Diagram Layang Print Hal 71
-
Upload
sofianasalim -
Category
Documents
-
view
34 -
download
8
description
Transcript of Diagram Layang Print Hal 71
BAB 2PENGKAJIAN
2.1 Visi, Misi, Dan Motto
2.1.1 Visi Rumah Sakit Universitas Airlangga
Menjadi rumah sakit pendidikan terkemuka dalam pelayanan kesehatan
paripurna, dan menjadi rumah sakit terdepan dalam pendidikan dan pelatihan di
bidang kesehatan.
2.1.2 Misi Rumah Sakit Universitas Airlangga
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna
2. Menjadi pusat rujukan masalah kesehatan
3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan, dengan berdasarkan
kaidah pendidikan modern
4. Melakukan penelitian dasar, klinis maupun komunitas guna pengembangan dan
penapisan teknologi kedokteran dan kesehatan
2.1.3 Motto Rumah Sakit Universitas Airlangga
Motto Rumah Sakit Universitas Airlangga adalah “Excelence with Morality”.
2.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 09-11 Maret 2015, meliputi ketenagaan,
sarana dan prasarana, MAKP, sumber keuangan, dan pemasaran. Data yang didapat
dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa rumusan
masalah kemudian dipilih satu sebagai prioritas masalah.
2.2.1 Ketenagaan (M1-MAN)
Ketenagaan (M1-MAN)
Analisis ketenagaan perawat mencakup jumlah tenaga keperawatan dan non
keperawatan, keunggulan dari Ruang Rawat Inap Lantai 3 salah satunya adalah telah
menerapkan Metode Asuhan Keperawatan Tim Primer dalam pelaksanaan proses
keperawatan. Ruang Rawat Inap Lantai 3 memiliki tenaga perawat sebanyak 20 orang
74
dimana semuanya merupakan lulusan S1 Keperawatan. Selain itu, Ruang Rawat Inap
Lantai 3 memiliki beberapa tenaga keperawatan yang telah mengikuti pelatihan.
1. Struktur Organisasi
Ket :
Garis komando
Garis koordinasi
Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga
2. Tenaga Keperawatan
Tabel 2.1 Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga per tanggal 9 – 11 Maret 2014
No
Nama Jenis Pendidikan
Masa kerja
Pelatihan yang pernah diikuti
Jabatan saat
ini1. Rahmatul
Fitriyah, S.Kep.Ns
PNS S1 Kep Desember 2009-
Sekarang
- Wound care management
- BLS- World class hospital
PJ Unit IRNA
lt.3
2. Zaenal Abidin,
S.Kep.Ns
PNS S1 Kep Desember 2010 –
Sekarang
- PPGD- ATLS- Magang ICCU- Seminar & workshop
wound care
Wakil PJ Unit IRNA
lt.3
74
PJ Unit IRNA lantai 3 RSUARahmatul Fitriyah, S.Kep.,Ns
Perawat P rimer 3 Aulya Afifatur, S.Kep.,Ns
P erawat Associate Nurul K, S.Kep.,NsDwi Cahya M, S.Kep.,NsEni Puji L, S.Kep.,NsSamsul H, S.Kep.,Ns.,M.KepAghisna Galih, S.Kep., Ns
Perawat P rimer 2 Alwan Revai, S.Kep.,Ns
Perawat P rimer 1 Widyawati, S.Kep.,Ns
Wakil PJ Unit IRNA lantai 3 RSUA Zaenal Abidin, S.Kep.,Ns
P erawat Associate Reny Maharani S.Kep.,NsSiti Nur I, S.Kep.,NsAhmad F, S.Kep.,NsMasfin M, S.Kep.,NsFistia Nur F, S.Kep,Ns
P erawat Associate Shahtya D, S.Kep.,NsRio Yanuar, S.Kep.,NsPamela R, S.Kep.,NsFauziah F, S.Kep.,NsRisa Bisaroh, S.Kep.,Ns
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan
3. WidyawatiS.Kep.Ns
CPNS S1 Kep Desember 2012 –
sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan- BLS
PP
4. Alwan Revai,
S.Kep.Ns
Honorer UA
S1 Kep November 2012 – sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan- BLS
pp
5. Aulya Afifatur
Rochmah,S.Kep.Ns
Honorer UA
S1 Kep November 2012 – sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan- PPGD
PP
6. Nurul KamariyahS.Kep.Ns
PNS S1 Kep Januari 2013 –
sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan- BLS
PA
7. Dwi Cahya Maharani,S.Kep.Ns
PNS S1 Kep Januari 2013 –
sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan
+ APAR- BLS
PA
8. Eni Puji Lestari,
S.Kep.Ns
PNS S1 Kep Januari 2013 –
sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan- BLS- Pelatihan cuci tangan
+ APAR- Pelatihan wound care- Workshop senam
asma
PA
9. Fauziah firasanti,S.Kep.Ns
CPNS S1 Kep November 2012 – sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan- BLS
PA
10.
Reny MaharaniS.Kep.Ns
Honorer
RSUA
S1 Kep Desember 2014 –
sekarang
- Pelatihan cuci tangan + APAR
- BLS
PA
11.
Siti Nur Imamah,S.Kep.Ns
PNS S1 Kep Januari 2013 –
sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan- PPGD
PA
12.
Ahmad Farodisi,
Honorer UA
S1 Kep Juli 2013 –
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif
PA
74
S.Kep.Ns sekarang - Pelatihan cuci tangan- PPGD
13.
Pamela Ridzy A, S.Kep.Ns
Honorer
RSUA
S1 Kep April 2014 –
sekarang
- BLS- Pelatihan cuci tangan
+ APAR
PA
14.
Shahtya Dzulandita, S.Kep.Ns
Honorer
RSUA
S1 Kep April 2014 –
sekarang
- BLS PA
15.
Rio Yanuar,
S.Kep.Ns
Honorer
RSUA
S1 Kep April 2014 –
sekarang
- BLS PA
16.
Masfin Muhayanah, S.Kep.Ns
Honorer
RSUA
S1 Kep April 2014 -
sekarang
- BLS PA
17.
Samsul Hidayat,
S.Kep.Ns, M.Kep
PNS S2 Kep Desember 2012-
Sekarang
- Pelatihan rawat luka- Komunikasi efektif- Pelatihan cuci tangan- PPGD
PA
18 Aghisna Galih,
S.Kep., Ns
Honorer
RSUA
S1 Kep Desember 2014 –
sekarang
- BLS PA
19 Fistia Nur F,
S.Kep,Ns
Honorer
RSUA
S1 Kep Desember 2014 –
sekarang
- BLS PA
20 Risa Bisaroh,
S.Kep.,Ns
Honorer
RSUA
S1 Kep Desember 2014 –
sekarang
- BLS PA
Keterangan:
ATLS : Advance Trauma Life Support
BLS: Basic Life Support
PPGD: Pertolongan Pertama Gawat darurat
APAR : Alat Pemadam Kebakaran
Seluruh tenaga keperawatan di Ruang Rawat Inap Universitas Airlangga
memiliki kualifikasi sebagai seorang Sarjana Keperawatan dan mayoritas tenaga
keperawatan adalah fresh garduate dengan pengalaman kerja dan pelatihan yang
masih minimal. Untuk menambah pengalaman dan pelatihan para tenaga
keperawatan, Rumah Sakit Universitas Airlangga telah mengadakan In House
Training yang diadakan minimal sekali setiap 1 bulan. Pelatihan yang dilakukan
74
dalam bidang keperawatan maupun kolaborasi dengan tenaga medis lain. Dari segi
kedisiplinan, keinginan untuk berubah, ketepatan dalam melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai standar sudah cukup baik. Kegiatan dalam perawatan, seperti
pemasangan infus dan mengambil darah, sudah menggunakan universal precaution.
Tabel 2.2 Tenaga Mahasiswa Keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga
No. Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis1.
2.
3.
S1 KeperawatanUnair Profesi ManajemenS1 Keperawatan Unair Profesi KMB
S1 Keperawatan Universitas Kadiri Profesi KMB
18 orang
5 orang
8 orang
9 Maret - 11 April 2015
2 Maret – 13 Maret 2015
2 Maret- 15 Maret 2015
Praktik
Praktik
Praktik
Berdasarkan pengkajian tanggal 9-11 Maret 2014, didapatkan data mahasiswa
yang sedang melakukan praktik klinik di IRNA lantai 3 RSUA yaitu mahasiswa
pratik profesi keperawatan managemen Unair sebanyak 18 orang, mahasiswa praktik
profesi KMB Unair sebanyak 6 orang, dan mahasiswa praktik profesi Universitas
Kadiri 8 orang .
3. Tenaga Non Keperawatan
Tabel 2.3 Tenaga Non Keperawatan di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga
No Kualifikasi Jumlah Jenis123
GiziCleaning ServiceHeatlh Care AssistantJumlah
1 orang3 orang1 orang5 orang
TerpusatTerpusat
Honorer UA
Berdasarkan pengkajian tanggal 9-11 Maret 2015 didapatkan data tenaga non keperawatan yang bekerja di IRNA lantai 3 RSUA yaitu tenaga gizi sebanyak 1 orang, tenaga Cleaning Service sebanyak 3 orang, dan Heatlh Care Assistant sebanyak 1 orang.
4. Tenaga Medis
Tabel 2.4 Tenaga Medis di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga
No Kualifikasi Jumlah123
Dokter Spesialis penyakit dalamDokter Spesialis Bedah umumDokter Spesialis Paru
624
74
4567891011
Dokter Spesialis SarafDokter Spesialis THTDokter Spesialis JantungDokter Spesialis MataDokter Spesialis UrologyDokter Spesialis KFRDokter Spesialis Bedah sarafDokter Spesialis Bedah pelastikTotal
5224132227
Berdasarkan pengkajian tanggal 9-11 Maret 2015, didapatkan data tenaga medis di IRNA lantai 3 RSUA adalah sebanyak 27 orang.
5. Rencana Pengembangan Staf Keperawatan Tahun 2015
Pengembangan staf keperawatan direncanakan oleh bagian diklat
keperawatan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah pelatihan, baik eksternal maupun
internal. Pengembangan staf keperawatan di IRNA lantai 3 dilakukan mengikuti
program diklat keperawatan yaitu secara internal, meliputi pengembangan skill dan
pendidikan. Pengembangan skill dilakukan berdasarkan audit mutu setiap bulan oleh
tim diklat keperawatan. Rencana pengembangan pendidikan tahun 2015-2027 adalah
peningkatan pendidikan ke jenjang magister keperawatan.
6. Persentase Sepuluh Kasus Terbanyak Di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Bulan
Januari - Maret 2015
Tabel 2.5 Kasus Terbanyak di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga dalam Kurun Waktu 3 Bulan Terakhir.
NO PENYAKIT JUMLAH KASUS PERSENTASE
12345678910
DMCKDTB ParuGEADFCVADHFPPOKEfusi PleuraPneumonia
3120161414118875
23.314.911.910.510.58.25.95.95.23.7
Total 134 100%
7. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat 2015
74
Kebutuhan tenaga perawat di Ruang Rawat Inap Lantai 3 dari hasil
pengkajian adalah sebagai berikut:
1) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan dengan
Metode Douglas di Ruang Rawat Inap Lantai 3 RSUA hari Selasa 10 Maret 2015
Tabel 2.6 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat dengan Metode Douglas di Ruang Rawat Inap Lantai 3 RSUA
Klasifikasi pasienJumlah pasien
Kebutuhan tenaga keperawatan
Pagi Sore Malam
Minimal care 2 2 x 0.17 = 0.34
2 x 0.14 = 0.28
2 x 0,07 = 0.14
Partial care 14 14 x 0,27= 3,78
14x 0,15 =2,1 14 x 0,10 = 1,4
Total care 3 3 x 0,36 =1.08
3x 0,36 = 1.08 3 x 0,20 = 0.6
Total 19 5.2 3,46 2,14
5 3 2
Total tenaga perawat:
Pagi : 5
Sore : 3
Malam : 2 +
Total : 10 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari:
86 x 10
297
Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk bertugas per hari: 10 perawat
+ 3 orang perawat lepas dinas + 2 orang struktural = 15 orang
2) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan dengan
Metode Gilles di Ruang Rawat Inap Lantai 3 hari Selasa 10 Maret 2015
74
= 2,89 orang = 3 orang
Keterangan: Angka 86 merupakan jumlah hari libur atau lepas dinas dalam 1 tahun, sedangkan 297 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun
Rumus : A x B x C
= F ( C – D ) x E
Keterangan:A : Rata-rata jumlah jam perawatan pasien/ hari B : Rata-rata jumlah pasien/ hariC : Jumlah hari/ tahunD : Jumlah hari libur masing-masing perawatE : Jumlah jam kerja masing-masing perawatF : Jumlah perawatan yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Dihitung : 5 jam x 19 pasien x 365 hari 34675 = –––––– = 17.94
( 365 hari - 89 hari ) x 7 jam 1932
= 18 orang
3) Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan dengan
Metode Menkes di Ruang Rawat Inap Lantai 3 RSUA hari Selasa 10 Maret 2015
Tabel 2.7 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Keperawatan dengan Metode Menkes di Ruang Rawat Inap Lantai 3 RSUA
No Jenis/ Kategori Rata- rata pasien per hari
Rata-rata jam perawatan/ pasien/ hari
Jumlah perawatan per
hari1 Pasien penyakit dalam 13 3,5 45.52 Pasien bedah 6 4 243 Pasien gawat 0 10 04 Pasien anak 0 4,5 05 Pasien kebidanan 0 2,5 0
Jumlah 19 24,5 69,5
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:
Rumus : Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per shif
Rumus : 69,5 = 9.92 = 10 perawat
W 7
74
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
dengan hari libur/ cuti/ hari besar (loss day).
Loss Day = [ jum hr minggu dalam 1 thn + cuti + hr besar] x jum perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
= [52 + 12 + 14 ] x 10 = 2.7 = 3 perawat
286
( jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
(10 + 2) x 25 % = 3 = 3 perawat
Jadi jumlah tenaga perawat = tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 10 + 3
= 13 perawat
Kesimpulan: Kebutuhan tenaga perawat yang ideal di Ruang Rawat Inap Lantai 3
pada hari Selasa 10 Maret 2015 berdasarkan metode Douglas sebanyak
16 orang, berdasarkan metode Gilles sebanyak 18 orang dan
berdasarkan metode Menkes sebanyak 13 perawat, sehingga dapat
disimpulkan bahwa jumlah pasien sebanding jumlah perawat sampai
tanggal 8 September 2014.
