Descriptions of batik.

18
TUGAS KUNJUNGAN INDUSTRI BATIK NAMA KELOMPOK : ACH. MAULIDI YULIAN A. (1) DIMAS PRAMAYOGA S. (10) FARIDATUL ISLAMIA (13) IRADATUR RAHMANIYAH (17) WAIL ADIL KUDDAH (34)

Transcript of Descriptions of batik.

TUGASKUNJUNGAN INDUSTRI BATIK

NAMA KELOMPOK : ACH. MAULIDI YULIAN A. (1)

DIMAS PRAMAYOGA S. (10)

FARIDATUL ISLAMIA (13)

IRADATUR RAHMANIYAH (17)

WAIL ADIL KUDDAH (34)

SMAN 3 PAMEKASANTAHUN AJARAN 2015-2016

HASIL LAPORAN KUNJUNGAN

INDUSTRI BATIKNama sentral batik : Sinar batik

Nama pemilik : Abdul Muhyi

Tahun berdiri : 2012

Untuk melengkapi tugas dan nilai mata pelajaran PKWU (Prakarya dan Kewirausahaan), kelompok kami akan mengulas lebih lanjut mengenai batik yang ada di Indonesia terutama didaerah pamekasan Madura.kelompok kami mengunjungi sentral batik dikasawan pamekasan Madura, tepatnya di jalan desa Toronan. Ditempat ini kami telah menemui pemilik dari sentral batik yang bernama “SINAR BATIK” dengan Bapak Abdul Muhyi.meskipun ditempat ini baru berjalan namun produksi sentral batik telah meproduksi berbagai macam jenis batik. Salah satunya batik Kok lekkok, Gaj jagat, Serat kayu dan Beling pecah .ditempat ini sudah memproduksi batik kurang lebih 80 buah per bulan dengan pengasilan kurang lebih 10 juta perbulan. Cara mendaptkan batik ini pun sangat mudah, bisa didapatkan dipasar 17 agustus pamekasan madura dan via online. kelompok kami juga telah mengamati tata cara membuat dan mendesain batik dari tempat ini. selanjutnya kelompok kami akan membahas tentang sejarah batik di Indonesia maupun dimadura. Sekian laporan kunjungan industri sentral batik di daerah Toronan.

Pameksan,17 Januari 2015

Mengetahui

Abdul Muhyi

Sejarah batik di Indonesia

Pengertian

Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut Hamzuri dalam bukunya yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat perintang yang sering digunakan ialah lilin atau malam.kain yang sudah digambar dengan menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan.setelah itu malam dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai kain yang disebut batik berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus.

Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu”tik” yang berarti titik / matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah ”batik” (Indonesia Indah ”batik”, 1997, 14). Di samping itu mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori. Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata”Batik” akan tetapi seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada huruf Jawa ”tha” bukan ”ta” dan pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara pengambaran motif pada kain ialah melalui proses pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.

Perkembangan Batik di Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam keraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar keraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar keraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia. Dan pada hari Jumat tanggal 2 Oktober tahun 2009, Educational Scientific and Cultural Organisation (UNESCO), menetapkan batik sebagai warisan budaya milik Indonesia. Hari yang dinanti-nantikan oleh seluruh penduduk ini pun dijadikan sebagai Hari Batik.

SEJARAH BATIK MADURA

Kain batik Madura mulai dikenal masyarakat luas pada abad ke 16 dan 17 sejak zaman kerajaan. Alkisah bermula ketika sedang terjadi peperangan di daerah Pamekasan Madura. Peperangan tersebut antara Ke’ Lesap melawan Raden Azhar (Kiai Penghulu Bagandan). Raden Azhar adalah ulama penasihat spriritual Adipati Pamekasan yang memiliki nama Raden Ismail atauAdipati Arya Adikara IV. Sedangkan Ke’ Lesap merupakan putera Madura asli keturunan Cakraningrat I dengan istri selir.

Raden Azhar memakai pakaian kebesaran batik motif parang atau dalam bahasa Madura lazim disebut motif leres yaitu kain batik dengan motif garis melintang simetris dalam peperangan tersebut. Saat memakai kain batik motif parang, terlihat Raden Azhar memiliki kharisma dan tampak gagah. Sejak saat itulah, jenis batik menjadi perbincangan di kalangan masyarakat Madura terutama pembesar-pembesar di Pamekasan.

