E-8_telematika.pdf
-
Upload
yosua-sandy-nugraha -
Category
Documents
-
view
18 -
download
1
Transcript of E-8_telematika.pdf
![Page 1: E-8_telematika.pdf](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022071708/55cf9908550346d0339b235f/html5/thumbnails/1.jpg)
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
E-57
APLIKASI PENENTUAN STATUS GUNUNG BERAPI
MENGGUNAKAN TELEMETRI SUHU
Frans Richard Kodong
Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta
Jl. Babarsari no 2 Tambakbayan 55281 Yogyakarta Telp (0274)-485323
e-mail : [email protected]
Abstrak
Sistem Modern Peringatan Dini (early warning system) Gunung Berapi sudah sejak 1999 diterapkan pada
beberapa gunung berapi di Indonesia. Teknologi yang digunakan dalam pemantauan gunung berapi
menerapkan teknologi satelit dan disebarkan keseluruh dunia termasuk Direktorat Vulkanologi & Mitigasi
Bencana Geologi yang terletak di Bandung. Peningkatan aktivitas gunung berapi dapat di lihat dari frekuensi
gempa, naiknya kadar belerang, membesarnya perut gunung, perubahan kemiringan lereng, salah satu
parameter yang terpenting adalah suhu kawah gunung berapi. Telemetri suhu digunakan untuk memberikan
informasi suhu kawah pada gunung berapi, dari pemantauan suhu tersebut dapat tentukan status dari aktivitas
gunung berapi, apakah dalam status Normal, Wasapada, Siaga ataukah Awas. Dengan diketahuinya secara real
time status gunung berapi maka penanganan bencana akan dapat dilakukan sedini mungkin, agar masyarakat
mendapatkan perlindungan lebih maksimal dari bencana gunung berapi. Aplikasi ini diharapkan juga dapat
memberikan kontribusi pada sistem peringatan dini gunung berapi yang sudah ada.
Kata kunci : early warning system, Telemetri, Vulcanology
1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan potensi alam yang besar berdasarkan kondisi geografis dan geologisnya.
Akan tetapi, hal ini juga menyebabkannya menjadi negara yang rawan akan bencana. Untuk mengurangi dampak
bencana teknologi informasi dan komunikasi memiliki banyak potensi terutama dalam sosialisasi
penanggulangan bencana, memprediksi adanya bencana, membantu dalam mengambil keputusan terkait dengan
bencana, menyebarkan peringatan akan adanya bencana kepada masyarakat, dan pengelolaan korban becana
ketika bencana itu sendiri sudah terjadi.
Dari sekitar 500 gunung berapi di Nusantara, ditengarai 129 gunung api berstatus aktif dan tersebar dari
Sabang sampai Merauke, salah satu gunung teraktif di dunia adalah Merapi. EWS (early warning system) telah
terpasang di sekitar 19 gunung berapi di Indonesia, sementara lebih dari 100 gunung berapi aktif di Indonesia
masih belum dipasang EWS. Telemetri suhu merupakan sistem pengukuran dari sutau objek terukur dengan
menempatkan penyajian data hasil ukur pada tempat yang terpisah yang berfungsi untuk memberikan informasi
suhu kawah pada gunung berapi yang medannya berbahaya apabila melakukan pengukuran dalam jarak yang
dekat oleh kerena itu diperlukanya suatu alat yang dapat melakukan pengukuran dalam jarak jauh yang dapat
memberikan informasi-informasi yang cepat dan terbebas dari gangguan alam. Dengan dapat dipantaunya suhu
kawah maka dapat ditentukan status dari gunung berapi tersebut, dengan demikian dampak buruk dari bencanan
yang ditimbulkan dapat antisipasi dan di minimalisir.
