Eco Story (Budaya Opung Sehat)

6
Aku, Teman-temanku dan Sekolah Pagi ini sama seperti pagi di hari sebelumnya, pagi yang indah disinari matahari yang malu-malu untuk muncul menghangatkan penduduk bumi. Suasana tenang dan sejuk menyapa diriku saat aku melangkahkan kakiku menuju pekarangan sekolahku, SMA Negeri 4 Medan. Ketika pagi sejuk, dan ketika sang mentari sudah gagah berani menampakkan sinarnya, suasana di sekolahku silih berganti menjadi gersang, mungkin diakibatkan banyaknya jumlah karbon dioksida yang ada di sekitar sekolahku. Aku pernah mendengar, '1 pohon untuk 1 orang' baiklah, kalau begitu 1500 siswa harus memiliki lebih dari 1000 pohon, benar bukan? Tapi, merawat 1 pohon saja sudah kelabakan, bagaimana pula dengan 1000 pohon. Bisa jadi sekolah pertanian mendadak sekolahku ini. Jangankan merawat 1 pohon, membudayakan membuang sampah pada tempatnya saja sulitnya bukan main, aku sering mendengar, 'kalau bukan kita, siapa lagi?' mungkin kamu juga sering mendengar apa yang aku dengar ini bukan? Begitulah, itu kalimat yang sering aku tanamkan pada diriku sendiri, kalau tidak dimulai dari kita, siapa yang akan merawat lingkungan ini? Membuang sampah sembarangan awalnya adalah bagian hidupku, hey, bukan begitu, buang sampah sembarangan itu manusiawi, tapi buang sampah sembarangan yang tidak di akhiri dengan penyesalan dan pelestarian lingkungan akan mengakibatkan becana bagi kita, benar bukan? Lihat saja,

description

Budaya opung sehat in SMAN 4 Medan

Transcript of Eco Story (Budaya Opung Sehat)

Page 1: Eco Story (Budaya Opung Sehat)

Aku, Teman-temanku dan Sekolah

Pagi ini sama seperti pagi di hari sebelumnya, pagi yang indah disinari matahari yang

malu-malu untuk muncul menghangatkan penduduk bumi. Suasana tenang dan sejuk

menyapa diriku saat aku melangkahkan kakiku menuju pekarangan sekolahku, SMA

Negeri 4 Medan. Ketika pagi sejuk, dan ketika sang mentari sudah gagah berani

menampakkan sinarnya, suasana di sekolahku silih berganti menjadi gersang, mungkin

diakibatkan banyaknya jumlah karbon dioksida yang ada di sekitar sekolahku. Aku

pernah mendengar, '1 pohon untuk 1 orang' baiklah, kalau begitu 1500 siswa harus

memiliki lebih dari 1000 pohon, benar bukan? Tapi, merawat 1 pohon saja sudah

kelabakan, bagaimana pula dengan 1000 pohon. Bisa jadi sekolah pertanian mendadak

sekolahku ini. Jangankan merawat 1 pohon, membudayakan membuang sampah pada

tempatnya saja sulitnya bukan main, aku sering mendengar, 'kalau bukan kita, siapa lagi?'

mungkin kamu juga sering mendengar apa yang aku dengar ini bukan? Begitulah, itu

kalimat yang sering aku tanamkan pada diriku sendiri, kalau tidak dimulai dari kita, siapa

yang akan merawat lingkungan ini?

Membuang sampah sembarangan awalnya adalah bagian hidupku, hey, bukan

begitu, buang sampah sembarangan itu manusiawi, tapi buang sampah sembarangan yang

tidak di akhiri dengan penyesalan dan pelestarian lingkungan akan mengakibatkan becana

bagi kita, benar bukan? Lihat saja, banjir. Rata-rata penyebab banjir adalah maraknya

pembuangan sampah ke daerah aliran sungai (DAS). Jujur saja, dulu aku sering kesal

sendiri melihatnya, padahal aku sendiri masih sering membuang sampah sembarangan.

Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang menjadi guruku. Mulai dari kakakku yang

mengajarkanku menjadi manusia yang suka mengutip sampah, hingga melihat kejadian

nyata pembuangan sampah sembarangan yang berakhir mala petaka, walaupun itu masih

dalam skala kecil, yaitu parit yang mampet akibat masyarakat yang suka buang sampah

ke selokan. Dan akhirnya aku mulai menanamkan rasa cinta lingkungan, ya walaupun

aku lebih sering merasa jenuh tetapi aku harus tetap berjuang untuk tetap

mempertahankan budaya membuang sampah padaserintnya.

Pernah suatu ketika, saat aku dan temanku berjalan, kebetulan saat itu temanku

meminum minuman bungkusan, dan ia membuang sampah tersebut di lapangan sekolah

kami, aku hanyak mampu berdecak sebal lalu menggelengkan kepalaku sembari

Page 2: Eco Story (Budaya Opung Sehat)

mengutip sampah tersebut. Dan dia menatapku dan berkata, 'sini biar aku aja yang

buang.' Dari kejadian tersebut, aku jadi berfikir, kalau kita membuang sampah

sembarangan kemudian sampah kita dikutip orang lain pasti kita malu. Malu akan ketidak

mampuan kita dalam menjaga semboyan 'kebersihan itu sebagian dari iman' aku

menyimpulkan bahwa seseorang yang beriman pasti akan memperhatikan kebersihan

lingkungannya.

Tak lepas dari membuang sampah pada tempatnya, di sekolah kami ada semboyan

OPUNG SEHAT,Operasi PUNGut Sampah sEmua HArus Turut. Hey, itu bukan tulisan

alay ya. Haha, itu adalah penjelasan tentang opung sehat tersebut. Jadi kami siswa siswi

di tuntut harus membuang sampah pada tempatnya. Padahal, di tiap kelas sudah

disediakan tong sampah lengkap pula dengan spesifikasinya. Sayangnya, siswa/i di sini

masih lebih sering lalai dibandingkan menjalankannya. Tapi guru Pencinta Lingkungan

kami tak habis ide, mereka membuat bank sampah yang dikelola oleh Green School.

Bank sampah SMA Negeri 4 Medan ini telah ada saat aku kelas 1, dan sangat berperan

dalam pelestarian lingkungan. Mulai dari membuat kompos hingga pemilahan sampah

yang dijual di bank sampah. Kita menuju ke penjualan sampah. Sampah yang diterima

oleh bank sampah adalah sampai anorganik serta organik, misalnya sampah botol plastik,

plastik bekas gelas air mineral, plastik-plastik bekas, dan kertas. Sedangkan sampah-

sampah organik di komposkan pada bak pengomposan.

Pada tahun awal 2013 bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH)

Provinsi SUMUT dan BLH Kota Medan Tim Lingkungan Hidup mendirikan Bank

Sampah. Biasanya, sampah plastik serta bahan kertas di daur ulang dengan cara reuse dan

recycling, yaitu dengan cara menggunakannya kembali dan mendaur ulang sampah

plastik tersebut, seperti membuat pot bunga dari kertas atau koran, dan membuat sampah-

sampah plastic menjadi media tanaman maupun alat kreativitas lainnya. Setiap kelas

diberi 1 buku tabungan yang bisa di setor di hari-hari tertentu, misalnya kelas X 1 - X6

pada hari Senin, dan pada hari Selasa ada kelas X 7– X 13, pada hari Rabu kelas XI 1 –

XI 6, di hari berikutnya Kamis, ada kelas XI 7- XI 12, dan hari Jum’at ada kelas XII 1-

