Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

8
Jurnal Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Bekerjasama dengan PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIA Fakultas Kedokteran Hewan JKH PDHI Vol. 5 No. 1, Maret 2011 ISSN : 1978-225X

Transcript of Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

Page 1: Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

JurnalKedokteran

Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALABekerjasama dengan

PERHIMPUNAN DOKTER HEWAN INDONESIAFakultas Kedokteran Hewan

JKHPDHI

Vol. 5 No. 1, Maret 2011ISSN : 1978-225X

Page 2: Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

JURNAL KEDOKTERAN HEWANVol. 5 No. 1, Maret 2011

Terbit setiap Maret dan September

Alamat Redaksi : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 4 Darussalam, Banda Aceh, 23111

Telp./Fax. No. 0651-7551536, E-mail : [email protected]

Ketua Penyunting :Tongku N. Siregar

Penyunting Pelaksana :Hamdan

T. Armansyah TRArman Sayuti

Erdiansyah RahmiAmalia SutrianaDwinna Aliza

Penyunting Ahli :Mahdi Abrar M. Hambal

T. Fadrial Karmil M. Aman Yaman Yudha Fahrimal

SugitoSamadi

Sekretariat :Fakhrurrazi

Rekening : 158-0000007419 Bank MandiriCabang Banda Aceh

ISSN : 1978-225X

ii

Page 3: Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

iii

ISSN : 1978-225X

JURNAL KEDOKTERAN HEWANSYARAT-SYARAT PENULISAN

1. Ketentuan UmumNaskah harus asli yang dihasilkan dari hasil penelitian bidang kedokteran hewan dan peternakan yang belum pernah dipublikasikan.

2. Format Penulisana. Artikel diketik dengan jarak 2 spasi kecuali untuk judul, abstrak, judul tabel, judul gambar dan daftar pustaka diketik

menurut ketentuan tersendirib. First line dimulai 5 ketukan ke dalam.c. Huruf Times New Roman 12d. Kertas HVS ukuran kuarto (8,5 x 11”)e. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggrisf. Jumlah halaman penulisan maksimal 8 (delapan) halaman

3. Sistematika Penulisana. Judul

Judul artikel dalam berkala ilmiah haruslah spesifik dan efektif (tidak boleh lebih dari 14 kata dalam tulisan berbahasa Indonesia, atau 10 kata bahasa Inggris, atau 90 ketuk pada papan kunci). Judul dibuat dalam 2 bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

b. Identitas PenulisNama-nama penulis ditulis tanpa gelar akademis atau indikasi jabatan dan kepangkatan. Identitas penulis harus dilengkapi dengan alamat lembaga tempat kegiatan penelitian dilakukan untuk keperluan alamat korespondensi kalau berbeda (jika ada alamat e-mail dicantumkan)

c. AbstrakSetiap artikel harus disertai satu paragraf abstrak (bukan ringkasan yang terdiri atas beberapa paragraf) secara gamblang, utuh, dan lengkap yang menggambarkan esensi isi keseluruhan tulisan. Abstrak ditulis dalam 2 bahasa yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang maksimal terdiri dari 200 kata. Abstrak dilengkapi dengan 3-5 kata kunci yang men-cerminkan konsep yang dikandung artikel.

d. PendahuluanPendahuluan berisi latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian

e. Materi dan MetodeMateri dan metode memuat bahan dan peralatan yang digunakan terutama yang spesifik. Prosedur penelitian harus ditulis secara singkat.

f. Hasil dan Pembahasang. Kesimpulanh. Ucapan Terimakasih (bila perlu)i. Daftar Pustaka

Daftar pustaka disusun berdasarkan abjad dan bukan nomor urut. Penulisan nama jurnal harus sesuai dengan singkatan yang berlaku (kalau tidak ada singkatan, jangan disingkat). Komposisi sumber pustaka adalah jurnal ilmiah/majalah ilmiah minimal 60% dan textbook maksimal 40%.

Contoh. Jainudeen, M.R. and E.S.E. Hafez. 2000. Gestation, Prenatal Physiology, and Parturition. In Reproduction in Farm Animals, B.

thHafez and E.S.E. Hafez (ed).7 Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Siregar, T.N., N. Areuby, G. Riady, dan Amiruddin. 2004. Efek pemberian PMSG terhadap respon ovarium dan kualitas embrio

kambing lokal prepuber. Media Kedokteran Hewan 20(3):108-112.

