perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI KAJIAN …... · KATA PENGANTAR Puji dan syukur...
Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id SKRIPSI KAJIAN …... · KATA PENGANTAR Puji dan syukur...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SKRIPSI
KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT
(NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO
Oleh
Dyah Wahyuningsih
H 0708093
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT
(NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Oleh
Dyah Wahyuningsih
H 0708093
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SKRIPSI
KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT
(NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO
Dyah Wahyuningsih H 0708093
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Prof. Dr. Ir. Sholahuddin, MS NIP. 195610081980031003
Ir. Ato Sulistvo. MP NIP. 1958062119850310
Surakarta, Juni 2012 Mengetahui
Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian
Dekan,
Prof. Df. Ir. H. Bambang Puiiasmanto. MS NIP.19560225 1986011 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
SKRIPSI
KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT
(NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO
yang dipersiapkan dan disusun oleh Dyah Wahyuningsih
H 0708093
telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal : 14 Mei 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Agroteknologi
Susunan Tim Penguji:
Ketua Anggota I Anggota II
Prof. Dr. Ir. Sholahuddin, MS Ir. Ato Sulistyo, MP Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si NIP. 195610081980031003 NIP. 195806211985031003 NIP. 196201161990021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala
atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Kajian Pengaruh Unsur Iklim terhadap Fekunditas, Fertilitas,
dan Luas Serangan Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stal.) Di
Sukoharjo. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian
UNS.
2. Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi selaku Ketua Program Studi Agroteknologi dan
Dosen Pembahas atas kritik, saran dan bimbingannya.
3. Prof. Dr. Ir. Sholahuddin, MS selaku Pembimbing Utama dan Ir. Ato Sulistyo,
MP selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pendamping atas
dorongan, semangat, waktu, ilmu, dan bimbingan yang diberikan.
4. Bapak Sulis dan bapak Surono selaku pembimbing lapangan atas ilmu, waktu,
dan bimbingan yang diberikan.
5. Terima kasih atas kasih sayang yang tulus dari bapak dan ibu yang mungkin
tak akan bisa terbalaskan.
6. Adik-adikku Tia dan Bella atas semangat dan dukungannya.
7. Agus Nur Cahyo atas bantuan dan semangat yang diberikan.
8. Teman-teman Agroteknologi 2008 “Solmated” yang telah membantu,
memberikan semangat, dan dukungannya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala
bantuan baik langsung maupun tidak langsung, kritik, saran, dan dorongan
demi kelancaran penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala kritik dan
saran sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Surakarta, Mei 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
RINGKASAN .............................................................................................. xi
SUMMARY ................................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
A. Wereng Batang Coklat (WBC) ...................................................... 4
1. Sistematika dan Morfologi WBC .............................................. 4
2. Penyebaran WBC ...................................................................... 4
3. Biologi dan Serangan WBC ...................................................... 5
B. Dampak Iklim terhadap WBC ...................................................... 7
III. METODE PENELITAN ....................................................................... 9
A. Waktu dan Tempat penelitian ........................................................ 9
B. Bahan dan Alat ............................................................................... 9
C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data ..................................... 9
D. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 10
E. Pengamatan Peubah ....................................................................... 11
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 13
A. Kondisi Umum Penelitian .............................................................. 13
B. Fekunditas WBC ............................................................................ 14
C. Fertilitas WBC ............................................................................... 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
D. Luas Serangan WBC ...................................................................... 20
V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 25
A. Kesimpulan .................................................................................... 25
B. Saran .............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul dalam Teks Halaman
1. Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak .......................... 15
2. Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak.............................................. 18
3. Hasil analisis regresi pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo Tahun 2001-2010..................................................... 21
4. Hasil analisis regresi pengaruh kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo Tahun 2001-2010.............................. 22
Judul dalam Lampiran
5. Summary output analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC .................................................................... 29
6. Anova uji F pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC 29
7. Uji T pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Fekunditas WBC....... 29
8. Summary output analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC.......................................................................... 31
9. Anova uji F pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC 31
10. Uji T pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC............. 31
11. Analisis regresi pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC 33
12. Anova uji F pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC 33
13. Uji T pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC ............. 34
14. Summary output analisis regresi pengaruh kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC .................................................... 36
15. Anova uji F kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC....................................................................................................... 36
16. Uji T kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC..... 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul dalam Teks Halaman
1. Hubungan suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak .................................................................. 14
2. Hubungan suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak..................................................................... 17
3. Luas serangan WBC di Sukoharjo tahun 2001-2010 pada musim tanam (MT) 1 dan 2........................................................................................... 20
Judul dalam Lampiran
4. Wereng batang coklat (WBC) ............................................................... 38
5. Telur WBC pada pelepah padi .............................................................. 38
6. Bibit padi ............................................................................................... 39
7. Data sekunder iklim .............................................................................. 39
8. Pencarian WBC di sawah...................................................................... 39
9. Kurungan percobaan ............................................................................. 39
10. Padi untuk pengujian yang dipasangi termohigrometer....................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
RINGKASAN
KAJIAN PENGARUH UNSUR IKLIM TERHADAP FEKUNDITAS, FERTILITAS, DAN LUAS SERANGAN WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL.) DI SUKOHARJO. Skripsi: Dyah Wahyuningsih (H0708093). Pembimbing: Sholahuddin, Ato Sulistyo, Hadiwiyono, Program Studi: Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Pengembangan produksi padi di Indonesia sampai saat ini masih menghadapi berbagai kendala seperti serangan hama dan penyakit. Di antara hama yang menyerang adalah wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens Stal.). Sukoharjo merupakan daerah endemi wereng batang coklat (WBC). Peningkatan serangan WBC diduga ditentukan oleh faktor iklim. Studi tentang serangan WBC di Sukoharjo perlu dilakukan guna pemecahan masalah tersebut. Beberapa aspek yang penting yang perlu dipelajari adalah bagaimana pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas dan fertilitas WBC dan bagaimana pengaruh unsur iklim dan musim tanam dengan luas serangan WBC di Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas dan fertilitas WBC serta mempelajari pengaruh unsur iklim dan musim tanam dengan luas serangan WBC di Sukoharjo.
