Eco Story (Budaya Opung Sehat)
-
Upload
shabrinadzahrohnasution -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of Eco Story (Budaya Opung Sehat)
Aku, Teman-temanku dan Sekolah
Pagi ini sama seperti pagi di hari sebelumnya, pagi yang indah disinari matahari yang
malu-malu untuk muncul menghangatkan penduduk bumi. Suasana tenang dan sejuk
menyapa diriku saat aku melangkahkan kakiku menuju pekarangan sekolahku, SMA
Negeri 4 Medan. Ketika pagi sejuk, dan ketika sang mentari sudah gagah berani
menampakkan sinarnya, suasana di sekolahku silih berganti menjadi gersang, mungkin
diakibatkan banyaknya jumlah karbon dioksida yang ada di sekitar sekolahku. Aku
pernah mendengar, '1 pohon untuk 1 orang' baiklah, kalau begitu 1500 siswa harus
memiliki lebih dari 1000 pohon, benar bukan? Tapi, merawat 1 pohon saja sudah
kelabakan, bagaimana pula dengan 1000 pohon. Bisa jadi sekolah pertanian mendadak
sekolahku ini. Jangankan merawat 1 pohon, membudayakan membuang sampah pada
tempatnya saja sulitnya bukan main, aku sering mendengar, 'kalau bukan kita, siapa lagi?'
mungkin kamu juga sering mendengar apa yang aku dengar ini bukan? Begitulah, itu
kalimat yang sering aku tanamkan pada diriku sendiri, kalau tidak dimulai dari kita, siapa
yang akan merawat lingkungan ini?
Membuang sampah sembarangan awalnya adalah bagian hidupku, hey, bukan
begitu, buang sampah sembarangan itu manusiawi, tapi buang sampah sembarangan yang
tidak di akhiri dengan penyesalan dan pelestarian lingkungan akan mengakibatkan becana
bagi kita, benar bukan? Lihat saja, banjir. Rata-rata penyebab banjir adalah maraknya
pembuangan sampah ke daerah aliran sungai (DAS). Jujur saja, dulu aku sering kesal
sendiri melihatnya, padahal aku sendiri masih sering membuang sampah sembarangan.
Seiring berjalannya waktu, banyak hal yang menjadi guruku. Mulai dari kakakku yang
mengajarkanku menjadi manusia yang suka mengutip sampah, hingga melihat kejadian
nyata pembuangan sampah sembarangan yang berakhir mala petaka, walaupun itu masih
dalam skala kecil, yaitu parit yang mampet akibat masyarakat yang suka buang sampah
ke selokan. Dan akhirnya aku mulai menanamkan rasa cinta lingkungan, ya walaupun
aku lebih sering merasa jenuh tetapi aku harus tetap berjuang untuk tetap
mempertahankan budaya membuang sampah padaserintnya.
Pernah suatu ketika, saat aku dan temanku berjalan, kebetulan saat itu temanku
meminum minuman bungkusan, dan ia membuang sampah tersebut di lapangan sekolah
kami, aku hanyak mampu berdecak sebal lalu menggelengkan kepalaku sembari
mengutip sampah tersebut. Dan dia menatapku dan berkata, 'sini biar aku aja yang
buang.' Dari kejadian tersebut, aku jadi berfikir, kalau kita membuang sampah
sembarangan kemudian sampah kita dikutip orang lain pasti kita malu. Malu akan ketidak
mampuan kita dalam menjaga semboyan 'kebersihan itu sebagian dari iman' aku
menyimpulkan bahwa seseorang yang beriman pasti akan memperhatikan kebersihan
lingkungannya.
Tak lepas dari membuang sampah pada tempatnya, di sekolah kami ada semboyan
OPUNG SEHAT,Operasi PUNGut Sampah sEmua HArus Turut. Hey, itu bukan tulisan
alay ya. Haha, itu adalah penjelasan tentang opung sehat tersebut. Jadi kami siswa siswi
di tuntut harus membuang sampah pada tempatnya. Padahal, di tiap kelas sudah
disediakan tong sampah lengkap pula dengan spesifikasinya. Sayangnya, siswa/i di sini
masih lebih sering lalai dibandingkan menjalankannya. Tapi guru Pencinta Lingkungan
kami tak habis ide, mereka membuat bank sampah yang dikelola oleh Green School.
Bank sampah SMA Negeri 4 Medan ini telah ada saat aku kelas 1, dan sangat berperan
dalam pelestarian lingkungan. Mulai dari membuat kompos hingga pemilahan sampah
yang dijual di bank sampah. Kita menuju ke penjualan sampah. Sampah yang diterima
oleh bank sampah adalah sampai anorganik serta organik, misalnya sampah botol plastik,
plastik bekas gelas air mineral, plastik-plastik bekas, dan kertas. Sedangkan sampah-
sampah organik di komposkan pada bak pengomposan.
