EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK INFUSA KULIT KACANG TANAH
Transcript of EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK INFUSA KULIT KACANG TANAH
EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK INFUSA KULIT KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS YANG
TERBEBANI SUKROSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ghozi Dafa Sadit
NIM : 178114013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EFEK ANTIHIPERGLIKEMIK INFUSA KULIT KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L.) PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS YANG
TERBEBANI SUKROSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ghozi Dafa Sadit
NIM : 178114013
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Hiperglikemik adalah suatu kondisi peningkatan kadar glukosa darah
melebihi batas normal yang mengindikasikan penyakit diabetes melitus (DM).
Dewasa ini masyarakat beralih menggunakan obat herbal dari tanaman. Salah satu
tanaman yang memiliki efek antihiperglikemik adalah kacang tanah (Arachis
hypogaea L.). Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek antihiperglikemik dan
mengetahui dosis efektif dari pemberian infusa kulit Arachis hypogaea L. pada
mencit yang terbebani sukrosa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental
murni rancangan acak lengkap pola searah. Sebanyak 30 ekor mencit terbagi
dalam 6 kelompok secara acak. Kelompok kontrol positif (akarbosa dosis 80
mg/KgBB), kelompok kontrol negatif (aquadest), kelompok gula (sukrosa) dan
kelompok perlakuan dengan dosis infusa kulit Arachis hypogaea L. bertingkat,
yaitu 833,3; 1666,7; 3333,3 mg/KgBB. Sukrosa diberikan 30 menit setelah
perlakuan secara peroral dan dilanjutkan dengan pencuplikan darah di ekor mencit
pada waktu ke-0, 15, 30, 60, 90, dan 120 menit setelah dibebankan sukrosa. Data
kadar gula darah terukur dianalisis secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa infusa kulit kacang tanah dosis 833,3; 1666,7; 3333,3 mg/KgBB memiliki
efek antihiperglikemik dengan persentase penurunan kadar gula darah secara
berturut-turut sebesar 48,69; 51,38; dan 59,39%. Tidak ditemukan dosis efektif
yang mampu memberikan efek antihiperglikemik dari infusa kulit kacang tanah
pada mencit yang terbebani sukrosa.
Kata kunci: antihiperglikemik, infusa, kacang tanah, sukrosa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Hyperglycemic is a condition involves elevation of blood glucose exceeds
the normal limits which indicates Diabetes Melitus (DM) disease. Nowadays,
society uses herbal drug from plants. One of the plant which has the
antihyperglycemic effect is groundnut (Arachis hypogaea L.). This aim of this
study is to examine the antihyperglycemic effect and find out the effective dose
from Arachis hypogaea L. peel infusion in sucrose-induced mice. This study is a
true experimental research with a one way-complete-randomized design. This
study used 30 mice that divided into 6 groups randomly. The positive control
group (acarbose at a dose of 80 mg/KgBW), the negative control group
(aquadest), the sucrose group, and the treatment group was given the 3 different
doses of Arachis hypogaea L. peel infusion, 833,3; 1666,7; 3333,3 mg/KgBW.
After 30 minutes, every groups given the sucrose orally and the blood was drawn
from the mice’s tail vein at 0, 15, 30, 60, 90, and 120 minutes after the
administration of sucrose. The results shows that Arachis hypogaea L. peel
infusion at dose 833,3; 1666,7; 3333,3 mg/KgBW have the % of blood glucose
decrease consecutive at 48,69%; 51,38%; and 59,39%. There is no effective dose
found in this study.
Keywords: antihyperglycemic, infusion, groundnut, sucrose.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... iv
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......... v
ABSTRAK. ................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. xi
PENDAHULUAN ........................................................................ 1
METODE PENELITIAN .............................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 10
KESIMPULAN ............................................................................. 21
SARAN ......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 22
LAMPIRAN .................................................................................. 27
BIOGRAFI PENULIS .................................................................. 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil skrining fitokimia uji tabung flavonoid,
saponin, dan tanin pada infusa kulit kacang tanah
(Arachis hypogaea L.) ............................................. 11
Tabel II. Hasil Uji KLT Flavonoid Infusa Kulit Kacang
Tanah dengan Fase Gerak Metanol : Air
(13,5 : 10) ................................................................. 12
Tabel III. Hasil Uji KLT Saponin Infusa Kulit Kacang
Tanah dengan Fase Gerak Kloroform : Metanol
(9 : 1) ........................................................................ 12
Tabel IV. Hasil Uji KLT Tanin Infusa Kulit Kacang
Tanah dengan Fase Gerak Metanol : Air
(32,3 : 1) ................................................................... 12
Tabel V. Data Rerata Nilai AUC0-120 dari Masing-Masing
Kelompok ................................................................. 15
Tabel VI. Hasil Uji Post-Hoc Bonferroni AUC0-120 Kadar
Gula Darah Mencit ................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bercak pengujian KLT (a) flavonoid, (b) saponin,
dan (c) tanin ............................................................. 14
Gambar 2. Kurva Hubungan antara Waktu dengan Rata-Rata
Kadar Gula Darah .................................................... 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Medical and Health
Research Ethnics Comittee (MHREC) Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada ................... 27
Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi .............................. 28
Lampiran 3. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian
CE&BU Fakultas Kedokteran UGM ..................... 30
Lampiran 4. Hasil Pengukuran % Kadar Air Serbuk Kulit
Kacang Tanah ........................................................ 31
Lampiran 5. Kacang Tanah Segar .............................................. 32
Lampiran 6. Serbuk dan Larutan Infusa Kulit Kacang Tanah ... 32
Lampiran 7. Hasil Uji Tabung Fitokimia ................................... 33
Lampiran 8. Hasil Uji KLT ........................................................ 35
Lampiran 9. Perhitungan Dosis Infusa Kulit Arachis hypogaea
L. ............................................................................ 37
Lampiran 10. Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit ................. 38
Lampiran 11. Hasil Analisis dengan Uji Shapiro-Wilk, Uji
Levene, Uji One-Way ANOVA dan Uji Post-Hoc
Bonferroni AUC0-120 Kontrol Normal, Kontrol
Sukrosa, Kontrol Akarbosa, dan 3 Kelompok
Perlakuan ............................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) suatu kondisi kronis yang terjadi akibat terjadinya
kenaikan kadar gula dalam darah karena tubuh tidak mampu memproduksi cukup
hormon insulin atau menggunakan hormon insulin dengan efektif. Prevalensi
global dari diabetes pradiabetes pada orang dewasa telah meningkat selama
beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2019, didapatkan jumlah penderita DM di
dunia sebanyak 463 juta jiwa, di mana pada daerah Asia Tenggara didapatkan 88
juta jiwa pengidap penyakit DM. Kasus kematian global yang disebabkan oleh
penyakit DM hingga tahun 2019 diperkirakan telah mencapai 4 juta jiwa dengan
rentang usia 20 hingga 79 tahun. Jumlah penderita DM akan terus meningkat
dengan estimasi mencapai 578 juta jiwa pada tahun 2030 dan 700 juta jiwa pada
tahun 2045 (Williams et al., 2019). Peningkatan prevalensi diabetes disebabkan
karena terjadinya urbanisasi yang begitu cepat dan gaya hidup sedentari (Cho et
al., 2018).
Hiperglikemik adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal
(PERKENI, 2015). Hiperglikemik yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
kerusakan yang cukup serius pada berbagai organ di dalam tubuh. Komplikasi
dari kondisi ini meliputi penyakit kardiovaskuler, neuropati, nefropati, penyakit
mata yang dapat mengarah pada retinopati dan kebutaan. Komplikasi ini jika tidak
segera diberi penanganan yang tepat dapat meningkatkan risiko kematian yang
(Williams et al., 2019).
Tujuan dari pengobatan diabetes melitus untuk menghindari atau
mencegah terjadinya komplikasi dari diabetes melitus itu sendiri. Penanganan
diabetes melitus tipe 2 dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup, seperti
diet, berolahraga, dan menjaga berat badan agar tetap ideal. Jika kadar gula darah
pada penderita diabetes melitus tipe 2 tetap tidak terkontrol setelah melakukan
modifikasi gaya hidup, maka diperlukan obat hipoglikemia oral untuk mengontrol
kadar gula darah penderita diabetes melitus (Piero et al., 2012).
