Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

20
Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi (Studi Kasus pada 3 Siswa ABK di SDN Depok Baru 8) Elsya Yolanda 1 , Anggraeni Notosrijoedono 2 1. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia 2. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia [email protected], [email protected] Abstrak Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan bentuk dukungan sosial, faktor yang mendukung serta menghambat pemberian dukungan sosial bagi ABK di SDN Depok Baru 8. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan design studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama menjalani pendidikan di SDN Depok Baru 8, ABK mendapatkan dukungan sosial dari guru, pendamping dan teman sebaya. Bentuk dukungan sosial yang diterima meliputi dukungan sosial emosional, pengharagaan, instrumental, dan informatif. Selain itu terdapat pula faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pemberian dukungan tersebut. Kata Kunci : Dukungan Sosial; Anak Berkebutuhan Khusus; ABK; Sekolah Inklusi Social Support for Children with Special Needs in Inclusion (Case Study of 3 Students with Special Needs in SDN Depok Baru 8) Abstract These thesis aims to describe the types of social support, the factors that support and inhibit the provision of social support for children with special needs in SDN Depok Baru 8. This is a qualitative research with study case design. The results show that during their education in SDN Depok Baru 8, children with special needs get social support from teachers, shadows and peers. Types of social support received is emotional social support, esteem, instrumental, and informative. Addition there are alse factors that support and inhibit to the provision of social support. Keyword : Social Support; Children with Special Needs; ABK; Inclusive Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Transcript of Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

Page 1: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi (Studi Kasus pada 3 Siswa ABK di SDN Depok Baru 8)

Elsya Yolanda1, Anggraeni Notosrijoedono2

1. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

2. Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia

[email protected], [email protected]

Abstrak

Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan bentuk dukungan sosial, faktor yang mendukung serta menghambat pemberian dukungan sosial bagi ABK di SDN Depok Baru 8. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan design studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama menjalani pendidikan di SDN Depok Baru 8, ABK mendapatkan dukungan sosial dari guru, pendamping dan teman sebaya. Bentuk dukungan sosial yang diterima meliputi dukungan sosial emosional, pengharagaan, instrumental, dan informatif. Selain itu terdapat pula faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pemberian dukungan tersebut.

Kata Kunci : Dukungan Sosial; Anak Berkebutuhan Khusus; ABK; Sekolah Inklusi

Social Support for Children with Special Needs in Inclusion (Case Study of 3 Students with Special Needs in SDN Depok Baru 8)

Abstract

These thesis aims to describe the types of social support, the factors that support and inhibit the provision of social support for children with special needs in SDN Depok Baru 8. This is a qualitative research with study case design. The results show that during their education in SDN Depok Baru 8, children with special needs get social support from teachers, shadows and peers. Types of social support received is emotional social support, esteem, instrumental, and informative. Addition there are alse factors that support and inhibit to the provision of social support.

Keyword : Social Support; Children with Special Needs; ABK; Inclusive

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 2: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

Pendahuluan

ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) merupakan anak yang secara signifikan berbeda

dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiannya. Mereka yang secara fisik,

psikologi, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan

potensinya secara maksimal, meliputi gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental,

gangguan emosional. Anak-anak berbakat dengan intelegensi tinggi juga dapat dikategorikan

sebagai anak berkebutuhan khusus/luar biasa, karena membutuhkan pelayanan yang terlatih

dari tenaga profesional (Suran & Rizzo dalam Mangunsong, 2009:3). Fasli Jalal menjelaskan

bahwa keberadaan ABK di Indonesia tidak dapat diabaikan, mengingat jumlah mereka yang

meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir karena semakin mudahnya untuk menemukan

anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang baik secara fisik, intelektual, emosi maupun

sosial ditengah masyarakat saat membuka acara Parenting Education dalam rangka HAN

(Hari Anak Nasional) 2013 (Giewahyudi, 2011).

Data BPS (Biro Pusat Statistik) 2011 mencatat jumlah ABK di Indonesia sebanyak 1,5

juta anak. Jumlah tersebut telah mencapai 0,7 persen dari total jumlah penduduk Indonesia,

dimana artinya dalam 1.000 penduduk terdapat 7 ABK (Giewahyudi, 2011). Sedangkan data

Kemdiknas (Kementerian Pendidikan Nasional) tahun 2011 mencatat jumlah ABK sebanyak

356.192 anak dan hanya 85.645 atau sekitar 41% anak yang telah mendapat layanan

pendidikan di SLB (Sekolah Luar Biasa), SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) dan sekolah

terpadu. Sisanya sebanyak 270.547 anak atau sekitar 59% ABK di Indonesia masih belum

mendapatkan layanan pendidikan. Terdapat beberapa alasan yang mendasari ABK belum

dapat menikmati pendidikan seperti anak lainnya, alasan pertama adalah terbatasnya jumlah

institusi pendidikan yang bersedia menerima ABK. Apabila ada, sekolah tersebut berada di

Ibu Kota Kabupaten, sehingga ABK yang memiliki orangtua dengan ekonomi lemah terpaksa

tidak bersekolah. Alasan lainnya adalah apabila ada sekolah yang bersedia menerima ABK,

biasanya sekolah tersebut tidak memiliki staff pengajar khusus sehingga ABK beresiko untuk

tinggal kelas dan akhirnya putus sekolah (Direktorat PLB :2007).

Menyikapi hal tersebut, maka pelaksanaan pendidikan pada saat ini berdasarkan

pemikiran bahwa dalam pemberian pendidikan tidak dilakukan secara diskriminatif.

Educational For All (EFA) yang diselenggarakan di Jomtien, Thailand pada tahun 1990 yang

diikuti dengan Deklarasi Samalanca tahun 1994 memperkenalkan Sekolah Inklusi sebagai

perkembangan terkini dari model pendidikan bagi ABK. Di Indonesia, melalui Permen

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 3: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

(Peraturan Menteri) No.70 tahun 2009 negara juga telah menjamin pelaksanaan pendidikan

inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/bakat

istimewa oleh Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional). Definisi Sekolah

Inklusi menurut Permen No.70 tahun 2009 pasal 1 adalah sistem penyelenggaraan pendidikan

yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan

memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada

umumnya.

Salah satu sekolah yang telah melaksanakan pendidikan bermodel Inklusi adalah SDN

Depok Baru 8. SDN Depok Baru 8 telah melaksanakan pendidikan bermodel inklusi

semenjak tahun 2002, namun sekolah ini baru diresmikan sebagai Sekolah Inklusi pada

Desember 2012 seiring pendeklarasian Kota Depok sebagai Kota penyelenggara Inklusi. SDN

Depok Baru 8 merupakan sekolah pertama atau piloting yang melaksanakan pendidikan

bermodel Inklusi untuk Sekolah Dasar Negeri di Kota Depok. Setelah diresmikan menjadi

Sekolah Inklusi semenjak tahun 2012, SDN Depok Baru 8 telah berhasil menamatkan 17

orang siswa berkebutuhan khusus dan mereka berhasil diterima di beberapa SMP Negeri

maupun Inklusi di berbagai tempat. Disamping itu, SDN Depok Baru 8 juga

mengikutsertakan siswa-siswi yang berkebutuhan khusus ke berbagai kegiatan dan

perlombaan di tingkat sekolah maupun kota, seperti perlombaan baju tradisional tingkat SD

se-kota Depok, perlombaan sepak bola se-kota Depok serta partisipasi sekolah dalam

memperingati hari autisme sedunia.

