DESAIN DAN EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN …
Transcript of DESAIN DAN EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN …
DESAIN DAN EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI
(Studi Kasus Pada Perusahaan Rambut Palsu Hls dikota Semarang)
RIZKI SOFIA LUTFIANI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Desain Dan Evaluasi pada
Perusahaan Rambut Palsu HLS Kota Semarang, terutama dalam Sistem
Pengendalian Manajemen dalam meningkatkan produksi. Desain Dan Evaluasi
merupakan konsep pengelolaan perusahaan yang berdasarkan pada tiga elemen,
yaitu : sistem pengendalian manajemen, target capaian kerja karyawan produksi
dan efektivitas. Data yang digunakan adalah data target dan capaian kerja
karyawan bagian produksi Perusahaan Rambut Palsu HLS Kota Semarang yang
bersumber dari Target Produksi Perusahaan Rambut Palsu HLS Kota Semarang
tahun 2018 dengan menggunakan rasio sistem pengendalian manajemen, target
capaian kerja karyawan produksi dan efektivitas.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan
sekunder dengan metode kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Perusahaan Rambut Palsu HLS Kota
Semarang, khususnya dibidang target produksi dan capaian kinerja karyawan
produksi tahun 2018 belum dapat dikategorikan baik. Ditinjau dari segi target
capaian produksi “capaian produksi dibawah target” dengan angka 379 pcs
perbulan. Untuk kreteria capaian, dikategorikan “capaian produksi” karena
rasionya diatas 466 pcs perbulan. Sedangkan dari sudut efektifitasnya dapat
dikategorikan “sangat efektif”. Dari rasio ini dapat disimpulkan, peningkatan
target kerja karyawan bagian produksi Perusahaan Rambut Palsu HLS Kota
Semarang belum sepenuhnya didukung secara financial pengendalian manajemen
produksi.
Kata Kunci :Desain Dan Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen, HLS,
Target dan Capaian Produksi.
1. Latar Belakang Penelitian
Suatu sistem pengendalian manajemen telah didesain maka selanjutnya dilakukan
perbandingan-perbandingan dengan memberikan laporan penilaian kinerja dalam waktu
yang berbeda untuk mengetahui keberhasilan upaya yang telah dilakukan, ini merupakan
evaluasi sistem pengendalian manajemen. Pengambilan tindakan korektif dan mengubah
rencana bila perlu adalah tindak lanjut evaluasi tersebut. (Gunawan, 2014)
Perusahaan rambut palsu merupakan salah satu industri yang cukup berperan
dalam mendukung pembangunan nasional (RPJP) 2005-2015 karena industri ini
mempunyai karakteristik padat karya dengan orientasi ekspor, sehingga dapat menyerap
tenaga kerja cukup besar dan perolehan devisa bagi negara. Nilai ekspor rambut palsu
pada tahun 2007 mencapai nilai US $ 31.949.000. Hal ini justru meningkat sepanjang
tahun 2008 dengan volume penjualan mencapai nilai ekspor berkisar US $ 37.784.000
nilai ekspor ini terus meningkat pada tahun 2009 hal ini ditunjukan dari data ekspor yang
telah menembus angka US $ 53.084.000. Perkembangan industri rambut palsu mengalami
beberapa kendala, diantaranya adalah terbatanya ketersediaan bahan baku berkualitas
ekspor di dalam negeri, seperti bahan baku rambut alami maupun sintetis. Selain itu
sedikitnya penyerapan produk industri tersebut oleh pasar dalam negeri
(www.lppslh.or.id)
PT HLS Starwig bergerak pada bidang perusahaan manufaktur yang mengolah
bahan mentah rambut sintetis menjadi barang jadi rambut palsu (wig) , PT HLS Starwig
memulai produksi pertama kalinya pada 17 Agustus 2004 mulai membuka peluang bagi
masyarakat untuk turut serta merekrutnya menjadi staff dan karyawan untuk bekerjasama
dalam proses pembuatan rambut palsu yang berkualitas. Sistem pengendalian manajemen
yang dihadapi perusahaan pada bidang produksi seperti penundaan pekerjaan akibat
pembatasan akses ke ruangan membutuhkan persetujuan atasan; perilaku negatif seperti:
tertekan dengan pekerjaan, konflik, frustrasi dan resistensi; permintaan pembeli (buyer)
dari luar negeri yang terlalu pendek waktunya.
Sunardi dan Djazuli, 2015 menyatakan bahwa tidak semua perusahaan siap
menghadapi kondisi ini, hanya perusahaan yang didukung dengan desain sistem
pengendalian manajemen yang baik yang siap menghadapi MEA 2015. Perusahaan juga
harus melakukan evaluasi desain sistem pengendalian manajemen (SPM) yang selama ini
telah berjalan. Majed, 2013 menemukan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen
mempengaruhi kinerja perusahaan yang dicapai.
Hakim, 2012 menekankan bahwa melalui sistem pengendalian manajemen,
keseluruhan kegiatan utama (produksi) menjadikan perusahaan sebagai institusi pencipta
kekayaan yang dapat dilaksanakan secara terstruktur, terkoordimasi, terjadwal dan
terpadu, sehingga menjanjikan tujuan perusahaan tercapai serta kekayaan bertambah
dalam jumlah yang memadai.
Penelitian tersebut lebih banyak mengkaji pengaruh sistem pengendalian
manajemen terhadap kinerja perusahaan, sedangkan penelitian ini akan lebih
menitikberatkan pada desain dan evaluasi sistem pengendalian manajemen untuk
meningkatkan kinerja karyawan, bagian produksi Perusahaan Rambut palsu “HLS”
dikota Semarang
Penelitian terdahulu lebih banyak mengkaji pengaruh sistem pengendalian
manajemen terhadap kinerja perusahaan, sedangkan penelitian ini akan lebih
menitikberatkan pada desain dan evaluasi sistem pengendalian manajemen untuk
meningkatkan kinerja karyawan bagian produksi pada Perusahaan Rambut palsu “HLS”
di kota Semarang. Topik penelitian ini diajukan untuk mengisi celah penelitian terdahulu
atau untuk melengkapi penelitian terkait desain dan evaluasi sistem pengendalian
manajemen.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang penelitian diatas rumusan masalah nya sebagai
berikut:
1. Bagaimana desain sistem pengendalian manajemen pada perusahaan rambut palsu
HLS di kota Semarang?
2. Bagaimana penerapan desain sistem pengendalian manajemen pada perusahaan
rambut palsu HLS di kota Semarang?
3. Bagaimana evaluasi sistem pengendalian manajemen untuk meningkatkan produksi
perusahaan rambut palsu HLS di kota Semarang?
2. Deskripsi Kasus Dan Telaah Pustaka
Kajian Kasus Khusus
Berdasarkan pengamatan dibagian produksi menunjukan terjadinya keluhan apa
yang diinginkan atasan (manager produksi) terhadap produksi dan apa yang terjadi pada
produksi. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan belum mempunyai atau belum
menerapkan secara konsisten desain dan evaluasi sistem pengendalian manajemen.