Banyak jenis obat hipoglikemia oral yang sering digunakan dalam terapi
diabetes mellitus, antara lain sulfonilurea, glinid, metformin, tiazolidindion,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
penghambat alfa-glukosidase, penghambat Dipeptidyl Peptidase-IV (DPP-IV),
dan penghambat Sodium Glucose Co-transporter 2 (SGLT-2). Jenis-jenis obat
hipoglikemia oral tersebut memiliki mekanisme yang berbeda-beda dalam
mengontrol kadar glukosa darah. Dewasa ini masyarakat Indonesia cenderung
kembali menggunakan obat-obatan alami dari tanaman. Pengobatan tradisional
banyak dipilih karena mudah diakses, terjangkau, dan diterima secara budaya oleh
masyarakat luas (Ningsih, 2015). Hal ini menjadi tantangan bagi para ahli untuk
terus mengembangkan agen antidiabetes herbal yang memiliki efek yang sama
dengan agen antidiabetes sintetis (Piero et al., 2012).
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman yang
dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula darah. Bagian dari tanaman ini
memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah bagian kulit. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Sari and Maimunah (2005) mendapati bahwa infusa kulit kacang
tanah mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus yang dibebani glukosa
berkisar 10 sampai 16% dibandingkan dengan kontrol negatif berupa natrium
karboksi metil selulosa (Na CMC). Pada penelitian tersebut, hewan uji berupa
tikus jantan galur Wistar dibebankan glukosa secara oral. Satu jam kemudian,
tikus diberikan sediaan uji berupa infusa kulit kacang tanah dengan dosis
bertingkat. Dilakukan pengambilan darah tikus pada menit ke-0, 30, 60, 120, 180,
240, dan 300 setelah perlakuan. Kadar glukosa dalam darah tikus dianalisis secara
enzimatis dengan metode GOD-PAP dan dilakukan penetapan kadar glukosa
darah tikus secara spektrofotometri untuk mendapatkan data luas daerah di bawah
kurva (LDDK). Kulit kacang tanah mengandung saponin, flavonoid, dan tanin
(Junior et al., 2015; Yadav et al., 2014; Velu et al., 2015). Diketahui saponin,
flavonoid, dan tanin mampu menurunkan kadar glukosa dalam darah melalui
mekanisme penghambatan enzim α-amilase dan α-glukosidase, sehingga hidrolisis
disakarida dan oligosakarida menjadi monosakarida di dalam usus halus
terganggu. Hal ini yang menyebabkan senyawa-senyawa tersebut berpotensi
menjadi kandidat dalam manajemen hiperglikemia, khususnya hiperglikemia post-
prandial (Barky et al., 2017; Hussain and Marouf, 2013; Kumari and Jain, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kulit
kacang tanah, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut terkait efek
antihiperglikemik yang dimiliki oleh kulit Arachis hypogaea L. Penelitian ini
menggunakan metode Uji Toleransi Gula Oral (UTGO) yang dilakukan secara in
vivo pada hewan uji yaitu mencit yang diinduksi sukrosa. Uji toleransi merupakan
uji untuk melihat bagaimana toleransi dari penurunan kadar gula darah pada
pemberian obat uji tertentu (Susilawati et al., 2016). Sukrosa adalah suatu
disakarida yang dihidrolisis oleh enzim sukrase menjadi glukosa dan fruktosa.
Enzim sukrase merupakan enzim yang menyerupai α-glukosidase. Glukosa hasil
hidrolisis akan diabsorbsi oleh usus halus dan diedarkan ke seluruh tubuh
(Anderson, 2003). Sukrosa adalah jenis gula yang sering dikonsumsi sehari-hari
yang ditemukan pada gula putih atau gula tebu dan minuman kemasan (Sandra
and Budiman, 2011). Kulit kacang tanah yang diuji dibuat dalam bentuk sediaan
infusa. Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit (Direktorat Obat Asli
Indonesia, 2010). Sediaan infusa dipilih karena kandungan senyawa flavonoid,
saponin, dan tanin dapat larut dalam air, sehingga diharapkan senyawa-senyawa
tersebut dalam tersari dalam sediaan infusa (Agustina et al., 2017; Arifin and
Ibrahim, 2018; Sulastri, 2009). Penelitian ini termasuk dalam penelitian efek
antihiperglikemik sediaan infusa dan dekokta kulit Arachis hypogaea L.
Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian sebelumnya, di
mana dalam penelitian ini digunakan sukrosa sebagai agen penginduksi naiknya
kadar gula darah pada hewan uji berupa mencit dengan interval waktu
pengambilan cuplikan darah 15-30 menit selama 2 jam. Digunakan hewan uji
berupa mencit karena mencit mudah didapatkan dan mudah ditangani, murah, dan
banyak penelitian sebelumnya yang berhasil menggunakan hewan uji mencit
(Indrawati et al., 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
METODE PENELITIAN
Bahan
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan galur Swiss dalam
kondisi sehat dengan umur 2-3 bulan, dan berat badan 20-30 gram diperoleh dari
Abadi Jaya, Yogyakarta. Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah
kulit Arachis hypogaea L. yang didapatkan dari satu penjual yang sama di Pasar
Rejowinangun, Magelang. Kacang tanah yang digunakan dipilih berdasarkan
bentuk dan ukuran yang seragam (memiliki 2 biji kacang di dalamnya), sukrosa
sebagai agen penginduksi naiknya gula darah, tablet akarbosa sebagai kontrol
positif, aquadest sebagai pelarut dan kontrol negatif, strip pengukur kadar gula
darah, HCl, serbuk magnesium, FeCl3, metanol, kloroform, baku rutin, baku
saponin, baku asam tanat, amonia, dan Liebermann-Burchard.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain oven, mesin
penyerbuk, ayakan nomor mesh 40 dan 50, moisture balance, timbangan analitik,
panci enamel, termometer, penangas air, kain flanel, stopwatch, gelas beker, gelas
ukur, labu ukur, erlenmeyer, batang pengaduk, pipet tetes, tabung reaksi, pipet
ukur, glasfirm, spuit, syringe, lanset, corong, glukometer (Accu Check Active),
pisau, talenan, alat silika gel G60 F254, seperangkat alat KLT, dan lampu UV.
Tata Cara Penelitian
Pengumpulan kulit Arachis hypogaea L.
Bahan uji yang digunakan adalah kulit Arachis hypogaea L. dalam
keadaan segar, memiliki bentuk dan ukuran seragam (memiliki 2 biji kacang di
dalamnya), tidak busuk serta sudah terpisah dari bagian kulit ari dan bijinya, yang
akan diperoleh dari satu penjual yang sama di Pasar Rejowinangun, Magelang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Determinasi kulit Arachis hypogaea L.
Determinasi kulit Arachis hypogaea L. dilakukan di Laboratorium Kebun
Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan
menggunakan polong Arachis hypogaea L. utuh lalu dicocokkan dengan ciri-ciri
yang sesuai dengan tanaman Arachis hypogaea L. untuk menyatakan bahwa
spesimen tumbuhan tersebut adalah benar-benar tanaman Arachis hypogaea L.
(Diniatik, 2015).
Pembuatan simplisia dan serbuk kulit Arachis hypogaea L.
Kulit Arachis hypogaea L. yang masih segar dicuci dengan air mengalir
hingga bersih. Kulit akan dipotong terlebih dahulu, kemudian disebarkan pada
tampah bambu di oven dengan suhu 45-50ºC selama 24 jam atau hingga benar-
benar kering dan dapat diserbuk dengan mesin penyerbuk. Serbuk simplisia yang
didapatkan kemudian diayak menggunakan ayakan nomor 40 dan 50 mesh,
Penetapan kadar air pada serbuk kering kulit Arachis hypogaea L.
Penetapan kadar air dari serbuk bertujuan untuk mengetahui serbuk yang
digunakan telah memenuhi persyaratan serbuk. Penetapan kadar air dilakukan
dengan menimbang serbuk kering kulit Arachis hypogaea L. yang sudah diayak,
dimasukkan ke dalam alat moisture balance kemudian diratakan. Dilakukan
pemanasan kemudian secara otomatis % kadar air akan muncul pada alat. Persen
kadar air yang baik untuk simplisia adalah kurang dari atau sama dengan 10%.
Penggunaan moisture balance memiliki beberapa kelebihan, antara lain waktu
pengujian yang cepat (dalam waktu 3-15 menit), cara pengoperasian yang mudah,
serta mengurangi human error saat pengukuran (Kumalasari, 2012).
