edit BAB I PE
-
Upload
riska-pasha -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
description
Transcript of edit BAB I PE
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Jumlah penderita dan luas daerah
penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk.1
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah yang cukup
serius di Jawa Tengah. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Jawa
Tengah pada tahun 2010, sebanyak 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit
penyakit DBD. 2
Kabupaten Jepara merupakan daerah yang memiliki jumlah kejadian DBD
yang cukup tinggi. Rekapitulasi data Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, dari
Januari sampai Desember 2014 terdapat 901 kasus dengan jumlah penderita
meninggal sebanyak 6 orang (0,6%) .3 Untuk tahun 2015 sendiri, bulan Februari
ini (1 Februari - 6 Februari) telah didapatkan 81 kasus penderita DBD
sekabupaten Jepara. 4
Di Kecamatan Pakis Aji, wilayah kerjanya mencakup 8 desa yaitu desa Slagi,
desa Mambak, desa Suwawal, desa Lebak, desa Bulungan, desa Plajan, desa
Kawak dan desa Tanjung.5 Pada tahun 2013 kasus Demam Berdarah tercatat
sebanyak 85 kasus, sedangkan pada tahun 2014 terdapat 119 kasus Demam
Berdarah Dengue.6
Desa Kawak merupakan salah satu desa wilayah kerja Puskesmas Pakis Aji
dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 4.324 jiwa. Menurut data yang
didapatkan dari Puskesmas Pakis Aji, di desa Kawak, pada tahun 2014 terdapat 7
kasus. PadaJanuari 2015 terdapat 2 kasus, sedangkan pada Februari tahun 2015 ini
ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue baru di Desa Kawak yang kemudian
akan segera ditindak lanjuti dengan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
1
sehingga kemungkinan penyebarluasan DBD dapat dibatasi. Hal tersebut
merupakan hal yang harus dilakukan pada setiap penemuan kasus baru DBD.6,7
Berdasarkan uraian di atas, maka penyelidikan epidemiologi ini dimaksudkan
untuk mengetahui penyebaran penyakit DBD lebih lanjut yang berada di Desa
Kawak, sehingga dapat mengetahui apakah ada penderita tambahan DBD serta
mengetahui keberadaan jentik nyamuk sebagai salah satu penyebab insidensi
kejadian kasus DBD. Keberadaan jentik nyamuk tersebut dapat diukur dengan
angka House Index (HI) yang menyatakan persentase rumah yang positif jentik
nyamuk dan angka Container Index (CI) yang menyatakan persentase tempat
penampungan air yang positif jentik nyamuk.8
B. BATASAN JUDUL
Laporan dengan judul “Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah
Dengue Periode 2015 Di Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten
Jepara Pada 12-21 Februari 2015” mempunyai batasan – batasan sebagai
berikut:
1. Penyelidikan Epidemiologi
Kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan
pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita dan
rumah/bangunan sekitarnya, termasuk tempat umum dalam radius
sekurang-kurangnya 100 meter.9
2. Demam Berdarah Dengue
Penyakit demam akut disertai manifestasi perdarahan yang bertendensi
menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, menyerang pada
anak usia < 15 tahun namun tidak tertutup kemungkinan menyerang orang
dewasa. Tanda- tanda penyakit ini adalah demam mendadak dan terus
menerus sampai dengan 7 hari tanpa sebab yang jelas, lemah, lesu,
gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit (petechiae),
lebam, ruam. Kadang-kadang mimisan, berak darah, dan kesadaran
menurun.10
3. Periode 2015 merupakan periode waktu penderita sakit DBD
2
4. Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara
Sasaran Penyelidikan Epidemiologi dan termasuk salah satu wilayah kerja
Puskesmas Pakis Aji
5. Pada 12-21 Februari 2015
Batasan waktu dilaksanakannya penyelidikan epidemiologi kasus DBD di
Desa Kawak.
C. BATASAN OPERASIONAL
1. Karakteristik Orang :
Kasus Demam Berdarah Dengue adalah penderita Demam Berdarah
Dengue dan tersangka Demam Berdarah Dengue.