Gambar 1
Formulasi Permasalahan Kasus
Produksi PT HLS STARWIG
Kepemimpinan Sistem
Pengendalian Manajemen Produksi
PT HLS STARWIG Semarang
Desain Sistem Pengendalian
Manajemen Produksi PT HLS
STARWIG
Penerapan Desain Sistem
Pengendalian Manajemen Produksi
PT HLS STARWIG
Penerapan Evaluasi sistem
pengendalian manajemen produksi
PT HLS STARWIG
Keterangan :
1. Produksi PT HLS STARWIG bergerak dibidang manufaktur proses pembuatan
rambut palsu untuk diexpor sesuai permintaan pesanan dari buyer
2. kepemimpinan sistem pengendalian manajemen produksi PT HLS STARWIG
untuk mengangkat permasalahan desain dan evaluasi sistem pengendalian
manajemen produksi yang mengalami keluhan apa yang diinginkan atasan
(manager produksi) terhadap produksi dan apa yang terjadi pada produksi. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan belum mempunyai atau belum menerapkan
secara konsisten desain dan evaluasi sistem pengendalian manajemen.
3. Desain sistem pengendalian manajemen produksi PT HLS STARWIG dengan
lingkungan bisnis yang dihadapi oleh organisasi. Kesesuaian suatu sistem dengan
lingkungan tempat sistem tersebut digunakan akan menjadikan sistem tersebut
efektif untuk menjalankan bisnis dilingkungan tersebut.
4. Penerapan desain sistem pengendalian manajemen PT HLS STARWIG didalam
mendesain sistem pengendalian manajemen memiliki karakteristik lingkungan
bisnis yang dimasuki oleh organisasi merupakan dasar untuk mendesain sistem
tersebut dengan pendekatan kontingensi.
5. Penerapan evaluasi sistem pengendalian manajemen produksi PT HLS
STARWIG, dengan melakukan beberapa observasi mengenai pengendalian
manajemen yang umumnya dihadapi ketika mendesain dan meningkatkan sistem
pengendalian manajemen, keinginan perusahaan yang harus dilakukan oleh
produksi menentukan apa yang diinginkan dan perusahan menilai apa yang
mungkin akan terjadi.
2.2 Telaah Pustaka
1. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen
Perusahaan ibarat manusia yang perlu makan, bekerja dan istirahat secara
teratur serta terkendali. Demikian juga untuk mencapai kinerja optimal,
perusahaan harus terorganisasi dengan baik, memiliki visi dan misi, memiliki
daya pengendalianmanajemen serta mempunyai pengetahuan untuk membantu
orang agar dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi proses pengambilan
keputusan yang tepat. Salah satu pcngetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan
tentang sistem pengendalian manajemen. (Sukarno, 2002) menyatakan bahwa
sistem pengendalian manajemen dapat dikatakan sebagai pengetahuan teoritis-
praktis dan dapat pula dikategorikan sebagai bagian dari pengetahuan perilaku
terapan. Dikatakan pengetahuan teoritispraktis, karena akan lebih mudah
mencerna kalau dalam mempelajarinya senantiasa membayangkan dan
mengaitkannya dengan perilaku manusia dalam kehidupan organisasi/perusahaan.
STRATEGI
STRUKTUR ORGANISAS
I
PENGENDALIAN MANAJEMEN
MANAJEMEN SUMBER
DAYA
BUDAYA
KINERJA
Dikatagorikan sebagai bagian dari pengetahuan perilaku terapan, karena pada
dasarnya sistem ini berisi tuntunan mengenai cara mengendalikan perusahaan
dengan baik.
Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) adalah suatu konsep yang terdiri
dari beberapa unsur yang digunakan untuk mencapai berbagai tujuan (Majed ,
2013).
Sistem pengendalian manajemen sebagai suatu proses dimana para manajer
mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasi
strategiorganisasi, terkait dengan kegiatan pengendalian manajemen, (Anthony
dan Govindarajan,2005) juga menjelaskan kegiatan-kegiatan pengendalian
manajemen, yaitu: merencanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi,
mengkoordinasikan kegiatan dari beberapa organisasi, mengkomunikasikan
informasi,mengevaluasi informasi,memutuskan tindakanapa yang seharusnya
diambil,mempengaruhi orang-orang untuk mengubahperilaku.
Gambar implementasi Sistem Pengendalian Manajemen (Halim,2009)
seperti berikut ini:
Gambar2
Kerangka Kerja Implementasi Strategi
Sumber: Anthony dan Govindoraja, Management Control System, 8 th Ed, (Chicago: Irwin, 1995), Hal 9
Keterangan gambar:
Alat untuk ,mengimplementasikan strategi. Sistem pengendalian manajemen
adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan strategi yang telah
ditetapkan. Jadi pengendalian manajemen memfokuskan pada pelaksanaan
strategi. Pengendalian manajemen hanya salah satu cara bagi manusia untuk
menerapkan strategi yang diinginkan. Strategi yang dapat diterapkan selain
pengendalian manajemen adalah melalui pendekatan struktur organisasi,
manajemen sumber daya dan budaya.
Proses pengendalian manajemen melibatkan hubungan antara atasan-
bawahan. Pengendalian dilakukan dari tingkat atas hingga bawah, seperti ilustrasi
dibawah ini :
Proses ini meliputi tiga aktivitas :
1. Komunikasi, komunikasi dimaksudkan agar bawahan bertindak secara
efektif, mereka harus tahu apa yang diharapkan dari mereka.
2. Motivasi, Bawahan harus diberi motivasi untuk menyelesaikan tugasnya.
3. Evaluasi, efisiensi atau efektifitasnya seorang bawahan melakukan
tugasnya harus dievaluasi terlebih dahulu oleh manajer.
Sistem pengendalian manajemen adalah suatu alat pengumpulan data untuk
membantu dan mengkoordinasikan pembuatan keputusan dalam organisasi.
Dalam pendekatan kovesional para manajer dan akuntan menerapkan sistem
pengendalian manajemen melalui perincian teknis pengolahan data, atau
pelaporan keuangan eksternal, menekankan pada kepatuhan terhadap aspek-aspek
hukum yang berlaku, atau pendeteksian kecurangan. Dalamperkembanganterakhir
diperlukan perluasan fokus dari sistemtersebut. (Samryn, 2012).Sistem
pengendalian manajemen adalah suatu rangkaian tindakan dan aktivitas yang
terjadi diseluruh kegiatan organisasi yang berjalan secara terus-menerus.
Pengendalian manajemen bukanlah suatu sistem terpisah dalam suatu organisasi,
melainkan harus dianggap sebagai bagian penting dari setiap sistem yang dipakai
manajemen untuk mengatur dan mengarahkan kegiatannya.
Tujuan Sistem Pengendalian Manajemen(Sumarsan, 2013) Tujuan
perancangan suatu sistem pengendalian manajemen adalah :
1. Diperolehnya keandalan dan integritas informasi
2. Kepatuhan terhadap rencana, prosedur, peraturan, dan ketentuan yang
berlaku.
3. Melindungi harta perusahaan.
4. Pencapaian kegiatan yang ekonomis dan efisien .
Pengendalian manajemen adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh badan
pengawas organisasi, pimpinan utama (manajemen), dan pegawai lainnya yang
dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan
dalam kategori berikut: efektivitas dan efisiensi kegiatan, Keterandalan pelaporan
keuangan, Ketaatan pada peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Sistem pengendalian manajemen yang digunakan menggunakan mekanisme
governance (tata kelola) yaitu perusahaan melaksanakan perencanaan,
penganggaran, pengukuran kinerja yang disesuaikan dengan tujuan perusahaan
yang akan dicapai (Porporato, 2006).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap keputusan
untuk sistem pengendalian manajemen akan memerlukan perencanaan yang
seksama. Hal ini disebabkan sistem pengendalian manajemen tersebut akan
memerlukan pengumpulan data untuk mengkoordinasi pembuatan keputusan
dalam organisasi, keterandalan informasi, ketaatan pada peraturan dan ketentuan
yang berlaku pada perusahan.