4. Prosedur Pengiriman NaskahPengiriman makalah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (print out) sebanyak 3 (tiga) eksemplar dan 1 (satu) disket 3,5” atau CD (program MS World) dikirim ke alamat redaksi :

Jurnal Kedokteran Hewan

Alamat Redaksi : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 4 Darussalam, Banda Aceh, 23111

Telp./Fax. No. 0651-7551536, E-mail : [email protected]

Makalah yang telah dimuat dikenai biaya penerbitan dan pengiriman lewat transfer-bank Mandiri cabang Banda Aceh atas nama drh. Hamdan, MP., Rek. No. 158-0000007419. Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu-gugat dan tidak diadakan surat menyurat untuk keputusan tersebut.

Page 4: Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

EFEK ANTINEOPLASIA FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KESUM PADA HEWAN MODEL KANKER PARU

Anti Neoplastic Effect of Ethyl Acetate Fraction of Kesum Leaf with Lung Cancer of Animal Model

1 2 3 4Muhamad Agus Wibowo , Basuki B. Purnomo , Muhammad Aris Widodo , dan Aulanni'am1Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Tanjungpura

2Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar, Malang 3 Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang

4Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas BrawijayaE-mail: [email protected]

Penelitian ini bertujuan menentukan efek antineoplasia dari fraksi etil asetat ekstrak daun kesum dalam menghambat pertumbuhan kanker paru. Pada penelitian ini dilakukan uji antineoplasia fraksi etil asetat ekstrak daun kesum secara in vivo dengan menggunakan hewan model kanker paru terpapar bensapiren. Pembuatan hewan model kanker terpapar bensapiren dilakukan secara intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg yang dilanjutkan dengan pengobatan menggunakan fraksi etil asetat ekstrak daun kesum. Uji keberhasilan penelitian dilakukan dengan pemeriksaan histologi organ paru dengan pewarnaan HE. Hasil penelitian dengan dosis tunggal (100 mg/kg) menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mampu menghambat terjadinya neoplasia pada organ paru akibat paparan bensapiren._____________________________________________________________________________________________________Kata kunci: kanker paru, kesum, antineoplasia

ABSTRAK

This research have been conducted to evaluate anti neoplastic effect of ethyl-acetate fraction of Kesum leaf by in vivo on lung tissue of animal model induced by benza[o]pyrene. The animal models have been injected intraperitoneally with benza[o]pyrene at the dose of 200 mg/kg and continued by the administration of ethyl acetate's fraction of Kesum leaf. The efficacy of this treatment on lung tissue were observed histologically using HE staining. Result of this research indicating that the administration of ethyl-acetate fraction with single dose (100 mg/kg) can inhibit neoplasia on lung tissue of animal model induced by benza[o]pyrene._____________________________________________________________________________________________________Keywords: lung cancer, kesum, anti-neoplastic

ABSTRACT

PENDAHULUAN

Kanker paru merupakan penyebab kematian terbesar dari semua kematian akibat kanker. Asap rokok merupakan faktor utama penyebab tingginya insiden kanker paru di dunia, sekitar 90% kasus kanker paru diakibatkan oleh asap rokok (WHO, 2008a; WHO, 2008b). Hal ini karena di dalam asap rokok terdapat senyawa-senyawa polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat karsinogen dan dapat mengakibatkan terjadinya kanker paru seperti bensapiren (Radovanovic dan Misic, 1998). Beberapa peneliti menyebutkan bahwa bensapiren mampu menginduksi terjadinya neoplasia pada organ paru (Wetternberg dan Estensen, 1997). Pertumbuhan kanker (neoplasia) meliputi tiga fase yaitu fase inisiasi, promosi, dan progresi (Gerhauser et al., 2002; Gerhauser, 2008). Pada fase inisiasi PAHs

akan menginduksi untuk diregulasinya enzim Cytochrom P450 (CYP1A1, CYP1A2, dan CYP1B1) yang akan mengakibatkan peningkatan metabolit reaktif sehingga akan berakibat pada terjadinya peningkatan DNA adduct dan reactive oxygen species (ROS). Pada fase promosi senyawa bensapiren akan mengakibatkan terjadinya inflamasi sehingga meningkatkan resiko terjadinya kanker (Smith et al., 2006; Walaszek et al., 2004) sehingga mendorong pertumbuhan kanker memasuki fase progresi (Hursting et al., 1999). Bensapiren akan menginduksi pertumbuhan kanker pada fase progresi dengan mendorong terjadinya proliferasi yang tidak terkontrol, invasi, dan metastasis dari sel kanker.