8. Beban Kerja Perawat
Tabel 2.8 Rata-rata Beban Kerja Perawat Irna lantai 3 RSUA per tanggal 10-11 Maret 2015
No Tindakan Produktif Langsung10 Maret 2015 11 Maret 2015
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 Mengoplos obat pasien 13 19 7 21 18 20
2 Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, nutrisi 6 2 1 4 5 5
3 Memenuhi kebutuhan eliminasi BAB 0 0 0 0 0 0
4 Memenuhi kebutuhan eliminasi urine 0 0 3 0 0 2
5 Memenuhi kebutuhan integritas jaringan 5 0 0 0 1 0
74
(rawat luka)
6 Memenuhi kebutuhan oksigen 0 1 1 2 0 2
7 Menyiapkan spesimen lab 1 0 0 1 0 0
8 Memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan aman 1 1 3 0 1 4
9 Observasi pasien 8 3 9 4 6 14
10 Melakukan resusitasi jantung paru 0 0 0 0 0 0
11 Perawatan jenazah 0 0 0 0 0 0
12 Melakukan tindakan ECG 0 0 2 0 0 2
13 Mengukur TTV/ vital sign 0 1 8 1 4 2
14 Menerima pasien baru 0 5 0 0 5 0
15 Pendidikan kesehatan 3 2 2 3 3 0
16 Persiapan operasi 3 0 0 0 0 0
17 Melakukan anamnesa kepada pasien 1 0 0 0 0 3
18 Menimbang berat badan pasien 0 0 0 0 0 0
19 Membantu mobilisasi pasien 0 1 0 0 0 0
20 Melakukan oral hygiene pasien 0 0 0 0 0 0
21 Melakukan genital higiene pasien 0 0 0 0 0 0
22 Memasang kateter urin 3 0 0 0 0 0
23 Melepas kateter urin 1 0 0 0 0 0
24 Memasang Naso Gastric Tube (NGT) 0 0 2 0 0 0
25 Melepas Naso Gastric Tube (NGT) 0 0 0 0 0 0
26 Memasang infus 4 17 7 0 14 2
27 Melepas infus 1 1 2 1 0 0
28 Mengganti cairan parenteral 4 4 0 4 1 2
29 Memasang syringe pump 2 1 2 0 0 0
30 Melakukan pemberian nebulizing 0 12 0 1 0 0
74
31 Mengecek GDA pasien 3 0 0 0 1 0
32 Melakukan pemberian transfusi darah 8 0 0 0 0 0
33 Mengambil darah 7 7 0 4 3 0
34 Melakukan injeksi 8 14 10 10 6 8
35 Memberi kompres hangat 0 0 0 0 1 0
36 Memperbaiki posisi pasien 0 1 0 0 0 3
37 Mengantarkan pasien ke suatu ruangan (operasi, laboratorium, dll) 23 0 0 9 0 0
38 Memberikan edukasi pada pasien 9 1 3 1 1 3
39 Melakukan inform consent 1 0 0 1 0 0
40 Pemenuhan spiritual pasien 0 0 0 0 0 0
41 Menjemput pasien 0 13 0 0 0 0
Total 111 105 60 61 71 72
No Tindakan Produktif Tidak langsung10 Maret 2015 11 Maret 2015
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 Pendokumentasian asuhan keperawatan92 52 80 72 37 57
2 Telekomunikasi dengan ruangan lain10 9 6 10 11 7
3 Pendataan pasien baru0 0 13 0 1 20
4 Timbang terima pasien97 39 120 118 56 60
5 Persiapan dan sterilisasi alat4 2 0 2 0 10
6 Mengantar visit dokter13 2 2 14 4 2
7 Membuat inventaris dan sentralisasi obat9 0 12 5 3 0
8 Membuat inventaris alat kesehatan0 0 0 0 0 0
9Memasukkan data administrasi ke computer
0 0 8 0 0 0
10 Menyiapkan pasien yang akan pulang7 0 0 7 0 0
11 Melakukan discharge planning8 0 0 10 1 0
74
12Melakukan kolaborasi dengan tenaga medis lainnya
10 3 1 15 8 0
13Melakukan kewaspadaan universal precaution
13 2 6 11 4 9
14Memeriksa kelengkapan lembar instruksi pemberian obat
7 8 11 10 7 4
15 Mengirim sampel darah4 3 0 0 1 0
16 Menyiapkan pasang infus1 2 1 0 2 0
17 Menyiapkan rawat luka3 0 0 0 1 0
18 Membimbing mahasiswa profesi9 8 13 9 8 10
Total 284 130 273 280 143 177
No Tindakan Non Produktif10 Maret 2015 11 Maret 2015
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 Datang dan absensi 10 7 7 8 5.75 8
2 Makan dan minum 15 7 14 16 8.75 4
3 Mengobrol 15 9 29 13 13.75 25
4 Tidur 0 0 180 0 0 182
5 Main HP/ telepon pribadi 20 2 6 6 3.75 2
6Menulis buku catatan
pribadi0 0 0 0 0 2
7Berganti pakaian dan
berhias0 0 0 0 0 5
8 Toilet 12 9 6 5 3 7
Total 72 34 242 48 35 234
Ket: waktu dalam menit
Jumlah pasien hari Selasa , 10 Maret 2015 adalah 19 orang
Pasien hari Rabu , 11 Maret 2015 adalah 19 orang
74
Shift pagi
Waktu produktifitas : 736menit
Tidak produktif : 120 menit
Jumlah jam kerja : 856 menit
Prosentase produktivitas kerja : 85,9 %
Shift sore
Waktu produktifitas : 449 menit
Tidak produktif : 69 menit
Jumlah jam kerja : 518 menit
Prosentase produktivitas kerja : 86,6 %
Shift malam
Waktu produktifitas : 582 menit
Tidak produktif : 476 menit
Jumlah jam kerja : 1058 menit
Prosentase produktivitas kerja : 55,0 %
Keterangan:
Tinggi > 80 %
Sedang 60 – 80 %
Rendah < 60 %
Penghitungan Time Motion Study dilakukan dengan cara menghitung
persentasi dari jumlah waktu yang dilakukan untuk melakukan kegiatan profesional
dan non profesional dibandingkan dengan jumlah jam kerja keseluruhan. Berdasarkan
observasi Time Motion Study yang kami lakukan pada 9- 11 Maret 2015 mengenai
beban kerja perawat ruangan IRNA lt.3 yaitu sebanyak pada shift pagi yaitu sebanyak
85,9 % dan shift sore sebanyak 86,6% dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa
perawat memiliki beban kerja yang berat pada shift tersebut. Mengingat saat ini
perawat di ruangan mendapatkan bantuan tenaga dari mahasiswa praktik. Sampel
yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 13 orang perawat dengan kriteria 2 PP
dan 11 PA, penelitian dilakukan 3 kali shift yaitu shift pagi, sore dan malam (3x7
74
jam) selama 2 hari. Pengamatan dilakukan dengan cara mengobservasi kegiatan
profesional dan non profesional yang dilakukan oleh perawat. Kegiatan profesional
meliputi timbang terima, injeksi, memberikan obat oral, memasang infus, mengambil
darah, menerima telefon dari unit lain, dan dokumentasi keperawatan. Kegiatan non
profesional meliputi makan, ke kamar mandi dan sholat.
Perawat pada ruangan ini tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan
berupa asuhan keperawatan, tetapi juga melakukan tugas tambahan yang diluar
wewenang perawat seperti urusan ,transportasi pasien, sarana prasarana, dan
sebagainya. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi nilai ideal antara jumlah perawat
dan jumlah pasien. Perawat sebanyak 17 orang yang awalnya cukup untuk memenuhi
pelayanan kesehatan pada pasien, menjadi kurang karena beban kerja perawat
ruangan yang besar.
9. Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 2.9 Persentase Kepuasan Kerja PerawatKode Perawat Hasil Persentase Kepuasan Kategori
1 54 % Cukup Puas
2 59% Cukup Puas
3 51% Cukup Puas
4 60% Cukup Puas
5 71% Puas
Pelaksanaan evaluasi kepuasan kerja perawat yang telah dilakukan adalah
dengan menggunakan instrumen kepuasan kerja perawat berdasarkan teori kebutuhan
A.Maslow dalam Nursalam tahun 2002 dari Nursalam tahun 2002 yang berisi 20 soal
pertanyaan berbentuk pilihan dengan jawaban “sangat tidak puas”, “tidak puas”,
“cukup puas”, ”puas”, dan “sangat puas” Penilaian kepuasan dilakukan berdasarkan
rentang persentase yang diadopsi dari kriteria Notoatmodjo, dimana 37-50%
menunjukkan kurang puas, 51-66% menunjukkan cukup puas, dan 67-82%
menunjukkan puas dan 83-100% menunjukkan sangat puas. Berdasarkan pengkajian
yang dilakukan di Ruang Rawat Inap Lantai 3 pada tanggal 10-11 Maret 2015 kepada
74
5 orang perawat dari 20 perawat menunjukkan bahwa 4 perawat atau 80% masuk
kategori cukup puas dan 1 perawat atau 20% masuk kategori puas. Sebagian besar
responden memberikan nilai tidak puas pada aspek kesempatan untuk membuat suatu
prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat.
2.2.2 Sarana dan Prasarana (M2/Material)
Penerapan proses praktika profesi manajemen keperawatan mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga,
mengambil tempat di ruang Irna Lantai 3 RSUA, Surabaya. Pengkajian data awal
dilakukan tanggal 9 Maret 2015. Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Lokasi dan Denah/ Setting Gedung
Lokasi penerapan proses profesi manajemen yang digunakan dalam kegiatan
profesi keperawatan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan UNAIR di Ruang Irna Lantai 3 RSUA yang terletak dengan uraian
sebagai berikut:
1) Sebelah utara berbatasan dengan Gedung FKp UNAIR.
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan Galaxy.
3) Sebelah barat berbatasan dengan danau Universitas Airlangga
4) Sebelah timur berbatasan dengan Rumah Sakit Tropik.
Ruang Irna Lantai 3 merupakan bagian dari ruang perawatan kelas VIP, 1, 2
dan 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya. Ruang Instalasi Rawat Inap
Lantai 3 terletak di gedung barat Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
Gambaran umum situasi dan kondisi di dalam Ruang Instalasi Rawat Inap
Lantai 3 terdiri dari 3 ruang kelas 3, 3 ruang kelas 2, 7 ruang kelas 1 dan 1 ruang VIP
(very important person), ruang perawat, nurse station, ruang tunggu keluarga pasien,
gudang dan ruang cuci alat , jalur evakuasi, ruang PJ Unit, ruang diskusi, ruang
mahasiswa, KM umum.
74
RUANG TUNGGU
U
S
B T
Kamar kelaas I
Kamar kelas I
Kamar kelas VIP
Kamar kelas I
Mushola
Kamar kelas I
Kamar kelas I
Kamar kelas I
Gambar 2.2 Denah Ruangan IRNA Lantai 3 RSUA
2. Data Tempat Tidur Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 9 September 2014, didapatkan
gambaran kapasitas tempat tidur di Irna Lantai 3 RSUA adalah
VIP : 1 ruang (@1 bed dalam 1 kamar)
74
Lift
Kamar kelas III
Kamar kelas III
Kamar kelas IIIIII
Gudang dan ruang cuci alat
Ruang Isolasi
Kamar kelas II
Kamar kelas II
Kamar kelas IIII
NE
Ruang CS
KM
TanggaDarurat
Mushola
RuangDiskusi
R.PJ Unit
R.
PERAW
R.
OBAT
RUANG TUNGGU KELUARGA PASIEN
Lift
KM
Kelas I : 7 ruang (@ 1 bed dalam 1 kamar)
Kelas II : 3 ruang (@ 4 bed dalam 1 kamar)
Kelas III : 3 ruang (@ 6 bed dalam 1 kamar)
Total jumlah bed di ruang inap lantai 3= 38 buah
Di ruang rawat inap lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga tersedia 38
bed dengan 14 kamar mandi & 14 toilet.
Tabel 2.10 Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet dan Kamar Mandi
No Jumlah tempat tidur Jumlah toilet Jumlah kamar mandi1 s/d 10 1 12 s/d 20 2 23 s/d 30 3 34 s/d 40 4 4Note : Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah tempat tidur, toilet, dan
jumlah kamar mandi berdasarkan standart Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit yang menyatakan
bahwa setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toliet & 1 kamar mandi.
Di ruang rawat inap lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga tersedia sudah
memenuhi standart tentang jumlah tempat tidur, toilet dan kamar mandi.
Di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga ada 15
karyawan dengan 1 kamar mandi & 1 toilet. Fasilitas toilet Irna lantai 3 Rumah Sakit
Universitas Airlangga sudah terpelihara dengan bersih dan selalu dibersihkan
minimal 1 kali sehari. Di bawah ini merupakan perbandingan jumlah karyawan
dengan jumlah toilet berdasarkan Kepmenkes No 1204/Menkes/SK/X/2004.
Tabel 2.11 Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar Mandi (Kepmenkes, 2004)
No Jumlah karyawan Jumlah toilet Jumlah kamar mandi1 s/d 20 1 12 s/d 40 2 23 s/d 60 3 34 s/d 80 4 4
74
5 s/d 100 5 5Note Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
Sesuai dengan tabel indeks perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah
toilet dan jumlah kamar mandi berdasarkan standart Keputusan Menteri Kesehatan
No 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Di rumah
Sakit, menunjukkan bahwa ruang rawat inap lantai 3 Rumah Sakit Universitas
Airlangga sudah memenuhi standart yang tentang jumlah karyawan, toilet dan kamar
mandi.
Pencahayaan di Ruang Rawat Inap Lantai 3 RSUA cukup terang, baik
pencahayaan dari luar/cahaya matahari maupun dari dalam/lampu. Semua sudut
ruangan sudah diberikan penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat pintu masuk,
disekitar individu ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
Penghawaan di Ruang Rawat Inap lantai 3 RSUA menggunakan air
conditioner. Suhu, aliran udara, dan kelembaban dapat diatur sesuai permintaan
pasien. Remote AC berada di nurse station. AC terpasang pada ketinggian lebih dari
2 meter. AC diruang rawat irna lantai 3 berjumlah 16 buah.
Berdasarkan Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan dan penghawaan di Ruang
Rawat Inap lantai 3 RSUA sudah memenuhi standart.
3. Peralatan dan Fasilitas
1) Peralatan medis di ruang Irna Lantai 3 RSUA
Tabel 2.12 Peralatan medis di ruang Irna Lantai 3 RSUA
No Nama barang Jumlah yang tersedia
Jumlah Ideal
Kondisi Usulan
1 Stestoskop 4 2/ruangan Baik -2 Tensimeter:
- Tensimeter anak: 1- Tensimeter
hepatitis/infeksi: 3- Tensimeter dewasa: 6
10 2/ruangan Baik -
74
3 Kotak obat hight alert - 1/ruangan - Ditambah 14 Termometer :
- Digital: 4- Timpani: 1
5 4/ruangan Baik -
5 Reflek hamer 2 3/ruangan Baik Ditambah 16 Penlight 1 2/ruangan Baik Ditambah 17 Laringoskopi 1 1/ruangan Baik -8 Collar brass 3 2/ruangan Baik -9 Ambubag 3 1/ruangan Baik Dikurangi 210 Kasur anti dekubitus - 3/ruangan Baik Ditambah 311 Syringe pump 6 6/ruangan
BaikDitambah 1
12 Infuse pump 5 7/ruangan Baik Ditambah 213 Wheelchair 2 3/ruangan Baik Ditambah 114 Gelas ukur NGT 2 2/ruangan Baik -15 Monitor 1 - Baik -16 Bed pan 7 38 Baik Ditambah 3117 Female urinal 18 38 Baik Ditambah 2618 Male urinal 12 38 Baik Ditambah 1819 Nebulizer 2 2/ruangan Baik -20 Examination lamp 1 1/ruangan Baik -21 X-Ray viewer box 1 1/ruangan Baik -
22 Gelas ukur urine 2 2/ruangan Baik -23 Bak instrumen 1 2/ruangan Baik Ditambah 124 Brankar - 1/ruangan - Ditambah 125 Bengkok 4 2/ruangan Baik Dikurangi 226 Standar baskom 2 2/ruangan Baik -27 GDA stick 1 1/ruangan Baik -28 Suction portable 8 2/ruangan Baik Dikurangi 229 Handrub 5 1:1 Baik Ditambah 3330 Waskom 21 1:1 Baik Ditambah 7 31 Tabung O2 1 2/ruangan Baik Ditambah 132 Tabung O2 transport 3 2/ruangan 2 baik, 1
rusak-
33 Kulkas darah 1 1/ruangan Baik -34 Timbangan 2 1/ruangan 1 rusak -35 Saturasi O2 1 1/ruangan Baik -36 Ember sampah pasien 21 1:1 Baik Ditambah 1737 Rak obat 3 1/ruangan Baik Dikurangi 138 Kereta obat 7 1/ruangan Baik Dikurangi 139 Standar infus bed 44 1:1 Baik Dikurangi 640 Standar infus roda 5 - 1 rusak Diperbaiki 141 Bad pan sanitizer 1 1/ruangan Baik -42 Doppler 1 1/ruangan Baik -43 ECG 1 1/ruangan Baik -44 Torniket 3 3/ruangan Baik -
74
45 Troli emergency 1 1/ruangan Baik -46 Buli-buli panas/alat
kompres hangat1 1/ruangan Baik -
47 Standar O2 3 2/ruangan Baik -48 Kulkas obat 1 1/ruangn Baik -49 Compresed gas
regulator3 - Baik -
Berdasarkan data di atas peralatan medis di ruang Irna Lantai 3 sudah cukup
baik, namun perlu penambahan seperti kotak obat hight alert, brankar, standar O2,
handrub.
