Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia
-
Upload
sinta-ayu-andhini-mudjijanto -
Category
Documents
-
view
291 -
download
0
description
Transcript of Dominasi Asing Di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia
Dominasi Asing di Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia
Review Jurnal
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal
Disusun oleh :
1. Dimas Kuncoro Hadi (091581)
2. Fadlilah Faqih (091586)
3. Sinta Ayu Andhini (091620)
4. Iis Saphatul Awaliyah (100026)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2012
1. Latar belakang judul
Meningkatnya peran asing dalam pasar modal Indonesia semakin signifikan yang
diindikasikan dengan transaksi pemodal asing terbilang cukup aktif di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Hal ini ditandai dengan volume transaksi pemodal asing yang mencapai lebih dari
30% dalam setiap transaksi harian. Sampai dengan Januari 2010, komposisi kepemilikan
asing bahkan telah mencapai lebih dari 61% dari nilai kapitalisasi pasar di BEI (Statistik
Pasar Modal Januari, 2010). Di satu sisi, masuknya aliran modal asing dapat meningkatkan
likuiditas dan mengurangi cost of capital. Namun di sisi lain mobilitas modal asing juga
menyebabkan extreme volatility bagi negara-negara berkembang. Derasnya modal asing yang
masuk ke Indonesia sebagai hot money yang sangat rentan akan sentimen dan gejolak di
pasar modal asing menimbulkan kekhawatiran akan penarikan dana secara besar-besaran dan
mendadak, yang akan memberikan goncangan hebat bagi pasar modal domestik. Sebagai
negara kecil yang terbuka, kebijakan moneter Indonesia, dalam hal ini suku bunga yang
relatif tinggi dibandingkan negara maju dianggap menjanjikan imbal hasil (return) yang lebih
besar bagi investor. Ini menyebabkan Indonesia memiliki ketergantungan yang cukup besar
pada negara-negara maju sebagai negara investor utama. Volatilitas merupakan indikator dari
resiko harga relatif saham, dimana semakin besar volatilitas maka semakin besar pula
resikonya. Pada umumnya, harga saham akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
volatilitas. Hal ini yang disebabkan pergerakan tajam pada harga akan memberikan manfaat
return yang lebih besar bagi investor. Kecenderungan investor untuk mengandalkan
pergerakan harga saham atau volatilitas sebagai dasar dari pengambilan keputusan
mencerminkan aliran dana jangka pendek yang hanya berorientasi pada keuntungan dari
margin perdagangan harga saham. Hal inilah yang umumnya terjadi di pasar bursa, sehingga
menfaat pada perekonomian selalu dipertanyakan. Jika investor asing yang mendominasi
pasar modal Indonesia lebih mengarah pada praktek semacam ini dibandingkan pertimbangan
fundamental, maka hal ini jelas perlu diwaspadai agar kinerja pasar modal domestik dapat
dipertahankan dan stabil.
2. Tujuan penulis
Perdebatan mengenai pengaruh transaksi asing bagi tingkat resiko di BEI menjadi fokus pada
makalah ini. Pada dasarnya makalah ini mencoba untuk menyajikan model teoritis dan
analisis empiris dari dominasi asing di pasar modal dalam perekonomian indonesia,
kemudian melihat bagaimana pengaruh kepemilikan asing terrhadap volatilitas harga saham
gabungan di Indonesia. Akan tetapi sebelumnya, makalah ini juga mencoba menganalisis
sejauh mana integrasi pasar modal di Asia dan Amerika. Hal ini dianggap penting sebagai
dasar dalam menganalisis dependensi pasar modal domestik pada negara lain,yang kemudian
menjelaskan bagaimana pengaruh investasi asing pada volatilitas harga di pasar modal.
