Diantara Dua Sungai 2
-
Upload
annisa-tristiana-putri -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
description
Transcript of Diantara Dua Sungai 2
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Penelitian :
2. Bidang Ilmu : Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan
3. Ketua Tim Penelitian
Nama Lengkap : Najmuna Ratri Lakshita
NIS :14540
Kelas : X
e-mail : [email protected]
Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Yogyakarta
Alamat Sekolah : Jalan Hos. Cokroaminoto No 10 Yogyakarta,
telepon (0274) 513454, faks: (0274) 542602
4. Menyatakan bahwa substansi ini, yang berjudul “Diantara Dua Sungai, Arsitektur
Keraton Yogyakarta Melintasi Zaman” belum pernah disertakan dalam lomba
apapun, dan dikerjakan dengan melibatkan anggota peneliti sebanyak 2 orang,
pembimbing sebanyak 1 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Anggota PenelitiNama Lengkap : Sakina Yaumil FitriNIS : 14581Kelas : X
PembimbingNama Lengkap : Rudi Prakanto, S.Pd.M. EngNIP : 19680323 199503 1 003
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta
RUDI PRAKANTO, S.Pd.M. EngNIP. 19680323 199503 1 003
Yogyakarta, 12April 2015Ketua Tim Peneliti
NAJMUNA RATRI LAKSHITA
NIS : 14540
v
“DIANTARA DUA SUNGAI, ARSITEKTURKERATONYOGYAKARTA MELINTASI ZAMAN“
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini,Nama Lengkap : Najmuna Ratri LakshitaNIS : 14540Kelas : XSekolah : SMA Negeri 1 YogyakartaAlamat Sekolah : Jalan Hos. Cokroaminoto No 10 YogyakartaTelepon/faks sekolah : (0274) 513454, faks: (0274) 542602Telepon/HP : 089697517449Menyatakan bahwa proposal ini, yang berjudul“Diantara Dua Sungai, Arsitektur
Keraton Yogyakarta Melintasi Zaman”, adalah1) Sepenuhnya ditulis oleh tim peneliti yang beranggotakan sebanyak 2 orang dengan
rincian sebagai berikut,Anggota Peneliti
Nama Lengkap : Sakina Yaumil FitriNIS : 14581Kelas : X
2) Dikerjakan di bawah pembimbing,Pembimbing
Nama Lengkap : Rudi Prakanto, S.Pd.M. EngNIP : 19680323 199503 1 003
3) Orisinal karya tim peneliti ini, tanpa ada unsur plagiarisme baik dalam aspek substansi maupun penulisan.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Bila dikemudian hari ditemukan kekeliruan, maka kami bersedia menanggung semua risiko atas perbuatan yang kami lakukan sesusi dengan aturan yang berlaku.
Pembimbing Penelitian,
RUDI PRAKANTO, S.Pd. M. EngNIP. 19680323 199503 1 003
Yogyakarta, 12 April 2015
Yang membuat pernyataanKetua tim penelitian,
Materai 6000
Najmuna Ratri LakshitaNIS. 14540
iv
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta
RUDI PRAKANTO, S.Pd. M. EngNIP. 19680323 199503 1 003
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan proposal
penelitian yang berjudul “Diantara Dua Sungai, Arsitektur Keraton Yogyakarta Melintasi Zaman”
Kami menyadari bahwa karya tulis ini dapat terselesaikan atas bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Rudi Prakanto, S.Pd.M. Eng, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta
dan pembimbing penelitian.
2. Bapak/Ibu Guru SMA Negeri 1 Yogyakarta
3. Orang tua kami tercinta.
4. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada kami
dalam menyelesaikan makalah ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan balasan
dari Tuhan Yang Maha Esa.Kami selaku penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan karya tulis ini. Untuk itu, segala saran
dan kritik dari para pembaca sangat kami butuhkan demi kesempurnaan penyusunan
laporan di masa yang akan datang.