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD): Penderita dengan
minimal 2 kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorium (menurut WHO
1997).
Tersangka DBD: Penderita dengan gejala klinis DBD namun tidak
memenuhi kriteria diagnosis (menurut WHO 1997).
2. Karakteristik Tempat :
Pemeriksaan jentik dilakukan di tempat penampungan air yang tidak
beralaskan tanah, seperti bak mandi, tempayan, kaleng bekas, ban
bekas, pot bunga, tempat minum burung, yang merupakan tempat
berkembangbiak larva dari nyamuk Aedes aegypti yang bergerak
aktif di air.
Pemeriksaan dilakukan sejauh radius 100 meter (+ 20 rumah)
sekeliling rumah penderita DBD.
Rumah : bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang
digunakan untuk usaha kecil seperti warung, toko, industri rumah.
Tempat Umum : Bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah,
musholla, rumah makan, pasar, dll.
3. Karakteristik Waktu :
3
Mencari penderita Demam Berdarah Dengue yang sakit dalam tahun
2015.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :
Lingkup Lokasi : Desa Kawak, Kecamatan Pakis Aji, Kabupaten Jepara
Lingkup Waktu : Tanggal 12-21 Februari 2015
Lingkup Sasaran : Warga Desa Kawak
Lingkup materi : Penyelidikan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Lingkup Metode : Wawancara, pengamatan langsung, dan pencatatan
E. TUJUAN
1. Tujuan umum : Mengetahui sumber penularan dan penyebaran Demam
Berdarah Dengue di Desa Kawakyang merupakan
wilayah kerja Puskesmas Pakis Aji, Kecamatan Pakis
Aji, Kabupaten Jepara.
2. Tujuan khusus :
a. Mendapatkan data tambahan atau tersangka penderita demam berdarah
di antara penderita demam berdarah di Desa Kawak, Kecamatan Pakis
Aji, Kabupaten Jepara periode 12-21 Februari 2015.
b. Mendapatkan data keberadaan jentik nyamuk penular di rumah
penderita dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-
kurangnya 100 meter dan dibandingkan dengan Angka House Index
standar Dinas Kesehatan Jepara, yaitu < 5%.
c. Mendapatkan data jumlah rumah bebas jentik di sekitar rumah
penderita rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya
100 meter dan dibandingkan dengan Angka Bebas Jentik sesuai standar
Dinas Kesehatan Jepara yaitu > 95%.
4
d. Mendapatkan data jumlah container positif jentik di sekitar rumah
penderita rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kurangnya
100 meter dan dibandingkan dengan Angka Container Indexsesuai
standar Dinas Kesehatan yaitu < 5%.
F. TINJAUAN PUSTAKA
1. Demam Berdarah Dengue
a. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Kedua jenis nyamuk ini terdapat pada hampir seluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang terjadi
baik pada anak maupun dewasa dengan gejala dan tanda utama yaitu
demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa sebab yang jelas, lemah,
lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit,
lebam, ruam. Kadang-kadang disertai dengan mimisan, berak darah, dan
kesadaran menurun.10
b. Morfologi Nyamuk Aedes Aegypti
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti
dibagi menjadi:10,11
1. Telur
Telur nyamuk ini berbentuk elips atau oval memanjang, warna
hitam dengan ukuran 0,5-0,8 mm, permukaannya poligonal, tidak
memiliki alat pelampung dan cangkoknya mengandung chitine.
2. Larva
5
Bagian kepala dan dada besar, antena hampir tak berambut kecuali
rambut tunggal yang pendek. Ada sepasang kait dari chitine di setiap
sisi thoraks. Setiap sisi pada 8 segmen perut berbentuk bulu-bulu
membentuk jajaran garis. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak
sangat lincah, waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus
dengan bidang permukaan air.
