Drafr TP

19
Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada tanaman berbunga, angiospermae. Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dari sejenis musang Kanada; turunan Pirrol, feromon seks serangga; saksitosin, neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella; pirosiamin dari bakterium Pseudomonas aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea; dan likopodin dari genus lumut Lycopodium(Sastrohamodjojo, 1996). 1. Deteksi Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung alkaloid. Prosedur Wall meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang di refluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan siklotungstat. Bila hasil test positif, maka konformasi test dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam tersebut dibasakan, alkaloid diekstrak ke dalam pelarut organik, dan kemudian alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid quartener(Sastrohamodjojo, 1996).

description

TP

Transcript of Drafr TP

Page 1: Drafr TP

Pada waktu yang lampau sebagian besar sumber alkaloid adalah pada tanaman berbunga,

angiospermae. Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada

hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh

yang terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa;

kastoramin dari sejenis musang Kanada; turunan Pirrol, feromon seks serangga; saksitosin,

neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella; pirosiamin dari bakterium Pseudomonas

aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea; dan likopodin dari

genus lumut Lycopodium(Sastrohamodjojo, 1996).

1. Deteksi

Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang

mengandung alkaloid. Prosedur Wall meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman

kering yang di refluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan

80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air,

disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi

Mayer atau dengan siklotungstat. Bila hasil test positif, maka konformasi test dilakukan

dengan cara larutan yang bersifat asam tersebut dibasakan, alkaloid diekstrak ke dalam

pelarut organik, dan kemudian alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan

asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman

mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid

quartener(Sastrohamodjojo, 1996).

2. Isolasi

Karakter dasar berbagai alkaloid digunakan untuk mengisolasinya. Alkaloid diambil

ke dalam larutan asam berair (umumnya asam hidroklorida, sitrat, atau tartarat) dan

komponennetral atau bersifat asam dari campuran asal dipisahkan dengan ekstraksi pelarut.

Setelah larutan berair dibasakan, maka alkaloid diperoleh dengan ekstraksi ke dalam pelarut

yang sesuai(Sastrohamodjojo, 1996).

Ekstraksi

Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak mengandung lemak, lilin yang

sangat non polar. Karena senyawa tersebut sering menimbulkan persoalan terbentuk emulsi,

maka senyawa-senyawa tersebut dipisahkan dari bahan tanaman sebagai langkah awal

dengan cara perkolasi dari bahan tanaman dengan proteleum eter(Sastrohamodjojo, 1996).

Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam proteleum eter. Namun demikian ekstrak harus

di cek untuk mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi

Page 2: Drafr TP

pengendap alkaloid seperti disebutkan diatas. Bila sejumlah alkaloid larut dalam proteleum

eter, maka bahan tanaman pada awal ditambah dengan asam berair untuk mengikat alkaloid

sebagai garamnya (Sastrohamidjojo, 1996).

3. Pemurnian

Kristalisasi Langsung

Meskipun cara ini merupakan prosedur paling sederhana, tetapi jarang memberikal hasil

yang memuaskan untuk pemisahan alkaloid murni, kecuali apabila satu alkaloid yang

terdapat dalam bahan tidak larut. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk

kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter,

metanol-aseton, dan etanol-aseton(Sastrohamodjojo, 1996).

KLT dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion ion anorganik,

kompleks senyawa senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa senyawa organik baik

yang terdapat di alam dan senyawa senyawa organik sintetik. Kelebihan penggunaan

kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena dapat

dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat

dilaksanakan dengan lebih cepat. Banyak pemisahan yang memakan waktu berjam jam bila

dikerjakan dengan kromatografi kertas, tetapi dapat dilaksanakan hanya beberapa menit saja

bila dikerjakan dengan KLT. Empat macam adsorben yang umum dipakai ialah silika gel,

alumina, kieselguhr, dan selulosa. Sampel yang merupakan campuran senyawa yang akan

dipisahkan, dilarutkan dalam zat pelarut yang mudah menguap, misalnya kloroform atau zat

pelarut lain yang serupa, yang mempunyai titik didih antara 50-100 C. Tetesan sampel harus

di usahakan sekecil mungkin dengan meneteskan berulang kali, dengan di biarkan mengering

sebelum tetesan berikutnya dikerjakan. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas

prinsip like dissolves like, tetapi akan lebih cepat . pemilihan sistem pelarut atas dasar like

dissolves like berarti untuk memisahkan sampel yang bersifat nonpolar digunakan sistem

pelarut yang bersifat non polar juga. Dengan menempatkan plat yang telah dikeringkan dalam

ruangan yang mengandung uap iodium, komponen penyusun dalam bentuk bercak(spot) akan

berwarna coklat dengan dasar putih. Penggunaan sinar ultraviolet dapat memberikan

fluoresensi pada plat yang mengandung unsur fosfor(Adnan, 1997).

http://perpustakaan.pom.go.id/ebook/Acuan%20Sediaan%20Herbal/Bab%20II.pdf

Page 3: Drafr TP
Page 4: Drafr TP

Winarto, Ir., W. Cabe Jawa : Si Pedas Berkhasiat Obat. Agromedia.ALKALOID

Page 5: Drafr TP

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.

