dokumen.tips_jurnal-reading-koas-tht-kl.docx
-
Upload
ade-rezeki -
Category
Documents
-
view
219 -
download
3
Transcript of dokumen.tips_jurnal-reading-koas-tht-kl.docx
Hasil Jangka Panjang dari Radiofrekuensi Turbinoplasti
pada Rhinitis Alergi yang sulit disembuhkan sebagai Terapi Medis
Tujuan : Untuk mempelajari keluaran jangka panjang dari pembedahan Radiofrekuensi
Turbinoplasti sebagai penatalaksanaan Rhinitis Alergi yang sulit disembuhkan
untuk menjadi terapi.
Desain : Retrospektif
Letak : Pusat tersier
Pasien : Total keseluruhan 146 pasien dengan Rhinitis Alergi yang sedang menjalani
pengobatan RF turbinoplasti.
Pengukuran utama : Standar skala 0-10 (VAS) yang telah digunakan pada gejala alergi
termasuk diantaranya obstruksi nasal, rhinorea, bersin, hidung gatal,
dan mata yang gatal yang sebelumnya menjalani terapi RF turbinoplasti
dan pada 6 bulan-5 tahun postoperatif. Manfaat klinis dan komplikasi
jangka panjang juga telah ditinjau. Analisis statistic telah ditentukan
dengan pengulangan pegukuran variasi analisis.
Hasil : Tidak ada reaksi yang merugikan seperti perdarahan, infeksi, adesi, atau
perubahan penciuman ditemukan. Dari 146 pasien, 119 telah di follow up selama
5 tahun post operasi. 5 tahun setelah penatalaksanaan, 101 pasien sudah
dianalisis. Dari laporan terbukti bahwa obstruksi nasal, dengan mean (SD) skor
VAS turun dari 6,65 (1,92) menjadi 4,45 (2,54). Mean (SD) VAS berubah dari
5,90 (2,79) menjadi 3,79 (2,97) pada rhinorea; dari 5,15 (2,77) MENJADI 3,50
(2,77) pada bersin; dari 3,67 (3,03) menjadi 2,41 (2,30) pada hidung gatal; dan
dari 2,94 (3,02) menjadi 2,02 (2,42) pada mata gatal (semua P < 0,001, tes T
berpasangan dengan koreksi Bonferroni).
1
Kesimpulan : Studi jangka panjang ini membuktikan bahwa RF turbinoplasti pada Rhinitis
alergi muncul sebagai terapi yang aman dan efektif untuk menatalaksana
rhinitis alergi yang sulit sembuh.
Operasi radiofrekuensi telah semakin populer untuk pengobatan penyakit otolaryng.
Radiofrekuensi mempertahankan mukosa atasnya, menurunkan morbiditas operasi, hanya
menyebabkan sedikit ketidaknyamanan pasca operasi, dan memiliki risiko komplikasi yang
rendah bagi pasien.1-3 Radiofrekuensi menyediakan alat bedah baru, yang dirancang untuk
menyisakan bekas luka terbatas submukosa yang baik yang sembuh normal tanpa pengangkatan
jaringan. Situs target stabil dibentuk dengan pengurangan volume jaringan sekitar 3 minggu
pasca operasi.4 Sejak Li5 dkk pertama kali melaporkan hasil dari pengurangan jaringan
volumetrik radiofrekuensi untuk pengobatan hipertrofi turbinat, keamanan dan keberhasilan
prosedur ini telah ditunjukkan dengan baik sehubungan dengan tidak hanya perbaikan gejala
subobyektif tetapi juga perubahan obyektif pada fungsi hidung.6 Operasi radiofrekuensi sudah di
tersebar luas pada penggunaan klinis.
Pada tahun 2003, kami lebih lanjut menunjukkan kemungkinan dan keberhasilan operasi
radiofrekuensi turbinat pada pasien dengan rhinitis alergi yang refrakter terhadap terapi medis.7
Sebagian besar literatur yang diterbitkan pada operasi radiofrekuensi turbinat memiliki
pemantauan yang relatif singkat. Akan tetapi, hanya studi jangka panjanglah yang pada akhirnya
akan menentukan apakah strategi ini memberikan hasil yang bernilai. Untuk pembahasan,
keberhasilan jangka panjang dari operasi radiofrekuensi turbinat pada pasien dengan alergi
hidung tidak dibahas dalam literatur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
sekelompok pasien yang diobati dengan turbinopasty radiofrekuensi sehubungan dengan gejala
alergi, kepuasan pasien, dan komplikasi jangka panjang minimal satu periode 5 tahun
pemantauan.