Kesum (Polygonum minus) merupakan tanaman yang populer di masyarakat Kalimantan Barat dan banyak ditemukan di Kalimantan Barat. Daun tanaman ini

1

Jurnal Kedokteran HewanISSN : 1978-225X

Muhammad Agus Wibowo, dkk

Page 5: Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap berbagai jenis masakan khas karena akan memberikan aroma yang sedap dan rasa yang nikmat pada makanan (Wibowo et al., 2008). Daun kesum memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker. Penelitian tentang aktivitas antioksidan daun kesum telah dilaporkan oleh Huda-Faujan et al. (2007) dan Vimala et al. (2008) yang melaporkan bahwa ekstrak daun kesum memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Penelitian tentang potensi kesum sebagai antikanker telah dilaporkan oleh Mackeen (1997) yang mengatakan bahwa ekstrak etanol daun kesum mampu membunuh sel HeLa dengan LC50 30g/ml. Aktivitas antikanker dari kesum ini dimungkinkan karena daun kesum memiliki kandungan senyawa fenolik yang tinggi (Huda-Faujan et al., 2007). Kenyataan ini membuat tanaman ini sangat strategis dan potensial digunakan untuk mencegah pertumbuhan kanker dan berbagai penyakit kronik karena kesum memiliki fungsi ganda, selain digunakan sebagai bumbu dan sayur untuk membuat berbagai masakan khas Kalimantan Barat juga berfungsi sebagai obat.

Berdasarkan aktivitas manfaat dari kesum dan kenyataan tingginya insiden kanker paru, maka kesum sangat berpotensi untuk mencegah terjadinya neoplasia pada organ paru. Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji efek dari fraksi etil asetat dalam menghambat terjadinya neoplasia pada organ paru.

MATERI DAN METODE

Bahan tumbuhan yang diteliti adalah daun segar tanaman kesum (Polygonum minus), yang dikumpulkan pada bulan April dari kebun masyarakat wilayah Kota Baru, Pontianak. Spesies ini dideterminasikan dan disimpan di Herbarium Bogoriense.

Isolasi Senyawa Volatil dan Analisis Sebanyak 1,345 kg daun kesum segar

yang telah dibersihkan dan diblender kemudian dimaserasi dengan pelarut metanol selama 2x24 jam, hasil maserasi dikumpulkan jadi satu. Maserat yang diperoleh kemudian dilakukan fraksinasi berturut-turut dengan pelarut n-heksana dan etil asetat hingga diperoleh tiga fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol.

Skrining FitokimiaUntuk menentukan golongan senyawa

metabolit sekunder yang terkandung di dalam

fraksi etil asetat yang diperoleh dilakukan dengan metoda skrining fitokimia. Penentuan senyawa golongan alkaloid dilakukan dengan mereaksikan antara ketiga sampel secara terpisah dengan reagen Wagner, Mayer, dan Dragendorff. Uji keberadaan senyawa golongan fenolik dengan pereaksi FeCl 1%, uji 3

senyawa golongan flavonoid dengan pereaksi H SO dan uji Shinoda sedangkan uji 2 4

keberadaan senyawa golongan steroid alkaloid dengan reagen Liebermann-Burchard dan Salkowski.

