Dm Seminar
Transcript of Dm Seminar
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana
glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan
keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak
dijumpai.
Gangguan endokrin dan gangguan metabolisme merupakan komplikasi
pada banyak kehamilan dan memerlukan penatalaksanaan yang sangat hati-hati
untuk meningkatkan kesehatan maternal dan fetus serta memperoleh buah
kehamilan yang baik. Diabetes melitus merupakan gangguan endokrin yang sering
dihubungkan dengan kehamilan.
Sebelum insulin ditemukan pada awal tahun 1920, diabetes dan kehamilan
merupakan masalah yang sangat bertentangan. Banyak wanita penderita diabetes
usia produktif adalah tidak fertil atau steril, dan jika mereka hamil tidak dapat
mempertahankan kehamilannya sampai melahirkan. Kematian maternal sangat
tinggi kira-kira 50% dan kematian perinatal 65%.
Diabetik progestasional, merupakan diabetes telah ada sebelum konsepsi
dan akan berlangsung terus sampai kehamilan. Penderita diabetik pregestasional
dapat mengalami diabetes tipe I (insulin dependen) atau II (non-insulin dependen).
Diabetes Mellitus dengan kehamilan (Diabetes Mellitus Gestational – DMG)
adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia).
2
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Diabetes Mellitus?
2. Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan klasifikasi
Diabetes Mellitus?
3. Apa sajakah resiko dan komplikasi yang terjadi pada kehamilan dengan
Diabetes Mellitus?
4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis pada
kehamilan dengan Diabetes Mellitus?
5. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada ibu hamil dengan
Diabetes Mellitus?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Diabetes Mellitus.
2. Mengetahui etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi
Diabetes Mellitus.
3. Mengetahui apa sajakah resiko dan komplikasi yang terjadi pada
kehamilan dengan Diabetes Mellitus.
4. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis pada
kehamilan dengan Diabetes Mellitus.
5. Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada ibu hamil dengan
Diabetes Mellitus.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
2.2 Etiologi
Penyakit diabetes mellitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan
karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan
untuk membawa glukosa melewati membran sel. Diabetes dalam kehamilan
menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-
perubahan metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh
kehamilan. Sebaliknya diabetes akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Faktor Risiko :
1. Umur sudah mulai tua
2. Riwayat keluarga dengan DM
3. Multiparitas
4. Penderita gemuk atau kegemukan
5. Kelainan anak lebih besar dari 4000 g atau kelahiran anak sebelumnya
besar
6. Bersifat keturunan
7. Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urine
8. Adanya hidramnion
4
9. Riwayat kehamilan: sering meninggal dalam rahim, sering mnengalami
lahir mati, sering mengalami keguguran kehamilan yang tidak bisa
dijelaskan (abortus spontan)
10. Glokusuria dua kali berturut-turut
Kehamilan normal ditandai oleh perubahan kompleks pada metabolisme
glukosa maternal, produksi insulin, dan keseimbangan metabolisme. Persediaan
secara tetap glukosa adalah perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan
embrio/fetus. Glukosa maternal ditransportasikan ke fetus melalui proses fasilitasi
difusi. Insulin maternal tidak melintasi plasenta.
Pada minggu kesepuluh kehamilan, embrio/fetus mensekresi insulin
sendiri dalam jumlah cukup untuk menggunakan glukosa yang diperoleh oleh ibu.
Selama trisemester pertama kehamilan, status metabolisme wanita hamil
memberikan pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan kadar estrogen dan
progesteron. Selama trisemester kedua dan ketiga, kehamilan dengan suatu
diabetogenik mempengaruhi status metabolisme maternal.