Dalam menjalani pendidikan, sama seperti anak-anak lainnya ABK juga mengalami

berbagai macam masalah, seperti masalah psikologi, sosial, emosional dan lainnya. Dalam

proses pembelajaran, anak yang mengalami keterbatasan dalam pertumbuhan, perkembangan

baik fisik, inderawi, intelektual, sosial, emosional seringkali mengalami hambatan dalam

proses belajarnya (Mangunsong, 2009). Hal tersebut rentan mempengaruhi psikologis anak,

dimana perasaan berbeda dengan anak lainnya cenderung menimbulkan perasaan kurang

percaya diri (Budiman, 2012). Hal ini diperkuat dengan hasil observasi awal yang dilakukan

di SDN Depok Baru 8 pada salah seorang anak yang dimasukan dalam klasifikasi Slow

Leaner. Keterbatasannya dalam segi akademis, membuat anak merasa malu dan tidak percaya

diri dalam mengikuti pelajaran, sehingga anak kerap menangis selama berada di sekolah.

Untuk dapat melewati hal tersebut, ABK membutuhkan bantuan serta dukungan dari

lingkungan sosial mereka agar mampu berpartisipasi penuh dan berkembang secara optimal.

Kebutuhan untuk mendapatkan dukungan dari lingkungan bagi setiap individu merupakan hal

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 4: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

yang sangat mutlak dibutuhkan, begitupun bagi ABK. Hal ini tidak terlepas dari fitrah

manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Salah satu

bentuk hubungan tersebut adalah dukungan sosial yang diterima individu dalam menjalani

peristiwa dalam kesehariannya. Sarafino (2002) menjelaskan dukungan sosial merupakan

kenyamanan, perhatian, penghargaan, maupun bantuan dalam bentuk lainnya yang

diterimanya individu dari orang lain ataupun dari kelompok yang membuat penerima

dukungan merasa diterima dan dihargai sehingga akan membawa pengaruh yang baik bagi

mereka.

Kaplan, dkk (1993:142) menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat berperan sebagai

pelindung dari serangan penyakit, sehingga pemberian dukungan bagi ABK dapat

mengurangi beban yang timbul akibat keterbatasan yang mereka alami. Disamping itu

dukungan sosial juga bermanfaat pada kesejahteraan seseorang, tidak peduli berapa banyak

masalah atau stress yang dialami oleh individu (Smet,1994). Dukungan sosial yang diberikan

juga mampu memperbaiki kondisi psikologi anak, dimana ABK sangat rentan mengalami

gangguan ini akibat dampak dari kondisi biologisnya yang menyebabkan psikologis anak

tertekan. Seperti yang dijelaskan oleh (Wallen dan Lachman dalam Sodrow, 2001) yang

menyatakan bahwa dukungan sosial dapat memperbaiki kondisi psikologis seseorang, baik

pria maupun wanita

Terdapat hal yang menarik terkait dukungan sosial yang diberikan kepada ABK di

SDN Depok Baru 8. Hal ini dapat dilihat dari sumber pemberi dukungan yaitu pendamping.

Pendamping di sekolah ini bersifat independent, artinya, pendamping bukanlah merupakan

bagian yang menjadi fasilitas pelayanan yang disediakan dari sekolah. Pendamping ABK

berasal dari orangtua atau orang yang dipercaya orangtua untuk mendampingi ABK selama

berada di sekolah. Pendamping dalam hal ini dibutuhkan untuk memastikan partisipasi dari

anak, bukan bertindak sebagai asisten. Walaupun pendamping bukan merupakan fasilitas dari

sekolah, namun pendamping memberikan bantuan kepada anak dalam menjalankan proses

belajar sehingga menjadikan pendamping menjadi salah satu sumber dalam pemberian

dukungan sosial bagi ABK di SDN Depok Baru 8.

Dari beberapa uraian dapat disimpulkan bahwa dalam menjalankan pendidikan di

Sekolah Inklusi bukan merupakan hal yang mudah bagi ABK. Berdasarkan permasalahan,

maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah :

1. Bagaimana bentuk-bentuk dukungan sosial yang diberikan bagi ABK di SDN

Depok Baru 8?

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 5: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pemberian dukungan sosial

bagi ABK di SDN Depok Baru 8?

Tinjauan Teoritis

Teori dan konsep yang digunakan dalam analisis penelitian ini terdiri atas tiga bagian,

yaitu: 1). Teori Anak Berkebutuhan Khusus, 2). Teori Sekolah Inklusi 3). Teori Dukungan

Sosial.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan anak yang dalam proses

perkembangannya secara signifikan (bermakna) mengalamai kelainan atau penyimpangan

(fisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya

sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus (Direktorat PLB, 2004:2).

Didalam buku Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa (SLB) Tahun 2007 dan

Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen

Pendidikan Nasional Pendidikan yang mengelompokan ABK dalam 11 kelompok, yaitu:

1).Tuna Netra, 2). Tuna Rungu, 3). Tuna Grahita : (a.l. Down Syndrome), 4). Tuna Grahita

Ringan (IQ = 50-70), 5). Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50), 6). Tuna Grahita Berat (IQ 125)

7). Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis,

Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik), 8). Lambat Belajar (IQ=70–90),

10). Autis, 11). Korban Penyalahgunaan Narkoba, 12). Indigo.

Sekolah Inklusi merupakan model pendidikan yang ditujukan bagi ABK agar dapat

menikmati pendidikan di sekolah umum seperti anak lainnya. Dalam pelaksanaannya,

Direktorat PSLB (Pembinaan Sekolah Luar Biasa) 2007 mengeluarkan pedoman pelaksanaan

bagi sekolah-sekolah yang melaksanakan pendidikan bermodel inklusi. Dalam pedoman

dijelaskan mengenai model kurikulum yang dapat digunakan terdiri dari: a. Model kurikulum

reguler, b. Model kurikulum reguler dan modifikasi, c. Model kurikulum PPI. Sistem

kenaikan kelas dan laporan hasil belajar bagi Sekolah Inklusi juga diatur oleh direktorat

PSLB, dimana dalam sistem kenaikan kelas Sekolah yang menggunakan model kurikulum

reguler penuh, sistem kenaikan kelasnya menggunakan acuan yang berlaku pada sekolah

reguler penuh yang sedang berlaku. Sedangkan bagi sekolah yang menggunakan model

kurikulum reguler yang dimodifikasi, maka sistem kenaikan kelasnya dapat menggunakan

acuan pada usia kronologis atau menggunakan sistem kenaikan kelas reguler.