Uji Secara In Vivo Dipilih 9 ekor tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan kisaran berat badan 200-250 g dan diadaptasi selama 7 hari. Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok K0 (tikus kelompok kontrol negatif/tikus sehat), K1 (tikus kelompok kontrol positif/tikus kanker), dan K2 (tikus kanker terapi fraksi etil asetat). Kelompok K0 adalah kelompok hewan coba sehat (tanpa perlakuan), tikus hanya diberi akuades. Kelompok hewan coba K1 dipapar bensapiren secara intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg berat badan selama 4 kali berselang 1 hari dan diinkubasi selama 30 hari. Kelompok hewan coba K2 diperlakukan d e n g a n d i p a p a r b e n s a p i r e n s e c a r a intraperitoneal dengan dosis 200 mg/kg berat badan selama 4 kali berselang 1 hari dan diinkubasi selama 30 hari, kemudian diterapi dengan fraksi etil asetat dengan dosis 100 mg/kg berat badan selama satu minggu dan diinkubasi selama 30 hari. Terapi terhadap kelompok hewan K2 dilakukan dengan cara mencekoknya langsung ke dalam lambung tikus dengan menggunakan spuit 5 ml yang sudah dimodifikasi. Pada akhir perlakuan, semua tikus percobaan dikorbankan secara dislocatio cervicalis, lalu dibedah bagian dada dan dilakukan koleksi organ paru. Selanjutnya terhadap organ paru yang diperoleh dibuat preparat histologis yang diikuti dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (HE). Kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x.

Analisis DataHasil pengamatan mikroskopis jaringan

paru dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan antara ketiga kelompok perlakuan tikus.

2

Jurnal Kedokteran Hewan Vol. 5 No. 1, Maret 2011

Page 6: Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji fitokimia dilakukan terhadap fraksi etil asetat ekstrak daun kesum. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa dalam fraksi etil asetat mengandung senyawa-senyawa metabolit sekunder golongan fenolik, alkaloid, dan flavonoid seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Pemeriksaan histologis dengan pewarnaan HE terhadap organ paru hewan coba memberikan gambaran histologis paru seperti disajikan pada Gambar 1. Gambaran histologis paru menunjukkan bahwa pada hewan coba kelompok K0 terlihat bronkiolusnya menunjukkan kondisi normal, yakni sel-sel epitel pada bronkiolus dalam keadaan normal.

Pada kelompok tikus yang diperlakukan dengan paparan bensapiren (K1) secara intraperitoneal menunjukkan adanya perubahan pada bagian bronkiolusnya. Sel-sel epitel bronkiolus pada kelompok K1 menunjukkan terjadinya metaplasia yang ditandai dengan perubahan sel-sel epitel kolumnar menjadi sel-sel epitel skuamosa. Gambaran histologis paru pada hewan kelompok K1 juga menunjukkan adanya peristiwa hiperplasia sel-sel basalis yang membentuk tonjolan. Adanya perubahan ini menunjukkan terjadinya neoplasia pada organ paru hewan coba kelompok K1.

Gambaran histologis paru hewan coba kelompok K2 menunjukkan tidak terjadinya metaplasia dan hiperplasia pada bronkiolus seperti yang terjadi pada kelompok K1 yang menandakan peristiwa neoplasia jaringan paru dapat dihambat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun kesum akan menghambat terjadinya neoplasia jaringan paru.

Bensapiren merupakan senyawa karsinogenik yang terdapat dalam asap rokok. Kemampuan senyawa ini dalam menginduksi terjadinya kanker paru karena senyawa ini dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan genetik, meningkatkan proliferasi, metastasis, dan angiogenesis dari sel kanker akibat produksi ROS yang meningkat yang akan menginduksi terjadinya inflamasi. Induksi inflamasi oleh asap rokok/bensapiren dimulai dengan terjadinya peningkatan ROS, sebagai hasil reaksi enzimatis dari komponen-komponen karsinogen oleh enzim CYPs dan enzim aldo-keto reductase (AKRs) (Palckal et al., 2001). Produksi ROS yang berlebih pada paru selanjutnya akan menginduksi terjadinya kerusakan DNA dan mengaktifasi NF-kB dalam meregulasi terjadinya inflamasi (Brody dan Spira, 2006; Waris dan Ahsan, 2006; Sarada et al., 2008). Mekanisme ROS dalam mengaktivasi NF-kB adalah melalui pengaktifan IKK (Inhibitor {kappa}B Kinase) (Wang et al., 2002; Sethi et al., 2006). Aktivasi IKK akan menyebabkan pelepasan NF-kB yang aktif, untuk selanjutnya terikat o l eh DNA d i i n t i dan meregu la s i direproduksinya enzim iNOS dan COX-2 (Luo et al., 2005; Yao et al., 2007). Akibat inflamasi ini akan terjadi penguatan kerusakan DNA pada sel-sel epitel bronkiolus sehingga sel-sel epitel bronkiolus akan mengalami neoplasia. Di sisi lain, inflamasi akan mencegah terjadinya apoptosis dari sel-sel yang mengalami kerusakan DNA (sel kanker) dan sebaliknya inflamasi akan m e n d o r o n g t e r j a d i n y a p r o l i f e r a s i , angiogenesis, dan metastasis dari sel kanker.