Peningkatan kadar human laktogen plasenta, estrogen, progesteron,
kortisol, prolaktin, dan insulinase dapat meningkatkan resistensi insulin melalui
kerja mereka sebagai antagonis insulin. Sedangkan pada waktu persalinan,
ekspulsi plasenta akan segera menurunkan kadar sirkulasi hormon plasenta,
kortisol, dan insulinase dengan cepat. Jaringan maternal dengan cepat menjadi
sensitif kembali terhadap insulin seperti sebelum hamil. Untuk ibu yang tidak
menyusui, seringkali keseimbangan insulin-karbohidrat kembali seperti sebelum
hamil dalam waktu kira-kira 7 – 10 hari. Karena laktasi menggunakan glukosa
maternal, sehingga keseimbangan insulin ibu yang menyusui akan berlangsung
lebih lambat sampai kira-kira 6-9 bulan. Pada masa penyapihan sempurna, maka
kebutuhan insulin akan kembali seperti sebelum hamil.
5
2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan sistemik pada metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia
(peningkatan glukosa darah) yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat
atau penggunaan insulin tidak efektif pada tingkat seluler.
Insulin, diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans Pankreas, mengatur
kadar glukosa darah sehingga glukosa masuk ke jaringan adiposa dan sel-sel otot,
kemudian digunakan untuk energi. Insulin juga merangsang sintesa protein dan
penyimpanan asam lemak bebas (free fatty acids). Apabila insulin tidak cukup
atau tidak efektif dalam memenuhi kebutuhan glukosa, maka akan mengakibatkan
akumulasi glukosa dalam aliran darah dan terjadilah hiperglikemia.
Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas pada darah, yang menarik
cairan intrasel kedalam sistem vaskular sehingga terjadi dehidrasi dan peningkatan
volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi urin dalam volume besar (poliuria)
sebagai upaya untuk mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa
yang tidak digunakan (glikosuria). Dehidrasi seluler, yang disertai poliuria,
menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi) dan mudah lapar (polifagia).
Kompensasi tubuh atas ketidak mampuannya mengubah karbohidrat
(glukosa) menjadi energi dengan membakar (otot) dan lemak. Produk akhir
metabolisme ini adalah keton dan asam lemak, yang dalam jumlah berlebihan,
akan menyebabkan ketoasidosis. Penurunan berat badan terjadi akibat pemecahan
lemak dan jaringan otot. Pemecahan jaringan ini menimbulkan rasa lapar yang
membuat individu makan secara berlebihan.
Metabolisme karbohidrat selama kehamilan karena insulin yang berlebih
masih banyak dibutuhkan sejalan dengan perkembangan kehamilan. Progesteron
dan HPL menyebabkan jaringan ibu resisten terhadap insulin yang menghasilkan
enzim yang disebut insulinase yang dihasilkan oleh plasenta, sehingga
mempercepat terjadinya insulin.
Pathway
6
2.4 Manifestasi Klinis
7
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia,
mengantuk (somholen), dan dapat timbul ketoasidosis, pada DM umumnya tidak
ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat
komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pengaruh diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Hiperemesis garvidarium
2. Pemakaian glikogen bertambah
3. Meningkatnya metabolisme basal
Dampak diabetes pada kehamilan adalah sebagai berikut :
1. Abortus dan partus prematurus
2. Preeklampsia
3. Hidramnion
4. Kelainan letak janin
5. Insufisiensi
Pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah sebagai berikut:
1. Kematian hasil konsepsi dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus
2. Cacat bawaan
3. Dismaturitas
4. Janin besar
5. Kelainan neurologis
2.5 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Klasifikasi Diabetes Selama Kehamilan:
Pada tahun 1949 Priscilla White mengumumkan suatu sistem klasifikasi
komplikasi kehamilan dengan diabetes untuk memudahkan tenaga kesehatan
8
dalam mengidentifikasi diabetes pada wanita hamil. Klasifikasi menurut White
berdasarkan pada usia awal diabetes, lamanya, dan beratnya penyakit vaskular
yang akan mempengaruhi kesehatan perinatal.
KELAS KARAKTERISTIK IMPLIKASI
Intoleransi
glukosa
pada masa
hamil.
Toleransi glukosa abnormal
selama masa hamil:
hiperglikemia pascapandial
selama masa hamil.
Diagnosis sebelum 30 minggu
kehamilan adalah penting untuk
mencegah makrosomia. Tangani dengan
diet kalori yang adekuat untuk
mencegah penurunan berat badan ibu.