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Palur, Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman (PHPT) Palur, serta sepuluh lokasi di Kecamatan Gatak dan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo mulai Juli 2011 sampai September 2011. Penelitian ini dilaksanakan dengan memanfaatkan data sekunder iklim dan luas serangan WBC di wilayah Kabupaten Sukoharjo selama 10 tahun (2001-2010) dan percobaan lapang di Gatak dan Mojolaban. Fekunditas dihitung dengan menghitung jumlah telur yang dihasilkan betina WBC. Penghitungan fertilitas dengan menghitung jumlah telur yang menetas menjadi nimfa. Luas serangan WBC diperoleh dari data sekunder luas serangan WBC di Kabupaten Sukoharjo (tahun 2001-2010). Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan analisis regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban harian tidak memberi pengaruh terhadap fekunditas WBC. Suhu rata-rata harian memberikan pengaruh terhadap fertilitas WBC. Suhu dan kelembaban secara bersama memberikan kontribusi sebesar 48 %. Musim tanam dan kelembaban memberikan pengaruh terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo (tahun 2001-2010). Sumbangan pengaruh yang diberikan sebesar 33%. Kelembaban mempunyai hubungan yang positif dengan luas serangan WBC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
SUMMARY
STUDY ON THE INFLUENCE OF CLIMATE ELEMENT TO FECUNDITY, FERTILITY, AND ATTACK WIDE OF BROWN PLANTHOPPER (NILAPARVATA LUGENS STAL.) IN SUKOHARJO. Thesis-S1: Dyah Wahyuningsih. Advisers: Sholahuddin, Ato Sulistyo, Hadiwiyono. Study program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, University of Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Production development of paddy in Indonesia is facing many problems such pests and plant diseases. Among the pests is brown planthopper (Nilaparvata lugens Stal.). Sukoharjo is an endemic area of brown planthopper (BPH). It is thought that BPH attack is determined by climate factor. Study concerning the brown planthopper (BPH) in Sukoharjo is needed to be held in order to solve the problem. Many important aspects are how the influence of temperature and humidity to fecundity and fertility, how the influence of climate element, and planting season to attack wide of BPH in Sukoharjo. This research was purposed to study the influence of temperature and humidity to fecundity and fertility of BPH and the influence of climate element, and planting season to attack wide of BPH in Sukoharjo.
This research was held in department of agriculture conselling Palur, Laboratory of Plants Pests and Diseases Observation Palur, and ten location in Gatak and Mojolaban, Sukoharjo. The research was carried out on July until September 2011. The research was held using secondary data of climate and attack wide of BPH during 2001th- 2010th and field experiment in Gatak and Mojolaban. Fecundity was calculated from total eggs of female BPH. Fertility was calculated from total fertile eggs and nimph of BPH. Attack wide of BPH was collected from secondary data attack wide of BPH during 2001th- 2010th in Sukoharjo. The data were analyzed using the regression analysis.
The result showed that daily temperature and humidity had not influence to fecundity of BPH. Daily temperature influenced to fertility of BPH. Temperature and humidity together had contribution 48% to fertility of BPH. Planting season and humidity had contribution 33 % to attack wide of BPH during 2001th- 2010th. Humidity had positive corelation to attack wide of BPH.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Jumlah penduduk
Indonesia yang besar pada tahun 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa (BPS 2011)
dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan permintaan
beras semakin tinggi. Untuk memenuhi permintaan maka perlu adanya
peningkatan produktivitas padi. Pengembangan produksi padi di Indonesia sampai
saat ini masih menghadapi berbagai kendala. Serangan hama dan penyakit masih
menjadi kendala utama pengembangan produksi padi di Indonesia. Di antara
hama yang menyerang adalah wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens Stal.).
Wereng batang coklat (WBC) secara langsung merusak tanaman padi
karena nimfa dan imagonya menghisap cairan sel tanaman sehingga tanaman
kering dan akhirnya mati. Kerusakan secara tidak langsung terjadi karena
serangan penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa yang ditularkannya.
Kerusakan berat yang disebabkan oleh wereng coklat terkadang ditemukan pada
persemaian, tetapi sebagian besar menyerang pada saat tanaman padi masak
menjelang panen.
Serangan wereng coklat dapat menurunkan produksi padi Nasional. Hal ini
terbukti dari angka ramalan II (ARM-II) pada Agustus 2010 produksi padi
mencapai 65.150.764 ton padahal angka tetap (ATAP) 2009 telah mencapai
64.398.890 selisihnya kenaikan produksi hanya 751.874 ton dengan kenaikan
produksi hanya 1,17%. Kenaikan produksi yang rendah ini akan mengganggu
stabilitas nasional dalam hal kerawanan pangan. Hal ini disebabkan pada produksi
2008 ke produksi 2009 kenaikannya mencapai 5%. Bila mengacu kepada Program
Peningkatan Beras Nasional (P2BN) dengan target produksi meningkat 5% maka
terjadi penurunan produksi sebesar 3,83% (Baehaki, 2011).
Untung dan Trisyono (2010) menyatakan bahwa di wilayah Gatak,
Sukoharjo, populasi WBC mencapai >100 ekor per rumpun pada tanaman padi
yang masih hijau dan berumur sekitar 30 hari. Semua rumpun padi terserang oleh
WBC. Pada tanaman muda (sekitar 10 hari) populasi WBC sangat tinggi, dan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
bahkan beberapa rumpun dipenuhi oleh imago WBC sampai pada bagian pucuk
daun.
Fluktuasi suhu dan kelembaban udara yang semakin meningkat mampu
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang merupakan salah satu pengaruh perubahan iklim yang berdampak
buruk terhadap pertanian di Indonesia. Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi
terhadap perubahan iklim dan serangan OPT merupakan salah satu aspek yang
harus menjadi rencana strategi Departemen Pertanian dalam rangka menyikapi
perubahan iklim, akibat ancaman OPT setiap tahun terus terjadi. Perkembangan
hama dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung,
terjadinya anomali musim, yakni masih adanya hujan di musim kemarau juga
dapat menstimulasi serangan OPT (Susanti et al. 2009).
Wirajaswadi (2010) menyatakan bahwa wereng coklat merupakan salah
satu jenis hama tanaman padi yang sangat berbahaya dan sering menunjukkan
ledakan (out break) atau serangan dengan intensitas berat dalam skala luas
bersamaan dengan terjadinya penyimpangan iklim. Hama ini pada kondisi
cuaca/iklim yang sesuai dapat berkembang dengan cepat disertai kemampuan
menyebar (migrasi) yang luas, menjadikan hama ini sangat merusak.
Penyimpangan iklim merupakan fenomena alam yang sulit diprediksi
kemunculannya dan memiliki dampak diantaranya berkembangnya populasi WBC
pada tanaman padi. Hal tersebut karena terciptanya lingkungan yang sangat
kondusif untuk proses perkembangbiakan WBC. Apabila kondisi mendukung,
sebagian besar telur menetas dan populasi satu ekor betina fertil per rumpun sudah
dapat menyebabkan puso pertanaman padi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Perumusan Masalah
Wereng batang coklat (WBC) merupakan hama padi yang merugikan.