Akhirnya dalam kesederhanaan bentuk ini, kami berharap semoga karya tulis ini
dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Penyusun
v
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian……………………………………….………..……7
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Bayat……………..……………………………......………..8
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Timeline kegiatan penelitian (Yang Telah Dilakukan).………………..............11
Tabel 2 Timeline kegiatan penelitian (Yang Telah Akan Dilakukan).…………….…...12
Tabel 3 Skala Tabel Kegiatan Penelitian.......................………………………………..12
BAB I
PENDAHULUAN
iv
A. Latar Belakang Masalah
Keraton Yogyakarta di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah wajah
dari bentuk pemerintahan Kesultanan Yogyakarta tempo dulu yang masih aktif beroperasi
hingga saat ini. Adanya Keraton Yogyakarta tidak hanya sebagai pusat pemerintahan di
Daerah Istimewa Yogyakarta, namun juga sebagai penjaga nyala budaya Jawa. Melihat
tiap-tiap bagian di Keraton Yogyakarta mengandung suatu pesan dan tujuan tertentu yang
sarat akan makna dan nilai-nilai kearifan budaya Jawa. Keraton Yogyakarta terletak di
Jalan Alun-alun Utara, Kadipaten , Keraton Yogyakarta Kota/Keraton, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Letak Keraton Yogyakarta tersebut, memiliki suatu keunikan khusus
dikarenakan posisinya yang berada persis diantara dua sungai, Sungai Code disebelah
Timur keraton dan Sungai Winongo di sebelah Barat keraton. Pada masa pemerintahan
Hamangkubuwono I, letak Keraton Yogyakarta yang diapit oleh dua sungai tersebut
difungsikan sebagai benteng pertahanan Keraton Yogyakarta dari peperangan dan
serangan musuh. Selama lebih dari 250 tahun, Keraton Yogyakarta yang berada di Jalan
Alun-alun Utara, Kadipaten , Keraton Yogyakarta Kota/Keraton, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Keraton Yogyakarta masih kokoh berdiri hingga saat ini. Melihat posisi
Keraton Yogyakarta yang berada tepat di tengah-tengah antara Sungai Winongo dan
Sungai Code, serta amannya Keraton dari potensi bencana alam seperti lahar dingin
Gunung Merapi, serta Laut Selatan, memungkinkan apabila Sungai Code dan Sungai
Winongo memiliki peran lain selain sebagai pertahanan terhadap Keraton Yogyakarta,
yaitu sebagai sarana pengaman dari bencana alam.
Peletakkan keraton yang berada di dua sungai, yaitu Sungai Code dan Sungai
Winongo, menunjukkan bahwa pendiri Keraton Yogyakarta juga memikirkan faktor
keamanan dan juga pertahanan keraton. Jika dilihat secara geografis, Keraton Yogyakarta
tepat berada ditengah antara Gunung Merapi di utara dengan Laut Selatan di selatan,
serta Sungai Winongo di barat dengan Sungai Code di Timur. Hal ini menunjukkan bahwa
letak Keraton Yogyakarta sudah dipikirkan secara matang sehingga sampai saat ini
wilayah Keraton Yogyakarta masih bisa bertahan dari terjangan bencana alam seperti
lahar dingin Gunung Merapi dan Laut Selatan. Wilayah Keraton yang aman ini yang
membuat Keraton Yogyakarta pantas di jadikan pusat pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Keraton Yogyakarta yang menjadi pusat pemerintahan ini, memberi dampak
terhadap pemukiman masyarakat.
Perkotaan di Yogyakarta mulai berkembang dari kampung-kampung yang mendukung
kegiatan pemerintahan yang berada di pusat kota. Kawasan yang padat penduduk di Kota
Yogyakarta muncul sebagai (LANJUTKAN ISI LATAR BELAKANG TERSEBUT)
v
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan permasalahan dari penelitian ini, diantaranya :
1. Sungai Code dan Sungai Winongo memiliki peran khusus dalam pengamanan Keraton
Yogyakarta.