Tujuan: glukosa darah pastprandial
<130 mg/dl satu jam setelah makan atau
<105 mg/dl dua jam setelah makan.
Apabila insulin dibutuhkan, tangani
seperti penanganan pada klien
B, C, dan D.
A Diabetes kimiawi yang
didiagnosis sebelum
kehamilan: diatasi hanya
melaluli upaya diet, serangan
awal dapat terjadi pada usia
berapapun.
Penatalaksanaan sama dengan
penanganan intoleransi glukosa pada
kehamilan.
B Terapi insulin yang dilakukan
sebelum kehamilan: serangan
awal pada usia 20 tahun atau
lebih, durasi <10 tahun.
Sekresi insulin endogen dapat menetap,
resiko pada neonatus dan janin sama
dengan resiko pada kelas C dan D,
begitu juga dengan penatalaksanaannya.
C Serangan awal pada usia 10-
20 tahun, durasi 10-20 tahun.
Diabetes karena kurang insulin dengan
serangan awal pada masa kanak-kanak.
D Serangan awal terjadi
sebelum usia 10 tahun, durasi
Makrosomia janin atau retardasi
pertumbuhan intrauterin dapat terjadi,
9
>20 tahun, atau hipertensi
kronis (bukan preeklampsia),
atau diawali
retinopati (perdarahan kecil).
mikroaneurisme retinal, bercak
hemoragik,
dan eksudat meningkat selamaa masa
hamil, kemudian menurun setelah
melahirkan.
F Diabetik nefropati dengan
proteinuria
Anemia dan hipertensi umum terjadi,
proteuneria meningkat pada trisemester
ketiga, menurun setelah melahirkan.
Retardasi pertumbuhan janin
intrauterine umum terjadi, angka
kelangsungan hidup perinatal sekitar
85%. Apabila berada
dalam kondisi optimal, tirah baring
dibutuhkan.
H Penyakit arteri koroner Resiko maternal yang serius.
R Proliferatif Retinopati Neovaskularisasi disertai resiko
hemoragi vitreous atau retina tanggal,
fotokoagulasi laser sangat bermanfaat,
aborsi biasanya tidak dibutuhkan,
disertasi proses aktif neovaskularisasi,
mencegah usaha mengedan (bearing-
down).
Diabetes selama kehamilan juga dapat diklasifikasikan apakah diabetes
terjadi selama kehamilan. Diabetes progtasional terbagi dalam tipe I atau II
dimana diabetes timbul sebelum kehamilan, sedangkan gestasional diabetes
menunjukan bahwa intoleransi glukosa pertama kali diketahui selama kehamilan.
1. DIABETES MELlITUS PREGESTASIONAL
10
Ketika penderita diabetes dinyatakan hamil, maka dia disebut sebagai
diabetik progestasional, yaitu diabetes telah ada sebelum konsepsi dan akan
berlangsung terus sampai kehamilan. Penderita diabetik pregestasional dapat
mengalami diabetes tipe I (insulin dependen) atau II (non-insulin dependen) yang
dapat atau tidak mengalami komplikasi penyakit vaskuler, retinopati, nefropati,
atau gangguan lain yang menyertai diabetes.
Insidensi IDDM selama kehamilan tercatat sangat bervariasi dari 0,1% -
0,5% (London,Gabbe, 1998). CDC (1990) memeriksa data dari 225 catatan dasar
rumah sakit di Amerika, Canada, dan Eropa diperkirakan bahwa 5/1000
kehamilan mempunyai komplikasi IDDM.
Adaptasi hormonal secara normal pada kehamilan mempengaruhi
pengontrolan glikemik pada diabetes pregestasional. Kehamilan juga dapat
mempercepat perkembangan komplikasi vaskular pada diabetes.
Selama trisemester pertama, ketika gula darah maternal normal mengalami
penurunan dan respon insulin terhadap glukosa meningkat, maka pengendalian
glikemik harus ditingkatkan. Mual, muntah, dan mengidam merupakan beberapa
keluhan kehamilan yang disebabkna fluktasi diet, yang mempengaruhi kadar
glukosa maternal dan harus menyesuaikan dosis insulin.