Proses Pengendalian Formal (Halim,2009) pada dasarnya meliputi tahapan-
tahapan tertentu yang secara terus-menerus bekerja dari tahun ke tahun. Tahap ini
dimulai dengan penentuan tujuan perusahaan dan strategi untuk mencapai tujuan
tersebut. Rencana strategik (Strategic Plan) disiapkan untuk
mengimplementasikan strategi tersebut , dan semua informasi yang tersedia
digunakan untuk memebuat rencana ini. Strategic Plan kemudian diubah menjadi
anggaran tahunan yang difokuskan pada perencanaan pendapatan dan biaya untuk
pusat-pusat pertanggung jawaban secara individual. Pusat-pusat pertanggung
jawaban juga diatur dengan sejumlah rules (peraturan) dan informasi lainnya.
Pusat pertanggung jawaban kemudian beroperasi melakukan kegiatan, dan hasil
kegiatan tersebut diukur dan dilaporkan. Hasil sesungguhnya kemudian
dibandingkan dengan rencana untuk menentukan keberhasilan pusat pertanggung
jawaban ini dalam melakukan tugasnya. Jika pusat pertanggung jawaban itu
berhasil , maka umpan balik berupa hadiah atau penghargaan akan diberikan
kepada pusat pertanggungjawaban. Tetapi jika tidak berhasil, maka umpan balik
digunakan untuk melakukan perbaikan pada pusat pertanggungjawaban tersebut,
dan perbaikan yang memungkinkan terhadap rencana. Proses pengendalian formal
tersebut apabila digambarkan dalam bentuk skema (Halim,2009) seperti berikut :
Gambar 3
Proses Pengendalian Formal
Sumber: Abdul Halim, (2009: 59)
2. Desain Dan Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen
Proses mendesain dan meningkatkan SPM memperhatikan dua
pertanyaan dasar (Kenneth A. Merchant & Wim A. Van der Stede, 2015) :
Apa yang diinginkan dan Apa yang mungkin terjadi.Ketika "apa yang
mungkin terjadi" berbeda dengan apa yang diinginkan maka berlanjut pada
kedua pertanyaan berikut:
1. Pengendalian apa yang seharusnya digunakan
2. Seberapa ketat pengendalian harus diaplikasikan
Tujuan dan Strategi
Perencanaan Strategik
Penyusunan anggaran
Kinerja Pusat Pertanggungjawaba
n
Laporan Rencana
Versus Aktual
Kinerja yang
Memuaskan
Peraturan (Rules) Informasi Lainnya
Revisi Revisi
Tindakan koreksi
Pengukuran
Umpan Balik
Reward
(umpan balik)
Komunikasi
Tidak
Ya
1. Pilihan Pengendalian
Setiap jenis pengendalian SPM tidak sama efektifnya dalam
menyelesaikan setiap permasalahan manajemen. Suatu permasalahan bisa
jadi diselesaikan dengan satu jenis pengendalian atau kombinasi beberapa
jenis pengendalian, dapat dipertimbangkan cost and benefitnya. Alternatif
pengendalian yang mahal harus diikuti dengan nilai tambah yang lebih
besar bagi perusahaan, seperti berikut ini :
1. Pengendalian Personel/Kultural sebagai Sebuah Pertimbangan Awal
Pengendalian personel layak menjadi alternatif pertama untuk
dipertimbangkan karena memiliki dampak kerugian yang lebih sedikit dan
biaya yang relatif lebih rendah.
2. Keunggulan dan Kelemahan Pengendalian Tindakan. Keunggulan
Pengendalian Tindakan yang pertama dan paling signifikan adalah
bahwapengendalian tindakan merupakan bentuk pengendalian yang paling
tepat/langsung ke sasaran. Ketika suatu tindakan dilakukan dengan benar
dari awal ketika dimulai (misal pengambilan keputusan investasi), maka
pengendalian tindakan merupakan pengendalian yang terbaik karena
pengendalian tersebut langsung menuju tepat ke tindakan. Artinya, ketika
pengendalian tindakan sudah mencukupi maka tidak perlu lagi memantau
hasilnya. Kedua, pengendalian tindakan cenderung menuju pada
pendokumentasian (dalam bentuk kebijakan dan prosedur) mengenai
tindakan-tindakan apa yang terbaik bagi perusahaan. Dengan begitu,
ketika pegawai datang dan pergi, pengetahuan tentang tindakan yang
terbaik bagi perusahaan tidak akan hilang.
3. Keunggulan dan Kelemahan Pengendalian Hasil. Keunggulan
pengendalian hasil yang pertama adalah, feasibility. Pengendalian hasil
dapat menjadi pengendalian yang efektif bahkan ketika pengendalian
tindakan kurang berjalan dengan baik. Kedua, ketika diberikan ruang
otonomi kepada karyawan, kreativitas cenderung meningkat. Pelaksanaan
pekerjaan dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan
suatu standar pekerjaan tertentu saja. Ketiga, biayanya relatif lebih murah
dari pada pengendalian tindakan. Kelemahan pengendalian hasil yang
pertama adalah, hasil yang diberikan kadang kurang sempurna untuk
mengindikasikan apakah tindakan yang baik sudah dilakukan karena hasil
tersebut tidak memenuhi syarat pengukuran yang baik. Kedua,
keterampilan karyawan kadang memiliki risiko dan pada pengendalian
hasil risiko tersebut dibebankan pada karyawan. Ketiga, target kinerja
yang merupakan bagian dari sistem pengendalian hasil (misal target
anggaran) biasanya tidak mampu memenuhi semua fungsi pengendalian
(terdapat dua fungsi penting pengendalian yaitu motivaiton to achieve dan
coordination). Terakhir, beberapa karyawan kurang suka dengan otonomi
dalam bekerja. Hal ini dikarenakan mereka kurang menikmati
tanggungjawab yang diberikan atau risiko yang dibebankan kepada
mereka. Untuk mengatasinya, karyawan diberikan pilihan untuk bekerja
sesuai keterampilan dan ambisinya.
2. Pemilihan Ketatnya Pengendalian
Keputusan mengenai apa pengendalian harus diaplikasikan lebih ketat atau
longgar tergantung pada jawaban dari pertanyaan :
1. Apakah manfaat potensial dari pengendalian ketat?
2. Berapa biayanya?
3. Mungkinkah ada efek samping yang merugikan?
3. Beradaptasi Terhadap Perubahan
Banyak perusahaan menekankan pada satu bentuk pengendalian
manajemen pada satu waktu tertentu, tetapi seringkali mengubah penekanan ke
bentuk lain karena kebutuhan, kemampuan dan lingkungan yang berubah.
4. Tetap Fokus pada Perilaku
Analisis pengendalian manajemen sulit karena manfaat dan efek sampingnya
tergantung pada bagaimana karyawan akan bereaksi terhadap pengendalian yang
sedang digunakan. Perilaku tiap orang dapat berbeda dan unik sehingga sulit
dianalisis. Perbedaan ini yang membuat implementasi SPM menjadi menanatang
dan penting untuk menekankan bahwa tidak ada satu pun bentuk pengendalian
yang optimal pada semua jenis keadaan. Manfaat pengendalian manajemen hanya
berasal dari pengaruhnya terhadap perilaku.
5. Mempertahankan Pengendalian yang Baik
Penyebab kegagalan pengendalian:
1. Pemahaman yang tidak sempurna mengenai penentuan dan/atau pengaruh
pengendalian manajemen
2. Kecenderungan manajemen untuk menunda implementasi pengendalian
manajemen untuk mengerjakan permintaan bisnis lain yang dianggap lebih
penting dan utama. Penundaan implementasi juga dapat disebabkan gaya
personal manajer dalam memimpin perusahaan, karena tidak mau
beradaptasi dengan lingkungan yang berubah.