2. Pola arsitektur Keraton Yogyakarta terhadap tata kehidupan masyarakat Yogyakarta
dihubungkan dengan posisi Sungai Code dan Winongo, berpengaruh terhadap tata
kehidupan masyarakat Yogyakarta.
Dari perumusan masalah tersebut, terdapat pertanyaan penelitian, yaitu :
1. Bagaimana peran Sungai Code dan Sungai Winongo sebagai pengaman Keraton
Yogyakarta dikaitkan dengan kondisi arsitektur sekarang?
2. Bagaimana pengaruhpolaarsitektur Keraton Yogyakarta dihubungkan dengan posisi
Sungai Code dan Winongo, terhadap tata kehidupan masyarakat Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya :
1. Untuk mengetahui peran Sungai Code dan Sungai Winongo sebagai pengaman
Keraton Yogyakarta dikaitkan dengan kondisi arsitektur sekarang.
2. Untuk mengetahui pengaruh pola arsitektur Keraton Yogyakarta dihubungkan dengan
posisi Sungai Code dan Winongo, terhadap tata kehidupan masyarakat Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Dari data penelitian diatas terdapat manfaat yang dapat diambil, yaitu :
1. Secara teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu kependudukan.
b. Memberikan sumbangan akademik terkait penelitian yang dilakukan sekaligus
menyempurnakan metode-metode sebelumnya.
2. Secara Praktis
a. Mengenal bentuk multiprofesi kaum perempuan dalam peningkatan penghasilan
ekonomi dan kesejahteraan keluarga.
b. Penerapan penyimpangan positif multiprofesi kaum wanita dalam melakukan
pekerjaan untuk meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan keluarga.
c. Memberikan contoh etika sopan santun perempuan dengan mempelajari berbagai
sikap positif pengrajin gerabah perempuan di Pagerjurang, Bayat.
d. Mengenal budaya warisan turun temurun yang merupakan suatu penyimpangan
positif bagi kaum wanita sekaligus dapat diterapkan di kegiatan yang lain.
3. Bagi penulis
iv
a. Dapat memberikanwawasantentangfenomena ibu rumah tangga sekaligus
pengrajin gerabah dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan warisan turun
temurun di sentra industri gerabah Pagerjurang, Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
b. Melatih keterampilan, berpikir inovatif, kreatif dan kecakapan peneliti dalam
mengumpulkan informasi dan pemecahan terhadap masalah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
v
1. Sejarah Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta biasa disebut juga Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat
merupakan bangunan resmi istana kasultanan Yogyakarta. Sejak tahun 1950 saat
pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia memberikan otonomi khusus
tingkat provinsi kepada Kasultanan Yogyakarta, Keraton Yogyakarta selanjutnya
berfungsi sebagai pusat pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta
Menurut Poerwokoesoemo (1985:38), dalam buku peringatan 200 tahun Kota
Yogyakarta halaman 76 dan seterusnya tentang Kota Yogyakarta sebagai ibukota
Kasultanan kurang lebih ditulis bahwa perjanjian Gianti yang terjadi tahun 29
Rabi’ul Akhir 1680 atau 13 Februari 1755, dan menurut catatan Keraton
Surakarta, palihan negeri diperingati dengan condrosengkala “Tunggal pangesti
rasaning janma=1681” yaitu pelaksanaan pembagian wilayah Negara Mataram
menjadi dua yaitu di Surakarta yang dikuasai oleh Sri Sunan Paku Buwono III dan
sebagian di wilayah Yogyakarta dikuasai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Wilayah Mataram yang berada di Yogyakarta inilah yang kemudian dibangun
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. .
Sejak berdirinya Kasultanan Yogyakarta berdasarkan perjanjian Gianti tanggal
13 Februari 1755, maka lebih dahulu Sri Sultan mendirikan keratonnya di Desa
Gamping 4 kilometer seblah barat kota Yogyakarta. Yang sekarang, sebelah
barat Kali Bedog.