3. Latar Belakang Pemilihan Judul/Tema
Di era globalisasi seperti sekarang ini, arus informasi dari segala arah dapat dijangkau oleh semua orang kapanpun dan dimanapun, selain itu semua pihak pun saling bergantung satu sama lain. Seperti halnya dalam dunia bisnis, antar Negara pun melakukan perjanjian bisnis seperti ekspor, impor, penanaman modal asing serta jual beli saham. Tujuan utama seseorang dalam melakukan kegiatan investasi adalah untuk meningkatkan utilitinya dalam bentuk kesejahteraan keuangan (Hartono, 2008) baik dari dividen yang diterima maupun dari kenaikan harga saham. Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan bahwa investasi tersebut mampu memberikan tingkat pengembalian yang diharapkan. Jual beli saham antar perusahaan sudah lama dilakukan di Indonesia, seiring berkembangnya zaman, pihak asing pun dapat membeli saham perusahaan di Indonesia. Pada awalnya, porsi kepemilikan asing pada perusahaan domestik kurang dari 60%. Namun berdasarkan data Statistik Pasar Modal, sampai dengan bulan Januari 2010 porsi kepemilikan asing telah mencapai lebih dari 61%. Hal tersebut menjadi perdebatan antar para ahli, apakah hal tersebut menjadi kerugian atau keuntungan bagi perekonomian domestic. Derasnya aliran modal asing yang masuk ke Negara-negara berkembang termasuk Indonesia telah menjadi fenomena umum sejak dua decade terakhir. Infrastruktur yang kurang baik, tak mampu menutupi kemilau perekonomian Indonesia. Hal ini tercermin dari naiknya peringkat Indonesia di mata pelaku bisnisinternasional yang tergabung di Transnational Corporation (TNC). Berdasarkan Acting Chief United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) mengatakan, Indonesia memiliki kemajuan dalam daftar Negara yang memiliki prospek ekonomi cerah untuk tahun 2012-2014. Survey Top Prospective Host Economies digagas oleh United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). Organisasi dibawah Persatuam Bangsa-Bangsa (PBB) di bidang perdagangan dan pembangunan tersebut, melakukan survey di 174 perusahaan internasional guna mengetahui Negara mana yang paling prospektif untuk investasi, dan Indonesia berada di peringkat 4. Faktor utama yang membuat Indonesia menarik di mata investor asing adalah karena stabilitas ekonomi makro dan politik serta demografi, karena Indonesia memiliki penduduk lebih dari 240 juta jiwa. Ekonomi Indonesia yang kuat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Tumbuh 6,5 persen pada 2011 dan 6,4 persen pada kuaertal II 2012. Ini menjadikan Indonesia sebagai Negara anggota G20 dengan pertumbuhan ekonomi
tertinggi kedua. Dan alasan-alasan tersebut lah yang menjadi latar belakang penulis untuk membuat makalah ini.
4. Permasalahan yang Diangkat
I. Peran Pemodal Asing Dalam Pasar Modal Suatu Negara
Budi Frensidy, dalam presentasinya di Bapepam-LK, pada tanggal 9 Juni 2008,6
mengatakan bahwa pemodal asing berperan dalam meningkatkan likuiditas dan memfasilitasi
efisiensi pasar. Peran tersebut dapat diharapkan terutama karena kekuatan yang dimiliki oleh
pemodal asing, yang berupa (1) modal yang lebih besar, (2) akses luas ke pasar modal dunia
serta lebih berpengalaman, (3) analisis fundamental yang lebih baik, (4) memiliki informasi
yang lebih banyak dan lebih baik, (5) memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menginterpretasikan informasi. Walaupun demikian, menurutnya pemodal asing juga
memiliki beberapa kendala seperti (1) risiko nilai tukar, (2) home bias, (3) batasan
kepemilikan maksimum, (4) tidak fokus ke hanya satu negara.
Sementara itu, DR Lana Soelistianingsih dalam presentasinya di Bapepam LK, pada kamis
tanggal 14 agustus tahun 2008 menegaskan kembali bahwa secara teroris pemodal dapat
berperan positif maupun negative terhadap perkembangan pasar modal pada suatu pemodal
asing negara. Peran positif pemodal asing adalah (1) menutup gap antara tabungan dan
investasi (2) mendorong likuiditas pasar (3) mendorong kepercayaan pemodal (4)
memperkuat nilai tukar domistik (5) mendorong mekanisme pasar (6) mengurangi
asymmetric imformation sehingga pasar lebih transparan dan efisien.
Sementara itu peran negative yang dapat di timbulkan oleh pemodal asing adalah (1 )pasar
menjadi di “dikte” oleh pemodal asing sehingga tingkat independen kebijakan menjadi
terganggu, (2) menjadi kebijakan moneter trade-offantara kepentingan domistik dan asing, (3)
meningkat volalititas\ ketidak stabilan return\yield, (4) sangat rentan terhadap resiko global,
(5) proses kepemilikan membuat country\ risk meningkat dan nilai tukar domistik akan
terganggu, (6) mendorong tekanantak terduga, (7) mengurangi nasionalisme.
Secara umum, peran asing dapat di bedakan dilihat dari dua aspak yaitu aktivitas
perdagangan (trading) dan kepemilikan efek (ownership). Pengaruh terhadap aktifitas
perdagangan asing dan kepemilikan asing terutama terhadap tingkat volalititas menjadi topic
beberapa penelitian DR Janxin dari Universitas New South Wales (UNSW), Australis. Wang
(2007a) menyimpulkan bahwa aktivitas perdagangan dan kepemilikan saham oleh pemodal
asing mempunyai dampak yang berbeda terhadap tingkat volalititas pasar saham indonesia.
Jika tingkat aktivitas perdagangan mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat
volalititas harga saham, maka tingkat kepemilikan asing justru mempunyai hubungan negatif
dengan tingkat volalititas di maksud. Hubungan negatif tersebut dinamakan oleh yang
bersangkutan sebagai dampak yang menenangkan (calming effect) terhadap volalititas harga
saham yang akan dating.