Gottlieb (1983:28) mendefinisian dukungan sosial seperti berikut “ Social support

consist of the verbal and/or non-verbal information or advice, tangible aid, or action that is

profferd by social intimates or inffered by their presence and has benefical emotional or

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 6: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

behavioral affect on the recipient.” (Dukungan sosial didefinisikan sebagai informasi verbal

ataupun non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-

orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran

dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh terhadap tingkah

laku penerimanya).

Dukungan sosial dapat diperoleh oleh individu dari interaksi yang dilakukakan

individu dengan orang lain. Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) membagi sumber-

sumber dukungan sosial menjadi 3 kategori, yaitu: a. Sumber dukungan sosial yang berasal

dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan

mendukungnya, seperti : keluarga dekat, pasangan, atau teman dekat, b. Sumber dukungan

sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung

mengalami perubahan sesuai dengan waktu. c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari

individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat

berubah. Sedangkan Rook & Dooley (1985) membagi sumber dukungan sosial menjadi dua

sumber, yakni sumber artifisial yang merupakan dukungan yang dirancang ke dalam

kebutuhan primer seseorang dan sumber natural, yakni sumber dukungan yang diterima

seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang

yang berasa disekitarnya. Besar kecilnya dukungan yang diterima seseorang ditentukan oleh

hubungan yang terjalin diantara individu. Hal ini dijelaskan oleh Orford dalam Sarafino

(2002) yang menyatakan bahwa sumber dukungan sosial terbesar dapat berasal dari orang

yang berarti (significant others) dan memiliki hubungan dan kedekatan emosional dengan

penerima, seperti pasangan hidup apabila telah menikah, kekasih, sahabat ataupun rekan

kerja.

Terdapat beberapa bentuk dukungan sosial menurut beberapa ahli, House (dalam Smet

1994:136) menjelaskan 4 kategori utama dari dukungan sosial, yakni: a. Dukungan Emosional

mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian yang diberikan terhadap individu yang

diberikan dukungan. Dukungan ini umumnya berasal dari keluarga dan teman-teman dekat

dan merupakan bentuk yang paling umum dalam pemberian dukungan sosial, b. Dukungan

penghargaan diberikan melalui ungkapan hormat (penghargaan) yang positif bagi penerima

dukungan. Pemberian dukungan ini dapat menambah kepercayaan diri penerima dukungan

karena memberikan ungkapan seperti dorongan untuk maju atau mengetujui ungkapan atau

saran individu dan ungkapan dalam memberikan perbandingan yang baik mengenai hal

dilakukan individu dengan orang lain, c. Dukungan Instrumental adalah bentuk langsung yang

paling nyata dari dukungan sosial, meliputi bantuan dalam bentuk uang, waktu, layanan dan

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 7: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

intervensi eksplisit lain atas nama orang tersebut, d. Dukungan informational mencakup

pemberian nasihat, saran atau petunjuk yang membantu orang untuk merespon tuntutan

pribadi atau situasional.

Dalam pemberian dukungan sosial terdapat hal-hal yang mempengaruhi pemberian

dukungan bagi tiap individu. Pemberian dukungan yang sama dapat di terima secara berbeda

bagi setiap individu. Sarafino (2002) menyatakan terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan atau tidak: a. Faktor dari

penerima dukungan (recipient), dimana sebagian orang terkadang tidak cukup asertif untuk

memahami bahwa dirinya membutuhkan bantuan dari orang lain, atau merasa dia seharusnya

dapat bersikap mandiri dan tidak mengganggu orang lain, atau tidak merasa nyaman saat

seseorang menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa dia harus meminta bantuan sehingga ia

tidak mendapatkan dukungan. b. Faktor pemberi dukungan (providers), dimana seseorang

terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain dikarenakan dirinya sendiri

tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stress, atau

tengah menolong dirinya sendiri atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak

menyadari bahwa orang lain membutuhkan bantuan dan pertolongan dari dirinya.

Metode Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SDN Depok Baru 8 yang bertempat di Jl.Mawar

Raya Depok Baru, Pancoran, Depok. Lokasi ini dipilih karena SDN Depok Baru 8 merupakan

SD pertama yang melaksanakan pendidikan bermodel Inklusi di Kota Depok. Pendekatan

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menurut Creswell

(2013:4) merupakan salah satu prosedur penelitian untuk mengeksplorasi dan memahami

makna yang diperoleh dari individu atau sekolompok orang yang diangkat dari masalah sosial

atau kemanusian. Dalam penelitian ini dilakukan pengajuan pertanyaan-pertanyaan,

mengumpulkan data yang spesifik dari informan, menganalisis data secara induktif mulai dari

tema khusus ke tema-tema umum dan menafsirkan makna data. Berdasarkan tujuan

penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

(study case). Menurut Creswell (2013:20) studi kasus merupakan strategi penelitian dimana

didalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses,

atau sekelompok individual.

Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling. Pusposive

Sampling merupakan metode sampling yang digunakan pada situasi yang bersifat unik,

dimana dalam teknik ini siapa yang akan menjadi sampel ditentukan sesuai dengan maksud

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 8: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

dan tujuan penelitian (Neuman, 2006:222). Berikut ini adalah karakteristik ABK yang dipilih

menjadi objek dalam penelitian ini adalah:

a. Minimal telah bersekolah di SD Depok Baru 8 selama 3 tahun

b. Anak berada di rentang usia 9-12 tahun, karena pada usia tersebut anak baru

berpindah dari masa kanak-kanak tengah ke masa kanak-kanak akhir, mereka

mengarahkan energi untuk penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.

Erickson (dalam Santrock, 2007:46). Dalam memasuki masa transisi, dukungan dari

orang-orang yang ada disekitarnya akan sangat berpengaruh kepada anak.

c. ABK yang masih didampingi oleh pendamping, dengan alasan bahwa anak yang

didampingi mempunyai keterbatasan yang masih harus dibantu oleh orang lain

dalam menjalani pendidikan di sekolah Inklusi sehingga bentuk dukungan yang

diberikan kepada mereka tentu lebih besar daripada anak yang tidak didampingi

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan diatas, terpilihlah tiga ABK dari

keseluruhan total 13 ABK yang berada di rentang usia 9-12 Tahun. Dimana dua dari tiga

ABK dimasukan kedalam klasifikasi autis dan satu orang dimasukan dalam klasifikasi

tunadaksa. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah informan yang berhubungan

atau berinteraksi langsung serta secara akurat dan memberikan dukungan sosial langsung

kepada ABK. Untuk memperjelas mengenai informan dan informasi yang ingin diperoleh,

maka hal ini terangkum dalam theoritical sampling di bawah ini:

Tabel 1 Kerangka Informan

No Informan Informasi yang diingin diperoleh Jumlah

1. Wali Kelas 1. Perkembangan anak selama di sekolah. 2. Bentuk-bentuk dukungan sosial. 3. Faktor penghambat dan pendukung dalam memberikan

dukungan sosial

1

2. Pendamping 1. Bentuk-bentuk dukungan sosial. 2. Faktor penghambat dan pendukung dalam memberikan

dukungan sosial

3

3. Teman sebaya 1. Bentuk-bentuk dukungan sosial. 2. Faktor penghambat dan pendukung dalam memberikan

dukungan sosial

2

4. Kepala Sekolah

1. Upaya pemberian dukungan dari Sekolah 2. Faktor penghambat dan pendukung dalam memberikan

dukungan sosial

1

Jumlah Informan 7

Sumber: Olahan Penelitian

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 9: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Sekolah Inklusi di SDN Depok Baru 8