Keraton yang didirikan oleh Sri Sultan di tempat itu dinamakan
Ambarketawang. Dari tempat ini Sri Sultan mencari tempat yang lebih baik untuk
dijadikan ibukota dari Kasultanan Yogyakarta.
Pada akhirnya tempat itu dapat diketemukan ialah Hutan Beringan diantara
Kali Winongo dan Kali Code, 4 kilometer sebelah timur Ambarketawang.
Sri Sultan pindah ke keratonnya yang baru di Beringan pada tanggal 7 Oktober
1756. Sejak saat inilah Beringan berkembang sebagai Kota Yogyakarta yang
menjadi ibukota Kasultanan. (Poerwokoesoemo, 1985:35 )
2. Letak Geografis Keraton YogyakartaDaerah Keraton terletak di hutan Garjitawati, dekat Desa Beringin dan Desa
Pacetokan.Kompleks Keratonnya terletak di tengah-tengah, tetapi daerah
Keraton membentang antara sungai Code dan sungai Winanga, dari utara ke
selatan, dari Tugu sampai Krapyak.Karena daerah ini dianggap kurang memadai
untuk membangun sebuah Keraton dengan bentengnya, maka aliran sungai
iv
Code dibelokkan sedikit ke timur dan aliran sungai Winanga sedikit ke barat.
Sebuah pantun Mijil menggambarkan letak geografis dari Keraton Yogyakarta ini
secara populer, berikut pantun Mijil tersebut :
Artinya: Sungai Winanga membelok (ke kanan) waktu mendekati Keraton
(puri), Gunung Gamping terletak di sebelah Barat, sedangkan Gunung Merapi
letaknya di sebelah Timur. Candi Jonggrang dibangun terlalu dekat pinggir kali
(Opak), Plered (Ibu Kota Negeri Mataram dahulu), Magiri (tempat makam Raja-
raja Mataram) dan Girilaya (Gunung Kidul) terletak di sebelah Selatan (Keraton).
Keraton Yogyakarta terletak di pusat kota Yogyakarta. Letaknya sangat strategis,
diantara dua lapangan besar yang sering disebut Alun-Alun Utara (LOR) dan
Alun-Alun Selatan (Kidul).Secara geografis Yogyakarta terletak di pulau Jawa
bagian Tengah.Keraton Yogyakarta yang beralamat di Jalan Ratawijayan I
Yogyakarta sangat dekat dengan Malioboro, dari arah Malioboro lurus ke selatan
kita sudah sampai di lokasi wisata tersebut yang luasnya kurang lebih 3.185,80
km².Keraton Yogyakarta juga merupakan istana resmi Kesultanan Yogyakarta
sampai tahun 1950 ketika pemerintah Negara Bagian Republik Indonesia
menjadikan Kesultanan Yogyakarta sebagai sebuah daerah berotonomi khusus
setingkat provinsi hingga saat ini dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.
(Sondarani, Fitriani : 2011)
3. Penduduk Kota YogyakartaKota Yogyakarta merupakan ibu kota dari Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta, berdasarkan hasil Sensus
Penduduk 2013 adalah sebanyak 402.679 jiwa dengan rincian 195.712 penduduk
laki-laki dan 206.967 jiwa penduduk perempuan. Menurut lapagan usaha, sector
v
pelayanan (perdagangan, angkutan, keuangan, jasa perusahaan dan jasa
perorangan) mendominasi pasar kerja di Kota Yogyakarta dengan presentase
83,45% pada tahun 2013. Kemudian diikuti dengan sector produksi sebesar
16,30% dan sector pertanian hanya 0,24%. (Badan Pusat Statistik Kota
Yogyakarta:2014).
4. Tata Ruang dan Wilayah KotaTata ruang atau land use adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun
secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu
dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).
Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidupnya.