Pada IDDM, hemodinamik normal mengalami kegagalan untuk
menyesuaikan kehamilan, karena terjadi sedikit peningkatan fisiologis pada
kardiak output dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak mendrita diabetes.
Ini juga meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tromboemboli selama
diaebetik kehamilan. Disfungsi tiroid, seringkali hipotiroidsm, adalah umum
terjadi selama kehamilan diabetik (Meyer, Palmer, 1990).
2. DIABETES MELITUS GESTASIONAL
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisakan sebagai, suatau
intoleransi karbohidrat yang berat dengan awal atau pertama timbul selama
kehamilan, (ADA, 1990).
DMG terjadi pada seseorang yang didiagnosa mengalami intoleransi selama
kehamilan dengan menggunakan atua tidak menggunakan insulin pada
11
penanganan kehamilan. Wanita yang tidak mempunyai riwayat intoleransi glukosa
dan menunjukan hiperglikemia selama kehamilan dianggap sebagai diabetik
gestasional, ini hanya dialami oleh sedikit wanita.
DMG umumnya ditandai oleh intoleransi glukosa secara ringan dengan
manifestasi hiperglikemia postprandial. Itu seringkali timbul secara terlambat
pada kehamilan. Pada 97% kasus, DMG tampak pada akhir kehamilan, tetapi ada
kemungkinan tinggi bahwa itu akan terjadi pada kehamilan berikutnya. DMG
mempunyai dampak dalam jangka panjang ada diabetes yang terlihat jelas akan
berlangsung selama 20 tahun setelah kehamilan pada kira-kira 60% wanita dengan
DGM jika mereka obesitas. Pengurangan berat badan sampai pada batas normal,
dan memakan nutrisi serta melakukan olah raga secara baik, dapat menurunkan
resiko sebanyak 25%.
Beberapa wanita dengan DMG memperlihatkan gejala diabetes klasik:
haus, lapar, urinasi, dan kelelahan yang sangat. Tetapi, pada kira-kira 70% DMG
terjadi tanpa disertai gejala, maka skrining secara lengkap wanita hamil
merupakan hal yang sangat esensial untuk diagnosa dan penanganan.
2.6 Resiko dan Komplikasi Kehamilan dengan Diabetes Mellitus
Terjadi pada Maternal:
1. 25% -30% wanita diabetik mempunyai resiko tinggi menderita hipertensi
kehamilan atau preeklamsia. Resiko preeklampsia akan meningkat
sehubungan dengan pengontrolan glikemia yang kurang baik selama
trisemester kedua.
2. Hidramnion (polihidramnion) terjadi 10 kali lebih tinggi pada kehamilan
diabetes dibandingkan dengan kehamilan nondiabetes. Hidramnion dengan
cairan amniotik lebih dari 2000 mL, kemungkinan akan lebih meningkat
karena adanya penekanan pada pembuluh darah (vena cava dan aorta)
abdominal maternal, dan menyebabkan hipotensi supinasi.
3. Persalinan prematur secara spontan pada kehamilan dibetes adalah tiga
kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi secara umum. Ini
12
berhubungan dengan pengontrolan glikemia kurang baik selama
trisemester kedua.
4. Penyakit infeksi umumnya lebih banyak dan serius pada wanita hamil
penderita diabetes. Gangguan metabolisme karbohidrat menyebabkan
perubahan resistensi normal tubuh terhadap infeksi.
5. Ketoasidosis lebih sering terjadi pada trisemester kedua dan ketiga. Ketika
metabolisme maternal terganggu karena sakit atau infeksi, maka wanita
diabetes berada pada resiko tinggi untuk diabetes ketoasidosis (DKA).
6. Hipoglikemia seringkali terjadi pada awal kehamilan, ketika produksi
glukosa hepatik berkurang dan penggunaan glukosa perifer meningkat.