Wang (2007b) sebelumnya menentukan bahwa aktivitas perdagangan pemodal asing
mempunyai dampak yang cukup besar terhadap tinggkat volalititas walaupun promosi
perdagangan pemodal asingtersebut relatif lebih rendah dibandingkan pemodal lokal. Lebih
dalam lagi ditemukan aktivitas perdagangan yang secara signifikan meningkat tingkat
volalititas adalah penjualan asing ( net selling). Beberapa alasan kenapa kepemilikan asing
dapat mempengaruhi penurunan tingkat volalititas diringkas oleh Wang (2007a) sebagai
berikut.
1 Pemodal asing memperluas basis pemodal yang pada akhirnya akan meningkatkan
penyebaran risiko dan imbal hasil yang diperoleh;
2. Pemodal asing diasumsikan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mencerminkan
pengelolaan perusahaan dibandingkan pemodal lokal, dan analis asing biasanya juga
dianggap lebih mampu dalam menerbitkan hasil analisis yang tepat waktu dan akurat
dibandingkan analis lokal. Hal ini akan membantu dalam mengurangi tingkat
ketidakseimbangan informasi (information asymmetry) untuk suatu saham tertentu sehingga
akan memberikan sinyal yang positif (positif signalling) secara keseluruhan.
3. Adanya fakta bahwa saham yang dimiliki asing biasanya mempunyai imbal hasil yang
lebih baik (foreign ownership premium) dapat membantu meningkatkan kepercayaan
pemodal atas suatu saham yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat volatilitas saham
tersebut;
4. Keterlibatan pemodal asing dapat membantu peningkatan penerapan tata kelola perusahaan
yang baik, tingkat keuntungan perusahaan dan menolong perusahaan yang dalam kondisi
sulit. Hal ini disebabkan karena pemodal asing dianggap mampu dan berani menyuarakan
kepentingan antar manajen pemodal.
Dalam studi selanjutnya, wang (2007c) mengatakan saham saham yang kepentingan
asingnya cukup tinggi memiliki tingkat prestasi volalititas yang cukup tinggi dan mendahului
saham lainnya dalam penyesuian perubahan tingkat volalititasnya. Hal ini berindikasi bahwa
transaksi asing menjadi penggerak transaksidi bursa dan diikuti oleh pemodal lokal presentasi
volalititas yang dimaksud adalah kondisi dimana tingkat volalititas yang tinggi (rendah) pada
suatu hari cenderung diikuti oleh volalititas yang tinggi(rendah) pula pada hari berikutnya.
Presentasi dapat menggambarkan penggorombolan informasi yang datang, presentasi
ketidakpastian dan berhubungan dengan aktivitas perdagangan tertentu. Selain itu walaupun
berbagai literature menyempulkan bahwa pemodal asing berbentuk perusahaan keuangan
dapat meningkat likuiditas pasar melalui keburukan informasi yang lebih baik dan aktivitas
perdagangan yang aktif. Wang (2008c) menemukan fakta bahwa untuk kasus Indonesia
meningkat likuiditas pasar, dimana kenaikan kepemilikan asing atas suatu saham, akan
menurunkan tingkat likuiditas (yang di ukur berdasrkan spread depth dan price sensitivity)
saham tersebut pada masa yang akan datang.
Berkenaan dengan integritas pasar modal Indonesia, hasil riset Abimanyu et al
(2008) mendukung fakta bahwa tingkat integritas pasar modal Indonesia dengan pasar modal
regional dan dunia sudah cukup tinggi. Dengan menggunakan data indeks harga saham harian
periode Januari 2005-Desember 2007, mereka menemukan bahwa pasar modal Indonesia
terintegrasi dengan pasar modal Malaysia, Singapura dan Thailand. Selain itu, juga terdapat
hubungan ekulibrium jangka panjang antara pasar modal Indonesia, Hongkong, Korea
Selatan, China dan Taiwan dengan pasar modal Amerika Serikat dan Jepang. Pasar modal
Indonesia khususnya juga mempunyai hubungan ekuilibrium jangka panjang dengan pasar
modal Inggris, Perancis, Jerman
Untuk meminirmasikan dampak negatif pemodal asing Dr Lana Soelistianingsih,
mengatakan bahwa pemerintah dapat melakukan melalui dua jenis kebijakan, yaitu (1) soft
regulations melalui monitoring dan edukasi dan (2) hard regualition melalui segmentasi dan
diversigasi produk. Yang bersangkutan juga menunjukan bahwa di beberapa negara
penerapan kebijakan berbeda beda Kebijakan segmentasi pasar dilakukan di negara china,
findlandia, dan meksiko. Di china misalnya, terdapat dua jenis saham yaitu, saham A
diperdagangkan untuk warga china dan saham B untuk warga asing, dimana harga saham A
mempunyai harga saham mahal dibandingkan saham B, harga transaksi saham B lebih murah
di bandingkan harga saham A, dan imbal hasil saham A lebih rendah dibandingkan saham B.