Jurnal Kedokteran Hewan

3

Muhammad Agus Wibowo, dkk

Tabel 1. Hasil uji fitokimia fraksi etil asetat ekstrak daun kesum

Fraksi Fenolik Alkaloid Flavonoid Terpenoid - Steroid

Etil asetat Positif Positif Positif -

KO K2K1

Gambar 1. KO, gambaran histologis paru hewan kontrol negatif (jaringan paru memperlihatkan bronkiolus dalam keadaan normal); K1, gambaran histologis jaringan paru hewan kontrol positif memperlihatkan adanya pembentukan metaplasia (tanda panah) di dalam bronkiolus yang ditunjukkan adanya perubahan sel epitel silindris menjadi sel epitel pipih; K2, gambaran histologis jaringan paru yang menunjukkan adanya perbaikan yang ditandai dengan tidak ditemukannya lagi metaplasia pada bronkiolus (HE: 40x).

Page 7: Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian fraksi etil asetat ekstrak daun kesum terhadap tikus model kanker terpapar bensapiren menunjukkan bahwa fraksi etil asetat mampu menghambat terjadinya neoplasia pada jaringan paru. Kemampuan antineoplasia ini kemungkinan berhubungan dengan aktivitasnya sebagai antioksidan. Menurut Huda-Faujan et al. (2007) dan Vimala et al. (2008) bahwa ekstrak daun kesum memiliki aktivitas antioksidan dan kandungan senyawa fenolik yang sangat tinggi. Dari uji fitokimia menunjukkan bahwa terdapat senyawa golongan fenolik, flavonoid, dan alkaloid dalam fraksi etil asetat. Senyawa-senyawa golongan fenolik, flavonoid, dan alkaloid bersifat sebagai scavenging radikal.

Mekanisme penghambatan terjadinya neoplasia pada jaringan paru oleh fraksi etil asetat dimungkinkan melalui mekanisme scavenging radikal. Dengan ditangkapnya radikal oleh senyawa-senyawa yang terdapat pada fraksi etil asetat akan mengakibatkan menurunnya produksi ROS. Produksi ROS yang menurun akan mengakibatkan NF-kB menjadi tidak teraktivasi sedangkan ekspresi enzim COX dan iNOS menjadi tertekan, sehingga inflamasi bisa ditekan. Dengan ditekannya inflamasi maka terjadinya proliferasi dan neoplasia bisa dihambat.

KESIMPULAN

Fraksi etil asetat ekstrak daun kesum mengandung senyawa golongan fenolik, alkaloid, dan terpenoid. Fraksi etil asetat ekstrak daun kesum dapat mencegah terjadinya neoplasia pada hewan model kanker.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini lewat hibah Penelitian Hibah Bersaing (PHB) tahun anggaran 2008/2009 dengan Nomor kontrak: 152b/H22.9/PL/2009 tanggal 15 April 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Brody, J.S. and A. Spira. 2006. Chronic obstruct ive pulmonary disease, inflammation, and lung cancer. Proc. Am. Thorac Soc. 3:535-538.

Gerhauser, C., A.P. Alt, K. Klimo, J. Knauft, N. Frank, and H. Becker. 2002. Isolation and potential cancer chemopreventive activities of phenolic compounds of beer. Phytochemistry Reviews. 1:369-377.

Gerhauser, C. 2008. Cancer chemopreventive potential of apples, apple juice, and apple components. Planta Med . DOI 10.1055/s-0028-1088300.

Huda-Faujan, N., A. Noriham, A.S. Norrakiah, and A.S. Babji. 2007. Antioxidative activities of water extracts of some Malaysian herbs. Asean Food Journal. 14(1):61-68

Hursting, R.D., T.J. Slaga, S.M. Fischer, J. DiGiovanni, and J.M. Phang. 1999. Mechanism-based cancer prevention approaches: Targets, examples, and the use of transgenic mice. J. Natl. Cancer Inst. 91:215–225.