Pembuatan infusa kulit Arachis hypogaea L
Sediaan infusa dibuat dari serbuk kulit Arachis hypogaea L. dengan
merebus sebanyak 10 gram serbuk kulit Arachis hypogaea L. menggunakan 20
mL aquadest dalam panci infusa sebagai pembasah kemudian ditambahkan
aquadest hingga 100 mL. Dipanaskan pada suhu 90ºC selama 15 menit sambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
diaduk sesekali setiap 5 menit lalu diserkai dengan kain flanel selagi panas dan
ditambahkan air secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume sediaan
infusa kulit Arachis hypogaea L. yang dikehendaki, yaitu 100 mL.
Uji kualitatif fitokimia
a. Uji tabung
Uji flavonoid. Sampel infusa sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan dengan serbuk magnesium sebanyak 1 gram
kemudian ditambahkan dengan larutan HCl pekat. Terbentuknya warna kuning
atau merah menunjukkan adanya kandungan flavonoid (Ensamory et al., 2017).
Uji saponin. Sampel infusa sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, ditambahkan 2 mL air panas dan digojok kuat hingga homogen.
Terbentuknya buih yang stabil (buih setinggi 1-10 cm yang bertahan selama 10
menit) dan jika setelah 10 menit dengan penambahan 1 tetes HCl 2 N buih
tidak hilang maka menunjukkan adanya kandungan saponin (Ensamory et al.,
2017).
Uji tanin. Sampel infusa sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung
reaksi, lalu ditambahkan beberapa tetes FeCl3 10%. Bila terbentuk warna biru
tua menunjukkan adanya kandungan tanin (Ensamory et al., 2017).
b. Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Fase diam yang digunakan adalah lempeng silika gel G60 F254 dengan
panjang 10 cm dan lebar 3 cm. Penotolan sampel dilakukan pada lempeng,
dengan jarak 0,5 cm dari sisi bawah lempeng. Sampel yang akan dianalisis
ditotolkan sebanyak 1-3 tetes, lalu dibiarkan mengering. Ketika sudah
mengering, lempeng dimasukkan ke dalam bejana yang sudah berisi fase gerak.
Dalam beberapa menit, larutan fase gerak akan terlihat naik pada lempeng.
Ketika fase gerak berjalan naik hingga tanda batas atas, yaitu 2 cm dari sisi atas
lempeng, lempeng dikeluarkan dari bejana dan dikeringkan. Setelah itu,
diamati secara visibel (kasat mata) dan di bawah sinar UV sebelum dan
sesudah diberi larutan pendeteksi. Jarak bercak dari penotolan sampel diukur
dan dicatat sehingga dihasilkan harga Rf bercak. Penentuan harga Rf nantinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
akan dibandingkan dengan Rf standar atau teoretis (Rohmah et al., 2019;
Setiawan et al., 2015).
Uji flavonoid. Fase gerak yang digunakan yaitu metanol : air (13,5 :
10) dengan penampak noda larutan amonia. Reaksi positif ditunjukkan dengan
terbentuknya noda berwarna kuning cokelat setelah diberi larutan penampak
amonia menegakkan adanya kandungan flavonoid (Yuda et al., 2017).
Uji saponin. Fase gerak yang digunakan yaitu kloroform : metanol (9 :
1), dengan penampak noda pereaksi Lieberman Burchard. Reaksi positif
ditunjukkan dengan adanya noda berwarna hijau biru (Yuda et al., 2017).
Uji tanin. Fase gerak yang digunakan yaitu metanol : air (32,3 : 1)
dengan penampak noda FeCl3. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya noda
berwarna hitam (Setiawan et al., 2015).
Selain itu, dilakukan juga perhitungan parameter karakteristik
kromatografi lapis tipis yaitu faktor retensi (Rf), dengan formula sebagai
berikut:
(Setiawan et al., 2015).
Penetapan dosis infusa kulit Arachis hypogaea L.
Penetapan peringkat dosis infusa kulit Arachis hypogaea L. didasarkan
pada:
a. Bobot tertinggi mencit yaitu 30 gram
b. Volume maksimal pemberian infusa kulit Arachis hypogaea L. secara oral
pada mencit, yaitu 1 mL
c. Konsentrasi infusa kulit Arachis hypogaea L. yang dibuat, yaitu 10%
Dua peringkat dosis di bawah dosis tertinggi didapatkan dengan cara
membagi 2 dari dosis tertinggi yang sudah ditentukan dan didapatkan dosis
tertinggi sebesar 3333,3 mg/KgBB. Melalui perhitungan, didapatkan 3 peringkat
dosis yaitu 833,3; 1666,7; dan 3333,3 mg/KgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pembuatan larutan sukrosa 12% b/v
Konsentrasi larutan sukrosa ditentukan dengan menggunakan rumus D x
BB = C x V dimana dosis yang digunakan yaitu sebesar 4 g/KgBB, BB
menggunakan rata-rata berat badan normal pada mencit tertinggi yaitu 30 gram,
dan volume maksimal peroral yang dapat diberikan pada mencit yaitu 1 mL. Dari
hasil perhitungan didapatkan konsentrasi sukrosa yang diberikan pada mencit
yaitu 12 gram/100 mL atau 12% b/v.
Pembuatan larutan akarbosa dalam aquadest
Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah akarbosa,
sehingga akarbosa harus mampu memberikan efek antihiperglikemik pada mencit
yang terbebani sukrosa 12%. Larutan akarbosa dibuat dengan dosis 80 mg/KgBB.
Sebanyak 5 tablet akarbosa dengan dosis 50 mg digerus menjadi serbuk, lalu
diambil serbuk sebanyak 240 mg untuk dilarutkan menggunakan sedikit aquadest
di dalam gelas beaker. Serbuk akarbosa yang sudah larut dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL kemudian ditambahkan aquadest hingga tanda batas dan
digojog hingga homogen.
Penentuan kontrol negatif
Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades yang
merupakan pelarut dalam pembuatan infusa kulit Arachis hypogaea L. Kontrol
negatif merupakan zat yang tidak memberikan efek antihiperglikemik sehingga
dapat digunakan sebagai pembanding terhadap zat yang diuji.
Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan
dengan galur Swiss sebanyak 30 ekor. Mencit yang digunakan dalam kondisi
sehat, umur 2-3 bulan, dan dengan berat badan 20-30 gram. Hewan uji terlebih
dahulu dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberikan air minum. Hewan uji
kemudian diadaptasikan di lingkungan tempat penelitian selama 18-24 jam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Perlakuan hewan uji
Pengelompokan hewan uji dilakukan dengan cara membagi 30 mencit ke
dalam 6 kelompok yang terdiri dari 5 hewan uji secara acak setiap kelompoknya,
Kelompok I diberikan akarbosa dengan dosis 80 mg/KgBB sebagai kontrol
positif. Kelompok II diberikan aquades sebagai kontrol negatif. Kelompok III
diberikan larutan sukrosa sebagai kontrol gula. Kelompok IV, V, dan VI diberikan
infusa kulit Arachis hypogaea L. sebagai perlakuan dengan menggunakan 3
peringkat dosis yang berbeda, yaitu 833,3; 1666,7; dan 3333,3 mg/KgBB.