WBC pada kondisi iklim/cuaca yang sesuai perkembangan populasi sangat cepat
sehingga menjadi sangat merugikan. Populasi WBC cepat meningkat pada
kelembaban tinggi (70%- 80%), suhu siang hari optimum (28-30oC), intensitas
matahari rendah, pemupukan nitrogen yang tinggi, tanaman yang rimbun, air
lahan basah, dan angin lemah (Nurbaeti et al. 2010).
Seekor betina WBC dapat meletakkan telur 100- 500 butir (BBPTP 2009,
Wirajaswadi 2010), apabila kondisi tidak sesuai fertilitas tetasnya sangat rendah
sehingga tidak merugikan, namun pada kondisi yang sesuai fertilitas tetasnya
sangat tinggi sehingga musuh alami yang adapun tidak dapat mengendalikan.
Akibatnya populasi WBC berkembang cepat dan terjadi epidemi ledakan serangan
yang sangat hebat. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana pengaruh suhu
dan kelembaban terhadap fekunditas dan fertilitas WBC dan bagaimana pengaruh
unsur iklim dan musim tanam dengan luas serangan WBC di Kabupaten
Sukoharjo.
C. Tujuan Penelitian
1. Mempelajari pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas dan fertilitas
WBC.
2. Mempelajari pengaruh unsur iklim dan musim tanam dengan luas serangan
WBC di Kabupaten Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Wereng Batang Coklat (WBC)
1. Sistematika dan Morfologi WBC
Nilaparvata lugens termasuk ordo Homoptera, family Delphacidae (plant
hopper). Anggota familia ini, tibia kaki belakang mempunyai apical spur (taji
yang letaknya pada apex). Familia ini merupakan familia planthoppers yang
anggotanya terbanyak. Kebanyakan berukuran agak kecil dan banyak sayapnya
pendek (Ananda 1986).
N. lugens atau wereng batang cokelat termasuk ke dalam Ordo
Hemiptera, subordo Auchenorryncha, famili Delphacidae. Hama ini menyerang
tanaman dari famili Gramineae tetapi padi merupakan inang utamanya
(Kalshoven 1981).
Bentuk telur wereng coklat lonjong agak melengkung berdiameter 0,067-
0,133 milimeter dengan panjangnya antara 0,830-1,000 milimeter. Nimfa dapat
berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah
makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan
dan sayap belakang secara normal. Bentuk kedua adalah brakiptera ( bersayap
kerdil) yaitu wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap
belakang yang tumbuh tidak normal (Baehaki 1992).
Telur wereng coklat berwarna putih krim, semakin lama berubah warna
menjadi gelap, berukuran panjang 0,9 mm, lebar 0,2 mm. Secara keseluruhan
siklus hidup wereng coklat berkisar antara 28-42 hari. Serangga dewasa
khususnya yang bersayap panjang mempunyai kemampuan terbang (migrasi)
sekitar 200-300 km (Wirajaswadi 2010).
2. Penyebaran WBC
Persebaran wereng batang cokelat mencapai India, Asia Tenggara dan
Cina. Sejak tahun 1970, keberadaan N. lugens menjadi hama penting karena
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5 persebarannya luas di Indonesia dan menyebabkan tanaman padi hopperburn
(Kalshoven 1981).
Pada saat ini wereng coklat tersebar di Indonesia mulai dari Aceh, Maluku
sampai Irian Jaya. Akibat serangan wereng coklat sangat dirasakan diberbagai
tingkat kebijakan. Hama tersebut sulit dikendalikan sehingga menyebabkan
kerugian yang tidak sedikit (Baehaki, Widiarta 2009).
Pergerakan dari tanaman satu ketanaman lain dilakukan oleh makroptera.
Gerakan pemencaran ini menunjukkan adanya wereng coklat yang meninggalkan
tanaman tua atau memencar pada akhir generasi ketiga menuju tanaman muda.
Sebenanrnya gerakan pemencaran ini sudah dilakukan pada generasi kedua dan
mencapai puncaknya pada generasi ketiga pada tanaman mendekati panen atau
rusak (Baehaki, Widiarta 2009).
3. Biologi dan Serangan WBC
Metamorfosis wereng coklat sederhana atau bertingkat disebut dengan
heterometabola. Serangga muda yang menetas disebut nimfa dan makanannya
serupa dengan induknya. Nimfa mengalami lima kali pergantian kulit (instar) dan
rata-rata yang diperlukan untuk menyelesaikan stadium nimfa adalah 12, 8 hari.
Lamanya waktu untuk menyelesaikan stadium nimfa bergantung dari bentuk
dewasa yang akan muncul (Baehaki, Widiarta 2009).
Hama wereng coklat bertipe strategi-r dengan ciri: 1) populasi hama dapat
menemukan habitatnya dengan cepat, 2) berkembang biak dengan cepat dan
mampu mempergunakan sumber makanan dengan baik sebelum serangga lain ikut
berkompetisi, 3) mempunyai sifat menyebar dengan cepat ke habitat baru sebelum
habitat lama tidak berguna lagi, dan 4) hama ini mempunyai potensi biotik yang
tinggi, dapat memanfaatkan makanan yang banyak dalam waktu singkat sehingga
terjadi ledakan populasi dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit (Baehaki,
Munawar 2008).
Secara fenotipik karakter suatu biotipe dapat jelas dibedakan satu dengan
yang lain, secara genetik biotipe wereng cokelat sulit dibedakan. Berdasarkan
analisa variasi molekuler (DNA), terlihat bahwa variasi terutama terdeteksi antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6 individu (79.1%) daripada antar populasi (20.9%). Hal ini menunjukkan bahwa
variasi dalam satu populasi biotipe cukup tinggi (Bahagiawati, Rijzaani 2005).
Biotipe wereng coklat yang ada dilapang beragam. Ekspresi gejala
fenotipe akibat serangan wereng coklat dapat terjadi akibat satu biotipe yang
dominan dilapang. Terkadang ekspresi gejala fenotipe akibat wereng coklat
dilapang dapat disebabkan oleh beberapa biotipe (Baehaki, Munawar 2008).
Serangan wereng coklat yang sangat berarti mengurangi hasil padi secara
substansial, mengakibatkan kelumpuhan perekonomian tingkat petani, hal ini
terbukti dengan laporan dari beberapa propinsi untuk tahun 2004 dan 2005 telah
terjadi serangan wereng coklat terhadap beberapa varietas padi yang diunggulkan.
Pada MT (musim tanam) 2005 luas serangan wereng coklat di Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat mencapai 46.000 ha (BBPTP 2009).
