Diskrepansi model dan rencana perawatan ortodonti
-
Upload
yuli-tri-wijayanti -
Category
Documents
-
view
745 -
download
53
description
Transcript of Diskrepansi model dan rencana perawatan ortodonti
LAPORAN HASIL DISKUSI BLOK 3.5.9 PEMICU 5
Kelompok 6
“DIskrepansi Model dan Rencana Perawatan”
DK 1 : 4 Oktober 2010
DK 2 : 7 Oktober 2010
Fasilitator : drg. Nur Marsita, Sp.Ort
Ketua : Vivi Margono (0810743018)
Sekretaris : Agatha Rufina P. (0810740003)
Anggota :
Abdur Razaq (0810740001)
Adinda C.K.L.N (0810740002)
Agustine Hanafi (0810740004)
Ajeng Porborani (0810740005)
Dipa Elyana (0810740016)
Ditta Ika Putri (0810740017)
Grace Oktavianus (0810743008)
Ike Yuliningtyas (0810743009)
Shalahudin Maulidi (0810743016)
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1. Analisis Geligi Tetap
Keparahan suatu maloklusi sangat penting untuk dinilai dan ditentukan
dari berbagai sudut pandang. Untuk itu, telah diperkenalkan bermacam-
macam teknik analisis. Berikut ini adalah beberapa di antaranya yang
umum digunakan:
a) Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan Transversal
Lengkung gigi yang kedudukannya tidak simetris, biasanya bisa terlihat
sejakpemeriksaan estetika wajah, namun bentuk lengkung yang tidak
simetris bisa juga dijumpai pada wajah yang simetris. Pada beberapa
kasus, bisa juga dijumpai keadaan asimetri hanya pada lengkung giginya
saja, sementara lengkung rahangnya normal.
Gambar 1. Penilaian kesimetrisan lengkung gigi A. Symmetograph, B.
Untuk menilai kesimetrisan lengkung gigi, kedua jarum penunjuk pada
symmetograph diletakkan pada bidang median raphe.
Cara untuk mengetahui kesimetrisan lengkung gigi pada rahang adalah
menggunakan symmetograph. Symmetograph diletakkan di atas
permukaan oklusal gigi dengan bidang orientasi mid palatal raphe lalu
kedudukan gigi di kwadran kiri dengan kanan dibandingkan dalam arah
sagital dan transveral. Berdasarkan hasil analisis ini dapat diketahui gigi
geligi di kwadran mana yang memerlukan ekspansi atau pencabutan
untuk mengembalikan kesimetrisan lengkung.
b) Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length Discrepancy)
Langkah pertama dalam analisis ini adalah mengukur lebar mesial
distal terbesar gigi menggunakan jangka berujung runcing atau jangka
sorong. Analisis Nance mengukur mesial distal setiap gigi yang berada di
mesial gigi molar pertama permanen. Jumlah lebar total menunjukkan
ruangan yang dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal. Selanjutnya
panjang lengkung rahang diukur menggunakan kawat lunak seperti brass
wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui setiap gigi, pada
geligi posterior melalui permukaan oklusalnya sedangkan pada geligi
anterior melalui tepi insisalnya. Jarak diukur mulai mesial kontak molar
pertama permanen kiri hingga kanan. Penilaian dilakukan dengan cara
membandingkan ukuran panjang lengkung gigi ideal dengan panjang
lengkung rahang. Jika hasilnya negative berarti kekurangan ruangan, jika
hasilnya positif berarti terdapat kelebihan ruangan.
Teknik lain untuk mengukur panjang lengkung rahang diperkenalkan
oleh Lundstrom, yaitu dengan cara membagi lengkung gigi menjadi enam
segmen berupa garis lurus untuk setiap dua gigi termasuk gigi molar
pertama permanen. Setelah dilakukan pengukuran dan pencatatan pada
keenam segmen selanjutnya dijumlahkan. Nilai ini dibandingkan dengan
ukuran mesial distal 12 gigi mulai molar pertama permanen kiri hingga
kanan. Selisih keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.
Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance menggunakan
brass wire melibatkan gigi geligi di mesial molar pertama. A. Rahang atas,
B. Rahang bawah
Gambar 3. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara
segmental menurut Lundstrom.
Pengukuran panjang lengkung rahang secara segmental adalah
dengan membagi lengkung menjadi tiga segmen di tiap kuadran, yaitu
segmen pertama meliputi insisif sentral dan lateral, segmen berikutnya
kaninus, selanjutnya premolar dengan molar pertama. Teknik pengukuran
untuk rahang bawah sama dengan rahang atas.
Gambar 4. Pengukuran Arch Length Discrepancy yang melibatkan molar
pertama permanen. A.Pengukuran panjang lengkung gigi, B. Pengukuran
panjang lengkung rahang secara segmental.
c) Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan
overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang
tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai. Rasio keseluruhan
diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 12 gigi rahang bawah
dibagi dengan jumlah 12 gigi rahang atas dan dikalikan 100. Rasio
keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang
akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal. Jika rasio
keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan terdapat pada gigi rahang
bawah. Jika rasio kurang dari 91,3 berarti kesalahan ada pada gigi rahang
atas.
Pada tabel Bolton diperlihatkan gambaran hubungan ukuran gigi rahang
atas dan rahang bawah yang ideal. Pengurangan antara ukuran gigi yang
sebenarnya dan yang diharapkan menunjukkan kelebihan ukuran gigi.
Rasio anterior diperoleh dengan cara menghitung jumlah lebar 6 gigi
rahang bawah dibagi dengan jumlah 6 gigi rahang atas dan dikalikan 100.
Rasio anterior 77,2 akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet
yang ideal jika kecondongan gigi insisif baik dan bila ketebalan labiolingual
tepi insisal tidak berlebih. Jika rasio anterior lebih dari 77,2 berarti terdapat
kelebihan ukuran gigi-gigi pada mandibula. Jika kurang dari 77,2 maka
terdapat kelebihan jumlah ukuran gigi rahang atas.
Tabel 1. Tabel Bolton digunakan untuk mengetahui ukuran ideal enam gigi
anterior dan kedua elas gigi, baik pada rahang atas maupun rahang
bawah.
d) Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis
apikal cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi
(Tooth Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar
pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan. Lebar lengkung basal
premolar atau fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW)
merupakan diameter basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar
pertama, yang diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung
runcing. Rasio diperoleh dari membagi PMBAW dengan TM dikalikan 100.
Howes percaya bahwa dalam keadaan normal perbandingan PMBAW
dengan TM kira-kira sama dengan 44%, perbandingan ini menunjukkan
bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung s emua gigi. Bila
perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37% berarti terjadi
kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi premolar. Bila
lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar,
maka dapat dilakukan ekspansi premolar. Analisis Howes berguna pada
saat menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah
kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan:
(1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi atau (3) ekspansi
palatal.
e) Index Pont
Pont memikirkan sebuah metoda untuk menentukan lebar lengkung ideal
yang didasarkan pada lebar mesiodistal mahkota keempat insisif rahang
atas. Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar
lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi,
idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada
fosa sentral molar pertama. Pont juga menyarankan bahwa lengkung
rahang atas dapat diekspansi sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya relaps.