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Menurut Direktur Bina Program dan Kemitraan Kementerian PU Rido Matari
Ichwan dalam Talkshow "Peduli Lingkungan, Peduli Tata Ruang" di RRI Pro3 FM
Jakarta (2/11), penyediaan infrastruktur di Indonesia masih belum optimal dan
sepenuhnya melayani kebutuhan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari
ketersediaan jaringan jalan eksisting, pemenuhan air bersih, irigasi, maupun
infrastruktur lainnya.Tiga indikator yang menjadi acuan pembangunan
infrastruktur yakni kebutuhan manusia, jumlah penduduk, serta aktivitas manusia
itu sendiri.
Terkait infrastruktur Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) merupakan acuan
penting karena berfungsi sebagai arahan dan batasan dalam pembangunan
dengan mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan. Selain
sebagai arahan dan batasan dalam pembangunan, RTRW daerah juga memiliki
peran penting dalam kerangka investasi di daerah. (Rido Matari Ichwan : 2011)
Infrastruktur di Indonesia, merupakan yang paling rendah dibandingkan
negara-negara lain di Asia Tenggara baik ketersediaan maupun kualitas. Hal ini
lebih disebabkan masih adanya ketidakmerataan dalam penyediaan infrastruktur
iv
antara wilayah barat dan timur Indonesia. (Direktorat Jenderal Penataan Ruang
Pekerjaan Umum)
Bukti kegagalan rencana tata ruang dalam menjaga dan melindungi fungsi
ekosistem lingkungan adalah terjadinya bencana alam, seperti banjir, longsor,
rob dan kerusakan lingkungan lainnya. Bencana banjir yang terjadi di kota-kota
besar (seperti Bandung dan Jakarta) menjadi bukti nyata rencana tata ruang
gagal diwujudkan. Ketika hujan deras mengguyur selama lebih dari satu jam,
genangan di jalan raya Jakarta dan Bandung bermunculan, sehingga
menyebabkan meningkatnya persentase jalan raya yang rusak dan kemacetan
lalu lintas. Terjadinya bencana alam seperti hal di atas, bisa dicegah melalui
penataan ruang yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat, kondisi dan
keberlanjutan lingkungan hidup. (Slide Kuliah Jurusan Perencanaan Wilayah dan
Kota, ITB)
B. Kerangka Pikir
Gambar 1Kerangka pikir penelitian
(ANALISISLAH KERANGKA PIKI TERSEBUT)
v
Keraton YogyakartaMemiliki potensi bencana alam.
Keraton Yogyakarta kokoh berdiri hingga lebih dari 250 tahun
Terletak diantara dua sungai
Aman dari Bencana
Pemikiran untuk keamanan dan
pertahanan
Menjadikan pusat pemerintahan
Mempengaruhi tata kehidupan
masyarakat sekitar
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
iv
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
Gambar 2Peta Kota Yogyakarta
(ISILAH DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN INI)
B. Kondisi Kependudukan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2013 jumlah penduduk Kota Yogyakarta
sebanyak 402.679 jiwa dengan rincian 195.712 penduduk laki-laki dan 206.967 jiwa
penduduk perempuan. Menurut lapagan usaha, sector pelayanan (perdagangan,
angkutan, keuangan, jasa perusahaan dan jasa perorangan) mendominasi pasar kerja
di Kota Yogyakarta dengan presentase 83,45% pada tahun 2013. Kemudian diikuti
dengan sector produksi sebesar 16,30% dan sector pertanian hanya 0,24%. (Badan
Pusat Statistik Kota Yogyakarta:2014).
C. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian
Alasan dipilihnya lokasi penelitian antara lain:
1. Keraton Yogyakarta berada di tengah antara Sungai Winongo dan Sungai Code.
2. Perbedaan yang mencolok antara profesi laki-laki dan wanita di daerah
Pagerjurang, Bayat, Klaten,
3. Multiprofesi kaum wanita di daerah Bayat yang mayoritas sebagai ibu rumah
tangga sekaligus pengrajin gerabah tradisional.