Sebagai bentuk tanggung jawab dan keseriusan dalam mendukung terlaksananya

pendidikan Inklusi, dalam pelaksanaannya SDN Depok Baru 8 mempunyai beberapa

kebijakan khusus dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar bagi ABK di SDN Depok

Baru 8. Hal ini dapat dilihat dari hasil temuan lapangan, dimana sekolah melakukan

modifikasi pada strategi pembelajaran dan penilaian bagi siswa berkebutuhan khusus. Dalam

hal modifikasi pada strategi pembelajaran, sekolah memberikan otoritas kepada guru yang

mengajar dalam mengembangkan kurikulum umum sesuai dengan kebutuhan masing-masing

anak. Merujuk kepada model pengembangan kurikulum yang dikeluarkan oleh Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 Tahun 2009, maka model pengembangan

kurikulum yang berlaku di SDN Depok Baru 8 dimasukan kedalam model kurikulum reguler

yang dimodifikasi. Namun dalam pelaksanaan model pengembangan kurikulum ini, SDN

Depok Baru mempunyai kekurangan dimana SDN Depok Baru 8 belum mempunyai PPI

(Pedoman Pembelajaran Individual) bagi setiap ABK.

Apabila di sekolah umum berlaku sistem tinggal kelas, maka hal ini tidak berlaku bagi

ABK yang berada di SDN Depok Baru 8. Hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya dalam

pendidikan Inklusi, sekolah memberikan peluang bagi ABK untuk belajar bersama dengan

anak reguler lainnya bukan hanya untuk mengejar pencapaian akademis semata, melainkan

lebih jauh lagi menekankan kepada bagaimana seorang anak yang mengalami disfungsi sosial

dapat belajar untuk untuk hidup bersama dengan lingkungan yang berbeda dengan mereka

sehingga kedepannya anak-anak ini mampu berperan serta dalam masyarakat. Disamping

akademis, sekolah juga sangat memperhatikan penilaian non-akademis anak, meliputi

penilaian berdasarkan konsentrasi, emosi, motivasi belajar, perkembangan anak dalam

bersosialisasi dan perkembangan motorik halus. Sistem kenaikan kelas di sekolah ini juga

memperhatikan faktor usia sehingga dalam menjalani pendidikan yang lebih tinggi

kedepannya, ABK tidak mengalami perbedaan usia dengan anak reguler lain saat berada di

sekolah, dengan alasan dapat melindungi kondisi psikologis ABK, dimana jika sekolah

menerapkan sistem tinggal kelas, maka ini akan membuat kebanyakan ABK tidak dapat

berhasil mengikuti pendidikan di sekolah reguler sehingga mereka cenderung selalu tinggal

kelas dan akan berpengaruh buruk kepada psikologi anak. Hal ini sejalan dengan Peraturan

Direktorat PLB 2007 mengenai sistem kenaiakan kelas yang dilaksanakan oleh Sekolah

Inklusi point ke dua, dimana dalam pelaksanaannya sekolah menggunakan alternatif pertama

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 10: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

dalam penentuan sistem kenaikan kelas pada ABK yaitu pertimbangan usia kronologis pada

anak. Berbagai upaya dilakukan SDN Depok Baru 8 untuk mendukung terlaksananya peluang

pendidikan yang baik bagi ABK, dimana salah satunya dilakukan dengan penyamaan sistem

sekolah berdasarkan aturan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat PLB dalam

penyelenggaraan Sekolah Inkusi. Dalam pelaksaannya masih terdapat beberapa kekurangan

bagi SDN Depok Baru 8, dimana SDN Depok Baru 8 belum menerapkan sistem PPI

(Program Pembelajan Individual) bagi setiap ABK di sekolah tersebut.

B. Dukungan sosial

Dalam pelaksanaannya, dukungan sosial dapat diberikan oleh siapa saja, dimana

orang-orang yang memberikan dukungan kepada individu disebut dengan sumber dukungan

sosial. Hasil temuan lapangan menggambarkan bahwa selama berada di sekolah berdasarkan

teori Kahn & Antonoucci (dalam Orford, 1992) dapat disimpulkan sumber dukungan bagi

ABK di SDN Depok Baru 8 berasal dari dua sumber, yaitu sumber dukungan tipe pertama

dan sumber dukungan tipe kedua. Sumber dukungan tipe pertama berasal dari pendamping,

dimana dijelaskan bahwa sumber dukungan tipe ini berasal dari orang yang selalu ada bagi

anak, selalu bersama dan mendukungnya. Dalam hal ini pendamping selama berada di

sekolah dapat dikatakan selalu mendampingi dan selalu memberikan dukungan serta bantuan

kepada anak saat berada di sekolah. Sedangkan sumber dukungan yang berasal dari guru dan

teman sebaya di masukan dalam sumber dukungan tipe kedua, dimana dijelaskan dalam teori

bahwa dukungan ini berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan

cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu. Dan apabila merujuk pada sumber

dukungan yang dikemukakan oleh Rook dan Doley (1985) yang membagi sumber dukungan

menjadi dua, yaitu sumber dukungan artifisal dan natural, maka dalam menjalani pendidikan

di SDN Depok Baru 8, ABK mendapat kedua sumber dukungan tersebut. Sumber dukungan

artifisal merupakan dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang,

dalam hal ini guru dan pendamping dimasukan kedalam sumber dukungan ini, dimana

merupakan individu yang secara sengaja disediakan untuk membantu anak dalam menjalani

pendidikan selama berada di sekolah. Di samping itu ABK selama berada di sekolah juga

mendapatkan dukungan dari teman sebaya yang dapat digolongkan ke dalam sumber

dukungan natural, dimana sumber dukungan ini diterima melalui interaksi sosial dalam

kehidupannya secara spontan dengan orang yang berada disekitarnya.

Hasil temuan lapangan juga menggambarkan dalam pemberian dukungan sosial

terdapat peran yang menonjol dari salah satu sumber pemberi dukungan, yaitu pendamping.

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 11: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

Hal ini dapat dilihat dengan ketersediaan pendamping yang selalu ada bagi anak sehingga

membuat pendamping menjadi orang yang paling sering memberikan bantuan dan dukungan

ketika mereka membutuhkannya. Keberadaan pendamping yang selalu menemani anak

selama berada di sekolah juga membuat kerekatan antara anak dan pendamping menjadi

semakin dekat baik dari segi hubungan dan juga emosional. Sehingga berdasarkan temuan ini,

maka dalam pemberian dukungan sosial terbesar (significant others) bagi ketiga ABK di

dapatkan dari pendamping. Orford dalam Sarafino (2002) yang menyatakan bahwa sumber

dukungan sosial terbesar dapat berasal dari orang yang berarti (significant others) dan

memiliki hubungan dan kedekatan emosional dengan penerima.

