik didapatkan p-value = 0.018, berarti pada alpha 5% diketahui

ada hubungan antara masa kerja dengan efek neurobehavioral pada petani

penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati.

Page 106: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

84

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

6.1.1 Kemungkinan adanya recall bias pada saat menjawab pertanyaan yaitu

pada data keluhan stress kerja. Peneliti hanya menggunakan kuesioner

yang dijawab dengan cara responden mengingat kembali apa yang

dirasakan selama satu bulan terakhir (subjective symptom), sehingga

keterbatasannya tergantung oleh daya ingat responden. Selain itu,

validitas dan realibilitas kuesioner tidak dilakukan ulang peneliti atau

hanya didasarkan pada penelitian sebelumnya.

6.1.2 Faktor risiko usia sulit di ukur secara akurat karena tidak semua petani

bersedia menunjukan kartu identitiasnya sebagai verifikasi usia.

6.2 Gambaran Efek Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Efek neurobehavioral merupakan suatu perubahan pada arah yang merugikan

secara fungsional pada sistem saraf akibat paparan agen kimia, fisik, dan biologi

(U.S EPA, 1998). Gangguan saraf secara fungsional meliputi perubahan somatik,

sensorik, dan fungsi kognitif. Disamping itu, efek neurobehavioral juga meliputi

gangguan pada kemampuan belajar (learning), memori, fokus perhatian

(attention), suasana hati (mood), disorientasi, dan penyimpangan berfikir. Pada

Page 107: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

85

dasarnya efek neurobehavioral merupakan salah satu sindroma atau efek

neurotoksik dimana dapat disebabkan oleh senyawa kimia yang bukan

merupakan komponen metabolisme (primary neurotoxic agents: pestisida, dll)

dan termasuk komponen metabolisme (secondary neurotoxic agents: enzim).

Primary neurotoxic agent seperti halnya pestisida mempunyai kemampuan

merusak sel saraf. Kemampuan merusak ini tergantung pada toksisitas pestisida,

durasi paparan, dan refersibilitas toksikan tersebut (Dobss, 2009; U.S EPA, 1998;

US.Congress, 1990).

Tokisistas pestisida pada saraf sangat perlu diwaspadai karena senyawa ini

khususnya organofosfat bersifat lethal toxic effect baik pada serangga maupun

mamalia. Pada pengguna pestisida organofosfat, efek neurobehavioral terjadi

akibat adanya hambatan enzim-enzim esterase oleh senyawa organofosfat.

Sebagian besar enzim esterase tersebut adalah enzim kholinesterase. Senyawa

organofosfat menghambat produksi enzim kholinesterase sehingga terjadi

hambatan dalam pemecahan kholin ester dan penumpukan asetilkholin. Dimana

asetilkholin merupakan salah satu neurotransmitter yang berfungsi

menghantarkan impuls dari saraf ke saraf lainnya melalui sinapsis (Winder,

2004).

Efek neurobehavioral akibat organofosfat juga dapat dijelaskan berdasarkan

mekanisme fosforilasi (phosphorylation). Pada umumnya organofosfat mudah

bereaksi dengan gugus hidroksil (OH-) enzim. Awal mulanya senyawa ini

memecah gugus P-O-R dan melepaskan gugus bebas R dan menyisakan

Page 108: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

86

rangkaian P-O (Winder, 2004). Ikatan ini kemudian akan menarik enzim

kholinesterase untuk berikatan sehingga terjadi tambahan gugus phosphate pada

enzim. Kondisi ini membentuk komponen yang stabil sehingga enzim

kholinesterase menjadi inaktif yang dampaknya adalah penumpukan asetilkolin

pada sinapsis (US. Congress, 1990; Winder, 2004). Hal ini jika dibiarkan terus-

menerus maka dapat menimbulkan efek neurobehavioral atau gangguan

fungsional saraf (Williams, 2000).

Efek neurobehavioral selanjutnya berdampak pada kondisi yang lebih parah

berupa cognitive impairment dan mental disorder dimana seseorang mengalami

degradasi kemampuan mengolah informasi, kesadaran, dan mengendalikan

emosional (US. Congress, 1990). US. Congress (1990) juga menerangkan bahwa

kedua penyakit tersebut merupakan penyakit kelima yang menghabiskan banyak

biaya kesehatan di Amerika Serikat pada tahun 1980 yaitu mencapai $40 billion.

Berdasarkan hal tersebut, WHO (1986) pada kongres neurotoksikologi di

Cincinnati kemudian mengeluarkan suatu standarisasi screening pengukuran

performa neurobehavioral berupa Neurobehavioral Core Test Battery (NCTB).

NCTB bertujuan untuk mendeteksi dini gangguan fungsional saraf sehingga

dapat dilakukan tindakan sebelum terjadi kondisi yang lebih parah.

NCTB WHO tersebut berisikan tujuh tes seperti profile of mood state

(POMS), digit span, digt symbol, simple reaction time, benton visual retention,

pursuit aiming, dan santa manual dexterity test. Namun demikian, setiap peneliti

dapat mengkombinasikan dengan beberapa uji performa neurobehavioral lainnya

Page 109: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

87

dengan kata lain pengukuran performa neurobehavioral tidak secara mutlak

harus menyertakan kesemua uji di dalam NCTB. WHO (1986) menekankan agar

penggunaan standar skor diterapkan dalam interpretasi hasil penelitian. Sahani

(2004) menjelaskan bahwa batas (cut-off point) hasil uji performa

neurobehavioral adalah skor 40. Hal ini berarti performa dibawah skor tersebut

adalah abnormal dan diatasnya diinterpretasikan normal.

Berdasarkan hasil pengukuran performa neurobehavioral menggunakan uji

digit span, digit symbol, pursuit aiming, dan trial making diketahui sebanyak 40

responden (60.6%) memiliki performa neurobehavioral di bawah normal. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farahat (2003) yaitu

sebanyak 51% pengguna pestisida jenis organofosfat diketahui memiliki

performa neurobehavioral di bawah normal (buruk) pada uji digit symbol, trail

making, dan digit span. Performa neurobehavioral responden yang di bawah

normal pada penelitian ini mengindikasikan bahwa telah terjadi efek

neurobehavioral pada populasi petani di Desa Perbawati. Secara umum,

responden mengalami gangguan fungsional sistem saraf berupa gangguan

kecepatan motorik, kontrol motorik, attention, dan gangguan memori jangka

pendek (WHO, 1986).

Hasil penelitian ini juga selaras dengan Wasseling (2002) yang meneliti petani

pisang yang mengalami keracunan karbamat dan organofosfat terhadap performa

neurobehavioral. Sebanyak 67% pengguna pestisida mengalami efek

neurobehavioral. Mayoritas merupakan pengguna organofosfat dan sisanya

Page 110: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

88

menggunakan karbamat. Penelitian tersebut menyebutkan responden yang

mengalami keracunan organofosfat memiliki performa di bawah normal yaitu

pada uji digit span forward, pursuit aiming ii, digit symbol, dan trail making.

Gambar 6.1 Distribusi Frekuensi Performa Neurobehavioral Abnormal

(skor≤40) pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur dengan Pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

Berdasarkan Gambar 6.1 diketahui 14 responden (21.2%) memiliki performa

buruk pada uji digit span, 17 responden (25.8%) pada digit symbol, 16 responden

(24.2%) pada uji pursuit aiming dan trial making. Fakta dari hasil penelitian juga

menyebutkan bahwa sebanyak 3 responden hanya memiliki performa buruk pada

digit span, 6 responden buruk pada digit symbol, 7 responden buruk pada pursuit

aiming, 6 responden buruk pada trial making. Sementara, sebanyak 4 responden

juga memiliki performa buruk pada digit span dan digit symbol, 4 responden

buruk pada digit span dan pursuit aiming, 2 responden buruk pada digit span dan

0

5

10

15

20

Digit SpanDigit Symbol

Pursuit AimingTrial Making

1417

1616

Jum

lah

Efe

k Neurobehavioral

Ab

no

rmal

Uji Performa Neurobehavioral

Page 111: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

89

trial making, 3 responden buruk pada digit symbol dan trial making, satu

responden buruk pada pursuit aiming dan trial making, serta satu responden

buruk pada digit symbol dan pursuit aiming. Selain itu, sebanyak 3 responden

memiliki performa buruk pada digit symbol, pursuit aiming, dan trial making dan

satu responden menagalami performa buruk pada digit span, pursuit aiming, dan

trial making.

WHO (1986) dan Sahani (2004) menyebutkan bahwa uji performa

neurobehavioral digit span merepresentasikan kapabilitas short term memory

atau memori jangka pendek, digit symbol merepresentasikan motor speed atau

kecepatan motorik, pursuit aiming merepresentasikan fine motor control atau

kontrol motorik, dan trial making merepresentasikan attention dan visual

scanning. Hasil penelitian ini diketahui dari 40 responden yang mengalami efek

neurobehavioral, mayoritas responden (55%) mengalami performa buruk pada

satu uji neurobehavioral. Kemudian diikuti oleh sebanyak 37.5% responden

yang mengalami performa buruk pada dua uji neurobehavioral dan sisanya

mengalami performa buruk pada tiga uji.

Efek neurobehavioral pada penelitian ini ditegaskan hubungannya/

korelasinya dengan penggunaan neurotoksikan berupa pestisida. Hal ini di

dukung oleh penelitian sebelumnya pada petani penyemprot tanaman sayur di

Desa Perbawati pada tahun sebelumnya yang menyatakan bahwa sebanyak 51

responden (79,7%) mengalami keracunan akut yang diketahui dari aktivitas

enzim kholinesterase. Sebanyak 31,3% mengalami keracunan ringan dan 48,4%

Page 112: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

90

keracunan sedang (Ferdiansyah, 2012). Williams (2000) menyampaikan bahwa

efek akut pada enzim kholinesterase hampir selalu diikuti oleh efek toksik yang

bersifat kronik yaitu berupa gangguan sistem saraf baik secara fungsional

maupun struktural. Hal ini terjadi jika paparan pestisida berlangsung terus-

menerus sehingga terjadi gangguan transfer impuls melalui neurotransmitter.

Disamping itu, dari 40 responden yang mengalami efek neurobehavioral tidak

normal diketahui sebanyak 62.5% responden mengalami gejala efek neurotoksik

berupa sering merasakan lelah ketika terbangun di pagi hari dan sering

merasakan ngantuk saat siang hari, 50% sering melupakan sesuatu hal yang baru

saja dilakukan, dan 55% sulit berkonsentrasi. Sementara itu, dari 26 responden

yang tidak mengalami efek neurotoksik diketahui hanya sebanyak 34.6%

responden mengalami gejala efek neurotoksik berupa sering merasakan lelah

ketika terbangun di pagi hari dan sering merasakan ngantuk saat siang hari,

38.5% sering melupakan sesuatu hal yang baru saja dilakukan, dan 46.1% sulit

berkonsentrasi. Hal ini mencerminkan proporsi gejala efek neurotoksik lebih

banyak terjadi pada responden yang mengalami efek neurobehavioral.

Seperti pembahasan sebelumnya bahwa agen toksik yang berpengaruh secara

dominan terhadap efek neurobehavioral adalah pestisida. Mayoritas petani di

Perbawati menggunakan pestisida jenis insektisida khususnya golongan

organofosfat. US. Congress (1990) menerangkan bahwa gangguan saraf secara

fungsional juga dapat disebabkan oleh destruksi sel saraf akibat mekanisme

patofisiologis neurotoksikan bahan kimia berbahaya seperti pestisida. Sementara

Page 113: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

91

Winder (2003) dalam bukunya Occupational Toxicology menyebutkan proses

patofisiologi dasar terkait gangguan sel saraf manusia dapat berupa mekanisme

neurotoksikan tertentu. Polineuropati akibat senyawa organophosphorus

menyebabkan fosforilasi dan modifikasi enzim-enzim sel saraf. Mekanisme ini

menimbulkan gangguan pada sistem kerja enzim seperti esterase

(kholinesterase). Gangguan enzim tersebut menimbulkan tumpukan asetilkolin

pada ruang transpor sinapsis sehingga terjadi hambatan impuls.