2) Peralatan dan fasilitas di ruang Irna Lantai 3 RSUA
Di bawah ini tabel peralatan dan fasilitas di ruang irna lantai RSUA
Tabel 2.13 Peralatan dan Fasilitas di Ruang Irna Lantai 3 RSUA
No Jenis alat Jumlah yang tersedia
Jumlah ideal Kondisi Usulan
1 Bel pasien 38 38 Cukup -2 Korden 65 Secukupnya Baik -3 Jam dinding 14 14 Baik -i4 Kereta cucian
kotor/bersih1 1-2 ruangan Baik -
6 Kursi pasien 15 38 Cukup Ditambah 137 Meja pasien 39 38 Baik Dikurangi 18 Sarung bantal 50 Secukupnya Baik -9 Fifted bed sheets 42 Secukupnya Baik -10 Baju pasien 20 38 Baik Ditambah 1811 Perlak 30 38 Baik Dtambah 812 Bantal 13 38 Baik Ditambah 1513 Guling 6 8 Baik Ditambah 214 Selimut tebal 12 8 Baik -15 Dispenser 2 Secukupnya Baik -16 Lampu darurat - 2/ruangan - Ditambah 217 Tempat tidur 38 1:1 Baik -18 Alat pemadam
kebakaran4 1/ruangan Baik -
19 Waslap 40 38 Baik Dikurangi 220 Stik laken 50 38 Baik Dikurangi 12
74
21 Tempat sampah 16 secukupnya baik -22 Kursi lipat - 5/ruangan - Ditambah 523 Papan tulis/white
board1 1/ruangan Baik Ditambah 1
24 Keset handuk 16 14 Baik Dikurangi 225 TV 8 8 Baik -26 Lemari besi 11 1/ruangan Baik Dikurangi 1027 Lemari Kaca 2 1/ruangan Baik Dikurangi 128 Dapur - 1/ruangan - Ditambah
dapur29 Wastafel cuci
tangan1 2/ruangan Baik Ditambah 1
wastafel untuk cuci tangan
30 Kursi lipat - 5/ruangan - Ditambah 531 Komputer 2 1/ruangan Baik Dikurangi 132 Printer 1 1/ruangan Baik -33 Telepon 1 1/ruangan Baik -34 Kotak saran 1 1/ruangan Baik -
35 Scanner 1 - Baik 1
3) Fasilitas untuk pasien
a. Ruang rawat inap yang terdiri dari ruang VIP , Kelas I, kelas II, kelas III.
b. Kamar mandi dan WC untuk pasien ada di ruang tempat tidur
4) Fasilitas untuk petugas kesehatan
(1) Ruang dokter dan ruang ners.
(2) Ruang laboratorium berada di sebelah timur ruang lt.3 dekat dengan
tangga.
(3) Kamar mandi pegawai dekat dengan mushola pegawai.
(4) Nurse station berada di bagian tengah ruangan.
(5) Mushola berada di barat kamar mandi.
(6) Gudang dan ruang cuci alat berada di dekat kamar kelas 3.
(7) Kantor perawat satu dengan ruang ganti (locker)
Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada bangunan rawat inap terdiri dari
ruang rawat inap (VIP, kelas I, kelas II dan kelas III), Nurse station, ruang
74
konsultasi,ruang tindakan, ruang administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang
ganti/locker, ruang linen bersih, ruang linen kotor, spoelhoek/cuci alat, Kamar
mandi/toilet, pantri/dapur, ruang janitor/service, gudang bersih, gudang kotor. Di
ruang irna lantai 3 peralatan dan fasilitas cukup baik, hanya perlu ditambahkan
dapur/pantri, saat ini dapur berada dilantai 4.
4. Consumable (obat dan bahan habis pakai)
Di bawah ini tabel stok obat emergency pada bulan September 2014 di ruang
Irna Lantai 3 RSUA.
Tabel 2.14 Stok obat emergency pada bulan Maret 2015 di ruang Irna RSUA.
No Nama alat Jumlah yang tersedia
Jumlah ideal
Kondisi Usulan
Alkes1 Pocket face mask (one way
valve)1 1 Baik
2 Jackson Reese dewasa 2 2 Baik3 Jackson Resse Anak 2 1 Baik -4 Jackson Ressee bayi - 1 Baik Ditambah 15 BVM Dewasa - - - Ditambah 16 BVM anak 1 1 Baik -7 Oropharingeal Tube 80
mm1 1 Baik -
8 Oropharingeal Tube 90 mm
1 1 Baik -
9 Oropharingeal Tube 100 mm
- 1 Baik Ditambah 1
10 Nasopharingeal Tube 26 - 1 Baik Ditambah 111 Nasopharingeal Tube 30 - 1 Baik Ditambah 112 Simple Masker O2
Rebreath Dws1 1 Baik -
13 Ophtalmoscop set 3 3 Baik -14 Simple masker 02 Non-
Dws1 1 Baik -
Intubasi Set1 Laringoskopi Handle +
Blade dewasa1 1 Baik -
74
2 Laringoskopi Handle + Blade anak
- - Baik Ditambah 1
3 ETT 4.5 Non Cuff 1 1 Baik -4 ETT 5 Cuff 1 1 Baik -5 ETT 5.5 Cuff 1 1 - -6 ETT 6 Cuff 1 1 Baik -7 ETT 6,5 Non King 1 - - -8 ETT 7 Cuff 1 1 Baik -9 ETT 7.5 Cuff 1 1 Baik -10 ETT 7 Non King 1 1 Baik -11 ETT 7,5 Non King 1 - Baik -12 ETT 8 1 1 Baik -13 Stle Adult Suction Cateter
102 1 Baik Dikurangi 1
14 Suction cateter 12 2 1 Baik Dikurangi115 Suction Cateter 14 2 1 Baik Dikurangi 116 Margyl forcep besar - - - Ditambah 117 Aqua jellly Sachet 3 1 Baik Dikurangi 218 Gunting - 1 - Ditambah 119 Arteri forcep/ klem - 1 - Ditambah 120 Plester coklat 2.5 cm x 1 m 1 - - -21 Hypapix 10 cm x 5 m 1 - - -22 Xylocain spray 1 - - -
Consumable1 Extention tube 1 1 Baik -2 NGT 12 1 1 Baik -3 NGT 14 1 1 Baik -4 NGT 16 1 1 Baik -5 NGT 18 1 1 - -6 Cateter urine 12 1 1 Baik -7 Cateter urine 18 1 1 Baik -8 Urine bag 1 1 Baik -9 IV canula 16 2 2 Baik -10 IV canula 18 2 2 Baik -11 IV canula 20 2 2 Baik -12 IV canula 22 2 2 Baik -13 IV canula 24 2 2 Baik -14 Alkohol swab 10 10 Baik -15 Infuset dewasa 3 3 Baik -16 Infuset anak - 3 - Ditambah 317 Three way panjang 2 2 Baik -
74
18 Three way pendek 2 2 Baik -19 Blood set 2 2 Baik -20 Spuit 3 ml 5 5 Baik -21 Spuit 5 ml 5 5 Baik -22 Spuit 10 ml 5 5 Baik -23 Spuit 20 ml 2 2 Baik -24 Kasa steril 16 x 16 10 10 Baik -25 Elektroda 10 48 Baik Ditambah 38
Cairan1 Gelofusin 2 2 Baik -2 Kcl 25 ml 5 5 Baik -3 Koloid (Hemacel/HES) 2 3 Baik Ditambah 14 Manitol 500 ml 1 1 Baik -5 Mg SO4 20% 25 ml 2 2 Baik -6 MgSO4 40% 25 ml 2 2 Baik -7 NaBic 25 ml 5 5 Baik -8 NaCl 0.9 % 500 ml 4 4 Baik -9 Ns 25 ml 5 5 Baik -10 RL 500 ml 5 5 Baik -11 Salin 15% - - -12 Salin 3% 500 ml 2 2 Baik -13 WFI 25 ml 4 4 Baik -
Emergency Drugs1 Epinephrine 1mg inj 15 - Baik -2 Aminophyline inj 3 2 Baik Dikurangi 13 Atracurium 25 mg inj 1 - Baik -4 Atracurium 50 mg inj 1 - Baik -5 Atropin Sulfat 0.25 mg inj 10 10 Baik -6 Ca gulconas 10% 10 ml inj 5 1 Baik Dikurangi 47 D40% 25 ml 4 3 Baik Dikurangi 18 Dexamethason inj. 5 5 Baik -9 Diazepam inj. 2 2 Baik -10 Digoxin inj 1 1 Baik -11 Ditiliazem 25 mg inj 4 - Baik -12 Diphenhydramine inj 5 5 Baik -13 Dobutamin inj 2 2 Baik -14 Dopamin inj 5 4 Baik -15 Ephederine 50 mg inj 2 2 Baik -16 Fentanyl inj 1 1 Baik -17 Furosemid inj 8 10 Baik Ditambah 218 Heparin 1 - Baik -
74
19 ISDN inj 3 3 Baik -20 Lidocain 2% 20 mg/ml inj 5 5 Baik -21 Midazolam 15 mg inj 1 1 Baik -22 Morphin inj 1 1 Baik -23 Nalaxone 4 mg inj - 2 Baik Ditambah 224 Nicardipine inj 4 2 Baik Dikurangi 225 Norepinephrine 4 mg inj 5 4 Baik Dikurangi 126 Pethidin inj 1 1 Baik -27 Phenytoin Na inj 5 5 Baik -28 Propofol 10% 20 ml inj 2 2 Baik -29 Neastigmin inj 2 2 Baik -
5. Administrasi Penunjang (RM)
1) Lembar medication chart
2) Lembar standard emergency troly
3) Buku hand over
4) SOP
5) Rekam Medis
Berdasarkan pengkajian pada ruang Irna Lantai 3 belum terdapat adanya
lembar inventaris yang mencatat peralatan maupun fasilitas di ruang Irna Lantai 3.
6. Hasil Angket Sarana dan Prasarana (M2)
Di bawah ini hasil angket sarana dan prasarana di ruang Irna Lantai 3.
Tabel 2.15 Angket sarana dan prasana di ruang Irna lantai 3 RSUA
No Daftar Pertanyaan Ya Tidak1 Lokasi dan denah ruangan baik 60% 40%2 Berencana untuk merenovasi ruangan 40% 60%3 Peralatan di ruangan sudah lengkap untuk perawatan
pasien40% 60%
4 Jumlah alat yang tersedia sesuai dengan rasio pasien? 80% 20%5 Fasilitas di ruangan sudah lengkap untuk perawatan
pasien20% 80%
6 Berencana untuk menambah peralatan pasien 40% 60%7 Perawat mengerti cara menggunakan semua alat-alat
perawatan pasien100% 0
8 Administrasi penunjang yang dimiliki sudah memadai 60% 40%
74
Berdasarkan hasil angket di atas dengan jumlah responden 5 orang perawat,
responden yang menyatakan lokasi denah ruangan sudah baik 60%, 40% perawat
menyatakan perlu renovasi ruangan yaitu renovasi ruang timbang terima, perawat
yang menjawab peralatan di ruangan sudah lengkap 40%, alat yang tersedia sesuai
dengan rasio pasien 80%, perawat yang menjawab fasilitas ruangan sudah lengkap
untuk perawatan pasien 20%, perlu penambahan peralatan perawatan pasien 20%,
perawat mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan pasien 100%, dan
60% menyatakan administrasi penunjang memadai.
2.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3/Metode)
1. Penerapan pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional (MAKP)
Dari hasil pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara
yang dilakukan tanggal 09-11 Maret 2015 kepada perawat Ruang Rawat Inap Lantai
3 Rumah Sakit Universitas Airlangga mengenai penerapan MAKP, didapatkan Model
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) yang digunakan di Ruang Rawat Inap
Lantai 3 saat ini adalah MAKP Primer murni, yaitu MAKP yang terdiri dari perawat
primer dan perawat associate. Struktur organisasi ruangan terdiri dari 1 PJ Unit, 1
Wakil PJ Unit, 3 orang perawat primer dan 15 perawat asosiete dan. Setiap shift
terdapat 1 perawat yang berperan sebagai NIC (Nurse in Charge) yang bertanggung
jawab atas kondisi ruangan dan berperan sebagai pengambil keputusan dalam
menghadapi permasalahan pelayanan keperawatan, namun juga sebagai perawat
pelaksana. Sehingga terdapat penambahan peran perawat selain melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien juga sebagai pengelola ruang perawatan, adanya fungsi
delegasi yang diharapkan dapat memperlancar pelaksanaan asuhan keperawatan di
ruangan. Namun hal ini dapat meningkatkan beban kerja perawat pada kondisi
dimana terdapat permasalahan yang serius diruangan. Papan struktur organisasi dan
pembagian tugas masing-masing perawat secara tertulis belum ada, pembagian tugas
diberikan PJ unit secara lisan sehingga dalam pelaksanaannya perawat belum bekerja
maksimal sesuai perannya. Hal ini kemungkinan juga terjadi karena seluruh perawat
74
berlatar belakang pendidikan sama yaitu S1 Keperawatan dan sebagian besar dari
fresh graduate serta dengan masa kerja yang tidak jauh berbeda.Setiap Perawat
pelaksana di Irna lantai 3 bertanggung jawab atas 5-6 pasien. Berdasarkan laporan
data pasien rawat inap bulan Januari-Maret 2015 didapatkan bahwa rata-rata lama
rawat pasien adalah 5 hari.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner dari 5 responden
perawat : 100% menyatakan MAKP yang diterapkan di ruang lantai 3 adalah primer.
100% memahami dan menyatakan cocok dengan model MAKP yang diterapkan di
ruangan. 100% menyatakan MAKP yang digunakan sesuai dengan visi misi.
Sebagian perawat menyatakan dengan model yang digunakan saat ini mempengaruhi
lama rawat inap pasien, sebagian yang lain menyatakan tidak mempengaruhi.
Sebanyak 40%, perawat menyatakan menyulitkan dan menambah beban kerja
perawat dan 60% menyatakan sebaliknya. 100% perawat menyatakan tidak
memberatkan dalam pembiayaan. 100% perawat menyatakan tidak pernah
mendapatkan kritikan dari pasien terhadap model yang digunakan.