Perlakuan setiap kelompok dilakukan secara peroral pada mencit. Kelompok III,
IV, V, dan VI diberikan larutan sukrosa dengan konsentrasi 12% secara peroral 30
menit setelah perlakuan. Kadar gula darah mencit diukur pada menit ke-0 sebelum
pemberian sukrosa dan pada menit ke-15, 30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian
sukrosa. Ayala et al. (2010) menyatakan bahwa protokol metode Uji Toleransi
Glukosa Oral (UTGO) dilakukan dengan pembebanan glukosa pada hewan uji
setelah dipuasakan dengan kadar glukosa darah yang diambil selama rentang 2
jam dengan interval waktu 15 sampai 30 menit. Darah mencit diambil dari ekor
mencit (vena lateralis), dan hasilnya dicek dengan menggunakan alat pengukur
gula darah. Setelah kadar gula darah diperoleh, dibuat grafik nilai kadar gula
darah vs kurva menit ke-0 hingga menit ke-120 menggunakan metode trapesium
(AUC t0-tn) dengan formula sebagai berikut:
𝐴𝑈𝐶 0− =
𝑥 (𝐶0+𝐶1) +
𝑥 (𝐶1+𝐶2) +
𝑥 (𝐶 −1+𝐶 )
Catatan :
t : waktu (menit)
C : kadar gula darah (mg/dL)
𝐴𝑈𝐶 0− = luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 hingga ke-n
Selain itu, dilakukan perhitungan % Penurunan Kadar Gula Darah
(%PKGD), yang ditentukan dengan formula sebagai berikut:
[ (𝐴𝑈𝐶 𝐴𝑈𝐶
𝐴𝑈𝐶 𝐴𝑈𝐶 )] 𝑥
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Analisis Statistik
Hasil data gula darah dari formula AUC t0-tn dianalisis secara statistik
dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas data. Apabila data
terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji Levene Test untuk melihat
varian data. Apabila data memiliki varian yang sama, maka analisis statistik
dilanjutkan dengan uji One-Way ANOVA untuk melihat perbedaan antar
kelompok yang kemudian dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Bonferroni. Apabila
data memiliki varian yang berbeda, maka dilanjutkan dengan uji Post-Hoc
Tamhane’s. Jika hasil akhir didapatkan nilai p<0,05, maka terdapat perbedaan
rerata yang bermakna antara 2 kelompok data, dan jika hasil akhir didapatkan nilai
p>0,05, maka terdapat perbedaan rerata yang tidak bermakna antara 2 kelompok
data (Dahlan, 2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek
antihiperglikemik yang dihasilkan dari pemberian sediaan infusa kulit kacang
tanah. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik, Fakultas
Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dengan nomor referensi
KE/FK/0838/EC/2020.
Telah dilakukan determinasi pada kulit kacang tanah segar yang telah
dikumpulkan. Determinasi dilakukan di Laboratorium Kebun Tanaman Obat
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil determinasi
dengan nomor referensi 622/LKTO/Far-USD/XII/2020 menyatakan bahwa
spesimen tumbuhan yang digunakan pada penelitian adalah benar-benar kulit
kacang tanah (Arachis hypogaea L.).
Kulit kacang tanah yang telah kering kemudian diserbuk, diayak, dan
diukur % kadar airnya menggunakan instrumen Moisture Balance. Tujuan dari
penetapan kadar air adalah untuk mengetahui besarnya kandungan air di dalam
simplisia, hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminasi dalam
simplisia tersebut. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air ≤ 10%,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sehingga dapat memperpanjang daya tahan simplisia dalam proses penyimpanan
(Handayani, Wirasutisna, and Insanu, 2017). Moisture Balance dipilih karena
memiliki beberapa kelebihan, antara lain waktu pengujian yang cepat (dalam
waktu 3-15 menit), cara pengoperasian yang mudah, serta mengurangi human
error saat pengukuran (Kumalasari, 2012). Serbuk kulit kacang tanah yang telah
dibuat memiliki % kadar air sebesar 9,293%. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa serbuk kulit kacang tanah yang dibuat sudah sesuai dengan
persyaratan kadar air yang baik, yaitu ≤ 10% (Direktorat Obat Asli Indonesia,
2010).
Skrining fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain uji
tabung dan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Tujuan dilakukan skrining
fitokimia adalah untuk mengetahui keberadaan kandungan metabolit sekunder
yang terdapat di dalam sediaan infusa kulit kacang tanah. Uji Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) merupakan uji yang dilakukan untuk menegaskan hasil uji tabung
(Kumalasari and Sulistyani, 2011). Skrining fitokimia yang dilakukan pada
penelitian ini meliputi senyawa flavonoid, saponin, dan tanin. Hasil skrining
fitokimia yang didapatkan dari uji tabung yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel I. Hasil skrining fitokimia uji tabung flavonoid, saponin, dan tanin
pada infusa kulit kacang tanah (Arachis hypogaea L.)
Metabolit
Sekunder
Pengujian Hasil Kesimpulan
Flavonoid 1 mL sediaan + 1
gram serbuk
magnesium +
beberapa tetes
larutan HCl pekat
Perubahan warna menjadi
kemerahan
(+)
Saponin 1 mL sediaan + 2
mL air panas dan
digojog kuat
Terbentuknya busa stabil
setinggi 3 cm selama
beberapa menit dan busa
tidak hilang setelah diberi
HCl 2 N
(+)
Tanin 1 mL sediaan +
beberapa tetes FeCl3
10%
Perubahan warna menjadi
biru tua
(+)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Berdasarkan hasil uji tabung pada Tabel I, dapat disimpulkan bahwa
sediaan infusa kulit kacang tanah yang dibuat memiliki kandungan metabolit
sekunder flavonoid, saponin, dan tanin.
Tabel II. Hasil Uji KLT Flavonoid Infusa Kulit Kacang Tanah dengan Fase
Gerak Metanol : Air (13,5 : 10)
Bercak Deteksi sebelum diuap
amonia
Deteksi setelah diuap
amonia
Rf Hasil
Visibel UV254 Visibel UV254
Rutin Kuning Kuning Cokelat Cokelat 0,95 (+)
Infusa
Kulit
Kacang
Tanah
Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat 0,71 (+)
Tabel III. Hasil Uji KLT Saponin Infusa Kulit Kacang Tanah dengan Fase
Gerak Kloroform : Metanol (9 : 1)
Bercak Deteksi sebelum
disemprot Lieberman
Burchard
Deteksi setelah
disemprot Lieberman
Burchard
Rf Hasil
Visibel UV254 Visibel UV254
Saponin Tidak
tampak
Tidak
tampak
Tidak
tampak
Tidak
tampak
- -
Infusa
Kulit
Kacang
Tanah
Cokelat Cokelat Biru Biru 0,16 -
Tabel IV. Hasil Uji KLT Tanin Infusa Kulit Kacang Tanah dengan Fase
Gerak Metanol : Air (32,3 : 1)
Bercak Deteksi sebelum
disemprot FeCl3
Deteksi setelah
disemprot FeCl3
Rf Hasil
Visibel UV254 Visibel UV254
Asam
tanat
Jingga Tidak
tampak
Cokelat Cokelat - -
Infusa
Kulit
Kacang
Tanah
Cokelat Cokelat Cokelat Cokelat 0,16 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Skrining fitokimia dilanjutkan dengan pengujian Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) dengan menggunakan baku pembanding dan deteksi di bawah lampu
UV 254 nm. Pada pengujian Kromatografi Lapis Tipis (KLT) senyawa flavonoid,
digunakan rutin sebagai baku pembanding. Rutin merupakan glikosida kuersetin
dengan disakarida yang terdiri dari glukosa dan rhamnosa. Larutan standar rutin
digunakan sebagai pembanding karena rutin merupakan flavonoid yang paling
sering ditemukan dalam tanaman dalam bentuk glikosida seperti kuersetin-3-
rutinosida (Azizah et al., 2020). Hasil yang didapatkan berupa nilai Rf, dimana
nilai Rf rutin adalah 0,95 cm, sedangkan nilai Rf infusa kulit kacang tanah adalah
0,71 cm. Pada pengujian tabung flavonoid, didapatkan hasil (+) karena terjadi
perubahan warna dari coklat tua menjadi kemerahan. Dari kedua pengujian
tersebut, belum dapat dipastikan bahwa infusa kulit kacang tanah mengandung
senyawa flavonoid. Perlu dilakukan kembali pengujian flavonoid menggunakan
komposisi pelarut lain dan baku senyawa flavonoid lain untuk dapat menegaskan
kandungan flavonoid yang terkandung di dalam infusa kulit kacang tanah.
Skrining fitokimia KLT yang dilakukan pada senyawa saponin
menggunakan baku saponin sebagai pembanding. Nilai Rf yang didapatkan dari
infusa kulit kacang tanah adalah 0,16, tetapi tidak ditemukan bercak pada baku
saponin yang digunakan. Pada pengujian tabung saponin, didapatkan hasil (+)
yang ditandai dengan adanya busa stabil setinggi 3 cm dan busa tidak hilang
setelah diberikan HCl 2 N. Berdasarkan hasil tersebut, belum dapat dipastikan
bahwa di dalam infusa kulit kacang tanah terkandung saponin. Oleh karena itu
perlu dilakukan kembali optimasi terkait penggunaan fase gerak yang sesuai untuk
dapat mengelusi senyawa saponin.