METODE
DISAIN PENELITIAN
Setelah mendapat persetujuan badan institusi peninjau, sebuah studi prospektif dilakukan
pada pasien dengan rhinitis alergi yang refrakter terhadap terapi medis yang menjalani
turbinoplasty radiofrekuensi dari Februari 2000 sampai April 2003 di Chang Gung Memorial
2
Hospital-Kaohsiung Medical Center, Kaohsiung, Taiwan. Sejak tahun 2000, semua pasien
diobati dengan operasi radiofrekuensi turbinat telah menjalani penilaian rutin di klinik kami
sebelum dan setelah pengobatan. Penilaian ini meliputi evaluasi gejala alergi umum seperti
sumbatan hidung, rhinorrea, bersin, hidung gatal, dan mata gatal. Pasien diminta untuk
menyelesaikan kuesioner penilaian global pasien yang dirancang untuk memonitor kepuasan
setelah menjalani prosedur. Pasien yang tidak kembali untuk memantaunya dihubungi melalui
telepon. Hanya pasien yang melengkapi kedua survei pre operasi dan pasca operasi dan form
penilaian global pasien pasca operasi setidaknya 5 tahun setelah prosedur yang didaftarkan.
PEMILIHAN PASIEN
Semua pasiendengan rhinitis alergi memiliki gejala klinik dan tandatanda yang khas, dan
juga memiliki kadar antibody IgE yang spesifik untuk debur umah maupun antigen yang lain.
Mereka sebelumnya telah diperlakukan dengan tindakanmedis yang bersifat konvensional
namun tanpaa danya peningkatan yang memuaskandalamkurun 3 bulan sebelum operasi. Pasien
dengan gejala istemik, pasien yang telahsebelumnya dilakukan dilakukan turbinoplasti,
deviasiseptal nasal, rhinosinusitiskronik, pasien yang telahdioperasi 1 minggu dengan infeksi
saluran pernafasan bagian atas, riwayat radiotherapy ataupun penggunaan obat steroid oral,
kesemuanya ini merupakan criteria ekslusi dalam melakukan tindakan turbinoplasty. Sebelum
dilakukan operasi, pasien juga dinilai oleh dokter spesialis penyakit mata untuk menyingkirkan
gangguan mata berupa pruritus padamata, endotropi, blepharitis, blepharoconjunctivitis,
keratoconjunctivitis ataupun dry eye syndrome.
Rekam medis dan survey telepon dari semua pasien dengan rhinitis alergi yang berespon
rendah terhadap terapi medis dan yang telah diberi penangangan dengan radio frekuensi
turbinoplasti. Semua ditinjau. Pasien dengan ketidak punyaan data yang lengkap baik data preo
perasidan post operasi disingkirkan sebagai objek dari penelitian ini. Pasien yang memiliki
kekurangan data postoperasi harus dihubungi minimal 5 tahun setelah operasi untuk melengkapi
data mereka. Perlakuan ini dianggap gagal apa bila pasien yang telah mengalami operasi
tambahan untuk mengatasi gejala alergi setelah operasi radio frekuensi turbinoplasti tidak
memberikan peningkatan setidaknya 1 dari gejala spesifik dari alergi yang dideritanya,
memburuk dalam setiap 1 gejala ataupun hasil dari operasi tidak memuaskan.
3
PROSEDUR OPERASI
Seluruh prosedur dilakukan dengan mengunakananastesi local. Prosedur operasi dilakukan sesuai dengan tekhnik yang sebelumnya telah diterangkan terlebih dahulu. Frekuensi dari energy radio yang disampaikan berada pada frekuensi 465 hz denganmenggunakan generator RF dan sebuah SP 1100 turbinate.
PENILAIAN DAN POIN STUDI AKHIR
Survey pasien dilakukan dengan menggunakan skala 0 sampai 10 standar visualanalog (VAS),
dengan 0 mewakili tidak ada gejala dan 10 gejala yang paling parah. Gejala dinilai sebelum operasi dan
selama kunjungan yang terdiri sumbatan hidung, rhinorrhea, bersin, hidung gatal, dan mata gatal. Semua
kandidat bedah diberi survei sebelum intervensi bedah.