4. Terdapat tradisi atau warisan turun temurun mengenai profesi kaum perempuan
sebagai ibu rumah tangga sekaligus pengrajin gerabah tradisional yang masih
berlaku di sentra industri gerabah Pagerjurang / Bayat, Klaten, Jawa Tengah.
v
BAB IV
METODE PENELITIAN
iv
A. Jenis Penelitian
Penelitianini merupakan penelitian observasi dengan tujuan mengamati dan
mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi dalam fenomena natural ataupun sosial.
Penelitian observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat
kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004 : 104).
B. MetodePengumpulanData
Pengumpulan data dilakukan untuk melengkapi tulisan ini dilakukandengan cara:
1. Wawancara
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara secara lisan kepada
informan untuk mengetahui seluk beluk arsitektur Keraton Yogyakarta diantara
Sungai Code dan Sungai Winongo, serta untuk mengetahui tata kehidupan
masyarakat di sekitar Keraton Yogyakarta.
2. Studi Pustaka
Studi Pustaka dilakukandenganmengkajiliteratur,buku,danmakalah
seminaryang relevan dengan masalahyang dibahas dalam penelitian.
3. MetodeObservasi
Observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara dengan mencatat
gejala-gejala yang terjadi pada objek penelitian secara keseluruhan dengan
fakta-fakta yang ada di masyarakat.
4. MetodeDokumentasi
Dokumentasidilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai
sumberyangberasaldaridokumenyangmerupakandatasekunder seperti internet.
C. PopulasidanSampel Penelitian
Populasi dan sampel yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Populasi : Penduduk di sekitar Keraton Yogyakarta yang berada di antara
Sungai Winongo dan Sungai Code.
2. Sampel : Sepuluh informan penelitian dan wawancara tiga puluh penduduk di
sekitar Keraton Yogyakarta yang berada di antara Sungai Winongo dan Sungai
Code.
v
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan analisis deskriptif kualitatif,
dengan tujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan secara nyata.Analisis data
deskriptif kualitatif adalahteknik pengumpulan data kualitatif berbentuk deskriptif,
berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang tingkah laku objek yang diamati (Taylor
dan Bogdan: 1984).
DAFTAR PUSTAKA
Moedjanto, G. 1994. Kasultanan Yogyakarta dan kadipaten Pakualaman. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
iv
Poerokoesoemo, Soedarisman. 1985. Kadipaten Yogyakarta. Yogyakarta: Gajah mada University Press.
Pribadi, Firman. 2013/2014. Keraton Yogyakarta Sebagai Akar Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta:Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
Sumadio, Bambang (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia II.Jakarta:Balai Pustaka
K.P.H. Brongtodiningrat. 1975. The Royal Palace (Karaton) of Yogyakarta: It’s Architecture and It’s Meaning (diterjemahkan secara bebas oleh R. Murdani Hadiatmaja). Yogyakarta: Museum Keraton Yogyakarta.
Djonet, Marwati. 2008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid 4. Jakarta : Balai Pustaka
WEBSITE
http://maps.google.com/, diakses pada tanggal 10 April 2015
http://MEPOW.wordpress.com, diakses tanggal 10 April 2015
http://jogjakota.bps.go.id/, diakses 11 April 2015
LAMPIRAN
v
A. Riwayat Hidup1. Nama : Najmuna Ratri Lakshita
Tempat dan tanggal lahir : Kebumen, 9 Maret 1999
Sekolah : SMA Negeri 1 Yogyakarta
E-mail : [email protected]
No handphone : 089697517449
Motto hidup : “Try not to become a man of success but
rather to become a man of value”
Penghargaan : -
2. Nama : Sakina Yaumil Fitri
Tempat dan tanggal lahir : Temanggung, 7 Februari 1998
Sekolah : SMA Negeri 1 Yogyakarta
E-mail : sakinayaumilfitri @gmail.com
No handphone : 085729053444
Motto hidup : “Don’t say impossible before you try it”
Penghargaan : -
iv