Pelaksanaan model asuhan keperawatan 100% perawat menyatakan telah
melaksanakan komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lain,
terlaksananya kelanjutan rencana keperawatan, Hal ini terlihat dari adanya catatan
terintegrasi antar profesi dalam integrated note. serta menjalankan kegiatan sesuai
standart. 40% perawat menyatakan jarang mendapatkan teguran dari ketua tim.
Adapun data yang diperoleh dari kuisener tentang tanggung jawab dan
pembagian tugas, pembagian tugas (job description) selama ini sudah jelas (100%),
hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dengan 3 petugas dikatakan bahwa
tugas diberikan melalui lisan, 60% mengatakan bahwa tugas perawat sesuai dengan
model askep yang digunakan. Mereka juga mengatakan bahwa mereka mengenal dan
mengetahui kondisi pasien sehingga dapat menilai tingkat kebutuhannya.Tetapi pada
hasil observasi dan wawancara mengenai job discription, tugas yang dilaksanakan
perawat primer dan perawat assosiate hampir sama perbedaanya perawat primer juga
harus tahu permasalahan pasien yang dirawat oleh assosietnya.
74
2. Timbang Terima
Hasil pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara yang
dilakukan tanggal 09-11 September 2015 kepada perawat Ruang Rawat Inap Lantai 3
Rumah Sakit Universitas Airlangga didapatkan timbang terima dilaksanakan 3 kali
sehari yaitu pada pergantian shift pagi ke shift sore (pukul 13.30), shift sore ke shift
malam (pukul 20.30), dan shift malam ke shift pagi (pukul 07.00). Timbang terima
dilakukan di Nurse Station, dipimpin oleh PJ Unit/NIC, dan dihadiri oleh seluruh
perawat yang bertugas. Hal ini sesuai dengan hasil angket terhadap 5 perawat yang
telah dibagikan, 100% perawat menyatakan timbang terima dilaksanakan tiga kali,
timbang terima dilaksanakan tepat waktu, pelaksanaan dipersiapkan sebelumnya,
semua perawat mengetahui hal-hal yang harus disampaikan saat timbang terima,
tersedianya buku catatan hasil timbang terima, tidak mengalami kesulitan dalam
pendokumentasian timbang laporan terima, mengetahui teknik pelaporan timbang
terima, dan adanya interaksi antara pasien dengan perawat saat timbang terima
berlangsung.
Hasil kuisioner dari 5 perawat, 100% menyatakan bahwa saat timbang terima
berlangsung dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan. Sebagian besar (60%)
perawat menyatakan timbang terima dipimpin oleh PJ unit/ wakil PJ unit dan 40%
dipimpin NIC. Sebanyak 60% menyatakan waktu yang diperlukan saat validasi ke
pasien pada waktu timbang terima membutuhkan waktu kurang dari lima menit.
Sebanyak 100% perawat menyatakan mengetahui bagaimana persetujuan timbang
terima. Sebagian besar perawat (80%) menyatakan dievaluasi kesiapannya oleh
kepala ruangan.. Sementara itu, untuk cara penyampaian dan persiapan untuk timbang
terima semua perawat paham dan mengerti tentang tata caranya. Timbang terima
dimulai dengan pembukaan dan pembacaan doa oleh PJ unit IRNA Lantai 3 RSUA
yang kemudian dilanjutkan dengan melaporkan M1, M2, M3, M4 dan M5 dilanjutkan
dengan data pasien dengan metode komunikasi SBAR (situation, background,
assesment, recommendation). Situation meliputi nama pasien, usia, diagnosa medis,
nama dokter yang menangani, hari rawat dan masalah keperawatan. Background
meliputi perkembangan pasien saat ini, seperti kemajuan tingkat kesadaran,
74
mobilisasi, dll. Assesment meliputi keadaan umum, tanda-tanda vital, kesadaran, hasil
laboratorium, serta informasi klinik yang mendukung. Recommendation meliputi
intervensi yang perlu dilakukan, seperti terapi dan pemeriksaan penunjang yang akan
dilakukan.
Setelah dilakukan pelaporan, proses timbang terima ditutup oleh PJ unit dan
diadakan pemetaan pasien kelolaan perawat primer, kemudian dilakukan validasi ke
pasien. Pendokumentasian dilakukan di buku handover yang sudah disediakan oleh
ruangan, untuk dibacakan pada saat timbang terima. Tanda tangan yang tercantum
dalam buku handover adalah tanda tangan NIC dan penanggung jawab unit.
Dalam buku catatan handover disertakan jumlah seluruh pasien, jumlah
pasien yang KRS, dan jumlah pasien yang MRS dan disertakan pula dokumentasi
M1-M5. Hasil wawancara mengenai proses timbang terima pada tanggal 11Maret
2015 disampaikan bahwa prinsip timbang terima sudah sesuai dengan prosedur
timbang terima, yaitu semua pasien yang dirawat dioperkan dan dilanjutkan dengan
validasi ke pasien, data yang disampaikan sudah sesuai, serta masalah keperawatan
sudah benar.Meskipun masih ada kekurangan dari pelaksanaan timbang terima seperti
waktu yang tidak tepat, saat ada PJ unit timbang terima tidak selalu dipimpin PJ unit,
perkenalan dari tim operan kepada pasien atau keluarga tidak dilakukan.
3. Ronde Keperawatan
Hasil pengumpulan data melalui observasi, dan wawancara yang dilakukan
tanggal 09-11 Maret 2015 kepada perawat Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit
Universitas Airlangga, didapatkan belum memiliki standar operasional pelaksanaan
ronde keperawatan
Hasil pengumpulan data dengan kuisioner 5 responden menyatakan
Berdasarkan tabel di atas dengan responden sebanyak 5 perawat, sebagian besar
(80%) menyatakan mendukung adanya ronde keperawatan, 100% menyatakan
mengerti adanya ronde keperawatan. Ronde keperawatan di ruangan lantai 3 belum
dilaksanakan secara optimal (100%). Sebanyak 80% perawat menyatakan ronde
keperawatan belum terlaksana. Sebagian besar (80%) perawat menyatakan bahwa
74
Resep Dokter
Perawat Pasien
Depo Farmasi
Perawat Perawat(Proses Check)
Pasien
keluarga pasien tidak mengerti tentang ronde keperawatan. 80% perawat menyatakan
belum terbentuk tim ronde keperawatan. 100% menyatakan bahwa tim yang
terbentuk belum mampu melaksanakan kegiatan ronde keperawatan secara optimal.
Namun ada kegiatan diskusi kasus pada pasien dengan hari perawatan yang lama.
Dan pembiayaan yang tinggi bersamamanagemen.
4. Pengelolaan Sentralisasi Obat
Berdasarkan pengambilan data melalui metode kuisioner, observasi, dan
wawancara pada tanggal 9-10 maret 2015 diketahui bahwa ruang irna lt 3 Rumah
Sakit Universitas Airlangga telah menerapkan sentralilasi dalam pengelolaan. Metode
yang dipakai adalah one day dose dimana obat jenis oral dan injeksi diberikan untuk
kebutuhan pemberian obat dalam 24 jam.
Alur sentralisasi obat dilakukan dengan peresepan yang dilakukan oleh dokter
diserahkan kepada perawat selanjutnya pihak depo farmasi akan memberikan obat
tanpa tanda bukti lembar serah terima obat. Pada pasien yang tidak tercover BPJS
maka akan diberikan resep kepada keluarga dan keluarga menebus di luar rumah sakit
begitupun apabila obat di depo farmasi habis. Pada pasien umum pada obat yang
lebih dari Rp. 100.000 akan diberitahukan dulu kepada keluarga untuk konfirmasi
terlebih dahulu.
Bagan Alur sentralisasi obat di ruang irna lt 3 RSUA
74
Berdasarkan hasil wawancara terhadap perawat IRNA Lantai 3 RSUA
meyatakan bahwa obat yang sudah ada pada perawat telah dibuatkan jadwal oleh
petugas farmasi sesuai dosis pemberian serta waktu pemberian, dan ditulis dalam
etiket obat. Penulisan dalam medication chart menggunakan sistem checker yaitu
obat dari farmasi akan dicek kembali oleh perawat dengan mencantumkan paraf
perawat. Persetujuan antara perawat dan pasien dalam proses sentralisasi obat sudah
dilakukan secara lisan (informed) namun belum dilakukan secara tertulis
(consent).Bila terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau perubahan alur
pemberian obat maka informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan
pihak farmasi akan mengkonfirmasi ulang saat datang ke ruangan. Ketika pasien
pulang paksa maka obat akan disesuaikan dengan advice atau resep dari dokter.
Apabila pasien yang datang dengan obat dari luar, didata dalam daftar medication
chart. Jika obat dari luar tersebut sesuai advis terapi yang diberikan dokter rawat
inap RSUA lantai 3 tetap di berikan kepada pasien. Sedangkan obat yang tidak
dipakai akan tetap disimpan dan dikembalikan setelah pasien pulang, pulang paksa
atau meninggal. Ketika hari libur proses sentralisasi obat tetap berlangsung dan tetap
ada petugas depo farmasi sebagai penanggung jawab obat pada hari tersebut.
Berdasarkan hasil observasi, telah ada beberapa SOP terkait sentraliasi obat
yang meliputi
1. Peresepan obat
2. Seleksi obat
3. Penyaluran obat
4. Pemberian obat IM, SC, IC
5. Pengadaan obat
6. penyimpanan obat
sementara itu pemberian obat nebulizer, pemberian obat per-anal, hidung dan mata,
pemberian obat topikal. Sementara itu SOP tertulis tentang sentralisasi obat belum
ditemukan.
format dokumentasi sentralisasi obat (medication chart) sudah dilengkapi
dengan kotak checker dan giverserta petunjuk teknis pengisian sebagai bentuk
74
keabsahan dan keamanan bagi pasien maupun perawat untuk oral warna kuning
sedangkan parenteral warna biru.
Berdasarkan hasil kuisioner dengan 10 perawat didapatkan hasil 100%
perawat menyatakan mengetahui tentang sentralisasi obat, 100 % menyatakan
sentralisasi obat belum dilaksanakan dengan optimal. 100% perawat menyatakan
pernah diberi wewenang dalam sentralisasi obat,dan tersedianya format daftar
pengadaan tiap macam obat,. Sebanyak 80% perawat menyatakan di lantai 3 terdapat
ruangan khusus untuk sentralisasi obat. 90% menyatakan adanya kelengkapan sarana
dan prasarana pendukung sentralisasi obat. 100% menyatakan kepemilikan obat antar
pasien dipisahkan. 100% menyatakan telah memberi etiket dan alamat masing-
masing pasien. 90% perawat menyatakan telah menyampaikan kepada pasien atau
keluarga mengenai obat-obat yang telah digunakan.
5. Penerimaan Pasien Baru
Hasil pengumpulan data melalui observasi, dan wawancara yang dilakukan
tanggal 09-11 Maret 2015 kepada perawat Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit
Universitas Airlangga mengenai penerimaan pasien baru didapatkan bahwa ada
standar penerimaan pasien baru, pada proses penerimaan pasien baru di ruangan ini
sudah dilakukan sesuai standar namun masih belum maksimal hampir setiap harinya
mendapatkan pasien baru. Ketika ada pasien baru yang akan masuk ke ruangan,
perawat yang bertugas segera mempersiapkan lembar penerimaan pasien baru dan
ruangan. Setelah pasien datang, perawat yang mengirim pasien (perawat UGD,
perawat Poli maupun perawat dari ruang lain) memasukkan pasien ke ruangan yang
telah disediakan. Setelah pasien berada di ruangan, perawat (UGD / poli) melakukan
timbang terima dengan perawat yang bertugas di IRNA lantai 3. Setelah timbang
terima dengan perawat (UGD / poli / IRNA), perawat yang bertugas di ruangan
melakukan penjelasan mengenai poin-poin yang ada di lembar penerimaan pasien
baru kepada pasien dan keluarga, dan setelahnya pasien ataupun keluarga pasien
menandatangi lembar tersebut. Hasil observasi dari 19 rekam medis, 2 rekam medis
tidak ditemukan bukti pelaksanaan orientasi oleh perawat.
74
Sarana prasarana yang telah disediakan dalam Penerimaan Pasien Baru di
IRNA Lantai 3 RSUA yaitu:
1. Lembar pasien masuk RS
2. Lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan
3. Tempat tidur pasien baru
4. Lembar format pengkajian pasien
5. Nursing kit, alat kesehatan
Lembar tata tertib pasien dan pengunjung ruangan serta hak kewajiban pasien
belum ada secara tertulis di ruangan. Sehingga, pada pelaksanaannya, keluarga pasien
kurang dapat mengikuti aturan mengenai tata tertib penunggu pasien secara disiplin
karena keluarga pasien ingin menunggu keluarga yang sakit secara bersamaan dan
perawat juga kesulitan mengaturnya karena keterbatasan tenaga dan waktu.
6. Discharge Planning
Dari hasil pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara
yang dilakukan tanggal 09-11 Maret 2015 kepada perawat Ruang Rawat Inap Lantai
3 Rumah Sakit Universitas Airlangga didapatkan sudah ada standar operasional
pelaksanaan discharge planning. Secara teori discharge planning dilakukan mulai
pasien masuk, selama perawatan, dan saat akan pulang. Namun discharge planning
yang dilakukan di ruangan IRNA Lantai 3 RSUA hanya saat pasien akan pulang dari
rumah sakit. Discharge planning dilakukan secara lisan dan tertulis oleh perawat
ruangan dengan memberikan checklist pasien pulang atau kartu control. Proses
discharge planning bagi pasien yang pulang paksa tetap dilaksanakan namun kartu
kontrol dikosongkan. Hasil wawancara menyatakan proses discharge planning sudah
diikuti oleh dokter dan perawat yang bertanggung jawab, untuk petugas kesehatan
yang lain seperti gizi diikutkan dalam proses tersebut secara on demand apabila
pasien memang membutuhkan pemantauan terutama terhadap gizi ketika sudah
meninggalkan rumah sakit.
74
Pasien direncanakan pulang
Perawat yang ditunjuk langsung oleh PJ Unit/ PP maupun PA yang merawat
DokterAhli Gizi dan tenaga Kesehatan yang lain
Penyelesaian Administrasi Program HE:Kontrol dan Obat perawatanDietAktivitas dan Istirahat
Lain-lain
Monitor (sebagai proses servis safety) oleh : keluarga dan petugas
Gambar 2.4 Alur Discharge Planning IRNA RSUA Lantai 3 berdasarkan hasil observasi 09-11 Maret 2015
Berdasarkan hasil angket diatas dengan 5 responden, didapatkan hasil 100%
perawat mengerti tentang Discharge Planning. Sebanyak 100% perawat menyatakan
melakukan Discharge Planning, tetapi 60% perawat tidak memberi penjelasan apa
yang diberikan perawat saat Discharge Planning. 100% perawat menyatakan
melakukan DischargePlanning saat pasien akan keluar RS. Sebanyak 60% perawat
menyatakan bahwa sudah ada pembagian tugas DischargePlanning oleh kepala
ruangan, 80% perawat tidak memberikan penjelasan mengenai operasional pemberian
tugas oleh kepala ruangan, akan tetapi dalam pelaksanaan discharge planning
dilakukan oleh perawat yang ditunjuk langsung ataupun perawat yang bertanggung
jawab terhadap pasien tersebut baik PP maupun PA. Teknik yang digunakan saat
pemberian DischargePlanning secara lisan dan tertulis. Bahasa yang digunakan saat
melakukan discharge planning, sebanyak 80% perawat menyatakan menggunakan
bahasa Indonesia, 20% menyatakan menggunakan bahasa sesuai dengan yang
dimengerti pasien dan keluarga. 100% perawat menyatakan bahwa perawat
melakukan pendokumentasian setiap selesai melakukan dischargeplanning.