Pada 5-tahun pasca operasi, pasien juga diminta untuk mengisi kuesioner GPA, yang dinilai
kepuasan pasien dengan meminta (1) jika diberi pilihan, akan pasien memilih untuk menjalani prosedur
yang sama (ya / tidak yakin / tidak) dan (2) bagaimana tingaktan keseluruhan pengalaman pasien pada
skala -5 sampai 5, dengan -5 menjadi hasil terburuk dan 5 menjadi hasil terbaik. Meskipun kuesioner
GPA berisi parameter tambahan, kami memilih untuk hanya menggunakan 2 tersebut dalam penelitian
sebelum mengumpulkan atau menganalisis data.
Hasil dinyatakan sebagai nilai mean (SD). Perbandingan skor gejala umum dari rhinitis alergi
termasuk sumbatan hidung, rhinorrhea, bersin, hidung gatal, dan mata gatal yang dihasilkan dengan 0
sampai 10 VAS dengan pra operasi dan 5-tahun setelah operasi dengan poin dibuat menggunakan
analisis varians berulang. Ketika perbedaan yang signifikan dicatat, berarti individu dibandingkan dengan
menggunakan uji t berpasangan dengan koreksi Bonferroni. Perbedaan dianggap signifikan secara
statistik ketika nilai P kurang dari 0,05.
HASIL
Sampai April 2008, terdapat 146 pasien dengan Rhinitis alergi refractor yang menjalani
RF turbinoplasty lebih dari 5 tahun follow up. Beberapa Pasien mengalami mati rasa ringan
pada gigi (27 dari 146; 18.5%) selama operasi. Tidak ada komplikasi segera seperti pendarahan
akut atau infeksi, manapun reaksi jangka panjang yang merugikan, termasuk epistaxis berulang,
synechiae, hidung kering, necrosis tulang, rhinitis atropi, atau penciuman berkurang yang
ditemukan. Dalam 5 tahun setelah operasi. Dua puluh tujuh pasien tidak mengikuti follow up. 4
Kami menemukan respon yang baik, paling sedikit hanya terdapat 1 gejala alergi yang umum
tanpa memperburuk gejala sisanya dan pasien merasa puas dengan hasil operasi. Pada 6-bulan
dan 5-tahun respon rata-rata adalah 77.3% ( 92 dari 119) dan 60.5% ( 72 dari 119), berturut-
turut.
Dari 119 pasien (58 wanita dan 61 pria; rata-rata umur 30.2 tahun), 17 diantaranya
mendapatkan operasi tambahan laser turbinectomy, reseksi submukosa turbinat, dan terapi
alternatif cina yang bersifat korosif karena tidak ada respon yang nyata terhadap tindakan operasi
RF. Satu pasien telah didiagnosa hepatocellular carcinoma 3 bulan sesudah operasi. 18 pasien
dikeluarkan dari sampel. Pada 101 pasien (49 wanita dan 52 pria; rata-rata umur 29.1 tahun)
mengikuti follow up minimum 5 tahun dan memiliki data lengkap untuk analisis akhir. Pasien
dilaporkan terdapat obstruksi nasal, rhinorrhea, bersin, hidung gatal, dan gatal mata (P<.001 dari
keseluruhan). Hasil operasi dari 101 pasien terdapat dalam tabel.
Table. The VAS Scores of the Symptoms of Allergic Rhinitis at Each Follow-up After Radiofrequency Turbinoplastya
Symptom Pretreatment 6 Months 5 Years P Valueb
Nasal obstructionRhinorrheaSneezingItchy noseItchy eyes
6.65 (1.92)5.90 (2.79)5.15 (2.77)3.67 (3.03)2.94 (3.02)
2.74 (1.72)2.84 (2.47)2.51 (2.12)1.51 (1.87)1.09 (0.69)
4.45 (2.54)3.79 (2.97)3.50 (2.77)2.41 (2.30)2.02 (2.42)
<.001<.001<.001<.001<.001
Abbreviation: VAS, standard 0 to 10 visual analog scale.aData are given as mean (SD) unless otherwise specified.bBy repeated measures of analysis of variance.
Kepuasan Pasien dengan RF turbinoplasty telah terukur dari 5-tahun follow up GPA
menggunakan kuisioner. Hasil yang baik didasarkan pada respon positif melalui 2 parameter: (1)
apakah pasien akan mendapatkan tindakan yang sama lagi dan (2) bagaimana kepuasan pasien
yang mendapatkan prosedur standar yang digambarkan dari -5 (“ hasil paling buruk yang
diharapkan”) sampai + 5 (“ hasil terbaik yang diharapkan”). Pada pasien dengan alergi, 58
( 57.4%) menjawab ya untuk dilakukan prosedur yang sama, sedangkan 38 ( 37.6%) menjawab
tidak dan 5 pasien (5.0%) tidak pasti. Rata-Rata ( SD) score untuk pertanyaan kedua pada GPA
5
adalah 2.40 ( 1.93), respon positif secara signifikan. Hasil dari kedua parameter menyatakan
kepuasan pasien yang signifikan pada 5 tahun setelah operasi.