Untuk kasus miksiko terdapat beberapa kelas saham yaitu: (1) national versus foreign, (2)
national versus institutional (3) general versus financial frims. Saham yang tidak direstriksi
mempunyai harga yang lebih tinggi terutama karna perbedaan elistisitas permintaan antar
kelompok kepemilikan.
Untuk aplikasi di Indonesia, Dr Lana Soelistianingsih, mengajukan beberapa
hipotensis yaitu, (1) segmentasi di lakukan dengan pembatasan kepemilikan saham (2) tidak
ada perbedaan dalam transaksi atau tidak ada “pasar” yang berbeda (3) swasembada modal
melalui pemodal saham domistik masih sulit di lakukan karna jumlah pemodal lokal yang
relatif kecil (4) edukasi mengenai pasar modal masih terbatas terutama mengenai berbagai
resiko investasi (5) investasi non deposito masih dianggap ’substitusi’ belum merupakan
’pelengkap’ dari investasi portofolio, dan (6) investasi asing menjadi ’tuan rumah’ di pasar
modal Indonesia. Menurutnya, setidaknya ada empat jenis tantangan yang harus dihadapi
Pemerintah Indonesia. Pertama, tingginya volatilitas yang ditandai dengan meningkatkan
peran hedge funds dan meningkatkan risiko dalam pasar keuangan yang semakin terintegrasi
secara global. Hal yang harus menjadi fokus perhatian adalah diperlukan monitoring yang
terintegrasi dengan otoritas perbankan atas financial exposures dari intermediari. Kedua,
masalah distribusi produk, terutama untuk me-ritel-kan produk-produk keuangan yang rumit.
Fokus perhatian dapat diarahkan dalam hal edukasi pemodal ritel atas berbagai risiko
investasi dan memastikan best selling practices yang dilakukan intermediari. Ketiga, tata
kelola perusahaan dari perusahan terbuka untuk menjamin perlindungan pemegang saham
minoritas dan keterbukaan yang memadai dan relevan. Fokus perhatian ditujukan kepada
peningkatan disiplin pasar dan kualitas keterbukaan, dan peningkatan standarisasi dari
penjamin emisi IPO dan analis saham. Keempat, struktur peraturan dimana saat ini
perusahaan keuangan konglomerasi beroperasi dengan berbagai macam kebijakan dan
transaksi serta kegiatan operasional antar negara. Yang menjadi fokus perhatian dalam hal ini
adalah meningkatkan MoU untuk berbagi informasi antar pengambil kebijakan dan aktif
dalam menetapkan standar Internasiona.
II Peraturan Kepemilikan Asing Di Pasar Modal Indonesia
Keputusan Mentri Keuangan Nomor 1055\KMK.013\1989 tentang Pembelian Saham oleh
Pemodal Asing Melalui Pasar Modal, tertanggal 16 september 1989 menandai awal di
perbolehkannya pemodal asing untuk berpartisipasi di pasar modal Indonesia melalui
kepemilikan saham emiten Indonesia pemodal asing didefinisikan dalam peraturan ini
sebagai perorangan Warga Negara Asing, Badan Hukum Asing dan Pemerintah Asing serta
bagian bagiannya. Dalam KMK tersebut dikatakan bahwa pemodal asing dapat membeli
saham maksimal 49% ( Empat Puluh Sembilan perseratua) maupun 49% (empat puluh
Sembilan perseratus) saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel, kecuali untuk
saham yang diemisikan oleh bank swasta.
Selain itu, batasan kepemilikan saham oleh pemodal asing tersebut diatas juga
dilakukan melalui perorangan dan badan hokum Indonesia yang bertindak untuk kepentingan
pemodal asing dalam pembelian saham melebihi 49% dari saham yang diemisi, maupun
yang tercatat, di pasar perdana, bursa efek maupun bursa paralel. Perantara pedagang efek
dan pedagang efek yang terdaftar sebagai anggota bursa juga dilarang bertindak sebagai
kuasa bagi pemodal asing dalam melakukan pembelian saham yang melanggar ketentuan
batasan kepemilikan asing tersebut.
Pada tanggal 4 September 1997, KMK Nomor 1055/KMK.013/1989 tersebut
akhirnya dicabut dengan dikeluarkannya KMK Nomor 455/KMK.01/1997 tentang Pembelian
Saham oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal. Hal ini menandai era baru liberalisasi total
(dalam arti tidak adanya batasan) pembelian saham oleh pemodal asing melalui pasar modal
dan bursa efek. Pertimbangan yang digunakan ketentuan pencabutan tersebut adalah
berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan petunjuk
Presiden RI dalam Sidang Kabinet Terbatas bidang Ekonomi, Keuangan, Pengawasan
Pembangunan dan Produksi serta Distribusi (Ekku wasbang dan prodisi ) tanggal 3 september
1997
Berkaitan dengan ketentuan dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, dalam peraturan pelaksanaannya yaitu Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 111 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun
2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, merinci lebih lanjut tentang batasan kepemilikan
modal asing untuk lembaga keuangan bukan bank tersebut bagian C tentang kepemilikan
Modal dalam Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Khususnya untuk
bidang jasa sewa Guna Usaha (Leasing), pembiayaan Non-Leasing (Pembiayaan Anjak
Piutang, Pembiayaan Konsumen, Pembiayaan Kartu Kredit,dan Pembiayaan Non Leasing
Lainnya) Modal Pentura Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa,
Perusahaan Reasuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Perusahaan Nilai Kerugian Asuransi,
Perusahaan Konsultan Aktuaria dan Perusahaan Area Asuransi.