Pada pengujian KLT senyawa tanin, digunakan baku asam tanat sebagai
pembanding. Nilai Rf yang didapatkan dari infusa kulit kacang tanah adalah 0,8
dan nilai Rf yang didapatkan dari baku pembanding asam tanat adalah 0,87.
Peninjauan dari hasil Rf infusa kulit kacang tanah mendekati hasil Rf dari baku
pembanding tanin, yang menandakan bahwa infusa kulit kacang tanah diduga
memiliki kandungan tanin. Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji tabung tanin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
infusa kulit kacang tanah, dimana dengan adanya penambahan beberapa tetes
FeCl3 10% terjadi perubahan warna menjadi biru tua.
Gambar 1. Bercak pengujian KLT (a) flavonoid, (b) saponin, dan (c) tanin.
Penelitian ini menggunakan metode Uji Toleransi Gula Oral (UTGO).
Prinsip dari metode UTGO adalah dengan memuasakan hewan uji semalaman
(±18 jam) namun tetap diberi minum agar gula darah stabil dan tidak terdapat
perubahan kadar gula darah karena asupan makanan (Nugrahani, 2012), kemudian
hewan uji akan dibebankan gula 30 menit setelah pemberian substansi
antidiabetes. Gula yang digunakan pada penelitian ini adalah sukrosa. Sukrosa
merupakan suatu disakarida yang dihidrolisis oleh enzim sukrase menjadi glukosa
dan fruktosa. Enzim sukrase merupakan enzim yang menyerupai enzim α-
glukosidase. Glukosa hasil hidrolisis akan diabsorbsi oleh usus halus dan
diedarkan ke seluruh tubuh, dimana dalam waktu 30 menit setelah pemberian,
sukrosa dapat meningkatkan kadar gula darah (Anderson, 2003; Srujana et al.,
2019). Dosis sukrosa yang digunakan untuk menginduksi kenaikan gula darah
hewan uji mengacu pada penelitian Gunawan-Puteri et al. (2018), yaitu 4
g/KgBB.
(a) (b) (c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 2. Kurva Hubungan antara Waktu dengan Rata-Rata Kadar Gula
Darah
Gambar 2. menunjukkan profil kenaikan kadar gula darah pada masing-
masing kelompok sebelum dan sesudah perlakuan. Kelompok kontrol sukrosa
mengalami kenaikan kadar gula darah 2 kali lipat pada 15 menit pertama, yang
kemudian berangsur-angsur menurun pada menit selanjutnya. Kadar gula darah
yang terukur pada masing-masing kelompok dilakukan perhitungan nilai Area
Under Curve (AUC) dari menit ke-0 sampai menit ke-120 dengan metode
trapezoid.
Tabel V. Data Rerata Nilai AUC0-120 dari Masing-Masing Kelompok
Kelompok Perlakuan Rerata AUC
(mg.menit/dL) ± SD
%PKGD
Kontrol Negatif 9637,5 ± 1276,81 -
Kontrol Sukrosa 22173 ± 1114,6 -
Kontrol Akarbosa + sukrosa 11781 ± 610,81 82,9
IKKT 833,3 mg/KgBB + sukrosa 16069,5 ± 1608,96 48,69
IKKT 1666,7 mg/KgBB + sukrosa 15732 ± 1305,02 51,38
IKKT 3333,3 mg/KgBB + sukrosa 14728,5 ± 1657,964 59,39
Keterangan:
SD : Standar deviasi
%PKGD : % Penurunan kadar gula darah
IKKT : Infusa kulit kacang tanah
0
50
100
150
200
250
0 15 30 60 90 120
Rat
a-ra
ta k
adar
gula
dar
ah (
mg/d
L)
Waktu (menit)
Waktu vs Rata-Rata Kadar Gula Darah
Kontrol Negatif
Kontrol Sukrosa
Kontrol Akarbosa +sukrosa
IKKT 833,34 mg/kgBB +sukrosa
IKKT 1666,67 mg/kgBB +sukrosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel VI. Hasil Uji Post-Hoc Bonferroni AUC0-120 Kadar Gula Darah Mencit
Kontrol
Negatif
Kontrol
Sukrosa
Kontrol
Akarbosa
+ sukrosa
IKKT
833,3
mg/KgBB
+ sukrosa
IKKT
1666,7
mg/KgBB
+ sukrosa
IKKT
3333,3
mg/KgBB
+ sukrosa
Kontrol
Negatif
BB BTB BB BB BB
Kontrol
Sukrosa
BB BB BB BB BB
Kontrol
Akarbosa
+ sukrosa
BTB BB BB BB BB
IKKT
833,3
mg/KgBB
+ sukrosa
BB BB BB BTB BTB
IKKT
1666,7
mg/KgBB
+ sukrosa
BB BB BB BTB BTB
IKKT
3333,3
mg/KgBB
+ sukrosa
BB BB BB BTB BTB
Keterangan:
BB : Berbeda bermakna (p<0,05)
BTB : Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
IKKT : Infusa kulit kacang tanah
Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu aquadest.
Aquadest digunakan sebagai pelarut dari perlakuan yang digunakan pada
penelitian ini, antara lain pelarut sukrosa, akarbosa, dan sediaan infusa.
Berdasarkan pada Tabel V. rerata AUC0-120 kelompok kontrol negatif (aquadest)
didapatkan AUC sebesar 9637,5 mg.menit/dL ± 1276,81. Pada Gambar 2. juga
dapat dilihat bahwa kadar gula darah mencit kelompok kontrol negatif relatif
konstan dari menit ke-0 hingga menit ke-120. Hasil ini menunjukkan bahwa
penggunaan aquadest tidak mempengaruhi hasil pengukuran kadar gula darah
hewan uji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Sukrosa digunakan sebagai agen penginduksi kenaikan kadar gula darah
hewan uji. Berdasarkan pada Tabel V. rerata AUC0-120 kelompok kontrol sukrosa
didapatkan AUC sebesar 22173 mg.menit/dL dengan SD ± 1114,6. Hasil analisis
statistik dari AUC0-120 pada Tabel VI. menunjukkan bahwa kelompok kontrol
sukrosa berbeda bermakna terhadap kontrol negatif (aquadest). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa sukrosa dapat meningkatkan kadar gula darah hewan uji
yang terlihat pada menit ke-15, dimana kelompok kontrol sukrosa mengalami
kenaikan kadar gula darah yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol
negatif yang kemudian pada menit ke-30 hingga menit ke-120 berangsur-angsur
mengalami penurunan.
Akarbosa digunakan dalam penelitian ini sebagai kontrol positif karena
terbukti mampu menurunkan kadar gula darah. Berdasarkan pada Tabel V. rerata
AUC0-120 kelompok kontrol akarbosa didapatkan AUC sebesar 11781
mg.menit/dL dengan SD ± 610,81. Secara statistik, jika kelompok kontrol
akarbosa dibandingkan dengan kontrol sukrosa didapatkan hasil berbeda
bermakna dan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif menunjukkan
hasil berbeda tidak bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa akarbosa dapat
menurunkan kadar gula darah serta dapat menurunkan kadar gula darah setara
dengan keadaan normal pada hewan uji.
Perlakuan infusa kulit kacang tanah dilakukan dengan
mengadministrasikan sediaan yang terbagi menjadi 3 peringkat dosis secara
berturut-turut, yaitu dosis tinggi (3333,3 mg/KgBB), dosis sedang (1666,7
mg/KgBB), dan dosis rendah (833,3 mg/KgBB). Tujuan dari dilakukannya
kelompok perlakuan ini adalah untuk mengetahui dan membandingkan efek
antihiperglikemik dari sediaan yang dibuat.
Berdasarkan pada Tabel V. rerata AUC0-120 serta %PKGD dari infusa
kulit kacang tanah dosis rendah (833,3 mg/KgBB) didapatkan hasil AUC sebesar
16069,5 mg.menit/dL ± 1608,96 dengan %PKGD sebesar 48,69%. Jika hasil
tersebut dibandingkan secara statistik terhadap kelompok kontrol sukrosa,
didapatkan nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok perlakuan infusa kulit kacang tanah dosis rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terhadap kelompok kontrol sukrosa. Apabila hasil dibandingkan secara statistik
dengan kelompok kontrol negatif, didapatkan nilai p=0,000 yang menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan infusa kulit
kacang tanah dosis rendah terhadap kelompok kontrol negatif. Dari hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa infusa kulit kacang tanah dosis rendah dapat
memberikan efek antihiperglikemik pada hewan uji yang terbebani sukrosa, tetapi
belum mampu memberikan efek antihiperglikemik yang setara dengan kondisi
normal. Apabila rerata AUC0-120 tersebut dibandingkan secara statistik dengan
kelompok kontrol akarbosa, didapatkan nilai p=0,000, menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan infusa kulit kacang
tanah dosis rendah terhadap kelompok kontrol akarbosa. Ini berarti kemampuan
penurunan kadar gula darah dari infusa kulit kacang tanah dosis rendah belum
setara dengan akarbosa.
