Disleksia

14
Disleksia (Inggris : dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis . Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal"). Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa. Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak . Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya. Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar. Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua . Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak . Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis

description

disleksia

Transcript of Disleksia

Page 1: Disleksia

Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.

Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal").

Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.

Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain memengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga memengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.

Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.

Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.

Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami kesulitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.[1]

Tokoh-tokoh terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi disleksia adalah Albert Einstein, Tom Cruise, Bella Thorne, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, Lee Kuan Yew dan Vanessa Amorosi

Page 2: Disleksia

Disleksia bisa dikatakan bukan merupakan sebuah penyakit yang berbahaya.

Disleksia secara fisik tidak terlihat perbedaannya dengan anak normal lainnya.

Biasanya orang yang mengalami disleksia pada umumnya sulit berkonsentrasi dan tidak dapat menerima perintah yang banyak.

Mereka akan mengalami kebingungan pada saat akan melakukan perintah tersebut. Penyakit Disleksia ini biasanya merupakan penyakit keturunan dari orangtua yang juga mengidap penyakit Disleksia.

Kata Disleksia sendiri berasal dari Yunani yaitu Dys yang berarti Kesulitan dan Lexis yang berarti perkataan. Dengan kata lain Disleksia merupakan penyakit di mana orang tidak mampu mengenal tulisan, membaca, mendengar dan berbicara dengan baik.

Disleksia dapat dialami oleh semua jenis umur tapi biasanya sering terjadi pada anak-anak karena penyakit ini merupakan faktor keturunan.

Apabila orangtuanya mengidap disleksia maka besar kemungkinan anaknya akan mengalami Disleksia juga. Orang yang mengalami hal ini sebenarnya tidak memerlukan obat-obatan hanya saja dibutuhkan program-program perawatan yang dapat mengurangi disleksia tersebut.

Disleksia adalah kerusakan pada kemampuan otak untuk menerjemahkan tulisan yang diterima oleh mata menjadi bahasa yang bermakna. Kelainan ini juga disebut ketidakmampuan membaca. Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang paling sering terjadi pada anak-anak.

Disleksia biasanya terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan kecerdasan yang normal. Anak-anak dengan dyslexia biasanya dapat berbicara dengan normal, tetapi memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan “spoken language” dan tulisan.

Gejala Disleksia

Gejala disleksia mungkin sulit disadari sebelum anak masuk sekolah, tetapi beberapa gejala awal dapat mengidentifikasi masalah tersebut. Ketika anak mencapai usia sekolah, guru dari anak mungkin menjadi yang pertama menyadari masalah tersebut.

Sebelum sekolah

Tanda dan gejala anak yang mungkin berisiko disleksia antara lain :

Terlambat Berbicara

Menambah kosakata dengan lambat

Bermasalah dalam konsentrasi

Sulit memahami perkataan orang lain

Page 3: Disleksia

Tidak bisa menerima perintah dalam porsi yang banyak

Tidak bisa diberikan pertanyaan dengan panjang dan lebar

Membaca dengan terbalik. Misal ‘Lama’ menjadi ‘amal’

Usia Sekolah

Ketika anak di sekolah, gejala disleksia mungkin menjadi lebih terlihat, termasuk di antaranya :

Membaca pada tingkat (level) di bawah apa yang diharapan untuk usia anak

Bermasalah dalam memproses dan memahami sesuatu yang anak dengar

Kesulitan dalam memahami secara utuh instruksi yang cepat

Bermasalah dalam mengikuti instruksi lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan

Ketidakmampuan untuk mengucapkan pelafalan dari kata-kata yang tidak familiar

Kesulitan melihat (dan pada saat tertentu mendengar) persamaan dan perbedaan di dalam surat atau kata-kata.

Melihat surat/ kata-kata secara terbalik (b untuk d atau “saw” untuk “was”)–walaupun melihat kata-kata atau surat secara terbalik itu biasa untuk anak kecil, yang tidak mengalami disleksia, di bawah umur 8 tahun. Anak yang mengalami disleksia akan terus melihat secar terbalik setelah melewati umur tersebut.

Kesulitan mengeja

Sulit mempelajari bahasa asing

Penyebab Dan Faktor Risiko

Ketidakmampuan dalam belajar adalah kondisi yang memunculkan perbedaan antara kemampuan seseorang dan performanya. Kebanyakan orang dengan disleksia memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau di bawah rata-rata.

Tetapi, tingkat (level) membaca yang signifikan rendah dari yang diharapkan. Tipe lain lain ketidakmampuan belajar termasuk sulitan berkonsentrasi, ketidakmampuan untuk tampil dengan baik dalam menulis dan mengerjakan soal matematika.