Hubungan antara Keputusan Mentri Nomor 455\KMK.01\1997 tentang pembelian
saham oleh Pemodal Asing melalui Pasar Modal dengan Undang undang Nomor 29 tahun
2007 tentang penanaman modal, khususnya peraturan pelaksanaannya yaitu peraturan
Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Yang Terbuka
Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, saat ini saat masih dalam pengkajian
pihak pihak terkait antara lain, Bapepam-LK, Badan Koordinasi Penanamam Modal dan
Departemen teknis terkait. Hal ini terlihat dari kasus Qatar Telecom (Qtel) yang sedang
dikaji apakah boleh menguasai saham PT Indosat Tbk lebih dari 49% (untuk
penyelenggaraan telecomtetap) atau 65% (untuk pemegang lisensi seluler) sebagaimana
ketentuan Bagian C tentang kepemilikan Modal dalam Daftar Bidang Bidang Usaha yang
Terbuka Dengan Persyaratan khususnya tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi
dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 dimaksud memperhatikan bahwa
ketentuan di pasar modal membolehkan pihak asing membeli 100% saham perusahaan.
III Peraturan Pencatatan dan Keterbukaan Kepemilikan Efek Pasar Modal
Indonesia.
Potret kepemilikan efek, terutama saham,di pasar modal Indonesia merupakan hal penting
sangat untuk diketahui oleh semua pihak terutama oleh otoritas pasar modal.dokumen
terutama yang dapat dijadikan dasar indentifikasi kepemilikan saham adalah Daftar
Pemegang Saham (DPS) dan Daftar Khusus (DK) sesuai dengan pasal 50 Undang undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan mengadakan dan penyimpanan DPS yang memuat
keterangan mengenai pemegang saham dan DK yang memuat keterangan mengenai saham
dan DK yang memuat keterangan mengenai kepemilikan saham anggota Direksai dan
Komisaris berserta keluarganya
Dalam peraturan perundang undangan dipasar modal. Dokumen DPS dan DK tersebut
dan termasuk yang wajib diadministrasikan. disimpan dan dipelihara oleh BAE dan emiten
yang menyelenggarakan administrasi efek sendiri sebagaimana dinyatakan dalam peraturan
Bapepam-LK Nomor X.H.2 tentang pemeliharan Dokumen oleh Biro Administrasi Efek dan
Emiten Yang menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri.Namun demikian, rincian nama
pemegang saham dalam DPS dan DK tidak termasuk dalam laporan yang wajib disampaikan
BAE dan Emiten yang menyelenggarakan Administrasi Efek Sendiri.
Laporan pencatatan dan keterbukaan kepemilikan efek di pasar modal Indonesia yang wajib
di sampaikan sesuai peraturan Bapepam-LK Nomor X,H.1 tersebut adalah :
1. Registrasi kepemilikan 5% ( lima perserutus) atau lebih saham dan setiap perubahan
kepemilikan saham emiten dan perusahaan publik. dimana kepemilikan dan
perubahannya tersebut dikatagorikan sebagai peristiwa penting yang wajib dilaporkan
kepada Bapepam – LK paling lambat dalam jangka waktu 10 hari kerja setelah
registrasi. Laporan ini disusun berdasarkan Formulir Nomor X.H.1-2 yang memuat
antara lain tentang nama, alamat, negate, status kewarganegaraan serta jumlah
kepemilikan;
2. Daftar komposisi pemilik surat efek dimana mana daftar tersebut disusun dengan
menggunakan Formulir Nomor X.H.1-3 yang meringkas daftar kompisisi pemilik efek
berdasarkan status pemilik memisahkan kepemilikan dalam standar satuan
perdagangandan yang bukan satuan perdagangan;
3. Laporan bulanan kepemilikan saham atau perusahaan publik dan rekapitulasi yang
telah dilaporkan yang disusun berdasarkan pemegang saham dan presentase
kepemilikan sahamdan kepemilikan di bawah 5% (lima per seratus) dari keseluruhan
saham yang disetor.