Terjadi pada Fetus/Neonatal:
1. Distres repirasi sehubungan dengan penyakit membran hyaline resikonya
meningkat pada bayi dengan ibu diabetik.
2. Hypoglycemia neonatal sering terjadi, karena dampak hyperinsulimisme
fetal dan cepatnya nutilisasi glukosa setelah lahir.
3. Anomali kongenital pada ibu dari ibu diabetik. Resiko anomali kongenital
meningkat akibat kontrol glikemia yang buruk sebelum konsepsi dan pada
minggu-minggu awal kehamilan, selama periode organogenesis.
4. Makrosomia, yakni berat bayi lebih dari 4000 gram, terjadi pada 24% -
42% kehamilan yang disertai diabetes . Pada kehamilan diabetik angka
makrosemia hanya 8% - 14% (Jovanovic, Peterson, dkk, 1991).
5. Perubahan vaskular sebagai komplikasi dari diabetes akan mengalami
gangguan sirkulasi uteroplasental. Hal ini menurunkan jumlah oksigen
yang tersedia untuk janin dan dapat menyebabkan reterdasi pertumbuhan
intrauterin (IUGR), yang menghasilkan neonatus yang kecil untuk masa
kehamilan (small for gestational age[SGA]).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
13
Pemeriksaan diagnostik pada ibu hamil dengan diabetes mellitus dapat dilakukan
dengan:
Hemoglobin glukosa (HbA1c) kadar glukosa serum acak, kadar keton
urine, protein urine dan kreatinin(24 Jam), tes fungsi tiroid, hemoglobin
hematokrit, kadar estriol, tes toleransi glukosa, albumin glukosa, elektrodiagram,
kultur vagina, tes nonstres (NST), ultrasonografi, contraction stress test (CST),
oxcytocyn chalenge test (OCT), amniosintesis, serta kriteria profil biofisik.
Diabetes mellitus gestasional, setelah diberikan glukosa oral 100 g dapat
didiagnosa apabila dua nilai glukosa plasma sama atau lebih dari:
Puasa :105 mg/dl
Satu jam :190 mg/dl
Dua jam :165 mg/dl
Tiga jam :145 mg/dl
2.8 Penatalaksaan Medis
Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan untuk
mencapai
3 maksud utama, yaitu:
a. Menghindari ketosis dan hipoglikemia.
b. Mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria.
c. Mengoptimalkan gestasi.
Penanganan pada penderita DM meliputi:
a. Diet
Penderita harus mendapatkan lebih banyak kalori karena berat badannya
bertambah menurun. Penderita DM dengan berat badan rata-rata cukup diberi diet
yang mengandung 1200-1800 kalori sehari selama kehamilan. Pemeriksaan urine
dan darah berkala dilakukan untuk mengubah dietnya apabila perlu. Diet
dianjurkan ialah karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat badan, lemak 45-60gr.
Garam perlu dibatasi untuk mengurangi kecenderungan retensi air dan garam.
b. Olah Raga
14
Wanita hamil perlu olah raga, tetapi sekedar untuk menjaga kesehatannya.
Kita tidak bisa memaksakan olah raga pada ibu hamil hanya untuk menurunkan
gula dalam darahnya.
c. Obat-obat antidiabetik
Selama kehamilan kadar darah diatur dengan antidiabetik. Pemeriksaan
kadar darah harus dilakukan lebih sering. Pemberian suntikan insulin merupakan
salah satu pengobatan bagi penderita penyakit DMG untuk mengontrol kadar gula
darahnya. Beberapa jenis obat-obat untuk penderita DM yang dapat dikonsumsi
dengan dimakan dan yang beredar di Indonesia hingga saat ini memang tidak
seluruhnya boleh diberikan pada ibu hamil, karena dapat menimbulkan efek yang
merugikan bagi janin yang dikandung.
Misalnya menimbulkan cacat bawaan pada janin. Pada trimester pertama
paling sukar dilakukan pengobatan karena adanya nausea dan vomitus. Pada
timester kedua pengobatan tidak begitu sukar lagi karena tidak perlu perubahan
diet dan dosis antidiabetik.