Desain sistem perencanaan dan pengendalian manajemen terdapat dua
pendekatan (Sunardi dan Abidjazuli, 2015), yaitu:
1). Pendekatan Kontijensi
Pendekatan kontijensi merupakan suatu pendekatan yang
menggunakan kondisi lingkungan bisnis Pendesainan sistem berangkat
dari penentuan karakteristik lingkungan bisnis yang akan dimasuki oleh
perusahaan. Lingkungan bisnis ibarat suatu teritorial, yang untuk
menjelajahinya diperlukan suatu peta. Peta yang menggambarkan
lingkungan bisnis yang dimasuki oleh perusahaan disebut paradigma.
Berdasarkan paradigma ini, kita mendesain sistem-suatu alat yang kita
gunakan untuk mengorganisasikan berbagai sumber daya untuk
mewujudkan tujuan sistem. Pendekatan kontijensi akan menyadarkan
karyawan tentang pentingnya pengamatan tren (trendwatching) terhadap
lingkungan bisnis untuk memungkinkan dilakukannya pembaruan
terhadap paradigma karyawan dan perbaikan berkelanjutan terhadap
desain Sistem Pengendalian Manjemen. Pendekatan kontijensi sangat
efektif untuk menghadapi lingkungan bisnis. Dengan pendekatan
kontijensi, Sistem Pengendalian Manajemen didesain sesuai dengan
lingkungan bisnis yang dimasukan oleh perusahaan. Pendesainan struktur
Sistem Pengendalian Manajemen diarahkan untuk menghasilkan
organisasi yang sesuai untuk memasuki era teknologi informasi (cross-
fundactional organization, boundaryless organization, pemberdayaan
karyawan. Pendesainan proses sistem pengendalian manajemen ditujukan
untuk memotivasi karyawan dalam melakukan perbaikan berkelanjutan
terhadap sistem yang digunakan untuk menghasilkan nilai bagi pelanggan.
Perumusan strategi ditujukan ke pemilihan startegi untuk menghasilkan
nilai bagi pelanggan.
Perencanaan strategik dengan balanced scorecard ditujukan untuk
menghasilkan rencana strategik komprehensif, koheren, terukur, dan
berimbang. Penyusunan program ditunjukan untuk menghasilkan rencana
laba jangka panjang yang menjanjikan pelipatgandaan kinerja keuangan
berkesinambungan. Penyusunan anggaran dengan berdasarkan aktivitas
pengimplementasian anggaran dengan aktivitas manajemen, dan
pemantauan dengan biaya berbasis aktivitas ditujukan untuk memfokuskan
rencan laba jangka pendek, pengimplementasian dan pemantauan atas
pengimplementasian rencana diarahkan ke pemuasan kebutuhan
pelanggan. Semua sistem yang didesain untuk melakukan proses SPM
difokuskan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, digunakan untuk
memotivasi karyawan dalam melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap
sistem, dimanfaatkan untuk mengintegrasikan proses layanan kepada
pelanggan, dan ditunjukan untuk melipatgandakan kinerja keuangan
berkesinambungan. Kedua pendekatan modal manusia, dalam lingkungan
bisnis kompetitif, sumber daya yang mampu menjadikan perusahaan
unggul (distinct) dalam persaingan adalah modal manusia, yaitu
kemampuan dalam menerapkan pengetahuan. Oleh karena itu, keahlian
yang dituntut dari designer SPM adalah kemampuan mendesain sistem
pengendalian manajemen yang dapat menempatkan perusahaan pada
posisi kompetitif melalui pendekatan ini.
Dengan demikian, dalam pendesainan sistem pengendalian manajemen,
struktur sistem dan proses sistem harus didesain sedemikian rupa agar
dapat melepaskan dan memusatkan seluruh potensi modal manusia
keperwujudan visi perusahaan. Pendekatan modal manusia menjanjikan
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kekayaan.
Dalam mendesain Sistem Pengendalian Manajemen dengan pendekatan
Modal manusia, dapat ditempuh dengan 2 cara, yaitu (1). melalui
penggunaan paradigma karyawan untuk melandasi pendesainan Sistem
Pengendalian Manajemen, bahwa organisasi pada dasarnya merupakan
kumpulan orang yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda, yang
saling tergantung satu dengan lainnya, yang berusaha untuk mewujudkan
kepentingan bersama, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
Dalam mewujudkan visinya, organisasi akan efektif jika modal
manusianya memiliki paradigma yang mencerminkan kondisi lingkungan
yang dimasuki oleh organisasi tersebut, dan melalui
2). Pendekatan Human Capital Leverage
Pendekatan ini melalui pengembangan managerial skill dalam
pengelolaan sisi bayangan organisasi. Sistem Pengendalian Manajemen
merupakan sisitem formal untuk merencanakan berbagai kegiatan
perwujudan visi organisasi melalui misi yang telah dipilih, dan untuk
mengimplementasikan dan memantau pelaksanaan rencana kegiatan
tersebut. Untuk menjalankan sistem formal tersebut diperlukan tiga macam
managerial skill (Mulyadi , 2007:21):
(1) keterampilan dalam pengelolaan proses bisnis dan
organisasi melalui sistem formal,
(2) keterampilan dalam mengelola perubahan melalui sistem
formal, dan
(3) keterampilan dalam mengelola sisi bayangan organisasi
3. Kinerja Karyawan
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang
berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.
Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses
(Nurlaila, 2010:71). Menurut pendekatan perilaku dalam manajemen, kinerja
adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan atau jasa yang diberikan
oleh seseorang yang melakukan pekerjaan (Luthans, 2005:165).
Kinerja merupakan prestasi kerja, yaitu perbandingan antara hasil kerja
dengan standar yangditetapkan (Dessler, 2000:41). Kinerja adalah hasil kerja baik
secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugas sesuai tanggung jawab yang diberikan (Mangkunagara,
2002:22).
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri,
2005:50).
Sedangkan Mathis dan Jackson (2006:65) menyatakan bahwa kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pegawai. Manajemen
kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja masing-masing individu dan
kelompok kerja di perusahaan tersebut.
Kinerja merupakan hasil kerja dari tingkah laku (Amstrong, 1999:15).
Pengertian kinerja ini mengaitkan antara hasil kerja dengan tingkah laku. Sebgai
tingkah laku, kinerja merupakan aktivitas manusia yang diarahkan pada
pelaksanaan tugas organisasi yang dibebankan kepadanya.
3.1.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
1. Efektifitas dan efisiensi
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan
bahwa kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak
dicari kegiatan menilai yang penting dari hasil yang dicapai sehingga
mengakibatkan kepuasan walaupun efektif dinamakan tidak efesien.
Sebaliknya, bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka
kegiatan tersebut efesien (Prawirosentono, 1999:27).
2. Otoritas (wewenang)
Otoritas menurut adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah
dalam suatu organisasi formal yang dimiliki seorang anggota organisasi
kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai
dengan kontribusinya (Prawirosentono, 1999:27). Perintah tersebut
mengatakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dalam
organisasi tersebut.
3. Disiplin
Disiplin adalah taat kepda hukum dan peraturan yang berlaku
(Prawirosentono, 1999:27). Jadi, disiplin karyawan adalah kegiatan
karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan
organisasi dimana dia bekerja.
4. Inisiatif
Inisiatif yaitu berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam
membentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan
organisasi.
