DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …
Transcript of DISTRIBUSI JENIS GULMA PADA PENANAMAN PADI SAWAH …
1
DISTRIBUSI JENIS GULMA PADAPENANAMAN PADI SAWAH SISTEM
TABELA YANG DIPERLAKUKANDENGAN BEBERAPA JENIS HERBISIDA.
Oleh :Ir.I Wayan Pasek Arimbawa,MP
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIF A K U L T A S P E R T A N I A N
UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR
2016
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas limpahan karunia-Nya, penulisan Karya Ilmiah yang berjudul “
Distribusi Jenis Gulma pada Penanaman Padi Sistem Tabela yang Diperlakukan
dengan Beberapa Jenis Herbisida” dapat terselesaikan.
Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :
1. Ketua Perpustakaan Universitas Udayana dan rekan-rekan yang banyak
memberikan bantuan dalam penyusunan tulisan ini.
2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tulisan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik yang bersifat membangun, demi kesempurnaan tulisan ini
sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi yang
berkepentingan
Denpasar, Februari 2016
Penulis
3
RINGKASAN
Pada budidaya padi, secara umum dikerjakan melalui urut-urutan kegiatan
seperti persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman bibit, pemeliharaan dan
terakhir adalah panen. Budidaya padi dengan cara ini sering dikenal dengan sistem
tanam pindah (Tapin). Dari rangkaian kegiatan yang banyak memerlukan waktu
tersebut, belakangan ini dikembangkan teknik budidaya dengan sistem tabur benih
langsung (Tabela) yaitu penanaman padi dengan tujuan untuk mempersingkat
rangkaian kegiatan yang banyak memerlukan waktu, sehingga biaya produksi yang
harus dikeluarkan bisa dikurangi tanpa mengurangi hasil yang akan diperoleh.
Penelitian ini berjudul “ Distribusi Jenis Gulma pada Penanaman Padi Sistem
Tabela yang Diperlakukan dengan Beberapa Jenis Herbisida”. Penelitian ini
berlangsung selama ± 1,5 bulan di Subak Bantas Bale Agung Kaja, Desa
Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana
dengan 4 jenis perlakuan dan diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan jenis herbisida
tersebut adalah Herbisida DMA, Ally Plus, Logran dan tanpa herbisida sebagai
kontrol.
Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah untuk membandingkan
pertumbuhan gulmanya pada penanaman padi dengan sistem Tabela yang
pengendaliannya dengan mengunakan beberapa jenis herbisida, sehingga
efektivitas dari masing-masing jenis herbisida tersebut bisa diketahui pada
4
penanaman padi sistem Tabela yang selama ini pengendaliannya yang menjadi
masalah.
Hasil statistika menyatakan bahwa jenis herbisida berpengaruh nyata
terhadap parameter populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss, berat gulma basah dan
kering oven m-2 umur 14 hss,.
Perlakuan herbisida Logran, Ally Plus dan DMA dapat menurunkan berat
gulma basah m-1 pada umur 14 hss masing-masing sebanyak 79,59 %, 52,14 % dan
49,66 % dibandingkan tanpa herbisida (kontrol) dan menurunkan berat gulma
kering ovennya masing-masing sebanyak 68,67 %, 50,51% dan 47,57 %
dibandingkan dengan tanpa herbisida (kontrol).
5
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL………………………………………………………………………...1
KATAPENGANTAR………………………………………………………....2
ABSTRAK…………………………………………………………………….3
RINGKASAN ………………………………………………………………............4
DAFTAR ISI …………………………………………………………………5
DAFTAR TABEL …………………………………………………………….7
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………8
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….9
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...10
1.1 Latar Belakang ………………………………………..………………………10
1.2 Tujuan Penelitian ………………………………………………..……………11
1.3 Hipotesis ……………………………………..…………………………12
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………….13
2.1 Penanaman Padi Sistem Tabela ………….. … ……………………………..13
2.2 Jenis-jenis Gulma pada Padi Sawah ………………………………………….14
2.3 Persaingan Gulma dengan Tanaman Padi…… ………………………………19
2.4 Cara Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi ………………………………20
2.5. Diskripsi Herbisida ……………………………………………………...22
2.5.1. Herbisida DMA 6 825 SL ……………………………………………..22
2.5.2. Herbisida Ally Plus 77 WP ……………………………………............22
2.5.3. Herbisida Logran 75 WG..…………………………………………....22
BAB III METODE PENELITIA..…………………………………………………23
6
3.1 Rancangan Penelitian …………………………………………………............23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………………...23
3.3 Bahan dan Alat Penelitian…………………………………………………….23
3.4 Pelaksanaan di lapangan ………………………………………………...25
3.4.1 Penyiapan lahan ……………………………………….……………25
3.4.2 Penaburan benih……………………………………………………..26
3.4.3 Penyulaman ………………………………………….……………...26
3.4.4 Pengendalian gulma …………………………………….………….26
3.4.5 Pengendalian hama dan penyakit …………………………………..27
3.5. Pengamatan dan Pengumpulan Data ………………………………………28
3.5.1 Identifikasi gulma ……………………………………………..28
3.5.2 Berat gulma basah dan kering oven m-2 (g) ……………..........28
3.6 Analisis Data ………………………………………………………………. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………30
4.1 Hasil Penelitian………………………………………………………………..30
4.1.1 Populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss (batang)….………….………31
4.1.2 Berat gulma basah dan kering oven m-2 umur 14 hss ) ……………..31
4.2 Pembahasan…………………………………………………………………..34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..36
5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….36
5.2 Saran …………………………………………………………………………36
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………..38
LAMPIRAN ………………………………………………………………………40
7
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4.1. Signifikansi pengaruh perlakuan herbisida terhadap parameter yangdiamati…………………………………………………………………...........30
4.2. Distribusi jenis gulma m-2 umur 14 hss akibat perlakuan beberapa jenisherbisida………………………..…………………………………………..
4.3. Berat gulma basah dan kering oven m-2 umur 14 hss akibat perlakuanperlakuan beberapa jenis herbisida …………………………………………
30
32
33
8
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
3.1
3.2
Gambar denah percobaan di lapang……………………………………..