Dalam trimester ketiga sering diperlukan lebih banyak antidiabetik karena
meningginya toleransi hidrat arang.
d. Diuretik
Jika ada hipertensi atau tanda-tanda retensi cairan dianjurkan miskin
garam. Jika ini tidak menolong dapat diberikan deuretik.
e. Steroid-steroid seks
Sekresi estrogen berkurang pada wanita hamil diabetik. Komplikasi pada
fetus berkurang jika selama kehamilan diberi estrogen dan progesteron dalan dosis
besar.
f. Penatalaksanaan obstetrik
1. Persalinan dilakukan:
Pertahankan sampai aterm dan spontan.
Induksi persalinan pada minggu 37-38.
Primer seksio sesarea.
2. Penanganan bayi dengan DM:
15
Disamakan dengan bayi prematur.
Observasi kemungkinan hipoglisemia.
Perawatan intensif: neonatus intensif unit care dengan
pengawasan ahli neonatologi.
2.9 Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus
2.9.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah.
5. Integritas Ego
Stress, ansietas.
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), dan diare.
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
16
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat).
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak).
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2.9.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrien dengan
tepat.
2. Risiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan peningkatan
kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi.
3. Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan perubahan
kontrol diabetik, profil darah abnormal anemia, hipoksia jaringan, dan
perubahan respons imun.
2.9.3 Intervensi Keperawatan
1. Diaonosa 1: perubahan nurtisi kurang dari kebutuhanyang
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan
nutrien dengan tepat.
Hasil yang diharapkan:
a. Nutrisi sii ibu akan meningkat 24-30 Ib pada masa prenatal
atau yang tepat berat badan sebelum kehamilan.
b. Ibu akan mempertahankan glukosa darah puasa antara 60-100
Ib 1 jam prapartum tidak lebih 140 mg/dl.
c. Ibu akan sering mengungkapkan pemahaman tentang atiuran
individu dan kebutuhan pemantauan diri.
17
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji masukan kalori dan pola
makan dalam 24 jam.
1. Membantu dalam mengevaluasi
pemahaman ibu diet dan atau
pentingnya mentaati atauran diet.
2. Tinjau ulang pentingnya
makan kudapan yang teratur
bila menggunakan insulin.
2. Makan sedikit dan sering menghindari
hiperglikemia prospandial dan ketosis
puasa/kelaparan.
3. Bila terjadi hipoglikemia
asimtomatik, atasi dengan
segelas susu sebanyak 8 oz
dan ulangi tiap 15 menit bila
kadar glukosa serum dibawah
70 mg/dl.
3. Mual dan muntah dapat mengakibatkan
defisiensi karbohidrat yang dapat yang
dapat menimbulkan metabolisme lemak
dan terjadi ketosis.
Kolaborasi
4. Diskusikan dosis, jadwal, dan
tipe insulin.
4. Penggunaan jumlah besar karbihidrat
sederhana untuk mengatasi
hipoglikemia dapat menyebabkan nilai
glukosa darah meningkat cepat.
Kombinasi karbohidrat dengan protein
mempertahankan normoglikemia lebih
lama dan membantu memepertahankan
stabilitas glukosa sepanjang hari.
5. Sesuaikan diet atau cara
pemberian insulin untuk
memenuhi kebutuhan
individu.
5. Pembagian dosis mempertimbangkan
kebutuhan maternal dan rasio waktu
makan terhadap makanan dan
memungkinkan kebebasan dalam
penjadwalan makanan.
Dosis total setiap hari berdasarkan usia
gestasi, berat badan ibu dan kadar glukosa
18
serum.
6. Rujuk pada ahli diet dan
konseling pertanyaan
mengenai diet yang
dianjurkan.
6. Kebutuhan metabolik pranatal berubah
setiap trimester dan penyesuaian
ditentukan oleh penambahan berat
badan dan tes laboratorium.
Diet spesifik pada individu diperlukan
untuk mempertahankan normoglikemia
dan mendapatkan berat badan yang
diinginkan.
7. Tentukan hasil HbAIc setiap
2-4 minggu.