2. TINJAUAN PUSTAKA.
2.1 Telemetri
Telemetri merupakan sistem pengukuran dari sutau objek terukur dengan menempatkan penyajian data
hasil ukur pada tempat yang terpisah. Sistem terbagi dalam tiga blok besar yaitu blok sumber data, blok
transmisi data dan blok penerima data
2.2. Suhu Kawah Gunung Berapi.
Salah satu faktor penentu atifitas gunung berapi ditentukan oleh suhu kawah, dimana bedasarkan suku
tersebut dapat di tentukan status gunung. Adapun batasan suhu untuk menentukan status adalah sebagai berikut
(http://portal.vsi.esdm.go.id) ;
Tabel 2.1 Data Suhu Sebagai Penentu Status Gunung
( sumber data : Pusat Vulacanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen Energi Dan
Sumber Daya Mineral Gunung Kelud)
Permukaan 10m 15m Status
00C – 32
0C 0
0C – 35
0C 0
0C – 37
0C Normal
320C – 37
0C 35
0C – 38
0C 37
0C – 39
0C Waspada
370C – 39
0C 38
0C – 40
0C 39
0C – 41
0C Siaga
390C – <
0C 40
0C – <
0C 41
0C – <
0C Awas
![Page 2: E-8_telematika.pdf](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022071708/55cf9908550346d0339b235f/html5/thumbnails/2.jpg)
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
E-58
2.3 Port Serial PC (Personal Computer)
Port serial adalah port yang paling populer digunakan untuk keperluan koneksi ke piranti luar. Kata
“Serial”, menggambarkan prinsip kerja port ini yang memberikan (serialize) data. Cara kerjanya adalah diawali
dengan mengambil sebuah byte data lalu kemudian mengirimkan perdelapan bit dalam byte tersebut satu persatu
dalam satu jalur data. Keuntungannya adalah bahwa port ini hanya membutuhkan satu kabel untuk mengirimkan
kedelapan bit tadi (dibandingkan port paralel yang membutuhkan delapan kabel). Keuntungan lainnya adalah
efisiensi dalam biaya dan tentunya ukuran kabel yang kecil. Kerugiannya yakni bahwa port serial membutuhkan
8 kali lebih lama untuk mengirimkan data dibandingkan dengan proses pengiriman dengan 8 kabel. (Catur Edi
Widodo, 2004)
2.4 Konfigurasi Serial Port DB-9
Konektor port serial atau yang biasa disebut DB-9 (COM1 dan COM2) dapat dilihat pada bagian
belakang komputer (CPU) memiliki kaki sejumlah 9 pin.
Gambar 2.2 Konektor serial DB-9
Tabel 2.2 Konfigurasi pin dan nama sinyal konektor serial DB-9
Nomor Pin Nama Sinyal Arah In/Out Keterangan
1 DCD In Data Carrier Detect/ Receive
Line Signal Detect
2 RxD In Receive Data
3 TxD Out Transmit Data
4 DTR Out Data Terminal Ready
5 GND - Ground
6 DSR In Data Set Ready
7 RTS Out Request to Send
8 CTS In Clear to Send
9 RI In Ring Indikator
2.5 TLP434A
TLP434A adalah suatu pemancar baru yang berukuran kecil yang berfungsi untuk proyek pengendali
jarak jauh atau memindahkan data ke suatu objek. Aplikasi ini meliputi mobile robots, wireless. Radio
transmitter beroperasi mulai 2v sampai 12v. radio transmitter mempunyai cakupan sampai 200 m, yang dicoba
dengan suatu antenna. Radio transmitter ini dapat menghubungkan secara langsung seperti IC HT12E atau
serupa dengan encoder yang nantinya sebagai pengirim data suhu dan kelembaban.
Gambar 2.3 TLP434A
![Page 3: E-8_telematika.pdf](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022071708/55cf9908550346d0339b235f/html5/thumbnails/3.jpg)
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
E-59
2.10 RPL434A
RPL434A adalah radio penerima yang baru yang bekerja pada pemancar yang beroperasi pada
frekuensi diatas 433.92 MHz. yang nantinya sebagai penerima data suhu dan kelembaban yang sudah
dikirimkan..
Gambar 2.4 RPL434A
2.11 SHT 11
SHT11 adalah sensor digital untuk temperatur sekaligus kelembaban pertama di dunia yang
mempunyai kisaran pengukuran dari Range suhu -40 ºC sampai +123,8 ºC,
Akurasi suhu +/- 0,5 ºC pada suhu 25 ºC, Range kelembaban 0 sampai 100% RH, Akurasi absolut RH +/- 3,5%
RH, Sensor ini bekerja dengan interface 2-wire. Aplikasi sensor ini pada data logging, pemancar, automotive,
perangkat instrumentasi dan lain- lain. Dalam penelitian tugas akhir ini sensor SHT11 berfungsi sebagai
pembaca suhu dan kelembaban yang ada pada permukaan.