74
Format instrumen discharge planning telah ada dengan isi sesuai dengan
standar, yaitu: Identitas pasien, tanggal dan tempat kontrol, status keadaan pasien,
aturan diet, obat, perawatan di rumah, aktifitas dan istirahat, perawatan umum, dan
hasil pemeriksaan yang dibawa pulang. Ditemukan pula format resume untuk
discharge planning yang telah dilaksanakan kepada pasien. Sebelum perawat ruangan
melakukan discharge planning, terlebih dahulu pasien diberi kuisoner kepuasan
pasien. Beberapa kendala yang dapat terjadi saat discharge planning yaitu
pelaksanaan yang kurang optimal karena belum menyediakan leaflet untuk dapat
dibawa pulang oleh pasien. Hal ini sejalan dengan pengkajian yang telah dilakukan
pada tanggal 09-11 Maret 2015 mengenai discharge planning, belum ada pembagian
leaflet pada semua pasien yang akan pulang.
7. Supervisi
Hasil pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, dan wawancara yang
dilakukan tanggal 9-11 Maret 2015 kepada perawat Ruang Rawat Inap Lantai 3
Rumah Sakit Universitas Airlangga didapatkan belum ada standar operasional
pelaksanaan supervisi. Pelaksanaan supervisi dilaksanakan sewaktu – waktu /tidak
terencana. Supervisi dilakukan oleh Manajer Keperawatan, Kepala Bidang
Keperawatan, PJ Unit/Wakil, PP atau PJ shift. Topik supervisi tidak ditentukan secara
jelas, biasanya terkait pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif
dan ekonomis, sistem dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan
wewenang, penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan
(Suyanto, 2008).Supervisi untuk perawat ruangan belum dilaksanakan secara
terstruktur dan terjadwal. Supervisi biasanya dilakukan secara informal jika
didapatkan salah satu perawat melakukan suatu tindakan dengan kurang sesuai dan
setelahnya mendapatkan feedback dari PJ Unit atau Wakil PJ Unit. Format baku
supervisi belum ada. Pelaporan/pendokumentasian maupun follow uphasil supervisi
secara tertulis kepada koordinator keperawatan belum dilakukan.
Berdasarkan hasil kuisioner dari 5 responden didapatkan hasil, sebanyak
100% perawat menyatakan mengerti tentang supervisi, dan supervisi dilakukan tidak
74
terjadwal. 40% menyatakan supervisi belum dilakukan perawat di ruangan lantai 3
RSUA. Dari 5 responden semuanya menjawab tidak mengetahui mengenai alur
supervisi yang ada di ruangan. Sebagian besar 100% menyatakan tidak ada format
baku untuk supervisi setiap tindakan. Sebanyak 100% menyatakan tidak tahu apakah
supervisi sesuai atau belum dengan standar keperawatan karena belum ada format
yang baku untuk supervisi. Sebanyak 100% menyatakan alat/instrumen untuk
supervisi tidak tersedia secara lengkap. Sebagian perawat menyatakan hasil supervisi
disampaikan kepada perawat, ada feed back dari supervisor untuk setiap tindakan dan
sebagian yang lain hasil supervisi tidak disampaikan dan tidak ada feed back dari
supervisor untuk setiap tindakan. Sebanyak 40% menyatakan tidak puas dengan hasil
feed back yang diberikan supervisor, tidak adanya follow up untuk setiap hasil dari
supervisi, dan mengharapkan perubahan untuk setiap tindakan sesuai dengan hasil
perbaikan dari supervisi. 60% menyatakan tidak pernah mendapatkan pelatihan dan
sosialisasi tentang supervisi.
8. Dokumentasi
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner, observasi, dan
wawancara yang dilakukan tanggal 09-11 Maret 2015 kepada perawat Ruang Rawat
Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga didapatkan sudah ada standar
operasional pelaksanaan dokumentasi keperawatan sudah ada namun belum lengkap
disertai petunjuk teknis pengisian secara detail.
Alur pendokumentasian keperawatan dilaksanakan ketika pasien mulai masuk
di IRNA Lantai 3 RSUA dan berlaku untuk setiap jenis pembiayaan pasien baik
Umum, BPJS maupun Jamkesmas Non Kuota.
74
Pasien dipindahkan ke IRNA Lt 3UGD/POLI
Pengkajian Keperawatan
Perumusan Diagnosa- Intervensi dan Implementasi - Evaluasidalam Integrated Note
Perawat yang bertanggung jawab
Evaluasi Ketertibanoleh Wakil PJ UNIT
Evaluasi Kefektifan apabila terdapat kasus khusus
Gambar 2.5 Alur Dokumentasi Keperawatan IRNA Lantai 3 RSUABerdasarkan hasil observasi 09-11 Maret 2015
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruangan serta observasi
langsung terhadap instrumen dokumentasi keperawatan yakni medical record (status)
pasien pada tanggal 09-11 Maret 2015 didapatkan hasil bahwa penggunaan instrumen
pengkajian menggunakan format Review Of System (ROS). Format diagnosis
keperawatan, intervensi, dan implementasi terintegrasi dalam Integrated Note (IN)
serta menggunakan sistem komunikasi SBAR (Situation Background Assessment
Reccomendation) yaitu suatu sistem pendokumentasian yang telah terstandar oleh
JCI, sebagai sebuah alat komunikasi bersama antar tenaga kesehatan yang bertugas
sebagai penanggung jawab pasien, antara lain dokter, perawat, ahli gizi, farmasi klinis
dan lain-lain.
Tabel 2.16 Tabel uraian lembar dokumentasi dalam Medication Chart IRNA Lantai 3 RSUA
No URAIAN BAGAN SUMBER
1 Lembar penerimaan pasien baru, lembar pernyataan persetujuan atau penolakan
Ners
74
2 Lembar permintaan rawat inap Dokter3 Catatan perpindahan pasien Dokter dan ners4 Identitas pasien Perawat5 Lembar pengkajian UGD Dokter dan ners6 Lembar pengkajian medikal bedah Ners7 Lembar persetujuan tindakan medis Dokter dan ners8 Lembar konsultasi Dokter9 Lembar observasi Perawat10 Lembar integration sheet Dokter dan ners11 Lembar SOAP Ners12 Lembar medication chart (oral dan parenteral) Ners13 Lembar pemeriksaan laboratorium Analis medis
Evaluasi dokumentasi yang dilaksanakan di IRNA Lantai 3 RSUA terbagi atas 2
kriteria yakni evaluasi ketertiban yang dilaksanakan oleh Wakil PJ Unit dan
dilaksanakan setiap hari serta evaluasi terhadap kefektifan yang dilaksanakan apabila
adanya insiden kasus. Berdasarkan hasil angket pada 5 responden, didapatkan hasil
100% perawat menyatakan bahwa sudah ada format baku pendokumentasian yang
digunakan di ruang IRNA Lantai 3 RSUA. Sebanyak 100% perawat menyatakan
sudah mengerti tentang cara pengisian format dokumentasi dengan benar dan tepat.
Sebanyak 100% perawat menyatakan bahwa format dokumentasi dapat membantu
perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebanyak 100% perawat
menyatakan bahwa pendokumentasian dilaksanakan tidak tepat waktu (tidak segera
setelah melakukan tindakan). 20% perawat mengatakan bahwa model dokumentasi
yang digunakan menambah beban kerja perawat, dan 60% lainnya menyatakan bahwa
model dokumentasi yang digunakan tidak menambah beban kerja perawat. Sebanyak
100% perawat menyatakan bahwa model dokumentasi tersebut menyita banyak
waktu perawat.
2.2.5 Pembiayaan dan Billing (M4/Money)
Sumber pembiayaan ruangan dan pelatihan petugas ruangan berasal dari
rumah sakit yang diperoleh dari APBN dan RKAT UNAIR. Pelaksanaan billing
74
pasien di rawat inap lantai 3 RSUA dilakukan oleh petugas administrasi. Adanya
petugas yang melaksanakan billing dapat mengurangi beban kerja perawat.
Pembiayaan digunakan untuk :
1. Pengadaan dana bagi ruangan: dari RKAT Universitas Airlangga Surabaya, yang
diajukan setiap satu tahun sekali.
2. Sumber dana operasional ruangan: dari RKAT Universitas Airlangga, yang
diajukan setiap satu tahun sekali.
3. Pendanaan alat kesehatan: dari RKAT Universitas Airlangga, yang diajukan
setiap satu tahun sekali.
4. Pendanaan fasilitas kesehatan bagi petugas: untuk pegawai yang sudah Pegawai
Negeri Sipil berupa BPJS kesehatan, untuk pegawai honorer pihak RS
memberikan fasilitas kesehatan dengan potongan 30%.
5. Pendanaan kesejahteraan dibagi menjadi 3 hal:
1) Gaji Pegawai :
(1) Pegawai Negeri Sipil digaji dari APBN
(2) Pegawai Honorer UA digaji dari RKAT Rektorat
(3) Pegawai Honores RSUA digaji dari RSUA
2) Tunjangan Pegawai, yang terdiri dari :
(1) Uang makan, yang diterima setiap bulan
(2) Insentif yang diterima setiap bulan berdasar Indeks Prestasi Kinerja (IPK).
Dana untuk insentif ini didapat dari anggaran RKAT UNAIR.
74
3) Remunerasi
Dana untuk remunerasi didapat dari penghasilan jasa keperawatan berdasar
billing dari tarif setiap tindakan keperawatan. Penghasilan dari billing ini
dibagi menjadi 40% untuk penghasilan bersama (semua pegawai) 55%
kembali ke unit masing-masing dan 5% untuk kas bidang keperawatan.
Remunerasi dibagi setiap 3 - 4 bulan sekali dengan sistem rapel. Remunerasi
yang diberikan ke PNS dan non PNS (honores UA dan honorer RSUA),
adapaun cara pembagian remunerasi ini berdasarkan tingkat pendidikan,
tanggung jawab (kordinator, PJ Unit, PP dan PA), beban kerja, masa kerja dan
status kepegawaian (sebagai tenaga PNS, dan tenaga honorer).
Berdasarkan hasil kuisioner tentang penghasilan perawat yang dilakukan pada
tanggal 10 Maret 2015 di IRNA lantai 3 RSUA didapatkan data sebagai berikut :
1) Tingkat pendidikan
Tabel 2.24 Tingkat Pendidikan Responden di Ruang Irna Lantai 3 RSUA pada tanggal 10 maret 2015.
No Tingkat pendidikan Jumlah %
1 D3 0 0%
2 S1 19 95%
3 S2 1 5%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel diatas, tingkat pendidikan perawat diIRNA lantai 3 RSUA
didapatkan, tidak ada perawat yang berpendidikan D3 (0%), pndidikan S1: 19 orang
(95%) dan pendidikan S2 1 orang (5%).
74
2) Status kepegawaian
Tabel 2.25 Status Kepegawaian di Ruang Irna lantai 3 RSUA pada Tanggal 10 maret 2015.
No Status kepegawaian Jumlah %
1 PNS 9 45%
2 Honorer UA 3 15%
3 Honorer RSUA 8 40%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel status kepegawaian diatas, terlihat PNS 9 orang (45%),
Honorer UA 3 orang (15% dan Honorer RSUA 8 orang (40 %).
3) Lama bekerja di RSUA
Tabel 2.26 Lama Bekerja di Ruang Irna Lantai 3 RSUA pada tanggal 10 maret 2015
No Lama bekerja Jumlah %
1 >4 tahun 1 5 %
2 3-4 Tahun 1 5 %
3 1-2 Tahun 11 55%
4 <1 Tahun 7 35%
Total 20 100%
Tabel diatas menunjukan bahwa, lama bekerja perawat di IRNA lantai 3
RSUA adalah > 4 tahun 1 orang (5%), 3-4 tahun sebanyak 1 orang (5%), 1-2 tahun
sebanyak 11 orang (55%) dan masa kerja <1 tahun sebanyak 7 orang (35%).
4) Tarif layanan kesehatan
Sedangkan untuk komponen tarif layanan kesehatan terdiri atas:
1) Jasa sarana, yaitu:
74
(1) Sewa ruangan rawat inap, sewa kamar tindakan (kamar operasi)
(2) Sewa alat tertentu atau sewa alat khusus
(3) Pengganti bahan habis pakai
(4) Administrasi
2) Jasa pelayanan, yaitu:
(1) Jasa medis pasien umum
(2) Jasa medis pasien pribadi
(3) Jasa tenaga keperawatan (Perawat atau bidan)
5) Biaya yang masih dibebankan pada pasien adalah obat-obatan, yang ditulis
dengan resep dokter atau yang tertulis dalam rekam medik dan kebutuhan lain
yang bersifat insidentil.
6) Tarif rawat inap, tarif pelayanan, tarif laboratorium yang dibebankan kepada
pasien dapat dilihat pada lampiran.
BPJS sendiri terdiri atas ASKES, TNI (AU, AL, AD), POLRI, JAMSOSTEK,
MANDIRI dan PBI (Penerima Biaya Iuran). Biaya perawatan yang ditanggung
BPJS yang berlaku saat ini sesuai dengan kelas perawatan. Di ruang Rawat Inap
Lantai 3 terdiri dari VIP, kelas I, II dan III. Berdasarkan hasil wawancara pada
tanggal 10 maret 2015 dengan pihak penanggungjawab BPJS Rumah Sakit
Universitas Airlangga didapatkan alur pelayanan pasien dengan BPJS dari rawat
jalan adalah sebagai berikut :
74
Gambar 2.6 Alur Pelayanan Pasien BPJS dari IRJ di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
Sumber : Loket BPJS RSUA 2015
74
P A S I E N
M A S U K L O B I U T A M A R S U A
K A N T O R P E L A Y A N A N J K N
P E N E R B I T A N S E PS Y A R A T :
1 . A S L I D A N F C . K A R T U ( 2 L E M B A R )2 . A S L I D A N F C S U R A T R U J U K A N ( 2
L E M B A R )
R U J U KA N
P P K I { B i l a m a s i h d a l a m
W i l a y a h C a b a n g U t a m a
S u r a b a y a:
S u r a b a y a, G r e s i k ,
D a n S i d o a r j o }
R U J U KA N
P P K I I{ B i l a d i l u a r
C a b a n g U t a m a
W i l a y a h S u r a b a y a
}
R U J U KA N
I N T E RN A L
{ R u j u k a n k e p a d a
P o l i l a i n d i
l i n g k u n ga n R S U A
d e n g a n t u j u a n
k o n s u l t a si l i n t a s
d i s i p l i n i l m u }
A t u r an :
- S E P h a n y a
b i s a t e r b i t s e k a l i d a l a m s e h a r i
- P e l a y a
n a n r a w a t j a l a n
h a n y a b i s a
d i l a k uk a n
s e k a l i p e r
h a r i
B e r ka s
y a n g t e r ku m p
u l d a r i K P -
J K N:
- F c K a r t
u P e s e r
t a
- S E P
-S u r a t R u j u
k a n
P e nd a f ta r a
n /R e gi s t ra s i :
- K a r
t u B e r
o b a t
-L e
m b ar
F BP
( I s i I d en t i ta s )
P AS IEN MEND
A PAT NOMOR ANT
R IAN PO
L I YANG
D IT
U JU
Po l
i Tu juan ( IRJ )
:P el ay an an
Me di k/ Be da h ( La nt a i 2 )
; P el ay an an
D ia gn os t ik L
a bo ra to ri um ( La nt a i 2 ); Pe la ya na n D ia gn os t ik R
a di ol og i ( La nt a i 1 )
; P el ay an an R
e ha b Me di k ( La nt a i 3 )
; P el ay an an
F ar
ma s
i ( La nt a i 1 )
KRS
MRS
PERBARUAN
SEP
DI
KP-JKN LANTAI
1
DENGAN
SYARAT:-
SEP
LAMA-
SURAT
PERMINTAAN
RAWAT
INAP
R U J U KA N
D A R I I G D / I R
N A{ H a n y a b e r l a k u
s a t u h a r i s e s u a i
d e n g a n t a n g g a l
y a n g t e r t e r a
p a d a s u r a t
r u j u k a n }
Apabila pasien masuk dengan jatah BPJS mandiri kelas III tetapi
menginginkan perawatan di kelas I maka pasien wajib menambah biaya kekurangan
sesuai kelas I dan yang melebihi tanggungan BPJS sesuai kelas yang dimiliki pasien.