XII 6, dan di hari Sabtu ada kelas XII 7- XII 12. Dimana hasil penjualan dari kelas kelas

tersebut di jual kembali. Tapi, namanya manusia, semua hal yang sudah di rencanakan

dengan sedemikian rupapun dapat tidak terlaksana. Banyak siswa yang malas

Page 3: Eco Story (Budaya Opung Sehat)

melaksanakan kegiatan tersebut, termasuk kelas kami. Sibuknya aktifitas kelas dan

maraknya pembuangan sampah sembarangan. Membuat kami, para siswa/I lupa akan hal

tersebut. Padahal jika kita mengefisiensikan dan mengoptimalkan kinerja bank sampah

kita, maka kita akan mendapatkan banyak keuntungan, mulai dari pengoptimalan jumlah

sampah konsumsi yang dihasilkan, hingga menambah nilai ekonomis sebuah benda yang

sudah di anggap tidak berharga lagi.

Selain bank sampah, ada banyak hal yang dilakukan guru pendukung pencinta

lingkungan kami, misalnya dalam pelajaran Prakarya dan Wirausaha. Siswa di tuntut

untuk melakukan recycling pada barang barang bekas yang dinilai sebelah mata. Melalui

bimbingan guru prakarya kami, maka tampillah berbagai macam hasil kerajinan tangan

yang mampu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam pembelajaran

kami semester lalu, siswa/i kelas XI IPA/IIS di wajibkan mengumpulkan 100 buah

sampah bungkus kopi. Awalnya aku berfikir, memangnya kami sekolah untuk jadi

pemulung, ngambil sampah sana sini, ngorek sampah sana sini. Tapi, akhirnya aku

tersadar, dari hal tersebut dapat diambil sebuah hikmah dimana kita harus menghargai

barang sekecil apapun, karena barang sekecil apapun lewat tangan-tangan terampil akan

memiliki nilai estetika yang luar biasa serta fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Pada

semester lalu juga kami melihat hasil karya langsung yang dihasilkan oleh bungkus kopi

yang kami nilai tak memiliki harga tersebut, bungkus kopi tersebut menjadi tas, cantik

pula. Selain itu, pada kelas 1, kami di tuntut untuk mengefisiensikan barang bekas serta

kain perca. Bagi siswa laki-laki, mereka di berikan tugas mendaur ulang barang bekas,

sedangkan bagi kami siswa perempuan, kami harus mendaur ulang kain perca bermotif

batik. Dan lewat tangan-tangan terampil lagi, lahirlah sebuah karya yang luar biasa. Ada

yang membuat bros jilbab, ada yang membuat jam dari barang bekas, dan masih banyak

lagi. Lewat pembelajaran tersebut, aku mulai memahami bahwa mendaur ulang sampah

bukanlah hal yang merugikan. Semua hal yang kita butuhkan telah disediakan oleh tuhan

lewat tempat tinggal kita, bumi.

Lantas apa yang harus kita ingkari, tuhan yang maha kuasa telah memberikan

semuanya untuk kita. Kenapa kita harus tak perduli atas apa yang kita gunakan, seolah-

olah kita hanya membutuhkan barang tersebut ketika memiliki nilai fungsi, jika telah

habis maka kitapun membuangnya tanpa memperdulikan nasib yang dialami olehnya.

Page 4: Eco Story (Budaya Opung Sehat)

Bukankah pada akhirnya kita juga yang akan terkena imbasnya? Mungkin bukan kita,

tapi mungkin saja dampak dari kecerobohan dan kelalaian kita atas lingkungan akan

berimbas kepada anak cucu kita. So, jangan lupa sobat, bumi ini tempat kita berasal.

Siapa lagi yang akan menjaganya kalau bukan kita? Bumi sudah tua, ada saatnya ia akan

batuk-batuk dikarenakan penat hidupnya. Ingat, jika kamu menolong alam, maka alam

akan menolong hidupmu. Jangan merusak alam, jika kita tak ingin alam membalasnya

dengan beribu-ribu lipat lebih sadis disbanding dengan apa yang telah kita lakukan.