Gambar 2.5 Sensor SHT11
2.12 LM35
LM35 merupakan komponen elektronis berupa IC berkaki tiga yang mampu menghasilkan tegangan
sebanding dengan besaran suhu yang menyelimuti. Keluaran tegangan yang telah terkalibrasi dalam skala
Kelvin. Linieritas keluaran tegangan pada skala Celsius adalah 10mV/°C dengan akurasi ±¼°C pada suhu ruang,
dengan rentang suhu yang dapat direspon antara -55-150°C. Pada penelitian tugas akhir ini sensor LM35
berfungsi sebagai pembaca suhu pada jarak 10 meter dan 15 meter.
Gambar 2.6 Sensor LM35
2.13 IC 74LS14
IC 74LS14 ini berfungsi sebagai gerbang NOT ( inverter ) pemicu schmitt
( Shcmitt Trigger ). Didalam IC ini terdapat 6 buah gerbang inverter. IC 74LS14 merupakan IC TTL, sedangkan
pada versi CMOS adalah IC 74HC14 kedua IC ini memiliki konfigurasi dan karakteristik yang sama dan
memiliki bentuk konfigurasi pin.
![Page 4: E-8_telematika.pdf](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022071708/55cf9908550346d0339b235f/html5/thumbnails/4.jpg)
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
E-60
Gambar 2.7 IC 74LS14
Tabel 2.3 Kebenaran IC 74LS14
Input Output
0 1
1 0
2.14 RS232 (IC MAX 232)
IC MAX-232 adalah sebuah IC yang mengubah level tegangan TTL ke RS-232 atau sebaliknya. IC ini
didukung dengan anti noise yang baik serta aman ketika terjadi "short circuit". Akan tetapi pada aplikasi-aplikasi
tertentu tidaklah terlalu esensial selalu menggunakan MAX-232 ini.
Gambar 2.8 MAX 232
2.15 Mikrokontroler AT89C51
Mikrokontroler AT89C51 adalah mikrokomputer CMOS 8 bit dengan 4 KB Flash Programmable and
Erasable Read Only Memory (PEROM).
Port serial pada AT89C51 bersifat dupleks-penuh atau full-duplex, artinya port serial bisa menerima
dan mengirim secara bersamaan. Selain itu juga memiliki penyangga penerima, artinya port serial mulai bisa
menerima byte yang kedua sebelum byte pertama dibaca oleh register penerima (jika sampai byte yang kedua
selesai diterima sedangkan byte pertama belum juga dibaca, maka salah satu byte akan hilang).
![Page 5: E-8_telematika.pdf](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022071708/55cf9908550346d0339b235f/html5/thumbnails/5.jpg)
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
E-61
Gambar 2.9 Mikrokontroler AT89C51
2.7. Metodologi.
Dalam pembangunan aplikasi ini digunakan metode pembangunan system Waterfall, dimana untuk
masing masing tahap dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Pada analisis dilakukan pengumpulan data dari
sumber data : Pusat Vulacanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen Energi Dan
Sumber Daya Mineral dan melakukan penelusuran kepustakaan yang berkaitan dengan vulkanologi, (2) Pada
tahap perancangan digunakan Data Flow Diagram dan Flow Chart untuk perancangan proses dan aliran data,
(3) pada tahap implementasi digunakan bahasa pemrograman Visusal Basic 6.0, MS. Access, (3) pada tahap
pengujuian system digunakan model simulasi.