Mekanisme gangguan fungsional saraf dimulai dari masuknya pestisida ke

dalam tubuh organisme (jasad hidup) yang dalam hal ini pasti berbeda-beda

menurut situasi paparannya. Mekanisme masuknya racun pestisida pada petani

penyemprot sayur di Desa Perbawati dapat melalui inhalasi, oral, maupun

dermal. Hasil penelitian menyebutkan 47% responden menyatakan tidak

menggunakan masker pada saat melakukan penyemprotan sehingga pestisida

berpotensi terabsorbsi melalui inhalasi dan ingesti ke dalam tubuh pada sebagian

responden. Selain itu, beberapa responden yang merupakan perokok juga terbiasa

merokok selama melakukan penyemprotan. Sehingga resiko pestisida tertelan/

terhirup menjadi tinggi.

Masuknya pestisida ini juga ditegaskan oleh pengaplikasian pestisida dengan

metode penyemprotan sehingga inhalasi, oral, dan dermal menjadi portal of entry

yang potensi dari pestisida. Selanjutnya, masuknya pestisida ke dalam tubuh

dapat bermuara di paru-paru, hati dan ginjal bahkan masuk ke dalam jaringan

pembuluh darah (Afriyanto, 2008).

Page 114: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

92

Golongan pestisida yang sangat bertanggung jawab pada kondisi tersebut

adalah organoklorin, organofosfat, dan karbamat. Petani di Desa Perbawati

mayoritas menggunakan pestisida golongan piretroid (bulldog-β-siflutrin,

crowen-sipermetrin, decis-deltametrin, rizotin-sipermetrin, dan matador-L

sihalotri); organofosfat (curacron-profenofos, dursban-klorpirifos, dan marshal-

karbosulfan); dan karbamat (antrakol-propineb, dithaneM45-mankozeb).

Penggunaan golongan organofosfat ditujukan sebagai sarana pembasmi serangga

(insektisida). Golongan ini cukup berbahaya bagi kesehatan manusia karena

golongan ini dapat mengganggu fungsional maupun merusak struktural sistem

saraf pusat dan perifer (Krieger, 2001). Organofosfat juga sering menyebabkan

keracunan pada manusia jika bahan tersebut tertelan meskipun dalam jumlah

sedikit bahkan dapat menyebabkan kematian pada manusia. Cara kerja

organofosfat bersifat racun kontak, racun perut, dan juga racun fumigant

(Prijatno, 2009).

Sementara itu, pada dasarnya efek neurobehavioral merupakan sub yang lebih

kecil dari gangguan saraf secara keseluruhan atau disebut efek neurotoksik (US.

EPA, 1998). Efek ini melingkupi gangguan baik secara fungsional dan struktural

sistem saraf akibat zat toksikan. Efek neurobehavioral dan neurochemical

mewakili gangguan secara fungsional. Sementara secara struktural dijelaskan

melalui gangguan pada neuroanatomi yaitu perubahan susunan morfologi saraf

akibat zat toksikan. Efek neurotoksik sendiri dapat bersifat irreversible

(organisme tidak dapat kembali pada keadaan semula setelah pajanan berakhir,

Page 115: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

93

atau menghasilkan perubahan yang permanen) dan reversible (organisme masih

dapat kembali pada kondisi semula setelah pajanan berakhir). Namun

kenyataannya efek neurotoksik mayoritas bersifat irreversible (US. Congress,

1990).

6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Neurobehavioral pada

Petani Penyemprot Tanaman Sayur dengan Pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

6.3.1 Usia

Sel saraf berdifrensiasi menjadi akson dan dendrit serta terus

berkembang hingga membentuk jejaring serta sinapsis. Pada usia antara

30 sampai dengan 50 tahun, sel saraf mulai mengalami degenerasi

khususnya pada bagian locus ceruleus dan substantial nigra. Sedangkan,

antara usia 20 hingga 80 tahun sejumlah sel cerebral cortex bekurang

hingga setengahnya. Pada umur tersebut sintesis enzim aktifator

neurotransmitter juga semakin berkurang sehingga proses hantaran

impuls menjadi terganggu (U.S. Congress, 1990).

Hasil penelitian menunjukan rata-rata usia responden adalah antara

38.2 hingga 44.5 tahun (α=5%). Rentang usia tersebut merupakan usia

produktif sehingga sangat beresiko mengalami keracunan pestisida

hingga efek neurobehavioral. Rohlman (2006) menyebutkan terdapat

penurunan fungsi saraf setiap pertambahan usia 5 tahun setelah usia

Page 116: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

94

mencapai 28 tahun. Sementara, Ginting (2011) menyebutkan bahwa

bertambahnya usia seseorang (lansia) maka kadar rata-rata kholinesterase

dalam darah akan semakin rendah sehingga mempermudah terjadinya

keracunan pestisida.

Hasil analisis bivariat menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara usia dengan efek neurobehavioral (p-value= 0.002).

Selain itu, diketahui juga sebanyak 64% responden menggunakan

pestisida organofosfat dan rata-rata pengguna tersebut berumur 44 tahun.

Jenis organofosfat diketahui merupakan golongan pestisida yang paling

beracun dan menyebabkan kerusakaaan pada sistem saraf (US. Congress,

1990). Oleh sebab itu, faktor penuaan yang diperkuat dengan penggunaan

organofosfat menentukan kejadian efek neurobehavioral.

Mayoritas responden (54.5%) juga sudah berusia lebih dari 40 tahun.

Selain itu, responden yang telah berprofesi ≥10 tahun menjadi petani rata-

rata berusia 47.86 tahun. Banyaknya petani dengan usia yang lanjut

disebabkan beberapa alasan seperti mereka tidak mau berpindah ke

profesi lain karena profesi petani merupakan keterampilan turun-temurun,

beberapa beralasan karena memiliki ladang pertanian sendiri, dan yang

lainnya beralasan karena tidak memiliki keterampilan lain selain bertani.

Pada kondisi yang demikian, penggunaan APD yang benar merupakan

langkah yang tepat unuk mengurangi paparan pestisida sehingga dapat

terhindar dari dampak kesehatan penggunaan pestisida (Dobss, 2009).

Page 117: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

95

US. Congress (1990) dan (Kandel, 2000) menjelaskan bahwa pada

usia lanjut, sistem saraf akan melalui tahap perubahan pada arah reduksi.

Seiring bertambahnya usia lanjut maka otak dan sumsum tulang belakang

akan kehilangan sel-sel saraf (atrofi). Sel-sel saraf juga akan mulai

menyampaikan pesan lebih lambat daripada sebelumnya. Residual zat-zat

toksik yang masuk kedalam otak dapat terkumpul dalam jaringan otak

sehingga menyebabkan rusaknya sel-sel saraf. Rusaknya sel-sel saraf

kemudian menimbulkan abnormalitas pada fungsi saraf. Kondisi ini dapat

mempengaruhi sistem tranfer impuls hingga sistem indra manusia.

Perubahan sensitifitas pada gerak refleks, sensasi, dan rasa mungkin akan

terjadi secara menetap. Perlambatan pada daya olah pikir, memori, dan

konsentrasi bahkan merupakan bagian yang normal dari proses penuaan.

Perubahan ini tidak sama pada semua orang. Beberapa orang memiliki

perubahan fungsional saraf dan jaringan otak dalam rentang usia yang

berbeda. Kondisi seperti ini dapat disimak pada ilustrasi berikut ini:

Page 118: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

96

Gambar 6.2

Reduksi Sel Saraf Akibat Usia dan Pajanan Neurotoksikan

Sumber: Ampulembang, 2004

Ampulembang (2004) menerangkan bahwa pada titik tertentu sel saraf

akan mengalami reduksi sehingga penurunan fungsi kognitif dan

beberapa penyakit akan timbul. Namun akibat pajanan neurotoksikan, hal

tersebut dapat berlangsung lebih cepat. Pada point a, menggambarkan

gejala penyakit yang secara cepat timbul akibat pajanan akut

neurotoksikan. Williams et al (2000) menerangkan kondisi tersebut dapat

terjadi pada paparan seperti karbon monoksida (CO).

Sedangkan point b dapat digambarkan dengan hasil penelitian ini

yang menunjukan dari 36 responden (54.5%) yang sudah berusia lebih

dari 40 tahun, 72.2% terbiasa menggunakan pestisida organofosfat

sebagai pemabasi hama. Hal ini kemungkinan dikarenakan mereka sudah

menggunakan pestisida jenis ini sejak dahulu sehingga sulit untuk beralih

ke jenis piretroid yang lebih tidak toksik pada manusia. Prijatno (2009)

Pajanan Neurotoksin:

Pestisida

100%

Per

sen

sel

sar

af

0%

Ambang Gejala Penyakit

Kehilangan sel saraf

normal karena usia a

b

Page 119: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

97

menyebutkan alasan pemilihan pestisida golongan organofosfat karena

sifat-sifatnya yang menguntungkan bagi para petani. Cara kerja golongan

ini selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak menyebabkan resisten

pada serangga. Selanjutnya, Steenland (1994) mengutarakan bahwa efek

neurobehavioral dapat terjadi akibat penggunaan pestisida golongan

organofosfat. Ampulembang (2004) menjelaskan bahwa efek neurotoksik

dapat timbul setelah mendapatkan paparan yang lama bahkan dalam

konsentrasi yang kecil sekalipun dari agen neurotoksikan.

Hasil pada penelitian ini juga ekuivalen sebagaimana pada penelitian

oleh National Institute on Aging (NIA), sebanyak 2000 orang mengalami

penurunan daya neurologikal pada rentang umur 40 tahun. Perubahan ini

terjadi pada fungsi saraf berupa daya kognitif, kecepatan belajar (speed of

learing), dan problem solving (Kandel, 2000). Penuaan juga

menyebabkan seseorang mengalami kuantitas tidur yang semakin

menurun dan frekuensi terbangun setelah terlelap tidur juga semakin

meningkat. Kondisi ini dapat menurunkan daya konsentrasi dan kekuatan

memori sehingga akan mempengaruhi performa neurobehavioral.

Kandel (2000) juga menyebutkan seiring penuaan, berat otak juga

akan semakin menurun bahkan beberapa mencapai pada tahap kematian

sel saraf. Beberapa sintesis enzim seperti dopamine, norepinephrine, dan

asetilkholinesterase juga mengalami reduksi sejalan dengan penuaan. Hal

tersebut mengindikasikan terjadinya abnormalitas sintesis

Page 120: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

98

neurotransmitter dalam saraf yang kemudian menyebabkan efek

neurobehavioral.

6.3.2 Tingkat Pendidikan

Pada umumnya tingkat pendidikan berbanding lurus dengan

kewaspadaan dan kesadaran terhadap sesuatu serta kemampuan

mengakses informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka

kewaspadaan dan kesadaran terhadap sesuatu serta kemampuan

mengakses informasi lebih bagus. Selain itu, kesadaran akan kebutuhan

pengetahuan dan kemampuan menggali informasi juga biasanya

meningkat seiring dengan tingkat pendidikan (Prijatno, 2009).

Pengetahuan dan informasi yang cukup tentang neurotoksikan sangat

penting dimiliki khususnya bagi petani penyemprot yang menggunakan

pestisida. Dengan pengetahuan yang cukup diharapkan para petani

penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida dengan baik sehingga

resiko kesehatan akan terminimalisir (Starks, 2010).