Wereng batang coklat, N. lugens (Homoptera: Delphacidae) merupakan
salah satu hama utama pada tanaman padi, dan tanaman lain yang termasuk
kedalam genus Oryza. Wereng yang tersebar di India, Asia Tenggara, dan Asia
Timur ini dapat menyebabkan kerusakan langsung berupa menguningnya
rummpun padi seperti terbakar (hopperburn), dan tidak langsung dengan cara
penyebaran penyakit kerdil (Putra et al. 2002).
Wereng coklat merupakan hama laten, disamping merusak langsung
menghisap cairan tanaman dengan alat mulut khusus untuk menusuk dan
menghisap juga dapat mentransfer virus kerdil hampa dan kerdil rumput tipe I
yang serangannya dapat melebihi serangan wereng itu sendiri. Sejak 2006 wereng
coklat juga mentransfer virus kerdil rumput tipe II yang serangannya sudah
meluas di sentra produksi padi Pulau Jawa, bahkan pada awal tahun 2008 virus
kerdil rumput tipe II ditemukan di Simalungun, Sumatera Utara
(Baehaki, Abdullah 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
B. Dampak iklim terhadap Wereng Batang Coklat
Kelembaban udara lebih berpengaruh terhadap fluktuasi nilai Indeks
Ekoklimatik dari pada suhu udara. Hasil simulasi perubahan iklim
memperlihatkan bahwa wereng batang cokelat lebih mengalami cekaman basah
daripada cekaman panas. Secara umum, peningkatan suhu udara dan curah hujan
merupakan keadaan kurang nyaman bagi wereng batang cokelat (Sajaroh 2010).
Pada musim tanam musim hujan kegagalan tanam akan meningkat.
Peristiwa La-Nina dapat mengakibatkan meningkatnya populasi hama dan banjir.
Hal ini ditandai dengan meningkatnya kelembaban dan curah hujan
(Irawan 2006).
Suhu yang tinggi membuat aktifitas wereng batang coklat berkurang dan
daya makannya juga berkurang yang berpengaruh terhadap intensitas serangan.
Kelembaban ruangan juga mempengaruhi intensitas serangan, dimana
kelembaban terlalu rendah untuk perkembangan yang baik bagi serangga yaitu
rata-rata sebesar 60% (Zahara 2002).
Apabila kondisi lingkungan memenuhi, populasi WBC dan luas serangan
dapat meningkat secara tajam dalam waktu yang singkat karena hama ini
mempunyai kemampuan biotis yang sangat tinggi dan migrasi dalam jarak jauh.
Fenomena tersebut terjadi dalam dua tahun terakhir di daerah endemis WBC
seperti Kabupaten Klaten dan berbagai daerah sentra produksi padi lainnya di
pulau Jawa dan Sumatera (Untung, Trisyono 2010).
Komponen cuaca bisa berperan sebagai faktor utama (k-faktor) maupun
sebagai faktor pendukung. Sebagai k-faktor, suatu komponen cuaca bisa langsung
menentukan kejadian serangan beberapa saat kedepan, sedangkan sebagai faktor
pendukung, peran cuaca adalah hanya menentukan peluang dan tingkat kerusakan
tertinggi apabila terjadi serangan. Dengan pemantauan cuaca yang baik, adanya
perubahan cuaca sesaat maupun kondisi jangka panjangnya yang akan
berpengaruh terhadap organisme pengganggu tanaman bisa diketahui sedini
mungkin (Supriyono 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. Hipotesis
1. Suhu dan kelembaban memberikan pengaruh nyata terhadap fekunditas dan
fertilitas WBC.
2. Unsur iklim dan musim tanam memberikan pengaruh nyata terhadap luas
serangan WBC di Kabupaten Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Suhu dan kelembaban harian tidak memberi pengaruh terhadap fekunditas
WBC.
2. Suhu rata-rata harian memberikan pengaruh terhadap fertilitas WBC. Suhu dan
kelembaban secara bersama memberikan kontribusi pengaruh sebesar 48 %.
3. Musim tanam dan kelembaban memberikan pengaruh terhadap luas serangan
WBC di Sukoharjo (tahun 2001-2010). Sumbangan pengaruh yang diberikan
sebesar 33%. Kelembaban mempunyai hubungan yang positif dengan luas
serangan WBC.
B. Saran
Pada penelitian ini saran yang sebaiknya dilakukan yaitu perlu adanya data
unsur iklim tambahan seperti cahaya matahari dan angin serta jumlah populasi
WBC. Penelitian bisa dilanjutkan pada musim tanam yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Penelitian
Penelitian pengaruh unsur iklim terhadap fekunditas, fertilitas dan luas
serangan wereng batang coklat (WBC) dilakukan di wilayah Kabupaten
Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah,
dengan luas wilayah kurang lebih 46.666 km2. Secara geografis terletak diantara
bagian ujung timur 110.57O LS, bagian ujung barat 110.42O LS, bagian ujung
utara 7.32O BT, bagian ujung selatan 7.49O-32.00’ BT. Secara topografi
wilayahnya terdiri atas daerah dataran rendah dan perbukitan. Salah satu faktor
yang mendukung pertanian di daerah ini adalah adanya aliran sungai Bengawan
Solo yang menjadi sumber pengairan sawah-sawah penduduk.
Iklim di Sukoharjo sama halnya dengan iklim di daerah tropis yaitu musim
kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau terjadi antara bulan April sampai
September, sementara musim penghujan terjadi antara bulan Oktober sampai
Maret. Hasil workshop dari Laboratorium PHPT Surakarta (2011) luas tanaman
padi di wilayah Sukoharjo (per Maret 2011) adalah 12.465 Ha. Musim tanam padi
I pada bulan April- September dan musim tanam padi II pada bulan Oktober-
Maret. Berdasarkan data sekunder luas serangan WBC musim tanam I dan II
tahun 2010, Kabupaten Sukoharjo merupakan wilayah dengan luas serangan
terbesar di Eks- Karisidenan Surakarta yaitu seluas 4.436 Ha dan 1.503 Ha.
Percobaan lapang penelitian ini bertempat di 10 lokasi yang tersebar di
Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Data dari
Laboratorium PHPT Surakarta (2011) Mojolaban merupakan daerah kronis
endemis WBC, luas serangan WBC pada musim tanam 2010/2011 s/d Maret 2011
adalah 1.658 Ha. Gatak merupakan daerah potensial serangan WBC, luas
serangan WBC pada musim tanam 2010/2011 s/d Maret 2011 adalah 120 Ha.
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
B. Fekunditas WBC
Fekunditas merupakan jumlah telur yang dihasilkan oleh betina WBC.