3. Pupa
Bentuk tubuhnya bengkok dengan bagian kepala sampai dada lebih
besar bila dibandingkan dengan perutnya, sehingga seperti tanda baca
”koma”. Pada bagian punggung dada terdapat corong pernafasan
seperti trompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh
yang berguna untuk berenang. Gerakannya lebih lincah daripada larva.
Waktu istirahat, posisi pupa sejajar dengan bidang permukaan air.
4. Dewasa
Tubuhnya tersusun dari 3 bagian, kepala, dada dan perut. Pada
kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antena yang berbulu. Alat
mulut nyamuk betina tipe penusuk-penghisap dan termasuk lebih
menyukai manusia, sedang nyamuk jantan bagian mulutnya lebih
merah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu
tergolong lebih menyukai cairan tumbuh-tumbuhan. Dadanya tersusun
atas 3 ruas, setiap ruas terdapat sepasang kaki yang terdiri dari paha,
betis dan tampak tarsus. Pada bagian perut terdiri dari 8 ruas dengan
bintik-bintik putih.
c. Siklus Hidup Aedes Aegypti
Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dimulai dari telur sampai
menjadi nyamuk dewasa melalui metamorfosa. Perkembangan telur
menjadi jentik rata-rata memerlukan waktu 2-3 hari, dari kepompong
hingga menetas menjadi nyamuk dewasa diperlukan waktu antara 7-14
hari. Perkembangan dari telur menjadi kepompong berlangsung di dalam
6
air. Segera setelah keluar dari kepompong, nyamuk dewasa siap untuk
menghisap darah dan melakukan perkawinan. Darah yang dihisap nyamuk
betina diperlukan untuk mematangkan telurnya sehingga dapat dibuahi
oleh benih jantan. Sepanjang hidupnya nyamuk betina cukup sekali
melakukan perkawinan guna membuahi telurnya.9.10
Sifat nyamuk Aedes aegypti sebagai berikut:9,10
a. Sangat domestik, senang tinggal di ruangan, senang beristirahat
di kamar gelap dan lembab serta senang hinggap pada benda-
benda bergantung seperti pakaian, kelambu, dan lain-lain.
b. Jarak terbang rata-rata 40-100 m.
c. Anthropophylic, khususnya nyamuk betina, yang berarti lebih
menyukai darah manusia daripada darah binatang. Menggigit
pada pagi, siang dan sore hari. Secara diam-diam nyamuk ini
mencari mangsanya dan mengigit berulang kali, yaitu menggigit
beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu.
Tempat perindukkan nyamuk Aedes aegypti adalah di air dan dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:9,10
a. Tempat penampungan air yang bersifat tetap pada umumnya
untuk keperluan rumah tangga seperti bak mandi, tempayan, vas
bunga dan lainnya.
b. Barang-barang bekas yang terisi air hujan, kaleng-kaleng bekas,
botol bekas, ban bekas, dan lain-lain.
c. Tempat perindukan alami seperti bekas potongan bambu, lubang
pagar, pelepah daun, lubang pohon yang kesemuanya terisi air.
Nyamuk Aedes aegypti pada temperatur dibawah 17° Aedes
aegypti tidak aktif menghisap darah. Kelembapan optimum bagi
kehidupan Aedes aegypti adalah 80% dan suhu udara optimum antara 28-
29°C. Pada suhu yang tinggi meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga
7
masa inkubasi ekstrinsik menjadi lebih pendek. Diperkirakan pada musim
hujan frekuensi gigitan akan meningkat, karena kelembapan yang tinggi
memungkinkan dapat memperpanjang umur nyamuk. Untuk daerah yang
beriklim dingin, Aedes aegypti tidak aktif mengigit. Aedes aegypti
mengigit pada pagi, siang dan sore hari.9,10
d. Cara Penularan
Cara Penularan dari penyakit ini yaitu melalui gigitan nyamuk
Aedes. Ada beberapa spesies: Aedes aegypti, Aedes albopticus, Aedes
polynesiensis dan Aedes scutelarris yang dapat berlakusebagai vektor.