Gambar luasan sampel pengamatan …………..…………………………
24
25
9
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1
2
3
Jenis gulma Jussiaea linifolia Vahl umur 14 hss (batang) …..…………………
Jenis gulma Jussiaea angustifolia Lmk umur 14 hss (batang)………………….
Jenis gulma Frimbristylis littoralis Gaudich umur 14 hss (batang)……………
40
41
41
.
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanaman padi disawah biasanya dilakukan oleh petani dengan sistem
tanam pindah (Tapin) tetapi ada pula sistem tabur benih langsung (Tabela).
Kegiatan Tapin banyak menyerap tenaga kerja seperti penanaman (26 %)
dari kebutuhan seluruh tenaga kerja (Zaini,1996). Suprihatno dkk (1996) pada studi
kasus di Kabupaten Subang dan Karawang menunjukkan bahwa kekurangan tenaga
kerja banyak terjadi pada kegiatan tanam. Karena itu teknologi Tapin perlu
diperbaiki dengan target peningkatan produksi dan efisiensi tenaga kerja,
penurunan biaya produksi. Salah satu alternatif untuk mengatasi kendala tersebut
diupayakan dengan memperkenalkan teknik budidaya tabur benih langsung
(Tabela ).
Tabela merupakan pembudidayaan tanaman padi dengan menanam atau
menyebar benih padi secara langsung di areal pertanaman. Teknik Tabela yang
dikenal dan yang telah dilaksanakan oleh beberapa petani khususnya di Bali adalah
penanaman benih langsung pada lahan pertanian yang telah diolah secara
sempurna, sedangkan pada lahan pertanian yang tanpa mengalami pengolahan
tanah dan pelumpuran belum banyak diketahui atau belum dikenal sama sekali
(Pasek dkk, 2005).
11
Zaini (1996) menyatakan bahwa secara ekonomis kelebihan Tabela tersebut
ditunjukkan dengan penghematan pemakaian tenaga kerja 25-30 %, air 21 %,
sarana produksi 5-10 %, produksi lebih tinggi 10-25 % dan kualitas gabah lebih
baik dibandingkan dengan Tapin. Selain kelebihan tersebut di atas salah satu
kekurangan dari Tabela adalah banyaknya gulma yang tumbuh. Banyaknya
gulma yang tumbuh dan kurangnya pengetahuan petani dalam pengendalian
gulma, mengakibatkan sistem Tabela kurang diminati oleh sebagian besar petani,
khususnya petani padi sawah yang ada di Kabupaten Tabanan. Cara pengendalian
gulma yang kurang tepat pada sistem ini akan menambah biaya produksi yang
sangat tinggi, sehingga pendapatan bersih yang diterima oleh petani menjadi sangat
berkurang (Pasek dkk, 2005).
. Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
pengendalian gulma pada tanaman padi sistem tabela dengan beberapa jenis
herbisida , sehingga memudahkan dalam menentukan metode pengendalian yang
paling tepat.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui distribusi jenis gulma pada penanaman padi dengan sistem
Tabela.
2. Untuk mengetahui distribusi jenis gulma pada penanaman padi dengan sistem
Tabela setelah mendapat perlakuan herbisida.
12
3. Untuk mengetahui efektivitas dari masing-masing jenis herbisida pada
penanaman padi dengan sistem Tabela.
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Distribusi jenis gulma pada penanaman padi sistem Tabela dengan perlakuan
herbisida akan lebih rendah dibandingkan tanpa perlakuan herbisida.
2. Perlakuan herbisida Logran akan lebih efektif dalam pengendalian gulma
dibandingkan dengan perlakuan jenis herbisida lainnya.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penanaman Padi Sistem Tabela.
Tabela merupakan pembudidayaan tanaman padi dengan menanam atau
menyebar benih padi secara langsung di areal pertanaman. Pengertian lain adalah
penanaman padi pada suatu lahan tanpa melalui pesemaian atau tanpa adanya
pemindahan bibit ke tempat pertanaman (Supriadi dan Kasim, 1995). Teknik
Tabela yang dikenal dan yang telah dilaksanakan oleh beberapa petani khususnya
di Bali adalah penanaman benih langsung pada lahan pertanian yang telah diolah
atau telah dilumpurkan, sedangkan pada lahan pertanian yang tanpa mengalami
pengolahan tanah dan pelumpuran belum banyak diketahui atau belum dikenal
sama sekali (Pasek dkk, 2005).
Taslim dan Supriadi (1995) menyatakan bahwa Tabela dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu menyebar benih secara merata di atas permukaan tanah yang
sering disebut Tabela sebar (broadcast) sehingga jarak tanamnya tidak beraturan
dan menanam benih langsung di dalam barisan atau Tabela baris yaitu dengan
menggunakan alat seeder. Penggunaan seeder keluarnya benih lebih bisa diatur
sehingga kerapatan populasi tanaman yang dihasilkan lebih sesuai dengan
keinginan. Tabela dalam barisan dapat dijadikan pengganti Tapin tanpa
mengurangi produksi, bahkan dapat menurunkan biaya produksi. Kebutuhan
14
tenaga kerja untuk menanam dengan menggunakan alat tanam atau seeder, hanya
membutuhkan sepertiga dari yang dibutuhkan pada Tapin.
Zaini (1996) menyatakan bahwa secara ekonomis kelebihan Tabela
ditunjukkan dengan penghematan pemakaian tenaga kerja 25-30 %, air 21 %,
sarana produksi 5-10 %, produksi lebih tinggi 10-25 % dan kualitas gabah lebih
dibandingkan dengan Tapin. Selain kelebihan tersebut di atas beberapa kekurangan
dari Tabela baris adalah tanaman mudah rebah (perakaran dangkal) dan
meningkatnya jumlah gulma yang tumbuh. Banyaknya gulma yang tumbuh dan
kurangnya pengetahuan petani dalam hal cara pengendalian dan pemberantasannya,
mengakibatkan sistem Tabela kurang diminati oleh sebagian besar petani,
khususnya petani padi sawah yang ada di Kabupaten Tabanan. Pengendalian
gulma yang kurang tepat pada sistem ini akan menambah biaya produksi, sehingga
pendapatan bersih yang diterima oleh petani menjadi berkurang.