Pada tahun awal 2013 bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Provinsi SUMUT dan BLH Kota Medan Tim Lingkungan Hidup mendirikan Bank
Sampah. Biasanya, sampah plastik serta bahan kertas di daur ulang dengan cara reuse dan
recycling, yaitu dengan cara menggunakannya kembali dan mendaur ulang sampah
plastik tersebut, seperti membuat pot bunga dari kertas atau koran, dan membuat sampah-
sampah plastic menjadi media tanaman maupun alat kreativitas lainnya. Setiap kelas
diberi 1 buku tabungan yang bisa di setor di hari-hari tertentu, misalnya kelas X 1 - X6
pada hari Senin, dan pada hari Selasa ada kelas X 7– X 13, pada hari Rabu kelas XI 1 –
XI 6, di hari berikutnya Kamis, ada kelas XI 7- XI 12, dan hari Jum’at ada kelas XII 1-
XII 6, dan di hari Sabtu ada kelas XII 7- XII 12. Dimana hasil penjualan dari kelas kelas
tersebut di jual kembali. Tapi, namanya manusia, semua hal yang sudah di rencanakan
dengan sedemikian rupapun dapat tidak terlaksana. Banyak siswa yang malas
melaksanakan kegiatan tersebut, termasuk kelas kami. Sibuknya aktifitas kelas dan
maraknya pembuangan sampah sembarangan. Membuat kami, para siswa/I lupa akan hal
tersebut. Padahal jika kita mengefisiensikan dan mengoptimalkan kinerja bank sampah
kita, maka kita akan mendapatkan banyak keuntungan, mulai dari pengoptimalan jumlah
sampah konsumsi yang dihasilkan, hingga menambah nilai ekonomis sebuah benda yang
sudah di anggap tidak berharga lagi.
Selain bank sampah, ada banyak hal yang dilakukan guru pendukung pencinta
lingkungan kami, misalnya dalam pelajaran Prakarya dan Wirausaha. Siswa di tuntut
untuk melakukan recycling pada barang barang bekas yang dinilai sebelah mata. Melalui
bimbingan guru prakarya kami, maka tampillah berbagai macam hasil kerajinan tangan
yang mampu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam pembelajaran
kami semester lalu, siswa/i kelas XI IPA/IIS di wajibkan mengumpulkan 100 buah
sampah bungkus kopi. Awalnya aku berfikir, memangnya kami sekolah untuk jadi
pemulung, ngambil sampah sana sini, ngorek sampah sana sini. Tapi, akhirnya aku
tersadar, dari hal tersebut dapat diambil sebuah hikmah dimana kita harus menghargai
barang sekecil apapun, karena barang sekecil apapun lewat tangan-tangan terampil akan
memiliki nilai estetika yang luar biasa serta fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Pada
semester lalu juga kami melihat hasil karya langsung yang dihasilkan oleh bungkus kopi
yang kami nilai tak memiliki harga tersebut, bungkus kopi tersebut menjadi tas, cantik
pula. Selain itu, pada kelas 1, kami di tuntut untuk mengefisiensikan barang bekas serta
kain perca. Bagi siswa laki-laki, mereka di berikan tugas mendaur ulang barang bekas,
sedangkan bagi kami siswa perempuan, kami harus mendaur ulang kain perca bermotif
batik. Dan lewat tangan-tangan terampil lagi, lahirlah sebuah karya yang luar biasa. Ada
yang membuat bros jilbab, ada yang membuat jam dari barang bekas, dan masih banyak
lagi. Lewat pembelajaran tersebut, aku mulai memahami bahwa mendaur ulang sampah
bukanlah hal yang merugikan. Semua hal yang kita butuhkan telah disediakan oleh tuhan
lewat tempat tinggal kita, bumi.
Lantas apa yang harus kita ingkari, tuhan yang maha kuasa telah memberikan
semuanya untuk kita. Kenapa kita harus tak perduli atas apa yang kita gunakan, seolah-
olah kita hanya membutuhkan barang tersebut ketika memiliki nilai fungsi, jika telah
habis maka kitapun membuangnya tanpa memperdulikan nasib yang dialami olehnya.
Bukankah pada akhirnya kita juga yang akan terkena imbasnya? Mungkin bukan kita,
tapi mungkin saja dampak dari kecerobohan dan kelalaian kita atas lingkungan akan
berimbas kepada anak cucu kita. So, jangan lupa sobat, bumi ini tempat kita berasal.
Siapa lagi yang akan menjaganya kalau bukan kita? Bumi sudah tua, ada saatnya ia akan
batuk-batuk dikarenakan penat hidupnya. Ingat, jika kamu menolong alam, maka alam
akan menolong hidupmu. Jangan merusak alam, jika kita tak ingin alam membalasnya
dengan beribu-ribu lipat lebih sadis disbanding dengan apa yang telah kita lakukan.