VI Peraturan Pencatatan dan Keterbukaan Kepemilikan Efek Di Negara Lain
Simons dan Simons, sebuah kantor hukum internasional, bersama sama
dengan Internasional Investor Relation Federation, melakukan hasil survey tentang
ketentuan ketentuan keterbukaan kepemilikan saham di beberapa negara pada tahun
2004 dan mempublikasikan hasilnya dalam laporan yang berjudul “Disclosure Of
Share Ownership in listed Companeis : an international legal survey”. Negara
Negara yang disurvey adalah Austalia, Austria, Belgia, Brazil, Bulgaria, Kanada,
Denmark, Finlandia, Prancis. Jerman, Yunani. Italia, Jepang, Korea, Belanda,
SElandia Baru, Norwegia Baru, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris dan
Amerika Serikat.
Hal hal yang menjadi topik survey dan berikutnya hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Keterbukaan atas kepemilikan mayoritas
Hampir di sebuah negara, kecuali di rusia, terdapat kewajiban formal bagi setiap
pemegang saham mayoritas untuk melaporkan kepemilikan ke perusahaan itu sendiri,
bursaefek tempat perusahaan mencatatan sahamdan otoritas pasar modal. Batasan
kepemilikan mayoritas berbeda beda untuk tiap negara, namun umumnya menetapkan
batasan 5%. Kewajiban pelaporan juga berlaku bagi setiap perubahaan kepemilikan
mayoritasnya tersebut.
2. Batasan kepemilikan saham yang mempunyai hak suara
sehubungan dengan banyaknya saham yang dicatat atas nama nominee atau nama
orang lain namun tidak berwenang dalam menggunakan hak suara dalam RUPS, maka
pihak otoritas pasar modal perlu menentukan batasan pemilik saham ‘sesungguhnya’
yang mempunyai kendali atas hak suara yang melekat atas kepemilikan saham
tersebut. Aturan dasar yang berlaku adalah hanya menghitung saham yang memiliki
hak suara yang tidak hanya mengidentifikasi pemilik legal ( yang tercatat dalam DPS)
namum juga pemegang kendali atas hak suara tersebut.
3. Prosedur pelaporan
Prosedur pemberitahuan dan batasan waktu pemberitahuan atas kepemilikan saham
berbada beda di tiap negara. Di beberapa Negara ada yang mempunyai formulir
khusus yang harus di isi dan di laporkan oleh pemegang saham mayoritas, namun ada
juga Negara yang masyarakat pemegang saham tersebut untuk mengumumkan
kepemilikan disurat kabar.
4. Penyidikan dan penegakan hukum
Dinegara negara persemakmuran, setiap perusahaan mempunyai wewenang untuk
meminta informasi serta melakukan penyidikan tentang siapa sebenarnya pemegang
kendali atas hak suara dalam kepemilikan saham perusahaannya. sementara itu, di
Negara Negara eropa, wewenang tersebut sudah di limpahkan kepada otoritas pasr
modal di masing masing Negara.
5. Infastruktur pencatatan kepemilikan
Di kebanyakan Negara kepemilikan saham dicatat dalam DPS perusahaan. Namum
demikian, di filandia, Norwegia, dan Swedia pencatatan kepemilikan saham dilakukan
oleh suatu badan khusus (central depositories). Di Filandia khususnya, pemodal lokal
harus memberikan informasi detail tentang kepemilikan akhir atas sahamnya,
sedangkan bagi pemodal asing dapat menggunakan nama kustodian nominee. Hal ini
dapat membuat informasi tentang kepemilikan asing menjadi lebih dekat di
bandingkan dengan kepemilikan lokal.
5. Analisis Pembahasan
INTEGRASI PASAR MODAL INDONESIA DENGAN GLOBAL
Integrasi pasar modal Indonesia dengan global semakin nyata. Krisis Asia yang
melanda pada pertengahan 1997 yang di dahului oleh kejatuhan nilai tukar dan pasar modal,
menunjukan bahwa pasar modal ASEAN saling tergantungan. Secara empiris hal ini
menunjukan adanya hubungan dinamika jangka pendek dan panjang dengan Amerika,
Jepang, dan sepuluh Negara Asia. Pasar modal Amerika dan Jepang memberikan pengaruh
yang dominan terhadap Asia. Hal ini di perkuat oleh Majid et al.(2008) yang menyatakan
bahwa integrasi negara-negara ASEAN semakin kuat dengan Amerika dan Jepang pasca
krisis. Integrasi pasar modal Asia pasca krisis semakin terlihat nyata. Majid et al. (2007)
dengan metode cointegration test menunjukan bahwa pasar modal 5 negara ASEAN setelah
krisis semakin terintegrasi dalam jangka panjang. Namun tidak dapat di pungkiri bahwa pasar
modal ASEAN masih cukup tersegmentasi atau belum semuanya terintegrasi.