House dalam Smet menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam

kedalam 4 bentuk dukungan, antara lain: bentuk dukungan sosial emosional, dukungan sosial

penghargaaan, dukungan sosial instrumental dan dukungan sosial informatif. Berdasarkan

hasil temuan lapangan diperoleh bahwa ABK mendapatkan ke empat bentuk dukungan sesuai

dengan penjelasan oleh Smet di SDN Depok Baru 8. Temuan lapangan juga menggambarkan

bahwa terdapat perbedaan berdasarkan cara-cara yang di lakukan oleh masing-masing sumber

dukungan dalam memberikan dukungan kepada ABK. Cara yang digunakan dalam pemberian

dukungan didasarkan kepada keterbatasan dan kebutuhan masing-masing dalam menerima

dukungan.

B.1 Dukungan Sosial Emosional

Bentuk dukungan sosial pertama yang diberikan kepada ABK di SD Negeri 08 Depok

Baru adalah dukungan sosial emosional. Bentuk dukungan ini diberikan oleh wali kelas

dengan cara menanyakan kabar atau melakukan ice-breaking sebelum pelajaran dimulai. Hal

ini dilakukan agar suasana kelas menjadi lebih hidup dan membuat anak nyaman berada di

dalam kelas. “ Iya, kalau saya kan sudah tau konsep ABK ya. Jadi pada saat masuk kelas saya

biasanya intermezo dulu lah ya kayak sharing-sharing dulu, cerita-cerita, menanyakan kabar,

seperti ungkapan bagaimana kabarnya? Kalian sehat gak hari ini? Siapa yang sakit?..”(ST,

Wali Kelas, 10/04/2014). Disamping itu Wali Kelas juga memberikan dukungan emosional

dengan cara berempati terhadap keterbatasan yang dimiliki oleh anak dengan beberapa cara,

yaitu dengan cara pemberian soal latihan yang disesuaikan dengan kemampuan masing-

masing anak. Cara lain dilakukan dengan mengatur posisi duduk anak yang dimasukan

kedalam klasifiaksi autis berdekatan dengan guru agar dapat maksimal dalam menerima

pelajaran dan memudahkan guru untuk mengontrol anak. Tindakan ini dilakukan karena

gejala yang dialami oleh anak autis, dimana mereka memiliki hipersensitif pada suara dan

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 12: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

rentang konsentrasi pendek dengan anak reguler lainnya sehingga berbagai stimulasi sensorik

yang datang sering membuat anak stress.

“ .... seperti kondisi FR dimana dia tidak suka akan kebisingan dan suara yang keras,

dengan kondisi yang seperti itu saya memindahkan tempat duduknya di sebelah

bangku saya. Kalau di dudukin sama anak-anak yang lain kadangkan mereka suka

ribut gitu, makanya saya mengatur posisi duduknya di samping meja saya sehingga

ketidaknyamanan dia dalam mendengarkan suara yang keras bisa diminimalisir dan

saya pun dalam mengontrolnya gak susah..” (ST, Wali Kelas, 14/04/2014)

Dukungan emosional diberikan kepada seseorang dengan cara menentramkan atau

menenangkan orang tersebut bahwa ada yang peduli dengannya. Untuk itu dibutuhkan

dukungan emosional berupa kehangatan dari orang lain yang dapat membuat seseorang yang

berada di bawah stress dapat merasakan keadaan yang lebih baik. Bentuk dukungan inilah

yang diberikan kepada ketiga ABK, dimana saat berada dalam kondisi marah, maka anak

dibawa keruang terapi untuk kembali menentramkan dan menenangkan emosi anak.

Sedangkan dalam memberikan kehangatan kepada ketiga ABK, hasil temuan menunjukan

terdapat kesamaan cara yang digunakan untuk menunjukannya yaitu melalui kontak fisik

(sentuhan, pegangan dan pelukan), namun perbedaannya terdapatkan pada waktu atau situasi

dalam pemberian dukungan ini. Bagi anak autis yang memiliki gejala sering tidak memahami

perkataan yang diungkapkan kepada mereka, maka bentuk dukungan emosional melalui

kontak fisik, seperti sentuhan, pelukan dan genggaman diberikan untuk menunjukan rasa

sayang kepada mereka. Bentuk perhatian ini dianggap lebih dapat diterima oleh anak dengan

klasifikasi autis daripada memberikan perhatian dengan menggunakan verbal. Bentuk

kehangatan melalui kontak fisik, seperti pelukan juga diberikan ketika anak berada dalam

kondisi atau keadaan marah sehingga pemberian dukungan ini menciptakan keadaan dan

perasaan yang lebih baik pada anak .

Hasil temuan lapangan mengenai bentuk dukungan emosional yang diberikan melalui

perhatian, pelukan, sentuhan serta pemberian motivasi mampu mempengaruhi kemampuan

pengendalian emosi pada anak. Bentuk dukungan ini membuat anak merasa diperhatikan dan

menciptakan perasaan nyaman dan aman, terutama saat diberikan sentuhan dan pelukan.

Sebagai penerima dukungan anak juga merasakan hal yang sama, dimana bentuk perhatian

yang diberikan dipersepsikan sebagai bentuk rasa sayang seseorang kepadanya “ Berarti tante

sayang sama aku, aku juga sayang sama tante. Gak mau kalau tante pergi maunya ada tante

kalau aku lagi disekolah” (TA, ABK, 02/06/2014). Sesuai dengan penjelasan Sarafino yang

menyebutkan bahwa dukungan sosial emosional akan menyebabkan penerima dukungan

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 13: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

merasa nyaman, tentram kembali, merasa dimiliki dan dicintai ketika dia mengalami stres,

memberi bantuan dalam bentuk semangat, kehangatan personal, dan cinta

B.2 Dukungan Sosial Penghargaan

  Bentuk dukungan kedua yang diberikan kepada ABK di SDN Depok Baru 8 adalah

bentuk dukungan sosial penghargaan. Menurut House dukungan ini diberikan dengan

ungkapan positif bagi penerima dukungan, dorongan untuk maju, mengetujui ungkapan atau

saran individu dan ungkapan dalam memberikan perbandingan yang baik mengenai hal

dilakukan individu dengan orang lain. Bentuk penghargaan yang diberikan oleh sekolah

kepada ABK adalah dengan mengikutsertakan dan menampilkan ABK pada acara-acara yang

diselenggarakan sekolah, seperti perayaan hari kartini dan perpisahan sekolah. Hal ini

dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri anak dan menanamkan sikap pada diri

mereka bahwa mereka sama dengan anak lainnya yang mempunyai kemampuan dan bisa

menampilkan apa yang mereka miliki.

