DISKUSI1 cakaran

23
DISKUSI A. ASPEK KLINIS Morbili/ campak merupakan penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh virus genus Morbillivirus yang terutama menyerang anak. Morbili memiliki gejala klinis khas, yang terdiri dari tiga stadium yaitu a. Stadium Prodromal Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukalis yang berhadapan dengan molar bawah. Secara klinis, gambaran penyakit pada stadium ini memberikan gejala menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang besar dapat ditegakkan jika adanya bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili. 1,2 1

description

morbli

Transcript of DISKUSI1 cakaran

Page 1: DISKUSI1 cakaran

DISKUSI

A. ASPEK KLINIS

Morbili/ campak merupakan penyakit akut yang sangat menular,

disebabkan oleh virus genus Morbillivirus yang terutama menyerang anak.

Morbili memiliki gejala klinis khas, yang terdiri dari tiga stadium yaitu

a. Stadium Prodromal

Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti

demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir

dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, terdapat bercak

koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.

Lokasinya di mukosa bukalis yang berhadapan dengan molar bawah. Secara

klinis, gambaran penyakit pada stadium ini memberikan gejala menyerupai

influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang

besar dapat ditegakkan jika adanya bercak koplik dan penderita pernah kontak

dengan penderita morbili. 1,2

b. Stadium Erupsi

Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum

durum dan palatum mole. Kadang – kadang terlihat bercak koplik. Terjadi

eritema bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema

timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan

bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.

Rasa gatal, wajah terasa bengkak merupakan gejala lain yang sering

ditemukan. sering ditemukan. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3,

1

Page 2: DISKUSI1 cakaran

dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Penyebaran makula pada campak

khas dengan pola dari luar ke dalam (sentripetal). Terdapat pembesaran

kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Sedikit

terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi yang

biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai dengan

perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus, 1,2,3

c. Stadium Konvalesensi

Pada stadium ini, erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih

tua atau hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan

hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik.

Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli. Pada

penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang

tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada

komplikasi.1,2,3

Penularan terjadi secara droplet dari 1-2 hari sebelum timbul gejala dan 4 hari

setelah timbul ruam. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun

berhubungan dengan sel mononuklear dan menuju kelenjar getah bening lokal.

Disini virus memperbanyak diri dengan perlahan dan menyebar ke sel jaringan

limforetikuler. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel

raksasa berinti banyak dan limfosit T aktif membelah. Pada hari ke 5-6 infeksi

masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring,

konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus. 3,4

2

Page 3: DISKUSI1 cakaran

Pada hari ke-9 dan ke-10, fokus infeksi berada di epitel saluran napas dan

konjungtiva sehingga muncul gejala seperti common cold dan selaput konjungtiva

tampak hiperemis. Proses peradangan diikuti dengan demam tinggi. Tampak suatu

ulseratif kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik yang merupakan

tanda pasti penegakan diagnosis. Pada hari ke 14 akan mulai muncul ruam

mukolopapular selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Daerah epitel nasofaring

yang mengalami neksosis akan mudah terjadi infeksi sekunder sehingga dapat

memberikan koplikasi berupa bronkopneumonia dan otitis media.3,4,5

Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan ruam diseluruh

badan sejak 5 hari sebelum dibawa ke PKM . Menurut ibu pasien, ruam merah

muncul di bagian telinga, menyebar ke seluruh wajah, kemudian ke badan,

punggung, tangan dan kaki, mata pasien selalu berair selama demam. pasien juga

mengalami batuk serta flu. Pasien juga mengalami muntah. Berdasarkan

kepustakaan, morbilli diawali dengan timbulnya demam yang mendadak, diikuti

dengan batuk, coryza, konjungtivitis, anoreksia dan adanya bercak koplik pada

mukosa bukalis. Adanya bercak koplik menjadi tanda patognomonik dari

morbilli.2

Pasien memiliki riwayat kontak dengan penderita sebelumnya yaitu kakak

pasien yang mengalami hal yang sama 3 minggu yang lalu. Pasien juga tidak

mendapatkan vaksin campak usia 9 bulan, sehingga faktor resiko terkena campak

sangat besar. Berdasarkan kepustakaan, faktor resiko terjadinya morbili yaitu

3

Page 4: DISKUSI1 cakaran

kontak dengan penderita 1-2 minggu sebelumnya, tidak mendapatkan vaksin

campak saat usia 9 bulan dan imunosupresi. 1,3

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya konjungtiva hiperemis, dan