Metode PemisahanPemilihan Tumbuhan

Untuk analisis fisikokimia, harus digunakan jaringan tumbuhan segar. Beberapa menit

setelah dikumpulkan bahan tumbuhan tersebut harus dicemplungkan ke dalam alkohol

mendidih. Cara lain, tumbuhan dapat dikeringkan sebelum diekstraksi. Bila ini dilakukan,

pengeringan tersebut harus dilakukan dalam keadaan terawasi untuk mencegah terjadinya

perubahan kimia yang terlalu banyak. Bahan harus dikeringkan secepatnya tanpa

menggunakan suhu tinggi, lebih baik dengan aliran udara yang baik. Setelah betul-betul

kering, tumbuhan dapat disimpan dalam jangka waktu lama sebelum digunakan untuk

analisis.

Pada analisis fitokimia, identitas botani tumbuhan harus dibuktikan keasliannya pada

tahap tertentu pada pemeriksaan. Identitas bahan harus tidak dapat diragukan lagi ( misalnya

suatu jenis yang dikumpulkan oleh ahli botani lapangan di habitat yang memang merupakan

tempat tumbuhnya) atau harus ada kemungkinan bagi seorang ahli taksonomi untuk

menentukan identitasnya.

Ekstraksi

Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan kandungan air

bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi. Umumnya perlu

membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis.

Mencemplungkan jaringan daun segar atau bunga, bila perlu dipotong-potong ke dalam

Page 6: Drafr TP

etanol mendidih atau suatu cara yang baik untuk mencapai tujuan itu. Alkohol bagaimanapun

adalah pelarut yang serba guna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Selanjutnya, bahan

dapat dimaserasi dalam suatu pelumat lalu disaring. Tetapi hal ini hanya betul-betul

diperlukan bila kita ingin mengekstraksi habis. Bila mengisolasi senyawa dari jaringa hijau,

keberhasilan ekstraksi dengan menggunakan alkohol berkaitan langsung dengan seberapa

jauh klorofil tertarik oleh pelarut itu. Bila ampas jaringan, pada ekstraksi ulang, sama sekali

tidak berwarna hijau lagi, dapat dianggap semua senyawa berbobot molekul rendah telah

terekstraksi.

Pada prosedur ekstraksi terdapat jalan pintas yang dapat dipelajari dari pengalaman.

Misalnya, bila mengisolasi kandungan dari jaringan daunyang larut dalam air, seharusnya

lipid dihilangkan pada tahap dini sebelum pemekatan, yaitu dengan mencuci ekstrak

berulang-ulang dengan eter minyak bumi. Kenyataannya, bila ekstrak etanol diuapkan dengan

penguap putar, hampir semua klorofil dan lipid melekat pada dinding labu. Denga

keterampilan, pemekatan dapat dilakukan tepat sampai suatu saat tertentu sehingga larutan air

yang pekat dapat dipipet hampir tanpa mengandung cemaran lemak. Ekstrak yang pekat

mungkin mengkristal bila dibiarkan. Bila hal ini terjadi, ekstrak harus disaring dan

keseragamannya diuji dengan kromatografi dengan menggunakan beberapa pengembang.

Metode Pemisahan

Pemisahan dan pemurnian kandunga tumbuhan terutama dilakukan dengan

mengguanakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut.

Keempat teknik kromatografi tersebut adalah kromatografi kertas ( KKt), kromatografi lapis

tipis (KLT), kromatografi gas cair (KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).

Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan dan

keatsirian senyawa yang akan dipisah. KKt dapat digunakan terutama bagi kandungan

tumbuhan yang mudah larut dalam air, yaitu karbohidrat, asam amino, basa asam nukleat,

asam organik, dan senyawa fenolat.

KLT merupakan metode pilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut dalam

lipid, yaitu lipid, steroid, karotenoid, kuinon sederhana, dan klorofil. Sebaliknya teknik

ketiga, yaitu KGC penggunaannya utamanya adalah pada pemisahan senyawa atsiri, yaitu

asam lemak, mono dan seskuiterpena, hidrokarbon, dan senyawa belerang. Tetapi, keatsirian

kandungan tumbuhan yang bertitik didih tinggi dapat diperbesar dapat mengubahnya menjadi

eter dan / atau eter trimetilsilil sehingga hanya ada sedikit saja golongan yang sama sekali

tidak cocok untuk dipisahkan dengan cara KGC.