Horse (dalam Smet, 1994) mengungkapkan bahwa dukungan penghargaan muncul

dari pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan, keterampilan dan prestasi yang

dimiliki seseorang. Hal inilah yang dilakukan pemberi dukungan kepada ketiga ABK. Dalam

pemberian dukungan berupa pujian terdapat perbedaan cara berdasarkan kecacatan yang

dimiliki. Bagi anak autis cenderung pasif apabila diberi ungkapan verbal, maka ungkapan

pujian tetap diberikan namun dengan menggunakan strategi khusus sesuai dengan ketertarikan

masing-masing anak di berbagai bidang, salah satunya dengan melontarkan pujian dengan

menggunakan Bahasa Inggris bagi anak yang mempunyai ketertarikan lebih di mata pelajaran

Bahasa Inggris. Saat memberikan pujian biasanya juga dilakukan dengan menepukan tangan

antara kedua belah pihak atau yang dikenal dengan “tos”.

House (1994) mengungkapkan bahwa dukungan penghargaan dapat menambah

kepercayaan diri penerima dukungan karena memberikan ungkapan seperti dorongan untuk

maju atau mengetujui ungkapan atau saran individu dan ungkapan dalam memberikan

perbandingan yang baik mengenai hal dilakukan individu dengan orang lain. Dukungan ini

juga didapatkan oleh anak melalaui perbandingan positif dengan teman yang lainnya untuk

memberikan keyakinan bahwa dia dapat mengerjakan sesuatu lebih baik dari pada temannya.

Hasil temuan lapangan juga memperlihatkan dukungan penghargaan juga diberikan melalui

ungkapan setuju terhadap ide atau pendapat yang dikemukakan oleh anak.

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 14: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

“ Saya mencoba memberikan pengharaanlah ya kepada usulan mereka dengan

ungkapan oh bagus itu, maunya kamu jadi apa atau jalan cerita yang bagus gimana

gitu. MR juga sering tiba-tiba kedepan trus bisikin ke aku kasih ide. Ya kalau gitu pasti

kita tanggepin dengan baik ya, jadi dengan begitu anak-anak merasa ide mereka itu

diterima gitu”. (ST, Wali kelas, Kamis, 10 April 2014)

B.3 Dukungan Sosial Instrumental

Bentuk dukungan ketiga yang diberikan kepada ABK di SD Negri 08 Depok Baru

yaitu dukungan sosial instrumental. Dukungan ini merupakan bentuk langsung yang paling

nyata dari dukungan sosial, meliputi bantuan dalam bentuk uang, waktu, layanan dan

intervensi eksplisit lain atas nama orang tersebut. Bentuk dukungan instrumental yang

diberikan kepada tiga ABK adalah dengan pemenuhan kebutuhan anak untuk menjalani

pendidikan, berupa tas, sepatu, seragam, baju muslim, baju pramuka dan alat-alat tulis. Hal ini

dilakukan sebagai bentuk upaya sekolah dan juga pemerintah untuk mendukung ABK di

sekolah inklusi agar termotivasi dan semangat dalam belajar:

“ dua minggu yang lalu sekolah baru saja memberikan bantuan langsung berupa

barang-barang yang dibutuhkan oleh ABK untuk mengikuti pendidikan di sekolah.

Hal ini terlaksana atas bantuan pemerintah Provinsi. Bantuan yang kita salurkan

berupa tas, sepatu, seragam, baju muslim, baju pramuka dan alat-alat tulis” (RS,

Kepsek, 10/04/2014)

Disamping itu ketiga ABK juga mendapatkan dukungan instumental berupa terapi

remedial untuk mengasah kemampuan ABK dalam mata pelajaran tertentu yang belum

dikuasai. Pemberian terapi remedial dianggap mampu membantu perkembangan anak dari

segi kognitif, karna saat diberikan kelas terapi remedial anak diajarkan secara individu

mengenai pelajaran yang belum mereka kuasai di kelas biasa. Bantuan lain yang didapatkan

anak selama di sekolah adalah bantuan dalam mengerjakan tugas dan latihan. Bantuan ini

diberikan dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-

masing anak.

Anak juga mendapatkan dukungan sosial instrumental berupa pemenuhan kebutuhan

secara materi dan layanan, seperti diantarkan kesekolah, dibantu dalam mengerjakan tugas,

ditemani saat jajan, diantakan ke toilet, mempersiapkan kursi yang sesuai dengan kebutuhan,

dimana kursi diatur agar tidak terlalu tinggi dan tidak juga terlalu pendek sehingga anak

nyaman ketika duduk dan berada di dalam kelas dan bantuan untuk membereskan buku

setelah jam pelajaran berakhir oleh pendamping.

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 15: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

Pemberian dukungan instrumental dinilai sangat berarti bagi penerima dukungan

karena merupakan bantuan langsung yang diberikan pada penerima sehingga penerima

merasakan langsung manfaat pemberian dukungan ini. Masalah pelajaran masih menjadi

salah satu hal yang sering menimbulkan stress tersendiri bagi anak, terutama ABK. Hal ini

juga diungkapkan langsung oleh penerima dukungan yaitu anak, dimana ia merasakan bahwa

bantuan langsung yang diberikan saat mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal latihan

dianggap sangat membantu dalam melaksanakan tugas di sekolah.

Dari temuan lapangan dilihat bahwa dalam pemberian dukungan instrumental, peran

guru dan pendamping terlihat lebih menonjol dari pada dukungan yang diberikan oleh teman

sebaya, terutama bagi anak yang digolongkan dalam klasifikasi autis. Pemberian dukungan

sosial instrumental yang diberikan oleh teman sebaya hanya berlangsung pada saat-saat

tertentu saja, berbeda dengan yang diberikan oleh guru dan pendamping. Gangguan

perkembangan yang dialami oleh anak, membuat mereka tidak mengerti akan kebutuhan dan

bantuan yang sebenarnya mereka butuhkan. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang

diungkapkan oleh Sarafino yang menyatakan bahwa hal yang mempengaruhi seseorang

menerima dukungan atau tidak, salah satunya berasal dari faktor penerima, dimana penerima

dukungan tidak cukup asertif untuk memahami dirinya membutuhkan bantuan dari orang lain.

Disinilah keberadaan guru dan pendamping sangat berperan dalam pemberian dukungan

instrumental, seperti membantu mengerjakan tugas atau membantu ABK dalam

kesehariannya. Dalam hal ini walaupun anak tidak cukup asertif dalam mengungkapkan

kebutuhan mereka, namun guru dan pendamping telah mengetahui terlebih dahulu kebutuhan

anak sehingga dapat sangat berperan dalam pemberian dukungan ini.