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa mayoritas reponden (69.7%)

berpendidikan rendah. Proporsi tersebut selaras dengan proporsi pekerja

berpendidikan rendah di Indonesia. BPS (2013) menyebutkan pekerja

Indonesia masih didominasi pekerja dengan pendidikan rendah yaitu

sebanyak 47.9% angkatan kerja berpendidikan dibawah SD dan 17.18%

berpendidikan SMP.

Page 121: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

99

Sebanyak 30 responden (65.2%) yang berpendidikan rendah

mengalami efek neurobehavioral. Meskipun tingkat pendidikan tidak

bermakna secara statistik terhadap efek neurobehavioral (p-value= 0.374)

namun hal ini perlu diperhatikan. Pendidikan formal pada dasarnya

merupakan sarana untuk berbagi informasi dan meningkatkan kognitif,

kemampuan memecahkan masalah, dan belajar (Prijatno, 2009).

Hasil penelitian ini sesuai dengan Ampulembang (2004) yang

menyebutkan tidak ada hubungan pada penelitiannnya mengenai tingkat

pendidikan dengan efek neurotoksik pada penggguna metil etil keton.

Walaupun demikian, mayoritas responden (51%) yang berpendidikan

rendah mengalami efek neurotoksik.

Gambar 6.3 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Tingkat Pendidikan pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

di Desa Perbawati Tahun 2013

49.89

50.2

49.8

50.2850.22

49.4849.57

50.98

48.5

49

49.5

50

50.5

51

51.5

Pendidikan-Rendah Pendidikan-Tinggi

Me

an S

kor

Pe

rfo

rma

Ne

uro

be

hav

iora

l

Digit Span

Digit Symbol

Pursuit Aiming

Trial Making

Page 122: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

100

Berdasarkan diagram di atas, responden dengan pendidikan rendah

memiliki rata-rata performa neurobehavioral yang buruk pada uji digit

span, digit symbol, dan trial making dibandingkan dengan responden

berpendidikan tinggi. Hasil tersebut selaras dengan Wesseling (2002)

yang menyebutkan bahwa 81 responden (38%) dengan performa buruk

pada uji digit symbol memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah

dibandingkan dengan responden dengan performa baik.

Faktanya, sebanyak 32 responden (69.6%) yang berpendidikan rendah

menggunakan pestisida organofosfat dan 71.9% diantaranya mengalami

efek neurobehavioral. Rendahnya tingkat pendidikan membuat tingkat

kewaspadaan dan kesadaran semakin buruk sehingga petani justru lebih

banyak memilih menggunakan jenis pestisida organofosfat sebagai

pilihan utama (Prijatno, 2009). Sementara golongan pestisida ini sangat

beracun dan dapat menyebabkan efek neurobehavioral (U.S EPA, 1998).

Selain itu, 67.4% dari responden berpendidikan rendah telah

berprofesi sebagai petani penyemprot lebih dari 10 tahun dan 77.4%

diantaranya mengalami efek neurobehavioral. Pendidikan rendah

membuat para petani sulit beralih ke profesi lain. Dengan demikian,

responden mengalami paparan pestisida dalam kurun waktu yang cukup

lama. Lamanya paparan tersebut kemudian menentukan efek kronis pada

seseorang seperti efek neurobehavioral (US. Congress, 1990).

Page 123: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

101

6.3.3 Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup tentang zat neurotoksik sangat penting

dimiliki, khususnya bagi petani penyemprot yang menggunakan pestisida.

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui sebanyak 57.6% responden

berpengetahuan buruk. Jumlah responden berpengetahuan buruk ini

berbanding lurus dengan tingkat pendidikan yang rendah. Pendidikan

searah dengan tingkat pengetahuan. Semakin rendah tingkat pendidikan

maka pengetahuan dan tingkat kewaspadaan cenderung menurun

(Prijatno, 2009).

Berdasarkan tabel 5.12 sebanyak 38 responden (57.5%)

berpengetahuan buruk dan 55.3% diantaranya mengalami efek

neurobehavioral. Pengetahuan yang dinilai adalah mengenai penanganan

pestisida berisikan pengetahuan tentang memilih, menyimpan,

pelaksanaan penyemprotan, penggunaan aturan sesuai label, cara

mencampur, dan tindakan setelah menyemprot yang sesuai dengan

ketentuan sehingga dapat mengurangi keracunan pada petani tersebut.

Hasil uji bivariat menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan tidak

memiliki hubungan yang bermakna dengan efek neurobehavioral (p-

value=0.435). Sebaliknya, Afriyanto (2008) mengemukakan bahwa petani

yang menggunakan pestisida dengan kuantitas dan kualitas yang berlebih

tanpa memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahaya pestisida dapat

menimbulkan dampak yang negatif terhadap kesehatan petani tersebut.

Page 124: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

102

Kejadian ini biasa disebut self poisoning dimana terjadi karena

kurangnya pengetahuan sehingga tanpa disadari bahwa tindakannya dapat

membahayakan dirinya. Pengetahuan yang cukup diharapkan para petani

penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida dengan baik pula,

sehingga risiko terjadinya keracunan hingga gangguan neurologis dapat

dihindari (Afriyanto, 2008; Starks, 2010).

Gambar 6.4 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Pengetahuan pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

di Desa Perbawati Tahun 2013

Gambar 6.4 menjelaskan bahwa responden yang berpengetahuan

buruk rata-rata cenderung mengalami performa neurobehavioral yang

lebih buruk dibandingkan responden yang pengetahuannya baik. Hal ini

tercermin dari uji digit span dan trial making. WHO (1986) menyebutkan

49.41

50.81

50.1749.75

51.73

47.64

49.95 50.06

45

46

47

48

49

50

51

52

53

Pengetahuan-Buruk Pengetahuan-Baik

Me

an

Sk

or

Pe

rfo

rma

Ne

uro

be

ha

vio

ral

Digit Span

Digit Symbol

Pursuit Aiming

Trial Making

Page 125: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

103

uji ini merepresentasikan short therm memory atau memori jangka

pendek dan attention.

Fakta juga menyebutkan bahwa dari 28 responden yang

berpengetahuan baik, 64.3% justru menggunakan pestisida organofosfat.

L.Green menjelaskan dalam Notoatmodjo (1993) bahwa pengetahuan

tidak berhubungan langsung dengan status kesehatan, akan tetapi harus

melalui sikap atau praktik. Oleh sebab itu, walaupun petani

berpengetahuan baik, namun perilaku dalam menggunakan jenis pestisida

masih buruk sehingga tetap saja dapat menjadikan petani mengalami efek

neurobehavioral.

6.3.4 Status Gizi

Keadaan gizi seseorang dapat mencerminkan daya imunitas tubuh.

Status gizi yang tidak normal dapat menimbulkan beberapa gangguan

kesehatan. Status gizi diklasifikasikan menjadi tidak normal dan normal

dimana penentuannya berdaarkan IMT. Status gizi tidak normal terdidri

dari IMT kurus dan IMT berlebih sedangkan status gizi normal adalah

IMT normal. Sebagaimana hasil penelitian, diketahui 11 responden (17%)

berstatus gizi tidak normal dan sisanya (83%) berstatus gizi normal.

Jumlah ini dimungkinkan karena pengukuran status gizi hanya berdasar

IMT. Dari 11 responden yang berstatus gizi tidak normal, 63.6%

diantaranya mengalami efek neurobehavioral.

Page 126: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

104

Hasil analisis bivariat menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara

status gizi dengan efek neurobehavioral (p-value=1.000). Ampulembang

(2004) yang meneliti efek neurotoksik juga tidak menemukan hubungan

status gizi dengan kejadian efek neurotoksik (p-value= 1.000). Alasan

rasional mengapa status gizi tidak berhubungan dengan efek

neurobehavioral adalah sebanyak 55 responden berstatus gizi normal,

60% diantaranya justru mengalami efek neurobehavioral. Selain itu, dari

55 responden tersebut ternyata 60% juga menggunakan pestisida

organofosfat. Jadi, meskipun status gizi normal namun penggunaa

pestisida dari golongan yang sangat beracun tetap dapat menyebabkan

gangguan fungsional saraf (U.S EPA, 1998).

Gambar 6.5 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Status Gizi pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

di Desa Perbawati Tahun 2013

Sumber: Analisis performa neurobehavioral berdasarkan status gizi

44.38

51.13

52.8

49.43

45.8

50.84

52.44

49.51

40

42

44

46

48

50

52

54

Status Gizi-Tdk Normal Status Gizi-Normal

Me

an S

kor

Pe

rfo

rma

Ne

uro

be

hav

iora

l

Digit Span

Digit Symbol

Pursuit Aiming

Trial Making

Page 127: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

105

Gambar 6.5 menunjukan bahwa responden dengan status gizi tidak

normal rata-rata cenderung memiliki performa neurobehavioral yang

lebih rendah dibandingkan responden dengan status gizi normal yaitu

pada uji digit span dan pursuit aiming. Artinya, rata-rata responden

tersebut mengalami gangguan memori jangka pendek dan kemampuan

kontrol motorik. Selanjutnya, hasil ini sejalan dengan Starks (2010) yang

menjelaskan bahwa petani dengan status gizi buruk memiliki

kecenderungan untuk mendapatkan risiko gangguan neurologis lebih

besar bila bekerja dengan pestisida organofosfat dan karbamat.

Status gizi yang buruk biasanya dapat berakibat menurunnya daya

tahan dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi. Pada kondisi seperti

ini, protein dalam tubuh terbatas sementara beberapa enzim aktifator

neurotransmitter terbentuk dari protein. Jika ketersediaan protein

terganggu maka pembentukan enzim aktifator juga terganggu.

Terganggunya enzim atau bahkan inaktif dapat menghambat hantaran

impuls sehingga terganggulah sistem saraf otak (Starks, 2010).

Disamping itu status gizi berlebih juga beresiko terhadap absorpsi zat

toksikan seperti organofosfat karena beberapa dari golongan ini bersifat

lipofilik atau dapat larut dalam lemak (Williams et al, 2000).

6.3.5 Stres kerja

Sistem respons fisiologik pada kondisi stress akut dan kronik,

terdapat respon fight dan flight dimana berperan beberapa hormon. Tubuh

Page 128: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

106

akan bereaksi terhadap stres. Stres akan mengaktifkan sistem saraf

simpatis dan sistem hormon tubuh seperti kotekolamin, epinefrin,

norepinefrine, glukokortikoid, kortisol, dan kortison. Khusus untuk

hormon kortisol yang dikeluarkan oleh korteks adrenal secara berlebih

menyebabkan kerja saraf pusat otak menjadi sedikit terganggu.

Sehingga respon tubuh menjadi waspada dan menjadi sulit tidur

(Ross, 2011).

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui 50 responden (75.8%) tidak

mengalami stres dan 60% diantaranya mengalami efek neurobehavioral.

Diketahui juga tidak ada hubungan yang bermakna dai hasil analisis

bivariat antara stres dan efek neurobehavioral (p-value=1.000). Ross

(2011) menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara kondisi stres dengan hasil performa neurobehavioral pada petani

pengguna organofosfat. Namun demikian, mayoritas responden yang

sedang mengalami sakit dan stres cenderung memiliki performa

neurobehavioral yang buruk khususnya pada uji profile of moods state

(POMS) dan pursuit aiming.