Penanganan

Anak dengan disleksia membutuhkan pengajaran secara individu dan pengobatan untuk disleksia sering melibatkan program pendidikan multisensor. Dukungan moril dari orang tua juga menjadi bagian yang penting.

Page 4: Disleksia

Disleksia

Apa itu Disleksia?

Kata disleksia berasal dari kata “dys” yang berarti gangguan atau ketidakmampuan, dan kata “lexis” yang menunjuk kepada kata-kata atau berbahasa. Dari asal katanya disleksia berarti gangguan/ketidakmampuan dalam berbahasa dan mengeja kata. Disleksia bukan disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar, kerusakan indera, atau kondisi lingkungan. Disleksia disebabkan karena adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang memengaruhi persepsi visual anak terhadap objek huruf, angka, atau kata. Anak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, menyimak, dan berhitung. Disleksia termasuk dalam kategori kesulitan belajar spesifik/khusus (specific learning disabilities).

Fakta-fakta tentang disleksia menunjukkan bahwa satu dari lima pelajar atau 15-20 % anak usia sekolah dasar mengalami disleksia dengan variasi dalam tingkat keparahannya. Kebanyakan orang yang punya kemampuan membaca buruk, 70-80 % adalah “dyslexic”. Meski mengalami gangguan dalam belajar, anak dengan disleksia memiliki intelegensi normal, bahkan di atas rata-rata. Albert Einstein, Lee Kuan Yew, Tom Cruise adalah orang-orang dengan disleksia.

Mengapa Intervensi Dini Sangat Penting?

Disleksia adalah gangguan belajar yang bersifat menetap seumur hidup. Karena itu penanganan terhadap disleksia membutuhkan deteksi sejak awal terhadap gejala yang terjadi pada anak, yang kemudian diikuti dengan intervensi berupa metode-metode pengajaran yang kreatif termasuk penggunaan teknologi, agar anak dengan disleksia mampu mengejar “ketertinggalan”. Intervensi dini berarti kemudahan bagi anak untuk melanjutkan studinya. Intervensi khusus bisa diberikan melalui pendekatan konseling pada anak.

http://cae-indonesia.com/disleksia/

Disleksia

Page 5: Disleksia

Disleksia bukanlah penyakit menular yang mematikan . Biarpun begitu, anak dengan disleksia perlu mendapat penanganan yang tepat. Semua anak, pada awal masuk sekolah pastilah pernah mengalami kesulitan membaca dan menulis. Ini wajar karena persepsi visual anak – anak di bawah umur 8 tahun masih belum matang. Tak heran, banyak anak kelas 1 dann 2 SD yang masih salah menulis dan membaca. Agar anak lancer dan piawai menulis butuh banyak latihan dan daya juang. Namun bila kesulitan – terbata membaca, tulisannya buruk, dan tak menggunakan spasi dalam menulis – itu menetap mesik anak sudah berada di kelas 5 atau 6 berarti ada sesuatu yang salah. Boleh jadi anak mengalami gangguan disleksia.

KESULITAN BELAJAR SPESIFIK

Secara harafiah disleksia berarti salah membaca. Lebih spesifik disleksi, menurut pakar disleksia ‘ Lucia RM Royanto, Msi, MspEd, adalah sebuah kondisi di mana anak mengalami kesulitan belajar spesifik. Ini berkaitan dengan penggunaan keterampilan dasar seperti membaca, mengeja, dan menulis. Psikologi pendidikan yang kerap menjadi pembicara soal disleksia ini menjabarkan, anak disleksia memiliki ciri mengalami kesulitan mengerjakan sesuatu yang memerlukan hafalan, susah mengurut sesuatu, dana memiliki gerak motori yang kurang baik.

Disleksia ini disebabkan oleh tiga factor. Pertama, factor biologis yang disebabkan oleh adanya sedikit luka (lension) pada otak. Ini dikenal disfungsi mimimum otak (DMO). Disfungsi ini dapat terjadi pada saat anak masih dalam kandungan, atau ketika lahir ia kekurangan oksigen sehingga sedikit merusak otak. Trauma atau benturan pada kepala pun bisa menyebabkan terjadinya DMO. Meski begitu, anak – anak dengan DMO secara umum tingkat intelgesianya masih tergolong rata – rata. Bahkan banyak pula yang di atas standar. Faktor kedua adalah karena faktor kognitif dan pemrosesan. Sementara faktor ketiga , karena perilaku. Gangguan disleksia tidak mengenal batas ekonomi. Sebut saja di Amerika Serikat , tercatat ada 10% - 15% anak sekolah mengalami disleksia. Menariknya, menurut psikolog dari sekolah Pantara, Fitriani Sumarlis, disleksia ternyata bisa juga ‘diturunkan ‘ . seperti mantan PM Singapura Lee Kwan Yeuw yang disleksia misalnya, anak lelakinya pun mengidap disleksia. Bahkan sejumlah tokoh kesohor pun tercatat mengalami ini. Ada Alberti Einstein yang jenius, Tom Cruise yang aktor kesohor, atau George W Bush. Tapi mereka tahu bagaimana mensiasatinya sehingga bisa terus maju dan mengoptimalkan potensinya.