Pada kelompok infusa kulit kacang tanah dosis sedang (1666,7
mg/KgBB) didapatkan rerata AUC0-120 serta %PKGD berturut-turut sebesar 15732
mg.menit/dL ± 1305,02 dengan %PKGD sebesar 51,38%. Secara statistik,
kelompok infusa kulit kacang tanah dosis sedang menunjukkan perbedaan yang
bermakna terhadap kelompok kontrol sukrosa dan kelompok kontrol negatif,
dengan nilai p masing-masing 0,000. Jika ditarik kesimpulan, infusa kulit kacang
tanah dosis sedang dapat memberikan efek antihiperglikemik pada hewan uji yang
terbebani sukrosa, tetapi belum mampu memberikan efek antihiperglikemik yang
setara dengan kondisi normal. Apabila rerata AUC0-120 kelompok ini
dibandingkan dengan kelompok kontrol akarbosa, didapatkan nilai p=0,001,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok ini
dengan kelompok kontrol akarbosa, yang menandakan bahwa efek penurunan
kadar gula darah yang dihasilkan dari infusa kulit kacang tanah dosis sedang
belum setara dengan efek yang dihasilkan dari akarbosa dalam menurunkan kadar
gula darah.
Nilai rerata AUC0-120 dari infusa kulit kacang tanah dosis tinggi (3333,3
mg/KgBB) didapatkan hasil AUC sebesar 14728,5 mg.menit/dL ± 1657,64
dengan %PKGD sebesar 59,39%. Secara statistik, kelompok ini jika dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
terhadap kelompok kontrol sukrosa dan kelompok kontrol negatif, didapatkan
nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok perlakuan infusa kulit kacang tanah dosis tinggi terhadap kelompok
kontrol sukrosa dan kelompok kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa infusa
kulit kacang tanah dosis tinggi dapat memberikan efek antihiperglikemik pada
hewan uji yang terbebani sukrosa, tetapi belum mampu memberikan efek
antihiperglikemik yang setara dengan kondisi normal. Jika hasil rerata AUC0-120
kelompok ini dibandingkan secara statistik dengan kelompok kontrol akarbosa,
didapatkan nilai p=0,024, yang mana memberikan perbedaan tidak bermakna,
oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa infusa kulit kacang tanah dosis tinggi
memiliki efek antihiperglikemik lebih rendah dibandingkan dengan efek
antihiperglikemik yang dihasilkan oleh akarbosa.
Perlakuan 3 peringkat dosis yang berbeda akan dibandingkan satu sama
lain untuk mengetahui apakah ada perbedaan efek antihiperglikemik dari ke-3
dosis infusa kulit kacang tanah. Berdasarkan pada analisis statistik, jika infusa
kulit kacang tanah dosis rendah dibandingkan dengan infusa kulit kacang tanah
dosis sedang didapatkan nilai p=1,000 dan jika dibandingkan dengan infusa kulit
kacang tanah dosis tinggi didapatkan nilai p=1,000. Dari hasil analisis statistik
tersebut, infusa kulit kacang tanah dosis rendah memberikan perbedaan yang tidak
bermakna secara statistik jika dibandingkan dengan infusa kulit kacang tanah
dosis sedang dan dosis tinggi. Hasil rerata AUC0-120 yang didapatkan dari infusa
kulit kacang tanah dosis sedang apabila dibandingkan secara statistik dengan
infusa kulit kacang tanah dosis tinggi didapatkan nilai p=1,000, yang menandakan
bahwa infusa kulit kacang tanah dosis sedang memberikan perbedaan yang tidak
bermakna secara statistik jika dibandingkan dengan infusa kulit kacang tanah
dosis tinggi. Hasil penelitian Sari and Maimunah (2005) menunjukkan bahwa ke-
3 peringkat dosis infusa kulit kacang tanah (1,5 g/KgBB, 3 g/KgBB, dan 6
g/KgBB) memberikan perbedaan tidak bermakna secara statistik satu sama lain.
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara peningkatan
dosis terhadap efek antihiperglikemik yang ditimbulkan dari pemberian infusa
kulit kacang tanah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Dosis efektif adalah dosis perlakuan yang memberikan penurunan kadar
glukosa darah yang memberikan perbedaan bermakna terhadap kontrol gula dan
perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol normal. Secara statistik, ke-3
peringkat dosis infusa kulit kacang tanah menunjukkan perbedaan bermakna
terhadap kontrol negatif (aquadest). Jika dibandingkan dengan penelitian Sari and
Maimunah (2005), ke-3 peringkat dosis infusa kulit kacang tanah (1,5 g/KgBB, 3
g/KgBB, dan 6 g/KgBB) juga memberikan perbedaan bermakna terhadap kontrol
negatif. Dari hasil tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ke-3 peringkat dosis
infusa kulit kacang tanah mampu memberikan efek antihiperglikemik akan tetapi
efek yang dihasilkan belum setara dengan keadaan normal, sehingga tidak
ditemukan dosis efektif dalam penelitian ini.
Penapisan fitokimia yang telah dilakukan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa infusa kulit kacang tanah kemungkinan mengandung
senyawa flavonoid, saponin, dan tanin. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Velu et al. (2015) dan AL-Azawi and Salih (2019) menunjukkan
bahwa ekstrak air dari kulit kacang tanah mengandung senyawa flavonoid,
saponin dan tanin. Flavonoid, saponin, dan tanin memiliki mekanisme dalam
menurunkan kadar gula darah dengan penghambatan enzim α-amilase dan α-
glukosidase, sehingga hidrolisis disakarida dan oligosakarida menjadi
monosakarida di dalam usus halus terganggu, oleh karena itu senyawa-senyawa
ini berpotensi menjadi kandidat dalam manajemen hiperglikemia, khususnya
hiperglikemia post-prandial (Barky et al., 2017; Hussain and Marouf, 2013;
Kumari and Jain, 2012). Flavonoid, saponin, dan tanin dalam sediaan infusa kulit
kacang tanah diduga memiliki aktivitas antihiperglikemik. Pada penelitian ini
belum dilakukan pengujian lebih lanjut mengenai senyawa flavonoid, saponin,
dan tanin spesifik serta kadar senyawa aktif di dalam sediaan infusa kulit kacang
tanah, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kadar senyawa aktif
dan senyawa spesifik yang terkandung di dalam kulit kacang tanah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infusa kulit kacang tanah
memiliki aktivitas antihiperglikemik pada mencit jantan galur Swiss yang
terbebani sukrosa, dengan persentase penurunan kadar gula darah dosis rendah
(833,3 mg/KgBB), dosis sedang (1666,7 mg/KgBB), dan dosis tinggi (3333,3
mg/KgBB) secara berturut-turut 48,69; 51,38; dan 59,39. Dalam penelitian ini,
tidak ditemukan dosis efektif yang mampu memberikan efek antihiperglikemik
berbeda tidak bermakna terhadap keadaan normal.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar dan
kandungan senyawa spesifik di dalam kulit kacang tanah yang bertanggung jawab
dalam memberikan efek antihiperglikemik serta metode ekstraksi lain untuk
mengetahui keefektifan antihiperglikemik dari kulit kacang tanah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W., Nurhamidah, and Handayani, D., 2017. Skrining Fitokimia dan
Aktivitas Antioksidan Beberapa Fraksi Dari Kulit Batang Jarak
(Ricinus communis L.). ALOTROP Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia.
1(2), 117-122.
AL-Azawi, A. H., and Salih, H. H., 2019. Pancreatic Protective and Therapeutic
Effect of Arachis hypogaea Skin Extracts Against Carbon Tetrachloride
(CCl4) in Mice. International Research Journal of Pharmacy. 10(4).
36-42.
Anderson, G. H., 2003. Encyclopedia of Food Sciences and Nutrition. Academic
Press, USA, pp. 5461-5465.