ditemukan bercak koplik pada mukosa pipi. Bercak koplik yang timbul multipel

sebesar pasir,dengan sekelilingnya kemerahan. Pada kulit wajah, dada, abdomen,

punggung, kaki dan tangan tampak ruam eritema makulopapular. Adanya tanda

patogomonik berupa bercak koplik, yang mendasari ditegakkan diagnosis sebagai

campak/ Morbilli.1,2

Pada kasus ini, saat pasien datang ke puskesmas, kemungkinan pasien sudah

dalam stadium erupsi karena ruam makulopapular sudah timbul. Bercak koplik

sebagai tanda patognomonik morbilli biasanya didapatkan pada akhir stadium

prodromal dan menghilang dalam 24 jam sampai hari kedua setelah timbulnya

rash.3,4

Morbili bersifat self limiting disease sehingga pengobatannya hanya

bersifat simptomatik, yaitu untuk mengurangi gejala yang muncul dan mencegah

komplikasi yang dapat terjadi. Dapat diberikan antipiretik untuk menurunkan

demam dan antibiotik untuk mencegah bronkopneumonia. Diberikan ekspektoran

atau mukolitik atau untuk mengurangi batuk. vitamin A dosis tunggal untuk

mencegah terjadinya gangguan ophtalmologi. Dosis vitamin A untuk kurang 6

bulan 50.00 IU, usia 6 bulan-1 tahun 100.000 IU, 1 tahun-5 tahun 200.000 IU.3,4

Pada pasien ini diberikan paracetamol dengan dosis 10 mg – 15mg/

kgBB per dosis sebanyak setiap 6 jam sehari. Pada pasien ini dapat diberikan

syrup dengan dosis 120 mg. Ambroxol juga diberikan untuk mengurangi batuk

4

Page 5: DISKUSI1 cakaran

dengan dosis 1,5mg/kgBB/hari. Diberikan juga vitamin A 200. 000 IU untuk

mencegah terjadinya gangguan ophtalmologi.3,4,5

Jika pasien mengalami konjungtivitis ringan dengan cairan mata jernih,

maka tidak perlu diberikan terapi. Sedangkan apabila pasien mengalami

konjungtivitis berat berupa banyaknya sekret pada mata, maka dapat diberikan

tetrasiclin 1% atau Kloramphenicol 0,25% dan apabila terdapat kekeruhan kornea,

kapsul vitamin A di berikan pada hari ke-1, ke-2, dan ke-14. Pada pasien ini tidak

diberikan untuk pengobatan mata karena hanya mengalami konjungtivitis ringan

dengan cairan mata yang jernih.2,6

Pada morbilli biasanya memberikan komplikasi seperti sebagai berikut :

1. Bronkopnemonia

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh infeksi

sekunder oleh bakteri pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus.

Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda,

anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti

tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu

perlu dilakukan pencegahan.2,3

2. Encephalitis morbili akut

Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian

rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus,

sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16

tiap 1.000.000 dosis.2

4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)

5

Page 6: DISKUSI1 cakaran

SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.

Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental,

disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya

meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan.

Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada

anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7

tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun

kemudian. Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus

morbilli memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit

campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun

kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3

tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili

adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-

9,7 tiap 10.000.000.2,3

Pencegahan penyakit morbilli dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Imunisasi aktif.

Pencegahan utama dengan melakukan imunisasi campak, imunisasi campak

termasuk yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan yang dapat diulang

saat anak berusia dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi

(PPI). Imunisasi dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR)

pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat

imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun.2

2. Imunisasi pasif.

Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan

dosis 0,25 mL/kgBB diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah

6

Page 7: DISKUSI1 cakaran

pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Namun tidak banyak dianjurkan

karena beresiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulosis.1,2,3

3. Isolasi

Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit

campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak

untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan

sekitar.2

Morbilli merupakan penyakit self limiting disease dan berlangsung 7-10

hari sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosisnya baik.

Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:1,2

- Diagnosis dini. Pengobatan adekuat terhadap komplikasi yang timbul

- Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orangtua penderita

- Masih percaya tahayul

- Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang.

B. ASPEK KESEHATAN MASYARAKAT

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidakseimbangan

faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Blum mencakup 4

faktor yaitu faktor genetik (keturunan), perilaku (gaya hidup) individu atau

masyarakat, faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan faktor

pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya), namun yang paling

7

Page 8: DISKUSI1 cakaran

berperan dalam terjadinya campak adalah faktor perilaku, lingkungan serta

pelayanan kesehatan.

a. Determinan Penyakit Campak

Host (Penjamu)

Beberapa faktor Host yang meningkatkan risiko terjadinya campak antara

lain:

- Umur

Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan

melindungi bayi terhadap campak selama 6 bulan dan penyakit tersebut

akan dimodifikasi oleh tingkat maternal antibodi yang tersisa sampai

bagian pertama dari tahun kedua kehidupan. Tetapi, di beberapa

populasi, khususnya Afrika, jumlah kasus terjadi secara signifikan pada

usia dibawah 1 tahun, dan angka kematian mencapai 42% pada kelompok

usia kurang dari 4 tahun. Di luar periode ini, semua umur sepertinya

memiliki kerentanan yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak

lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada sifat alamiah virus. Di

Amerika Utara, Eropa Barat, dan Australia, anak-anak menghabiskan

lebih banyak waktu di rumah, tetapi ketika memasuki sekolah jumlah

anak yang menderita menjadi meningkat.