Artikel ini mencoba untuk memperluas kajian integrasi pasar Indonesia pasca krisis
subrime dengan pendekatan voltility spilover effects. Integrasi pasar modal dengan pasar
modal negara lain da[at di lihat dari spillover effect yang ketika ada shocks yang melanda
satu pasar dan berdampak pada pasar lainnya. Untuk mengukur integrasi pasar modal
Indonesia dengan negra utama lainnya, studi ini menggunakan model EGARH(1,1) dari
(Nelson 1991 ; Engle and Ng 1993). Model ini adalah eksistenis dari model GARCH(1,1)
oleh Bollerslev (1986) yang memiliki kelemahan dalam menghitung perbedaan dampak
negative dan positive atau negative news terhadap conditional volatility atau resiko. Positive
news terjadi ketika return saham positive atau meningkat dan sebaliknya bagi negative news.
Untuk melihat sejauh mana integrasi pasar modal Indonesia dengan pasar modal
global dan regional, digunakan model EGARCH (1,1). Model tersebut bertujuan untuk
mengukur sejauh mana shocks di beberapa negara mitra utama mempengaruhi pergerakan
indeks pasar modal domestik. Oleh karena itu, negara yang di asumsikan mempengaruhi
pasar modal domesyik adalah Singapura, Cina, Jepang, dan Amerika Serikat. Hasil tersebut
menunjukan bahwa pengaruh dari bursa di negara Jepang, Singapura, dan China secara
signifikan mempengaruhi pergerakan return di IHSG (JKSE). Sebaliknya, indeks S&P tidak
signifikan mempengaruhi JKSE. Hal ini mengindikasikan bahwa integritas pasar modal
Indonesia lebih besar pada negara-negara di Asia dibandingkan dengan Amerika.hasil ini
sejalan dengan studi yang ada yang menunjukan bahwa pasar modal di Asia saling terikat
sehingga integritas pasar semakin signifikan dan itens.
Return IHSG secara signifikan di pengaruhi oleh return dari pasar modal Jepang,
China, dan Singapura dibandingkan dengan return dari pergerakan indeks S&P. Pergerakan
pasar modal di Asia direspon dengan arah bersamaan oleh pasar modal Indonesia seperti
yang ditunjukan oleh koefisien prameter yang positive. Pergerakan return di pasar modal
Singapura memberikan dampak yang paling besar bagi Indonesia, dimana
kenaikan/penurunan return di Singapura akan mengakibatkan kenaikan/penurunan sebesar
0,4 unit. Berikutnya pergerakan return yang paling besar di respon oleh IHSG adalah Jepang
dan China masing-masing 0,16 dan 0,05 unit. Koefisien a menunjukan tingkat signifikan 5%
dan negatif, menujukan bahwa terdapat asymmetric riskantara positive and negative news,
dimana news negative membawa dampak 0,125 point lebih besar dibandingkan positive news
pada magnitude yang sama. Lebih lanjut, hal ini juga mengindikasikan terjadinya volatility
clustering, yaitu terdapat kecendrungan pengelompokan resiko dimana ketika return
mengalami penurunan akan diikuti oleh penurunan berikutnya sampai periode tertentu dan
sebaliknya ketika terjadi peningkatan return.
DAMPAK PEMILIKAN MODAL ASING TERHADAP PERGERAKAN SAHAM
Studi ini mencoba untuk melihat pengaruh pemilikan modal asing dalam pergerakan
harga saham di pasar modal Indonesia, menggunakan model OLS>
Secara umum, pergerakan harga saham di pengaruhi oleh faktor fundamental, yaitu
perekonomian makro dan efek industri. Faktor fundamental makro seperti tingkat
pertumbuhan ekonomi, suku bangsa, dan pergerakan nilai tukar. Variable-variable tersebut
mempengaruhi ekspektansi pasar terhadap return. Pasar secara umum akan mendevinisikan
investasinya untuk mendapatkan return yang optimal.faktor fundamental lainnya adalah efek
pasar yang dicerminkan oleh kondisi industri dan perusahaan tersebut. Misalnya kondisi psar
modal domestik terutama history return, kinerja emiten, atau keputusan kebijakan perusahaan
emiten. Faktor eksternal lainnya adalah sentimen pasar yang dalam perakteknya banyak
mempengaruhi keputusan investor.
Selain faktor diatas, sejalan dengan bartment et al. (2008) faktor kepemilikan
dianggap menjadi faktor yang juga penting selain fundamental yang dianggap mempengaruhi
pergerakan indeks harga saham. Studi ini mengfokuskan pada pergerakan volatilitas sebagai
faktor yang menerangkan kinerja pasar modal. Variable ini di gunakan karena lebih
menunjukan tingkat resiko yang terdapat pada pasar modal Indonesia dari pada pergerakan
harga saham semata, Model yang di gunakan ini adalah model: dimana LVPi , t adalah
Volatilitas dari indeks harga saham gabungan, sedangkan RET i ,t adalah return dari indeks
harga saham gabungan. Variable FOi ,t menunjukan volume transaksi asding di BEI, LERi ,t
adalah nilai tukar, LIR i ,t adalah tingkat suku bunga, dan LIN i , t adalah tingkat inflasi. Ketiga
variable tersebut di konveksikan ke dalam logaritma. Hasil estimasi dapat dilihat sebagai
berikut:
LVP = 25,028 + 1,986 RET ¿∗¿¿ - 0,012 FO¿∗¿¿ - 3,9 LER¿∗¿ ¿ - 2,5 LIR¿∗¿¿ + 0,012 LIN¿∗¿¿
Dari hasil estimasi terlihat bahwa seluruh variable secara parsial signifikan
mempengaruhi volatilitas indeks harga saham pada tingkat kepercayaan 5%. Seluruh variable
secara simulat mempengaruhi volatilitas indeks ISHG sebesar 88% (R2=0,885). Selain itu,
seluruh variable secara simulat juga signifikan mempengaruhi gejolak di pasar modal, seperti
yang di tunjukan dari signifikan F-test sebesar 75,429 atau pada tingkatan signifikan 1%.