Luo, J-L., H. Kamata, and M. Karin. 2005. IKK/NF-kB signaling: Balancing life and death -a new approach to cancer therapy. J. Clinical Investigation. 115(10):2625-2631.

Mackeen, M.M., A.M. Ali, S.H. El-Sharkawy, M.Y. Manap, K.M. Salleh, N.H. Lajis, and K. Kawazu. 1997. Antimicrobial and cytotoxic properties of some Malaysian t r ad i t iona l vege tab les (Ulam) . Pharmaceutical Biology. 35(3):174-178.

Radovanovic, B.S., and Z. Misic. 1998. Gas chromatographic analysis of some toxic organic compounds in mainstream cigarette smoke. Working and Living Environmental Protection. 1(3):59-65.

Sarada, S., P. Himadri, C. Mishra, P. Geetali, M.S. Ram, and G. Ilavazhagan. 2008. Role of oxidative stress and NFkB in hypoxia-induced pulmonary edema. Exp. Biol. Med. 233: 1088-1098.

Sethi, G.S., K.S. Ahn, S.K. Sandur, X. Lin, M.M. Chaturvedi, and B.B. Aggarwal. 2006. Indirubin enhances tumor necrosis factor-induced apoptosis through modulation of nuclear factor-B signaling pathway. J. Biol. Chem. 281(33):23425–23435.

Smith, C.J., T.A. Perfetti, and J.A. King. 2006. P e r s p e c t i v e s o n p u l m o n a r y inflammation and lung cancer risk in c iga re t t e smoker s . Inha la t ion Toxicology. 18(9):667-677.

Vimala, S., M.A. Ilham, A.A. Rashih, S. Rohana, and M. Jul iza . 2008. Antioxidant and Skin Whitening Standardized Extraxts: Cosmeceutical and Neutraceut i ca l Product s Development and Commercialization in Firm. Forest Research Institute Malaysia FRIM), Selangor Darul Ehsan.

Jurnal Kedokteran Hewan

4

Vol. 5 No. 1, Maret 2011

Page 8: Efek Antineoplasia Fraksi Etil Asetat Daun Kesum Pada Hewan Model Kanker Paru

Walaszek, Z., M. Hanausek, R. Zoltaszek, and T.J. Siaga. 2004. Inhibitory effect of post-initiation dietery D-Glucarate on benzo[a]pyreneinduced inflammation during lung tumorigenesis in A/J mice. Proc. Amer. Assoc. Cancer Res. 45:132-141.

Wang, S., S. Kotamraju, E. Konorev, S. K a l i v e n d i , J . J o s e p h , a n d B . Kalyanaraman. 2002. Activation of n u c l e a r f a c t o r - B d u r i n g doxorubicin–inducted apoptosis in endothelial cells and myocytes is pro-apoptotic: The role of hydrogen peroxide. Biochem J. 367: 729-740.

Waris, G. and H. Ahsan. 2006. Reactive oxygen species: Role in the development of cancer and various chronic conditions. J. Carcinogenesis. 5(14), DOI 10.1186/ 1477-3163-5-14.

WHO. 2008a. The Global Tobacco Crisis: Tobacco-Global Agent of Death. World Health Organization.

WHO. 2008b. Risk Factors for Chronic Respiratory Diseases. World Health Organization.

Wibowo, M.A., M.S. Anwari, Aulanni'am, dan F. Rahman. 2008. Skrining Fitokimia Fraksi Metanol, Dietil eter dan n-Heksana Ekstrak Daun Kesum (Polygonum minus). Prosiding Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Ilmu Hayati. Universitas Brawijaya, Malang, 24 Juli 2008.

Yao, H., S-R. Yang, A. Kode, S. Rajendrasozhan, S. Caito, D. Adenuga, R. Henry, I. Edirisinghe, and I. Rahman. 2007. Redox regulation of lung inflammation: Role of NADPH oxidase and NF-kB Signalling. Bochem. Soc. Transaction. 35(5). DOI 10.1042/BST0351151.

Jurnal Kedokteran Hewan

5

Muhammad Agus Wibowo, dkk