7. Memberikan keakuratan gambaran rata-
rata kontrol glukosa serum delama 60 hari.
2. Diagnosis 2: Risiko tinggi cedera janin yang berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa maternal sebagai perubahan pada sirkulasi.
Hasil yang diharapkan:
Ibu akan menunjukan hasil NST secara normal dan oxytocin challenge test dan
atau tes stress kontraksi negatif.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
1. Tentukan klasifikasi white
terhadap diabetes, jelaskan
klasifikasi serta makna pada ibu
dan pasangan.
1. Janin kurang berisikao bila klasifikasi
white adalah A, B, dan C dengan
klasifikasi D atau diatas akan
mengalami masalah ginjal atau
komplikasi lainnya.
2. Kaji kontrol diabetik sebelum
konsepsi.
2. Kontrol ketat sebelum konsepsi
membantu risiko mortalilitas janin dan
anomali kongenital.
3. Kaji gerakan janin dan DJJ
setiap kunjungan sesuai indiksi.
Anjurkan untuk mencatatnya
3. Terjadinya insufiensi plasenta dan
ketosis maternal mungkin secara negatif
akan mempengaruhi gerakan janin dan
19
mulai usia gestasi 18 minggu
dan setiap hari mulai miggu ke-
34.
DJJ.
4. Pantau adanya tanda hipertensi
dan kehamilan (edema,
proteinuria, dan peningkatan
TD).
4. Bermanfaat untuk mengidentifikasi pola
pertumbuhan abnormal.
5. Berikan informasi tentang efek
diabetes yang mungkin pada
pertumbuhan dan
perkembangan janin.
5. Kira-kira 12-13 dari dari diabetes
menjadi gangguan hipertensi karena
perubahan kardiovaskuler berkenaan
dengan diabetes.
Kolaborasi
6. Kaji HbAIc setiap 2-4 minggu
sesuai indikasi.
6. Pengetahuan membantu ibu membuat
keputusan tentang melaksanakan aturan
dan dapt meningkatkan kerjasama.
7. Dapatkan kadar serum alfa
fetoprotein (AFP) pada gestasi
14-16 minggu.
7. Insiden malformasi secara kongenital
meningkat pada wanita dengan kadar
tinggi pada awal kehamilan buruk.
8. Siapkan untuk USG pada usia
kehamilan 8, 12, 18, 28, dan 36
sampai 38 minggu sesuai
indikasi.
8. USG bermanfaat dalam memastikan
tanggal gestasi dan membantu
mengevaluasi Intra Urine Growth
Retadation (IUGR).
9. Lakukan NST dan OCT/CST
dengan tepat.
9. Mengkaji kesejahteraan janin dan
keadekuatan perfusi plasenta.
3. Diagnosa 3: Risiko tinggi cedera maternal yang berhubungan dengan
perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal anemia, hipoksia
jaringan, dan perubahan respons imun.
Hasil yang diharapkan:
a. Ibu tetap normotensif.
20
b. Ibu tetap mempertahankan normoglikemia.
c. Ibu bebas dari komplikasi.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji klasifikasi white terhadap
diabetes, kaji derajat kontrol
diabetik.
1. Ibu yang diklasifikasikan memiliki
diabetes tipe D, E atau F memiliki
risiko tinggi mengalami komplikasi.
2. Kaji kondisi ibu terhadap
perdarahan vagina dan nyeri
tekan abdomen.
2. Perubahan vaskuler yang dihubungkan
dengan diabetes menetapkan ibu pada
resiko abrupsio plasenta.
3. Kaji adanya edema. 3. Ibu diabetik cenderung kelebihan
retensi cairan dan hipertensi
kehamilan (HKK) akibat perubahan
vaskuler.
4. Tentukan tinggi fundus,
periksa adanya edema pada
ekstremitas dan dispnea.
4. Hidramnion terjadi dalam 6-25% ibu
diabetik yang hamil. Hal ini terjadi
kemungkian berhubungan dengan
penigkatan kontribusi janin pada
cairan amnion karena hiperglikemia
meningkatkan pengeluaran urine janin.