Operasi radio frekuensi merupakan metode yang paling popular dibandingkan operasi turbin
klasik, contoh krosurgeri,krikosurgeri, elektro cauter, turbinektomi laser, turbinektomi total atau parsial,
neurotektomi pidian, kepopuleran metode tersebut disebabkan karena persepsi serta meningkatnya
kepuasan pasien dan berkurangnya angka kesakitan dan nyeri pasca operasi.kemungkinan menghindari
mukosa secara langsung. Studi sebelumnya mengenai rhinitis alergi menunjukkan terjadinya perbaikan
secara signifikan pada follow up jangka panjang diperlukan untuk menilai kebenaran hasil dan efisiensi
dari tehknologi ini. Kami kemudian melakukan penilaian dengan follow up setelah 5 tahun. Menurut
pengetahuan kami follow up ini merupakan follow up jangka panjang pertama yang pernah dilaporkan
mengenai studi operasi radio frekuensi turbin untuk rhinitis alergi. Hasil dari follow up ini menunjukkan
bahwa kemajuan dari perbaikan simtom atau gejala bertahan selama 5 tahun setelah operasi.
Walaupun kelompok pasien ini memiliki angka kegagalan yang signifikan selama periode follow
up pasien dengan respon yang buruk turbinoplasti radio frekuensi masih tetap jadi kandidat untuk operasi
turbin klasik. Walaupun radio frekuensi adalah tehknik tidak begitu infasif, tehknik tersebut tidak
menghalangi pasien untuk melakukan turbinektomi laser sekunder , reseksi sub mukosa turbin, atau
prosedur tradisional lainnya.pada 17 pasien pada studi ini yang menerima operasi hidung tambahan untuk
mengurangi gejala alergi mereka, lesi radio frekuensi sebelumnya tidak dapat menghindari operasi turbin
tambahan sama sekali lebih lanjut turbinoplasti radio frekuensi yang berulang dapat meningkatkan
keberhasilan operasi pasien yang ditentukan oleh penelitian lebih lanjut.
Meningkatnya prevalensi dari rhinitis alergi dan dampaknya terhadap kualitas hidup individu dan
juga akibatnya sebagian factor resiko dari penyakit respirasi perlu di tekankan pilihan terapi yang dapat
memberikan perbaikan jangka panjang pada gangguan tersebut.
Penyakit respirasi tas dan bawah termasuk asma, sinusitis, otitis media dengan efusi
memperparah rhinitis alergi. Hubungan alergi pada hidung kondisi tersebut didukung banyaknya bukti
kejadian tersebut dengan epidemiologi secara luas. Pada penelitian sekarang dilakukan hanya
memfokuskan hasil jangka panjang. Dari turbinoplasti radio frekuensi yang dihubunhgkan dengan gejala
umum dari rhinitis alergi. Keberuntungan dari metode atau prosedur ini dapat memeberikan perbaikan
jangka panjang terhadap kondisi yang sudah disebutkan tadi untuk mencegah terjadinya episode yang
rekaren dan meningkatkan respon terhadap terapi pada seseorang diperlukan penyelidikan lebih lanjut.
6
Gejala alergi ocular, umumnya pada penderita rhinitis alergi, berhubungan dengan
penurunan kualitas hidup dan berhubungan dengan biaya9. Pada epitel konjungtiva, reaksi
hipersensitivitas tipe 1 terjadi setelah terpapar allergen. Progresivitas reaksi fase lambat, dengan
gejala kekambuhan dan infiltrasi dari sel inflamatori, mungkin terjadi 4-8 jam kemudian10.