Tetapi bila pasien meminta perawatan VIP maka semua biaya perawatan ditotal
secara keseluruhan kemudian akan dikurangi jatah BPJS yang dimiliki pasien sesuai
kelasnya. Sedangkan untuk BPJS maskin (PBI) tidak bisa naik kelas dan tetap di
kelas III.
Untuk alur pelayanan pasien BPJS di Instalasi Gawat Darurat (IGD) hingga
masuk rumah sakit (MRS) seperti dibawah ini:
Gambar 2.7 Alur Pelayanan Pasien BPJS dari IGD Di Rumah Sakit Universitas Airlangga Surabaya.
Sumber : Loket BPJS 2015
74
P A S I E N
T R I A G E
H I J A U
N O N J A M I N A N
T E T A P M E N G G U
N A K A N K A R T U
B P J SA R A H KA N K E P P K 1 / P
O L IP E L A
Y A N AN
U M U M
P E L A YA N A N
K U N I N G , M E R A H , B I R U
R E G I S T R A S I P A S I E N
B A R U / L A M AV E R I F I K A
S I K E P E S E R T
A A NP E N E R B
I T A N S E P
P E L A Y A N A N M E D I S
K R S /R U J U
K
L E NG K A
P I B E RK A S
:1 .
F C . K A R
T U2 .
S E P3 .
F B P4 .
B I LL I N
G
M R SS U R
A T P E R
N Y AT A A
N P E MB I A
Y A AN
P a si e n
H AR U
S m e
m i l ih
s t a tu s p e
m ba y ar a n
d i aw a l p e ra wa t a
n y a i t
u :1 .
U mu m
2 . B P J
S K e se h a t
a n3 .
J a mk e s
m a s N o
n k uo t a /S K
T M ( H an y a u n tu k
w a rg a
S u ra b ay a )
4 . A k a
n m e
n g ur u s S K
T M/ J am k
e s ma s
N on k uo t a
3 x 24
j a m d i
h a r i a k t i
f .
Pasien datang ke IGD di triage terlebih dahulu sesuai kasus kegawatdaruratan.
Apabila pasien masuk triage hijau maka pasien tidak ditanggung BPJS, sedangkan
apabila pasien masuk triage kuning dan merah maka pembiayaan ditanggung BPJS.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10 maret 2015 didapatkan data
sebanyak 18 pasien BPJS, 2 pasien jamkesmas non kuota dan 3 pasien umum
sehingga dapat dilihat sumber pemasukan terbesar rumah sakit berasal dari pasien
BPJS.
2.2.5 Mutu (M5/Mutu)
A. Keadaan Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada hari Senin tanggal 09
Maret 2015 didapatkan BOR pada serangkaian data sesuai kapasitas tempat tidur
pasien di Ruang Rawat Inap Lantai 3 Rumah Sakit Universitas Airlangga yaitu 45%.
Sumber keuangan pasien yang dirawat berasal dari umum, jamkesmas non kuota
Kota Surabaya dan beberapa auransi swasta lainnya, tetapi sebagian besar adalah
pasien BPJS. Mayoritas pasien yang MRS di Ruang Rawat Inap Lantai 3 bertempat
tinggal di Kota Surabaya, dan daerah Jawa Timur lainnya.
Tabel. Daftar Penyakit Di Ruangan Irna Lantai 3 RSUA Periode : Bulan Desember - Februari 2015
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH %1 CKD 42 22,42 DM 36 19,63 DHF 23 12,44 CVA 21 11,45 TB Paru 16 8,66 GEA 13 7,17 SH 13 7,18 Pneumonia 8 4,39 PJK 6 3,210 Decom Cordis 6 3,2
74
JUMLAH 184 100%
Berdasarkan tabel diatas jumlah pasien bulan Desember 2015 sampai Februari
2015 adalah 184 pasien dengan 10 kasus terbanyak yaitu CKD (Chronic Kidney
Disease), DM (Diabetes Melitus), DHF (Dengue Hemorraghic Fever),CVA
(Cerebral Vascular Accident), TB Paru, GEA (Gastroentritis Akut), SH (Sirosis
Hepatic), Pneumonia, PJK, Decom Cordis.
Kasus penyakit terbanyak adalah CKD sebanyak 22,4% , selanjutnya pasien
DM sebanyak 19,6% dan DHF sebanyak 12,4%.
74
IGD IRJ
Admission Poli (08.00-13.00)
Pemilihan Kamar:Penjelasan TarifRM+GelangPengelolaan ObatPeraturan dan tatibHak dan kewajiban PasienPengisian form umum,jamkesmas non kuota,dll
Koordinasi dengan penanggung jawab ruangan (Karu, Perawat)
Ruangan penuh (khusus pasien yang harus dirawat) Ruangan Tersedia
Rawat inap Lt.2, Lt.3, Lt.4
KRS
Kamar jenasah
Meninggal Pindah:ICU,ICCU,NICU, PICU
SembuhPulang paksaLari
ICU
OK
Dirujuk ke RS Lain
B. Alur Pasien Masuk
Gambar 2.6 Alur Pasien Masuk
74
C. Gambaran ALOS di Ruang Rawat Inap Lantai 3
Tabel 2.18 ALOS di Ruang Rawat Inap Lantai 3
No UraianDesembe
rJanuari Februari Jumlah %
1 Jumlah pasien 125 115 132 372 1002 Pulang paksa 1 0 1 2 0,53 Meninggal 5 5 5 15 4,04 Pindah Rawat 4 2 6 12 3,25 Lama minimal dirawat 1 1 1 3 0,86 Lama maksimal dirawat 14 28 24 66 17,77 Jumlah hari rawat 420 467 428 13158 Rata-rata lama inap 4 4 4 12
Berdasarkan data pasien periode bulan Desember 2015 s/d bulan Februari
2015 dapat dipaparkan jumlah pasien adalah 372 orang. Didapatkan data pulang
paksa dengan 0,5% ini masih masuk standar dalam KMK (Keputusan Menteri
Kesehatan) no.129/th.2008. Sedangkan pasien meninggal dalam tiga bulan ini
mencapai 4,0% sehingga melebihi standar pada KMK no.129/th.2008 dengan
persentase ≤0,24%, hal ini dapat disebabkan karena pasien dengan pengawasan ketat,
tetap masuk dalam ruangan irna, sehingga perawatan lebih intensif tidak maksimal.
Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Dengan
demikian nilai ALOS dalam rentang 3 bulan pada ruang IRNA 3 RSUA
dikategorikan ideal.
D. Mutu Pelayanan Keperawatan
Mutu pelayanan keperawatan di sebuah rumah sakit dapat dinilai atau dilihat
dari beberapa aspek penilaian antara lain:
1) Patient safety
1) Identifikasi pasien
Berdasarkan data pengkajian pada tanggal 9-11 Maret 2015 tentang
identifikasi pasien di Ruang Irna Lantai 3 didapatkan data sebagai berikut:
- Semua pasien menggunakan gelang identitas pasien.
- Gelang identitas: pink untuk wanita, biru untuk pria
74
- Gelang identitas pasien terdapat: nama lengkap, tanggal lahir dan
nomor rekam medis
- Identifikasi pasien kurang dilaksanakan pada saat melakukan
prosedur/tindakandan pemberian obat.
- Identifikasi pasien beresiko
a. Gelang Merah: Pasien alergi (sudah ada gelang, tidak ditemukan
pasien alergi)
b. Gelang Kuning: Risiko jatuh (sudah ada gelang, belum terlaksana)
c. Gelang Ungu: Pasien DNR (Do Not Resucitate) (belum ada
gelang)
d. Gelang Abu-abu: Terpasang Implan Radioaktif (belum ada gelang)
e. Gelang Putih: Keterbatasan ekstremitas (belum ada gelang)
- Identifikasi pasien dilakukan sebelum melakukan tindakan
keperawatan seperti injeksi obat, transfusi darah, dan melakukan
tindakan yang lain.
2) Komunikasi efektif
Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 9-11 Maret 2015
secara wawancara dan observasi, komunikasi efektif dilakukan dengan SBAR
(Situation, Background, Assesment, Recommendation):
S :Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
B :Background (info penting yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini)
A :Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien saat ini)
R :Recommendation
SBAR digunakan pada saat berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain,
timbang terima, berkomunikasi dengan teman sejawat, konsultasi pasien, dan
pelaksanaan informed consent. SBAR juga digunakan pada saat komunikasi atau
perintah secara verbal ataupun telepon, staf yang menerima pesan harus menuliskan
dan membacakan kembali kepada pemberi pesan dan pemberi pesan menandatangani
74
dalam waktu 1x24 jam.Kolom communicator yang ditandatangani oleh perawat yang
menerima dan kolom advisor ditandatangani oleh dokter yang memberikan advice.
3) Pengelolaan obat
Berdasarkan data pengkajian pada tanggal 9-11 Maret 2015 didapatkan hasil
medication error seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.19Medication Error tanggal 9-11 Maret 2015
No VariabelTanggal
Total09 10 11
1 Salah pasien 0 0 0 02 Salah waktu 0 0 0 03 Salah cara pemberian
obat/ rute0 0 0 0
4 Salah obat 0 0 0 05 Salah dosis 0 0 0 06 Salah dokumentasi 0 0 0 0
Jumlah pasien 13 13 13 13
Angka KTD dalam pemberian obat
Angka KNC dalam pemberian obat
Tabel 2.19 Medication Error tanggal 9-11 Maret 2015
No KejadianTanggal
09 10 111 KTD 0 % 0 % 0 %2 KNC 0 % 0 % 0 %
Berdasarkan data tabel diatas dan dilakukan perhitungan ANC dan KTD
didapatkan hasil medication error sebesar 0%.
74
Angka KTD = jumlah pasien yang terkena KTD dalam pemberian obat x100%Jumlah pasien pada hari itu
Angka KNC = jumlah pasien yang terkena KNC dalam pemberian obat x100%Jumlah pasien pada hari itu
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 9-11 Maret 2015 dapat diketahui bahwa
kewaspadaan tentang obat yang perlu diwaspadai sudah dilakukan dengan cara
memisahkan obat-obat high alert pada tempat yang telah disediakan. Pemberian
labeling dan double cross check juga sudah dilakukan di IRNA Lantai 3 RSUA.
4) Ketepatan lokasi, pasien, dan prosedur operasi
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal yaitu tepat lokasi,
tepat pasien, dan tepat prosedur. Proses untuk memastikan tepat lokasi yang
dilakukan yaitu menggunakan SPO pemberian marker atau penanda lokasi operasi
yang diberikan oleh dokter operator menggunakan spidol permanen. Proses untuk
memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu menggunakan cross check
pada gelang identifikasi, sedangkan tepat prosedur di ruang operasi menggunakan
beberapa check list untuk mencegah kesalahan prosedur.
Prosedur pembedahan dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
1) Sign in, dilakukan sebelum pasien dianastesi, konfirmasi ke pasien, keluarga
pasien, dan tim anastesi.
2) Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasi kepada tim bedah.
3) Sign out, dilakukan sebelum keluar ruang operasi.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 9-11 Maret 2015, di IRNA Lantai
3 RSUA sudah terdapat form check list pre operasi. Penandaan lokasi operasi dengan
menggunakan spidol permanen sebelum operasi.
5) Pengendalian infeksi
(1) Hand hygiene
Setelah dilakukan pengkajian secara observasi pada tanggal 9-11
Maret 2015 didapatkan data bahwa:
a. Hand rub hanya ada di nurse station dan di depan lorong jalan
ruang rawat inap, sedangkan di setiap tempat tidur pasien belum
tersedia
74
b. Sudah ada edukasi kepada pasien dan keluarga pasien tentang cuci
tangan, namun belum ada penerapannya.
(2) Perawat sudah menggunakan APD (masker, sarung tangan) saat ke
pasien
(3) Manajemen limbah
a. Hitam : sampah umum
b. Kuning : sampah medis
c. Ungu : sampah radioaktif (belum ada)
d. Safety box : sampah tajam
6) Pengurangan resiko pasien jatuh
Pengkajian resiko jatuh pada pasien dilakukan pada saat awal pasien masuk ke
ruangan rawat inap menggunakan form sesuai dengan usia (anak, dewasa, dam
geriatri). Pemberian intervensi pada pasien disesuaikan dengan kriteria rendah,
sedang, atau tinggi berdasarkan SPO yang telah ada.
Salah satu contoh intervensi penanggulangan pasien resiko jatuh yaitu harus
ada satu penunggu pasien, side rail harus selalu ditutup, dan memastikan ke keluarga
untuk selalu menutupnya, menganjurkan keluarga pasien untuk minta bantuan
perawat dalam tindakan apapun. Pada kejadian nyaris cidera, kejadian tidak
diinginkan perawat langsung membuat Root Cause Analysis (RCA).
Berdasarkan data pengkajian pasien resiko jatuh yang dilakukan pada tanggal
9-11 Maret 2015, dapat diketahui bahwa pengkajian resiko pasien jatuh sudah
dilakukan pada awal pasien dan didokumentasikan di rekam medis pasien, namun
beberapa tidak melakukan pendokumentasian risiko jatuh. Usaha penanggulangan
yang dilakukan meliputi menutup side rail dan masing-masing pasien diberi
penunggu minimal 1 orang.
Adapun parameter pengukuran keselamatan pasien di IRNA Lantai 3 RSUA,
yaitu :
Indikator StandarAngka kejadian plebitis 5%
74
Angka kejadian dekubitus ≤ 1,5%Angka kejadian jatuh 0%Angka kesalahan pemberian obat 0%Tingkat kepuasan pasien 75%Angka kesalahan pengambilan darah 0%
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari bidang mutu pelayanan RSUA,
prosentase keselamatan pasien di IRNA Lantai 3 RSUA pada bulan Desember 2014
hingga Maret 2015 didapatkan data dibawah ini:
Indikator Desember’14 Januari ‘15 Februari’15Angka kejadian plebitis 13,17 % 16,54 % %Angka kejadian dekubitus 0 % 1,45 % %Angka kejadian jatuh 0,55 % 0 % %Angka kesalahan pemberian obat 0 % 0 % %Ketidakpuasan pasien 1,03 % 1,49 % %Angka kesalahan pengambilan darah 0 % 0 % %
Tabel 2.20 Kejadian Pasien Jatuh
No
VariabelTanggal Total
09 10 111 Jumlah Pasien Jatuh 0 0 0 02 Jumlah pasien yang
beresiko jatuh7 8 8 8
Angka kejadian Jatuh = Jumlah pasien yang jatuh
Jumlah pasien yang beresiko jatuh
= 0
8
= 0 %
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai 0% pada angka kejadian jatuh
di Ruang Irna Lantai 3.