3.2.Karakteristik Kinerja Karyawan
Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut
(Mangkunegara, 2002:68):
1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.
3. Memiliki tujuan yang realistis.
4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi
tujuannya.
5. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh
kegiatan kerja yang dilakukannya.
6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogramkan.
3.3.Indikator Kinerja Karyawan
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator,
yaitu (Robbins, 2006:260):
1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan.
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah
seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal
waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output
serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
(tenaga, uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud
menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan
dapat menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu
tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan
tanggung jawab karyawan terhadap
3. Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif
menurut Sugiyono (2015) desain penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata terulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Sedangkan lingkup yang diteliti meliputi kinerja produksi pada PT.HLS STARWIG
Bergas Semarang.
3.2 Prosedur Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan
pengumpulan data dengan beberapa metode.
Untuk data primer, metode pengumpulan data yang digunakan diantaranya:
1. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara menggunakan alat rekam dan
daftar pertanyaan langsung ke PT. HLS STARWIG Bergas, Semarang,
khususnya manajer dan supervisior produksi yang menangani Sistem
Pengendalian Manajemen pada PT HLS STARWIG Bergas Semarang.
2. Studi Kepustakaan, yaitu dengan menelaah bahan-bahan pustaka seperti buku-
buku yang memuat teori-teori, karya ilmiah dan bahan lain yang relevan dengan
penelitian.
3.3.Teknik Analisis
Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain,
(Sugiyono, 2015). Komponen dalam analisis data menurut Sugiyono (2015), yaitu:
Reduksi Data, Penyajian Data, penyimpulan data, pengujian keabsahan data
4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1. Desain Sistem Pengendalian Manajemen Produksi
Desain sistem pengendalian manajemen produksi yang telah digunakan
untuk memenuhi kebutuhan PT HLS STARWIG. “ Berdasarkan data dari
Perusahaan PT HLS STARWIG manajer produksi dalam menjalankan sistem
pengendalian manajemen mempunyai tujuan tertulis berupa buku panduan
seperti buku proses produksi pembuatan rambut palsu(Book daeyang)
merupakan buku panduan kerja tertulis yang bertujuan untuk arahan jalannya
proses produksi dari bahan mentah hingga diolah menjadi barang jadi yaitu
sebuah rambut palsu (wig).
Sesuai dengan tujuan bagian produksi yaitu pencapaian target yang telah
direncanakanselaras dengan tujuan karyawan bagian produksi seperti halnya
dengan target yang di tentukan oleh perusahaan dalam target setiap bagian
proses produksi untuk karyawan bisa target sesuai target yang direncanakan
pihak manajemen perusahaan.
Partisipasi karyawan produksi pada pihak perusahaan ini ditandai
dengan adanya target yang ditentukan oleh perusahaan karyawan tersebut
bisa target dalam satu hari dan bahkan melebihi target yang ditentukan.
Kreativitas, inovasi dan adaptasi salah satu penerapan perusahaan untuk
karyawan bagaian produksi karena hal ini kreativitas diperlukan untuk
menentukan target produksi yang ditentukan pihak mannajemen produksi agar
tercapai, inovasi diperlukan untuk memonitor pola piker karyawan karena
setiap karyawan produksi mempunya pola pikir masing-masing dalam
menjalankan proses bekerja jika inovasi diberikan dari pihak manajemen
untuk karyawan produksi setidaknya memberikan gambaran mengenai
keadaan perusahaan.
Berdasarkan data dari perusahaan PT HLS STARWIG supervisior
produksiKurangnya implementasi dalam peraturan kinerja mengakibatkan
tidak stabilnya dalam bagian produksi hal tersebut seperti target yang
ditentukan oleh pihak manajemen perusahaan yang tidak melihat kapasitas
tenaga kerja karyawan bagian produksi.
Pengendalian tindakan dapat mengurangi pengaruh negative pada
karyawan yang lebih mandiri dan kreatif hal tersebut mempengaruhi karyawan
untuk keluar dari perusahaan.
Pengendalian personel diberikan untuk karyawan bagian produksi karena
untuk memahami apa yang diperlukan dalam peran utama seperti motivasi jika
target yang diberikan oleh pihak perusahaan ada insentif tambahan dari pihak
perusahaan hal tersebut mampu bekerja dengan baik tanpa penguatan
tambahan dari perusahaan.
Pemilihan dan penempatan dilakukan oleh setiap atasan setiap bagian
produksi (Banjang) karena memudahkan setiap jalannya proses produksi pada
bagian tersebut. Pemilihan karyawan bagian produksi berdasarkan skill atau
kemahiran dalam bekerja, sedangkan penempatannya berdasarkan
pengalaman kerja.
Pelatihan diberikan kepada karyawan baru bagian produksi setiap
hari oleh pihak manajemen perusahaan untuk karyawan yang masa kerja
masih dibawah 1 (satu) bulan (Spv produksi). Pelatihan ini untuk tenaga kerja
yang belum mempunyai skill atau kemahiran setiap bagian produksi seperti
setiap bagian bantu, bagian proses produksi, dan bagian transfer. Pelatihan ini
juga dapat menunjukan karyawan bagian produksi yang belum mahir sampai
yang mahir.
Berdasarkan data Perusahaan PT HLS STARWIG manajer produksi,
mendapat pasokan bahan baku langsung dari Negara Korea, sehinggabahan
baku yang dipasok sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dan tepat waktu.
Hal tersebut mengurangi keterlambatan dalam bekerja dalam proses
produksipada perusahaan PT HLS STARWIG.
Berdasarkan data dari perusahaan PT HLS STARWIG Proses
produksi perusahaan harus ditunjang dengan kecukupan energi atausumber
daya yang diperlukan. Sumber daya energi perusahaan diperlukan
adanyasumber daya seperti air dari PDAM untuk proses produksi, listrik dari
PLN dan Generatol listrik dll hal tersebut mempermudah untuk jalannya
proses produksi bahan mentah hingga proses menjadi rambut palsu (wig).
4.1.2. Penerapan Desain Sistem Pengendalian Manajemen Produksi
Hasil penelitian terkait penerapan sistem pengendalian manajemen akan
dibahas melalui gambaran umum bagian produksi kemudian dilanjutkan mengenai
desain dan evaluasi sistem pengendalian manajemen pada PT HLS STARWIG
Semarang, yang disajikan pada tabel 1
Berdasarkan tabel 2 perhitungan data target produksi dan capaian kerja
karyawan bagiaan produksi PT HLS STARWIG kebijakan perusahaan menetapkan setiap
mesin untuk membuat 15 pcs per hari dan jumlah hari kerja setiap bulan 26 hari dengan
catatan setiap hari sabtu setengah hari kerja karyawan bagian produksi.
Berdasarkan perhitungan data PT HLS STARWIG dari sekelompok pekerja
sejumlah 25 orang pencapaian target tertinggi 466 pcs dan terendah 395 pcs dengan jam
kerja normal 216 jam dalam satu bulan para pekerja melebihi target yang ditentukan
perusahaan. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai skill pada tingkat sangat mahir.
Skill mahir ini dapat dicapai
setelah bekerja selama tidak kurang lima tahun, sehingga mereka bekerja dengan cepat,
tepat dan
sedikit
kesalahan dalam bekerja. Dengan demikian hasil produksinya sesuai dengan kualitas
yang ditetapkan perusahaan serta tidak ada hasil produksinya yang ditolak (reject) pihak
pusat.