Nyamuk Aedes dapat menularkan virus Dengue kepada manusia,
baiksecara langsung (setelah menggigit orang yang sedang dalam fase
viremia), maupunsecara tidak langsung, setelah melewati masa inkubasi
dalam tubuhnya selama 8-10 hari(extrinsic incubation period). Masa
inkubasi di dalam tubuh manusia (intinsic incubationperiod) antara 4-6
hari. Manusia infektif hanya pada saat viremia saja (5-7 hari),
tetapinyamuk dapat infektif selama hidupnya.8,9,10
e. Kriteria Diagnosis
Diagnosis Demam Berdarah Dengue dapat ditegakkan berdasarkan
kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 yang terdiri dari kriteria
klinis dan laboratoris.9,10,11
A. Kriteria Klinis:
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:
1) Uji tourniquet positif.
2) Petechiae, ekimosis, purpura.
3) Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi.
4) Hematemesis dan atau melena.
Pembesaran hati.
8
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi ,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak
gelisah.
B. Kriteria Laboratoris:
Trombositopenia (100.000/uI atau kurang)
Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau
lebih.
Dua kriteria pertama ditambah trombositopenia dan
hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan
diagnosis klinis DBD. Efusi pleura dan atau hipoalbumnemia dapat
memperkuat diagnosis terutama pada pasien anemia dan atau terjadi
perdarahan. Pada kasus syok, peningkatan hemotokrit dan adanya
trombositopenia mendukung diagnosis DBD.
Derajat penyakit Demam Berdarah Dengue menurut WHO 1997
dapat diklasifikasikan dalam 4 derajat: 8,9
1. Derajat I :demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perdarahan ialah uji tourniquet.
2. Derajat II :Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan
atau perdarahan lainnya.
3. Derajat III :Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lambat , tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang)
atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kaki dingin dan
lembab dan tampak gelisah.
4. Derajat IV :syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.
f. Pencegahan
Demam Berdarah Dengue dapat dicegah dengan memutus rantai
penularan yaitu dengan pemberantasan vektor. Vektor dengue khususnya
Aedes aegypti sebenarnya mudah diberantas karena sarang-sarangnya
terbatas di tempat yang berisi air bersih dan jarak terbangnya maksimum
9
100 meter. Tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan
pemberantasan diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar
nyamuk tidak dapat berkembang biak lagi.11,12
Cara pemberantasan vektor: 10,11
1) Penggunaan Insektisida
Yang lazim digunakan adalah malathion untuk membunuh
nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik.
Cara menggunakan malathion ialah dengan pengasapan (thermal
fogging) atau pengobatan (cold fogging). Penyemprotan
insektisida dilakukan jika ditemukan penderita/tersangka
penderita DBD lain atau sekurang-kurannya 3 penderita panas
tanpa sebab jelas dan jentik Aedes aegypti di lokasi tersebut.
Penyemprotan dilakukan 2 siklus dengan interval 1 minggu.
Penyemprotan ini diikuti penyuluhan dan gerakan PSN DBD
oleh masyarakat. Untuk pemakaian rumah tangga dapat
digunakan berbagai insektisida yang disemprotkan ke dalam
kamar/ruangan, misalnya golongan organofosfat, karbamat atau
prethoid. Cara penggunaan abate ialah dengan pasir abate (sand
granules) ke dalam sarang nyamuk Aedes yaitu bejana tempat
penampungan air. Dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1
gram abate SG 1% per 10 liter air atau 1 sendok makan peres
(10 gram) abate untuk 100 liter air.
2) Tanpa Insektisida
a. Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
minimal 1x seminggu (perkembangan telur ke nyamuk
lamanya 7-10 hari).
b. Menutup tempat penampungan air rapat-rapat.
c. Membersihkan halaman dari kaleng-kaleng bekas, botol-botol
pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk
bersarang.