Telur WBC berbentuk seperti sisir pisang dan berwarna putih bening. Seekor
WBC mampu bertelur sebanyak 100-500 butir yang diletakkan secara
berkelompok pada pelepah daun. Siklus hidup wereng coklat cukup singkat
sehingga proses pergantian generasi berlangsung dengan cepat. Stadia telur
berlangsung selama 4-8 hari, stadia nimfa 14 hari dan stadia dewasa (imago) 10-
20 hari (Wirajaswadi 2010). Grafik fekunditas, suhu dan kelembaban dari 10
lokasi di Kecamatan Gatak dan Mojolaban disajikan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak.
Fekunditas WBC berkisar antara 81-215 telur dengan kisaran suhu 26,904-
30,214 oC dan kelembaban antara 54,142-64,357 %. Fekunditas WBC tertinggi
yaitu sebanyak 215 telur pada suhu 27,309oC dan kelembaban 62,095 %.
Fekunditas terendah sebanyak 81 telur pada suhu 29,309 oC dan kelembaban
58,119 %.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10fekunditas 102 87 178 81 108 118 96 215 140 123Suhu 30.21429.76228.38129.3129.85726.90527.04827.3127.07127.167Kelembaban 56.14359.28654.14358.11957.35762.54863.61962.09564.35762.786
0
50
100
150
200
250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Data fekunditas yang diperoleh dianalisis dengan analisis regresi untuk
mengetahui pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas WBC (lampiran
1). Hasil analisis uji F dan uji T disajikan dalam tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap
fekunditas WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak
Variabel Koefisien p-value (T) p-value (F) R2
Intercept 1608,02 0,057 ns 0,15ns 0,42 Suhu (X1) -32,59 0,06ns
Kelembaban (X2) -9,34 0,14ns
Keterangan : Uji F dan uji T pada taraf 5 % ns : non-signifikan Persamaan : Y= 1608,02- 32,59 X1- 9,34 X2
Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fekunditas
WBC (Tabel 1) menunjukkan p-value (F)= 0,15 ns yang berarti bahwa suhu dan
kelembaban secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap fekunditas
WBC. Pada uji parsial (uji T) menunjukkan p-value suhu sebesar 0,06ns dan p-
value kelembaban sebesar 0,14ns yang berarti apabila asumsi faktor-faktor lain
yang tidak diteliti tetap atau tidak berubah maka masing-masing variabel suhu dan
kelembaban tidak memberikan sumbangan atau pengaruh terhadap fekunditas.
Koefisien determinasi (R2) sebesar 42 %, berarti sumbangan suhu dan
kelembaban terhadap fekunditas WBC sebesar 42 %. Sisanya 58 % dipengaruhi
faktor lain yang tidak diteliti. Persamaan regresi pengaruh suhu dan kelembaban
terhadap fekunditas WBC adalah Y= 1608,02- 32,59 X1- 9,34 X2 dimana X1
adalah suhu dan X2 adalah kelembaban. Suhu dan kelembaban bernilai negatif
yang berarti suhu dan kelembaban berhubungan berlawanan dengan fekunditas.
Hasil pengukuran suhu menunjukkan rata-rata suhu harian sebesar 26,9-
30,21 oC (Gambar 1). Penelitian Hou dan Lee (1984) betina WBC dewasa yang
bunting diberi perlakuan suhu tinggi 32oC selama 3 hari menunjukkan hasil
fekunditas yang rendah. Pengukuran rata- rata kelembaban di lapang berkisar
antara 54,14 % – 64, 35 % (Gambar 1). Kondisi suhu rata-rata yang tinggi disertai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16 kelembaban yang tinggi merupakan kondisi cuaca yang mampu menunjang
perkembangan pathogen sehingga memungkinkan terjadinya hama atau penyakit
(Arifin, Adi 2000).
Kehidupan dan perkembangan WBC dipengaruhi oleh faktor dalam yang
dimiliki WBC itu sendiri dan faktor luar yaitu kondisi lingkungan tempat WBC
melakukan aktivitasnya. Faktor dalam tersebut antaralain kemampuan
berkembangbiak dan sifat mempertahankan diri. Menurut Hidayat dan Sartiami
(2011) fekunditas dipengaruhi oleh kemampuan berkembangbiak. Tinggi
rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan berkembang
biak dan perbandingan kelamin (sex ratio). Hama tersebut semakin cepat
berkembang biak, semakin tinggi kemampuan berkembangbiaknya. Suatu
perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari jumlah jantan,
diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang lebih besar,
bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan jumlah
jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina. Perbandingan populasi WBC
menurut Baehaki (1992), pada setiap kepadatan populasi wereng brakiptera lebih
tinggi daripada makroptera.
Pada penelitian ini WBC yang digunakan untuk pengujian adalah WBC
bunting yang merupakan wereng brakiptera. Baehaki (1992) menyatakan bahwa
WBC dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama
adalah makroptera (bersayap panjang) dan bentuk kedua adalah brakiptera
(bersayap kerdil). Umumnya wereng brakhiptera bertubuh lebih besar dan
mempunyai tungkai dan peletak telur yang lebih panjang. Wereng brakiptera
berfungsi untuk berkembangbiak dan tetap tinggal ditempat itu. Fungsi wereng
makroptera untuk migrasi mencari tempat baru dan berkembangbiak membentuk
wereng betina brakiptera pada generasi pertamanya.
Fekunditas bisa dipengaruhi faktor lain seperti pemupukan. Pada
penelitian ini media yang digunakan untuk menanam padi adalah tanah sawah
yang telah mendapat pemberian pupuk sebelumnya. Sianipar (1988) menyatakan
bahwa pengaruh penggunaan pupuk urea menunjukkan korelasi positif dengan
keperidian wereng coklat. Penggunaan pupuk urea yang semakin tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17 menyebabkan semakin tinggi pula biomassa batang padi. Pengaruh biomassa
batang padi terhadap keperidian wereng coklat menunjukkan korelasi positif.
C. Fertilitas WBC
WBC mengalami metamorfosis tidak sempurna dengan siklus dari telur
menetas menjadi nimfa kemudian menjadi imago. Fertilitas WBC adalah telur
WBC fertil yang menetas menjadi nimfa. Fertilitas dihitung dengan menghitung
jumlah nimfa yang ditemukan disekitar tanaman padi didalam kurungan
percobaan. Nimfa WBC berukuran kecil dan berwarna putih. Berikut ini gambar
grafik fertilitas, suhu dan kelembaban di 10 lokasi percobaan di Kecamatan
Mojolaban dan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
Gambar 2. Hubungan suhu dan kelembaban terhadap fertilitas WBC di Kec.
Mojolaban dan Kec. Gatak.