Sementara itu, terdapat karyawan bagian produksi yang tidak mencapai target
yang ditetapkan oleh perusahaan. Data disajikan pada tabel 2
Berdasarkan tabel 3 perhitungan data target produksi dan capaian kerja karyawan
bagiaan produksi dibawah target PT HLS STARWIG kebijakan perusahaan
menetapkan setiap mesin untuk membuat 15 pcs per hari dan jumlah hari kerja setiap
bulan 26 hari dengan catatan setiap hari sabtu setengah hari kerja karyawan bagian
produksi.
Berdasarkan perhitungan data PT HLS STARWIG dari sekelompok pekerja
sejumlah 25 orang pencapaian target tertinggi 379 pcs dan terendah 200 pcs dengan jam
kerja normal 216 jam dalam satu bulan. Para pekerja dibawah target yang ditentukan
perusahaan. Hal ini dikarenakan mereka mempunyai skill pada tingkat yang rendah.
Skill rendah ini dikarenakan mereka masih bekerja antara satu-dua tahun. Sehingga
mereka masih perlu pelatihan dan pengalaman kerja lebih lama untuk mencapai skill
yang lebih tinggi dan mencapai target produksi yang ditentukan oleh perusahaan.
Dari data tersebut diatas menunjukan perusahaan memerlukan pengendalian
hasil produksinya salah satu kelebihan melakukan pengendalian hasil oleh
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. pengendalian hasil dapat menjadi pengendalian yang efektif bahkan ketika
kurangnya pengetahuan mengenai tindakan yang diinginkan.
2. Perilaku Karyawan produksi dapat dipengaruhi bahkan ketika karyawan
memperoleh skill tingkat mahir
3. Pengendalian hasil dapat dilakukan melalui dengan pengukuran kinerja ini
digunakan karena berhubungan langsung dengan pengendalian manajemen
produksi.
4. Mengoptimalkan sejumlah target kinerja sebagai bagian dari sitem pengendalian
hasil
5. Pemilihan karyawan pada pekerjaan yang sesuai dengan ketrampilan dan ambisi
mereka merupakan bentuk pengendalian personel untuk mengurangi masalah
Pencapaian Tertiggi 466
Pencapaian Terendah 395
Rata-rata jam kerja perbulan 216 jam kerja mesin
Pencapaian Tertiggi 379
Pencapaian Terendah 200
Rata-rata jam kerja perbulan 216 jam kerja mesin
4.1.3.Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen Produksi
Data Desain Sistem Pengendaian Manajemen tersebut diatas dapat
dievaluasi seperti tabel 3
Berdasarkan tabel 3 bahwa jenis pengendalian dan permasalahan pengendalian
melalui pengendalian hasil berkaitan dengan akuntabilitas hasil pada perusahaan
mengalami kurangnya pengendalian dan masalah motivasi dari pihak manajemen.
Pengendalian tindakan melalui pembatasan sikap pengendalian tersebut mempunyai
permasalahan pada kurangnya pengendalian serta masalah motivasi. Pengendalian
tindakan melalui tinjauan pratindak tidak ada permasalahan dalam pengendalian.
Pengendalian tindakan melalui akuntabilitas tindakan mempunyai permasalahan
pengendalian seperti kurangnya pengendalian, masalah motivasi dan keterbatasan
personel. Pengendalian tindakan melalui redundasi adanya permasalahan pengendalian
seperti kurangnya pengendalian dan masalah motivasi. Pengendalian personel atau
kultur melalui pemilihan dan penempatan, pelatihan, keterbatasan sumber daya,
penciptaaan kultur perusahaan yang kuat, imbalan berbasis kelompok dengan
memberikan insentif kepada karyawan produksi yang mempunyai skill tidak ada
permasalahan pada pengendalian manajemen produksi.
Analisis hasil dari penelitian mengenai evaluasi sistem pengendalian manajemen
produksi adalah manfaat potensial pengendalian manajemen produksi. Beban dalam
mengimplementasikan penerapan sistem pengendalian manajemen produksi, dan efek
samping yang merugikan.
Manfaat potensial sistem pengendalian manajemen produksi yang ketat juga
cenderung lebih tinggi ketika kinerjanya buruk, masih terdapat karyawan bagian
produksi yang bekerja dibawah target. Berkenan dengan gaya manajemen PT HLS
STARWIG, manajer produksi yang mengatakan, Jika karyawan mengerjakan dengan
baik, maka karyawan akan memiliki kebebasan lebih dibandingkan dengan sebagian
karyawan lain dari perusahaan yang sama. Namun, pengendalian itu akan menjadi
sangat ketat ketika suatu unit memiliki kinerja dibawah standar .
Menurut Manajer Produksi PT HLS menghadapi beban
dalammengimplementasikan pengendalian Pengendalian jika diimplementasikan
dalam bentuk yang ketat biayanya menjadi mahal. Seperti, misalnya dalam bentuk
pengendalian tindakan, dapat menyita banyak waktu top manajemen. Pengendalian
hasil yang ketat membutuhkan studi yang ekstensif untuk mengumpulkan standar
kinerja yang bermanfaat, atau mungkin mereka memerlukan sistem informasi yang
canggih untuk mengumpulkan dan menganalisis seluruh data kinerja yang dibutuhkan.
Ada efek samping yang merugikan Semua kondisi yang perlu dapat menjadi
pengendalian yang fisibel, seperti pengetahuan / skill mengenai bagaimana membuat
rambut palsu. Pengendalian yang berhubungan dengan hasil akhir yang diinginkan,
bilamana tidak tersedia, maka efek samping yang merugikan kemungkinan akan
terjadi. Jika pengendalian tersebut diimplementasikan, maka, khususnya,
pengendalian diimplementasikan dengan cara yang ketat
1) Data dan fakta (hasil wawancara) tersebut diatas maka desain dan evaluasi sistem
pengendalian manajemen pada bagian produksi dapat disajikan secara ringkas
seperti gambar 2. Proses berawal ketika detektor mencari informasi tentang aktivitas.
Detektor ini dapat berupa sistem informasi baik formal maupun informal, yang
menyediakan informasi kepada pimpinan mengenai apa yang terjadi di dalam suatu
aktivitas.
2) Setelah informasi diperoleh, aktivitas yang terekam didalamnya dibandingkan
dengan aktual dengan target berupa kriteria mengenai apa yang seharusnya
dilaksanakan dan seberapa jauh perlunya pembenaran.
3) Proses perbaikan dilaksanakan oleh efektor, sehingga penyimpangan-penyimpangan
diubah agar kegiatan kembali mengikuti target yang telah ditetapkan.
4) Begitulah Proses Pengendalian Manajemen, dinamis dan berkelanjutan
Tidak ada desain sistem yang baik atau yang buruk; yang ada adalah apakah
suatu desain sistem pas (fit) dengan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh organisasi.
Kesesuaian (fitness) suatu sistem dengan lingkungan tempat sistem tersebut digunakan
akan menjadikan sistem tersebut efektif untuk menjalankan bisnis di lingkungan
tersebut. Oleh karena itu, didalam mendisain sistem pengendalian manajemen,
karakteristik lingkungan bisnis yang dimasuki oleh organisasi merupakan dasar untuk
mendesain sistem tersebut. Pendekatan penyusunan sistem seperti itu disebut dengan
Contingency Approach .(Kenneth A. Merchant & Wim A. Van der Stede, 2017)
Untuk menjalankan Sistem PengendalianManajemen yang telah didesain dan
dievaluasi, pimpinan dan manajerperusahaan perlu memiliki kemampuan untuk
(Erlinda Muslim, 2018) :
1) menciptakan bisnis
2) merancang organisasi yang secara efektif memberikan layanan bagi bisnis yang
telah dipilih
3) mengembangkan sekelompok manajer dan leader yang mengkoordinasikan dan
memudahkan pelaksanaan proses bisnis dan proses organisasi.