Di Jogjakarta dan Solo, Jenis kain batik parang adalah pakaian kebesaran para raja. Konon katanya, mereka yang rakyat biasa pantang memakainya. tetapi itu dulu, jika sekarang bolehlah asal tidak dipakai saat bertemu dengan raja. Misalnya dipakai untuk kondangan atau menghadiri rapat. Tokoh masyarakat penting yang mengenalkan kain batik ke Madura adalah seorang Adipati Sumenep, Arya Wiraraja yang tidak lain merupakan sekutu dekat Raden Wijaya, sebagai pendirikerajaan Majapahit.

Motif batik dari madura memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh beberapa batik dari daerah lainnya. Ciri utama atau khas batik Madura sebagai usaha rumahan yang mudah dikenali yaitu selalu terdapatnya warna merah dalam motif bunga ataupun daun. dari beberapa kalangan memberikan penilaian, terdapat kesamaan motif kain batik Jogjakarta dan Madura. Adanya kesamaan motif kain batik Madura dan Jogjakarta disebabkan karena ada hubungan darah antara raja Mataram dengan pembesar di Madura itu sendiri.

Kerajaan Bangkalan pada zaman raja Cakraningrat I adalahbawahan Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung.

CORAK DAN MOTIF BATIK MADURA Corak dari batik Madura sendiri tak lepas dari pengaruh budaya asing seperti Cina. Warna cerah merupakan salah satu campur tangan dari orang-orang tionghoa. Batik madura mempunyai warna yang mencolok, seperti kuning, merah atau hijau. Masing-masing warna memiliki arti tersendiri. Misalnya, merah melambangkan karakter masyarakat Madura yang kuat dan keras, hijau melambang warna religi di mana beberapa kerajaan Islam didirikan dan berkembang di Madura, kuning melambangkan bulir-bulir padi pertanian penduduknya. Batik Madura juga memiliki perbendaharaan motif yang beragam. Misalnya, pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan, ada sejumlah motif mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Madura.Teknik pewarnaan Batik Madura dilakukan secara khusus yaitu melalui proses perendaman yang memakan waktu selama enam bulan. Jadi meski terlihat kasar, namun batik Madura tidak murahan. Bayangkan, harga di tingkat perajin saja bisa mencapai jutaan rupiah per helai. Keistimewaan lain dari batik ini, semakin lama warnanya terlihat semakin cerah

 JENIS BATIK MADURA

Selain berbagai motif dan corak yang beragam, batik Madura juga mempunyai berbagai jenis. Diantaranya adalah jenis batik Gentongan. Batik gentongan ini memiliki harga yang tak murah. Namun meski demikian, batik ini selalu diburu oleh kolektor maupun penggemar batik. Batik ini diberi nama gentongan karena pada proses pembuatannya, ada sebuah alat yang sangat memperngaruhi yaitu gentong atau gerabah. Alat gentong atau gerabah ini digunakan pada saat proses pewarnaan dengan bahan pewarna alami seperti kulit mengkudu, kulit mundu, kulit buah jelawe, kayu jambal, kayu jirek, dan yang lainnya.

Proses pewarnaan ini juga tergolong lama yaitu sekitar 3 sampai 6 bulan. Maka batik ini tergolong batik yang mahal karena dalam pembuatan selembar batik ini diperlukan waktu 1 tahun untuk menyelesaikannya. Cirri dari batik

gentongan adalah warna yang berani, corak bahari seperti kapal, rumpt laut, dan sebagainya. Yang menarik dari batik gentongan adalah sekilas batik ini terlihat basah, namun jika dipegang, teksturnya halus dan kering.

CONTOH BATIK MADURA

CARA MEMBUAT BATIK TULISBerikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :

Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)

Canting sebagai alat pembentuk motif,

Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)

Lilin (malam) yang dicairkan

Panci dan kompor kecil untuk memanaskan

Larutan pewarna

Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:

Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil.

Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.

Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.

Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .

Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.

Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.

Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.

Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.

Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.

Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.

Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti

lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.

Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.

LAMPIRAN KUNJUNGAN INDUSTRI BATIK

“SINAR BATIK”Proses pemberian malan

Proses pelepasan malan serta pemberian warna

Foto bersama pemilik industri batik