Telur yang dihasilkan (fekunditas) dengan telur yang menetas (fertilitas)
jumlahnya tidak sama. Tidak semua telur yang dihasilkan berhasil menetas. Dari
data fekunditas dan fertilitas (Gambar 1 dan 2) menunjukkan hasil tertinggi telur
berhasil menetas 100 % dan yang terendah 75,93 %. Hal ini ditunjukkan ketika
pengamatan terdapat telur yang busuk. Telur busuk dicirikan berwarna hitam dan
tidak berisi lagi. Diduga telur busuk karena adanya parasitoid telur WBC.
Menurut Kartohardjono (2011) pada areal pertanaman padi ditemukan beberapa
musuh alami wereng batang coklat, antara lain parasitoid Anagrus sp. dan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10fertilitas 102 87 178 81 82 118 96 209 140 123Suhu 30.21429.76228.38129.3129.85726.90527.04827.3127.07127.167Kelembaban 56.14359.28654.14358.11957.35762.54863.61962.09564.35762.786
0
50
100
150
200
250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18 Oligosita sp. Parasitoid telur dapat memparasitasi telur WBC 45%- 87%
(Nurbaeti et al. 2010)
Uji F dan uji T dilakukan dengan analisis regresi sehingga didapat
persamaan regresi. Data hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban
terhadap fertilitas WBC (lampiran 2) disajikan dalam tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas
WBC di Kec. Mojolaban dan Kec. Gatak
Variabel Koefisien p-value (T) p-value (F) R2
Intercept 1697,89 0,04* 0,099ns 0,48 Suhu (X1) -35,26 0,04*
Kelembaban (X2) -9,63 0,12ns
Keterangan : Uji F dan uji T pada taraf 5 % ns : non-signifikan * : signifikan/beda nyata Persamaan :Y= 1697,89- 35,26 X1 – 9,63 X2
Hasil analisis regresi pengaruh suhu dan kelembaban terhadap fertilitas
WBC (Tabel 2) menunjukkan p-value(F) = 0,099ns yang berarti bahwa suhu dan
kelembaban secara bersama tidak berpengaruh terhadap fertilitas WBC. Hasil uji
parsial menunjukkan p-value suhu 0,04 yang signifikan. Suhu memberikan
signifikasi sumbangan terhadap fertilitas WBC. Kelembaban tidak memberikan
sumbangan pengaruh terhadap fertilitas.
Sumbangan semua variabel bebas (suhu dan kelembaban) terhadap
fertilitas adalah sebesar 48 % (R2). Sisanya 52 % fertilitas dipengaruhi faktor lain
selain suhu dan kelembaban yang tidak diteliti. Persamaan regresi yang terbentuk
adalah Y= 1697,89- 35,26 X1 – 9,63 X2 dimana X1 adalah suhu dan X2 adalah
kelembaban. Suhu dan kelembaban mempunyai nilai yang negatif. Hal ini berarti
suhu dan kelembaban mempunyai hubungan yang berlawanan terhadap fertilitas
WBC. Koefisien suhu bernilai –35,26 yang berarti setiap kenaikan suhu 1o C akan
menurunkan fertilitas sebesar 35,26 nimfa dan sebaliknya pada kisaran suhu
penelitian 26,90- 30,210C (Gambar 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Suhu berpengaruh signifikan terhadap fertilitas WBC. Reflinaldon et al.
(2007) dalam penelitiannya pengaruh suhu terhadap keperidian Hemiptarsenus
varicornis menyatakan bahwa selama masa hidup imago betina, suhu akan sangat
berperan terhadap proses pematangan telur. Diduga produksi atau kerja enzim
yang terlibat dalam proses pematangan telur dipengaruhi oleh suhu. Fertilitas
menunjukkan adanya generasi baru WBC sebagai dinamika populasi WBC.
Yadav et al.(2010) dalam penelitiannya menyebutkan hubungan diantara dinamika
populasi WBC dan suhu dianalisis dan ditemukan sebagai salah satu faktor kunci
yang mempengaruhi perkembangan populasi. Populasi WBC dapat berkembang
cepat dalam kondisi yang kondusif pada suhu optimum 26-32oC
(BPTP Jateng 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
D. Luas Serangan WBC
Kumpulan imago dan nimfa WBC mengisap cairan tanaman,
mengakibatkan tanaman menjadi merana, tumbuh kerdil, daun-daun mulai kuning,
layu dan akhirnya menimbulkan gejala serangan WBC yang disebut hopperburn
atau mati kering (Baehaki, Widiarta 2009). Data luas serangan WBC yang
digunakan selama kurun waktu 10 tahun (2001-2010). Musim tanam 1
berlangsung antara bulan April- September yang merupakan musim tanam
kemarau. Musim tanam 2 berlangsung antara bulan Oktober- Maret yang
merupakan musim tanam penghujan. Data luas serangan WBC pada musim tanam
1 dan 2 selama kurun waktu 10 tahun disajikan dalam gambar 3 berikut.
Gambar 3. Luas serangan WBC di Sukoharjo tahun 2001-2010 pada musim
tanam (MT) 1 dan 2. Keterangan: 1= tahun 2001, 2= tahun 2002, 3= tahun 2003,..., 10= tahun 2010 MT 1= musim tanam 1, MT 2= musim tanam 2
Luas serangan WBC tertinggi terjadi tahun 2010 pada musim tanam 1/
musim kemarau (April- September) yaitu seluas 4436 Ha. Terlihat rentang yang
sangat mencolok dibandingkan luas serangan WBC di tahun-tahun sebelumnya
(Gambar 3). Diduga ledakan serangan WBC yang menyebabkan luasnya serangan
karena pada saat musim tanam tersebut merupakan musim kemarau basah.
0500
100015002000250030003500400045005000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lua
s se
rang
an (
Ha)
Tahun
MT 1
MT 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Perkembangan hama dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik langsung
maupun tidak langsung, terjadinya anomali musim, yakni masih adanya hujan di
musim kemarau juga dapat menstimulasi serangan organisme pengganggu
tanaman (OPT). Pada kondisi lingkungan yang sesuai serangan WBC bisa
meningkat. Analisis pengaruh unsur iklim (jumlah bulan basah, bulan lembab,
bulan kering, suhu dan kelembaban) dan musim tanam terhadap luas serangan
WBC (lampiran 3) disajikan dalam tabel 3 berikut.