2.2 Jenis-jenis Gulma pada Padi Sawah
Lovett (1979) menyatakan, gulma adalah tumbuhan yang mempunyai nilai
negatif, tumbuhan yang tidak dikehendaki, atau tumbuhan yang tumbuh pada
tempat yang tidak diinginkan. Gulma juga didefinisikan sebagai tumbuhan yang
belum diketahui kegunaannya (Moenandir, 1988). Gulma yang berasosiasi dengan
tanaman dapat menimbulkan kerugian, karena kehadirannya menyebabkan
terjadinya persaingan untuk memperebutkan sumber daya tumbuh antara gulma dan
tanaman. Persaingan ini mengakibatkan menurunnya hasil tanaman dan
15
kualitasnyapun rendah. Penurunan hasil akibat adanya persaingan tanaman padi
dengan gulma bisa mencapai antara 25-50 % (Sundaru dkk, 1976).
Berdasarkan hasil penelitian Balitan Bogor terdapat 33 spesies gulma pada
tanaman padi sawah, dan yang paling dominan adalah Monochoria vaginalis,
Paspalum disticum, Frimbristylis, Cyperus difformis, Scirpus juncoide,
Echinochloa crusgalli, Spenochlea zeylanica, Cyperus iria, Limnocharia flava,
Lersia hexandra, Echinochloa colonum, dan Leptochloa chinensis, Jussiaea
linifolia, Jussiaea angustifolia, Rotala leptopetala, Cyperus halpan, Leptochloa
chinensis (Sundaru dkk, 1976).
a. Monochoria vaginalis
Monochoria vaginalis merupakan gulma tahunan dengan tinggi 10-50 cm,
tumbuh tegak dengan rimpang yang pendek. Daun waktu muda berbentuk panjang
dan sempit, kemudian berbentuk lanset, sedangkan yang sudah tua berbetuk bulat
telur atau bulat memanjang. Bagian pangkal bangun jantung.panjang 2-12,5 cm,
lebar 0,5-10 cm. Bunga banyaknya 3-25 buah, terbuka secara serentak. Perhiasan
bunga panjangnya 11-15 mm. Tinggi bunga 4-25 mm. Biasanya terdapat pada
tanah berair terutama di sawah-sawah (Sundaru dkk, 1976).
b. Paspalum disticum atau rumput kawat
Rumput kawat ini banyak tersebar diseluruh dunia. Tanaman ini termasuk
jenis rumput dan termasuk jenis gulma tahunan. Karangan bunganya bercabang
16
dua. Berkembang biak dengan potgan batang dibawah tanah yang menjalar. Dapat
bertahan hidup dalam sawah tergenang, tanah yang berdaraenase buruk, bahkan di
sawah yang berdraenase baik (Anon., 1985).
c. Frimbristylis
Merupakan gulma setahun, tumbuh berumpun, tinggi 20-60 cm. Batangnya,
tidak berbulu, bersegi empat dan tumbuh tegak. Daun terdapat di bagian pangkal
batang, berbentuk garis, menyebar lateral, tepi luar tipis, panjang sampai 40 cm.
Bunganya mempunyai karangan bunga bercabang banyak. Buah berwarna kuning
pucat atau hampir putih, bentuk bulat telur terbalik (Sundaru dkk, 1976).
d. Cyperus difformis
Merupakan gulma setahun termasuk golongan teki, tumbuh berumpun, tinggi
10-70 cm. Batang berbentuk segitiga, licin, agak lunak, meruncing pada ujungnya.
Daun dalam jumlah yang sedikit terdapat pada pangkal batang, umumnya lebih
diujung, anak bulir banyak dan rapat, membentuk suatu massa bulat pada ujung
cabang (Sundaru dkk, 1976).
e. Echinochloa crusgalli
Merupakan tumbuhan setahun, perakaran dangkal, tumbuh berumpun, tinggi
50-150 cm. Batang kokoh, tumbuh tegak. Daun rata, panjang 10-20 cm, lebar 0,5-
1 cm, bentuk garis meruncing ke arah ujung, warna hijau muda. Karangan bunga
terdapat diujung, mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk. Panjangnya 5-21
cm, terdiri dari 5-40 tandan (Sundaru dkk, 1976).
17
f. Spenochlea zeylanica atau gunda padi
Gunda padi termasuk jenis teki, tumbuhan setahun, percabangan tegak dengan
tinggi 10-150 cm. Batang bulat berongga dan silindris, agak lemah, warna hijau
kekuning-kuningan. Daun tersebard engan bentuk memanjang atau lanset, tepi
daun rata, warna hijau muda, panjang 2,5-12,5 cm, lebar 0,5-5 cm,. Bunga
berbentuk bulir terletak diujung, tegak, lebar 0,75-7,5 cm (Sundaru dkk,1976).
g. Cyperus iria
Gulma ini termasuk jenis teki, tumbuhan semusim. Berakar serabut berwarna
merah kekuning-kuningan. Daun di bawah bunga lebih panjang dari pada
bunganya. Berkembang biak melalui biji. Tiap tumbuhan menghasilkan biji
sampai 5.000 butir (Anon., 1985).
h. Limnocharis flava atau enceng
Gulma ini termasuk gulma setahun, dapat dimakan, dengan tinggi 20-90 cm.
Daun berbentuk agak bulat, bagian pangkal membulat, warna hijau muda, panjang
7,5-28 cm dan lebar 5-22 cm. Tangkai karangan bunga dan tangkai daun
mempunyai rongga-rongga udara yang berdinding tipis. Daun kelopak panjang
1,75-2,5 cm, daun mahkota berwarna kuning muda dimana pangkalnya berwarna
lebih tua. Tangkai bunga panjangnya 3-7 cm (Sundaru dkk,1976).
i. Lersia hexandra atau jukut lameto
Termasuk gulma tahunan, dengan rimpang menjalar, tinggi 20-100 cm.