3. ANALISIS DAN PERANCANGAN
3.1. Analisis Kebutuhan Perangkat Keras
1. Prosessor Pentium III + atau yang lebih tinggi.
2. Memory 128 Mb atau yang lebih tinggi.
3. Port serial (DB-9).
4. TLP434A. (penerima)
5. RLP434A. (pemancar)
6. SHT11 (Sensor Suhu dan Kelembaban)
7. LM35 (Sensor Suhu)
8. Penggunaan Mikrokontroler AT89C51
3.2. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak
1. Microsoft Windows XP.
2. Microsoft Access dan
3. Visual Basic 6.0.
3.3. Perancangan Perangkat Keras
Gambar 1.1 Rancangan Antar Muka Komputer dan Perangkat Keras
Dari gambar mekanik diatas dapat dilihat bahwa pembaca suhu dan kelembaban adalah berupa sensor
SHT11 dan LM35 yang nantinya setelah membaca suhu dan kelembaban diolah oleh Microcontroler AT89C51
yang kemudian diteruskan ke pemancar TLP434A dalam bentuk sinyal frekwensi yang kemudian diterima oleh
penerima RLP434A dan kemudian diproses kembali oleh Microcontroler AT89C51 yang selanjutnya diteruskan
dengan DB9 pada computer
![Page 6: E-8_telematika.pdf](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022071708/55cf9908550346d0339b235f/html5/thumbnails/6.jpg)
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
E-62
3.4. Arsitektur Sistem
Gambar 1.2 Arsitektur Simulasi Suhu Dan Kelembaban
3.5 Rangkaian Pengirim Data serta Pembaca Suhu dan Kelembaban Kawah Untuk Menentukan Status
Gunung Berapi
10k
ADC0804
+IN6
-IN7 AGND8
VREF/2
9
GND10
DB711DB612DB513DB414DB315DB216DB117DB018
CLKR19
VCC/VREF
20
CLKIN4
INTR5
CS1 RD2
WR3
SW DIP-4
VCC
4051
EN6
GND8
A11
B10
C9
VDD
16
VEE7
X3
X013
X114
X215
X312
X41
X55
X62
X74
10k
150p
11,0592 Mhz
2x33p
HT12E/DIP18
A01
A12
A23
A34
A45
A56
A67
A78
AD810
AD911
AD1012
AD1113
TE14
OSC215
OSC116
DOUT17
VDD18
ANTENNA
TLP434
1 23 4
5 6
VCC6V
LM35
VS+1
VOUT2
GND3
10k6V
-
+
LM358
3
21
84
VR 50k
10k
AT89C51
RST9
XTAL218
XTAL119
PSEN29ALE/PROG30
EA/VPP31
P1.01
P1.12
P1.23
P1.34
P1.45
P1.56
P1.67
P1.78
P2.0/A821
P2.1/A922
P2.2/A1023
P2.3/A1124
P2.4/A1225
P2.5/A1326
P2.6/A1427
P2.7/A1528
P3.0/RXD10
P3.1/TXD11
P3.2/INT012
P3.3/INT113
P3.4/T014
P3.5/T115
P3.6/WR16
P3.7/RD17
P0.0/AD039
P0.1/AD138
P0.2/AD237
P0.3/AD336
P0.4/AD435
P0.5/AD534
P0.6/AD633
P0.7/AD732
6V
LM35
VS+1
VOUT2
GND3
10k6V
-
+
LM358
3
21
84
VR 50k
10k
VCC
10/16
10k
10kVCC
SHT11
1
23
4
VCC
Gambar 1.9 Rangkaian Pengirim data serta Pembaca Suhu dan Kelembaban Kawah
Untuk Menentukan Status Gunung Berapi
3.6. Rangkaian Penerima Data Suhu dan Kelembaban Kawah Untuk
Menentukan Status Gunung Berapi
10k
RLP434
1
2
34 5
6 7
8
ANTENNA
HT12D/DIP18
DIN14
VT17
VDD18
A01
A12
A23
A34
A45
A56
A67
A78
OSC116
OSC215
D810
D911
D1012
D1113
VCC
5V
10uF
33pX2
VCC
MAX232
C1+1
C1-3
C2+4
C2-5
VCC16
GND15
V+2
V-6
R1OUT12
R2OUT9
T1IN11
T2IN10
R1IN13
R2IN8
T1OUT14
T2OUT7
CONNECTOR DB9
594837261
10uF
10uF
10uF
10uF
AT89C51
RST9
XTAL218
XTAL119
PSEN29 ALE/PROG30
EA/VPP31
P1.01
P1.12
P1.23
P1.34
P1.45
P1.56
P1.67
P1.78
P2.0/A821
P2.1/A922
P2.2/A1023
P2.3/A1124
P2.4/A1225
P2.5/A1326
P2.6/A1427
P2.7/A1528
P3.0/RXD10
P3.1/TXD11
P3.2/INT012
P3.3/INT113
P3.4/T014
P3.5/T115
P3.6/WR16
P3.7/RD17
P0.0/AD039
P0.1/AD138
P0.2/AD237
P0.3/AD336
P0.4/AD435
P0.5/AD534
P0.6/AD633
P0.7/AD732
10/16
10k
11,0592 Mhz
Gambar 1.10 Rangkaian Penerima data Suhu dan Kelembaban Kawah
Untuk Menentukan Status Gunung Berapi
![Page 7: E-8_telematika.pdf](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022071708/55cf9908550346d0339b235f/html5/thumbnails/7.jpg)
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
E-63
4. IMPLEMENTASI
4.1. Alat Pengirim Data Suhu dan Kelembaban Kawah Untuk Menentukan Status
Gunung Berapi.