Gambar 5. Pengukuran lebar lengkung gigi pada analisis Pont. Patokan
yang digunakan adalah sentral fosa premolar pertama permanen dan
molar pertama permanen.
f) Diagnostic Setup
Diagnostic setup adalah teknik untuk menggambarkan bagaimana
mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan melepaskan
gigi dari tulang basal model dan menempatkannya kembali ke dalam
kedudukan yang lebih baik. Cetakan awal tidak digunakan untuk teknik ini,
tetapi disimpan untuk model studi. Pemotongan dilakukan hingga batas
tulang alveolar, lalu dilakukan pemotongan dalam arah vertikal hingga
margin gusi menggunakan gergaji kecil sehingga memungkinkan
pemecahan gips tanpa menimbulkan kerusakan di daerah titik kontak
antara dua gigi. Selanjutnya gigi diatur menggunakan lilinsesuai dengan
posisi yang diinginkan. Untuk menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat
gigitan lilin dalam keadaan oklusi sentrik dan pemotongan tidak dilakukan
pada seluruh gigi.Pada saat penyusunan kembali, analisis sefalometri
digunakan untuk memperkirakan letak dan angulasi gigi insisif. Diagnostic
setup akan memperlihatkan jumlah ruang yang tersedia dan yang tersisa
sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana yang akan
diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup ruang
tersebut.
2. Analisis Geligi Campuran
Tujuan analisis geligi campuran adalah untuk mengevaluasi jumlah
ruangan yang tersedia pada lengkung rahang untuk digantikan oleh gigi
permanen dan untuk penyesuaian oklusi yang diperlukan. Terdapat
banyak metoda analisis geligi campuran. Secara umum, analisis geligi
campuran terbagi dalam tiga kelompok, yaitu analisis yang mengatakan
bahwa ukuran geligi tetap yang belum erupsi dapat diperkirakan
berdasarkan gambaran radiografis, kelompok yang ke-dua mengatakan
bahwa ukuran gigi kaninus dan premolar dapat diperkirakan berdasarkan
ukuran gigi-gigi permanen yang telah erupsi ke dalam rongga mulut, dan
yang ke-tiga adalah kombinasi kedua metoda tersebut.
a) Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Gambaran Radiografi.
Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak
mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih
sedikit terjadi pada foto periapikaldibandingkan dengan foto panoramik.
Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk
menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti
kaninus,sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.
Dengan penggunaan berbagai tipe gambaran radiografi yang
semakin umum, sangat penting untuk menghitung pembesaran yang
terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengukur obyek yang dapat
dilihat baik secara radiografi maupun pada model. Pada umumnya, gigi
yang dijadikan tolak ukur adalah molar sulung. Perbandingan sederhana
untuk mengetahui ukuran gigi sebenarnya yang belum erupsi adalah
sebagai berikut : perbandingan ukuran lebar molar sulung sebenarnya
dengan ukuran gigi tersebut pada gambaran radiografi sama dengan
perbandingan lebar premolar tetap yang belum erupsi dengan ukuran
lebar premolar pada gambaran radiografi. Ketepatan pengukuran
bergantung pada kualitas radiografi dan kedudukan gigi di dalam
lengkung. Teknik ini juga dapat digunakan untuk gigi lain baik pada
maksila maupun mandibula.
b) Perkiraan Ukuran Gigi Menggunakan Tabel Probabilitas
Moyers memperkenalkan suatu analisis dengan dasar pemikiran
bahwa berdasarkan studi yang dilakukan beberapa ahli, terdapat
hubungan antara ukuran kelompok gigi pada satu bagian dengan bagian
lainnya. Seseorang dengan ukuran gigi yang besar pada salah satu
bagian dari mulut cenderung mempunyai gigi-gigi yang besar pula pada
tempat lain. Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang
bawah memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang
belum tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi insisif
rahang bawah telah dipilih untuk pengukuran pada analisis Moyers karena
gigi ini muncul lebih dulu di dalam rongga mulut pada masa geligi
campuran, mudah diukur secara akurat, dan secara langsung seringkali
terlibat dalam masalah penanganan ruangan.
Analisis Moyers banyak dianjurkan karena mempunyai kesalahan
sistematik yang minimal. Metoda ini juga dapat dilakukan dengan cepat,
tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi, dan dapat
dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus.
Walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi
mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut. Metoda ini juga
dapat dilakukan untuk mengalisis keadaan pada kedua lengkung rahang.