Batang ramping, agak lunak, bagian pangkal biasanya menjalar dan berakar, sedang
18
bagian atas tumbuh tegak, berongga, licin atau agak berbulu pendek di bawah
buku-buku. Helaian daun rata, agak kasar pada kedua sisi, meruncing ke arah
ujung, panjang daun 3-28 cm, lebar 2-12 mm, warna hijau terang. Banyak terdapat
disekitar sawah dan tempat-tempat yang basah (Sundaru dkk,1976).
j. Echinichloa colonum
Termasuk tumbuhan semusim, jenis rumput. Batang seperti pipa berongga.
Pertumbuhan sedikit menyebar, tinggi kurang dari 1 m. Helaian daun relatif
sempit. Karangan bunga panjangnya 6-12 cm (Sundaru dkk,1976).
k. Leptochloa chinensis
Termasuk tumbuhan setahun, dengan tinggi 50-100 cm. Batang agak
ramping, licin, kokoh. Daun tipis, rata, berbangun garis, meruncing, panjang 10-30
cm, lebar 0,5-1,5 cm. Pelepah tidak berbulu.. Karangan bunga di ujung, tersusun
pada suatu poros, biasanya dengan panjang lebih kurang setengah dari panjang
keseluruhan batang, berwarna merah kemerahan (Sundaru dkk,1976).
l. Jussiaea linifolia
Tumbuhan setahun, tumbuh tegak, tanpa bulu-bulu atau agak berbulu-bulu
dengan tinggi 50-150 cm. Batang bersegi, sering berwarna hijau kemerah-
merahan. Daun bentuk bulat memanjang berbentuk lanset, letak berselang-seling,
meruncing ke arah ujung, panjang 1-10 cm, lebar 0,25-3,5 cm, tepi daun sering
berwarna ungu kemerah-merahan. Bunga terdapat di pangkal daun bagian atas.
Daun mahkota 4, warna kuning, bentuk bulat telur, panjang 3-5 mm. Buah berupa
19
kapsul, panjang 1-2,5 cm, bentuk ramping hampir bulat, warna kemerah-merahan
(Sundaru dkk,1976).
m. Juswsiaea angustifolia
Tumbuhan setahun, tumbuh tegak, kokoh, dengan tinggi 25-150 cm. Batang
bersegi, sering dengan warna hijau keungu-unguan. Daun bervariasi dari bangun
jorong sampai lanset sempit, dengan panjang 2,5-15 cm, lebar 0,25-3,0 cm, tepi
daun rata. Bunga terdapat di ketiak, daun mahkota 4, daun kelopak 4, daun
mahkota warna kuning, bervariasi dari bulat panjang dengan diameter 9-15 mm x
8-16 mm. Tangkai bunga 0,5-7 mm. Buah besar, berupa kapsul, warna hijau
keungu-unguan, panjang 2,5-5,0 cm (Sundaru dkk,1976).
n. Rotala leptopetala
Tumbuhan setahun atau tahunan, tumbuh tegak atau kadang-kadang
menjalar dengan tinggi 10-50 cm. Batang agak lunak, bersegi, sering dengan
warna putih keungu-unguan. Daun berhadapan, bersilangan, bentuk bulat
memanjang lanset, membulat, panjang 9-30 mm, lebar 3-9 mm. Daun mahkota
bunga kecil, tepi rata, panjang 0,2-0,5 mm. Daun kelopak runcing. Buah bagian
pangkal hijau sedang ujung merah ungu, diameter 2 mm, berdinding tipis. Biji
banyak dan sangat kecil (Sundaru dkk,1976).
2.3 Persaingan Gulma dengan Tanaman Padi
Persaingan merupakan proses fisik antara dua jenis tumbuhan yang tumbuh
bersama dalam mengambil sumber daya yang diperlukan untuk pertumbuhannya
20
(Zimdahl, 1980). Dua atau lebih tumbuhan yang hidup pada lingkungan yang sama
membutuhkan persyaratan tumbuh yang sama, dan jika salah satu tidak tersedia
dalam jumlah yang cukup maka timbulah persaingan (Moenandir, 1988). Sumber
daya pertumbuhan yang diperebutkan dalam persaingan tersebut antara lain unsur
hara, cahaya, air, dan ruang tumbuh (Kuntoharjo, 1980). Tjitrosoedirdjo dkk
(1988) menyatakan bahwa derajat persaingan dipengaruhi oleh jenis tanaman,
spesies gulma, densitas kedua jenis, umur tanaman dan gulma, lamanya waktu
gulma berkompetisi, status kesuburan tanah dan tersedianya air.
Persaingan antara tanaman dengan gulma mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi tertekan. Hal ini disebabkan karena gulma tumbuh lebih cepat,
menghabiskan sumber daya lebih banyak, mempunyai daya regenerasi tinggi
sehingga populasinya cepat bertambah, dan daya adaptasinya terhadap lingkungan
sangat memungkinkan gulma tumbuh baik walaupun keadaan lingkungan kurang
mendukung. Gulma juga menunjukkan efek allelopati terhadap tanaman, dimana
allelopati atau senyawa beracun yang dikeluarkannya menyebabkan keadaan
lingkungan tanaman terganggu dan hal ini kurang menguntungkan bagi tanaman,
sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal dan tidak mampu berproduksi dengan
baik (Moenandir, 1988).
2.4 Cara Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi
Pengendalian adalah mengurangi sebagian dari populasi gulma yang tumbuh
agar tidak merugikan baik secara ekonomis maupun ekologis terhadap tanaman
21
pokok. Sedangkan tindakan memberantas (eradikasi) hanya ditujukan terhadap
gulma yang sangat merugikan dan hanya terbatas pada tempat-tempat tertentu
(Anon., 1976).
Pada umumnya dalam budidaya tanaman padi setelah pasca tumbuh
pengendalian gulmanya dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
1) pengendalian secara mekanik yaitu dengan menggunakan alat-alat sederhana
seperti sabit atau mencabutnya dengan tangan.; 2) pengendalian secara kultur
teknik, yaitu cara pengendalian yang ditujukan kepada perbaikan lingkungan
tempat tumbuh tanaman seperti mengatur pengairannya dengan baik; 3)
pengendalian secara biologis yaitu dengan menggunakan ternak sperti itik; 4)
pengendalian yang bersifat kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida seperti
DMA, Ally Plus, Logran dan lain-lainya. 5) Pengendalian secara terpadu yaitu
dengan mengkombinasikan beberapa cara yang telah disebutkan tadi dengan
harapan memperoleh hasil yang lebih baik seperti penyemprotan dengan herbisida
yang dilanjutkan dengan penyiangan dengan tangan dengan tujuan gulma yang
tidak mati akibat penggunaan herbisida tersebut dapat dihilangkan dengan
mencabutnya dengan tangan.