Arifin, B., and Ibrahim, S., 2018. Struktur, Bioaktivitas, dan Antioksidan
Flavonoid. Jurnal Zarah. 6(1), 21-29.
Atmojo, R. D., Arifian, H., Ibrahim, A., and Rusli, R., 2016. Aktivitas Penurunan
Gula Darah Kombinasi Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosipon
aristatus) dan Ekstrak Daun Insulin (Tithonia diversivolia) Terhadap
Mencit (Mus musculus). Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian. 4,
275-279.
Ayala, J. E., et al., 2010. Standard operating procedures for describing and
performing metabolic tests of glucose homeostasis in mice. Dis Model
Mech. 3(9-10). 525-534.
Azizah, Z., et al., 2020. Penetapan Kadar Flavonoid Rutin pada Daun Ubi Kayu
(Manihot Esculenta Crantz) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak.
Jurnal Farmasi Higea. 12(1). 90-98.
Balakhrisna, T., Vidyadhara, S., Sasidhar, R. L. C., Ruchitha, B., and Prathyusha,
E. V., 2016. A Review On Extraction Techniques. Indo American
Journal of Pharmaceutical Sciences. 3(8). 880-891.
Baynest, H. W., 2015. Classification, Pathophysiology, Diagnosis, and
Management of Diabetes Mellitus. J Diabetes Metab. 6(5), 1-9.
Barky, A. R. E., et al., 2017. Saponins and their potential role in diabetes mellitus.
Diabetes Management. 7(1). 148-158.
CABI, 2020. Arachis hypogaea (groundnut).
https://www.cabi.org/isc/datasheet/6932#toPictures, diakses pada
tanggal 8 Januari 2020.
Cho, N. H., Shaw, J. E., Karuranga, S., Huang, Y., da Rocha Fernandes, J. D.,
Ohlrogge, A. W., and Malanda, B., 2018. IDF Diabetes Atlas: Global
estimates of diabetes prevalence for 2017 and projections for 2045.
Diabetes Research and Clinical Practice. 138(2018), 272.
Chukwumah, Y., Walker, L. T., and Verghese, M., 2009. Peanut Skin Color: A
Biomarker for Total Polyphenolic Content and Antioxidative Capacities
of Peanut Cultivars. International Journal of Molecular Sciences.
10(11), 4941-4952.
Dahlan, M. S., 2014. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Salemda
Medika, Jakarta, pp. 53-54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Diniatik, 2015. Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanolik Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.) Dengan Metode
Spektrofotometri. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi. 3(1). 1-5.
Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume 5. Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta, pp. 3.
Elsorady, M. E. I., and Ali, S. E., 2018. Antioxidant activity of roasted and
unroasted peanut skin extracts. International Food Research Journal.
25(1), 43-50.
Ensamory, M. L., Rahmawati, and Rousdy D. W., 2017. Aktivitas Antijamur
Infusa Kulit Buah Jeruk Siam (Citrus nobilis) Terhadap Aspergillus
niger EMP1 U2. Jurnal Labora Medika. 1(2), 6-13.
GBIF, 2006. Arachis hypogaea L., https://www.gbif.org/occurrence/1290985500.
Diakses pada tanggal 8 Januari 2020.
Gregory, J. M., Moore, D. J., and Simmons, J. H., 2013. Type 1 Diabetes
Mellitus. Pediatrics in Review. 34(5), 203-214.
Gunawan-Puteri, M. D. P. T., Rustandi, F., and Hendra, P., 2018. Aktivitas In
Vitro dan In Vivo Anti Hiperglikemia Dari Ekstrak Air Serai
(Cymbopogon citratus) yang Dikeringkan Dengan Metode Spray-
Drying. Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas. 15(2). 55-61.
Handayani, S., Wirasutisna, K. R., and Insanu, M., 2017. Penapisan Fitokimia dan
Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Mawar (Syzygium jambos Alston).
JF FIK UINAM. 5(3). 174-183.
Hanuraga, R. A., Agustina, N., Utan, A. N. S., and Hidayati, N., 2013. Kajian
Aktivitas Infusa Daun Mimba (Azadirachta indica JUSS.) Sebagai Obat
Herbal Pereda Osteoarthritis. Berkala Ilmiah Mahasiswa Farmasi
Indonesia. 2(1), 6-11.
Hartanti, D., Djalil, A. D., Yulianingsih, N., and Hamad, A., 2019. The Effect of
Infusion of Syzygium polyanthun (Wight) Walp. Leaves as Natural
Preservatives Chicken Meats. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 9(1). 19-
27.
Haryoto, Yuliati, K. S., and Wahyuningtyas, N., 2010. Efek Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Tikus Putih
Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Karagenin. PHARMACON. 11(1),
7-12.
Husain, S. A, and Marouf, B. H., 2013. Flavonoids as alternatives in treatment of
type 2 diabetes mellitus. Academia Journal of Medicinal Plants. 1(2).
31-36.
Hussein, A., Shedeed, N., Kalek, H. A., and Din, M. S. E., 2011. Antioxidative,
Antibacterial and Antifungal Activities of Tea Infusions from Berry
Leaves, Carob and Doum. Polish Journal of Food and Nutrition
Sciences. 61(3), 201-209.
Indrawati, S., Yuliet, and Ihwan, 2015. Efek Antidiabetes Ekstrak Air Kulit Buah
Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) Terhadap Mencit (Mus musculus)
Model Hiperglikemia. GALENIKA Journal of Pharmacy. 2(1). 133-140.
Jensen, T. L., Kiersgaard, M. K., Sorensen, D. B., and Mikkelsen, L. F., 2013.
Fasting of mice: a review. Laboratory Animals. 47(4), 225-240.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Junior, I. K. P., Swastini, D. A., and Leliqia, N. P. E., 2014. Pengaruh Pemberian
Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah Dengan Metode Maserasi Terhadap
Profil Lipid Pada Tikus Sprague Dawley Diet Lemak Tinggi. Jurnal
Farmasi Udayana. 3(2), 19.
Kim, H. H., Kang, Y. R., Lee, J. Y., Chang, H. B., Lee, K. W., Apostolidis, E.,
and Kwon, Y. I., 2018. The Postprandial Anti-Hyperglycemic Effect of
Pyridoxine and Its Derivative Using In Vitro and In Vivo Animal
Models. Nutrients. 10(285), 1-11.
Kumalawati, E., and Sulistyani, N., 2011. Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol
Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) Terhadap
Candida albicans Serta Skrining Fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian.
1(2). 51-62.
Kuldeep, S., Rao, C. V., Zeashan, H., and Ritu, P., 2014. Evaluation of in-vivo
antioxidant and oral glucose tolerance test of ethanolic extract of
Calotropis gigantea Linn. against streptozocin-induced diabetic rats.
Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry. 2(5), 59-65.
Kumalasari, H., 2012. Validasi Metode Pengukuran Kadar Air Bubuk Perisa
Menggunakan Moisture Analyzer Halogen HB43-s sebagai Alternatif
Metode Oven dan Karl Fischer. IPB Press, Bogor.
Kumalasari, E., and Sulistiyani, N., 2012. Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol
Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) Terhadap
Candida albicans Serta Skrining Fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian.
1(2). 51-62.
Kumari, M., and Jain, S., 2012. Tannin: An Antinutrient with Positive Effect to
Manage Diabetes. Research Journal of Recent Sciences. 1(12). 1-8.
Kuo, S. C., Li, Y., and Cheng, J. T., 2018. Glucose Tolerance Test Applied in
Screening of Anti-Diabetic Agents (S). Current Research in Diabetes &
Obesity Journal. 7(4), 1-3.
Ningsih, I. Y., 2015. Peran Studi Etnofarmasi dalam Pencarian Tumbuhan Obat
yang Berpotensi Dikembangkan Sebagai Antidiabetes. Pharmacy.
12(1), 41.
Nugrahani, S. S., 2012. Ekstrak Akar, Batang, dan Daun Herba Meniran Dalam
Menurunkan Kadar Glukosa Darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
8(1). 51-59.
Maffetone, A., Rinaldi, M., and Fontanella, A., 2018. Postprandial hyperglicemia:
a new frontier in diabetes management?. Italian Journal of Medicine.
12(961), 108-115.
Malik, M. I., Nasrul, E., dan Asterina, 2015. Hubungan Hiperglikemia dengan
Prothrombin Time pada Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi
Aloksan. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(1), 183.