Page 7: Drafr TP

Untuk KKt, suatu keuntungan utama ialah kemudahan dan kesederhanaannya pada

pelaksanaan pemisahan, yaitu hanya pada lembaran kertas saring yang berlaku sebagai

medium pemisahan dan juga sebagai penyangga. Keuntungan lain adalah keterulangan

bilangan Rf yang besar pada kertas sehinggga pengukuran Rf merupakan parameter yang

berharga dalam memaparkan senyawa tumbuhan baru. Untuk senyawa antosianin yang tidak

mempunyai ciri fisika lain yang jelas, Rf adalah sarana terpenting dalam memaparkan dan

membedakan pigmen yang satu dengan pigmen yang lain (Harborne, 1967).

Cara lain, yaitu KCKT dapat memisahkan kandungan yang keatsiriannya kecil.

KCKT adalah suatu metode yang menggabungkan keefisienan kolom dan kcepatan analisis.

Di samping itu, ada tumpang tindih pada penggunaan teknik di atas. Sering gabungan KKt

dan KLT, KLT dan KCKT, atau KLT dengan KGC mungkin merupakan pendekatan terbaik

untuk memisahkan golongan senyawa tumbuhan tertentu.

Semua teknik tersebut dapat digunakan pada skala mikro maupun makro. Untuk

pekerjaan penyiapan, KLT dilakukan pada lapisan penjerap yang tebal, dan KKt pada

lembaran kertas saring yang tebal. Untuk isolasi pada skala yang lebih besar dari itu, biasanya

digunakan kromatografi kolom yang digabungkan dengan pengumpul fraksi otomatis.

Prosedur ini akan menghasilkan senyawa murni dalam skala gram.

Metode Identifikasi

Pada identifikasi suatu kandungan tumbuhan, setelah kandungan itu diisolasi dan

dimurnikan, pertama-tama harus dietntukan terlebih dahulu golongannya, kemudian barulah

ditentukan jenis senyawa dalam golongan tersebut. Sebelum itu, keserbasamaan senyawa

tersebut harus diperiksa dengan cermat, artinya senyawa harus membentuk bercak tunggal

dalam beberapa sistem KLT dan/atau KKt. Golongan senyawa biasanya dapat ditentukan

dengan uji warna, penentuan kelarutan, bilangan Rf, dan ciri spektrum UV. Uji biokimia

dapat bermanfaat juga.

Identifikasi lengkap dalam golongan senyawa bergantung pada pengukuran sifat dan

ciri lain, yang kemudian dibandingkan dengan data dalam pustaka. Sifat yang diukur

termasuk titik leleh (untuk senyawa padat), titik didih (untuk cairan), putaran optik (untuk

senyawa aktif optik), dan Rf atau RRt (pada kondisi baku). Tetapi, data mengenai senyawa

tumbuhan yang sama ialah ciri spektrumnya, termasuk pengukuran spektrum UV, inframerah

(IM), resonansi magnet inti (RMI), dan spektrum massa (SM). Biasanya senyawa yang

pernah diketahui dapat diidentifikasi berdasarkan data di atas. Untuk pemastian akhir harus

dilakukan pembandingan langsung dengan senyawa autentik. Bila senyawa autentik tidak

Page 8: Drafr TP

ada, pembandingan saksama dengan data pustaka sudah cukup untuk menentukan cirinya.

Tetapi, untuk senyawa baru pemastian identitas seharusnya dengan penguraian kimia atau

dengan mensintesis senyawa tersebut.

http://indrawibawads.files.wordpress.com/2012/01/ekstraksi-cairindra-wibawa-tkim-unila.pdf

http://www.scribd.com/doc/115114675/BAB-I-Ekstraksi-Cair-cair#download 2012

http://www.scribd.com/doc/58630090/ekstraksi-cair-cair#download 2011

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196611151991011-HOKCU_SUHANDA/

KROMATOGRAFI/DASAR-DASAR_KROMATOGRAFI/KROMATOGRAFI_KOLOM.pdf

http://www.ilmukimia.org/2013/05/kromatografi-lapis-tipis-klt.html

Anne Marie Helmenstine, Ph.D. http://chemistry.about.com/

Page 9: Drafr TP

Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Pada umumnya penyarian  akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas. Ekstrak adalah sediaan pekat yang  diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan  sedemikian rupa hingga  memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent. Berdasarkan prinsip beda kelarutan pemisahan terdiri atasekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen ( immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) = fase residu, yang berisi diluen dan sisa solut dan fase solven (ekstrak) yang merupakan fase berisi solut dan solven..

Pemilihan solven menjadi sangat penting, dipilih solven yang memiliki sifat antara yaitu, solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven sedikit atau tidak melarutkan diluen, tidak mudah menguap pada saat ekstraksi, mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat dipergunakan kembali, tersedia dan tidak mahal.Sedangkan ekstraksi padat-cair (Leaching) ; solut dipisahkan dari padatan pembawanya menggunakan solven cair.

Secara umum proses penyarian dapat dibedakan menjadi empat yaitu infundasi, maserasi, perkolasi, dan sokhletasi

Ekstraksi (penyarian) adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran. (Suyitno, 1989)

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengektraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku yang ditetapkan. Proses ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang penyarian. Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut.

Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. (Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic Chemistry)

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut

Page 10: Drafr TP

dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

Secara umum, terdapat empat situasi dalam menentukan tujuan ekstraksi yaitu, senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyesuaikan dengan kebutuhan pemakai; bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini, metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografik yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia tertentu; organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Tradisional Chinese medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk memvalidasi penggunaan obat tradisional; sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui adanya senyawa dengan aktivitas biologi khusus.

Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.

Beberpa faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi yaitu, tipe persiapan sample, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut.

Prinsip   Maserasi merupakan proses penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.

Prinsip Perkolasi merupakan proses penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

Prinsip   Soxhletasi yaitu proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan

Page 11: Drafr TP

turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip   Refluks merupakan proses penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Prinsip Destilasi Uap Air merupakan proses penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.

Prinsip   Rotavapor merupakan proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-10º C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung.

Ekstraksi  cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis merupakan pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen), komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan.

Prinsip   Penampakan   Noda terdapat pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm. Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10% adalah berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam merusak gugus kromofor

Page 12: Drafr TP

dari zat aktif simplisia sehingga panjang gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata.

Jenis Ekstraksi terdiri atas Ekstraksi   secara   dingin. Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi dengan caramodifikasi maserasi melingkar, modifikasi maserasi digesti, modifikasimaserasi melingkar bertingkat, modifikasi remaserasi, dan modifikasi dengan mesin pengaduk.

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung, digunakan pelarut yang lebih sedikit, pemanasannya dapat diatur.Kerugian dari metode ini yaitu pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas, jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya, bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.

Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut cair di dalam wadah. Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.

Ekstraksi   secara   panas terdiri atas metode refluks. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator. Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

Ekstraksi umumnya dilakukan guna menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut

Page 13: Drafr TP

dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. (www.medicafarma.com )

Methylene blue merupakan senyawa yang bersifat semi polar dan kelarutannya dalam air sekitar 5000 g/mL , senyawa ini memiliki massa jenis 319.86 g/mol . Air, bersifat polar dan memiliki massa jenis 1000 g/mL. Sedangkan etil asetat bersifat agak polar dengan kelarutan dalam air sekitar 8,3 g/100 mL dan memiliki massa jenis 0,879 g/mL. Sehingga cairan yang memiliki massa jenis paling besar , yaitu Methylene blue akan berada pada bagian lapisan bawah , kemudian ditambahkan air. Walaupun Methylen blue dapat larut dalam air, tetapi jumlahnya tidak banyak, sehingga tetap akan terjadi dua lapisan dan hanya sebagian yang bercampur dengan etil asetat. Etil asetat memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada air, sehingga akan berada di atas lapisan air.

Purba, Michael.2006.Kimia untuk SMA kelasXI .Jakarta : Erlangga.

Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan". Yogyakarta : UGM Press.

Dinda, 2008, Ekstraksi, http://medicafarma.blogspot.com/ekstraksi.html , 24 September 2011

Rita, W Nirmalasari, 2011,Jurnal Ekstraksi Asam Basa, http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry .24 September 2011.

Firmansyah, B, 2009, Prinsip Ekstrasi Maserasi, http://cacingbusuk.blogspot.com/2010/03/prinsip-ekstraksimaceration.html ,24 September 2011

ChemToddler, 2008, bartender ala kimia, http://www.kaskus.us, 26 September 2011.

Prasetyo, Redy Joko, 2008, Prinsip Kerja dan tujuan Ekstraksi,http://www.inforedia.com/2010/10      /prinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksi.html   . 28 September 2011.

http://www.inforedia.com/2010/10      /prinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksi.html   

Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan

material lainnya. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu bahan dari campurannya, ekstraksi

dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan

komponen terhadap komponen lain dalam campuran