22
2.5. Diskripsi Herbisida
a. Herbisida DMA 6 825 SL
Herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif berbentuk larutan dalam
air berwarna coklat muda untuk mengendalikan gulma di pertanaan padi, karet, teh
dan tebu. Bahan aktifnya 2,4-D dimetilaminn 825 g/l setara dengan 2,4-D 686 g/l.
Dosis penggunaanya pada tanaman padi 2-4 l/ha. Waktu aplikasi 7-10 hari setelah
setelah tanam bibit. (PT.Dow Agro Science Indonesia, 2009)
b. Herbisida Ally Plus 77 WP
Herbisida pra tumbuh dan purna tumbuh dengan tiga bahan aktif yaitu metil
metsulfuron, etil klorinaron dan 2,4-D natrium dari golongan sullfonil urea. Dosis
penggunaannya 480-640 gram/ha dan waktu aplikasi 7-10 hari setelah tanam.
Penggunaannya bisa disemprotkan atau ditabur bersama pupuk (PT. Tanika
Jaya,1915)
c. Herbisida Logran 75 WG
Herbisida sistemik pra dan purna tumbuh berbentuk butiran yang dapat
didispersikan dalam air. Bahan aktifnya adalah triasulfuran 75 %. Dosis
penggunaanya penyemprotan volume tinggi 22,5 g/ha. (PT. Tanika Jaya,1915)
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sederhana
dengan 4 (empat) perlakuan dan diulang sebanyak lima kali. Perlakuan tersebut
adalah :
TH = Tanpa Herbisida (Kontrol) .
HD = Herbisida DMA 6 825 SL
HA = Herbisida Ally Plus 77 WP
HL = Herbisida Logran 75 WG
Untuk pengamatan jumlah gulma diambil sampel seluas 1 m2. Gambar denah
percobaan seperti Gambar 3.1, sedang gambar luasan sampel pengamatan seperti
pada Gambar 3.2.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada lahan sawah yang berlokasi di Subak Bantas
Bale Agung Kaja, Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten
Tabanan dengan ketinggian tempat 200 m di atas permukaan air laut. Penelitian
ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan bulan September 2015.
24
U
S
Gambar 3.1Denah percobaan di lapang
Keterangan :
TH = Tanpa Herbisida.HD = Herbisida DMAHA = Herbisida Ally Plus.HL = Herbisida Logran
= Tempat pengambilan sampel pengamatan
U = UtaraS = Selatan
TH TH TH TH TH
HD HD HD HD HD
HA HA HA HA HA
HL HL HL HL HL
25
A B
Keterangan :
ABCD : Tempat pengambilan1m sampel seluas 1 m x 1m
1 m 20 cm C
X : Tanaman padi (20 x 15 cm)
D 1 m C
Gambar 3.2Luasan sampel pengamatan gulma
3.3 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi Varietas
Ciherang, pupuk Urea, NPK Pelangi, insektisida Cymbus 2 EC, fungisida Anvil,
herbisida Ally, DMA dan Logran. Alat-alat yang digunakan adalah traktor, seeder,
sabit, cangkul, pisau, ajir, sprayer kanaf sack, ember, timbangan, oven, alat-alat
tulis, kertas melimeter dan penggaris.
3.4 Pelaksanaan di Lapangan
3.4.1 Penyiapan lahan
Pengolahan tanah atau pelumpurannya dilakukan dengan menggunakan
traktor. Pelaksanaannya dilakukan 10 hari sebelum sebar benih.. Setelah
X X X X X
X X X X XF
X X X X X
X X X X X
X X X X X
26
pelumpuran tanah dibiarkan selama beberapa hari dan selanjutnya 3 (tiga) hari
sebelum sebar dilakukan pembersihan dari sisa-sisa tumbuhan atau gulma baik
yang sudah mati maupun yang masih hidup dan sekaligus dilakukan perataan
permukaan tanah sehingga siap sebar benih.
Penaburan benih dilakukan dengan menggunakan seeder dengan jarak tanam
antar baris 20 cm dan dalam barisan 15 cm. Benih sebelum ditabur direndam
terlebih dahulu selama 24 jam dan ditiris selama 24 jam juga.
3.4.2 Penaburan benih
Benih yang siap disebar adalah benih yang lembaganya sudah muncul pada
permukaan benih sepanjang ± 0,5 mm. Pada saat penaburan benih lahan tidak
boleh tergenang air dan keadaan ini berlangsung selama empat hari. Setelah
empat hari penaburan benih, lahan mulai digenangi air dengan catatan air tidak
melebihi tinggi tanaman, supaya tanaman yang sudah tumbuh tidak mati atau
terganggu pertumbuhannya kerena terendam air.
3.4.3 Penyulaman
Penyulaman dimaksudkan adalah untuk mengganti bibit atau benih yang mati
atau tidak tumbuh, dimakan tikus, burung, kepiting dan semut. Penyulaman
dilakukan pada umur 7-14 hari hari setelah penaburan benih. dengan mengambil
bibit atau tanaman yang sengaja disiapkan untuk penyulaman. Penyulaman yang
terlambat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak seragam.
27
3.4.4 Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dengan herbisida Logran dilakukan 3 (tiga) hari sebelum
sebar benih dengan konsentasi sesuai anjuran yaitu 22,5 gr/ha dan disebarkan
secara merata pada permukaan air dan dibiarkan tergenang setinggi 1-3 cm, selama
3 hari (air yang masuk dan yang keluar ditutup). Penggenangan lahan tujuannya
supaya herbisida Logran 75 WG dapat bekerja secara efektif dalma memberantas
biji-biji gulma yang ada pada permukaan tanah. Sedangkan pengendalian gulma
dengan herbisida DMA dan Ally Plus dilakukan 7 hari setelah sebar benih dengan
konsentrasi sesuai dengan anjuran yaitu 3 l/ha untuk DMA dan 480 gr ha-1 untuk
Ally Plus . Lahan yang diberikan perlakuan herbisida DMA dikeringkan terlebih
dahulu sedangkan lahan yang diberikan perlakuan Ally Plus dibiarkan macak-
macak.