Sebelum imunisasi disosialisasiksan secara luas, kebanyakan kasus

campak di negara industri terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia

sekolah dasar dan pada anak dengan usia yang lebih muda di negara

berkembang. Cakupan imunisasi yang intensif menghasilkan perubahan

dalam distribusi umur dimana kasus lebih banyak pada anak dengan usia

yang lebih tua, remaja, dan dewasa muda.

Penelitian Casaeri dengan desain kasus kontrol di Kabupaten

Kendal menyebutkan bahwa anak dengan usia rentan yakni kurang dari 15

tahun memiliki kemungkinan risiko 4,9 kali lebih besar untuk terinfeksi

campak dibanding pada anak umur kurang rentan.

8

Page 9: DISKUSI1 cakaran

Pada kasus ini, usia pasien terserang umur 3 tahun. Resiko meningkat

karena adanya paparan langsung dari anggota keluarga lainnya dan pasien

yang tidak mendapat imunisasi campak sehingga tidak memiliki kekebalan

tubuh untuk virus campak sehingga sangat mudah untuk terserang

penyakit ini.

- Umur Pemberian Imunisasi

Sisa antibodi yang diterima dari ibu melalui plasenta merupakan

faktor yang penting untuk menentukan umur imunisasi campak dapat

diberikan pada balita. Maternal antibodi tersebut dapat mempengaruhi

respon imun terhadap vaksin campak hidup dan pemberian imunisasi yang

terlalu awal tidak selalu menghasilkan imunitas atau kekebalan yang

adekuat.

Pada umur 9 bulan, sekitar 10% bayi di beberapa negara masih

mempunyai antibodi dari ibu yang dapat mengganggu respons terhadap

imunisasi. Menunda imunisasi dapat meningkatkan angka serokonversi.

Secara umum di negara berkembang akan didapatkan angka serokenversi

lebih dari 85% bila vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Sedangkan di

negara maju, anak akan kehilangan antibodi maternal saat berumur 12-15

bulan sehingga pada umur tersebut direkomendasikan pemberian vaksin

campak. Namun, penundaan imunisasi dapat mengakibatkan peningkatan

morbiditas dan mortalitas akibat campak yang cukup tinggi di kebanyakan

negara berkembang

Penelitian kohort di Arkansas menyebutkan bahwa jika

dibandingkan dengan anak yang mendapatkan vaksinasi pada usia >15

bulan, anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia <12 bulan

memiliki risiko 6 kali untuk terkena campak. Sedangkan anak yang

mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14 bulan memiliki risiko 3

kali untuk terkena campak dibanding dengan anak yang mendapat

vaksinasi pada usia 15 bulan.

Sedangkan sebuah studi kasus kontrol yang juga dilakukan di

Arkansas menyebutkan bahwa anak yang mendapatkan vaksinasi campak

pada usia 12-14 bulan memiliki kemungkinan risiko terkena campak 5,6

9

Page 10: DISKUSI1 cakaran

kali lebih besar dibanding anak yang mendapatkan vaksin pada usia 15

bulan atau lebih.

- Pekerjaan

Dalam lingkungan sosio-ekonomis yang buruk, anak-anak lebih

mudah mengalami infeksi silang. Kemiskinan bertanggungjawab terhadap

penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan

mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan kesehatan

yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang,

miskin diet, miskin pendidikan. Frekuensi relatif anak dari orang tua yang

berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko imunisasi

terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak dibanding

anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup.

Pada kasus ini, sosial ekonomis pasien termasuk dalam menengah

ke atas. Rentannya seseorang terserang penyakit diakibatkan karena pasien

dalam kasus ini tidak mendapatkan vaksinasi campak baik pada imunisasi

dasar maupun lanjutan.

- Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang

untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang

yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional.

Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima

gagasan baru. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan

rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang

dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.

- Imunisasi

Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal

dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh

dari infeksi dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu

mengubah distribusi relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur

yang lebih tua. Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan

penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan

10

Page 11: DISKUSI1 cakaran

untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan

tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen

infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang paling berat

biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.

Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat

menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat

mencegah sebagian besar kasus dan kematian. Dengan pemberian satu

dosis vaksin campak, insidens campak dapat diturunkan lebih dari 90%.

Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih

dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90% anak sudah

mempunyai imunitas.

- Status Gizi

Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi

malnutrisi, tetapi belum dapat dibedakan antara efek malnutrisi terhadap

kegawatan penyakit campak dan efek yang ditimbulkan penyakit campak

terhadap nutrisi yang dikarenakan penurunan selera makan dan

kemampuan untuk mencerna makanan. Scrimshaw mencatat bahwa

kematian karena campak pada anak-anak yang ada di desa Guatemala

menurun dari 1% menjadi 0,3% tiap tahunnya ketika anak-anak tersebut

diberikan suplemen makanan dengan kandungan protein tinggi. Sedangkan

pada desa yang menjadi kontrol dimana anak-anak tersebut tidak diberikan

suplemen protein, angka kematian menunjukkan angka 0,7%. Tetapi

karena hanya 27% saja dari anak-anak tersebut yang secara teratur

mengkonsumsi protein ekstra, dapat disimpulkan bahwa perubahan rate

yang didapatkan pada kasus observasi tidak seluruhnya disebabkan oleh

suplemen makanan.

Dari sebuah studi dinyatakan bahwa elemen nutrisi utama yang

menyebabkan kegawatan campak bukanlah protein dan kalori tetapi

vitamin A. Ketika terjadi defisiensi vitamin A, kematian atau kebutaan

menyertai penyakit campak. Apapun urutan kejadiannya, kematian yang

11

Page 12: DISKUSI1 cakaran

berhubungan dengan penyakit campak mencapai tingkat yang tinggi,

biasanya lebih dari 10% terjadi pada keadaan malnutrisi.

- ASI Eksklusif

Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis imunoglobulin terdapat di

dalam ASI yang dapat diidentifikasi dengan teknik-teknik terbaru.

Delapan belas diantaranya berasal dari serum si ibu dan sisanya hanya

ditemukan di dalam ASI/kolostrum. Imunoglobulin yang terpenting yang

dapat ditemukan pada kolostrum adalah IgA, tidak saja karena

konsentrasinya yang tinggi tetapi juga karena aktivitas biologiknya. IgA

dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat melindungi tubuh bayi

terhadap penyakit infeksi. Selain daripada itu imunoglobulin G dapat

menembus plasenta dan berada dalam konsentrasi yang cukup tinggi di

dalam darah janin/bayi sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat

memberikan perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit. Adapun jenis

antibodi yang dapat ditransfer dengan baik melalui plasenta adalah difteri,

tetanus, campak, rubela, parotitis, polio, dan stafilokokus.

b. Agent

Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus dari

famili Paramyxoviridae.

c. Lingkungan

Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang

dengan cakupan vaksinasi yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut

akan hilang pada populasi yang terisolasi dan dengan jumlah penduduk

yang sangat kecil yakni < 400.000 orang. Status imunitas populasi

merupakan faktor penentu. Penyakit akan meledak jika terdapat akumulasi

anak-anak yang suseptibel. Ketika penyakit ini masuk ke dalam komunitas

tertutup yang belum pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan terjadi

dengan cepat dan angka serangan mendekati 100%. Pada tempat dimana

jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%

Pencegahan Penyakit Campak

a. Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)

12

Page 13: DISKUSI1 cakaran

Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang

masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat

dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan

makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

b. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang

terkena penyakit campak, yaitu :

a) Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya

pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.

b) Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan

pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat

melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.

c. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Penceahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini

mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian

pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat

progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan

kecatatan, yaitu :

a) Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan

fisik atau darah.

b) Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk

sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak

pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan

melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari

pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat

mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.

c) Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita

yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika

hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.

d) Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi

13

Page 14: DISKUSI1 cakaran

terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia,

ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.

d. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya

komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada

pencegahan tertier yaitu :

a) Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.

b) Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun

secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan

imunitas mereka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarma SP. Garna H. Hadinegoro SR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak:

Infeksi dan Penyakit Tropis .Edisi 1. IDAI: Jakarta; 2002.

14

Page 15: DISKUSI1 cakaran

2. TH, Tampengan, IR, Laurent. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC.

Jakarta;2007.

3. Widagdo. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Sagung

Seto;2002.

4. Hasan R. dkk. Buku Kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia : Jakarta. 2005.

5. Arvin. Behrman. Kliegman. Nelson Ilmu Kesehatan Anak volume 2 Edisi

15. EGC: Jakarta; 2000.

6. Permana, Adhy, dkk. The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta; 2010.

15