Anoraga (1998) menyebutkan stres yang dialami oleh seseorang dapat

mengganggu situasi kerja serta konsentrasi dalam menyelesaikan tugas-

tugas. Selain itu, stres juga erat kaitannya dengan kondisi kesehatan

seseorang. Kedaan stres dapat menurunkan daya imunitas tubuh sehingga

Page 129: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

107

tubuh akan lebih mudah terinfeksi agen toksik. Stres juga membuat daya

konsentrasi menurun hingga gangguan neuropsikologikal.

Gambar 6.6 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Stres Kerja pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

di Desa Perbawati Tahun 2013

Gambar 6.6 menegaskan bahwa responden yang mengalami stres rata-

rata cenderung memiliki performa buruk yaitu pada performa pursuit

aming. WHO (1986) menyebutkan responden dengan hasil buruk pada

pursuit aiming merepresentasikan gangguan pada fine motor control atau

kecakapan dalam mengendalikan saraf motorik. Hasil ini selaras dengan

Ross (2011) yang menyebutkan bahwa 53.7% responden dengan skor

stres di atas 100 mengalami gangguan fine motor skill.

52.13

49.32

50.81

49.73

47.9

50.67

53.47

48.89

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

Stres Tidak Stres

Me

an S

kor

Pe

rfo

rma

Ne

uro

be

hav

iora

l

Digit Span

Digit Symbol

Pursuit Aiming

Trial Making

Page 130: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

108

Hasil penelitian ini juga menyebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan

yang signifikan skor stres antara pengguna organofosfat (mean=17.88)

dan pengguna non organofosfat (mean=20.42). Hasil ini sesuai dengan

Ross (2011) yang menyebutkan pada penelitianya tidak terdapat

perbedaan yang signifikan rata-rata skor stres antara petani pengguna

organofosfat dan tidak. Namun demikian kejadian depresi tercatat lebih

banyak terjadi pada petani yang didiagnosis mengalami keracunan

pestisida.

6.3.6 Merokok

Proses pembakaran tembakau dan nikotina tabacum terjadi pada saat

merokok yang kemudian mengeluarkan senyawa-senyawa toksik.

Diantaranya yang membahayakan kesehatan baik bagi perokok maupun

orang disekitarnya adalah tar (balangkin), nikotin, nitrogen sianida,

benzopirin, dimetil nitrosamine, N-nitroson nikotin, katekol, akrolein,

karbon monoksida (CO), hydrogen sianida (HCN), formaldehida,

benzene, arsen, fenol, dll. Pada dasarnya, tubuh manusia merespon bahan

berbahaya yang ada pada rokok, seperti nikotin.

Tabel 5.7 menunjukan 28,8% responden merupakan perokok tingkat

sedang dan dari hasil penelitian juga sebanyak 84.8% responden

merupakan perokok aktif. Fakta ini wajar mengingat Indonesia berada di

peringkat ketiga setelah Cina dan India, di atas Rusia dan Amerika dalam

Page 131: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

109

kuantitas pengguna rokok. Jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai

4,8% dari 1,3 milyar perokok di dunia (Antara, 2012).

Sebanyak 84.2% responden yang merupakan perokok tingkat sedang

mengalami efek neurobehavioral. Rata-rata lama merokok adalah 12

tahun dan dengan rata-rata konsumsi 9 batang perhari. Rokok akan

menjadi sangat berbahaya karena mengeluarkan 4000 lebih jenis racun

berbahaya ketika dibakar. Konsumsi rokok sama halnya memasukan

racun-racun tersebut pada tubuh manusia (U.S. Congress, 1990).

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.15 menunjukan pajanan rokok pada

petani di Desa Perbawati berhubungan dengan efek neurobehavioral (p-

value=0.027). Hasil ini sejalan dengan penelitian Wesseling (2002) yang

menyebutkan ada hubungan antara performa neurobehavioral dengan

perilaku merokok. Faktanya, kebiasaan merokok dapat memberikan

dampak kumulatif terhadap timbulnya gangguan kesehatan. Dampak

negatif ini umumnya disebabkan zat nikotin yang sangat mempengaruhi

dan dapat mengubah fungsi otak. Nikotin membuat penggunanya merasa

relaks, lebih energik, dan bersemangat, atau bahkan sebaliknya. Efek ini

biasanya dikenal sebagai biphase effect. Semakin sering seseorang

merokok maka akan semakin merasa ketagihan dan bertambah pula dosis

yang digunakan (Ampulembang, 2004).

Saat seseorang menghisap sebatang rokok, nikotin akan merangsang

otak dengan membuat zat endorphin lebih banyak dari keadaan normal.

Page 132: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

110

Struktur kimia endorphin hampir sama dengan obat penghilang rasa sakit

seperti morphine. Kadar endorhpin yang tinggi secara terus-menerus

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada saraf (U.S. Congress,

1990).

Disamping itu, Ampulembang (2004) menerangkan bahwa nikotin

juga dapat mempengaruhi aktivitas neuron dan sinapsis serta dapat

berikatan dengan reseptor nikotin (nAChRs). Kondisi ini kemudian dapat

meningkatkan pelepasan dopamin (DA). Pelepasan dopamin yang

berlebih kemudian menimbulkan kekacauan pada emosi dan kontrol

motorik. Hal ini disebabkan oleh penumpukan nikotin berlebih pada

prasinaps dan postsinaps.

Gambar 6.7 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Perilaku Merokok pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

di Desa Perbawati Tahun 2013

50.18

49.05

49.6

51.95

49.74

51.43

50.21

48.81

47

47.5

48

48.5

49

49.5

50

50.5

51

51.5

52

52.5

Perokok Sedang Perokok Ringan

Me

an S

kor

Pe

rfo

rma

Ne

uro

be

hav

iora

l

Digit Span

Digit Symbol

Pursuit Aiming

Trial Making

Page 133: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

111

Gambar 6.7 menggambarkan rata-rata perokok tingkat sedang

cenderung memiliki performa neurobehavioral yang lebih buruk

dibanding dengan perokok tingkat ringan yaitu pada performa digit

symbol dan pursuit aiming. Hasil ini sama seperti yang ditunjukan pada

penelitian Chia (2012) bahwa sebanyak 76.5% responden perokok

memiliki skor yang lebih buruk pada uji digit symbol, pursuit aiming, dan

trial making. Kondisi seperti ini menggambarkan bahwa rata-rata

pengkonsumsi rokok beresiko mengalami gangguan fungsional saraf

seperti gangguan kecepatan motorik dan kecakapan kontrol motorik

(WHO, 1986)

Berdasarkan hasil observasi, kebiasaan merokok responden juga biasa

dilakukan di tempat kerja bahkan ketika melakuakan penyemprotan. Hal

ini bisa dilihat bahwa 50% perokok menyatakan tidak menggunakan

masker ketika melakukan penyemprotan. Hal ini dimungkinkan

responden merokok ketika menyemprot sehingga masker tidak dikenakan.

Afriyanto (2008) mengemukakan bahwa alat pelindung diri berupa

masker melindungi paparan pestisida dari ingesti dan inhalasi. Jika

paparan pestisida masuk melalui ingesti dan inhalasi kemungkinan akan

masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi inaktivasi enzim

kholinesterase oleh pestisida tersebut. Kondisi ini menimbulkan

penumpukan asetilkolin sehingga respon menjadi terhambat dan timbul

efek neurobehavioral (US. Congress, 1990; Winder, 2004).

Page 134: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

112

6.3.7 Konsumsi kopi

Konsumsi zat kafein seperti yang terdapat pada kopi dapat

menstimultan enzim neurotransmitter berupa epinefrin. Penumpukan

epinefrin yang tinggi dapat menyebabkan impuls terhambat dalam proses

hantarannya. Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan gangguan

motorik. Berdasarkan tabel 5.7 diketahui 37 responden (56.1%)

mengkonsumsi kopi. Sedangakan 43.9% mengatakan tidak biasa

meminum kopi setiap hari meskipun terkadang masih meminumnya.

Kebiasaan minum kopi merupakan hal yang umum dan wajar semenjak

Bangsa Persia mengenalkan bahan ini sebagai nutrisi. Konsumsi kopi

pada penelitian ini digali dari kebiasaan mengkonsumsi kopi setiap hari.

Kadar kafein dalam kopi mencapai diketahui mencapai 70-220 mg/150

ml yaitu tertinggi diantara bahan makanan lainnya (Nehlig, 2003).

Selain itu, kafein yang terkandung dalam kopi memiliki sifat deurutik

sehingga pengguna dapat terjaga dan segar. Namun demikian,

penggunaan yang terlalu sering dapat mengakibatkan gangguan pola

tidur. Pola tidur yang buruk dapat menurunkan daya konsentrasi sehingga

dapat berakibat pada gangguan neurologis seseorang (Ampulembang,

2004).

Pada tabel 5.17 diketahui sebanyak 51.4% pengkonsumsi kopi

mengalami efek neurobehavioral. Hasil analisis bivariat menggunakan uji

chi-square didapatkan p-value=0.138 atau artinya konsumsi kopi tidak

Page 135: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

113

memiliki hubungan yang bermakna dengan efek neurobehavioral. Hasil

ini selaras dengan penelitian Ampulembang (2004) dan Farahat (2003)

yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

kebiasaan minum kopi dengan efek neurobehavioral. Tidak adanya

hubungan antara konsumsi kopi dengan efek neurobehavioral pada

penelitian ini dimungkinkan karena variabel konsumsi kopi hanya digali

dari kebiasaan mengkonsumsi kopi setiap hari saja.

Gambar 6.8 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Konsumsi Kopi pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

di Desa Perbawati Tahun 2013

Gambar 6.8 menunjukan responden yang mengkonsumsi kopi rata-rata

cenderung mengalami performa neurobehavioral lebih buruk dibanding

yang tidak yaitu pada digit span. Hasil ini merepresentasikan bahwa

49.28

50.93

51.21

48.44

51.11

48.57

50.63

49.19

47

47.5

48

48.5

49

49.5

50

50.5

51

51.5

Kopi-Ya Kopi-Tidak

Me

an S

kor

Pe

rfo

rma

Ne

uro

be

hav

iora

l

Digit Span

Digit Symbol

Pursuit Aiming

Trial Making

Page 136: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

114

responden yang mengkonsusmsi kopi cenderung mengalami gangguan

pada memori jangka pendek (WHO, 1998).

6.3.8 Jenis Pestisida

Beberapa jenis pestisida sangat berbahaya untuk sistem organ terutama

sistem saraf pusat. Pestisida yang memiliki daya racun tinggi (highly

toxic) yaitu LD50 < 50 mg/kg sangatlah berbahaya jika sampai masuk ke

dalam tubuh (Perveen, 2011). Jenis pestisida yang digunakan di Desa

Perbawati seperti piretroid (bulldog-β-siflutrin, crowen-sipermetrin,

decis-deltametrin, rizotin-sipermetrin, dan matador-L sihalotri);

organofosfat (curacron-profenofos, dursban-klorpirifos, dan marshal-

karbosulfan); dan karbamat (antrakol-propineb, dithane M-45-

mankozeb). Jenis yang paling berbahaya adalah dursban karena

mengandung zat aktif klorpirifos yang mempunyai LD50= 8 mg/kg

(Perveen, 2011).

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui sebanyak 63.6% responden

menggunakan pestisida golongan organofosfat. Beberapa jenis dari

golongan organofosfat yang digunakan oleh petani penyemprot tanaman

sayur di Desa Perbawati seperti Curacron (profenofos), Dursban

(klorpirifos), dan Marshal (karbosulfan). Mayoritas penggunaan pestisida

dalam sektor pertanian adalah jenis insketisida golongan organofosfat dan

karbamat (Gupta, 2006). Namun demikian, sekarang beberapa negara

Page 137: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

115

sudah mulai beralih menggunakan golongan piteroid yang sifatnya lebih

tidak beracun bagi manusia (Perveen, 2011).

Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukan 63.6% petani

di Desa Perbawati menggunakan organofosfat dan diketahui terdapat

hubungan yang bermakna antara penggunaan jenis pestisida organofosfat

dengan efek neurobehavioral (p-value= 0.034). Hasil ini selaras dengan

Steenland (1994) yaitu diketahui 128 (78%) responden yang

menggunakan organofosfat mengalami performa yang buruk pada uji

digit symbol. Fakta tersebut menunjukan bahwa penggunaan pestisida

organofosfat dapat menimbulkan efek pada fungsional saraf khususnya

kecepatan motorik.

Steenland (1994) juga mengutarakan bahwa defisit saraf dan efek

neurobehavioral terjadi pada pada pengguna chlorpyrifos (organofosfat)

yaitu membuat kecepatan konduksi saraf terganggu. Jenis pestisida ini

digunakan oleh petani penyemprot tanaman sayur di desa Perbawati

dengan merek dagang Dursban 20 EC. Afriyanto (2008) menuturkan

bahwa profenofos (merk curacron) dan klorpirifos (merk dursban)

memiliki kriteria sedang, profenofos memiliki gugus brom dan klor

sedangkan klorpirifos memiliki 3 gugus klor yang dikhawatirkan akan

memiliki bahaya yang sama dengan organoklorin.

Penggunaan pestisida organofosfat oleh petani penyemprot tanaman

sayur di Desa Perbawati cukup mengkhawatirkan. Hal ini mengingat

Page 138: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

116

frekuensi penyemprotan umumnya dilakukan setiap minggu. Minimal

petani di Desa Perbawati melakukan penyemprotan satu kali dalam

seminggu, rata-rata dua kali, dan maksimal 5 kali dalam seminggu

menjelang panen. Disamping itu, Prijatno (2009) menyampaikan bahwa

oragnofosfat juga merupakan jenis pestisida yang paling toksik. Golongan

ini sering menyebabkan keracunan pada manusia jika bahan tersebut

tertelan meskipun dalam jumlah sedikit. Bahan ini juga dapat

menyebabkan kematian pada manusia. Cara kerja organofosfat bersifat

racun kontak, perut, dan juga racun fumigant.

Golongan organofosfat bekerja dengan cara menghambat aktivitas

enzim kolinesterase. Mekanismenya berupa fosforilasi (phosphorylation),

dimana organofosfat bereaksi dengan gugus hidroksil (OH-) enzim

sehingga terjadi ikatan antara phosphate dan enzim. Ikatan ini bersifat

stabil sehingga enzim kholinesterase menjadi inaktif yang dampaknya

adalah penumpukan asetilkolin pada sinapsis (US. Congress, 1990;

Winder, 2004). Kondisi ini biasanya dikenal dengan efek keracunan akut.

Selanjutnya, penghambatan enzim kolinesterase secara terus-menerus

menyebabkan penumpukan asetilkolin berlebih pada sinaps karena

asetilkolin tidak terhidrolisis menjadi asetat dan kolin (Williams, 2000).

Kondisi yang demikian jika terus-menerus terjadi dalam waktu yang

cukup lama dapat menimbulkan manifestasi gangguan neurologis salah

satunya yaitu manifestasi efek neurobehavioral (U.S Congress, 1990).

Page 139: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

117

Manifestasi berupa gangguan neurologis seperti efek neurobehavioral

terjadi setelah menggunakan atau terpapar dalam waktu yang cukup lama

zat toksikan (pestisida). Pada pengguna pestisida, biasanya efek

neurobehavioral muncul setelah mengalami keracunan akut beberapa

tahun sebelumnya (U.S Congress, 1990). Namun demikian, Sahani (2004)

menjelaskan bahwa efek neurobehavioral dapat timbul pada paparan

rendah neurotoksikan. Hal ini berarti keracunan akut tidak selalu

mengawali efek neurobehavioral.

Wessling (2002) mengemukakan bahwa tidak ada korelasi antara

kejadian keracunan akut dengan defisit pada performa neurobehavioral

jika keduanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dikarenakan

efek akut yang dilihat dari aktivitas enzim asetilkholinesterase hanya

bersifat sementara yang biasanya hanya berlangsung selama 1-2 minggu

(Waxman, 1998). Namun demikian, dalam jangka panjang keracunan

akut pestisida dapat menyebabkan gangguan fungsional saraf akibat

enzim kholinesterase yang terhambat secara terus-menerus.

Page 140: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

118

Gambar 6.9 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan Jenis

Pestisida pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

di Desa Perbawati Tahun 2013

Berdasarkan Gambar 6.9 pengguna organofosfat rata-rata cenderung

memiliki performa yang lebih buruk dibanding pengguna non-

organofosfat yaitu pada uji digit span, digit symbol, pursuit aiming, dan

trial making. Farahat (2003) melaporkan hasil yang sama bahwa

pengguna organofosfat memiliki performa neurobehavioral yang lebih

buruk khususnya pada uji digit symbol, trial making, dan digit span. Hasil

ini merepresentasikan rata-rata pengguna organofosfat mengalami

gangguan fungsional saraf berupa gangguan memori jangka pendek,

48.45

52.73

49.13

51.51

49.94 50.1

47.61

54.17

44

46

48

50

52

54

56

Organofosfat Non-Organofosfat

Me

an

Sko

r P

erf

orm

a N

eu

rob

eh

avio

ral

Digit Span

Digit Symbol

Pursuit Aiming

Trial Making

Page 141: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

119

kecepatan motorik, kecakapan kontrol motorik, dan daya konsentrasi

(WHO, 1986).

Fakta menyebutkan sebanyak 57.1% pengguna pestisida organofosfat

telah bekerja sebagai petani penyemprot selama ≥10 tahun. Prijatno

(2009) menerangkan bahwa penggunaan pestisida yang sangat beracun

dalam waktu yang lama akan membuat resiko yang semakin tinggi

terhadap bebagai gangguan kesehatan dan keracunan pestisida.

Disamping itu, 18 responden (27.3%) diketahui masih menggunakan

organofosfat dengan merek dagang Dursban 20 EC. Padahal di Amerika

pestisida dengan merk tersebut (klorpirifos:organofosfat) sudah ditarik

dari pasaran oleh Environmental Protection Agency (EPA). Indonesia

sendiri sudah melarangnya sejak tahun 1998. Hal ini dikarenakan

penggunaan Dursban kemasan 20 EC sangatlah berbahaya bagi petani

dan masyarakat.

6.3.9 Masa kerja

Lama paparan suatu bahaya atau bahan berbahaya sangat erat

kaitannya dengan resiko yang didapatkan pekerja. Bagi petani, pestisida

nampaknya masih sulit dilepaskan dari kegiatan mereka. Hingga kini,

mayoritas penggunaan pestisida masih menggunakan metode semprot

seperti yang ada di Desa Perbawati. Pada penelitian ini lama paparan

dikaitkan dengan masa kerja karena pestisida selalu digunakan dalam

kegiatan pertanian khususnya di lokasi penelitian.

Page 142: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

120

Pada tabel 5.10 diketahui 54.5% responden telah berprofesi sebagai

petani penyemprot tanaman sayur selama 10 tahun atau lebih. Rata-rata

responden telah berprofesi sebagai petani selama 12 tahun dengan lama

kerja minimal 1 tahun dan maksimal 44 tahun. Lama kerja menjadi petani

ini dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan dan terbatasnya pilihan

lapangan pekerjaan. Rendahnya pendidikan membuat jumlah

pengangguran dapat meningkat karena pendidikan yang rendah memiliki

kesempatan kerja atau lapangan kerja yang sedikit (BPS, 2011).

Hasil uji bivariat menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara masa kerja dengan efek neurobehavioral (p-value=

0.018). U.S. Congress (1990) menjelaskan semakin lama petani menjadi

penyemprot, maka semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga

resiko keracunan terhadap pestisida semakin tinggi. Keracunan pestisida

akut dapat berpotensi menyebabkan penurunan aktifitas kholinesterase

dalam plasma darah karena sifat pestisida sebagai penghambat

kholinesterase. Keracunan akut pestisida akan berlangsung mulai

seseorang terpapar hingga 2 minggu setelah melakukan penyemprotan.

Jika paparan berlangsung terus hingga lebih dari 9 tahun maka

manifestasi gangguan saraf otak dapat menetap.

Gangguan fungsional saraf seperti halnya efek neurobehavioral juga

dilaporkan di Mesir pada pengguna organophosphorous (Farahat, 2003).

Hasilnya, efek neurobehavioral diakibatkan oleh lamanya penggunaan

Page 143: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

121

pestisida organofosfat. Lama penggunaan pestisida selama 10 hingga 20

tahun beresiko tinggi dan terbukti menyebabkan penurunan performa

neurobehavioral pada penelitian tersebut

Gambar 6.10 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan

Masa Kerja pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur

di Desa Perbawati Tahun 2013

Berdasarkan Gambar 6.10 diketahui bahwa petani yang memiliki masa

kerja ≥10 tahun rata-rata cenderung memiliki performa neurobehavioral

yang lebih buruk dibanding dengan petani yang masa kerjanya <10 tahun.

Performa buruk ini yaitu pada uji digit symbol, pursit aiming, dan trial

making. Menurut WHO (1986), buruknya performa pada uji tersebut

menggambarkan adanya gangguan kecepatan motorik, kecakapan kontrol

motorik, dan daya konsentrasi.

50.42

49.51

48.49

51.8

49.59

50.52

49.63

50.4

46

47

48

49

50

51

52

53

≥10 tahun <10 tahun

Me

an S

kor

Pe

rfo

rma

Ne

uro

be

hav

iora

l

Digit Span

Digit Symbol

Pursuit Aiming

Trial Making

Page 144: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

122

Sementara itu, fakta menyebutkan bahwa 66.7% petani yang memiliki

masa kerja ≥10 tahun merupakan pengguna pestisida organofosfat.

Semakin lama dan sering petani menyemprot hama maka hama tersebut

akan menjadi resisiten. Kondisi ini membuat petani harus memilih jenis

pestisida dengan toksisitas yang lebih tinggi (Waxman, 1998). Prijatno

(2009) menyebutkan alasan pemilihan pestisida golongan organofosfat

karena sifat-sifatnya yang menguntungkan bagi para petani. Cara kerja

golongan ini selektif dan tidak persisten dalam tanah.

Menurut Prijatno (2009), oragnofosfat merupakan jenis pestisida yang

paling toksik. Organofosfat meracuni tubuh dengan menghambat enzim

kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Kondisi ini

menimbulkan penumpukan asetilkholin sehingga asetilkholin berikatan

dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem saraf pusat dan

perifer. Kejadian berulang dalam waktu yang lama kemudian dapat

menimbulkan efek neurobehavioral (U.S Congress, 1990).

Page 145: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

123

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada

petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten

Sukabumi Tahun 2013, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

7.1.1 Gambaran efek neurobehavioral pada petani penyemprot tanaman sayur

dengan pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013

yaitu sebanyak 60.6% responden mengalami performa neurobehavioral

buruk (tidak normal). Efek neurobehavioral terjadi pada uji digit span

yaitu 21.2% responden, digit symbol 25.8% responden, pursuit aiming

sebanyak 24.2%, dan trial making sebanyak 24.2% responden.

7.1.2 Gambaran usia pada petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida

di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013 diketahui pada α=

5%, rerata usia responden adalah antara 38.2 hingga 44.5 tahun.

Mayoritas pendidikan responden (69.7%) adalah rendah. Sebanyak 57.6%

responden berpengetahuan buruk. Sebanyak 16.7% responden berstatus

gizi tidak normal. Sebanyak 24.2% responden mengalami stres kerja.