3.4.5 Pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian terhadap adanya serangan hama dan penyakit dilakukan apabila
ada gejala serangan yang dianggap telah membahayakan tanaman padi.
Pengendalian terhadap hama setelah penaburan benih atau penanaman bibit dengan
menggunakan Cymbus dengan konsentrasi 2 cc l air-1.
3.4.6 Pemupukan
Untuk memelihara tanaman supaya dapat tumbuh dengan baik perlu dilakukan
pemupukan. Pemupukan pada sistem tanam ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu
28
pertama pada saat tanaman padi berumur 10 hari yaitu dengan urea, NPK Pelangi
dengan dosis masing-masing sebanyak 100 kg ha-1. Pemupukan yang kedua
dilakukan setelah tanaman padi berumur 30 hari setelah penaburan benih yaitu
dengan dosis 50 kg urea ha-1. Sedangkan pemupukan yang ketiga dilakukan
menjelang inisiasi malai yaitu pada umur 60 hari setelah tanam/sebar benih dengan
dosis 50 kg urea ha-1.
3.5 Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dari pengamatan selama percobaan berlangsung
adalah :
3.5.1 Identifikasi gulma
Identifikasi gulma dilakukan sebanyak satu kali yaitu pada umur 14 hari
setelah penaburan benih. Semua gulma yang tumbuh pada areal sampel seluas 1m
x 1m diamati jenis dan jumlahnya (Soeryani, 1971).
3.5.2 Berat basah dan berat kering oven gulma m -2 (g)
Penentuan berat basah dan berat kering oven gulma dilakukan pada umur 14
hari setelah penaburan benih. Semua gulma yang tumbuh pada areal sample
seluas 1 m x 1 m, setelah diidentifikasi kemudian dicabut dan dibersihkan dari
kotoran yang melekat. Gulma tersebut kemudian ditimbang untuk mendapatkan
29
berat basahnya. Untuk mendapatkan berat kering ovennya gulma yang masih
basah dioven dan ditimbang sampai beratnya konstan.
3.5 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati,
dilakukan analisis statistika. Apabila perlakuan herbisida memberikan pengaruh
yang nyata atau sangat nyata maka analisis dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5 %.
(Sudjana, 1985).
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil statistika diperoleh bahwa perlakuan herbisida berpengaruh
nyata (P < 0,05) terhadap parameter populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss, berat
gulma basah dan kering oven m-2 umur 14hss,. Signifikansi pengaruh herbisida
terhadap semua parameter yang diamati disajikan pada Tabel 4.1 dan satu contoh
perhitungan disajikan pada Lampiran 1.
Dari Lampiran 1 terlihat bahwa pemakaian herbisida DMA tidak berbeda
nyata dibanding dengan herbisida Ally Plus tetapi berbeda nyata terhadap semua
perlakuan lainnya (Logran dan Kontrol).
Tabel 4.1Signifikansi pengaruh perlakuan herbisida terhadap parameter yang diamati
No Parameter yang diamati Signifikansi
1.
2.
Populasi jenis gulma m -2 (batang) umur 14 hss
Berat basah dan kering oven gulma m -2 (g) umur 14 hss
**
**
Keterangan :** = berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) hss = hari setelah sebar
* = berpengaruh nyata (P < 0,05)
31
4.1.1 Populasi jenis gulma m –2 umur 14 hss (batang)
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa pemberian herbisida
berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss.
Pengaruh jenis herbisida terhadap rata-rata populasi jenis gulma m-2 umur 14 hss
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa antara herbisida DMA dan Ally Plus populasi
jenis gulma m –2 pada umur 14 hss tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
(P ≥ 0,05), tetapi berbeda nyata (P < 0,05) dibanding dengan herbisida Logran dan
Kontrol.
Jenis-jenis gulma yang tumbuh tersebut adalah 2 (dua) dari golongan
rumput yaitu Echinochloa crusgalli (L.) Beauv dan Echinochloa colonum (L.)
Link., 4 (empat) dari golongan teki yaitu Cyperus difformis L, Cyperus iria L.,
Cyperus halpan L, Frimbristylis littoralis Gaudich, dan 4 (empat) dari golongan
berdaun lebar antara lain Jussiaea linifolia Vahl, Jussiaea angustifolia Lmk,
Rotala leptopetala (BI.) Koehne, Monochria vaginalis (Burm.f.) .
4.1.2 Berat gulma basah dan kering oven m –2 (g)
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa perlakuan herbisida
berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap berat gulma basah dan kering oven m –2
pada umur 14 hss.
32
Tabel 4.2Populasi jenis gulma m –2 umur 14 hss akibat perlakuan jenis herbisida
Perlakuan JussiaealinifoliaVahl.
(batang)
Jussiaeaangustifolia
Lmk(batang)
FrimbristylislittoralisGaudich(batang)
Cyperusdifformis L.
(batang)
Cyperusiria L.