Dari perancangan rangkaian komponen elektronika yang telah dijelaskan di atas, dibuatlah alat fisik yang
digunakan dalam aplikasi telemetri pengukuran suhu kawah, yang terdiri dari alat pengirim (transmitter) dan
penerima (receiver).
Gambar 1.14 Alat pengirim dan pembaca suhu
Gambar 1.14 Alat penerima data suhu dan kelembaban
Gambar 1.11 Tampilan FormUtama
4.2 Kelas Form Utama
Program kelas Form utama berisi program menampilkan data suhu dan kelembaban, menampilkan data
status gunung, tanggal dan waktu. Dalam Form Utama terdapat bermacam-macam deklarasi yang memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Sehingga dapat dikelompokan sebagai berikut:
![Page 8: E-8_telematika.pdf](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022071708/55cf9908550346d0339b235f/html5/thumbnails/8.jpg)
Seminar Nasional Informatika 2009 (semnasIF 2009) ISSN: 1979-2328
UPN ”Veteran” Yogyakarta, 23 Mei 2009
E-64
4.3 Kelas Form Penerimaan Data
Gambar 1.12 Tampilan Form Penerimaan Data
Program kelas Form pengambilan data digunakan untuk proses pengambilan data yang dibaca
melalui sensor SHT11 dan sensor LM35 yang akan merespon secara otomatis dan kemudian program akan
menerima data dari perangkat simulasi telemetri suhu dan kelembaban kawah untuk menentukan status gunung
berapi.
4.4 Kelas Form Tabel Database
Gambar 1.13 Tampilan Form Tabel Database
Program kelas Form tabel database digunakan untuk menyimpan data yang telah diambil dari alat
imputan dari perakat keras yang kemudian disimpan kedalam database.
5. KESIMPULAN
Telah dibangun aplikasi telemetri suhu untuk menentukan status gunung berapi, dengan prinsip kerja
menggunakan sensor SHT11 dan sensor LM35 untuk pembacaan suhu yang selanjutnya digunakan sebagai
parameter penentu status gunung berapi.
6. DAFTAR PUSTAKA Budiharto Widodo, 2004, Interfacing Komputer dan Mikrokontroler , Elexmedia Komputindo
Catur Edi Widodo, 2004, Interfacing Port Paralel dan Port Serial Komputer Dengan Visual Basic 6.0, Andi
Offset, Yogyakarta
Afrika Eko Putra, 2003, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55, Gava Media
Pressman, 2002, Rekayasa Perakat Lunak Pendekatan Praktis, Andi Offset, Yogyakarta
Hartono Jogiyanto MBA, PH.D, 1999, Pengenalan Komputer, Andi Offset, Yogyakarta
M. Agus J. Alam, 1999, Belajar Sendiri Microsoft Visual Basic Versi 6.0, PT
A.W. Warsito, 1996, Seni Penuntun Praktis Micosoft Access 2.0, Elex Media Komputindo.
Davis, 1995, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajeman 1
Konversi Suhu, www.Organisasi.Org Komunitas & Perpustakaan Online Indonesia.com
Fairchildsemiconductor, 1986, http://www.fairchildsemi.com/ds/DM/DM74ALS14.pdf,
Edukasi, iklim dan cuaca http://www.e-dukasi.net)
Data suhu, Pusat Vulacanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen Energi Dan Sumber
Daya Mineral Gunung Kelud
Gunung kelud, www.kediri.go.id
Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/kecepatan