Tabel 3. Hasil analisis regresi pengaruh bulan basah, bulan lembab, bulan kering,
suhu, kelembaban dan musim tanam terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo tahun 2001-2010
Variabel Koefisien p-value (T) p-value (F) R2
Intercept -103582 0,036*
0,01* 0,69
Bulan basah (X1) 261,781 0,795 ns Bulan lembab (X2) 77,105 0,940 ns Bulan kering (X3) -834,082 0,463 ns Suhu (X4) 73,378 0,862 ns Kelembaban (X5) 1269,688 0,044* Musim tanam (D1) 4953,696 0,001**
Keterangan : Uji F dan uji T pada taraf 5 % ns : non-signifikan * : signifikan/beda nyata ** : sangat signifikan/ beda sangat nyata Persamaan : Y= -103582+ 261,781 X1+ 77,105 X2- 834,082 X3+ 73,378 X4+
1269,688 X5+ 4953,696 D1
Hasil analisis regresi pengaruh musim tanam, bulan basah, bulan lembab,
bulan kering, suhu dan kelembaban terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo
tahun 2001-2010 (Tabel 3) menunjukkan musim tanam dan unsur iklim seperti
bulan basah, bulan lembab, bulan kering, suhu dan kelembaban secara bersama
memberikan sumbangan pengaruh terhadap luas serangan WBC di Sukoharjo.
Berdasarkan uji parsial, variabel yang memberikan sumbangan pengaruh nyata
terhadap luas serangan WBC hanya musim tanam dan kelembaban. Hasil analisis
regresi pengaruh musim tanam dan kelembaban terhadap luas serangan WBC di
Sukoharjo tahun 2001-2010 (lampiran 4) disajikan dalam tabel 4 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22 Tabel 4. Hasil analisis regresi pengaruh kelembaban dan musim tanam terhadap
luas serangan WBC di Sukoharjo tahun 2001-2010
Variabel Koefisien p-value (T) p-value (F) R2 Intercept -157714 0,013*
0,03 * 0,33 Kelembaban (X1) 1907,501 0,013* Musim Tanam (D1) 1057,714 0,037*
Keterangan : Uji F dan uji T pada taraf 5 % * : signifikan/beda nyata Persamaan : Y= -157714+ 1907,50 X1+1057,714 D1
Hasil analisis regresi pengaruh musim tanam dan kelembaban terhadap
luas serangan WBC di Sukoharjo tahun 2001-2010 (Tabel 4) menunjukkan bahwa
musim tanam dan kelembaban memberikan signifikasi sumbangan pengaruh
terhadap luas serangan WBC. Musim tanam penghujan dan musim tanam
kemarau berpengaruh nyata terhadap luas serangan WBC. Nilai R2 sebesar 33%
berarti musim tanam dan kelembaban memberikan sumbangan pengaruh terhadap
luas serangan WBC sebesar 33% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti. Faktor lain yang bisa mempengaruhi serangan WBC karena budidaya
pertanian oleh manusia antara lain pemupukan yang kurang tepat, varietas rentan,
pemakaian pestisida yang tidak tepat dan pola tanam.
Faktor alami yang mempengaruhi selain faktor iklim yaitu adanya musuh
alami seperti predator, parasitoid dan patogen. Apabila praktek budidaya yang
dilakukan kurang tepat dan peran musuh alami tidak optimal maka populasi WBC
bisa tinggi sehingga menyebabkan luasnya serangan. Faktor iklim sendiri juga
berpengaruh terhadap parasitoid WBC. Roja (2009) menyatakan bahwa parasitoid
sangat rentan terhadap perubahan faktor iklim. Kehidupannya akan cepat
terganggu jika terjadi perubahan suhu atau kelembaban udara. Parasitoid yang
menempatkan telurnya pada inangnya berupa hama tanaman, efektifitasnya akan
terlihat jika populasi hama tanaman lebih tinggi dari populasi parasitoid. Pada saat
itulah parasitoid akan bekerja menekan perkembangan populasi hama.
Persamaan regresi Y= -157714+ 1907,50 X1+1057,714 D1 menunjukkan
bahwa musim tanam dan kelembaban mempunyai hubungan yang positif atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23 searah dengan luas serangan. Peningkatan kelembaban akan diikuti oleh semakin
besarnya luas serangan WBC. Win et al. (2011) dalam hasil penelitiannya
menyatakan bahwa kelembaban berkorelasi positif dengan populasi WBC,
kelembaban berpengaruh 21,9 % terhadap populasi WBC pada musim kering.
Populasi yang semakin meningkat menyebabkan semakin meningkat pula
serangan WBC.
Hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan musim tanam penghujan dan
kemarau memberikan pengaruh terhadap luas serangan. WBC dapat berkembang
biak dan merusak tanaman padi disebabkan lingkungan yang cocok baik dimusim
penghujan maupun musim kemarau. Baehaki (2008) menyatakan bahwa pada era
tahun sebelum 1994 serangga ini merupakan serangga yang menyerang tanman
padi di musim hujan, tetapi setelah tahun 1994 serangga ini menyerang tanaman
padi pada musim hujan dan kemarau, apabila hujan berlanjut kemusim kemarau
atau adanya fenomena La-Nina.
Indikator dan faktor penyebab ledakan serangan WBC adalah terjadi
anomali iklim La-Nina, yang ditandai dengan turunnya hujan di musim kemarau
(kemarau basah). Parameter iklim yang menjadi indikator serangan WBC tinggi
adalah adanya perbedaan suhu minimum OC dan kelembabab relatif 6-10% lebih
tinggi dibandingkan kondisi saat iklim normal. Musim kemarau yang basah
menyebabkan air cukup tersedia untuk tanam padi (BPTP Sulsel, 2010). Waktu
tanam yang tidak serempak dan kondisi cuaca yang tidak menentu juga dapat
menjadi pemicu serangan OPT.
Pemanasan global menjadi penyebab dari adanya iklim ekstrim La-Nina
dan ketidak teraturan musim. Susanti et al. (2009) menyatakan perubahan iklim
global diperkirakan akan menyebabkan frekuensi dan intensitas kejadian iklim
ekstrim akan meningkat. Iklim bumi berubah secara cepat karena meningkatnya
emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Meningkatnya kandungan GRK menimbulkan
efek GRK di atmosfir. Efek GRK ini menghambat pelepasan panas dari atmosfir
yang menyebabkan suhu bumi meningkat.
Pada kondisi iklim ekstrim La-Nina, curah hujan tinggi sehingga
menyebabkan peningkatan kelembaban udara sangat signifikan yang menstimulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24 ledakan serangan OPT. Menurut Yadav et al. (2010) Kelembaban ditemukan
sebagai salah satu faktor penting yang mempengaruhi penangkapan WBC sebagai
indikator populasi WBC. Banyaknya populasi WBC dan adanya kemampuan
WBC sebagai vektor virus kerdil rumput dan kerdil hampa dilapang menyebabkan
luas serangan yang semakin besar.