(batang)
TH
HD
HA
HL
171,40 a
76,60 b
74,00 b
22,80 c
164,20 a
64,40 b
61,20 b
15,20 c
57,20 a
63,20 b
59,80 b
18,00 c
150,00 a
45,00 b
42,60 b
11,40 b
145,80 a
48,00 b
43,00 b
15,20 c
BNT 5 % 29,47 44,22 23,47 19,40 19,06
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samamenunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada Uji BNT taraf 5 %
Tabel 4.2Tabel lanjutan
Perlakuan Cyperushalpan L.(batang)
Echinochloacrusgalli
(L.) Beauv(batang)
Rotalaleptopetala
(BI.) Koehne(batang)
Monochriavaginalis(Burm.f.)(batang)
Echinochloacolonum(L.) Link(batang)
TH
HD
HA
HL
144,40 a
45,40 b
45,00 b
14,20 c
142,00 a
38,00 b
34,00 b
14,00 c
137,20 a
32,40 b
26,60 b
14,20 c
132,60 a
33,80 b
29,20 b
14,40 c
53,80 a
27,00 b
24,60 b
5,40 c
BNT 5 % 14,13 14,77 12,13 8,60 14,50
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samamenunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada Uji BNT taraf 5 %
33
Tabel 4.3Berat gulma basah dan kering oven m –2 umur 14 hss akibat perlakuan jenis
herbisida
Perlakuan Berat gulma basah m –2 Berat gulma kering oven m –2
14 hss 14 hss(g) (g)
TH 47,15 a 9,30 aHD 23,74 b 4,99 bHA 22,57 b 4,72 bHL 9,63 c 2,99 cBNT 5 % 8,24 1,60
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang samamenunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada Uji BNT taraf 5 %
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa herbisida Logran (HL) memberikan berat
gulma basah dan kering oven m –2 pada umur 14 hss yang paling rendah yaitu
masing-masing 9,63g dan 2,99 g, berbeda nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan
semua perlakuan lainnya .tetapi perlakuan herbisida DMA tidak berbeda nyata (P
≥ 0,05) dibanding dengan perlakuan herbisida Ally Plus yaitu masing-masing
sebanyak 23,74 dan 16,55 g utuk berat gulma basah dan 4,99 dan 4,72 g untuk
berat kering ovennya. Berat gulma basah dan kering oven yang paling tinggi di
dapat pada perlakuan tanpa herbisida (control) yaitu masing-masing 47,15 dan
9,30 g dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya.
34
4.1 Pembahasan
Diantara perlakuan herbisida yang dicoba, terlihat bahwa perlakuan
herbisida Logran (HL), populasi jenis gulma m –1 pada umur 14 hss paling
sedikit diikuti perlakuan herbisida Ally Plus dan DMA dan berbeda nyata
dibandingkan dengan tanpa herbisida (control). Jenis-jenis gulma yang tumbuh
tersebut antara lain Jussiaea linifolia Vahl, Jussiaea angustifolia Lmk,
Frimbristylis littoralis Gaudich, Cyperus difformis L, Cyperus iria L., Cyperus
halpan L., Echinochloa crusgalli (L.) Beauv, Rotala leptopetala (BI.) Koehne,
Monochria vaginalis (Burm.f.) dan Echinochloa colonum (L.) Link. Rendahnya
populasi gulma yang tumbuh dan menurunnya berat gulma basah dan kering oven
pada umur 14 hss pada perlakuan herbisida Logran (HL) dan berbeda nyata
dibandingkan dengan herbisida DMA dan Ally Plus disebabkan karena herbisida
tersebut adalah herbisida pra tumbuh (preplanting) dan pemberiannya dilakukan 3
(tiga) hari sebelum sebar benih, sehingga biji-biji gulma yang ada di permukaan
tanah yang sudah siap tumbuh akan mengalami kerusakan atau keracunan atau
mati karena toksisitas dari herbisida Logran tersebut sebagai herbisida pra tumbuh
yang digunakan. Sebaliknya lebih banyaknya gulma yang tumbuh pada petak
dengan perlakuan herbisida DMA dan Ally Plus yang penyemprotannya dilakukan
7 (tujuh) hari setelah sebar benih disebabkan karena herbisida tersebut adalah
herbisida purna tumbuh dan lebih bersifat selektif terhadap jenis gulma berdaun
lebar dan jenis teki-tekian dan tidak efektif terhadap jenis gulma berdaun sempit.
35
Akan tetapi pemakaian herbisida DMA dan Ally Plus cukup efektif
pengendaliannya dan sangat berbeda nyata dibanding dengan control. Rendahnya
berat gulma basah dan kering oven pada perlakuan herbisida baik pada perlakuan
herbisida DMA, Ally Plus dan Logran sudah tentunya disebabkan karena herbisida
tersebut mampu mengendalikan sebagian gulma yang tumbuh sesuai dengan
fungsinya sehingga gulma yang masih ada akibat perlakuan herbisida tersebut jauh
lebih sedikit dan berbeda nyata dibanding dengan control.
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Perlakuan herbisida berpengaruh nyata terhadap populasi jenis gulma m-2, berat
gulma basah dan kering oven m-2, dibandingkan dengan control.
2. Perlakuan herbisida Logran, Ally Plus dan DMA dapat menurunkan berat
gulma basah m-1 pada umur 14 hss masing-masing sebanyak 79,59 %, 52,14 %
dan 49,66 % dibandingkan tanpa herbisida (control) dan menurunkan berat
gulma kering ovennya masing-masing sebanyak 68,67 %, 50,51% dan 47,57 %
dibandingkan dengan tanpa herbisida (control).
3. Herbisida yang paling efektif dalam mengendalikan gulma pada sistem tanam
tabela adalah herbisida Logran yang diberikan 3 hari sebelum sebar benih.
5.2 Saran
Dari pelaksanaan dilapangan, hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan
yang telah diuraikan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Pada daerah-daerah yang sistem irigasinya kurang baik dan atau tenaga kerja
sulit diperoleh, maka pengendalian gulma pada penanaman padi sistem tabela
37
sebaiknya dengan menggunakan herbisida Logran yang diberikan 3 hari
sebelum sebar benih.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis-jenis herbisida pra
tumbuh yang diberikan sebelum sebar benih pada sistem tabela.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1976. Pedoman Pengendalian Tumbuh-tumbuhan Pengganggu.Jakarta : Departemen Pertanian.Direktorat Jendral Perkebunan.
________. 1985. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija dan Sayuran. BadanPengendali Bimas. Jakarta.
Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta:Rajawali Pers.
Pasek, Arimbawa, W., Kartha Dinata, K., Suanda, DK., Arsa Wijaya, K. 2004.Peningkatan Pendapatan Petani Padi dengan Penanaman Padi Sawahdengan Sistem Tabelatot (Tabur Benih Langsung Tanpa Olah Tanah) diDesa Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Denpasar : Laporan PengabdianKepada Masyarakat Universitas Udayana.
Pasek, Arimbawa, W.,Kartha Dinata, K., Suanda, DK., Arsa Wijaya, K. 2005.Perbaikan Budidaya Tanaman Padi Sawah dengan Sistem Tabelatot (TanamBenih Langsung Tanpa Olah Tanah) di Desa Penatih, Kabupaten Badung.Denpasar : Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana.