Meski begitu, anak dengan disleksia , papa Lucia, berpotensi mengalami kegagalan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Anak – anak ini kerap memandang dirinya negatif dan kurang kompeten. Bila sudah begitu yang berikutnya adalah efek domino. “ Akibatnya mereka sering dihinggapi rasa cemas, gugup , kurang motivasi, serta tentang konsentrasi dan perhatian yang pendek”, imbuh Lucia yang

Page 6: Disleksia

menyelesaikan masternya di University of New Castle , Australia . Karena efeknya pada anak cukup serius tak heran DR. Arief Rachman, M.Pd., berkeyakinan anak dengan gangguan ini perlu penganganan khusus. Sekolah regular, tutur Arief, takkan mampu menanggulangi anak disleksia. “ Mereka harus mendapat penanganan khusus” tandas Arief. Untungnya, kini di Jakarta ada sekolah Pantara, yang khusus menangani anak – anak disleksia.

IDENTIFIKASI

Sebagai orangtua, sesungguhnya kita bisa mendeteksi ada tidaknya disleksi pada anak sedini mungkin. Amati saja apakah dalam kesehariannya anak sering merasa kesulitan membedakan antara kiri dan kanan, atas dan bawah, kemarin dan besok, atau siang dan malam. Atau ia kerap menabrak dinding yang terlihat jelas, sering tersesat saat berada dalam lingkungan baru, tak menyukai mainan puzzle, susah membedakan huruf – huruf yang bentuknya mirip seperti ‘b’ dan ‘d’, ‘p’ dan ‘q’ , ‘m’ dan ‘w’. Mereka juga sering kehilangan ‘jejak’ ketika sedang membaca dan terbalik membaca kata – kata yang mirip bentuknya. Umpamanya ‘ubi’ dengan ‘ibu’. Anak – anak disleksia juga mengalami kesulitan dalam mengingat kata – kata yang dilihatnya. Jika si anak mengalami hal ini setelah usianya di atas 8 tahun , kemungkinan besar ia menderita disleksia.

Sementara itu psikolog dan praktisi terapis pada anak – anak disleksia menggunakan tes – tes psikometri untuk memastikan ada tidaknya masalah dalam intelegensi pada anak. Tes –tes seperti itu dapat memudahkan identifikasi ada tidaknya masalah dalam pemoresan informasi dari segi visual , auditif, atau pun motoriknya. Jadi pemeriksaan menyeluruh harus dilakukan untuk membantu anak disleksia. Ini berguna untuk mengetahui potensi anak dan ketidakmampuannya. Dengan begitu intervensi yang akan dilakukan pus bisa lebih terfokus. Buakan ingn mengecilkan hati. Sayang, disleksia tak bisa disembuhkan secara total. Tapi , dengan terapi, anak – anak disleksia dapat mengetahui ‘ celah’ mana yang bisa dilakukan untuk mengeliminir kesalahannya. Umpamanya saja, untuk menghindari salah menulis ‘b’ dan ‘d’ , maka anak dapat membedakan kedua huruf tersebut, dan kemungkinan untuk salah pun bisa dihindari. Atau misalnya, anak kelak juga dapa menyeleksi bidang pekerjaanny, misalnya bidang pekerjaan yang tak berkaitan dengan tulis menulis.

Dengan terapi, misalnya anak akan terlatih untuk menangkap atau melempar bola dengan kedua tangannya. Dengan begitu oang yang menerima bola takkan tahu bahwa ia tak tahu mana yang kiri dan kanan. Ah Anda tak perlu kuatir berlebihan,. Cukup banyak mereka yang memiliki gangguanini menjadi tokoh besar. Itu artinya si kecil pun bisa beprestasi sesuai dengan kompetensinya.