Ledakan serangan WBC yang besar terjadi pada tahun 1998 dan 12 tahun
kemudian pada 2010 terjadi ledakan yang melampaui ledakan wereng coklat di
tahun 1998. Pada kurun waktu 1998-2010 terjadi ledakan-ledakan yang kecil
dengan luas ledakan kurang dari 50% dibanding ledakan 1998 maupun ledakan
wereng coklat 2010. Membludaknya jumlah wereng coklat yang terus menerus
selama 2 musim pada 2010, di sebabkan oleh pola pertanaman tidak serempak,
menanam varietas rentan, praktek budidaya (pemakaian pupuk nitrogen yang
terlalu tinggi dan pengairan selalu tergenang sepanjang fase pertumbuhan tanaman
padi). Ledakan wereng coklat juga disebabkan adanya perubahan biotipe wereng
coklat (Baehaki, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian mulai bulan Juli sampai September 2011. Penelitian ini
dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Palur, Laboratorium
Pengamatan Hama Penyakit Tanaman (PHPT) Palur, serta sepuluh lokasi di
Kecamatan Gatak dan Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah WBC bunting, benih
padi (varietas Ciherang), tanah sawah, dan data sekunder iklim dan luas serangan
WBC (tahun 2001-2010). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kurungan kassa, ember, jaring serangga, sedotan aspirator, kotak rearing,
termohigrometer, lup, mikroskop binokulair, hand counter serta alat pendukung
lainnya.
C. Perancangan Penelitian dan Analisis Data
1. Percobaan lapang
Penelitian dilaksanakan dengan menginvestasikan WBC bunting dalam
kurungan berisi tanaman padi dalam ember. Kurungan dibuat sebanyak 10
kurungan, masing-masing kurungan berisi 4 ember yang ditanami padi. Lima
kurungan diletakkan di daerah Gatak, Sukoharjo dan sisanya lima kurungan
diletakkan di Mojolaban, Sukoharjo. Satu kurungan diinvestasi 12 ekor WBC
bunting. Variabel tergantung adalah fekunditas dan fertilitas WBC dan sebagai
variabel bebas adalah suhu dan kelembaban harian.
Analisis hubungan variabel bebas terhadap variabel tergantung
menggunakan analisis regresi berganda. Y= a1+b1X1+b2X2 dengan Y= variabel
tergantung (fekunditas dan fertilitas WBC), X1= suhu, dan X2= kelembaban. Uji F
dan Uji T pada taraf 5 %.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Pemanfaatan data sekunder luas serangan WBC dan iklim di wilayah
Sukoharjo
Data sekunder yang berupa data luas serangan WBC dan iklim ( suhu,
kelembaban, dan curah hujan) diperoleh dari Laboratorium Pengamatan Hama
Penyakit Tanaman (PHPT) Palur. Data yang digunakan adalah data dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir (2001- 2010). Kriteria yang digunakan untuk menentukan
bulan kering, bulan lembab, dan bulan basah adalah metode Schmidth-Fergusson.
Adapun kategorinya sebagai berikut:
- Bulan kering (BK) : bulan dengan curah hujan < 60 mm
- Bulan lembab (BL) : bulan dengan curah hujan antara 60 sampai dengan 100
mm
- Bulan basah (BB) : bulan dengan curah hujan > 100 mm.
Variabel tergantung adalah luas serangan WBC dan sebagai variabel
bebas adalah suhu, kelembaban, jumlah bulan basah, jumlah bulan lembab, dan
jumlah bulan kering. Analisis hubungan variabel bebas terhadap variabel
tergantung menggunakan analisis regresi berganda.
Y= a1+b1X1+b2X2...bnXn+d1D1 dengan Y= variabel tergantung (luas
serangan WBC), X= variabel bebas (suhu, kelembaban, jumlah bulan basah,
jumlah bulan lembab, dan jumlah bulan kering), dan D= variabel dummy (musim
tanam penghujan/ musim tanam kemarau). Uji F dan Uji T pada taraf 5 %.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Percobaan lapang
a. Penanaman padi
Benih padi varietas Ciherang direndam dalam air selama 24 jam kemudian
ditiriskan. Benih padi yang berkecambah ditanam pada ember dengan media
tanam tanah sawah dalam kondisi tergenang. Ember media tanam dibuat sebanyak
40 buah, masing-masing ember ditanami 5 benih. Tanaman padi dipelihara dalam
kurungan untuk investasi WBC dengan menyisakan satu rumpun tanaman saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b. Perbanyakan wereng batang coklat (WBC)
WBC diambil dari lapangan dengan menggunakan jaring serangga dan
sedotan aspirator. WBC yang didapat selanjutnya dipelihara dalam kotak rearing
dan diberi pakan tanaman padi.
c. Pengujian
Investasi WBC dilakukan pada saat padi berumur 40 hari setelah tanam.
Sebanyak 40 ember dibagi kedalam 10 kurungan, masing-masing kurungan berisi
4 ember. 5 kurungan diletakkan di 5 lokasi daerah Gatak, Sukoharjo, sisanya 5
kurungan diletakkan di 5 lokasi daerah Mojolaban, Sukoharjo. Setiap kurungan
diinvestasi 12 ekor WBC bunting. Setiap hari dicatat suhu dan kelembabannya
melalui termohigrometer hingga akhir pengamatan. Dua minggu setelah investasi,
dilakukan pengamatan terhadap jumlah telur dan jumlah nimfanya.
2. Pemanfaatan data sekunder luas serangan WBC dan iklim dari Laboratorium
PHPT Palur, untuk mempelajari pengaruh unsur iklim, tahun dan musim
tanam dengan luas serangan WBC di Sukoharjo.
E. Pengamatan Peubah
1. Peubah tergantung
a. Fekunditas ( jumlah telur yang dihasilkan)
Cara menghitung jumlah telur yang dihasilkan dengan cara menghitung
telur yang menetas (nimfa) maupun yang belum menetas pada pelepah daun dan
dilihat menggunakan mikroskop dan dihitung menggunakan hand counter.
b. Fertilitas (penetasan)
Fertilitas dihitung dari jumlah telur yang menetas yang berwujud nimfa.
c. Luas Serangan WBC
Data luas serangan WBC di Kabupaten Sukoharjo selama kurun waktu 10
tahun (2001-2010) diperoleh dari data sekunder yang berasal dari Laboratorium
PHPT Palur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Peubah tetap
Suhu (0C) dan kelembaban (%) dalam percobaan lapang diperoleh dengan
mengukur menggunakan termohigrometer dengan mencatat setiap hari pada
waktu pagi hari (pukul 07.00), siang hari (pukul 13.00), dan sore hari (pukul
18.00). Unsur iklim tahunan (suhu, kelembaban, curah hujan), dan musim tanam
di Kabupaten Sukoharjo selama kurun waktu 10 tahun (2001-2010) diperoleh dari
data sekunder yang berasal dari Laboratorium PHPT Palur.