PT.Dow Agro Sciences Indonesia (2015). Ttps/www.google.com/search 9=herbisida ally & ie=utf-8&oe=utf8
Soemartono., Bahrin, S., Harjono, R. 1981. Bercocok Tanam Padi. Jakarta :CV.Yasaguna.
Soerjani,M.., Kostermans., Tjitrosoepomo,G. 1971. Weed of Rice in Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka .
Sundaru, M., Mahyuddin, S., Bakar, J. 1976. Beberapa Jenis Gulma pada PadiSawah. Bogor : Lembaga Pusat Penelitian Pertanian.
Sudjana .1985. Disain dan Analisis Eksperimen. Bandung : PT. Tarsito..Supriadi, H., Kasim. 1995. Teknologi Budidaya Padi Sawah Sebar Langsung
dalam Barisan. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan TanamanPangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
39
Suprihatno, B., Ananto, E., Widiarta, Sutrisno,I.N., Sutato. 1996. Seminar HasilPenelitian. Buku II. Sukamandi : Balai Penelitian Tanaman Padi. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian.
Taslim, H., Supriadi, H. 1997. Teknologi Sistem Usaha Tani Tanam BenihLangsung Padi Sawah dalam Barisan. Bogor : Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan Utomo, M., Nazarudin. 2003. BertanamPadi Sawah Tanpa Olah Tanah. Bogor : Penebar Swadaya.
Tanika Jaya (2015). https/tanikajya.wordspness.com/2015/12/dma.625-SL.
Tjitrosoedirdjo, S., Utomo, H., Wiroatmojo, J. 1985. Pengelolaan Gulma diPerkebunan. Jakarta : PT. Gramedia.
Zaini, Z. 1996. Sistem Usaha Tani Berbasis Padi dengan Wawasan Agrobisnis.Keragaman Musim Tanam I. Cisarua : Makalah Disampaikan padaLokakarya Manajemen Penelitian. Analisis Keragam,an PengkajianTeknologi SUTPA
40
31
Lampiran 1
Jenis gulma Jussiaea linifolia Vahl. m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontrol 175 82 195 175 30 171.40
2 DMA 14 96 89 66 37 76,59
3. Ally 65 33 93 94 85 74,000
4 Logran 20 15 30 26 23 22,80
Contoh Analisis Statistiknya :
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
SK db JK KT H.Hit F. 0.5
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kelmpok 4 2.365,20 591,30 1,321 3,26
Perlakuan 3 57.598.00 19.199,33 42,92 4,49
Acak 12
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Total 19 65.331,28
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
41
Lampiran 2
Jenis gulma Jussiaea angustifolia Lmk. m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontrl 172 172 177 182 116 164,20
2
3.
DMD
Ally Plus
96
28
98
25
81
83
30
85
17
93
64,40
61,20
4 Logran 15 10 12 10 17 15,20
Lampiran 3
Jenis gulma Frimbristylis littoralis Gaudich m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontrol 141 161 184 172 128 157,20
2
3.
DMA
Ally Plus
71
25
82
55
75
74
58
80
30
65
63,20
59,60
4 Logran 14 15 18 19 14 18,00
Lampiran 4
Jenis gulma Cyperus difformis L. m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan Rata-rata
I II III IV V
1 Kntrol 152 163 165 155 115 150,00
2
3
DMA
Ally Plus
55
33
53
25
58
55
27
50
17
50
45,99
42,60
4 Logran 14 10 11 8 4 11,40
42
Lampiran 5
Jenis gulma Cyperus iria L. m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kntrol 144 154 157 159 115 145,80
2
3
DMA
Ally Plus
45
20
58
48
57
56
56
55
24
44
48,00
43,00
4 Logrant 14 15 13 11 23 15,20
Lampiran 6
Jenis gulma Cyperus halpan L. m-2 umur 14 hst/hss (batang
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontrol 133 158 163 150 118 144,40
2
3
DMA
Ally Plus
32
20
57
54
68
65
53
56
19
30
45,70
45,00
4 Logran 14 10 20 12 15 14,20
Lampiran 7
Jenis gulma Echinochloa crusgalli (L.) Beauv m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontrol 132 156 151 159 112 142
2
3
DMA
Ally Plus
34
20
30
40
56
54
44
27
26
30
38
34
4 Logran 15 12 19 14 13 14
43
Lampiran 8
Jenis gulma Rotalia leptopetata (BI.) Koehne m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontrol 131 140 146 151 118 137,20
2
3
DMA
Ally Plus
29
12
29
40
47
35
42
20
15
26
32,40
26,40
4 Logran 13 14 15 15 14 14,20
Lampiran 9
Jenis gulma Monochoria vaginalis (Burm.f.) Presl m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kntrl 116 127 143 149 128 132,60
2
3
DMA
Ally Plus
32
30
34
27
40
35
34
29
29
25
33,80
29,20
4 Logran 15 14 17 14 12 14,40
Lampiran 10
Jenis gulma Echinochloa colonum (L.) Link m-2 umur 14 hst/hss (batang)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontrol 41 58 46 86 38 53,72
2
3
DMA
Ally Plus
14
33
31
38
18
15
37
35
37
85
27,00
74,00
4 Logran 14 5 8 7 23 22,80
44
Lampiran 11
Berat basah gulma m-2 umur 14 hst/hss (g)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontol 45,80 69,60 44,70 43,56 32,09 47,15
2
3
DMA
Ally Plus
23,50
25,56
34,34
25,50
23,38
22,48
23,54
20,52
12,87
18,77
23,74
22,57
3 Logran 9,43 10,32 12,22 8,49 7,66 9,63
Lampiran 12
Berat kering oven gulma m-2 umur14 hst/hss (g)
No Perlakuan
Ulangan
Rata-rataI II III IV V
1 Kontrol 9,34 12,75 9,43 8,69 7,44 9,53
2
3
DMA
Ally Plus
5,03
5,05
6,75
5,34
4,99
4,99
4,77
4,22
3,44
3,98
4,99
4,72
3 Logran 2,31 2,55 6,01 2,02 2,04 2,99