Baroody et al11 melakukan double-blind, placebo-controlled uji klinis pada 20 pasien dengan
rinitis alergi ditantang dalam 1 lubang hidung dengan antigen. Respon dipantau di kedua lubang
hidung dan kedua mata. Mereka menemukan bahwa tantangan dengan alergen hidung,
melepaskan histamin di tempat tersebut, yang mungkin di inisiasi pada kedua nasonasal dan
refleks okular hidung. Refleks ini dikurangi dengan pemberian antagonis H1-reseptor di lokasi
tantangan. Mekanisme Reflex dalam hidung telah terbukti terjadi secara keseluruhan dalam
menanggapi pemaparan antigen pada hidung. Pemberian antigen pada hidung menginduksi
refleks dalam rongga hidung kontralateral, yang dikenal sebagai refleks nasonasal. Refleks ini
dapat dimulai dengan memaparkan hidung dengan keadaan dingin, udara kering, dan
histamine.12-13 Gejala mata pada pasien dengan rhinitis alergi timbul melalui mekanisme
kombinasi, termasuk kontak langsung serbuk sari alami dengan konjungtiva dan respon terhadap
rangsangan yang berasal dari hidung melalui refleks naso-okular. Data klinis kami menunjukkan
bahwa penurunan gejala mata di 43 dari 101 pasien (42,6%) dengan rhinitis alergi dapat dicapai
dengan RF turbinoplasty 5 tahun setelah operasi. Mekanisme menghilangkan gejala alergi okular
setelah operasi turbinate RF yang mungkin adalah sebagai berikut: (1) pengurangan volume
jaringan akibat turbinasi RF sehingga mengurangi area permukaan superficial untuk kontak
dengan allergen. (2)Transduksi energi radiofrekuensi pada submukosa dari turbinasi inferior
menyebabkan bekas luka, obliterasi dari pembuluh kecil submukosa, dan penghancuran kelenjar
submukosa. Sebagai lapisan submukosa superfisial turbinate inferior dianggap sebagai situs dari
reaksi alergi14, kerusakan jaringan akibat RF mungkin dapat menyebabkan efek pada gejala
okular alergi. (3) Di samping itu, efek penghambatan pada respon imun lokal atau naso-okular
refleks atau gangguan berlalunya alergen dan mediator alergi terhadap mata melalui sistem
nasolacrimal mungkin terjadi. Diperlukan penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini memiliki banyak keterbatasan. Ini adalah studi prospektif, di mana pasien
ditugasi sebagai kontrol mereka sendiri. Gejala perbaikan dibandingkan dengan tingkat beban
alergi mereka sebelum perawatan. Sebuah studi yang ideal akan menjadi prospektif, buta ganda,
7
studi terkontrol, yang sulit dan tidak praktis untuk dilakukan dalam jangka panjang. Keterbatasan
kedua dari penelitian ini adalah jumlah pasien yang hilang untuk menindak lanjuti .
Berdasarkan"Niat untuk mengobati" analisa dari total 146 pasien, dalam 5 tahun tingkat respons
turun menjadi 4 9,3%. Namun, kami percaya bahwa dari para responden yang “ benar", tingkat
kesembuhan setelah RF turbinoplasty mendekati 60,5% dari sebelumnya. Meskipun kita tidak
memiliki data untuk mendukung ini, dapat dibayangkan bahwa banyak pasien yang sembuh dari
gejala alergi mereka, juga termasuk mereka yang tidak mungkin untuk berpartisipasi dalam
perawatan jangka panjang. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah bahwa kita tidak
mencakup perubahan jangka panjang dari sengau pada hidung atau mediator alergi lokal untuk
memvalidasi manfaat klinis setelah RF turbinoplasty. Ciprandi dkk telah memberikan laporan
yang signifikan ,bahwa ada korelasi yang sangat kuat telah diamati antara nilai VAS untuk gejala
alergi dan resistensi aliran udara hidung melalui rinomanometri. Mereka menyimpulkan bahwa
VAS untuk menilai gejala alergi, terutama pada obstruksi hidung, dapat dianggap sebagai
prediktor handal tanpa adanya tujuan pemeriksaan rhinologic. Studi mereka memberikan bukti
untuk mendukung penggunaan VAS sebagai variabel hasil dalam praktek klinis atau penelitian.
Dalam studi ini,kami menggunakan VAS untuk mengukur perbaik an gejala alergi pasien setelah
RF turbinoplasty. Tingkat respons 6-bulan dan 5 tahun masing-masing adalah77,3% dan 60,5%,.
Studi lebih obyektif harus dilakukan untuk memvalidasi hasil klinis di masa depan.
Meskipun hasil dari RF turbinoplasty untuk pasien dengan rhinitis alergi menanggapi
buruk terhadap penurunan terapi medis dengan waktu, kami menemukan bahwa peningkatan
skor gejala dalam kelompok secara keseluruhan masih signifikan 5 tahun setelah operasi. Studi
ini menunjukkan nilai RF turbinoplasty sebagai alat yang efektif dan aman untuk mengobati
rhinitis alergi refrakter terhadap terapi medis dalam jangka panjang.
8