Sebanyak 28.8% responden merupakan perokok tingkat sedang.

Sebanyak 56.1% responden mengkonsumsi kopi. Sebanyak 63.6%

Page 146: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

124

responden menggunakan pestisida golongan organofosfat. Sebanyak

54.5% responden memiliki masa kerja ≥10 tahun.

7.1.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan efek neurobehavioral pada

petani penyemprot tanaman sayur dengan pestisida di Desa Perbawati

Kabupaten Sukabumi Tahun 2013 adalah usia, perilaku merokok, jenis

pestisida, dan masa kerja.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi BP3K Kecamatan Sukabumi

Menyediakan dan mendistribusikan pestisida yang lebih tidak beracun

pada manusia (misal: golongan piretroid) serta tetap melakukan

penyuluhan mengenai bahaya penggunaan pestisida secara berkala.

7.2.2 Bagi Kelompok Tani Desa Perbawati

Petani juga disarankan untuk mengganti pestisida dari golongan

organofosfat ke piretroid serta mengurangi konsumsi rokok.

7.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya sebaiknya mengukur variabel yang belum diteliti

seperti paparan bahaya biologis dan fisik serta variabel seperti riwayat

pekerjaan, riwayat kesehatan, jenis kelamin, pengunaan obat-obatan,

konsumsi alkohol. Selain itu, disarankan juga untuk memperbaiki

pengukuran variabel yang diteliti, seperti pengukuran umur dengan semua

petani yang di teliti dapat menggunakan kartu identitas. Pengukuran

status gizi tidak hanya dengan IMT namun dilengkapi dengan pengukuran

Page 147: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

125

lingkar lengan (LILA), tebal lipatan kulit, dan pengukuran bikomia

seperti uji spektofotometri untuk protein.

Page 148: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

126

Daftar Pustaka

Afriyanto.2008. Kajian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Cabe di Desa

Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.Thesis.Semarang: UNDIP.

Alzheimer’s Disease Neuroimaging Initiative (ADNI). ____. Cognitive Testing and

General Procedures Manual. San Francisco: University of California

Ampulembang, Jusran. 2004. Hubungan Pajanan Pelarur Organik Metil Etil Keton

terhadap Timbulnya GejalaDini Neurotoksik pada Pekerja di Perusahaan X

(dengan menggunakan kuesioner Swedish Q16).Thesis.Depok: UI

Anoraga, Pandji. 1998. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta

Antara. 2012. Web: http://www.antaranews.com/berita/313477/jumlah-perokok-

indonesia-terbanyak-ketiga-di-dunia diakses pada 7 Mei 2013.

Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Sukabumi. 2012. Laporan

Kelompok Tani Sukabumi. Sukabumi : BP3K Kecamatan Sukabumi.

BPS. 2011. SAKERNAS 2004 sampai dengan 2011. Alamat web:

http://www.bps.go.id, diaksespada 17 Januari 2013.

Chia SE, dkk. 2012. Neurobehavioral functions among workers exposed to

manganese ore. Jurnal. National University of Singapore

Depkes RI. 1992. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :258/MENKES/PER/III/1992

Tentang Persyaratan Pengelolaan Pestisida. Jakarta.

________. 2000.Pengenalan Pestisida, Direktorat. Jakarta: Jenderal Pemberantasan

Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, dalam Afriyanto. 2008. Kajian

Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Cabe di Desa Candi Kecamatan

Bandungan Kabupaten Semarang.Thesis.Semarang : UNDIP.

Deptan RI. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor :

07/PERMENTAN//SR.140/2/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran

Pestisida. Jakarta.

Dobbs, Michael R. 2009. Clinical Neurotoxicology: Syndromes, Substances,

Environments. Philadelphia: Elsevier Inc.

Eckardt, M.J., and Martin, P.R. 1986. Clinical assessment of cognition in

alcoholism..AlcoholClinExpRes10(2):123–127.

Page 149: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

127

FAO (2010). FAOSTAT On-line Statistical Service.Food and Agriculture

Organization of the United Nations dalam Perveen, Farzana. 2011.

Insecticides – Advances in Integrated Pest Management., Croatia: InTech

Farahat, M T, dkk.2003. Neurobehavioural effects among workers occupationally

exposed to organophosphorous pesticides. Faculty of Medicine Menoufiya

University: Occupational Environment Med.

Ferdiansyah, Farhan. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan

pestisida organofosfat berdasarkan pengukuran enzim kholinesterase pada

petani penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati Kec. Sukabumi Kab.

Sukabumi Tahun 2012. Skripsi. Jakarta: UIN Jakarta.

Fiedler N, Feldman R, Jacobson J, Rahill A, Wetherell A. 1996. The assessment of

neurobehavioral toxicity: SGOMSEC(Scientific Group on Methodologies for

the Safety Evaluation of Chemicals) joint report. Environmental Health

Perspectives104(Suppl 2):179–191 dalam National Academy of Sciences

(NAS). 2003. Gulf War and Health Volume 2: Insecticides and Solvents.

Washington DC:The National Academies Press.

Filley, Christopher M,.Neurobehavioral anatomy, 3rd ed. 2011. Colorado:University

Press of Colorado.

Ginting, Rafael. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Jeruk Di Desa Cinta Rakyat

Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo. Skripsi.Medan : USU

Gupta, Ramesh C. 2006. Toxicology Of Organophosphate and Carbamate

Compounds. California: Elsevier Inc.

Hasty, Karbella Kuantanades. 2011. Hubungan lingkungan tempat kerja dan

karakteristik pekerja terhadap kapasitas vital paru (KVP) pada pekerja bagian

plant PT. Sibelco Lautan Minerals Jakarta Tahun 2011.Skripsi. Jakarta: UIN

Jakarta

Harrianto, Ridwan. 2005. Stres Akibat Kerja dan Penatalaksanannya. Universa

Medicina. 24 : 145-154

Kandel, Eric R, James H. Schwartz, dan Thomas M Jessell. 2000. Principle of Neural

Science. New York: McGraw-Hill

Karoley, P. 1985. Measurement Strategic in Health Psychology. Psychology Press.

New Jersey.

Krieger, Robert. 2001. Handbook of Pesticide Toxicology Second Edition.

California: Academic Press

Page 150: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

128

Massaro, Edward J. 2002. Handbook of Neurotoxicology vol.2. New Jersey: Humana

Press Inc.

Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press

National Academy of Sciences (NAS). 2003. Gulf War and Health Volume 2:

Insecticides and Solvents. Washington DC:The National Academies Press

Nehlig, Astrid. Ph.D. 2004. Effects of Coffee on The Central Nervous System. Jurnal:

Faculty of Medicine of Strasbourg.

Notoadmodjo, Soekijo. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu

Perilaku.Yogyakarta : Andi Offset

Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomidan Fisilogi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Perveen, Farzana. 2011. Insecticides – Advances in Integrated Pest Management.,

Croatia: InTech.

Prijatno, Teguh Budi. 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida

Organofosfat Keluarga Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak Kabupaten

Magelang. Thesis. Semarang : UNDIP

Rohlman, Diane S. dkk., 2007. Neurobehavioral Performance of Adult and

Adolescent Agricultural Worker.Jurnal. Philadelphia: University of

Pennsylvania.

Ross, Sarah Mackenzie,. 2011. Neuropsychological and psychiatric functioning in

sheep farmers exposed to low levels of organophosphate pesticides. Thesis.

London: University College London.

Sahani, Mazrura dan Noor Hassim Ismail. 2004. Neurobehavioral Performances

Among Lead Exposed Workers In Malaysia: An Early Detection Of Lead

Toxicity. Kuala Lumpur. University Kebangsaan Malaysia

Santi dan Rini. Corespondence of neurobehavioral performance test: Lembaga

Layanan Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Februari-Mei 2013

Starks, Sarah Elizabeth. 2010. Neurological outcomes among pesticide applicators.

Dissertation, University of Iowa,

Steenland, Keyle, dkk. Chronic Neurological Sequelae to Organophosphate Pesticide

Poisoning. 1994. American Journal of Public Health.

Page 151: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

129

U.S. Congress, Office of Technology Assessment, 1990. Neurotoxicity: Identifying

and Controlling Poisons of the Nervous System. Washington, DC: U.S.

Government Printing Office.

US EPA. 1998. Guidelines for Neurotoxicity Risk Assessment. Washington DC:The

National Academies Press.

Waxman, Michael. F. 1998. Agrochemical and pesticide safety handbook. Florida:.

CRC Press LLC

Wesseling, Catharina, dkk. 2002. Long-term Neurobehavioral Effects of Mild

Poisonings with Organophosphate and n-Methyl Carbamate Pesticides among

Banana Workers.Int Jornal Occupational Enironment Health

Widowati, W, dkk. 2008. Efek Toksik Logam: Pencegahan dan Penanggulangan

Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit ANDI

Williams, Phillip L. Ph.D. Robert C. James, Ph.D. Stephen M. Roberts, Ph.D. 2000..

Principles Of Toxicology- Environmental and Industrial Applications 2nd

ed.

New York: John W iley & Sons, Inc.

Winder, Chris dan Neill H Stacey. 2004. Occupational Toxicology 2nd

ed. Boca

Raton: CRC Press

WHO. 1980. Software: Sample Size. Geneva

WHO. 1986. Neurobehavioral Core Test Battery (NCTB) Operational Guide.

Geneva: Oregon Health Sciences University.

WHO. 1992. A User’s Guide to the Self Reporting Questionnaire (SRQ). Geneva:

Division of Mental Health.

Woodruff TJ, Kyle AD, Bois FY. 1994. Evaluating health risks from occupational

exposure to pesticides and the regulatory response. Environ Health

Perspect;102:1088–96 in Rohlman, Diane S. dkk., 2007. Neurobehavioral

Performance of Adult and Adolescent Agricultural Worker. Jurnal.

Philadelphia: University of Pennsylvania.

Yu, Simon J. 2008. The Toxicology and Biochemistry of Insecticides. New York:

Taylor & Francis Group.

Yuantari, Maria Goretti Catur. 2009. Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan

Pestisida Dan Dampaknya Pada Kesehatan Petani Di Area Pertanian

Hortikultura Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang

Jawa Tengah. Thesis. Semarang: UNDIP.