Page 7: Disleksia

Disleksia ditandai dengan adanya kesulitan membaca pada anak. Disleksia merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak. Secara global kasus disleksia berkisar antara 5 - 17 persen pada anak usia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan sekitar 80 persen penderita gangguan belajar usia sekolah mengalami disleksia. Uniknya,  angka kasus disleksia lebih tinggi dialami oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingannya berkisar 2 berbanding 1 sampai 5 berbanding 1.

Deteksi dini disleksia pada anak

Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat disleksia ditandai dengan tidak terdengar bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan mengenal huruf). Disleksia juga bisa ditelusuri dari riwayat keluarga yang menderita disleksia.

Pada anak usia sekolah, seringkali orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak mengalami kesulitan membaca. Anak disleksia pasti akan terlambat berbicara, tidak bisa mengenal huruf di taman kanak-kanak, dan tidak bisa membaca saat sekolah dasar. Jika hal ini tidak terdeteksi anak tersebut akan tertinggal dalam pelajaran. Namun pada sisi kecerdasan, anak disleksia tidak berarti di bawah rata-rata. Hal inilah yang membuat guru dan orangtua heran mengapa anak dengan tingkat kepandaian yang baik mengalami kesulitan membaca.

Anak disleksia yang terus diajarkan membaca secara khusus, biasanya akan dapat membaca tetapi lebih lambat. Namun dia tetap tidak akan fasih membaca dan tidak dapat mengenali huruf secara tepat. 

Tes membaca

Untuk mengetahui apakah anak menderita disleksia atau tidak bisa dilakukan dengan tes. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisis fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.

Pada anak usia sekolah, salah satu tes untuk menilai apakah anak dapat menganalisis kata adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE).

Anda sebaiknya mendengarkan dengan seksama saat anak membaca yang sesuai dengan usianya. Jika anak mengalami kesulitan membaca segera hubungi dokter anak.

« Previous article Next article »

Related Articles

Kesalahan Mendisiplinkan Anak Rahasia Meredakan Sakit Usia dan Tahapan Bermain Waspada, Penyakit dari Kutu Tikus!

Page 8: Disleksia

Kini, Anak Lelaki Lebih Cepat Puber

Subscribe

OKTOBER 2013Telah terbit Majalah Parents Indonesia edisi Oktober 2013. Menyajikan informasi terlengkap seputar kehamilan, bayi dan batita, serta keluarga AndaSubscribe

Baby Name Finder

Gender : First Letter : Category :

Your Story

Menyusui si kecil sambil tetap menjalankan program KB bukanlah hal mustahil. Bagaimana dengan pengalaman Anda ber-KB sambil menyusui? Beberapa ibu dari komunitas Facebook Parents Indonesia berbagi pengalaman menarik mereka tentang menggunakan pil KB Laktasi yang aman untuk menyusui sambil berkontrasepsi. Read more »

Parents Tools

Jadwal VaksinClick Here

Due Date PredictorClick Here

© Parents Indonesia Mahaka Media | All Rights Reserved

About | Contact | Disclaimer | Our Services | Advertise

Looking of U.S.A version of Parents.com? Click Here

Facebook

Page 9: Disleksia

Disleksia

Jumlah penderita disleksia cukup banyak, terutama di kalangan anak-anak. Disleksia diasumsikan sebagai kerusakan pada otak yang akan mempengaruhi kemampuan belajar pada anak-anak. Dan sayangnya hal ini tidak diketahui oleh masyarakat luas. Seperti diketahui, disleksia tidak hanya terjadi pada anak-anak saja, bahkan tidak sedikit orang dewasa yang menderita disleksia. Akibat Disleksia ini, orang menjadi tidak bisa membaca tanpa harus mengeluarkan suara atau menggerakkan bibir. Bahkan pada saat berbicara pun, penderita disleksia tidak selancar seperti orang-orang normal.

DeskripsiDisleksia adalah penurunan kemampuan otak untuk menerjemahkan gambar tertulis yang diterima dari mata ke dalam bahasa yang bermakna. Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang paling umum pada anak-anak. Disleksia biasanya terjadi pada anak-anak dengan penglihatan normal dan kecerdasan normal. Anak-anak dengan disleksia biasanya memiliki ujaran normal, tetapi mungkin mengalami kesulitan menafsirkan bahasa lisan dan menulis.

GejalaGejala disleksia dapat menjadi sulit untuk dikenali sebelum anak masuk sekolah, tetapi beberapa petunjuk awal mungkin menunjukkan adanya masalah. Setelah anak mencapai usia sekolah, kemungkinan guru yang pertama kali akan mengetahui masalah si anak.