(Erlinda Muslim, 2018) mendalamkan lagi bahwa Pengelolaan Perubahan untuk
menjalankan SPM, manajer perlu memiliki kemampuan untuk memicu dan mengelola
inovasi dan perubahan. 3 pertanyaan yang relevan diajukan adalah :
1) apa yang perlu kita lakukan untuk menjadikan bisnis lebih baik?.
2) bagaimana kita dapat membuat organisasi melayani bisnis lebih efektif
?.
3) bagaimana kita meningkatkan manajemen dan leadership dalam
organisasi?
Pengelolaan Sisi Bayangan Organisasi : Sisi bayang suatu organisasi adalah
faktor-faktor yang berdampak positif dan negatif terhadap produktivitas dan kualitas
kehidupan kerja organisasi secara substantif dan sistematik, namun tidak dapat
dijumpai di dalam bagan organisasi atau di dalam pedoman organisasi serta tidak
dibicarakan dalam forum resmi organisasi.
1) Sisi Bayangan SPM
2) Sisi Bayangan Manusia
3) Sisi Bayangan Sistem Sosial
4) Sisi Bayangan Politik Organisasi
5) Kultur Organisasi.
4.2 Pembahasan
(Sunardi danAbid Djazuli, 2015) menyatakan perusahaan harus melakukan
desain dan evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Manajemen yang selama ini telah
berjalan agar dapat menganggap MEA ini sebagai tantangan tetapi dilain pihak juga
sebuah peluang kita untuk memajukan perekonomian Indonesia. (Gani Abdel Majed,
2013)menyebutkan Sistem Pengendalian Manajemen diterapkan secara konsisten akan
berdampak pada perbaikan kinerja perusahaan sebagaimana yang diharapkan.
(Ayu Purnama, 2013) menegaskan Penerapan sistem pengendalian manajemen
yang efektif memerlukan campur tangan pimpinan perusahaan karena karyawan bekerja
sebagaimana yang diinstruksikan pemimpinnya. Hal ini dapat menjadikan karyawan
bekerja merasa nyaman, sehingga berpeluang kinerja karyawan akan meningkat.
(Lukmanul Hakim, 2012) meyakinkan Pendesainan sistem pengendalian manajemen,
keseluruhan kegiatan utama untuk menjadikan perusahaan sebagai institusi pencipta
kekayaan. Perusahaan, dengan demikian, dapat melaksanakan sistem pengendalian
manajemen, yang telah didesain, secara terstruktur, terkoordimasi, terjadwal dan
terpadu. Hal ini pada dapat juga membuka peluang bagi karyawan untuk memperbaiki
dana tau meningkatkan kinerjanya.
Temuan-temuan peneliti sebelumnya menunjukan bahwa sistem pengendalian
manajemen selayaknya didesain dan dievaluasi dengan seksama, sehingga tujuan
strategis perusahaan yang akan dicapai dapat dikendalikan dengan baik dan dapat untuk
mengatasi masalah atau kendala yang akan dihadapi dalam operasi bisnisnya. Penelitian
ini terdapat keselarasan dengan hasil penelitian (Sunardi danAbid Djazuli, 2015 dan
Lukmanul Hakim, 2012) yaitu membahas mengenai desain dan evaluasi sistem
pengendalian manajemen walaupun dalam pendekatan yang berbeda.
Sistem pengendalian manajemen memegang peranan penting untuk dapat
mendorong efektifitas kinerja karyawan dalam mencapai tujuan badan usaha. Desain
dan evaluasi sistem pengendalian manajemen memegang peranan penting terhadap
pembentukan kinerja karyawan agar dapat mencapai tujuan badan usaha dengan cara
yang yang diinginkan oleh manajemen.
Sistem pengendalian manajemen itu penting karena dalam suatu kegiatan
pastinya dimulai dari perencanaan supaya tujuan perusahaan dapat terwujud atau
tercapai. Perusahaan mewujudkan tujuan tersebut harus ada desain sistem pengendalian
manajemen agar perusahaan yang dikelola, dan tujuan perusahaan yang akan menjadi
pedoman pengendalian manajemen sehingga hasil akhir pun dapat dicapai, secara
efektif dan efesien. Desain sistem pengendalian manajemen yang sesuai kebutuhan
bisnis perusahaan dimaksudkan untuk menjamin apa yang sudah dilakukan sesuai
dengan apa yang sudah direncanakan.
Evaluasi SPM bertujuan lebih mendalami, memperjelas, atau memantapkan
sasaran audit sementara yang diperoleh pada survey pendahuluan menjadi sasaran audit
yang pasti (Firm Audit Objective/FAO), yang berguna pada tahap pengujian substantif
atau audit rinci. Evaluasi yang mendalam dan membutuhkan anggaran yang bersar
maka perlu mempunyai:
(1) PAO (Potensial Audit Objective) merupakan pernyataan tujuan-tujuan
audit secara umum seperti ketaatan, efektifitas dan efisiensi.
(2) TAO (Tentative Audit Objective) merupakanPAO menjadi lebih rinci dan
untuk kepentingan pengujian substantif dan evaluasi dengan cara melakukan
seleksi, menentukan prioritas.
(3) FAO (Firm Audit Objective), merupakan sasaran audit yang
pastiberdasarkan TAO sebagai dasar menentukan arah, sifat, luas (Scope),
dan lamanya pengujian substantif. oleh karena itu perlu dipastikan melalui
tahapan pengujian SPM ini.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5 . 1 . SIMPULAN
Hasil penelitian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Desain Sistem Pengendalian Manajemen produksi dapat dikatakan baik jika telah
memenuhi sistem pengendalian manajemen yang sesuai kebutuhan bisnis
perusahaan untuk menjamin apa yang sudah dilakukan dan apa yang sudah
direncanakan. Berdasarkan data desain sistem pengendalian manajemen produksi
tahun 2017-2018, maka desain sistem pengendaliana manajemen bagian produksi
pada PT HLS STARWIG kota Semarang belum berjalan dengan baik, karena
sistem pengendaliana manajemen bagian produksi masuk dalam kriteria “tidak
efektif” serta dari segi nilai efesiensinya “cukup efesiensi” serta efektivitasnya
dikreteria sangat efektifitas.
2. Penerapan Desain Sistem Pengendalian Manajemen Produksi yang masih belum
memadai serta capaian kerja karyawan bagian produksi yang belum sesuai,
dibawah target secara tidak langsung berdampak dengan kondisi kinerja bagian
produksi.
3. Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen produksi PT HLS STARWIG Kota
Semarang yang didapat dari supervisior bagian produksi belum sesuai dengan
yang diharapkan manajer bagian produksi. Pemberian imbalan berbasis kelompok
(insentif) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam upaya
meningkatkan target produksi.
5.2. SARAN
Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat memberikan saran bagi PT HLS
STARWIG Kota Semarang yang dapat bermanfaat dimasa yang akan datang, yaitu:
1. Desain Sistem Pengendalian Manajemen produksi untuk PT HLS STARWIG
Kota Semarang sebaiknya dapat diberikan secara tepat memotivasi produksi
dari pihak manajemen, supaya target produksi dan capaian kerja karyawan
bagian produksi PT HLS STARWIG Kota Semarang dapat berjalan dengan
baik.