Page 152: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Lampiran- Lampiran

Page 153: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)
Page 154: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

No. Nama Umur Stats Gzi Merokok Kopi Stres Pdkkn Jns Pestisida Masa Kerja pengthn APD Efek Neuro

1 Aan 37 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Tinggi Organofosfat <10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

2 Abdullah 57 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Menggunakan Tidak Normal

3 Adang 25 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat<10 tahun Baik Menggunakan Normal

4 Aep 31 tidak Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Baik Tidak MenggunakanNormal

5 Agus 36 Normal Bukan Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Buruk Menggunakan Normal

6 Ahmad 25 Normal Perokok Tidak Stres Tinggi Non-Organofosfat<10 tahun Buruk Tidak MenggunakanNormal

7 Ajat 42 Normal Perokok Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

8 Ali 44 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

9 Alikin 33 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat<10 tahun Buruk Menggunakan Normal

10 Asep 26 Normal Perokok Ya Tidak Stres Tinggi Organofosfat <10 tahun Buruk Tidak MenggunakanNormal

11 Asep H 46 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

12 Atang 56 Normal Perokok Ya Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Menggunakan Normal

13 Baden 52 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

14 Dadang 33 tidak Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanNormal

15 Daman 48 Normal Perokok Ya Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

16 Damin 43 Normal Bukan Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Menggunakan Tidak Normal

17 Dayat 57 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Menggunakan Normal

18 Dedih 52 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

19 Dendi 35 Normal Perokok Ya Tidak Stres Tinggi Organofosfat <10 tahun Buruk Menggunakan Tidak Normal

20 Deni P 30 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

21 Doim 55 tidak Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

22 Edi J 52 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

23 Enjang 42 tidak Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

24 Farid 45 tidak Normal Bukan Perokok Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

25 Gugun 24 Normal Perokok Ya Tidak Stres Tinggi Non-Organofosfat<10 tahun Buruk Menggunakan Normal

26 H. ajum 45 Normal Bukan Perokok Ya Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

27 Hadi 62 tidak Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Menggunakan Tidak Normal

28 Igun 55 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

29 Iwan 38 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Tinggi Organofosfat <10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

30 Jatnika 40 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

31 Juned 47 tidak Normal Perokok Ya Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

32 Kimid 60 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

Page 155: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

No. Nama Umur Stats Gizi Merokok Kopi Stres Pdkkn Jns Pestisida Masa Kerja pengthn APD Efek Neuro

33 Mahmud 57 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

34 Maman 40 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

35 Maman S 43 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Buruk Menggunakan Normal

36 Matra 75 Normal Perokok Ya Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

37 Mimid 71 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

38 Mulyadi 30 Normal Perokok Tidak Stres Tinggi Non-Organofosfat<10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

39 Mulyadi 27 tidak Normal Bukan Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Buruk Tidak MenggunakanNormal

40 Munawar 25 Normal Perokok Ya Stres Tinggi Non-Organofosfat<10 tahun Buruk Menggunakan Tidak Normal

41 Nasuhan 21 Normal Perokok Ya Stres Rendah Non-Organofosfat<10 tahun Buruk Menggunakan Tidak Normal

42 Nur 38 Normal Perokok Ya Stres Tinggi Organofosfat <10 tahun Buruk Tidak MenggunakanNormal

43 obing 65 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Tinggi Organofosfat >=10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

44 pindi 36 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Menggunakan Tidak Normal

45 Rahman 22 Normal Perokok Tidak Stres Tinggi Non-Organofosfat<10 tahun Buruk Menggunakan Normal

46 ridwan 23 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Tinggi Organofosfat <10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

47 saepudin 37 Normal Bukan Perokok Ya Tidak Stres Tinggi Non-Organofosfat<10 tahun Buruk Menggunakan Normal

48 saepuloh 47 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Buruk Menggunakan Normal

49 sahidan 37 Normal Bukan Perokok Ya Tidak Stres Tinggi Organofosfat <10 tahun Baik Menggunakan Normal

50 surya 30 tidak Normal Perokok Ya Stres Tinggi Non-Organofosfat>=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanNormal

51 syamsu 51 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Menggunakan Normal

52 turi 62 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Buruk Menggunakan Tidak Normal

53 turo 45 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Organofosfat >=10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

54 tuteng 33 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Tinggi Non-Organofosfat>=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

55 udin 21 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Tinggi Organofosfat >=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

56 Udin J 40 Normal Perokok Ya Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Baik Tidak MenggunakanNormal

57 ujang 21 Normal Bukan Perokok Ya Tidak Stres Tinggi Non-Organofosfat>=10 tahun Buruk Menggunakan Normal

58 ujang M 38 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Buruk Menggunakan Normal

59 ukay 56 tidak Normal Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

60 usep 45 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Organofosfat <10 tahun Baik Menggunakan Tidak Normal

61 ustadi 40 Normal Perokok Ya Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat<10 tahun Baik Menggunakan Normal

62 wawan 37 Normal Bukan Perokok Tidak Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Baik Menggunakan Normal

63 yana 27 tidak Normal Perokok Tidak Tidak Stres Tinggi Organofosfat <10 tahun Baik Tidak MenggunakanTidak Normal

64 zaenudin 41 Normal Bukan Perokok Ya Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat<10 tahun Baik Menggunakan Normal

Page 156: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

No. Nama Umur Stats Gizi Merokok Kopi Stres Pdkkn Jns Pestisida Masa Kerja pengthn APD Efek Neuro

65 Zulfikar 50 Normal Perokok Tidak Stres Rendah Non-Organofosfat>=10 tahun Buruk Tidak MenggunakanTidak Normal

66 Taufik 27 Normal Perokok Tidak Tidak Stres Tinggi Non-Organofosfat<10 tahun Baik Menggunakan Normal

Page 157: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Nama :

Tanggal :

Digit Symbol Test

1 2 3 4 5 6 7 8 9

CONTOH

2 1 3 7 2 1 3 2 1 4 2 3 5 2 3 1 4 5 6 3 1 4 1 5

4 2 7 6 3 5 7 2 8 5 4 6 3 7 2 8 1 9 5 8 4 7 3 6 2

5 1 9 2 8 3 7 4 6 5 9 4 8 3 7 2 6 1 5 4 6 3 7 9 2

8 1 7 9 4 6 8 5 9 7 1 8 5 2 9 4 8 6 3 7 9 8 6 2 3

8 4 5 6 2 1 5 7

Skor:

Page 158: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

KUESIONER PENELITIAN

EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA PADA PETANI PENYEMPROT

TANAMAN SAYUR DENGAN PESTISIDA DI DESA PERBAWATI KABUPATEN SUKABUMI

TAHUN 2013

(BERDASARKAN PENGUKURAN DIGIT SPAN, DIGIT SYMBOL, PURSUIT AIMING, DAN TRIAL

MAKING)

Assalamualaikum wr.wb

Bersama ini saya Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ingin

menyampaikan bahwa akan melaksanakan penelitian menganai neurotoksik seperti judul di

atas. Ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Untuk itu saya memohon kesediaan Saudara untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan

jujur, semua jawaban Saudara akan dijamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan kerjasamanya,

saya mengucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

Sukabumi, Februari 2013

Responden

(……………………..)

Peneliti

Zainul Fadilah

Page 159: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

No A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nomor Rsponden (diisi oleh peneliti) :

2. Tanggal Pengisian Kuesioner : Tanggal ....../Bulan......../Tahun.........

3. Nama Petani :

4. Tanggal Lahir : Tanggal ....../Bulan......../Tahun.........

5. Umur :…………tahun

6. Pendidikan formal terakhir 1. SD, SMP

2. SMA/ sederajat

3. Diploma, Sarjana atau sederajat

No. B. PENENTUAN STATUS GIZI

1. Berat Badan :………….Kg

2. Tinggi Badan :………….Cm

3. Status Gizi (diisi oleh peneliti) :

No. C. KEBIASAAN MEROKOK

1. Apakah Anda merokok 1. Ya

2. Tidak (Jika tidak, lanjut ke point

D. KONSUMSI KAFEIN)

2. Berapa batang setiap hari ……….. batang

3. Sudah berapa lama Anda merokok? ……….. tahun

4. Konsumsi rokok dalam indeks Brinkman (diisi oleh peneliti)

No. D. KONSUMSI KAFEIN

1. Apakah Anda terbiasa minum kopi? 3. Ya

4. Tidak (Jika tidak, lanjut ke point

E. RIWAYAT PEKRJAAN)

2. Berapa gelas setiap hari ……….. gelas

3. Berapa lama Anda mengkonsusmi? ………..tahun

4. Konsumsi kafein (freq x lama) (diisi oleh peneliti)

Page 160: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

No. E. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Sebutkan pekerjaan Anda sebelum menjadi

petani!

1………… 3…………

2………… 4…………

2. Dimana Anda bekerja? …………..

3. Berapa lama Anda bekerja? ………..tahun

4. Apakah di lingkungan kerja tersebut

terdapat aktifitas pengelasan dan

pengeleman?

1. Ya

2. Tidak

No. F. PENGGUNAAN PESTISIDA

1. Sebutkan merk pestisida yang

digunakan.

1. ………………….

2. ………………….

3. ………………….

4. ………………….

5. ………………….

6. ………………….

7. ………………….

2. Dalam satu kali penyemprotan, berapa

jumlah jenis (obat) pestisida yang

digunakan?

: …………………. jenis pestisida

3. Lama menjadi penyemprot

(lama menggunakan pestisida)

: …………………. tahun

4. Apakah Anda setiap menyemprot

pestisida menggunakan alat

pelindung diri (APD)?

1. YA

2. TIDAK Jika TIDAK, lanjut

Pertanyaan G. PENGETAHUAN

5. Alat pelindung diri apa yang di pakai

Anda?

(Jawaban boleh lebih dari satu)

1. Masker

2. Baju/celana panjang

3. Sarung tangan

4. Sepatu boot

5. Kacamata

6. Topi

Page 161: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

No. G. PENGETAHUAN

Berilah tAnda silang (X) pada jawaban yang menurut Anda anggap

benar.

Coding

1. Dari mana sumber pestisida yang dapat digunakan?

1. Dari mana saja, asalkan dapat mengatasi masalah tanaman.

2. Pestisida yang terdaftar atau mendapat ijin dari dinas pertanian

[ ] [ ]

2. Dimana harus dilakukan penakaran, pengeceran atau pencampuran

pestisida?

1. Di ruang tertutup

2. Di tempat yang terbuka atau di luar ruangan

[ ] [ ]

3. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada waktu ?

1. Tanpa ada batasan waktu

2. Pagi jam 08.00-11.00 WIB atau sore jam 15.00-18.00 WIB

[ ] [ ]

4. Apa akibat pestisida terhadap kesehatan manusia?

1. Diare, peneumokoniosis, muntaber, dan kwarsiorkor

2. Keracunan,dermatitis, dan gangguan saraf

[ ] [ ]

5. Kondisi cuaca seperti apa yang yang baik saat melakukan

penyemprotan?

1. Di setiap kondisi cuaca dapat di lakukan.

2. Setelah hujan atau matahari terik

[ ] [ ]

6. Apa yang seharusnya dilakukan dalam mencampur pestisida?

1. Dicampur dengan tangan

2. Dicampur dengan alat khusus

[ ] [ ]

7. Alat pelindung diri apa saja yang harus dipakai dalam penyemprotan?

1. pakaian kerja seadanya.

2. sarung tangan, masker, pelindung mata, pelindung kepala, sepatu

boot dan pakaian kerja

[ ] [ ]

8. Setelah selesai melakukan penyemprotan apa yang sebaiknya dilakukan

terhadap pakaian kerja?

1. Di pakai di pekerjaan selanjutnya.

2. Di cuci dengan sabun.

[ ] [ ]

Page 162: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

9. Apakah tujuan penyemprotan yang Anda lakukan ?

1. Mencegah serangan hama

2. Mengendalikan serangan hama

[ ] [ ]

10 Apakah pestisida dapat dibawa bersama makanan atau minuman?

1. Ya

2. Tidak

[ ] [ ]

11. Kapan alat pelindung diri harus di pakai?

1. Waktu penyemprotan

2. Waktu mencampur, menyemprot dan mencuci peralatan.

[ ] [ ]

12. Menurut Anda apakah guna label pada kemasan pestisida?

1. Untuk mengetahui harga pestisida tersebut

2. Untuk mengetahui cara penggunaan, dan penyimpanannya

[ ] [ ]

13. Menurut Anda apa yang harus diperhatikan saat menggunakan

pestisida?

1. Khasiatnya membunuh hama

2. Label yang terdapat pada kemasan

[ ] [ ]

14. Menurut Anda apa yang harus dilakukan jika setelah menyemprot Anda

sakit kepala dan tidak kunjung sembuh?