10
d. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat dalam PSN DBD
(gerakan 4M PLUS). Kegiatan ini dilakukan selama 1 bulan,
pada saat sebelum perkiraan peningkatan jumlah kasus yang
ditentukan berdasarkan data kasus bulanan DBD dalam 3-5
tahun terakhir.
e. Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dilakukan setiap 3 bulan di
rumah dan tempat-tempat umum. Untuk pemantauan jentik
berkala di rumah dilakukan pemeriksaan sebanyak 100 rumah
sampel untuk setiap desa/kelurahan. Diharapkan angka bebas
jentik setiap kelurahan/desa mencapai > 95% akan dapat
menekan penyebaran penyakit DBD.
g. PemeriksaanJentik
Survey vektor DBD dapat dibedakan menjadi survey larva dan
survey nyamuk dewasa.Ada dua jenis metode survey larva,yaitu:10
Metode Survei Jentik:10
1. Single larva
Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat
genangan air yang ditemukan jentik untuk identifikasi lebih lanjut.
2. Visual
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di
setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran-ukuran
yang digunakan untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti :
Angka House Index (HI) =
Jumlah rumah yang positif jentik x 100%
11
Jumlah rumah yang diperiksa
Angka Bebas Jentik(ABJ) =
Jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
Angka Container Index (CI) =
Jumlah container positif jentik x 100%
Jumlah container yang diperiksa
Angka House Index, Angka Bebas Jentik Nyamuk, dan Angka
Container Index lebih menggambarkan luasnya penyebaran
nyamuk di suatu daerah.
2. Penyelidikan Epidemiologi
a. Pengertian
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani “epidemi” yang berarti
menimpa masyarakat (epi = atas; demos = penduduk). Epidemiologi mulai
berkembang dari pengalaman mempelajari wabah penyakit, seperti pes,
cholera dan cacar yang disertai dengan kematian yang tinggi. Dengan
berkembangnya ilmu epidemiologi ini kemudian diterapkan bukan hanya
terhadap “penyakit menular” tetapi juga terhdapa “penyakit tidak menular”.
b.Tujuan
Menggambarkan status kesehatan masyarakat atau populasi
Menentukan penyebab suatu masalah kesehatan atau penyakit
12
Menentukan riwayat secara alamiah suatu penyakit
Melaksanakan tindakan atau intervensi
Merencanakan penanggulangan masalah dengan tindakan
pencegahan
c. Komponen Epidemiologi
Model pendekatan epidemiologi hingga saat ini masih menggunakan
model dengan menggambarkan interaksi antara 3 faktor yaitu Host
(pejamu), Agent (penyebab penyakit), dan Environment (lingkungan).
Host (pejamu)
Adalah mahluk hidup termasuk manusia yang bias terinfeksi oleh
agent atau penyebab penyakit. Bagi pejamu ada beberapa faktor
intrinsic yang dapat mempengaruhi keretanan pejamu terhadap
faktor Agent. Faktor-faktor itu mencakup usia, jenis kelamin, ras,
sosial, status perkawinan, riwayat penyakit sebelumnya, cara hidup,
hereditas (keturunan), status gizi dan tingkat imunitas. Faktor-faktor
tersebut diatas penting diketahui karena akan mempengaruhi resiko
terpapar oleh sumber penyakit atau penyakit.
Agent
Agent atau penyebab penyakit adalah semua unsur atau elemen
hidup ataupun tidak hidup dimana dalam kehadirannya atau tidak
hadirnya, bila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia
yang rentan akan menjadi stimulasi untuk memudahkan terjadinya
proses penyakit
Environment (lingkungan)
13
Faktor lingkungan dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
Lingkungan fisik, meliputi : kondisi udara, musim, cuaca dan
kondisi geografi serta geologinya.
Lingkungan biologik, terdiri atas hewan atau tumbuhan-
tumbuhan yang berfungsi sebagai agent, reservoir, maupun
vector, dan mikroorganisme saprofit serta tumbuh-tumbuhan
yang merupakan sumber nutrient tetapi mungkin juga
menjadi allegen.
Lingkungan sosial-ekonomi meliputi kepadatan penduduk,
stratifikasi sosial, nilai-nilai sosial, kemiskanan dan lain-
lain. 8
14