2. Penerapan Desain Sistem Pengendalian Manajemen Produksi PT HLS
STARWIG Kota Semarang khususnya manajer bagian produksi mengadakan
rapat pagi setiap satu minggu sekali kepada karyawan bagian produksi
sebelum jam kerja dimulai untuk membahas target dan capaian kinerja
karyawan dan pemberian insentif kepada karyawan skill mahir yang mencapai
target dan melebihi target yang ditentukan manajer produksi dengan jam kerja
sesui standar operasional kerja. Sehingga apa yang diharapkan manajemen
produksi dapat terwujud , termasuk dalam proses capaian target karyawan
produksi dan pemberian insentif karyawan bagian produksi yang optimal,
demi mewujudkan suksesnya sistem pengendalian manajemen dalam
meningkatkan kinerja karyawan bagian produksi.
3. PT HLS STARWIG Kota Semarang melakukan evaluasi sistem pengendalian
manajemen produksi tentang capain target yang direncanakan manajer
4. produksi, agar capaian kerja karyawan dapat terealisasi dengan baik.
Perlu adanya aturan tentang target produksi dan capaian kinerja karyawan
bagian produksi PT HLS STARWIG Kota Semarang untuk lebih efektif.
Daftar Pustaka
Abdul Halim, 2009 . Sistem Pengendalian Manajemen, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Amstrong, Mischael, 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Sofyan
dan Haryanto. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Anthony dan Govindarajan,(2005) Sistem Pengendalian Manajemen, Salemba Empat
Jakarta.
Ayu Purnama (2013) Peranan Gaya Kepemimpinan dan Sistem Pengendalian
Manajemen terhadap Loyalitas Karyawan di Perusahaan Keluarga PT SUS
SURABAYA, Jurnal ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2
Dessler, (2000) Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Terjemahan, Penerbit. PT.
Prenhallindo, Jakarta.
Edy Sukarno, (2002) Sistem Pengendalian Manajemen: Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Efferin dan Hartono, (2012) Management Control and Leadership Style in Family
Business”. 3rd GAOC conference, 14-17 July Sunway University, Malaysia.
Gani Abdel Majed (2013) Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Dan
Implementasi Manajemen Kualitas Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi
Empiris Pada Perusahaan Konstruksi Di Kota Padang), Jurnal Akuntansi, Vol.1
No.3
Kenneth A. Merchant & Wim A. Van der Stede, 2014. Sistem Pengendalian
Manajemen, Jakarta, Salemba Empat
Lukmanul Hakim, 2012. Kerangka Konseptual Pendesainan Sistem Pengendalian
Manajemen, Volume 3 Nomor 2, November 2012 Jurnal Ilmu Manajemen dan
Akuntansi Terapan (JIMAT)
Luthans, F. 2005. Organizational Behavior. New York: McGraw-hill.
Mangkunegara, Anwar Prabu . 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Mathis, R.L. & J.H. Jackson. 2006. Human Resource Management: Manajemen
Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi, 2007, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen – Sistem
Pelipatgandaan Kinerja Perusahaan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Nurlaila, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia I. Penerbit LepKhair.
Porporato Marcell., 2006 “Impact of Management Control Systems’ Intensity ofUse
on Joint Venture’s Performance : an Empirical Assessment”, Journal of
Management Control System. Vol 21: p. 512-562
Prawirosentono, Suryadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Riset Pengembangan Industri Rambut Palsu-LPPSLH (2014) (www.lppslh.or.id)
Rivai, Vethzal & Basri. 2005. Peformance Appraisal: Sistem yang tepat untuk
Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahan. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Robbins, Stephen P., 1996. Perilaku Organisasi Jilid II, Alih Bahasa
HadayanaPujaatmaka, Jakarta, Prenhalindo.
Robbins, Stephen P., 2006. Perilaku Organisasi, PT Indeks, Kelompok Gramedia,
Jakarta.
Samryn, (2012), Akuntansi Manajemen Informasi Biaya untuk. Mengendalikan
Aktivitas Operasi dan Investasi. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sumarsan, (2013), Perpajakan Indonesia, Vol.3 Jakarta. PT.Indeks
Sunardi dan Abidjazuli, 2015. Evaluasi Desain Sytem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean Tahun 2015, Jurnal
Manajemen dan Bisnis volume 19, Nomor 1, hlm 113-124.
Yesika Gunawan dkk, (2014), Pengaruh Pengendalian Sistem Akuntansi Manajemen
Terhadap Manajemen Kualitas Proses Pada Perusahaan Manufaktur Bersekala
Besar di Kota Palembang. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi : STIE Multi Data
Palembang
Lampiran
Tabel 1
Data Target Produksi dan Capaian Kerja Karyawan Bagian Produksi
PT HLS STARWIG di Semarang
Januari 2018
No Mesin Target Produksi Capaian Insentive Total Jam Kerja
1 390 422 32 229
2 390 410 20 229
3 390 432 42 226
4 390 429 39 229
5 390 442 52 229
6 390 400 10 229
7 390 403 13 229
8 390 395 5 214
9 390 400 10 226
10 390 466 76 229
11 390 406 16 229
12 390 410 20 229
13 390 398 8 229
14 390 415 25 229
15 390 422 32 220
16 390 430 40 229
17 390 444 54 226
18 390 445 55 226
19 390 448 58 226
20 390 437 47 22
21 390 400 10 198
No Mesin Target Produksi Capaian Insentive Total Jam Kerja
22 390 399 9 205
23 390 457 67 216
24 390 411 21 220
25 390 415 25 229
Sumber : Data Primer yang diolah PT HLS STARWIG Kota Semarang, 2018
Tabel 2
Data Produksi dan Capaian Kerja Karyawan Bagian Produksi dibawah Target
PT HLS STARWIG di Semarang
Januari 2018
No Mesin Target Produksi Capaian Insentive Total Jam Kerja
1 390 298 -92 229
2 390 285 -105 229
3 390 288 -102 226
4 390 364 -26 229
5 390 292 -98 229
6 390 278 -112 229
7 390 318 -72 229
8 390 253 -137 214
9 390 379 -11 226
10 390 306 -84 229
11 390 290 -100 229
12 390 290 -100 229
13 390 317 -73 229
14 390 326 -64 229
15 390 268 -122 220
16 390 200 -190 229
17 390 255 -135 226
18 390 243 -147 226
19 390 347 -43 226
20 390 300 -90 22
21 390 288 -102 198
22 390 285 -105 205
23 390 299 -91 216
No Mesin Target Produksi Capaian Insentive Total Jam Kerja
24 390 268 -122 220
25 390 272 -118 229
Sumber : Data Primer yang diolah 2018
Tabel 3
Jenis Pengendalian Dan Permasalahan Pengendalian
Sumber data primer yang diolah, 2018
Gambar 4
Desain dan Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen
Bagian Produksi PT HLS STARWIG Semarang
Jenis pengendalian Kurangnya
pengendalian
Masalah
Motivasi
Keterbatasan
Personel
Pengendalian hasil
Akuntabilitas hasil x X
Pengendalian tindakan
Pembatasan sikap x x
Tinjauan pratindak
Akuntabilitas tindakan x x x
Redundasi x x
Pengendalian personel / kultur
Pemilihan dan penempatan „-
Pelatihan
Ketersediaan sumber daya
Penciptaan kultur perusahaan yang kuat
Imbalan berbasis kelompok
Sum
ber :
Data
Prim
er
yang
diola
h, PT
HLS
STA
RWI
G
Semarang 2018
Perangkat Pengendalian PerbandinganAktual dengantarget(1) (selector:
Pengendalian hasil)
Detektor:Pengend
alian tindakan (2) Efektor: Pengendalian personel / kultur (3)
Obyek Pengendalian:
Bagian Produksi