5. Kaji dan tinjau ulang tanda dan
gejala infeksi saluran kemih
(ISK).
5. Deteksi awal ISK dapat mencegah
pielonefritis yang mmperberat
persalinan.
Kolaborasi
6. Pantau kadar glukosa setiap
kunjungan.
6. Mendeteksi ancaman ketoasidosis.
7. Kaki Hb/Ht pada setiap
kunjungan awal kemudian
selama trimester kedua dan
7. Anemia mungkina ada pada ibu
masalah vaskuler.
21
pada kehamilan aterm.
8. Intruksikan pemberian insulin
sesuai kebutuhan.
8. Kebutuhan insulin selama kehamilan
tidak sama jumlahnya.
9. Dapatkan urinalisis dan kultur
urine, berikan antibiotik sesuai
indikasi.
9. Membantu mencegah atau mengalami
pielonefritis.
10. Kumpulkan spesiemen untuk
ekskresi protein total, ibus,
kreatinin nitrogen, urea darah,
dan kadar asam urat.
10. Kemungkinan perubahan vaskuler
dapat merusak fungsi ginjalpada ibu
dengan diabetes berat.
11. Siapkan ibu untuk melakukan
USG pada usia gestasi minggu
ke-8, 12, 26 dan 38 kehamilan
untuk menentukan ukuran
janin dengan menggunakan
diameter biparietal, panjang
femur, dan perkiraan berat
badan janin.
11. Ibu berisiko tinggi terhadap CPD dan
distosia karena makrosomia.
2.9.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis
dan kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk petugas kesehatan lain.
22
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama oleh dokter dan petugas kesehatan lain.
2.9.5 Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil
dan tujuan yang hendak dicapai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan metabolisme secara sistemik
dari karbohidrat, protein, dan lemak. Insulin diproduksi oleh sel beta di pulau
Langerhans Pankreas, bila pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara
adekuat, maka akan timbul suatu keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga
dapat menimbulkan kondisi kompensasi tubuh seperti meningkatkan rasa haus
(polidipsi), mengekskresikan cairan (poliuri), dan mudah lapar (polifagia).
Priscilla White mengklasifikasian kehamilan dengan diabetes berdasarkan
pada usia awal diabetes, lamanya dan beratnya penyakit vaskuler yang akan
mempengaruhi kesehatan perinatal. Diabetes selama kehamilan juga dapat
diklasifikasikan menurut apakah diabetes terjadi sebelum kehamilan (Diabetes
Mellitus Pregestasional) atau terjadi selama kehamilan (Diabetes Mellitus
Gestasional).
Diabetes pada kehamilan, yaitu abortus dan partus prematurus,
preeklampsia, hidramnion, kelainan letak janin, dan Insufisiensi. Sedangkan,
pengaruh diabetes pada bayi yang dilahirkan adalah kematian hasil konsepsi
dalam kehamilan muda mengakibatkan abortus, cacat bawaan, dismaturitas, janin
besar, kelainan neurologis.
Pengobatan dan penanganan penderita diabetes yang hamil dilakukan
untuk mencapai 3 maksud utama, yaitu: menghindari ketosis dan hipoglikemia,
mengurangi terjadinya hiperglikemia dan glisuria, dan mengoptimalkan gestasi.
Penanganan pada penderita DM meliputi: diet, olah raga, obat-obat anti diabetik,
diuretik jika perlu, steroid-steroid seks.
3.2 Penutup
Perawatan pada kehamilan dengan diabetes mellitus, memerlukan
pengertian penuh dari semua tenaga kesehatan tentang respon kehamilan fisiologis
dan perubahan metabolisme pada diabetes. Jika wanita hamil menginginkan
kehamilan dan bayi yang sehat, maka harus ada keinginan yang kuat serta
24
partisipasi aktif dari wanita hamil dan keluarganya. Hal ini akan memberikan
dampak yang baik untuk kehamilan dengan diabetes melitus dan perkembangan
dalanm dunia kesehatan.