Sebelum sekolahTanda dan gejala bahwa seorang anak muda mungkin beresiko disleksia meliputi:

Terlambat bicara Menambahkan kata-kata baru perlahan-lahan Kesulitan mengungkapkan sesuatu

Usia sekolahSetelah anak sekolah, gejala disleksia menjadi lebih jelas, antara lain:

Membaca pada tingkat di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia anak Masalah pengolahan dan memahami apa yang dia dengar Kesulitan memahami petunjuk cepat Kesulitan mengikuti lebih dari satu perintah pada satu waktu Masalah mengingat urutan hal-hal tertentu Kesulitan melihat (dan kadang-kadang mendengar) persamaan dan perbedaan dalam huruf

dan kata Ketidakmampuan untuk mengucapkan kata-kata asing Kesulitan mengeja Kesulitan belajar bahasa asing

PerawatanTidak ada cara yang dikenal untuk memperbaiki kerusakan otak yang mendasari yang menyebabkan disleksia. Perawatan disleksia dapat dilakukan melalui perbaikan pendidikan dan penanganan cepat. Selain itu tes psikologi akan membantu guru mengembangkan program pengajaran perbaikan yang

Page 10: Disleksia

sesuai untuk penderita.

Tak Bisa Membaca Dalam Hati Pertanda Disleksia

Pada kondisi tertentu seseorang bisa membaca dengan suara keras atau hanya membaca di dalam hatinya saja. Tapi jika tidak bisa membaca dalam hati atau harus dilafalkan, maka bisa jadi orang tersebut terkena disleksia.

Orang yang mengalami disleksia akan merasa aneh melihat seseorang membaca tanpa menggerakkan bibirnya atau membaca dalam hati. Hal inilah yang dialami oleh penderita disleksia Gary Chevin saat melihat istrinya Carol membaca. Dia bingung melihat istrinya membaca dengan diam. "Dia bilang dia sedang membaca di kepalanya. Aku bertanya apa yang terdengar dan dia bilang seperti suara. Tapi aku tidak pernah mendengar suara itu di kepala saya," ujar Gary yang menderita disleksia sejak anak-anak seperti dikutip dari Dailymail, Senin (5/4/2010).

Gary didiagnosa menderita disleksia yang parah saat berusia 7 tahun, dengan kondisi seperti itu ia harus selalu berjuang untuk membaca. Kebanyakan orang dapat menggunakan suara hatinya untuk membaca secara sadar, tapi tidak bagi orang yang mengalami gangguan disleksia. "Seorang anak biasanya akan mulai belajar membaca sesuatu dengan suara yang keras. Tapi pada tahap tertentu di saat kemampuan membacanya sudah baik, maka ia akan mampu untuk berbicara dalam hatinya yang biasanya terjadi saat usia 7 atau 8 tahun," ujar Professor Rod Nicolson, kepala psikologi di University of Sheffield.

Prof Nicolson menuturkan semua orang beranggapaan bahwa dirinya sama dengan yang lain, padahal tidak semua orang memiliki suara batin (inner voice). Tapi peneliti menemukan orang yang mengalami disleksia bisa melakukan pidato dengan baik, meskipun terdapat perbedaan dalam hal kelancaran berbicara. "Tidak ada yang tahu secara pasti apa yang menyebabkan disleksia, tapi tanda-tanda risiko disleksia dapat terdeteksi sejak anak berusia 3 tahun. Dari penelitian ditemukan bukti pada orang yang disleksia, saat sedang membaca sisi kiri dari otaknya yang berperan penting dalam hal pengolahan bahasa tidak bekerja aktif seperti yang seharusnya," ujar Dr Kate Saunders, dari British Dyslexia Association.

Akibat dari kondisi ini, orang yang mengalami disleksia harus berjuang saat sedang membaca, mengeja dan menulis serta mengalami kesulitan membuat hubungan antara kata-kata atau huruf yang tertulis. Diagnosis dini dan program pengajaran yang terstruktur akan sangat membantu.

Gangguan kondisi disleksia ini dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

1. Trauma disleksia.Kondisi ini biasanya terjadi setelah adanya trauma otak atau cedera di daerah otak yang mengontrol bagian membaca dan menulis. Gangguan ini jarang terjadi pada usia sekolah.

2. Primer disleksia.Kondisi ini diakibatkan adanya disfungsi dari sisi kiri otak (cerebral cortex) dan bukan disebabkan oleh adanya kerusakan. Gangguan ini biasanya diturunkan melalui gen atau keturunan, dan lebih

Page 11: Disleksia

sering dijumpai pada laki-laki.

3. Sekunder disleksia.Kondisi ini disebabkan oleh hormon selama tahap awal proses perkembangan janin.