Gambar 6. Pengukuran ruangan yang tersedia untuk gigi 3, 4, 5 dilakukan
setelah keempat geligi anterior menempati kedudukan yang benar pada
lengkung rahang.
Tabel 2. Tabel probabilitas Moyers digunakan untuk memperkirakan
ukuran 3, 4, 5 yang akan erupsi, baik pada rahang atas maupun rahang
bawah. Droschl membedakan ukuran 3, 4, 5 berdasarkan jenis kelamin.
Prosedur analisisnya adalah dengan mengukur lebar mesial distal
terbesar keempat insisif rahang bawah satu per satu, lalu menggunakan
jumlah keseluruhan angka tersebut untuk melihat kemungkinan ukuran
gigi kaninus, premolar pertama, dan ke-dua yang akan erupsi untuk
masing-masing rahang berdasarkan tabel probabilitas dari Moyers
sebesar 75%. Droschl kemudian mengembangkan penelitian dan
membedakan nilai tersebut berdasarkan jenis kelamin pria dan wanita.
Kemudian ukuran tersebut dibandingkan dengan sisa ruangan yang
tersedia setelah keempat gigi insisif atas dan bawah disusun pada
kedudukannya yang benar pada rahang. Ruangan yang tersedia bagi gigi
3, 4, 5 diukur dari distal insisif lateral setelah gigi tersebut menempati
kedudukannya yang benar, hingga mesial molar pertama tetap. Jumlah
ruang yang harus tersedia pada rahang juga harus diperhitungkan untuk
penyesuaian hubungan gigi molar.1,3,4
c. Tanaka-Johnston
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan
keempat insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan
premolar yang belum erupsi. Menurut mereka, metoda yang mereka
temukan mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat
kesalahan yang kecil. Metoda ini juga sangat sederhana dan tidak
memerlukan table atau gambaran radiografi apa pun. Perkiraan ukuran
lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama dengan
setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm.
edangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu
kuadran maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah
ditambah 11,0 mm. 3,4
3. Perencanaan Perawatan Ortodonti
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perawatan ortodontik
adalah :
Keinginan pasien
Wajah pasien
Susunan dan simetri gigi dalam rahang
Relasi gigi dan rahang jurusan sagital
Relasi gigi dan rahang jurusan transversal
Relasi gigi dan rahang jurusan horizontal
Tujuan Perawatan Ortodonti :
Kesehatan gigi dan mulut
Estetik muka dan gigi
Fungsi kunyah dan bicara yang baik
Kualitas hasil perawatan
Yang harus dikuasai dalam perencanaan perawatan orthodonti:
Pertumbuhkembangan dentomaksilofasial
Estetik dentofasial
Diagnosis maloklusi
Etiologi
Piranti ortho
Perubahan jaringan pada pergerakan gigi
Retensi dan relaps
Prinsip dasarnya meliputi :
Keadaan mulut, perencanaan perawatan rahang bawah,
perencanaan perawatan rahang atas, relasi gigi posterior, dan
masa retensi.
Prinsip Dasar Perawatan Orthodonti:
1. Kesehatan mulut
o Sebelum memulai perawatan ortho harus diupayakan
kesehatan mulut yang baik
o Karies harus dirawat, scaling kalkulus, penyakit periodontal
juga harus dirawat
o Bila ada penyakit sistemik, misalnya diabetes harus control
gula darah
2. Perencanaan perawatan rahang bawah
o Terutama di region insisivus dilakukan dulu,kemudian
rencana perawatan rahang atas disesuaikan
o Insisivus bawah diletakkan dalam posisi stabil, yaitu terletak
pada daerah keseimbangan diantara lidah, bibir, dan pipi
o Perubahan letak insisivus yang berlebih cenderung relaps
3. Perencanaan perawatan rahang atas
o Penyesuaian perawatan rahang atas terhadap rahang
bawah dilakukan terutama untuk mendapatkan relasi
kakninus kelas 1, hal ini memengaruhi pertimbangan
seberapa banyak tempat yang dibutuhkan dan banyaknya
kaninus diretraksi
4. Relasi gigi posterior
o Diupayakan mendapatkan relasi molar pertama permanen
kelas 1 tetapi bila tidak memungkinkan relasi molar bisa
kelas 2 atau kelas 3
5. Penjangkaran
o Macam penjangkaran yang dipakai perlu dipertimbangkan
untuk mencegah terjadinya kehilangan penjangkaran (gigi
penjangkaran bergeser ke mesial) yang berlebihan
6. Masa retensi
o Perlu perencanan masa retensi pada akhir perawatan untuk
kasus yang dirawat ortho, untuk mencegah relaps
7. Penyediaan ruangan dalam perawatan ortho
4. Penyediaan Ruang dalam Perawatan Ortodontik
Gigi yang berdesakan dibagi dalam tiga kategori :
- Ringan : < 4 mm
- Sedang : 4 – 8 mm
- Parah : > 8 mm
Panduan Umum (Profit dkk) :
- Bila kekurangan tempat sampai 4mm tidak perlu
pencabutan : kategori ringan
- Bila kekurangan tempat 5 – 9 mm sering diperlukan
pencabutan : kategori sedang
- Bila kekurangan tempat 10 mm atau lebih selalu diperlukan
pencabutan : kategori parah
Ada empat cara penyediaan ruang dalam perawatan ortodontik :
Enamel stripping
Ekspansi lengkung geligi
Distalisasi molar
Memproklinasi insisiv
Pencabutan gigi permanen
a. Enamel Stripping
Pengurangan enamel dapat dilakukan pada sisi distal/mesial gigi
sulung/ gigi permanen.
Fungsi : - menyediakan ruangan
-Membentuk gigi permanen ke bentuk yang lebih baik/
memperbaiki titik kontak
Alat yang digunakan metal abrasive strip atau bur yang dipasang
pada high speed air turbine handpiece
Untuk melakukan pengurangan enamel didaerah posterior dapat
dipasang separator diantara Molar dan Premolar selama 3-5 hari
untuk mendapatkan distema.
Banyaknya enamel yang dibuang tanpa membahayakan gigi-gigi
tersebut 0,25mm tiap sisi gigi.
Bila enamel stripping dilakukan pada semua Insisivus maka akan
didapat ruangan 2mm diregio anterior.
Bila dilakukan pada seluruh rahang akan didapat ruangan sebesar
5-6mm pada rahang tersebut .
Perlu diupayakan bahwa enamel stripping juga mempertahankan
bentuk gigi dan kontak gigi yang berdekatan.
Setelah di enamel stripping gigi perlu diulas dengan bahan aplikasi
topical yang mengandung flour untuk mencegah karies.
Enamel stripping baiknya dilakukan pada orang dewasa.
b. Ekpansi Lengkung Gigi
Ekspansi ke arah transversal dapat dilakukan di rahang atas
terutama bila terdapat gigitan silang posterior. Ekspansi ke arah
transversal di regio anterior dapat juga dilakukan untuk mendapatkan
tempat agar gig-gigi anterior yang sedikit berdesakan dapat dikoreksi.
Ekspansi ke arah sagital dapat memperpanjang lengkung geligi. Untuk
melakukan ekspansi sagital regio anterior perlu diperhatikan posisi gigi
yang lebih ke anterior tidak mengganggu profil pasien.
c. Distalisasi Molar
Molar atas dapat digerakkan ke distal untuk menambah ruangan pada
kasus yang bila dilakukan pencabutan akan kelebihan tempat, atau
sesudah dilakukan pencabutan gigi permanen masih juga terjadi
kekurangan tempat. Dilakukan pada kasus yang molar pertama
permanennya begeser ke mesial karena kehilangan premature molar
kedua sulung. Peranti yang digunakan adalah peranti lepasan atau
dengan head gear yang bisa menggerakkan molar ke distal sampai sejauh
2-3 mm tiap sisi. Peranti lain adalah peranti cekat di rahang atas missal
pendulum yang dapat menggerakkan molar ke distal lebih banyak. Molar
bawah dapat juga digerakkan ke distal bila molar kedua sulung tanggal
premature.
d. Memproklinasikan incisivus
Dapat dilakukan apabila insisiv terletak retroklinasi dan profil muka
yang tidak cembung. Bila dilakukan berlebihan dapat menyebabkan profil
menjadi lebih cembung dan insisiv yang proklinasi cenderung relaps.
e. Pencabutan Gigi Permanen
Dilakukan apabila diskrepansi total menunjukkan kekurangan tempat
lebih dari 8 mm. diskrepansi total terdiri atas:
1. Diskrepansi model
2. Diskrepansi sephalometri
3. Kedalaman kurva spee
4. Perkiraan banyaknya kehilangan penjangkaran
Untuk mendatarkan kurva spee yang kedalamannya kurang dari 3 mm
diperlukan tempat 1 mm, bila lebih besar daripada 5 mm diperlukan
tempat 2 mm.
Faktor yang mempengaruhi pencabutan
A. Faktor Umum
1. Perimbangan Profile
2. Hubungan Insisive
Pada overjet yang dalam, paling sedikit minimal 2 mm tempat yag
dibutuhkan.
Pergeseran garis median dapat dilakukan one side extrction.
Pencabutan gigi premolar atas saja (kanan dan kiri), atau bawah
saja(kanan dan kiri), adalah sebagai kamuflase kelainan skeletal
klas II dan klas III.
3. Penggunaan Piranti
Penggunaan piranti cekat lebih sedikit memerkula pertimbangan
pencabutan dari pada piranti lepas.
4. Kebutuhan Penjangkaran
Gigi yang digunakan untuk penjangkaran dharuslah kuat dan tidak
mudah berpindah.
B. Faktor Lokal
1. Kondisi Gigi Geligi
Gigi yag prognosis jangka panjangnya buruk lebih disarankan untuk
dicabut demi mendapatkan ruang.
2. Daerah yang crowding
Extaksi insisivus berguna untuk mengatasi crowding pada bagian
anterior, akan tetapi tindakan ini sangat tidak dianjurkan karena
extraksi insisivus dapat memperburuk estetik.
Extraksi Premolar 1. Gigi ini berada di tengah dalam satu kuadran,
sehingga dapat mengatasi kekurangan tempat anterior maupun
posterior.
Extraksi gigi molar 2 dapat mengatasi kekurangn tempat pada
bagian posterior.
3. Derajad Crowding
Kurang dari 2mm tidak perlu dipermasalahkan. Pada fase mixed
dentition, crowding yang ringan dapat diatasi dengan leewayspace.
4. Posisi gigi secara Individu
5. Pertimbangan pencabutan
a. Insisiv
Biasanya jarang dicabut karena alas an estetik. Namun pada kondisi
tertentu gigi ini dicabut, seperti :
a. Prognosis jangka panjangnya buruk karena adanya karies, trauma
atau resesi gingival
b. Crowding yang sangat parah
c. Incisive terletak di luar lengkung rahang, baik ke palatal maupun
lingual
d. Kaninus yang berinklinasi ked distal
e. Incisive yang bentuknya tidak normal ( anomaly )
f. Incisive lawan atau antagonisnya tidak ada atau mengalami
kelainan bentuk
g. Incisive lateral keluar lengkung rahang sehingga incisive 1 yang
berkontak baik dengan kaninus
b. Caninus
Peran kaninus sangat besar baik untuk estetik maupun untuk fungsi
kunyah. Pencabutan kaninus dilakukan misalnya kaninus yang terletak
ektopik, terletak jauh menyimpang dari letaknya yang benar, atau bila
insisiv lateral telah berkontak dengan baik dengan premolar pertama.
Kontak yang baik antara insisiv lateral dengan premolar pertama dapat
dicapai dengan baik bila digunakan peranti cekat.
c. Premolar pertama
Gigi ini merupakan gigi yang paling sering dicabut untuk perawatan
ortodontik bila kekurangan tempat sedang sampai banyak. P1 dicabut
untuk mengoreksi berdesakan baik anterior maupun posterior. Bila
premolar pertama dicabut pada saat kaninus sedang bererupsi biasanya
kaninus secara spontan menempati bekas pencabutan P1, sebagian
ruangan bekas pencabutan dipakai untuk mengoreksi gigi berdesakan di
anterior.
d. Premolar kedua
Bila kebutuhan tempat ringan sampai sedang, kurang lebih 4mm.
Hanya 25- 50 % tempat bekas pencabutan yang dipakai untuk koreksi gigi
yang berdesakan. Kelebihan tempat di posterior dapat ditutup dengan
menggerakkan molar pertama ke mesial, untuk itu diperlukan piranti cekat,
agar terdapat tiitik kpntak yang baik antara molar pertama dengan
premolar kedua. Pertimbangan – pertimbangan pencabutan premolar
kedua :
- Crowding yang mild – moderate
- Ketika giginya hipoplastic ( biasanya merupakan akibat darai infeksi
apical), karies, atau absen
- Pada keadaan dimana tidak terdapat satu atau lebih premolar dua
dan crowding mild sampai moderate, premolar kedua dapat dicabut
di quadrant lain di rahang yang sama agar seimbang, piranti cekat
dibutuhkan untuk merapikan gigi lainnya dan menutup sisa tempat
- Ketika gigi benar-benar berada di luar lengkung rahang
(eksostema) baik ke arah palatal atau lingual diikuti oelh hilangnya
molar kedua decidui secara prematur; kontak antara molar satu
permanent dan premolar satu permanen harus bisa ditolerir.
e. Molar pertama permanen
Bukan gigi yang dipilih untuk dicabut
Pencabutan sebelum bererupsinya molar kedua:
Molar cenderung bergeser ke depan, khususnya pada susunan
gigi yang berjejal sehingga cenderung menempati ruang bekas
molar pertama
Pencabutan sesudah bererupsinya molar kedua:
Molar kedua cenderung miring dan berotasi ke depan kea rah
bekas ruang molar pertama
Jika pencabutan perlu dilakukan akibat karies, ada 2 situasi umum
yang menentukan saat pencabutan:
1) Jika tidak dibutuhkan ruang untuk memperbaiki susunan
segmen anterior, cabut gigi ini sebelum molar kedua erupsi
2) Jika ruang dibutuhkan untuk memperbaiki susunan segmen
anterior, cabut gigi ini sesudah molar kedua erupsi
f. Molar Kedua Permanen
Gigi ini diindikasikan untuk dicabut, misalnya bila diperlukan
pergerakan M1 ke distal, bila ada posterior crowded, dan member
kesempatan pada M3 untuk geser ke mesial.
Kondisi dimana pencabutan M2 bawah bias menghasilkan posisi M3
yang baik :
1. M3 letaknya lurus, tidak miring ke mesial > 30o
2. Pencabutan dilakukan hanya jika mahkota M3 Ssudah terkalsifikasi
Pada RA, pencabutan M2 sebelum erupsi M3 lebih sering menghasilkan
posisi M3 yang memuaskan karena lintasan gigi M3 yang lebih panjang
g. Molar Ketiga
- Mencegah impaksi
- Dulu ini dicabut untuk menghindari berdesakan di region anterior,
tapi sekarang tidak dianjurkan.
DAFTAR PUSTAKA
Heasman, Peter. 2008. Master Dentistry Volume Two: Restorative
Dentistry, Paediatric Dentistry and Orthodontics. USA: Elsevier
Foster. 1991. Diagnosis Ortodonti. Wjb Houston
Rahardjo, Pambudi. 2008. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press.
Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.
T.M, Graber. 1972. Orthodontics Principles and Practice. WB Saunders
Company