B.4 Dukungan Sosial Informatif

Bentuk dukungan terakhir yang diberikan kepada ABK di SD Negeri 08 Depok Baru

adalah bentuk dukungan sosial informatif. Bentuk dukungan sosial informatif diberikan

kepada anak berupa pemberitahuan mengenai peraturan-peraturan sekolah dan kebiasaan-

kebiasaan yang menyangkut cara berpakaian dan perilaku hidup bersih seperti membuang

sampah pada tempatnya serta jajanan sehat yang dilakukan setiap hari Senin pagi ketika

upacara bendera. Dalam memberian dukungan sosial informatif, biasanya guru informasi akan

menanyakan kembali informasi yang telah disampaikan. Hal ini dilakukan untuk memastikan

informasi sampai kepada anak, karena menurut Hallahan & Kauffman; Hinchcliffe (2006)

menyatakan bahwa ketika anak mengalami kerusakan pada otak maka fungsi-fungsi kognitif

serta respon emosional biasanya terkena dampak sehingga menyebabkan keterlambatan dalam

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 16: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

belajar atau memahami sesuatu. Maka cara yang digunakan dengan menanyakan ulang

kembali informasi yang disampaikan dirasa tepat untuk menyiasati kekurangan yang dimiliki

oleh ABK. Anak juga mendapatkan dukungan informatif mengenai hal yang tidak boleh

dikerjakan, seperti tidak boleh berkelahi dan nasehat ketika anak tidak mau belajar.

Disamping anak, orangtua juga menjadi target dalam pemberian dukungan sosial

informatif. Sekolah menganggap orangtua merupakan salah satu aktor kunci keberhasilan

bagi anak disamping sekolah. Bentuk dukungan ini diberikan dengan mengadakan training

bagi orangtua ABK. Materi yang disampaikan dalam training meliputi pengetahuan mengenai

ABK secara mendalam serta cara penanganan yang tepat terhadap ABK oleh orangtua.

Sekolah juga memberikan catatan-catatan yang dituliskan di dalam buku latihan anak terkait

pencapaian serta kekurangan anak dalam menjalani pelajaran.

C. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Dukungan Sosial

C.1 Faktor yang Mendukung dalam Memberikan Dukungan Sosial.

Dalam pelaksanaan Sekolah Inklusi, SDN Depok Baru 8 mengeluarkan kebijakan

bahwa sekolah memberikan ijin kepada setiap ABK untuk didampingi dan pendamping juga

diberikan ijin masuk ke dalam kelas untuk mendampingi anak selama proses belajar.

Kebijakan sekolah tersebut dianggap sebagai hal yang mendukung dalam memberikan

dukungan dikarenakan pendamping mendapatkan kesempatan untuk selalu mendampingi

anak dan dapat memberikan bantuan secara langsung ketika anak membutuhkan bantuan.

Sikap kooperatif yang diperlihatkan oleh pendamping dalam membantu anak selama berada

di sekolah juga dianggap turut membantu guru dalam memberikan layanan pendidikan yang

terbaik bagi anak. Hal ini sesuai dengan penjelasan Johnson and Johnson (1991) yang

menyatakan bahwa salah satu unsur dalam dukungan sosial adalah ketersediaan, dimana hal

ini berhubungan dengan kemungkinan menemukan seseorang ketika membutuhkan

pertolongan atau bantuan. Sehingga dengan adanya pendamping menjadi salah satu yang

mendukung pemberian dukungan bagi ABK.

Kesiapan guru dalam menangani ABK yang memiliki latarbelakang latar pendidikan

SLB dianggap mampu memberikan layanan yang baik kepada ABK karena memang telah

mengetahui bagaimana cara menangani anak dengan kebutuhan khusus. Hal lain yang dirasa

mendukung dalam pemberian dukungan bagi ABK adalah adanya penerimaan yang baik dari

lingkungan sekolah, seperti penerimaan teman sebaya dan Wali Murid lainnya. Hal ini

membuat anak dihargai dan tidak menimbulkan perasaan yang berbeda dengan teman yang

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 17: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

lainnya. Disamping itu, arahan yang diberikan orang tua mengenai kedudukan pendamping

selama berada disekolah sama halnya dengan orangtua selama berada dirumah dianggap

sebagai hal yang mendukung dalam proses pemberiaan dukungan bagi anak. Arahan yang

diberikan oleh orangtua akan memberikan keyakinan kepada anak bahwa pendamping

merupakan orang yang paling dekat dan merupakan pemberi bantuan utama saat berada di

sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Orford dalam Sarafino (2002) menyatakan bahwa

sumber dukungan sosial terbesar dapat berasal dari orang yang berarti (significant others) dan

memiliki hubungan dan kedekatan emosional dengan penerima. Dalam hal ini

memperlihatkan bahwa keyakinan anak mengenai pendamping sebagai sebagai significant

others dalam pemberian dukungan turut mendukung upaya dalam pemberian dukungan

kepada anak. Perhatian yang diberikan oleh orangtua dalam mendukung proses belajar anak

dan upaya sekolah dan pemerintah dengan memberikan bantuan dan mengirim tim pengajar

untuk mengikuti training untuk penangan ABK di SDN Depok Baru 8 juga turut mendukung

proses pemberian dukungan kepada ABK

C.2 Faktor yang Menghambat dalam Memberikan Dukungan Sosial.

Selanjutnya faktor-faktor penghambat dalam pemberian dukungan sosial di SDN

Depok Baru 8 yaitu berasal dari faktor emosi anak yang sering berubah-ubah, seperti marah-

marah, sedih, tertawa sendiri menjadi salah satu hal yang menghambat dalam pemberian

dukungan sosial kepada anak. Kemampuan anak dalam mengingat juga mempengaruhi

pemberian dukungan. Dimana saat anak diberikan bantuan atau dukungan mereka cenderung

tidak menerima dengan sempurna bantuan yang diberikan, seperti halnya lupa.

Ketidakstabilan emosi yang dialami oleh teman yang berkebutuhan khusus seperti suka

marah-marah tiba-tiba atau melempar barang-barang yang ada di sekitar mereka, membuat

teman-temannya yang reguler merasa tidak nyaman bermain dengan mereka sehingga

pemberian dukungan terhambat atau tidak terlaksan. Sarafino (2002) mengungkap beberapa

faktor yang mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan atau tidak, salah

satunya berasal dari ketidakasertifan atau ketidaktahuan individu untuk memahami bahwa

dirinya membutuhkan bantuan dari orang lain atau (recipient). Keterbatasan yang dialami

oleh ABK baik dari segi emosional, psikis dan mental membuat mereka cenderung tidak

memahami bahwa mereka sesungguhnya membutuhkan bantuan dan mereka juga cenderung

tidak memahami dukungan yang diberikan kepada mereka sehingga dukungan yang diberikan

tidak sampai dengan sempurna kepada mereka.

Hal lain yang turut mempengaruhi proses pemberian dukungan dipengaruhi oleh

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 18: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

pemberi dukungan (providers), dimana dijelaskan bahwa pemberian dukungan terkadang

tidak diberikan kepada orang lain dikarenakan dirinya sendiri tidak memiliki sumberdaya

untuk menolong orang lain. Hal ini ditemukan dilapangan, dimana pendamping mengaku

merasa tidak memiliki kesiapan ketika meghadapi anak saat berada dalam emosi marah.