1. Berhenti kontak dengan pestisida

2. Minum obat sakit kepala/ penghilang nyeri

[ ] [ ]

15. Menurut Anda, dimana seharusnya pestisida disimpan?

1.Dimana saja

2. Jauh dari tempat makanan

[ ] [ ]

Page 163: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

No. H. STRES KERJA Coding

Perubahan Fisiologis Selama 1 Bulan Terakhir

1. Sakit kepala / pusing

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

2. Jantung berdebar-debar

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

3. Sering keluar keringat

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

4. Insomnia

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

5. Gangguan pencernaan pada lambung dan usus

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

6. Sakit punggung

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

7. Migrain (sakit kepala sebelah)

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

Page 164: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Perubahan Psikologi Selama 1 Bulan Terakhir

1. Mudah marah

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

2. Mudah tersinggung

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

3. Merasa cemas/gelisah

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

4. Mudah putus asa

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

5. Perasaan tegang

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

Perubahan Perilaku Selama 1 Bulan Terakhir

1. Merasa malas bekerja

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

2. Kurang aatau sulit berkonsentrasi

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

Page 165: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

3. Cepat merasa lupa

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

4. Minum kopi/merokok

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

5. Menghindar dari interaksi sosial (pergaulan)

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

[ ] [ ]

No. I. Paparan Radiasi Elektromagnetik Coding

1. Apakah di tempat tinggal Anda terdapat:

1. SUTET

2. Pemancar stasiun radio

3. Tower jaringan telekomunikasi

(Jika Tidak ada, lanjut ke nomor 4)

[ ] [ ]

2. Intensitas Paparan (diisi peneliti) [ ] [ ]

3. Berapa lama Anda menetap pada tempat tinggal sekarang? [ ] [ ]

4. Apakah di tempat tinggal Anda sebelumnya terdapat:

1. SUTET

2. Pemancar stasiun radio

3. Tower jaringan telekomunikasi

[ ] [ ]

5. Berapa lama Anda menetap pada tempat tinggal tersebut? [ ] [ ]

Page 166: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Neurotoxic Subjective Symptom

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah kamu sering merasakan lelah yang berlebihan setelah selesai

bekerja?

2. Apakah kamu sering merasakan lelah ketika terbangun di pagi hari?

3. Apakah kamu sering merasakan ngantuk saat siang hari?

4. Apakah kamu sering tertidur ketika sedang menonton Televisi (TV)?

5. Apakah kamu sering insomnia (kesulitan untuk tidur saat malam hari)?

6. Apakah kamu sering terbangun di malam hari tanpa alas an yang jelas?

7. Apakah kamu sering mimpi buruk?

8. Apakah kamu sering melupakan sesuatu hal yang penting?

9. Apakah kamu sering merasakan kehilangan ide?

10. Apakah kamu seringkali sulit berkonsentras?

11. Apakah kamu sering merasa tertekan tanpa alas an yang jelas?

12. Apakah kamu sering merasa kurang tertarik pada hal-hal disekitarmu?

13. Apakah kamu sering ketekutan tanpa alas an yang jelas?

14. Apakah suasana hati kamu mudah sekali berubah?

15. Apakah kamu sering merasa terganggu tanpa alas an yang jelas?

16. Apakah kamu sering merasa resah dan gelisah?

17. Apakah kamu sering sakit kepala lebih dari biasanya/

18. Apakah kamu sering merasakan pusing terus-menerus (lama)?

19. Apakah kamu sering merasakan jantung berdebar lebih cepat dari

biasanya?

Page 167: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

20. Apakah kamu merasakan sering berkeringat berlebihan?

21. Apakah nafsu makan kamu sering berkurang?

23. Apakah kamu sering sakit perut?

24. Apakah jari-jari kamu sering mati rasa?

25. Apakah tangan kamu sering gemetar?

26. Apakah kamu sering menjatuhkan barang dari tangan kamu tanpa

sengaja?

Page 168: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

LAMPIRAN SPSS

UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Umur .064 66 .200* .973 66 .153

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

UNIVARIAT

Efek Neurobehavioral

EfekNeurobehavioral

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Normal 40 60.6 60.6 60.6

Normal 26 39.4 39.4 100.0

Total 66 100.0 100.0

Umur

Descriptives

Statistic Std. Error

Umur Mean 41.38 1.590

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 38.20

Upper Bound 44.55

5% Trimmed Mean 40.94

Median 40.00

Variance 166.762

Std. Deviation 12.914

Minimum 21

Maximum 75

Range 54

Page 169: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Interquartile Range 20

Skewness .382 .295

Kurtosis -.363 .582

Tingkat Pendidikan

TingkatPendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah 46 69.7 69.7 69.7

Tinggi 20 30.3 30.3 100.0

Total 66 100.0 100.0

Pengetahuan

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 38 57.6 57.6 57.6

Baik 28 42.4 42.4 100.0

Total 66 100.0 100.0

Status Gizi

StatusGizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Normal 11 16.7 16.7 16.7

Normal 55 83.3 83.3 100.0

Total 66 100.0 100.0

Page 170: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Stres Kerja

StresKerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Stres berat 16 24.2 24.2 24.2

Stres ringan 50 75.8 75.8 100.0

Total 66 100.0 100.0

Perilaku Merokok

VAR_Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perokok 56 84.8 84.8 84.8

Bukan Perokok 10 15.2 15.2 100.0

Total 66 100.0 100.0

Konsumsi Kopi

Kafein_Fix * EfekNeurobehavioral Crosstabulation

Count

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

Kafein_Fix Ya 19 18 37

Tidak 21 8 29

Total 40 26 66

Page 171: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Jenis Pestisida

JenisPestisida

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Organofosfat 36 54.5 54.5 54.5

Non-Organofosfat 30 45.5 45.5 100.0

Total 66 100.0 100.0

Masa Kerja

MasaKerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 36 54.5 54.5 54.5

Baik 30 45.5 45.5 100.0

Total 66 100.0 100.0

APD

APDmasker

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Menggunakan 31 47.0 47.0 47.0

Menggunakan 35 53.0 53.0 100.0

Total 66 100.0 100.0

Page 172: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

BIVARIAT

Umur dan efek neurobehavioral

Group Statistics

EfekNeurobeha

vioral N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Umur Tidak Normal 40 45.22 13.294 2.102

Normal 26 35.46 9.888 1.939

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Differen

ce

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Umur Equal

variances

assumed

1.969 .165 3.209 64 .002 9.763 3.043 3.685 15.842

Equal

variances

not

assumed

3.414 62.739 .001 9.763 2.860 4.048 15.479

Pengetahuan dan efek neurobehavioral

TingkatPendidikan * EfekNeurobehavioral Crosstabulation

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

TingkatPendidikan Rendah Count 30 16 46

% within

TingkatPendidikan 65.2% 34.8% 100.0%

Tinggi Count 10 10 20

Page 173: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

% within

TingkatPendidikan 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within

TingkatPendidikan 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 1.352a 1 .245

Continuity Correctionb .790 1 .374

Likelihood Ratio 1.337 1 .248

Fisher's Exact Test .282 .187

Linear-by-Linear Association 1.332 1 .249

N of Valid Casesb 66

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.88.

b. Computed only for a 2x2 table

Tingkat Pendidikan dan efek neurobehavioral

TingkatPendidikan * EfekNeurobehavioral Crosstabulation

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

TingkatPendidikan Rendah Count 30 16 46

% within

TingkatPendidikan 65.2% 34.8% 100.0%

Tinggi Count 10 10 20

% within

TingkatPendidikan 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within

TingkatPendidikan 60.6% 39.4% 100.0%

Page 174: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

TingkatPendidikan * EfekNeurobehavioral Crosstabulation

EfekNeurobehavioral

Total

Tidak

Normal Normal

TingkatPendidikan Rendah Count 30 16 46

% within TingkatPendidikan 65.2% 34.8% 100.0%

Tinggi Count 10 10 20

% within TingkatPendidikan 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within TingkatPendidikan 60.6% 39.4% 100.0%

Status Gizi efek neurobehavioral

StatusGizi * EfekNeurobehavioral Crosstabulation

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

StatusGizi Kurus Count 7 4 11

% within StatusGizi 63.6% 36.4% 100.0%

Normal Count 33 22 55

% within StatusGizi 60.0% 40.0% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within StatusGizi 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .051a 1 .822

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .051 1 .821

Fisher's Exact Test 1.000 .551

Page 175: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Linear-by-Linear Association .050 1 .823

N of Valid Casesb 66

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Merokok dan efek neurobehavioral

Crosstab

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

VAR_Merokok Perokok Count 37 19 56

% within VAR_Merokok 66.1% 33.9% 100.0%

Bukan

Perokok

Count 3 7 10

% within VAR_Merokok 30.0% 70.0% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within VAR_Merokok 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.624a 1 .032

Continuity Correctionb 3.237 1 .072

Likelihood Ratio 4.543 1 .033

Fisher's Exact Test .041 .037

Linear-by-Linear Association 4.554 1 .033

N of Valid Casesb 66

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.94.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 176: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Konsumsi Kopi dan efek neurobehavioral

Crosstab

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

Kafein_Fix Ya Count 19 18 37

% within Kafein_Fix 51.4% 48.6% 100.0%

Tidak Count 21 8 29

% within Kafein_Fix 72.4% 27.6% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within Kafein_Fix 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.021a 1 .082

Continuity Correctionb 2.203 1 .138

Likelihood Ratio 3.075 1 .080

Fisher's Exact Test .127 .068

Linear-by-Linear Association 2.975 1 .085

N of Valid Casesb 66

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.42.

b. Computed only for a 2x2 table

Stres Kerja dan efek neurobehavioral

Crosstab

EfekNeurobehavioral

Total

Tidak Normal Normal

StresKerja Stres Count 10 6 16

% within StresKerja 62.5% 37.5% 100.0%

Tidak Stres Count 30 20 50

% within StresKerja 60.0% 40.0% 100.0%

Page 177: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Total Count 40 26 66

% within StresKerja 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .032a 1 .859

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .032 1 .858

Fisher's Exact Test 1.000 .550

Linear-by-Linear Association .031 1 .860

N of Valid Casesb 66

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.30.

b. Computed only for a 2x2 table

Jenis Pestisida dan efek neurobehavioral

Crosstab

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

JenisPestisida Organofosfat Count 30 12 42

% within

JenisPestisida 71.4% 28.6%

100.0%

Non-Organofosfat Count 10 14 24

% within

JenisPestisida 41.7% 58.3% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within

JenisPestisida 60.6% 39.4% 100.0%

Page 178: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

Masa Kerja dan efek neurobehavioral

Crosstab

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

MasaKerja >=10 tahun Count 27 9 36

% within MasaKerja 75.0% 25.0% 100.0%

<10 tahun Count 13 17 30

% within MasaKerja 43.3% 56.7% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within MasaKerja 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.873a 1 .009

Continuity Correctionb 5.611 1 .018

Likelihood Ratio 6.961 1 .008

Fisher's Exact Test .012 .009

Linear-by-Linear Association 6.769 1 .009

N of Valid Casesb 66

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.82.

b. Computed only for a 2x2 table

APD dan efek neurobehavioral

APDmasker * EfekNeurobehavioral Crosstabulation

EfekNeurobehavioral

Total Tidak Normal Normal

APDmasker Tidak

Menggunakan

Count 23 8 31

% within

APDmasker 74.2% 25.8% 100.0%

Menggunakan Count 17 18 35

Page 179: EFEK NEUROBEHAVIORAL DAN FAKTOR DETERMINANNYA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25906/1/ZAINUL... · 081389115929) – Dosen K3 UIN Jakarta : Bpk Noval, SKM (08568289248)

% within

APDmasker 48.6% 51.4% 100.0%

Total Count 40 26 66

% within

APDmasker 60.6% 39.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 4.520a 1 .033

Continuity Correctionb 3.511 1 .061

Likelihood Ratio 4.608 1 .032

Fisher's Exact Test .045 .030

Linear-by-Linear Association 4.452 1 .035

N of Valid Casesb 66

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.21.

b. Computed only for a 2x2 table