2) Kepuasan pasien
74
X 100 %
Setelah dilakukan pengkajian dengan menyebar kuisioner pada tanggal 9-
11Maret 2015 kepada pasien di Ruang Irna Lantai 3 kelas 2 dan 3 yang akan pulang
didapatkan data seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.21 Kepuasan Pasien
Kode Pasien
Hasil Persentase Kepuasan Kategori
1 80 Puas2 90 Puas3 88 Puas4 93 Puas5 95 Puas
Pelaksanaan evaluasi kepuasan pasien yang telah dilakukan adalah dengan
menggunakan instrumen kepuasan pasien yang berisi 20 soal pertanyaan berbentuk
pilihan dengan jawaban “ya”, “kadang-kadang”,dan ”tidak”. Penilaian kepuasan
dilakukan berdasarkan rentang prosentase yang diadopsi dari kriteria Notoatmodjo,
dimana <56% menunujukkan kurang puas, 56-75% menunjukkan cukup puas, dan
75-100% menunjukkan puas. Pengkajian di Ruang Rawat Inap Lantai 3 dilakukan
kepada pasien kelas 2 dan 3 yang berjumlah 5 orang.
Disimpulkan bahwa 5 pasien mengalami kepuasan pada pelayanan Rumah
Sakit namun tidak ada yang 100% mengalami kepuasan. Ketidakpuasan pasien
terlihat pada pernyataan antara lain bahwa perawat tidak memperkenalkan diri kepada
pasien, perawat tidak menjelaskan mengenai fasilitas yang tersedia di rumah sakit,
perawat tidak menjelaskan tata tertib rumah sakit, perawat tidak memperkenalkan
perawat yang bertanggungjawab kepada pasien, perawat menjelaskan resiko atau
bahaya suatu tindakan pada pasien sebelum melakukan tindakan.
Berdasarkan keterangan diatas, bahwa tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan rumah sakit sudah memenuhi standar KMK No.129/th.2008
yaitu tingkat kepuasan pasien ≥90%.
3) Kenyamanan
74
Hasil pengkajian pada tanggal 9-11 Maret 2015 didapatkan data tentang
kenyamanan pasien seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.22 Kenyamanan
No Variabel Tanggal Total
09 10 111 Jumlah pasien nyeri yang
terdokumentasi6 8 6 7
2 Total pasien 13 13 13 13
Berdasarkan data tabel diatas dan dilakukan perhitungan persentasi pasien
dengan nyeri yang terdokumentasi sebesar 53,8%.
4) Kecemasan
Hasil pengkajian pada tanggal 10 Maret 2015 didapatkan data tentang
kecemasan pada pasien seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.23 Kecemasan
No Variabel Total
1 Normal/tidak cemas 112 Kecemasan ringan 13 Kecemasan sedang 04 Kecemasan berat 0
Jumlah pasien yang dirawat 12
74
7
13x 100% = 53,8 %
Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi
∑ total px nyeri yang terdokumentasi
∑ total pasien per periode tertentu x 100%=
=
x 100%∑ pasien cemas
∑ pasien yang dirawatAngka kecemasan =
Angka kecemasan =1 x 100% = 8,3 %
12
Berdasarkan data tabel
diatas dan dilakukan perhitungan angka kecemasan pasien didapatkan nilai
sebesar 8,3 % pasien mengalami kecemasan ringan.
5) Perawatan diri
Hasil pengkajian pada tanggal 10 Maret 2015 didapatkan data tentang
perawatan diri pada pasien seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.24 Kategori Tingkat Kemandirian Pasien Kelolaan pada tanggal 10 Maret 2015 berdasarkan indeks KATZ
Kategori Deskripsi Jumlah Pasien
AMandiri dalam hal makan, BAK/BAB, mengenakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan mandi
3
BMandiri semuanya, kecuali salah satu dari fungsi diatas
7
CMandiri, kecuali mandi dan salah satu dari fungsi diatas
-
DMandiri, kecuali mandi, berpakaian dan salah satu dari fungsi diatas
-
EMandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet dan salah satu dari fungsi diatas
-
FMandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan salah satu dari fungsi diatas
1
G Ketergantungan untuk semua fungsi diatas 2
6) Pengetahuan/perilaku pasien
Hasil pengkajian pada tanggal 10 Maret 2015 didapatkan data tentang
pengetahuan pada pasien seperti tabel dibawah ini.
Tabel 2.25 Rekapitulasi Pengetahuan tentang Penyakit Tanggal 10 Maret 2015
No Uraian Jumlah Pasien1 Pengetahuan Baik 52 Pengetahuan Sedang 43 Pengetahuan Kurang 3
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100 %
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
3 x 100 % = 25 %
74
12
Berdasarkan data tabel diatas dan dilakukan perhitungan pengetahuan pasien
didapatkan nilai sebesar 25%.
7) Angka kejadian dekubitus
Hasil pengkajian pada tanggal 9-11 Maret didapatkan data tentang kejadian
decubitus pada pasien seperti tabel dibawah ini.
Tabel 2.26 Angka Kejadian Decubitus
No Variabel Tanggal Total09 10 11
1 Jumlah Pasien dengan dekubitus
0 0 0 0
2 Jumlah Pasien yang beresiko dekubitus
2 2 2 2
Berdasarkan data tabel diatas dan dilakukan perhitungan angka kejadian
dekubitus didapatkan nilai sebesar 0%.
8) Angka kejadian plebitis
Hasil pengkajian pada tanggal 9-11 Maret 2015 didapatkan data tentang
kejadian plebitis pada pasien seperti tabel dibawah ini.
Tabel 2.27 Angka Kejadian Plebitis
No VariabelTanggal Total
09 10 111 Jumlah Pasien dengan phlebitis 2 2 0 12 Jumlah Pasien yang beresiko
plebitis13 13 13 13
74
Jumlah pasien dekubitus jumlah pasien yang beresiko dekubitus x 100%Angka Kejadian dekubitus =
0x 100% = 0%2
Berdasarkan data tabel diatas angka kejadian plebitis pada tanggal 9-11 Maret
2015 prosentase phlebitis mencapai 7,7 %.
2.3 Analisa SWOT
Tabel 2.28 Analisis SWOT
1. M1
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING
1. Sumber Daya Manusia (M1)a. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH
1) Sebanyak 100% perawat telah mengikuti pelatihan kegawat daruratan (misalnya PPGD, BLS).
2) Seluruh perawat berpendidikan ners.
3) Adanya perawat yang mengikuti seminar dan workshop.
TOTAL
WEAKNESS1) Beban kerja perawat pada shift
pagi dan sore berat yaitu 85,9% dan 86,6%.
2) Sebagian besar peraawat percaya bahwa jumlah perawat dan pasien belum sesuai
3) Informasi pemberian beasiswa dan pelatihan pendidikan perawatan belum jelas.
TOTAL
b. Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1) Adanya kesempatan untuk
mengikuti pelatihan yang dibiayai oleh institusi
2) Adanya kesempatan untuk
0,4
0,4
0,2
1
0,4
0,2
0,4
1
0,2
0,2
3
3
2
2
2
2
3
3
1,2
1,2
0,4
2,8
0,8
0,4
0,8
2,0
0,6
0,6
S-W2,8-2=0,8
O-T2,4-2,6= -0,2
74
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
3) Adanya kerjasama yang baik antar mahasiswa Fakultas Keperawatan dengan perawat klinik
4) Adanya program akreditasi RS dari pemerintah dimana MAKP merupakan salah satu penilaian
5) Adanya HCA yang membantu pekerjaan perawat.
TOTAL
THREATENED1) Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesional
2) Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum
3) Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
4) Persaingan antar RS yang semakin kuat
TOTAL
0,2
0,2
0,2
1
0,2
0,2
0,2
0,4
1
2
2
2
3
2
2
3
0,4
0,4
0,4
2,4
0,6
0,4
0,4
1,2
2,6
2. M2
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING 2. Sarana dan Prasarana (M2)
a. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1. Mempunyai sarana dan prasarana
yang memadai untuk pasien, dan tenaga kesehatan
2. Semua perawat mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan.
3. Tersedianya Nurse Station
TOTAL
WEAKNESS1. Belum ada sarana dan prasarana
0,5
0,3
0,2
1
4
3
3
2,0
0,9
0,6
3,5
S-W3,5-2,5=1
74
seperti kotak obat hight alert, brankar, handrub masih belum sesuai rasio pasien
2. Belum ada pantri/dapur3. Administrasi penunjang belum
memadai seperti tidak adanya lembar pencatatan inventaris untuk sarana dan prasarana
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1. Adanya kesempatan penggantian
sarana dan prasarana yang rusak
TOTAL
THREATENED1. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan
2. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan prasarana
TOTAL
0,3
0,50.2
1
1
1
0,5
0,5
1
2
32
3
2
3
0,6
1,50.4
2,5
3
3
1,0
1,5
2,5
O-T3-2,5=0,5
3. M3
NO ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING3. METHODE (M3)
1. MAKPa. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1) Sudah ada model asuhan
keperawatan yaitu MAKP primer2) Model asuhan keperawatan yang
digunakan sesuai dengan visi, misi RS
3) Semua perawat mengerti dan memahami model yang digunakandan menyatakan cocok dengan model yang ada.
4) Terlaksananya komunikasi yang adekuat : Perawat dan tim
0,3
0,2
0,17
0,13
4
4
3
3
1,2
0,8
0,51
0,39
3,5– 3 = 0,5
74
kesehatan lain 5) Ketenagaan keperawatan sudah
memenuhi syarat untuk MAKP (semua lulusan S1 Keperawatan)
TOTAL
WEAKNESS1. Penerapan tugas perawat primer
dan perawat associate belum sesuai.
2. 40% tugas tidak sesuai dengan model aasuhan keperawatan di ruangan
TOTAL
b. Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1) Adanya mahasiswa S1
keperawatan praktik keperawatan medikal bedah dan manajemen keperawatan yang dapat membantu pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga mengurangi beban kerja perawat.
2) Kepercayaan dari pasien dan masyarakat cukup baik
3) Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisme
TOTAL
THREATENED1. Persaingan dengan Rumah Sakit
swasta yang semakin ketat2. Adanya tuntutan masyarakat
yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih profesional
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
TOTAL
0,20
1
0,5
0,5
1
0,3
0,3
0,3
1
0,4
0,3
0,3
1
3
3
3
3
3
3
3
3
4
2
0,60
3,2
1,5
1,5
3
0,9
0,9
0,9
2,7
1,2
1,2
0,6
3
O-T =2,7 – 3 =
- 0,3
74
2. Timbang Terimaa. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1. Timbang terima merupakan
kegiatan rutin yaitu dilaksanakan 3 kali sehari.
2. Seluruh perawat yang bertugas mengikuti timbang terima. dan memahami proses timbang terima
3. Laporan timbang terima yang disampaikan dapat menggambarkan kondisi pasien
4. Kemampuan perawat dalam berkomunikasi sangat baik
5. Ada buku khusus untuk pelaporan timbang terima
TOTAL
WEAKNESS1. Belum adanya SPO timbang
terima2. Saat timbang terima, sebagian
perawat masih menyelesaikan pendokumentasian.
3. Waktu pelaksanaan timbang terima tidak tepat waktu
4. Pada saat melakukan validasi ke pasien tidak semua perawat berinteraksi lansung dengan pasien.
TOTAL
b. Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY
1.Adanya mahasiswa profesi keperawatan yang praktek managemen keperawatan
2.Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa profesi keperawatan dengan perawat ruangan.
3. Sarana dan prasarana penunjang cukup tersedia
TOTALTHREATENED1. Adanya tuntutan yang lebih
tinggi dari masyarakat untuk
0,3
0,2
0,2
1
0,15
0,15
0.4
0,2
1
0,2
0,3
0,3
1
0,3
0,3
4
3
3
2
2
4
3
2
3
4
4
3
1,2
0,6
0,6
0,30
0,30
3
1,6
0,6
0,4
0,2
2,8
1,2
0,9
1,2
3,3
1,8
S – W =3-2,8= 0,2
O-T =3,3 - 3= 0,3
74
mendapatkan pelayanan keperawatan yang profesional.
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggungjawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
TOTAL
0,4
1
0,6
1
3
31,2
3,6
3. Ronde Keperawatana. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH1. 80% perawat mendukung
kegiatan ronde keperawatan2. 100% perawat memahami ronde
keperawatan.3. Adanya kasus pasien yang
memerlukan ronde keperawatan
TOTAL
WEAKNESS1. Ronde Keperawatan belum dilaksanakan.
TOTAL
b. Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1.Adanya mahasiswa S1 Keperawatan Praktik managemen 2.Sebagai rumah sakit pendidikan
TOTAL
TREATHENED1. adanya tuntutan dari masyarakat
yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan yang profesional
TOTAL
0,5
0.3
0,2
1
1
1
0,6
0,4
1
1
1
4
3
3
3
3
4
4
2
0,9
0,6
3,5
3
3
1,8
1,6
3,4
4
4
S-W3.5 – 3 = 0,5
O-T =3,4 – 4 =
0,6
4. Sentralisasi Obata. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1) Sudah ada sarana dan prasarana
yang baik untuk sentralisasi obat2) Pengetahuan perawat tentang
0,3
0,5
4
4
1,2
2,0
S – W3,8 - 2,4 = 1,4
74
proses sentralisasi obat baik3) Ada medication chart untuk obat
oral dan parenteralTOTAL
WEAKNESS1. Belum ada SPO sentraliasi obat
serta beberapa SPO lain terkait pemberian obat kepada pasien
2. Belum adanya inform consent sentralisasi obat antaraperawat dan pasien.
3. Tidak ada lembar serah terima obat
TOTAL
b. Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1) Adanya mahasiswa S1
keperawatan yang Praktik managemen keperawatan
2) Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa S1 keperawatan dalam pelaksanaan
3) Adanya kebijakan institusi dalam sentralisasi obat
TOTAL
TREATHENED1) Banyak berita terkait malpraktik,
obat yang tidak sesuai2) Adanya tuntutan pasien untuk
mendapatkan pelayanan yang profesional
TOTAL
0,2
1
0,4
0,3
0,3
1
0,3
0,3
0,4
1
0,5
0,5
1
3
3
2
2
3
3
4
3
3
0,6
3,8
1,2
0,6
0.6
2,4
0,9
0,9
1,6
3,4
1,5
1,5
3
O – T3,4 – 3,0 = 0,4
5. Penerimaan Pasien Baru
a. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1. Adanya komunikasi awal yang
efektif untuk membina hubungan saling percaya.