Tingkat suku bunga memberikan pengaruh negative bagi volatilitas harga saham.
Kenaikan suku bunga sebesar satu point akan menurunkan volatilitas sebesar 2,55 poin. Hal
ini terjadi karena sejalan dengan meningkatnya suku bunga, maka return yang dibutuhkan
semakin besar mengakibatkan permintaan akan saham menurun dan menurunkan harga serta
resiko di pasar modal. Selain itu, mengingat bahwa perbankan dan pasar modal merupakan
subtitusi sumber pembiayaan, maka kenaikan suku bunga akan mendorong investor
mengalihkan investasinya ke perbankan dengan mengharapkan return yang lebih tinggi
sehingga mengakibatkan harga saham menurun.
Kepemilikan asing yang di representasikan dalam variable volume transaksi asing
bulanan (FO) menunjukan bahwa sejalan dengan meningkatnya transaksi asing justru
menurunkan volatilitas harga di BEI. Artinya, transaksi asing justru bersifat menurunkan
resiko di pasar modal. Sejalan meningkatnya transaksi asing satu point, maka tingkat resiko
menurun sebesar 0,012 poin. Hasil ini sejalan dengan studi Wang (2007) yang menunjukan
adanya dampak yang menenangkan dari transaksi asing pada volatilitas pasar modal. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat mekanisme ekonomi yang berada di Indonesia yang mungkin di
sebabkan oleh miningkatnya risk sharing dengan return yang lebih tinggi, proses signaling
yang positive, meningkatnya kepercayaan investor yang disertai dengan dampak positive dari
penerapan good govermence, keterbukaan informasi, dan tingkat laba oprasional (Wang,
2007). Meskipun berdampak positive bagi volatilitas pasar modal, namun derasnya aliran
asing yang masuk tetap perlu diwaspadai karena sebagian besar diinvestasikan pada pasar
ekuitas jangka pendek yng sangat rentang terhadap gejolak baik domestik maupun global.
Artinya, sangat mudah bagi pemodal asing untuk menarik dana pemodal asing secara tiba-
tiba sehingga membahayakan likuiditas dalam negeri. Upaya untuk menstabilkan pasar modal
dapat dilakukan dengan meningkatkan pengawasan dan pengawalan capital inflow oleh
pemerintah agar investasi lebih diarahkan pada investasi sektor riil dan jangka panjang
dengan ditunjukan oleh kebijakan moneter yang kondusif.
6. KESIMPULAN
Studi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah literature yang menjawab tentang
perdebatan dampak dominasi asing di pasar modal yang ditunjukan oleh semakin
meningkatnya porsi kepemilikan asing. Meningkatnya dominasi asing ini di khawatirkan
akan berdampak negative karna di tengarai sebagai hot money. Sejalan dengan meningkatnya
integrasi pasar modal domestic dengan global, maka tingkat ketergantungan pun juga akan
semakin tinggi sehingga gejolak tertentu akan mempengaruhi keputusan investor dan
mengakibatkan capital outflow dengan cepat. Hal ini akan membahayakan perekonomian
karena mempengaruhi likuiditas domestic.
Studi ini menunjukan bahwa ketergantunggan pasar modal Indonesia lebih besar ke
pasar modal regional Asia. Ketergantunggan ini semakin meningakat pasca krisis Asia
bahkan hingga krisis financial terakhir. Implikasinya adalah semakin miningkatnya
keterbukanaan terhadap investasi asing untuk mengoptimalkan investasi portofolio ke
Negara-negara yang dianggap memberikan hasil yang tinggi termasuk Indonesia. Analisis
lanjutan menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya kepemilikan asing, yang di
proksikan dari meningkatnya transaksi asing di pasar bursa Indonesia (BEI), volatilitas pasar
relative menurun sehingga tinggkat resiko dapat di tekan. Akan tetapi, hal ini perlu tetap
diawasi mengingat investasi pasal modal di dominasi oleh hot money yang sangat mudah
untuk di tarik secara mendadak.hal ini dapat di kawal dengan regulasi atau peraturan yang
mendukungnya.