Dalam kondisi seperti ini, pendamping lebih sering mengandalkan guru yang mempunyai

kapasitas lebih baik untuk mengendalikan emosi anak ketika hal ini terjadi. Faktor yang

menghambat juga datang dari beberapa orang guru yang masih belum bisa sepenuhnya

menangani ABK dan faktor internal guru, seperti kelelahan juga menjadi halangan dalam

pemberian dukungan bagi ABK. Keterbatasan lain datang dari minimnya interaksi yang

dilakukan oleh ABK dengan anak reguler lainnya, juga menjadi faktor yang menghambat

teman sebaya dalam memberikan bantuan kepada ABK selama berada di sekolah. Hal ini

terutama terjadai kepada anak yang digolongkan dalam klasifikasi autis, mereka lebih sering

main sendiri di dalam kelas dari pada bermain dengan kelompok.

Sedangkan hambatan secara umum yang dirasakan oleh informan RS sebagai Kepala

Sekolah dalam pemberian dukungan sosial kepada ABK adalah masih terbatasnya sarana dan

prasarana untuk memberikan layanan yang optimal bagi anak dan masih terbatasanya jumlah

SDM untuk menangangi ABK selama berada di sekolah sehingga pemberian dukungan bagi

ABK belum dapat berjalan secara maksimal.

Kesimpulan

Pelaksanaan Sekolah Inklusi merupakan salah satu pengembangan model pendidikan

dengan tujuan memberikan kesempatan bagi ABK untuk dapat menikmati pendidikan seperti

anak reguler lainnya di sekolah umum. Dengan segala keterbatasan, seperti fisik,

sosioemosional dan mental yang dialami ABK, berada di Sekolah Inklusi menjadi satu

tantangan yang harus dapat dilewati agar anak dapat melakukan perannya di sekolah. Untuk

dapat melewatinya, ABK membutuhkan dukungan serta bantuan yang berasal dari orang-

orang yang ada di sekitarnya agar dapat melaksanakan perannya di sekolah yang disebut

dengan dukungan sosial.

Selama menjalankan pendidikan bermodel Inklusi, SDN Depok Baru 8 melakukan

perubahan atau modifikasi pada beberapa kebijakan sekolah, khususnya bagi ABK.

Perubahan atau modifikasi dilakukan pada sistem pembelajaran yang disesuaikan berdasarkan

kemampuan masing-masing anak. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan bagi

terselenggaranya pendidikan inklusi bagi ABK. Disamping itu, selama mengikuti Sekolah

Inklusi di SDN Depok Baru 8 diperoleh gambaran bahwa ketiga ABK yang diteliti juga

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 19: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

mendapatkan dukungan dari orang-orang yang berada di lingkungan sekolah. Dukungan

sosial yang didapatkan oleh anak selama menjalankan pendidikan di SDN Depok Baru 8

berasal dari orang-orang yang berinteraksi langsung dengan anak, yaitu, pendamping, guru

dan teman sebaya. Dari ketiga sumber pemberi dukungan, dapat disimpulkan bahwa

pendamping berperan sebagai significant others atau sumber utama dalam pemberian

dukungan bagi ABK selama berada di sekolah. Dukungan sosial yang diberikan kepada ABK

menimbulkan perasaan bahwa mereka disayang dan diperhatikan serta membantu ABK untuk

dapat berkembang secara baik dari sisi akademis,emosional dan sosial saat menjalankan

pendidikan di SDN Depok Baru 8. Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan kepada ABK di

SDN Depok Baru 8, meliputi: dukungan sosial emosional, penghargaan, instrumental dan

informatif.

Saran

1. Rekomendasi yang ditujukan kepada SD N Depok Baru 8

• Berdasarkan temuan lapangan yang telah dipaparkan, terlihat bahwa terdapat

pendamping yang masih belum bisa menangani ABK, terutama ketika ABK berada

dalam kondisi marah. Sehingga disarankan sekolah mengikutsertakan para pendamping

ke dalam seminar yang biasanya hanya di sediakan bagi orangtua ABK terkait

penanganan ABK. Dalam seminar dapat ditambahkan materi mengenai teknik dan

keterampilan yang bisa digunakan pendamping dalam memberikan dukungan sosial

kepada anak selama berada di dalam kelas dan penanganan yang baik bagi ABK

berdasarkan klasifikasi keterbatasan yang dialami.

2. Rekomendasi yang ditujukan kepada guru di SDN Depok Baru 8, khususnya Wali Kelas

• Berdasarkan hasil temuan lapangan, dalam menjalankan pendidikan Inklusi, SDN Depok

Baru 8 menggunakan kurikulum umum dan modifikasi. Namun dalam pelaksanaanya

SDN Depok Baru 8 belum mempunyai PPI (Program Pendidikan Individual) bagi setiap

ABK sebagai salah satu syarat pelaksanaan kurikulum umum dan modifikasi. Dengan

demikian, disarankan bagi guru untuk merancang PPI sebagai acuan yang dapat

mempermudah Wali Kelas dalam mendapatkan gambaran kebutuhan anak, kemampuan

yang sudah dimiliki, target yang akan dicapai, dan strategi dukungan yang dapat

diberikan pada ABK masing-masing klasifikasi ABK di sekolah.

• Disarankan agar guru memperbanyak mata pelajaran yang bersifat interaktif, seperti

diskusi kelompok atau pelajaran drama yang melibatkan siswa secara aktif di dalamnya.

Hal ini dapat menambah intensitas interaksi antara anak reguler dan ABK sehingga

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014

Page 20: Dukungan Sosial bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah ...

   

tercipta kebersamaan dan mempe rlebar peluang bagi anak reguler untuk memberikan

dukungan bagi ABK di sekolah.

3. Rekomendasi untuk penelitian berikutnya

• Penelitian berikutnya dapat menggali lebih dalam menggenai pengaruh dukungan sosial

terhadap perkembangan yang dialami oleh anak, terutama dari segi kognitif/prestasi.

Penelitian dapat dilakukan dengan metode kuantitatif sehingga dapat melihat hubungan

dukungan sosial terhadap perkembangan yang dialami oleh anak. Hasil penelitian

dengan dua metode penelitian dalam satu tema yang sama dapat menjadi variasi

penelitian dan memperkaya ilmu terkait dukungan sosial dalam khasanah Ilmu

Kesejahteraan Sosial.

Referensi

Buku

Creswell, Jonh. W (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, Ed 3). Terjemahan Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mangunsong. Frieda (2009). Psikologi dan Pendidikan ABK (Jilid Kesatu). Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3)

Neuman, W. L (2003). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach (Fifth Edition). Boston : Allyn and Bacon

Robert M. Kaplan & Dennis P. Saccuzzo (1993). Phsycological Testing principles, application, and issue. California: Brooks/Cole Publishing

Sarafino (2002). Health Psychology : Biopsychosocial interactions (4nd ed). USA:Wiley & Sons. Inc

Smet (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Grasindo

Sodrow, L.M.,Rizkabaugh, C.A. (2001). Psychology Fifth Edition. USA: McGrow- Hill International Companies.

Karya Ilmiah :

Budiman, Arif (2012). Inklusi Sosial Tunanetra di Sekolah Inklusi.

Dokumen:

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Model Pembelajaran dan Pendidikan Penyelenggraan Pendidikan Inklusi: Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang pelaksanaan sekolah inklusi bagi anak berkebutuhan khusus.

Dukungan Sosial bagi ..., Elsya Yolanda, FISIP UI, 2014