PERKENI, 2015. Konsensus: Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia, PB Perkeni, Jakarta, pp. 1.
Piero, N. M., Murugi, N. J., Mwiti, K. C., and Mwenda, M. P., 2012.
Pharmacological Management of Diabetes Mellitus. Asian Journal of
Biochemical and Pharmaceutical Research. 2(2), 375.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014. InfoDATIN: Situasi
dan Analisa Diabetes. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Putri, T. A., Ruyani, A., and Nugraheni, E., 2017. Uji Efek Pemberian Ekstrak
Metanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) terhadap Kadar Glukosa
dan Trigliserida Darah Mencit (Mus musculus) yang Diinduksi Sukrosa.
Jurnal Kedokteran Raflesia. 3(1). 94-107.
Rohmah, J., Rini, C. S., and Wulandari, F. E., 2019. Uji Aktivitas Sitotoksik
Ekstrak Selada Merah (Lactuca sativa var. Crispa) Pada Berbagai
Pelarut Ekstraksi Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test).
Jurnal Kimia Riset. 4(1). 18-32.
Sandra, M. C. F., and Budiman, I., 2011. Efek Fruktosa dan Glukosa terhadap
Kadar Trigliserida Plasma. JKM. 11(1), 39-47.
Sari, I. P., and Maimunah, U., 2005. Efek Hipoglikemik Infus Kulit Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Tikus Putih Jantan (Wistar) yang
Dibebani Glukosa. Gerbang Inovasi. 20, 15-18.
Setiawan, A. A., Noviyanto, F., and Ningsih, D. S., 2015. Uji Metabolit Sekunder
Air Perasan Kulit Buah Naga Daging Putih (Hylocereus undantus)
Serta Profil Kromatogramnya. Farmagazine. 2(1). 30-34.
Sihombing, M., and Raflizar. 2010. Status Gizi dan Fungsi Hati Mencit (Galur
CBS-Swiss) dan Tikus Putih (Galur Wistar) di Laboratorium Hewan
Percobaan Puslitbang Biomedis dan Farmasi. Media Litbang
Kesehatan. 20(1), 33-40.
Srujana, M . S., Thota, R. S. P., Anand, A., Anusha, K., Zehra, A., Prasad, K.,
Babu, K. S., and Tiwari, A. K., 2019. Raphanus sativus (Linn.) fresh
juice priming moderates sucrose-induced postprandial glycemia as well
as postprandial glycemic excursion in rats. Indian Journal of
Traditional Knowledge. 18(2), 339-345.
Sulastri, T., 2009. Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol pada Biji
Pinang Sirih (Areca catechu. L). Jurnal Chemica. 10(1), 59-63.
Susilawati, E., Adnyana, I. K., and Fisheri, N., 2016. Kajian Aktivitas
Antidiabetes dari Ekstrak Etanol dan Fraksinya dari Daun Singalawang
(Petiveria alliacea L.). Pharmacy. 182-191.
Sutrisna, E. M., Wahyuni, A. S., and Setiani, L. A., 2010. Efek Infusa Daging
Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Sceff.) Boerl.) Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit Putih Jantan yang Diinduksi
Dengan Potassium Oxonate. PHARMACON. 11(1), 19-24.
Trustinah, 2015. Morfologi dan Pertumbuhan Kacang Tanah. Monograf Balitkabi
No. 13, Malang, pp. 40-47.
Velu, K., Elumalai, D., Hemalatha, P., Babu, M., Janaki, A., and Kaleena, P. K.,
2015. Phytochemical screening and larvicidal activity of peel extracts
of Arachis hypogaea againts chikungunya and malarial vectors.
International Journal of Mosquito Research. 2(1), 3.
Williams, R., et al., 2019. IDF Diabetes Atlas Ninth Edition 2019. IDF Diabetes
Atlas, Belgium, pp. 4-5.
Yadav, D. N., Yogesh, K., and Aswani, A., 2014. Antioxidant activity of Peanut
(Arachis hypogaea L.) Skin Extract: Application in Soybean and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Mustard Oil. International Journal of Food Processing Technology.
1(2), 26.
Yuda, P. E. S. K., et al., 2017. Skrining Fitokimia Dan Analisis Kromatografi
Lapis Tipis Ekstrak Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.).
Medicamento. 3(2). 61-70.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ethical Clearance dari Medical and Health Research
Ethnics Comittee (MHREC) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 2. Surat Pengesahan Determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 3. Surat Legalitas Analisis Data oleh Pusat Kajian CE&BU
Fakultas Kedokteran UGM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 4. Hasil Pengukuran % Kadar Air Serbuk Kulit Kacang Tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 5. Kacang Tanah Segar
Lampiran 6. Serbuk dan Larutan Infusa Kulit Kacang Tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 7. Hasil Uji Tabung Fitokimia
Kontrol uji tabung (infusa kulit kacang tanah)
Uji flavonoid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
A. Uji saponin, B. Kontrol
A B
Uji tanin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Lampiran 8. Hasil Uji KLT
A B
A
C
A
Uji KLT Flavonoid
Keterangan:
A. Baku rutin,
B. Infusa kulit kacang tanah,
C. Dekokta kulit kacang tanah
Uji KLT Saponin
Keterangan:
A. Baku saponin,
B. Infusa kulit kacang tanah,
C. Dekokta kulit kacang tanah
A B
A
C
A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
A B
A C
A
Uji KLT Tanin
Keterangan:
A. Baku tanin,
B. Infusa kulit kacang tanah,
C. Dekokta kulit kacang tanah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Lampiran 9. Perhitungan Dosis Infusa Kulit Arachis hypogaea L.
Penetapan peringkat dosis infusa kulit Arachis hypogaea L. didasarkan pada:
c. Bobot tertinggi mencit yaitu 30 gram
d. Volume maksimal pemberian infusa kulit Arachis hypogaea L. secara oral
pada mencit, yaitu 1 mL
e. Konsentrasi infusa kulit Arachis hypogaea L. yang dibuat, yaitu 10%
Penetapan dosis tertinggi infusa kulit Arachis hypogaea L. yaitu:
D x BB = C x V
D x 30 g = 10 g/100 mL x 1 mL
D x 30 g = 10 mg/mL x 1 mL
D = 0,3333 mg/gBB
D = 3333,3 mg/KgBB
Keterangan:
D : Dosis (mg/KgBB)
BB : Bobot badan mencit (gram)
C : Konsentrasi (mg/mL)
V : Volume (mL)
Dua peringkat dosis di bawah dosis tertinggi didapatkan dengan cara
membagi 2 dari dosis tertinggi yang sudah ditentukan, yaitu 3333,3 mg/KgBB.
Melalui perhitungan, didapatkan 3 peringkat dosis yaitu 833,3; 1666,7; dan
3333,3 mg/KgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 10. Pengukuran Kadar Gula Darah Mencit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Lampiran 11. Hasil Analisis dengan Uji Shapiro-Wilk, Uji Levene, Uji One-
Way ANOVA dan Uji Post-Hoc Bonferroni AUC0-120 Kontrol Normal, Kontrol
Sukrosa, Kontrol Akarbosa, dan 3 Kelompok Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Efek Antihiperglikemik Infusa
Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) pada Mencit
Jantan Galur Swiss yang Terbebani Sukrosa” memiliki
nama lengkap Ghozi Dafa Sadit, merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara. Penulis lahir di Magelang, tanggal
15 Juli 1999 dari pasangan Hary Kristiyanto dan Ari
Susanti. Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu
TK Pius X Magelang (2003 – 2005), SD Tarakanita
Magelang (2005 – 2011), SMP Tarakanita Magelang
(2011 – 2014), SMA Tarakanita Magelang (2014 –
2017). Pada tahun 2017, penulis melanjutkan pendidikan
sarjana di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Semasa menempuh kuliah, penulis aktif
berpartisipasi dalam kegiatan kepanitiaan antara lain anggota sie Table dan
Dekorasi Pharmacy Performance (2017 dan 2018), anggota sie Pendamping
Kelompok TITRASI (2018), dan anggota sie Pendaftaran FACTION#4 (2019).
Selain itu, penulis juga aktif sebagai asisten praktikum yaitu praktikum Biologi
Sel dan Molekuler (2018, 2019, dan 2020), Anatomi dan Fisiologi Manusia
(2019), dan Farmakologi Toksikologi (2019).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI