Diktat Psd Bab III
-
Upload
wisnu-hendra-pratama -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of Diktat Psd Bab III
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
1/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 60
BAB III
TRANSFORMASI DARI SISTEM ANALOG KE DIGITAL
Untuk sistem digital LSI, keluaran y(n) dapat dihitung dari masukanya x(n)
kalau salah satu dari persamaan beda, tanggap impuls h(n), atau fungsi pindah H(z)
diketahui. Jika sistem stabil, tanggap frekuensi dari sistem dapat diperoleh dari
H(z) dengan substitusi .
)( jeH
jez =
Pada bab ini akan dibicarakan bagaimana mendapatkan sistem digital yang
wataknya mendekati watak dari suatu sistem analog. Hal ini sering dilakukan mengingat
filter analog telah lebih dahulu berkembang, seperti dengan telah dikenalnya beberapa
bentuk filter analog seperti misalnya, filter Butterworth, filter Chebyshev dan filter
Eliptik. Hal ini juga dilakukan kalau kita akan melakukan simulasi filter analog dengan
filter digital. Untuk ini diperlukan suatu transformasi yang membawa H(s) ke H(z).
Dalam melakukan transformasi dari sistem analog H(s), ke sistem digital H(z),
ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu :
1. watak frekuensi dari filter digital yang kita peroleh masih mencerminkan watak
frekuensi dari filter analog. Dengan kata lain, oleh karena == jssHjH )()( dan
j
ezzHjH
== )()( maka transformasi s z ini harus membawa sumbu imaginer
dari bidang-s (s=j) ke lingkaran satuan dalam bidang-z ( ).jez =
2. hal lain yang harus dipenuhi dalam transformasi ini adalah diperolehnya sistem
digital yang stabil dari sistem analog yang stabil. Untuk sistem kausal, ini berarti
bahwa pole dari sistem analog yang terletak disebelah kiri sumbu imaginer dalam
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
2/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 61
bidang-s, dengan transformasi ini harus dibawa ke dalam lingkaran satuan dalam
bidang-z.
III.1 Transformasi Impuls Invariant
Salah satu cara untuk mendapatkan filter digital dari filter analog adalah
mendapatkan h(n) dengan melakukan pencuplikan terhadap h(t), sehingga :
nTtthnThnh === )()()( (3.1)
dimana T adalah interval cuplik. Dengan demikian bentuk dari tanggap impuls tidak
berubah. Selanjutnya H(z) dapat diperoleh dari h(n), yaitu :
= nznhzH )()( (3.2)
oleh karena h(t) dapat diperoleh dari H(s) dengan melakukan transformasi Laplace
balik, maka kita dapat menghitung H(z) jika H(s) diketahui. Sebagai contoh kalau
diketahui persamaan diferensial dari sistem analog adalah :
)()( tAxtaydt
dy=+ (3.3a)
maka fungsi alihnya H(s) adalah :
as
AsH
+=)( (3.3b)
sistem dengan fungsi alih mempunyai tanggap impuls , sehingga untuk
sistem kausal :
atAeth
=)(
)()( nuAenh anT=
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
3/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 62
dan ( )1
1
1)(
==
ze
AzeAzH
aT
naT (3.4)
seperti telah dibicarakan pada bab I.5, dengan cara pencuplikan ini hubungan antara
== jssHjH )()( dan
jez
j zHeH=
= )()( adalah :
+=
T
kjjH
TeH j
21)( (3.5)
kemudian jika dipenuhi Fs 2Fh, maka untuk interval frekuensiTT
:
)(1
)()( == jHT
eHeHTjj
(3.6)
sehingga untuk menghitung y(n) dari H(z), H(z) pada persamaan (3.4) perlu dikalikan
dengan T, sehingga :
11
)(
=ze
ATzHaT
(3.7)
yang diagram alirnya terlihat pada Gambar3-1.
x(n)a
ATy(n)
aTe
1z
Gambar 3-1 Diagram alir dari persamaan (3.7)
Jadi secara umum, jika H(s) mempunyai bentuk :
= +
=N
k k
k
ss
AsH
1 )()( (3.8)
maka dengan transformasi impuls invariant, bentuk dari H(z) adalah :
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
4/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 63
( )=
=N
kTs
k
ze
TAzH
k1
11)( (3.9)
Dari persamaan (3.3) dan (3.4) terlihat bahwa pole s = -a dalam bidang-s akan
ditransformasikan sebagai pole dalam bidang-z. Sehingga hubungan antara z
dan s dalam transformasi impuls invariant adalah :
atez=
sTez =
Dengan transformasi ini dapat dibuktikan bahwa setiap segmen garis pada sumbu
imaginer dalam bidang-s (s=j) dengan intervalT
k
T
k )12()12( +
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
5/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 64
aj
AjH
+=)( atau
22
2)(
a
AjH
+= (3.10)
dan)sin(cos11
)(TjTe
AT
ee
ATeH
aTTjaT
Tj
=
=
atauTee
ATeH
aTaT
Tj
+=
cos1)(
2
2
(3.11)
Dari (3.10) terlihat bahwa )( jH harganya menurun untuk yang semakin besar.
Dan = a merupakan frekuensi pojok 3 dB, c. Sedang dari (3.11), terlihat bahwa
)( TjeH periodik terhadap dengan periode 2/T, karena cos( + 2/T)T = cos T.
Untuk = 0, harganya maksimum, kemudian menurun untuk yang semakin besar,
dan mencapai harga minimum pada = /T. Harga maksimum dicapai lagi pada =
2/T. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga )( TjeH hampir sama dengan )( jH
hanya pada interval 0 /T ( 0 F Fs/2). Jadi kalau dikehendaki )(TjeH
mendekati bentuk )( jH sampai dengan = c = a ( = tetapan), maka harus
dipilih interval cuplik T, atau frekuensi cuplik Fs yang memenuhi :
Ta
= ataua
T
=
atau cs Fa
F
2==
Gambar 3-2 menunjukan bentuk )( jH dan )( TjeH = )( jeH untuk Fc = 10 Hz (a
= 2Fc) dan Fs = 10 Fc = 100 Hz ( = 5; T = 0,01 sekon; aT = 0,2). Perhatikan
bentuknya hampir sama hingga frekuensi 50 Hz (Fs/2).
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
6/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 65
Gambar 3-2 Tanggap frekuensi H(j) dan )( jeH
Pada transformasi impuls invariant
III.2 Pendekatan Diferensial
Cara ini biasa digunakan dalam analisa numerik untuk melakukan simulasi dari
sistem analog. Dasarnya adalah dengan melakukan pendekatan diferensial dengan :
T
nyny
dt
dy )1()( =
atau
=
T
nyny
T
nyny
Tdt
yd )2()1()1()(12
2
[ ])2()1(2)(1
2+= nynyny
T
mengingat bahwa transformasi Laplace daridt
dyadalah sY(s) dan transformasi-z dari
dt
dyadalah )(
11
zY
T
z
, maka hubungan antara s dan z dalam transformasi ini adalah:
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
7/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 66
T
zs
11
= atausT
z
=1
1(3.12)
sehingga dengan demikian H(z) dapat diperoleh dari H(s) dengan rumus :
T
zs
sHzH 11)()( =
= (3.13)
Untuk mengetahui apakah transformasi ini memenuhi syarat kestabilan dan membawa s
= j ke (lingkaran satuan), kita substitusikan s = j ke persamaan (3.10)
sehingga didapat :
jez =
jyxTj
z +=
=1
1(3.14)
dari (3.14) dapat dibuktikan bahwa :
Tjtgj
eTezz
+==
1
221
1
yang berarti221
1
Tz
+= dan tg =T (3.15a)
dari (3.14) juga dapat dibuktikan bahwa :
221
1
Tx
+
= dan221 T
Ty
+
=
sehingga xT
yx =+
=+22
22
1
1
atau4
1)
2
1( 22 =+ yx (3.15b)
Jadi s = j dalam bidang-s transformasinya dalam bidang-z akan berupa lingkaran
dengan jari-jari dan pusat lingkaran (1/2, 0), seperti yang terlihat pada Gambar 3-3.
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
8/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 67
Dapat dibuktikan juga bahwa pole pada bidang-s disebelah kiri sumbu imaginer
transformasinya dalam bidang-z akan berada di dalam lingkaran persamaan (3.15b),
yang berarti juga di dalam lingkaran satuan.
bidang-s
= js
sb-real
sb-imaginer
bidang-z
Y
Gambar 3-3 Transformasi dari s z dengan pendekatan diferensial
Jadi dapat disimpulkan bahwa syarat kestabilan dipenuhi, namun, namun oleh karena
untuk s = j harga 1z (lihat persamaan 3.15a), bentuk dari tidak serupa
dengan .
)( TjeH
)( jH
III. 3 Transformasi Bilinear
Transformasi ini berdasar atas pendekatan integral, dan dapat dibuktikan
memenuhi syarat kestabilan dan membawa transformasi s = j ke . Untuk
fungsi kontinyu kita dapat menulis :
jez =
(3.16) +=t
ttydttyty
0
)()(')( 0
Kalau secara pendekatan y(t) = y(n) dan y(t0) = y(n-1), maka kita peroleh :
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
9/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 68
(3.17) =t
tnynydtty
0
)1()()('
kemudian kalau integral dari suatu fungsi kita dekati dengan luas yang dibatasi oleh y(t)
dan y(t0), maka :
[ +=t
tnyny
Tdtty
0
)1()(2
)( ] (3.18)
Jadi untuk system analog yang mepunyai persamaan diferensial (3.3a), dengan fungsi
alih :
as
AsH
+=)( (3.19)
dengan pendekatan tersebut di atas, kalau persamaan (3.3a) kita integral akan dihasilkan
persamaan beda :
[ ] [ ] [ ])1()(2)1()(
2)1()( +=++ nxnxATnynyaTnyny
atau [ )1()(2
)1(2
1)(2
1 +=
+ nxnx
ATny
aTny
aT] (3.20)
Dengan melakukan transformasi-z pada persamaan (3.20) akan diperoleh :
( )
1
1
21
21
12)(
)()(
+
+==
zaTaT
zAT
zHzXzY
atau
az
z
T
AzH
++
=
1
1
1
12)( (3.21)
Jika kita bandingkan (3.19) dengan (3.21), maka dapat disimpulkan dengan transformasi
ini H(z) dapat diperoleh dari H(s) dengan substitusi :
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
10/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 69
+
=
1
1
1
12
z
z
Ts (3.22a)
atausT
sTz
+=
2
2(3.22b)
Transformasi (3.22) dikenal dengan transformasi bilinear. Untuk membuktikan bahwa
dengan transformasi ini lingkaran satuan pada bidang-z sesuai dengan s = j pada
bidang-s, kita lakukan substitusi s = j pada (3.22b), sehingga didapat :
)2/(2
2
2 Tarctgjje
Tj
Tjezz
=
+==
yang berarti : 1=z (3.23)
dan
=
22
Tarctg atau
=
2
2 tg
T(3.24)
Jadi terbukti bahwa s = j trasnformasinya dalam bidang-z adalah lingkaran satuan,
sedang hubungan antara dandinyatakan pada persamaan (3.24).
Lebih lanjut dapat dibuktikan bahwa bidang-s di sebelah kiri dan di sebelah
kanan sumbu imaginer berturut-turut ditransformasikan di dalam dan di luar lingkaran
satuan pada bidang-z. Jadi dengan transformasi bilinear kedua syarat, yaitu syarat
kestabilan dan syarat trasformasi s = j , terpenuhi.jez =
Persamaan (3.24) tidak lain adalah menyatakan hubungan antara frekuensi dari
filter analog H(j) dan filter digital atau sebaliknya. Jadi apabila kita akan
merancang filter digital dengan frekuensi pojok
)( jeH
c, maka dengan transformasi bilinear,
ini harus diperoleh dari filter analog yang mempunyai frekuensi pojok :
-
7/27/2019 Diktat Psd Bab III
11/11
Bab III Transformasi dari Sistem Analog ke Digital 70
=
2
2 cc tg
T
Namun oleh karena untuk sinyal x(n) hasil pencuplikan, frekuensi sinyal digital c
ekivalen dengan frekuensi sinyal analog cs = c/T, maka hubungan antara c dan cs
adalah :
=
2
2 Ttg
Tcsc (3.25a)
atau
==
2
2 1 TtgTT
c
c
cs (3.25b)
atau
=
s
cs
csF
Ftg
FF
1(3.25c)
Dapat dibuktikan bahwa untuk Fc tertentu harga Fcs akan makin dekat dengan Fc
kalau frekuensi cuplik Fs makin besar. Hal ini terlihat dari persamaan (3.25c), kalau
s
c
F
Fsemakin kecil karena Fs yang semakin besar, maka
s
c
F
Ftg
1harganya semakin
dekat dengans
c
F
F, sehingga c
s
cs
cs FF
FFF ==
.
Sebagai gambaran untuk Fc = 100 Hz :
Fcs = 63,910 Hz jika Fs =2 x Fc = 200 Hz
Fcs = 89,280 Hz jika Fs =5 x Fc = 500 Hz
Fcs = 94,70 Hz jika Fs =7,5 x Fc = 750 Hz
Fcs = 96,89 Hz jika Fs =10 x Fc = 1000 Hz