2. Terdapat administrasi penunjang (lembar penerimaan pasien baru)
TOTAL
0,5
0,5
1
3
4
1,5
2
3,5
S-W3,5-2,1=1,4
74
WEAKNESS1. Sebagian pasien tidak langsung dilakukan orientasi setelah masuk ruangan. 2. Sarana prasarana penerimaan pasien baru belum lengkap (tidak ada tata tertib rumah sakit secara tertulis)
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1. Adanya mahasiswa S1
keperawatan yang melakukan praktik manajemen
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa dan perawat klinik
3. Meningkatnya pemahaman pasien dan keluarga tentang perawatan di rumah sakit
TOTAL
THREATENED1. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan
2. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
TOTAL
0,3
0,3
1
0,3
0,3
0,4
1
0,5
0,5
1
3
4
2
3
3
3
4
0,9
1,2
2,1
0,6
0,9
1,2
2,7
1,5
2
3,5
O-T3,5-2,7=0,8
6. Discharge Planning (M3)c. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1. Adanya kemauan untuk
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga saat akan pulang
3. Adanya pemahaman tentang perencanaan pulang oleh perawat
TOTAL
0,3
0,3
0,4
1
3
3
3
0,9
0,9
1,2
3
S-W3-2,7=0,3
74
WEAKNESS1. Pelaksanaan perencanaan pulang
belum optimal2. Tidak tersedianya brosur atau
leaflet untuk pasien saat melakukan perencanaan pulang
3. Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan pada setiap pasien atau keluarga
TOTAL
d. Eksternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1. Adanya kebijakan dari institusi
untuk melaksanakan perencanaan pulang
2. Adanya mahasiswa S1 yang melaksanakan praktek manajemen
3. Kemauan pasien dan keluarga terhadap anjuran perawat
TOTAL
THREATENED1. Makin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan
2. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melaksanakan pelayanan keperawatan yang profesional
TOTAL
0,4
0,3
0,3
1
0,4
0,3
0,3
1
0,5
0,5
1
3
3
2
3
3
2
3
2
1,2
0,9
0,6
2,7
1,2
0,9
0,6
2,7
1,5
1
2,5
O-T2,7-2,5=0,2
7 Supervisia. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1) Supervisi telah dilaksanakan
pada pegawai baru 2) Adanya kemauan perawat untuk
berubah3) Merupakan Rumah Sakit
Pendidikan dimana kualitas pelayanan sangat diutamakan
TOTAL
0,3
0,3
0,3
1
3
4
3
0,9
1,2
0,9
3
S – W3 – 3,2 =
-0,2
74
WEAKNESS1. Belum mempunyai format yang
baku dalam pelaksanaan supervisi
2. 40% perawat mengatakan belum pernah dilakukan supervisi
3. Penilaian supervisi masih secara global sehingga pencapaian setiap kompetensi belum maksimal.
4. Tidak terdapat sosialisasi tentang supervise
5. Hasil supervisi tidak di follow up
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1) Adanya mahasiswa
S1Keperawatan yang melakukan praktik manajemen keperawatan
2) Hasil supervisi dapat digunakan sebagai pedoman untuk DP3 (Daftar Penilaian Prestasi Pegawai)
3) Terbukanya kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan magang
TOTAL
THREATENED1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang profesional2. Motivasi untuk bekerja lebih baik dan sesuai SOP menurun
TOTAL
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
1
0,3
0,4
0,3
1
0,5
0,5
1
4
3
3
2
4
4
4
2
2
3
0,8
0,6
0,6
0,4
0,8
3,2
1,2
1,6
0,6
3,4
1
1,5
2,5
O – T3,4 – 2,5= 0,9
8. Dokumentasi Keperawatana. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1. Tersedianya sarana dan prasarana
dokumentasi untuk tenaga kesehatan (sarana administrasi penunjang)
0,3 4 1,2 S-W3.4 – 3 = 0,4
74
2. Penggunaan sistem pendokumentasian SBAR
3. Format pendokumentasian dengan model integration note
4. Adanya sistem Read, write, Repeat Back
5. Adanya kesadaran dan pengetahuan perawat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat
TOTAL
WEAKNESS1. Pendokumentasian kurang
lengkap2. Pengawasan terhadap sistematika
pendokumentasian belum dilaksanakan secara optimal
TOTAL
b. Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1. Adanya program pelatihan2. Mahasiswa S1 Keperawatan
Praktik managemen untuk mengembangkan system dokumentasi SBAR
3. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa
TOTAL
TREATHENED2. Tingkat kesadaran masyarakat
(pasien dan keluarga) akan tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan
TOTAL
0,2
0,2
0,2
0,1
1
0,5
0,5
1
0,30,3
0,4
1
0,4
0,6
1
3
3
3
4
3
3
33
3
1
2
0,6
0,6
0,6
0,4
3,4
1,5
1,5
3
0,90,9
1,2
3
0,4
1,2
1,6
O - T3 -1,6= 1,4
4. M4
74
No Analisa SWOT Bobot Rating Bobot x rating
M4(Money)e. Internal Faktor (IFAS)STRENGTH
a. Ada sumber dana dari Universitas Airlangga dan APBN
b. Ada pendapatan dari pasien umum atau privat
c. Ada petugas administrasi pada hari senin - Jumat
TOTAL
WEAKNESSDana utama dari APBN pengadaan rumit sehingga pemenuhan sarana prasarana lambat
TOTAL
f. Eksternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY
Adanya pasien umum,non BPJS dapat meningkatkan income RS.
TOTAL
THREATENED1. Pasien BPJS harus memperhatikan alokasi
biaya yang telah ditentukan2. Adanya sistem dan sumber dana yang
terpusat dapat menyebabkan terlambatnya pengembangan sarana dan prasarana RS
TOTAL
0,5
0,3
0,2
1
1
1
1
1
0,4
0,6
1
3
2
1
3
3
3
4
1,5
0,6
0,2
2,3
3
3
3
3
1,2
2,4
3,6
S – W = 2,3 – 3 = -0,7
O – T = 3 – 3,6 = - 0,6
5. M5
NO ANALISA SWOT BOBOT RATING BOBOT x RATING5 Mutu (M5)
Internal Faktor (IFAS)STRENGTH1) Kepuasan pasien terhadap
pelayanan kesehatan di rumah sakit > 90%
2) Rata-rata pasien pulang dalam kondisi membaik/sembuh
3) Medication error 0%
0.3
0.3
0.2
4
4
4
1.2
1.2
0.8
S-W=3,7 – 3,4 = 0.3
74
4) Rumah sakit telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien.
5) Terdapat standar pengelolaan pencegahan infeksi.
TOTAL
WEAKNESS1) BOR belum mencapai ideal2) Angka kejadian phlebitis 7,7 %3) Kurangnya penerapan cuci
tangan keluarga pasien4) Belum ada pemberian gelang
pada pasien resiko jatuh
1.TOTAL
Ekternal Faktor (EFAS)OPPORTUNITY1) Rumah sakit sedang berada
dalam proses menuju akreditasi JCI.
2) Terdapat Mahasiswa Keperawatan yang melaksanakan Praktik managemen
3) Usaha mencapai tujuan tri darma pendidikan sebagai Rumah sakit pendidikan
TOTAL
TREATHENED1) Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang profesional
2) Tuntunan dari tenaga medis lainnya (dokter spesialis)
3) Persaingan dengan Rumah Sakit lain
TOTAL
0.1
0.1
1
0.30.3
0,2
0.2
1
0.4
0.3
0.3
1
0.4
0.3
0.4
1
3
2
44
3
2
4
3
2
3
1
3
0.3
0.2
3.7
1.21.2
0.6
0.4
3.4
1.6
0.9
0.6
3.1
1.2
0.3
1.2
2.7
O-T=3,1-2,7= 0,4
1.4 Diagram Layang
74
-1.5 -1.3 -1.1 -0.9 -0.7 -0.5 -0.3
-0.0999999999999999 0.1 0.3 0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2
DIAGRAM LAYANG IRNA LT 3 RSUA
IFAS
EFAS
KeteranganM1 : ManM2 : Material TT : timbang terimaDP : discharge planningPPB : penerimaan pasien baruRK : ronde keperawatanSO : sentralisasi obatSUP : superviseDok : dokumentasiMAKP: penerapan model MAKPM4 : moneyM5 : mutu
2.5 Identifikasi Masalaha. Sumber Daya Manusia (M1)
Masalah :
1) Sebagian besar perawat 55,56% memiliki beban kerja yang berat.
74
TT (0.2, 0.3)DP (0.2, 0.3)
Sup (-0.2,0.9 )Dok (0.4, 1.4 )
PPB (1.4, 0.8 )
SO (1.4, 0.4 )M2 (1,0.5 )
RK (0.5 ,0.6 )
MAKP ( 0.5, -0.3)
M1 (0.8, -0.2)
M4 (-0.7, -0.6)
M5 (0.3, 0.4)
2) Sebagian perawat belum memahami peran dan fungsinya.
3) Pembagian tugas masih belum jelas.
Penyebab :
1) Perawat tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan
keperawatan, tetapi juga melakukan tugas tambahan perawat yang diluar
wewenang perawat seperti, urusan administrasi, transportasi pasien,
sarana prasarana, dan sebagainya.
Perawat belum diberi uraian tugas secara tertulis.
b. Sarana dan Prasarana (M2)
Masalah
1) Administrasi penunjang seperti lembar inventaris untuk pencatatan saran dan
prasarana belum ada
2) Belum adanya pelabelan sarana dan prasarana untuk inventarisasi
3) Sarana untuk cuci tangan (handrub) ada tetapi belum mencukupi, kotak obat
high alert tidak ada.
4) Dapur/pantri di ruang lantai 3 masih belum ada, saat ini dapur masih dilantai
4.
Penyebab
1) Belum ada uraian tugas yang jelas untuk penanggung jawab sarana dan
prasarana.
2) Perencanaan pembangunan yang masih kurang (dapur/pantri)
c. Metode (M3)
a) MAKP
Masalah :
1. Penerapan tugas perawat primer dan perawat associate belum sesuai
2. 40% perawat menyatakan tugas tidak sesuai dengan asuhan keperawatan di
ruangan
Penyebab :
74
a. Uraian tugas perawat tidak diberikan secara tertulis.
b. Pembagian tugas tidak sesuai dengan model asuhan keperawatan
c. Tingkat pendidikan yang sama dengan masa kerja yang tidak jauh berbeda.
b) Timbang terima
Masalah :
1. Belum adanya SPO timbang terima
2. Saat timbang terima, sebagian perawat masih menyelesaikan
pendokumentasian.
3. Sebagian besar waktu pelaksanaan timbang terima tidak tepat waktu
4. Pada saat melakukan validasi ke pasien belum semua perawat
membina hubungan saling percaya ke pasien
Penyebab
(1) Belum tersusunnya SPO timbang terima
(2) Manajemen waktu yang belum sesuai.
(3) Belum terbiasanya perawat dalam melakukan perkenalan diri secara
terapeutik serta kurangnya pengetahuan pasien tentang kegiatan
validasi.
c) Penerimaan Pasien Baru
Masalah:
1. Sebagian pasien tidak langsung dilakukan orientasi setelah masuk
ruangan
2. Sarana prasarana penerimaan pasien baru belum lengkap (tidak ada
tata tertib rumah sakit secara tertulis ditempel di ruangan)
Penyebab:
(1) Perawat lebih memprioritaskan pekerjaan lain yang dianggap lebih
penting.
(2) Belum dibuatnya tata tertib secara tertulis
d) Sentralisasi Obat
Masalah :
74
a. Belum ada SPO tertulis mengenai sentralisasi obatbeberapa SPO
pemberian obat
b. Belum adanya inform consent sentralisasi obat antara perawat dan
pasien
c. Belum ada lembar serah terima obat
Penyebab :
a) Belum dibuatnya SPO secara tertulis dan beberapa SPO pemberian
obat
b) Belum adanya format salinan obat untuk pasien
c) Belum dibuat lembar serah terima obat
e) Supervisi
Masalah :
a) Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi
b) Supervisi hanya diperuntukkan untuk tenaga perawat baru
c) Penilaian supervisi masih secara global, sehingga pencapaian setiap
kompetensi belum maksimal.
d) Belum ada follow up untuk hasil supervisi
e) Tidak terdapat sosialisasi tentang supervisi.
Penyebab:
a) Belum ada SPO supervisi.
b) Belum terjadwalnya supervisi di ruang lantai 3 RSUA
c) Belum tersedia format yang baku dalam pelaksanaan supervisi
d) Kurangnya sumber daya manusia untuk melakukan supervisi secara
menyeluruh untuk semua tenaga perawat, khususnya di IRNA Lantai 3
f) Discharge Planning
Masalah :
a) Pelaksanaan perencanaan pulang belum optimal
b) Tidak tersedianya brosur/leaflet untuk pasien saat perencanaan pulang
c) Pemberian pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan pada setiap
pasien atau keluarga.
74
Penyebab :
1. Pelaksanaan yang kurang optimal karena beban kerja perawat yang
mencakup berbagai aspek pelayanan kesehatan dan ruangan belum
menyediakan brosur/leaflet.
g) Dokumentasi Keperawatan
Masalah :
(1) Pendokumentasian kurang lengkap
(2) Pengawasan terhadap sistematika pendokumentasian belum
dilaksanakan secara optimal.
Penyebab :
a) Belum ada petunjuk teknis yang jelas
b) Beban kerja perawat tinggi
.
h) Ronde Keperawatan
Masalah :
Ronde keperawatan belum dilaksanakan
Penyebab:
a) Tidak ada SPO ronde keperawatan
b) Perawat tidak memiliki waktu untuk melakukan ronde keperawatan
karena beban kerja perawat yang tinggi, yang juga melakukan
pekerjaan selain tugas keperawatan.
d. Money (M4)
Masalah
- Proses pengadaan sarana dan prasarana RS sangat rumit
Penyebab
- RS Unair merupakan Rumah Sakit Pendidikan dengan sumber dana dari
APBN dan RKAT Rektorat Universitas Airlangga
74
e. Mutu (M5)
Masalah : Tingginya angka kejadian flebitis pada tanggal 9-11 Maret
2015 (15,4%) dan pemberian identitas pada IV line belum terlaksana dengan
maksimal
Penyebab : - Chemical
- Bacteria
-Mechanism, dalam aspek ini kurangnya ketelitian perawat dalam
mencantumkan etiket pemasangan dapat mengakibatkan
kurangnya kontrol dalam pencegahan flebitis.
1) Masalah: Kurangnya penerapan cuci tangan perawat dan keluarga pasien
Penyebab : - Perawat belum memberikan edukasi tentang mencuci tangan
- Sarana prasarana khususnya handrub pada setiap bed pasien
yang belum terpenuhi
- Perawat kesulitan meluangkan waktu memberikan edukasi
tentang infeksi nosokomial.
2) Masalah: Belum ada pemberian gelang pada pasien resiko jatuh
Penyebab: - belum terkajinya pasien dengan form MFS pada dokumentasi
f. Masalah prioritas
Berdasarkan pengkajian dan analisa ditemukan masalah utama pada M3 yaitu
supervisi. Seperti yang dijelaskan pada pengkajian di atas, supervisi untuk
perawat ruangan belum dilaksanakan secara terstruktur dan terjadwal. Supervisi
biasanya dilakukan secara informal jika didapatkan salah satu perawat
melakukan suatu tindakan dengan kurang sesuai dan setelahnya mendapatkan
feedback dari PJ Unit atau Wakil PJ Unit. Format baku supervisi belum ada.
Pelaporan/pendokumentasian maupun follow uphasil supervisi secara tertulis
kepada koordinator keperawatan belum dilakukan. Supervisi di Lantai 3 RS
Universitas Airlanggadilaksanakan secara informal. 40% perawat menyatakan
tidak pernah dilakukan supervisi, sedangkan perawat yang menyatakan pernah
74
dilakukan supervisi, 40% menyatakan tidak ada follow up untuk hasil dari
supervisi yang telah dilakukan. Sebanyak 60% perawat menyatakan tidak puas
dengan hasil feedback dari supervisor karena tidak ada perubahan. Dan untuk
supervisi di lantai 3 RSUA belum ada format baku sesuai standar keperawatan
untuk mengetahui alur supervisi.
74